1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
ASI eksklusif didefinisikan sebagai perilaku dimana hanya
memberikan air susu ibu saja sampai usia 6 bulan tanpa tambahan cairan lain,
seperti susu formula, teh, jeruk, madu, air putih dan tanpa tambahan
makanan padat, seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan
nasi tim (Roesli, 2004). Kebijakan peningkatan untuk pemberian Air Susu Ibu
(ASI) telah disampaikan oleh Menteri Kesehatan RI pada acara “Pekan ASI
Sedunia 2010” di Jakarta. Tujuan peringatan ini agar setiap negara secara terus
menerus bersama-sama melakukan upaya yang nyata untuk membantu ibu
berhasil menyusui dengan benar. Promosi Kesehatan ini menyampaikan
manfaat menyusui dan tatalaksananya yang dimulai sejak masa kehamilan,
masa bayi lahir, sampai umur bayi 2 tahun (Wattimena & Hapsari, 2014).
Kebutuhan zat gizi untuk bayi semakin bertambah seiring
meningkatnya pertumbuhan bayi, sedangkan ASI yang dihasilkan ibu kurang
memenuhi kebutuhan gizi. Oleh sebab itu, bayi mulai usia 6 bulan sudah
mulai diberikan Makanan Pendamping ASI agar kebutuhan gizinya terpenuhi
(Depkes RI, 2006). Makanan Pendamping ASI adalah makanan atau
minuman yang mengandung gizi, diberikan pada bayi pada usia 6-24 bulan
untuk memenuhi kebutuhan gizinya (Depkes RI, 2006). Praktek pemberian
MP-ASI dini masih banyak dijumpai didaerah pedesaan maupun perkotaan
dengan banyak faktor yang menyebabkan pemberian MP-ASI dini (Djaiman,
2009).
2
Penelitian WHO tahun 2001 tentang pemberian ASI eksklusif (<4
bulan) dari tahun 1995-2001 di beberapa negara menunjukkan bahwa negara-
negara yang kurang berkembang sebesar 37%, negara kurang berkembang
sebanyak 48%, dan angka dunia sebesar 45%. Penelitian tersebut
menggambarkan masih rendahnya perilaku pemberian ASI eksklusif dan
masih tingginya angka perilaku pemberian MP-ASI dini dinegara-negara
tersebut. Hasil studi WHO melalui Multicentre Growth Reference Study (MGRS)
yang dilaksanakan tahun 1997-2003 di negara Brazil, Ghana, India, Norwegia,
Oman dan AS dengan sampel bayi 0-24 bulan disertai kurva pertumbuhan
dan pemberian ASI eksklusif. Hasil tersebut diperoleh gambaran dari 1737
baduta 882 (50,7%) tetap diberikan ASI eksklusif, sedangkan baduta 855
(49,3%) sudah diberikan MP-ASI sebelum usia 6 bulan (WHO, 2006).
Pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia < 2 bulan berdasarkan Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2006-2007 hanya mencangkup
67% dari total bayi yang ada. Presentase tersebut menurun seiring
bertambahnya usia bayi, yaitu 54% pada bayi usia 2-3 bulan dan 19% pada
bayi usia 7-9 bulan. Hal ini yang lebih memprihatinkan terdapat 13% bayi <
2 bulan sudah diberikan susu formula, dan satu dari tiga bayi usia 2-3 bulan
telah diberikan makanan pendamping (Sentra Laktasi Indonesia, 2011).
Survey yang dilakukan oleh Nutrition and Health Surveillance System (NSS)
bekerjasama dengan Balitbangkes (Balai Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan) di 4 perkotaan (Jakarta, Surabaya, Semarang, Makasar) dan 8
pedasaan (Sumbar, Lampung, Jabar, Banten, Jateng, Jatim, NTB, Sulsel)
menunjukkan bahwa cangkupan ASI eksklusif 4-5 bulan diperkotaan antara
4-12%, sedangkan di pedesaan 4-25%. Pencapaian ASI eksklusif 5-6 bulan
3
diperkotaan berkisar antara 1-13% dan dipedesaan 2-13%, sehingga dapat
disimpulkan bahwa banyak ibu-ibu yang memberikan MP-ASI sebelum bayi
berumur 6 bulan (Depkes RI, 2005). Terdapat lebih 49% bayi sebelum usia 6
bulan sudah diberikan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) berupa makanan
padat. Setelah usia 6 bulan disamping ASI dapat juga diberikan MP-ASI
namun pemberiannya harus tepat, meliputi kapan waktu pemberian, apa yang
harus diberikan, berapa jumlah yang diberikan, dan frekuensi pemberian
untuk menjaga kesehatan bayi (Rosidah, 2008). Penelitian Hananto mengenai
Neonatal Mariality Rate (NMR) di Nusa Tenggara Barat dan Jawa Timur
menunjukkan lebih dari 64% di NTB dan 76% ibu di Jawa Timur memberi
makan bayi mereka dengan pisang kurang dari 6 bulan. Sebanyak 8,49%
neonatal meninggal karena gejala penyumbatan saluran pencernaan dan
23,07% neonatal meninggal karena diare.
Seseorang disarankan untuk berhenti berfokus pada tanggung jawab
dan rasionalitas individu, serta memahami bahwa perilaku terkait kesehatan
adalah suatu kebiasaan dan mulai bekerja dengan kemungkinan situasi yang
mencetuskan dan menguatkan perilaku ibu menyusui (Vinck, 2007). Banyak
faktor yang dapat mempengaruhi ibu dalam pemberian makanan pendamping
ASI <6 bulan, seperti: faktor internal (motivasi ibu, sikap ibu, tanggapan ibu,
emosional ibu, pengetahuan ibu, pengalaman ibu, persepsi dan pendidikan
ibu) dan faktor eksternal (lingkungan, usia, kebiasaan keluarga, ras dan adat
istiadat). Berdasarkan observasi ibu-ibu di Desa Pucangan ini banyak yang
sudah memberikan Makanan Pendamping ASI lebih dini, karena mereka
belum banyak menerima informasi tentang ASI maupun bahaya memberikan
MP-ASI <6 bulan. Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) lebih
4
dini < 6 bulan akan mengakibatkan hal yang fatal untuk kesehatan bayi,
seperti diare, pendarahan usus, Gastro Esophageal Reflux (GER) atau gumoh,
kolik usus, ekzema atopi dan obesitas (Heird, 2011).
Hasil study pendahuluan yang dilakukan penelitian bulan Oktober
2015 kepada salah satu bidan di Puskesmas Kauman Kabupaten
Tulungagung menyatakan bahwa banyak ibu-ibu di desa Pucangan yang
sudah memberikan Makanan Pendamping ASI lebih dini pada usia <6 bulan
karena mereka menganggap ASI yang diberikan belum cukup untuk
kebutuhan anaknya. Peneliti juga wawancara langsung dengan 4 ibu-ibu yang
kebetulan datang ke puskesmas, dari wawancara tersebut terdapat 2 ibu yang
sudah memberikan MP-ASI dini pada anaknya karena sudah kebiasaan
keluarga, anaknya selalu rewel dan menganggap ASI yang diberikan masih
kurang untuk anaknya. Ada banyak faktor juga yang menyebabkan ibu-ibu
menyusui tersebut memberikan MP-ASI, seperti kurangnya pengetahuan
mengenai pemberian MP-ASI, anak sudah bisa mulai menelan itu artinya
anak sudah waktunya diberi MP-ASI, biasanya anak rewel terus dianggap
lapar, dan sebagainya. Di Posyandu Pucangan terdapat 26 ibu yang terdaftar
sudah memberikan MP-ASI dini pada anaknya. Menurut data yang peneliti
dapat di Kabupaten Tulungagung terdapat 123 bayi yang sudah mendapatkan
Makanan Pendamping ASI lebih dini (Dinkes Tulungagung, 2013).
Melihat kenyataan tersebut, maka cara mengantisipasi keadaan yang
kurang konduktif dalam masalah MP-ASI adalah dengan melakukan edukasi
dan penyadaran diri pada ibu menyusui melalui promosi kesehatan. Promosi
Kesehatan dengan media iklan berpromosi group discussion menggunakan
media mind mapping yang akan berdampak pada stereotipe untuk berperilaku
5
sehat maupun berisiko, serta karakteristik di Desa Pucangan sangat
mendukung dengan diadakan program ini karena program ini untuk sesama
wanita atau homogen, warga disana senang bertukar fikiran, berdiskusi atau
musyawarah setiap kali terdapat masalah serta mereka suka dengan hal ataupu
pembelajaran yang baru dan dengan metode ini peserta dapat bebas
melakukan tanya jawab dengan peneliti, rata-rata pendidikannya sama, sopan,
saling menghargai dan menghormati satu sama lain.
Selain edukator perawat memiliki berbagai peran yaitu sebagai Care
Giver (pemberian asuhan keperawatan), advokator, koordinator, kolaborator,
konsultan dan agent of change (agen perubahan). Peran perawat dalam
penelitian ini adalah sebagai edukator dan koordinator yaitu, memberikan
informasi kesehatan (pendidikan kesehatan) dengan metode group discussion
menggunaka media mind mapping pada ibu menyusui terhadap perilaku
memberi makanan pendamping ASI, selain itu dapat menjadi konsultan dan
memberi solusi bagi ibu-ibu menyusui untuk meningkatkan perilaku
pemberian Makanan Pendamping ASI lebih dini (Mubarak & Cahyanti,
2009).
Berdasarkan uraian di atas penetili tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai efektivitas group discussion menggunakan media Mind
Mapping tentang pemberian ASI eksklusif dan makanan pendamping ASI
pada bayi usia 0-12 bulan terhadap tingkat pengetahuan untuk merubah
perilaku ibu di Posyandu Pucangan Kec. Kauman Kabupaten Tulungagung.
Perilaku dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu lingkungan, usia, adat istiadat,
motivasi, sikap, persepsi, pengalaman, pendidikan dan pengetahuan. Group
Discussion adalah percakapan ilmiah yang responsif berisikan pertukaran
6
pendapat yang dijalin dengan pertanyaan-pertanyaan problematis pemunculan
ide-ide ataupun pendapat dilakukan oleh beberapa orang yang tergabung
dalam kelompok itu yang diarahkan untuk memperoleh pemecahan
masalahnya dan untuk mencari kebenaran (Hasibun, 2010), sedangkan Mind
Mapping adalah sebuah media cara dalam pembelajaran yang tersusun secara
sistematik dan terarah yang akan mempermudah dalam pelajaran dalam
mempermudah pembelajaran (Sulastyaningsih, 2012). Media Mind Mapping
ini akan membantu kita memahami konsep-konsep dan menghafalkan
informasi dengan prasarana belajar (Silaban, 2012). Metode group discussion ini
dapat menghindari kesalahan persepsi dengan begitu akan mempermudah
pengambilan keputusan untuk peneliti dalam memahami sikap, keyakinan,
ekspresi peserta atau ibu-ibu menyusui mengenai topik pembicaraan,
sehingga sangat berguna bagi peneliti untuk bisa mengerti alasan-alasan yang
tidak terungkap dibalik respon peserta diskusi. Media ini juga merupakan
bentuk dengan diskusi yang didesain untuk memunculkan informasi
mengenai keinginan, kebutuhan, sudut pandang, kepercayaan dan
pengalaman yang dikehendaki oleh para peserta dalam group discussion ini, serta
dengan menggunakan mind mapping yang berupa gambar dan berbagai
warna akan mempermudahkan peserta untuk mengingat setiap informasi
yang diberikan (Winataputra, 2005; Silaban, 2012).
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana
efektifitas Group Discussion menggunakan media Mind Mapping tentang
pemberian Makan Pendamping ASI (MP-ASI) terhadap tingkat pengetahuan
ibu di Posyandu Pucangan Kec. Kauman Kabupaten Tulungagung".
7
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan peneliti ini untuk mengetahui efektifitas Group Discussion
menggunakan media Mind Mapping tentang pemberian Makanan
Pendamping ASI (MP-ASI) terhadap tingkat pengetahuan ibu.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian
Makanan Pendamping ASI pada anaknya sebelum diberikan Group
Discussion menggunakan media Mind Mapping.
2. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian
Makanan Pendamping ASI sesudah diberikan Group Discussion
menggunakan media Mind Mapping.
3. Menganalisis efektifitas Group Discussion menggunakan media Mind
Mapping terhadap tingkat pengetahuan ibu dalam pemberian
Makanan Pendamping ASI sebelum dan sesudah dilakukan
intervensi di Posyandu Pucangan Kec. Kauman Kabupaten
Tulungagung.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Bagi Orang Tua dan Anak
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sarana untuk
meningkatkan minat ibu memberikan ASI eksklsif >6 bulan dan tidak
memberikan Makanan Pendamping ASI lebih dini.
8
1.4.2 Manfaat Bagi Posyandu
Hasil penelitian dapat memotivasi posyandu untuk lebih
meningkatkan Group Discussion menggunakan media Mind Mapping
yang belum pernah dilakukan di program posyandu tersebut.
1.4.3 Manfaat Bagi institusi
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi institusi
pendidikan, khususnya Universitas Muhammadiyah Malang, Fakultas
Ilmu Kesehatan sebagai bahan referensi tentang efektifitas Group
Discussion menggunakan media Mind Mapping tentang pemberian
Makanan Pendamping (MP-ASI) terhadap tingkat pengetahuan ibu.
1.4.4 Manfaat Bagi Instansi Kesehatan
Penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber data bagi Dinas
Kesehatan kota Tulungagung untuk solusi mengatasi permasalah
Makanan Pendamping lebih dini.
1.5 Keaslian Peneliti
1.5.1 Penelitian Watinema & Hapsari (2014),
Meneliti tentang promosi kesehatan melalui penyuluhan dan
intervensi sastra dengan media bacaan untuk meningkatan ibu
menyusui ASI. Target WHO agar 80% ibu menyusui minimal 6 bulan
belum tercapai, sehingga perlu dilakukan upaya melalui intervensi
penyuluhan dan materi bacaan. Promosi dilakukan pada 105 ibu hamil
dan pasca-melahirkan. Mereka ditanya tiga pertanyaan terbuka tentang
manfaat intervensi, kesejahteraan yang dinikmati melalui ASI, dan
saran untuk menggalakkan pemberian ASI .
9
Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini terdapat
pada variabel independen dengan Group Discussion menggunakan
media Mind Mapping, promosi dilakukan pada 26 ibu pasca melahirkan
dan ibu yang mempunyai anak usia 0-12 bulan. Tujuan penelitian ini
agar ibu menyusui merubah perilakunya agar tidak memberikan MP-
ASI lebih dini. Lokasi penelitian di Posyandu Pucangan Kec. Kauman
Kab.Tulungagung. Teknik pengambilan sampel dengan total sampling
dan wawancara langsung.
1.5.2 Penelitian Fitri, A.K. (2010),
Meneliti tentang efektivitas penggunaan metode mand map dilihat
dari motivasi dan prestasi belajar siswa dibandingkan dengan
penggunaan metode pembelajaran konversional pada siswa kelas XI-
IPA semester genap pada pokok pembahasan system pernapasan
manusia. Penelitian ini termasuk penelitian kuasi eksperimen dengan
desain penelitian pretest posttest group design. Subyek penelitian siswa
kelas XI MAN purwoejo, analisis yang digunakan yaitu analisis data
soal tes dengan melakukan uji presyarat uji homogenitas varians, uji
normalitas) dan uji t, untuk analisa data observasi motivasi belajar
peserta didik dianalisis dengan analisis kualitatif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penggunan metode mind map lebih bahwa efektif
terhadap motivasi dan prestasi belajar biologi dibandingkan dengan
metode konversional pada siswa XI IPA MAN Purworejo.
Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini terdapat
pada variabel dependen dengan tingkat pengetahuan ibu menyusui
10
untuk tidak memberikan MP-ASI dini. Pengambilan sampel dengan
cara total sampling, metode penelitian dengan Fisher’s Exact Test.
1.5.3 Penelitian Hillenbrand & Larsen (2002)
Meneliti tentang Pengaruh Intervensi Pendidikan Tentang Menyusui
dalam Pengetahuan, Keyakinan, dan Perilaku dari Pediatric Resident
Dokter. Penelitian ini dirancang untuk menguji pengaruh intervensi
pendidikan pada pengetahuan warga pediatrik 'tentang menyusui,
kepercayaan diri mereka dalam mengatasi masalah menyusui, dan
keterampilan manajemen mereka selama pertemuan klinis dengan ibu
menyusui. Hasil ini menunjukkan bahwa tidak hanya menyusui
pengetahuan dan kepercayaan diri, tetapi yang paling penting perilaku
klinis warga pediatrik dapat ditingkatkan melalui kesempatan
pendidikan yang inovatif
Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini
terdapat di variabel independen Group Discussion menggunakan media
Mind Mapping, teknik pengumpulan data langsung menemui
responden dengan wawancara langsung.
1.5.4 Penelitian Foterek, Hilbig & Alexy (2013)
Meneliti tentang Menyusui dan Praktek Menyapih di DONALD
Studi: umur dan times tren. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi tren hadir dalam durasi menyusui dan praktik
penyapihan dengan fokus khusus pada metode persiapan makanan
pelengkap yaitu, buatan sendiri dan komersial. Kesimpulan:
Penurunan durasi penuh menyusui harus mendorong penyedia
11
layanan kesehatan untuk lebih mempromosikan menyusui durasi yang
lebih lama.
Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini
terdapat di variabel dependen tingkat pengetahuan ibu menyusui
untuk tidak memberikan MP-ASI dini. Teknik pengambilan data
dengan wawancara langsung pada responden. Teknik pengambilan
sampel dengan total sampling.
1.5.5 Penelitian Tarrant, et all, (2010). Meneliti tentang Menyusui dan
praktek menyapih antar ibu di Hong Kong: studi prospektif. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan menyusui dan praktik
penyapihan dari Ibu Hong Kong selama tahun pertama bayi hidup
untuk menentukan faktor yang terkait dengan penghentian awal.
Kesimpulan: Program promosi ASI telah berhasil mencapai tingkat
tinggi menyusui inisiasi tetapi fokus sekarang harus bergeser ke
membantu ibu baru menyusui secara eksklusif dan mempertahankan
menyusui lebih lama.
Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini
terdapat di variabel independen dengan Group Discussion menggunakan
media Mind Mapping. Lokasi penelitian di Puskesmas Posyandu
Pucangan Kec.Kauman Kab.Tulungagung dan teknik pengambilan
sampel dengan total sampling.
1.5.6 Penelitian Handayani, Emilia & Wahyuni, (2009).
Meneliti tentang Efektivitas Metode Diskudi Kelompok dengan dan
Tanpa Fasilitator pada Peningkatan Pengetahuan, Sikap dan Motivasi
Remaja tentang Perilaku Seks Pranikah. Tujuan: penelitian ini adalah
12
untuk mencari tahu metode group discussion dengan atau tanpa
fasilitator di kecamatan tersebut. Hasil: group discussion dengan metode
fasilitator lebih efektif dalam meningkatkan pengetahuan, sikap, dan
motivasi remaja ke arah sebelum perkawinan perilaku seksual
dibandingkan dengan group discussion metode tanpa fasilitator.
Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini
terdapat di variabel dependen tingkat pengetahuan ibu menyusui
untuk tidak memberikan MP-ASI dini. Teknik pengambilan sampel
dengan total sampling
1.5.7 Penelitian Vail, et all, (2015).
Meneliti tentang Usia Menyapih dan Pertumbuhan Bayi: Analisis
Primer dan Systematic Review. Tujuan Untuk menguji apakah usia
sebelumnya di sapih (umur 3-6 bulan) dapat meningkatkan
pertumbuhan cepat selama masa bayi. Hasil Hampir tiga perempat
(72,9%) dari bayi disapih sebelum usia 6 bulan. Usia di penyapihan
dari 3.0- 7,0 bulan berbanding terbalik dikaitkan dengan berat dan
panjang (tapi tidak dengan indeks massa tubuh) pada 12 bulan (baik P
# 0,01 disesuaikan untuk ibu dan faktor demografi). Kesimpulan: di
negara-negara berpenghasilan tinggi, menyapih antara 3 dan 6 bulan
muncul untuk memiliki efek netral pada pertumbuhan bayi. Asosiasi
terbalik yang mungkin berhubungan dengan kausalitas terbalik.
Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini
terdapat di variabel dependen tingkat pengetahuan ibu menyusui
untuk tidak memberikan MP-ASI dini. Teknik pengambilan sampel
dengan total sampling.