11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka Fokus Pengembangan Media
1. Pengertian Pengembangan
Dalam kamus besar bahasa indonesia, pengembangan
merupakan proses, cara, perbuatan mengembangkan.1
Pengembangan dilakukan secara bertahap untuk mencapai tujuan
yang lebih baik lagi atau meningkatkan fungsi dari suatu objek.
Disebutkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18
Tahun 2002 bahwa :
Pengembangan adalah kegiatan ilmu pengetahaun dan teknologi
yang bertujuan memanfaatkan kaidah dan teori ilmu pengetahuan
dan teknologi yang telah ada, atau menghasilkan teknologi baru.2
Pengembangan secara umum berarti pola pertumbuhan,
perubahan secara perlahan (evolution) dan perubahan secara
bertahap. Pola pertumbuhan maupun perubahan yang terjadi di
sebabkan oleh adanya proses dalam langkah-langkah
pengembangan untuk meningkatkan fungsi, manfaat, atau aplikasi
1 http;//kbbi.web.id/definisi pengembangan, diakses tanggal 12 Januari 2019
2 http;//www.libang.depkes.go.id/sites/download/regulasi/uu/UU No 18 Th 2002 dan
penjelasannya.pdf diakses pada tanggal 12 Januari 2019
12
dalam suatu ilmu pengetahuan dan teknologi. Seels & Richey
berpendapat bahwa pengembangan berarti proses
menterjemahkan atau menjabarkan spesifikasi rancangan ke dalam
bentuk fitur fisik.3
Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat di tarik kesimpulan
bahwa pengembangan merupakan suatu usaha yang di lakukan
secara sadar, terencana, terarah untuk membuat atau
memperbaiki, sehingga menjadi produk yang semakin bermanfaat
untuk meningkatkan kualitas sebagai upaya untuk menciptakan
mutu yang lebih baik.
2. Model pengembangan ADDIE
Model ADDIE ( Analysis, Design, Development or Production,
Implementation or Delivery, and Evaluation ) merupakan model
yang dikembangkan dalam rangka merancang sistem
pembelajaran bersifat sederhana dan dapat dilakukan secara
bertahap atau sistematik untuk mewujudkan program pelatihan
yang komprehensif.4 Berikut merupakan tahapan-tahapan dalam
model ADDIE, yaitu :
3 Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran Definisi dan Kawasannya (Jakarta: PT. U nit Percetakan
UNJ, 2008), h.38 4 Dr.Benny A. Pribadi, M.A., Desain dan Pengembangan Program Pelatihan Berbasis Kompetensi,
(Jakarta: Kencana, 2014),h,23
13
a. Analisis (Analysis)
Tahap ini merupakan tahap identifikasi dilapangan dan teori.
Kegiatan yang dilakukan berupa analisis kebutuhan di lapangan.
Menentukan tujuan pembelajaran , menentukan sasaran penelitian
yaitu anak usia 5-6 tahun, mengidentifikasi sumber-sumber yang
dibutuhkan untuk tujuan pembelajaran berupa media, dan
membuat rencana pengembangan media. tahap analisis dilakukan
agar mengetahui masalah dan fakta-fakta di lapangan sehingga
dapat dilakukan perancangan sebuah produk yang sesuai dengan
keadaan yang diperlukan selama proses pembelajaran.
b. Perancangan (Design)
Pada tahap ini adalah tahap perencanaan pembuatan media
yang tepat. Kegiatan yanag dilakukan pada tahap ini ialah
merancang pohon berhitung (PONTUNG), menyusun indikator
kemampuan yang akan dicapai, dan menyusun instrumen
pengukuran.
c. Development (Development)
14
Tahap pengembangan merupakan tahap realisasi produk. Pada
tahap ini pengembangan media dilakukan sesuai dengan
rancangan. Setelah itu media akan di validasi oleh dosen/para ahli.
Pada proses validasi , para ahli/dosen menggunakan instrumen
yang sudah disusun pada tahap sebelumnya.
d. Implementasi (Implementation)
Pada tahap ini peneliti akan mengimplementasikan rencana
kegiatan yang akan dilakukan yaitu melakukan uji coba kepada
anak usia 5-6 tahun.
e. Evaluasi (Evaluation)
Pada tahap ini, peneliti melakukan revisi/perbaikan terakhir
terhadap media Pontung yang dikembangkan berdasarkan
masukan dari instrumen dan catatan lapangan . hal ini bertujuan
agar media pontung yang dikembangkan benar-benar sesuai dan
dapat digunakan dengan baik.
Gambar 2.1. Desain Model Pengembangan ADDIE
15
Sumber : The ADDIE Concept, Dr Benny A.Pribadi, M.A
B. Hakikat Media
1. Pengertian Media Pembelajaran
Dalam kegiatan pembelajaran ada banyak hal yang diperlukan
untuk mengefektifkan kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran
yang telah disusun oleh guru setiap harinya. Kegiatan pembelajaran
anak usia dini dibutuhkan metode dan media yang berbeda dari
jenjang kegiatan pembelajaran anak yang lain. Dengan menggunakan
metode dan media yang sesuai dengan kebutuhan anak usia dini
dapat menarik perhatian anak dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran.
Menurut Heinich, Molenda, dan Russell (1993) media
merupakan saluran komunikasi. Media berasal dari bahasa latin dan
merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti
16
perantara, yaitu perantara sumber pesan a source dengan penerima
pesan a receiver.5 Sementara itu Gagne dan Briggs (1975) juga
mengatakan bahwa media adalah komponen sumber belajar atau
wahana fisik yang mengandung materin intruksional di lingkungan
siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar.6
Berdasarkan pengertian dari media tersebut, maka media
merupakan perantara atau saluran yang digunakan untuk
menyampaikan pesan dan informasi. Jika media dikaitkan dengan
kegiatan pembelajaran, maka media merupakan perantara pembawa
pesan/tujuan dari kegiatan pembelajaran agar kegiatan pembelajaran
menjadi lebih hidup. Kegiatan pembelajaran bagi anak usia dini juga
membutuhkan media yang dimana sebagai perantara pembawa
pesan/tujuan dari kegiatan pembelajaran yang telah dibuat dan
dirancang oleh pendidik.
2. Pengertian Media Pohon Berhitung (PONTUNG)
Media Pohon berhitung (PONTUNG) yang dikembangkan dalam
penelitian ini merupakan salah satu dari media pembelajaran berbasis
visual. Media memuat materi yang dapat diterima dengan indra
penglihatan, yaitu dilihat dan dimainkan. Media yang digunakan untuk
kegiatan proses belajar mengajar sebagai sarana fisik dalam
5 Badru Zaman dkk, Sumber Media dan Sumber Belajar, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008) h 29
6 Hasnida, M.Pd. Media Pembelajaran Kreatif, (Jakarta : PT Luxima Metro Media, 2014),h.40
17
menyampaikan materi pembelajaran dengan mudah. Masalah-
masalah tentang kesulitan dalam belajar khususnya materi operasi
penjumlahan dapat teratasi dengan menggunakan media PONTUNG.
Media ini dibuat dari bahan yang mudah untuk dicari, guru maupun
orangtua tidak perlu mengeluarkan dana yang besar untuk dapat
membuat media PONTUNG. Media Pontung dibuat bertujuan agar
anak lebih mudah memahami penjumlahan dengan media yang
menyenangkan.
3. Cara Memainkan Media PONTUNG
Dalam permainan ini yang akan dilakukan oleh peneliti adalah
bermain dengan pohon berhitung (pontung), melalui permainan ini
anak akan merasa senang, dapat mengasah logika, dan meningkatkan
kemampuan anak dalam operasi penjumlahan. Di dalam permainan ini
pun anak akan di ajarkan tentang peraturan–peraturan sederhana,
cara menggunakannya sangat mudah, sehingga membuat anak-anak
akan senang bermain sambil memikirkan jawaban dari berbagai
pertanyaan dalam permainan edukatif.
18
Gambar 2.1 media pontung tampak depan
Gambar 2.2 media pontung tampak belakang
4. Langkah – langkah bermain Pohon hitung (PONTUNG)
Bermain Pontung harus memperhatikan langkah-langkah dalam
penggunaannya, langkah-langkah tersebut meliputi :1) Guru
menyiapkan media.(2) Anak memulai dengan mengkocok dadu
pertama, lalu anak menyebutkan angka yang keluar di atas dadu
pertama.(3) Anak mengambil buah sesuai dengan jumlah angka yang
terdapat pada dadu, lalu d tempelkan pada pontung. (4) Anak
mengkocok dadu kedua, lalu anak menyebutkan angka yng keluar di
19
atas dadu kedua. (5) Anak mengambil buah sesuai dengan jumlah
angka yang terdapat pada dadu, lalu di tempelkan pada pontung.(6)
Lalu anak menjumlahkan buah yang sudah menempel pada pontung.
Dan menempelkan angka hasil pada kotak yang tersedia di arena
pontung.
5. Karakteristik Media Pohon hitung (PONTUNG)
Media Pontung merupakan permainan yang dapat menstimulasi
untuk meningkatkan kemampuan. Karena jika dilihat dari cara
bermainnya dapat membuat anak memiliki rasa ingin tahu dan segera
ingin memainkannya.
Adapun karakteristik dari media Pontar sebagai berikut :
a. Merupakan media pembelajaran yang dapat membantu guru dalam
menstimulus perkembangan, kemampuan dalam meningkatkan
operasi penjumlahan.
b. Merupakan media ramah lingkungan karna media ini terbuat dari
bahan yang mudah dan ada beberapa bahan dari barang bekas.
c. Media ini membutuhkan konsentrasi dan kefokusan untuk
memainkannya.
d. Dapat digunakan kapan saja baik siang maupun malam hari.
20
Dapat dilihat dari karakteristiknya dapat dipastikan bahwa
media Pontung merupakan media yang sesuai dengan karakteristik
belajar anak usia dini yaitu belajar melalui bermain. Media Pontung
juga diharapkan dapat menunjang pembelajaran disekolah dan
membantu guru maupun orangtua untuk meningkatkan kemampuan
anak dalam kegiatan penjumlahan. Selain ramah lingkungan yang
mudah dibuat oleh guru dan bahan-bahannya mudah didapatkan
dengan harga yang lebih terjangkau.
6. Tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran merupakan ketercapaiannya hasil yang telah
direncanakan dalam pembelajaran dan agar pembelajaran yang
dilaksanakan tetap terarah dan bermakna.Tujuan pembelajaran bagi
anak usia dini juga dimaksudkan untuk mengembangkan segala
potensi yang dimiliki oleh seseorang anak agar dapat berkembang
dengan baik dan maksimal.
Tujuan pada pembelajaran media Pontung adalah untuk
mengembangkan dan meningkatkan kemampuan operasi
penjumlahan. Anak diharapkan mampu mencapai batas ketercapaian
pada setiap kompetensi operasi penjumlahan dasar yang telah
ditentukan melalui penggunaan media Pontung.
21
C. Kajian Pustaka Fokus Kemampuan Penjumlahan
1. Hakikat Kemampuan Penjumlahan Anak Usia Dini
Mengenalkan anak-anak tentang pembelajaran matematika
dimulai dari hal yang mudah terlebih dahulu seperti
membilang dan mengenal lambang bilangan yang merupakan
dasar dari operasi bilangan yang sederhana. Menurut Susanto
menjelaskan bahwa kemampuan merupakan suatu daya atau
kesanggupan dalam diri setiap indvidu dimana daya tersebut di
hasilkan dari pembawaan dan juga latihan yang mendukung
individu dalam menyelesaikan tugas.7 Anak usia dini merupakan
masa usia dimana anak peka terhadap rangsangan yang di terima
dari lingkungannya. Rasa ingin tahu yang tinggi akan tersalurkan
apabila mendapatkan stimulus atau rangsangan dengan arahan
sesuai perkembangannya. Kemampuan operasi bilangan pada
anak akan terwujud ketika anak sudah memahami angka dan
bilangan, sejalan dengan stimulus yang diterima, maka
7 Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini Pengantar dalam berbagai Aspeknya,(Jakarta:
kencana perdana media grup, 2011) h 79
22
kemampuan anak akan mengalami peningkatan pada tahap tahap
selanjutnya.
Kemampuan matematika ialah mampu dalam memahami
matematika khususnya penjumlahan yang berkaitan dengan
perkembangan kognitif. Kognitif adalah suatu proses berpikir
berupa kemampuan untuk menghubungkan, menilai dan
mempertimbangkan sesuatu dan juga dimaknai sebagai
kemampuan untuk memecahkan masalah atau untuk mencipta
karya yang dihargai dalam suatu kebudayaan.8 Mempelajari
matematika membutuhkan pemahaman, ketika paham matematika
menunjukan anak sudah mampu dan siap mengenal matematika
lebih dari yang sebelumnya.
Menurut stupiansky dalam jurnal Pujiastuti dengan judul
pengembangan kemampuan matematika anak usia 5-6 tahun
melalui kegiatan di sentra seni.9 Adapun kemampuan dasar
matematika permulaan meliputi :
a. Menyusun pola atau gambar merupakan merangkai atau
menyusun melaui warna, benda-benda, bagian-bagian,
suara-suara, gerakan-gerakan yang dapat diulang.
8Depdiknas, pedoman pembelajaran bidang pengembangan kognitif di taman kanak-kanak, (Jakarta:
Depdiknas) 9 https://journal.uny.ac.id ( di akses pada tanggal 17 Januari 2019)
23
b. Penyortiran dan pengelompokan yang mana
mengelompokan dan menyortir benda-benda ke dalam jenis
yang sama ukuran.
c. Mengurutkan dan seriasi merupakan dasar untuk memahami
arti dan cara mengurutkan nomor.
d. Mulainya konsep angka. Konsep angka melibatkan
pemikiran tentang menghitung, melalui menghitung anak
menemukan konsep awal mengenal nama angka.
e. Pemecahan masalah merupakan kegiatan mempraktekan
matematika dengan cara bekerja, kemampuan pemecahan
masalah terletak pada proses pengambilan tindakan yang di
lakukan.
kemampuan berhitung pada anak usia dini disampaikan
dengan bahasa yang mudh dimengerti anak, misalkan dengan
benda-benda secara konkret yang ada di sekitar anak sehingga
anak akan lebih mudah untuk memahami.
2. Hakikat Penjumlahan
Penjumlahan merupakan salah satu kemampuan matematika
dasar yang harus dimiliki dan dikuasai pada seorang anak jika ingin
melakukan sesuatu kegiatan menghitung. Selain itu penjumlahan
24
merupakan salah satu konsep dalam bidang matematika anak usia
dini. Matematika merupakan ilmu yang di dapat dengan berpikir.
Di dalam buku nya Sutan memaparkan bahwa penjumlahan
merupakan kegiatan menggabungkan atau menyatukan dua
bilangan hingga di peroleh bilangan kegiatan menggabungkan atau
menyatukan dua bilangan hingga di peroleh bilangan ketiga
sebaga hasil hitung. Contoh 3+2, kalimat tersebut merupakan
kalimat penjumlahan yang memiliki dua suku yaitu 3 dan 2.10
Dalam kegiatan penjumlahan ini dimaksudkan untuk memperoleh
bilangan baru sebagai hasil penggabungan dari bilangan-bilangan
lain yang di jumlahkan.
Smith juga mengemukakan bahwa addition is a binary
operation, two (“bi) number combine to make one and only number.
11 penjumlahan adalah operasi biner. Biner berasal dari kata “bi”
yang berarti dua, sehingga operasi biner dapat diartikan sebagai
dua angka yang di gabungkan untuk menjadi satu.
Dalam memecahkan masalah operasi penjumlahan Baroody
mengatakan bahwa anak anak mengikuti 3 langkah perkembangan
yaitu :12
10
Firnawaty Sutan, Mahir Matematika Melalui Permainan (Jakarta: Puspa Swara, 2003) h.20 11
Susan Sperry smith, Early Childhood Mathematics Fourth Edition (Singapore:pearson:2009) h 165 12
Juanita V. Copley, They Young Child and Mathematics, (NAEYC Washington, DC, 2001) h.61
25
(1) They count all objects. For examples, when adding 3
apples to 4 apples, they first count they four apples one by one
and then three apples one by one; (2) they count on. In other
words, they already know they have four apples, so they say,
“four, five, six, seven.”; (3) they perform the necessary
arithmetic in their heads through mental representation.
Perhaps they manipulate objects in their heads or perhaps they
have actually memorized the operation.
Pendapat tersebut dapat di artikan bahwa tiga perkembangan
anak-anak dalam memecahkan operasi yaitu : (1) mereka
menghitung semua benda. Misalnya, ketika menambahkan 3 apel
dengan 4 apel, mereka pertama kali menghitung empat apel satu
persatu kemudian tiga apel satu persatu ; (2) mereka menghitung
maju. Dengan kata lain, mereka sudah tau memiliki empat apel,
sehingga mereka mengatakan empat, lima, enam, tujuh; (3)
mereka melakukan aritmatika yang di perlukan dalam pikiran
mereka. Mungkin mereka manipulatif objek dalam kepala mereka
atau mungkin mereka telah benar benar hafal operasi.
Berdasarkan pendapat para ahli yang telah di paparkan
sebelumnya, dapat di simpulkan kemampuan penjumlahan adalah
merupakan kegiatan atau tindakan menggabungkan atau
menyatukan dua kelompok benda, bilangan atau lebih menjadi satu
26
kelompok benda, bilangan untuk mengetahui berapa banyak
jumlahnya sehingga diperoleh bilangan ketiga sampai sebagai hasil
hitung, seperti kegiatan mengurutkan bilangan atau membilang dan
mengenai jumlah untuk menumbuh kembangkan ketrampilan yang
sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, yang merupakan
juga dasar bagi pengembangan kemampuan matematika maupun
kesiapan untuk mengikuti pendidikan dasar bagi anak.
Selain itu juga berhitung merupakan sesuatu yang berkenaan
dengan ide-ide atau konsep untuk melatih kecerdasan dan
keterampilan anak dalam penyelesaian soal-soal yang memerlukan
pecahan. Tujuan dari pembelajaran berhitung di Taman Kanak-
kanak, yaitu untuk melatih anak berpikir logis dan sistematis sejak
dini dan mengenalkan dasar-dasar pembelajaran berhitung
sehingga pada saatnya nanti anak akan lebih siap mengikuti
pembelajaran berhitung pada jenjang selanjutnya yang lebih
kompleks.
3. Tahapan Kemampuan Penjumlahan Anak Usia 5-6 Tahun
Departemen Pendidikan Nasional dalam Siti Aisyah
mengemukakan bahwa berhitung di Taman Kanak-kanak
seyogyanya dilakukan melalui tiga tahapan penguasaan
berhitung, yaitu penguasaan konsep, masa transisi, dan
27
lambang.13 Penguasaan Konsep adalah pemahaman dan
pengertian tentang sesuatu dengan menggunakan benda
dan peristiwa konkret, seperti pengenalan warna, bentuk, dan
menghitung bilangan. Masa transisi adalah proses berpikir yang
merupakan masa peralihan dari pemahaman konkret
menuju pengenalan lambang yang abstrak, dimana benda konkret
itu masih ada dan mulai dikenalkan bentuk lambangnya.
Hal ini harus dilakukan guru secara bertahap sesuai
dengan laju dan kecepatan kemampuan anak yang secara
individual berbeda. Misalnya, ketika guru menjelaskan konsep
satu dengan menggunakan benda (satu buah pensil), anak-anak
dapat menyebutkan benda lain yang memiliki konsep sama,
sekaligus mengenalkan bentuk lambang dari angka satu itu.
Untuk anak usia dini dapat menambah dan mengurang serta
membandingkan sudah sangat baik setelah anak memahami
bilangan dan angka.14 Baroody mengemukakan bahwa anak-anak
berkembang melalui tiga fase dalam belajar kombinasi dasar angka
yaitu :
phase 1: Counting strategies-using object or verbal counting to
determineanswers, phase 2: Reasoning strategies-using known
13
Siti Aisyah, perkembangan dan konsep dasar perkembangan anak usia dini, (jakarta: universitas terbuka) h 7 14
Slamet Suyanto, Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini (Yogyakarta: Hikayat, 2005) h.35
28
facts and relations to deduce the answer of an unknown
combination, phase 3: Retrieval-efficiently producing answer from a
memory network.15
Berdasarkan pendapat di atas bahwa ada tiga fase dalam
belajar kombinasi angka yaitu menghitung menggunakan objek
atau menghitung lisan untuk menentukan jawaban, strategi
penalaran menggunakan fakta dan hubungan yang di ketahui untuk
menyimpulkan jawaban dari kombinasi yang tidak di ketahui,
Menghasilkan jawaban dari ingatan.
Susanto menjelaskan ada tiga tahap dalam penguasaan
berhitung anak yaitu : (1) Tahap penguasaan konsep, anak akan
berekspresi untuk berhitung segala macam benda yang ada di
sekitarnya. (2) Tahap transisi, tahap ini merupakan tahap peralihan
dari pemahaman benda secara kongkrit ke benda yang lebih
abstrak. (3) Tahap pengenalan Lambang, anak di kenalkan pada
penugasan terhadap konsep bilangan dengan cara menyelesaikan
soal.16
Kejelasan hubungan antara konsep konkret dan lambang
bilangan menjadi tugas guru yang sangat penting dan tidak
15
Arthur, J Baroody, and Luisa Rosu, Adaptive Expertive with Basicc Addition and Substraction Combinations- The Number Sense View (University of llionis at Urbana Champaign, 2006) Expertice with Combination 3 16
Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini, (Jakarta: Kencana Prenada, 2011) h 46
29
tergesa-gesa. Sedangkan lambang merupakan visualisasi dari
berbagai konsep. Misalnya lambang 7 untuk menggambarkan
konsep bilangan tujuh, merah untuk menggambarkan konsep
warna, besar untuk menggambarkan konsep ruang, dan persegi
empat untuk menggambarkan konsep bentuk.
Menurut Dienes dalam Susanto mengemukakan ada empat
tahapan berhitung diantaranya yaitu :17
a. Bermain bebas (free play)
Bermain sesuka hati anak belum adanya aturan, tidak
terstruktur, namun anak tetap bisa belajar bentuk dari
konsep yang dibuat.
b. Generalisasi (generalization)
Anak mulai bereksplorasi tentang pola-pola dan keteraturan
pada konsep tertentu misalnya bermain mengelompokkan.
c. Representasi (representation)
Anak mencari kesamaan sifat dari beberapa situasi sejenis.
d. Simbolisasi (symbolization)
Anak merumuskan represtasi dari setiap konsep dengan
menggunakan simbol.
Dari penjelasan di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa
mengenalkan matematika kepada anak ada tahapan-tahapan yang
17
Ibid h 101
30
harus di kenalkan kepada anak, tahapan-tahapan ini di antaranya
tahapan penguasaan konsep, tahapan transisi, dan tahap lambang.
Dikarenakan matematika merupakan pembelajaran yang berurutan
akan sia-sia jika mengenalkan matematika kepada anak tanpa
mengikuti tahapan-tahapan yang ada, melalui tahapan pula guru
maupun orangtua mengetahui sejauh mana pemahaman anak tentang
pembelajaran operasi penjumlahan.
4. Karakteristik Kognitif Anak Usia 5-6 Tahun
1.Teori Perkembangan Kognitif
Kognitif adalah suatu proses berfikir, yaitu kemampuan
individu untuk menghubungkan, menilai, dan
mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa. Proses
kognitif berhubungan dengan tingkat kecerdasan (inteligensi)
yang menandai seseorang dengan berbagai minat terutama
ditujukan kepada ide-ide dan belajar.18
Perkembangan kognitif menggambarkan bagaimana
pikiran anak berkembang dan berfungsi untuk dapat berpikir.
Perkembangan kognitif adalah gabungan dari kedewasaan otak
dan sistem saraf, serta adaptasi dengan lingkungan. Semua
18
Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini, Jakarta : prenada Media grup, 2011. Hal 47
31
anak memiliki pola perkembangan kognitif yang sama melalui
empat tahapan Piaget yaitu:19
a. Sensorimotor (0-2 tahun).
pada tahap ini anak lebih banyak menggunakan gerak refleks
dan inderanya untuk berinteraksi dengan lingkungan
disekitarnya. Anak pada tahap ini peka dan suka terhadap
sentuhan yang diberikan dari lingkungannya. Pada akhir tahap
sensorimotor anak sudah dapat menunjukan tingkah laku
intelegensinya dalam aktivitas motorik sebagai reaksi dari
stimulus sensoris.
b. Praoperasional (2-7 tahun)
pada tahap ini anak mulai menunjukan proses berpikir yang
lebih jelas dibandingkan tahap sebelumnya, anak mulai
mengenali simbol termasuk bahasa dan gambar.
c. Konkret operasional (7-11 tahun)
19
Slamet Suyanto, Konsep Dasar Anak Usia Dini, Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional, 2005. Hal 53
32
pada tahapan ini anak sudah mampu memecahkan persoalan
sederhana yang bersifat konkret, anak sudah mampu berpikir
berkebalikan atau berpikir dua arah, misal 3 + 4 = 7 anak telah
mampu berpikir jika 7 –4 =3 atau 7 –3 = 4, hal ini menunjukan
bahwa anak sudah mampu berpikir berkebalikan.
d. Formal operasional (11 tahun ke atas)
pada tahap ini anak sudah mampu berpikir secara abstrak,
mampu membuat analogi, dan mampu mengevaluasi cara
berpikirnya.
Berdasarkan hal tersebut tampak bahwa perkembangan
anak bersifat continue dari tahap ke tahap dan tidak terputus.
Pada tiap anak berbeda-beda dalam mencapai suatu tahapan,
terkadang batas antara tahap satu dengan tahap lainnya tidak
begitu terlihat. Aktivitas didalam proses belajar hendaknya
ditekankan pada pengembangan struktur kognitif, melalui
pemberian kesempatan pada anak untuk memperoleh
pengalaman langsung dalam berbagai aktivitas pembelajaran
yang sesuai dengan perkembangan usia anak.
2. Perkembangan Kognitif Anak Usia 5-6 Tahun
33
Setiap periode perkembangan menunjukan ciri-ciri
atau karakteristik tertentu. Menurut Sofia Hartati karakteristik
perkembangan merupakan tugas perkembangan pada suatu
periode yang harus dicapai dan dikuasai oleh seorang anak.
Tugas perkembangan meliputi berbagai karakteristik perilaku
pada setiap aspek perkembangan.20
Menurut Departemen Pendidikan Nasional,
perkembangan Anak Usia 5-6 Tahun meliputi :21 a) Menyebut
dan membilang 1 sampai dengan 20; b) Mengenal lambang
bilangan; c) Menghubungkan konsep bilangan dengan
lambang bilangan; d) Membuat urutan bilangan dengan
benda-benda; e) Membedakan dan membuat dua kumpulan
benda yang sama jumlahnya, yang tidak sama, lebih sedikit
dan lebih banyak; dan f) Menyebut hasil penambahan dan
pengurangan dengan benda.
Sejalan dengan kurikulum TK, menurut Sofia
Hartati mengklasifikasikan karakteristik perkembangan
anak usia 5-6 tahun secara intelektual telah mampu
20
Sofia Hartati, perkembangan belajar pada anak usia dini, jakarta: departemen pendidikan nasional, 2005. Hal 17 21
Departemen pendidikan Nasional, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta: pustaka Chandra, 2007. Hal 45
34
melakukan banyak hal diantaranya:22 a) Menyebut dan
membilang 1-20; b) Mengenal lambang bilangan; c)
Menghubungkan konsep dengan bilangan; d) Mengenal
konsep sama, lebih banyak, lebih sedikit; f) Mengenal
penjumlahan dengan benda-benda; g) Mengenal waktu
dengan menggunakan jam; dan) Mengenal alat-alat untuk
mengukur.
Dengan demikian berdasarkan karakteristik
perkembangan yang telah dicapai anak usia 5-6 tahun
sudah mampu untuk mengkomunikasikan hubungan
matematis secara sederhana terutama penambahan dan
pengurangan dengan menggunakan benda-benda konkret.
D. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang dianggap relevan oleh peneliti adalah
penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan pengembangan pontar
untuk meningkatkan kemampuan operasi penjumlahan anak usia 5-6
tahun. Untuk melengkapi teori yang telah di kemukakan sebelumnya,
berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Devita Phrilia
Deswitaningtyas tahun 2015. Judul penelitian “pengembangan media
22
Ibid Hal 21
35
Apron Hitung untuk meningkatkan kemampuan berhitung anak usia 5-
6 tahun. Di Tk PKK kartini Padoka Kidul Tirtonirmolo Kasihan Bantul.23
Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan terhadap
kemampuan berhitung anak didik belum berkembang dengan
optimal. Sehingga perlu dilakukan penerapan media apron hitung.
Hipotesis penelitian adalah kegiatan penggunaan media apron hitung
mempunyai pengaruh terhadap kemampuan berhitung anak usia 5-6
tahun di TK Negeri Pembina 2 kota Pekanbaru.
Penelitian kedua terkait dengan media PONTUNG adalah
penelitian yang dilakukan oleh Agus Cahyono sarjana pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta dengan judul meningkatkan
kemampuan berhitung menggunakan media belajar ular tangga di
tanak kanak-kanak dharma wanita 2 jragan tembarak temanggung.
Hasil penelitian menunjukan bahwa ada peningkatan kemampuan
berhitung anak dengan menggunakan media ular tangga pada
kelompok B TK Dharma wanita 2.24
Berdasarkan dari kedua hasil penelitian relevan yang berkaitan
dengan kemampuan berhitung khususnya operasi penjumlahan, dapat
disimpulkan bahwa kemampuan berhitung khususnya operasi 23
Dhevita Philia Prawastiningtyas, Pengembangan Media Apron Hitung Untuk Meningkatkan Kemampuan Berhitung Anak Usia 5-6 Tahun Kota Bantul. Tahun 2015 hlm 24
Agus Cahyono, meningkatkan kemampuan berhitung menggunakan media belajar ular tangga taman kanak-kanak dharma wanita 2 jragan tembarak temanggung. 2017
36
penjumlahan dapat di kembangkan jika di berikan kegiatan yang
menarik seperti melalui penggunaan media yang mudah di dapatkan di
sekitar lingkungan anak. Berdasarkan hal ini, penelitian tertarik untuk
melakukan penetilian tentang kemampuan berhitung khususnya
penjumlahan menggunakan suatau kegiatan dan media yang menarik.
Peneliti ingin melakukan penelitian pada anak usia 5-6 tahun
menggunakan PONTUNG. Di harapkan dengan menggunakan media
tersebut dapat meningkatkan kemampuan melakukan penjumlahan
anak usia 5-6 tahun.