1
BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Permainan Futsal
Permainan futsal pada dasarnya merupakan permainan yang
menyenangkan dan biasa dijadikan rekreasi diwaktu jenuh setelah
melakukan aktivitas. Olah raga ini tidak hanya populer dikalangan pelajar
atau mahasiswa, bagi para eksekutif muda olah raga ini juga sudah menjadi
ajang melepas beban pikiran dan kejenuhan seusai kerja. Di Indonesia
sendiri futsal sebenarnya sudah ada sejak tahun 1998. Namun,
kepopulerannya menanjak memasuki tahun 2005.
Menurut Halim (2009: 6), mengungkapkan bahwa futsal adalah
permainan sejenis sepakbola yang dimainkan dalam lapangan yang
berukuran lebih kecil. Sebagai penguat pengertian tentang futsal, Tenang
(2008: 17) mengungkapkan juga bahwa futsal adalah suatu jenis olahraga
yang memiliki aturan tegas tentang kontak fisik.
Menurut Wikipedia tahun 2007 menjelaskan pengertian futsal
sebagai berikut.
Futsal adalah permainan bola yang dimainkan oleh dua regu, yang
masing-masing beranggotakan lima orang. Tujuannya adalah
memasukkan bola ke gawang lawan, dengan memanipulasi bola
dengan kaki. Selain lima pemain utama, setiap regu juga diizinkan
memiliki pemain cadangan. Tidak seperti permainan sepak bola dalam
ruangan lainnya, lapangan futsal dibatasi garis, bukan net atau papan.
Menurut Barbero-Albarez (2012) menyatakan bahwa futsal adalah
sebuah olahraga yang dilakukan jangka waktu tertentu yang menuntut para
pemainnya agar memiliki kemampuan fisik, teknik, dan taktik yang tinggi.
Travassos et.al (2011) menyatakan bahwa futsal adalah permainan sepak
bola yang dilakukan di dalam ruangan lima lawan lima yang diatur oleh
FIFA yang dimainkam diatas lapangan yang memilki permukaan keras 40 X
20 m atau daerah yang diberi garis yang memiliki ukuran tertentu atau yang
biasa di sebut pitch. Sama halnya dengan olahraga lainnya, pemain futsal
2
bekerjasama dengan anggota timnya dalam mencapai tujuan yang sama,
yang terpenting adalah untuk mencetak gol pada saat menendang bola, dan
untuk mencegah terjadinya gol bagi tim lawan pada saat tim lawan
melakukan tendangan. Menjelang akhir pertandingan, strategi permainan
yang biasa untuk tim yang sedang bertanding ketika sedang melakukan
tendangan untuk menggantikan penjaga gawang pada seorang pemian
tambahan, tahap pemain yang akan dituju adalah lima lawan empat
ditambah penjaga gawang.
Gambar 1 : Ukuran Lapangan Futsal,
Justinus (2011:10)
Dari pengertian yang telah dijabarkan maka yang dimaksud dengan futsal
adalah permainan bola yang dimainkan oleh dua regu yang masing-masing
beranggotakan lima orang, dimainkan di lapangan berbentuk persegi
panjang dengan ukuran 25-42 meter dan lebar 15-25 meter, memiliki
aturan tegas tentang kontak fisik dan mempunyai tujuan yaitu
memasukkan bola ke gawang lawan dengan memanipulasi bola dengan
kaki.
a. Peraturan Permainan Futsal
Sama halnya dengan permainan sepak bola pada umumnya,
permainan futsal juga memiliki peraturan-peraturan baku mengenai luas
lapangan, ukuran bola, tentang pemain, atau permainan yang sudah di
atur oleh asosiasi persepak bolaan internasional atau yang disebut
FIFA. Secara garis besar peraturan tersebut dapat dijabar kan sebagai
berikut, Justinus (2011:10):
3
1) Lapangan Futsal
a) Ukuran: panjang 25-42 m x lebar 15-25 m
b) Garis batas: garis selebar 8 cm, yakni garis sentuh di sisi, garis
gawang di ujung-ujung, dan garis melintang tengah lapangan; 3 m
lingkaran tengah; tak ada tembok penghalang atau papan
c) Daerah penalti: busur berukuran 6 m dari setiap pos
d) Garis penalti: 6 m dari titik tengah garis gawang
e) Garis penalti kedua: 12 m dari titik tengah garis gawang
f) Zona pergantian: daerah 6 m (3 m pada setiap sisi garis tengah
lapangan) pada sisi tribun dari pelemparan
g) Gawang: tinggi 2 m x lebar 3 m
h) Permukaan daerah pelemparan: halus, rata, dan tak abrasive
2) Bola
a) Ukuran: 4
b) Keliling: 62-64 cm
c) Berat: 390-430 gram
d) Lambungan: 55-65 cm pada pantulan pertama
e) Bahan: kulit atau bahan yang cocok lainnya (yaitu, tak berbahaya)
3) Jumlah Pemain
a) Jumlah pemain maksimal untuk memulai pertandingan: 5, salah
satunya penjaga gawang
b) Jumlah pemain minimal untuk mengakhiri pertandingan: 2
c) Jumlah pemain cadangan maksimal: 7
d) Batas jumlah pergantian pemain: tak terbatas
e) Metode pergantian: "pergantian melayang" (semua pemain
kecuali penjaga gawang boleh memasuki dan meninggalkan
lapangan kapan saja; pergantian penjaga gawang hanya dapat
dilakukan jika bola tak sedang dimainkan dan dengan persetujuan
wasit)
4
4) Perlengkapan Pemain
Kaos bernomor, celana pendek, kaus kaki, pelindung lutut, dan alas
kaki bersolkan karet.
5) Lama Permainan
Lama: dua babak 20 menit; waktu diberhentikan ketika
bola berhenti dimainkan. Waktu dapat diperpanjang
untuk tendangan penalti.
a) Time-out : 1 per regu per babak; tak ada dalam
waktutambahan
b) Waktu pergantian babak: maksimal 10 menit
Futsal merupakan cabang olahraga sepakbola. Teknik dasar yang
digunakan baik dalam sepakbola ataupun futsal ialah sama. Perbedaan
antara sepakbola dengan futsal kurang lebih dapat dijabarkan dalam
Tabel 1 :
Tabel 1. Pengembangan Perbedaan Antara Sepakbola dan Futsal.
Sepakbola Bola: Futsal Bola:
1. Lingkaran bola 68-70 cm Lingkaran bola 62-68 cm
2. . Pemain:
11 pemain
3x pergantian pemain
Pemain:
5 pemain
Tidak dibatasi
3. Bola Mati:
Throw in (lemparan ke dalam)
Tendangan gawang
Bola Mati:
Kick in (tendangan ke
dalam)
Lemparan gawang
4. Waktu:
Waktu berjalan (running
clock)
2 x 45 menit
Waktu:
Stoppedlock
(dioperasikanoleh
pencatat waktu
2 x 20 menit
5. Time Out:
Tidak ada time out
Tidak ada batas waktu
untukmemulai kembali
pertandingan
Time Our.
Sekali time out tiap babak
4 menit untuk memulai
lagiPertandingan
5
Sepakbola Bola: Futsal Bola:
6. Peraturan umum:
Berlaku aturan offside
Kipper diberi waktu 6 detik
melakukan tendangan
gawang.
Tak ada batasan untuk
melakukanback pass ke
penjaga gawang
Sepak pojok di area corner
Peraturan umum:
Tidak berlaku offside
Kipper diberi waktu 4
detikuntuk melakukan
lemparangawang.
Sepak pojok di sudut corner
Hanya sekali
melakukanbackpass ke penjaga
gawang
7. Pelanggaran:
Tidak ada batasan
pelanggaran
Pemain yang diganjar kartu
merah
tidak bisa diganti pemain
lain
Kontak fisik diperbolehkan
Pelanggaran
Ada batasan lima kali pelang-
garan
Pemain yang diganjar
kartumerah bisa diganti
pemain lainsetelah 2 menit
atau tim lawanmencetak gol
Kontak fisik dilarang
Sumber: Jurnal Iptek Olahraga, menurut Agus (2009: 144-156)
2. Teknik Dasar Futsal
Komposisi pemain dalam permainan futsal harus diperhatikan oleh
seorang pelatih. Pelatih tersebut harus bisa mencermati skill tiap-tiap
pemainnya dalam hal pengusaan bola, pengaturan serangan dan menyerang.
Jaya (2008: 72) mengungkapkan bahwa lebih efisien dan efektif jika
menempatkan pemain yang memiliki model pergerakan kaki yang rapat
sebagai pemain bertahan dan sebaliknya tipe pergerakan kaki yang panjang
lebih bisa dimanfaatkan sebagai penyerang. Komposisi pemain juga
termasuk skill dan teknik yang harus dimiliki oleh seorang pemain. Ada
beberapa macam skill dan teknik dasar yang harus dimiliki seorang pemain
futsal jika ingin bermain futsal dengan baik, menurut Jaya (2008: 62-67),
yaitu:
(1) Menendang (kicking), yang meliputi; (a) Menendang » dengan
kaki bagian dalam; (b) Menendang dengan punggung bagian dalam;
6
(c) Menendang dengan punggung kaki. (2) Menerima/menghentikan
bolaIcontrol, yang meliputi; (a) kontrol bola dengan kaki bagian
dalam, (b) kontrol bola dengan punggung kaki, (c) kontrol bola
dengan telapak kaki, (d) kontrol bola dengan paha, (e) kontrol bola
dengan dada. (3) Menggiring Bola (dribbling), meliputi (a)
menggiring dengan kaki bagian dalam, (b) menggiring dengan kaki
bagian luar, (c) menggiring dengan punggung kaki. (4) Menyundul
Bola (heading). (5) Tendangan ke Dalam (kick in. (6) Merampas bola
(tackling). (7) Penjagaan gawang (goal keeper).
Menurut Tenang (2008: 69-85) juga memaparkan skill dan teknik
yang harus dimiliki oleh pemain futsal jika ingin bermain futsal dengan
baik, yaitu: (1) Mengontrol dan menggiring bola, (2) Menendang(kicking),
(3) Mengoper bola (passing), (4) shooting, dan (5) menyundul (heading).
Secara umum, semua skill dan teknik yang telah dijabarkan sebelumnya
baik dari Jaya maupun Tenang kurang lebih sama, hanya saja Jaya. A
menambahkan teknik penjagaan gawang. Semua skill dan tenik tersebut
menjadi bahan latihan pemain untuk dapat bermain futsal dengan lebih
baik, akan tetapi tidak semuanya harus dikuasai, karena akan membutuhkan
latihan yang cukup lama. Dalam melakukan strategi serangan futsal, maka
pemain harus terlebih dahulu bisa menguasai teknik-teknik dasar dalam
permainan futsal. Teknik yang bagus dan benar akan menunjang
keberhasilan strategi yang diterapkan. Berikut akan dijabarkan tentang
komponen-komponen yang ada dalam strategi serangan futsal, bagian
pertama tentang penguasan terhadap bola (kontrol dan dribbling) dan
diikuti oleh teknik dasar lainnya seperti shooting dan heading (menyundul).
7
1) Menerima bola dengan kaki bagian dalam.
Gambar 2 : Cara menerima dengan kaki bagian dalam
(Sumber: Fuchs, Kruber, Jansen, 1981: 95)
Menerima bola bertujuan untuk mengatur tempo permainan,
mengalihkan laju permainan dan mempermudah untuk passing.
Analisis geraknya sebagai berikut:
(a) Posisi badan segaris dengan datangnya bola, (b) Kaki tumpu
mengarah pada bola dengan lutut sedikit ditekuk, (c) Kaki
penghenti diangkat sedikit dengan permukaan bagian dalam
kaki dijulurkan ke depan segaris dengan datangnya bola, (d)
Bola menyentuh kaki persis di bagian dalam, (e) Kaki
penghenti bersama bola berhenti di bawah badan (terkuasai).
(Jaya. 2008: 65)
8
2) Menghentikan bola dengan punggung kaki.
Gambar 3 : Cara menghentikan bola dengan punggung kaki
(Sumber: Fuchs, Kruber, Jansen, 1981:11)
Cara menghentikan bola dengan punggung kaki biasanya
digunakan untuk mempermudah membelokkan arah bola (oper control).
Berikut analisis gerakannya:
(a) Posisi badan menghadap datangnya bola, (b) Kaki tumpu berada
pada garis datangya bola dengan lutut sedikit ditekuk, (c) Kaki
penghenti diangkat sedikit dan dijulurkan sedikit ke depan
menjemput datangnya bola, (d) Bola menyentuh kaki persis di
punggung kaki (Jaya. 2008: 65).
3) Menghentikan bola dengan telapak kaki.
Gambar 4 : Cara menghentikan bola dengan telapak kaki
(Sumber: Fuchs, Kruber, Jansen, 1981: 10)
9
Menghentikan bola dengan telapak kaki dilakukan jika pemain
ingin menguasai bola secara utuh/sepenuhnya, karena hasil dari control
dengan telapak kaki ini bola akan diam. Berikut analisis gerakannya:
(a) Posisi badan lurus dengan arah datangnya bola, (b) Kaki tumpu
berada pada garis datangnya bola dengan lutut sedikit ditekuk, (c)
Kaki penghenti diangkat sedikit dengan telapak kaki dijulurkan
menghadap ke sasaran, (d) Pada saat bola masuk ke kaki, ujung
kaki diturunkan sehingga bola berhenti di depan badan (Jaya. 2008:
65).
4) Menghentikan bola dengan paha.
Gambar 5 : Cara menghentikan bola dengan paha
(Sumber: Fuchs, Kruber, Jansen, 1981: 9)
Menghentikan bola dengan paha dilakukan apabila bola
umpan berada di udara, dan ketinggian bola kurang lebih di sekitar
pinggul pemain. Berikut analisi gerakannya:
(a)Posisi badan menghadap datangnya bola, (b) Kaki tumpu berada pada garis datangnya bola dengan lutut sedikit ditekuk, (c) Paha diangkat tegak lurus dengan badan ditekuk tegak lurus dengan paha, (d) Bola mengenai paha tepat pad tengah-tengah paha antara lutut dan pangkal paha (Jaya. 2008:65).
10
5) Menghentikan bola dengan dada.
Gambar 6 : Cara menghentikan bola dengan dada
(Sumber: Fuchs, Kruber, Jansen, 1981:12)
Menghentikan bola dengan paha dilakukan apabila bola umpan
berada di udara, namun ketinggian bola mencapai di atas kepala pemain.
Berikut analisi gerakannya:
a) Posisi badan menghadap datangnya bola, (b) Kedua kaki
dibuka selebar bahu dengan kedua lutut sedikit ditekuk, (c)
Dada sedikit dibusungkan ke depan menghadap arah datangnya
bola, (d) Perkenaan bola pada dada tepat di tengah-tengah dada
(Jaya. 2008: 65).
6) Menggiring Bola (dribbling) *
Jaya. (2008: 66) Menggiring bola adalah menendang bola
terputus- putus atau pelan-pelan. Menggiring bola bertujuan untuk
mengatur alur bola, dan melewati lawan. Sedangkan untuk mengatur alur
serangan, menggiring yang paling efektif adalah menggiring dengan kaki
bagian luar atau punggung kaki atau istilah lain dalam sepakbola adalah
menggiring dengan cara "kura-kura".
11
Gambar 7 : Cara menggiring bola
(Sumber: Fuchs, Kruber, Jansen, 1981: 29)
7) Menendang dengan kaki bagian dalam/sisi dalam sepatu
Gambar 8 : Cara menendang dengan kaki bagian dalam
(Sumber: Fuchs, Kruber, Jansen, 1981: 29)
Pada umumnya menendang dengan kaki bagian dalam
digunakan untuk mengoper jarak pendek (short passing). Analisis
gerakannya adalah sebagai berikut:
Badan menghadap sasaran di belakang bola, kaki tumpu berada
di samping bola, lutut sedikit ditekuk, (b) Kaki tendang ditarik
kebelakang dan ayunkan ke depan sehingga mengenai bola, (c)
Perkenaan kaki pada bola tepat pada mata kaki dan tepat di
tengah-tengah bola, (d) Setelah menendang kaki tetap mengayun ke depan mengikuti arah bola (Jaya. 2008: 62).
12
8) Menendang dengan punggung bagian dalam.
Gambar 9 : Cara menendang dengan punggung bagian dalam
(Sumber: Fuchs, Kruber, Jansen, 1981: 90)
Teknik menendang dengan punggung kaki bagian dalam
digunakan untuk mengoper jarak jauh (longpass). Analisis gerakkannya
sebagai berikut:
(a) Posisi badan berada di belakang bola, sedikit serong. Kaki
tumpu diletakkan di samping bola, (b) Kaki tendang ditarik ke
belakang dan ayunkan ke depan sehingga mengenai bola.
Perkenaan kaki pada bola tepat di punggung kaki bagian dalam dan
tepat pada tengah bawah bola dan pada saat kaki mengenai bola,
pergelangan kaki ditegangkan, (c) Setelah menendang kaki tetap
mengayun ke depan mengikuti arah bola (Jaya. 2008: 63).
(9) Menendang dengan punggung kaki.
Gambar 10 : Cara menendang dengan punggung kaki
(Sumber: Fuchs, Kruber, Jansen, 1981: 89)
13
Pada umumnya menendang dengan punggung kaki digunakan
untuk menembak ke gawang (shooting at the goal). Bola berada saat di
udara. Analisis gerakkannya adalah sebagai berikut.
(a) Badan di belakang bola sedikit condong ke depan, kaki tumpu
diletakkan disampung bola dengan ujung kaki menghadap ke
sasaran, dan lutut sedikit ditekuk, (b) Kaki tendang berada di
belakang bola dengan punggung kaki menghadap ke sasaran,
(c) Kaki tendang tarik ke belakang dan ayunkan ke depan.
Perkenaan kaki pada bola tepat pada punggung kaki penuh dan
tepat pada tengah tengah bola. Setelah menendang kaki tetap
mengayun ke depan mengikuti arah bola (Jaya. 2008:63).
10) Menyundul Bola (heading)
Tujuan menyundul bola dalam permainan sepakbola sama dengan
tujuan dalam futsal yaitu untuk mengoper, mencetak gol dan mematahkan
serangan lawan/membuang bola. Secara teknis, menyundul bola dapat
dilakukan dengan berdiri maupun meloncat (Jaya. 2008:65).
Gambar 11 : Cara menyundul bola
(Sumber: Fuchs, Kruber, Jansen, 1981: 42-43)
3. Tinjauan Aspek Belajar Gerak dan Perkembangan Gerak
Teori tentang belajar gerak akan sangat dibutuhkan dalam pembinaan
prestasi cabang olahraga. "Konsep belajar gerak adalah bagaimana individu
belajar tentang ketrampilan gerak dan factor-faktor yang mempengaruhi
penampilan fisik, yang dapat memberikan informasi penting terhadap guru
14
pendidikan jasmani, pelatih, dan perancang kurikulum, (Drowatzky 1981:
1)" Seperti yang telah disebutkan bahwa diharapkan kepada para pelaku
olahraga hendaknya memahami tentang konsep belajar gerak. Dalam
pelaksanaan latihan seorang pelatih harus menyesuaikan dengan subyek
yang dilatih, seorang guru pendidikan jasmani juga harus menyesuaikan
dengan yang diajar pada saat menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran.
Oleh karena itu sangat penting menjadikan teori belajar gerak sebagai
landasan utama dalam penerapan kegiatan yang berhubungan dengan
aktifitas fisik.
Pembinaan prestasi futsal akan juga dipengaruhi oleh teori belajar
gerak. Dalam olahraga futsal memerlukan aktifitas fisik yang cukup
kompleks sehingga teori penguasaan gerak membutuhkan perhatian yang
cukup serius. Belajar gerak merupakan langkah awal dalam pengusaan
keterampilan yang berhubungan dengan gerak tubuh. "Belajar gerak
merupakan proses adaptasi dalam bentuk gerak dan respon muscular yang
dikembangkan, (Drowatzky 1981: 16)." Jadi dapat disimpulkan bahwa
adaptasi bentuk gerak dan respon muscular terhadap karakteristik olahraga
futsal akan sangat mendukung dalam pencapaian penguasaan berbagai
keterampilan dalam olahraga futsal.
a. Konsep kemampuan gerak (motor ability)
Kajian tentang konsep kemampuan gerak yang relevan dengan
aspekgerak permainan futsal yaitu: respon gerak (motor response), pola
gerak (motor pattern), dan keterampilan gerak (motor skill).
Implementasi dalam permainan futsal adalah sebagai berikut:
1) Respon gerak (motor response)
Drowatzky (1981:16) menyimpulkan:
Tanggapan/respon gerak dapat ditempatkan ke dalam tiga kategori: (a) pergerakan postural, untuk mengatur posisi badan berkenaan dengan gravitasi; (b) lokomotor atau gerak perpindahan memungkinkan seseorang untuk memindah/menggerakkan tubuh/badan atau bagian-bagiannya melalui ruang dan (c) manipulasi, memungkinkan seseorang untuk belajar dan mengendalikan objek. Pola kontak
15
(manipulasi dari objek yang diam) telah dibedakan dari penerimaan dan dorongan (manipulasi dari objek yang bergerak).
Dalam permainan futsal tentu akan memanfaatkan 3 jenis
respon gerak yang masing-masing memiliki karakteristik tersendiri
seperti tersebut di atas. Keterampilan gerak dalam futsal tentu akan
mengakomodasi dari tiga bentuk respon gerak tersebut. Aktifitas
fisik yang terdapat dalam futsal sudah menuntut ke arah respon
gerak yang lebih kompleks.
Dari kesimpulan respon gerak di atas terdiri-dari 3 respon
gerakan yang disimpulkan peneliti, yaitu:
a) Gerakan postural adalah gerakan yang merupakan penyesuaian
dari tubuh menyeluruh untuk mengatur tubuh dalam merespon
grafitasi dan akselerasi, misalnya: posisi siap pemain saat akan
menerima pass- ing dan posisi awal pemain saat akan
melakukan shooting maupun heading.
b) Gerakan transport atau lokomotor gerakan yang dapat
menjadikan seseorang untuk menjelajah ruang, misalnya:
gerakan pemain melakukan dribbling.
c) Gerakan manipulatif adalah respon gerak yang melibatkan
bende tertentu sebagai obyek yang dimanipulasi, misalnya:
gerakan melakukan shooting, dribling, passing dan heading.
2) Pola gerak (motor pattern)
Pola gerak adalah tanggapan umum dengan jenis dan
penerapan pada bidang aktivitas berbeda, yang digunakan untuk
tujuan yang luas di dalam gerak tubuh. "Ketrampilan gerak adalah
tanggapan gerak spesifik, yang terbatas dalam variabilitas dan
applicabilitas, yang mana dikembangkan untuk menghasilkan
pergerakan spesifik di dalam aktivitas tertentu, (Drowatzky 1981:
16)." Jadi dapat disimpulkan bahwa pola gerak dari masing-masing
individu akan sangat mempengaruhi dalam penguasaan
keterampilan bermain futsal karena penerapan pola tersendiri harus
16
dapat diterapkan pada aktifitas yang berbeda yang nantinya akan
menghasilkan keterampilan gerak yang dalam hal ini keterampilan
bermain futsal.
3) Keterampilan gerak (motor skill)
Keterampilan gerak dapat diklasifikasi dari berbagai sudut
pandang yaitu berdasarkan kecermatan gerakan, berdasarkan titik
dan awal gerakan, berdasarkan stabilitas lingkungan dan
berdasarkan kompleksitas gerakan,
a) Klasifikasi gerak berdasarkan kecermatan gerakan
- Ketrampilan gerak kasar (Gross Motor Skills)
"Gerak yang memerlukan interaksi dari banyak otot dengan
aktivitas badan/tubuh pada umumnya, seperti lari,
menangkap, melemparkan dan ketrampilan menggunakan
raket, (Drowatzky 1981: 16)." Unsur-unsur keterampilan
gerak kasar yang juga terdapat dalam olahraga futsal yang
terdapat dalam teknik-teknik dasar maupun strategi
permainan futsal seperti passing, heading shooting,
dribbling, dan the goalkeeper catching and deflecting.
- Keterampilan gerak halus (Fine Motor Skills)
"Ketrampilan gerak yang baik melibatkan otot yang kecil
baik lenganmaupun kaki dan digunakan di dalam latihan
terbatas, (Drowatzky1981:16)." Keterampilan gerak halus
ini lebih cenderung melibatkananggota ekstremitas gerak
pada tubuh. Dalam olahraga futsal, peranan ekstremitas
anggota gerak tubuh sangat dominan sehingga
membutuhkan keterampilan gerak halus dalam penunjang
keterampilan gerakanya.
b) Klasifikasi gerak berdasarkan titik dan awal gerakan
Drowatzky (1981: 16) menyimpulkan:
Gerak diskrit adalah peristiwa tunggal dengan suatu
permulaan dan akhir yang digambarkan secara jelas. Gerak
17
serial mempunyai suatu permulaan dan akhir yang terbatas
tetapi berkombinasi dengan beberapa gerakan individu yang
mengikuti satu sama lain dalam urutan yang cepat. Gerak
dengan peristiwa stimulus berlanjut (seperti menggiring bola)
dan perulangan, mendekati respon serupa yang berlanjut.
Dari sudut pandang bisa ditandai pada bagian mana
merupakan awal gerakan dan pada bagian mana merupakan
akhir dari pada gerakan. Hal ini dapat diklasifikasikan menjadi 3
macam, yaitu:
(1) Keterampilan diskrit adalah keterampilan gerak yang
dengan mudah ditandai awal dan akhir dari gerakan,
contohnya: gerakan passing bola haeding bola dan
shooting bola
(2) Keterampilan gerak serial adalah keterampilan gerak
diskret* yang dilakukan berulang-ulang, contohnya:
menggiring bola.
(3) Keterampilan kontinyu adalah keterampilan gerak yang
merupakan rangkaian gerakan yang dilakukan secara
berlanjut, contoh pada gerakan berenang. Pada cabang
olahraga futsal, gerakannya termasuk klasifikasi gerak
diskrit dan serial sedangkan kontinyu tidak ada
c) Klasifikasi gerak berdasarkan stabilitas lingkungan
- Keterampilan gerak tertutup (close skill) adalah
keterampilan gerak yang dilakukan pada lingkungan yang
stabil dan dapat diprediksi, dilakukan karena stimulus dari
diri perilaku tanpa dipengaruhi stimulus dari luar. Misalnya
beijalan, berlari, melempar, melompat.
- Keterampilan gerak terbuka (open skill) adalah keterampilan
gerak yang dilakukan dalam kondisi lingkungan yang
berubah-ubah, dilakukan selain karena dari dalam juga
dipengaruhi oleh stimulus dari luar.
18
Permainan futsal ditinjau dari klasifikasi gerak
berdasarkan stabilitas lingkungan termasuk keterampilan gerak
terbuka (open skill) karena gerakan yang ada pada futal
ditimbulkan adanya stimulus dari dalam dan juga dipengaruhi
stimulus dari luar, misalnya pemain melakukan kick off maupun
tendangan bebas yang dipengaruhi stimulus dari luar yaitu peluit
wasit dan posisi lawan.
d) Klasifikasi gerak berdasarkan kompleksitas gerakan
- Keterampilan gerak sederhana, adalah keterampilan gerak
yang hanya terdiri atas 1 atau 2 elemen gerak saja. Misanya
menangkap bola, melempar bola dan menendang bola.
- Keterampilan gerak kompleks, adalah keterampilan gerak
yang terdiri atas elemen gerak yang dikoordinasikan menjadi
satu rangkaian gerakan. Misalnya menyemes bolavoli,
menyundul bola, menembak ke ring basket dan rangkaian
gerak senam lantai
Permainan futsal ditinjau dari klasifikasi gerak
berdasarkan kompleksitas rangkaian gerakan termasuk
keterampilan gerak kompleks karena gerakan dalam futsal
terdiri dari beberapa elemen gerakan. Misalnya pemain saat
melakukan heading, teknik dasar heading terdiri dari elemen
gerak awalan, tolakan, sundulan, dan pendaratan.
1. Respon fisik
"Suatu respon fisik mempunyai dua tahap, yaitu tahap
persiapan/awalan dan tahap penyelesaian, (Drowatzky 1981:
16)." Tahap-tahap dalam respon fisik dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a) Tahap persiapan/awalan Seorang atlet akan
mempersiapkan dirinya (posisi tubuhnya) apabila akan
melaksanakan suatu gerakan. Dalam hal ini adalah
tahapan awalan dari suatu pelaksanaan keterampilan.
19
Dapat dicontohkan secara nyata dalam futsal yaitu pada
saat pemain futsal akan melakukan heading dan shooting.
Sikap ataupun gerakan awalan dari gerakan tersebut
merupakan tahapan persiapan dari respon fisik.
b) Tahap penyelesaian
Dapat dikategorikan masuk ke dalam tahap ini apabila
seluruh rangkaian gerakan dari suatu keterampilan
olahraga telah dilakukan. Dalam olahraga futsal dapat
dicontohkan, yaitu pada saat pemain setelah melakukan
awalan loncatan melakukan sundulan terhadap bola ke
gawang lawan dan setelah itu melakukan gerakan
pendaratan. Sikap ataupun gerakan pelaksanaan dan akhir
dari gerakan tersebut merupakan tahap penyelesain dari
respon fisik.
Berdasarkan beberapa teori dasar belajar gerak yang
dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa pembinaan serta
pemberian latihan untuk pengusaan keterampilan bermain futsal
harus berlandaskan pada teori tersebut. Hal ini dikarenakan
bahwa setiap individu akan melalui tahapan-tahapan belajar
gerak dalam jenjang kehidupannya. Tahapan ini akan dilewati
untuk menuju pada pembentukan gerakan yang akan semakin
lebih baik pada masing-masing individu disetiap urutan jenjang
hidup. Oleh karena itu penerapannya sangat dibutuhkan untuk
pembelajaran maupun pembinaan khususnya pada usia dini.
Selanjutnya aplikasi dari teori untuk mengetahui
penguasaan beberapa komponen belajar gerak tersebut dalam
pembinaan, baik pembinaan prestasi maupun penguasaan
keterampilan, pada tahap awal dapat dilakukan dengan
identifikasi keberbakatan (talent scouting). Hal ini sangat
20
penting dilakukan karena dapat digunakan untuk
pengelompokan individu berdasarkan keberbakatan yang
dimiliki dalam dunia olahraga. Demikian pula manfaatnya
terhadap pembinaan prestasi olahraga futsal.
Apabila seorang individu telah diketahui bahwa memiliki tingkat
dominansi keberbakatan dalam futsal maka akan sangat
memudahkan dalam upaya pembinaan prestasi.
b. Komponen Gerak yang Efisien
Drowatzky (1981) mengemukakan suatu skema yang
menggambarkan komponen-komponen penting yang membentuk gerakan
yang efisien yaitu terdiri dari komponen fitness dan kemampuan gerak
(fitness and motor abilities), kemampuan mengindera (sensori abilities),
dan proses-proses perceptual (perceptual processes). Dalam permainan
futsal komponen-komponen tersebut digambarkan dalam 3 lingkaran seperti
dibawah ini
Gambar 12: Komponen-komponen dari gerakan yang efisien
(sumber : Drowatzky 1981)
21
c. Proses Belajar Gerak
Fase Belajar Gerak Menurut Fits dan Posner
1) Fase kognitif atau fase awal
Fase kognitif merupakan fase awal dalam belajar gerak
keterampilan. Pada fase kognitif pelajar berusaha memahami
ide atau konsep gerakan melalui mendengarkan penjelasan atau
melihat contoh gerakan. Agar pelajar benar-benar memahami
tentang konsep gerakan yang diberikan guru atau pelatih dalam
memberikan contoh gerakan harus jelas dan intruksi verbal juga
harus jelas pula.
2) Fase asosiatif atau fase menengah
Dalam fase ini konsep gerak keterampilan yang difahami
pada fase kognitif kemudian dicoba untuk dilaksanakan dalam
praktik. Konsep gerak yang kemudian menjadi rencana gerak,
yang ada di dalam fikiran dicoba untuk dipraktikkan dalam
wujud gerakan tubuh.
3) Fase otonom atau fase akhir
Fase ini merupakan puncak keterampilan gerak dimana
pelajar mampu melakukan gerakan keterampilan secara otonom
dan otomatis. Fase otonom ini dalam permainan futsal
dicontohkan pada saat menggiring bola
Berdasarkan beberapa teori dasar belajar gerak yang
dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa pembinaan serta pemberian
latihan untuk pengusaan keterampilan bermain futsal harus
berlandaskan pada teori tersebut. Hal ini dikarenakan bahwa setiap
individu akan melalui tahapan-tahapan belajar motorik dalam jenjang
kehidupannya Tahapan ini akan dilewati untuk menuju pada
pembentukan gerakan yang akan semakin lebih baik pada mas- ing-
masing individu disetiap urutan jenjang hidup. Oleh karena itu penera-
pannya sangat dibutuhkan untuk pembelajaran maupun pembinaan
khususnya pada usia dini.
22
d. Perkembangan Gerak
Perkembangan gerak manusia adalah komponen penting
dalam pemberian latihan. Faktor-faktor yang berhubungan dengan
karakteristik pertumbuhan serta perkembangan individu dapat di
dasarkan pada pola-pola gerak yang harus dilakukan oleh individu
pada setiap rentang usia. Sehingga di dapatkan suatu relevansi
antara program yang dilaksanakan dengan tujuan yang ingin di
capai, pembinaan prestasi cabang olahraga futsal ditinjau dari
karakteristik pertumbuhan dan perkembangan individu merupakan
hal yang sangat fundamental sehingga wajib diperhatikan oleh para
praktisi olahraga, baik tenaga pengajar, penyusun program, maupun
pelatih. Kemudian untuk menyesuaikan pemberian latihan maka
dikelompokkan berdasarkan rentang usia yang didasarkan pada
aktifitas-aktifitas fisik yang diperlukan.
Peningkatan kemampuan dan keterampilan bermain futsal
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Aspek-aspek yang terkait dalam
pembinaan prestasi olahraga diantarnyan meliputi:
1) Aspek fisik
2) Aspek teknik
3) Aspek taktik
4) Aspek mental. (Harsono, 1988).
Sedangkan Kushandoko (2002: 91-93) mengelompokkan latihan
menjadi tiga macam yaitu latihan fisik, latihan teknik, dan latihan
taktik.Sneyers (1998: 21) mengatakan " latihan yang diberikan
haruslah berbobot, bermutu, sistematis dan bertujuan". Jadi latihan
yang diberikan untuk pemain haruslah teratur, terus-menerus, dan
sistimatis.
23
4. Komponen Antropometri dan Kondisi Fisik
a. Variabel Antropometri
Antropometri berasal dari kata anthropos dan metry. Antropos
artinya tubuh dan metros artinya ukuran. Antropometri dapat diartikan
sebagai ukuran tubuh atau ukuran eksternal bagian tubuh. Dalam
kaitannya dengan pengukuran fisik, anthropometri merupakan salah
suatu satuan teknik standar untuk pengukuran yang sistematis terhadap
tubuh secara keseluruhan ataupun bagian-bagian tubuh (Malina,
Bouchard dan Bar-Or, 2004: 42).
Ukuran antropometri mencangkup kuantitas dari dimensi-
dimensi tubuh termasuk di dalamnya berat badan, ukuran panjang dan
luas penampang tubuh atau bagian-bagian tubuh. Perbandingan dari
masing-masing organ tubuh memberikan tampilan yang berbeda-beda
pada masing-masing individu. Ukuran athropometri berkaitan dengan
tipe atau bentuk tubuh, juga dapat dijadikan sebagai parameter untuk
menentukan status gizi seseorang (Djoko Pekik Irianto, 2007: 67).
Perkembangan ukuran antropometri tubuh berkembang sesuai
dengan periode perkembangan individu. Perkembangan ukuran bagian-
bagian tubuh ini dipengaruhi faktor-faktor perkembangan seperti faktor
genetis, lingkungan serta aktivitas gerak fisik yang dilakukan.
Perkembangan ukuran tubuh dan bagian-bagiannya berlangsung terus
selama masa pertumbuhan dengan tingkat perkembangan yang berbeda-
beda pada proporsi dan kecepatannya. Pertumbuhan ukuran bayi
berlangsung sangat cepat, kemudian secara proporsional mengalami
penurunan pada masa anak-anak dan kemudian mengalami ledakan
pertumbuhan pada masa adolesensi (Gallahue dan Ozmun, 1998: 189).
Perbedaan kecepatan pertumbuhan menyebabkan terjadinya variasi
pada bentuk dan tipe tubuh seseorang.
Ukuran antropometri merupakan salah satu faktor penting dalam
aktivitas olahraga. Masing-masing cabang olahraga memerlukan
karakteristik anthropometri yang berbeda-beda. Hal ini berkaitan
24
dengan karakteristik gerak yang diperlukan dalam masing-masing
cabang olahraga tersebut. Perbedaan perbandingan dari bagian-bagian
tubuh serta perbedaan struktur tubuh memberikan kemungkinan efisien
gerak yang berbeda pula.
Antropometri melibatkan pengukuran bagian tubuh luar.
Terdapat dua tipe pengukuran antropometri yaitu dimensi tubuh dan
yang berhubungan dengan somatotropi.
1) Dimensi Tubuh
Dua pengukuran tubuh yang umum digunakan dalam
pendidikan olahraga menitik beratkan pada diameter dan keliling
dari macam-macam ruas tubuh.
Saat pengukuran sudah ditentukan, lapisan kulit diperas
sehingga terjadi kontak antara tulang dengan alat. Hal ini
menghilangkan tingkat variabilitas dalam pengukuran dan
meningkatkan reliabilitas. Jari-jari dari kedua tangan digunakan
untuk menempatkan lanmark yang tipis.
Adapun banyak sekali pengukuran pada bagian anatomi
tubuh lainnya. Menurut Verducci (1932: 216) dimana pengukuran
tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
a) Ankel diukur pada saat berdiri dengan jarak diantara malleoll
(antropometer menunjukkan sudut 450 dari bawah)
b) Lengan diukur pada saat berdiri dengan punggung bersandar
pada dinding rata, kedua lengan atas melebar bersama-sama,
diukur panjang jarak antara jangkauan jari kiri dan kanan.
c) Diameter biocromial diukur dengan posisi siku berada disebelah
badan, jaraknya antara proyeksi tulang rusuk dari acromial.
d) Diameter bideltoid diukur dengan posisi siku berada di samping
tubuh dan tangan berada di atas paha, jarak antara bagian terluar
pundak (antropometer hanya sedikit menyentuh kulit)
e) Diameter bi-iliac pengukuran yang dilakukan antara proyeksi
rusuk dari puncak iliac.
25
f) Diameter bitrochanteric diukur pada posisi berdiri dengan jarak
antara proyeksi rusuk dari trochanters yang lebih besar.
g) Lebar dada diukur pada saat berdiri dengan lengan agak sedikit
ditarik ke depan dan belakang tubuh, dengan jarak antara tulang
rusuk ke 5 sampai ke 6.
h) Siku dengan siku satunya ditarik dan posisi tangan menghadap
ke depan dengan jarak antara kondilus dari homerus.
i) Panjang tangan diukur dengan jarak antara ujung ruas distal dan
titik-titik pada tulang carpal proximal.
j) Panjang kepala diukur dengan jarak anterior-posterior pada
posisi alis dan occipital protuberance.
k) Lebar kepala diukur dengan jarak pada titik terlebar dari
tengkorak.
l) Lutut diukur dengan cara lutut direntangkan sampai sudut 900,
dengan jarak antara proyeksi terluar dari tibial condyles.
m) Panjang kaki diukur pada saat berdiri dengan jarak antara lantai
sampai coccyx.
n) Tinggi badan diukur pada ujung tumit kaki menapak lantai,
tubuh bersandar pada dinding dengan kepala menghadap ke
depan, diukur sampai ujung kepala.
26
Alat pengukur berupa lingkaran kurang begitu diandalkan
untuk mengukur dimensi diameter. Saat menggunakan pengukur
kain, tekanan dari jaringan yang lembut memunculkan masalah
dalam menggali hasil akhir yang konsisten. Gulick tape
meminimalkan masalah ini dengan memberikan data konsisten
dalam seluruh pengaturan melalui penggunaan spring-loaded
handle. Selanjutnya tape harus diposisikan secara konsisten pada
posisi horisontal atau disebelah kanan sisi panjang dari segmen
“tape kain” harus dikalibrasikan secara periodik/berkala karena
cenderung merenggang karena digunakan.
Landmark menjelaskan bagaimana penggunaan alat
pengukuran ini, dimana saat seorang berdiri untuk diukur pada
bagian pundak menjadi pengecualian. Pengukuran dilakukan pada
posisi:
a) Abdomen 1. Diukur secara lateral, jalan tengah antara porsi
rusuk paling bawah dari tulang rusuk dan puncak iliac,
anterior, jalan tengah antara xyphoid process dari sternum dan
umbilicus.
b) Abdomen 2. Diukur secara lateral, pada tingkat puncak iliac
dan anterior, pada umbilicus.
c) Rata-rata abdominal. Adalah pengukuran 1 dan 2 engkel.
Paling atas hingga malleoli, lingkaran terkecil.
d) Bicep tambahan, diukur saat siku dikunci dalam penambahan
maksimal, berhubungan dengan bagian bawah, dengan otot
terikat, lingkaran maksimal dari lengan tengah.
e) Bicep lebar, diukur pada posisi saat merentang/melebar pada
sudut terbesar dengan otot berkontraksi, keliling maksimal
dari lengan tengah.
f) Betis, diukur dengan keliling maksimal.
g) Dada, pada pria puting susu berada pada pada volume
midtidal, sedangkan pada wanita tepat berada di atas jaringan
payudara.
27
h) Deltoid, diukur dengan cara lengan membentuk sudut 900 dari
sisi tubuh, maximal circumference berada pada level axillae.
i) Lengan atas, diukur dengan cara siku dilebarkan secara
bersamaan kebawah dan posisi tangan terbuka ke depan,
maximal circumference.
j) Kepala, diukur dengan cara sedikit ke atas hingga garis alis
dan menunjuk pada tengkuk.
k) Panggul belakang, diukur pada max. protrucion dari otot
gluteal dan anterior, pada level shymphysis pubis.
l) Lutut, diukur dengan cara posisi lutut sedikit dilipat dan beban
tubuh ditumpu pada kaki lainnya, level midpatellar.
m) Leher, diukur dengan posisi sedikit agak menunduk pada
laring.
n) Pundak, diukur secara lateral pada max. protrucion dari otot
deltoid, anterior, pada articular dari strenom dan rusuk kedua.
o) Paha, diukur pada posisi sedikit ditekuk, maximal
circumference.
p) Pinggul diukur dengan cara lengan dilebarkan bersamaan,
sedikit distal pada proses styloid dari radius dan ulna,
minimumcircumference.
2) Somatotype
Somatotropi adalah proses pengukuran dan pendiskripsian
penyesuaian tubuh secara morfologi. Berdasarkan metode yang
digunakan oleh Sheldon tentang somatotropi (Sheldon dan teman-
teman, 1954) menjadi metode yang pertama kali yang mendasari
munculnya metode-metode modern lainnya. Secara umum dapat
digambarkan 3 bentuk dan susunan teubuh manusia: (1) endomorph,
(2) mesomorph, dan (3) ectomorph. Setiap tubuh manusia terbentuk
dari macam-macam tingkat dari ketiganya. Klasifikasi yang pertama
(somatotype) ditentukan dengan jumlah dari masing-masing
komponen dalam satu fase.
1) Bentuk tubuh endomorph
2) Bentuk tubuh mesomorph
28
3) Bentuk tubuh ectomorph
Beberapa ukuran antrhropometri yang memiliki pengaruh
cukup besar dalam aktivitas olahraga diantaranya tinggi dan berat
badan. Tinggi badan merupakan faktor penting dalam cabang
olahraga seperti futsal. Tubuh yang tinggi memiliki ciri dari pemain
futsal. Sedangkan berat badan memiliki peran yang besar dalam
berbagai cabang olahraga seperti cabang olahraga futsal yang
berdurasi panjang memerlukan berat badan yang ringan.
b. Komponen Kondisi Fisik
Kondisi fisik adalah salah satu persyaratan yang sangat
diperlukan dalam usaha peningkatan prestasi seorang atlet bahkan dapat
dikatakan sebagai keperluan yang tidak dapat ditunda-tunda atau
ditawar-tawar lagi. Dengan demikian maka dapat dinyatakan bahwa
kondisi fisik merupakan kondisi yang paling mendasar dalam upaya
pemberdayaan aspek-aspek lainnya (Sajoto, 1988: 16).
Aspek kondisi fisik merupakan bagian terpenting dalam semua
cabang olahraga, terutama untuk mendukung aspek-aspek lainnya
seperti teknik, taktik, dan mental. Kondisi fisik sangat menentukan
dalam mendukung tugas atlet dalam pertandingan sehingga dapat
tampil secara maksimal. (Harsono, 1988: 153) menjelaskan bahwa:
Kondisi fisik atlet memegang peranan yang sangat penting dalam
program latihannya. Program latihan kondisi fisik haruslah
direncanakan secara baik dan sistematis dan ditujukan untuk
meningkatkan kesegaran jasmani dan kemampuan fungsional dari
sistem tubuh sehingga dengan demikian memungkinkan atlet untuk
mencapai prestasi yang lebih baik. Atlet yang memiliki tingkat
kesegaran jasmani yang baik akan terhindar dari kemungkinan cedera
yang biasanya terjadi jika seseorang melakukan kerja fisik yang berat.
Apabila seseorang mempuyai kondisi fisik yang baik maka dia mampu
melakukan tugas fisik tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan.
Kondisi fisik sangat menunjang atlet dalam bertanding, sehingga dalam
pertandingan atlet tidak mengalami kelelahan yang berarti dan akan
29
terhindar dari cedera yang dapat mengganggu penampilannya. Oleh
karena itu peranan kondisi fisik sangatlah diperlukan dalam olahraga
(Setiawan, 1991: 110).
Apabila kondisi baik maka: (1) Akan ada peningkatan dalam
kemampuan sistem sirkulasi dan kerja jantung. (2) Akan ada
peningkatan dalam kekuatan, kelentukan, stamina, kecepatan, dan lain-
lain komponen kondisi fisik. (3) Akan ada ekonomi gerak yang lebih
pada waktu latihan. (4) Akan ada pemulihan yang cepat dalam organ-
organ tubuh setelah latihan. dan (5) Akan ada respons yang cepat dari
organisme tubuh kita apabila sewaktu-waktu respons demikian
diperlukan. Kalau faktor-faktor tersebut kurang tercapai setelah suatu
masa latihan kondisi fisik tertentu, maka hal ini berarti bahwa
perencanaan dan sistematika latihan kurang sempurna, karena sukses
dalam olahraga sering menuntut keterampilan yang sempurna dalam
situasi stress fisik yang tinggi, maka semakin jelas bahwa kondisi fisik
memegang peranan yang sangat penting dalam meningkatkan prestasi
atlet (Harsono, 1988: 153).
Futsal merupakan olahraga yang dinamis dan menuntut kesiapan
fisik yang prima dengan dukungan teknik, taktik, dan mental yang
memadai. Pergerakan pemain dalam pertandingan, baik dengan bola
maupun tanpa bola sangat cepat dan dengan hilir mudik mencari-cari
celah daerah yang dapat diterobos untuk memasukkan bola ke gawang
lawan. Kondisi ini berlangsung dalam waktu yang cukup lama,
sehingga begitu menguras energi dan menyebabkan kelelahan. Dengan
kondisi fisik yang prima maka akan ada peningkatan dalam kemampuan
sistem sirkulasi dan kerja jantung, peningkatan dalam kekuatan,
kelentukan, stamina, kecepatan, dan lain-lain komponen kondisi fisik,
akan ada ekonomi gerak yang lebih pada waktu latihan, akan ada
pemulihan yang cepat dalam organ-organ tubuh setelah latihan, maka
hal ini memperjelas bahwa kondisi fisik sangat berperan dalam olahraga
futsal terutama untuk dapat bermain futsal dengan dinamis tanpa
mengalami kelelahan yang berarti.
30
Kondisi fisik merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan
atlet dalam cabang olahraga tertentu. Atlet yang memiliki kualitas fisik
yang baik maka kualitas gerak atau keterampilan motoriknya cenderung
baik pula. Setiawan (1991: 110) mengatakan, bahwa dalam hal lain
kondisi fisik juga berperan untuk meningkatkan kebugaran jasmani agar
seseorang mencapai hasil kerja yang lebih produktif. Pertimbangan
kondisi fisik itu harus dikembangkan didasarkan pada karakteristik
cabang olahraga yang digelutinya, sebab pada suatu cabang olahraga
tertentu mungkin memerlukan komponen kondisi fisik secara
keseluruhan, sedangkan pada cabang lain mungkin hanya sebagian saja.
Komponen kondisi fisik (Bompa, 1990:29) sebagai komponen
kesegaran biometrik dimana komponen kesegaran motorik terdiri dari
dua kelompok komponen, masing-masing adalah kelompok kesegaran
jasmani yaitu: 1) kesegaran otot, 2) kesegaran kardiovaskular, 3)
kesegaran keseimbangan jumlah dalam tubuh dan 4) kesegaran
kelentukan. Kelompok komponen lain dikatakan sebagai kelompok
komponen kesegaran motorik yang terdiri dari: 1) koordinasi gerak, 2)
keseimbangan, 3) kecepatan, 4) kelincahan, 5) daya ledak otot.
Disamping itu ada dua komponen yang dapat dikategorikan
sebagai komponen kondisi fisik yaitu: 1) ketepatan dan 2) reaksi.
Apabila komponen gerak digabung ke dalam komponen kelincahan,
maka ada 10 komponen yang masuk kategori kondisi fisik, yang mana
kesepuluh komponen tersebut dapat diukur keadaan melalui satu
tes seperti tersebut di atas. Adapun komponen yang dimaksud adalah :
1) Kekuatan (Strenght)
2) Daya Tahan (Endurance)
3) Daya Otot (Muscular Power)
4) Kecepatan (Speed)
5) Daya Lentur (Fleksibility)
6) Kelincahan (Agility)
7) Keseimbangan (Balance)
8) Koordinasi (Coordination)
31
9) Ketepatan (Accuracy)
10) Reaksi (Reaction)
5. Variabel Antropometri Tubuh dan Kondisi Fisik yang berpengaruh
terhadap kemampuan Dribble Futsal.
a. Indek Masa Tubuh
Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan cara termudah untuk
memperkirakan obesitas serta berkorelasi tinggi dengan massa lemak
tubuh (Lisbet, 2004). Definisi klinik obesitas sering dicerminkan
dengan IMT yang disebut juga dengan Quetelet’sIndex. Ini merupakan
pengukuran indeks massa tubuh paling baikuntuk populasi dewasa
karena memiliki tingkat kesalahan paling kecil dan mudah
menghitungnya (Lisbet, 2004; Sugondo, 2006).
Penggunaan IMT sebagai baku pengukuran obesitas dapat
digunakan untuk orang dewasa berumur di atas 18 tahun (Supariasa et
al., 2002; Sugondo, 2006). Keuntungan IMT adalah tinggi danberat
badan mudah diukur oleh tenaga yang cukup dilatih sekadarnya dan
handal pada berbagai keadaaan. Kelemahan IMT adalah tidak
menunjukkan persentase lemak tubuh seseorang (Supariasa et al.,
2002; Lisbet, 2004).
b. Rasio Panjang Tungkai dan Tinggi Badan
Panjang tungkai bisa dikatakan relatif panjang apabila ditinjau
dari segi perbandingannya dengan tinggi badan.Pada postur yang
normal, panjang tungkai dibandingkan dengan togok pada orang
dewasa adalah berimbang. Tetapi dalam kenyataannya, tidak semua
individu memiliki ukuran antropometrik yang seimbang seperti itu.
Ada individu yang memiliki tungkai yang secara proporsional lebih
panjang dibanding togok, dan sebaliknya ada juga yang memiliki
togok yang lebih tinggi dibandingkan dengan tungkainya.
32
Variasi perbandingan ukuran bagian-bagian tubuh tersebut
terjadi karena adanya sebab tertentu. Salah satu faktor penyebab yang
dikaji secara seksama adalah faktor irama pertumbuhan dan tempo
perkembangan kematangan. Espenschade dan Eckert (1980: 76)
mengemukakan ada individu yang cepat matang, pada usia dewasanya
akan memiliki kaki yang relatif lebih pendek dibandingkan dengan
togoknya. Pada individu yang lambat matang akan memiliki
kaki yang relatif lebih panjang dibanding togoknya,
sedangkan perkembangan kematangan normal memiliki kaki dan
togok yang panjangnya seimbang. Hal ini dapat dikaji dari
karakteristik pertumbuhan badan yang terjadi pada masa-masa
pertumbuhan.
c. Kekuatan (Strenght)
Kekuatan adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang
kemampuan dalam mempergunakan otot-otot untuk menerima beban
sewaktu bekerja (Sajoto, 1995:8). Kekuatan adalah kemampuan untuk
membangkitkan ketegangan otot terhadap suatu keadaan (Garuda
Mas, 2000 : 90). Kekuatan memegang peranan yang penting, karena
kekuatan adalah daya penggerak setiap aktivitas dan merupakan
persyaratan untuk meningkatkan prestasi. Dalam permainan sepak
bola, kekuatan merupakan salah satu faktor yang menentukan
kemampuan pemaian seseorang dalam bermain. Karena dengan
kekuatan seorang pemain akan dapat merebut atau melindungi bola
dengan baik (selain ditunjang dengan faktor teknik bermain yang
baik). Selain itu, dengan memiliki kekuatan yang baik dalam sepak
bola, pemain dapat melakukan tendangan keras dalam usaha untuk
mengumpan daerah kepada teman maupun untuk mencetak gol.
d. Kecepatan (Speed)
Kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk mengerjakan
gerakan berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu
yang sesingkat-singkatnya (M.Sajoto, 1995:8). Oleh karena itu
33
seseorang yang mempunyai kecepatan tinggi dapat melakukan suatu
gerakan yang singkat atau dalam waktu yang pendek setelah
menerima rangsang. Kecepatan disini dapat didefinisikan sebagai laju
gerak berlaku untuk tubuh secara keseluruhan atau bagian tubuh.
Faktor yang mempengaruhi kecepatan, antara lain adalah : kelentukan,
tipe tubuh, usia, jenis kelamin (Dangsina Moeloek, 1984 : 7-8).
Kecepatan juga merupakan salah satu faktor yang menetukan
kemampuan seseorang dalam bermain sepak bola. Pemain yang
memiliki kecepatan akan dapat dengan cepat menggiring bola ke
daerah lawan dan akan mempermudah pula dalam mencetak gol ke
gawang lawan, selain itu kecepatan juga diperlukan dalam usaha
pemain mengejar bola.
e. Daya ledak (power )
Pengertian daya ledak berasal dari kata dalam bahasa Inggris yang
artinya eksplosif power. Eksplosif artinya meledak atau ledakan, dan
power artinya tenaga atau daya. Jadi eksplosif power adalah tenaga
ledak atau daya ledak dengan kekuatan yang eksplosif (WJS
Poerwadarminto, 1986 : 232). Hal ini sesuai dengan pendapat M.
Sajoto (1995:15) yaitu daya ledak otot adalah kemampuan seseorang
untuk melakukan kekuatan maksimum, dengan usahanya yang
dikerahkan dalam waktu sependek-pendeknya. Kalau kekuatan
maksimal tungkai juga besar, maka kecepatan lepas landas secara
vertikal juga besar (Engkos Kosasih, 1985: 77). Dengan demikian
akan menghasilkan kemampuan yang baik pula. Jadi untuk mencapai
hasil yang maksimal pada suatu cabang olahraga khususnya lompat
jauh diperlukan daya ledak otot tungkai yang baik.
f. Kelincahan (Agility)
Kelincahan adalah kemampuan seseorang mengubah posisi di
area tertentu, seseorang yang mampu mengubah satu posisi yang
berbeda dalam kecepatan tinggi dengan koordinasi yang baik, berarti
kelincahannya cukup baik (Sajoto, 1995:9). Sedangkan menurut
34
Dangsina Moeloek (1984 : 8) menggunakan istilah ketangkasan.
Ketangkasan adalah kemampuan merubah secara tepat arah tubuh atau
bagian tubuh tanpa gangguan pada keseimbangan. Kelincahan
seseorang dipengaruhi oleh usia, tipe tubuh, jenis kelamin, berat
badan, kelentukan (Dangsina Moeloek, 1984 : 9). Dari kedua pendapat
tersebut terdapat pengertian yang menitik beratkan pada kemampuan
untuk merubah arah posisi tubuh tertentu. Kelincahan sering dapat
kita amati dalam situasi permainan sepak bola, misalnya seorang
pemain yang tergelincir dan jatuh di lapangan, namun masih dapat
menguasai bola dan mengoperkan bola tersebut dengan tepat kepada
temannya. Dan sebaliknya, seorang pemain yang kurang lincah
mengalami situasi yang sama tidak saja tidak mampu menguasai bola,
namun kemungkinan justru mengalami cedera karena jatuh.
g. Koordinasi (Coordination)
Koordinasi adalah kemampuan seseorang mengintegrasikan
bermacam-macam gerak yang berada berada ke dalam pola garakan
tunggal secara efektif (Sajoto, 1995:9). Koordinasi menyatakan
hubungan harmonis berbagai faktor yang terjadi pada suatu gerakan
(Dangsina Moeloek, 1984 : 4). Jadi apabila seseorang itu mempunyai
koordinasi yang baik maka ia akan dapat melaksanakan tugas dengan
mudah secara efektif. Dalam sepak bola, koordinasi digunakan pemain
agar dapat melakukan gerakan teknik dalam sepak bola secara
berkesinambungan, misalnya berlari dengan melakukan dribble yang
dilanjutkan melakukan shooting kearah gawang dan sebagainya.
B. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran yang akan dikemukakan dalam penelitian ini,
berdasarkan pada teori yang benar dan berkaitan dengan variabel yang menjadi
obyek dalam penelitian ini. Selain kerangka berpikir tersebut juga merupakan
dasar pemikiran dari penelitian yang akan dikembangkan dalam penelitian ini.
35
Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan dapat dirumuskan kerangka
pemikiran sebagai berikut:
Ada dua faktor yang dapat mendukung prestasi, yaitu faktor eksternal dan
faktor internal. Faktor eksternal yaitu fasilitas latihan dan kompetisi, dan situasi-
kondisi latihan dan kompetisi. Sedangkan faktor internalnya adalah antropometri,
kondisi fisik, psikologik, taktik dan teknik.
Gambar 13 : Faktor pendukung prestasi (Dikdik Zafar Sidik, 2013)
Yang diteliti dalam penelitian ini adalah faktor internal sebagai penunjang
kemampuan dribble futsal yaitu antropometri dan kondisi fisik. Antropometri dan
kondisi fisik merupakan unsur yang penting dalam menunjang penampilan atlet
dalam suatu pertandingan. Keterampilan bermain futsal banyak faktor yang
mempengaruhinya, di antaranya faktor antropometri dan kondisi fisik. Faktor
antropometri yang berkaitan dengan kemampuan dribble futsal, yaitu tinggi
badan, berat badan dan panjang tungkai. Sedangkan faktor kondisi fisik yang
berkaitan dengan kemampuan dribble futsal yaitu kelincahan, daya ledak,
koordinasi, kekuatan dan kecepatan. Komponen-komponen antropometri dan
kondisi fisik tersebut berperan dengan kemampuan dribble futsal dapat digambar
sebagai berikut:
36
Gambar 14: Kerangka Pikir Faktor Pendukung Kemampuan Dribble Futsal
1. Antropometri Dominan terhadap Kemampuan Dribble Futsal
Setiap cabang olahraga membutuhkan syarat antropometri yang
harus dimiliki setiap atlet agar mampu mencapai prestasi yang tinggi.
Demikian juga dalam permainan futsal menuntut antropometri yang ideal.
Dengan memiliki antropometri yang ideal, maka akan mendukung
penguasaan keterampilan bermain futsal. Antropometri yang dominan
terhadap keterampilan bermain futsal di antaranya Indek Massa Tubuh
(IMT) dan rasio panjang tungkai & tinggi badan. Dalam pengukuranya
melibatkan tiga komponen yaitu tinggi badan, berat badan dan panjang
tungkai. Untuk mendukung keterampilan bermain futsal, maka tinggi badan,
berat badan yang ideal dan panjang tungkai harus dimanfaatkan seoptimal
mungkin pada teknik yang tepat.
Dalam kasus tertentu pemain futsal harus menguasai terutama
kecepatan, kelincahan, mampu melakukan perpindahan posisi dengan cepat,
Faktor InternalPendukung
Kemampuan Dribble Futsal
Kondisi Fisik Antropometri
1. Indek Masa Tubuh
2. Rasio Panjang
Tungkai dan Tinggi
Badan
1. Power
2. Kecepatan
3. kelincahan
4. Koordinasi
5. Kekuatan
Kemampuan Dribble
Futsal
37
berhenti dengan spontan, melompat, dan terus menerus bergerak sehingga
setiap pemain dituntut untuk memiliki berat badan yang ideal sehingga
memudahkan dalam bergerak (Marcos Roberto Queiroga, 2005:31). Rata-
rata pemain futsal didominasi tipe tubuh yang mesomorph atau ecto-
mesomorph (untuk pemain futsal putra) maupun meso-endomorph (untuk
pemain futsal putri), dengan tipe tubuh seperti disebutdi atas akan sangat
membantu terutama dalam bergerak. Menurut Moeloek (2013:6)
menerangkan bahwa seseorang yang mempunyai berat badan berlebih
cenderung memiliki gerak yang lamban hal ini mungkin disebabkan oleh
beban ekstra (berat badan) dan kurangnya kelenturan tubuh pada saat
melakukan gerakan
Tinggi badan secara signifikan dapat mempengaruhi keberhasilan
dalam olahraga tergantung cabang olahraga yang diikuti. Keuntungan
memiliki tinggi badan rata-rata yaitu memiliki kekuatan yang lebih besar,
kapasitas kerja lebih besar (gaya dikalikan dengan jarak), power lebih besar,
jangkauan lebih panjang, mudah diamati, resting metabolic rate yang
rendah, denyut jantung yang rendah, kecil kemungkinan untuk mengalami
dehidrasi, dan kecepatan yang lebih besar karena keuntungan daya mekanis.
Sedangkan keuntungan memiliki tinggi badan di bawah rata-rata yaitu
waktu reaksi yang lebih cepat (jaringan saraf pendek), kekuatan yang lebih
besar untuk rasio berat, percepatan ekstremitas lebih cepat, daya tahan lebih
besar, kemampuan cepata dalam rotasi, kelincahan yang lebih besar,
keseimbangan yang baik dan pusat graitasi yang rendah, resiko kelelahan
panas atau heat stroke lebih rendah, memiliki keunggulan tertentu dalam
pertempuran dan peperangan, mengurangi resiko cedera saat jatuh dan
kematian dari kecelakaan kendaraan bermotor, memiliki resiko yang rendah
dari patah tulang pinggul, mengurangi masalah pada punggung, dan resiko
varises yang rendah (Darmawan : 2015)
Tinggi badan pada pemain futsal banyak mempengaruhi dalam
bergerak. Futsal merupakan olahraga permainan yang pemainnya siap
berhadapan dan mengalami benturan pada saat di lapangan. Memiliki
kelincahan yang baik akan membuat permainan semakin baik dan mampu
sedikit mengurangi terjadinya benturan dilapangan. Tinggi badan termasuk
38
bagian dari antropometri yang berpengaruh dengan sumbangan yang
diberikan pada titik kecil terhadap kemampuan kelincahan seseorang.
Pemain yang mempunyai tungkai panjang, titik berat badannya
lebih tinggi daripada pemain yang mempunyai tungkai pendek. Pemain
dengan tungkai lebih pendek akan lebih baik keseimbangannya
dibandingkan dengan pemain dengan tungkai panjang. Adapun kelebihan
pemain dengan tungkai lebih pendek adalah stabilitas dan keseimbangan
badan dalam mengolah bola untuk melewati lawan lebih baik dibanding
pemain yang bertungkai lebih panjang. Adapun kelemahan pemain
bertungkai lebih pendek adalh keterbatasan tungkai untuk menjangkau bola,
keterbatasan dalam menambah jangkauan langkah untuk berlari cepat saat
menggiring bola sewaktu serangan balik.
Pemain yang mempunyai tungkai lebih panjang, adapun kelebihan
karena tungkai panjang titik berat badannya lebih tinggi yang menyebabkan
titik proyeksi berat badan lebih jauh. Seorang pemain yang mempunyai
tungkai lebih panjang akan diuntungkan dengan kemudahan untuk bergerak
dengan jangkauan tungkai lebih jauh, memudahkan untuk berlari cepat
dengan memperpanjang langkah pada saat serangan balik dilkukan
dibandingkan dengan pemain yang mempunyai tungkai lebih pendek.
Dalam menggiring bola seorang pemain membutuhkan tungkai untuk
mampu menguasai bola dengan mendorong dan menjangkau bola. Sehingga
seorang pemain yang mempunyai tungkai panjang mempunyai jangkauan
lebih jauh daripada pemain yang mempunyai tungkai lebih pendek. Tetapi
stabilitas dan keseimbangan tergolong labil dibandingkan pemain
bertungkai pendek yang mempunyai titik berat badan yang mendekati
gravitasi. Jadi dapat diambil kesimpulan ada kelebihan dan kekurangan dari
pemain yang mempunyai tungkai lebih panjang dan pemain yang
mempunyai tungkai lebih pendek (Suryanto, 2011).
2. Kondisi Fisik Dominan terhadap Kemampuan Dribble Futsal
Kondisi Fisik merupakan kemampuan dasar yang di dalamnya
terdapat beberapa komponen kondisi fisik. Kemampuan kondisi fisik yang
prima sangat dibutuhkan dalam keterampilan bermain futsal.Komponen-
39
komponen biomotor yang berhubungan dengan keterampilan bermain futsal,
yaitu kekuatan, kecepatan, kelincahan, keseimbangan dan koordinasi. Untuk
memperoleh kemampuan dribble futsal yang baik, maka komponen-
komponen tersebut harus dikerahkan pada teknik yang tepat.
Power otot tungkai sangat berperan dalam kemampuan menggiring.
Keterampilan menggiring bola adalah kemampuan seseorang untuk
menggerakan kakinya, mendorong bola agar bergulir terus menerus diatas
tanah dengan waktu yang sesingkat-singkatnya. Akurat tidaknya arah bola
dalam menggiring bola tidak lepas dari peranan otot tungkai. Karena otot
tungkai berperan dalam menentukan arah bola yang digiring pada saat akan
menggiring. Fungsi kekuatan otot tungkai dalam menggiring bola adalah
sebagai penopang tubuh, berfungsi sebagai tenaga pendorong awal pada saat
akan berlari. Radcleffe dan Frentinos dalam Rachimi Ruma (1992)
menyatakan bahwa: “Otot tungkai merupakan daya gerak dalam cabang
olahraga yang memakai gerak kaki.” Kebanyakan penampilan dalam
berolahraga melibatkan gerakan-gerakan yang disebabkan oleh kekuatan
yang dihasilkan oleh kontraksi otot. Kontraksi otot digunakan untuk
menghasilkan tenaga internal yang mengatur gerakan bahagian-bahagian
badan.
Pada cabang olahraga permainan futsal setiap pemain harus
memiliki kecepatan. Seorang pemain yang memiliki kemampuan melakukan
gerakan dengan cepat akan mudah melakukan gerakan meskipun dalam
keadaan ruang gerak yang sempit. Mutalib (1984) menyatakan bahwa:
“kecepatan bergerak adalah kemampuan melaksanakan gerakan secepat
mungkin, baik gerak yang sama maupun yang tidak sama”. Dengan
kecepatan pemain dapat menggiring bola lebih cepat ke daerah pertahanan
lawan dan berguna untuk mengecoh bahkan menjauh dari kejaran atau
penjagaan pemain lawan ketika melakukan dribble.
Kelincahan adalah kemampuan seseorang untuk dapat mengubah
arah dengan cepat dan tepat pada waktu bergerak tanpa kehilangan
keseimbangan (Setiawan, 2005:69). Seorang pemain futsal yang memiliki
kelincahan yang bagus maka akan sulit dikejar pada saat melakukan
dribbling. Satriya, et al (2007:74) menyebutkan: “kelincahan adalah
40
kemampuan tubuh untuk merubah arah dengan cepat pada waktu bergerak
tanpa kehilangan keseimbangan pada posisi tubuhnya”. Dilihat dari fungsi
dribble itu sendiri yaitu melewati lawan, mendekatkan sasaran, menghambat
permainan, selian itu memungkinkan seorang pemain mencetak gol,
Menurut Koger (2007:52) bahwa: “variasikan kecepatan lari anda, dengan
mengubah-ubah kecepatan dan berbelok secara mendadak, musuh yang
mengejar atau menghadang anda akan terkecoh dan kehilangan
keseimbangan”. Dari penjelasan di atas bahwa seorang pemain yang
memiliki kelincahan ketika dribble akan mudah untuk melewati musuhnya.
Pada saat melakukan dribble pemain harus memiliki Kekuatan.
Kekuatan adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang kemampuan
dalam mempergunakan otot-otot untuk menerima beban sewaktu bekerja
(M. Sajoto, 1995:8). Kekuatan adalah kemampuan untuk membangkitkan
ketegangan otot terhadap suatu keadaan (Garuda Mas, 2000 : 90). Kekuatan
memegang peranan yang penting, karena kekuatan adalah daya penggerak
setiap aktivitas dan merupakan persyaratan untuk meningkatkan prestasi.
Kekuatan otot perut juga sangat dibutuhkan dalam permainan futsal, tanpa
kekuatan seorang atlet tidak dapat berlari cepat pada saat melakukan
penyerangan maupun pada saat akan bertahan dalam membendung
serangan lawan. Oleh karena itu kondisi fisik sangat dibutuhkan dalam
permainan futsal agar teknik dan taktik yang dimiliki dapat direalisasikan/
diterapkan dengan baik pada saat pertandingan guna mencapai prestasi
optimal.
Untuk memperoleh ketepatan saat menggiring bola dalam
permainan futsal dibutuhkan koordiansi mata-kaki yang baik. Koordinasi
mata-kaki yang baik akan membantu pemain dalam mengendalikan arah
bola saat pemain tersebut menggiring bola begitu juga sebaliknya bila
koordinasi mata-kaki tidak baik pemain akan kesulitan mengendalikan arah
bola saat pemain menggiring bola. Seorang pemain futsal dapat melakukan
gerakkan yang baik untuk melakukan dribble apabila mempunyai
koordinasi yang baik pula. Adapun pengertian koordinasi menurut Harsono
(1988: 219) “adalah suatu kemampuan biomotorik yang sangat kompleks”.
Apabila seseorang mempunyai koordinasi yang baik maka ia akan dapat
41
melaksanakan tugas dengan mudah secara efektif. Sajoto (1988: 53)
mengatakan koordinasi adalah kemampuan untuk menyatukan berbagai
sistem syaraf gerak, yang terpisah, ke dalam satu pola gerak yang efisien.
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori yang dibangun di atas, maka hipotesis dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut: variabel yang lebih dominan pada Kemampuan Dribble
Futsal dalah variabel kecepatan.
42