7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Rasa Ingin Tahu
a. Pengertian Rasa Ingin Tahu
Menurut Mustari (2011:104), rasa ingin tahu (kuriositas)
adalah emosi yang dihubungkan dengan perilaku mengorek secara
alamiah seperti eksplorasi, investigasi, dan belajar. Istilah tersebut
digunakan untuk menunjukkan perilaku yang disebabkan oleh emosi
ingin tahu. Emosi ini mewakili kehendak untuk mengetahui hal-hal
baru. Manusia yang mempunyai rasa ingin tahu terhadap rahasia
akan mencoba menjawab dengan menggunakan pengamatan dan
penggunaan pengalaman. Pengalaman yang diperoleh terakumulasi
oleh adanya rasa ingin tahu manusia. Pengalaman merupakan salah
satu cara terbentuknya pengetahuan, yakni kumpulan fakta-fakta.
Kementrian Pendidikan Nasional, Badan Penelitian dan
Pengembangan, Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter
Bangsa (dalam Sulistyowati 2012:32) mendefinisikan rasa ingin tahu
sebagai sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui
lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat,
dan didengar. Rasa ingin tahu termasuk dalam karakter yang
bersumber pada olah pikir yang berkenaan dengan proses nalar guna
7
Upaya Meningkatkan Rasa..., Ajeng Ayu Vindriatin, FKIP UMP, 2013
8
mencari dan menggunakan pengetahuan secara kritis, kreatif, dan
inovatif menghasilkan pribadi cerdas.
Indikator penilaian keberhasilan pelaksanaan pendidikan
karakter di sekolah dapat diukur melalui dua cara yaitu indikator
keberhasilan untuk kelas dan sekolah, dan indikator keberhasilan
untuk mata pelajaran. Setiap mata pelajaran memfokuskan pada
penanaman nilai-nilai utama tertentu yang paling dekat dengan
karakteristik mata pelajaran yang bersangkutan. Cara menentukan
indikator nilai karakter yang dicapai pada setiap mata pelajaran dapat
disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran. Nilai karakter yang
dapat diterapkan pada mata pelajaran matematika yaitu kerja keras,
dan rasa ingin tahu.
Indikator pencapaian yang diharapkan pada siswa kelas IVB
SD Negeri 1 Tambaksogra yaitu:
1) Peserta didik memiliki rasa ingin tahu tinggi dengan
memperhatikan penjelasan yang disampaikan guru
2) Peserta didik menanyakan kepada guru apabila mengalami
kesulitan dalam proses pembelajaran
3) Mengajukan pertanyaan kepada peserta didik lain saat proses
pembelajaran sehingga tumbuh interaksi antar siswa
4) Peserta didik memiliki kesungguhan menunjukkan rumus
keliling dan luas segitiga dan jajargenjang dengan
membutikannya melalui media/alat peraga
Upaya Meningkatkan Rasa..., Ajeng Ayu Vindriatin, FKIP UMP, 2013
9
5) Peserta didik mampu memecahkan masalah yang berkaitan
dengan keliling dan luas segitiga dan jajargenjang.
Berdasarkan beberapa teori tersebut dapat disimpulkan
bahwa rasa ingin tahu merupakan salah satu nilai karakter bangsa
yang dapat diterapkan pada mata pelajaran matematika untuk
mengetahui lebih mendalam dan luas suatu yang dipelajari, dilihat,
dan didengar berdasarkan naluri.
2. Prestasi Belajar
a. Hakikat Prestasi
Prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie,
kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil
usaha. Menurut Ahmadi dan Supriyono (1991:130), prestasi belajar
yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor
yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal)
maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu. Pengenalan
terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar penting
sekali artinya dalam rangka membantu murid dalam mencapai
prestasi belajar sebaik-baiknya. Faktor internal terdiri dari faktor
jasmaniah yang bersifat bawaan, faktor psikologis baik, faktor
kematangan fisik maupun psikis, dan faktor lingkungan spiritual atau
keamanan. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari Faktor sosial
Upaya Meningkatkan Rasa..., Ajeng Ayu Vindriatin, FKIP UMP, 2013
10
seperti lingkungan keluarga, faktor budaya seperti adat istiadat dan
faktor lingkungan fisik seperti lingkungan belajar.
Beberapa teori pengertian prestasi dapat disimpulkan bahwa
prestasi merupakan suatu hasil yang telah dicapai sebagai bukti
usaha yang telah dilakukan. Pada proses pembelajaran untuk
mengetahui prestasi belajar dapat dilakukan dengan evaluasi.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi
Menurut Ahmadi dan Supriyono (1991: 130), ada faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar siswa yaitu faktor internal dan
eksternal. Pengenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar sangat penting sekali artinya dalam rangka
membantu murid untuk mencapai prestasi belajar yang sebaik-
baiknya.
1) Faktor internal atau dari dalam diri, meliputi :
a) Faktor jasmaniah baik yang bersifat bawaan maupun yang
diperoleh.
b) Faktor psikologis.
c) Faktor Kematangan fisik maupun psikis.
2) Faktor eksternal / dari luar diri, meliputi :
a) Faktor sosial
b) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan,
teknologi dan kesenian.
c) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas
belajar.
Upaya Meningkatkan Rasa..., Ajeng Ayu Vindriatin, FKIP UMP, 2013
11
d) Faktor lingkungan spiritual atau keamanan.
c. Hakikat Belajar
Menurut Haris dan Jihad (2010: 1), belajar adalah kegiatan
berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam
penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan, hal ini berarti
keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan sangat tergantung pada
keberhasilan proses belajar siswa disekolah dan lingkungan
sekitarnya. Sebagaimana dijelaskan oleh Schunk (2008: 2) bahwa,
learning is a enduring change in behavior, or in the capacity to
behave in a given fashion, which result from practice or other forms
of experience.
Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang
berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi baik yang
bersifat eksplisit maupun bersifat implisit atau tersembunyi (Sagala,
2010:11). Teori yang dikembangkan dalam komponen ini meliputi
teori tentang tujuan pendidikan, organisasi kurikulum, isi kurikulum,
dan modul-modul pengembangan kurikulum.
Slameto (2010: 2) merumuskan belajar sebagai suatu proses
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Slameto (2010: 3-5) memberikan ciri-ciri perubahan tingkah laku
yang terjadi dalam belajar yaitu:
Upaya Meningkatkan Rasa..., Ajeng Ayu Vindriatin, FKIP UMP, 2013
12
1) Terjadi secara sadar 2) Bersifat kontinu dan fungsional 3) Bersifat positif dan aktif 4) Bukan bersifat sementara 5) Bertujuan atau terarah 6) Mencakup seluruh aspek tingkah laku Beberapa teori yang dikemukakan oleh para ahli dapat
disimpulkan bahwa belajar merupakan proses kegiatan seseorang
dalam berinteraksi dengan lingkungannya yang akan menghasilkan
perubahan tingkah laku dari berbagai aspek seperti aspek kognitif,
aspek afektif, dan aspek psikomotor. Perubahan yang terjadi disadari
oleh individu yang belajar, berkesinambungan dan akan berdampak
pada fungsi kehidupan lainnya.
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Slameto (2010:54) menyebutkan beberapa faktor yang
mempengaruhi belajar, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri
individu yang disebut faktor internal, dan faktor yang berasal dari
luar diri individu yang disebut faktor eksternal. Faktor intern
dikelompokkan menjadi tiga yaitu: 1) faktor jasmaniah yang terdiri
dari kesehatan dan cacat tubuh; 2) faktor psikologis yang terdiri dari
inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan;
3) faktor kelelahan.
Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar
dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu 1) faktor keluarga yang
terdiri dari cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga,
suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, perhatian orang tua, dan
Upaya Meningkatkan Rasa..., Ajeng Ayu Vindriatin, FKIP UMP, 2013
13
latar belakang budaya; 2) faktor sekolah yang tediri dari metode
mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan
siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar
pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas
rumah; 3) faktor masyarakat yang terdiri dari kegiatan siswa dalam
masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan
masyarakat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat disimpulkan
menjadi dua macam yaitu faktor dari dalam diri siswa (internal) dan
faktor dari luar diri siswa (eksternal).
e. Hakikat Prestasi Belajar
Menurut Arifin (2011:12), prestasi belajar merupakan suatu
masalah yang bersifat perenial dalam sejarah kehidupan manusia,
karena sepanjang rentang kehidupanya manusia selalu mengejar
prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing. Prestasi
berlajar mempunyai fungsi utama yaitu sebagai indikator dan
kuantitas pengetahuan, sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu,
sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan, sebagai indikator
intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan, dan sebagai
indikator daya serap (kecerdasan) peserta didik.
Berdasarkan beberapa definisi prestasi belajar para ahli, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi belajar merupakan hasil
usaha belajar yang dicapai seorang siswa berupa suatu kecakapan
Upaya Meningkatkan Rasa..., Ajeng Ayu Vindriatin, FKIP UMP, 2013
14
dari kegiatan belajar bidang akademik di sekolah pada jangka waktu
tertentu yang dinyatakan dalam bentuk tes atau nilai setelah
mengalami proses belajar mengajar. Prestasi belajar siswa pada
penelitian ini diukur melalui tes evaluasi akhir siklus pada materi
keliling dan luas segitiga dan jajargenjang.
Simpulan dari prestasi belajar siswa yaitu rasa ingin tahu dan
prestasi belajar matematika yang diperoleh siswa setelah
melaksanakan tes dari materi yang telah diajarkan oleh guru dan
hasilnya berupa angka atau nilai.
f. Prinsip-prinsip Pengukuran Prestasi Belajar
Prestasi belajar dapat diukur melalui tes prestasi belajar
berupa tes yang disusun secara terencana untuk mengungkap
performansi maksimal subjek dalam menguasai bahan-bahan atau
materi yang telah diajarkan. Ground (dalam Azwar 2010: 18-21)
merumuskan beberapa prinsip dasar dalam pengukuran prestasi
belajar sebagai berikut:
1) Tes prestasi harus mengukur rasa ingin tahu dan prestasi belajar yang telah dibatasi secara jelas sesuai dengan tujuan instruksional,
2) Tes prestasi harus mengukur suatu sampel yang representatif dari rasa ingin tahu dan prestasi belajar dan dari materi yang dicakup oleh program instruksional atau pengajaran.
3) Tes prestasi harus berisi aitem-aitem dengan tipe yang paling cocok guna mengukur rasa ingin tahu dan prestasi belajar yang diinginkan.
4) Tes prestasi harus dirancang sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan penggunaan hasilnya.
Upaya Meningkatkan Rasa..., Ajeng Ayu Vindriatin, FKIP UMP, 2013
15
5) Reliabilitas tes prestasi harus diusahakan setinggi mungkin dan hasil ukurnya harus ditafsirkan dengan hati-hati.
6) Tes prestasi harus dapat digunakan untuk meningkatkan belajar para anak didik.
3. Matematika
a. Pengertian Matematika
Istilah matematika sangat sulit didefinisikan secara akurat.
Menurut Hariwijaya (2009:29), matematika secara umum
didefiniskan sebagai bidang ilmu yang mempelajari pola struktur,
perubahan, dan ruang. Secara informal matematika dapat pula
disebut sebagai ilmu tentang bilangan dan angka. Menurut
pandangan formalis, matematika adalah penelaahan struktur struktur
abstrak yang didefinisikan secara aksioma dengan menggunakan
logika simbolik dan notasi. Ada pula pandangan lain bahwa
matematika ialah ilmu dasar yang mendasari ilmu pengetahuan lain.
Menurut Ruseffendi (dalam Heruman, 2012:1) matematika
adalah bahasa simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima
pembuktian secara induktif, ilmu tentang pola keteraturan, dan
struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak
didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat,
dan akhirnya ke dalil. Hakikat matematika menurut Soedjadi (dalam
Heruman, 2012: 1), matematika memiliki objek tujuan abstrak,
bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif.
Suwangsih dan Tiurlina (2006: 3) menyebutkan bahwa matematika
Upaya Meningkatkan Rasa..., Ajeng Ayu Vindriatin, FKIP UMP, 2013
16
terbentuk dari pengalaman manusia dalam dunianya, kemudian
pengalaman diproses di dalam dunia rasio, diolah secara analisis
dengan penalaran di dalam struktur kognitif sehingga terbentuk
konsep-konsep matematika. Konsep-konsep matematika tersebut
agar dapat dipahami orang lain maka dimanipulasi menggunakan
bahasa/notasi matematika secara universal. Konsep matematika
didapat karena proses berpikir, dan logika adalah dasar terbentuknya
matematika.
Menurut Hardini dan Puspitasari (2012: 160-161),
matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan
sebagai berikut:
1) Memahami konsep matematika, yaitu menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep/algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah,
2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, yaitu melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti/menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika
3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan mentransfer solusi yang diperoleh,
4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah,
5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam memecahkan masalah.
Berdasarkan beberapa pengertian matematika oleh para ahli,
maka dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu yang
Upaya Meningkatkan Rasa..., Ajeng Ayu Vindriatin, FKIP UMP, 2013
17
berkenaan dengan ide-ide atau konsep-konsep yang membutuhkan
daya nalar dan kegiatan dunia rasio cukup tinggi. Konsep yang ada
pada mata pelajaran matematika lebih dominan pada konsep materi
abstrak dari pada materi konkret. Konsep abstrak yang baru
dipahami oleh siswa harus diberikan penguatan agar bertahan lama
dalam memori siswa, sehingga akan melekat dalam pola pikir dan
tindakannya. Pembelajaran matematika hendaknya dilakukan
melalui perbuatan dan pengertian, bukan sekedar hafalan yang
mudah terlupakan.
b. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
Siswa Sekolah Dasar (SD) berumur antara 6 atau 7 tahun,
sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget (dalam Heruman, 2012:1)
mereka berada pada fase operasional konkret. Kemampuan yang
tampak pada fase ini adalah kemampuan dalam proses berpikir untuk
mengoperasikan kaidah-kaidah logika, meskipun masih terikat
dengan objek yang bersifat konkret.
Usia perkembangan kognitif siswa SD masih terikat dengan
objek konkret yang dapat ditangkap oleh panca indra. Pembelajaran
matematika yang abstrak, siswa memerlukan alat bantu berupa
media, dan alat peraga yang dapat memperjelas apa yang
disampaikan oleh guru sehingga siswa lebih mudah untuk
memahami terutama pada tahap penanaman konsep materi. Proses
Upaya Meningkatkan Rasa..., Ajeng Ayu Vindriatin, FKIP UMP, 2013
18
pembelajaran pada fase konkret itu sendiri melalui tiga tahap yaitu:
tahap konkret, semi konkret, semi abstrak, dan abstrak.
Menurut Heruman (2012:2-3), bahwa pemaparan
pembelajaran yang ditekankan pada konsep-konsep matematika
adalah sebagai berikut:
1) Penanaman Konsep Dasar (Penanaman Konsep), yaitu pembelajaran suatu konsep baru matematika, ketika siswa belum pernah mempelajari konsep tersebut. Pembelajaran penanaman konsep dasar merupakan jembatan yang harus dapat menghubungkan kemampuan kognitif siswa yang kongkret dengan konsep baru matematika yang abstrak.
2) Pemahaman Konsep, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep, yang bertujuan agar siswa lebih memahami suatu konsep matematika. Pemahaman konsep terdiri atas dua pengertian. Pertama, merupakan kelanjutan dari pembelajaran penanaman konsep dalam satu pertemuan. Sedangkan kedua, pembelajaran pemahaman konsep dilakukan pada pertemuan yang berbeda, tetapi masih merupakan lanjutan dari penanaman konsep.
3) Pembinaan Ketrampilan, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep dan pemahaman konsep. Pembelajaran pembinaan ketrampilan bertujuan agar siswa lebih terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika. Seperti halnya pada pemahaman konsep, pembinaan ketrampilan juga terdiri atas dua pengertian. Pertama, merupakan lanjutan dari pembelajaran penanaman konsep dan pemahaman konsep dalam satu pertemuan. Sedangkan kedua, pembelajaran pembinaan ketrampilan dilakukan pada pertemuan yang berbeda, tapi masih merupakan lanjutan dari penanaman dan pemahaman konsep.
Salah satu ruang lingkup materi pada standar kompetensi
matematika Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di Sekolah Dasar
yaitu geometri. Corle (1964: 266) memandang geometri sebagai
berikut:
Upaya Meningkatkan Rasa..., Ajeng Ayu Vindriatin, FKIP UMP, 2013
19
Geometry reached its greatest popularity in ancient Greece, where such mathematicians as Euclid and Pythagoras developed mathematical principles and processes appropriate for solving many of today's problems. More recently, however, geometry, has returned to the elementary school mathematics curriculum. The child begins in the early grades to think about physical geometry, and he learns about point, space, lines, curves, planes, angles, and simple closed curves. The treatment is exploratory, and concepts are established through experimentation, discovery, and discussion.
c. Silabus Matematika Kelas IV SD Semeter 1
Tabel 2.1 Silabus Matematika Kelas IV SD Semester 1 Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1. Memahami dan menggu-nakan sifat-sifat operasi hitung bilangan dalam pemecahan masalah
1.1 Mengidentifikasi sifat-sifat operasi hitung
1.2 Mengurutkan bilangan 1.3 Melakukan operasi perkalian dan
pembagian 1.4 Melakukan operasi hitung campuran 1.5 Melakukan penaksiran dan pembulatan 1.6 Memecahkan masalah yang melibatkan
uang 2.Memahami dan
menggunakan faktor dan kelipatan dalam pemecahan masalah
2.1 Mendeskripsikan konsep faktor dan kelipatan
2.2 Menentukan kelipatan dan faktor bilangan
2.3 Menentukan kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dan faktor persekutuan terbesar (FPB)
2.4 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan KPK dan FPB
3. Menggunakan pengukuran sudut, panjang, dan berat dalam pemecahan masalah
3.1 Menentukan besar sudut dengan satuan tidak baku dan satuan derajat
3.2 Menentukan hubungan antar satuan waktu, antar satuan panjang, dan antar satuan berat
3.3 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan waktu, panjang dan berat
3.4 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan kuantitas
4. Menggunakan konsep keliling dan luas bangun datar sederhana dalam pemecahan masalah
4.1 Menentukan keliling dan luas jajargenjang dan segitiga
4.2 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan keliling dan luas jajargenjang dan segitiga
Upaya Meningkatkan Rasa..., Ajeng Ayu Vindriatin, FKIP UMP, 2013
20
A
C B
C
A
B
4. Keliling dan Luas Segitiga dan Jajargenjang
a. Segitiga
1) Pengertian segitiga
Segitiga adalah bangun datar yang diperoleh dengan
menghubungkan tiga titik yang tidak segaris. Perhatikan gambar
dibawah. Segitiga ABC diperoleh dengan menghubungkan titik
A, B, C dengan garis lurus.
Sifat-sifat segitiga antara lain:
a) Mempunyai 3 sisi yaitu sisi AB, BC, AC
b) Mempunyai 3 titik sudut yaitu titik sudut A, B, dan C
2) Jenis-jenis segitiga
Segitiga dapat dibedakan berdasarkan panjang sisi dan besar
sudutnya.
a) Jenis segitiga berdasarkan panjang sisinya
1.1) Segitiga sama sisi yaitu
segitiga yang ketiga sisinya
sama panjang.
1.2) Segitiga sama kaki yaitu
segitiga yang mempunyai dua
sisi sama panjang.
B C
A
Upaya Meningkatkan Rasa..., Ajeng Ayu Vindriatin, FKIP UMP, 2013
21
B C
A 1.3) Segitiga sembarang yaitu
segitiga yang tidak
mempunyai sisi sama
panjang.
b) Jenis segitiga berdasarkan besar sudutnya
1.1) Segitiga lancip yaitu segitiga
yang ketiga sudutnya
merupakan sudut lancip
(besarnya kurang dari 900).
1.2) Segitiga tumpul yaitu segitiga
yang salah satu sudutnya
merupakan sudut tumpul
(besarnya lebih dari 900 dan
kurang dari 1800).
1.3) Segitiga siku yaitu segitiga
yang salah satu sudutnya
merupakan sudut siku-siku
(besar 900)
3) Keliling dan luas segitiga
a) Keliling segitiga
Keliling segitiga adalah jumlah panjang sisi pembentukan
segitiga. AB, AC, dan BC adalah sisi-sisi yang membentuk
segitiga ABC.
Upaya Meningkatkan Rasa..., Ajeng Ayu Vindriatin, FKIP UMP, 2013
22
A
C B
A
C B
Keliling segitiga ABC:
b) Luas segitiga
Luas segitiga adalah daerah yang dibatasi oleh suatu
segitiga.
Segitiga-segitiga diatas memilki panjang alas (a) dan tinggi
(t). Luas segitiga dirumuskan sebagai berikut:
b. Jajargenjang
1) Pengerian Jajargenjang
Jajargenjang atau jajaran genjang (Parallelogram) adalah
bangun datar dua dimensi yang dibentuk oleh dua yang dibentuk
oleh dua pasang rusuk yang masing-masing sama panjang dan
sejajar dengan pasangannya, dan memiliki dua pasang sudut
bukan siku-siku yang masing-masing sama besar dengan sudut
di hadapannya. Jajar genjang dengan empat rusuk yang sama
Luas segitiga = ½ x alas x tinggi
= ½ x a x t
K= AB+AC+BC
Upaya Meningkatkan Rasa..., Ajeng Ayu Vindriatin, FKIP UMP, 2013
23
panjang disebut belah ketupat. Sifat-sifat yang dimiliki oleh
bangun datar jajaran genjang adalah sebagai berikut :
1. Sudut-sudut yang saling berhadapan adalah sama besar.
2. Sisi-sisi yang saling berhadap-hadapan adalah sama panjang
serta sejajar.
3. Sudut-sudut yang berdekatan bila ditotal berjumlah 180
derajat.
4. Diagonal jajar genjang saling membagi dua sama panjang.
2) Keliling dan Luas Jajargenjang
Kemampuan prasyarat yang harus dikuasai siswa dalam
mempelajari keliling dan luas segitiga adalah pemahaman
mengenai perhitungan luas persegi panjang dan trapesium.
Apabila siswa telah memahami konsep perhitungan luas kedua
bangun tersebut, maka tidak akan mengalami banyak kesulitan
dalam mempelajari luas jajargenjang.
Keliling dan luas jajargenjang dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Keliling jajargenjang = 2 x alas + 2 x sisi miring
Luas = alas x tinggi
D
B A
C
Upaya Meningkatkan Rasa..., Ajeng Ayu Vindriatin, FKIP UMP, 2013
24
c. Media Pembelajaran
1) Keliling dan Luas Segitiga dengan Pendekatan Persegi Panjang
a) Model alat peraga
Gambar 2.1 Model alat peraga keliling dan luas segitiga
b) Bahan dan alat kerja
(1) Kertas karton tebal
(2) Kertan marmer
(3) Flanel
(4) Lem kertas
(5) Papan gabus (sterofoam)
(6) Penggaris
(7) Cutter/gunting
(8) Pensil
(9) Paku push-pin
c) Langkah-langkah pembuatan
(1) Buat dengan penggaris besi dan cutter 2 buah model
segitiga sama kaki yang kongruen menggunakan kertas
karton yang dilapisi kertas marmer
Upaya Meningkatkan Rasa..., Ajeng Ayu Vindriatin, FKIP UMP, 2013
25
(2) Potonglah model daerah segitiga sama kaki menjadi dua
bangun dengan berbeda warna
(3) Ubahlah segitiga yang terpotong dari bentuk segitiga
sama kaki menjadi persegi panjang
2) Keliling dan Luas Jajargenjang dengan Pendekatan Persegi
Panjang
a) Model alat peraga
Gambar 2.2 Model alat peraga keliling dan luas jajargenjang
b) Bahan dan alat kerja
(1) Kertas karton tebal
(2) Kertan marmer
(3) Flanel
(4) Lem kertas
(5) Papan gabus (sterofoam)
(6) Penggaris
(7) Cutter/gunting
(8) Pensil
(9) Paku push-pin
Upaya Meningkatkan Rasa..., Ajeng Ayu Vindriatin, FKIP UMP, 2013
26
c) Langkah-langkah pembuatan
(1) Buat dengan penggaris besi dan cutter 2 buah model
jajargenjang yang kongruen menggunakan kertas karton
yang dilapisi kertas marmer
(2) Potonglah model daerah jajargenjang menjadi dua
bangun dengan berbeda warna seperti gambar 2.2
(3) Himpitkan potongan jajargenjang menjadi sebuah
persegi panjang
5. Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing
a. Pengertian
Ditinjau dari katanya, discover berarti menemukan,
sedangkan discovery menurut John M. Echol dan Hasan Sadili
(dalam Ilahi 2012: 29) adalah penemuan. Menurut Oemar Hamalik
(dalam Ilahi 2012: 29), discovery adalah proses pembelajaran yang
menitikberatkan pada mental intelektual para anak didik dalam
memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi, sehingga
menemukan suatu konsep atau generalisasi yang dapat diterapkan di
lapangan. Illahi (2012: 33) mendefinisikan discovery merupakan
salah satu metode yang memungkinkan para anak didik terlibat
langsung dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga mampu
menggunakan proses mentalnya untuk menemukan suatu konsep
atau teori yang sedang dipelajari.
Upaya Meningkatkan Rasa..., Ajeng Ayu Vindriatin, FKIP UMP, 2013
27
Eggen (2012: 177) mengatakan bahwa penemuan terbimbing
merupakan satu pendekatan mengajar dimana guru memberi siswa
contoh-contoh topik spesifik dan memandu siswa untuk memahami
topik tersebut. Model ini efektif untuk mendorong keterlibatan dan
motivasi siswa untuk mendapatkan pemahaman mendalam tentang
topik-topik yang jelas.
Metode penemuan terbimbing akan melibatkan siswa dalam
proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, diskusi, seminar,
membaca, dan mencoba sendiri agar anak dapat belajar sendiri
(Roestiyah, 2008:20). Metode penemuan terbimbing dapat dikatakan
sebagai salah satu metode yang proses pembelajarannya
membebaskan siswa untuk menemukan sendiri informasi yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan belajar. Bettina (2012: 2)
menyatakan hal yang sama tentang penemuan terbimbing, yaitu:
The Guided Discovery approach is a process in which students are encouraged to reinvent. The popular saying “don‟t reinvent the wheel” is counterproductive in the context of learning as it attempts to impart knowledge through discoveries and inventions of other people. Real learning occurs when learners are immersed in authentic situations and are allowed to figure out the solutions and experience an aha! moment and discover critical knowledge themselves.
Guru dalam proses pembelajaran metode penemuan
terbimbing mengarahkan tentang materi yang akan dibahas dalam
pertemuan tersebut. Guru memberikan bentuk bimbingan berupa
petunjuk, arahan, pertanyaan, atau dialog, sehingga diharapkan siswa
dapat menyimpulkan sesuai dengan rancangan guru. Siswa
Upaya Meningkatkan Rasa..., Ajeng Ayu Vindriatin, FKIP UMP, 2013
28
hendaknya berperan aktif dalam pembelajaran dengan menemukan
sendiri bahan yang dipelajari.
Menurut Richard Schuman (dalam Suryosubroto, 2009:184)
langkah-langkah metode penemuan terbimbing yaitu:
1) Identifikasi kebutuhan siswa 2) Seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip,
pengertian, konsep dan generalisasi yang akan dipelajari 3) Seleksi bahan dan problema atau tugas-tugas 4) Membantu memperjelas problema yang akan dipelajari
dan peran masing-masing siswa 5) Mempersiapkan setting kelas dan alat-alat yang akan
dipergunakan 6) Mencetak pemahaman siswa terhadap masalah yang
akan dipecahkan dan tugas-tugas siswa 7) Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan
penemuan 8) Membantu siswa dengan informasi atau data, jika
diperlukan siswa 9) Memimpin analisis sendiri dengan pertanyaan yang
mengarahkan dan mengidentifikasi proses 10) Merangsang terjadinya interaksi antar siswa dengan
siswa 11) Memuji dan membesarkan siswa yang bergiat dalam
proses penemuan 12) Membantu siswa merumuskan prinsip-pinsip dan
generalisasi atas hasil penemuannya
Hasil penelitian Karim (2011) menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa
yang belajar melalui pembelajaran matematika dengan metode
penemuan terbimbing dengan siswa yang belajar dengan
pembelajaran konvensional. Berdasarkan hasil penelitian di atas
dapat disimpulkan bahwa metode terbimbing merupakan suatu
metode yang mengajarkan siswa untuk dapat memperoleh
pengetahuan baru melalui penemuan yang dilakukannya. Guru
Upaya Meningkatkan Rasa..., Ajeng Ayu Vindriatin, FKIP UMP, 2013
29
membimbing dan mengarahkan siswa untuk mempergunakan ide,
konsep, dan ketrampilan yang sudah mereka pelajari sebelumnya
untuk mendapatkan pengetahuan baru.
b. Kelebihan
Menurut Suryosubroto (2009:185), kelebihan metode
penemuan terbimbing antara lain:
1) Membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan penguasaan keterampilan dan proses kognitif siswa, andaikata siswa itu dilibatkan terus dalam penemuan
2) Strategi penemuan membangkitkan gairah siswa, misalnya siswa merasakan jerih payah penyelidikannya, menemukan keberhasilan dan kadang-kadang kegagalan
3) Metode ini memberikan kesempatan pada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan kemampuannya sendiri
4) Metode ini menyebabkan siswa mengarahkan siswa sendiri cara belajarnya, sehingga ia lebih merasa terlibat dan bermotivasi sendiri untuk belajar, paling sedikit pada suatu proyek penemuan khusus
5) Metode ini dapat membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan pada diri sendiri melalu proses-proses penemuan
6) Strategi ini berpusat pada anak, misalnya membuat kesempatan kepada mereka dan guru berpartisipasi sebagai sesama dalam mengecek ide. Guru menjadi teman belajar, terutama dalam situasi penemuan yang “jawaban”nya belum diketahui sebelumnya
c. Kelemahan
Menurut Suryosubroto (2009: 186), kelemahan metode
penemuan terbimbing antara lain
1) Adanya persiapan mental untuk belajar misalnya, siswa yang lamban akan mengalami kebingungan dalam usahanya mengembangkan pikirannya jika berhadapan dengan hal-hal yang abstrak atau menemukan saling ketergantugan antara pengertian dalam suatu subjek atau dalam usahanya menyusun hasil penemuan dalam hasil tertulis. Siswa yang lebih pandai mungkin akan
Upaya Meningkatkan Rasa..., Ajeng Ayu Vindriatin, FKIP UMP, 2013
30
memonopoli penemuan dan menimbulkan frustasi pada siswa lain.
2) Metode ini kurang berhasil untuk mengajar kelas besar. Misalnya sebagian besar waktu dapat hilang karena membantu seorang siswa menemukan teori-teori.
3) Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan guru dan siswa yang sudah terbiasa dengan perencanaan dan pengajaran secara tradisional.
4) Mengajar dengan penemuan ini akan dipandang terlalu mementingkan memperoleh pengertian dan kurang memperhatikan diperolehnya sikap dan keterampilan.
5) Tidak semua pemecahan masalah menjamin penemuan yang penuh arti, pemecahan masalah dapat bersifat membosankan mekanisasi, formalitas, dan pasif seperti bentuk terburuk dari metode ekspositories verbal.
B. Penelitian yang relevan
Penelitian dilakukan berdasarkan beberapa penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya. Salah satu penelitian yang dijadikan dasar yaitu
penelitian yang dilakukan oleh Asrul Karim tahun 2011 yang berjudul
“Penerapan Metode Penemuan Terbimbing dalam Pembelajaran Matematika
untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Kemampuan Berpikir Kritis
Siswa Sekolah Dasar”. Hasil penelitian menunjukkan pemahaman konsep dan
kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran Matematika
dengan menggunakan metode penemuan terbimbing lebih baik dari pada siswa
yang mengikuti pembelajaran konvensional ditinjau berdasarkan level
sekolah, sebagian besar siswa menunjukkan sikap positif terhadap
pembelajaran matematika dengan menggunakan metode penemuan
terbimbing.
Upaya Meningkatkan Rasa..., Ajeng Ayu Vindriatin, FKIP UMP, 2013
31
C. Kerangka Pikir
Guru melakukan berbagai cara, strategi, dan pendekatan untuk
meningkatkan rasa ingin tahu dan prestasi belajar siswa guna mencapai tujuan
dan sarana pendidikan. Salah satu upaya yang dilakukan yaitu menerapkan
metode penemuan terbimbing. Metode penemuan terbimbing diupayakan
dapat meningkatkan keaktifan siswa saat proses pembelajaran. Kerangka
berpikir dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teoritis dan kerangka berfikir, dapat dirumuskan
hipotesis tindakan sebagai berikut:
1. Melalui metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan rasa ingin tahu
siswa Kelas IVB SD Negeri 1 Tambaksogra.
2. Melalui metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa Kelas IVB SD Negeri 1 Tambaksogra
Gambar 2.3 Kerangka Berpikir
INPUT PROSES HASIL
Kondisi awal : Pembelajaran
bersifat Teacher Centered
Rasa ingin tahu siswa yang rendah dalam mengikuti pembelajaran matematika
Berakibat pada rendahnya prestasi belajar siswa yang dibawah KKM
Penerapan metode penemuan terbimbing
pada pelajaran Matematika
Hasil : Pembelajaran
bersifat Student Centered
Meningkatnya rasa ingin tahu siswa kelas IVB SD Negeri 1 Tambaksogra
Prestasi belajar meningkat
Upaya Meningkatkan Rasa..., Ajeng Ayu Vindriatin, FKIP UMP, 2013