45
BAB III
BIOGRAFI DAN KONSEP KH. MUHAMMAD ARIFIN ILHAM
TENTANG ZIKIR
A. Biografi KH. Muhammad Arifin Ilham
1. Keluarga
Muhammad Arifin Ilham lahir di Kertak Baru, Banjar Barat,
Banjarmasin, Kalimantan Selatan pada 8 Juni 1969. Anak dari pasangan
H. Ilham Marzuki (abah) dan Hj. Noor Hayati (mama). Sejak kecil beliau
sudah menjadi anak masjid. Maklum ayahnya memang seorang aktivis
masjid Sabilil Muhtadin dan masjid Al Jihad Banjarmasin. Sehingga, hal
tersebut menular kepada anak laki-laki satu-satunya dari lima bersaudara.
Di masjid inilah ada seorang ustaz yang menjadi tauladan Arifin,
namanya adalah KH. Rafi’i Hamdi. Ustaz ini dikenal mempunyai tutur
kata dan perilaku yang lembut. Kelembutnya inilah yang mengesankan
Arifin kecil, sehingga kelak ia ingin menjadi seorang penceramah seperti
ustaz Rafi’i, atau setidaknya seorang guru.1 Kyai inilah yang setiap
malam Minggu berceramah di masjid dekat rumahnya. (masjid Sabilil
Muhtadin).
Menurut pengakuan kedua orang tuanya, sebelum sesaat dan
sesudah kelahirannya tidak ada peristiwa yang luar biasa. Semuanya
berjalan biasa-biasa saja. Tetapi perjalanan hidup Arifin senantiasa
diikuti dan diperhatikan oleh kedua orang tuanya. Terutama mamanya
sebagai pengasuh dan ibu rumah tangga. Sedangkan abahnya sibuk oleh
pekerjaan dan pada saat-saat tertentu saja bercengkrama dengan Arifin
1 Muhammad Arifin Ilham, Menggapai Kenikmatan zikir (Jakarta: Hikmah, 2004) Cet.
II, hlm. 35
46
(panggilan akrab beliau).2 Menurut Arifin ayahnya hanyalah seorang
karyawan biasa, tetapi shalat tahajudnya tidak pernah putus.3 Hal inilah
yang kemudian sangat dikagumi sebagai sosok seorang ayah.
Menurut abahnya, Arifin mempunyai watak dan kemauan yang
sangat keras, artinya apabila ia mempunyai keinginan, pasti dia akan
berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mewujudkannya. Arifin kecil
sampai menginjak usia remaja terbilang anak yang nakal, namun
kenakalan Arifin merupakan hal yang biasa pada diri anak-anak. Jadi
bukan kenakalan yang macam-macam.
Arifin menikah dengan Wahyuniaty al Wali pada tanggal 28 April
1998. Wanita dari Aceh yang dipersunting Arifin ini ternyata adik
angkatannya ketika kuliah di Fisipol Universitas Nasional Jakarta. Proses
ta’aruf mereka tidak diawali dengan pacaran. Ia langsung merasa cocok
dengan gadis yang dilihatnya di suatu pengajian. Setelah berkenalan
Arifin langsung melamarnya.4 Putri mantan anggota DPR Teuku
Djamarin ini, merasa cocok dengan Arifin setelah berkenalan dengannya
dan merasakan bahwa dia memiliki syarat-syarat sebagai calon
pendamping hidupnya. Dunia “pergaulan yang berjarak” ini ternyata
tidak menyurutkan tekad Arifin untuk menjadikan Yuni (panggilan akrab
Wahyuniaty al Wali) sebagai istri. Melalui saluran telepon, setelah shalat
subuh, Arifin menyatakan cintanya dan sekaligus melamarnya. Lamaran
kabel inipun akhirnya diterima oleh Yuni.
Kini pasangan serasi dan bahagia ini telah dikaruniai amanat dari
Allah berupa putra-putra yang manis yaitu Muhammad Alvin Faiz,
Muhammad Amer Azzikra dan Muhammad Azka Najhan. Anak ini
2 Endang Mintarja, Arifin Ilham Tarikat, Zikir dan Muhammadiyah, (Jakarta: Hikmah,
2004) hlm. 39 3 Muhammad Arifin Ilham, “Tanpa Zikir Semuanya akan hampa”, Citra, 758, ixv,
Oktober 2004, hlm. 24 4 Muhammad Arifin Ilham, Menggapai Kenikmatan Zikir, op. cit. hlm. 147
47
sering diajak untuk mengikuti kegiatan zikir yang diadakan oleh
ayahnya.5
Ayah dari 3 anak ini mempunyai hobi bulu tangkis, ia pernah
menjadi juara bulu tangkis antar Ponpes se Jabotabek, untuk renang,
karena kepadatan aktivitasnya sering dilakukan disela-sela kesibukannya.
Biasanya sehabis memimpin jamaah zikir pada Minggu pagi, sesudah
istirahat siang, ia bersama teman-teman di majelis Azzikra pergi renang
untuk menyalurkan hobinya.
Dai muda ini mempunyai sifat sederhana, hal ini dilihat dari cara
berpakaian dan juga kehidupan di rumahnya. Rumah utama yang berada
beberapa meter di depan masjid Al Amru Bittaqwa Mampang Indah II
Pancoran Mas Depok terlihat sederhana dilihat dari perabotan rumahnya.
Sedangkan rumah satunya yang agak jauh dari rumah utama digunakan
untuk menginap pengunjung ketika akan melakukan zikir di masjid Al
Amru Bittaqwa.
Sopan santunya terlihat dari tutur kata dan cara menghormati
tamu. Tutur katanya sangat lembut dan menghargai pendapat orang.
Setiap tamu yang datang disambutanya dengan antusias dan dengan
tangan terbuka, siapapun dan dari kalangan manapun. Juga sikap rendah
hatinya. Hal ini terlihat dari panggilan beliau. Beliau lebih suka dan
merasa akrab dipanggil dengan sebutan 'abang'. Jadi tidak ada batas yang
kelihatan antara seorang dai dan umatnya. Untuk memanggil orang yang
lebih tuapun lebih sering dengan pangilan abah atau bunda.6
2. Latar belakang pendidikan
Ketika berusia lima tahun, bocah kecil yang besar di lingkungan
Muhammadiyah ini dimasukkan sang ibu ke TK Aisiyah. Kemudian
5 Wawancara langsung dengan KH Muhammad Arifin Ilham di kediamannya Mampang
Indah Dua Pancoran Mas Depok pada hari Ahad, 5 Desember 2004. 6 Observasi di kediaman KH. Muhammad Arifin Ilham, Mampang Indah II, Depok Pada
Tanggal 5 Desember 2004
48
melanjutkan ke SD Muhammadiyah yang tak jauh dari rumahnya.
Namun baru kelas tiga ia dipindah ke SD Rajawali gara-gara berkelahi
dengan teman sekelasnya, hingga lulus tahun 1983. Untuk menambah
pendidikan agamanya, setiap sore ia dititipkan abahnya untuk belajar di
masjid Al Jihad yang dikelola oleh pimpinan Muhammadiyah setempat,
di mana abahnya sebagai bendahara masjid tersebut.7
Selepas dari sekolah dasar, Arifin ingin melanjutkan pendidikan
di pesantren. Kemudian sang abah mengajak ke beberapa pesantren yang
ada di Kalimantan, tetapi ditolaknya karena pesantren tersebut masih
bercorak tradisional dengan melihat kebiasaan memakai sarung pada
pesantren-pesantren tersebut. Hingga orang tuanya sepakat untuk
mengirim ke Jawa karena di sana banyak Ponpes Modern. Akhirnya
Pondok Pesantren Darunnajah yang berlokasi di Ulujami Kebayoran
Lama Jakarta Selatan inilah sebagai pesantren pertama untuk
memperdalam ilmu agamanya. Disitu juga Arifin meneruskan pendidikan
formalnya yaitu SMP. (TH. 1983-1987).
Di pondok yang diasuh oleh KH Mahrus Amin ini, Arifin dapat
mengembangkan potensinya. Kebiasaan di pondok ini adalah dengan
menggunakan bahasa Arab atau Inggris untuk dialog tiap harinya. Juga
adanya pendidikan formal yang menjadi pesaing ketat dengan sekolah –
sekolah lain di Jakarta.8
Sebenarnya sebelum masuk pesantren, Arifin pernah sekolah di
SMP Negeri I di kota itu, sampai menduduki kelas satu. Namun
dorongan kuat masuk pesantren membuatnya meninggalkan sekolah
tersebut. Tentu saja dengan konsekuensi, ia harus mengulangi dari awal
pendidikan SMPnya di pesantren tersebut. Apalagi pada waktu itu dia
mengaku belum bisa membaca al-Qur'an dengan lancar. Karenanya tidak
mengherankan kalau rapotnya kebanyakan merah ketika ia duduk di
7Endang Mintarja, op. cit., hlm. 40 8 Wawancara dengan Arifin Ilham
49
kelas I dan II SMP di Pesantren tersebut. Apalagi perilakunya agak
bandel dan nakal.
Hal tersebut membuatnya rendah diri, ia sudah mulai merasa tidak
betah di pesantren. Arifin sempat berniat pulang kembali ke rumah orang
tuanya di Kalimantan. Namun oleh kyainya KH. Mahrus Amin, Arifin
diberi nasihat agar mempertimbangkan kembali niatnya tersebut. Karena
ujarnya, dimanapun kalau sikap Arifin tidak berubah ia tidak akan bisa
merasakan perubahan. Hal inilah yang kemudian memacunya untuk terus
belajar secara sunggung-sungguh. Hasilnya iapun menjadi santri yang
berprestasi.9
Hingga kelas I Aliyah, Arifin masih tinggal di Pesantren
Darunnajah, tetapi pada tahun 1987 ketika duduk di kelas II Aliyah, ia
pindah ke Pesantren Assyafi’iyah Matraman Tebet Jakarta Selatan
hingga lulus tahun 1989. di pesantren inilah kemampuan berorasinya
semakin terasah, sebab Arifin kerap mendampingi dai-dai kondang
keberbagai acara tablig akbar. Arifin tidak anti politik, karenanya pada
tahun 1989, ia masuk Fisipol Universitas Nasional Jakarta Jurusan
Hubungan Internasional. Di semester tujuh ia berkenalan dengan aktivis
dakwah, Ferry Nur - kini ketua Gerakan Anti Zionis dan Amerika
(GAZA) - yang memberikan warna perubahan dalam hidupnya.10
Pada mulanya sang abah berharap menjadi seorang politisi yang
bermoral karena dia merasa prihatin dengan kelakuan dan penyimpangan
para pejabat dan politisi negara ini. Maka dari itu, ia menyarankan Arifin
melanjutkan studinya ke Fakulatas Ilmu Sosial dan Politik. Padahal saat
itu ia mendapatkan tawaran beasiswa melanjutkan studi di luar negeri
9 Muhammad Arifin Ilham, Tanpa Zikir Semuanya Akan Hampa, loc. cit. 10 Muhammad Arifin Ilham, “Masuk TV Atau Tidak Yang Penting Niatnya”, Al Falah,
19, Februari, 2004, hlm. 5
50
dalam ilmu agama. Karena saran abahnya itulah, Arifin memilih menolak
tawaran beasiswa itu dan masuk ke UNAS.11
Perjuangan untuk menyelesaikan kuliahnya ternyata tidak kecil.
Buku-buku kuliahnya dibeli dari uang hasil mengamen di terminal,
bahkan ia tidak malu berjualan baju bekas agar bisa membayar uang
kuliah. Untuk menambahkan uang saku kuliah dan membayar sewa
rumahnya pula, Arifin sempat berdagang mie rebus di Pasar Minggu,
Jakarta Selatan. Ini dilakukan lantaran kiriman uang dari orang tuanya di
Kalimantan boleh dibilang terbatas. Bukan itu saja, Arifin juga pernah
menjadi kondektur bus kota jurusan Cililitan - Cibubur pada malam hari.
Semasa menjadi pedagang, ia mempunyai banyak pengalaman, sambil
berdagang ini, ia juga mengajar anak-anak jalanan di terminal sekitar
Pasar Minggu untuk mengaji, hingga lulus S1 pada tahun 1994.12
3. Karya-karya
Beliau adalah seorang yang produktif disamping kesibukannya
dalam berdakwah dan memimpin majelis Azzikra juga banyak buku yang
telah ditelurkannya. Baik yang disusun sendiri maupun dengan orang
lain, diantaranya adalah:
- Menggapai Kenikmatan Zikir, diterbitkan oleh Hikmah Jakarta: 2003
untuk Cetaklan 1, karena laku keras dicetak lagi pada Januari 2004
- Renungan-renungan Zikir, diterbitkan oleh Intuisi Press Depok 2003
- Hakikat Zikir, Jalan Taat menuju Allah, diterbitkan oleh Intuisi Press
Depok 2003
- Indonesia Berzikir, disusun dengan Samsul Yakin, diterbitkan oleh
Intuisi Press Depok 2004
11 Endang Mintarja, op. cit. hlm. 49-50 12 Muhammad Arifin Ilham,, Tanpa Zikir…, loc. cit.
51
- Hikmah Zikir Berjamaah, disusun bersama Debi Nasution,
diterbitkan oleh Republika Jakarta: 2003. Buku ini dicetak dalam 6
kali cetakan dalam setahun.
Beliau juga mengisi konsultasi zikir di majalah Hidayah dan
Buletin Azzikra
4. Pengalaman
Banyak pengalaman dan prestasi yang telah diraih oleh seorang
dai kondang ini. Di antaranya adalah:
a) Dunia aktivis
Sewaktu kuliah dia aktif diberbagai kegiatan kemahasiswaan
dan kepemudaan, salah satu organisasi mahasiswa yang beliau geluti
adalah Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Di organisasi
kemahasiswa ini banyak hal yang Arifin dapatkan baik yang
menyenangkan maupun yang mengecewakan dan sia-sia.
b) Karier dakwah dan zikir
Bakat Arifin sebagai seorang dai sudah terlihat sejak menjadi
santri di pesantren Darunnajah, hal ini dibuktikan ketika mengikuti
perlombaan maupun ketika masih acara-acara pengajian remaja
seperti pesantren kilat, karier sebagai seorang dai ini mulai menanjak
semenjak dia selalu mengisi pidato pendahuluan sebelum KH.
Zainuddin MZ. Bahkan Arifin pernah menjurai lomba pidato bahasa
Inggris tingkat ASEAN.13
Karena kemampuannya berceramah itu meski usianya masih
remaja, Arifin sudah kerap keluar kandang mengisi pengajian di luar
pesantren. Bahkan pada usia 16 tahun ia sudah melanglang buana ke
beberapa daerah di nusantara ini. Antara lain di Lampung, Batam,
13 Endang Mintarja, op. cit., hlm. 47
52
Balikpapan, Samarinda dan Banjarmasin. Bahkan ia pernah
berceramah di Singapura.
Pada saat itulah Arifin merasa bangga karena mendapat
sambutan jamaah yang luar biasa. Namun anehnya kebanggaan itu
dianggpnya menjadi masa-masa yang sangat memalukan baginya
karena ia merasa hanya sebagai seorang dai jahiliyah yang hanya
pandai berbicara tapi prakteknya nol besar. Motivasi dakwahnya juga
kurang bersih, dan shalat subuh di masjid malas, apalagi untuk shalat
tahajjud. Namun Arifin merasa bersyukur karena dirinya diberi
peringatan oleh Allah SWT, dengan kejadian dimana pada tahun
1999, saat ia berada di sekitar rumahnya ia ia dipatuk ular berbisa.
Akibanya sangat parah, ia mengalami koma selama 21 hari, bahkan
dokter yang merawatnya menuturkan bahwa seandainya ia selamat,
maka ia akan mengalami kelumpuhan otak dan impoten. Namun
lewat kebesaran-Nya dia sembuh seperti sediakala. Peristiwa itu
sungguh menghentakkannya. Ia kemudian merenungkan perjalanan
hidupnya, sambil memohon ampun sebanyak-banyaknya kepada
Sang Khalik. Ia kemudian makin mendekatkan diri kepada Allah
dengan cara berzikir dan memperbanyak ibadah.14
Sedangkan majelis dakwah yang dipimpinnya berawal dari
zikir mingguan pada tahun 1999 yang dilaksanakan setiap Sabtu
sehabis shalat subuh di masjid Al Amru Bittaqwa Mampang Indah II,
Depok. Pada awalnya kegiatan ini hanya diikuti oleh belasan orang
jama’ah dari komplek perumahan tersebut. Sampai sekarang kegiatan
zikir kecil setiap Sabtu subuh masih berjalan. Bahkan ditambah
dengan tausyiyah yang disampaikan oleh tim Asatiz. Mereka di
antaranya adalah DR. Muslih Abdul Karim, H. Aminullah, Ir. Ahmad
14 Pesantren Darunnajah, Muhammad Arifin Ilham : Bakat Dainya Mulai di Darunnajah,”
www. darunnajah,.com / Figur Indek – php? Id: 5, hlm. 4-5
53
Nawawi, H. Abdul Syukur, H. Huda, H. Ahmadin Ahmad, yang
kesemuanya adalah pengurus azzikra.
Nama majelis zikirnya adalah Azzikra yang diambil dari
nama lain al-Qur'an, artinya dalam mejelis ini tidak keluar dari al-
Qur'an , karena seutama - utama zikir adalah al-Qur'an.15
Zikir tersebut pertama kali dilakukan sendiri. Kemudian
istrinya dan pembantunya ikut pula apa yang dilakukannya / sampai
sekarang setiap minggu mulai pada pukul 07.30 sampai kira–kira
pukul 09.30 pada awal bulan tetap rutin dilakukan zikir bersama di
dalam masjid Al Amru Bittaqwa tersebut. Karena padatnya jadwal
ceramah inilah akhirnya acara di masjid ini hanya dilakukan sekali
dalam sebulan. Hal ini juga tidak mengurangi jama’ah untuk
menghadirinya, bahkan jama’ah melewati angka 15 ribu orang.
Tempat yang disediakan panitia masjid kini melebar sampai ujung-
ujung jalan. Para jama’ahpun rela berpanas-panasan menikmati
aluran zikir yang dibawakan oleh Muhammad Arifin Ilham. Lautan
putih sepanjang puluhan meter itu, khusu’ mengikuti zikirnya
diselingi tangis yang mengharukan karena ingat akan dosanya.
Selesai acara zikir bersama itu dilanjutkan dengan acara Titian
Keluarga Sakinah acara ini dipandu langsung oleh dewan Asatiz. Hal
ini berupa tausiyah yang diberikan untuk menggapai keluarga yang
sakinah mawaddah wa rahmah dan memang kebanyakan yang
menghadirinya adalah para pemuda dan para pemudi yang belum
menikah. Dari acara ini juga ada yang kemudian menemukan jodoh
untuk berkeluarga seperti yang dituturkan oleh Suradi yang tinggal di
Pondok Cabai Tangerang.16
15 Muhammad Arifin Ilham, Masuk..., loc. cit. 16 Wawancara dengan Suradi 38 tahun Pengunjung Zikir di Komplek Masjid Al Amru
Bittaqwa Pada 5 Desember 2004
54
Dakwah beliau juga sudah merambah ke dakwah bil hal yaitu
dengan membangun pondok pesantren untuk yatim piatu. Ide ini
tercetus akibat adanya peperangan yang ada di Poso Maluku dan
banyak anak yang putus sekolah. Ide ini langsung disambut dengan
antusias oleh para jama’ah shalat di masjid tersebut. Hingga sampai
sekarang sudah berdiri dengan megahnya sebuah pondok pesantren
yatim piatu yang nilai bangunannya sudah lebih dari 2 milyar. Tetapi
pondok yang berlokasi tidak jauh dari rumahnya ini belum ada
penghuninya karena belum selesai 100 persen. Untuk sementara
anak–anak asuh di tempatkan di Panti Asuhan Srengseng dan Panti
Asuhan Cileungsi.17
Pada Ramadhan tahun 2004 ini Arifin semakin melambung
namanya. Hal ini ditandai dengan mengisi salah satu paket sinetron di
TPI dengan judul Rahasia Illahi, juga ceramahnya di banyak layar
kaca dan kaset tausyiyah-nya yang laku keras.18
Selain berdakwah ini, Arifin juga menjadi kepercayaan
masyarakat untuk berkonsultasi dan berobat. Banyak problem yang
ditanyakan langsung oleh orang yang bermaksud menemuinya. Mulai
dari masalah agama, problem kehidupan sehari-hari sampai urusan
rumah tangga. Dengan sabarnya ustaz Arifin mendengarkan keluh
kesah mereka dan kemudian memberikan solusi kepadanya. Juga
yang mengidap penyakit jasmani seperti lumpuh yang kemudian bisa
terobati dengan metode zikirnya.
KH. Muhammad Arifin Ilham dilahirkan dari keluarga
Muhammadiyah. Keluarga abahnya adalah Muhammadiyah bahkan
abahnya aktif di Muhammadiyah sebagai bendahara. Sedangkan
mamanya adalah seorang NU tulen, tetapi perbedaan tersebut tidak
17 Abdul Syukur, “Nyayi Sunyi Tanah Tinggi', Az-Zikra, 1, 2004, hlm. 21-22 18 Wawancara dengan Muhammad Arifin Ilham pada Ahad, 5 Desember 2004
55
mengurangi keharmonisan keluarganya. Kerap kali abahnya dalam 2 hari
sekali shalat subuh dengan menggunakan do’a qunut, tetapi di lain waktu
shalat subuh tanpa qunut. Hal inipun tidak menjadi persoalan.
Tetapi karena dia hidup di lingkungan Muhammadiyah tulen
akhirnya pola pikirannya pun terpengaruh olehnya. Walaupun beliau
sendiri mengatakan bahwa dia dididik dalam keluarga yang demokratis.
Baru setelah masuk Pesantren Darunnajah dapat mengetahui secara pasti
dasar - dasarnya. Karena Darunnajah merupakan pesantren modern yang
netral, maka pola pikir keagamaannya bisa bersemai dengan baik. Pada
awalnya beliau mengganggap tidak benar dengan zikir berjama’ah dan
jahar, tetapi seiring perjalanan waktu dan matang dalam pola beragama,
akhirnya dia sendiri menggunakan pola zikir ini. Hingga tidak ada lagi
perbedaan yang ada untuk beribadah. Hal ini juga dapat dilihat dari
bacaan zikir yang biasa dikumandangkan.19
Sebenarnya Arifin terbiasa berpikiran rasional serta puritan
sebagaimana kalangan Islam modernis. Kecenderungan rasionalnya
sangat tampak pada materi dakwahnya, sedangkan sikap puritannya
tampak pada segi aqidah dan ibadah mahdhah, dimana dia selalu
berpegang teguh pada teks normatif al Quran ataupun hadits nabi. Maka
tidaklah mengherankan kalau tata cara metode Arifin banyak kesamaan
dengan Muhamadiyah, namun dia tidak bersikukuh pada pemahamannya,
dia selalu memposisikan dirinya netral dan mencoba mengakomodasi
pemahaman dan kebiasaan jamaah. Seperti pada shalat jum'at Arifin
mengizinkan adanya dua kali adzan yang dilakukan oleh Nahdhatul
Ulama, demikian juga dzikir setelah shalat menggunakan zikir yang
dijaharkan sebagaimana kaum Nahdhiyin.20 Secara rasional pula bahwa
ketika zikir dilakukan berjamaah tentunya dapat berdampak baik
terhadap hubungan sesama manusia untuk lebih mengaktualisasikan
19 Wawancara langsung dengan Muhammad Arifin Ilham… 20 Endang Mintarja, op. cit., hlm. 59
56
zikir sehingga zikir tidak dianggap ibadah personal terhadap Allah tetapi
bisa berbentuk ibadah sosial.
B. Konsep KH. Muhammad Arifin Ilham tentang Zikir.
1. Konsep zikir
Kata zikir berasal dari kata ر yang berarti ذآ ي ذهن ظ ف خف
(memelihara dalam ingatan). Zikrullah artinya memelihara Allah SWT
dalam ingatan. Maksudnya selalu mengingat dan menyebut nama Allah
SWT. Menurut bahasa zikir berarti ingat. Sedangkan menurut istilah
berarti usaha manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan
cara mengingat kebesaran-Nya dan keagungan-Nya. Adapun realisasi
untuk mengingat Allah SWT adalah dengan memuja-Nya, membaca
firman-Nya, menuntut ilmu-Nya dan mohon kepada-Nya.21
Muhammad Arifin Ilham membagi zikir meliputi 4 hal. Pertama
zikir hati senantiasa mengingat Allah dalam hati. Kedua zikir akal, yang
berarti mampu menangkap bahasa Allah dalam gerak alam semesta.
Ketiga zikir yang berupa ucapan asma Allah terjemahan dari kata hati.
Keempat zikir amal yang merupakan implikasi taqwa.22 Adapaun
rinciannya adalah sebagai berikut:
a. Zikir hati (zikir qalbiyyah)
Zikir ini disebut juga dengan asal dan kebesaran.23 Sedangkan
menurut KH. Muhammad Arifin Ilham zikir hati ialah merasakan
hadirnya Allah. jika hendak melakukan sesuatu tindakan atau
perbuatan, maka ia menyakini dalam hatinya yang paling dalam
bahwa Allah senantiasa bersamanya. Sadar bahwa Allah selalu
melihatnya. Dia Maha Melihat, Maha Mendengar, Lagi Maha
21 M. Arifin Ilham dan Debby Nasution, Hikmah Zikir Berjamaah, (Jakarta: Republika,
2003), Cet. 5, hlm. 1 22 Muhammad Arifin Ilham, menggapai…, op. cit. hlm. 44 23 A. Zainuddin, dan M Jamhari, op. cit. hlm. . 191
57
Mengetahui, zikir qalbiyah ini lazimnya disebut ihsan.24 Di lain pihak
orang beriman tidak akan mencapai ihsan apabila iman dan Islam
belum kokoh dan sempurna pengalamannya.25
Para pembesar tarikat Naqsyabandiyah lebih memilih zikir
hati, alasannya adalah bahwa hati merupakan tempat pengawasan
Allah, tempat bersemayamnya iman, tempat bersumbernya rahasia,
dan tempat bertenggernya cahaya. Hati yang baik akan
mengakibatkan jasad, perilaku menjadi baik. Begitu pula hati yang
buruk akan berdampak kepada perilaku menjadi buruk.26
Pada prinsipnya qalbu adalah hati nurani yang menerima
limpahan cahaya kebenaran ilahiyah yaitu ruh. Pengertian qalbu dari
qalaba yang artinya berubah ubah, berbolak balik, tidak konsisten,
berganti ganti. Qalbu merupakan lokus atau tempat di dalam wahana
jiwa manusia yang merupakan titik sentral atau awal segala yang
menggerakkan perbuatan manusia yang cenderung kepada kebaikan
dan keburukan. Dengan qalbu itulah Allah ingin memanusiakan
manusia, memuliakannnya dari segala mahluk yang diciptakannya.27
Qalbu selain memiliki fungsi indrawi di dalamnya ada rohani,
yaitu moral dan nilai nilai etika. Artinya dialah yang menentukan
tentang rasa bersalah, baik buruk, serta mengambil keputusan
berdasarkan tanggung jawab moralnya tersebut. 28
Hal ini juga dikatakan oleh Ahmad bin Hadhrawaih bahwa
hati adalah wadah. Jika wadah itu penuh dengan kebaikan, maka
cahaya-cahaya kebajikan (yang ada di dalamnya) akan keluar
menyinari anggota-anggota tubuhnya. Jika wadah itu penuh dengan
24 Muhammad Arifin Ilham, Hakekat Zikir Jalan Taat Menuju Allah, (Depok: Intuisi
Press, 2003), hlm. 35 25 Djamaluddin Ahmad Al Buny, Menelusuri Taman-taman Mahabbah Sufiyah, (Jakarta:
Mitra Pustaka, 2002), hlm. 2 26 Muhammad Arifin Ilham, Menggapai …, op. cit. hlm. 27-28 27 Toto Tasmara, Kecerdasan Rohaniyah, (Jakarta: Gema Insani, 2001), hlm. 46 28 Ibid, hlm 49
58
kebatilan, maka kegelapan yang ada di dalamnya akan bertaubah
ketika sampai pada anggota tubuhnya.29
Ada beberapa potensi qalbu yang terus menerus saling berebut
kekuasaan yaitu fuad, shadr, hawa dan nafs.
- Fuad, merupakan potensi qalbu yang berkaitan dengan indrawi,
mengolah informasi yang sering dilambangkan berada dalam otak
manusia, ( fungsi rasio, kognitif). Pengawal setia sang fuad adalah
akal, zikir, fikir, pendengaran dan penglihatan. Akal berkaitan
dengan keadaan untuk menangkap seluruh gejala alam yang
tampak nyata. Zikir dalam kaitan sebagai potensi fuad merupakan
saudara kembar dari zikir.30
- Shadr, mempunyai potensi besar untuk menyimpan hasrat,
kemauan, niat kebenaran dan keberanian yang sama besarnya
dengan kemampuannya untuk menerima kejahatan dan
kemunafikan. Shadr ini lebih dekat dengan perasaan, baik itu
yang baik maupun yang buruk.
- Hawa, merupakan potensi qalbu yang menggerakkan kemauan.
Di dalamnya terdapat ambisi, kekuasaan, pengaruh dan keinginan
yang mendunia.31
- Nafs, adalah muara yang menampung hasil olah fuad, shadr dan
hawa yang kemudian menampakkan dirinya dalam bentuk
perilaku nyata di hadapan manusia lain. Nafsu yang
mempresentasikan dari ada (being) menjadi mengada (be
coming).32
29 Muhammad Arifin Ilham, Menggapai …, op. cit. hlm. 31 30 Toto Tasmara, op. cit., hlm. 97-98 31 Ibid, hlm. 94 32 Ibid, hlm. 111
59
Dari keempat potensi qalbu ini manusia akan kelihatan apakah
manusia bisa berlaku baik atau tidak, potensi-potensi ini yang
mempengaruhinya, karena pada dasarnya seluruh perbuatan orang
adalah pancaran dari hatinya.
Jadi ketika hati seseorang telah dipenuhi dengan zikir kepada
Allah, maka melalui ihsannya, mereka akan berbuat kebaikan. tetapi
kesadaran yang ditimbulkan dari qalbu yang berzikir ini tidak datang
sendirinya, tetapi melalui proses, melalui liku-liku perenungan dan
pengalaman yang mendalam, sehingga dawai qalbunya menjadi
sangat sensitif karena sering dilatih (riyadhah) suara batin yang
dipertajam melalui riyadhah adalah khas kodrat manusia, artinya
hanya manusia yang mampu mendengarkan dan sekaligus
mengendalikan suara batinnya.33
Jika kita sudah bisa mencapai pada kesadaran bahwa zikir
qalbiyyah adalah bahwa kita sadar dan merasa selalu ditatap Allah,
maka akan menimbulkan dampak yang besar. Pertama, hati akan
selalu bersih, kedua apapun yang kita kerjakan akan menjadi ibadah.
Dan yang ketiga kita akan memperoleh nilai dalam hidup ini, yakni
nilai keridhaan Allah SWT. perbuatan yang tidak dilandasi keridhaan
Allah, tentu akan sia - sia atau bahkan bisa disebut rugi.34
Rasulullah bersabda:
عن عبد اهللا , حدثنا وكيع عن كهمس بن احلسن , حدثنا على بن حممد قال رسول : عن عمر قال , عن إبن عمر , عن حيي بن يعمر , بـن بريده
اهللا صـلى اهللا عليه وسلم اإلحسان أن تعبد اهللا كأنك تراه فإنك أن ال 35 )رواه إبن جمه((تراه فإنه يراك
33 Ibid., hlm. 70 34 Muhammad Arifin Ilham, Hakikat Zikir Jalan Taat Menuju Allah, op. cit. hlm. 36 35 Ibnu Majjah, Sunan Ibnu Majjah (Beirut: Darul Fikr, t.t.) hlm. 24
60
Telah bercerita kepada kami Ali bin Muhammad, telah bercerita Waqi dari Kahmas bin Hasan dari Abdullah bin Buraidah dari Yahya bin Ya’mar, dari Ibnu Umar, dari Umar berkata: Rasulullah SAW bersabda : ihsan adalah engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya. Sekalipun engkau tidak dapat melihat-Nya tetapi sesungguhnya Dia melihatmu (HR. Ibnu Majjah).
Demikian juga yang dikatakan oleh Muhammad al Fateh
bahwa zikir qalbi adalah zikir yang berhubungan dengan hati manusia
yang senantiasa melihat Allah SWT dan merasakan Allah SWT
senantiasa mengawasi setiap tindak tanduknya. Zikir ini susah untuk
dipraktekkan kecuali bagi mereka yang sungguh-sungguh serta
melalui zikir qauli terlebih dahulu, selain itu, perilaku zikir ini
mestilah memahami serta menghayati makna zikir yang
diucapkannya itu. Biasanya zikir qauli yang telah mendarah daging,
serta otomatis akan beralih ke hati.36
Maka dengan hati yang merasa selalu ditatap dan
diperhatikannya, tentunya akan membuat manusia semakin takut
untuk melakukan hal-hal yang tidak baik. Hatinya akan selalu terisi
dengan nama Allah dan terhindar dari bisikan hati yang
melangkahkan pada keburukan.37
b. Zikir akal (aqliyah)
Zikir aqliyah adalah kemampuan menangkap bahasa Allah di
balik setiap gerak alam semesta ini. Menyadari bahwa semua gerak
alam, Allah-lah yeng menjadi sumber gerakan dan yang
menggerakannya. Berarti dia senantiasa hadir dan terlibat dalam
setiap peristiwa dan kejadian-kejadian alam, setiap peristiwa sejarah
dan dalam setiap tindakan manusia.38
36 M. Al Fateh, Rahasia dan Keutamaan Zikir, (Jakarta: Lintas Pustaka, 2003), hlm. 1 37 Wawancara dengan KH. Muhammad Arifin Ilham, pada Ahad 5 Desember 2004. 38 KH. Muhammad Arifin Ilham, Hakikat Zikir Jalan Taat Menuju Allah, op. cit. hlm.
40
61
Sedangakan tanda-tanda alam yang wajib kita baca ini ada
dunia wujud yakni alam semesta (ayat kauniyah) dan ayat qauliyah
yaitu al-Qur'an.39
Kata ayat mempunyai hubungan yang erat sekali dengan
pekerjaan berfikir arti asli dari kata ayat ialah tanda. Ayat dalam arti
ini kemudian dipakai untuk fenomena alam yang banyak disebut
dalam ayat kauniayah. Tanda yang ditangkap dengan indera
mempunyai arti abstrak yang terletak di dalamnya. Tanda ini harus
diperhatikan, diteliti, dipikirkan dan direnungkan untuk memperoleh
arti abstrak yang terletak di belakang itu.
Penelitian dan pemikiran mendalam tentang ayat kauniyah itu
membawa kepada terungkapnya hukum alam yang mengatur
perjalanan alam dan akhirnya kepada Tuhan Maha Pencipta dan
Maha Pengatur alam semesta.40
Dalam konteks pengenalan terhadap Allah, maka membaca
harus dilakukan terhadap ayat-ayat-Nya yang terdapat dalam al-
Qur'an, dan membaca ciptaannya, Allah selalu menyebut tipe orang
yang cerdas adalah orang yang selalu berfikir dalam segala keadaan.
Berfikir dengan demikian adalah salah satu kunci kedekatan kita
dengan Allah. Ini juga menunjukkan bahwa Allah sangat menghargai
pikiran manusia. Orang yang tidak menggunakan akalnya termasuk
golongan orang yang dimurkai Allah.41
Firman Allah surat Yunus ayat 100.
39 Ibid. 40 Harun Nasution, Islam Rasional Gagasan dan Pemikiran, (Bandung: Mizan, 1998),
Cet. V., hlm. 55 41 Asfa Dauy Bya, 'Membaca Tanda Zaman', Azzikra, 1, 2004, hlm. 48
62
ا وفس ان ك مأن لن منؤاهللا بإذن ا إل ت لى الذينع سجل الرعجيو
) ينوس (لا يعقلون
Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya (QS. Yunus: 100) 42
Seorang muslim, sudah semestinya sasaran pengetahuan kita
yang paling utama adalah mengenal Tuhan dan perintah-perintah-
Nya, apapun ilmu yang dipelajari. Dengan mempelajari ilmu
ketuhanan, maka kita akan sampai pada suatu pelajaran pemaknaan
ilmu yang berkaitan dengan manfaat dan keridhoan Allah SWT.43
Pada dasarnya mengunakan akal untuk memahami alam
semesta ini adalah merupakan zikir atau ingat kepada Sang Pencipta.
Manusia akan tahu siapakah yang menerbitkan matahari,
menghembuskan angin dan lain sebagainya. Karena, bahwa setiap
ciptaan-Nya merupakan argumentasi bahwa Allah itu ada. Dan semua
makhluknya berada di bawah-Nya semata. Orang yang berfikir akan
senantiasa melihat keagungan dan kebesaran Allah dalam segala
sesuatu yang didengar dan dilihat di alam ini.44
c. Zikir lisan
Zikir ini merupakan terjemahan dari zikir hati dan akal. Apa
yang dihayati dan dipaparkan, itulah yang diucapkan. Maka dengan
mengucapkan zikir berulang kali niscaya akan terpelihara ingatanya
kepada Allah SWT.45 Ucapan adalah buah dari pikiran dan
penghayatannya. Seseorang akan bisa selalu berzikir lisan karena
42 Depag RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Semarang: Toha Putra, 1989), hlm. 322 43 Asfa Dauy Bya, loc. cit. 44 KH. Muhammad Arifin Ilham, Renungan-renungan Zikir, (Depok: Intuisi Press, 2003),
hlm. 150 45 Muhammad Arifin Ilham, Tanpa Zikir Semuanya Akan Hampa, Citra loc.cit.
63
dalam ingatannya ada nama dan keagungan Allah SWT. Hal inilah
yang dapat mengindarkan manusia dari perkataan yang sia-sia dan
dari ucapan yang tidak benar inilah kaidah pencapaian seorang
pezikir dengan lidahnya, Karena apa yang diucapkan yaitu tidak sia-
sia, seperti manusia yang biasa berbicara dan banyak membuat dosa
dari pada pahala.46
Imam Ash Shodiq berkata “zikir lisan itu puja dan puji” pada
tingkat awal dijalaninya ruhani, seorang yang sedang melakukan
latihan zikir, pertama–tama ia harus membiasakan lidahnya berzikir.
Ia harus senantiasa berzikir tanpa mengenal tempat dan waktu. Pada
tingkatan ini zikir mewujudakan segala pujaan dan pujian yang
ditunjukan hanya kepada Allah SWT.47
Oleh karena itu, zikir jenis ini juga disebut zikir yang nyata,
karena ia diucapkan dengan lisan yang nyata, baik zikir secara
sendirian maupun secara bersama-sama. Zikir pada hakikatnya adalah
makanan utama lisan atau lidah. Namun walaupun begitu harus
diresapkan pengakuan hati, bahwa tidak ada Tuhan selain Allah.48
Zikir lisan terbagi ke dalam dua bagian, yaitu zikir yang
terikat dengan waktu dan tempat serta ada pula yang bebas. Yang
terikat misalnya, bacaan ketika dan sesudah shalat, bacaan ketika haji,
bacaan sebelum tidur dan bangun tidur, bacaan sebelum makan,
ketika menaiki kendaraan, zikir di waktu pagi dan petang dan
sebagainya. Sementara yang tidak terikat dengan tempat dan waktu
dan kondisi misalnya pujian kepada Allah SWT seperti dalam untaian
kalimat :
46 Syekh Abdul Qadir Jailani, Rahasia Sufi, (Jogjakarta: Pustaka Sufi, 2002), hlm 107 47 Motinggo Busye dan Quito R. Motinggo, Zikir Menyingkap Kesadaran Ruhaniyah,
(Jakarta: Hikmah 2004), hlm. 195 48 A.Zainuddin dan M. Jamhari, op.cit., hlm 191
64
سبحان اهللا واحلمد هللا وال إله إال اهللا و اهللا أكرب و ال حول وال قوة إال باهللا العلي العظيم
Atau munajat-munajat lain sebagai ungakan ingat kepada Allah SWT.
Zikir lisan ini juga ada yang bersifat riayah (memelihara
ingatan dan kesadaran terhadap Allah SWT), permintaan duniawi
atau permintaan ukhrawi. Yang bersifat riayah misalnya ketika
mengucapkan kalimat “Allah bersamaku, Allah melihatku”, ucapan
tersebut mengandung usaha untuk menjaga kemaslahatan qalbu, ia
adalah zikir untuk memperkuat kehadiran dan qalbu bersama Allah
SWT, memelihara etika dihadapan-Nya, menjaga diri dari sikap lalai,
berlindung dari syetan, dan untuk bisa khusyuk dalam ibadah.49
Berzikir dengan lisan itu bisa dilakukan dengan melafalkan
huruf perhuruf secara berlahan ataupun lantang (bersuara). Karenanya
zikir jenis ini tidak mudah untuk dipraktekkan dalam setiap saat.
Sebab pada saat melakukan jual beli di pasar dan yang sejenisnya
sama sekali akan menggangu seseorang yang sedang berzikir, dengan
demikian, otomatis lisannya akan berhenti berzikir. Berbeda halnya
dengan zikir hati, itu berzikir dengan mengonsentrasikan diri pada
satu makna (dalam hati) yang tidak tersusun dari ragkaian huruf dan
suara, karenanya seorang yang sedang berzikir jenis ini tidak akan
terganggu oleh apapun dan siapapun. 50
Demikian juga membaca al-Qur`an. Seseorang yang membaca
al-Qur`an secara tersurat pada hakikatnya adalah berzikir kepada
Allah SWT. karena Allah-lah yang telah memuliakan kitab mulia ini
untuk dibaca dan dipelajari oleh seluruh manusia. Tiada bacaan
seperti al-Qur`an yang dipelajari bukan hanya susunan redaksi dan
49 Motinggo Busye dan Quito R. Motinggo, op.cit., hlm 210. 50 Muhammad Arifin Ilham, Menggapai Kenikamtan Zikir, op.cit., hlm 27
65
pemilihan kosa katanya, tetapi kandungan yang tersurat, tersirat
bahkan sampai kepada kesan yang ditimbulkannya.51
Firman Allah dalm QS. al-Alaq: 1-5.
اقرأ وربك , خلق الإنسان من علق , خلق ي رأ باسم ربك الذقا )5-1: العلق (, علم الإنسان ما لم يعلم, الذي علم بالقلم , الأكرم
Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari `alaq. Bacalah, dan Tuhanmulah yang paling pemurah, yang mengajarkan manusia dengan pena. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang belum diketahuinya.52 (QS. al-Alaq : 1-5).
Tetapi dengan zikir lisan yang berupa bacaan al-Qur`an ini
pun, manusia masih banyak yang belum mendapatkan inti dan
pelajaran yang terkandung dalam al-Qur`an itu sendiri. Membaca al-
Qur`an tetapi tetap tidak berdampak pada dirinya sendiri dan
lingkungan sekitar. Hal ini dikarenakan dalam menjalankannya masih
sebatas kuantitas, belum melakukan secara kualitas. Artinya apa yang
telah dikerjakan hanya bersifat lahiriah dan gerak jasad semata.
Karena belum bisa sampai pada pemahaman hakikat dan pengalaman
ruhaniyah atau spiritual.53 Kalau hal ini yang terjadi, maka syiar dan
pola keagamaan manusia di muka bumi ini akan kering. Solusinya
sebenarnya sangatlah sederhana, yakni mengembalikan pada
kekuatan dan kegemaran untuk menjalankan ibadah baik yang مخضه
maupun yang ر مخضه Ibadah yang dijalaninya harus didasarkan غي
pada hati dan akal yang bersumber dari al-Qur`an dan sunnah Nabi
SAW.
51 M. Qurash Shihab, Wawasan Al-Qur`an, (Bandung: Mizan, 2001), hlm. 3. 52 Depag RI. op.cit., hlm. 1079. 53 M. Arifin Ilham, Hakikat Zikir Jalan Taat Kepada Allah, op.cit., hlm. 49
66
Adapun untuk zikir lisan ini tidak ada syarat tertentu seperti
yang diungkapkan oleh M. Jurrah Sowan.
معناه وإمنا يشترط أال بقصد بالذكر غري اهللا ال يشترط إستحضار واألكمال يف الذكر أن يكون ما أن يكون باللسان نطقا و بإستحضار
54املعىن عقالTidak ada syarat tertentu berupa menghadirkan makna ketika zikir lisan diucapkan, tetapi hanya dengan maksud mengingat tidak ada yang lain kecuali Allah, dan sempurnanya zikir ini, yaitu dengan mengucapkannya di lisan disertai dengan menghadirkan maknanya di dalam akal.
Orang yang berzikir bicaranya adalah dakwah. Dia senantiasa
berzikir menyebut asma Allah sebanyak-banyaknya. Lafadz-lafadz
zikir yang senantiasa diucapkan olehnya akan memberikan kekuatan
pada dirinya, yakni kekuatan ruh, batin dan spiritual. Jika dalam
dirinya kekuatan ruh telah mendominasi, maka semua perbuatannya
akan mengarah kepada ketaatan semata. Sehingga akan menutup
ruang untuk berbuat maksiat, melakukan tindakan yang sia-sia dan
perkataan yang dusta. Dia akan sangat kecil kemungkinannya untuk
berkata kotor, keji dan berkata yang dapat menyulut kemarahan dan
fitnah. Sebaliknya, kata-kata yang diucapkannya itu berangkat dari
apa-apa yang telah dilakukannnya dan berdasarkan menurut apa yang
diperintahkan Allah dan Rasul-Nya. Bicaranya jujur dan benar dari
hati karena bersumber dari hati yang telah disucikan dan dibersihkan
dengan zikir. Bicaranya penuh hikmah dan ilmu.55
Sabda Rasulullah SAW
حدثنا إبراهيم بن عبد اهللا بن حاطب عن عبد اهللا إبن دينار عن إبن عمر قال رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم ال تكثروا الكالم بغري ذكر : قـال
54 M. Jurah Sowan, loc. cit 55 M. Arifin Ilham, Renungan-renungan… op. cit. hlm. 49-50
67
اهللا فإن كثرة الكالم بغري ذكر اهللا قسوة للقلب وإن أبعد الناس من اهللا 56 )ميذرواه التر(القلب القاسى
Telah bercerita Ibrahim bin Abdullah bin Hatib dari Abdillah bin Dinar dari Ibnu Umar berkata. Rasulullah SAW bersabda “Janganlah kalian berbicara tanpa berzikir kepada Allah, karena sesungguhnya banyak bicara tanpa berzikir kepada Allah mengakibatkan kerasnya hati. Dan sesungguhnya orang yang paling jauh dengan Allah ialah orang yang berhati keras”. (HR Tirmidzi).
d. Zikir amal
Sebenarnya cita-cita kita semua adalah zikir amaliah. Dan ini
sebenarnya goal (hasil akhir yang ingin kita capai) dari zikir yang
berarti takwa dan akhlak yang mulia, yang merupakan inti adalah
syariat Allah.
Firman Allah dalam surat al-A`raf : 96.
لوا لو أن أهقواتوا ونى اماء ل القرمالس كات منرب همليا عنحفت )األعرف(والأرض ولكن كذبوا فأخذناهم بما كانوا يكسبون
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS. al-A`raf : 96).57
Iman itu, indikator spiritualnya adalah merasa melihat atau
dilihat Allah dalam segala keadaan karena kondisi demikian adalah
kondisi tatkala Allah telah berada di hati, dan itu tidak mungkin
terjadi pada orang yang hatinya belum bersih. Dan Allah telah
menjadi raja di hati itu, maka cara untuk mencapai kondisi itu adalah
dengan berlatih zikrullah. Karena zikrullah itu, berarti telah
56Imam Tirmidzi, Jami’us Shahih Sunan At Tirmidzi, Juz IV, (Beirut: Darul Kutb Al
Ilmiyah, t.t.) hlm. 525 57 Depag RI, op. cit. hlm. 237
68
menjadikan Allah sebagai raja di hatinya. Maka untuk mencapai
kondisi iman seperti itu caranya adalah dengan melaksanakan segala
aturan Allah, melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi
segala larangan-Nya. Inilah yang dimaksud dengan kerja zikir dalam
arti umum.58 Jadi antara iman dan ketakwaan haruslah bisa
disejajarkan yang semua itu adalah sebagai wujud dari
pengabdiannya kepada Sang Pencipta.
Dalam hal ini zikir bukan hanya menyebut atau mengingat
Allah, melainkan diberikan makna secara lebih praktis dan mendalam
dengan penekanan bahwa zikir adalah menumbuhkan kesadaran ke
mana dan bagaimana kita harus pulang. Kesadaran diri sebagai
pengemban amanah yang harus mempertanggungjawabkannya
Melalui tindakan-tindakan moral yang luhur.59 Sehingga akan
berdampak pada sebuah tanggung jawab kepada Allah dan dapat
merasakan nikmatnya dekat dengan Allah.
Kemudian kalau sudah nikmat dalam hubungan dengan Allah
SWT., maka akan merasa nikmat juga dalam berakhlak. Maka akan
merasa tidak nyaman kalau berdusta, akan gelisah kalau
membicarakan aib orang lain, dan pada prinsipnya akan selalu
memperbaiki diri dalam hidup. maka dari pribadi yang baik inilah
akan memunculkan kelompok masyarakat yang baik pula.60
Inilah inti dari zikir amaliah, yakni membuktikan keimanan
dalam kehidupan sehari-hari dengan akhlak yang terpuji sebagai ciri
dari indikasi takwa itu sendiri. Sehingga seorang pezikir akan selalu
menjaga akhlaknya baik kepada Allah, sesama manusia, terhadap diri
sendiri maupun terhadap lingkungan alamnya.
58 A Subiyono Hadi Subroto, et.al., Keluarga Muslim dalam Masyarakat Modern,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994), Cet. 3, hlm. 141 59 Toto Tasmara, op. cit. hlm. 17 60 M. Arifin Ilham, Hakikat Zikir…, op. cit. hlm. 55
69
Hal tersebut yang dikomentari oleh Prof. Dr. A Syafi`i
Ma`arif, bahwa zikir itu harus diwujudkan dan diteruskan akan
kesadaran terhadap realitas dan mengubahnya kepada keadaan yang
lebih baik. Jangan sampai zikir itu hanya sekedar pelarian dari
kenyataan yang seharusnya dihadapi. Karenanya cerminan dari
suasana batin atau spiritualitas yang tinggi pada diri seseorang
termanifestasi pada sifat dan perilakunya yang baik dalam kehidupan
sehari-hari.61
Demikian juga yang dituturkan oleh Dr. Samsul Anwar bahwa
sesungguhnya zikir itu bukan hanya terletak pada komat-kamit di
mulut, tetapi zikir itu bagaimana kita dalam melaksanakan aktifitas
keseharian selalu menghadirkan Tuhan yang selalu mengawasi kita.
Zikir dalam pandangannya tidak hanya sebatas pada zikir dalam arti
ritual, tetapi bagaimana melalui zikir itu orang bisa meningkatkan
kesadaran keberagamaannya dengan senantiasa mengingat Allah
SWT dalam setiap tindakannya. Jadi, dari zikir lisan harus
ditidaklanjuti dengan zikir tindakan atau amal.62
Sedangkan dalam pandanganan Allah SWT, kemuliaan
manusia tidak dinilai dari banyaknya harta, tingginya kedudukan atau
faktor-faktor yang bersifat duniawi. Sebaliknya Allah SWT menilai
kemuliaan seseorang dari sisi ruhanihnya, yaitu sejauhmana ia
berusaha mendekatakan diri kepada Allah. Sedangakan berzikir
kepada Allah merupakan esensi dari semua usaha untuk mencapai
kedekatannya kepada Allah SWT. Seluruh ibadah yang ditunjukan
untuk berzikir kepada Allah SWT sudah tentu akan banyak menyerap
energi-energi positif dan kekuatan-kekuatan ruhaniah yang dapat
membangkitkan gairah dan semangat untuk mencintai Allah SWT.
dengan dasar kecintaan inilah terwujud dan terpancar pula kecintaan
61 Endang Mintarja, op. cit. hlm. 109-110 62 Ibid.
70
kepada segala bentuk kesucian dan keindahan. Kecintaan yang terus
terpancar dan terwujud dari zikrullah ini pulalah yang membentuk
kepribadian yang suci dan indah. Biasanya kepribadian yang suci dan
indah ini yang disebut sebagai akhlakul karimah. Sebagai kepribadian
yang utuh, mulia dan memancarkan daya tarik yang kuat atas seluruh
eksistensi yang ada di alam semesta ini.63
Sedangkan Muhammad Jurah Sowan dalam kitabnya Al-
Iqtida’ fi Zikri wa Du’a menerangakan:
, باللسان نطقا وبالعقل فكرا ذكراهللاواألبلـغ ىف الكمـال أن يكـون مما فرضه اهللا تعاىل ا ىف عمل صاحل وإخال صا وصدق , وبالقلـب خشوعا
64ويرتضيه أن يكون املنطوق من املأثور Sempurnanya zikir adalah melafadzkan dengan lisannya, menggunakan akal untuk berfikir, hatinya selalu khusyu’ dan ikhlas, benar dalam beramal shaleh terhadap apa yang diperintahkan oleh Allah SWT dan ridho terhadap yang dibawakan oleh Rasulullah SAW.
Itulah bentuk zikir kepada Allah SWT yang sempurna dengan
menggunakan hatinya, akal, dan amal shaleh yang disertai dengan
ikhlas dan ridho kepada Allah SWT.
Setelah mengetahui dan mengerti tentang zikir maka selanjutnya
yang sangat penting adalah pelaksanaan dan praktek zikir itu sendiri agar
sampai kepada zikir amaliah ini, sudah semestinya bahwa zikir ritual atau
lisan itu dilakukan terlebih dahulu dan pada saat yang bersamaan lahirlah
kepekaan kepekaan untuk beramal. Untuk mewujudkannya adalah
diantaranya dengan menegakkan tujuh kebiasaan Nabi saw. yaitu dengan
63 Motinggo Busye, op. cit. hlm. 72 64 M. Jurrah Sowan, op. cit. hlm. 11
71
shalat tahajud, membaca al-Qur'an, shalat dhuha, berwudhu, istigfar,
memakmurkan masjid, dan bersedekah.65
a. Shalat tahajud
Firman Allah surat al Isra: 79
ى أ وسع افلة لكبه ن دجهل فتا من الليقامم كبر ثكعبن ي )اإلسر (محمودا
Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji. (QS. Al-Isra’: 79 )66
Dari ayat tersebut jelas bahwa shalat tahajud ini diperintahkan
oleh Allah SWT tetapi bukanlah suatu kewajiban, melainkan sebagai
ritual tambahan dalam rangka mendapatkan ridhanya dan lebih
mendekatakan diri kepada-Nya.
Tahajud artinya menurut Imam al Qurtubhi ialah
القيام إيل الصالة من النوم
Yaitu berdiri atau bangun dari tidur untuk melakukan shalat.67
Shalat tahajud ini diperintahkan karena mempunyai banyak
manfaat yaitu:
1) Membentuk karakter atau kepribadian orang orang yang shaleh
karena ia merupakan adat kebiasaan orang orang shaleh sejak
dahulu.
65 Muhammad Arifin Ilham, Hakikat Zikir…, op.cit., hlm 57 66 Depag, RI, op. cit., hlm. 436 67 Muhammad Arifin Ilham dan Debbi Nasution, Hikmah Zikir Berjamaah (Jakarta:
Republika, 2003), hlm. 66
72
2) Mencegah dari dosa artinya dengan shalat malam seseorang dapat
menguasai dirinya serta membentengi diri dari perbuatan dosa.
3) Menghapus atau menghilangkan segala keburukan, yaitu segala
sifat buruk dan keburukan hati, serta dengki, dendam, tamak bakhil
sombong buruk sangka dan sifat tercela yang lainya yang
merupakan sumber penyakit rohani.68
b. Membaca al-Qur'an
Al-Qur'an adalah kitab petunjuk dan rahmat bagi manusia.
Mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada nur. Dia membimbing
dan membentuk manusia dari keadaan biadab dan kebinatangan
kepada peradaban dan budi pekerti atau akhlak karimah.
Al-Qur'an telah memberitahukan kepada kita tanda - tanda
Tuhan yang hakiki.69
Firman Allah SWT surat al Jasiyah ayat : 20
له ائرصة لذا بمحرى ودهاس وونقلنوقنم ياجلاثية(و(
Al Qur'an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini. (QS. al Jasiyah : 20)70
Dari ayat ini jelas bahwa al-Qur'an diturunkan tidak semata -
mata tanpa tujuan dan sebab, tetapi sebagai petunjuk untuk umatnya.
Demikianlah sebagian tujuan kehadiran al-Qur'an, tujuan yang terpadu
dan menyeluruh, bukan sekedar mewajibkan pendekatan religius yang
bersifat ritual atau mistik, al-Qur'an adalah petunjuknya yang bila
dipelajari akan membantu kita menemukan nilai - nilai yang dapat
dijadikan pedoman bagi penyelesaian berbagai problem hidup. Apabila
68 Ibid., hlm. 68 69 Muhammad Arifin Ilham, Hakikat Zikir…, op.cit., Hlm 73 70 Depag RI, op. cit., hlm. 817
73
dihayati dan diamalkan akan menjadikan pikiran, rasa dan karsa kita
mengarah kepada realitas keimanan yang dibutuhkan bagi stabilitas
dan ketentraman hidup pribadi dan masyarakat.71
Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh William C. Chittick
dalam bukunya Faith and Practice of Islam: The quranic usage makes
clear that this is not only an external and ethical good, but also an
internal, moral, and spiritual good. 72 Pemakaian al-Qur'an digunakan
jelas tidak hanya masalah luar dan akhlak yang baik, tetapi juga
masalah dalam moral dan spiritual.
c. Shalat dhuha.
Shalat dhuha adalah ibadah sunnah yang senantiasa dilakukan
Rasulullah SAW. Setiap amal ibadah yang diperintahkan ataupun
diajurkan Allah SWT dan rasul-Nya pasti ada rahasia yang
tersembunyi di dalamnya disamping itu, shalat dhuhapun merupakan
shalat orang yang bertobat dan jalan merebut cinta Allah SWT.73
d. Menjaga wudhu
Menjaga wudhu mencakup dua aspek yaitu melakukan wudhu
dengan sempurna, artinya melakukan wudhu sesuai dengan yang
ditentukan syariat, ini pengertian yang esensial, dan menjaga diri tetap
dalam keadaan berwudlu.74
Sedangkan hakikat wudhu ialah kita membersihkan kotoran-
kotoran baik (fisik maupun rohani). Selanjutnya menjaga dari hal - hal
yang tidak bermanfaat dan dari perbuatan-perbuatan dosa dan tercela.
Karena wudhu yang sebenarnya adalah proses pembersihan badan
(jasmani) yang secara simultan dilanjutkan dalam rangka untuk
71 M. Quraish Shihab, op. cit., hlm. 13 72 William C. Chittick, Faith and Practice of Islam, (San Francisco: S. Abdul Majid,
1994), hlm. 10 73 Muhammad Arifin Ilham dan Debby Nasution, op.cit., hlm 74 74 Ibid., hlm. 76
74
pembersihan fitrah dan hati atau rohani.75 Sehingga kita akan semakin
merasa dekat dengan Allah SWT.
e. Istighfar
Yang dimaksud dengan istigfar sebenarnya adalah pengakuan
seorang hamba yang telah berbuat dosa, bahwa di sana ada Dzat yang
Maha Besar darinya yang mengusai seluruh dunia. Dengan sikap
semacam ini, hati dan jiwanya merasa tenang dan tentram. Segala
kegelisahan dan kerisauan hati seseorang akan hilang dan akan datang
kepadanya jalan keluar dari kesulitan.76
Firman Allah surat an-Nisa’ ayat: 110
ا وجد اهللا غفورفر اهللا يغتسي ثم هفسن ظلمي وءا أول سمعن يم ) النساء(رحيما
Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS: an-Nisa’ : 110)77
Ucapan Istighfarpun sebenarnya tidak akan berarti apabila
tidak ada niatan yang benar –benar tulus untuk bertaubat kepada Allah
dan tentunya harus diimbangi dan mengganti perbuatan jeleknya
dengan perbuatan - perbuatan yang baik dan bermanfaat.
f. Memakmurkan masjid
Dari segi bahasa, kata masjid terambil dari akar kata “sajada -
sujud” yang berarti patuh, taat serta tunduk dengan penuh hormat dan
ta’zim. Dalam pengertian sehari-hari masjid merupakan bangunan
tempat shalat kaum muslim. Tetapi karena akarnya mengandung
75 Muhammad Arifin Ilham, Hakikat Zikir…, op.cit., Hlm 65 76 Amir Said Azzaibari, Manajemen Qalbu, (Yogjakarta: Mitra Pustaka, 2002) Cet. II,
hlm. 201 77 Depag RI, op. cit. hlm. 140
75
makna tunduk dan patuh, hakekat masjid adalah tempat melakukan
segala aktivitas yang mengandung kepatuhan kepada Allah SWT
semata. 78
Masjid adalah sebuah tempat suci bagi orang - orang yang
senantiasa mensucikan dirinya sediri lahir maupun batin. Masjid
merupakan tempat untuk menggembleng pengalaman - pengalaman
rohani, mengokohkan iman dan tauhid. Dalam artian, masjid sebagai
tempat menginternalisasikan nilai-nilai ilahiyah ke dalam dirinya
sebagai modal utama dalam kehidupan, baik secara individu maupun
hubungan luas dalam masyarakat.79
Adapun memakmurkan masjid berarti manusia diharuskan
mengisi masjid ini dengan amalan-amalan yang positif dengan maksud
untuk mendekatakan diri kepada Allah SWT, juga bahwa orang yang
memakmurkan masjid akan mempererat tali persaudaraan dengan
yang lainnya. Dengan banyaknya frekuensi bertemu dengan saudara
seiman akan timbul rasa kasih sayang dan tolong menolong.
g. Shadaqah
Pengertian shadaqah secara umum adalah
ما تصدقت به على الفقراء
Apa saja yang engkau dermakan kepada kaum fakir.80
Jadi segala sesuatu yang diberikan kepada yang membutuhkan
dinamakan shadaqah. Tetapi tentunya dengan syarat yang berupa
keikhlasan yang menjadikan shadaqah kita bermakna. Shadaqah ini
juga sebagai wujud dari rasa syukur terhadap kelebihan yang
diberikan kepada Allah SWT.
78 M. Quraish Shihab, op. cit. hlm. 459 79 Muhammad Arifin Ilham, Hakikat Zikir…, op.cit., hlm 60 80 Muhammad Arifin Ilham dan Debbi Nasution, op.cit., hlm 77-78
76
Dengan menegakkan tujuh sunnah Nabi ini, maka diharapkan
akan menjadi hamaba Allah yang shaleh. Yaitu yang memiliki ciri –
ciri :
Pertama, dia cinta kepada Allah dan sangat taat kepada-Nya.
Yang kedua, kebiasaan sayang kepada sesama manusia, selalu berbuat
baik dan kesenangannya adalah berbuat baik. Ketiga, asyik
memperbaiki dirinya secara terus menerus tanpa henti dalam
hidupnya.81
Ini yang menjadi motivator pendidikan akhlak yaitu dengan
menegakkan tujuh sunnah Nabi yang merupakan bentuk riil terhadap
zikir hati, akal, lisan dan amal. Semua bentuk zikir ini harus dilandasi
dengan keikhlasan kepada Allah SWT.
Keikhlasan inilah yang menjadi dasar nyamanya melakukan
suatu perkerjaan. Tidak ada ganjalan dalam hatinya dan tidak merasa
dipaksakan dan motif-motif yang hanya ditujukan kepada Allah SWT.
2. Ciri Khas dalam berzikir
a. Zikir jahar dan berjamaah
Zikir jahar ini sebenarnya sebuah awal dari penetapan hati.
Pada tahap awal memang zikir lebih mudah dilakukan dengan lisan
untuk kemudian dapat merambah pada bentuk zikir yang lain.
Demikian juga ketika seseorang melakukan zikir berjamaah tentunya
akan banyak mengenal anggota jamaah yang lain. Dengan perkenalan
ini pula sesama anggota akan menjaga perilakunya baik dalam segi
ucapan maupun tingkah laku. Dan tentunya akan mempunyai sifat
malu untuk melakukan hal hal yang tidak baik
81 Muhammad Arifin Ilham, Hakikat Zikir…, op.cit., hlm 67
77
b. Menangis
Salah satu yang menjadi perhatian masyarakat dalam zikir
bersama yang digelar oleh KH. Muhammad Arifin Ilham adalah
menangis. Menangis baginya bukanlah sekedar tindakan
mengeluarkan air mata tetapi sampai pada penyesalan diri terhadap
dosa yang dilakukannya dan perengungan kembali lafadz – lafad zikir
yang diucapkannya. Dengan suaranya yang serak dan ucapan yang
lembut dapat menarik bagi hadirin sehingga akan ikut merenungkan
makna-makna zikirnya.
c. Pakaian putih
KH. Muhammad Arifin Ilham sangat menganjurkan kepada
seluruh pengunjung untuk berpakaian putih dengan alasan tidak ada
perbedaan dalam hal keduniaan di antara mereka, karena dia
menganggap bahwa semua yang hadir adalah sama dalam status
sosial. Semuanya hadir dengan tujuan mendekatkan diri kepada
Allah.
Dia juga meyakini bahwa jenis pakaian termasuk warnanya
mempunyai dampak psikologis yang kuat dalam menghantarkan
perasaan dekat (khusuk) kepada Allah.82
d. Majlis dan kepengurusannya
KH. Muhammad Arifin Ilham beserta para temannya akhirnya
membentuk sebuah majlis yang menampung kegiatan jamaah.
Kegiatannya tidak terbatas pada zikir, tetapi merambah pada yang
lain, diantaranya adalah titian keluarga sakinah, pengajian rutin
malam Rabu, pengelola pondok pesantren yatim piatu. Karenanya
majlis azzikra ini mempunyai dewan sura dan dewan syariah. Majlis
ini juga bukanlah tarekat tetapi majelis zikir biasa yang akhirnya
menuntut umat terikat pada al Qur’an dan sunah.
82 Endang Nintarja, op.cit., hlm. 63