-
20
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Timbal (Pb)
Timbal (Pb) adalah logam lunak berwarna abu-abu kebiruan mengkilat, Pb
memiliki titik lebur rendah, mudah dibentuk, memiliki sifat kimia yang aktif,
sehingga bisa digunakan untuk melapisi logam agar tidak timbul perkaratan, serta
mudah dimurnikan dari pertambangan. Timbal (Pb) merupakan salah satu logam
berat yang sering juga disebut dengan istilah timah hitam. Timbal (Pb) pada
awalnya adalah logam berat yang secara alami terdapat di dalam kerak bumi.
Timbal meleleh pada suhu 328o C (662
oF) ; titik didih 1740
oC (3164
oF) ; dan
memiliki gravitasi 11,34 dengan berat atom 207,20. Timbal (Pb) adalah logam
yang mendapat perhatian bersifat toksik pada manusia, Intoksikasi Pb bisa terjadi
melalui jalur oral, lewat makanan, minuman, pernafasan, lewat kulit, lewat kontak
mata, dan lewat parenteral. Orang dewasa mengabsorpsi pb sebesar 5- 15 % dari
keseluruhan pb yang dicerna, sedangkan anak-anak mengabsorpsi pb lebih besar,
yaitu 41,5%. Toksisitas Pb berpengaruh terhadap biosintesa haemopoietik, sistem
kardiovaskuler, respirasi, syaraf, gastro-intestinal, urinaria, endokrin, reproduksi
dan berperan sebagai co-faktor dalam proses karsinogenesis (Widowati Wahyu,
dkk, 2008)
.
Gambar 2.1 Timbal
7
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONEISA
-
21
2.2 Sifat – Sifat Timbal
Timbal (Pb) memiliki sifat khusus seperti dibawah ini, yakni:
1. Berwarna putih kebiru-biruan dan mengkilap.
2. Lunak sehingga sangat mudah ditempa.
3. Tahan asam, karat dan bereaksi dengan basa kuat.
4. Daya hantar listrik kurang baik. (Konduktor yang buruk)
5. Massa atom relative 207,2
6. Memiliki Valensi 2 dan 4.
7. Tahan Radiasi
Selain sifat khusus di atas, timbal memiliki sifat kimia dan fisika seperti
berikut:
2.2.1 Sifat – Sifat Fisika
Fasa pada suhu kamar : Padatan
Densitas : 11, 34 g/cm3
Titik leleh : 3280 C
Titik didih : 17400 C
Panas fusi : 4, 77 kJ/mol
Panas penguapan 179,5 kJ/mol
Kalor jenis : 26,650 J/molK
2.2.2 Sifat – Sifat Kimia
Bilangan oksidasi :4,2,- 4
Elektronegativitas : 2,33 ( skala pauli )
Energi ionisasi 1 : 715,6 kj/mo
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONEISA
-
22
Energi ionisasi 2 : 1450,5 kj/mol
Energi ionisasi 3 : 3081,5 kj/mol
Jari – jari atom : 175 pm
Radius ikatan kovalen : 146 pm
Jari – jari Van Der Waals : 202 pm
Struktur Kristal : kubik berpusat muka
Sifat kemagnetan : diamagnetic
Resistifitas ternal : 208 nohm.m
Konduktifitas ternal : 35,3 W/mK
2.3 Kegunaan Timbal
Timbal tidak hanya sebagai senyawa beracun yang mencemari udara,
tetapi timbal juga dapat digunakan dalam industri baterai, kabel, penyepuhan,
pestisida, sebagai alat anti letup pada bensin, zat penyusun patri atau solder,
sebagai formulasi penyambung pipa sehingga memungkinkan terjadinya antar air
rumah tangga dengan Pb. Kemampuan Pb membentuk alloy dengan berbagai jenis
logam lain sehingga bisa meningkatkan sifat metalurgi dari pb, yaitu :
1. Pb + Sb sebagai kabel telepon
2. Pb + As + Sn + Bi sebagai kabel listrik
3. Pb + Ni senyawa azida sebagai bahan peledak
4. Pb + Cr + Mo + Cl sebagai pewarnaan cat
5. Pb + asetat untuk mengkilapkan keramik dan bahan anti api
6. Pb + Te sebagai pembangkit listrik tenaga panas
7. Tetrametil-Pb dan Tetraetil Pb sebagai bahan aditif pada bahan bakar
kendaraan bermotor.
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONEISA
-
23
Timbal sebagai salah satu zat yang dicampurkan ke dalam bahan bakar
(premium dan premix), yaitu (C2H5)4 Pb atau TEL (Tetra Ethyl Lead) yang
digunakan sebagai bahan aditif, yang berfungsi meningkatkan angka oktan
sehingga penggunaannya akan menghindarkan mesin dari gejala “ngelitik” yang
berfungsi sebagai pelumas bagi kerja antarkatup mesin (intake & exhaust valve )
dengan dudukan katup valve seat serta valve guide. Keberadaan octan booster
dibutuhkan dalam bensin agar mesin bisa bekerja dengan baik . ( Widowati
wahyu, dkk, 2008).
2.4 Bahaya Timbal
Logam bersifat kumulatif. Mekanisme toksisitas pb berdasarkan organ
yang dipengaruhinya adalah :
1. Sistem pembentukan darah (hematopoietik), yang dapat menyebabkan
terhambatnya pembentukan hemoglobin sehingga dapat menimbulkan
gejala anemia.
2. Sistem saraf yang menyebabkan gangguan saraf pusat seperti sulit berfikir
dan mengingat, kerusakan otak besar, dan delirium.
3. Sistem eksresi yang menyebabkan gangguan ginjal dengan gejala
aminoasiduria, fosfaturia, glukosuria, nefropati, fibrosis danatrofi
glomerular.
4. Sistem saluran cerna yang menyebabkan sakit perut dan konstipasi.
5. Sistem jantung dan pembuluh darah yang menyebabkan peningkatan
permeabilitas pembuluh darah.
6. Sistem reproduksi yang menyebabkan kematian janin sewaktu dilahirkan.
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONEISA
-
24
7. Sistem endokrin yang menyebabkan gangguan tiroid (Widowati Wahyu,
dkk, 2008).
Toksisitas Pb bersifat kronis dan akut. Toksisitas kronis sering dijumpai
pada pekerja tambang dan pabrik pemurnian logam, pabrik mobil (proses
pengecatan), pembuatan baterai, percetakan, pelapisan logam, dan pengecatan.
Paparan Pb secara kronis bisa mengakibatkan kelelahan, kelesuan, gangguan
iritabilitas, gangguan gastrointestinal, kehilangan libido, infertilitas pada laki-
laki, gangguan menstruasi serta aborsi spontan pada wanita, depresi, sakit kepala,
sulit berkonsentrasi, daya ingat terganggu dan sulit tidur.
Toksisitas akut bisa terjadi jika Pb masuk kedalam tubuh seseorang
melalui makanan atau menghirup gas Pb dalam aktu yang relatif pendek dengan
dosis atau kadar relatif tinggi. Gejala dan tanda-tanda klinis akibat paparan Pb
secara akut menimbulkan beberapa gejala, antara lain :
1. Gangguan gastrointestinal, seperti keram perut, kolik, dan biasanya
diawali dengan sembelit, mual, muntah-muntah, dan sakit perut yang
hebat.
2. Gangguan neurologi berupa ensefalopati seperti sakit kepla, binggung atau
pikiran kacau, sering pingsan dan koma.
3. Gangguan fungsi ginjal, oliguria, dan ginjal yang akut bisa berkembang
dengan cepat.
2.5 Sumber Pencemaran Timbal
Pencemaran lingkungan oleh timbal kebanyakan berasal dari aktivitas
manusia yang mengekstrasi dan mengeksploitasi logam tersebut. Timbal
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONEISA
-
25
digunakan untuk berbagai kegunaan terutama sebagai bahan perpipaan, bahan
aditif untuk bensin, baterai, pigmen, amunisi. Sumber pencemaran Pb dapat juga
berasal dari sumber alami yaitu pencemaran dari erupsi debu gunung berapi.
2.6 Toksisitas Timbal
Toksisitas timbal bergantung pada tempat dimana manusia melakukan
aktivitas bekerja dan menghabiskan waktu pada lokasi dimana mereka hidup dan
biasanya bersifat toksisitas kronis terutama pada orang dewasa. Prevalensi
terjadinya sangat bervariasi dan erat hubungannya dengan jenis pekerjaannya.
Orang dewasa mengabsorpsi pb sebesar 5 - 15 % dari keseluruhan pb yang
dicerna, sedangkan anak-anak mengabsorpsi pb lebih besar, yaitu 41,5%. Timbal
(Pb) adalah logam yang bersifat toksik terhadap manusia, yang bisa berasal dari
tindakan mengonsumsi makanan, minuman, atau melalui inhalasi dari udara, debu
yang tercemar pb, kontak lewat kulit, lewat mata, dan lewat parenteral.
Logam Pb tidak dibutuhkan oleh tubuh manusia sehingga bila makanan
dan minuman tercemar Pb dikonsumsi maka tubuh akan mengeluarkannya. Di
dalam tubuh manusia, Pb bisa menghambat aktivitas enzim yang terlibat dalam
pembentukan hemoglobin (Hb) dan sebagian kecil pb diekskresikan lewat urin
atau feses karena sebagian terikat oleh protein, sedangkan sebagian lagi
terakumulasi dalam ginjal, kuku, jaringan lemak, dan rambut. Waktu paruh timbal
(Pb) dalam eritrosit adalah selama 35 hari, dalam jaringan ginjal dan hati selama
40 hari, sedangkan waktu paruh dalam tulang adalah selama 30 hari. Tingkat
ekskresi Pb melalui sistem urinaria adalah sebesar 76%, gastrointestinal 16%, dan
rambut,kuku, serta keringat sebesar 8%. (Widowati Wahyu,dkk, 2008).
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONEISA
-
26
2.7 Sungai
Gambar 2.3 Sungai
Sungai adalah aliran air yang besar dan memanjang yang mengalir secara
terus-menerus dari hulu (sumber) menuju hilir (muara). Pada beberapa kasus,
sebuah sungai secara sederhana mengalir meresap ke dalam tanah sebelum
menemukan badan air lainnya. Melalui sungai merupakan cara yang biasa bagi
air hujan yang turun di daratan untuk mengalir ke laut atau tampungan air yang
besar seperti danau. Sungai terdiri dari beberapa bagian, bermula dari mata
air yang mengalir ke anak sungai. Beberapa anak sungai akan bergabung untuk
membentuk sungai utama. Aliran air biasanya berbatasan dengan saluran dengan
dasar dan tebing di sebelah kiri dan kanan. Pengujung sungai di mana sungai
bertemu laut dikenali sebagai muara sungai.
Sungai merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Air dalam sungai
umumnya terkumpul dari presipitasi, seperti hujan, embun, mata air, limpasan bawah
tanah, dan di beberapa negara tertentu juga berasal dari lelehan es/salju. Selain air,
sungai juga mengalirkan sedimen dan polutan. Kemanfaatan
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONEISA
https://id.wikipedia.org/wiki/Hujanhttps://id.wikipedia.org/wiki/Daratanhttps://id.wikipedia.org/wiki/Lauthttps://id.wikipedia.org/wiki/Danauhttps://id.wikipedia.org/wiki/Mata_airhttps://id.wikipedia.org/wiki/Mata_air
-
27
terbesar sebuah sungai adalah untuk irigasi pertanian, bahan baku air minum,
sebagai saluran pembuangan air hujan dan air limbah, bahkan sebenarnya
potensial untuk dijadikan objek wisata sungai.
2.8 Erupsi Gunung Sinabung
Gambar 2.4 Erupsi Gunung Sinabung
Erupsi adalah proses meletusnya gunung berapi, yakni keluarnya material
gunung berapi seperti lahar dan abu yang disertai lepasnya gas-gas ke permukaan
bumi. Erupsi umumnya terjadi melalui saluran magma dan retakan di gunung
yang sudah terbentuk sebelumnya. Erupsi vulkanik terjadi ketika magma di dalam
kulit bumi menjadi lengketan dan membentuk cerobong naik pada celah utama
saluran. Gas-gas di dalam magma bertekanan semakin tinggi sehingga mendesak
kulit bumi sampai terjadi letusan. Keluarnya magma sangat dipengaruhi oleh
besarnya tekanan di dalam perut bumi. Bila tekanannya sangat tinggi dan saluran
keluarnya tersumbat, ledakan yang hebat akan menyertai keluarnya lahar. Makin
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONEISA
https://id.wikipedia.org/wiki/Irigasi
-
28
rendah tekanan di dalam perut bumi, makin pelan proses keluarnya lahar. Sesudah
proses erupsi berhenti biasanya terbentuk kawah dengan lubang berbentuk corong
di puncak gunung.
Salah satu gunung yang juga erupsi adalah Gunung Sinabung. Gunung
Sinabung adalah satu dari 127 gunung api yang ada di Indonesia. Gunung
Sinabung berada di dataran tinggi Karo Sumatra Utara dengan puncaknya
mencapai 2.451 meter di atas permukaan laut. Dalam catatan letusan gunung api
yang ada pada Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana dan Geologi (PVMBG) ,
Gunung Sinabung tidak menunjukan aktivitasnya dalam kurun waktu tahun 1600.
Kondisi ini yang menjadikan Gunung Sinabung Tipe B dan bukanlah gunung
yang menjadi prioritas dalam pengamatan sebelum terjadi letusan tahun 2010.
Diawali pada 27 Agustus 2010, Gunung Sinabung mengeluarkan asap dan abu
vulkanik dan diikuti dengan erupsi magnetik pada 29 Agustus 2010. Erupsi
magnetik ditandai dengan adanya lava pijar yang keluar dari dalam perut Gunung
Sinabung.
2.9 Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)
Spektrofotometer Serapan Atom digunakan untuk analisis kuantitatif
unsur-unsur logam dalam jumlah sekelumit (trace) dan sangat sekelumit
(ultratrace). Cara analisis ini memberikan kadar total unsur logam dalam suatu
sampel dan tidak tergantung pada bentuk molekul dari logam dalam sampel
tersebut. Cara ini cocok untuk analisi kelumit logam karena mempunyai
kepekaan yang tinggi, pelaksanaannya relatif sederhana dan interferensinya
sedikit. Metode spektrofotometer serapan atom berprinsip pada absorpsi energi
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONEISA
-
29
cahaya oleh atom netral pada panjang gelombang tertentu tergantung pada sifat
unsurnya. Dengan menyerap suatu energi, maka atom akan memperoleh energi
sehingga suatu atom pada keadaan dasar dapat ditingkatkan energinya ke tingkat
eksitasi.
Spektrofotometer Serapan Atom elektrotermal pertama kali diperkenalkan
pada awal tahun 1970. Secara umum alat memiliki tingkat sensitivitan yang tinggi
karena seluruh sampel diatomisasi dalam periode yang singkat. Sensitivitas dan
batas deteksinya ialah 20 hingga 1000 kali lebih baik dibandingkan dengan flame
emission spectrofotometry. Selain itu volume sampel yang dibutuhkan relatif
sedikit, yaitu biasanya ± 0,5-10 μL. Sedangkan peralatan yang dibutuhkan pada
analisis elektrotermal ini adalah sama dengan peralatan pada metode absorpsi
nyala. Sebagian besar instrumen didesain secara modern sehingga perubahan tipe
atomisasi ke tipe lain merupakan persoalan yang relatif mudah.
Gambar 2.5 Spektrofotometer Serapan Atom (SSA
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONEISA
-
30
2.9.1 Keunggulan/kelebihan metode SSA
1. Spesifik
2. Batas limit (deteksi) rendah
3. Dari satu larutan yang sama, beberapa unsur berlainan dapat diukur
4. Pengukuran dapat langsung dilakukan terhadap larutan contoh
5. Dapat diaplikasikan kepada banyak jenis unsur dalam banyak jenis contoh
6. Batas kadar yang dapat ditentukan sangat luas
2.9.2 Kelemahan metode SSA
1. Kurang sempurnanya preparasi sampel, seperti : proses destruksi yang
kurang sempurna tingkat keasaman blangko dan sampel tidak sama.
2. Gangguan kimia berupa : disosiasi tidak sempurna, terbentuknya senyawa
refraktori.
2.9.3 Komponen – Komponen (Spektrofotometer Serapan Atom) SSA
1. Sumber Sinar
Sumber radiasi SSA adalah Hallow Cathode Lamp (HCL). Setiap
pengukuran dengan SSA kita harus menggunakan Hallow Cathode Lamp
khusus misalnya akan menentukan konsentrasi tembaga dari suatu
cuplikan. Maka kita harus menggunakan Hallow Cathode khusus. Hallow
Cathode akan memancarkan energi radiasi yang sesuai dengan energi yang
diperlukan untuk transisi elektron atom.
Hallow Cathode Lamp terdiri dari katoda cekung yang silindris yang terbuat dari
unsur yang sama dengan yang akan dianalisis dan anoda yang terbuat dari
tungsten. Dengan pemberian tegangan pada arus tertentu, logam mulai memijar
dan dan atom-atom logam katodanya akan teruapkan
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONEISA
-
31
dengan pemercikan. Atom akan tereksitasi kemudian mengemisikan radiasi pada
panjang gelombang tertentu
2. Sumber atomisasi (Nyala)
Sumber atomisasi dibagi menjadi dua yaitu sistem nyala dan sistem tanpa
nyala. Kebanyakan instrumen sumber atomisasinya adalah nyala dan
sampel diintroduksikan dalam bentuk larutan. Sampel masuk ke nyala
dalam bentuk aerosol. Aerosol biasa dihasilkan oleh nebulizer (pengabut)
yang dihubungkan ke nyala oleh ruang penyemprot (chamber spray).
Jenis nyala yang digunakan secara luas untuk pengukuran analitik adalah
udara-asetilen dan nitrous oksida-asetilen. Dengan kedua jenis nyala ini,
kondisi analisis yang sesuai untuk kebanyakan analit dapat ditentukan
dengan menggunakan metode-metode emisi, absorbsi dan juga
fluorosensi, yaitu:
a. Nyala udara asetilen
Biasanya menjadi pilihan untuk analisis mengunakan SSA. Temperatur
nyalanya yang lebih rendah mendorong terbentuknya atom netral dan
dengan nyala yang kaya bahan bakar pembentukan oksida dari banyak
unsur dapat diminimalkan.
b. Nitrous oksida-asetilen
Dianjurkan dipakai untuk penentuan unsur-unsur yang mudah
membentuk oksida dan sulit terurai. Hal ini disebabkan karena
temperatur nyala yang dihasilkan relatif tinggi. Unsur-unsur tersebut
adalah: Al, B, Mo, Si, So, Ti, V, dan W.
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONEISA
-
32
Prinsip dari SSA, larutan sampel diaspirasikan ke suatu nyala dan unsur-unsur di
dalam sampel diubah menjadi uap atom sehingga nyala mengandung atom unsur-
unsur yang dianalisis. Beberapa diantara atom akan tereksitasi secara termal oleh
nyala, tetapi kebanyakan atom tetap tinggal sebagai atom netral dalam keadaan
dasar (ground state). Atom-atom ground state ini kemudian menyerap radiasi
yang diberikan oleh sumber radiasi yang terbuat dari unsur-unsur yang
bersangkutan. Panjang gelombang yang dihasilkan oleh sumber radiasi adalah
sama dengan panjang gelombang yang diabsorbsi oleh atom dalam nyala.
c. Monokromator
Monokromator merupakan alat yang berfungsi untuk memisahkan
radiasi yang tidak diperlukan dari spektrum radiasi lain yang dihasilkan
oleh Hallow Cathode Lamp.
d. Detektor
Detektor merupakan alat yang mengubah energi cahaya menjadi energi
listrik, yang memberikan suatu isyarat listrik berhubungan dengan daya
radiasi yang diserap oleh permukaan yang peka.
e. Sistem pengolah
Sistem pengolah berfungsi untuk mengolah kuat arus dari detektor
menjadi besaran daya serap atom transmisi yang selanjutnya diubah
menjadi data dalam sistem pembacaan.
f. Sistem pembacaan (Reader)
Sistem pembacaan merupakan bagian yang menampilkan suatu angka
atau gambar yang dapat dibaca oleh mata.
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONEISA
-
33
2.10 Destruksi Basah dan Destruksi Kering
2.10.1 Destruksi Basah
Destruksi basah adalah proses perombakan logam organik dengan
menggunakan asam kuat, baik tunggal maupun campuran, kemudian dioksidasi
menggunakan zat oksidator sehingga dihasilkan logam anorganik bebas. Destruksi
basah sangat sesuai untuk penentuan unsur-unsur logam yang mudah menguap.
Pelarut- pelarut yang dapat digunakan untuk destruksi basah antara lain asam
nitrat (HNO3), asam sulfat (H2SO4), asam perklorat (HClO4) dan asam klorida
(HCl). Pelarut-pelarut tersebut dapat digunakan secara tunggal maupun campuran.
Kesempurnaan destruksi ditandai dengan diperolehnya larutan jernih pada larutan
jernih pada larutan destruksi, yang menunjukkan bahwa semua konstituen yang
ada telah larut sempurna atau perombakan senyawa-senyawa organik telah
berjalan dengan baik. Senyawa-senyawa garam yang terbentuk setelah destruksi
merupakan senyawa garam yang stabil dan disimpan selama beberapa hari. Pada
umumnya pelaksanaan kerja destruksi basah dilakukan dengan menggunakan
metode Kjeldhal. Metode destruksi basah lebih baik daripada cara kering karena
tidak banyak bahan yang hilang dengan suhu pengabuan yang sangat tinggi. Hal
ini merupakan salah satu faktor mengapa cara basah lebih sering digunakan oleh
para peneliti. Di samping itu destruksi dengan cara basah biasanya dilakukan
untuk memperbaiki cara kering yang biasanya memerlukan waktu yang lama.
Sifat dan karakteristik asam pendestruksi yang sering digunakan antara
lain:
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONEISA
-
34
1. Asam sulfat pekat sering ditambahkan ke dalam sampel untuk
mempercepat terjadinya oksidasi. Asam sulfat pekat merupakan bahan
pengoksidasi yang
kuat. Meskipun demikian waktu yang diperlukan untuk mendestruksi masih cukup
lama.
2. Campuran asam sulfat pekat dengan kalium sulfat pekat dapat
dipergunakan untuk mempercepat dekomposisi sampel. Kalium sulfat
pekat akan menaikkan titik didih asam sulfat pekat sehingga dapat
mempertinggi suhu destruksi sehingga proses destruksi lebih cepat.
3. Campuran asam sulfat pekat dan asam nitrat pekat banyak digunakan
untuk mempercepat proses destruksi. Kedua asam ini merupakan oksidator
yang kuat. Dengan penambahan oksidator ini akan menurunkan suhu
destruksi sampel yaitu pada suhu 350oC, dengan demikian komponen yang
dapat menguap atau terdekomposisi pada suhu tinggi dapat dipertahankan
dalam abu yang berarti penentuan kadar abu lebih baik.
4. Asam perklorat pekat dapat digunakan untuk bahan yang sulit mengalami
oksidasi, karena perklorat pekat merupakan oksidator yang sangat kuat.
Kelemahan dari perklorat pekat adalah sifat mudah
meledak (explosive) sehingga cukup berbahaya, dalam penggunaan harus
sangat hati-hati.
5. Aqua regia yaitu campuran asam klorida pekat dan asam nitrat pekat
dengan perbandingan volume 3:1 mampu melarutkan logam-logam mulia
seperti emas dan platina yang tidak larut dalam HCl pekat dan HNO3
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONEISA
-
35
pekat. Reaksi yang terjadi jika 3 volume HCl pekat dicampur dengan 1
volume HNO3 pekat:
3 HCl(aq) + HNO3(aq)
Cl2(g) + NOCl(g) + 2H2O(l)
Gas klor (Cl2) dan gas nitrosil klorida (NOCl) inilah yang mengubah logam
menjadi senyawa logam klorida dan selanjutnya diubah menjadi kompleks
anion yang stabil yang selanjutnya bereaksi lebih lanjut dengan Cl-.
2.10.2 Destruksi Kering
Destruksi kering merupakan perombakan organik logam di dalam sampel
menjadi logam-logam anorganik dengan jalan pengabuan sampel dalam muffle
furnace dan memerlukan suhu pemanasan tertentu. Pada umumnya dalam
destruksi kering ini dibutuhkan suhu pemanasan antara 400-800oC, tetapi suhu ini
sangat tergantung pada jenis sampel yang akan dianalisis. Untuk menentukan
suhu pengabuan dengan sistem ini terlebih dahulu ditinjau jenis logam yang akan
dianalisis. Bila oksida-oksida logam yang terbentuk bersifat kurang stabil, maka
perlakuan ini tidak memberikan hasil yang baik. Untuk logam Fe, Cu, dan Zn
oksidanya yang terbentuk adalah Fe2O3, FeO, CuO, dan ZnO. Semua oksida
logam ini cukup stabil pada suhu pengabuan yang digunakan. Oksida-oksida ini
kemudian dilarutkan ke dalam pelarut asam encer baik tunggal maupun campuran,
setelah itu dianalisis menurut metode yang digunakan.
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONEISA
-
36
2.11 Kerangka Konsep
Gambar 2.11 Kerangka Konsep
2.12 Tabel SNI 01-3553 2006 Badan Standardisasi Nasional 2009
Tabel 2.1 SNI 01-3553 2006
No Parameter Satuan Satuan Kadar
maksimum
keterangan
A Fisika
1 Bau - - Tak Berbau
2 TDS mg/l 1,000
3 Kekeruhan NTU 5
4 Rasa - -
5 Suhu oC Tak Berasa
6 Warna Skala TCU 15
B Kimia Organik
1 Air Raksa Ppm 0.001
2 Alumunium Ppm 0,2
3 Arsen Ppm 0,05
4 Barium Ppm 1,0
5 Besi Ppm 0,3
6 Flourine Ppm 0,5
7 Cadmium Ppm 0,005
8 Kesadahan Ppm 500
9 Klorida Ppm 250
10 Kromium Valensi 6 Ppm 0,05
11 Mangan ppm 0,1
12 Natrium Ppm 200
13 Perak Ppm 0,05
Uji Laboraturium
Metode SSA
Variabel Bebas
Air sungai
Variabel Terikat
Kadar Pb
Kadar Pb tidak memenuhi
syarat SNI 01-3553 2006
( >0,05 ppm)
Kadar Pb memenuhi
syarat SNI 01-3553 2006
( 0,05 ppm)
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONEISA
-
37
No Parameter Satuan Satuan Kadar
maksimum
Keterangan
14 Ph Ppm 6,5-8,5
15 Selenium Ppm 0,01 Batas Max
dan Min
16 Seng Ppm 5
17 Sianida Ppm 0,1
18 Sulfat Ppm 400
19 Silfide sebagai H2S Ppm 0,005
20 Tembaga Ppm 1,0
21 Timbal Ppm 0,05
C Kimia Organik
1 Aldrin dan dieldrin Ppm 0,0007
2 Benzena Ppm 0,01
3 Benzo (a) Pyrene Ppm 0,00001
4 Chlordane (total
isomer)
Ppm 0,0003
5 Chlordane Ppm 0,03
6 2,4 – D Ppm 0,10
7 DDT Ppm 0,03
8 Detergen Ppm 0,5
9 1,2 - Dichloroethane Ppm 0,0003
Sumber : Badan Standarisasi Nasional, 2009
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONEISA