-
8/18/2019 Bab 4 - Analisis Penanganan Tata Lingkungan Dan Bangunan
1/18
LAPORAN FINAL
IV- 1
4.1
ANALISIS KONDISI FISIK DAN DAYA DUKUNG LINGKUNGAN
4.1.1
Analisis Daya Dukung Tanah
Pemahaman yang ekstensif terhadap kondisi tanah pada sebuah tapak akan membentuk untuk menentukan
kesesuaian tapak dalam menunjang perancangan tata bangunan dan lingkungan.
Secara geomorfologi kawasan ini merupakan daerah satuan dataran aluvial serta endapan aluvium. Dengan
mengacu pada tabel dibawah ini, maka kawasan perencanaan dapat disimpulkan bahwa ditinjau dari daya
dukung tanah memiliki tingkat kesesuaian pengembangan kegiatan perkotaan sebagai kawasan terbangun
adalh sangat baik.
Tabel IV .1
Daya Dukung Tanah Kawasan Panorama Lingkar Timur Untuk Pengembangan Sistem Aktifitas
Perkotaan Berdasarkan Jenis dan Sifat Tanah
Jenis tanah Sifat Tingkat Kesesuian
Alluvial Geysol, Planosol, Hidromorf Kelabu, Laterik air tanah Tidak peka Sangat baik
Latosol Agak peka Baik
Brown Forests Oil, Non Calcic Brown,Mediteran Kurang Peka Kurang baik
Andosol, Laterite, Grumusol, Spodosol, Podsolic Peka Tidak baik
Regosol, Litosol, Organosol, Renzina Sangat Peka Sangat Tidak baik
Sumber : Pedoman Perencanaan teknis
4.1.2
Analisis Tapak Dalam Geologi Wilayah
Analisis ini bertujuan sebagai pemahaman terhadap adanya sumber daya dan pembatas-pembatas geologi
wilayah (sesar, jalur gempa dll) yang sangat penting untuk menjamin tata bangunan dan lingkungan dari
bahaya geologi (gempa, gunung api, longsor, dll) selanjutnya berguna bagi kegiatan rekayasa komponen
tapak dan sistem sumberdaya alam yang lain.
Secara umum kawasan perencanaan yang termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Gading Cempaka
merupakan kawasan yang berada di garis Zona Gempa dengan klasifikasi berdasarkan RTRW Kota
Bengkulu adalah Zona C (Zona Kuat). Zona C yaitu daerah yang mempunyai struktur batuan yang sangat
kuat, sehingga jika terjadi gempa getaran pada zona tersebut relatif rendah dan dampak kerusakan relatif
kecil.
4.1.3 Analisis Kondisi Topografi dan Kemiringan Tapak
A. Daya dukung variabel kemiringan lahan dalam pengembangan kegiatan perkotaan
Kemiringan lahan merupakan faktor penting dalam penentuan lahan yang potensial untuk
pengembangan perkotaan. Salah satu pedoman yang banyak digunakan perencana kota adalah
klasifikasi kesesuaian yang dibuat oleh Mabbery (1972). Menurut Mabbery, wilayah yang potensial untuk
dikembangkan sebagai kawasan perkotaan adalah pada lahan dengan kemiringan sampai dengan 15 %
Kawasan perencanaan merupakan daerah yang relatif datar sampai landai yang merupakan bagaian dari
wilayah Kecamatan Gading Cempaka dengan kemiringan lereng adalah 3 – 15 % dan ketinggian wilayah
-
8/18/2019 Bab 4 - Analisis Penanganan Tata Lingkungan Dan Bangunan
2/18
LAPORAN FINAL IV- 2
berkisar antara 0 – 10 M sampai dengan 25 – 50 M. Karakter lahan tersebut sangat berpotensi untuk
pembangunan berbagai jenis pembangunan fisik, baik pembangunan sarana maupun prasarana
kawasan dalam rangka pemenuhan kebutuhan ruang bagi aktifitas perkotaan. Hal tersebut juga didukung
oleh Mabbery yang menyebutkan bahwa lahan yang potensial untuk dijadikan sebagai lahan terbangun
adalah berada pada lahan dengan kemiringan berkisar antara 0 – 5 %.
Tabel IV.2
Tingkat Kesesuaian Pengembangan Kegiatan Perkotaan
di Kawasan Panorama Lingkar Timur Menurut Klasifikasi Kemiringan Lahan
Kemiringan Lahan KlasifikasiTingkat Kesesuian
Pengembangan Lahan Perkotaan
0 – 8 % Datar Sangat baik
9 – 15 % Landai Baik
15 – 25% Agak curam Terbatas
26 – 40 % Curam Sangat terbatas
> 40 % Sangat curam Mutlak konservasi
Sumber : Pedoman Perencanaan Teknis
Tabel IV.3
Rekomendasi Pengembangan Kegiatan Perkotaan
di Kawasan Panorama Lingkar Timur Berdasarkan Daftar Kemiringan Lahan Mabbery
Kesesuian
Peruntukan lahan Perkotaan
Kemiringan (%)
0-3 3-5 5-10 10 -15 15-30 30-14 >40
RTH dan Rekreasi umum
Bangunan Terstruktur
Perkotaan Umum
Perumahan
Pusat perdagangan/ Jasa
Industri
Sistem Septik
Jalan Umum
Jalan Raya
Jalan Kereta Api
Lapangan Terbang
Sumber : Diolah berdasarkan daftar Mabbery.
Berdasarkan penjelasan di kedua tabel tersebut diatas, maka dapat dismpulkan bahwa kawasan
perencanaan yaitu Kawasan Panorama Lingkar Tmur ditinjau dari segi kelerngan dan ketinggian wilayah
adalah memiliki kesesuaian yang sangat baik hingga baik dan dapat direkomendasikan berbagai sistem
aktifitas kawasan terbangun sebagaimana dapat dilihat pada tabel IV.3.
B.
Daya dukung variabel kemiringan lahan dalam sistem jaringan drainase
Tingkat kemampuan lahan suatu areal untuk drainase ditentukan oleh bentuk lahannya terutama
kemiringan lerengnya. Selain itu jenis dan sifat fisik batuan/tanah juga akan berpengaruh terhadap
drainase.
Lahan yang datar atau kemiringan lerengnya 0 – 3 % merupakan areal yang kurang mampu untuk
drainase, pada areal ini sering terjadi genangan. Lahan yang kemiringan lerengnya > 3 % dapat
diklasifikasikan memiliki kemampuan drainase baik. Batuan yang kurang kedap air seperti lempung,
porositasnya kecil sehingga mempunyai kemampuan drainase yang buruk. Dengan kemiringan lereng
kawasan perencanaan yang berkisar antara 3 – 15 % maka pada kawasan ini diperkirakan tidak memiliki
kendala dalam sistem jaringan drainase.
4.1.4
Analisis Kondisi Hidrologi
Kondisi hidrologi di Kawasan Panorma Lingkar Timur dipengaruhi oleh kondisi hidrologi secara umum di Kota
Bengkulu. Sumber air tanah dangkal pada umumnya mencapai debit 5 Lt/detik dengan kontinuitas cukup
kualitas air yang baik sedangkan air tanah dalam mencapai debit air 2 Lt/detik dengan kontinuitas cukup dan
kondisi kualitas baik .
Kondisi hidrologi terkait dengan sistem sanitasi lingkungan yang mengarah pada pola jaringan drainase
kawasan sebagai saluran limpasan air hujan menunjukkan belum terkelola secara intensif dan kondisi
sebaran jaringan yang tidak merata bahkan kondisinya kurang memadai. Kondisi tersebut jika tidak ditangani
secara serius akan dapat mengakibatkan terjadinya genangan pada daerah dataran rendah pada musim
hujan.
Kondisi iklim kota bengkulu juga turut mempengaruhi kondisi hidrologi pada kawasan perencanaan. Iklim din
Kota Bengkulu adalah iklim tropis dengan temperatur rata-rata 22o C – 32 o C. Lama penyinaran matahari
rata-rata berkisar antara 40 – 80 % dengan kelembaban udara 80 – 87%. Curah hujan rata-rata mencapai
268,17 mm/bln dengan jumlah rata-rata hari hujan setiap bulannya adalah 18 hari hujan. Kondisi iklim yang
relatif panas ini pelu diimbangi dengan ketersediaan ruang terbuka hijau yang proporsional, khususnya di
sepanjang koridor jalan kawaan perencanaan sehingga mampu meningkatkan suasana nyaman bagi iklim
-
8/18/2019 Bab 4 - Analisis Penanganan Tata Lingkungan Dan Bangunan
3/18
LAPORAN FINAL IV- 3
lokal kawasan serta fungsi sekologis kawasan untuk menetralisir kondisi udara yang cenderung terpengaruh
oleh polusi udara akibat aktifitas pergerakan (polusi udara oleh kendaraan bermotor).
4.1.5
Analisis Tautan Tata Guna Lahan Sekitar Tapak
Penggunaan lahan di kawasan perencanaan terdiri dari tiga jenis penggunaan lahan, yaitu:
1.
Komersil (Perdagangan dan jasa)
2.
Permukiman (dengan dilengkapi oleh fasilitas pelayanan sosial)
3.
Ruang terbuka hijau/taman rekreasi
Arah perkembangan tata guna lahan pada kawasan perencanaan seiring dengan perkembangan sistem
aktifitas perkotaan akan semakin mengarah pada peningkatan kebutuhan ruang fasilitas perkotaan
khususnya disektor ekonomi perdagangan dan jasa. Hal ini telah terindikasi dengan adanya alih fungsi lahan
kawasan permukiman yang terletak di sekitar jalan-jalan utama telah berubah fungsi menjadi kawasan
perdagangan dan jasa, khususnya kawasan di ruas Jalan Manggis yang merupakan pengaruh dari
perkembangan kegiatan di perekonomian di ruas Jalan Salak Raya.
Sedangkan hal yang sangat penting untuk diperhatikan dan ditangani adalah perkembangan penggunaanlahan yang semakin mengarah pada peningkatan kebutuhan lahan untuk permukiman seiring dengan laju
pertambahan penduduk dan keterdesakan kawasan permukiman di ruas Jalan Manggis yang telah beralih
fungsi menjadi kawasan komersil. Dinamika kependududkan yang semakin meningkat yang dipengaruhi oleh
faktor internal dan eksternal juga akan semakin mempertajam peningkatan kebutuhan fasilitas pelayanan
sosial khsusunya pada pusat-pusat permukiman yang demikian juga membutuhkan ruang yang representatif
bagi pengalokasian fasilitas pelayanan sosial tersebut.
Fungsi kawasan di sekitar tapak/kawasan perencanaan pada dasarnya tidak berbeda jauh dengan fungsi
penggunaan lahan di kawasan perencanaan yang membentuk linkage. Dengan demikian perlu diperhatikan
lebih intensif mengenai arah perkembangan penggunaan lahan pada masa yang akan datang dan
penekanan pada aspek penataan serta pengendalian pemanfaatan r uang.
4.1.6
Pembatas Untuk Konservasi : Perlindungan Setempat
Untuk mendapatkan peruntukan lahan yang baik pada kawasan perencanaan (Kawasan Panorama Lingkar
Timur) perlu juga dipertimbangkan lahan-lahan yang tidak boleh dibangun untuk memberikan keseimbangan
ekologi lingkungan setempat. Pada dasarnya tidak ada faktor pembatas yang sangat signifikan, faktor yang
menjadi pembatas penggunaan lahan pada kawasan perencanaan ini bersifat konvensional yang terdiri dari:
1.
Kawasan sempadan jalan
2. Kawasan sempadan sungai
Meskipun kawasan perencanaan berada pada garis zona gempa (Zona C /Zona Kuat), dimana Zona C
merupakan daerah yang mempunyai struktur batuan yang sangat kuat, sehingga jika terjadi gempa getaran
pada zona tersebut relatif rendah dan dampak kerusakan relatif kecil, namun hal tersebut bukan merupakan
suatu permasalahan mengingat struktur geologi kawasan memiliki daya dukung yang baik untuk dapatmeminimalisasi pengaruh getaran gempa terhadap kerusakan bangunan. Namun meskipun demikian perlu
juga diantisipasi dengan sistem pembangunan gedung yang tahan gempa guna mencegah terjadinya
kerusakan bangunan yang parah.
Penetapan kawasan perlindungan setempat yang merupakan faktor pembatas tersebut akan disesuaikan
dengan kebijakan peraturan daerah yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Kota Bengkulu ataupun merujuk
kepada kebijakan/peraturan/standar nasional.
4.2
ANALISIS SOSIAL KEPENDUDUKAN
Penduduk merupakan salah satu faktor yang cukup penting dan bersifat dinamis, serta menentukan dalam
proses perencanaan kota maupun wilayah, karena faktor penduduk erat kaitannya dengan kegiatan sosial-
ekonomi yang dibangkitkan. Oleh sebab itu untuk melihat kecenderungan perkembangan kota dimasa
mendatang dapat diketahui melalui analisis kependudukannya. Analisis kependudukan merupakan tahapan
yang sangat penting dalam setiap proses perencanaan. Selanjutnya analisis kependudukan ini dimaksudkan
sebagai dasar pertimbangan dalam menentukan besarnya skala kegiatan dan kebutuhan fasilitas di wilayah
perencanaan.
4.2.1
Perkiraan Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhannya
Perkembangan jumlah penduduk sangat berpengaruh terhadap perkembangan kegiatan perkotaan, semakin
tinggi perkembangan jumlah penduduk akan semakin berkembang pula sistem aktifitas yang telah ada.
Implikasi dari peningkatan jumlah tersebut berupa peningkatan kebutuhan terhadap sarana dan prasarana
wilayah yang mendukung dan secara langsung akan berpengaruh terhadap peningkatan kebutuhanlahannya. Dalam analisis ini mengacu pada data dasar tingkat kelurahan yang termasuk dalam kawasan
perencanaan. Adapun sebagaimana telah dijelaskan wilayah kelurahan yang termasuk dalam kawasan
perencanaan adalah Kelurahan Panorama, Kelurahan Dusun Besar dan Kelurahan Lingkar Timur yang
seluruhnya berada di Kecamatan Gading Cempaka.
-
8/18/2019 Bab 4 - Analisis Penanganan Tata Lingkungan Dan Bangunan
4/18
LAPORAN FINAL IV- 4
Mengacu pada data dasar yang diperoleh, pada tahun 2005 jumlah penduduk Kelurahan Panorama
mencapai 10.269 jiwa, Kelurahan Dusun Besar mencapai 12.152 jiwa dan Kelurahan Lingkar Timur 6.048
jiwa dan Kecamatan Gading Cempaka jumlah penduduknya mencapai 82.544 jiwa. Berdasarkan hasil
analisis dengan mencau pada data dasar yaitu tahun 2005, pada sepuluh tahun mendatang hingga tahun
2017 jumlah penduduk di ketiga kelurahan tersebut diperkirakan mencapai 32.457 jiwa dan pada masa 20
tahun mendatang (tahun 2027) diperkirakan akan mencapai 37.985 jiwa Sedangkan laju pertumbuhan
penduduk mencapai angka rata-rata yaitu 1,32%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel IV.4 dan IV.5.
Tabel IV.4
Proyeksi Jumlah Penduduk Kawasan Perencanaan
(Kelurahan Panorama, Dusun Besar dan Lingkar Timur) Tahun 2007 - 2027
NoTahun
Proyeksi
Jumlah Penduduk Kelurahan (Jiwa)Jumlah (Jiwa)
Panorama Dusun Besar Lingkar Timur
1 2007 10.542 12.475 6.209 29.226
2 2012 11.256 13.320 6.629 31.205
3 2017 12.018 14.223 7.078 33.319
4 2022 12.832 15.187 7.557 35.575
5 2027 13.701 16.216 8.068 37.985
Sumber: Hasil Analisis, 2007
Tabel IV.5
Rata-Rata Laju Pertumbuhan Penduduk Kawasan Perencanaan
(Kelurahan Panorama, Dusun Besar dan Lingkar Timur) Tahun 2006 - 2027
No Kelurahan LPP 2006-2027 (%)
1 Panorama 1,32
2 Dusun Besar 1,32
3 Lingkar timur 1,32
Rata-rata 1,32
Sumber: Hasil Analisis, 2007
4.2.2 Distribusi dan Kepadatan Penduduk
Dengan mengacu pada hasil analisis proyeksi penduduk pada tahun mendatang, diperoleh bahwa pada
tahun 2017 kepadatan tertinggi adalah di Kelurahan Lingkar Timur yang mencapai 81 jiwa/ha dan kepadatan
terendah yaitu berada di Kelurahan Dusun Besar yang mencapai 38 jiwa/ha. Dengan melihat kondisi tersebut
diatas (Tabel IV.3.), distribusi penduduk tertinggi berada di Kelurahan Dusun Besar yang pada tahun 2017
mencapai 14.223 jiwa dan terendah di Kelurahan Lingkar Timur yang mencapai 7.078 jiwa. Untuk lebih
jelasnya mengenai kepadatan penduduk berdasarkan tahun proyeksi dapat dilihat pada Tabel IV.6..
Tabel IV.6
Perkiraan Kepadatan Penduduk Kawasan Perencanaan
(Kelurahan Panorama, Dusun Besar dan Lingkar Timur) Tahun 2007 – 2017
No Tahun ProyeksiKepadatan Penduduk (Jiwa/Ha)
Rata-Rata Kepadatan (Jiwa/Ha)Panorama Dusun Besar Lingkar Timur
1 2007 60 33 71 55
2 2012 64 35 76 59
3 2017 69 38 81 63
4 2022 73 40 87 67
5 2027 78 43 93 71
Sumber: Hasil Analisis, 2007
4.2.3 Pengaruh Peningkatan Penduduk Terhadap Perkembangan Kawasan Perencanaan
Peningkatan jumlah penduduk dipengaruhi oleh berbagai faktor internal dan eksternal wilayah. Peningkatan
penduduk yang cenderung semakin meningkat mengakibatkan peningkatan pelayanan sarana dan prasarana
kota yang semakin mempertajam peningkatan kebutuhan lahan untuk pemenuhan sarana dan prasarana
tersebut dari segi kuantitas. Peningkatan jumlah penduduk juga merupakan salah satu sumberdaya dalam
pelaksanaan pengembangan wilayah, namun jika perkembangannya tidak terkendali dengan efektif, akan
dapat meningkatkan permasalahan baik dibidang tata ruang maupun sosial lainnya.
Perkembangan sistem kegiatan perkonomian perdagangan
dan jasa yang berlangsung disepanjang koridor kawasan
perencanaan telah membentuk konsentrasi secara kerungan
yang bersifat linear mengikuti jaringan Jl. Salak Raya dan
sekitarnya. Selain itu juga dengan adanya sistem aktifitas
perdagangan yang terwadahi oleh blok kawasan secara
khusus berupa pasar (Pasar Panorama) sebagai wadah
aktualisasi dari kegiatan perdagangan skala regional oleh
penduduk pada kawasan perencanaan dan sekitarnya yang
terkait dengan kebutuhan pelayanan sarana perekonomian memiliki kontribusi dalam memperkuat struktur
ekonomi makro Kota Bengkulu. Hal ini merupakan salah satu gambaran korelasi antara kependudukan
terhadap perkembangan kawasan perencanaan secara positif. Namun disatu sisi dampak negatif tersebut
juga terlihat melalui indikasi yang menggambarkan ketika daya tampung lahan strategis untuk aktifitas
-
8/18/2019 Bab 4 - Analisis Penanganan Tata Lingkungan Dan Bangunan
5/18
LAPORAN FINAL IV- 5
perdagangan dan jasa pada kawasan perencanaan (koridor Jl. Salak Raya dan sekitarnya) sudah mengalami
pengurangan daya tampun untuk aktifitas tersebut dapat mengakibatkan pergeseran fungsi lahan
disekitarnya yang sebelumnya merupakan peruntukan sebagai kawasan permukiman. Selain itu juga akan
menimbulkan merebaknya sektor informal yang merupakan aktifitas perdagangan dan jasa oleh masyarakat
setempat yang bermodal rendah yang memanfaatkan lahan yang tidak sesuai dengan peruntukkannya,
seperti jalur pedestrian, badan jalan dan lainnya. Hal ini salah satunya diakibatkan karena persaingan
penduduk/masyarakat lokal untuk turut berperan dalam melaksanakan aktifitas perdagangan dan jasa namuntidak memiliki modal yang lebih memadai sehingga bertindak untuk mengambil/memanfaatkan ruang-ruang
yang tidak sesuai dengan peruntukkannya. Kondisi ini merupakan fenomena yang dilematis dalam
pemanfaatan lahan untuk mampu mengakomodasikan sistem aktiftas masyarakat lokal/pada kawasan
perencanaan yang kebutuhan lahan tersebut semakin meningkat seiring pertambahan jumlah penduduk dan
lahan stategis tersebut terbatas luasannya.
Gambar 4.1
Ilustrasi Pengaruh Perkembangan Penduduk Terhadap Kondisi Tata Ruang Kawasan
Sebagai gambaran mengenai pengaruh atau hubungan antara peningkatan jumlah penduduk terhadap
perkembangan kawasan perencanaan dapat dilihat pada tabel IV. 7.
Tabel IV. 7
Pengaruh Peningkatan Jumlah Penduduk Terhadap Ruang Kawasan Perencanaan dan Sistem
Aktifitas Yang Telah dan Sedang Berlangsung Pada Kawasan Perencanaan
No Aspek Pengaruh Positif Pengaruh Negatif
1 Perekonomian(perdagangandan jasa)
Sebagai salah satu faktor utamapertumbuhan ekonomi, yangmampu menyebabkanpeningkatan pertumbuhanekonomi melalui daya dukungSDM dan pelaksanaan sertapengembangan sistem aktifitasperkonomian (perdagangan dan
jasa)
Peningkatan jumlah pelakuperdagangan dan jasa dapatmemberikan kontribusi dalampengembangan ekonomi KotaBengkulu
Perluasan kesempatan kerjamelalui pengembangan kegiatanperdagangan dan jasa yangdipengaruhi oleh bertambahnyakegiatan perdagangan dan jasapada Koridor Jl. Salak Raya dansekitarnya seiring bertambahnya
jumlah penduduk yang kemudianbergerak dalam kegiatanperdagangan dan jasa
Pertumbuhan penduduk yang semakinmeningkat dan cenderung berprofesi sebagaiPKL dapat mengurangi citra kawasanperdaganagan dan jasa yang representatif baiksecara visual maupun fungsional mengingatfenomena pada Koridor Kawasan Perencanaan(Sepanjang Jl. Salak Raya) banyak ditemui PKLyang merupakan sektor infromal (dalam kegiatanperdagangan dan jasa) yang menempati ruangyang bukan sebagai peruntukkannya
Perkembangan penduduk yangbermatapencaharian dibidang perdagangan dan
jasa semakin meningkat dengan tidakdisertainya alokasi fungsi ruang perdagangandan jasa yang memadai dapat menimbulkan alihfungsi lahan yang tidak sesuai denganperuntukannya, seperti halnya yang terjadi diKoridor JL. Manggis yang sebelumnya
merupakan kawasan yang berfungsi sebagaipermukiman telah berubah menjadi kawasankomersil (perdagangan dan jasa).
2 Pola tata gunalahan danbangunan
Pengaturan penggunaan lahandan pemanfaatannya bagikelangsungan sistem aktifitasyang telah dan akan berlangsungoleh penduduk dalam rangkaoptimalisasi pemanfaatansumber daya alam/lahan
Alih fungsi lahan yang tidak sesuai denganperuntukkannya bila tidak adanya kejelasanrencana pemanfaatan ruang yang disertairencana pengendalian dan pemantauanpemanfaatan ruang
Peningkatan kepadatan bangunan yang tidakterkendali yang dapat menimbulkan degradasi
1
2
3
4
5
6
7
-
8/18/2019 Bab 4 - Analisis Penanganan Tata Lingkungan Dan Bangunan
6/18
LAPORAN FINAL IV- 6
No Aspek Pengaruh Positif Pengaruh Negatif
Pemerataan kepadatanbangunan dengan polapengaturan yang mengacu padarencana tata ruang kota/kawasan
Peningkatan nilai lahan seiringpeningkatan kebutuhan terhadaplahan yang semakin meningkatyang mengindikasikan bahwalahan yang sebelumnya belumtermanfaatkan sesuai dengandaya dukungnya telah mampumemiliki nilai produktif yangmeningkat, dengan demikianakan dapat meningkatkan nilailahan dari nilai semula
Optimalisasi sumberdayaalam/lahan yang sebelumnyadikategorikan sebagai lahan tiduratau tidak termanfaatkan dapatmenjadi lebih bermanfaat.
fisik-lingkungan dan visual serta ekonomi bilatidak terkendali oleh rencana pemanfaatan ruangsesuai dengan aspek pengendalianpemanfaatan ruang
Konsentrasi bangunan yang semakin tinggi dantidak merata bila terjadi kegagalan implementasipengaturan tata guna lahan dan pengaturan tatabangunan dan lingkungan.
3 Sarana danprasaranakawasan
Peningkatan kebutuhan saranadan prasarana kota seiringpeningkatan jumlah penduduk,
yang dapat terpenuhi melaluiimplementasi rencana tata ruangkota/kawasan sebagai salah satuindikasi keberhasilanpelaksanaan pembangunan
Optimalisasi pemanfaatansumberdaya lahan dalam dayadukungnya untuk memenuhikebutuhan sarana dan prasaranakota/kawasan
Pemerataan pelayanan saranadan prasarana kota/kawasandalam kesinambungannnyaterhadap pemerataan distribusipenduduk yang terencanasehingga dapat menekan lahantidur
Keterbatasan lahan pada kawasan-kawasantertentu dapat menimbulkan konflik penggunaanlahan dalam memenuhi kebutuhan sarana dan
prasarana kota/kawasan dapat mengakibatkanketersisihan alokasi penyediaan sarana dan
prasarana kota/kawasan Peningkatan sarana dan prasarana
kota/kawasan pada kawasan padat penduduk
dan padat bangunan akan menyulitkan prosespenyediaanya akibat benturan dengankepentingan penggunaan lahan, dengandemikian diperlukan pola manajemen lahan yanghandal dan dalam pembangunan saranaprasarana akan membutuhkan pembiayaan yangbesar dalam proses pengadaan saranaprasarana tersebut mengingat diperkirakan akanterjadinya proses pembebasan lahan
No Aspek Pengaruh Positif Pengaruh Negatif
Degradasi fisik/lingkungan dan visual akibatkemungkinan tersisihkannya kepentinganterhadap peningkatan pelayanan prasaranakota/kawasan, hal ini dapat terjadi jika dalamkawasan berkepadatan penduduk dan bangunanyang tinggi akan mengkesampingan sistemsanitasi lingkungan yang memadai dan ketikamasyarakat hanya berorientasi pada polapemanfaatan lahan yang terfokus padapemenuhan kebutuhan bangunan hunianataupun bangunan komersil serta masyarakatberkepadatan tinggi tidak memperhatikankualitas lingkungan
4 Transportasi Perkembangan sistem aktifitaspotensial, khususnya kegiatankomersil (perdagangan dan jasa)yang berlangsung di Zona Kdapat meningkatkan peranpelayanan jasa transportasi,dengan demikian dapatberkontribusi dalammeningkatkan pendapatanmasyarakat lokal melaluipengembangan jasa transportasi
yang didukung oleh kelengkapansarana dan prasaranatransportasi
Sebagai salah satu indikatorbahwa peningkatan jumlahpenduduk mampumenggerakkan perkembangan
jasa pelayanan dibidangtransportasi, dengan disertaiadanya peningkatan bangkitanmaka diperlukan pola penataantransportasi yang handal dengandemikian dapat mewujudkansalah satu aspek tata ruang yangberfungsi optimal yaitu sistemtransportasi dan daya dukungserta pelayanan sarana danprasarana transportasi yangberkesinambungan terhadappola perkembangan sistemaktifitas (perekonomian dan lainsebagainya)
Jika tidak disertai dengan penataan sistem jaringan dan sistem transportasi yang optimaldan memadai, maka peningkatan jumlahpenduduk dengan disertainya peningkatanbangkitan/pergerakan (orang, barang dan jasa)sebagai konsekuensi perkembangan sistemaktifitas penduduk yang semakin meningkatmaka dapat menyebabkan tingkat kerawanangangguan sirkulasi dan mobilisasi (orang, barangdan jasa) pada kawasan perencanaan. Sebagaicontoh adalah kemacetan lalu lintas yang terjadi
akibat tingginya pergerakan/bangkitan yang tidakdisertai keseimbangan daya dukung
pelayanan jaringan transportasi (jalan) yangmemadai, dalam artian kapasitas jalan tidakmampu menampung pergerakan yang semakinmeningkat, dengan demikian dibutuhkan polapenataan sistem transportasi yang sesuai
Keterbatasan lahan dalam memenuhipeningkatan pelayananan jaringan transportasisebagai salah satu konsekuensi terhadappeningkatan pergerakan akibat peningkatan
jumlah penduduk, memiliki kecenderungansulitnya penyediaan lahan untuk pengembangan
jaringan jalan (pelebaran jalan, pembangunan
-
8/18/2019 Bab 4 - Analisis Penanganan Tata Lingkungan Dan Bangunan
7/18
LAPORAN FINAL IV- 7
No Aspek Pengaruh Positif Pengaruh Negatif
jaringan jalan dll) akibat tersisihkannyakepentingan ruang peruntukan bagipengembangan sistem jaringan transportasi(jalan) oleh karena fokus perkembanganpenggunaan lahan untuk kegiatan perekonomianmasyarakat (perdagangan dan jasa)
Perkembangan penduduk yang semakinmeningkat disertai perkembangan aktifitasperekonomian yang meningkat dapatmengakibatkan terjadinya alih fungsi ruang(disekitar ruas jalan) yang diakibatkan olehkelompok masyarakat bermodal rendahberkeinginan untuk berperan dalam kegiatanperdagangan yang pada akhirnya menempatiruang yang bukan sebagai perntukannya (sektorinfromal yang menempati badan jalan,pedestrian way dll) dapat menimbulkangangguan sirkulasi dalam tatanan sistemtransportasi
Sumber: Hasil Analisis, 2007
4.3 ANALISIS SARANA DAN PRASARANA
4.3.1 Penggunaan Standar Kebutuhan Sarana Umum
Penggunaan standar kebutuhan sarana umum pada kawasan perencanaan didasari oleh tingkat pemenuhan
kebutuhan sarana kawasan melalui penyediaan unit-unit fasiltas pelayanan yang dibutuhkan oleh penduduk
baik pada saat ini maupun perkiraan kebutuhan sarana tersebut pada masa yang akan datang sesuai dengan
perkiran jumlah penduduk hingga tahun rencana. Selain itu, dengan diperkirakannya kebutuhan unit sarana
kawasan, maka perkembangan secara kuantitas sarana tersebut akan berpengaruh pada pola pengadaan
lahan sebagai ruang alokasi sarana yang dibutuhkan hingga akhir tahun rencana, dengan demikian perlu
perkiraan jumlah unit sarana berdasarkan jenis dan standar pelayanan minimal terhadap penduduk, sehingga
dapat diketahui luasan lahan yang dibutuhkan. Adapun jenis sarana pelayanan yang akan diidentifikasi dan di
perkirakan jumlah unit kebutuhannya hingga akhir tahun rencana yaitu tahun 2027 yaitu:
a.
Pendidikan, dalam perhitungannya menggunakan standar sebagai berikut:
1). Sekolah taman kanak-kanak (TK) melayani 700 jiwa penduduk dengan luas minimal 1.200 m2
2). SD melayani 6.400 jiwa penduduk dengan luas 1.500 m 2/unit
3).
SLTP melayani 12.000 jiwa penduduk dengan luas 10.000 m2/unit, lokasi digabungkan dengan
lapangan
4).
SLTA /SMU melayani 28.000 jiwa penduduk dengan luas minimal 1. 500 m2/unit, lokasi digabungkan
dengan lapangan.
Tabel IV.8
Kebutuhan Fasilitas Pendidikan Pada Kawasan Panorama Lingkar Timur Tahun 2012 - 2027
No TahunProyeksi
Jumlah(Jiwa)
TK SD SLTP SMU
Unit Luas (m2) Unit Luas (m2) Unit Luas (m2) Unit Luas (m2)
1 2012 31.205 45 54.000 5 7.500 3 30.000 1 20.000
2 2017 33.319 48 57.600 5 7.500 3 30.000 1 20.000
3 2022 35.575 51 61.200 5 7.500 3 30.000 1 20.0004 2027 37.985 54 64.800 6 9.000 3 30.000 1 20.000
Sumber: Hasil Analisis, 2007
b. Kesehatan, dalam perhitungannya menggunakan standar sebagai berikut:
1). Rumah sakit melayani 240.00 penduduk dengan lus lahan 86.400 m2
2). Puskesmas melayani 30.000 penduduk dengan lus lahan 650 m2
3).
Puskesmas pembantu melayani 6.000 penduduk dengan luas lahan 500 m2
4).
BKIA dan RS Bersalin melayani 10.000 penduduk dengan lus lahan 1.600 m2
5).
Balai pengobatan melayani 3.000 penduduk dengan luas 300 m2.
6).
Praktek dokter melayani 5.000 penduduk dengan luas lahan 300 m2 (bersatu dngan rumah)
7).
Apotik melayani 10.000 penduduk dengan luas lahan 350 m2
Tabel IV.9
Kebutuhan Fasilitas Kesehatan Pada Kawasan Panorama Lingkar Timur Tahun 2012 - 2027
NoTahun
Proyeksi
Jumlah
(Jiwa)
PraktekDokter
ApotikBalai
PengobatanBKIA / RSBersalin
PuskesmasPembantu
Puskesmas
Unit Luas(m2)
Unit Luas(m2) Unit
Luas(m2) Unit
Luas(m2) Unit
Luas(m2) Unit
Luas(m2)
1 2012 31.205 6 1.800 3 1.050 10 3.000 3 4.800 5 2.500 1 650
2 2017 33.319 7 2.100 3 1.050 11 3.300 3 4.800 6 3.000 1 650
3 2022 35.575 7 2.100 4 1.400 12 3.600 4 6.400 6 3.000 1 650
4 2027 37.985 8 2.400 4 1.400 13 3.900 4 6.400 6 3.000 1 650
Sumber: Hasil Analisis, 2007
-
8/18/2019 Bab 4 - Analisis Penanganan Tata Lingkungan Dan Bangunan
8/18
LAPORAN FINAL IV- 8
c.
Peribadatan, dalam perhitungannya menggunakan standar sebagai berikut:
1).
Masjid kecamatan melayani 120.000 dengan luas lahan 4.000 m2
2).
Masjid melayani 30.000 penduduk dengan luas lahan 1.750 m2
3).
Langgar melayani 2.500 penduduk dengan luas lahan 300 m2
Tabel IV.10
Kebutuhan Fasilitas Peribadatan Pada Kawasan Panorama Lingkar Timur Tahun 2012 - 2027
NoTahun
ProyeksiJumlah(Jiwa)
Masjid Langgar
Unit Luas (m2) Unit Luas (m2)
1 2012 31.205 1 1.750 12 3.600
2 2017 33.319 1 1.750 13 3.900
3 2022 35.575 1 1.750 14 4.200
4 2027 37.985 1 1.750 15 4.500
Sumber: Hasil Analisis, 2007
d.
Pemerintahan, dalam perhitungannya menggunakan standar sebagai berikut:
1).
Kantor Camat melayani 12.000 penduduk, dengan luas lahan 1.000 m 2
2).
Kantor Polsek melayani 12.000 penduduk, dengan luas lahan 300 m2
3).
Kantor Pos Cabang melayani 12.000 penduduk, dengan luas lahan 500 m2
4).
Kantor Telepon melayani 12.000 penduduk, dengan luas lahan 300 m2
5).
Kantor Pemadam Kebakaran melayani 12.000 penduduk, dengan luas lahan 300 m2
6).
Kantor Koramil melayani 12.000 penduduk, dengan luas lahan 300 m 2
7).
Kantor KUA melayani 12.000 penduduk, dengan luas lahan 300 m 2
8). Kantor Cabang Dinas melayani 12.000 penduduk, dengan luas lahan 300 m 2
9). Kantor kelurahan melayani 3.000 penduduk, dengan luas lahan 500 m2
Tabel IV.11
Kebutuhan Fasilitas Pemerintahan Pada Kawasan Panorama Lingkar Timur Tahun 2012 - 2027
No Tahun Proyeksi Jumlah (Jiwa)Kelurahan
Unit Luas (m2)
1 2012 31.205 3 1.500
2 2017 33.319 3 1.500
3 2022 35.575 3 1.5004 2027 37.985 3 1.500
Sumber: Hasil Analisis, 2007
e.
Perdagangan dan Jasa, dalam perhitungannya menggunakan standar sebagai berikut:
1).
Pusat perbelanjaan Kota (shopping center ) melayani 480.000 jiwa, dengan luas lahan 96.000 m 2.
lokasi berada di pusat kota
2).
Pusat perbelanjaan dan niaga melayani 120.000 jiwa, dengan luas lahan 36.000 m 2. lokasi berada
di pusat kecamatan (kota)
3).
Pusat perbelanjaan (toko dan pasar) melayani 30.000 jiwa, dengan luas lahan 13.500 m 2. lokasi
berada di pusat lingkungan
4).
Warung/Kios melayani 250 jiwa dengan luas 100 m 2, ditengah kelompok permukiman
Tabel IV.12
Kebutuhan Fasilitas Perdagangan dan Jasa Pada Kawasan Panorama Lingkar Timur
Tahun 2012 - 2027
NoTahun
ProyeksiJumlah(Jiwa)
Kios PertokoanPusat Perbelanjaan(Toko dan Pasar)
Unit Luas (m2) Unit Luas (m2) Unit Luas (m2)
1 2012 31.205 125 12.500 12 14.400 1 13.500
2 2017 33.319 133 13.300 13 15.600 1 13.5003 2022 35.575 142 14.200 14 16.800 1 13.500
4 2027 37.985 152 15.200 15 18.000 1 13.500
Sumber: Hasil Analisis, 2007
-
8/18/2019 Bab 4 - Analisis Penanganan Tata Lingkungan Dan Bangunan
9/18
LAPORAN FINAL IV- 9
f.
Taman Hiburan, Olah Raga dan Ruang terbuka, dalam perhitungannya menggunakan standar sebagai
berikut:
Taman dan Lapangan Olah Raga
1).
Taman tempat bermain melayani 250 jiwa dengan luas 250 m2
2).
Taman lingkungan melayani 2.500 jiwa dengan luas 1.250 m 2
3).
Taman dan lapangan olah raga melayani 30.000 jiwa dengan luas 9.000 m 2
4).
Taman dan lapangan olah raga melayani 120.000 jiwa dengan luas 24.000 m 2
Tabel IV.13
Kebutuhan Fasilitas Taman dan Lapangan Olah Raga
Pada Kawasan Panorama Lingkar Timur Tahun 2012 - 2027
NoTahun
ProyeksiJumlah(Jiwa)
Taman (Tempat Bermain) Taman Lingkungan Taman dan Lap. OR
Unit Luas (m2) Unit Luas (m2) Unit Luas (m2)
1 2012 31.205 125 31.250 12 15.000 1 9.000
2 2017 33.319 133 33.250 13 16.250 1 9.000
3 2022 35.575 142 35.500 14 17.500 1 9.0004 2027 37.985 152 38.000 15 18.750 1 9.000
Sumber: Hasil Analisis, 2007
Kebudayaan dan Rekreasi
1). Balai pertemuan melayani 3.000 jiwa dengan luas 300 m2
2). Gedung serba guna lingkungan melayani 30.000 jiwa dengan luas 1.000 m 2
3). Gedung serba guna kecamatan melayani 120.000 jiwa dengan luas 3.000 m2
4). Gedung kesenian melayani 480.000 jiwa dengan luas 2.000 m2
5).
Bioskop melayani 480.000 jiwa dengan luas 2.000 m2
Tabel IV.14
Kebutuhan Fasilitas Kebudayaan dan Rekreasi Pada Kawasan Panorama Lingkar Timur
Tahun 2012 - 2027
NoTahun
ProyeksiJumlah(Jiwa)
Kebudayaan dan RekreasiGedung Serba Guna
Lingkungan
Unit Luas (m2) Unit Luas (m2)
1 2012 31.205 10 3.000 1 1.0002 2017 33.319 11 3.300 1 1.000
3 2022 35.575 12 3.600 1 1.000
4 2027 37.985 13 3.900 1 1.000
Sumber: Hasil Analisis, 2007
Ruang Terbuka Hijau
1). Ruang terbuka 15 m2/penduduk dengan luas 15 m2
2).
Pemakaman umum melayani 120.000 jiwa dengan luas 200.000 jiwa
Tabel IV.15
Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Pada Kawasan Panorama Lingkar Timur Tahun 2012 - 2027
No Tahun Proyeksi Jumlah (Jiwa) Luas (m2)
1 2012 31.205 468.075
2 2017 33.319 499.785
3 2022 35.575 533.625
4 2027 37.985 569.775
Sumber: Hasil Analisis, 2007
g.
Perumahan, dalam perhitungannya menggunakan standar sebagai berikut:
Standar kebutuhan fasilitas hunian yaitu rumah didasari oleh tipe rumah yang terbagi menjadi 3 kelas
dengan proporsi adalah 1 : 3: 6 (kavling besar : kavling sedang : kavling kecil) :
1).
Kavling besar 600 – 800 m2
2).
Kavling sedang 400 – 500 m2
3). Kavling kecil 130 – 300 m2
-
8/18/2019 Bab 4 - Analisis Penanganan Tata Lingkungan Dan Bangunan
10/18
LAPORAN FINAL IV- 10
Tabel IV.16
Kebutuhan Ruang Perumahan Pada Kawasan Panorama Lingkar Timur Tahun 2012 – 2027
NoTahun
Proyeksi
Jumlah
(Jiwa)KK
Kavling Kecil Kavling Sedang Kavling Besar Jumlah Total
Unit Luas (m2) Unit Luas (m2) Unit Luas (m2) Unit Luas (m2)
1 2012 31.205 6.241 3745 1.123.380 1.872 936.150 624 499.280 6.241 2.558.810
2 2017 33.319 6.664 3998 1.199.484 1.999 999.570 666 533.104 6.664 2.732.158
3 2022 35.575 7.115 4269 1.280.700 2.135 1.067.250 712 569.200 7.115 2.917.150
4 2027 37.985 7.597 4558 1.367.460 2.279 1.139.550 760 607.760 7.597 3.114.770
Sumber: Hasil Analisis, 2007
4.3.2 Kebutuhan Pelayanan Prasarana Kawasan
Pembahasan prasarana kawasan khususnya mengenai kebutuhan pelayanannya dimaksudkan untuk
mengetahui jaringan dan perkiraan kebutuhan pada masa yang akan datang. Analisis ini meliputi air bersih,
listrik, telpon, drainase, limbah dan persampahan.
A.
Drainase
Sistem pada kawasan perencanaan terdiri dari saluran tertutup dan saluran terbuka. Saluran tertutup
hanya terdapat pada ruas jalan tertentu seperti Jalan Salak Raya, Jalan Manggis dan Jalan Semangkayang merupakan koridor kawasan perencanaan. Sedangkan saluran terbuka umumnya berada di
lingkungan hunian di Zona R dan O, yang dibangun pada jalan local dan lingkungan. Kondisi saluran
drainase pada umumnya sudah mampu mengalirkan air hujan, hanya di beberapa ruas jalan kondisi
bangunanya terlihat sudah mulai rusak.
Permasalahan drainase pada kawasan perencanaan dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
1.
Belum seluruh ruas jalan kawasan perencanaan memiliki saluran drainase, jaringan yang ada sebagian
besar terdapat di wilayah yang telah terbangun yakni di ruas jalan Salak Raya, Jl. Manggis dan sebagian
di Jl. Muhajirin.
2.
Dari seluruh jaringan drainase yang ada, sebagian besar berupa saluran terbuka. Saluran tertutup hanya
terdapat di salah Jalan Salak Raya dan sebagian sisi koridor Jalan Muhajirin3.
Kondisi saluran drainase secara fisik telah memadai namun belum berfungsi dengan baik. Hal ini
ditunjukkan dengan masih banyaknya tumpukan sampah di dalam saluran ini serta beberapa titik saluran
digenangi air yang menimbulkan polusi udara. Saluran drainase yang ada belum terawat dengn baik.
4. Terdapat beberapa saluran yang kurang lancar mengalirkan air.
5. Pemeliharaan saluran drainase masih kurang
6.
Saluran Drainase masih digunakan untuk pembuangan sampah.
7.
Kota Bemgkulu belum mempunyai Master Plan/Out Line Plan Drainase sehingga penataan drainase
kawasan perencanaan masih belum otimal dan terencana
B.
Air bersih
Untuk menunjang keberlangsungan hidup manusia, air bersih mutlak diperlukan, untuk itu penyediaan airbersih perlu ditingkatkan baik baik kuntitas maupun kualitas air. Air bersih di kawasan perencanaan
mengikuti pola pelayanan air bersih di Kota Bengkulu yang berasal dari PDAM dan air sumur, sumber air
baku PDAM berasal dari air Nelas di Desa Cahaya Negeri Kabupaten Seluma dan Air Bengkulu di Desa
Surabaya.
1.
Kebutuhan air bersih berdasarkan standar adalah 150 liter/orang/hari.
2.
Standar kebutuhan air melalui Sambungan Rumah Tangga diasumsikan 1 unit untuk 5 jiwa
3.
Pelayanan Hidran Umum diasumsikan 1 unit untuk 100 jiwa.
Sampai akhir tahun perencanaan diperirakan pasokan air bersih masih mencukupi.
Tabel IV.17
Kebutuhan Air Bersih Pada Kawasan Panorama Lingkar Timur Tahun 2012 – 2027
NoTahun
ProyeksiJumlah(Jiwa)
Kebutuhan VolumeAir Bersih/Hari (Liter)
Jumlah SambunganRumah tangga
Jumlah SambunganHidran Umum
1 2012 31.205 4.680.750 6.241 312
2 2017 33.319 4.997.850 6.664 333
3 2022 35.575 5.336.250 7.115 356
4 2027 37.985 5.697.750 7.597 380
Sumber: Hasil Analisis, 2007
C.
Air kotor
Penanganan limbah dimaksudkan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kebersihan
lingkungan. Penanganan limbah ditujukan pada limbah manusia (Human Waste).
Pengelolaan limbah di Kota Bengkulu masih dilakukan secara individu dan semi komunal, begitu juga
pada kawasan perencanaan. Berdasarkan RTRW Kota Bengkulu 2005-2012, pelayanan sanitasi
lingkungan ditargetkan sekitar 80% dari jumlah penduduk dengan melengkapi fasilitas pribadi, fasilitas
-
8/18/2019 Bab 4 - Analisis Penanganan Tata Lingkungan Dan Bangunan
11/18
LAPORAN FINAL IV- 11
umum, system sawarage dan pembangunan instalasi pengolahan. Kriteria atau asumsi yang digunakan
untuk target layanan yang diingkinkan adalah sebagai berikut :
1. Fasilitas Umum
Kakus Keluarga : 50% jumlah penduduk target
MCK : 25% jumlah penduduk target
Septick Tank Komunal : 25% jumlah penduduk target
2.
Dasar Asumsi Pelayanan:
1 KK terdiri dari 5 orang
1 Kakus Keluarga : 1 KK
1 Kakus Umum : 4KK
1 MCK : 10 KK
1 Septick Tank Komunal : 20 KK
Tabel IV.18
Kebutuhan Prasarana Air Kotor Pada Kawasan Panorama Lingkar Timur Tahun 2007 –
2027
NoTahun
ProyeksiJumlah(Jiwa)
JumlahKK
KakusKeluarga
KakusUmum
MCKSeptick Tank
Komunal
1 2007 29.226 5.845 5.845 1.461 585 292
2 2012 31.205 6.241 6.241 1.560 624 312
3 2017 33.319 6.664 6.664 1.666 666 333
4 2022 35.575 7.115 7.115 1.779 712 356
5 2027 37.985 7.597 7.597 1.899 760 380
Sumber: Hasil Analisis, 2007
D. Persampahan
Persampahan di kawasan perencanaan baru sebagian yang dikelola oleh Dinas Kebersihan, selebihnya
masih dilakukan secara swakelola oleh masyarakat dengan cara ditimbun dan dibakar. Dengan asumsi
jumlah timbulan sampah yang dihasilkan 2,5 liter/orang/hari untuk rumah t angga dan 0,4 liter/orang/hari
(mengacu pada Revisi RTRW Kota Bengkulu 2005 - 2012) jumlah timbulan sampah di kawasan
perencanaan sampai akhir tahun perencanaan yaitu 2027 dapat dihitung sebagai berikut:
Tabel IV.19
Perkiraan Timbulan Sampah Pada Kawasan Perencanaan
(Kelurahan Panorama, Dusun Besar dan Lingkar Timur) Tahun 2007 - 2027
NoTahun
Proyeksi
Perkiraan Timbulan Sampah (M3 /hari)
Panorama Dusun Besar Lingkar Timur
Rumah Tangga Non RT Rumah Tangga Non RT Rumah Tangga Non RT
1 2007 26,36 4,22 31,19 4,99 15,52 2,482 2012 28,14 4,50 33,30 5,33 16,57 2,65
3 2017 30,05 4,81 35,56 5,69 17,70 2,83
4 2022 32,08 5,13 37,97 6,07 18,89 3,02
5 2027 34,25 5,48 40,54 6,49 20,17 3,23
Sumber: Hasil Analisis, 2007
Dengan prediksi jumlah timbulan sampah tersebut, maka diperlukan prasarana pengumpul yang
memadai. Pada saat ini pengelolaan sampah yang dilakukan oleh Dinas Kebersihan adalah dengan
pengumpulan sampah sementara di TPS berupa container yang terletak di Zona K Blok K1 di Kawasan
Pasar Panorama, dan untuk melayani kawasan terhadap fasilitas persampahan masih dirasakan kurang,
hal ini ditunjukkan dengan bertumpuknya sampah (membentuk seperti TPS) pada beberapa lokasi pada
koridor seperti di ruas Jalan Sudirman dengan demikian diperlukan peningkatan pelayanan dengan
memperhatikan perkiraan timbunan sampah.
E.
Listrik
Pelayanan jaringan listrik di Kota Bengkulu telah menjangkau hampir seluruh wilayah kota dan pada
kwasan perencanaan seluruhnya sudah terlayani oleh jaringan listrik yang meiliki pola jaringan linear
mengikuti jaringan jalan. Penggunaan energi listrik tidak hanya untuk kebutuhan rumah tangga, tapi juga
untuk kegiatan usaha dan kegiatan social. Kebutuhan listrik pada tahun perencanaan dihitung
berdasarkan standar sabagai berikut :
1.
Kebutuhan perumahan meliputi:
Rumah kavling kecil 450 watt/unit
Rumah kavling sedang 900 watt/unit
Rumah kavling besar 1.300 watt/unit
2. Kegiatan non rumah tangga diperkirakan mencapai 50% dari total kebutuhan rumah tangga
3. Penerangan jalan 10% dari total rumah tangga .
-
8/18/2019 Bab 4 - Analisis Penanganan Tata Lingkungan Dan Bangunan
12/18
LAPORAN FINAL IV- 12
Untuk lebih jelasnya mengenai kebutuhan daya listrik dapat dilihat pada tabel IV.20
Tabel IV.20
Kebutuhan Daya Listrik Pada Kawasan Panorama Lingkar Timur Tahun 2007 – 2027
NoTahun
Proyeksi
Jumlah (Jiwa) KKKavling Kecil Kavling Sedang Kavling Besar Jumlah Total Non Rumah Tangga
Watt
Penerangan Umum
(Watt)
Total Kebutuhan Daya
Listrik (Watt)Unit Watt Unit Watt Unit Watt Unit Watt
1 2012 31.205 6.241 3745 1.685.070 1.872 1.685.070 624 811.330 6.241 4.181.470 2.090.735 209.074 2.299.809
2 2017 33.319 6.664 3998 1.799.226 1.999 1.799.226 666 866.294 6.664 4.464.746 2.232.373 223.237 2.455.610
3 2022 35.575 7.115 4269 1.921.050 2.135 1.921.050 712 924.950 7.115 4.767.050 2.383.525 238.353 2.621.878
4 2027 37.985 7.597 4558 2.051.190 2.279 2.051.190 760 987.610 7.597 5.089.990 2.544.995 254.500 2.799.495
Sumber: Hasil Analisis, 2007
F.
Telepon
Telepon pada saat sekarang sudah menjadi suatu kebutuhan bagi masyarakat. Pada saat sekarang telah
berkembang jaringan telpon cellular sehungga lebih mempermudah dalam berkomunikasi. Prasarana
telepon di pada kawasan perencanaan cukup memadai, warung telekomunikasi (wartel), kiosteldan KBU
tersebar di seluruh bagian kawasan perencanaan, khususnya di sepanjang koridor kawasanperencanaan (Zona K). Bagi wilayah yang belum mendapatkan jaringan telpon, masyarakat dapat
menggunakan telpon celuler yang tidak menggunakan jaringan.
4.3.3
Kebutuhan Ruang Parkir Sebagai Sarana Pendukung Kegiatan Komersil (Perdagangan dan
Jasa)
Kegiatan potensial pada kawasan perencanaan adalah
kegiatan perdagangan dan jasa yang memiliki peranan penting
dalam menopang struktur perekonomian kawasan dan Kota
Bengkulu secara umum. Kegiatan ini mebutuhkan sarana
pendukung berupa parkir yang memadai terkait dengan pola
sirkulasi kawasan yang cenderung tidak teratur dengan adanya
sistem parkir “on street ” yang dapat menimbulkan gangguan
pergerakan/lalu lintas pada koridor Jalan Salak Raya.
Tipe parkir yang diarahkan dalam penataan sirkulasi dan parkir pada Zona K (K1 dan K2) adalah parkir off
street yang berbentuk pelataran parkir (Openspace Parking). Kebutuhan lahan parkir mengacu pada standar
kebutuhan luasan parkir pada kawasan perdagangan, yaitu:
1.
Luas lantai bangunan pertokoan/perbelanjaan 2.250 - 36.000 m2 membutuhkan 4 petak tiap 90 m 2
2.
Luas lantai bangunan pertokoan/perbelanjaan 36.000 - 54.000 m2 membutuhkan 4 - 5 petak tiap 90 m2
Untuk lebih jelasnya mengenai kebutuhan petak dan luasan parkir dapat dilihat pada tabel IV.21
Tabel IV.21
Kebutuhan Petak dan Luasan Parkir Pada Zona K (Komersil: Perdagangan, Jasa dan Pasar)
Zona / Blok Luas Lantai (Ha) M2 Jumlah Petak Parkir Luas Petak Parkir (m2)
K2 47.930 533 3.493,56
K1 23.550 262 1.716,53
Sumber: Hasil Analisis, 2007
4.4 FIGURE GROUND
Teori figure ground dipahami dari tata kota sebagai hubungan tekstural antara bentuk yang dibangun dan
ruang terbuka. Analisis figure ground adalah alat yang dapat digunakan untuk mengidentifikasikan sebuah
tekstur dan pola – pola sebuah tata ruang perkotaan, serta mengidentifikasikan masalah keteraturan ruang
perkotaan. Kemampuan untuk menentukan pola – pola dapat membantu menangani masalah mengenai
ketepatan dan perubahan dalam perencanaan tata ruang kota serta membantu menentukan pedoman –
pedoman dasar untuk menentukan sebuah perencanaan tata ruang dan lingkungan kota yang konkret sesuai
tekstur konteksnya.
-
8/18/2019 Bab 4 - Analisis Penanganan Tata Lingkungan Dan Bangunan
13/18
LAPORAN FINAL IV- 13
Suatu lingkungan binaan tidak dapat dirasakan tanpa adanya suatu bagan kognitif yang mendasarinya.
Beberapa pola pengarah (pola lama dan/atau pola baru) harus ada sehingga suatu bentuk dapat
dimunculkan. Bentuk – bentuk tersebut selalu menggambarkan suatu kesesuaian antara organisasi ruang
fisik dan organisasi ruang sosial.
Dalam dinamika perkembangan kota terdapat 4 (empat) proses perubahan terhadap bentuk dan struktur kota
yaitu :
1.
Perluasan fisik, yaitu proses pengisian dan perluasan areal ke arah pinggiran kota yang pada umumnya
terjadi di sepanjang jalur jalan utama (regional) dan juga pembentukan wilayah – wilayah baru pinggir
kota.
2.
Pergeseran, yaitu perubahan struktur kota akibat pergeseran penggunaan yang disebabkan adanya
penyesuaian – penyesuaian penggunaan terhadap kebutuhan pelayanan baru.
3.
Pembangunan wilayah perumahan, yaitu pembangunan atau pergerakan wilayah – wilayah perumahan
karena motif – motif ekonomi dan sosial penduduk.
4.
Pergantian ekonomi, yaitu pergantian fungsi ekonomi akibat adanya peningkatan nilai (harga) tanah
misalnya karena kawasan perumahan terpenetrasi oleh kegiatan nonperumahan (perdagangan).
Melihat ke empat proses perubahan bentuk dan struktur ruang kota, berdasarkan perubahan yang terjadi di
Kawasan Panorama Lingkar Timur menunjukkan adanya perubahan akibat adanya perluasan fisik dan
pembangunan (sebagai ruang terbangun) fasilitas perdagangan dan jasa. Bentuk Kawasan Panorama
Lingkar Timur sebagai salah satu pola dasar kota yang disebabkan oleh hubungan pola aktivitas yang terjadi
memiliki susunan kawasan yang bersifat heterogen, dimana dua (atau lebih) pola berbenturan, yaitu bersifat
mengelompok dan menyebar dalam tata ruang kota yang diawali oleh terbentuknya kawasan – kawasan
permukiman telah mulai bergeser menjadi kawasan komersil sebagaimana terjadi di sekitar ruas Jl. Manggis
dan Jl. Semangka sebagai efek dari perkembangan kegiatan komersil disekitar ruas Jl. Salak raya dan Blok
Pasar Panorama. Untuk lebih jelasnya mengenai pola figure ground kawasan Panorama Lingkar Timur dapat
dilihat pada gambar 4.2
4.5 ANALISIS TATA MASA BANGUNAN
4.4.1 Koefisien Dasar Bangunan (KDB)
Koefisien dasar bangunan merupakan prosentase perbandingan antara luas penggunaan lantai bangunan
terhadap luas kawasan peruntukan. Dalam perhitungan KDB ini dapat diketahui tingkat kepadatan bangunan
pada masing-masing blok, dengan demikian dapat ditentukan langkah pengaturan dan pengendalian KDB
kawasan perencanaan secara umum berdasarkan fungsi dari masing-masing blok peruntukan. Untuk lebih
jelasnya mengenai KDB tiap blok dalam kawasan perencanaan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel IV.22
Koefisien Dasar Bangunan (KDB) Kawasan Panorama Lingkar Timur
No Zona/BlokKoefisien Dasar
Bangunan (%)
Tipologi Penggunaan Lahan
1
K: Zona Komersil
K1 65 % Pasar Panorama
K2 36 %Perdagangan dan Jasa (Koridor Kawasan:Jalan Salak Raya, Jalan Manggis danJalan Semangka)
2
R : Zona Permukiman
R1 46 % Permukiman kepadatan tinggi
R2 36 % Permukiman kepadatan sedang
R3.A 10 % Permukiman kepadatan rendah
R3.B 16 %
3 O : Zona RTH/Taman Wisata 3 % Ruang terbuka hijau/wisata rekreasi
Sumber: Hasil Analisis, 2007
4.4.2
Koefisien Lantai Bangunan (KLB)
Rata-rata ketinggian bangunan pada kawasan perencanaan relatif bervariasi yang dipengaruhi oleh pola
penggunaan bangunan pada masing-masing zona pada kawasan perencanaan. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut:
TabelIV.23
Koefisien Lantai Bangunan (KLB) Kawasan Panorama Lingkar Timur
No Zona/BlokRata-rata Jumlah lantai Bangunan
(eksisting)Koefisien Lantai
Bangunan
1
K (Komersil: Toko – Ruko – Pasar – Jasa Perbankan – Jasa Pendukung lainnya)
K1 1 lantai 0,65
K2 1 – 3 lantai 2,63
2
R (Lingkungan Hunian: Kepadatan Rendah –
Sedang –
Tinggi)R1 1 – 2 lantai 0,46
R2 1 – 2 lantai 0,36
R3.A1 lantai
Rencana Pembangunan RUSUNAWA 5 lantai0,1
R3.B 1 lantai 0,16
3 O : RTH (Taman Wisata Remaja) 1 lantai 0,03
Sumber: Hasil Analisis, 2007
-
8/18/2019 Bab 4 - Analisis Penanganan Tata Lingkungan Dan Bangunan
14/18
LAPORAN FINAL IV- 14
Gam
bar4.2
PetaFig
ureGround
-
8/18/2019 Bab 4 - Analisis Penanganan Tata Lingkungan Dan Bangunan
15/18
LAPORAN FINAL IV- 15
4.4.3
Garis Sempadan Bangunan (GSB)
Garis sempadan bangunan (GSB) adalah jarak yang dihitung dari jalan batas kapling terluar hingga batas
bangunan. GSB berfungsi sebagai jarak bebas bangungan yang dapat bermanfaat sebagai estetika ruang,
menyediakan untuk ruang terbuka hijau/pekarangan, dan estetika bangunan di persimpangan.
Tabel III.24
Analisis Kondisi GSB Pada Kawasan Perencanaan
Zona K Zona R Zona O
Garis Sempadan Bangunan(GSB) di sepanjang Jl. SalakRaya masih belum teratur,dengan rata-rata 8 – 10 m
Garis Sempadan Bangunan(GSB) di sepanjang Jl. Manggisdan Jalan Semangka masihbelum teratur, dengan rata-rata 3
– 8 m
Garis SempadanBangunan (GSB) disepanjang jalanlingkunganpermukiman masihbelum teratur,dengan rata-rata 3 – 6 m yangdimanfaatkansebagai halamanrumah
Pada zona ini ditinjau dari GSBtidak ada permasalahan, hal inimengingat bahwa zona inimerupakan RTH Kawasan WisataTaman Remaja dan keberadaanbangunan hanya bangunan kantordinas pemerintah, ruang penjagakarcis, ruang untuk kios skala lokaldan ruang untuk berteduhpengunjung
Sumber: Hasil Analisis, 2007
4.4.4
Analisis Intensitas Penggunaan Lahan
Analisis ini ditujukan untuk mengetahui intensitas penggunaan ruang kota berdasarkan hasil perhitungan luas
penggunaan blok peruntukan lahan, jumlah bangunan, luas lantai dan lain-lain. Rumus matematis dari
intensitas penggunaan tanah ini dapat dijabarkan sebagai berikut :
1,903 + Log KLB
I P L : ---------------- --------
0,381
Keterangan:
IPL : Intensitas Penggunaan Lahan
K L B : Koefisien Lantai Bangunan
Tabel IV.25
Intensitas Bangunan Kawasan Panorama Lingkar Timur
No Zona/BlokIntensitasBangunan
Klasisfikasi
1 Zona K
K1 4,50 Tinggi
K2 6,10 Tinggi2 Zona R
R1 4,11 Tinggi
R2 3,83 Tinggi
R3.A 2,37 Sedang
R3.B 2,91 Sedang
3 Zona O 1,00 Rendah
Keterangan: 5,10 Tinggi
Sumber: Hasil Analisis, 2007
4.6 ANALISIS VISUAL
Dalam analisis ini akan diuraikan mengenai kondisi visual dan
pengaruhnya terhdap pembentukan citra kawasan berdasarkan
fungsi dan alokasi penggunaan lahan. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut:
-
8/18/2019 Bab 4 - Analisis Penanganan Tata Lingkungan Dan Bangunan
16/18
LAPORAN FINAL IV- 16
Gambar
4.3
PetaKDBdanKLB
-
8/18/2019 Bab 4 - Analisis Penanganan Tata Lingkungan Dan Bangunan
17/18
LAPORAN FINAL IV- 17
Tabel IV.26
Analisis Kesan Visual Zona Kawasan Panorama Lingkar Timur
No Zona/Blok Kesan Visual Terhadap Kawasan
1 K Zona komersil perdagangan dan jasa (toko, ruoko, pasar dan pertokoan serta jasa yangterakomodasi secara keruangan)
K1 (PasarPanorama)
Blok ini merupakan bagian dari Zona K yang khusus dialokasikan dalam menampung k egiatanperdagangan skala regional berupa pasar, yaitu Pasar Panorama. Ketidakteraturan pola
bangunan dan kecenderungan kepadatan yan g berlebih dan tidak tertata secara keruanganmengakibatkan kesan blok pasar yang cenderung kumuh, apalagi dengan bercampurnya dengankegiatan pemberhentian sementara (terminal) angkutan umum yang pada dasarnya ruang (blok)kawasan tersebut kurang memadai dengan percampuran kedua aktifitas tersebut. Sektor informal(PKL) yang menempati ruang diantara tepian jalan yang seharusnya diperuntukkan sebagai areapejalan kaki telah turut serta meberikan andil dalam penurunan citra kawasan perdagangan yangtertata.
K2 (KoridorJalanSalakRaya,JalanManggis,dan JalanSemangka)
Zona K merupakan kawasan komersil perdagangan dan jasa yang berbentuk deretan bangunanpertokoan dan sektor jasa dengan rata-rata ketinggian bangunan 1-3 lantai (dominan adalah 2lantai) yang membentuk skyline kawasan terlihat variatif reliefnya.
Adanya sektor informal yang tidak tertata disepanjang jalan dan parkir pada bahu jalanmenimbulkan kesan viusal yang mengurangi nilai estetis zona tersebut. Ketidakteraturan sistemsirkulasi dan pola pemberhentian angkutan umum yang sembarang telah turut sertamenyebabkan kesemarwutan terhadap kawasan (blok zona K) hal ini dapat menimbulkan citrakoridor kawasan yang tidak tertata dengan optimal. Dorongan pergeseran fungsi ruang yangmerupakan peruntukan permukiman menjadi bagian dari kegiatan komersil telah mampumemberikan dampak secara keruangan khususnya mengenai fungsi bangunan bercampur, jika
tidak diimbangi dengan pola pengendalian dan pengaturan bangunan maka dapat menimbulkankecenderungan secara visual kawasan tersebut tidak memiliki spesifikasi fungsi yang jelas karenaakan selalu mengalami perubahan yang tidak sesuai dengan ketentuan dasar fungsi bangunansesuai yang telah ditetapkan, baik secara normatif maupun fungsi ruang dalam bangunan yangterkesan “terpaksa”
2 R Zona permukiman yang mengindikasikan permukiman kepadatan tinggi, sedang dan rendahdalam kawasan perencanaan. Zona ini dilengkapi dengan sarana dan prasarana lingkunganhunian yang relatif masih terbatas.
R1 Kesan visual dari blok R1 merupakan blok khusus hunian yang masih memerlukan perhatian lebiholeh pemerintah mengenai penataan kawasan. Blok permukiman ini merupakan blok y angmemiliki tingkat kepadatan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan p eruntukan blok R2 dan R3sebagai lingkungan hunian. Kepadatan bangunan yang relatif sangat padat memberikancitra/kesan visual yang tidak teratur.
R2 Blok ini merupakan peruntukan permukiman dengan pola kepadatan bngunan sedang, beberapaelemn ruang yang ada pada bolk ini belum sepenuhnya tertata. Ruang terbuka belumsepenuhnya terencana dan tertata, jaringan drainase pada blok ini belum temanfaatkan secara
optimal mengingat kondisi yang tidak terawat. Munculnya kegiatan perdagangan skala lokal dan jasa pelayanan tingkat lingkungan permukiman dapat menyebabkan kumuhnya lingkungankawasan permukiman. Secara visual blok ini memiliki kondisi tatanan yang masih membutuhkanpola penataan dan pengaturan bangunan dan lingkungan secara tegas dan terencana.
R3.A Blok ini memiliki pola kepadatan bangunan yang masih rendah jika dibandingnkan dengan blok-blok lainnya d kawasan perencanaan, e lemen-elemen ruang masih belum menunjukkanpermsalahan yang signifikan mengingat kondisi kepadatan yang masih rendah. KetersediaanRTH yang masih luas memberikan dampak positif bagi kawasan perencanaan baik secaraekologis maupun sebagai cadangan lahan pada masa yang akan datang. Namun pola penataandan pengendalian bangunan dan lingkungan pada kawasan ini perlu juga ditekankan sebagai
No Zona/Blok Kesan Visual Terhadap Kawasan
upaya antispasi perkembangan yang tidak terencana. Penataan pola jaringan drainase dan jalanserta RTH perlu mendapatkan perhatian. Blok ini masih mencerminkan kesan v isual yang masihalami dengan RTH yang masih banyak. Pada blok ini juga direncanakan adanya RUSUNAWAyang pada saat ini berada pada tahap pembangunan.
R3.B Blok ini memiliki karakteristik yang sama dengan blok R3.B yaitu blok yang memiliki polapenggunaan lahan sebagai lingkungan permukiman dan pada saat ini merupakan kepadatanrendah.
3 O Blok O merupakan peruntukan sebagai RTH (Taman Wisata Remaja). Penataan ruang terbuka
hijau sudah terencana tetapi masih belum teratur, rata-rata ditanami pohon-pohon alami danbelum memiliki nilai keindahan dan seni RTH yang bernilai wisata dan keindahan. Namunbeberapa kondisi yang permasalahan elemen pendukung (jalur sirkulasi lokal) yang muncul dandapat mengurangi nilai visual terhadap kawasan antara lain: pedestrian kurang nyaman dan tidakmemberikan kesan tempat wisata dan lebar jalan yang ada pada awal segmen ini sempitsehingga tidak mencukupi dibuat pedestrian. Dengan demikian untuk meningkatkan nilai estetikakawasan perlu dilakukan peningkatan dan penandaan pada pintu masuk kawasan agar memilikicitra yang lebih mengarah, Tata letak peruntukan RTH y ang memiliki nilai wisata perluditingkatkan dan dikembangkan peruntukkan sehingga memiliki nilai jual yang lebih baik, danSistem pedestrian pada kawasan ini perlu ditingkatkan dan d ibedakan antara pejalan kaki danpengguna kendaraan
Sumber: Hasil Analisis, 2007
4.7
ANALISIS HUBUNGAN FUNGSIONAL DAN ORGANISASI RUANG
Seperti telah dikemukakan di depan bahwa elemen yang akan membentuk ruang wilayah perencanaan
diantaranya terdiri dari :
1.
Perdagangan dan Jasa (Ruko, Pertokoan, Jasa Perbankan dan lainnya)
2.
Pasar Panorama
3.
Parkir Area
4.
Jalan
5.
Terminal angkutan perkotaan
6.
Fasilitas pelayanan sosial
7.
Taman Ruang Terbuka Hijau (RTH Wisata Taman Remaja)
8.
Perumahan dan Permukiman
Elemen –elemen tersebut dalam penempatannya dapat dibedakan satu dengan yang lain terutama yang
memiliki hubungan antar fungsi yang kuat, sedangkan elemen yang tidak memiliki hubungan fungsional kuat
dalam penempatannya harus dijauhkan. Kuat dan tidaknya hubungan antara elemen tersebut tergantung
-
8/18/2019 Bab 4 - Analisis Penanganan Tata Lingkungan Dan Bangunan
18/18
LAPORAN FINAL IV- 18
seberapa pentingnya elemen yang satu mendukung/menunjang dalam kondisi yang tidak memungkinkan
kedua elemen yang memiliki hubungan fungsional kuat didekatkan, maka dapat saja penempatannya relatif
cukup jauh tetapi perlu ditunjang dengan aksesibilitas yang baik. Secara diagram elemen – elemen
pembentuk struktur ruang wilayah perencanaan wilayah dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 4.4
Hubungan Fungsional Antar Elemen
Hubungan Lemah
Hubungan Sedang
Hubungan Kuat
Terminal Angkutan Umum
Jalan
Area Parkir
Pasar Panorama
Perdagangan dan Jasa
Fasilitas Pelayanan Sosial
Taman Ruang Terbuka Hijau (Taman remaja)
Perumahan Permukiman