8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
Pada sub bab ini, penulis akan membahas berkaitan dengan teori dari variabel
yang sudah ditentukan penulis sebelumnya. Adapun teori yang akan dibahas
antara lain: teori variabel X yaitu Pendekatan Discovery Learning, teori variabel
Y yaitu Motivasi Belajar dan Hasil Belajar. Dalam penulisannya, penulis
menggunakan beberapa literatur ilmiah sebagai sumber referensi
2.1.1 Pengertian Hasil Belajar
2.1.1.1 Pengertian Belajar
Belajar merupakan proses pada perkembangan hidup manusia. Dengan belajar
manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah
lakunya berkembang. Belajar adalah suatu proses, dan bukan suatu hasil. Oleh
karena itu belajar berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan
berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan.
Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku dari
yang belum tahu menjadi tahu, yang belum paham menjadi paham. Belajar
merupakan proses ke ahar yang lebih baik. Pengertian belajar dapat didefinisikan
sebagai berikut: “belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”
(Slameto, 2010:2).
Ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar adalah sebagai
berikut:
1) Perubahan terjadi secara sadar
2) Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional
3) Perbahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
9
6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku. Slameto (2010:3-6)
Belajar adalah syarat mutlak untuk menjadi pandai dalam segala hal, baik
dalam bidang ilmu pengetahuan maupun keterampilan atau kecakapan. Belajar
dilakukan dengan sengaja atau tidak, dengan dibantu atau tanpa bantuan orang
lain. Belajar dilakukan oleh setiap orang, baik anak-anak, remaja, orang dewasa
maupun orang tua, dan akan berlangsung seumur hidup, selagi hayat di kandung
badan. Dari uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa belajar merupakan
kegiatan penting yang harus dilakukan setiap orang secara maksimal untuk dapat
menguasai atau memperoleh sesuatu.
2.1.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Dalam kegiatan belajar, tentu ada berbagai faktor yang mempengaruhinya
sehingga setiap individu memiliki intensitas belajar yang berbeda-beda. Menurut
Slameto (2010: 54-72) ada beberapa faktor yang mempengaruhi belajar anak
antara lain:
1) Faktor-faktor Intern
a) Faktor jasmaniah meliputi faktor Kesehatan, faktor Cacat tubuh.
b) Faktor psikologis meliputi faktor Intelegensi, Perhatian, Minat, Bakat,
Motif, Kematangan, Kesiapan.
c) Faktor Kelelahan meliputi, Kelelahan jasmani, kelelahan rohani (bersifat
psikis).
2) Faktor-faktor Ekstern
a) Faktor keluarga, meliputi: cara orang tua mendidik, Relasi antar anggota
keluarga, Suasana rumah, Keadaan ekonomi keluarga, Pengertian orang
tua, dan latar belakang kebudayaan.
b) Faktor sekolah, meliputi: metode mengajar, kurikulum, relasi guru
dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran,
waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode
belajar, dan tugas rumah.
c) Faktor masyarakat, meliputi: kegiatan siswa dalam masyarakat, teman
bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.
10
Faktor yang mempengaruhi dalam belajar diklasifikasikan faktor intern dan
ektern. Faktor intern ini sebenarnya menyangkut faktor-faktor fisiologis dan
faktor psikologis. Tetapi relevan dengan persoalan reinforcement, maka tinjauan
mengenai faktor-faktor intern ini akan dikhususkan pada faktor-faktor
psikologis. Kehadiran faktor psikologis dalam belajar akan memberikan andil
yang cukup penting. Faktor psikologis akan senantiasa memberikan landasan
dan kemudahan dalam upaya belajar secara optimal. Jika faktor psikologis tidak
berjalan dengan baik maka akan memperlambat proses belajar, bahkan dapat
pula menambah kesulitan dalam mengajar. Faktor-faktor psikologis dalam
belajar itu adalah sebagai berikut:
1. Perhatian, maksudnya adalah pemusatan energi psikis yang tertuju kepada
suatu objek pelajaran atau dapat dikatakan sebagai banyak sedikitnya
yang menyertai aktivitas belajar.
2. Pengamatan, adalah cara mengenal dunia riil, baik dirinya sendiri maupun
lingkungan dengan segenap panca indera.
3. Tanggapan, yang dimaksudkan adalah gambaran/bekas yang tinggal
dalam ingatan setelah orang melakukan pengamatan.
4. Fantasi, adalah sebagai kemampuan untuk membentuk tanggapan-
tanggapan baru berdasarkan atas tanggapan yang ada.
5. Ingatan, secara teoritis ingatan akan berfungsi : mencamkan atau
menerima kesan dari luar, menyimpan dan memproduksi kesan.
6. Berfikir, adalah aktifitas mental untuk dapat merumuskan pengertian,
menyintesis dan menarik kesimpulan.
7. Bakat, adalah salah satu kemampuan manusia untuk melakukan suatu
kegiatan dan sudah ada sejak manusia itu ada.
8. Motif dan motivasi. Sardiman (2011: 45-46)
Dari uraian diatas berbagai faktor dalam belajar memberikan peran yang
sangat penting, terutama adanya faktor psikologis yang dapat menjadi dasar serta
memberikan kemudahan dalam upaya meningkatkan kegiatan belajar secara
maksimal.
11
2.1.1.3 Pengertian Hasil Belajar
Pendidikan merupakan suatu proses di mana pengalaman dan informasi
diperoleh sebagai hasil belajar, yang mencakup pengertian dan penyesuaian diri
dari pihak peserta didik terhadap rangsangan yang diberikan kepadanya menuju
ke arah pertumbuhan dan perkembangan Yamin (2016:2). Menurut Rosita
(2010:244) mengemukakan bahwa “hasil belajar merupakan perubahan perilaku
peserta didik yang diperoleh setelah mengikuti pembelajaran selama kurun
waktu tertentu yang relatif menetap”.
Dari pengertian di atas, hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa
secara nyata setelah dilakukan proses belajar mengajar yang sesuai dengan
tujuan pengajaran. Di sekolah hasil belajar ini dapat dilihat dari penguasaan
siswa akan mata pelajaran yang ditempuhnya. Proses pengajaran yang optimal
memungkinkan hasil belajar yang optimal pula. Semakin besar usaha untuk
menciptakan kondisi proses pengajaran, semakin tinggi pula hasil dari
pengajaran tersebut.
2.1.1.4 Pengukuran Hasil Belajar
Untuk mengukur hasil belajar siswa teknik yang digunakan dalam asesmen
yaitu teknik tes dan non tes:
1. Teknik Tes
Menurut Wardani Naniek Sulistya dkk, (2012:142), Tes adalah alat ukur
indikator atau kompetensi tertentu untuk pemberian angka yang jelas dan
spesifik, sehingga hasilnya relatif ajeg bila dilakukan dalam kondisi yang relatif
sama. Ada beberapa jenis tes yaitu:
a. Tes berdasarkan cara mengerjakannya yaitu:
1) Tes tertulis, jenis tes ini dilakukan secara tertulis dalam hal soal
maupun jawaban.
2) Tes lisan, jenis tes ini dilakukan secara lisan atau tanya jawab antara
guru dan siswa untuk mengetahui pemahaman siswa
3) Tes unjuk kerja, jenis tes ini siswa diharapkan untuk melakukan suatu
kegiatan sebagai indikator pencapaian kompetensi yang berupa
kemampuan psikomotor.
12
b. Tes berdasarkan jawabanya yaitu:
1) Tes esei, tes ini berupa uraian sehingga menuntut siswa untuk
menuliskan gagasan yang telah dipelajarai.
2) Tes Jawaban Pendek, jenis tes ini siswa diminta untuk memberikan
jawaban pendek yaitu melalui rangkaian kata-kata pendek. Maupun
angka angka.
3) Tes Objektif, tes yang keseluruhan informasinya diperlukan untuk
menjawab tes yang teleh tersedia.
c. Jenis tes berdasarkan waktu penyelenggaraan menurut Wardani Naniek
Sulistya dkk, (2012:143) yaitu:
1) Tes formatif : tes ini dilakukan saat kegiatan pembelajaran berlangsung
2) Tes sumatif: tes yang diselenggarakan untuk mengetahui hasil
pengajaran secara keseluruhan (total)
3) Pra tes dan post test, hasil pra tes digunakan untuk mengetahui
kemampuan siswa pada awal program pengajaran dan digunakan untuk
menentukan sejauh mana kemajuan siswa, sedangkan post test, tes yang
membandingkan hasil pra tes dengan hasil tes yang diselenggarakan di
akhir program pengajaran.
2. Non Tes
Menurut Wardani Naniek Sulistya dkk, (2012:73), teknik non tes berisi
pertanyaan atau pernyataan yang tidak memiliki jawaban benar atau salah.
Teknin non tes digunakan untuk menilai ranah afektif dan psikomotorik.
Macam-macam teknik Non Tes adalah sebagai berikut:
1) Unjuk Kerja adalah suatu penilaian atau pengukuran yang dilakukan
melalui pengamatan aktivitas siswa dalam melakukan sesuatu berupa
tingkah laku.
2) Penugasan adalah penilaian yang berbentuk pemberian tugas yang harus
selesai dalam waktu tertentu.
3) Tugas individu adalah penelian yang berbentuk pemberian tugas kepada
siswa secara individu.
13
4) Tugas Kelompok , tugas ini diberikan untuk menilai kompetensi kerja
kelompok
5) Laporan adalh suatu penilaian yang berbentuk laporan atau tugas
pekerjaan yang diberikan seperti laporan diskusi, laporan kerja praktik,
laporan praktikum dan Laporan Pemantapan Praktik Kerja Lapangan
(PPL).
6) Responsasi atau ujian praktik adalah suatu penilaian yang dipakai untuk
mata pelajaran yang ada kegiatan praktikumnya. Uji responsi dapat
dilakukan pada awal praktik ataupun pada akhir praktik.
7) Portofolio adalah penilaian berkelanjutan berdasarkan pada kumpulan
informasi yang menunjukan perkembangan kemampuan siswa dalam suatu
periode tertentu.
Jadi hasil belajar adalah besarnya skor yang diperoleh siswa dari pengukuran
tes dan non tes. Teknik tes yang digunakan untuk mengukur aspek kognitif
(intelektual) dan teknik non tes digunakan untuk mengukur aspek afektif (sikap)
dan psikomotorik (keterampilan).
Salah satu prinsip penilaian pada kurikulum 2013 adalah menggunakan
acuan kriteria, yakni menggunakan kriteria tertentu dalam menentukan kelulusan
siswa. Penetapan kriteria minimal ketuntasan belajar merupakan tahapan awal
pelaksanaan penilaian hasil belajar sebagai bagian dari langkah pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. KKM berfungsi untuk acuan bagi
pendidik dalam menilai kompetensi siswa sesuai kompetensi dasar mata
pelajaran yang diikuti.
1) Sebagai acuan bagi siswa dalam menyampaikan diri mengikuti penilaian
mata pelajaran
2) Dapat digunakan sebagai bagian dari komponen dalam melakukan evaluasi
program pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah.
3) Sebagai kontrak pedagogik antara pendidik dengan siswa dan antara
satuan pendidikan dengan masyarakat.
4) Merupakan target satuan pendidikan dalam pencapaian kompetensi tiap
mata pelajaran.
14
Jadi hasil belajar adalah besarnya skor yang diperoleh melalui pengukuran
dalam aspek kognitif, aspek afektif dan psikomotor yang dilakukan melalui
teknik tes dan teknik non tes dan diukur menggunakan KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimal) yang telah ditetapkan sebelumnya.
2.1.1.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Dalam proses belajar mengajar, keberhasilan dan kegagalan tidak dapat
dilihat dari satu faktor saja tetapi perlu memandang dari berbagai segi atau
faktor yang mempengaruhi.
Menurut Purwanto (2007:112) faktor yang mempengaruhi hasil belajar dibeakan
menjadi 2 golongan:
1. Faktor internal terdiri dari faktor fisiologis dan psikologis. Dalam Faktor
fisiologis meliputi kondisi fisik, kondisi panca indera. Sedangkan faktor
psikologis meliputi bakat, minat, kecerdasan, motivasi, kemampuan
kognitif.
2. Faktor eksternal meliputi faktor lingkungan dan instrumental. Faktor
lingkungan meliputi alam dan sosial sedangkan faktor instrumental yaitu
kurikulum/bahan ajaran, guru, sarana dan fasilitas, dan administrasi.
2.1.1.5 Ciri-Ciri Belajar yang Baik
Menurut Sardiman (2009:49-51) pembelajaran dikatakan berhasil dengan
baik didasarkan pada pengakuan bahwa belajar secara esensial merupakan
proses yang bermakna, bukan sesuatu yang berlangsung secara mekanik belaka,
tidak sekedar rutinisme. Adapun hasil pengajaran itu dikatakan betul-betul baik
apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Hasil itu tahan lama dan dapat digunakan dalam kehidupan oleh siswa.
Kalau hasil belajar itu tidak tahan lama dan lekas menghilang, berarti
hasil pengajaran itu tidak efektif.
2. Hasil itu merupakan pengetahuan asli atau otentik. Hasil proses belajar
mengajar itu seolah-olah sudah menjadi bagian kepribadian bagi setiap
siswa, sehingga akan mempengaruhi pandangan dan cara mendekati suatu
permasalahan. Jadi belajar bukanlah hanya sekedar kewajiban dan
15
rutinitas yang dilakukan siswa akan tetapi belajar yang baik dan efisien
adalah hasilnya bertahan lama dan bermanfaat bagi kehidupannya.
2.1.2 Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi memiliki peranan yang sangat penting dalam belajar. Karena
kurangnya motivasi seseorang dalam belajar akan berdampak pada rendahnya
keberhasilan belajar yang dicapai. Menurut Alisuf Sabri (2010:50), “motivasi
adalah segala sesuatu yang menjadi pendorong tingkah laku yang mendorong
seseorang untuk memenuhi segala kebutuhan”. Santrock (2009:199) menyatakn
bahwa “motivasi melibatkan proses yang memberikan energi, mengarahkan dan
memertahankan perilaku. Dengan demikian, perilaku yang termotivasi adalah
perilaku yang mengandung energy, memiliki arah, dan dapat dipertahankan”.
Hanifan dan Suhana (2010:26) mendefinisikan “motivasi belajar sebagai
kekuatan (power motivation), daya pendorong (driving force), atau alat
pembangun kesediaan dan keinginan yang kuat dalam diri peserta didik unntuk
belajar secara aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan dalam rangka
perubahan perilaku, baik dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor.
Motivasi adalah kekuatan, baik dari dalam maupun dari luar yang mendorong
seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya
Satini (2015:33). Meningkatkan motivasi belajar siswa bukan hanya tanggung
jawab guru. Namun berbagai pihak dituntut untuk berperan aktif dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa. Berbagai upaya yang bisa dilakukan oleh
guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa, antara lain: pemberian
bimbingan, tugas,latihan dan penggunaan media Tambolo (2015). Motivasi
Belajar adalah proses yang memberi semangat belajar atau mendorong siswa
untuk berbuat. Motivasi belajar adalah proses yang memberi semangat belajar,
arah dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku
yang penuh energi, terarah dan bertahan lama.
16
2.1.2.1 Pentingnya Motivasi Belajar
Motivasi belajar berfungsi sebagai berikut:
a) Motivasi sebagai pendorong perbuatan
Motivasi muncul karena adanya suatu harapan atau keinginan. Jika siswa
mempunyai keinginan untuk mencapai hasil belajar yang baik, maka siswa
akan terdorong minatnya untuk belajar
b) Motivasi sebagai penggerak perbuatan
Motivasi dapat melahirkan sikap terhadap siswa berupa suatu kekuatan
yang terbendung dan diwujudkan dalam bentuk gerakan psikofisik
c) Motivasi sebagai pengarah perbuatan
Seseorang yang memiliki motivasi dapat menyelesaikan mana perbuatan
yang harus dilakukan dan mana berbuatan yang harus diabaikan, Menurut
Djamarah (2011:156-158)
2.1.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar diantaranya yaitu (1)
Cita-cita siswa, cita-cita muncul karena adanya suatu keinginan untuk mencapai
keberhasilan siswa. (2) Kemampuan siswa, kemampuan siswa dalam belajar
akan memperkuat motivasi sisa dalam mencapai tujuan belajar. (3) Kondisi
siswa, kondisi jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi belajar. (4) Kondisi
lingkungan siswa, lingkungan siswa dalam kondisi yang baik akan memperkuat
motivasi belajar siswa. (5) Unsur-unsur dinamis dalam pembelajaran,
lingkungan siswa banyak mengalami perubahan, lingkungan tersebut dapat
mendinamiskan motivasi belajar siswa. dan yang (6) Upaya guru dalam
membelajarkan siswa, guru adalah pendidik yag profesional berbagai upaya
dilakukan guru untuk membangkitkan motivasi belajar siswa.
2.1.2.3 Pengukuran Motivasi Belajar
Tinggi rendahnya motivasi belajar siswa dapat diukur dengan mengamati
indikator-indikator diantaranya: durasi belajar, sikap terhadap belajar, frekuensi
dalam belajar, konsistensi dalam belajar, kegigihan dalam belajar, loyalitas
dalam belajar, visi dalam belajar, achievment dalam belajar hal tersebut
17
dikemukakan oleh Hanifah dan Suhana (2010:28). Berdasarkan indikator
tersebut untuk mengukur tinggi rendahnya motivasi belajar siswa dapat
dilakukan dengan banyak cara salah satu penilaian motivasi belajar da[at
dilakukan dengan teknik non tes misalnya observasi da wawancara.
2.1.3 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
Pembelajarn IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah untuk
menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah untuk
menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah serta
mengkomunikasikan sebagai aspek penting kecakapan hidup. IIPA merupakan
suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang alam Palupi (2017:116). IPA
sangat berperan penting dalam proses pendidikan Maimunah (2013:1). Sains
atau IPA pada dasarnya merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam, gelaja
alam, dan sebab akibat terjadinya gejala alam tersebut Wilujeng (2016:149). IPA
tidak hanya bermuatan isi (content) yang memuat fakta, hukum, prinsip, dan
teori tetapi juga proses (process) keilmuan, Karyatin (2016:43).
2.1.3.1 Tujuan pembelajaran IPA di sekolah dasar
Beberapa tujuan dilakukan dalam pembelajaran IPA di sekolah yaitu untuk
memperoleh keyakinan terhadap Tuhan YME karena telah menciptakan
keindahan dan keteraturaan dalam ciptaam-Nya, kemudian untuk
mengembangkan pengetahuan, rasa ingin tahu dan keterampilan dalam
pembelajaran IPA, dan untuk meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam
dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
2.2 Pembelajaran Tematik
Menurut kunandar (2007:311) “Tema merupakan alat atau wadah untuk
mengedepankan berbagai konsep kepada anak didik secara utuh. Dalam
pembelajaran, tema diberikan dengan maksud untuk menyatukan isi kurikulum
dalam satu kesatuan yang utuh, memperkaya perbendaharaan bahasa siswa dan
membuat pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk
memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa”. Menurut Suryobroto
(2009) “pembelajaran tematik adalah suatu usaha untuk mengintegrasikan
pengetahuan, keterampilan, nilai atau sikap pembelajaran, serta pemikiran yang
18
kreatif dengan menggunakan tema. Pembelajaran tematik diuayakan untuk
memperbaiki kualitas pendidikan siswa dengan melibatkan siswa dalam kegiatan
belajar berdasarkan tema”. Sutirjo dan Istuti Mamik mengemukakan bahwa
dalam menerapkan dan melaksanakan pembelajaran tematik, ada beberapa
prinsip dasar yang perlu diperhatikan yaitu: (1) bersifat kontekstual atau
terintegrasi dengan lingkungan, (2) bentuk belajar dirancang agar siswa
menemukan tema, dan(3) efisiensi.
Tabel 2.1
Pembelajaran Tematik Kelas 4 semester 2 Tema 7
Indahnya Keragaman di Negeriku
Tema Subtema
Tema 7 Indahnya Keragaman di
Negeriku
Subtema 1 Keragaman Suku Bangsa dan
Agama di Negeriku
Subtema 2 Indahnya Keragaman
Budaya Negeriku
Subtema 3 Indahnya Persatuan dan
Kesatuan Negeriku
Sumber: Buku Guru Kelas IV Tema 7 Indahnya Keragaman di Negeriku
Tabel 2.2
Pemetaan Kompetensi Inti dan Kompetensi dasar Tema 7 Indahnya
Keragaman di NegerikuSubtema 1 Keragaman Suku Bangsa
dan Agama di Negeriku Pembelajaran 1 kelas IV Semester 2
Kompetensi Inti Kompetensi Dasar
Bahasa Indonesia IPA
3. Memahami pengetahuan faktual
dengan cara mengamati dan menanya
berdasarkan rasa ingin tahu tentang
dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan
benda-benda yang dijumpainya di
rumah, di sekolah dan tempat bermain.
3.7 Menggali
pengetahuan baru
yang terdapat pada
teks.
3.3 Mengidentifikas
macam-macam gaya,antara
lain: gaya otot, gaya listrik,
gaya magnet, gaya
gravitasi, dan gaya gesekan.
4. Menyajikan pengetahuan faktual
dalam bahasa yang jelas, sistematis dan
logis, dalam karya yang estetis, dalam
gerakan yang mencerminkan perilaku
anak bermain dan berakhlak mulia
4.7 Menyampaikan
pengetahuan baru
dari teks nonfiksi
kedalam tulisan
dengan bahasa
sendiri.
4.3 Mendemonstrasikan
manfaat gaya dalam
kehidupan sehari-hari,
misalnya gaya otot, gaya
listrik, gaya magnet, gaya
gravitasi, dan gaya gesekan
Sumber: Buku Guru Kelas IV edisi 2017 Tema 7 Indahnya Keragaman di Negeriku
19
2.3 Pendekatan Discovery Learning
2.3.1 Pengertian Discovery Learning
Penemuan (discovery) merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang
dikembangkan berdasarkan pandangan konstruktivisme. Menurut Kurniasih &
Sani (2014 : 64) “Discovery Learning didefinisikan sebagai proses pembelajaran
yang terjadi bila materi pembelajaran tidak disajikan dalam bentuk finalnya,
tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri”. Menurut Hosnan (2014 : 282)
“Discovery Learning adalah suatu model untuk mengembangkan cara belajar
aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh
akan setia dan tahan lama dalam ingatan. Melalui belajar penemuan, siswa juga
bisa belajar berpikir analisis dan mencoba memecahkan sendiri masalah yang
dihadapi”. Sardiman (2013 : 4) mengungkapkan bahwa dalam mengaplikasikan
model Discovery Learning guru berperan sebagai pembimbing dengan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, guru harus
dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan
tujuan. Dalam buku Panduan Teknis Pembelajaran dan Penlaian di Sekolah
Dasar(2016:58) menjelaskan bahwa pembelajaran discovery adalah proses
pembellajaran yang terjadi bila siswa tidak disajikan materi ajar dalam bentuk
finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri. Menurut Wilcolx (dalam
Jamil, 2012:241) menyatakan bahwa dalam pembelajaran penemuan, siswa
didiorong untuk belajar aktif melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan
konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk memiliki
pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkingkan mereka
menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri. Discovery dilakukan
memalui observasi, klarifikasi, pengukuran, prediksi penentuan, dan inferi.
Discovery Learning mengacu pada pembelajaran yang terjadi ketika siswa
terlibat dalam pengalaman dan eksperimen, dimana mereka mendapatkan
pengetahuan dan konsepnya sendiri, Puspitadewi (2016:115). Azhari (2015:15)
berpendapat bahwa pendekatan Discovery learning di gunakan untuk mengajar
dan mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh
20
pengetahuan yang sebelumnya belum diketahui, sebagian atau seluruhnya
ditemukan sendiri, Azhari (2015:15).
Berdasarkan pendapat diatas pendekatan Discovery Learning adalah suatu
proses pembelajaran yang penyampaian materinya disajikan secara tidak
lengkap atau belum dalam bentuk final dari situ siswa dituntut untuk terlibat
secara aktif dalam menemukan sendiri suatu konsep ataupun prinsip yang belum
diketahuinya, dan ketika siswa menyelidiki dan menemukan sendiri suatu
konsep atau prinsip maka hasil yang diperoleh akan bertahan lama dalam
ingatannya, dalam pendekatan Discovery Learning guru hanya berperan sebagai
pembimbing dan pemberi arahan kepada siswa agar kegiatan pembelajaran
sesuai dengan tujuan pembelajaran.
2.3.2 Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Discovery Learning
1. Kelebihan Pendekatan Discovery Learning
Pemilihan pendekatan pembelajaran yang akan digunakan dalam
pembelajaran harus diiringi dengan suatu pertimbangan untuk mendapatkan
suatu kebaikan ataupun kelebihan..
Kurniasih & Sani (2014: 66-67), mengemukakan beberapa kelebihan dari
model Discovery Learning, yaitu sebagai berikut:
a) Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa
menyelidiki dan berhasil.
b) Memunculkan konsep awal dan menumbuhkan ide-ide bagi siswa
c) Mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri.
d) Siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar.
2. Kekurangan Pendekatan Discovery Learning
Hosnan (2014 : 288-289) mengemukakan beberapa kekurangan dari
model discovery learning yaitu:
a. menyita banyak waktu karena guru dituntut mengubah kebiasaan
mengajar yang umumnya sebagai pemberi informasi menjadi fasilitator,
motivator, dan pembimbing,
b. kemampuan berpikir rasional siswa ada yang masih terbatas, dan
21
c. tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini. Setiap
model pembelajaran pasti memiliki kekurangan, namun kekurangan
tersebut dapat diminimalisir agar berjalan secara optimal.
Pendekatan Discovery Learning dapat dikatakan pendekatan yang dapat
melatih siswa belajar secara mandiri, melatih kemampuan bernalar siswa, serta
melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran untuk menemukan
sendiri dan memecahkan masalah tanpa bantuan orang lain. Pendekatan
Discovery Learning juga memiliki kelemahan seperti membutuhkan banyak
waktu, namun dari kelemahan tersebut dapat diminimalisir dengan
merencanakan kegiatan pembelajaran secara terstruktur, memfasilitasi siswa
dalam kegiatan penemuan, serta mengonstruksi pengetahuan awal siswa agar
pembelajaran dapat berjalan optimal.
2.3.3 Langkah-langkah Pembelajaran Pendekatan Discovery Learning
Tabel 2.3
Langkah-langkah Discovery Learning
No Langkah-langkah Deskripsi
1 Stimulation (pemberian
rangsangan)
Pengkajian lembar informasi misalnya
: membaca, mengamati foto, gambar, video
2 Problem Statmen
(identifikasi masalah)
Mengidentifikasi dan merumuuskan masalah
dan menentukan hipotesis
3 Data Collection
(pengumpulan data)
Mengumpulkan data melalui berbagai sumber
untuk menemukan jawaban dari permasalahan
yang sudah dirumuskan
4 Data Processing (pengokahan
data)
Pengolahan data yang diperoleh kemudian
diadakan penafsiran dan diskusi untuk
menjawab hipotesis
5 Verification (pembuktian)
Mengadakan telaah ulang terhadap hasil
penafsiran dan hasil diskusi untuk memperolah
jawaban yang tepat dan benar tehadap hipotesis
6 Generalization (menarik
kesimpulan) Menyimpulkan dan mengkomuinkasikan
2.4. Hasil Penelitian yang Relevan
Berikut ini hasil penelitian yang relevan dengan penelitian tindakan kelas
dalam skripsi ini. Penelitian yang dilakukan Istiqomah (2014) dalam skripsinya
yang berjudul ”Penerapan Model Discovery Learning untuk Hasil Belajar Siswa
22
pada Kelas IV SD Negeri 02 Tulung Balak Kabupaten Lampung Timur”. Dari
hasil penelitiannya diperoleh kesimpulan bahwa penerapan model Discovery
Learning dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar tematik pada ranah
afektif, psikomotor, dan kognitif.
Penelitian yang dilakukan dengan judul “Upaya Peningkatan hail belajar
IPA dengan Pendekatan Pembelajaran Penemuan (Discovery) bagi siswa kelas
VI SDN Tambahmulyo 02 Kecamatan Gabus Kabupaten Pati semester 1 Tahun
Pelajaran 2011/2012” oleh Siti Ariyani (2010) hasilnya adalah pada
pembelajaran sebelum siklus ketuntasan belajar 67.57%. Pada siklus I meningkat
menjadi 78, 38%. Sedangkan pada akhir siklus II meningkat menjadi 89,19%.
Kelebihan dari penelitian ini adalah peningkatan yang signifikan pada
peningkatan hasil belajar siswa menjadi 89,19%.
Penelitian yang dilakukan dengan judul “Penggunaan Media gambar
Dalam Penerapan Pendekatan Discovery Untuk meningkatkan Hasil Belajar IPA
Pada Siswa kelas III SD Negeri 3 Purwodadi Kecamatan Purwodadi Kabupaten
Grobokan Semester I Tahun Pelajaran 2011/2012” oleh Dwijaya Putry Iriany
(2010) hasilnya adalah pada pembelajaran sebelum siklus ketuntasan belajar
52%. Pada siklus I meningkat menjadi 74%. Sedangkan pada akhir siklus II
meningkat menjadi 89%. Kelebihan dari penelitian ini adalah peningkatan yang
signifikan pada peningkatan hasil belajar siswa menjadi 81% pada akhir siklus
II, sedangkan kekurangannya adalah pada siklus I guru tidak membantu siswa
dalam melakukan penemuan dan juga masih banyak siswa yang ramai sendiri
dalam mengikuti kegiatan belajar menganjar.
Penelitian yang dilakukan dengan judul “ Peningkatan Hasil Belajar IPA
melalui Siswa kelas V pada Mata Pelajaran IPA dengan Pendekatan Discovery
Learning di SDN Tingkit Tengah 02 Salatiga Semester II Tahun Pelajaran
2011/2012” oleh Yohanes Andri Kristiawan (2012) hasilnya adalah pada
pembelajaran sebelum siklus ketuntasan belajar 58,97%. Pada siklus I meningkat
menjadi 76,92%. Sedangkan pada akhir siklus II meningkat menjadi 94,87%.
Kelebihan dari penelitian ini adalah peningkatan yang signifikan pada hasil
belajar siswa menjadi 94,87% pada akhir siklus II, sedangkan kekurangannya
23
adalah pada proses pembelajaran guru masih belum sepenuhnya mengelola kelas
dengan baik.
Penelitian diatas menunjukkan bahwa pembelajarn Discovery Learning
terbukti mempengaruhi dan meningkatkan hasil belajar peserta didik, karena
aktivitas pembelajaran semula berpusat pada guru, menjadi lebih berpusat
kepada siswa, setelah menggunakan pendekatan Discovery Learning yang terjadi
multiarah antara siswa dengan guru. Berdasarkan penelitian di atas, penulis
melakukan penelitian dengan menerapkan pendekatan Discovery Learning.
Penelitian ini memiliki tujuan yang sama dengan penelitian yang dilakukan
penulis diatas yaitu untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Namun sedikit
berbeda dengan penelitian diatas, penulis menambahkan satu variabel yaitu
motivasi belajar. Selain terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa,
pendekatan Discovery Learning juga diduga dapat dapat membantu siswa untuk
terbiasa aktif, meningkatkan pemahaman siswa dan memotivasi siswa dalam
proses pembelajaran agar hasil belajar siswa meningkat. Dan dapat menjadi
alternatif bagi guru dalam melaksanakan proses mengajar, dapat memberikan
pengalaman pada guru dalam merancang pembelajaran menggunaan pendekatan
pembelajaran Discovery Learning. Dengan peneletian ini dapat dijadikan
alternatif bagi guru dalam melaksanakan proses mengajar, sehingga menambah
pengalaman pada guru dalam merancang pembelajaran menggunaan pendekatan
pembelajaran Discovery Learning. Melalaui penelitian pendekatan pembelajaran
Discovery Learning diharapkan dapat menjadi sebuah referensi bagi sekolah
sebagai bahan dalam pemilihan pendekatan pembelajaran yang tepat untuk
diterapkan pada proses pembelajaran khususnya di Kelas IV dan umumnya pada
kelas-kelas lain.
24
2.5 Kerangka Pikir
Kegiatan pembelajaran dapat berhasil jika dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain pendekatan pembelajaran. Pada kenyataanya dalam kegiatan
pembelajaran masih banyak guru yang mengajar dengan cara konvensional
(ceramah). Pembelajaran yang berlangsung di kelas adalah pembelajaran yang
berpusat pada guru. Guru belum mendesain pembelajaran dengan baik dan siswa
merasa bosan dan tidak ada ketertarikan untuk belajar. Guru tidak memberi
kesempatan siswa untuk menunjukan kemampuan siswa. Keadaan ini akan
diperbaiki dengan melibatkan siswa dalam pembelajaran agar hasil belajar siswa
meningkat dengan memperbaiki pembelajaran menggunakan pendekatan
Discovery Learning. Pendekatan Discovery Learning merupakan suatu proses
pembelajaran yang penyampaian materinya disajikan secara tidak lengkap dan
menuntut siswa terlibat secara aktif untuk menemukan sendiri suatu konsep
ataupun prinsip yang belum diketahuinya. Pendektan Discovery Learning
mempunyai langkah-langkah antara lain menerima stimulus, menyimak tujuan
pembelajaran dan tugas kelompok, membentuk kelompok yang terdiri dari 3
orang, setiap kelompok mendapat tugas tentang gaya, merumuskan masalah
tentang gaya, melakukan investigasi terhadap gaya, mengolah data dari hasil
pengumpulan data, membutikan dari hasil pengolahan data yang diperoleh,
menarik kesimpulan, menyampaikan laporan akhir dari hasil sidkusi yang
diperoleh, mempresentasikan laporan, kelompok lain memberi tanggapan
terhadap hasil pembahasannya, membuat kesimpulan, mengerjakan evaluasi.
Dalam kegiatan pemebelajaran siswa lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran
dan guru hanya berperan sebagai fasilitator dalam membimbing siswa untuk
melakukan percobaan. Pengukuran hasil belajar menggunakan pendekatan
Discovery Learning meliputi penilaian skor proses dan skor hasil belajar. Pada
penilaian proses menggunakan teknik non tes, sedangkan untuk mengetahui
hasil belajarnya dapat dilihat melalui aspek kognitif menggunakan teknik tes.
25
2.6 Hipotesis Tindakan
Menurut Toha Anggoro (2007:127), hipotesis dapat diartikan sebagai
rumusan jawaban sementara atau dugaan sehingga untuk membuktikan benar
tidaknya dugaan tersebut perlu diuji terlebih dahulu.
Berdasarkan latar belakan masalah, maka penulis dapat merumuskan
hipotesis tindakan kelas ini sebagai berikut:
1) Pendekatan Discovery Learning diduga dapat meningkatkan motivasi
belajar IPA tema 7 subtema 1 siswa kelas 4 SDN 2 Getas
2) Pendekatan Discovery Learning diduga dapat meningkatkan hasil belajar
IPA tema 7 subtema 1 siswa kelas 4 SDN 2 Getas