Download - bab II.docx
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang
diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam
berhubungan dengan orang lain (Stuart and Sundeen, 1997). Harga Diri
Rendah Kronis adalah perasaan negatif terhadap diri sendiri, termasuk
kehilangan percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, pesimis, tidak ada
harapan dan putus asa (Departemen Kesehatan, 1998).
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. KONSEP DASAR HARGA DIRI
1. Pengertian Harga Diri
Konsep Diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian
yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu
dalam berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998).
Konsep diri seseorang tidak terbentuk waktu lahir, tetapi dipelajari
sebagai hasil dari pengalaman unik seseorang dalam dirinya sendiri,
dengan orang terdekat, dengan realitas dunia, kemudian melalui kontak
sosial dan pengalaman berhubungan dengan orang lain (Departemen
Kesehatan, 1998).
Harga diri merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan
memandang dirinya, terutama sikap menerima, menolak, dan indikasi
besarnya kepercayaan individu terhadap kemampuan, keberartian,
kesuksesan dan keberhargaan (Coopersmith, 1998).
Menurut Stuart dan Sundeen (1998) harga diri adalah penilaian
individu terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauah
perilaku memenuhi ideal dirinya. Dapat disimpulkan bahwa harga diri
menggambarkan sejauh mana individu tersebut menilai dirinya sebagai
orang yang memiliki kemampuan, keberartian, berharga, dan kompeten.
Secara singkat, harga diri adalah Personal Judgment mengenai perasaan
berharga atau berarti yang diekspresikan dalam sikap-sikap individu
terhadap dirinya.
2. Pembentukan Harga Diri
Harga diri mulai terbentuk setelah anak lahir, ketika anak
berhadapan dengan dunia luar dan berinteraksi dengan orang-orang
dilinkungan sekitarnya. Interaksi secara minimal memerlukan pengakuan,
penerimaan peran yang saling tergantung pada orang yang bicara dan
orang yang di ajak bicara. Interaksi menimbulkan pengertian tentang
kesadaran diri, identitas, dan pemahaman tentang diri. Hal ini akan
membentuk penilaian individu terhadap dirinya sebagai orang yang
berarti, berharga dan menerima keadaan diri apa adanya sehingga
individu mempunyai perasaan hara diri (Burn, 1998).
Harga diri mengandung pengertian “siapa danapa diri saya”. Segala
seuatu yang berhubungan dengan seseorang, selalu mendapatkan
penilaian berdasarkan kriteria dan standar tertentu, atribut-atribut yang
melekat dalam diri individu akan mendapat masukkan dari orang lain
dalam proses berinteraksi dimana proses ini dapat menguji individu yang
memperlihatkan standar dan nilai diri yang terinternalisasi dari
masyarakat dan orang lain. Harga diri seseorang diperoleh dari diri sendiri
dan orang lain.
3. Aspek-aspek Harga Diri
Coopersmith (1998) membagi harga diri kedalam empat aspek,
yaitu:
a) Kekuasaan (Power)
Kemampuan untuk mengatur dan mengontrol tingkah laku
orang lain. Kemampuan ini ditandai adanya pengakuan dan rasa
hormat yang diperoleh individu dari orang lain.
b) Keberartian (Significant)
Adanya kepedulian, penilaian, dan afeksi yang diterima
individu dari orang lain.
c) Kemampuan (Competence)
Sukses memenuhi tuntutan prestasi.
B. KONSEP HARGA DIRI RENDAH
1. Definisi harga diri rendah
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan
rendah diri
yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri
sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri,
merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai dengan
ideal diri (Keliat, 1998). Gangguan harga diri rendah akan terjadi jika
kehilangan kasih sayang, perlakuan orang lain yang mengancam dan
hubungan interpersonal yang buruk.
Harga diri meningkat bila diperhatikan/ dicintai dan dihargai atau
dibanggakan. Tingkat harga diri seseorang berada dalam rentang tinggi
sampai rendah. Harga diri tinggi/positif ditandai dengan ansietas yang
rendah, efektif dalam kelompok, dan diterima oleh orang lain. Individu
yang memiliki harga diri tinggi menghadapi lingkungan secara aktif dan
mampu beradaptasi secara efektif untuk berubah serta cenderung
merasa aman sedangkan individu yang memiliki harga diri rendah
melihat lingkungan dengan secara negatif dan menganggap sebagai
ancaman (Yoseph, 2009).
2. Proses terjadinya harga diri rendah
Berdasarkan hasil riset Malhi (2008, dalam http: www.tqm.com)
menyimpulkan bahwa harga diri rendah diakibatkan oleh rendahnya
cita-cita seseorang. Hal ini mengakibatkan berkurangnya tantangan
dalam mencapai tujuan. Tantangan yang rendah menyebabkan upaya
yang rendah. Selanjutnya, hal lain menyebabkan penampilan seseorang
yang tidak optimal. Dalam tujuan life span history klien, menyebabkan
terjadinya harga diri rendah adalah pada masa kecil sering disalahkan,
jarang diberi pujian atas keberhasilannya. Saat individu mencapai masa
remaja keberadaannya kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan
tidak diterima. Menjelang dewasa awal sering gagal disekolah,
pekerjaan atau pergaulan. Harga diri rendah muncul saat lingkungan
cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuannya.
Dalam Purba (2008), ada empat cara dalam meningkatkan harga
diri, yaitu:
a) Memberikan kesempatan berhasil
b) Menanamkan gagasan
c) Mendorong aspirasi
d) Membantu membentuk koping
C. ETIOLOGI
Menurut Fitria (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi proses
terjadinya harga diri rendah yaitu faktor predisposisi dan faktor presipitasi.
1. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah penolakkan
orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang
mempunyai tanggung jawab personal ketergantungan pada orang lain
ideal diri yang tidak realistis.
2. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah adalah hilangnya
sebagian anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh,
mengalami kegagalan, serta menurunnya produktivitas.
‘Sementara menurut Purba dkk (2008) gangguan harga diri rendah
dapat terjadi secara situsional maupun kronik. Gangguan harga diri
yang terjadi secara situasional bisa disebabkan oleh trauma yang
muncul secara tiba-tiba misalnya harus dioperasi, mengalami
kecelakaan, menjadi korban perkosaan, atau menjadi narapidana,
sehingga harus mendekam dipenjara. Selain itu, dirawat dirumah sakit
juga menyebabkan rendahnya harga diri seseorang diakibatkan penyakit
fisik, pemasangan alat bantu yang membuat klien tidak nyaman,
harapan yang tidak tercapai akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh,
serta perlakuan petugas kesehatan yang kurang menghargai klien dan
keluarga. Sedangkan gangguan harga diri kronik biasanya sudah
berlangsung sejak lama yang dirasakan klien sebelum sakit atau
sebelum dirawat dan menjadi sangat meningkat saat dirawat.
Menurut Peplau dan Yosep (2009) mengatakan bahwa harga diri
berkaitan dengan pengalaman interpersonal, dalam tahap perkembangan
dari bayi sampai lanjut usia seperti good me, bad me, not me, anak
sering dipersalahkan, ditekan sehingga, perasaan amannya tidak
terpenuhi dan merasa ditolak oleh lingkungan dan apabila koping yang
digunakan tidak efektif akan menimbulkan harga diri rendah.
Caplan (1999) mengatakan bahwa lingkungan sosial, pengalaman
individu dan adanya perubahan sosial seperti perasaan dikucilkan,
ditolak oleh lingkungan sosial, tidak dihargai akan menyebabkan stress
dan menimbulkan penyimpangan perilaku akibat harga diri rendah.
D. TANDA DAN GEJALA HARGA DIRI RENDAH
Menurut Keliat (2009) mengemukakan tanda dan gejala harga diri
rendah adalah:
1. Mengkritik diri sendiri dan orang lain
2. Penurunan produktivitas
3. Destruktif yang diarahkan pada orang lain
4. Gangguan dalam berhubungan
5. Rasa diri penting yang berlebihan
6. Perasaan tidak mampu dan rasa bersalah
7. Mudah tersinggung atau marah yang berlebihan
8. Perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri
9. Ketegangan peran yang dirasakan
10. Pandangan hidup yang pesimis dan bertentangan
11. Keluhan fisik dan khawatir
12. Penolakan terhadap kemampuan personal
13. Destruktif terhadap diri sendiri dan pengurangan diri
14. Menarik diri secara sosial dan dari realitas
15. Penyalahgunaan zat
Selain tanda dan gejala tersebut, penampilan seseorang dengan harga
diri rendah juga tampak kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian
tidak rapi, selera makan menurun, tidak berani menatap lawan bicara, lebih
banyak menunduk, dan bicara lambat, dan bicara lambat dengan nada suara
lemah.
E. RENTANG RESPON
Harga diri rendah merupakan komponen Episode Depresi Mayor,
dimana aktifitas merupakan bentuk hukuman atau punishment (Stuart &
Laraia, 2005). Depresi adalah emosi normal manusia, tapi secara klinis
dapat bermakna patologik apabila mengganggu perilaku sehari-hari,
menjadi pervasive dan mucul bersama penyakit lain.
Menurut NANDA (2005) tanda dan gejala yang dimunculkan
sebagai perilaku telah dipertahankan dalam waktu yang lama atau kronik
yang meliputi mengatakan hal yang negative tentang diri sendiri dalam
waktu lama dan terus menerus, mengekspresikan sikap malu /minder/rasa
bersalah, kontak mata kurang/tidak ada, selalu mengatakan
ketidakmampuan/kesulitan untuk mencoba sesuatu, bergantung pada orang
lain, tidak asertif, pasif dan hipoaktif, bimbang dan ragu-ragu serta
menolak umpan balik positif dan membesarkan umpan balik negative
mengenai dirinya.
Mekanisme koping jangka pendek yang biasa dilakukan klien harga
diri rendah adalah kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari
krisis, misalnya pemakaian obat-obatan, kerja keras, nonton TV terus
menerus. Kegiatan mengganti identitas sementara, misalnya ikut kelompok
social, keagamaan dan politik. Kegiatan yang memberi dukungan
sementara, seperti mengikuti suatu kompetisi atau kontes popularitas.
Kegiatan mencoba menghilangkan anti identitas sementara, seperti
penyalahgunaan obat-obatan.
Jika mekanisme koping jangka pendek tidak memberi hasil yang
diharapkan individu akan mengembangkan mekanisme koping jangka
panjang, antara lain adalah menutup identitas, dimana klien terlalu cepat
mengadopsi identitas yang disenangi dari orang-orang yang berarti tanpa
mengindahkan hasrat, aspirasi atau potensi diri sendiri. identitas negative,
dimana asumsi yang bertentangan dengan nilai dan harapan masyarakat.
disasosiasi, isolasi, proyeksi, mengalihkan marah berbalik pada diri sendiri
dan orang lain. terjadinya gangguan konsep diri harga diri rendah juga
dipengaruhi beberapa factor predisposisi seperti factor biologis, psikologis,
social dan cultural.
Factor biologis biasanya karena ada kondisi sakit fisik secara yang
dapat mempengaruhi kerja hormone secara umum, yang dapat pula
berdampak pada keseimbangan neurotransmitter di otak, contoh kadar
serotonin yang menurun dapat mengakibatkan klien mengalami depresi
dan pada pasien depresi kecenderungan harga diri rendah semakin besar
karena klien lebih dikuasai oleh pikiran-pikiran negative dan tidak
berdaya.
Struktur otak yang mungkin mengalami gangguan pada kasus harga
diri rendah adalah :
1. System Limbic yaitu pusat emosi, dilihat dari emosi pada klien dengan
harga diri rendah yang kadang berubah seperti sedih, dan terus merasa
tidak berguna atau gagal terus menerus.
2. Hipothalamus yang juga mengatur mood dan motivasi, karena melihat
kondisi klien dengan harga diri rendah yang membutuhkan lebih
banyak motivasi dan dukungan dari perawat dalam melaksanakan
tindakan yang sudah dijadwalkan bersama-sama dengan perawat
padahal klien mengatakan bahwa membutuhkan latihan yang telah
dijadwalkan tersebut.
3. Thalamus, system pintu gerbang atau menyaring fungsi untuk mengatur
arus informasi sensori yang berhubungan dengan perasaan untuk
mencegah berlebihan di korteks. Kemungkinan pada klien dengan harga
diri rendah apabila ada kerusakan pada thalamus ini maka arus
informasi sensori yang masuk tidak dapat dicegah atau dipilah sehingga
menjadi berlebihan yang mengakibatkan perasaan negative yang ada
selalu mendominasi pikiran dari klien.
4. Amigdala yang berfungsi untuk emosi.
F. POHON MASALAH
Sumber : Yosep (2009)
G. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI
1. Isolasi sosial : menarik diri
DS:
o Mengungkapkan tidak berdaya dan tidak ingin hidup lagi
o Mengungkapkan enggan berbicara dengan orang lain
o Klien malu bertemu dan berhadapan dengan orang lain
DO:
o Ekspresi wajah kosong
o Tidak ada kontak mata ketika diajak bicara
o Suara pelan dan tidak jelas
2. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
DS:
o Mengungkapkan ingin diakui jati dirinya
o Mengungkapkan tidak ada lagi yang peduli
o Mengungkapkan tidak bisa apa-apa
Isolasi sosial : menarik diri
Gangguan konsep diri: Harga diri rendah
Koping individu tidak efektif
o Mengungkapkan dirinya tidak berguna
o Mengkritik diri sendiri
DO:
o Merusak diri sendiri
o Merusak orang lain
o Menarik diri dari hubungan sosial
o Tampak mudah tersinggung
o Tidak mau makan dan tidak tidur
3. Koping keluarga tidak efektif
DS:
o Pasien mengatakan malu dan tidak mau diajak melakukan kegiatan
o Pasien mengatakan tidak dapat menghasilkan sesuatu
o Pasien mengatakan tidak mampu dalam melakukan perawatan diri
o Keluarga mengatakan pasien mandi hanya membasahi kepala saja
o Keluarga mengatakan pasien sering tidur berlebihan
DO:
o Pasien tidak mau melakukan aktifitas yang sebenarnya ia mampu
melakukan
o Pasien tidak mampu mencari informasi tentang perawatan.
o Pasien enggan mengungkapkan perasaan sebenarnya
o Pasien tampak apatis dan pasif
o Ekspresi muka murung
o Bicara dan gerakan pasien lambat
o Tidur berlebihan
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Isolasi sosial : menarik diri
2. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
3. Koping individu tidak efektif
I. RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa 1: Isolasi sosial: menarik diri
Tujuan Umum : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak
terjadi halusinasi
Tujuan Khusus : Klien dapat membina hubungan saling percaya
Intervensi :
1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik dengan cara :
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien
2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
Intervensi:
a. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya
b. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab
menarik diri atau mau bergaul
c. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta
penyebab yang muncul
d. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya
3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berinteraksi dengan orang lain dan
kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
Intervensi:
a. Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi
halusinasi ( tidur, marah, menyibukkan diri dll)
b. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berinteraksi
dengan orang lain
c. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang
keuntungan berinteraksi dengan orang lain
d. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berinteraksi dengan orang lain
e. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain
f. Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berinteraksi dengan
orang lain
g. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan
orang lain
h. Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan
orang lain
i. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial
Intervensi:
a. Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain
b. Dorong dan bantu kien untuk berinteraksi dengan orang lain melalui
tahap :
- Klien – Perawat
- Klien – Perawat – Perawat lain
- Klien – Perawat – Perawat lain – Klien lain
- K – Keluarga atau kelompok masyarakat
c. Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai.
d. Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berinteraksi
e. Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi
waktu
f. Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
g. Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan
5. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berinteraksi dengan orang
lain
Intervensi:
a. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berinteraksi
dengan orang lain
b. Diskusikan dengan klien tentang perasaan manfaat berinteraksi dengan
orang lain.
c. Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan
perasaan manfaat berinteraksi dengan orang lain
6. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga
Intervensi:
a. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :
- Salam, perkenalan diri
- Jelaskan tujuan
- Buat kontrak
- Eksplorasi perasaan klien
b. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :
- Perilaku menarik diri
- Penyebab perilaku menarik diri
- Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi
- Cara keluarga menghadapi klien menarik diri
- Dorong anggota keluarga untuk memberikan dukungan kepada
klien untuk berkomunikasi dengan orang lain.
- Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian
menjenguk klien minimal satu kali seminggu
- Beri reinforcement positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh
keluarga
Diagnosa II : Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
Tujuan umum: Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.
Tujuan khusus: Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Intervensi :
1. Bina hubungan saling percaya dengan menerapkan prinsip komunikasi
terapeutik:
a. Sapa klien dengan ramah secara verbal dan nonverbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
b. Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien.
c. Utamakan memberi pujian yang realistik.
3. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
a. Diskusikan kemampuan yang masih dapat dilakukan.
b. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya.
4. Klien dapat merencanakn kegiatan sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki.
a. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari.
b. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
c. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien lakukan.
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kemampuannya.
a. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
direncanakan.
b. Diskusikan pelaksanaan kegiatan dirumah
6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
a. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
dengan harag diri rendah.
b. Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.
c. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah.
DIAGNOSA III: KOPING INDIVIDU TIDAK EFEKTIF
A. TUJUAN UMUM: pasien mampu menggunakan koping yang konstruktifuntuk
mengatsi stressnya
B. TUJUAN KHUSUS:
1) Pasien mampu mengenal koping individu tidak efektif
2) Pasien mampu mengatasi koping individu tidak efektif
3) Pasien mampu memperagakan dan menggunakan koping yang konstruktif
untuk mengatasi masalahnya
C. INTERVENSI KEPEWATAN
1) Bina hubungan saling percaya
Mengucapkan salam teraupetik
Berjabat tangan
Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien
2) Kaji struktur koping yang di gunakan klien
Temukan kapan mulai terjadi perasaan tidak nyaman, gejala, hubungannya
dengan pristiwa dan perubahannya
Kaji kemampuan untuk menghubungkan fakta-fakta dengan pengalaman
prilaku yang tidak menyenangkan
Dengarkan dengan cermat dan amati, ekspresi wajah, gerakan gubuh,
kontak mata, posisi tubuh, intonasi, dan intensitas suara pasien
Tentukan resiko adanya tindakan membahayakan diri sendiri dan beri
tindakan yang dibutuhkan
3) Berikan dukungan jika klien mengungkapkan perasaannya
Jelaskan bahwa perasaan-perasaan yang dimilikinya memenag sulit untuk
dihadapi
Jika individu menjadi pesimis, upayakan untuk lebih memberikan harapan
dan pandangan realistis
4) Motivasi untuk melakukan evaluasi prilakunya sendiri
Apa yang positif pada dirinya
Apa yang perlu ditingkatkan
Apa yang dipelajari tentang dirinya dan self reinforcement
5) Bantu klien untuk memecahkan masalah dengan cara yang konstruktif
Identifikasi masalah yang dirasakan
Identifikasi penyebab masalah
Gali cara klien menyelesaikan masalah masa lalu
Diskusikan beberapa cara menyelesaikan masalah
Diskusikan keuntungan dan kerugian dari setiap pilihan
Bantu klien memilih cara penyelesaian masalah yang berhasil