BAB II
LANDASAN TEORI
A. Motivasi Belajar
1. Pengertian motivasi
Santrock (2009), mengartikan “motivasi (Motivation)
melibatkan proses yang memberikan energi, mengarahkan, dan
mempertahankan perilaku. Dengan demikian, perilaku yang termotivasi
adalah perilaku yang mengandung energi, memiliki arah dan dapat
dipertahankan”. Menurut Donald (Sardiman, 2011), motivasi adalah
perubahan energi pada diri seseorang yang ditandai dengan munculnya
feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.
Chaplin (2009), mengartikan bahwa “motivasi adalah satu
variabel penyelang yang digunakan untuk menimbulkan faktor-faktor
tertentu di dalam organisme, yang membangkitkan, mengelola,
mempertahankan dan menyalurkan tingkah laku menuju satu sasaran”.
Uno (2011), mengartikan bahwa “motivasi berasal dari kata
motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri
individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak dan berbuat”.
Motif tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat diintepretasikan
dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan, dorongan, atau pembangkit
tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu. Motivasi adalah proses
psikologis yang dapat menjelaskan perilaku seseorang. Perilaku
11
Hubungan Antara Kecemasan..., Dwi Wulan Permatasari, Fak. Psikologi UMP 2012
hakikatnya merupakan orientasi pada satu tujuan. Untuk mencapai tujuan
tersebut diperlukan proses interaksi dari beberapa unsur. Dengan
demikian, motivasi merupakan kekuatan yang mendorong seseorang
untuk melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan. Kekuatan-kekuatan ini
pada dasarnya dirangsang oleh adanya berbagai macam kebutuhan,
seperti : keinginan yang hendak dipenuhinya, tingkah laku, tujuan, dan
umpan balik.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi
merupakan kekuatan dalam diri individu yang mendorong untuk
melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
2. Fungsi motivasi
Sardiman (2011), menyebutkan tiga fungsi motivasi, yaitu:
a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau
motor yang melepaskan energi.
b. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak
dicapai.
c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa
yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan
menyisihkan perbuatan-perbuatan yang kurang bermanfaat bagi
tujuan tersebut.
Purwanto (Uno, 2011), mengatakan bahwa fungsi motivasi bagi
manusia adalah : (1) sebagai motor penggerak bagi manusia, ibarat bahan
bakar pada kendaraan, (2) menentukan arah perbuatan, yakni ke arah
Hubungan Antara Kecemasan..., Dwi Wulan Permatasari, Fak. Psikologi UMP 2012
perwujudan suatu tujuan atau cita-cita, (3) mencegah penyelewengan dari
jalan yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan, dalam hal ini makin
jelas tujuan, maka makin jelas pula bentangan jalan yang harus ditempuh,
(4) menyeleksi perbuatan diri, artinya menentukan perbuatan mana yang
harus dilakukan, yang serasi guna mencapai tujuan dengan
menyampingkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan itu.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi
motivasi yaitu: mendorong manusia untuk berbuat, menentukan arah
perbuatan, menyeleksi perbuatan, serta mencegah penyelewengan dari
jalan yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan.
3. Macam-macam motivasi
Santrock (2009), menyebutkan macam-macam motivasi, yaitu :
a. Motivasi ekstrinsik (extrinsic motivation), adalah melakukan sesuatu
untuk mendapatkan sesuatu yang lain (sebuah cara untuk mencapai
tujuan).
b. Motivasi instrinsik (instrinsic motivation), adalah motivasi internal
untuk melakukan sesuatu demi hal itu sendiri (sebuah tujuan itu
sendiri).
Sardiman (2011), macam-macam motivasi, yaitu :
a. Motivasi instrinsik, adalah motif-motif yang menjadi aktif atau
berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dari dalam diri
individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
Hubungan Antara Kecemasan..., Dwi Wulan Permatasari, Fak. Psikologi UMP 2012
b. Motivasi ekstrinsik, adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya
karena adanya perangsang dari luar. Sebagai contoh seseorang itu
belajar, karena tahu besok paginya akan ujian dengan harapan
mendapat nilai baik, sehingga akan dipuji oleh pacarnya atau
temannya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa macam-
macam motivasi, yaitu: motivasi yang berasal dari dalam diri individu
atau disebut motivasi intrinsik, serta motivasi yang berasal dari luar diri
individu atau yang disebut motivasi ekstrinsik.
4. Belajar
a. Pengertian
Slameto (2010), “belajar merupakan suatu proses perubahan
yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya”.
Menurut Good dan Brophy (Uno, 2011), belajar merupakan
suatu proses atau interaksi yang dilakukan seseorang dalam
memperoleh sesuatu yang baru dalam bentuk perubahan perilaku
sebagai hasil dari pengalaman itu sendiri (belajar). Perubahan perilaku
tersebut tampak dalam penguasaan peserta didik pada pola-pola
tanggapan (respons) baru terhadap lingkungannya yang berupa
keterampilan (skill), kebiasaan (habit), sikap atau pendirian (attitude),
kemampuan (ability), pengetahuan (knowledge), pemahaman
Hubungan Antara Kecemasan..., Dwi Wulan Permatasari, Fak. Psikologi UMP 2012
(understanding), emosi (emotional), apresiasi (appreciation), jasmani
dan etika atau budi pekerti, serta hubungan sosial.
Sardiman (2011), mengatakan bahwa “proses belajar pada
prinsipnya bertumpu pada struktur kognitif, yaitu penataan fakta,
konsep serta prinsip-prinsip, sehingga membentuk satu kesatuan yang
memiliki makna bagi subyek didik”.
Gagne (Dimyati & Mudjiono, 2006), belajar merupakan
kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah
belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai.
Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari stimulan yang berasal dari
lingkungan, dan proses kognitif yang dilakukan oleh pembelajar.
Dengan demikian, belajar adalah seperangkat proses kognitif yang
mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi,
menjadi kapabilitas baru.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
belajar merupakan suatu proses atau usaha yang dilakukan individu
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan
sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi
dengan lingkungan.
b. Prinsip-prinsip belajar
Sardiman (2011), mengemukakan prinsip-prinsip yang
berkaitan dengan belajar, antara lain:
Hubungan Antara Kecemasan..., Dwi Wulan Permatasari, Fak. Psikologi UMP 2012
1) Belajar pada hakikatnya menyangkut potensi manusiawi dan
kelakuannya
2) Belajar memerlukan proses dan penahapan serta kematangan diri
para siswa
3) Belajar akan lebih mantap dan efektif, bila didorong dengan
motivasi, terutama motivasi dari dalam/dasar
kebutuhan/kesadaran atau instrinsic motivation, lain halnya
belajar dengan rasa takut atau dibarengi dengan rasa tertekan dan
menderita.
4) Dalam banyak hal, belajar memerlukan proses percobaan (dengan
kemungkinan berbuat keliru) dan conditioning atau pembiasan
5) Kemampuan belajar seseorang siswa harus diperhitungkan dalam
rangka menentukan isi pelajaran
6) Belajar dapat melakukan tiga cara yaitu: (1) diajar secara
langsung; (2) kontrol, kontak, penghayatan, pengalaman
langsung; (3) pengenalan dan/atau peniruan.
7) Belajar melalui praktik atau mengalami secara langsung akan
lebih efektif mampu membina sikap, keterampilan, cara berfikir
kritis dan lain-lain, bila dibandingkan dengan belajar yang hafalan
saja.
8) Perkembangan pengalaman anak didik akan banyak memengaruhi
kemampuan belajar yang bersangkutan
Hubungan Antara Kecemasan..., Dwi Wulan Permatasari, Fak. Psikologi UMP 2012
9) Bahan pelajaran yang bermakna/berarti, lebih mudah dan menarik
untuk dipelajari, daripada bahan yang kurang bermakna.
10) Informasi tentang kelakuan baik, pengetahuan, kesalahan serta
keberhasilan siswa, banyak membantu kelancaran dan gairah
belajar
11) Belajar sedapat mungkin diubah kedalam bentuk aneka ragam
tugas, sehingga anak-anak melakukan dialog dalam dirinya atau
mengalaminya sendiri.
Uno (2011), menyatakan bahwa pada prinsipnya dalam
belajar terdapat empat komponen kegiatan, yaitu (1) melakukan
persepsi terhadap stimulus, (2) menggunakan pengetahuan prasyarat,
(3) merencanakan respon, dan (4) pelaksanaan respon yang dipilih”.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pada
prinsipnya belajar adalah perubahan tingkah laku melalui suatu proses
pengajaran baik secara langsung atau dengan peniruan, namun belajar
akan lebih berkesan apabila bahan pelajaran dapat bermakna/menarik
dan dialami sendiri oleh individu tersebut.
5. Motivasi Belajar
a. Pengertian
Sardiman (2011), dalam kegiatan belajar, “motivasi dapat
dikatakan sebagai seluruh daya penggerak di dalam diri siswa yang
menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah
kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai”.
Hubungan Antara Kecemasan..., Dwi Wulan Permatasari, Fak. Psikologi UMP 2012
Dimyati dan Mudjiono (2006), “motivasi dipandang sebagai
dorongan mental yang menggerakan dan mengarahkan perilaku
manusia, termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi terkandung
adanya keinginan untuk mengaktifkan, menggerakan, menyalurkan,
dan mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar”.
Uno (2011), mengartikan bahwa “motivasi belajar adalah
dorongan internal dan eksternal pada peserta didik-peserta didik
yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku,
pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang
mendukung. Hal ini mempunyai peranan besar dalam keberhasilan
seseorang dalam belajar”.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
pengertian motivasi belajar adalah suatu daya penggerak atau
dorongan dari individu, baik dorongan dari dalam diri individu
(internal) maupun dorongan dari luar diri individu (eksternal) untuk
melakukan kegiatan belajar untuk mengadakan perubahan tingkah
laku dalam mencapai tujuan yang diharapkan.
b. Jenis-jenis motivasi belajar
Menurut Uno (2011), menyebutkan bahwa motivasi
instrinsik berisi: (1) penyesuaian tugas dengan minat, (2)
perencanaan yang penuh variasi, (3) umpan balik atas respon siswa,
(4) kesempatan respon peserta didik yang aktif, dan (5) kesempatan
peserta didik untuk menyesuaikan tugas dan pekerjaannya.
Hubungan Antara Kecemasan..., Dwi Wulan Permatasari, Fak. Psikologi UMP 2012
Sedangkan motivasi ekstrinsik berisi: (1) penyesuaian tugas dengan
minat, (2) perencanaan yang penuh variasi, (3) respon siswa, (4)
kesempatan peserta didik yang aktif, (5) kesempatan peserta didik
untuk menyesuaikan tugas pekerjaannya, dan (6) adanya kegiatan
yang menarik dalam belajar.
Menurut Djamarah (2000), menggolongkan bentuk motivasi
belajar ekstrinsik antara lain :
1) Belajar demi memenuhi kewajiban.
2) Belajar demi menghindari hukuman yang diancam
3) Belajar demi meningkatkan gengsi sosial
4) Belajar demi tuntutan jabatan yang ingin dipegang atau demi
memenuhi persyaratan kenaikan jenjang.
5) Belajar demi memperoleh pujian dari orang yang penting
Motivasi intrinsik adalah bentuk motivasi yang didalam
aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan secara
mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Bentuk-bentuk motivasi
instrinsik dapat digolongkan sebagai berikut :
1) Belajar karena ingin mengetahui seluk beluk masalah selengkap-
lengkapnya.
2) Belajar karena ingin menjadi orang terdidik atau menjadi ahli
bidang studi pada penghayatan kebutuhan dan siswa berdaya
upaya melalui kegiatan belajar untuk memenuhi kebutuhan ini
hanya dapat dipenuhi dengan belajar giat.
Hubungan Antara Kecemasan..., Dwi Wulan Permatasari, Fak. Psikologi UMP 2012
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa jenis-
jenis motivasi belajar yaitu motivasi instrinsik merupakan motivasi
untuk belajar yang timbul dari dalam diri individu, dan motivasi
ekstrinsik merupakan motivasi untuk belajar yang timbul akibat
rangsangan dari luar diri individu.
c. Faktor-faktor motivasi belajar
Elliot, dkk (Kristiandi, 2011), faktor-faktor yang
mempengaruhi motivasi belajar siswa adalah sebagai berikut :
1) Kecemasan, yang dimaksud adalah kecemasan situasional, yang
diartikan sebagai suatu kecenderungan untuk merasa cemas pada
beberapa situasi, tetapi tidak pada situasi lainnya. Ada beberapa
sumber kecemasan bagi siswa ketika berada di dalam kelas,
seperti guru, ujian, teman sebaya, hubungan sosial, dan lain-lain.
2) Sikap, dapat didefinisikan sebagai individu yang relatif
permanen dalam hal merasakan, berfikir dan bertingkah laku
terhadap sesuatu atau orang lain.
3) Keingintahuan, sering digambarkan sebagai perilaku yang aktif,
suka mengeksplorasi atau manipulasi sesuatu.
4) Locus of control, diartikan sebagai suatu penyebab terjadinya
tingkah laku, yang dapat diatribusikan terhadap diri sendiri atau
dari luar diri/lingkungan.
5) Learned helplessness, merupakan reaksi individu yang merasa
frustasi dan putus asa setelah kegagalan terjadi berulang kali.
Hubungan Antara Kecemasan..., Dwi Wulan Permatasari, Fak. Psikologi UMP 2012
6) Efikasi diri, merupakan keyakinan individu terhadap
kemampuan yang dimiliki untuk mengendalikan seluruh
kehidupannya, termasuk perasaan dan kompetensinya.
7) Belajar bersama, diartikan sebagai serangkaian metode
instruksional dimana siswa didorong untuk kerjasama dalam
menyelesaikan tugas akademis, yang bertujuan mmembantu
siswa yang satu dengan yang lainnya untuk belajar.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-
faktor yang mempengaruhi motivasi belajar pada peserta didik, yaitu
kecemasan, sikap, keingintahuan, locus of control, learned
helplessness, efikasi diri serta belajar bersama.
d. Prinsip-prinsip motivasi dalam belajar
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006), menyebutkan
pentingnya motivasi bagi siswa, yaitu :
1) Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil
akhir belajar.
2) Menginformasikan tentang usaha belajar, bila dibanding dengan
teman sebaya sebagai ilustrasi, terbukti kegiatan usahanya
kurang memadai, maka ia berusaha setekun mungkin agar
berhasil.
3) Mengarahkan kegiatan belajar, mengetahui bahwa dirinya belum
belajar efektif, maka ia mengubah perilaku belajarnya.
4) Membesarkan semangat belajar.
Hubungan Antara Kecemasan..., Dwi Wulan Permatasari, Fak. Psikologi UMP 2012
5) Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian
bekerja.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006), menyebutkan
gejala kurang motivasi belajar akan dimanifestasikan, baik secara
langsung maupun tidak langsung dalam tingkah laku. Beberapa ciri
tingkah laku yang berhubungan dengan rendahnya motivasi belajar :
1) Malas melakukan tugas kegiatan belajar, seperti malas
mengerjakan PR, malas dalam membaca, dan lain-lain.
2) Bersikap acuh tak acuh, menentang dan sebagainya
3) Menunjukkan hasil belajar yang rendah dibawah nilai rata-rata
yang dicapai kelompoknya atau kelas.
4) Menunjukkan tingkah laku sering membolos, tidak mengerjakan
tugas yang diberikan dan sebagainya.
5) Menunjukkan gejala emosional yang tidak wajar seperti
pemarah, mudah tersinggung.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
prinsip-prinsip motivasi dalam belajar, yaitu Menyadarkan
kedudukan dalam belajar, menginformasikan tentang usaha dalam
belajar, mengarahkan kegiatan belajar, membesarkan semangat
belajar, menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar. Prinsipnya
ciri tingkah laku yang menunjukkan rendahnya motivasi belajar,
yaitu malas melakukan tugas kegiatan belajar, hasil belajar yang
rendah, bersikap acuh tak acuh, menunjukkan, menunjukkan tingkah
Hubungan Antara Kecemasan..., Dwi Wulan Permatasari, Fak. Psikologi UMP 2012
laku sering membolos, tidak mengerjakan tugas yang diberikan dan
sebagainya, menunjukkan gejala emosional yang tidak wajar.
e. Indikator motivasi belajar
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006), indikator motivasi
belajar, yaitu:
1) Cita-cita, adalah sesuatu target yang ingin dicapai. Target ini
diartikan sebagai tujuan yang ditetapkan dalam suatu kegiatan
yang mengandung makna bagi seseorang. Munculnya cita-cita
seseorang disertai dengan perkembangan akar, moral kemauan,
bahasa dan nilai-nilai kehidupan yang juga menimbulkan adanya
perkembangan kepribadian.
2) Kemampuan siswa, setiap siswa memiliki kemampuan belajar
yang berbeda. Hal ini diukur melalui taraf perkembangan
berpikir siswa, dimana siswa yang taraf perkembangan
berpikirnya konkrit tidak sama dengan siswa yang sudah sampai
pada taraf perkembangan berpikir rasional. Siswa yang merasa
dirinya memiliki kemampuan untuk melakukan sesuatu, maka
akan mendorong dirinya berbuat sesuatu untuk dapat
mewujudkan tujuan yang ingin diperolehnya dan sebaliknya
yang merasa tidak mampu akan merasa malas untuk berbuat
sesuatu.
3) Kondisi siswa, dapat diketahui dari kondisi fisik dan kondisi
psikologis. Siswa adalah makhluk yang terdiri dari kesatuan
Hubungan Antara Kecemasan..., Dwi Wulan Permatasari, Fak. Psikologi UMP 2012
psikofisik. Kondisi fisik siswa lebih cepat diketahui daripada
kondisi psikologis. Hal ini dikarenakan kondisi fisik lebih jelas
menunjukkan gejalanya daripada kondisi psikologis.
4) Kondisi lingkungan siswa, merupakan unsur yang datang dari
luar diri siswa, yaitu : lingkungan keluarga, sekolah dan
masyarakat. Lingkungan fisik sekolah, sarana dan prasarana
perlu ditata dan dikelola agar dapat menyenangkan dan
membuat siswa merasa nyaman untuk belajar. Kebutuhan
emosional psikologis juga perlu mendapat perhatian, misalnya
kebutuhan rasa aman, berprestasi, dihargai, diakui yang harus
dipenuhi agar motivasi belajar timbul dan dapat dipertahankan.
5) Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran,
merupakan unsur-unsur yang keberadaannya didalam proses
belajar tidak stabil, kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah
dan bahkan hilang sama sekali misalnya gairah belajar, emosi
siswa dan lain-lain. Siswa memiliki perasaan, perhatian,
kemauan, ingatan, dan pikiran yang mengalami perubahan
selama proses belajar, kadang-kadang kuat atau lemah.
6) Upaya guru dalam membelajarkan siswa, merupakan usaha guru
dalam mempersiapkan diri untuk membelajarkan siswa mulai
dari penguasaan materi, cara menyampaikannya, menarik
perhatian siswa dan mengevaluasi hasil belajar siswa.
Hubungan Antara Kecemasan..., Dwi Wulan Permatasari, Fak. Psikologi UMP 2012
Menurut Uno (2011), mengklasifikasikan indikator motivasi
belajar sebagai berikut :
1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil
2) Adanya keinginan dan kebutuhan dalam belajar
3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan
4) Adanya penghargaan dalam belajar
5) Adanya keinginan yang menarik dalam belajar
6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga
memungkinkan seseorang peserta didik dapat belajar dengan
baik.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
indikator motivasi belajar meliputi keinginan untuk mencapai cita-
cita dimasa depan, keinginan atau kebutuhan siswa dalam belajar,
penghargaan dalam belajar, lingkungan yang kondusif untuk belajar,
terdapatnya unsur-unsur dinamis dalam belajar serta upaya guru
dalam membelajarkan siswa.
f. Pengukuran motivasi belajar
Menurut Rahman (Oktawijaya, 2008), pengukuran motivasi
maksudnya adalah yang berhubungan dengan efektifitas motivasi
dalam mempengaruhi sikap dan tingkah laku manusia. Motivasi
menjadi efektif dan tepat sasaran ketika dilakukan sesuai dengan
teori dan ditarafkan pada obyek yang tepat.
Hubungan Antara Kecemasan..., Dwi Wulan Permatasari, Fak. Psikologi UMP 2012
B. Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional (UN)
1. Pengertian kecemasan
Sullivan (Hall, dkk., 1993), kecemasan adalah penghayatan
tegangan akibat adanya ancaman-ancaman nyata atau luarnya
dibayangkan terhadap keamanan seseorang. Kecemasan yang hebat
mereduksi efisiensi individu-individu dalam memuaskan kebutuhan-
kebutuhannya, mengganggu hubungan-hubungan antarpribadi,
mengacaukan pikiran. Perbedaan intensitas kecemasan tergantung pada
keseriusan ancaman dan efektifitas dari operasi-operasi keamanan yang
dimiliki seseorang. Kecemasan berat sama seperti hantaman pada kepala,
tidak menyampaikan informasi apa-apa pada orang yang bersangkutan,
sebaliknya menimbulkan kekacauan luar biasa dan bahkan amnesia.
Santrock (2009), kecemasan adalah “sebuah perasaan tidak
menyenangkan akan ketakutan dan kekhawatiran yang tidak begitu jelas.
Hal yang normal bagi siswa untuk merasa prihatin atau khawatir ketika
mereka menghadapi tantangan-tantangan di sekolah, seperti berhasil
dalam ujian”. Menurut Freud (Alwisol, 2008), mengartikan kecemasan
adalah fungsi ego untuk memperingatkan individu tentang kemungkinan
datangnya suatu bahaya sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif yang
sesuai.
Chaplin (2009), mengartikan kecemasan yaitu perasaan
campuran berisikan ketakutan dan keprihatinan mengenai masa-masa
mendatang tanpa sebab khusus untuk ketakutan tersebut. Pada peristiwa
Hubungan Antara Kecemasan..., Dwi Wulan Permatasari, Fak. Psikologi UMP 2012
adanya perangsang bersyarat, biasanya pada peristiwa kejutan atau shock,
subyek yang bersangkutan memperlihatkan tingkah laku yang
membuktikan adanya kecemasan, termasuk antara lain terkencing-
kencing, terberak-berak, usaha kabur melarikan diri dari kenyataan, dan
lain-lain.
Cattel dan Scheier (Novliadi, 2009), menyatakan kecemasan
adalah reaksi emosi sementara yang timbul pada situasi tertentu yang
dirasakan sebagai suatu ancaman. Seperti pada saat mengikuti ujian,
terbang atau kencan. Kecemasan ini ditentukan oleh perasaan ketegangan
yang subyektif.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kecemasan
merupakan suatu manifestasi dari emosi atau suatu respon psikologi dari
stres, yang ditandai dengan adanya perasaan takut, atau kekhawatiran
serta perasaan tidak nyaman ketika seseorang merasa terancam baik
secara fisik maupun psikis.
2. Macam-macam kecemasan
Spielberger (Slameto, 2010), membedakan kecemasan atas dua
bagian, yaitu:
a. Kecemasan sebagai suatu sikap (trait anxiety), yaitu kecenderungan
pada diri seseorang untuk merasa terancam oleh sejumlah kondisi
yang sebenarnya tidak berbahaya.
b. Kecemasan sebagai suatu keadaan (state anxiety), yaitu suatu
keadaan atau kondisi emosional sementara pada diri seseorang yang
Hubungan Antara Kecemasan..., Dwi Wulan Permatasari, Fak. Psikologi UMP 2012
ditandai dengan perasaan tegang dan kekhawatiran yang dihayati
secara sadar serta bersifat subyektif, dan meningginya aktivitas
sistem saraf otonom. Sebagai suatu keadaan, kecemasan biasanya
berhubungan dengan situasi-situasi lingkungan yang khusus,
misalnya situasi tes.
Freud (Alwisol, 2008) membedakan kecemasan dalam 3 hal,
yaitu:
a. Kecamasan realistik, merupakan kecemasan terhadap adanya
tantangan atau bahaya dari dunia luar. Taraf kecemasan sesuai
dengan tingkat ancaman dan kecemasan ini akan mereda apabila
sumber-sumber yang mengancam hilang.
b. Kecemasan neuritis, merupakan rasa cemas yang timbul akibat rasa
takut terhadap tidak terkendalinya naluri-naluri yang menyebabkan
seseorang melakukan suatu tindakan yang bisa mendatangkan
hukuman bagi dirinya. Kecemasan ini didasarkan pada kecemasan
realistik.
c. Kecemasan moral, merupakan kecemasan terhadap hati nurani
sendiri. Seseorang yang hati nuraninya berkembang dengan baik
cenderung merasa berdosa bila dia melakukan sesuatu yang
berlawanan dengan moral yang dimilikinya.
Sundari (2005), membagi macam-macam kecemasan menjadi
tiga, yaitu:
Hubungan Antara Kecemasan..., Dwi Wulan Permatasari, Fak. Psikologi UMP 2012
a. Kecemasan karena merasa berdosa atau bersalah. Misalnya
seseorang melakukan sesuatu yang bertentangn dengan hati
nuraninya atau keyakinannya. Sebagai contoh, seorang pelajar
menyontek, saat pengawas ujian lewat didepannya lalu pelajar
tersebut berkeringat dingin, pucat dan lemas karena takut diketahui.
b. Kecemasan karena akibat melihat dan mengetahui bahaya yang
mengancam dirinya. Misalnya kendaraan yangg dinaiki remnya
macet (rusak), menjadi cemas kalau terjadi tabrakan beruntun.
c. Kecemasan dalam bentuk yang kurang jelas, apa yang ditakuti
kurang seimbang, bahkan yang ditakuti itu hal/ benda yang tidak
berbahaya. Rasa takut sebenarnya sesuatu perbuatan yang biasa/
wajar kalau ada sesuatu yang ditakuti dan seimbang. Bila takut yang
sangat, luar biasa dan tidak sesuai terhadap objek yang ditakuti
sebenarnya patologis yang disebut phobia. Phobia adalah rasa takut
yang berlebihan terhadap sesuatu yang tidak diketahui lagi
penyebabnya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa macam-
macam kecemasan yaitu: kecemasan terhadap adanya tantangan atau
bahaya dari dunia luar, kecemasan yang timbul akibat rasa takut terhadap
tidak terkendalinya naluri yang menyebabkan seseorang melakukan suatu
tindakan yang bisa mendatangkan hukuman bagi dirinya, serta
kecemasan terhadap hati nurani sendiri.
Hubungan Antara Kecemasan..., Dwi Wulan Permatasari, Fak. Psikologi UMP 2012
3. Ciri-ciri kecemasan
Conley (Novliadi, 2009), bahwa ciri-ciri orang yang mengalami
kecemasan adalah:
a. Gangguan mood yang ditandai dengan gejala sangat sensitive, cepat
marah, mudah sedih dan sangat mudah kehilangan pegangan
b. Kesulitan tidur, seperti insomnia dan mimpi buruk
c. Kelelahan, seperti mudah capek dan lesu
d. Kehilangan motivasi dan minat, sehingga tidak bisa melakukan
aktifitas apapun
e. Sangat sensitive terhadap suara, yaitu tidak tahan terhadap suara-
suara yang biasanya biasa-biasa saja bagi dirinya
f. Kikuk dan canggung
g. Tidak dapat membuat keputusan yang ditandai dengan gejala tidak
dapat menentukan pilihan bahkan untuk hal-hal kecil
h. Secara umum kehilangan kepercayaan diri
i. Gelisah, keragu-raguan dan ketakutan yang mengganggu
j. Mudah lupa
k. Panic attacks.
Menurut Sundari (2005), terdapat beberapa gejala-gejala
kecemasan yang bersifat fisik, yaitu: jari-jari tangan dingin, detak jantung
makin cepat, berkeringat dingin, kepala pusing, nafsu makan berkurang,
tidur tidak nyenyak, dada sesak nafas. Sedangkan gejala yang bersifat
Hubungan Antara Kecemasan..., Dwi Wulan Permatasari, Fak. Psikologi UMP 2012
psikis, yaitu: ketakutan, merasa akan ditimpa bahaya, tidak dapat
memusatkan perhatian, tidak tentram, ingin lari dari kenyataan.
Menurut Sobur (Kurniawan, 2008), kecemasan bukanlah suatu
penyakit melainkan suatu gejala. Pada umumnya kecemasan muncul
akibat reaksi normal terhadap situasi yang sangat menekan. Berikut ini
akan diuraikan dampak gejala-gejala kecemasan menurut:
1. Emosional. Kecemasan ini berpengaruh pada ketakutan yang amat
sangat dan sadar. Kecemasan ini berdampak pada gangguan
emosional. Kecemasan mengakibatkan keadaan emosional menjadi
kurang labil. Contoh: mudah tersinggung, mudah marah, takut akan
pikiran sendiri.
2. Kognitif. Ketakutan meluas dan sering berpengaruh terhadap
berpikir jernih, memecahkan masalah, dan mengatasi tuntutan
lingkungan. Dalam hal ini kecemasan mengakibatkan individu sukar
konsentrasi, daya ingat menurun, daya ingat buruk.
3. Psikologis. Seperti rasa takut (merasa tertekan) berupa pengerasan
diri untuk bertindak, baik tindakan itu dikehendaki atau tidak.
Pergerakan tersebut merupakan hasil kerja dari sistem saraf yang
mengendalikan berbagai otot dan kelenjar tubuh, pada saat pikiran
dijangkiti rasa takut. Contoh dari gejala kecemasan yang berdampak
pada psikologis adalah: tidak percaya pada diri sendiri, susah tidur,
gelisah dan mudah takut.
Hubungan Antara Kecemasan..., Dwi Wulan Permatasari, Fak. Psikologi UMP 2012
4. Fisiologis. Akibat dari kecemasan ini dapat berpengaruh pada suatu
reaksi tubuh yang berhubungan dengan keadaan fisik. Contohnya
adalah gangguan pencernaan, cepat denyut jantung, keringat
bercucuran, kepala pusing, hilang nafsu makan dan pernafasan
terganggu.
5. Keadaan sosial. Kecemasan dapat terjadi akibat dari faktor sosial,
dalam hal ini kecemasan dapat berbentuk perilaku. Jadi hubungan
sosial diperlukan sebagai usaha untuk mengurangi tingkat
kecemasan yang dialami oleh individu, contoh: kurangnya motivasi
dan dukungan dari berbagai pihak.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri
kecemasan dapat berupa keluhan terhadap fisik dan psikis individu.
Keluhan fisik dapat berupa: sakit kepala, mudah capek, sakit leher, sakit
punggung, mudah lelah, nafas pendek, sesak nafas, insomnia, kembung
dan diare. Sedangkan keluhan psikis dapat berupa: perasaan tidak
menyenangkan, kabur tidak menentu, ketegangan, tidak mampu
konsentrasi, murung, suram, hilang kepercayaan diri, tidak tenang dan
mudah lupa.
4. Tingkat kecemasan
Menurut Peplau (Kurniawan, 2008) kecemasan memiliki tiga
tingkatan. Berikut ini akan diuraikan sebagai berikut:
Hubungan Antara Kecemasan..., Dwi Wulan Permatasari, Fak. Psikologi UMP 2012
a. Kecemasan ringan. Pada tingkat ini kecemasan berhubungan dengan
ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan meyebabkan seseorang
menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya.
b. Kecemasan berat. Hal ini sangat mengurangi lahan persepsi
seseorang dan cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang
terinci dan spesifik dan berpikir tentang hal lain.
c. Kecemasan tingkat panik. Hal ini berhubungan dengan terperangah,
ketakutan teror. Tingkat kecemasan hal ini tidak sejalan dengan
kehidupan dan jika berlangsung dalam waktu yang lama dapat terjadi
kelelahan bahkan mematikan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat
kecemasan memiliki tiga tingkatan, yaitu: kecemasan ringan, kecemasan
berat, kecemasan tingkat panik.
5. Faktor-faktor penyebab kecemasan
Faktor-faktor penyebab timbulnya kecemasan Kecemasan
merupakan reaksi akibat ketidakmampuan individu menghadapi masalah
baik dari segi mental maupun fisik. Kecemasan tidak dapat diketahui
secara langsung tetapi dapat diketahui berdasarkan faktor-faktor
penyebab munculnya kecemasan.
Menurut Nevid, dkk (Sawitri, dkk., 2009), kecemasan
dipengaruhi beberapa faktor, yaitu :
a. Faktor sosial lingkungan
Hubungan Antara Kecemasan..., Dwi Wulan Permatasari, Fak. Psikologi UMP 2012
Meliputi pemaparan terhadap peristiwa yang mengancam atau
traumatis, mengamati respon takut pada orang lain, dan kurangnya
dukungan sosial.
b. Faktor biologis
Meliputi predisposisi genetis, ireguaritas dalam fungsi
neurotransmiter, dan abnormalitas dalam jalur otak yang memberi
sinyal bahaya atau yang menghambat tingkah laku repetitif.
c. Faktor behavioral
Meliputi pemasangan stimuli aversif dan stimuli yang sebelumnya
netral, kelegaan dari kecemasan karena melakukan ritual kompulsif
atau menghindari stimuli fobik, dan kurangnya kesempatan untuk
pemunahan karena penghindaran terhadap objek atau situasi yang
ditakuti.
d. Faktor kognitif dan emosional
Meliputi konflik psikologis yang tidak terselesaikan (Freudian atau
teori psikodinamika), faktor-faktor kognitif seperti prediksi
berlebihan tentang ketakutan, keyakinan-keyakinan yang self
defeating atau irasional, sensivitas berlebih terhadap ancaman,
sensivitas kecemasan, salah atribusi dari sinyal-sinyal tubuh, dan self
efficacy yang rendah.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-
faktor penyebab kecemasan yaitu: faktor sosial lingkungan, faktor
biologis, faktor behavioral, faktor kognitif dan emosional.
Hubungan Antara Kecemasan..., Dwi Wulan Permatasari, Fak. Psikologi UMP 2012
6. Ujian nasional (UN)
Menurut Standar Nasional Pendidikan tahun 2008, “ujian adalah
kegiatan yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta
didik sebagai pengakuan prestasi belajar dan/ penyelesaian dari suatu
satuan pendidikan”.
Sudjana (2005), menyatakan bahwa “ujian merupakan akibat
dari suatu proses belajar peserta didik selama menjalani pendidikannya”.
Dalam Standar Nasional Pendidikan (2008), “ujian sekolah/madrasah
adalah kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi peserta didik yang
dilakukan oleh satuan pendidikan untuk memperoleh pengakuan atas
prestasi belajar dan merupakan salah satu persyaratan kelulusan dari
satuan pendidikan”. Dalam Standar Nasional Pendidikan (2008), “ujian
nasional yang disebut UN adalah kegiatan pengukuran pencapaian
kompetensi peserta didik pada beberapa mata pelajaran ilmu pengetahuan
dan teknologi dalam rangka menilai pencapaian Standar Nasional
Pendidikan”.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ujian
nasional (UN) adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur
pencapaian kompotensi peserta didik sebagai pengakuan prestasi belajar
serta mencapai Standar Nasional Pendidikan.
a. Macam-macam ujian
Menurut Slameto (2010), berdasarkan fungsinya, ujian
dibagi menjadi lima, yaitu:
Hubungan Antara Kecemasan..., Dwi Wulan Permatasari, Fak. Psikologi UMP 2012
1) Formatif, dilaksanakan pada akhir program dalam proses belajar
mengajar untuk melihat tingkat keberhasilan proses belajar
mengajar itu sendiri. Dengan tujuan mengetahui sejauh mana
guru telah berhasil menyampaikan bahan pelajarannya kepada
peserta didik, guna memperoleh umpan balik dari upaya
pengajaran yang telah dilakukan oleh guru.
2) Sumatif, dilaksanakan pada akhir program yaitu akhir catur
wulan, akhir semester atau akhir tahun. Tujuannya adalah untuk
melihat hasil yang dicapai oleh para peserta didik
3) Penempatan, bertujuan untuk mengetahui keterampilan
prasyarat yang diperlukan bagi suatu program belajar dan
penguasaan belajar seperti yang diprogramkan sebelum memulai
kegiatan belajar untuk progran itu.
4) Diagnostik, dilakukan untuk menelusuri kelemahan-kelamahan
khusus yang dimiliki oleh peserta didik, sehingga kelemahan itu
dapat diatasi.
5) Selektif, yang digunakan untuk keperluan seleksi, misalnya
ujian saringan masuk ke lembaga pendidikan tertentu atau
pemilihan jurusan tertentu.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
berdasarkan fungsinya, ada lima macam ujian yaitu formatif,
sumatif, penempatan, diagnostik, dan selektif.
Hubungan Antara Kecemasan..., Dwi Wulan Permatasari, Fak. Psikologi UMP 2012
b. Tujuan ujian
Menurut Santrock (2009), ujian mempunyai beberapa
tujuan, yaitu :
1) Memberikan informasi mengenai kemajuan siswa
2) Mendiagnosis kekuatan dan kelemahan siswa
3) Memberikan bukti untuk penempatan siswa-siswa dalam
program spesifik
4) Memberikan informasi untuk merencanakan dan memperbaiki
pembelajaran
5) Membantu administrator mengevaluasi program
6) Memberikan kontribusi pada akuntabilitas.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan
ujian adalah untuk mengetahui kemajuan, perkembangan serta
keberhasilan dari peserta didik maupun guru dalam suatu proses
belajar mengajar.
7. Kecemasan dalam menghadapi ujian nasional (UN)
Kecemasan merupakan suatu manifestasi dari emosi atau suatu
respon psikologi dari stres, yang ditandai dengan adanya perasaan takut,
atau kekhawatiran serta perasaan tidak nyaman ketika seseorang merasa
terancam baik secara fisik maupun psikis. Salah satu yang dapat
menimbulkan ancaman, tekanan dan kekhawatiran pada peserta didik
adalah ujian, karena ujian merupakan suatu proses pemeriksaan
mengenai pengetahuan dan keahlian peserta didik sebagai akibat dari
Hubungan Antara Kecemasan..., Dwi Wulan Permatasari, Fak. Psikologi UMP 2012
suatu proses belajarnya selama manjalani pendidikan, sekaligus menjadi
tolok ukur bagi keberhasilan peserta didik dalam menempuh proses
pendidikannya selama ini.
Menurut Standar Nasional Pendidikan tahun 2008, “ujian adalah
kegiatan yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta
didik sebagai pengakuan prestasi belajar dan/ penyelesaian dari suatu
satuan pendidikan”.
Menurut Casbarro (Tresna, 2011) mengartikan kecemasan
menghadapi ujian adalah suatu kondisi psikologis dan fisiologis siswa
yang tidak menyenangkan yang ditandai pikiran, perasaan dan perilaku
motorik yang tidak terkendali yang memicu timbulnya kecemasan dalam
menghadapi ujian.
Dalam teori kognitif tentang kecemasan ujian, Wine (Tresna,
2011), menyatakan bahwa kinerja buruk dari peserta didik yang
mengalami kecemasan ujian adalah defisit dalam kemampuan belajar.
Model ini memandang kinerja rendah kecemasan ujian sebagai akibat
dari kekurangan pengetahuan dan kesadarannya bahwa mereka tidak siap
untuk ujian. Kecemasan yang muncul tersebut akan berdampak negatif
terhadap hasil ujian yang akan diperoleh oleh masing-masing peserta
didik yang mengalami intesitas kecemasan yang terlalu tinggi.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kecemasan
menghadapi ujian adalah manifestasi dari emosi atau suatu respon
psikologi dari stres, yang ditandai dengan adanya perasaan takut, atau
Hubungan Antara Kecemasan..., Dwi Wulan Permatasari, Fak. Psikologi UMP 2012
kekhawatiran serta perasaan tidak nyaman pada diri seseorang serta
merasa terancam baik secara fisik maupun psikis, disaat orang tersebut
akan menghadapi ujian,
a. Tingkat kecemasan menghadapi ujian
Menurut Sudjana (2005), menyebutkan kategori kecemasan
menghadapi ujian diklasifikasikan menjadi tiga tingkat, yaitu :
1) sangat cemas, artinya siswa tidak dapat mengendalikan
manifestasi kognitif, afektif dan perilaku motoriknya.
2) Cukup cemas, artinya siswa agak merasa cemas dalam
menghadapi ujian
3) Tidak cemas, artinya siswa dapat mengendalikan manifestasi
kognitif, afektif dan perilaku motoriknya.
b. Aspek kecemasan menghadapi ujian nasional (UN)
Tresna (2011), aspek kecemasan menghadapi ujian
dikategorikan menjadi tiga aspek, yaitu :
1) Manifestasi kognitif yang tidak terkendali, adalah munculnya
kecemasan sebagai akibat dari cara berpikir peserta didik yang
tidak terkondisikan yang seringkali memikirkan tentang
malapetaka atau kejadian buruk yang akan terjadi dalam
menghadapi ujian. Wujud manifestasi kognitif dalam kecemasan
menghadapi ujian, diantaranya sulit untuk konsentrasi, bingung
dan mental blocking. Sulit konsentrasi dalam menghadapi ujian
adalah suatu aktifitas berfikir siswa yang tidak bisa fokus
Hubungan Antara Kecemasan..., Dwi Wulan Permatasari, Fak. Psikologi UMP 2012
terhadap masalah yang akan diselesaikan dalam menghadapi
ujian. Bingung adalah perasaan yang timbul saat siswa harus
mengambil suatu keputusan yang sulit dalam menjawab soal
ujian oleh karena terdapat beberapa alternatif jawaban yang
menurutnya benar atau salah menurut pikirannya. Mental
blocking adalah hambatan secara mental atau psikologis yang
menyelubungi pikiran siswa saat ujian sehingga tidak dapat
berfikir dengan tenang.
2) Manifestasi afektif yang tidak terkendali, adalah kecemasan
muncul sebagai akibat peserta didik merasakan perasaan yang
berlebihan saat menghadapi ujian yang diwujudkan dalam
bentuk perasaan khawatir, gelisah dan takut dalam menghadapi
ujian terutama pada mata pelajaran yang dianggap sulit oleh
peserta didik.
3) Perilaku motorik yang tidak terkendali, adalah gerakan tidak
menentu seperti gemetar dan tegang pada otot yang dirasakan
oleh peserta didik ketika menghadapi ujian.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aspek
kecemasan menghadapi ujian meliputi tiga aspek, yaitu: manifestasi
kognitif yang tidak terkendali, aspek afektif yang tidak terkendali,
dan aspek perilaku motorik yang tidak terkendali.
Hubungan Antara Kecemasan..., Dwi Wulan Permatasari, Fak. Psikologi UMP 2012
C. Hubungan Antara Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional (UN) dengan
Motivasi Belajar pada Peserta Didik kelas XII Madrasah Aliyah Negeri 2
Purwokerto
Menurut Santrock (2009), menyatakan bahwa “motivasi adalah
proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku”. Artinya,
perilaku yang memiliki motivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah,
dan bertahan lama. Dalam kegiatan belajar, maka motivasi belajar dapat
dikatakan sebagai seluruh daya penggerak di dalam diri peserta didik yang
menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan
belajar dan memberikan arahan pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang
dikehendaki oleh subyek dalam belajar itu dapat tercapai.
Kecemasan merupakan suatu manifestasi dari emosi atau suatu
respon psikologi dari stres, yang ditandai dengan adanya perasaan takut, atau
kekhawatiran serta perasaan tidak nyaman ketika seseorang merasa terancam
baik secara fisik maupun psikis. Menurut Casbarro (Tresna, 2011),
mengartikan kecemasan menghadapi ujian adalah suatu kondisi psikologis
dan fisiologis peserta didik yang tidak menyenangkan yang ditandai pikiran,
perasaan dan perilaku motorik yang tidak terkendali yang memicu timbulnya
kecemasan dalam menghadapi ujian.
Menurut Elliot, dkk (Sawitri, dkk, 2010), Pada dasarnya kecemasan
dalam tingkat rendah dan sedang berpengaruh positif pada performansi
belajar peserta didik karena dapat meningkatkan motivasi belajar peserta
didik. Sebaliknya, akan memberikan pengaruh buruk jika kecemasan tersebut
Hubungan Antara Kecemasan..., Dwi Wulan Permatasari, Fak. Psikologi UMP 2012
dalam taraf tinggi. Terlampau cemas dan takut menjelang ujian, justru akan
mengganggu kejernihan pikiran dan daya ingat untuk belajar dengan efektif
sehingga hal tersebut mengganggu kejernihan mental yang amat penting
untuk dapat mengatasi ujian.
Ujian nasional (UN) adalah kegiatan pengukuran pencapaian
kompetensi peserta didik pada beberapa mata pelajaran ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam rangka menilai pencapaian Standar Nasional Pendidikan.
Ujian nasional (UN) akan menentukan nasib peserta didik kelas XII
Madrasah Aliyah Negeri 2 Purwokerto dapat menimbulkan kecemasan bagi
peserta didik, karena nilai standar nasional pendidikan yang semakin tinggi
yaitu minimal 5,50 untuk masing-masing mata pelajaran yang diujikan, maka
nilai ujian tersebutlah yang akan membawa nasib baik atau buruk peserta
didik itu sendiri, apakah peserta didik dapat lulus atau tidak. Namun dengan
adanya motivasi belajar dari peserta didik itu sendiri dan adanya motivasi dari
orang-orang sekitar, maka akan menimbulkan suatu semangat untuk belajar
demi mencapai harapan lulus ujian dengan standar nilai yang telah ditentukan
oleh pemerintah. Dengan adanya motivasi belajar tersebut, maka peserta didik
menjadi semangat serta meningkatkan perasaan optimis dapat mengendalikan
manifestasi kognitif, afektif serta perilaku motorik pada dirinya, sehingga
perasaan cemas yang ada sebelumnya akan terminimalisir.
Hubungan Antara Kecemasan..., Dwi Wulan Permatasari, Fak. Psikologi UMP 2012
D. Hipotesis
Berdasarkan landasan teori yang ada, diajukan hipotesis “Ada
hubungan antara kecemasan manghadapi ujian nasional (UN) dengan
motivasi belajar pada peserta didik kelas XII Madrasah Aliyah Negeri 2
Purwokerto tahun pelajaran 2011/2012”.
Peserta Didik kelas XII
Ujian Nasional (UN)
Sangat cemas
Tidak cemas
Motivasi Belajar Rendah
Motivasi Belajar Tinggi
Cukup cemas
Motivasi Belajar sedang
Hubungan Antara Kecemasan..., Dwi Wulan Permatasari, Fak. Psikologi UMP 2012