digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
34
BAB II
SISTEM PENETAPAN HARGA DAN DISTRIBUSI PRODUK
KOMODITAS DALAM BISNIS ISLAM
A. Sistem Penetapan Harga dalam Bisnis.
Dalam pembahasan sistem penetapan harga terlebih dahulu dikemukakan
pengertian sistem dan harga sebagai pemahaman awal, dan selanjutnya
dikemukakan sistem penetapan harga dalam kerangka teori.
1. Teori Sistem Bisnis.
Teori sistem merujuk pada serangkaian pernyataan mengenai hubungan
diantara variabel dependen dan independen yang diasumsikan berinteraksi satu
sama lain. Artinya perubahan dalam satu atau lebih dari satu variabel bersamaan
atau disusul dengan perubahan variabel lain atau kombinasi variabel. Mulyadi
menyatakan,”sistem pada dasarnya adalah sekelompok unsur yang erat
berhubungan satu dengan lainnya, yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai
tujuan tertentu”.1
Sebuah sistem bisa longgar atau ketat, stabil atau tidak stabil. Sistem
lebih kecil yang disebut subsistem mungkin hidup dalam sistem yang lebih luas.
Sebuah sistem memiliki batas-batas yang membedakan dari lingkungan. Setiap
sistem merupakan jaringan komunikasi yang membuka aliran informasi untuk
proses penyesuaian diri. Setiap sistem memiliki inputs dan outputs. Sebuah
1Mulyadi, Sistem Akuntansi, (Jakarta: Salemba Empat, 2001), 2.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
35
output satu sistem mungkin menjadi input sistem lain yang biasa juga disebut
“feedback”.
Sistem dapat diartikan sebagai kesatuan yang terbentuk dari beberapa
unsur (elemen). Unsur, komponen atau bagian yang banyak ini satu sama lain
berada dalam keterkaitan yang mengikat dan fungsional. Masing-masing kohesif
satu sama lain, sehingga ketotalitasan unit terjaga utuh eksistensinya. Tinjauan
tersebut adalah pandangan dari segi bentuknya. Jadi pengertian sistem, disamping
dapat diterapkan pada hal yang bersifat “immaterial” atau suatu proses
“immaterial”, juga dapat diterapkan pada hal yang bersifat material. Untuk yang
bersifat “immaterial” penguraian atau penentuan “model”-nya lebih cenderung
berfungsi sebagai alat analisis dan merupakan cara, tata, rencana, skema, prosedur
atau metode. Sistem adalah suatu cara yang mekanismenya berpatron (berpola)
dan konsisten, bahkan mekanismenya sering disebut otomatis.
Teori sistem menurut David Easton adalah:
suatu model yang menjelaskan hubungan tertentu antara sub-sub sistem dengan
sistem sebagai suatu unit (yang bisa saja berupa suatu masyarakat, serikat buruh,
organisasi pemerintah), dengan ciri-cirinya sebagai berikut:
1. Sistem mempunyai batas yang di dalamnya ada saling hubungan fungsional
yang terutama dilandasi oleh beberapa bentuk komunikasi.
2. Sistem terbagi ke dalam sub-sub sistem yang satu sama lainnya saling
melakukan pertukaran (seperti antara desa dengan pemerintah daerah atau
antara pemerintah daerah dengan pemerintah pusat).
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
36
3. Sistem bisa membuat kode, yaitu menerima informasi, mempelajari dan
menerjemahkan masukan (input) ke dalam beberapa jenis keluaran (output).2
Carl. D. Friedrich dalam buku “Man and his Government”
mengemukakan definisi sistem, yaitu : apabila beberapa bagian yang berlainan
dan berbeda satu sama lain membentuk suatu kesatuan, melaksanakan
hubungan fungsional yang tetap satu sama lain serta mewujudkan bagian-
bagian itu saling tergantung satu sama lain, sehingga kerusakan suatu bagian
mengakibatkan kerusakan keseluruhan, maka hubungan yang demikian disebut
sistem.3
Sedangkan teori sistem menurut Michael Rush dan Philip Althoff
menyatakan bahwa gejala sosial merupakan bagian dari tingkah laku yang
konsisten, internal dan reguler dan dapat dilihat serta dibedakan, oleh karena
itu kita bisa menyebutnya sebagai: sistem sosial, sistem politik, sistem
penetapan harga dan sejumlah sub-sub sistem yang saling bergantung seperti
ekonomi dan politik. 4
Menurut Ismail Nawawi beberapa ciri inti dari General System Theory ini
antara lain sebagai berikut :
1. Bagian sistem, misalnya organisasi sebagai suatu sistem memiliki bagian-
bagian yaitu:
a. Individu dalam organisasi.
2 David Easton, A Systems Analysis of Political Life, (New York:John Wiley and Sons, Inc., 1984), 395. 3 Sukarna, Sistem Politik Indonesia, (Bandung:Mandar Maju, 1981), 19.
4 Michael Rush dan Philip Althoff, Pengantar Sosiologi Politik, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 1988), 19.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
37
b. Adanya individu dalam organisasi menyebabkan organisasi dapat
beraktivtas. Individu mempunyai latar belakang, sikap, motivasi yang
berlainan dan bersama-sama, saling berinteraksi dan saling
mempengaruhi. Individu dipengaruhi dan mempengaruhi lingkungannya.
c. Aspek formal dari organisasi. Setiap organisasi selalu tersusun
berdasarkan prinsip, peraturan, dan prosedur tertentu untuk dapat
menjalankan fungsinya secara baik dan ini berkaitan dengan formalisasi
organisasi.
d. Aspek informal dari organisasi. Interaksi sosial antar individu dalam
organisasi menghasilkan berbagai bentuk hubungan sosial yang tidak
selalu formal sifatnya. Perilaku sosial yang spontan ini kemudian memiliki
pola tertentu sehingga memunculkan kelompok informal dalam organisasi
untuk memenuhi kebutuhan sosialnya yang tidak dapat dipenuhi oleh
organisasi.
e. Status dan peran dalam organisasi. Setiap organisasi memiliki sistem
hirarki atau sistem berjenjang yang membentuk piramida yang dapat
menunjukkan posisi sosial individu dalam organisasi dan memberikan
peran dan status tertentu.
f. Lingkungan fisik organisasi. Situasi lingkungan aktivitas organisasi dapat
terdiri dari berbagai macam, misalnya lingkungan fisik yang memberikan
pengaruh besar pada keterampilan, motivasi, persepsi, prestasi dan
kepuasan kerja.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
38
2. Hubungan antar bagian dari sistem.
Sebagai suatu sistem, bagian-bagian dan organisasi saling berhubungan
satu sama lain. Antara satu bagian dengan bagian lain dari sistem itu saling
tergantung, masing-masing memiliki tugas yang khusus, terspesialisasi dan
berlainan. Terdapat pembagian kerja yang terintegrasi di antara bagian-bagian
dari suatu organisasi sebagai suatu sistem. Sistem ini menunjukkan adanya
hubungan antar bagian dalam sistem.
3. Proses saling hubungan antar bagian. Bekerjanya masing-masing bagian dan
saling hubungan antar bagian dalam organisasi itu menunjuk pada suatu
proses yang saling berkaitan (linking processes).
4. Tujuan dari sistem. Setiap sistem senantiasa memiliki tujuan tertentu,
demikian juga organisasi sebagai sistem juga memiliki tujuan tertentu. Oleh
karena adanya upaya pencapaian tujuan ini maka setiap organisasi selalu
terdapat interaksi, kestabilan, kemampuan beradaptasi, dan berkembang.
Teori ini juga melihat arti penting dari pengawasan atau kontrol sebagai
mekanisme untuk menciptakan keseimbangan dari organisasi. Pelaksanaan dari
fungsi pengawasan atau kontrol ini nampak secara jelas dalam konsep
cybernetics, salah satu komponen yang penting dari teori sistem. Aplikasi dari
konsep cybernetic ini antara lain dikemukakan oleh Norbert Weiner dan Stafford
Beer, yang menekankan aspek pengawasan atau kontrol dari suatu sistem melalui
penggunaan umpan balik dari lingkungan sistem itu sendiri.5
5 http://id.wikipedia.org/wiki/sibernetika
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
39
Ahli teori sistem yang lain adalah Joy Forrester yang melakukan banyak
penelitian mengenai organisasi melalui berbagai bentuk simulasi kerja mengenai
organisasi. Demikian juga yang dilakukan Martin Starr yang telah
memperkenalkan penggunaan teknik matematis untuk pemecahan beberapa
masalah organsiasi. Semua upaya yang dikembangkan para ahli dari pendekatan
sistem ini telah mengakibatkan, secara akumulatif, terjadinya perkembangan teori
sistem yang makin pesat.
2. Teori Harga dan Penetapan Harga.
Harga dalam dunia bisnis mempunyai banyak nama. Dalam dunia
perdagangan produk disebut harga, dalam dunia perbankan disebut bunga, atau
dalam bisnis jasa akuntansi, konsultan disebut fee, biaya transportasi taxi, telepon
disebut tariff sedangkan dalam dunia asuransi disebut premi. Terlepas dari
macam-macam nama, pendapat beberapa ahli mengenai harga, misalnya Sumarni,
harga adalah jumlah uang yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah
kombinasi produk atau pelayanan6. Menurut Basu Swastha, harga adalah jumlah
uang (ditambah beberapa barang kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk
mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya 7. Sedangkan
menurut Kotler dan Amstrong, harga adalah jumlah uang yang dibebankan untuk
sebuah produk atau jasa atau jumlah nilai yang konsumen pertukarkan untuk
mendapatkan manfaat dari memiliki atau menggunakan produk atau jasa, harga
6 Sumarni, Marketing Perbankan, (Yogyakarta: Liberty, 1997), 247. 7 Basu Swastha, Azas-azas Marketing, (Yogyakarta: Penerbit Akademi Keuangan dan Bisnis, 1979), 147.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
40
bagi penjual merupakan suatu nilai dalam uang yang ditawarkan pada pembeli 8.
Selain itu harga adalah salah satu faktor penting bagi konsumen dalam mengambil
keputusan untuk melakukan transaksi atau tidak.
Harga atau price merupakan satu-satunya komponen dalam bauran
pemasaran yang dikategorikan sebagai pemasukan. Penganut bauran pemasaran
4P (Price, Promotion, Product, Place) menyadari bahwa P yang lain semuanya
berupa pengeluaran. Demikian pula penganut marketing mix 7P maupun 9P
menyadari bahwa semua P selain price adalah pengeluaran. Strategi penetapan
harga sangat kompleks dan sangat penting karena mempunyai hubungan langsung
dengan penghasilan perusahaan secara keseluruhan.
Menurut Marius 9 , harga (price) merupakan jumlah uang yang harus
konsumen bayarkan untuk mendapatkan suatu produk. Harga merupakan variabel
dari program bauran pemasaran yang mempengaruhi keputusan pembelian
konsumen. Menurut Andrian Payne, harga dibuat dengan menambah persentasi
mark-up pada biaya atas manfaat-manfaat dalam memakai atau menggunakan
suatu jasa dan produk10. Sedangkan menurut Fandy Tjiptono, harga merupakan
satuan moneter atau ukuran lainnya (termasuk barang dan jasa lainnya) yang
ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan atau penggunaan suatu barang atau
jasa 11.
8 Philip Kotler dan Garry Amstrong, Prinsip-prinsip Pemasaran, Edisi Ketiga, Jilid 1 (Jakarta:Airlangga, 1997), 339. 9 Marius, Dasar-Dasar Pemasaran, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 1999), 24 10 Andrian Payne, The Essence of Service Marketing (Pemasaran Jasa), (Jakarta:Salemba Empat, 2000), 171. 11 Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran, (Yogyakarta : penerbit Andi, 2001), 151.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
41
Buchari Alma mendefinisikan: “harga (price) sebagai nilai suatu barang
yang dinyatakan dengan uang”12. Menurut William J Stanton yang diterjemahkan
oleh Y. Lamarto13: “harga adalah nilai yang disebutkan dalam rupiah dan sen atau
medium moneter sebagai alat ukur”. Menurut David W. Cravens yang
diterjemahkan oleh Lina Salim, harga mempengaruhi kinerja keuangan dan juga
sangat mempengaruhi persepsi pembeli dan penentuan posisi merek. Harga
menjadi suatu ukuran tentang mutu produk bila pembeli mengalami kesulitan
dalam mengevaluasi produk-produk yang kompleks.14
Dari beberapa definisi tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa harga
merupakan suatu nilai yang melekat pada suatu barang dan nilai tersebut
dinyatakan dengan alat tukar.
Menurut Philip Kotler dan Gary Armstrong yang diterjemahkan oleh
Alexander Sindoro, diskon dapat bermacam-macam bentuknya, yaitu :
1. Diskon tunai (cash discount), yakni pengurangan harga kepada pembeli yang
membayar tagihan mereka lebih awal.
2. Diskon jumlah (quantity discount), adalah pengurangan harga bagi
pembeli yang membeli dalam jumlah besar.
3. Diskon fungsional (disebut juga diskon dagang) ditawarkan oleh penjual
kepada anggota-anggota saluran perdagangan yang menjalankan fungsi tertentu
seperti menjual, menyimpan, dan meyelenggarakan pelaporan.
12 Buchari Alma, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa,( Bandung: CV ALFABETA, 2006), 169. 13 William J Stanton (diterjemahkan oleh Y. Lamarto), Prinsip-prinsip Pemasaran Jilid 2, (Jakarta:Erlangga, 1989), 308. 14 David W Cravens , Pemasaran Strategis edisi ke empat jilid 2, diterjemahkan oleh Lina Salim, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1996), 52.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
42
4. Diskon musiman (seasonal discount) adalah pengurangan harga bagi pembeli
yang membeli barang dagangan atau jasa duluar musim.
5. Kredit, adalah bentuk pembayaran dengan cara pinjaman.15
Periode pembayaran adalah cicilan sesuai kesepakatan antara penjual dan
pembeli biasanya berhubungan dengan kredit. Menurut Kasmir periode
pembayaran dibagi ke dalam 3 (tiga) bagian, yaitu: (2) Jangka pendek, (2) Jangka
menengah, (3) Jangka panjang.16
Menurut Ricky W. dan Ronald J. Ebert bahwa “penetapan harga jual
adalah proses penentuan apa yang akan diterima suatu perusahaan dalam
penjualan produknya” 17 . Mulyadi dalam bukunya menyatakan bahwa: “pada
prinsipnya harga jual harus dapat menutupi biaya penuh ditambah dengan laba
yang wajar. Harga jual sama dengan biaya produksi ditambah mark-up” 18. Selain
itu Hansen & Mowen mengemukakan bahwa “harga jual adalah jumlah moneter
yang dibebankan oleh suatu unit usaha kepada pembeli atau pelanggan atas
barang atau jasa yang dijual atau diserahkan” 19.
Dalam penetapan harga tidak dapat lagi dipandang dari sudut ekonomi
belaka yang bertumpu pada demand and supply maupun berdasarkan cost (cost +
profit = price). Kecenderungan penetapan harga lebih bertumpu kepada perceived
value konsumen dan dinamika persaingan. Artinya harga lebih ditentukan oleh C-
15 Kotler Philip dan Gerry Amstrong, Prinsip-prinsip Pemasaran Jilid 1 Edisi ketiga,( Jakarta: Airlangga, 2004), 473. 16 Kasmir, Pengantar Manajemen Keuangan, (Jakarta : Kencana, 2003), 99. 17 Andri Apriyono,” Prosedur Penetapan Harga Jual”, dalam http://ilmumanajemen.wordpress.com/2007/06/15/penetapan-harga-jual/ 18 Mulyadi, Akuntansi Biaya: Penentuan Harga Pokok dan Pengendalian Biaya, (Yogyakarta, Bagian Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada, 1981), 151. 19 Hansen dan Mowen, Akuntansi Manajemen Jilid 2, (Jakarta : Erlangga, 1997), 287.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
43
3 ,yaitu: konsumen (Consumer) dan C-kompetitor (Competitor) atau C - dinamika
persaingan (Competition) dibanding C - biaya (Cost).
Sedikit banyak informasi yang diperoleh konsumen mempengaruhi
terjadinya satu transaksi karena konsumen mempunyai informasi atau referensi
untuk membandingkan harga produk yang satu dengan produk yang lain dan
dengan produk alternatif. Konsumen dalam upaya pengambilan keputusan
pembelian suatu produk dipengaruhi dan dikenal dengan istilah peranan price
awareness dan prices consciousness. Yang dimaksud dengan price awareness
adalah kemampuan konsumen untuk mengingat harga baik harga produk itu
sendiri maupun harga produk kompetitor untuk dijadikan referensi. Sedangkan
pengertian dari price consciousness adalah kecenderungan konsumen untuk
mencari perbedaan harga.
Konsumen yang dikatakan price conciousness adalah konsumen yang
cenderung untuk membeli pada harga yang relatif lebih murah. Umumnya
pelanggan tersebut tidak memperhatikan kelebihan–kelebihan dari produk, tetapi
hanya mencari harga yang mempunyai perbedaan yang tinggi. Sampai saat ini,
kebanyakan konsumen yang mempunyai pendapatan rendah adalah konsumen
yang memperhatikan price awareness dan price consciousness dalam mengambil
keputusan. Untuk itu umumnya mereka akan berusaha mencari informasi tentang
harga dan proses seleksi yang tinggi.
Dalam penentuan harga, produsen harus memahami secara mendalam
sensitifitas konsumen terhadap harga. Menurut Roberto pada buku Applied
Marketing Research bahwa isu utama yang berkaitan dengan sensitifitas harga
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
44
yaitu; elasitas harga dan ekspektasi harga. Sedangkan pengertian dari elasitas
harga adalah:
a. Konsumen cenderung memberikan respon yang lebih besar atas setiap rencana
kenaikan dibandingkan dengan kenyataan pada saat harga tersebut naik.
b. Konsumen akan lebih sensitive terhadap penurunan harga dibandingkan
dengan kenaikan harga.
c. Elastisitas konsumen akan berkurang ketika melakukan shopping dengan
teman atau dipengaruhi oleh sales person.
Penetapan harga telah memiliki fungsi yang sangat luas di dalam
program pemasaran. Menetapkan harga berarti bagaimana mempertautkan produk
kita dengan aspirasi sasaran pasar, yang berarti pula harus mempelajari
kebutuhan, keinginan, dan harapan konsumen. Harga terkait dengan citra kualitas
dan seberapa tinggi ekslusifitasnya. Tinggi rendahnya harga sangat berpengaruh
terhadap persepsi kualitas, sehingga ikut menentukan citra terhadap sebuah merek
atau produk. Dalam persepsi konsumen sering berlaku logika bahwa harga yang
mahal berarti kualitas bagus dan harga yang murah berarti kualitasnya kurang.
Pada tingkat tertentu menetapkan harga terkait ekslusifitas. Walaupun harus
mempertimbangkan berbagai faktor lain terkait, secara kasar dapat dikatakan
bahwa makin tinggi harga yang ditetapkan secara relatif terhadap kompetitor,
makin eksklusif pula konsumen sasarannya. Seolah seperti piramida. Makin ke
puncak makin kecil, makin tinggi harga yang ditetapkan makin sedikit konsumen
yang disasar.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
45
Penetapan harga juga terkait dengan variasi produk. Jika produknya
bervariasi tetapi ditetapkan dengan harga yang sama maka persepsi yang muncul
adalah kesamaan kualitas sebagai cerminan variasi produk secara horisontal. Juga
dapat dipakai untuk menjelaskan variasi produk secara vertikal dengan kualitas
yang bertingkat. Misalnya, pada maskapai penerbangan terdapat pembedaan
kualitas layanan untuk kelas ekonomi, bisnis, dan first class dengan tingkat harga
yang berbeda.
Dari berbagai konsep dan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa harga
jual adalah sejumlah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi
suatu barang atau jasa ditambah dengan persentase laba yang diinginkan
perusahaan. Oleh karena itu untuk mencapai laba yang diinginkan oleh
perusahaan salah satu cara yang dilakukan untuk menarik minat konsumen adalah
dengan menentukan harga yang tepat untuk produk yang terjual. Harga yang tepat
adalah harga yang sesuai dengan kualitas produk suatu barang, dan harga tersebut
dapat memberikan kepuasan kepada konsumen.
Dengan fungsinya yang amat luas ini, perlu pendekatan harga yang
bersifat strategis yang tertuang dalam konsep power pricing. Power pricing pada
intinya adalah bagaimana mengelola harga sebagai suatu elemen strategis dalam
mendukung strategic positioning yang telah dirumuskan, dan tentunya dapat
mendukung pula tujuan bisnis secara keseluruhan. Pengelolaan harga ini tentu tak
lepas dari pricing objectives yang cukup beragam, mulai sebagai sarana
pertumbuhan untuk menggapai profit, memperoleh revenue, image shifting, dan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
46
memantapkan produk baru. Penentuan pricing objective ini berada dalam
kerangka strategis yang lebih luas, corporate strategy maupun marketing strategy.
Dalam menetapkan harga, produsen dapat menetapkan dengan beberapa
alternatif sistem seperti di bawah ini, di antaranya menurut Zeithaml& Bitner 20,
yaitu:
1. Penetapan harga berdasarkan biaya (cost-based pricing).
Suatu strategi penetapan harga yang paling tua adalah harga ditentukan
berdasarkan jumlah biaya per satuan produk yang keluar ditambah dengan
keuntungan yang diharapkan. Beberapa metode penetapan harga dengan
pendekatan biaya:
a. Penetapan Harga Biaya Plus (Cost Plus Pricing Method). Dengan metode ini,
harga jual per unit ditentukan dengan menghitung jumlah seluruh biaya per
unit ditambah jumlah tertentu untuk menutupi laba yang dikehendaki pada unit
tersebut (disebut margin).
b. Penetapan Harga Mark-Up, yaitu para pedagang membeli barang-barang
dagangannya untuk dijual kembali dengan menambahkan mark-up tertentu
terhadap harga beli.
c. Penetapan harga Break–Even, yaitu penetapan harga yang didasarkan pada
permintaan pasar dan masih mempertimbangkan biaya. Perusahaan dikatakan
break-even apabila penerimaan sama dengan biaya yang dikeluarkannya,
dengan anggapan bahwa harga jualnya sudah tertentu.
20 Zeithaml and Bitner, Integrating Customer Focus Across the Firm, (New York: Mc Graw-Hill Companies Incorporated, 2000), 437 .
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
47
d. Penetapan harga berdasarkan harga competitor, yaitu penetapan harga
dilakukan dengan menggunakan harga competitor sebagai referensi, dan dalam
pelaksanaannya lebih cocok untuk produk yang standar dengan kondisi pasar
oligopoli. Untuk menarik dan meraih para konsumen dan para pelanggan,
perusahaan biasanya menggunakan strategi harga. Penerapan strategi harga jual
juga bisa digunakan untuk mensiasati para pesaingnya, misal dengan cara
menetapkan harga di bawah harga pasar dengan maksud untuk meraih pangsa
pasar.
2. Penetapan harga berdasarkan permintaan (demand-based pricing).
Proses penetapan harga dengan pendekatan harga berdasarkan
permintaan (demand-based pricing), yaitu:
a. Persepsi konsumen terhadap value yang diterima (price value ).
b. Sensitivitas harga dan perceived quality.
Untuk mengetahui value dari harga terhadap kualitas, maka analisa
Price Sensitivity Meter (PSM) merupakan salah satu bentuk yang dapat
digunakan. Pada analisa ini konsumen diminta untuk memberikan pernyataan, dan
konsumen merasa harga murah, terlalu murah, terasa mahal dan terlalu mahal dan
dikaitkan dengan kualitas yang diterima.
Pada saat konsumen melakukan evaluasi dan penilaian terhadap harga
dari suatu produk sangat dipengaruhi oleh perilaku dari konsumen itu sendiri 21.
Sementara perilaku konsumen menurut Kotler 22 dipengaruhi 4 (empat) aspek
21 Michael H. Morris and Gene Morris, Market Oriented Pricing:Strategies for Management, (Lincornwood:NTC Business Books, 1990), 55. 22 Philip Kotler, Marketing Management, The Millenium Edition, ( New Jersey: Prentice Hall, Inc., 2000), 153-164.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
48
utama yaitu (a) budaya, (b) sosial, (c) personal (umur, pekerjaan,kondisi
ekonomi) dan (d) serta psikologi (motivasi, persepsi, percaya).
Sedangkan pengertian persepsi menurut Kotler adalah suatu proses
bagaimana seorang individu memilih, mengorganisasikan, dan menginterprestasi
masukan-masukan informasi yang datang menjadi suatu gambaran yang
menyeluruh23. Dengan demikian penilaian terhadap harga suatu produk dikatakan
mahal, murah atau biasa saja dari setiap individu tidaklah harus sama, karena
tergantung dari persepsi individu yang dilatar-belakangi oleh lingkungan
kehidupan dan kondisi individu. Dalam kenyataannya konsumen dalam menilai
harga suatu produk, sangat tergantung bukan hanya dari nilai nominal secara
absolut tetapi melalui persepsi mereka pada harga 24 . Secara umum persepsi
konsumen terhadap harga tergantung dari perception of price differences and
reference prices.
Menurut Ismail Nawawi 25 , sistem penetapan harga terdiri dari 7
determinan atau faktor yang dikelompokan pada faktor internal perusahaan dan
faktor ekternal perusahaaan, sebagai berikut:
1. Faktor internal Perusahaan.
Determinan dalam faktor internal relatif lebih mudah dikendalikan, dan
faktor internal perusahaan ini terdiri dari:
23 Philip Kotler, Manajemen Pemasaran Edisi Kesembilan, Analisis, Peren canaan, Implementasi, dan Kontrol, alih bahasa Hendra Teguh dan Ronny Antonius Rusli, ( Jakarta: Prenhallindo, 1997), 164. 24 Thomas T. Nagle and Reed K. Holden, The Strategy and Tactics of Pricing: A Guide to Profitable Decision Making, (Columbia :Prentice Hall, 1995), 202. 25 Ismail Nawawi, Isu-Isu Ekonomi Islam (Kompilasi Pemikiran dan Teori Menuju Praktik di Tengah Arus Ekonomi Global), Buku 2 Nalar Perilaku, (Jakarta: VIV Press, 2013), 363-368.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
49
a. Biaya produk.
Yang dimaksud dengan biaya produk adalah seluruh biaya yang
dikeluarkan untuk mendapatkan produk sampai terjual pada konsumen, yang
meliputi:
1) harga pokok pembelian produk (untuk perusahaan dagang),
2) biaya pokok produksi (untuk perusahaan manufaktur),
3) biaya yang dikeluarkan selama masa pengembangan produk (bila ada),
4) biaya marketing,
5) biaya distribusi,
6) biaya overhead dan
7) biaya-biaya lain.
Diperlukan kemampuan menghitung biaya (costing) yang baik agar
diperoleh nilai biaya produk yang wajar. Costing yang kurang tepat menyebabkan
nilai biaya produk akan terlalu rendah atau terlalu tinggi yang bisa menyebabkan
kekeliruan dalam penentuan harga. Menjual dengan harga di bawah biaya produk
sudah pasti akan merugikan perusahaan.
b. Karakteristik produk.
Ada tiga karakteristik produk yang berpengaruh pada penentuan harga,
yaitu:
1) Daya tahan produk terhadap perubahan waktu. Contoh, sayur adalah produk
yang tidak tahan lama, mudah busuk dan mutunya turun seiring dengan
berjalannya waktu.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
50
2) Kualitas produk dibanding produk saingan. Konsumen bersedia membayar
lebih mahal bila mendapatkan kualitas yang lebih baik.
3) Posisi produk dalam siklus kehidupan produk. Penentuan harga produk baru
berbeda dengan produk yang sudah mapan di pasar, berbeda pula dengan
produk yang mulai mengalami penurunan.
Mengetahui karakteristik produk sangat penting untuk menentukan
strategi harga yang akan digunakan.
c. Tujuan perusahaan.
Sebelum menentukan harga, produsen harus mengetahui sasaran dan
tujuan yang ingin dicapai, baik dalam jangka pendek, menengah atau panjang,
misalnya,
1) mendapatkan balik modal (return on investment) pada tahun tertentu.
2) Mendapatkan keuntungan sebesar prosentase atau nilai tertentu.
3) Mendapatkan cashflow atau uang tunai sejumlah tertentu.
4) Menguasai pangsa pasar sebesar sekian persen.
5) Mencapai kapasitas produksi yang optimum.
Penentuan harga adalah bagian dari strategi perusahaan untuk mencapai
tujuannya. Penetapan harga yang salah bisa berakibat pada tidak tercapainya
tujuan perusahaan.
2. Faktor Eksternal Perusahaan.
Faktor eksternal perusahaan terdiri dari faktor-faktor sebagai berikut :
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
51
a. Harga produk saingan.
Ada dua hal yang harus dipertimbangkan oleh perusahaan atau
kelembagaan bisnis.
1) Harga produk saingan dan reaksi pesaing atas kompetisi harga di pasar. Salah
satu cara untuk memenangkan persaingan adalah menjual dengan harga lebih
murah dari pesaing. Namun saat memutuskan harga yang lebih murah, kita
harus juga memperkirakan kemungkinan reaksi pesaing atas harga tersebut.
Bila ternyata pesaing mampu melakukan efisiensi usaha dan menjual dengan
harga lebih murah lagi, maka akan terjadi perang harga yang bisa merugikan
kita.
2) Selain harga produk pesaing, kita juga perlu memperhatikan harga produk
pengganti. Misal, ketika harga minyak tanah naik, konsumen beralih
menggunakan gas yang lebih murah.
b. Elastisitas permintaan.
Yang dimaksud dengan elastisitas permintaan adalah naik atau turunnya
pembelian produk akibat perubahan harga. Biasanya permintaan atas barang-
barang kebutuhan pokok tidak bersifat elastis, artinya tidak mengalami perubahan
berarti ketika harga naik atau turun. Sedangkan barang-barang sekunder dan
tersier sangat elastis pada perubahan harga. Misal, kenaikan harga produk
elektronik akan menahan konsumen untuk melakukan pembelian. Sebaliknya,
meski harga minyak goreng naik, konsumen tidak serta merta menurunkan
konsumsi minyak goreng. Kita harus memperkirakan reaksi permintaan konsumen
terhadap rencana perubahan harga jual.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
52
c. Faktor psikologis konsumen.
Paling tidak mudah untuk memahami faktor-faktor psikologis konsumen
karena sebagian besar bersifat emosional. Namun demikian pemahaman tentang
perilaku konsumen sudah jauh lebih berkembang di masa sekarang. Sebagai
contoh, kita tahu bahwa konsumen lebih tertarik pada harga barang X Rp. 2.999,-
daripada Rp. 3.001,- meski sebenarnya mereka membayar dengan uang yang
sama. Saat menentukan harga, kita perlu melakukan riset untuk mengetahui
berapa harga yang bisa diterima oleh konsumen secara psikologis. Harga yang
ditetapkan di atas harga psikologis mungkin akan menyurutkan konsumen untuk
membeli. Namun di sisi lain, harga yang lebih rendah mungkin malah membuat
konsumen menganggap barang tersebut tidak memenuhi kualitasnya.
d. Faktor-faktor lain.
Masih ada faktor eksternal lain yang patut dipertimbangkan. Misalnya,
kebijakan pemerintah untuk menetapkan harga tertinggi bisa mempengaruhi usaha
kita. Kondisi perekonomian secara umum juga mempengaruhi daya beli
konsumen.
Kebijakan penentuan harga tidak sesederhana yang kita kira. Sebagian
pengusaha menggunakan metode sederhana, misalnya total biaya ditambah sekian
persen, sebagian lain melakukan riset mendetail. Semakin kompleks tingkat
persaingan, semakin rumit pula keputusan penentuan harga jual. Faktor-faktor di
atas perlu dipertimbangkan untuk memudahkan penentuan harga. Setelah itu kita
bisa memilih metode penetapan harga yang akan kita gunakan.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
53
Menurut Menurut Ricky W. dan Ronald J. Ebert ada beberapa teknik
sistem penetapan harga suatu produk, berikut 5 diantaranya:
1. Cost Plus mark-up, menambahkan modal atau biaya dengan untung yang
diharapkan.
2. Competitive pricing, menetapkan harga berdasarkan harga jual kompetitor.
3. Price skimming, menetapkan harga awal jual tinggi. Biasanya pada produk yg
unik dan tak ada penggantinya.
4. Multiple unit pricing, memberikan potongan harga untuk pembelian dalam
jumlah banyak.
5. Bundling, menjual beberapa barang dalam satu harga. Hal ini bisa dilakukan
agar barang cepat terjual. 26
Bila digunakan dengan tepat, teknik tersebut dapat meningkatkan penjualan
produk. Harga bukanlah segalanya, sebab konsumen saat ini cerdas memilih
produk berkualitas atau tidak. Penetapan harga yang benar tak menentukan
produk kita laku terjual. Dari hasil diskripsi teori-teori penetapan harga di atas
dapat dipetakan pada tabel di bawah ini:
Tabel 2. Tabel Maping Teori Penetapan Harga
Nomor Teori Variabel
1 Zeithaml & Bitner
(2000)
Penetapan harga berdasarkan biaya (cost-
based pricing) dan permintaan (demand-
based pricing).
26 Deka,”Penetapan Harga:Tujuan, Strategi dan Berbagai Macam Pendekatannya”, dalam http://ekonomiana.wordpress.com/tag/penetapan-harga/
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
54
1. Penetapan harga berdasarkan biaya (cost-
based pricing).
a. Penetapan Harga Biaya Plus (Cost
Push Pricing Method).
b. Penetapan Harga Mark-Up.
c. Penetapan harga Break–Even.
d. Penetapan harga berdasarkan harga
competitor
2. Pendekatan harga berdasarkan permin-
taan (demand-based pricing).
a. Proses penetapan harga yang didasari
persepsi konsumen terhadap value
yang diterima (price value ),
b. Sensitivitas harga dan perceived
quality.
2 Ismail Nawawi (2010) Penetapan harga melalui pendekatan internal
dan ekternal perusahaan:
1. Internal Perusahaan.
a. Biaya produk. seluruh biaya yang
dikeluarkan untuk mendapatkan
produk sampai terjual pada
konsumen.
b. Karakteristik produk, berkaitan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
55
dengan Daya tahan produk, Kualitas
produk dibanding produk saingan.
Dan Posisi produk dalam siklus
kehidupan produk.
c. Tujuan perusahaan. Menentukan
harga, harus mengetahui sasaran dan
tujuan yang ingin dicapai, oleh
perusahaam.
2. Ekternal Perusahaan
d. Harga produk saingan. Ada dua hal
yang harus dipertimbangkanm harga
produk saingan dan reaksi saingan.
e. Elastisitas permintaan. dengan
elastisitas permintaan adalah naik
atau turunnya akibat perubahan harga
f. Faktor psikologis konsumen. untuk
memahami faktor-faktor psikologis
konsumen karena sebagian besar
bersifat emosional.
g. Faktor-faktor lain. Masih ada faktor
eksternal lain yang patut dipertim-
bangkan, seperti kondisi
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
56
perekonomian
3 Ricky W. dan Ronald J.
Ebert
Teknik sistem penetapan harga “ produk”
1. Cost Plus mark-up, menambahkan
modal/biaya dengan untung yang
diharapkan.
2. Competitive pricing, menetapkan harga
berdasarkan harga jual kompetitor.
3. Price skimming, menetapkan harga awal
jual tinggi. Biasanya pada produk yang
unik dan tak ada penggantinya.
4. Multiple unit pricing, memberikan
potongan harga untuk pembelian dalam
jumlah banyak.
5. Bundling, menjual beberapa barang
dalam satu harga. Hal ini bisa dilakukan
agar barang cepat terjual.
B. Distribusi Produk Komoditas.
Distribusi adalah salah satu aspek dari pemasaran. Distribusi juga dapat
diartikan sebagai kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar dan
mempermudah penyampaian barang dan jasa dari produsen kepada konsumen,
sehingga penggunaannya sesuai dengan yang diperlukan (jenis, jumlah, harga,
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
57
tempat, dan saat dibutuhkan). Seorang atau sebuah perusahaan distributor adalah
perantara yang menyalurkan produk dari pabrik (manufacturer) ke pengecer
(retailer). Setelah suatu produk dihasilkan oleh pabrik, produk tersebut
dikirimkan (dan biasanya juga sekaligus dijual) ke suatu distributor. Distributor
tersebut kemudian menjual produk tersebut ke pengecer atau pelanggan.
Dalam usaha untuk memperlancar arus barang dari produsen ke konsumen,
salah satu faktor penting yang tidak boleh diabaikan adalah memilih secara tepat
saluran distribusi (channel of distribution) yang akan digunakan dalam rangka
usaha penyaluran barang-barang atau jasa-jasa dari produsen ke konsumen.
Distribusi merupakan kegiatan menyalurkan barang atau jasa dari produsen
kepada konsumen. Kegiatan distribusi memiliki peranan penting bagi produsen,
sebab kegiatan tersebut mampu menyalurkan barang yang dihasilkan produsen
kepada masyarakat. Apabila barang atau jasa tidak disalurkan kepada konsumen
maka hasil produksi tersebut hanya menumpuk di gudang saja sehingga produsen
akan mengalami kerugian. Barang atau jasa akan berguna jika sudah berada di
tangan konsumen. Oleh karena itu, produsen berusaha menyalurkan barang atau
jasa tersebut kepada konsumen.
Kegiatan distribusi akan berjalan lancar jika ditunjang oleh saluran
distribusi yang tepat. Saluran distribusi merupakan lembaga-lembaga atau badan
yang memasarkan barang atau jasa yang dihasilkan oleh produsen. Lembaga-
lembaga atau badan tersebut antara lain pedagang, distributor, agen, makelar,
pengecer dan lain-lain. Beberapa pengertian saluran distribusi antara lain sebagai
berikut:
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
58
Menurut David A. Revzan, saluran distribusi merupakan suatu jalur yang
dilalui oleh arus barang-barang dari produsen ke perantara dan akhirnya sampai
pada pemakai 27. Pengertian distribusi yang dikemukakan tersebut masih bersifat
sempit karena istilah barang sering diartikan sebagai suatu bentuk fisik, sehingga
akibatnya lebih cenderung menggambarkan pemindahan jasa-jasa atau kombinasi
antara barang dan jasa.
Menurut The American Marketing Association, saluran distribusi
merupakan suatu struktur unik organisasi dalam perusahaan yang terdiri dari agen,
dealer, pedagang besar dan pengecer melalui sebuah komoditi, produk atau jasa
dipasarkan 28. Definisi ini lebih luas dibandingkan dengan definisi yang pertama.
Memasukkan istilah struktur menjadikan definisi ini memiliki tambahan arti yang
bersifat statis pada saluran dan tidak dapat membantu untuk mengetahui tentang
hubungan-hubungan yang ada antara masing-masing lembaga.
Menurut C. Glenn Walter, saluran distribusi adalah sekelompok
pedagang dan agen perusahaan yang mengombinasikan antara pemindahan fisik
dan nama dari suatu produk untuk menciptakan kegunaan pasar tertentu. 29
Menurut Philip Kotler, saluran distribusi adalah himpunan perusahaan dari
perorangan yang mengambil alih hak, atau membantu dalam mengalihkan hak
atas barang atau jasa tersebut berpindah dari produsen ke konsumen. 27 David A. Revzan, Marketing Organization through the Channel, Whose saling in Marketing Organization, (New York : John Wiley & Sons, Inc., 1961), 108. Dikutip dan diterjemahkan oleh Basu Swastha dalam bukunya berjudul Saluran Pemasaran, (Yogyakarta: Bagian Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitasw Gadjah Mada, 1979), 3. 28 Ibid., 4. 29 C. Glen Walter, Marketing Channels, (Santa Monica:Good Year Publishing Company, Inc., 1977), 4. Dikutip dan diterjemahkan oleh Basu Swastha dalam bukunya berjudul Saluran Pemasaran, (Yogyakarta: Bagian Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitasw Gadjah Mada, 1979), 4.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
59
Berdasarkan definisi tersebut dapat diketahui adanya beberapa unsur penting
yaitu:
a. Saluran distribusi merupakan sekelompok lembaga yang ada di antara berbagai
lembaga yang mengadakan kerjasama untuk mencapai suatu tujuan.
b. Tujuan dari saluran distribusi adalah untuk mencapai pasar-pasar tertentu.
Dengan demikian pasar merupakan tujuan akhir dari kegiatan saluran.
c. Saluran distribusi melaksanakan dua kegiatan penting untuk mencapai tujuan,
yaitu mengadakan penggolongan dan mendistribusikannya.
Terdapat berbagai macam jejaring dan saluran distribusi barang konsumsi,
panjang pendeknya saluran distribusi tergantung bergantung dari kebijakan
perusahaan, menurut Ismail Nawawi30, jaringan tersebut diantaranya:
1) Produsen – Konsumen.
Bentuk saluran distribusi ini merupakan yang paling pendek dan
sederhana karena tanpa menggunakan perantara. Produsen dapat menjual barang
yang dihasilkannya melalui pos atau langsung mendatangi rumah konsumen (dari
rumah ke rumah). Oleh karena itu saluran ini disebut saluran distribusi langsung.
2. Produsen – Pengecer – Konsumen.
Produsen hanya melayani penjualan secara langsung kepada para
pengecer. Pembelian oleh konsumen dilayani oleh para pengecer saja.
3. Produsen – Pedagang Besar – Pengecer – Konsumen.
Saluran distribusi ini banyak digunakan oleh produsen, dan dinamakan
saluran distribusi tradisional. Di sini, produsen hanya melayani penjualan dalam
30 Ismail Nawawi, Isu-Isu Ekonomi Islam (Kompilasi Pemikiran dan Teori Menuju Praktik di Tengah Arus Ekonomi Global) BUKU 2 Nalar Perilaku, (Jakarta:VIV Press, 2013), 506-508.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
60
jumlah besar kepada pedagang besar saja, tidak menjual kepada pengecer.
Pembelian oleh pengecer dilayani pedagang besar, dan pembelian oleh konsumen
dilayani pengecer saja.
4. Produsen – Agen – Pengecer – Konsumen.
Di sini, produsen memilih agen sebagai penyalurnya. Ia menjalankan
kegiatan perdagangan besar dalam saluran distribusi yang ada. Sasaran
penjualannya terutama ditujukan kepada para pengecer besar.
5. Produsen – Agen – Pedagang Besar – Pengecer – Konsumen.
Dalam saluran distribusi, produsen sering menggunakan agen sebagai
perantara untuk menyalurkan barangnya kepada pedagang besar yang kemudian
menjualnya kepada toko-toko kecil. Agen yang terlihat dalam saluran distribusi
ini terutama agen penjualan.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
61
Gambar 1: Saluran Distribusi Komoditas Model Vertikal.
Gambar 2: Saluran Distribusi Komoditas Model Vertikal dan Diagonal.
Pendapat lain dikemukakan oleh A.Umar Hamid dalam saluran distribusi
ini produsen memilih agen yang akan dipertemukan produsen untuk menjalankan
kegiatan penjualan kepada pengecer dan selanjutnya pengecer menjualnya kepada
konsumen. Pada dasarnya saluran distribusi yang dipakai baik agen maupun
pengecer tujuannya adalah untuk mendapatkan keuntungan dengan sasaran
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
62
konsumennya. Agen di sini bertugas mempertemukan pembeli dengan penjual.
Agen tidak mengambil alih pemilikan dari barang tersebut. Saluran distribusi
untuk barang industri adalah sebagai berikut :
1. Produsen ----> Pemakai Industri.
Saluran distribusi barang industri dari produsen ke pemakai industri ini
merupakan saluran yang paling pendek dan disebut saluran distribusi langsung.
Biasanya distribusi langsung ini dipakai oleh produsen bilamana transaksi
penjualan kepada pemakai industri relatif cukup besar dan dalam saluran
distribusi ini produsen menjual langsung kepada industry user.
2. Produsen ----> Distributor Industri ----> Pemakai Industri.
Produsen barang-barang jenis perlengkapan operasi dan peralatan ekstra
kecil dapat menggunakan distributor industri untuk mencapai pasarnya. Produsen
lain yang dapat menggunakan distributor industri sebagai penyalur, antara lain
produsen bahan bangunan. Distributor industri dalam saluran ini usahanya
terutama dalam menyalurkan parts yang standarrized dan operating supplies yang
dibutuhkan oleh pemakai industri secara terus-menerus. Produsen memakai
distributor industri adalah dengan tujuan agar barang-barang dengan pasti dan
mudah diperoleh langsung oleh pemakai.
Biasanya distributor industri dapat melakukan penjualan yang lebih
sempurna dari produsen karena mereka lebih dekat hubungannya dengan para
pemakai dalam suatu daerah tertentu. Sering kali distributor industri sangat
disegani oleh para pemakai, sehingga pemesanan-pemesanan pemakai tergantung
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
63
sekali dari distributor industri. Dalam hal ini produsen hanya dapat menjual
barangnya melalui distributor industri.
3. Produsen ---> Agen Distributor ----> Pemakai Industri.
Saluran distribusi ini dapat dipakai oleh perusahaan dengan
pertimbangan antara lain bahwa unit penjualannya terlalu kecil untuk dijual secara
langsung. Selain itu, faktor penyimpanan pada penyalur perlu dipertimbangkan
pula. Dalam hal ini agen penyimpanan sangat penting peranannya. Produsen-
produsen kecil biasanya lebih memusatkan perhatian dalam bidang produksi dan
menyerahkan distribusinya kepada para pedagang perantara. Agen mengusahakan
penjualannya, distributor industri mengatur storage, reselling dan shipment
selanjutnya.
4. Produsen ---> Agen ----> Pemakai Industri.
Biasanya saluran distribusi semacam ini dipakai oleh produsen yang tidak
memiliki departemen pemasaran. Juga perusahaan yang ingin memasuki daerah
pemasaran baru dan lebih suka menggunakan agen. Produsen tidak ingin
membentuk sales force sendiri dan penjualan diserahkan kepada agen, sedangkan
kegiatan distribusinya dilakukan oleh produsen. Agen tidak memiliki barang
tersebut tapi bertanggung jawab atas pengaturan,
Fungsi utama saluran distribusi adalah menyalurkan barang dari
produsen ke konsumen. Oleh karena itu perusahaan dalam melaksanakan dan
menentukan saluran distribusi harus melakukan pertimbangan yang baik. Fungsi-
fungsi saluran distribusi menurut Kotler adalah:
1. Information, yaitu mengumpulkan informasi penting tentang konsumen dan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
64
pesaing untuk merencanakan dan membantu pertukaran.
2. Promotion, yaitu pengembangan dan penyebaran komunikasi persuasif tentang
produk yang ditawarkan.
3. Negotiation, yaitu mencoba untuk menyepakati harga dan syarat-syarat lain,
sehingga memungkinkan perpindahan hak pemilikan.
4. Ordering, yaitu pihak distributor memesan barang kepada perusahaan.
5. Payment, yaitu pembeli membayar tagihan kepada penjual melalui bank atau
lembaga keuangan lainnya.
6. Title, yaitu perpindahan kepemilikan barang dari suatu organisasi atau orang
kepada organisasi atau orang lain.
7. Physical Possesion, yaitu mengangkut dan menyimpan barang-barang dari
bahan mentah hingga barang jadi dan akhirnya sampai ke konsumen akhir.
8. Financing, yaitu meminta dan memanfaatkan dana untuk biaya-biaya dalam
pekerjaan saluran distribusi.
9. Risk Taking, yaitu menanggung resiko sehubungan dengan pelaksanaan
pekerjaan saluran distribusi.31
31 Philip Kotler, Manajemen Pemasaran edisi ke Sembilan (Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan Kontrol), alih bahasa , Hendra Teguh dan Ronny Antonius Rusli, (Jakarta:Prenhallindo, 1997), 531-532.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
65
Tabel 3. Tabel Maping Teori Distribusi
Nomor Teori Variabel/Model
1 Philip Kotler Distribusi adalah aktivitas :
1. Sekelompok lembaga
2. Pasar-pasar tertentu.
3. Mengadakan penggolongan dan
mendistribusikannya.
2 A. Umar Hamid 1. Produsen ----> Pemakai Industri
2. Produsen ----> Distributor Industri ---->
Pemakai Industri
3. Produsen ---> Agen Distributor ---->
Industri Pemakai Industri
4. Produsen ---> Agen ----> Pemakai Industri
3 Ismail Nawawi Saluran dan jaringan distribusi dikemukakan
diantaranya:
1. Produsen – Konsumen
2. Produsen – Pengecer – Konsum.
3. Produsen – Pedagang Besar – Pengecer –
Konsumen
4. Produsen – Agen – Pengecer – Konsumen
5. Produsen – Agen – Pedagang Besar –
Pengecer – Konsumen
C. Bisnis Islam.
Secara umum bisnis diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh
manusia untuk memperoleh pendapatan atau penghasilan atau rizki dalam rangka
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
66
memenuhi kebutuhan dan keinginan hidupnya dengan cara mengelola sumber
daya ekonomi secara efektif dan efisien. Menurut Skinner “business is the
exchange of goods, services, or money for mutual benefit or profit” 32 (bisnis
sebagai pertukaran barang, jasa, atau uang yang saling menguntungkan atau
memberi manfaat). Sedangkan makna dasar bisnis adalah ”the buying and selling
of goods and services”33 (pembelian dan penjualan barang dan jasa)
Dalam pandangan Straub dan Attner, bisnis adalah suatu organisasi
yang menjalankan aktivitas produksi dan penjualan barang-barang dan jasa-jasa
yang diinginkan oleh konsumen untuk memperoleh profit. Dalam Islam bisnis
dapat dipahami sebagai serangkaian aktivitas bisnis dalam berbagai bentuknya
yang tidak dibatasi jumlah (kuantitas) kepemilikan hartanya (barang/jasa)
termasuk profitnya, namun dibatasi dalam cara perolehan dan pendayagunaan
hartanya (ada aturan halal dan haram).
Menurut Huat, T Chwee, bisnis dalam arti luas adalah istilah umum yang
menggambarkan semua aktifitas dan institusi yang memproduksi barang dan jasa
dalam kehidupan sehari-hari. Bisnis adalah suatu sistem yang memproduksi
barang dan jasa untuk memuaskan kebutuhan masyarakat (bussinessis then simply
a system that produces goods and service to satisfy the needs of our society.34
Dari pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa Islam mewajibkan setiap
muslim, khususnya yang memiliki tanggungan untuk bekerja. Bekerja merupakan
salah satu sebab pokok yang memungkinkan manusia memiliki harta kekayaan.
32 Skinner, Business For the 21st Century, (Boston : Irvin, 1992), 8. 33 Ibid., 8. 34 Huat, T Chwee, Management of Business, 5th., (Singapore-McGraw-Hill Book, 1990), 24.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
67
Untuk memungkinkan manusia berusaha mencari nafkah, Allah Swt melapangkan
bumi serta menyediakan berbagai fasilitas yang dapat dimanfaatkan untuk
mencari rizki.
35 ذي جعل لكم االرض ذلوال فامشوا في مناكبھا وكلوا من رزقھھوال
Dialah yang menjadikan bumi ini mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rizki Nya........36
37ولقد مكنكم في االرض وجعلنالكم فیھا معایش Sesungguhnya kami telah menempatkan kamu sekalian di bumi dan kami adakan bagimu di muka bumi itu (sumber-sumber) penghidupan...” 38 Ada beberapa terma dalam al-Qur’an yang berkaitan dengan konsep
bisnis. Diantaranya adalah kata : al-tija>rah, al-bay’u, tada>yantum, dan
ishtara>. Terma tija>rah, berawal dari kata dasar t-j-r, tajara, tajran wa
tija>rah, yang bermakna berdagang, berniaga. Al-tija>rah wa al-mutjar;
perdagangan atau perniagaan, al-tija>riyyu wa al-mutjariyyu; yang berarti
mengenai perdagangan atau perniagaan.39
Dalam al-Qur’an terma tija>rah ditemui sebanyak delapan kali dan
tija>ratuhum sebanyak satu kali. Bentuk tija>rah terdapat dalam surat al-
Baqarah (2): 282, an-Nisa (4): 29, at-Taubah (9): 24, an-Nur (24): 37, Fatir (35):
29, as-Shaff (61): 10, pada surat al-Jum’ah (62): 11 (disebut dua kali),
tija>ratuhum pada surat al-Baqarah (2): 16.27
35 al-Qur’an, 67 : 15. 36 Kementerian Agama RI, al-Quran dan Terjemahnya (Jakarta : PT. Sinergi Pustaka Indonesia, 2012), 823. 37 al-Qur’an, 7: 10. 38 Kementerian Agama RI, al-Quran dan Terjemahnya, 204. 39 Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia,( Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), 129.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
68
Dalam penggunaan kata tija>rah pada ayat-ayat di atas terdapat dua
macam pemahaman. Pertama, dipahami dengan perdagangan yaitu pada surat al-
Baqarah (2): 282. Kedua, dipahami dengan perniagaan dalam pengertian umum.
Hal yang menarik dalam pengertian-pengertian ini, jika dihubungkan dengan
konteksnya masing-masing adalah pengertian perniagaan tidak hanya
berhubungan dengan hal-hal yang bersifat material atau kuantitas, tetapi
perniagaan juga ditujukan kepada hal yang bersifat immaterial kualitatif. Al-
Qur’an menjelaskan:
ن و اموال ان كان اباؤكم و ابناؤكم و اخوانكم وازواجكم و عشیرتكمقل اقترفتموھا و تجارة تخشون كسادھا و مساكن ترضونھا احب الیكم من اهللا و
یأتى اهللا بامره و اهللا ال یھدى القوم رسولھ و جھاد في سبیلھ فتربصوا حتى 40الفاسقین .
Katakanlah,” jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai dari pada Allah dan Rasul-Nya serta dari berjihad di jalan-Nya, maka tungguhlah sampai Allah memberikan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.41
تؤمنون باهللا 42كم على تجارة تنجیكم من عذاب الیم امنوا ھل ادلیایھا الذین 43ورسولھ و تجاھدون فى سبیل اهللا باموالكم وانفسكم....
Wahai orang-orang yang beriman sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih?44 Yaitu kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu...45
40 al-Qur’an, 9 : 24. 41 Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 257. 42 al-Qur’an, 61: 10. 43 Ibid., 61: 11. 44 Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 806 45 Ibid., 806
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
69
Bisnis selalu memegang peranan vital di dalam kehidupan sosial dan
ekonomi manusia sepanjang masa, sehingga kepentingan bisnis akan
mempengaruhi tingkah laku bagi semua tingkat individu, sosial, regional,
nasional, dan internasional. Umat Islam telah lama terlibat dalam dunia bisnis,
yakni sejak empat belas abad yang silam. Fenomena tersebut bukanlah suatu hal
yang aneh, karena Islam menganjurkan umatnya untuk melakukan kegiatan bisnis.
Rasulullah s}alla Alla>hu ‘alayhi wa sallam sendiri terlibat di dalam kegiatan
bisnis selaku pedagang bersama istrinya Khadijah.
Seorang ilmuwan dari Barat, C.C. Torrey dalam disertasinya yang
berjudul “The Commercial Theological Terms in the Koran” menyatakan bahwa
Al Qur’an menggunakan terminologi bisnis sedemikian ekstensif. Ia menemukan
20 (dua puluh) macam terminologi bisnis dalam Al Qur’an dan diulang sebanyak
370 kali dalam berbagai ayat. Penggunaan terminologi bisnis yang sedemikian
banyak itu, menunjukkan sebuah manifestasi adanya spirit yang bersifat komersial
dalam Al Qur’an.
Al Qur’an mengatur kegiatan bisnis secara eksplisit dengan banyaknya
instruksi yang sangat detail tentang hal yang dibolehkan dan tidak dibolehkan
dalam menjalankan praktek bisnis. Para peneliti yang meneliti tentang hal-hal
yang ada dalam Al Qur’an mengakui bahwa praktek perundang-undangan Al
Qur’an selalu berhubungan dengan transaksi. Hal ini menandakan bahwa betapa
aktivitas bisnis itu sangat penting menurut Al Qur’an.
Al Qur’an memandang bisnis sebagai pekerjaan yang menguntungkan dan
menyenangkan. Kitab suci umat Islam ini dengan tandas mendorong para
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
70
pedagang untuk melakukan sebuah perjalanan yang jauh dan melakukan bisnis
dengan para penduduk di negeri asing. Hal itu berarti bahwa perdagangan lintas
batas atau globalisasi bukanlah sesuatu yang aneh dalam Al Qur’an.
Di samping penghormatannya terhadap bisnis, Al Qur’an juga seringkali
membicarakan makna kejujuran dan keadilan dalam perdagangan. Al Qur’an
sangat menghargai aktivitas bisnis yang selalu menekankan kejujuran dalam hal
bargaining sebagaimana yang diatur dalam Surah Al-An‘a>m ayat 152, Surah Al-
Isra>’ ayat 35, dan Surah Al-Rah}ma>n ayat 9.
Surah Al-An‘a>m (6) ayat 152 berbunyi :
الكیل اواوفو وال تقربوا مال الیتیم اال بالتى ھي احسن حتى یبلغ اشدهقلتم فاعدلوا ولو كان ذا كلف نفسا اال وسعھا واذا نال والمیزان بالقسط
ذلكم وصیكم بھ لعلكم تذكرون وبعھداهللا اوفوا قربى Dan janganlah kamu hampiri harta anak yatim kecuali dengan cara yang sebaik-baiknya sampai dia dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sesuai kesanggupannya. Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah adil walaupun dia adalah kerabatmu. Dan penuhilah janji Allah. Demikianlah yang telah diperintahkanNya kepadamu agar kamu mendapat peringatan.46 Surah Al-Isra>’ (17) ayat 35 berbunyi :
ویالأواوفوا الكیل اذا كلتم و زنوا بالقسطاس المستقیم ذلك خیر واحسن ت
Dan cukupkanlah sukatan apabila kamu menyukat dan timbanglah dengan timbangan yang benar. Demikian itu lebih utama dan sebaik-baik akibat.47 Surah Al-Rah}ma>n (55) ayat 9 berbunyi :
واقیموا الوزن بالقسط وال تخسروا المیزان
Dan tegakkanlah timbangan dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu.48 46 Kementerian Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, 199. 47 Ibid., 389.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
71
Menurut Al- Qur’an, bisnis yang menguntungkan adalah bukan hanya
dengan melakukan ukuran yang benar dan timbangan yang tepat, tetapi juga
dengan menghindarkan segala bentuk dan praktek kecurangan yang kotor dan
korup sebagaimana yang diungkapkan dalam Surah Al -A’raaf ayat 85 dan Surah
Al Israa’ ayat 35. Al Qur’an menekankan bahwa sebuah bisnis yang kecil lewat
jalan halal dan thayyib (baik), jauh lebih baik dari bisnis besar yang dilakukan
dengan cara yang haram dan khabi>th (jelek).
Perilaku bisnis yang benar menurut Al Qur’an adalah menepati janji dan
kesepakatan, menjaga amanah, adil dan moderat dalam berhubungan dengan
sesama, memiliki pandangan masa depan yang tajam untuk mengatur dan
menyimpan sesuatu guna menghadapi masa-masa sulit, serta selalu ingat Allah
dengan membayar zakat dan menunaikan shalat. Al Qur’an mendeklarasikan
bahwa kekayaan dan anak-anak adalah ujian krusial untuk sebuah integritas
manusia, sebab jika manusia mampu berlaku baik saat mereka berada di tengah
harta dan anak-anaknya, maka dia juga akan mendapatkan pahala yang baik. Hal
ini dianggap sebagai sebuah perilaku baik sebagaimana yang tercantum dalam
Surah Al-Tagha>bu>n ayat 15.
Berdasarkan uraian di atas, dapat kita lihat sikap Al Qur’an bukan saja
mengizinkan transaksi bisnis, tetapi juga mendorong dan memotivasi hal tersebut.
Namun untuk memberikan penjelasan yang lebih akurat dan jelas untuk
membedakan antara bisnis yang menguntungkan dan bisnis yang menjerumuskan,
perlu kiranya kita bahas lebih lanjut pada suatu pembahasan khusus.
48 Ibid., 773.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
72
Al Qur’an memandang kehidupan manusia sebagai sebuah proses yang
berkelanjutan. Dalam pandangan Al Qur’an, kehidupan manusia dimulai sejak
kelahiran dan tidak berhenti pada saat kematian. Hidup setelah mati, adalah
sebuah keimanan yang sangat vital dan esensial. Tanpa keimanan pada hal yang
sangat vital dan esensial, maka semua struktur dari sistem keimanan Al Qur’an
akan rusak dan berantakan.
Manusia harus bekerja bukan hanya untuk meraih sukses di dunia, namun
juga kesuksesan di akhirat. Semua hasil pekerjaan seseorang akan mengalami efek
yang sedemikian besar pada diri seseorang, baik efek positif maupun negatif.
Seorang penganut agama Islam harus bertanggungjawab dan memikul semua
konsekuensi aksi dan transaksinya selama di dunia pada saat nanti di akhirat, yang
kemudian dikenal dengan yawm al-h}isa>b (hari perhitungan) dan yawm al-di>n
(hari pembalasan).
Dengan demikian, konsep Al Qur’an tentang bisnis dilihat dari seluruh
aspek perjalanan hidup manusia. Suatu bisnis tidak dianggap berhasil, jika hanya
membawa keuntungan pada waktu tertentu saja, dan kemudian mengalami
kebangkrutan atau kerugian yang diderita melampaui keuntungan yang pernah
dicapai. Bisnis akan dianggap berhasil dan menguntungkan, jika apa yang didapat
oleh seorang pelaku bisnis melebihi ongkos yang dikeluarkan atau melampaui
kerugian yang diderita serta mempunyai manfaat bagi masyarakat dan lingkungan.
Skala perhitungan semacam bisnis ini akan ditentukan pula di hari akhir nanti.
Al Qur’an memperingatkan dengan jelas bahwa seluruh aksi dan transaksi,
bahkan niat dan delibrasi dari setiap manusia, selalu disorot dan dimonitor dengan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
73
cara yang akurat, karena Allah Maha Melihat, Maha Mendengar, dan Maha Tahu
terhadap semua yang dilakukan dan ditransaksikan oleh manusia. Namun lebih
dari itu, banyak ayat Al Qur’an mengatakan tentang adanya catatan dan buku amal
yang dengan teliti dan seksama telah dipersiapkan untuk diserahkan pada manusia
pada hari akhir nanti.
Al Qur’an secara eksplisit menyatakan tentang pahala dan siksa yang
akan diterima manusia pada hari akhir nanti, berdasarkan perilaku manusia selama
di dunia. Akan tetapi, Al Qur’an tidak hanya mendeskripsikan masalah baik dan
buruk, namun juga tentang pahala bagi perilaku yang baik dan siksa bagi perilaku
yang jahat. Al Qur’an menyebutkan pahala yang melimpah bagi perilaku-perilaku
yang baik yang dituangkan pada 30 ayat, dan siksaan bagi tindakan yang jahat dan
keji pada 34 ayat.
Dengan pembahasan singkat di atas, dapat kita tarik kesimpulan bahwa
konsep Al Qur’an tentang bisnis sangat komprehensif dan parameter yang
digunakan berkaitan dengan urusan dunia dan akhirat. Bisnis yang sukses menurut
Al Qur’an adalah bisnis yang membawa keuntungan pada pelakunya dalam dua
fase kehidupan, yakni dunia dan akhirat, sehingga saat terjadi konflik diantara
keduanya, maka tindakan yang bijak sangat dibutuhkan, yakni dengan
meninggalkan keuntungan yang cepat namun fana, demi memperoleh keuntungan
yang abadi untuk di yawm al-a>khir nanti.
D. Penetapan Harga dalam Tinjauan Pemikir Ekonomi Islam.
Pemikiran ekonomi islam menurut sejarahnya terdiri dari 3 fase, yaitu:
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
74
1.fase dasar-dasar ekonomi Islam, 2. fase kemajuan, dan 3. fase stagnasi dan
gerakan pembaharuan49.
1. Fase Pertama.
Fase pertama merupakan fase abad awal sampai dengan abad ke-5
Hijriyah atau abad ke-11 Masehi yang dikenal sebagai fase dasar-dasar ekonomi
Islam yang dirintis oleh para fukaha, diikuti oleh sufi dan kemudian oleh filosof.
Pada awalnya, pemikiran mereka berasal dari orang yang berbeda, tetapi di
kemudian hari, para ahli harus mempunyai dasar pengetahuan dari ketiga disiplin
ilmu tersebut. Fokus fiqih adalah apa yang diturunkan oleh syariah dan, dalam
konteks ini, para fukaha mendiskusikan fenomena ekonomi. Tujuan mereka tidak
terbatas pada penggambaran dan penjelasan fenomena ini. Namun demikian,
dengan mengacu pada Alquran dan hadis nabi, mereka mengeksplorasi konsep
maslahah (utility) dan mafsadah (disutility) yang terkait dengan aktivitas ekonomi.
Pemikiran yang timbul terfokus pada apa manfaat sesuatu yang dilarang agama.
Pemaparan ekonomi para fukaha tersebut mayoritas bersifat normatif dengan
wawasan positif ketika berbicara tentang perilaku yang adil, kebijakan yang baik,
dan batasan-batasan yang diperbolehkan dalam kaitannya dengan permasalahan
dunia.50
Sedangkan kontribusi utama tasawuf terhadap pemikiran ekonomi adalah
pada keajegannya dalam mendorong kemitraan yang saling menguntungkan, tidak
rakus dalam memanfaatkan kesempatan yang diberikan Allah Swt., dan secara
tetap menolak penempatan tuntutan kekayaan dunia yang terlalu tinggi. Sementara 49 Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Edisi Ketiga, (Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 2010), 10. 50 Ibid., 11.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
75
itu, filosof Muslim, dengan tetap berasaskan syariah dalam keseluruhan
pemikirannya, mengikuti para pendahulunya dari Yunani, terutama Aristoteles
(367-322 SM), yang fokus pembahasannya tertuju pada sa’adah (kebahagiaan)
dalam arti luas. Pendekatannya global dan rasional serta metodologinya syarat
dengan analisis ekonomi positif dan cenderung makroekonomi. Hal ini berbeda
dengan para fuqaha yang terfokus perhatiannya pada masalah-masalah
mikroekonomi.51
Tokoh-tokoh pemikir ekonomi Islam pada fase pertama ini antara lain
diwakili oleh Zaid bin Ali (w. 80 H/738 M), Abu Hanifah (w. 150 H/767 M), Abu
Yusuf (w. 182 H/798 M), Al-Syaibani (w. 189 H/804 M), Abu Ubaid bin Sallam
(w. 224 H/838 M), Harits bin Asad Al-Muhasibi (w. 243 H/858 M), Junaid Al-
Baghdadi (w. 297 H/910 M), Ibnu Miskawaih (w. 421 H/1030 M), dan Al-
Mawardi (w. 450 H/1058 M).52
2. Fase Kedua.
Fase kedua yang dimulai pada abad ke-11 sampai dengan abad ke-15
Masehi dikenal sebagai fase yang cemerlang karena meninggalkan warisan
intelektual yang sangat kaya. Para cendekiawan Muslim di masa ini mampu
menyusun suatu konsep tentang bagaimana umat melaksanakan kegiatan ekonomi
yang seharusnya yang berlandaskan Alquran dan hadis nabi. Pada saat yang
bersamaan, di sisi lain, mereka menghadapi realitas politik yang ditandai oleh dua
hal: pertama, disintegrasi pusat kekuasaan Bani Abbasiyah dan terbaginya
kerajaan ke dalam beberapa kekuatan regional yang mayoritas didasarkan pada
51 Ibid., 11. 52 Ibid., 12.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
76
kekuatan (power) ketimbang kehendak rakyat; kedua, merebaknya korupsi di
kalangan para penguasa diiringi dengan dekadensi moral di kalangan masyarakat
yang mengakibatkan terjadinya ketimpangan yang semakin melebar antara di kaya
dengan si miskin. Pada masa ini, wilayah kekuasaan Islam yang terbentang dari
Maroko dan Spanyol di Barat hingga India di Timur telah melahirkan berbagai
pusat kegiatan intelektual. Tokoh-tokoh pemikir ekonomi Islam pada fase ini
antara lain diwakili oleh Al-Ghazali (w. 505 H/1111 M), Ibnu Taimiyah (w. 728
H/1328 M), Al-Syatibi (w. 790 H/1388 M), Ibnu Khaldun (w. 808 H/1404 M),
dan Al-Maqrizi (845 H/1441 M).53
3. Fase Ketiga.
Fase ketiga yang dimulai pada tahun 1446 hingga 1932 Masehi merupakan
fase tertutupnya pintu ijtihad yang mengakibatkan fase ini dikenal juga sebagai
fase stagnasi. Pada fase ini, para fuqaha hanya menulis catatan-catatan para
pendahulunya dan mengeluarkan fatwa yang sesuai dengan aturan standar bagi
masing-masing mazhab. Namun demikian terdapat sebuah gerakan pembaharuan
selama dua abad terakhir yang menyeru untuk kembali kepada Alquran dan hadis
nabi sebagai sumber pedoman hidup. Tokoh-tokoh pemikir ekonomi Islam pada
fase ini antara lain diwakili oleh Shah Wali Allah (w. 1176 H/1762 M),
Jamaluddin Al-Afghani (w. 1315 H/1897 M), Muhammad Abduh (w. 1320
H/1905 M), dan Muhammad Iqbal (w. 1357 H/1938 M)54.
Dibawah ini dikemukakan pendapat para pemikir ekonomi Islam terutama
yang berkaitan dengan masalah penetapan harga menurut Islam.
53 Ibid., 17-18. 54 Ibid., 21.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
77
(1) Pendapat Abu Yusuf (113-182 H/731-798 M).
Penekanan terhadap tanggung jawab penguasa merupakan tema pemikiran
ekonomi Islam yang dikaji dan dikemukakan Abu Yusuf dalam surat panjang
yang dikirimkannya kepada Penguasa Dinasti Abbasiah, Khalifah Harun Al-
Rasyid. Di kemudian hari, surat yang membahas tentang pertanian dan perpajakan
tersebut dikenal sebagai Kitab al-Kharaj.55
Abu Yusuf cenderung menyetujui negara mengambil bagian dari hasil
pertanian dari para penggarap daripada menarik sewa dari lahan pertanian. Dalam
pandangannya, cara ini lebih adil dan tampaknya akan memberikan hasil produksi
yang lebih besar dengan memberikan kemudahan dalam memperluas tanah
garapan. Dalam hal pajak, ia telah meletakkan prinsip-prinsip yang jelas yang
berabad-abad kemudian dikenal oleh para ahli ekonomi sebagai canons of
taxation. Kesanggupan membayar, pemberian waktu yang longgar bagi pembayar
pajak dan sentralisasi pembuatan keputusan dalam administrasi pajak adalah
beberapa prinsip yang ditekankannya. Abu Yusuf dengan keras menentang pajak
pertanian. Ia menyarankan agar petugas pajak diberi gaji dan perilaku mereka
harus selalu diawasi untuk mencegah korupsi dan praktik penindasan.56
Poin kontroversial dalam analisis ekonomi Abu Yusuf ialah pada masalah
pengendalian harga (tas’ir). Ia menentang penguasa yang menetapkan harga.
Argumennya didasarkan pada Sunnah Rasul. Abu Yusuf menyatakan bahwa hasil
panen yang berlimpah bukan alasan untuk menurunkan harga panen dan,
sebaliknya, kelangkaan bukan alasan untuk menaikkan harga. Abu Yusuf tidak
55 Ibid., 15. 56 Ibid., 15.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
78
menolak peranan permintaan dan penawaran dalam penentuan harga.57
Kekuatan utama pemikiran Abu Yusuf adalah dalam masalah keuangan
publik. Terlepas dari prinsip-prinsip perpajakan dan pertanggungjawaban negara
Islam terhadap kesejahteraan rakyatnya, ia memberikan beberapa saran tentang
cara-cara memperoleh sumber perbelanjaan untuk pembangunan jangka panjang,
seperti membangun jembatan dan bendungan serta menggali saluran-saluran besar
dan kecil.58
(2) Pendapat Ibnu Taimyah.
Ibnu Taimiyah yang bernama lengkap Taqiyuddin Ahmad bin Abdul
Halim lahir di kota Harran pada tanggal 22 Januari 1263 M ( 10 Rabiul Awwal
661 H). Ia berasal dari keluarga yang berpendidikan tinggi. Ayah, paman dan
kakeknya merupakan ulama besar Mazhab Hanbali dan penulis sejumlah buku 59.
Berkat kecerdasan dan kejeniusannya, Ibnu Taimiyah yang masih berusia
sangat muda telah mampu menamatkan sejumlah mata pelajaran, seperti tafsir,
hadis, fiqih, matematika, dan filsafat, serta berhasil menjadi yang terbaik di antara
teman-teman seperguruannya. Guru Ibnu Taimiyah berjumlah 200 orang, di
antaranya adalah Syamsuddin Al-Maqdisi, Ahmad bin Abu Al-Khair, Ibn Abi Al-
Yusr, dan Al-Kamal bin Abdul Majd bin Asakir.60
Ketika berusia 17 tahun, Ibnu Taimiyah telah diberi kepercayaan oleh
gurunya, Syamsuddin Al-Maqdisi, untuk mengeluarkan fatwa. Pada saat yang
57 Ibid., 15. 58 Ibid., 16. 59 Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, 351. 60 Ibid., 352.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
79
bersamaan, ia juga memulai kiprahnya sebagai seorang guru. Kedalaman ilmu
Ibnu Taimiyah memperoleh penghargaan dari pemerintah pada saat itu dengan
menawarinya jabatan kepala kantor pengadilan. Namun, karena hati nuraninya
tidak mampu memenuhi berbagai batasan yang ditentukan oleh penguasa, ia
menolak tawaran tersebut.61
Kehidupan Ibnu Taimiyah tidak hanya terbatas pada dunia buku dan kata-
kata. Ketika kondisi menginginkannya, tanpa ragu-ragu ia turut serta dalam dunia
politik dan urusan publik. Dengan kata lain, keistimewaan diri Ibnu Taimiyah
tidak hanya terbatas pada kepiawaiannya dalam menulis dan berpidato, tetapi juga
mencakup keberaniannya dalam berlaga di medan perang.62
Penghormatan yang begitu besar yang diberikan masyarakat dan
pemerintah kepada Ibnu Taimiyah membuat sebagian orang merasa iri dan
berusaha untuk menjatuhkan dirinya. Sejarah mencatat bahwa sepanjang
hidupnya, Ibnu Taimiyah telah menjalani masa tahanan sebanyak empat kali
akibat fitnah yang dilontarkan para penentangnya.63
Selama dalam tahanan, Ibnu Taimiyah tidak pernah berhenti untuk
menulis dan mengajar. Bahkan, ketika penguasa mencabut haknya untuk menulis
dengan cara mengambil pena dan kertasnya, ia tetap menulis dengan
menggunakan batu arang. Ibnu Taimiyah meninggal dunia di dalam tahanan pada
61 Ibnu Rajab, Dhail Tabaqat al-Hanabilah, (Kairo:Matba’ah al-Sunnah al-Muhammadiyah, 1953), Vol.2, 388. Dikutip oleh Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, 352. 62 Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, 352. 63 Ibid., 352.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
80
tanggal 26 September 1328 M (20 Dzul Qaidah 728 H) setelah mengalami
perlakuan yang sangat kasar selama lima bulan.64
Meskipun Ibnu Taimiyah cukup dikenal dalam bidang dunia politik dan
urusan publik, ia juga merupakan seorang pelopor dalam penjelaskan tentang
penentuan harga dalam kaitannya dengan permintaan dan penawaran yang dalam
teori ekonomi modern dikenal dengan kurva supply dan kurva demand. Ia tercatat
oleh para ahli sebagai salah satu pemikir ekonomi Islam.
Ibnu Taimiyah adalah seorang pelopor dalam penjelasannya tentang
penentuan harga dalam hubungannya dengan penawaran dan permintaan,
pembahasan mengenai pengaturan tingkat harga oleh pemerintah serta perhatian
pada monopoli, oligapoli, dan monopsoni sebagai tambahan yang adil (just
profit), upah yang adil (just wage) dan kompensasi yang adil (just compensation).
Masyarakat pada masa Ibnu Taimiyah beranggapan bahwa peningkatan harga
merupakan akibat dari ketidakadilan dan tindakan melanggar hukum dari pihak
penjual atau mungkin sebagai akibat manipulasi pasar. 65
Anggapan ini dibantah oleh Taimiyah, dan dengan tegas ia mengatakan
bahwa harga ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran. Selanjutnya ia
menyatakan bahwa naik dan turunnya harga tidak selalu disebabkan oleh tindakan
tidak adil dari sebagian orang yang terlibat transaksi. Bisa jadi penyebabnya
adalah penawaran yang menurun akibat inefisiensi produksi, penurunan jumlah
impor barang-barang yang diminta atau juga tekanan pasar. Karena itu, jika
permintaan terhadap barang meningkat, sedangkan penawaran menurun, harga
64 Ibid., 352. 65 Ismail Nawawi, Isu-Isu Ekonomi Islam Buku 2 Nalar Perilaku, (Jakarta: VIV Press, 2013), 349.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
81
barang tersebut akan naik. Begitu pula sebaliknya. Kelangkaan dan melimpahnya
barang mungkin disebabkan oleh tindakan yang adil atau mungkin juga tindakan
yang tidak adil.66
Menurut Taimiyah bahwa penawaran bisa datang dari produksi domestik
dan impor. Perubahan dalam penawaran digambarkan sebagai peningkatan atau
penurunan dalam jumlah barang yang ditawarkan, sedangkan permintaan sangat
ditentukan oleh selera dan pendapatan. Besar kecilnya kenaikan harga bergantung
pada besarnya perubahan penawaran dan atau permintaan. Bila seluruh transaksi
sudah sesuai aturan, kenaikan harga yang terjadi merupakan kehendak Allah67.
Hal tersebut menunjukkan sifat pasar yang impersonal. Dibedakan pula dua faktor
penyebab pergeseran kurva penawaran dan permintaan, yaitu tekanan pasar yang
otomatis dan perbuatan melanggar hukum dari penjual, misalnya penimbunan.68
Penawaran bisa datang dari produksi domestik dan impor. Perubahan
dalam penawaran digambarkan sebagai peningkatan atau penurunan dalam jumlah
barang yang ditawarkan, sedangkan permintaan sangat ditentukan oleh selera dan
pendapatan. Besar kecilnya kenaikan harga bergantung pada besarnya perubahan
penawaran dan atau permintaan.69
Gambar 3 Penawaran yang Menurun Akibat Inefisiensi Produksi
66 Ibnu Taimiyah, Taqiyudin Abi Abas Ahmad, Abdil Halim Abdul Salam, Majmu>’ al-Fatwa> jilid VIII, (Beirut:Da>ru al-Kutub Ilmiyyah, 2000), 583. 67 Ibid., 24. 68 Ismail Nawawi, Isu-Isu Ekonomi Islam Buku 2, 350. 69 Ibid., 350.
P2
P1
S2
S1 B
A
D
Q2 Q1 0
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
82
Awalnya titik ekuilibrium terjadi pada titik A dengan harga P1 dan jumlah
Q1. Namun, karena terjadi inefisiensi produksi, maka terjadi kenaikan biaya
produksi yang harus ditanggung oleh perusahaan. Kenaikan biaya produksi ini
menyebabkan pergeseran kurva supply dari S1 menjadi S2. Karena pergeseran ini,
maka tercipta titik ekuilibrium baru pada titik B. Pada titik B ini, terjadi
penurunan kuantitas yang ditawarkan dari Q1 menjadi Q2 dan pada saat yang sama
terjadi kenaikan harga dari P1 menjadi P2.
Bila seluruh transaksi sudah sesuai aturan, kenaikan harga yang terjadi
merupakan kehendak Allah. Hal tersebut yang impersonal. Ibn Taimiyah juga
membedakan dua faktor penyebab pergeseran kurva penawaran dan permintaan,
yaitu tekanan pasar yang otomatis dan perbuatan melanggar hukum dari penjual,
misalnya penimbunan.
Ibnu Taimiyah mengingatkan kepada para pembeli agar tidak menolak
harga yang adil sebagai hasil interaksi antara kekuatan permintaan dan penawaran
yang terjadi secara alamiah.70
3) Ibnu Khaldun.
70 Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, 363.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
83
Ibn Khaldun yang bernama lengkap Abdurrahman Abu Zaid Waliuddin
ibn Khaldun lahir di Tunisia pada awal Ramadhan 732 H atau bertepatan dengan
27 Mei 1332 M. Berdasarkan silsilahnya, Ibn Khaldun masih mempunyai
hubungan darah dengan Wail bin Hajar, salah seorang sahabat nabi yang
terkemuka. Keluarga Ibn Khaldun yang berasal dari Hadramaut, Yaman, ini
terkenal sebagai keluarga yang berpengetahuan luas dan berpangkat serta
menduduki berbagai jabatan tinggi kenegaraan.71
Seperti halnya tradisi yang sedang berkembang di masa itu, Ibn Khaldun
mengawali pelajaran dari ayah kandungnya sendiri. Setelah itu, ia pergi berguru
kepada para ulama terkemuka, seperti Abu Abdillah Muhammad bin Al-Arabi Al-
Hashayiri, Abu Al-Abbas Ahmad ibn Al-Qushshar, Abu Abdillah Muhammad Al-
Jiyani, dan Abu Abdillah Muhammad ibn Ibrahim Al-Abili untuk mempelajari
berbagai ilmu pengetahuan seperti tata bahasa Arab, hadis, fiqih, teologi, logika,
ilmu alam, matematika, dan astronomi.72
Sebagai anggota dari keluarga aristokrat, Ibn Khaldun sudah ditakdirkan
untuk menduduki jabatan tertinggi dalam administrasi negara dan mengambil
bagian dalam hampir semua pertikaian politik di afrika Utara. Namun karena
pengaruh budaya Spanyol yang sempat melekat dalam kehidupan keluarga dan
dirinya selama satu abad, Ibn Khaldun tidak pernah menjadi “anggota penuh” dari
masyarakatnya dan tetap hanya menjadi pengamat luar dari dunianya.73
Pada masa itu, Dunia Timur diperintah oleh seorang teknokrasi
aristokratik internasional yang menumbuhsuburkan seni dan sains. Bila ada orang 71 Ibid., 391. 72 Ibid., 392. 73 Ibid., 392.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
84
yang termasuk anggota dari kelompok elit ini, baik karena keturunan atau
pendidikan, mereka akan ditawari pangkat tinggi dan posisi teknis yang penting
oleh para raja dan sultan yang menyewa jasanya. Ibn Khaldun adalah anggota dari
kelompok elit ini, baik karena keturunan maupun pendidikan. Pada tahun 1352 M,
ketika masih berusia dua puluh tahun, ia sudah menjadi master of the seal dan
memulai karier politiknya yang berlanjut hingga 1375 M. Perjalanan hidupnya
beragam. Namun, baik di dalam penjara atau di istana, dalam keadaan kaya atau
miskin, menjadi pelarian atau menteri, ia selalu berhubungan dengan para
ilmuwan lainnya baik dari kalangan Muslim, Kristen maupun Yahudi. Hal ini
menandakan bahwa Ibn Khaldun tidak pernah berhenti belajar.74
Dari tahun 1375 M sampai 1378 M, ia menjalani pensiun di Gal’at Ibn
Salamah, sebuah puri di provinsi Oran, dan mulai menulis sejarah dunia. Pada
tahun 1378 M, karena ingin mencari bahan dari buku-buku di berbagai
perpustakaan besar, Ibn Khaldun mendapatkan izin dari Pemerintah Hafsid untuk
kembali ke Tunisia. Pada tahun 1382 M ketika berangkat ke Iskandariah, ia
menjadi guru besar ilmu hukum. Sisa hidupnya dihabiskan di Kairo hingga ia
wafat pada tanggal 17 Maret 1406 M.75
Dalam bukunya al-Muqaddimah, Ibnu Khaldun menulis secara khusus
satu bab berjudul “Harga-Harga di Kota”76. Ia membagi barang menjadi dua jenis
yakni barang kebutuhan pokok dan barang pelengkap. Menurut dia, bila suatu
kota berkembang dan selanjutnya populasinya bertambah banyak (kota besar),
74 Ibid., 392. 75 Ibid., 393. 76 Ibnu Khaldun, Al-Muqadimah, (Beirut:Dar Al-Qalam, 2000), 421-423.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
85
maka pengadaan barang-barang kebutuhan pokok akan mendapatkan prioritas77.
Selanjutnya Khaldun mengungkapkan “….karena segala macam biji-bijian
merupakan sebagian dari bahan makanan kebutuhan pokok. maka permintaan
akan bahan itu sangat besar. Tak seorang pun melalaikan bahan makanannya
sendiri atau bahan makanan keluarganya, baik bulanan atau tahunan, sehingga
usaha untuk mendapatkannya dilakukan oleh seluruh penduduk kota, atau oleh
sebagian besar dari mereka, baik di dalam kota itu sendiri maupun di daerah
sekitarnya. Ini tak dapat dipungkiri. Masing-masing orang, yang berusaha untuk
mendapatkan makanan untuk dirinya sendiri, memiliki surplus besar melebihi
kebutuhan diri dan keluarganya. Surplus ini dapat mencukupi kebutuhan sebagian
besar penduduk kota itu. Tidak dapat diragukan, penduduk kota itu memiliki
makanan lebih dari kebutuhan mereka. Akibatnya, harga makanan sering kali
menjadi murah.78
…..Di kota-kota kecil dan sedikit penduduknya, bahan makanan sedikit, karena
mereka memiliki suplai kerja yang kecil, dan karena melihat kecilnya kota,
orang-orang khawatir kehabisan makanan. Karenannya, mereka mempertahankan
dan menyimpan makanan yang telah mereka miliki. Persediaan itu sangat
berharga bagi mereka, dan orang yang mau membelinya haruslah membayar
dengan harga tinggi.79
Dalam bahasa ekonomi kontemporer, pendapat Ibnu Khaldun di atas dapat
diilustrasikan sebagai berikut :
77 Ibid., 421. 78 Ibid., 421. 79 Ibid., 422.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
86
Suplai bahan pokok penduduk kota besar (Qs2) jauh lebih besar daripada
suplai bahan pokok penduduk kota kecil (Qs1). Menurut Ibn Khaldun, penduduk
kota besar memiliki supplay bahan pokok yang melebihi kebutuhannya sehingga
harga bahan pokok di kota besar relatif lebih murah (P1). Sementara itu, suplai
bahan pokok di kota kecil relatif kecil, karena itu orang-orang khawatir kehabisan
makanan, sehingga harganya relatif lebih mahal (P2). Di lain pihak, permintaan
terhadap barang-barang pelengkap akan meningkat sejalan dengan
berkembangnya kota dan berubahnya gaya hidup.
Gambar 4. Harga Kebutuhan Pokok di Kota Besar
dan di Kota Kecil
Dalam bukunya, Khaldun menulis sebagai berikut:“Barang pelengkap
lainnya, seperti bumbu, buah-buahan, dan lain sebagainya, tidak merupakan bahan
yang bersifat umum. Untuk memperolehnya tidak perlu mengerahkan semua
penduduk kota atau sebagian besar daripadanya. Kemudian, bila suatu tempat
telah makmur, padat penduduknya, dan penuh dengan kemewahan, di situ akan
timbul kebutuhan yang besar akan barang-barang di luar barang kebutuhan sehari-
P2
P1
S1
S2
D2
QS1 QS2 0
D1
P
A
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
87
hari. Tiap orang berusaha membeli barang mewah itu menurut kesanggupannya.
Dengan demikian, persediaan tidak bisa mencukupi kebutuhan; jumlah pembeli
meningkat sekalipun persediaan barang itu sedikit, sedang orang kaya berani
membayar tinggi, sebab kebutuhan mereka makin besar. Dan ini, sebagaimana
Anda lihat, akan menyebabkan naiknya harga.”80
Dalam bahasa ekonomi kontemporer, terjadi peningkatan disposable
income dari penduduk kota-kota. Naiknya disposable income dapat meningkatkan
marginal propensity to consume terhadap barang-barang mewah dari setiap
penduduk kota tersebut. Hal ini menciptakan permintaan baru atau peningkatan
permintaan terhadap barang-barang mewah. Akibatnya harga barang mewah akan
meningkat pula. Secara grafis, pendapat Khaldun tersebut dapat digambarkan
pada gambar di bawah ini.
Gambar 5. Kenaikan Disposable Income yang Menyebabkan Naiknya
Harga.
S
P2
P1 D2
D1
Q1 Q2
80 Ibid., 423.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
88
Karena terjadi peningkatan disposable income dari penduduk seiring
dengan berkembangnya kota, maka terjadi kenaikan proporsi pendapatan yang
digunakan untuk mengonsumsi barang mewah. Akibatnya terjadi pergeseran
kurva permintaan terhadap barang mewah dari D1 menjadi D2.
4) Penetapan Harga menurut Yahya bin Umar.
Yahya bin Umar merupakan salah seorang fuqaha mazhab Maliki. Ulama
yang bernama lengkap Abu Bakar Yahya bin Umar bin Yusuf Al-Kannani Al-
Andalusi ini lahir pada tahun 213 H dan dibesarkan di Kordova, Spanyol. Seperti
para cendekiawan Muslim terdahulu, ia berkelana ke berbagai negeri untuk
menuntut ilmu. Pada mulanya, ia singgah di Mesir dan berguru kepada Abdullah
bin Wahab Al-Maliki dan Ibn Al-Qasim, seperti Ibnu Al-Kirwan Ramh dan Abu
Al-Zhahir bin Al-Sarh. Setelah itu, ia pindah ke Hija>z dan berguru, di antaranya
kepada Abu Mus’ab Az-Zuhri. Akhirnya, Yahya bin Umar menetap di Qairuwan,
Afrika, dan menyempurnakan pendidikannya kepada seorang ahli ilmu fara>id
dan hisa>b, Abu Zakaria Yahya bin Sulaiman Al-Farisi.81
Dalam perkembangan selanjutnya, ia menjadi pengajar di Jami’ Qairuwan.
Pada masa hidupnya ini, terjadi konflik yang menajam antara fuqaha Malikiyah
dengan fuqaha Hanafiyah yang dipicu oleh persaingan memperebutkan pengaruh
dalam pemerintahan. Yahya bin Umar terpaksa pergi dari Qairuwan dan menetap
di Sausah ketika Ibnu ‘Abdun, yang berusaha menyingkirkan para ulama 81 Hammad bin Abdurrahman Al-Janidal, Mana>hij al-Ba>hitsi>n fi al-Iqtisha>d al-Isla>mi> (Riyadh: Syirkah al-Ubaikan li al-Thaba’ah wa al-Nasyr, 1406 H), 118. Dikutip oleh Adiwarman Azwar Karim , Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, 282.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
89
penentangnya, baik dengan cara memenjarakan maupun membunuh, menjabat
qa>di di negeri itu. Setelah Ibnu ‘Abdun turun dari jabatannya, Ibrahim bin
Ahmad Al-Aglabi menawarkan jabatan qadi kepada Yahya bin Umar. Namun, ia
menolaknya dan memilih tetap tinggal di Sausah serta mengajar di Jami’ Al-Sabt
hingga akhir hayatnya. Yahya bin Umar wafat pada tahun 289 H (901 M).82
Penetapan harga merupakan tema sentral dalam kitab Ahkam al-Su>q
karya Imam Yahya bin Umar. Ia berulang kali membahasnya di berbagai tempat
yang berbeda. Tampaknya ia ingin menyatakan bahwa eksistensi harga
merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah transaksi. Sedangkan
pengabaian terhadapnya akan dapat menimbulkan kerusakan dalam kehidupan
masyarakat 83 . Berkaitan dengan hal ini, Imam Yahya bin Umar berpendapat
bahwa penetapan harga tidak boleh dilakukan84. Ia berhujjah dengan berbagai
hadits Nabi Muhammad saw, antara lain:
یا: فقالوا وسلم علیھ اهللا صلى عھدالنبى السعرعلى غال: قال انس عن وانى الرزاق الباسط القابض المسعر ھو اهللا ان: فقال لنا سعر اهللا رسول رواه ( مال وال دم فى بمظلمة یطلبنى منكم احد ولیس ربى القى أن ألرجو
85 ) الترمذى Dari Anas bin Malik, ia berkata: "Telah melonjak harga (di pasar) pada
mafia Rasulullah saw. Mereka (para sahabat) berkata: "Wahai Rasulullah, tetapkanlah harga bagi kami". Rasulullah saw menjawab: "Sesungguhnya Allah-lah yang menguasai (harga), yang memberi rizki, yang memudahkan, dan yang menetapkan harga. Aku sungguh berharap bertemu dengan Allah dan tidak seorang pun (boleh) memintaku untuk melakukan suatu kezaliman dalam persoalan jiwa dan harta". (Riwayat Tirmidhi>).
82 Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, 283 83 Ibid., 286. 84 Rifa’at Al-‘Audi, Min al-Tura>ts al-Iqtisha>d li al-Muslimi>n, (Makkah:Rabithah ‘Alam al Islami, 1994), 48. 85 Abu Isa Muhammad al-Tirmidhi>, Sunan al-Tirmidhi> Juz 3, (Beirut: Da>ru al- Fikri, 2005), 56.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
90
Lebih jauh, Imam Yahya bin Umar menyatakan bahwa pemerintah tidak
boleh melakukan intervensi pasar, kecuali dalam dua hal, yaitu: (1) para
pedagang tidak memperdagangkan barang dagangan tertentu yang sangat
dibutuhkan masyarakat, sehingga dapat menimbulkan kemudaratan serta
merusak mekanisme pasar. Dalam hal ini, pemerintah dapat mengeluarkan para
pedagang tersebut dari pasar serta menggantikannya dengan para pedagang yang
lain berdasarkan kemaslahatan dan kemanfaatan umum. (2) para pedagang
melakukan praktik banting harga (dumping) yang dapat menimbulkan
persaingan yang tidak sehat serta dapat mengacaukan stabilitas harga pasar.
Dalam hal ini, pemerintah berhak memerintahkan para pedagang tersebut untuk
menaikkan kembali harganya sesuai dengan harga yang berlaku di pasar.
Apabila mereka menolaknya, pemerintah berhak mengusir para pedagang
tersebut dari pasar. Hal ini pernah dipraktikkan Umar bin Al-Khattab ketika
mendapati seorang pedagang kismis menjual barang dagangannya di bawah
harga pasar. Ia memberikan pilihan kepada pedagang tersebut, apakah
menaikkan harga sesuai dengan standar yang berlaku atau pergi dari pasar86.
Pendapatnya yang melarang penetapan harga tersebut menurut Rifaat Al-
Audi, sekaligus mengindikasikan bahwa sesungguhnya Imam Yahya bin Umar
mendukung kebebasan ekonomi, termasuk kebebasan kepemilikan. Sikap
Rasulullah saw yang menolak dilakukan penetapan harga juga merupakan indikasi
86 Hammad bin Abdurrahman Al-Janidal, Mana>hij al-Ba>hitsi>n fi al-Iqtisha>d al-Isla>mi>, (Riyadh: Syirkah al-Ubaikan li al-Thaba’ah wa al-Nasyr, 1406 H), 122-123.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
91
awal bahwa dalam ekonomi Islam tidak hanya terbatas mengatur kepemilikan,
tetapi juga menghormati dan menjaganya 87.
Kebebasan tersebut juga berarti bahwa harga, dalam pandangan Imam
Yahya bin Umar, ditentukan oleh kekuatan pasar, yakni kekuatan penawaran
(supply) dan permintaan (demand). Namun, ia menambahkan bahwa mekanisme
harga itu harus tunduk kepada kaidah-kaidah. Di antara kaidah-kaidah tersebut
adalah pemerintah berhak untuk melakukan intervensi pasar ketika terjadi
tindakan kesewenang-wenang dalam pasar yang dapat menimbulkan
kemudaratan bagi masyarakat. Dalam hal ini, pemerintah berhak mengeluarkan
pelaku tindakan itu dari pasar. Hukuman ini berarti melarang pelaku melakukan
aktivitas ekonominya di pasar, bukan merupakan hukuman ma>liyyah 88.
Menurut Rifa'at al-Audi, pernyataan Imam Yahya bin Umar yang melarang
praktik banting harga (dumping) bukan dimaksudkan untuk mencegah harga-
harga menjadi murah, akan tetapi pelarangan tersebut dimaksudkan untuk
mencegah dampak negatifnya terhadap tekanisme pasar dan kehidupan
masyarakat secara keseluruhan89.
5). Shah Waliullah Al-Dihlawi.
Shah Waliullah Al-Dihlawi diakui sebagai salah satu tokoh pemikir
ekonomi Islam pada fase ketiga. Nama aslinya Qutb al-Di>n Ah}mad Abu> al-
Fayyad. Dilahirkan di Delhi India dengan nama lengkap Wali Alla>h Ah}mad Ibn
Abd Rahi>m Ibn Waji>h al-Di>n al-Sya>hid Ibn Mu’azam Ibn Mans}u>r Ibn 87 Rifa’at Al-Audi, Min al-Tura>ts al-Iqtisha>d , 52-53. 88 Ibid., 52-53. 89 Ibid., 56.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
92
Ah}mad Ibn Mah}mu>d Ibn Qiwa>m al-Di>n Ibn Qasim Ibn Ka>bir al-Di>n Ibn
Abd al-Ma>lik Ibn Qutb al-Di>n Ibn Kamal al-Di>n Ibn Shams al-Di>n Ibn
Shayr al-Ma>lik Ibn Muhammad Ibn Abi al-Fath Ibn Umar Ibn Adil Ibn Fa>ru>q
Ibn Jurjesh
Ibn Ah}mad Ibn Muh}ammad Ibn Uthma>n Ibn Mahan Ibn Hamayu>n Ibn
Qura>’ish Ibn Sulayma>n Ibn Affan Ibn Abdillah Ibn Muhammad Ibn Abdillah
Ibn Umar Ibn Khatab al-Adawi al-Qura>’ish. Dilihat dari runtut nasab, al-Dihlawi
bernasab kepada khalifah kedua yaitu Umar bin Khatab ra 90. Ia dilahirkan pada
hari Rabu, tanggal 21 Februari 1703 M atau 4 Syawal 1114 H di Phulat, sebuah
kota kecil di dekat Delhi dan wafat pada tahun 1762 M atau 1176 H. Dia dijuluki
“Shah Waliullah” yang berarti sahabat Allah karena kesalehan yang ia miliki. Dia
memulai studinya di usia 5 tahun dan menyelesaikan bacaan dan hafalan dari Al-
Quran pada usia tujuh tahun. Dia adalah pengikut Ahlus Sunnah Wal Jamaah dan
penganut mazhab fikih Hanafi.91
Pada tahun 1731 al-Dihlawi meninggalkan India untuk memunaikan
ibadah haji ke Makkah dan Madinah serta tinggal di sana selama 14 bulan.
Sewaktu di Makkah al-Dihlawi bermimpi bertemu Rasulullah SAW yang
memerintahkan agar dirinya berupaya mengembangkan masyarakat Islam India.
Ia pun segera kembali ke Delhi pada bulan Juli 1932 dan memulai tugasnya
dengan sungguh-sungguh. Ia sebagai pembaharu menghadapi tugas yang berat
pada masa di mana muslimin India sedang dalam keadaan paling kritis dalam
sejarahnya, baik kondisi sosial politik, ekonomi dan keagamaan. Ia telah menulis 90 Al-Dihlawi, Hujat Alla>h al-Ba>lighah, I (Beyru>t:Da>r Ihya>’ al-Ulu>m, 1992), 13. 91 http://scarmakalah.blogspot.com/2014/02/pemikiran-ekonomi-islam-syah-waliallah... (20 Oktober 2014), 2.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
93
buku-buku standar kajian ke-Islaman, yang telah selesai ditulis sebelum
meninggal dunia pada 29 Muharam 1176 H/ 20 Agustus 1762 M 92.
Penjelasan tentang pemikiran ekonomi Islam Shah Waliullah didapat dari
karyanya Hujjatulla>h Al-Ba>lighah. Ia menganggap kesejahteraan ekonomi
sangat diperlukan untuk kehidupan yang lebih baik. Dalam konteks ini, ia
membahas kebutuhan manusia, kepemilikan, sarana produksi, kebutuhan untuk
bekerjasama dalam proses produksi dan berbagai bentuk distribusi dan konsumsi.
Ia juga menelusuri evolusi masyarakat dari panggung primitif sederhana dengan
budaya yang begitu kompleks di masanya. Ia juga menekankan bagaimana
pemborosan dan kemewahan yang diumbar akan menyebabkan peradaban
menjadi merosot. Dalam diskusinya tentang sumber daya produktif, ia menyoroti
fakta bahwa hukum Islam telah menyatakan beberapa sumber daya alam yang
menjadi milik sosial. Ia mengutuk praktek monopoli dan pengambilan keuntungan
secara berlebihan dari lahan perekonomian. Ia menjadikan kejujuran dan keadilan
dalam bertransaksi sebagai prasyarat untuk mencapai kemakmuran dan kemajuan.
Menurutnya, manusia secara alamiah adalah makhluk sosial sehingga harus
melakukan kerjasama antara satu orang dengan orang lainnya, seperti kerjasama
usaha (mud}a>rabah, musha>rakah), kerjasama pengelolaan pertanian, dan lain-
lain. Islam melarang kegiatan-kegiatan yang merusak semangat kerjasama ini,
misalnya perjudian dan riba. Kedua kegiatan ini mendasarkan pada transaksi yang
92 Hafiz Abd Gaffar Khan, “Shah Wali Allah:On The Nature, Origin, Definition, and Claswification of Knowledge” dalam Journal of Islamic Studies, Vol. 3, No.2 (Oxford:Oxford University Press, 1992), 201.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
94
tidak adil, eksploitatif, mengandung ketidakpastian yang tinggi, dan beresiko
tinggi. 93
Dinyatakan oleh Shah Waliullah al-Dihlawi, bahwa ia mengutuk
pengambilan keuntungan secara berlebihan dari lahan perekonomian. Berarti ia
mengutuk penetapan harga tinggi yang tidak wajar, sebab keuntungan merupakan
bagian atau unsur dari harga.
6). Penetapan Harga menurut Monzer Kahf.
Monzer Kahf merupakan salah seorang pemikir ekonomi islam
kontemporer. Ia dilahirkan di Damaskus, Syiria pada tahun 1940. Ia dilahirkan
dan dibesarkan dalam keluarga yang religius. Pada tahun 1978, Kahf menerbitkan
buku tentang ekonomi Islam yang berjudul “The Islamic Economy” , diterbitkan
di Plainfield, difasilitasi oleh Muslim Students Association (US-Canada). Dewasa
ini Monzer Kahf adalah senior researcher di The Islamic Research and Training
Institute pada Islamic Development Bank Jeddah94.
Monzer Kahf menganut aliran mazhab mainstream, yaitu mazhab ekonomi
Islam yang menggabungkan antara ilmu ekonomi dan ajaran Islam (terutama ilmu
fiqh). Selain mazhab mainstream, terdapat mazhab lain yaitu mazhab
iqtis}a>duna> dan alternatif kritis. Mazhab iqtis}a>duna adalah mazhab ekonomi
93 Abdul Gafur , “Pemikiran Ekonomi Islam Klasik” dalam http://gavouer.wordpress.com/category/ekonomi-islam/ (09 Oktober 2014), 23-24. Materi ini disampaikan dalam kegiatan Pembekalan Kelompok Studi Ekonomi Islam (KSEI) Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin, tanggal 23 Februari 2013. Adapun Abdul Gafur adalah dosen pemikiran ekonomi Islam pada fakultas Syariah IAIN Antasari Banjarmasin. 94 Mohamed Aslam Hanief, Pemikiran Ekonomi Islam Kontemporer, (Jakarta:RajaGrafindo Persada, 2010), 90.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
95
Islam yang bersifat doktrin dan berpedoman pada karya tulis Baqir As-Sadr yaitu
iqtis}a>duna (Ekonomi kita), Adapun mazhab alternatif kritis adalah mazhab
ekonomi Islam di luar kedua mazhab tersebut.
Peneliti dalam tulisan disertasi ini mengikuti mazhab mainstream. Ada
beberapa tokoh pemikir ekonomi Islam yang bermazhab mainstream, berikut
diutarakan beberapa tokoh pemikir ekonomi Islam kontemperer beserta karya
tulisnya 95 :
1. Muhammad Abdul Mannan - Islamic Economics: Theory and Practice,
Delhi, Sh. M. Ashraf, 1970.
- The Making of the Islamic Economic
Society, Cairo, International Association of
Islamic Banks, 1984.
2. Muhammad Nejatullah Siddiqi - Some Aspects of the
Islamic Economy (2 nd ed.), Lahore, Islamic
Publication, 1978.
- The Economic Enterprise in Islam (2 nd
ed.), Lahore, Islamic
Publication, 1971.
3. Monzer Kahf - The Islamic Economy, Plainfield, Muslim
Students Association (US-Canada), 1978.
Mannan, Siddiqi dan Kahf adalah tokoh pemikir ekonomi Islam
kontemporer yang beraliran mainstream. Mereka menggabungkan pendidikan
95 Ibid., 10.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
96
ekonomi konvensional yang mereka terima dengan ajaran Islam yaitu ilmu fiqih.
Sebenarnya terdapat tokoh pemikir ekonomi Islam kontemporer yang lain yang
bermazhab mainstream seperti Adiwarman Azwar Karim dan Ismail Nawawi.
Peneliti di sini mengambil salah seorang di antaranya yaitu Monzer Kahf
karena ia mempunyai tulisan yang sangat singkat dan jelas tentang penetapan
harga. Di dalam penetapan harga output yang tepat, Monzer Kahf berpendapat
bahwa bekerjanya pasar secara benar akan menentukan harga output berdasar
permintaan dan penawaran. Namun, jika terjadi manipulasi, penipuan, praktik
monopolistik yang unfair, dan sebagainya, maka negara sebagai muhtasib, dapat
melakukan campur tangan dan selanjutnya menentukan harga ekuivalennya.96
Kesimpulannya.
Tabel 4. Tabel Maping Teori Penetapan Harga dalam Tinjauan Ekonomi
Islam Klasik Sampai Kontemporer
Nomor Teori Variabel/Model
1 Abu Yusuf
- Menentang penguasa yang menetapkan
harga.
- Hasil panen yang berlimpah bukan alasan
untuk menurunkan harga panen, begitu pula
96 Ibid., 101.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
97
sebaliknya.
- Tidak menolak peranan permintaan dan
penawaran dalam penentuan harga.
2 Ibnu Taimiyah
- Pelopor dalam penjelasan penentuan harga
dalam hubungannya dengan penawaran dan
permintaan
- Pengaturan harga oleh pemerintah, just
profit, just wage, dan just compensation bila
mekanisme pasar tidak normal
- Turunnya penawaran akibat inefisiensi
produksi, penurunan impor, tekanan pasar.
- Kelangkaan dan melimpahnya barang
disebabkan oleh tindakan yang adil atau
tindakan yang tidak adil
- Penawaran datang dari produksi domestik
dan impor, permintaan sangat ditentukan
oleh selera dan pendapatan.
- Tinggi rendahnya harga bergantung pada
perubahan penawaran dan permintaan
- Kebebasan keluar masuk pasar
- Menentang peraturan yang berlebihan ketika
pasar bekerja secara normal menentukan
harga yang kompetitif.
3 Ibnu Khaldun - Barang 2 jenis, barang kebutuhan pokok dan
barang pelengkap.
- Bila suatu kota berkembang dan
populasinya bertambah, maka pengadaan
barang kebutuhan pokok akan mendapatkan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
98
prioritas.
- Permintaan terhadap barang-barang
pelengkap akan meningkat sejalan dengan
berkembangnya kota dan berubahnya gaya
hidup, akibatnya harga barang-barang
pelengkap naik.
- Harga di kota memiliki kandungan pajak
sehingga harga di kota lebih tinggi.
- Bila barang-barang tersedia sedikit, harga
akan naik, begitu pula sebaliknya.
- Permintaan dan penawaran penentu
keseimbangan harga.
- Keuntungan yang wajar mendorong
tumbuhnya perdagangan, keuntungan yang
sangat rendah dan sangat tinggi melesukan
perdagangan.
4 Yahya Bin Umar - Harga sangat penting dalam transaksi,
pengabaian harga menimbulkan kerusakan
dalam kehidupan masyarakat.
- Penetapan harga tidak boleh dilakukan.
- Intervensi pasar tidak boleh kecuali 2 hal,
yaitu:(1) para pedagang tidak
memperdagangkan barang yang sangat
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
99
dibutuhkan masyarakat, (2) para pedagang
melakukan praktik banting harga.
- Mendukung kebebasan ekonomi termasuk
kebebasan kepemilikan.
- Harga ditentukan oleh kekuatan pasar, yakni
penawaran dan permintaan.
- Undang-undang untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat secara
keseluruhan.
5 Shah Waliullah - Perlunya kerjasama dalam produksi dan
distribusi
- Mengutuk praktek monopoli
- Mengutuk penetapan harga tidak wajar
dengan cara pengambilan keuntungan secara
berlebihan.
- Kejujuran dan keadilan dalam bertransaksi
sebagai prasarat untuk mencapai
kemakmuran dan kemajuan.
6 Monzer Kahf - Bekerjanya pasar secara benar akan
menentukan harga output berdasar
permintaan dan penawaran.
- Jika terjadi manipulasi, penipuan, praktik
monopolistik yang unfair maka negara
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
100
dapat melakukan campur tangan dalam
penetapan harga.
E. Kerangka konseptual.
Dari kajian pustaka dan penelitian terdahulu terkait dengan teori tentang
Perilaku bisnis dan penetapan harga pasar dapat disusun kerangka pemikiran
teoritik sebagai berikut :
Gambar 6. Kerangka Pemikiran Konseptual
Interaksi
Pengusaha dan Konsumen
Perilaku Bisnis Ikan
Pelelangan Ikan
Penetapan harga
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
101
Dari gambaran di atas dapat dijelaskan alur pemikiran sebagai berikut:
1. Interaksi pengusaha dan konsumen, bahwa pengusaha termotivasi oleh (1)
pertukaran barang dan jasa atau uang yang saling menguntungkan dan
memberikan manfaat, (2) aktivitas produksi barang dan jasa, (3) aktivitas
pelayanan kebutuhan konsumen melalui distribusi pemasaran, (4) mencari
keuntungan, (5) mempertahankan hidup perusahaan, (6) menumbuh
kembangkan perusahaan, (7) tanggung jawab sosial. Dan motivasi konsumen
(1) kebutuhan akan komoditas atau barang, (2) Pendapatan konsumen, (3)
selera Konsumen, (4) barang konsitusi dan (5) tingkat peradaban konsumen.
Dari ketujuh motivasi pengusaha dan motivasi konsumen membangun perilaku
bisnis.
2. Dalam pelelangan ikan terbangun interaksi dengan pengepul di laut dan
Bauran Pemasaran
Jaringan Distribusi
Lingkungan Bisnis
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
102
pengepul di darat. Selanjutnya pengepul, distributor atau pedagang besar ikan
dan pengurus tempat pelelangan ikan melakukan lelang ikan.
3. Jaringan distribusi terlaksana dari pelelangan, menuju ke pedagang besar atau
distributor, selanjutnya di pengecer di pasar.
4. Bauran pemasaran tradisional (traditional marketing mix) terdiri dari 4 P , yaitu
produk (product), harga (price), tempat/lokasi (place) dan promosi
(promotion). Sementara itu, untuk pemasaran jasa perlu bauran pemasaran
yang diperluas (expanded marketing mix for services) dengan penambahan
unsur non-traditional marketing mix, yaitu orang (people) fasilitas fisik
(physical evidence) dan proses (process).\
5. Lingkungan bisnis terkait dengan budaya konsumen, peranan pemerintah,
lembaga ekonomi keuangan bank dan non bank.
6. Penetapan harga, terkait dengan permintaan dan penawaran, produksi dalam
negeri dan impor, kelangkaan akan komoditas dan pelanggaran hukum atau
ketidak adilan. Di sisi lain penetapan harga berkaitan dengan produk yang
ditawarkan pesaing, mencari profit maksimum, pemasar, biaya tetap dan biaya
variabel, serta biaya-biaya lainnya, pertimbangan bisnis dan bauran pemasaran.
7. Semua perilaku bisnis dalam bauran pemasaran dan penetapan harga harus
dilandasi filosofi dan karakter bisnis, terkait dengan filosofis bisnis, Tauhid,
Khilafah, Tazkiyah, Al-Falah. karakteritik bisnis terkait jujur
(siddi>q/rightenousness), komunikatif (tabli>gh/communicative), terpercaya
(ama>nah/trustworthiness), cerdas (fat}a>nah/intelligent),dan keberanian
(shaja>’ah).
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
103