Download - BAB I Petunjuk Islam
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu masalah yang dibahas dalam sumber ajaran Islam adalah masalah perkawinan.
al-Qur’an menekankan akan adanya keluarga yang sakinah, mawaddah dan penuh rahmat bagi
setiap pasangan yang secara langsung mengarungi bahtera rumah tangga. Banyak cara yang
dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Salah satunya adalah upaya mencari calon isteri atau
suami yang baik. Upaya tersebut bukan merupakan suatu yang kunci, namun keberadaannya
dalam rumah tangga akan dapat menentukan baik tidaknya.
Sebagai salah satu rukun perkawinan, adanya calon suami atau istri, maka kedudukan
keduanya menjadi penting. Perempuan dan laki-laki yang dapat dinikahi mempunyai kriteria
tertentu sebagaimana dijelaskan oleh Nabi Muhammad saw. dalam sebuah hadisnya yang
menyebutkan bahwa perempuan dinikahi karena empat hal. Walaupun khitab hadis tersebut
terhadap perempuan, namun esensi kriterianya juga dapat diterapkan dalam teknik memilih
jodoh yang baik.
Adapun bunyi hadis sebagai berikut :
�بيه أ ع�ن عيد س� �بي أ بن عيد س� ع�ن عم�ر� بن الله �يد عب ع�ن عيد س� بن �ى �حي ي �ا �ن ح�دث ح�كيم بن �ى �حي ي �ا �ن ح�دث
و�لج�م�اله�ا به�ا و�لح�س� لم�اله�ا �ع �رب أل اء س� الن �ح تنك ق�ال� م� ل و�س� �يه ع�ل ه الل ص�لى ه الل سول� ر� �ن أ ة� ير� هر� �بي أ ع�ن
�د�اك� ي �ت �رب ت الدين بذ�ات ف�اظف�ر و�لدينه�ا
Artinya:
Perempuan dinikahi karena empat faktor. Karena hartanya, nasabnya, kecantikannya dan karena
agamanya. Maka menangkanlah wanita yang mempunyai agama, engkau akan beruntung.
(Bukhari, Muslim, al-Nasa’i, Abu Dawud Ibn Majah Ahmad ibn Hanbal, dan al-Darimi)
1
Sekilas nampak bahwa wanita sebagai obyek dari hadis tersebut. Namun, jika ditelusuri
secara mendalam, terdapat hadis lain yang memfokuskan masalah dengan memilih jodoh yang
berspektif gender di mana perempuan juga dapat beperan dalam menentukan jodohnya.
Setelah kita mengetahui tentang tujuan menikah maka Islam juga mengajarkan kepada umatnya
untuk berhati-hati dalam memilih pasangan hidup karena hidup berumah tangga tidak hanya
untuk satu atau dua tahun saja, akan tetapi diniatkan untuk selama-lamanya sampai akhir hayat
kita.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan penulis memilih judul kriteria calon pendamping hidup menurut islam adalah
agar generasi muda jaman sekarang tidak memilih pasangan hidup hanya berdasarkan tampang,
harta, kedudukan dan material lainnya, namun juga memperhitungkan kesiapan mental, iman,
agama dll sehingga dapat terciptanya keluarga yang sakinah mawwardah warrahman. Amiin.
1.3 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1. Apa kriteria calon istri yang baik menurut islam?
2. Apa kriteria calon suami yang baik menurut islam?
3. Bagaimana memperoleh keluarga yang bahagia?
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kriteria Calon Istri Yang Baik Menurut Islam
Dalam memilih calon istri, Islam telah memberikan beberapa petunjuk di antaranya :
1. Memiliki dasar pendidikan agama dan beraklhak baik
2. Penyayang dan banyak anak
3. masih gadis terutama bagi pemuda yang belum pernah nikah.
4. Mengutamakan orang jauh (dari kekerabatan) dalam perkawinan
5. Mampu mengelolah ekonomi.
1. Memiliki dasar pendidikan agama dan berakhlak baik
Memilih calon istri hendaknya yang memiliki dasar pendidikan agama dan berakhlak baik
karena wanita yang mengerti agama akan mengetahui tanggung jawabnya sebagai istri dan ibu.
Dari Abu Hurairah bersabda : “Perempuan itu dinikahi karena empat perkara, karena
hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan karena agamanya, lalu pilihlah perempuan yang
beragama niscaya kamu bahagia.” (Muttafaqun ‘Alaihi).
Sehubungan dengan kriteria memilih calon istri berdasarkan akhlaknya, Allah berfirman :
“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat
wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik,
dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula) … .” (Qs. An nur : 26)
3
Seorang wanita yang memiliki ilmu agama tentulah akan berusaha dengan ilmu tersebut agar
menjadi wanita yang shalihah dan taat pada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Wanita yang shalihah
akan dipelihara oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagaimana firman-Nya :
“Maka wanita-wanita yang shalihah ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara dirinya, oleh
karena itu Allah memelihara mereka.” (Qs. An nisa’ 36)
2. penyayang dan banyak anak.
Dari Anas bin Malik, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda : ” … kawinilah
perempuan penyayang dan banyak anak … .” (HR. Ahmad dan Di shahihkan oleh Ibnu Hibban)
Al Waduud berarti yang penyayang atau dapat juga berarti penuh kecintaan, dengan dia
mempunyai banyak sifat kebaikan, sehingga membuat laki-laki berkeinginan untuk menikahinya.
Sedang Al Mar’atul Waluud adalah perempuan yang banyak melahirkan anak. Dalam
memilih wanita yang banyak melahirkan anak ada dua hal yang perlu diketahui :
a) Kesehatan fisik dan penyakit-penyakit yang menghalangi dari kehamilan. Untuk
mengetahui hal itu dapat meminta bantuan kepada para spesialis. Oleh karena itu
seorang wanita yang mempunyai kesehatan yang baik dan fisik yang kuat biasanya
mampu melahirkan banyak anak, disamping dapat memikul beban rumah tangga juga
dapat menunaikan kewajiban mendidik anak serta menjalankan tugas sebagai istri
secara sempurna.
b) Melihat keadaan ibunya dan saudara-saudara perempuan yang telah menikah sekiranya
mereka itu termasuk wanita-wanita yang banyak melahirkan anak maka biasanya
wanita itu pun akan seperti itu.
3. masih gadis (perawan) terutama bagi pemuda yang belum pernah nikah.
4
Hal ini dimaksudkan untuk mencapai hikmah secara sempurna dan manfaat yang agung, di
antara manfaat tersebut adalah memelihara keluarga dari hal-hal yang akan menyusahkan
kehidupannya, menjerumuskan ke dalam berbagai perselisihan, dan menyebarkan polusi
kesulitan dan permusuhan. Pada waktu yang sama akan mengeratkan tali cinta kasih suami istri.
Sebab gadis itu akan memberikan sepenuh kehalusan dan kelembutannya kepada lelaki yang
pertama kali melindungi, menemui, dan mengenalinya. Lain halnya dengan janda, kadangkala
dari suami yang kedua ia tidak mendapatkan kelembutan hati yang sesungguhnya karena adanya
perbedaan yang besar antara akhlak suami yang pertama dan suami yang kedua. Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam menjelaskan sebagian hikmah menikahi seorang gadis. “Maka
mengapa kamu tidak menikahi gadis perawan, kamu bisa bermain dengannya dan dia bisa
bermain denganmu.”
4. Mengutamakan orang jauh (dari kekerabatan) dalam perkawinan.
Hal ini dimaksudkan untuk keselamatan fisik anak keturunan dari penyakit-penyakit yang
menular atau cacat secara hereditas, Sehingga anak tidak tumbuh besar dalam keadaan lemah
atau mewarisi cacat kedua orang tuanya dan penyakit-penyakit nenek moyangnya. Di samping
itu juga untuk memperluas pertalian kekeluargaan dan mempererat ikatan-ikatan sosial.
5. Mampu mengelolah Ekonomi
Wanita yang akan di Nikah usahakan dari keluarga yang sepadan (kufu) dalam segala
sisi sehingga tidak terjadi ketimpangan yang mendasar. Usahaka juga mempu mengelola
ekonomi dengan baik agar tidak boros.
2.2 Kriteria Calon Suami Menurut Islam
Dalam memilih calon Suami, Islam telah memberikan beberapa petunjuk di antaranya:
1) Islam
2) Berilmu dan baik akhlaknya
5
1.Islam.
Ini adalah kriteria yang sangat penting bagi seorang Muslimah dalam memilih calon
suami sebab dengan Islamlah satu-satunya jalan yang menjadikan kita selamat dunia dan akhirat
kelak.
Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala : “ … dan janganlah kamu menikahkan
orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita Mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya
budak yang Mukmin lebih baik dari orang musyrik walaupun dia menarik hatimu. Mereka
mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke Surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka
mengambil pelajaran.” (QS. Albaqarah : 221)
2. Berilmu dan Baik Akhlaknya.
Masa depan kehidupan suami-istri erat kaitannya dengan memilih suami, maka Islam
memberi anjuran agar memilih akhlak yang baik, shalih, dan taat beragama.
Islam memiliki pertimbangan dan ukuran tersendiri dengan meletakkannya pada dasar
takwa dan akhlak serta tidak menjadikan kemiskinan sebagai celaan dan tidak menjadikan
kekayaan sebagai pujian. Sebagaimana firman Allah Ta’ala :
“Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu dan orang-orang yang layak
(nikah) dan hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan.
Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya dan Allah Maha
Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. An nur : 32)
6
Laki-laki yang memilki keistimewaan adalah laki-laki yang mempunyai ketakwaan dan
keshalihan akhlak. Dia mengetahui hukum-hukum Allah tentang bagaimana memperlakukan
istri, berbuat baik kepadanya, dan menjaga kehormatan dirinya serta agamanya, sehingga dengan
demikian ia akan dapat menjalankan kewajibannya secara sempurna di dalam membina keluarga
dan menjalankan kewajiban-kewajibannya sebagai suami, mendidik anak-anak, menegakkan
kemuliaan, dan menjamin kebutuhan-kebutuhan rumah tangga dengan tenaga dan nafkah.
Sehubungan dengan memilih calon suami untuk anak perempuan berdasarkan ketakwaannya, Al
Hasan bin Ali rahimahullah pernah berkata pada seorang laki-laki :
“Kawinkanlah puterimu dengan laki-laki yang bertakwa sebab jika laki-laki itu mencintainya
maka dia akan memuliakannya, dan jika tidak menyukainya maka dia akan mendzaliminya.”
Umumnya setiap orang yang dewasa pasti ingin menikah untuk membentuk keluarga sakinah
mawaddah war rahmah atau keluarga yang bahagia di dunia dan akhirat. Apalagi nikah adalah
Satu perintah agama:
“Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak
(berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang
perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah
Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” [An Nuur:32]
Barangsiapa kawin (beristeri) maka dia telah melindungi (menguasai) separo agamanya,
karena itu hendaklah dia bertakwa kepada Allah dalam memelihara yang separonya lagi. (HR. Al
Hakim dan Ath-Thahawi) Abdullah Ibnu Mas’ud Radliyallaahu ‘anhu berkata: Rasulullah
Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda pada kami: “Wahai generasi muda, barangsiapa di
antara kamu telah mampu berkeluarga hendaknya ia kawin, karena ia dapat menundukkan
pandangan dan memelihara kemaluan. Barangsiapa belum mampu hendaknya berpuasa, sebab ia
dapat mengendalikanmu.” Muttafaq Alaihi.
2.3 caranya agar kita bisa memiliki keluarga yang bahagia
7
Itu semua tak lepas dari usaha, doa, dan tawakkal kita kepada Allah SWT. Allah dan RasulNya
sudah memberi petunjuk di Al Qur’an dan Hadits.
a. Melihat dan berkenalan
Sebelum memutuskan untuk menikah, kita harus melihat dulu calon pasangan kita. Ini
agar tidak seperti membeli kucing dalam karung:
Menurut riwayat Muslim dari Abu Hurairah bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam
pernah bertanya kepada seseorang yang akan menikahi seorang wanita: “Apakah engkau
telah melihatnya?” Ia menjawab: Belum. Beliau bersabda: “Pergi dan lihatlah dia.”
b. Jangan Berpacaran
Meski kita harus ta’aruf atau mengenal, tapi pacaran dalam Islam adalah hal yang
terlarang. Ada orang yang berpacaran sampai bertahun-tahun lebih. Bahkan ada pula
yang sampai kumpul kebo dengan alasan agar bisa mengenal calon pasangannya. Itu
adalah haram. Toh begitu menikah, banyak juga yang cerai. Sebab bagaimana pun juga
orang pacaran itu selalu menutupi kekurangannya dan hanya menampilkan yang baik-
baik saja. Banyak ulama mengatakan, kalau pacaran itu tidak pernah kita mendengar
suara kentut dari pasangan kita. Tapi begitu menikah, sering sekali kedengaran. Jadi
pacaran itu bukanlah hal yang yang tepat untuk mengenal pasangan.
Untuk mengenal pasangan anda, carilah informasi dari orang dekatnya entah itu saudara,
teman, atau tetangganya. Minta juga penilaian dari orang tua dan keluarga anda. Sebab
orang yang jatuh cinta itu banyak yang “buta.” Tidak dapat melihat kekurangan orang
yang dia cinta.
8
c. Jangan Melamar Wanita yang Sedang Dilamar Orang Lain
Ada pepatah Perancis: “Cherchez la Femme” Artinya, (jika ada keributan) carilah
wanitanya. Ini karena sering terjadi perkelahian untuk memperebutkan wanita. Tak
jarang berakhir dengan maut. Oleh karena itu, Islam melarang seseorang untuk melamar
wanita lain yang sedang dilamar pria lain.
Dari Ibnu Umar ra bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Janganlah seseorang di antara
kamu melamar seseorang yang sedang dilamar saudaranya, hingga pelamar pertama
meninggalkan atau mengizinkannya.” Muttafaq Alaihi dan lafadznya menurut Bukhari.
d. Selektif Memilih Pasangan Hidup
Pertama-tama kita harus mencari pasangan hidup yang baik menurut agama. Mungkin
banyak orang mengeluh karena dia sulit mendapat jodoh. Tidak ada pria/wanita yang
mendekati dirinya. Nah orang itu harus introspeksi diri. Pertama apakah penampilannya
kucel dan semrawut? Jika ya, jangan heran jika banyak orang tidak menengok dirinya.
Kita harus berpenampilan bersih, rapi, dengan wajah yang ceria. Jika wajah murung atau
cemberut tentu orang juga enggan mendekat. Itulah sebabnya Nabi berkata “Senyum itu
sedekah”
Kemudian lihat pergaulan atau jaringan teman dan keluarga anda. Apakah anda sehari-
hari hanya berkurung diri di kamar saja? Tentu saja anda tidak harus melakukan dugem di
diskotik yang akhirnya paling hanya dapat pecandu narkoba/alkohol sebagai suami/istri.
Tapi anda bisa mengikuti pengajian di lingkungan rumah anda.
Bagaimana pun juga keluarga dan teman bisa jadi mak comblang / perantara yang ampuh
9
untuk mencari jodoh.
Jangan pasang kriteria terlalu tinggi, misalnya harus ganteng/cantik, harus cerdas lulus S3,
kaya, dan beriman. Sulit mencari orang yang sempurna. Jika pun anda bisa menemukan
orang yang seperti itu, belum tentu dia mau dengan anda.
e. Pilihlah wanita yang beriman dan saleh untuk jadi pasangan anda:
Sesungguhnya dunia seluruhnya adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah
wanita (isteri) yang sholehah. (HR. Muslim)
Wanita dinikahi karena empat faktor, yakni karena harta kekayaannya, karena
kedudukannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Hendaknya pilihlah yang
beragama agar berkah kedua tanganmu. (HR. Muslim)
Wanita yang baik akan senantiasa menjaga auratnya. Dia tidak akan menerima tamu pria
yang bukan muhrimnya jika anda pergi bekerja.
Sebaliknya, jangan pilih wanita yang mengumbar auratnya/sexy untuk menggoda para
pria. Banyak terjadi wanita seperti ini ketika suaminya pergi, maka dia selingkuh dengan
pria lain. Bahkan tidak jarang akhirnya membunuh suaminya agar bisa tetap bersama
pacarnya. Semoga hal ini tidak menimpa kita semua.
f. Pilih pasangan yang beriman. Bukan yang musyrik/beda agama:
“Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman.
Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia
menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-
wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik
dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang
Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-
10
ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil
pelajaran.” Al Baqarah 221.
Sebelum anda jatuh cinta dengan seseorang, teliti dulu agamanya. Islam apa bukan? Jika
Islam, perhatikan lagi, sholat apa tidak? Jika tidak sholat, sebaiknya tinggalkan karena
sholat adalah pembeda antara orang yang beriman dengan orang kafir.
Seganteng atau secantik apa pun orang yang membuat anda jatuh hati, jika dia kafir
niscaya akan dibakar dengan api neraka sehingga wujudnya akan jadi mengerikan.
Seganteng apa pun orang itu misalnya seganteng Primus atau Keanu Reves, tapi jika dia
kafir maka wajahnya akan mengerikan bukan hanya di neraka. Tapi juga di kubur.
Ingatlah hal ini agar anda tidak tertarik dengan orang kafir yang ganteng atau cantik.
g. Amati Bagaimana Amarahnya
Setiap orang pasti pernah marah. Cuma ada yang melampiaskan kemarahannya dengan
perbuatan yang menyakitkan, ada juga yang sekedar mengeluarkan kata-kata kotor, ada
pula yang sekedar diam saja.Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) terjadi akibat
pasangan tidak mampu mengontrol amarahnya. Kadang bukan sekedar melukai, tapi juga
bisa membunuh pasangan atau anaknya. Oleh karena itu anda harus bisa mengetahui
bagaimana sifat calon pasangan anda jika marah agar tidak menyesal nantinya. Jangan
sampai, terutama kaum wanita, jadi sansak hidup yang selalu dipukul oleh suaminya.
Ada wanita yang baru tahu suaminya kasar setelah menikah. Sering memukul hingga
membuat dia berdarah. Sebelum menikah, katanya calon suaminya sangat baik. Oleh
karena itu tak ada salahnya jika anda sekali dua kali mencoba membuat pasangan anda
marah agar hal semacam itu bisa dideteksi secara dini. Jika anda terlanjur menikahi orang
seperti ini, sebaiknya segera mencari perlindungan dan bercerai. Memang setelah marah
mereka sangat baik dan sangat cepat menjadi baik lagi karena seluruh kemarahannya
mereka keluarkan kepada anda. Tapi pasti mereka akan mengulanginya lagi.
11
Sebaik-baik orang adalah yang diam jika dia marah. Jika pun berkata, dia sekedar
mengungkapkan hal yang dia tidak suka tanpa menyebut anda dengan sebutan yang
buruk.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan
kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan
jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang
direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri (sesama Muslim)
dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk
panggilan adalah panggilan yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak
bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (Al Hujuraat : 11)
h. Jangan Mencintai Pasangan Anda Secara Berlebihan.
Menurut pepatah Inggris: “Love me little, love me long”. Cintai aku sedikit, tapi abadi.
Biasanya pasangan yang cintanya berlebihan, sehingga di depan umum pun tampil sangat
mesra, dalam beberapa tahun saja pasti bercerai. Ini karena rasa cintanya terlalu diumbar
sehingga dalam waktu singkat sudah “habis.”
Dalam Islam, kita tidak boleh berlebihan. Kita harus mengutamakan cinta kita kepada
Allah dan Rasulnya. Jika pun kita mencintai sesama atau pasangan kita, itu karena Allah.
Barangsiapa memberi karena Allah, menolak karena Allah, mencintai karena Allah,
membenci karena Allah, dan menikah karena Allah, maka sempurnalah imannya. (HR.
Abu Dawud)
Jika kita mencintai pasangan kita lebih daripada Allah, niscaya hati kita akan hancur dan
12
putus asa jika pasangan kita meninggalkan kita baik karena cerai atau pun karena mati.
Sebaliknya jika kita mencintai Allah di atas segalanya, niscaya kita akan selalu tegar dan
tabah karena kita yakin bahwa Allah itu Maha Hidup dan Abadi serta selalu bersama
dengan hambanya yang Saleh.
i. Menikahlah Karena Cinta
Seharusnya kita menikah karena cinta. Bukan karena paksaan. Oleh karena itu,
sebetulnya kisah kawin paksa antara Siti Nurbaya dengan Datuk Maringgih itu
bertentangan dalam Islam. Dari Zakwan ia berkata: Aku mendengar Aisyah berkata: Aku
bertanya kepada Rasulullah saw. tentang seorang gadis perawan yang dinikahkan oleh
keluarganya, apakah ia harus dimintai persetujuan ataukah tidak?
Beliau menjawab: Ya, harus dimintai persetujuan! Lalu Aisyah berkata: Aku
Katakana kepada beliau, perempuan itu merasa malu. Rasulullah saw. bersabda:
Itulah tanda setujunya bila ia diam. (Shahih Muslim No.2544)
j. Syiarkanlah Pernikahan.
Dalam Islam, pernikahan itu meski itu adalah pernikahan kedua, ketiga, atau keempat
(poligami) harus disiarkan ke masyarakat luas agar nanti tidak terjadi fitnah.
Hadis riwayat Anas bin Malik ra.:
Bahwa Nabi saw. melihat warna bekas wangian pengantin di tubuh Abdurrahman bin
Auf, lalu beliau bertanya: Apakah ini? Abdurrahman menjawab: Wahai Rasulullah,
sesungguhnya aku baru saja menikahi seorang wanita dengan mahar seharga lima
dirham emas. Rasulullah saw. lalu bersabda: Semoga Allah memberkahimu dan
rayakanlah walaupun dengan seekor kambing. (Shahih Muslim No.2556)
Sering orang melakukan pernikahan secara diam-diam atau nikah siri sehingga orang
13
banyak tidak tahu apakah mereka berdua menikah atau tidak. Itu jelas tidak sesuai dengan
sunnah Nabi. Jika yang dilakukan pernikahan siri adalah istri kedua sementara istri
pertama dirayakan, maka itu adalah ketidak-adilan yang tidak bisa ditolerir.
Dari Abu Hurairah ra bahwa Nabi SAW bersabda: “Barang siapa memiliki dua orang istri
dan ia condong kepada salah satunya (tidak adil), ia akan datang pada hari kiamat dengan
tubuh miring.” Riwayat Ahmad dan Imam Empat, dan sanadnya shahih.
k. Jangan Bercerai.
Perceraian adalah hal halal tapi paling dibenci Allah:
Dari Ibnu Umar ra bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Perbuatan halal yang paling
dibenci Allah ialah cerai.” Riwayat Abu Dawud dan Ibnu Majah
Kenapa begitu? Karena perceraian bukan hanya menyakitkan pihak yang bercerai, tapi
juga anak-anaknya.
Agar tidak bercerai, maka suami harus bertanggung-jawab memberi nafkah lahir dan
batin pada istrinya dan keluarganya serta memperlakukan mereka dengan baik.
Istri juga harus paham bahwa suami adalah pemimpin keluarga dan menghormatinya.
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah
melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan
karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu
maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri[289] ketika
suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka)..” (An Nisaa’ : 34)
Seringlah berdoa: “Robbana hablana min azwaajina wa dzurriyatina qurrota a’yuun.
Waj’alna lil muttaqiina imaama” (Ya Allah, jadikanlah istri-istri dan anak-anak kami
sebagai penghibur hati. Dan jadikanlah kami sebagai pemimpin orang-orang yang takwa)
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Memilih calon istri atau suami tidaklah mudah tetapi membutuhkan waktu. Karena kriteria
memilih harus sesuai dengan syariat Islam. Orang yang hendak menikah, hendaklah memilih
pendamping hidupnya dengan cermat, hal ini dikarenakan apabila seorang Muslim atau
Muslimah sudah menjatuhkan pilihan kepada pasangannya yang berarti akan menjadi bagian
dalam hidupnya. Wanita yang akan menjadi istri atau ratu dalam rumah tangga dan menjadi ibu
atau pendidik bagi anak-anaknya demikian pula pria menjadi suami atau pemimpin rumah
tangganya dan bertanggung jawab dalam menghidupi (memberi nafkah) bagi anak istrinya. Maka
dari itu, janganlah sampai menyesal terhadap pasangan hidup pilihan kita setelah berumah
tangga kelak.
3.2 Saran
Berdasarkan makalah di atas penulis sarankan kepada pembaca untuk lebih selektif dalam
memilih pasangan hidup kelak, serta lebih ketat dalam menjaga diri agar terhindar dari
kemaksiatan.
15