29
bergelar Pakubuwono XIII, yang saat ini masih diperebutkan antara Pangeran
Tedjowulan dan Pangeran Hangabehi. Selain keraton Surakarta, terdapat pula keraton
Mangkunegaran yang diperintah oleh Mangkunegara IX. Kedua raja ini tidak
memiliki kekuasaan politik di Surakarta.
Tanggal 16 Juni merupakan hari jadi Pemerintahan Kota Surakarta. Secara de
facto tanggal 16 Juni 1946 terbentuk Pemerintah Daerah Kota Surakarta yang berhak
mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri, sekaligus menghapus kekuasaan
Kerajaan Kasunanan dan Mangkunegaran.
Secara yuridis Kota Surakarta terbentuk berdasarkan Penetapan Pemerintah
tahun 1946 Nomor 16/SD, yang diumumkan pada tanggal 15 Juli. Dengan berbagai
pertimbangan faktor-faktor historis sebelumnya, tanggal 16 Juni 1946 ditetapkan
sebagai hari jadi Pemerintah Kota Surakarta.
Salah satu sensus paling awal yang dilakukan di wilayah Karesidenan
Surakarta (Residentie Soerakarta) pada tahun 1885 mencatat terdapat 1.053.985
penduduk, termasuk 2.694 orang Eropa dan 7.543 orang Tionghoa. Wilayah seluas
5.677 km² tersebut memiliki kepadatan 186 penduduk/km. Ibukota karesidenan
tersebut sendiri pada tahun 1880 memiliki 124.041 penduduk.
Jika dibandingkan dengan kota lain di Indonesia, kota Surakarta merupakan
kota terpadat di Jawa Tengah dan ke-8 terpadat di Indonesia, dengan luas wilayah ke-
13 terkecil, dan populasi terbanyak ke-22 dari 93 kota otonom dan 5 kota
administratif di Indonesia.
30
b. Potensi Kota
Daya tarik dan potensi pariwisata yang dimiliki kota Solo sangat beragam.
Masing-masing atraksi memungkinkan para pengunjung atau wisatawan untuk
melakukan beragam aktivitas yang berhubungan dengan seni, budaya, pengetahuan,
belanja, makanan, batik dan sebagainya. Banyak hal yang dapat kita temui khususnya
bidang sosial-budaya, sejarah dan kesenian. Bukan hanya itu, dua karaton di Solo,
yaitu Kasunanan dan Mangkunegaran menjadi sebuah magnet kuat bagi wisatawan
untuk berwisata ke Solo.
Keterjangkauan kota Solo juga sangat mendukung bidang kepariwisataannya.
Amenitas yang dimiliki kota Solo pun telah memadai apabila dijadikan salah satu
destinasi wisata. Sejumlah hotel, restoran, bank, money changer, maupun rumah sakit
juga telah banyak tersedia di Solo. Alat-alat transportasi khas seperti kereta tengah
kota „Steam Loco Jaladara‟, bus tingkat wisata Werkudara serta Batik Solo Trans
menjadi alternatif wisatawan untuk menjangkau keunikan, kekhasan, dan keindahan
pariwisata kota Solo.
Kampung Batik Kauman dan Laweyan yang kini telah berkembang turut
mewarnai keunikan kota Solo. Wisata belanja di Pasar Klewer, Pasar Windujenar,
Pasar Gedhe, Night Market Ngarsopuro, dan Gladag Langen Bogan Solo pun sayang
untuk dilewatkan. Taman Balekambang, Museum Radya Pustaka, Wayang Orang
Sriwedari tak kalah menarik sebagai daya tarik wisata. Jajanan khas Solo yang
bervariasi, misalnya Serabi Notosuman, Nasi Liwet, Cabuk Rambak, Timlo Solo, es
Gempol Pleret, Tengkleng, Sate Buntel dan masih banyak lagi, siap memanjakan
lidah pengunjungnya.
31
2. Pasar Gede
a. Sejarah
Pada mulanya pasar Gede merupakan pasar kecil dan berbentuk warungan
tanah seluas 10.421 m . Pasar Gede berdiri di jalan atau di depan Gubernuran
(Kota Praja) yang sekarang mnjadi Balai Kota Surakarta.
Pada tahun 1928 dibangun oleh pemerintah Belanda atas inisitif Pangeran
Paku Buwono ke X dan selesai pada tahun 1930 dan menjadi pasar yang paling
megah di Surakarta. Hasil penarikan retribusi dilaksanakan dari Keraton Surakarta,
yang memakai seragam kain atau bebet, baju beskap memakai blangkon, disetor ke
Kasunanan, bangunan ditingkat 2 karena dekat dengan Gubernur.
Sekitar tahun 1947 dirusak oleh bangsa kita karena digunakan oleh Belanda.
Pada tahun 1949 direhap (setelah republik). Pada tahun 1981 direhap memakai
Sirap. Tahun 1986/1987 Pasar Gede direhap kembali dengan dana bantuan Inpres.
Tahun 1997 ada perbaikan dari dana P3KT.
Pasar Gede terbakar tanggal 28 April 2000 pukul 12.00 WIB para pedagang
ditampung dipasar darurat Gladak, setelah ada pemugaran pasar Gede, pedagang
kembali menempati tempatnya masing-masing. Pasar Gede diresmikan pada
tanggal 29 Desember 2001 oleh Bapak Gubernur Mardiyanto.
b. Visi Pasar Gede :
“Terwujudnya Pasar Gede Harjonagoro yang bersih, aman, nyaman serta Pasar
Gede berperan serta dalam mewujudkan Pasar Gede menjadi pasar tujuan wisata.”
Misi Pasar Gede Harjonagoro Surakarta adalah:
1) Terwujudnya kebersihan, ketertiban, dan keamanan di Pasar Gede
Harjonagoro.
2) Memberikan pelayanan terbaik bagi pedagang dan pengunjung pasar.
32
3) Mewujudkan karakter pedagang yang mempunyai jiwa wirausaha, gigih,
ulet, dan handal melalui program pelatihan pedagang.
4) Memberikan stimulasi pdagang untuk lbih kreatif, inovatif dalam
mengelola dagangan yang higienis dan rapi.
5) Meningkatkan daya saing dengan pasar modern sehingga mampu
bersinergi.
c. Tujuan Pasar Gede Harjonagoro Surakarta adalah:
Meningkatkan kesejahteraan pedagang tradisional khusunya Pasar Gede
sehingga membrikan kontribusi positif terhadap pemerintah Kota Surakarta
sehingga terwujud pasar yang berseri dan Pasar Gede Harjonagoro yang
ngangeni.
d. Lokasi Pasar
Letak lokasi Pasar Gede Harjonagoro sudah sesuai rencana tata ruang
wilayah kota Surakarta. Berdasarkan Perda tentang Rencana Tata Ruang dan
Wilayah yang sekarang masih dalam proses pembahasan tingkat nasional
menyesuaikan letak Pasar Gede, karena Pasar Gede dibangun sudah sejak
tahun 1923, dan merupakan cagar budaya.
Pasar Gede terletak di Jalan Urip Sumoharjo, Kelurahan Sudiroprajan,
Kecamatan Jebres, Kota Surakarta, dengan batas-batas wilayah sebagai
berikut:
1) Sebelah Timur : Pertokoan dan Perkampungan Balong
2) Sebelah Barat : Kali Pepe
3) Sebelah Selatan : Pertokoan (Jln. RE. Martadinata)
4) Sebelah Utara : Pertokoan Kepatihan
33
Pasar Gede berada di dekat pusat Pemerintahan Kota Surakarta yaitu Balaikota
Surakarta, dan tidak terletak pada daerah rawan bencana, rawan kecelakaan,
maupun Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
e. Bangunan Pasar
Bangunan dan rancang bangun Pasar Gede Surakarta sesuai dengan
peraturan yang berlaku di Kota Surakarta yang diatur dalam Surat Keputusan
Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Surakarta Nomor 646/116/1/1997
tentang Penetapan Bangunan-Bangunan dan Kawasan Kuno Bersejarah di
Kotamadya Dati II Surakarta yang dilindungi UU No. 5 tahun 1992 tentang
Benda Cagar Budaya.
Pembagian area atau zoningisasi disesuaikan dengan peruntukannya
dan lengkap dengan identitasnya, dengan pembagian sebagai berikut:
1) Pasar Sebelah Timur :
a) Lantai atas timur : ikan laut dan daging segar
b) Lantai atas selatan : bunga hias
c) Lantai atas barat : grosir buah
d) Lantai atas utara : ayam
e) Lantai bawah tengah : wade, sayur, dan buah
f) Lantai bawah utara : ayam potong dan ayam
petelor
g) Lantai bawah selatan : grosir buah dan sayur
h) Lantai bawah barat : jamu, sayur, buah
i) Lantai bawah timur : warung makan, grabatan,
ayam, goring, beras
j) Lantai bawah luar : buah, sayur, gorengan
34
2) Pasar Sebelah Barat :
b) Zoning Buah
b) Zoning Ikan Hias
Pasar Gede tidak ada tempat penampungan ayam, akan tetapi hanya untuk
menjual ayam potong, berada di lantai 2. Pasar Gede terdiri dari 2 bangunan yaitu
bangunan sebelah timur dan bangunan sebelah barat, dengan pembagian lokasi
sebagai berikut:
1) Bagian barat, dengan luas : 1.364 m² (buah dan
ikan hias)
2) Bagian timur, dengan luas : 5.607 m² (kebutuhan
sehari-hari dan mempunyai
spesifikasi menyediakan
makanan khas Solo (aneka kue,
dawet, intip, ampyang, serabi,
pecel, gethuk, dll)
3) Jumlah Los : 633 buah
4) Jumlah Kios : 108 buah
5) Jumlah MCK : 8 lokasi
6) Jumlah Tempat Ibadah / Mushola : 3 lokasi
7) Jumlah Pos Keamanan : 2 lokasi (Pos Satpam
dan Polisi)
8) Jumlah Tempat Parkir : 10 titik
9) Kantor Pasar : 1 tempat, dengan
ventilasi memenuhi syarat
35
10) Kantor Paguyuban Pedagang : 1 tempat
11) Jumlah Pedagang Pasar Gede sebanyak 1005 pedagang terbagi menjadi
3 sesuai lokasinya, adalah sebagai berikut:
a) Pedagang Oprokan : 246 pedagang
b) Pedagang Kios : 126 pedagang
c) Pedagang Los : 633 pedagang
12) Kegiatan Pasar
a) Pagi : Jam 05.30 – 12.00 WIB
b) Siang : Jam 13.00 – 16.00 WIB
c) Sore : Jam 18.30 – 21.00 WIB
13) Kegiatan kebudayaan Pasar Gede
a) Grebek Pasar Gede
b) Latihan Karawitan
c) Kursus Bahasa Inggris untuk pedagang
d) Olah raga bersama
14) Kegiatan Perekonomian Pasar Gede
Adanya KOPERASI RUKUN MAKMUR Pasar Gede, dengan jumlah
anggota 60 orang.
15) Kegiatan Sosial Pasar Gede
a) Kunjungan orang sakit
b) Pelayanan kesehatan / pengobatan gratis
c) Bantuan untuk bencana alam
36
Gambar 1: denah Pasar Gede
(dokumentasi Pasar Gede)
f. Pedagang atau Karyawan
1) Jumlah pegawai 35 orang, yaitu:
a) Kepala Pasar : 1 orang
b) Tenaga Administrasi : 3 orang
c) Tenaga Kebersihan : 12 orang
d) Tenaga Keamanan : 11 orang
e) Pemungut Retribusi : 8 orang
2) Kelompok atau Asosiasi pedagang pasar
Pasar Gede Surakarta memiliki 2 Paguyuban Pedagang Pasar yaitu:
a) Paguyuban Pedagang Pasar dengan nama “Paguyuban Rukun
Makmur Sejahtera” ketua Bapak Jumadi Alfradi, SE, dengan
anggota 125 orang.
37
b) Paguyuban Pedagang Pasar dngan nama “Komunitas Pedagang
Pasar Gede (KOMPAG)”, ketua bapak Hendro, dengan anggota 460
orang. Dalam menjalankan pmerintah Pasar Gede Surakarta,
dibentuklah “Gugus Kendali Mutu Pasar Gede Surakarta,
penanggung jawab atau fasilitator Kepala Pasar Gede”
Pedagang Pasar Gede sudah menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) berupa
Celemek, sedangkan pedagang ikan berada dilantai atas selain menggunakan
celemek juga menggunakan sepatu boot dan sarung tangan. Setiap pedagang yang
menggunakan kran air, semua sudah menyiapkan sabun dan serbet, baik yang
berada di los ikan, daging, unggas potong dan unggas hidup maupun di pedagang
latengan.
Pelatihan atau sosialisasi yang pernah diikuti oleh pedagang atau karyawan
adalah:
1) Simulasi Alat Pemadam Api Ringan (APAR), peserta tenaga keamanan.
2) Diklat membangun jiwa kewirausahaan dan kepemimpinan pedagang
pasar, peserta pedagang pasar dan kepala pasar.
3) Diklat manajemen keuangan bagi pedagang pasar, peserta pedagang pasar
dan kepala pasar.
4) Diklat Manajemen Pasar bagi aparat dan pedagang pasar, peserta
pedagang, aparat pasar, dan pengelola MCK, parker.
5) Pelatihan Tata Cara Pemungutan Retribusi, peserta staf Dinas Pengelolaan
Pasar yang ditugasi sebagai pemungut retribusi.
38
Gambar 2 : struktur karyawan Pasar Gede
(dokumentasi Pasar Gede)
39
g. Pengunjung atau Pembeli
1) Adanya alat pemanggil untuk masyarakat pengunjung:
a) Alat pemanggil HT dan radio panggil
b) Slogan-slogan
2) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pengunjung atau pembeli (PHBS):
a) Dilakukan kebersihan pasar supaya pengunjung nyaman datang ke
pasar.
b) Adanya slogan tentang kebersihan yang membuat pngunjung
tertarik.
c) Setiap pembeli yang memilih barang dagangan basah selalu
disiapkan air dan serbet.
d) Ketersediaan tempat duduk bagi pengunjung yang mengantar. Pasar
Gede ada bangunan book di setiap kios sebelah selatan, barat,dan
timur pasar.
h. Sanitasi
1) Ketersediaan dan kualitas air bersih sangat memadai sesuai dengan
standart kelayakan uji air bersih.
2) Jumlah kamar mandi dan toilet, kebersihannya, dan penanggung jawab
kebersihan toilet:
a) Penanggung jawab toilt adalah pihak ke-3
b) Toilet dibagi menjadi dua, khusus wanita dan laki-laki
c) Jumlah toilet:
(1) Pasar Timur sebelah Bawah : 8 kamar mandi
(2) Pasar Timur sebelah Atas : 6 kamar mandi
(3) Pasar Barat : 2 kamar mandi
40
3) Ketersediaan tempat sampah di setiap kios dan los memadai, setiap kios
dan los menyediakan tempat sampah atau kantong plastik. Di dalam pasar
trsedia 18 bin sampah dan juga keranjang sampah yang dipasang per blok.
4) Pemisahan sampah basah dan kering:
Tempat sampah pisah antara basah dan kering ada 5 buah, berada di luar
pasar.
5) Ketersediaan Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPS) ada 1
tempat.
6) Ketersediaan saluran limbah cair atau Drainase lancer.
7) Kondisi kebersihan tempat penjualan makanan dan bahan pangan dan
perlengkapannya, dengan kondisi bersih dan rapi.
i. Keamanan Pasar
1) Kebersihan Alat Pemadaman Kebakaran (APAR) :
a) APAR memadai atau tiap blok ada, terutama didekatkan pada
pedagang yang menggunakan api.
b) Jumlah APAR 29 buah, dipasang di 16 titik, dengan perincian sebagai
berikut:
(1) APAR Besar : 6 kg = 19 buah dan 50 kg = 5 buah
(2) APAR Kecil : 3,5 kg = 5 buah
2) Ketersediaan hidran air, ada 8 titik di setiap sudut pasar (luar dan dalam
pasar)
3) Standart Operating Procedure (SOP) penggunaan APAR
4) Ketersediaan Pos Keamanan
a) 1 Pos Satpam dengan perlengkapannya
b) 1 Pos Polisi dengan perlengkapannya
41
5) Keamanan di setiap blok kios dan los, pengamanan mengantisipasi situasi
di dalam pasar dilakukan setiap saat.
6) Keamanan dan ketertiban secara umum yang dilaksanakan oleh Satpam
dan partisipasi pedagang.
j. Retribusi Pasar
Sumber penerimaan retribusi Pasar Gede terdiri dari:
1) Retribusi Plataran
2) Retribusi Los
3) Retribusi Klos
4) Retribusi Lain-lain (SHP, KTPP, Balik Nama, Listrik)
Pemasukan pendapatan Pasar Gede dari tahun 2005 s/d 2010 adalah sebagai
berikut:
Gambar 3: Retribusi Pasar
(dokumentasi Pasar Gede)
k. Fasilitas Lain
1) Legalitas penteraan terhadap alat ukur atau timbangan di pasar:
Pengecekan timbangan dilakukan setiap 6 bulan, pelebelan pada
timbangan dan dilakukan sidak tiap bulan dari Metrologi dan
Perdagangan.
42
2) Ketersdiaan tmpat parker roda dua dan empat:
Parkir dipisah sesuai dengan jenis kendaraan
Roda empat ada 5 titik dan roda dua ada 5 titik dan becak ada 4 titik
3) Ketersediaan tempat ibadah / Mushola:
Mushola ada 3 tempat, di pasar timur 2 buah dan pasar barat 1 buah
4) Ketersediaan Pos Pelayanan Kesehatan dan Pos Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan (P3K)
Pos kesehatan dan Pos P3K dibuka setiap hari Kamis pada jam 09.00 WIB
– 12.00 WIB dari Dinas Kesehatan Kota Surakarta melalui Puskesmas
Keliling dengan tenaga 1 dokter dan perawat.
43
B. Komparasi
Tidak adanya buku jajanan pasar yang memuat isi yang sama dengan buku coffee
table book “Jajanan Pasar Gedhe Solo” menjadi dasar penulis untuk tidak menggunakan
kompetitor, namun menggunakan pembanding. Pembanding yang digunakan untuk
perancangan buku coffee table book “Jajanan Pasar Gedhe Solo” adalah buku jajanan “Buku
Resep-Resep Klasik Jajanan Pasar Tradisional” dan buku jajanan “Buku Jajanan Pasar Aneka
Resep dan Analisis Usaha”.
1. Buku Resep-Resep Klasik Jajanan Pasar Tradisional
a. Judul : Buku Resep-Resep Klasik Jajanan Pasar Tradisional
b. Pengarang : oleh Tim Dapoer Episentrum
c. Penerbit : PT Citra Medika Pustaka
d. Tebal : 43 halaman
e. Ukuran : 15,5 x 23,5cm
Gambar 3: Cover Buku
Sumber : Dokumentasi pribadi, 2013
44
Walaupun saat ini kue dari mancanegara semakin banyak di temui, tetapi Jajan
Pasar tetap menjadi pilihan istimewa dan tak lekang oleh waktu. Selain cita rasannya
yang khas Indonesia, Jajan Pasar sarat akan nostalgia.
Aneka Jenis Jajan Pasar dibuat sesuai dengan hasil alam yang ada di Indonesia, karena
itu tepung beras, daun pandan, gula merah, serta buah-buahan khas Indonesaia seperti
pisang dan kelapa seringkali kita jumpai sebagai bahan dasar kue-kue tradisional kita.
Anda ingin melestarikan warisan budaya kita melalui masakan? Awali dengan cara yang
sederhana, yaitu memperkenalkan aneka jajanan atau kue khas Indonesia pada keluarga
Anda tersayang. Buku ini menyajikan 20 resep Jajanan Pasar Tradisional, yang tentu saja
lezat dan dapat Anda buat sendiri.
2. Buku Jajanan Pasar Aneka Resep dan Analisis Usaha
a. Judul : Buku Jajanan Pasar Aneka Resep dan Analisis Usaha
b. Pengarang : oleh Yuni Kustianingsih & Hadi Anto
c. Penerbit : PT Kawan Pustaka
d. Tebal : 64 halaman
e. Ukuran : 15x23cm
Gambar 4: cover Buku
Dokumentasi Pribadi, 2013
45
Jajan Pasar adalah istilah untuk kue-kue basah tradisional khas Indonesia. Mengapa
disebut demikian? Karena pada zaman dulu, kue-kue ini dibeli di pasar tradisional. Meski
tidak semua orang bisa membuat sendiri jajan pasar, tetapi jajan pasar tetap menjadi favorit di
hati. Buku ini mengoleksi 24 resep jajan pasar pilihan, yang bisa Anda buat sendiri dengan
hasil memuaskan. Mulai dari Kue Lumpur dari ubi merah; Kue Lupis dari beras ketan hitam
yang disajikan bersama kelapa parut dan rebusan gula merah kental; Kue Mangkok Tepung
Beras dari tepung beras, tape nasi, dan air kelapa; sampai Iwel-iwel dari tepung beras, kelapa
muda, gula merah, dan Awuk-awuk dari tepung ketan, kelapa parut, pewarna makanan.
Semuanya serba legit, harum, dan menggoda selera.
C. Analisis SWOT
Untuk mengetahui kondisi Buku coffee table book Jajanan Pasar Gedhe Solo di
pasar, perlu diadakan observasi terhadap pembandingannya maka penulis menggunakan
analisa SWOT (strength, weakness, opportunity, and reality) atau kekuatan, kesempatan, dan
ancaman bagi Buku coffee table book Jajanan Pasar Gedhe Solo adalah sebagai berikut:
1. Strength (kekuatan)
Untuk mengetahui peluang utama dalam suatu usaha maka perlu diketahui terlebih dahulu
kekuatan apa yang dimiliki buku ini untuk dapat bertahan dan sekaligus bisa mencapai sukses
dan mendapat respon yang bagus dari pembaca di tanah air.
2. Weakness (kelemahan)
Untuk menghadapi segala situasi dan kondisi yang berpengaruh, maka perlu diketahui
kelemahan yang adapada produk agar dapat mengatasi segala permasalahan yang mungkin
akan timbul.
46
3. Opportunity (kesempatan)
Kesempatan atau peluang yang akan timbul dengan dibuatnya buku ini.
4. Threat (ancaman)
Ancaman yang timbul yang merupakan dampak atau efek dari dibuatnya buku.
SWOT
Resep-Resep Klasik
Jajanan Pasar
Tradisional
Jajanan Pasar Aneka
Resep dan Analisis
Usaha
Buku (Coffee Table
Book) Jajanan
Pasar Gedhe Solo
Strenght
(Kekuatan)
- Merupakan buku
kuliner yang
mengangkat jajanan
pasar tradisional di
Indonesia
- Merupakan buku
yang disukai oleh
pecinta kuliner
khususnya jajanan
pasar dan para
masyarakat yang
tertarik untuk
membuat usaha
kuliner jajanan pasar
tradisional.
- Buku (Coffee Table
Book) Jajanan Pasar
pertama yang
mebuat informasi
yang lengkap
tentang jajanan
Pasar Gedhe Solo
dari filosofi sampai
dengan proses
pembuatannya.
Weakness
(Kelemahan)
- Informasi yang
diberikan tidak
lengkap, sehingga
membuat oara
pembaca kurang
tertarik untuk
- Gambar atau foto
yang ada di dalam
isi buku kurang
menarik, dan data
yang diberikan
kurang jelas.
47
membeli dan
membaca.
Opportunity
(Kesempatan)
- Mendapatkan
tanggapan yang baik
dari masyarakat
mengingat ini adalah
buku yang
memberikan
informasi tentang
jajanan tradisional
Indonesia.
- Mendapatkan
tanggapan yang baik
karena jajanan yang
ditampilkan lebih
banyak dan
bervariasi.
- Buku (Copy Table
Book) Jajanan
Pasar pertama,
sehingga akan
mendapatkan
tanggapan yang
baik dari
masyarakat ataupun
dari wisatawan baik
lokal maupun
internasional.
Threats
(Ancaman)
- Buku ini kurang laris
dipasaran
dikarenakan kurang
jelas informasi yang
diberikan.
- Jumlah cetakan
buku sedikit, jadi
sulit didapatkan.
- Akan adanya
kompetitor yang
lain, yang akan
membuat buku
yang sama.
48
D. Positioning
Positioning adalah suatu proses menempatkan suatu produk, merek, perusahaan,
individu atau apa saja dalam pikiran mereka yang dianggap sebagai sasaran atau
konsumennya. (Rhenald Khasali, 1995 : 155)
Positioning merupakan sebuah inti dari segala sesuatu yang kita inginkan agar
dipikirkan, dipasarkan dan dipercaya oleh khalayak sasaran mengenai produk kita, dimana
kita yakin akan dapat memebedakannya dari produk-produk lain yang sejenis. Upaya ini
dianggap perlu karena kondisi masyarakat atau konsumen sudah over communicated. Untuk
itu perlu ditampilkan personalitas atau citra tersendiri untuk menempati posisi tertentu pada
benak khalayak. Personalitas bagi suatu produk adalah penting apabila banyak produk-
produk lain yang beredar di masyarakat.
Positioning yang diinginkan untuk dicapai adalah supaya Pasar Gedhe lebih dikenal
oleh masyarakat dan para wisatawan yang datang berkunjung ke Pasar Gedhe. Dalam hal ini
ingin menunjukan bahwa di dalam Pasar Gedhe juga terdapat banyak kuliner jajanan pasar
yang beraneka ragam.
E. Unique Selling Preposition (USP)
Buku coffee table book Jajanan Pasar Gedhe Solo ini adalah Buku dokumentasi
tentang jajanan/makanan tradisional yang menggunakan media fotografi. Dengan visualisasi
yang menarik, khas dan data yang lebih lengkap ditambah dengan cetakan full color akan
membuat buku ini memiliki nilai lebih dibanding buku kuliner yang lain. Selain mengetahui
jenis jajanan tradisional favorit yang ada di Surakarta, tentunya dengan gambar yang
menarik. Buku coffee table book Jajanan Pasar Gedhe Solo kan membawa pembacanya
menjelajahi aneka ragam jajanan tradisional sekaligus mengajak untuk menikmati wisata
49
kuliner pasar di Surakarta. Selain dengan cetakan full color buku coffee table book Jajanan
Pasar Gede Solo ini akan lebih lengkap memberikan segala informasi tentang jajanan pasar
yang ada di Pasar Gedhe dari proses pembuatannya, sampai yang sudah jadi. Sehingga
setelah membaca buku coffee table book Jajanan Pasar Gede Solo ini akan membuat para
masyarakat kota Solo atau para wistawan dapat langsung tertarik untuk datang ke Pasar
Gedhe dan mencicipi langsung jajanan tersebut.