BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Belajar
2.1.1 Pengertian Belajar
Belajar tidak hanya dapat dilakukan di sekolah saja, namun dapat dilakukan
di mana-mana, seperti di rumah ataupun di lingkungan masyarakat. Menurut
Slameto (2010:2), bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai prestasi pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya. Sedangkan menurut Baharuddin dan Esa (2010:11-12)
berpendapat bahwa “Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai
macam kompetensi, keterampilan, dan sikap. Belajar dimulai sejak manusia lahir
sampai akhir hayat. Belajar sebagai karakteristik yang membedakan manusia
dengan makhluk lain, merupakan aktivitas yang selalu dilakukan sepanjang hayat
manusia, bahkan tiada hari tanpa belajar. Berpendapat juga bahwa belajar
merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan perubahan
dalam dirinya melalui pelatihan-pelatihan atau pengalaman-pengalaman. Dengan
demikian, belajar dapat membawa perubahan, baik perubahan pengetahuan, sikap,
maupun keterampilan. Dengan perubahan-perubahan tersebut, tentunya si pelaku
juga akan terbantu dalam memecahkan permasalahan hidup dan bisa
menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Menurut Fudyartan-to (2002) dalam Baharuddin dan Esa (2010:13) dengan
belajar manusia menjadi tahu, memahami, mengerti, dapat melaksanakan dam
8
memiliki tentang sesuatu. Selain itu menurut Slameto (2010:2), bahwa belajar
adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai prestasi
pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Menurut Baharuddin dan Esa (2010:15) ada beberapa cirri-ciri belajar
sebagai berikut :
1. Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku (change
behavior). Ini berarti, bahwa hasil dari belajar hanya dapat diamati dari
tingkah laku, yaitu adanya perubahan tingkah laku, dari tidak tahu
memjadi tahu, dari tidak terampil menjadi terampil. Tanpa mengamati
tingkah laku hasil belajar, kita tidak akan dapat mengetahui ada tidaknya
hasil belajar
2. Perubahan perilaku relative permanent terjadi secara sadar. Ini berarti,
bahwa perubahan tingkah laku yang terjadi karena belajar untuk waktu
tertentu akan tetap atau tidak berubah-rubah. Tetapi, perubahan tingkah
laku tersebut tidak akann terpancang seumur hidup.
3. Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat proses
belajar sedang berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat potensial
4. Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman.
5. Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan. Sesuatu yang
memperkuat itu akan memberikan semangat atau dorongan untuk
mengubah tingkah laku
9
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
suatu proses perubahan tingkah laku yang terjadi pada individu yang didapat dari
aktivitas yang sengaja dilakukannya, dimana perubahan tingkah laku tersebut.
2.2 Gaya Belajar
2.2.1 Pengertian Gaya Belajar
Kemampuan seseorang untuk memahami dan menyerap pelajaran sudah
pasti berbeda tingkatnya. Ada yang cepat, sedang, dan ada pula yang lambat. Oleh
karena itu, mereka sering kali harus menempuh cara yang berbeda untuk bisa
memahami sebuah informasi atau pelajaran yang sama. Ada siswa yang lebih
senang menulis hal-hal yang telah disampaikan oleh guru ketika proses
pembelajaran berlangsung. Adapula siswa yang lebih senang mendengarkan
materi yang disampaikan oleh guru, serta adapula siswa yang lebih senang praktek
secara langsung. Jika berbagai kegiatan yang dilakukan oleh siswa selama proses
pembelajaran berlangsung maka akan tercipta suatu cara belajar yang menjadi
suatu kebiasaan siswa dalam kehidupan sehari-hari. Cara belajar yang dimiliki
siswa sering disebut dengan gaya belajar atau modalitas belajar siswa. Gaya
belajar merupakan suatu kombinasi dari bagaimana ia menyerap, dan kemudian
mengatur serta mengolah informasi (DePorter dan Hernacki, 2011:110). Dunn dan
Dunn (dalam Sugihartono :2007) menjelaskan bahwa gaya belajar merupakan
kumpulan karakteristik pribadi yang membuat suatu pembelajaran efektif untuk
beberapa orang dan tidak efektif untuk orang lain. Keef (dalam Sugihartono:2007)
menyatakan bahwa gaya belajar berhubungan dengan cara anak belajar, serta cara
belajar yang disukai.). Siswa pada umumnya akan sulit memproses informasi
10
dalam satu cara yang dirasa tidak nyaman bagi mereka. Siswa memiliki kebutuhan
belajar sendiri, belajar dengan cara yang berbeda. Sebagian orang mungkin
memiliki gaya belajar tertentu yang dominan digunakan dalam berbagai situasi,
sehingga kurang menggunakan gaya yang berbeda untuk situasi yang berbeda.
Dari beberapa definisi gaya belajar di atas dapat disimpulkan bahwa gaya
belajar adalah cara yang dipakai seseorang dalam proses belajar yang meliputi
bagaimana menangkap, mengatur, serta mengolah informasi yang diterima
sehingga pembelajaran menjadi efektif.
2.2.2 Macam-macam gaya belajar
Menurut Deporter dan Hernacki (2011: 112) terdapat tiga gaya belajar
seseorang yaitu gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik. Walaupun masing-
masing siswa belajar dengan menggunakan ketiga gaya belajar ini, kebanyakan
siswa lebih cenderung pada salah satu diantara gaya belajar tersebut.
1) Gaya Belajar Visual
Siswa yang bergaya belajar visual, yang memegang peranan penting adalah
mata/penglihatan (visual), mereka cenderung belajar melalui apa yang mereka
lihat. Siswa yang mempunyai gaya belajar visual harus melihat bahasa tubuh dan
ekspresi muka gurunya untuk mengerti materi pelajaran. Mereka cenderung untuk
duduk di depan agar dapat melihat dengan jelas. Mereka berpikir menggunakan
gambar-gambar di otak mereka dan belajar lebih cepat dengan menggunakan
tampilan-tampilan visual, seperti diagram, buku pelajaran bergambar, dan video.
Di dalam kelas, anak visual lebih suka mencatat sampai detil-detilnya untuk
mendapatkan informasi. Orang-orang visual: rapi dan teratur, berbicara dengan
11
cepat, perencana dan pengatur jangka panjang yang baik, teliti terhadap detail,
mementingkan penampilan baik dalam hal pakaian maupun presentasi, pengeja
yang baik dan dapat melihat kata-kata yang sebenarnya dalam pikiran mereka,
mengingat apa yang dilihat dari pada yang didengar, mengingat dengan asosiasi
visual, biasanya tidak terganggu oleh keributan, mempunyai masalah untuk
mengingat intruksi verbal kecuali jika ditulis dan sering kali minta bantuan orang
untuk mengulanginya, pembaca cepat dan tekun, lebih suka membaca daripada
dibacakan, membutuhkan pandangan dan tujuan yang menyeluruh dan bersikap
waspada sebelum secara mental merasa pasti tentang suatu masalah atau proyek,
mencoret-coret tanpa arti selama berbicara di telepon dan dalam rapat, lupa
menyampaikan pesan verbal kepada orang lain, sering menjawab pertanyaan
dengan jawaban singkat ya atau tidak, lebih suka melakukan demonstrasi daripada
berpidato, lebih suka seni daripada musik, sering kali mengetahui apa yang harus
dikatakan tetapi tidak pandai memilih kata-kata, kadang-kadang kehilangan
konsentrasi ketika mereka ingin memperhatikan (DePorter dan Hernacki, 2011:
116-118).
2) Gaya Belajar Auditorial
Siswa yang bertipe auditori mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui telinga
(alat pendengarannya). Siswa yang mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar
lebih cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru
katakan. Mereka dapat mencerna dengan baik informasi yang disampaikan
melalui tone suara, pitch (tinggi rendahnya), kecepatan berbicara dan hal-hal
auditori lainnya. Informasi tertulis terkadang sulit diterima oleh siswa bergaya
12
belajar auditori. Anak-anak seperi ini biasanya dapat menghafal lebih cepat
dengan membaca teks dengan keras dan mendengarkan kaset. Orang-orang
auditorial: berbicara kepada diri sendiri saat bekerja, mudah terganggu oleh
keributan, menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika
membaca, senang membaca dengan keras dan mendengarkan, dapat mengulangi
kembali dan menirukan nada, birama, dan warna suara, mereka kesulitan untuk
menulis tetapi hebat dalam berbicara, berbicara dengan irama yang terpola,
biasanya pembicara yang fasih, lebih suka musik daripada seni, belajar dengan
mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada yang dilihat, suka
berbicara, suka berdiskusi dan menjelaskan segala sesuatu panjang lebar,
mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan visualisasi
seperti memotong bagian-bagian hingga sesuai satu sama lain, lebih pandai
mengeja dengan keras daripada menuliskannya, lebih suka gurauan lisan daripada
membaca komik (DePorter dan Hernacki, 2011: 118).
3) Gaya Belajar Kinestetik
Siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik belajar melalui bergerak,
menyentuh, dan melakukan. Siswa seperti ini tidak tahan untuk duduk berlama-
lama mendengarkan pelajaran dan merasa bisa belajar lebih baik jika prosesnya
disertai kegiatan fisik. Kelebihannya, mereka memiliki kemampuan
mengkoordinasikan sebuah tim disamping kemampuan mengendalikan gerak
tubuh. Orang-orang kinestetik: berbicara dengan perlahan,menanggapi perhatian
fisik, menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka, berdiri dekat ketika
berbicara dengan orang, Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak,
13
mempunyai perkembangan awal otot-otot yang besar, belajar melalui
memanipulasi dan praktik, menghafal dengan cara berjalan dan melihat,
menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca, banyak menggunakan
isyarat tubuh, tidak dapat duduk diam untuk waktu lama, tidak dapat mengingat
geografi kecuali jika mereka memang telah pernah berada di tempat itu,
menggunakan kata-kata yang mengandung aksi, menyukai buku-buku yang
berorientasi pada plot, mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat
membaca, kemungkinan tulisannya jelek, ingin melakukan segala sesuatu,
menyukai permainan yang menyibukkan (DePorter dan Hernacki, 2011: 118-120)
2.2.3 Indikator Gaya Belajar
Ciri-ciri gaya belajar menurut DePorter dan Hernacki (2011: 116-120)
seperti yang diuraikan di atas maka diketahui indikator-indikator dari masing-
masing gaya belajar sebagai berikut:
1) Indikator gaya belajar visual
a) Belajar Indikator gaya belajar visual
Mata/penglihatan mempunyai peranan yang penting dalam aktivitas belajar.
Lebih mudah memahami pelajaran dengan melihat bahasa tubuh/ekspresi
muka gurunya, membaca, menulis.
b) Mengerti baik mengenai posisi, bentuk, angka, dan warna.
Siswa yang bergaya belajar visual lebih mudah mengingat apa yang mereka
lihat, sehingga mereka bisa mengerti dengan baik mengenai posisi/lokasi,
bentuk, angka, dan warna.
14
c) Rapi dan teratur siswa visual mementingkan penampilan, baik dalam hal
pakaian maupun kondisi lingkungan di sekitarnya.
d) Tidak terganggu dengan keributan
Siswa dengan gaya belajar visual lebih mengingat apa yang dilihat
daripada yang didengar, jadi mereka sering mengabaikan apa yang
mereka dengar.
e) Sulit menerima intruksi verbal mudah lupa dengan sesuatu yang
disampaikan secara lisan dan sering kali harus minta bantuan orang untuk
mengulanginya.
Sedangkan menurut Hamzah B. Uno (2010:181) menjelaskan bahwa
dalam gaya belajar visual maka siswa harus melihat dulu buktinya untuk
kemudian bisa mempercayainya. Dia menyebutkan beberapa karakteristik gaya
belajar sebagai berikut.
a) kebutuhan melihat sesuatu (informasi/pelajaran) secara visual untuk
mengetahuinya atau memahaminya,
b) memiliki kepekaan yang kuat terhadap warna,
c) memiliki pemahaman yang cukup terhadap masalah artistik,
d) memiliki kesulitan dalam berdialog secara langsung,
e) terlalu reaktif terhadap suara,
f) sulit mengikuti anjuran secara lisan, dan
g) seringkali salah menginterpretasikan kata atau ucapan.
2) Indikator gaya belajar auditorial
a) Belajar dengan cara mendengar
15
Siswa yang bertipe auditori mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui
telinga/alat pendengarannya. Mereka belajar lebih cepat dengan
menggunakan diskusi verbal danmendengarkan apa yang guru katakan.
b) Baik dalam aktivitas lisan
Siswa auditorial berbicara dengan irama yang terpola, biasanya pembicara
yang fasih, suka berdiskusi dan menjelaskan segala sesuatu panjang lebar.
c) Memiliki kepekaan terhadap musik
Mereka mampu mengingat dengan baik apa yang didengar, sehingga dapat
mengulangi kembali dan menirukan nada, birama, dan warna suara.
d) Mudah terganggu dengan keributan
Siswa dengan tipe auditorial ini peka terhadap suara yang didengarnya, jadi
mereka akan sangat terganggu jika ada suara lain disamping dalam aktivitas
belajarnya.
e) Lemah dalam aktivitas visual
Informasi tertulis terkadang sulit diterima oleh siswa bergaya belajar
auditori.
Sedangkan menurut Hamzah B. Uno (2010:181-182) mendefinisikan gaya
belajar auditorial sebagai gaya belajar yang mengandalkan pada pendengaran
untuk bisa memahami dan mengingatnya. Dia menyebutkan karakteristik gaya
belajar auditorial sebagai berikut.
a) semua informasi hanya bisa diserap melalui pendengaran,
b) memiliki kesulitan untuk menyerap informasi dalam bentuk tulisan
secara langsung, dan
16
c) memiliki kesulitam menulis ataupun membaca.
3) Indikator gaya belajar kinestetik
a) Belajar dengan aktivitas fisik
Siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik belajar melalui bergerak,
menyentuh, dan melakukan. Mereka tidak tahan untuk duduk berlama-lama
mendengarkan pelajaran dan merasa bisa belajar lebih baik jika prosesnya
disertai kegiatan fisik.
b) Peka terhadap ekspresi dan bahasa tubuh
Siswa dengan gaya belajar kinestetik mudah menghafal dengan cara melihat
gerakan tubuh/fisik sambil berjalan mempraktikkan.
c) Berorientasi pada fisik dan banyak bergerak
Siswa kinestetik biasanya mempunyai perkembangan awal otot-otot yang
besar, menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca, banyak
menggunakan isyarat tubuh, suka praktik.
d) Suka coba-coba dan kurang rapi
Belajar melalui memanipulasi dan praktik, kemungkinan tulisannya jelek.
e) Lemah dalam aktivitas verbal
Cenderung berbicara dengan perlahan, sehingga perlu berdiri dekat ketika
berbicara dengan orang lain.
Hamzah (2010:182) menekankan bahwa gaya kinestetik mengharuskan siswa
untuk menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar bisa
mengingatnya. Dia menyebutkan karakteristik orang yang memiliki gaya belajar
kinestetik sebagai berikut:
17
a) menempatkan tangan sebagai alat penerima informasi utama agar kita
bisa terus mengingatnya,
b) hanya dengan memegang kita bisa menyerap informasinya tanpa harus
membaca penjelasannya,
c) termasuk orang yang tidak bisa/tahan duduk terlalu lama untuk
mendengarkan pelajaran,
d) merasa bisa belajar lebih baik apabila disertai dengan kegiatan fisik,
e) orang yang memiliki gaya belajar ini memiliki kemampuan
mengkoodinasikan sebuah tim dan kemampuan mengendalikan gerak
tubuh (athletic ability).
2.3 Penelitian Relevan
Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan penelitian yang relevan. Adapun
penelitian yang digunakan : Penelitian yang dilakukan oleh Mulyati (2015)
dengan judul “Mengidentfikasi Gaya Belajar siswa Kelas V SD Se-Gugus 3
Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo Tahun Ajaran 2014/2015”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gaya belajar siswa kelas V SD Se Gugus 3
Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo tahun ajaran 2014/ 2015 Hasil
penelitian menunjukkan bahwa setiap siswa kelas V SD se gugus 3 pada salah satu
gaya belajar visual, auditorial atau kinestetik. Mayoritas siswa memliki pada gaya
belajar visual dengan rincian dari 111 siswa, sebanyak 59 siswa atau 53.15%
mempunyai gaya belajar visual berkarakteristik suka membaca, 34 siswa atau 30.63%
mempunyai kecenderungan pada gaya belajar auditorial berkarakteristik belajar
dengan cara mendengarkan dan 18 siswa atau 16.22% siswa mempunyai pada gaya
18
belajar kinestetik berkarakteristk mempunyai aktivitas kreatif : kerajinan tangan dan
olahraga.
2.4 Kerangka berpikir
Setiap peserta didik kelas XI Program IPS SMA Kristen 1 Salatiga memiliki
cara tersendiri dalam belajar. Ada tiga macam gaya belajar yaitu Visual, Auditorial
dan Kinestetik. Peserta didik yang bergaya belajar visual,yang melalui apa yang
mereka lihat,mereka belajar lebih cepat dengan menggunakan tampilan-tampilan
visual, seperti diagram, buku pelajaran bergambar, dan video. Dalam
pembelajaran siswa yang mempunyai gaya belajar visual akan lebih mudah
mengerti dengan melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka gurunya. Di dalam
kelas, anak visual lebih suka mencatat sampai detil-detilnya untuk mendapatkan
informasi. Peserta didik visual cenderung rapi dan teratur dan tidak terganggu
dengan keributan,tetapi mereka sulit menerima instruksi verbal. Peserta didik
auditorial melakukannya melalui apa yang mereka dengar . Peserta didik yang
mempunyai gaya belajar auditorial dapat belajar lebih cepat dengan menggunakan
diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru katakan. Peserta didik auditorial
baik dalam aktivitas lisan, mereka berbicara dengan irama yang terpola,biasanya
pembicara yang fasih. Peserta didik dengan tipe gaya belajar ini mudah terganggu
dengan keributan dan lemah dalam aktivitas visual, biasanya orang auditorial
mudah terganggu oleh keributan, suka berbicara, dan suka berdiskusi. Peserta didik
kinestetik belajar lewat gerak dan sentuhan ini tidak tahan untuk duduk berlama-
lama mendengarkan pelajaran dan merasa bisa belajar lebih baik jika prosesnya
disertai kegiatan fisik. Mereka peka terhadap ekspresi dan bahasa tubuh
19
pengajarnya. Peserta didik dengan tipe ini suka coba-coba dan umumnya kurang
rapi serta lemah dalam aktivitas verbal. Biasanya orang kinestetik tidak dapat duduk
diam untuk waktu lama, belajar melalui praktik. Walaupun masing-masing dari
peserta didik belajar dengan menggunakan ketiga gaya belajar pada tahapan tertentu,
kebanyakan peserta didik lebih cenderung pada salah satu di antara ketiganya.
Gambar 2.1 Kerangka Penelitian Gaya Belajar Siswa Kelas XI Program IPS
SMA Kristen 1 Salatiga, 2016
Peserta didik
GAYA
BELAJAR
VISUAL
KINESTETIK
AUDITORIAL