perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian pustaka
1. Hakekat pembelajaran
a. Pengertian belajar
Belajar pada prinsipnya adalah proses perubahan tingkah laku
sebagai akibat dari interaksi antara siswa dengan sumber-sumber atau objek
belajar baik secara sengaja dirancang atau tanpa sengaja dirancang (Suliana
dalam penelitian supardi, 2005:5).
Menurut Slameto dalam Hamdani (2011:20), belajar ialah suatu
proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah
laku yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Sedangkan dalam Sardiman (2012:21), definisi belajar
dijelaskan oleh beberapa ahli diantaranya:
1) Cronbach memberi definisi: Learning is shown by a change in
behavior as a result of experience.
2) Harold Spears memberi batasan: Learning is to observe, to read, to
imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction.
3) Geoch mengatakan: Learning is a change in performance as a result
of practice.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. Tingkah
laku yang dimaksud adalah keterampilan, kebiasaan, sikap, pengatahuan, dan
apresiasi. Sedangkan pengalaman yang dimaksud adalah interaksi individu
dengan lingkungannya.
b. Tujuan belajar
Pencapaian tujuan belajar perlu dicipatakan adanya sistem lingkungan
belajar yang kondusif. Sistem lingkungan belajar ini sendiri dipengaruhi oleh
berbagai komponen yang masing-masing akan saling mempengaruhi.
Komponen-komponen sistem lingkungan itu saling memengaruhi secara
bervarisai sehingga setiap peristiwa belajar memiliki profil yang unik dan
kompleks.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Tujuan- tujuan belajar itu secara umum dapat dikelompokkan menjadi
tiga jenis, Sardiman mengelompokannya sebagai berikut :
a) Untuk mendapatkan pengetahuan, pengetahuan yang dimaksudkan
adalah kemampuan untuk berpikir. Dengan bahan pengetahuan yang
diperoleh maka dapat mengembangkan kemampuan berpikir individu.
Tujuan inilah yang memiliki kecenderungan lebih besar perkembagannya
di dalam kegiatan belajar.
b) Penanaman konsep dan keterampilan, penanaman konsep juga
memerlukan keterampilan baik itu keterampilan yang bersifat jasmani
maupun rohani. Keterampilan itu dapat dididik dengan banyak melatih
kemampuan. Interaksi yang mengarah pada pencapaian keterampilan itu
akan menuruti kaidah-kaidah tertentu seperti halnya saat kita bermain
peran (role playing)
c) Pembentukan sikap, pembentukan sikap mental dan perilaku anak didik,
tidak akan terlepas dari soal penanaman nilai-nilai (transfer of values).
Dengan dilandasi nilai-nilai, peserta didik akan memiliki kesadaran dan
kemauan untuk mempraktikan segala sesuatu yang sudah dipelajarinya.
(2012)
c. Prinsip dalam belajar
Belajar merupakan proses mengasimilasikan dan menghubungkan
pengalaman atau bahan yang dipelajarinya. Sehubunhan dengan itu, ada
beberapa prinsip belajar hal ini sesuai dengan simpulan Paul (1997) bahwa:
a) Belajar berarti mencari makna. Makna ini diperoleh peserta didik dari
apa yang mereka lihat, dengar, rasakan dan alami.
b) Konstruksi makna yaitu proses yang terjadi secara terus-menerus.
c) Belajar merupakan kegiatan pengembangan pemikiran denganmembuat
pengertian yang baru, jadi belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan
fakta.
d) Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjekbelajar dengan dunia
fisik dan lingkungannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
e) Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui, si
subjek belajar, tujuan, motivasi yang memengaruhi proses interaksi
dengan bahan yang sedang dipelajari.(Sardiman, 2012:36)
d. Pembelajaran
Secara sederhana Abdul (2013: 4) mendefinisikan pembelajaran sebagai
“Upaya untuk membelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui berbagai
upaya (effort) dan berbagai strategi, metode dan pendekatan ke arah pencapaian
tujuan yang telah direncanakan”
Menurut Abdul (2013: 5) pada dasarnya kegiatan pembelajaran akan
bermuara pada dua kegiatan pokok yaitu “Pertama, bagaimana orang melakukan
tindakan perubahan tingkah laku melalui kegiatan belajar. Kedua, bagaimana
orang melakukan tindakan penyampaian ilmu pengetahuan melalui kegiatan
pembelajaran”.
Untuk lebih mempermudah, Abdul (2013 : 16) menjelaskan konsep dan
sudut pandang pembelajaran pada tabel berikut ini:
Tabel 2.1 Konsep dan Sudut Pandang Pembelajaran
Konsep Sudut pandang
Belajar (learning) Peserta didik/pembelajar
Mengajar (teaching) Pendidik/pengajar
Pembelajaran Interaksi antara peserta didik, pendidik,
dan atau media/sumber belajar
(Sumber: Abdul, 2013 : 6)
Dari tabel terlihat bahwa Belajar (learning) dengan sudut pandang Peserta
didik/pembelajar, Mengajar (teaching) dengan sudut pandang pendidik/pengajar
sedangkan Pembelajaran sudut pandangya interaksi antara peserta didik, pendidik
dan atau media/su
2. Pembelajaran IPA Terpadu
a. Pengertian IPA
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematis, sehingga dapat dikatakan bahwa IPA
merupakan ilmu pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Trianto,
2007).
Seorang pakar pendidikan Trianto (2007: 102) berpendapat bahwa
“Ilmu Pengetahuan Alam didefinisikan sebagai pengetahuan yang diperoleh
melalui pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan, dan deduksi
untuk menghasilkan suatu penjelasan tentang sebuah gejala yang dapat
dipercaya”.
Berdasarkan Puskur (2006:3) mendefinisikan IPA sebagai
“Pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum
(universal), dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen”
Pada hakikatnya, IPA terdiri atas empat unsur utama yaitu sebagai
berikut:
1) Pertama, sikap: rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam makhluk
hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru
yang dipecahkan melalui prosedur yang benar, IPA bersifat open ended
2) Kedua, proses: proses prosedur pemecahan masalah melalui metode
ilmiah; metode meliputi penyususnan hipotesis, perancangan eksperimen,
evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan
3) Ketiga, produk: berupa fakta, prinsisp, teori, dan hukum
4) Keempat, aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam
kehidupan sehari-hari (Puskur, 2006)
b. Karakteristik IPA
Karakteristik pembelajaran IPA Terpadu harus menunjukkan ciri
antara lain: holistik, bermakna, otentik, dan aktif agar pembelajaran IPA
dapat memberikan manfaat. Hal tersebut seperti yang diringkas dari Puskur
(2006: 9), yakni sebagai berikut:
1) Dengan menggabungkan berbagai bidang kajian akan terjadi
penghematan waktu.
2) Peserta didik dapat melihat hubungan yang bermakna antarkonsep materi
karena dibelajarkan swecara terpadu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
3) Meningkatkan taraf kecakapan berpikir peserta didik, karena peserta
didik dihadapkan pada gagasan atau pemikiran yang lebih luas dan lebih
dalam ketika menghadapi situasi pembelajaran
4) Pembelajaran terpadu menyajikan penerapan tentang dunia nyata yang
dialami dalam kehidupan sehari-hari, sehingga siswa mudah dalam
memahami konsep dan kepemilikan kompetensi IPA.
5) Dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik.
6) Menciptakan struktur kognitif yang dapat menjembatani antara
pengetahuan awal peserta didik dengan pengalaman belajar yang terkait,
sehingga pemahaman menjadi lebih terorganisir dan mendalam, dan
memudahkan memahami hubungan materi IPA dari satu konteks ke
kontekas lainnya.
Terjadi peningkatan kerja sama anatar guru bidang kajian terkait, guru
dengan siswa, siswa dengan siswa, siswa/guru dengan nara sumber; sehingga
belajar lebih menyenangkan dalam situasi nyata, dan konteks yang lebih
bermakna.
c. Tujuan Pembelajaran IPA Terpadu
Tujuan pembelajaran IPA Terpadu sebagai suatu kerangka model
dalam proses pembelajaran, tidak jauh berbeda dengan tujuan pokok
pembelajaran terpadu itu sendiri seperti yang dijelaskan oleh Trianto yang
meliputi (1) meningkatkan efesiensi dan efektivitas pemebelajaran; (2)
meningkatkan minat dan motivasi; dan (3) beberapa kompetensi dasar dapat
dicapai sekaligus (2007).
d. Konsep Pembelajaran IPA Terpadu
Menurut Fogarty (1991) ada tiga model yang sesuai untuk
dikembangkan dalam IPA Terpadu di tingkat pendidikan di Indonesia yakni
model connected, webbed dan integrated (Puskur, 2006: 8). Perbandingan
dari ketiga model tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut:
a. Webbed
Ciri-ciri model webbed adalah dimulai dengan menetukan tema yang
kemudian dikembangkan subtemanya dengan memperhatikan kaitannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
dengan disiplin ilmu atau bidang studi lain. Model ini memiliki kelebihan
jika tema familiar maka membuat motivasi belajar meningkat dan
memberikan pengalaman berpikir serta kerja interdisipliner. Namun, masih
banyak guru yang kesulitan menentukan tema. Hal itu menjadi salah satu
kelemahan model webbed. Gambar 2.1 di bawah ini menunjukkan model
webbed.
Gambar 2.1 Model Webbed
(Sumber : Puskur, 2006: 9)
b. Integrated
Model integrated mempunyai ciri-ciri dimulai dengan identifikasi
konsep, keterampilan, sikap yang overlap pada beberapa disiplin ilmu atau
beberapa bidang studi. Tema berfungsi sebagai konteks pembelajaran.
Kelebihan model ini adalah hubungan antarbidang studi jelas terlihat
melalui kegiatan belajar. Adapun keterbatasan model ini fokus terhadap
kegiatan belajar, kadang mengabaikan target penguasaan konsep dan
menuntut wawasan luas dari guru. Model integrated bisa diperlihatkan
pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2 Model Integrated
(Sumber : Puskur, 2006: 9)
c. Connected
Model connected memiliki karakteristik menghubungkan satu konsep
dengan konsep lain, topik satu dengan yang lain, satu keterampilan dengan
keterampilan yang lain, ide yang satu dengan yang lain tetapi masih dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
lingkup satu bidang studi. Kelebihan model ini peserta didik akan lebih
mudah menemukan keterkaitan karena masih dalam satu lingkup studi.
Sedangkan keterbatasannya adalah kurang menampakkan keterkaitan
interdisiplin. Model connected diilustrasikan Gambar 2.2.
Gambar 2.3 Model Connected
(Sumber : Puskur, 2006: 8)
Puskur telah memberikan panduan alur penyusunan perencanaan
pembelajaran IPA Terpadu yang digambarkan pada Gambar 2.4 berikut ini:
Gambar 2.4 Alur Penyusunan Perencanaan Pembelajaran IPA Terpadu
(Sumber : Puskur, 2006: 14)
Ada beberapa ketentuan dalam pemetaan Kompetensi Dasar dalam
pengembangan model pembelajaran IPA terpadu yaitu :
Menetapkan bidang
kajian yang akan
dipadukan
Mempelajari Standar
Komptensi dan Kompetensi
dasar bidang kajian
Menetapkan
tema atau topik
pemersatu
Menetapkan KD dan
tema pemersatu
Membuat matrik atau
bagan hubungan
kompetensi dasar dam
tema atau topik
pemersatu
Merumuskan indikator
pembelajaran terpadu
Menyusun silabus
pembelajaran terpadu
Menyusun rencana
pelaksanaan
pembelajaran terpadu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
1) Mengidentifikasi beberapa kompetensi dasar dalam berbagai standar
kompetensi yang memiliki potensi untuk dipadukan.
2) Beberapa kompetensi dasar yang tidak berpotensi dipadukan, jangan
dipaksakan untuk dipadukan dalam pembelajaran. Kompetensi dasar yang
tidak diientegrasikan disajikan secara tersendiri.
3) Kompetensi dasar yang dipetakan tidak harus berasal dari semua standar
kompetensi yang ada pada mata pelajaran IPA pada kelas yang sama,
melainkan memungkinkan hanya dua atau tiga Komptensi Dasar saja.
4) Kompetensi dasar yang sudah dipetakan dalam satu topik atau tema masih
bisa dipetakan dengan topik atau tema yang lain juga (Puskur, 2006: 15).
Tema yang dipilh dalam pembelajaran IPA Terpadu harus relevan
dengan KD yang telah dipetakan. dan dapat dirumuskan dengan melihat isu-isu
terkini seperti Tema Hujan asam. Dengan Mengaitkan beberapa Standar
Kompetensi, yaitu : SK 2. Memahami Klasifikasi zat, SK 4. Memahami
berbagai sifat dalam perubahan fisika dan kimia, dan SK 7. Memahami saling
ketergantungan dalam ekosistem. Prinsip penggalian tema dalam IPA Terpadu
hendaknya memperhatikan beberapa persyaratan. Syarat-syarat tema yang
disarikan dari Trianto (2007: 9) tersebut yaitu tema seharusnya:
a. Tema tidak terlalu luas namun dengan mudah dapat digunakan untuk
memadukan banyak mata pelajaran;
b. Bermakna, maksudnya ialah tema yang dipilih untuk dikaji harus
memberikan bekal bagi siswa untuk belajar selanjutnya;
c. Disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis anak;
d. Mewadahi sebagian besar minat anak;
e. Mempertimbangkan peristiwa-peristiwa otentik yang terjadi di dalam
rentang waktu belajar;
f. Mempertimbangkan kurikulum yang berlaku serta harapan masyarakat (asas
relevansi);
g. Mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
e. Pembelajaran IPA Terpadu
SETS merupakan singkatan dari Science, Environment,
Technology, and Society. Dalam bahasa Indonesia, SETS disebut pula
SALINGTEMAS. Pembelajaran berbasis SETS ini merupakan perpaduan
dari strategi pembelajaran STS (Science, Technology, and Society) dan EE
(Enviromental and Education).
Collete dan Chiappetta (1994: 189) menyatakan bahwa “pendekatan
SALINGTEMAS menunjukkan kepada siswa hubungan antara IPA dan
teknologi”. Dalam pembelajaran SALINGTEMAS, siswa diharapkan mampu
untuk menerapkan prinsip-prinsip IPA dan menghasilkan karya teknologi
diikuti dengan pemikiran untuk dapat mengurangi bahkan menghilangkan
dampak negatif yang muncul dari teknologi terhadap masyarakat dan
lingkungan.
Binadja menambahkan pendekatan SETS merupakan pembelajaran
terpadu yang diharapkan mampu membelajarkan peserta didik untuk
memiliki kemampuan memandang sesuatu secara terintegrasi dengan
memperhatikan empat unsur yaitu sains, lingkungan, teknologi, dan
masyarakat (Minarti, 2012: 106).
Ciri-ciri khusus program SALINGTEMAS menurut Sumaji (1998: 33-
34), sebagai berikut:
1) Difokuskan pada masalah dan isu sosial di masyarakat karena IPA tidak
dapat dipisahkan dari masyarakat.
2) Dilaksanakan menurut strategi pembuat keputusan baik untuk mencapai
keputusan tentang kehidupan sehari-hari maupun tentang masa depan
masyarakat.
3) Tanggap terhadap kesadaran akan karier masa depan. Kita hidup dalam
masyarakat yang bergantung pada IPTEK, maka karier yang
berhubungan dengan IPA dan teknologi perlu dipersiapkan.
4) Sejalan dengan masyarakat dan lingkungan setempat. IPA harus sejalan
dengan setiap lingkungan yang makin berbeda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
5) Penerapan IPA dalam teknologi dapat membawa pada pertimbangan IPA
sebagai pengetahuan murni.
6) Difokuskan pada kerja sama untuk menghadapi masalah nyata yang
ditujukan pada pemecahan masalah.
7) Penekanan pada dimensi IPA yang lebih beraneka ragam. Bagi
kebanyakan siswa, dimensi historis, filosofis dan sisiologis mungkin
akan lebih berarti daripada hanya isi (materi) saja.
8) Evaluasi ditujukan pada kemampuan untuk memperoleh dan
mempergunakan informasi. Evaluasi hendaknya merupakan suatu bagian
dari rangkaian kesatuan ilmiah dan karenanya merupakan dasar untuk
penelitian IPA
Pendekatan berbasis SETS mampu membawa siswa lebih dekat
dengan kehidupan sehari-harinya sehingga diharapkan siswa mampu
menyelesaikan masalah-masalah yang mungkin akan muncul disekitarnya.
3. Model Pembelajaran Blended Learning
a. Pengertian Model Pembelajaran
Banyak ahli mengutarakan pendapatnya tentang model pembelajran,
salah satunya Trianto (2007 : 1) model pembelajaran adalah “ Suatu
perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial”.
Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang
digunakan, tujuan pembelajaran, tahap dalam kegiatan pembelajaran,
lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas yang sesuai dengan simpulan
Joyce (1992) bahwa “Each model guides us asa use design instruction to help
students achieve various objectives” (Trianto, 2007: 1)
Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimilki
oleh strategi, metode atau prosedur seperti yang disimpulkan oleh Kardi dan
Nur (2000) sebagai berikut:
1) Rasional teoritis dan logis yang disusun oleh penciptanya
2) Landasan pemikiran tentang tujuan pembelajaran yang akan dicapai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
3) Langkah pembelajaran yang diperlukan agar model tersebut dapat
dilaksanakan secara berhasil
4) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran tercapai
(Trianto, 2009: 23)
b. E-learning
Pembelajaran berbasis web merupakan suatu kegiatan pembelajaran
yang memanfaatkan media situs (website) yang bisa diakses melalui jaringan
internet. Pembelajaran brbasis web atau dikenal dengan “web based learning”
merupakan salah satu jenis penerapan dari pembelajaran elektronik (e-
learning).
Berdasarkan pernyataan Molenda (2005) menyatakan bahwa e-
learning atau online learning merupakan pembelajaran yang disajikan secara
elektronik dengan menggunakan media berbasis komputer dengan materi
pembelajaran yang dapat diakses melalui suatu jaringan, dengan sumber-
sumber seperti website, internet, CD-ROM, DVD (Anitah, 2009 :237)
Himpunan masyarakat Amerika untuk kegiatan pelatihan dan
pengembangan (The American Society for training and Development/ ASTD)
(2009) mengemukakan definisi e-learning sebagai berikut:
E-learning is a broad set of application and processes which include
web-based learning, computer-based learning, virtual and digital classrooms.
Much of this is delivered via the internet, intranets, audio and videotape,
satelite broadcast, interactive TV, and CD-ROM. The definition of e-learning
varies depending on the organization and how it is used but basically it is
involves electronic means communication, education, and training.(Rusman,
2012: 291)
Definisi di atas menyiratkan simpulan bahwa e-learning pada
dasarnya adalah pengaplikasian kegiatan komunikasi, pendidikan dan
pelatihan secara elektronik.
E-learning tidaklah sama dengan pembelajaran konvensional. E-
learning memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:
1) Interacivity (Interaktivitas) yang berarti tersedianya jalur komunikasi
yang lebih banyak, baik secara langsung maupun tidak langsung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
2) Independency (Kemandirian) yang berarti fleksibel dalam aspek
penyediaan waktu, tempat maupun bahan ajar. Sehingga dapat dikatakan
pembelajarannya lebih berpusat kepada siswa (student-centered learning)
3) Accessibility (Aksesibilitas) yang berarti sumber-sumber belajar akan
menjadi lebih mudah dia akses melalui jaringan di internet
4) Enrichment (Pengayaan) yang berarti kegiatan pembelajaran, dan materi
pelatihan sebagai pengayaan (Rusman, 2012)
E-learning juga dapat diaplikasikan dalam pendidikan konvensional
dan pendidikan jarak jauh. Web-based learning merupakan salah satu bentuk
e-learning yang materi (content) maupun cara penyampaiannya (delivery
method) melaui internet (web).
Model pembelajaran pada umumnya selau memililiki kekurangan dan
kelebihan. Begitu pula dengan pembelajaran berbasis web atau e-learning.
Adapun kelebihan pembelajaran e-learning adalah sebagai berikut:
1) Memungkinkan digunakan siapapun dan kapanpun
2) Pebelajar dapat belajar sesuai dengan karakteristik diri mereka secara
individual
3) Kemampuan untuk membuat tautan (link), sehingga dapat mengakses
informasi dari berbagai sumber
4) Sangat potensial bagi pebelajar yang tidak memiliki waktu yang cukup
untuk belajar
5) Mendorong pebelajar untuk lebih aktif dan mandiri
6) Menyediakan sumber belajar tambahan
7) Menyediakan mesin pencari untuk digunakan dalam mencari informasi
yang dibutuhkan
8) Isi materi pelajaran dapat di update dengan mudah (Rusman, 2012)
Berikut ini adalah kekurangan pembelajaran e-learning
1) Keberhasilan pembelajaran bergantung pada kemandirian dan motivasi
pebelajar
2) Akses untuk menggunakan web seringkali menjadi kendala bagi
pembelajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
3) Pebelajar dapat merasa bosan dan jenuh jika tidak dapat mengakses
informasi
4) Dibutuhkan panduan bagi pebelajar untuk mendapatkan informasi
karena terdapat informasi yang sangat beragam di web
Pebelajar terkadang merasa terisolasi jika terdapat keterbatasan fasilitas
komunikasi (Rusman, 2012)
Oleh karena beberapa kelemahan dari masing-masing pembelajaran
classroom learning dan e-learning dibutuhkan suatu alternatif model
pembelajaran yang mampu menjembatani antara pembelajaran tatap muka dan
pembelajaran online. Alokasi waktu yang dibutuhkan oleh guru supaya
pembelajaran dapat berjalan lebih optimal dapat digantikan melalui
pembelajaran online yang tidak dibatasi oleh waktu untuk siswa dan guru
dalam mengakses materi sehingga siswa dapat memahami dan mempelajari
konten pembelajaran yang diberikan kembali di rumah kapanpun dan
dimanapu. Namun demikian, eksistensi guru dalam memberikan panduan bagi
pebelajar tentang beragam informasi yang ada di web sangat diperlukan.
Selain itu eksistensi guru dalam menanamkan nilai-nilai karakter dan moral
pada siswa tidak dapat digantikan oleh pembelajaran online. Oleh karenanya
blended learning hadir sebagai solusi dalam permasalahan pelaksanaan
pembelajaran yang ada.
c. E-Learning dengan Program Moodle
Perkembangan teknologi dan komunikasi yang semakin pesat
memberikan berbagai perubahan dalam pembelajaran, salah satu contoh
adalah pemanfaatan internet dalam kegiatan pembelajar an on-line atau yang
lebih dikenal dengan sebutan e-learning. Saat ini banyak sistem e-learning
yang diimplementasikan dalam institusi pendidikan dengan menggunakan
Learning Management system (LMS).
LMS adalah perngkat lunak yang digunakan untuk menyampaikan
materi pembelajaran dan multimedia secara on-line berbasis web, mengelola
kegiatan pembelajaran serta hasil-hasilnya, menfasilitasi interaksi dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
komunikasi antara guru dan siswa (Surjono, 2010: 3-4). Secara garis besar
LMS berisi materi-materi dalam kompetensi pedagogik dan profesional yang
dibuat dengan kemasan multimedia (Teks, animasi, video, sound dan lain
sebagainya) dan berbagai aktivitas, seperti administrasi, penilaian ( tugas,
ujian atau kuis) dan komunikasi/ interaksi guru dengan siswa ( chatting atau
email).
Saat ini ada banyak sekali aplikasi LMS yang mendukung
implementasi e-learning dalam pembelajaran, antara lain LMS Atutor,
eleapTM
LEARNING MANAGEMENT SYSTEM, LMS moodle, dan lain
sebagainya. Dari beberapa jenis aplikasi LMS tersebut yang paling terkenal
dan banyak digunakan adalah LMS Moodle. Moodle adalah program yang
diproduksi untuk kegiatan belajar berbasis internet dan website serta bersifat
open source. Moodle dikembangkan pertama kali oleh Martin Dougiamas
pada agustus 2002 dengan moodle versi 1.0 yang mempertahankan moodle
sebagai aplikasi elearning yang disediakan gratis ( Munir, 2012:180)
Istilah moodle adalah singkatan dari Modular Object Oriented
Dynamic Learning Environment yang berarti tempat belajar dinamis dan
menggunakan model berorientasi object atau merupaka paket lingkungan
pendidikan berbasis web yang dinamis dan dikembangkan dengan konsep
berorientasi objek ( Munir, 2012:180). Moode merupakan sebuah nama untuk
satu program aplikasi e-leraning yang memungkinkan siswa untuk masuk
kedalam ruang kelas digital untuk mengakses materi-materi pembelajaran.
Dengan menggunakan Moodle, guru dapat membuat bahan ajar, kuis, ujian
dan lain sebagainya.
Beberapa aktivitas dan fasilitas pembelajaran yang didukung oleh
moodle, Amiroh(2012:2) antara lain sebagai berikut:
1. Assigment
Fasilitas yang dapat digunakan untuk memberikan tugas kepada siswa
secara on-line. Siswa dapat mengakses materi tugas, mengumpulkan tugas
dan mengirim file tugas ke dalam e-learning
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
2. Chat
Fasilitas yang memungkinkan siswa dan guru untuk saling berdialog
secara on-line(percakapan on-line)
3. Forum
fasilitas yang memungkinkan guru dan siswa dapat berdiskusi tentang
suatu topik melalui forum diskusi secara on-line
4. Quiz
Fasilitas yang memungkinkan dilakukan ujian dan tes secara on-line
5. Survey
Merupakan fasilitas yang digunakan untuk jejak pendapat
Moodle menawarkan berbagai kelebihan yang dapat mempermudah
proses pembelajaran dengan e-learning. Misalnya, pengaturan dan
pengelolaan hak akses user (siswa dan guru), membuat dan mengelola course
(mata pelajaran), mengatur dan mengelola bahan ajar (resource), mengatur
dan mengelola aktivitas (activity), mengatur dan mengelola nilai (grades), dan
menampilkan nilai (score). Kelebihan program moodle sebagai basis
penyelenggara e-leraning menurut Munir (2012:180), antara lain:
1) Penggunaanya tepat untuk kelas online
2) Hasil belajar relatif sama baiknya dengan belajar secara langsung tatap
muka dengan pengajar
3) Pengajar mempunyai hak istimewa yaitu dapat mengubah (memodifikasi)
materi pembelajaran.
4) Teknologi yang diguanakan bersifat sederhana, shingga mudah, relatif
murah dan efisien.
5) Programnya mudah diinstal
6) Programnya cukup satu database yang diperlukan
7) Pembelajaran dilengkapi dengan tampilan penjelas. Selain itu
pembelajaran dapt dipipilah menjadi bebrapa kategori dan dapat
mendukung banyak pelajaran.
8) Keamanan yang terjamin dengan baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
9) Disediakan paket untuk berbagai bahasa, sehingga memudahkan setiap
pengguna untuk memilih bahasa yang digunakan termasuk bahasa
indonesia.
Moodle menyediakan kemudahan untuk mengganti model tampilan
(themes) situs e-learning dengan mengguankan templete. Beberapa model
themes yang menarik telah disediakan moodle, meski demikian tidak
menutup kemungkinan bagi pengguna untuk membuat bentuk tampilan.
Selain itu moodle juga mendukuang pendistribusian paket pembelajaran
dalam format SCROM (Shareable Conten Object Reference Model).
SCROM adalah standar-standar pendistribusian paket pembelajaran
elektronik dalam berbagai format baik dalam bentuk teks, audio, animasi, dan
video (Amiroh, 2012 : 2)
d. Blended Learning
Untuk dapat menerapkan pembelajaran e-learning murni bukanlah
suatu hal yang mudah. Kemajuan teknologi untuk saat ini selain membawa
dampak positif juga dilain sisi menimbulkan dakmpak negatif. Oleh karena itu
diperlukan suatu bentuk pengawasan dan bimbingan dari orang tua maupun
guru untuk menunjukkan kegunaan yang positif bagi pembelajaran. Jika
melihat kadaan di lapangan belum memungkin rasanya jika akan menerapkan
pendekatan online secara penuh di sekolah untuk saat ini (Anitah, 2009)
Kendala yang timbul untuk menerapkan pendekatan online secara
penuh di sekolah ini membuat kita untuk mencari suatu solusi. Di era global
seperti ini anak didik tidak seharunya juga ketinggalan teknologi. Oleh karena
itu, perlu diterapkan strategi alternatif, yaitu memadukan antara e-learning
dan classroom learning yang disebut blended learning (Anitah, 2009)
Rusman (2012: 303) menyatakan pendapatnya tentang blended
learning sebagai berikut:
Blended learning merupakan sebuah kombinasi dari berbagai
pendekata di dalam pembelajaran. Sehingga dapat dinyatakan bahwa blended
learning adalah metode belajar yang menggabungkan dua atau lebih metode
pendekatan dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan dariproses
pembelajaran tersebut. Salah satu contohnya adalah kombinasi penggunaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
pembelajaran berbasis web dan penggunaan metode tatap muka dialkukan
secara bersamaan di dalam pembelajaran.
Model blended learning memberikan kesempatan bagi pebelajar untuk
bertatap muka. Penerapan blended learning diterapkan untuk meningkatkan
kompetensi pencapaian psikomotorik tertentu. Model ini juga memberi
keterkaitan antara pebelajar dengan apa yang dipelajarinya. (Rusman, 2012).
Menurut Rosenberg (2000), untuk menerapkan blended learning, ada
pertanyaan-pertanyaan yang perlu dipertimbangkan sebagai berikut:
1) Dimana e-learning tidak tepat?
2) Bagaimana seharusnya e-learning digunakan untuk mendukung classroom
learning?
3) Bagaimana seharunya komponen e-learning dan classroom learning
diurutkan?
4) Berapa banyak waktu yang seharusnya disediakan diantara tiap
komponen?
5) Bagaimana pengalaman dalam pekerjaan dipadukan ke dalam
pembelajaran?
6) Akan efektifkah belajar secara penuh diterapkan? (Anitah, 2009 :257)
Seorang pakar pendidikan secara rinci mengelompokkan model proses
pembelajaran antara e-learning dengan classroom learning menjadi empat
alternatif pembelajaran berikut ini:
1) Model kelas murni. Disini semua kegiatan pebelajar
diasampaiakan di dalam kelas. Tetapi ada tugas-tugas yang
diberikan kepada pebelajar untuk mengakses internet/web.
2) Pebelajar belajar melalui online learning - pertemuan kelas –
online learning lagi – pertemuan kelas untuk keterampilan-
keterampilan lanjut – pertemuan kelas (apilkasi praktis)
3) Kegiatan kelas – online learning – mentoring (keterampilan
lanjutan) – aplikasi praktis di lapangan
4) Pertemuan kelas – pertemuan kelas – apilkasi praktis – e
mentoring – pengalaman lapangan (Anitah, 2009: 261)
Berdasarkan pernyataan Prawiradilaga (2007) menyebutkan bahwa
sosok pengajar walaupun tidak dominan seperti dalam paradigma mengajar,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
tetap diperlukan untuk pembinaan perilaku atau sikap yang berorientasi pada
norma masyrakat (Rusman, 2012 : 304)
Model blended learning memiliki kelebihan dibandingkan model
pembelajaran yang lain. Kelebihan tersebut diantaranya:
1) Dapat digunakan untuk menyampaikan pembelajaran kapan saja dan
dimana saja.
2) Pembelajaran terjadi secara mandiri dan konvensional, yang keduanya
memiliki kelebihan yang dapat saling melengkapi.
3) Pembelajaran lebih efektif dan efisien. (Abraham, 2007)
4) Meningkatkan aksesbilitas. Dengan adanya blended learning maka peserta
didik semakin mudah dalam mengakses materi pembelajaran.
5) Pembelajaran menjadi lebih luwes dan tidak kaku.
6) Skill dan potensi yang dimiliki peserta didik dapat dieksplor oleh guru
(Lau, 2010)
Namun demikian, pada pelakasanaannya model blended learning
memiliki beberapa kekurangan, diantaranya:
1) Media yang dibutuhkan sangat beragam, sehingga sulit diterapkan apabila
sarana dan prasarana tidak mendukung.
2) Tidak meratanya fasilitas yang dimiliki peserta didik, seperti komputer dan
akses internet. Padahal dalam blended learning diperlukan akses internet
yang memadai, apabila jaringan kurang memadai akan menyulitkan
peserta dalam mengikuti pembelajaran mandiri via online.
3) Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap penggunaan teknologi
4) Tidak meratanya fasilitas yang dimiliki pelajar, seperti komputer dan akses
internet.
5) Membutuhkan strategi pembelajaran yang tepat untuk dapat
memaksimalkan potensi dari blended learning (Lau, 2010)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
4. Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
a. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
Banyak cara yang dapat dilakukan guru untuk mengatasi atau
memecahkan permasalahan pembelajaran di kelas. Salah satu cara yang
dipandang paling efektif adalah guru melakukan penelitian tindakan kelas
(PTK) atau yang dikenal dengan istilah Classroom Action Research (CAR).
Dikatakan demikian karena selama melaksanakan PTK guru tidak
meninggalkan tugas utamanya dan bahkan dengan PTK itulah kegiatan
pembelajaran yang dilakukan guru akan makin berhasil guna. (Sarwiji, 2009)
Suharsimi Arikunto (2008) menjelaskan frasa penelitian tindakan
kelas dari unsur kata pembentukannya terdiri dari penelitian, tindakan, dan
kelas. Sehingga ada tiga pengertian yang dapat diterangkan yaitu:
1) Penelitian, menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek
dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk
memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan
mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
2) Tindakan, mengacu pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan
dengan tujuan tertentu
3) Kelas, mengacu pada sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama,
menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula
Seorang ahli bernama Sarwiji (2009: 10) menyatakan pendapatnya
bahwa “Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang bersifat
reflektif. Kegiatan penelitian berangkat dari permasalahan riil yang dihadapi
oleh guru dalam proses pembelajaran kemudian ditindak lanjuti dengan
tindakan-tindakan yang terencana dan terukur”.
b. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas
Imam dkk (2004) berpendapat bahwa PTK dapat menjembatani
kesenjangan antara teori dan praktik pendidikan. Anda dapat membuktikan
apakah suatu teori pembelajar dapat dieterapkan dengan baik atau tidak di
kelas. Anda dapat mengadopsi teori itu untuk diterapkan di kelas agar
pembelajaran efektif, efisien, fungsional, dan optimal (Sarwiji, 2009 : 14)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Bedasarkan pernyataan sarwiji (2009:14), (mengutip simpulan
Hopkins 1993), PTK memiliki karakteristik sebagai berikut:
1) Perbaikan proses pembelajaran dari dalam (an inquiry on practise from
within)
2) Usaha kolaboratif antara guru dan dosen (a collaborative effort between
scholl teachers and teachers educators)
3) Bersifat fleksibel (a reflective practice made public)
Sementara itu, menurut Rochman Natawidjaya (1997) karakteristik
penelitian tindakan kelas sebagai berikut:
1) Merupakan prosedur penelitian di tempat kejadian yang dirancang untuk
menanggulangi masalah nyata di tempat yang bersangkutan
2) Diterapkan secara kontekstual, artinya variabel-variabel atau faktor-
faktor yang ditelaah selalu terkait dengan keadaan dan suasana penelitian
3) Terarah pada perbaikan atau peningkatan mutu kinerja guru di kelas
4) Bersifat fleksibel (disesuaikan dengan keadaan)
5) Banyak mengandalkan data yang diperoleh langsung dari pengamatan
atas perilaku serta refleksi peneliti
6) Menyerupai “penelitian eksperimental”, namun tidak secara ketat
mempedulikan pengendalian variabel
7) Bersifat situasional dan spesifik, umumnya dilakukan dalam bentuk studi
kasus (Sarwiji, 2009 :14)
c. Prinsip Penelitian Tindakan Kelas
Kasihani (2001) prinsip penelitian tindakan kelas adalah sebagai
berikut:
1) PTK tidak boleh mengganggu tugas guru dalam pembelajaran
2) Pelaksanaan PTK, tidak boleh menyita waktu yang banyak dalam proses
pengumpulan data
3) Metode yang dipakai harus tepat dan terpercaya
4) Masalah penelitian yang akan ditangani harus faktual dan layak untuk
diangkat dalam penelitian
5) PTK tidak boleh menyimpang dari prosedur etika di lingkungan kerjanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
6) PTK berorientasi pada perbaikan pendidikan dengan melakukan
perubahan yang diaplikasikan dalam “tindakan”
7) PTK merupakan suatu proses blajar yang sistematis
8) PTK menuntut guru untuk membuat jurnal pribadi dalam mencatat semua
kemajuan, persoalan yang dihadapi, dan hasil refleksi tentang proses
belajar siswa serta pelaksanaan penelitian
9) PTK sebaiknya dimulai dengan hal-hal yang sederhana lebih dahulu,
namun nyata
10) Dalam PTK guru perlu melihat dan menilai diri sendiri secara kritis
terhadap apa yang dikerjakan di kelasnya (Sarwiji, 2009 :17)
Prinsip penelitian tindakan kelas juga disampaikan oleh Suharsimi dkk
sebagai berikut:
1) Kegiatan nyata dalam situasi rutin
Penelitian tindakan dilakukan oleh peneliti tanpa mengubah situasi rutin.
2) Kesadaran diri untuk memperbaiki kinerja
Penelitian tindakan didasrkan atau sebuah filosofi bahwa setiap manusia
tidak suka hal-hal yang statis atau selalu menginginkan sesuatu yang
lebih baik.
3) SWOT sebagai dasar berpijak
Penelitian dilakukan dengan analisis SWOT, yang terdiri atas unsur-
unsur S-Strength (kekuatan), W-Weaknesses (kelemahan), O-Oportunity
(kesempatan), dan T-treat (ancaman). Keempat hal tersebut dilihat dari
sudut guru yan melaksanakan maupun siswa yang dikenai tindakan.
4) Upaya empiris dan sistematis
Prinsip keempat ini merupakan penerapan dari prinsip ketiga. Dengan
telah dilakukan analisis SWOT, tentu saja apabila guru melakukan
penelitian tindakan, berarti sudah mengikuti prinsip empiris dan
sistematis.
5) Prinsip SMART sebagai dasar berpijak
SMART berasal dari bahasa Inggris yang berarti cerdas.Adapun makna
dari masing-masing huruf adalah S-Specific, khusus, tidak terlalu umum ;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
M-managable, dapat dikelola, dilaksanakan; A-Acceptable, dapat
diterima lingkungan ; R-realistic, operasional, tidak di luar jangkauan ;
T-Time-bound, diikat oleh waktu, terencana (2008)
d. Model Penelitian Tindakan kelas
Banyak ahli mengemukakan model penelitian tindakan denan bagan
yang berbeda, akan tetapi secara garis besar terdapat empat tahapan yang
lazim dilalui, yaitu 1) perencanaan, 2) pelaksanaan, 3) pengamatan, dan 4)
refleksi. (Arikunto dkk, 2008).
Menurut Arikunto dkk (2008) model penjelasan untuk masing-masing
tahap dapat dijelaskan seperti pada gambar 2.5 berikut ini:
Gambar 2.5 Tahapan-Tahapan Model penelitian Tindakan
(Sumber : Arikunto, 2008: 16)
Tahap-tahap model penelitian tindakan dapat dijelaskan sebagai berikut ini
1) Tahap 1: menyusun rancangan tindakan (planning)
Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di
mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Penelitian
tindakan yang ideal sebetulnya dilakukan secara berpasangan antara pihak
yang melakukan tindakan dan pihak yang mengamati proses jalannya
tindakan.
2) Tahap 2: pelaksanaan tindakan (acting)
Perencanaan
Siklus 1
Pengamatan
Perencanaan
Siklus 11
Pengamatan
Pelaksanaan
Pelaksanaan
?
Refleksi
Refleksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Tahap ke-2 dari penelitian tindakan adalah pelaksanan yang merupakan
implentasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di
kelas. Hal yang perlu diterapkan adalah guru harus ingat dan berusaha
menaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus pula
berlaku wajar, tidak dibuat-buat.
3) Tahap 3: pengamatan (observing)
Tahap ke-3, yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat.
Pengamatan ini harus dilaksanakan bersamaan dengan waktu tindakan
yang dilakukan.
4) Tahap 4: refleksi (reflecting)
Tahap ke-4 merupakan egiatan untuk mengemukakan kembali apa yang
sudah dilakukan. Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika guru
pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan
dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan
(Suharsimi dkk, 2008).
e. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tindakan Kelas
Melalui penelitian tindakan kelas guru senantiasa memperbaiki
praktik pembelajaran di kelas berdasarkan pengalaman-pengalaman langsung
yang nyata dipandu dengan perluasan wawasan ilmu pengetahuan dan
penguasaan teoritik praksis pembelajaran. (Sarwiji, 2009)
Sekurang-kurangnya ada empat manfaat penting dalam pelaksanaan
PTK seperti yang dinyatakan oleh Sarwiji (2009 : 16) berikut ini:
1) Guru dapat melakukan inovasi, 2) Guru dapat meningkatkan
kemampuan refleksinya dan mampu memecahkan permasalahan
pembelajaran yang muncul, 3) Melalui PTK guru akan terlatih untuk
mengembangkan secara kreatif kurikulum di kelas atau sekolah , 4)
kemampuan reflektif guru serta keterlibatan guru yang dalam
terhadap upaya inovasi dan pengembangan kurikulum pada akhirnya
akan bermuara pada tercapainya peningkatan kemampuan
profesinalisme guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
5. Kemampuan Kognitif
a. Pengertian Kemampuan Kognitif
Seorang ahli bernama Nana (2009 ) mengungkapkan bahwa hasil
belajar adalah perubahan tingkah laku yang diperlihatkan siswa setelah
menempuh proses pembelajaran. Secara garis besar Bloom
mengklasifikasikan hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu: (1) ranah kognitif,
(2) ranah afektif, (3) ranah psikomotor (Nana,2009: 22)
Perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembangan peserta
didik yang berkaitan dengan pengertian (pengetahuan), yaitu semua proses
psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan
memikirkan lingkungannya (Desmita, 2009: 34).
Klasifikasi kemampuan kognitif menurut revisi taksonomi Bloom
dalam Retno (2011) adalah sebagai berikut:
a. Mengingat
Kemampuan kognitif ini mencakup kemampuan menyebutkan kembali
informasi/pengetahuan yang tersimpan dalam ingatan. Hal ini dapat
meliputi fakta, kaidah, dan prinsip yang diketahui. Kata kunci untuk
kategori ini adalah mendefinisikan, menyusun daftar, menjelaskan,
mengingat, mengenali, menemukan kembali, menyatakan, mengulang,
mengurutkan, menamai, menempatkan, dan menyebutkan.
b. Memahami
Kemampuan kognitif ini mencakup Kemampuan memahami instruksi dan
menegaskan pengertian/makna ide atau konsep yang telah diajarkan baik
dalam bentuk lisan, tertulis, maupun grafik/diagram. Kata kunci untuk
kategori ini adalah menerangkan, menjelaskan, menterjemahkan,
menguraikan, mengartikan, menyatakan kembali, menafsirkan,
menginterpretasikan, mendiskusikan, menyeleksi, mendeteksi,
melaporkan, menduga, mengelompokkan, dan memberi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
c. Menerapkan
Kemampuan kognitif ini mencakup kemampuan melakukan sesuatu dan
mengaplikasikan konsep dalam situasi tetentu. Kata kunci untuk kategori
ini adalah memilih, menerapkan, melaksanakan, mengubah, menggunakan,
mendemonstrasikan, memodifikasi, menginterpretasikan, menunjukkan,
membuktikan, menggambarkan, mengoperasikan, menjalankan
memprogramkan, mempraktekkan, dan memulai.
d. Menganalisis
Kemampuan kognitif ini mencakup kemampuan memisahkan konsep
kedalam beberapa komponen dan mnghubungkan satu sama lain untuk
memperoleh pemahaman atas konsep tersebut secara utuh. Kata kunci
untuk kategori ini adalah mengkaji ulang, membedakan, membandingkan,
mengkontraskan, memisahkan, menghubungkan, menunjukan hubungan
antara variabel, memecah menjadi beberapa bagian, menyisihkan,
menduga, mempertimbangkan mempertentangkan, menata ulang,
mencirikan, mengubah struktur, melakukan pengetesan, mengintegrasikan,
mengorganisir, dan mengkerangkakan.
e. Mengevaluasi/Menilai
Kemampuan kognitif ini mencakup kemampuan menetapkan derajat
sesuatu berdasarkan norma, kriteria atau patokan tertentu. Kata kunci
untuk kategori ini adalah mengkaji ulang, mempertahankan, menyeleksi,
mempertahankan, mengevaluasi, mendukung, menilai, menjustifikasi,
mengecek, mengkritik, memprediksi, membenarkan, dan menyalahkan.
f. Mencipta
Kemampuan kognitif ini mencakup kemampuan memadukan unsur-unsur
menjadi sesuatu bentuk baru yang utuh dan koheren, atau membuat
sesuatu yang orisinil. Kata kunci untuk kategori ini adalah Merakit,
merancang, menemukan, menciptakan, memperoleh, mengembangkan,
memformulasikan, membangun, membentuk, melengkapi, membuat,
menyempurnakan, melakukan inovasi, mendisain, menghasilkan karya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
b. Karakteristik Perkembangan Kognitif Siswa Sekolah Menengah
Pertama (SMP)
Secara umum karakteristik pemikiran remaja pada tahap operasional
formal ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak,
menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia.
Selain itu, mereka juga sudah mampu berpikir sistematik. Menurut Desmita
jika dilihat dari tahapan perkembangan yang disetujui banyak ahli, anak usia
sekolah menengah (SMP) berada pada tahap pubertas (10-14 tahun). Pada
usia ini, terdapat karakteristik yang menonjol, yaitu :
1) Terjadinya ketidakseimbangan proporsi tinggi dan berat badan.
2) Mulai timbulnya ciri-ciri seks sekunder.
3) Kecenderungan ambivalensi, antara keinginan menyendiri dengan
keinginan bergaul, serta keinginan untuk bebas dari dominasi dengan
kebutuhan bimbingan dan bantuan dari orang tua.
4) Senang membandingkan kaidah-kaidah, nilai-nilai etika atau norma
dengan kenyataan yang terjadi dalam kehidupan orang dewasa.
5) Mulai mempertanyakan secara skeptis mengenai eksistensi dan sifat
kemurahan dan keadilan Tuhan.
6) Reaksi dan ekspresi emosi masih labil.
7) Mulai mengembangkan standar dan harapan terhadap perilaku diri
sendiri yang sesuai dengan dunia sosial.
8) Kecenderungan minat dan pilihan karir relatif sudah lebih jelas.
Adanya karakteristik anak usia sekolah menengah yang demikian, maka guru
diharapkan untuk :
1) Menerapkan model pembelajaran yang memisahkan siswa pria dan
wanita ketika membahas topik-topik yang berkenaan dengan anatomi
dan fisiologi.
2) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan hobi dan
minatnya melalui kegiatan-kegiatan yang positif.
3) Menerapkan pendekatan pembelajaran yang memperhatikan
perbedaan individual atau kelompok kecil.
4) Meningkatkan kerja sama dengan orang tua dan masyarakat untuk
mengembangkan potensi siswa.
5) Tampil menjadi teladan yang baik bagi siswa.
6) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar bertanggung
jawab (2009: 36-37).
Dalam tahap perkembangannya, peserta didik SMP berada pada tahap
periode perkembangan yang sangat pesat, dari segala aspek. Berikut ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
adalah perkembangan aspek kognitif yang erat kaitannya dengan
pembelajaran.
1) Perkembangan Aspek Kognitif
Perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembangan
peserta didik yang berkaitan dengan pengertian (pengetahuan), yaitu
semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu
mempelajari dan memikirkan lingkungannya (Desmita, 2009: 34).
Menurut Piaget (1970), periode yang dimulai pada usia 12 tahun,
yang lebih kurang sama dengan usia peserta didik SMP, merupakan
“period of formal operation”. Pada usia tersebut, kemampuan berpikir
berkembang secara simbolis dan cepat memahami sesuatu secara
bermakna (meaningfully) tanpa memerlukan objek yang konkrit atau
objek yang visual. Selain itu, peserta didik mampu memahami hal-hal
yang bersifat imajinatif. Implikasinya dalam pembelajaran IPA bahwa
siswa akan belajar lebih bermakna kalau input (materi pelajaran) sesuai
dengan minat dan bakatnya (Depdiknas, 2006: 9).
Menurut Gardner (1993), pada tahap perkembangan ini juga
berkembang ketujuh kecerdasan dalam Multiple Intelligences, yaitu :
a) Kecerdasan linguistik (kemampuan berbahasa yang fungsional).
b) Kecerdasan logis-matematis ( kemampuan berpikir runtut).
c) Kecerdasan musikal (kemampuan menangkap dan menciptakan pola
nada dan irama).
d) Kecerdasan spasial (kemampuan membentuk imaji mental tentang
realitas).
e) Kecerdasan kinestetik-ragawi (kemampuan menghasilkan gerakan
motorik yang halus).
f) Kecerdasan intra-pribadi (kemampuan untuk mengenal diri sendiri
dan mengembangkan rasa jati diri).
g) Kecerdasan antarpribadi (kemampuan memahami orang lain).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Di antara ketujuh macam kecerdasan ini sesuai dengan karakteristik
keilmuan IPA akan dapat berkembang pesat bila dapat dimanfaatkan oleh
guru IPA untuk berlatih mengeksplorasi gejala alam.
c. Ranah Kemampuan Kognitif untuk Siswa Sekolah Menengah Pertama
(SMP)
Menurut Piaget (1970), periode yang dimulai pada usia 12 tahun, yang
lebih kurang sama dengan usia peserta didik SMP, merupakan “period of
formal operation”. Pada usia tersebut, kemampuan berpikir berkembang
secara simbolis dan cepat memahami sesuatu secara bermakna (meaningfully)
tanpa memerlukan objek yang konkrit atau objek yang visual. Selain itu,
peserta didik mampu memahami hal-hal yang bersifat imajinatif.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa ranah
kemampuan kognitif yang dimiliki oleh siswa sekolah menengah utama baru
mencapai ranah analisis (C4). Mereka sudah bisa diajak untuk
mengilustrasikan suatu hal yang bersifat abstrak. Atau kata- kata operasional
yang digunakan untuk menggambarkan ranah kemampuan analisis ini adalah
merinci, menyusun diagram, membedakan, mengidentifikasikan,
mengilustrasikan, menyimpulkan, menunjukkan, menghubungkan, memilih,
memisahkan dan membagi (Suharsimi, 2008)
d. Cara Mengukur Kemampuan Kognitif
Pengukuran hasil belajar ranah kognitif dilakukan dengan tes tertulis.
Bentuk tes kognitif diantaranya adalah tes atau pertanyaan lisan di kelas,
pilihan ganda, uraian obyektif, uraian non obyektif atau uraian
bebas, jawaban atau isian singkat, menjodohkan, portopolio, dan performans
Untuk mengukur keberhasilan kegiatan pembelajaran siswa di
sekolah, perlu dilakukan penilaian. Proses penilaian terhadap kegiatan dan
hasil belajar dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu tes dan non tes. (Abdul,
2013)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Kemampuan kognitif merupakan satu aspek perkembangan peserta
didik yang berkaitan dengan pengertian (pengetahuan) individu. (Desmita,
2009)
Dalam pembelajaran, untuk mengetahui kemampuan siswa
berdasarkan ranah kognitif dapat diketahui dengan diadakannya tes. Menurut
Suharsimi (2008) tes merupakan serentetan pertanyaan atau latihan atau alat
lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes
didefenisikan sekumpulan butir soal yang jawabannya dapat dinyatakan
dengan benar salah. Tes juga diartikan sebagai salah satu wahana dalam
program penilaian pendidikan. Defenisi ini biasanya dipakai dalam usaha
membedakan alat atau teknik lain yang mungkin dipakai dalam penilaian
hasil tersebut.
Hal yang diungkapkan oleh Trianto (2007) , teknik yang dapat
diterapkan untuk jenis tagihan tes meliputi: (1) kuis dan (2) tes harian.
Seorang ahli pendidikan bernama Trianto (2007) menjelaskan bahwa
bentuk instrumen tes yang dapat dikembangkan meliputi: isian, benar-salah,
menjodohkan, pilihan ganda, uraian, dan unjuk kerja.
Seorang pakar pendidikan lain Abdul (2013) mengklasifikasikan
instrumen tes menjadi tiga kelompok seperti berikut:
1) Objektif meliputi: pilihan ganda, benar-salah, menjodohkan
2) Non-Objektif meliputi: jawaban singkat atau isian singkat, soal uraian;
uraian objektif, uraian bebas
3) Pertanyaan lisan
Tujuan dari penggunaan tes menurut Abdul (2013: 345) adalah
sebagai berikut:
1) Mendiagnosa siswa (kekuatan dan kelemahan)
2) Menilai kemampuan siswa (keterampilan dan pengetahuan atau
pemahaman)
3) Memberikan bukti atas kemampuan yang telah dicapai
4) Menyeleksi kemampuan siswa, baik secara individu maupun
kelompok
5) Monitoring standar pendidikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Berdasarkan waktu pelaksanaannya, tes tertulis dibedakan menjadi
dua. Berikut ini adalah jenis tes tertulis dan fungsinya menurut Abdul (2013)
yaitu:
1) Formatif
a) Dilakukan saat pembelajaran berlangsung
b) Dilaksanakan secara periodik
c) Mencakup semua mata pelajaran yang sudah ada dalam pembelajaran
sebelumnya
d) Bertujuan untuk mengetahui keberhasilan atau kegagalan proses
pembelajaran
e) Digunakan untuk perbaikan dan penyempurnaan proses pembelajaran
2) Sumatif
a) Materi yang diujikan meliputi seluruh pokok bahasan dan tujuan
pembelajaran selama satu semester atau satu program tahunan
b) Dilaksnakan pada akhir semester
c) Untuk mengukur keberhasilan peserta didik secara menyeluruh
d) Penilain ini digunakan untuk penentuan kenaikan kelas dan kelulusan
sekolah.
Maka, untuk ranah kognitif dibutuhkan 2 tes, yaitu tes formatif dan tes
sumatif.
6. Komunikasi Ilmiah
a. Pengertian Soft Skills
Permintaan dunia kerja terhadap kriteria calon pekerja dirasa semakin
tinggi saja. Dunia kerja tidak hanya memprioritaskan pada kemampuan
akademik (hard skills) yang tinggi saja, tetapi juga memperhatikan kecakapan
dalam hal nilai-nilai yang melekat pada seseorang atau sering dikenal dengan
aspek soft skills. Kemampuan ini dapat disebut juga dengan kemampuan non
teknis yang tentunya memiliki peran tidak kalah pentingnya dengan
kemampuan akademik.
Menurut Elfindri dkk (2011: 67) dalam Sumaryanta, soft skills
didefinisikan sebagai berikut: Soft skills merupakan keterampilan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
kecakapan hidup, baik untuk sendiri, berkelompok, atau bermasyarakat, serta
dengan Sang Pencipta. Dengan mempunyai soft skills membuat keberadaan
seseorang akan semakin terasa di tengah masyarakat. Keterampilan akan
berkomunikasi, keterampilan emosional, keterampilan berbahasa,
keterampilan berkelompok, memiliki etika dan moral, santun dan
keterampilan spiritual. Lebih lanjut lagi Elfindri dkk (2011: 175) berpendapat
soft skills sebagai berikut: Semua sifat yang menyebabkan berfungsinya hard
skills yang dimiliki. Soft skills dapat menentukan arah pemanfaatan hard
skills. Jika seseorang memilikinya dengan baik, maka ilmu dan keterampilan
yang dikuasainya dapat mendatangkan kesejahteraan dan kenyamanan bagi
pemiliknya dan lingkungannya. Sebaliknya, jika seseorang tidak memiliki
soft skills yang baik, maka hard skills dapat membahayakan diri sendiri dan
orang lain. Keberadaan antara hard skills dan soft skills sebaiknya seimbang,
seiring, dan sejalan.
b. Soft Skills dalam Dunia Pendidikan
Di dalam dunia pendidikan, '"soft skills" merupakan salah satu aspek
ketrampilan yang perlu diberi perhatian lebih dan sering dikaji dalam
berbagai seminar pendidikan. Soft skills dianggap sebagai aspek ketrampilan
yang menentukan sukses tidaknya proses pcndidikan. Kajian yang dibuat oleh
Yahya Buntat (2004) dari Malaysia dalam Sumaryanta telah merumuskan soft
skills tersebut mengandung tiga aspek yang harus diperhatikan antara lain :
a) Aspek Akademik antara lain :
Ketrampilan menyelesaikan masalah
Ketrampilan berfikir secara kritis
Ketrampilan berkomunikasi
Ketrampikin berpikir matematik, dll
b) Aspek pribadi untara lain :
Ketrampilan bertanggungjawab
Ketrampilan bersikap positif
Ketrampilan beradaptasi, dll
c) Aspek Sosini antara lain :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Ketrampilan bekerja sama dengan orang lain
Ketrampilan melibatkan diri dalam sesuatu proyek, dll
Selain dalam dunia pendidikan ternyata Pembelajaran soft skills
sangatlah penting untuk diberikan kepada siswa sebagai bekal mereka terjun
ke dunia kerja dan industri, dimana tuntutan dunia kerja lebih menekankan
pada kemampuan soft skills. Berdasarkan Survey National Association of
Colleges and Employee (NACE, 2002) dalam Elfindri dkk (2011: 156),
terdapat 19 kemampuan yang diperlukan di pasar kerja, kemampuan yang
diperlukan itu dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
Tabel 2.2. Daftar 19 Kemampuan yang Diperlukan di Pasar Kerja
Kemampuan Nilai
Skor Klasifikasi Skill
Ranking
Urgensi
Komunikasi 4,69 Soft skill 1
Kejujuran/integritas 4,59 Soft skill 2
Bekerjasama 4,54 Soft skill 3
Interpersonal 4,5 Soft skill 4
Etos kerja yang baik 4,46 Soft skill 5
Motivasi/inisiatif 4,42 Soft skill 6
Mampu beradaptasi 4,41 Soft skill 7
Analitical 4,21 Kognitif hard skill 8
Komputer 4,36 Psikomotor hard skill 9
Organisasi 4,05 Soft skill 10
Orientasi detail 4 Soft skill 11
Kepemimpinan 3,97 Soft skill 12
Percaya diri 3,95 Soft skill 13
Sopan/beretika 3,82 Soft skill 14
Bijaksana 3,75 Soft skill 15
Indeks prestasi > 3,00 3.68 Kognitif hard skill 16
Kreatif 3.59 Soft skill 17
Humoris 3,25 Soft skill 18
Kemampuan
Enterprenership 3,23 Soft skill 19
Sumber: Elfindri dkk, Soft Skills untuk Pendidik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Soft skill, yang meliputi kemampuan personal dan interpersonal
seseorang, menjadi kebutuhan dasar untuk dikuasai agar seseorang mampu
eksis dalam kehidupan. Patrick S. O’Brien dalam bukunya “Making College
Count” berpendapat bahwa soft-skills dapat dikategorikan dalam 7 area yang
disebut winning characteristics, yaitu kemampuan berkomunikasi
(communication skills), kemampuan berorganisasi (organizational skills),
kepemimpinan (leadership), usaha (effort), logika (logic), kemampuan
bekerjasama (group skills), dan etika (ethics).
c. Komunikasi Ilmiah
Prahastuti (2006: 19) menjelaskan tentang asal kata komunikasi ilmiah
berdasarkan pendapat Corea. Dituliskan bahwa komunikasi berasal dari kata
latin “communicare” yang artinya membuat jadi biasa, berbagi, mengimpor
dan mentranmisikan dan selanjutnya dari kata ini muncul kata
communication, communicate, communicator dan sebagainya. Sedangkan
istilah ilmiah (scholarly atau scientific) umumnya digunakan untuk kegiatan
yang berhubungan dengan penelitian atau investigasi, khususnya dalam
lingkungan ilmuwan dan peneliti. Dengan demikian komunikasi ilmiah
(scholarly or scientific communication) adalah komunikasi yang umumnya
berkaitan dengan kegiatan-kegiatan penelitian atau penyelidikan, khususnya
di lingkungan akademik. Liu (2007: 112) menuliskan bahwa :
“Komunikasi ilmiah berkaitan dengan pemanfaatan dan penyebaran
informasi di lingkungan akademik baik melalui saluran formal maupun
informal. Seorang penulis mengkomunikasikan pengetahuannya pada
masyarakat melalui media rekam formal seperti buku, jurnal, prosiding
dan lain-lain dan diskusi serta berbagi ide melalui kegiatan komunikasi
informal seperti tanya jawab, ceramah, telepon, e-mail, surat dan lain-
lain”
Dalam Table 2.2 dapat terlihat bahwa berkomunikasi menempati
posisi tertinggi dengan ranking urgensi 1 dalam mendapatkan pekerjaan.
Maka dari itu alangkah lebih baik apabila kita latih sejak dini, mulai dari
sekolah ,menengah pertama misalnya meningkatkan kemampuan komunikasi,
khususnya komunikasi ilmiah. Sharma (2009) mentabulasi elemen soft skills
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
kemampuan komunikasi yang harus dimiliki dan baik dimiliki seperti
ditunjukkan pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3. Elemen soft skill yang harus dan baik untuk dimiliki
Soft skill
Sub-skill
Elemen yang harus dimilki (Must
Have Element)
Sub-skill
Element yang baik untuk dimilki
(Good To Have Element)
Kemampua
berkomunikasi Kemampuan menyampaiakan ide
secara jelas, efektif dan
meyakinkan baik oral maupun
tertulis.
Kemampuan untuk
mempraktikkan ketrampilan
mendengar dengan baik dan
memberikan tanggapan.
Kemamuan mempresentasikan
secara jelas dan meyakinkan
kepada audien.
Kemampuan untuk menggunakan
teknologi selama presentasi.
Kemampuan untuk berdiskusi
dan mengakhiri dengan
consensus
Kamempuan berkomunikasi
dengan individu yang
mempunyai latar belakang
budaya berbeda.
Kemampuan menggunakan
ketrampilan non-oral.
Ketrampilan untuk menularkan
kemampuan komunikasi ke orang
lain.
(sharma, 2009)
Sedangkan menurut mulyanto (2011) komunikasi ilmiah memiliki 4
aspek, yaitu kemampuan menyampaikan, kemampuan menerima, kepribadian
dan kejelasan.
Tabel 2.4. Aspek komunikasi ilmiah
Komunikasi Ilmiah
Aspek Penilaian Indikator
1. Kemapuan menyampaikan
1. Komunikasi yang menyenangkan
2. Kelancaran
3. Pemikiran/ide baru
2. Kemampuan menerima 4. Akurasi jawaban
5. Kemampuan mencerna jawaban
3. Kepribadian 6. Menghormati
7. Tanggapan
8. Keaktifan
9. Memberikan pendapat
10. Mendengarkan pendapat teman
4. Kejelasan 11. Kejelasan topik
12. Akurasi pertanyaan
13. Kemampuan mencerna pertanyaan
(sumber:Mulyanto/2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Pada tabel diatas, setiap aspek masih dibagi menjadi beberapa
indikator. Misalnya pada aspek kemampuan menyampaikan, menjadi tiga
indikator yaitu : komunikasi yang lancar, kelancaran serta ide baru.
Sedangkan untuk kemampuan menerima menjadi dua indikator yaitu: akurasi
jawaban dan mencerna jawaban. Untuk kepribadian menjadi empat indikator,
yaitu : menghormati, tanggapan, keaktifan, memberikan pendapat dan
mendengarkan pendapat teman. Aspek yang terakhir kejelasan dibagi menjadi
tiga indikator yaitu: kejelasan topik, akurasi pertanyaan dan kemampuan
mencerna pertanyaan.
7. Materi hujan asam
Materi yang dibahas berasal dari perpaduan tiga SK, yaitu : SK 2.
Memahami Klasifikasi zat, SK 4. Memahami berbagai sifat dalam perubahan
fisika dan kimia, dan SK 7. Memahami saling ketergantungan dalam
ekosistem. Serta terdiri dari empat KD, yaitu KD 2.3. Menjelaskan nama
unsur dan rumus kimia sederhana, KD 4.4. menjelaskan terjadinya reaksi kimia
melalui percobaan sederhana, KD 7.3. Memprediksi pengaruh kepadatan
populasi manusia terhadap lingkungan dan KD 7.4. mengaplikasikan peran
manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan
kerusakan lingkungan. Keempat KD tersebut dikaitkan melalui sebuah tema
pemersatu, yakni Hujan Asam. Keterkaitan keempat KD tersebut terlihat dari
peta konsep pada lampiran.
Berdasarkan peta konsep, hujan asam disebabkan adanya senyawa
seperti SO3 dan NO2 yang merupakan polutan penyebab polusi udara yang
disebabkan oleh aktivitas vulkanik dan aktivits manusia yang mana berbanding
lurus dengan kepadatan penduduk ini sesuai dengan KD 2.3 dan 7.3. Senyawa
SO3 dan NO2 bereaksi dengan uap air membentuk H2SO4 dan HNO3 yang
menyebabkan turunya hujan asam. Dampak hujan asam sesuai KD. 7.4, yaitu:
menyebabkan Kesuburan tanah berkurang, Jaringan tanah hancur, ketersediaan
pangan terganggu, ekosistem danau terganggu serta bangunan dan patung
rusak. Dapat di minimalisir dengan mitigasi yaitu : secara teknik dan non-
teknik. Hujan asam dapat dicegah dengan menjaga lingkungan caranya : naik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
transportasi umum, perawatan mesin kendaraan motor, mendirikan industri
ramah lingkungan, menggunakan bahan bakar anti polusi dan melakukan
penghijauan.
Adapun materi yang terdapat dalam modul IPA Terpadu dengan tema
Hujan asam adalah sebagai berikut:
a. Polusi udara
Polusi udara adalah perubahan susunan (komposisi) udara dari
keadaan normalnya karena adanya zat-zat asing di udara yang melewati
angka batas tertentu, sehingga kualitas udara menjadi berkurang dan tidak
berfungsi sebagaimana mestinya. Polusi udara disebabkan oleh adanya zat-
zat asing yang mengotori uadra atau disebut Polutan. Polutan-polutan
tersebut antara lain: Partikel, Sulfur Dioksida, Karbon Monoksida, Karbon
dioksida, Hidrokarbon
Selain polutan diatas, beberapa aktivitas manusia yang dapat
menyebabkan polusi diantaranya: pembakaran Bahan Bakar Fosil (BBF) di
industri, penggunaan kendaran bermotor dan pembakaran sampah.
Dampak polusi udara karena SO2 dan NO2 menyebabkan terjadinya
hujan asam. Berikut ini reaksi antara SO2 dan NO2 dengan uap air yang
memngakibatkan terjadinya hujan asam:
1. Polutan SO2
2 SO2 (g) + O2 (g) 2 SO3 (g) (2.1)
Reaksi 2.1 menunjukkan reaksi antara sulfur dioksida dengan
oksigen di udara dan membentuk sulfur trioksida. Sulfur dioksida kemudian
bereaksi dengan uap air membentuk asam sulfit sebagai berikut:
SO2 (g) + H2O (g) HSO3 (aq) (2.2)
Sulfur dioksida oksigen Sulfur trioksida
Sulfur dioksida air Asam sulfit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Asam sulfit yang dihasilkan merupakan aqueous (aq) yang berarti
mudah larut dalam air. Sehingga asam sulfit dapat berinteraksi dengan air
hujan kemudian ikut terbawa turun ke bumi sebagai hujan yang memiliki
kadar asam yang lebih dari normal. Akan tetapi, air hujan akan lebih sangat
asam jika air hujan berinteraksi dengan asam sulfat seperti reaksi berikut:
2 SO3 (g) + H2O (l) HSO4 (aq) (2.3)
2. Polutan NO2
2 NO2 (g) + H2O (l) HNO2 (aq) + HNO3 (aq) (2.4)
Reaksi 2.4 adalah reaksi antara nitrogen dioksida dengan uap air
membentuk asam nitrit dan asam nitrat. Keduanya dapat menjadi polutan
udara dan menyebabkan hujan asam. Akan tetapi, karena sifatnya yang
merupakan asam kuat, asam nitrat akan menyebabkan air hujan menjadi
lebih sangat asam jika asam nitrat berinteraksi
b. Hujan Asam
Hujan asam merupakan hujan yang lebih asam daripada hujan normal,
atau hujan asam dapat diartikan sebagai segala macam hujan dengan PH
dibawah 5,6. Hujan asam juga dapat terjadi karena akibat dari Aktivitas
vulkanik. Aktivitas vulkanik menghasilkan: Gas vulkanik, Lava, Lahar,
Awan panas dan Abu vulkanik.
Hujan asam mengakibatkan kerugian atau dampak, diantaranya:
1. Dampak terhadap keseimbangan ekosistem hutan, pertanian serta
peraian
2. Dampak terhadap manusia
3. Dampak terhadap ketersediaan pangan
4. Dampak terhadap materi.
Upaya pencegahan hujan asam, yaitu dengan cara: menggunakan
kendaraan transportasi umum, perawatan kendaraan bermotor, industri
Sulfur trioksida air Asam sulfat
Nitrogen dioksida air Asam nitrit Asam nitrat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
ramah lingkungan dan penggunaan bahan bakar anti polusi. Sedang kan
untuk mitigasinya ada dua cara yang dilakukan. Yakni:
1. Penanggulangan secara non-teknik
- Penyajian Informasi Lingkungan (PIL)
- Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
- Perencanaan Kawasan Kegiatan Industri Dan Teknologi
- Pengaturan Dan Pengawasan Kegiatan
- Menanamkan Perilaku Disiplin
2. Penanggulangan secara teknis
- Mengutamakan keselamatan lingkungan
- Teknologi telah dikuasai dengan baik
- Secara teknis dan ekonomis dapat dipertaggung jawabkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
B. Penelitian Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Duli (2011) dengan judul “Penerapan Model
Blended Learning Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Pada
Mata Pelajaran Fisika di SMA Cakra Buana Depok”. Dalam penelitian ini,
populasi adalah siswa kelas X SMA Cakra Buana Depok. Salah satu hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa hasil belajar siswa yang menggunakan
model Blended Learning lebih baik dibanding hasil belajar siswa yang
menggunakan model pembelajaran konvensional.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Syarif Izuddin (2012) dengan judul “Pengaruh
Model Blended Learning Terhadap Motivasi Dan Prestasi Belajar Siswa Smk”.
Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara
motivasi dan prestasi belajar siswa yang menggunakan model blended learning
dan siswa yang menggunakan model face-to-face learning, ada peningkatan
motivasi dan prestasi belajar siswa yang signifikan akibat penerapan model
blended learning.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Nunuk Suryati (2010) dalam judul “Improving
Quality Of Learning At University Through Application Of Blended Learning:
a Case Study at Sebelas Maret University, Solo, Indonesia”. Dalam penelitian
ini menunjukkan bahwa aplikasi dari blended learning dapat mendukung
sistem pembelajaran secara konvensional.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Sorden dan Monene (2013) dalam judul
“Constructs related to community college student satisfaction in blended
learning”. Meskipun penelitian yang relevan bukan dilakukan di Indonesia
melainkan di luar negeri, karakterisitk dari Blended Learning tidak ditentukan
oleh daerah atau negara. Salah satu faktor yang penting dalam Blended
Learning adalah sekolah yang menggunakan Blended Learning sudah
didukung oleh teknologi komputer dan jaringan internet. Hasil penelitian yang
dihasilkan adalah “blended learning featuring collaboration and social
presence can help institutions create better programs and support services that
may lead to more effective learning environments”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
C. Kerangka Berpikir
Pembelajaran IPA di SMP Negeri 5 Surakarta belum dapat dikatakan
terpadu. Pembelajaran IPA masih diajarkan secara terpisah, meskipun ada materi
yang sudah dikaitkan antara IPA fisika dan biologi, namun masih bersifat teoritis,
terciptanya suasana siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran belum optimal,
cenderung berpusat pada guru, dan belum melatih siswa untuk berpikir ilmiah.
Akibatnya siswa menjadi kurang kreatif dalam memecahkan masalah, partisipasi
rendah, kerjasama dalam kelompok tidak optimal, proses pembelajaran tidak
efisien dan pada akhirnya hasil belajar menjadi rendah.
. Secara prinsip tugas seorang guru bukan mengajar namun juga
mendidik. Dalam konteks mengajar maka transfer of knowledge akan dapat
dilakukan lewat media seperti internet, namun muatan nilai dan etika dan karakter
sulit untuk diukur dan didikkan pada siswa lewat internet, sebab mendidik
sesungguhnya tugas utama seorang guru. Interaksi yang disyaratkan dalam
pembelajaran tidak dapat sepenuhnya digantikan oleh teknologi, sebab eksistensi
seorang guru sebagai motivator dan fasilitator menjadi penting bagi siswa.
Pembelajaran IPA terpadu selain diarahkan untuk menanamkan konsep-
konsep IPA yang semestinya harus dibelajarkan pada siswa, guru perlu mampu
mengkaitkan antara sains-lingkungan-teknologi-masyarakat. Oleh karena itu
dalam menentukan tema dalam pembelajaran IPA Terpadu diharapkan bernuansa
sains-lingkungan-teknologi-masyarakat atau dalam istilah bahasa inggris disebut
”Science, Environment, Technology, and Society” (SETS). Dalam pembelajaran
IPA berbasis SETS siswa dikondisikan supaya mampu menerapkan prinsip sains
untuk menghasilkan karya teknologi dan pandangan untuk mengurangi atau
mencegah dampak negatif yang mungkin timbul terhadap lingkungan dan
masyarakat dari produk teknologi yang dikembangkan. Hujan Asam merupakan
tema yang menarik untuk dikaji. Polusi udara merupakan permasalahan yang
sedang melanda negeri ini. Dengan tema yang diberikan diharapkan siswa dapat
lebih memahami dan mengerti penyebab dan dampak yang timbulkan dari hujan
asam. Untuk itu perlu ditentukan model pembelajaran yang mampu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
memanfaatkan media yang berbasis teknologi informasi namun juga tidak lepas
dari peranan guru dalam proses pembelajaran di kelas.
Selain itu pengetahuan bukan lagi merupakan satu-satunya kebutuhan
untuk menjadikan seseorang sukses. Soft skill, yang meliputi kemampuan personal
dan interpersonal seseorang, menjadi kebutuhan dasar untuk dikuasai agar
seseorang mampu eksis dalam kehidupan. Patrick S. O’Brien dalam bukunya
“Making College Count” berpendapat bahwa soft-skills dapat dikategorikan dalam
7 area yang disebut winning characteristics, yaitu kemampuan berkomunikasi
(communication skills), kemampuan berorganisasi (organizational skills),
kepemimpinan (leadership), usaha (effort), logika (logic), kemampuan
bekerjasama (group skills), dan etika (ethics). Salah satu ketrampilan yang harus
dikuasai siswa untuk dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan sehari-hari
adalah kemampuan komunikasi utamanya dalam pembelajaran membutuhkan
kemampuan komunikasi ilmiah.
Blended learning hadir sebagai solusi akan kondisi tersebut, dimana
instruksional bukan hanya didesain dalam bentuk tatap muka namun juga
mengkombinasikan model e-learning atau online model dalam pembelajaran.
Dalam konsep blended learning diakui bahwa sumber belajar sebagai informasi
disajikan dan disimpan dalam berbagai bentuk media, yang dapat membantu
siswa dalam belajar sebagai perwujudan dari kurikulum. Media e-learning yang
digunakan yaitu LMS. LMS adalah perngkat lunak yang digunakan untuk
menyampaikan materi pembelajaran dan multimedia secara on-line berbasis web,
mengelola kegiatan pembelajaran serta hasil-hasilnya, menfasilitasi interaksi dan
komunikasi antara guru dan siswa. Saat ini ada banyak sekali aplikasi LMS yang
mendukung implementasi e-learning dalam pembelajaran, antara lain LMS
Atutor, eleapTM
LEARNING MANAGEMENT SYSTEM, LMS moodle, dan lain
sebagainya. Dari beberapa jenis aplikasi LMS tersebut yang paling terkenal dan
banyak digunakan adalah LMS Moodle. LMS moodle bentuknya tidak terbatas
bisa dalam bentuk cetakan, video, format perangkat lunak atau kombinasi dari
berbagai format yang dapat digunakan oleh siswa dan guru. Blended learning
adalah suatu pendekatan yang fleksibel untuk merancang program yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
mendukung campuran dari berbagai waktu dan tempat untuk belajar. Menurut
Duli (2011), Salah satu hasil penelitiannya menunjukkan bahwa hasil belajar
siswa yang menggunakan model Blended Learning lebih baik dibanding hasil
belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Selain itu,
karena komunikasi ilmiah dianggap suatu hal yang penting dan belum ada
penelitian sebelumnya yang tentang komunikasi ilmiah.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti dan guru bermaksud
menerapkan sebuah model pembelajaran IPA Terpadu yang berbasis SETS yaitu
model blended learning untuk dapat meningkatkan kemampuan kognitif dan
komunikasi ilmiah siswa. Skema kerangka berpikir dapat dilihat pada Gambar 2.7
Gambar 2.7 Kerangka Pemikiran Penelitian
Siklus
Menerapkan Blended Learning pada IPA
Terpadu dengan tema Hujan Asam dibantu
dengan media Moodle
Kondisi Awal
1. Komunikasi ilmiah siswa masih rendah
dalam setiap pembelajaran
2. Kemampuan kognitif siswa masih
rendah
Tindakan
Kondisi
Akhir
Kemampuan kognitif dan komunikasi ilmiah
siswa kelas VII-A SMP N 15 Surakarta
diharapkan meningkat melalui penerapan
Blended Learning pada IPA Terpadu dengan
tema Hujan Asam.