30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan metode kuasi eksperimen. Pada kuasi
eksperimen ini subyek tidak dikelompokkan secara acak, tetapi peneliti menerima
keadaan subjek apa adanya (Ruseffendi, 1994: 47). Penggunaan desain dalam
penelitian ini berupa “randomized control group pretest-posttest design”
(Fraenkel, 1990). Penggunaan desain dilakukan dengan pertimbangan bahwa,
kelas yang ada telah terbentuk sebelumnya sehingga tidak dilakukan lagi
pengelompokan secara acak. Pembentukan kelas baru hanya akan menyebabkan
kacaunya jadwal pelajaran yang telah ada di sekolah.
Penelitian dilakukan pada siswa dari dua kelas yang memiliki kemampuan
yang setara dengan pendekatan pembelajaran yang berbeda. Kelompok pertama
diberikan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran
kooperatif tipe CIRC. Kelompok pertama ini merupakan kelompok eksperimen,
sedangkan kelompok kedua merupakan kelompok kontrol yang memperoleh
pembelajaran konvensional. Diagram dari desain penelitian ini digambarkan
sebagai berikut:
Kelompok Eksperimen O X O
Kelompok Kontrol O - O
(Fraenkel dan Wallen, 1990: 238).
Keterangan:
31
O : Pretes dan postes
(tes kemampuan koneksi dan pemecahan masalah matematik)
X: Perlakuan pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan Pembelajaran
kooperatif tipe CIRC
B. Subjek Penelitian
Penelitian dilakukan pada siswa MTs Negeri Tanggeung Kabupaten
Cianjur. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VII, dengan
sampel penelitian terdiri dari 2 kelas, yaitu kelas yang satu sebagai kelas
eksperimen dan kelas yang lainnya sebagai kelas kontrol yang dipilih secara acak
dari 7 kelas yang ada. Penentuan kelas eksperimen dan kelas kontrol berdasarkan
pertimbangan guru bidang studi matematika yang mengajar, yang menyatakan
bahwa penyebaran siswa tiap kelas merata ditinjau dari segi akademiknya.
Penelitian ini bertujuan mencari solusi alternatif pembelajaran yang tepat
dan sesuai dengan karakteristik siswanya yang mayoritas pendatang/bermukim di
pesantren dan memiliki jadwal kegiatan yang padat di luar sekolah.
C. Waktu Penelitian
Penelitian ini mulai dilaksanakan dari bulan Mei sampai awal Juni 2011
dengan rincian sebagai berikut:
1. Tahap persiapan, dengan kegiatan:
a. Akhir Februari 2011, seminar proposal.
b. Awal Maret 2011 perbaikan proposal yang telah diseminarkan, membuat
bahan ajar dan instrumen penelitian.
32
c. Pertengahan Maret 2011 melakukan observasi di sekolah tempat
penelitian. Wawancara dengan guru bidang studi matematika yang
mengajar pada tingkatan kelas tersebut untuk mendapatkan informasi
sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kelas sampel.
d. April 2011 pelaksanaan uji coba instrumen dan melakukan analisis dari
hasil uji coba instrumen.
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Setelah menentukan sampel kelas, selanjutnya penelitian dilakukan
dengan kegiatan sebagai berikut
a. Melakukan pretes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
b. Melakukan proses pembelajaran dengan dengan menggunakan model
CIRC pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas
kontrol
c. Melakukan observasi pada setiap pertemuan di kelas eksperimen
d. Melakukan postes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
e. Melakukan pengumpulan data melalui angket skala pendapat pada kelas
eksperimen.
D. Instrumen Penelitian
Data yang diperoleh dalam penelitian ini menggunakan tiga macam
instrumen, yang terdiri dari tes matematika berupa tes kemampuan koneksi dan
kemampuan pemecahan masalah matematik, format observasi selama
pembelajaran matematika, dan skala pendapat terhadap pembelajaran matematika
dengan pendekatan pembelajaran kooperatif model CIRC.
33
1. Tes Matematika
Tes matematika digunakan untuk mengukur kemampuan koneksi dan
kemampuan pemecahan masalah matematik siswa. Soal ini dibuat dalam dua
paket soal, yaitu soal untuk mengukur kemampuan koneksi dan untuk mengukur
kemampuan pemecahan masalah matematik siswa. Dalam bentuk soal uraian
yang terlebih dahulu disusun kisi-kisi soal, yang dilanjutkan dengan menyusun
soal-soal, membuat kunci jawabannya dan pedoman penskoran tiap butir soal.
Soal tes dikatakan baik apabila soal tes tersebut sudah dinilai validitas,
reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembedanya. Berdasarkan hal itu untuk
mendapatkan validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda maka
soal tersebut terlebih dahulu dikonsultasikan pada ahlinya (expert) dan diuji
cobakan pada kelas lain yang tingkatannya lebih tinggi.
Tes kemampuan koneksi dan pemecahan masalah matematik yang akan
digunakan sebagai instrumen dalam penelitian ini, telah diuji cobakan kepada
siswa kelas VIII SMP Negeri. Dari hasil uji coba selanjutnya dianalisis validitas
item soal.
Pengukuran validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda
soal tes tersebut diuraikan berikut ini.
a. Analisis Validitas Butir Soal
Analisis validitas butir soal digunakan untuk mengetahui dukungan
suatu butir soal terhadap skor total. Untuk menguji validitas setiap butir soal,
skor-skor yang ada pada butir soal yang dimaksud dikorelasikan dengan skor
total. Sebuah soal akan memiliki validitas yang tinggi jika skor soal tersebut
34
memiliki dukungan yang besar terhadap skor total. Perhitungan validitas butir
soal dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment
Pearson (Arikunto, 2001: 72), yaitu sebagai berikut:
2222 )()(
))((
YYnXXn
YXXYnrxy
Keterangan :
rxy : koefisien korelasi,
X : jumlah nilai-nilai X,
X 2 : jumlah kuadrat nilai-nilai X,
Y : jumlah nilai-nilai Y,
Y 2
: jumlah kuadrat nilai-nilai Y.
n : banyaknya sampel
Interpretasi besarnya koefisien korelasi menurut Arikunto (2001: 75)
sebagai berikut:
Tabel 3.1 Koefisien Validitas
Koefisien Korelasi (r) Interpretasi
0,80 < r 1,00
0,60 < r 0,80
0,40 < r 0,60
0,20 < r 0,40
r 0,20
Sangat tinggi
Tinggi
Cukup
Rendah
Sangat rendah
Berikut ini hasil perhitungan validasi item soal kemampuan
koneksi matematik, diperoleh nilai validitas seperti tabel berikut:
35
Tabel 3.2 Rekapitulasi validitas butir soal hasil uji coba
No.
Soal
Soal Koneksi
Korelasi Pearson Interpretasi Signifikan
1 0,21 Rendah
2a 0,81 Sangat Tinggi Signifikan
2b 0,74 Tinggi Signifikan
3a 0,69 Tinggi Signifikan
3b 0,86 Sangat Tinggi Signifikan
3c 0,75 Tinggi Signifikan
4a 0,87 Sangat Tinggi Signifikan
4b 0,74 Tinggi Signifikan
4c 0,90 Sangat Tinggi Signifikan
Soal Pemecahan Masalah
5 0,81 Sangat Tinggi Signifikan
6 0,85 Sangat Tinggi Signifikan
7 0,90 Sangat Tinggi Signifikan
8 0,39 Rendah Signifikan
Berdasarkan Tabel di atas, disimpulkan bahwa nilai korelasi
masing-masing item ke dalam kategori cukup (sebanyak 15,4%), kategori
tinggi (31%), kategori sangat tinggi (38%), dan kategori rendah (15,4%).
Perhitungan secara terperinci dapat dilihat pada lampiran C hal.181.
b. Analisis Reliabilitas Tes
Instrumen memiliki reliabilitas yang baik apabila alat ukur itu
memiliki konsistensi yang handal pada tingkatan yang sama, walaupun
dikerjakan oleh siapapun, di manapun dan kapanpun berada. Untuk mengukur
reliabilitas soal menggunakan Rumus alpha-cronbach (Arikunto, 2001) yaitu:
36
2
2
11 11
t
i
n
nr
Dimana:
r11 : Reabilitas tes secara keseluruhan
n : Banyak soal
2
i : Variansi item
2
t : Variansi total
Hasil perhitungan koefisien reliabilitas, kemudian ditafsirkan dan
diinterpretasikan mengikuti interpretasi menurut J.P. Guilford (Suherman ,
2003:139), yaitu:
Tabel 3.3 Interpretasi Koefisien Korelasi Reliabilitas
Interval Reliabilitas
r 0,20
0,20 < r 0,40
0,40 < r 0,60
0,60 < r 0,80
0,80 < r 1,00
Sangat rendah (SR)
Rendah (R)
Sedang (S)
Tinggi (T)
Sangat tinggi (ST)
Berdasarkan hasil uji coba diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Soal aspek koneksi matematik, diperoleh nilai r11 adalah 0,86 yang
termasuk kategori reliabilitas sangat tinggi.
2. Soal aspek pemecahan masalah matematik, diperoleh nilai r11 adalah 0,74
yang termasuk kategori tinggi.
37
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka tes ini tergolong baik karena
mempunyai reliabilitas tinggi. Perhitungan yang lebih terperinci dapat
dilihat pada lampiran C hal.182.
c. Analisis Daya Pembeda
Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal yang membedakan
antara siswa yang memiliki kemampuan tinggi dengan siswa yang memiliki
kemampuan rendah. Untuk menghitung daya pembeda atau indeks
diskriminasi tes adalah dengan membagi dua subjek, menjadi bagian 50%-
50% setelah diurutkan menurut peringkat perolehan skor hasil tes. Dalam
menentukan daya pembeda tiap butir soal menggunakan rumus (disesuaikan
dari Suherman, 2003:161)
IA
SSDP BA
Keterangan :
DP : daya pembeda,
SA : jumlah skor pada kelompok atas yang menjawab benar,
SB : jumlah skor pada kelompok bawah yang menjawab benar,
IA : jumlah skor ideal salah satu kelompok.
Hasil perhitungan koefisien reliabilitas, kemudian ditafsirkan dan
diinterpretasikan mengikuti interpretasi yang dikemukakan Suherman
(2003:161) seperti pada tabel 3.3 berikut:
38
Tabel 3.4 Klasifikasi Daya Pembeda
Daya Pembeda Klasifikasi Soal
0,00 – 0,20
0,21 – 0,40
0,41 – 0,70
0,71 – 1,00
Kurang baik
Cukup
Baik
Sangat baik
Berdasarkan hasil perhitungan, daya pembeda hasil uji coba diperoleh
pada tabel sebagai berikut:
Tabel 3.5 Hasil Uji Coba Daya Pembeda
Koneksi Matematik
No. Daya Pembeda
Soal Nilai Interpretasi
1 0,03 Kurang Baik
2a 0,37 Cukup
2b 0,40 Cukup
3a 0,33 Cukup
3b 0,53 Baik
3c 0,37 Cukup
4a 0,31 Cukup
4b 0,33 Cukup
4c 0,43 Baik
Pemecahan Masalah Matematik
5 0,31 Cukup
6 0,39 Cukup
7 0,37 Cukup
8 0,06 Kurang Baik
39
d. Analisis Tingkat Kesukaran
Menganalisis tingkat kesukaran dari setiap item soal dihitung
berdasarkan jawaban seluruh siswa yang mengikuti tes. Skor hasil tes yang
diperoleh siswa diklasifikasikan atas benar dan salah seperti pada analisis daya
pembeda. Sedangkan rumus yang digunakan digunakan adalah :
r
r
I
STK , (Suherman, 2003:170)
Keterangan:
TK : Tingkat kesukaran.
Sr : Jumlah skor siswa yang menjawab soal dengan benar.
Ir : Jumlah skor ideal
Tabel 3.6 Kriteria Indeks Kesukaran
Indeks Kesukaran Kategori Soal
0,00 – 0,30
0,31 – 0,70
0,71 – 1,00
Sukar
Sedang
Mudah
Berdasarkan perhitungan, tingkat kesukaran soal hasil uji coba
diperoleh seperti pada tabel berikut:
Tabel 3.7 Hasil Uji Coba Tingkat Kesukaran
Koneksi Matematik
No. Tingkat Kesukaran
Soal Nilai Interpretasi
1 0,19 Sukar
2a 0,65 Sedang
2b 0,55 Sedang
40
3a 0,77 Mudah
3b 0,67 Sedang
3c 0,78 Mudah
4a 0,60 Sedang
4b 0,57 Sedang
4c 0,70 Sedang
Pemecahan Masalah Matematik
5 0,55 Sedang
6 0,56 Sedang
7 0,55 Sedang
8 0,26 Sukar
Berdasarkan analisis hasil uji coba soal, baik validitas, reliabilitas
tingkat kesukaran dan daya pembeda butir soal, peneliti mengambil
kesimpulan soal nomor 1 dan nomor 8 tidak dipakai sebagai soal instrumen
penelitian (dibuang). Rekapitulasi keseluruhan analisis hasil uji coba soal
instrumen, disajikan dalam lampiran C hal. 185.
2. Format Observasi
Format observasi digunakan untuk mengukur kegiatan siswa selama
proses pembelajaran dan pada waktu tes individu diberikan. Aktivitas siswa
diamamati oleh peneliti yang berperan sebagai guru, aktivitas siswa yang diamati
mencakup:
a. Pada waktu pembelajaran, kegiatan siswa yang diamati mempelajari tugas
pada Lembar Kerja Siswa, diskusi, memperhatikan penjelasan teman, dan
menulis yang sesuai.
41
b. Pada waktu tes individu aktifitas yang diamati ketekunan/ keseriusan
kemandirian, dan keuletan siswa dalam mengerjakan soal tes.
3. Skala Pendapat Siswa
Skala sikap digunakan untuk mengetahui sikap siswa terhadap
pembelajaran matematika dengan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe CIRC
yang diberikan. Pertanyaan-pertanyaan disusun dalam bentuk pertanyaan tertutup,
tentang pendapat siswa.
Model Skala sikap yang digunakan adalah model skala sikap Likert. Tes
skala sikap diberikan kepada siswa pada kelompok eksperimen setelah semua
kegiatan pembelajaran berakhir yaitu setelah postes. Skala sikap pada penelitian
ini terdiri atas 25 butir pertanyaan dengan empat pilihan jawaban, yaitu sangat
setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS). Empat pilihan
ini, berguna untuk menghindari sikap ragu-ragu atau rasa aman untuk tidak
memihak pada suatu pernyataan yang diajukan.
Respon siswa pada angket dianalisis menggunakan dua jenis skor respon
yang dibandingkan yaitu, skor respon siswa yang diberikan melalui angket dan
skor respon netral. Jika skor subjek lebih besar dari pada jumlah skor netral, maka
subyek tersebut mempunyai sikap positif. Sebaliknya jika skor subjek kurang dari
jumlah skor netral maka subjek tersebut memiliki sikap negatif.
Menurut Sumarmo (dalam Putri, 2006) butir skala sikap yang diambil
untuk dianalisis, diseleksi dengan menggunakan seleksi butir skala sikap dengan
mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
1) Menentukan skor tiap subjek
42
2) Menentukan kelompok tinggi dan kelompok rendah (sekitar 25% atau
30%)
3) Menentukan mean skor kelompok tinggi ( Tx ) dan kelompok rendah ( Rx )
4) Tentukan variansi sT2 dsan sR
2
5) Hitung satatistik t dengan rumus:
)1(
)()( 2
nn
xxxx
xxt
RRTT
RT
Keterangan:
Tx = rata-rata kelompok atas
Rx = rata-rata kelompok bawah
n = banyaknya siswa kelompok atas atau kelompok bawah
Selanjutnya validitas butir diestimasi dengan membandingkan nilai thitung
dengan nilai ttabel . Jika thitung > ttabel maka butir skala sikap tersebut mempunyai
validitas isi yang baik sehingga dapat digunakan
E. Analisis Data
Analisis data yang digunakan, yaitu data kuantitatif berupa hasil tes
kemampuan koneksi dan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa dan
data kualitatif berupa hasil observasi dan skala pendapat siswa.
1. Data kuantitatif
Analisis data hasil tes dimaksudkan untuk mengetahui besarnya
peningkatan kemampuan koneksi dan kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa. Sehingga, data primer hasil tes siswa sebelum dan setelah
43
perlakuan penerapan pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran kooperatif
model CIRC, dianalisa dengan cara membandingkan skor pretes dan postes.
Hipotesis statistik yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
Hipotesis 1 :
H0 : Peningkatan kemampuan koneksi matematika siswa yang memperoleh
pembelajaran Kooperatif model CIRC dan siswa yang memperoleh
pembelajaran matematika secara konvensional sama.
H1 : Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang
memperoleh pembelajaran Kooperatif model CIRC lebih baik
dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran matematika
secara konvensional.
Hipotesis 2 :
H0 : Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang
memperoleh pembelajaran Kooperatif model CIRC dan siswa yang
memperoleh pembelajaran matematika secara konvensional sama.
H1 : Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang
memperoleh pembelajaran Kooperatif model CIRC lebih baik
dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran matematika
secara konvensional.
44
Hipotesis 3 :
H0 : Tidak terdapat keterkaitan antara kemampuan koneksi dan kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa.
H1 : Terdapat kaitan yang signifikan antara kemampuan koneksi dan
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
Untuk menguji hipotesis pertama dan kedua digunakan uji perbedaaan dua
rata-rata (uji-t) dengan taraf signifikan = 0,05 dan derajat kebebasan dk= (ne +
nk – 2), dengan kriteria uji H0 diterima jika thitung < ttabel (Ruseffendi,1998:278)
dan dalam keadaan lain H0 ditolak.
Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji perbedaan rata-
rata, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menghitung rata-rata skor hasil pretes dan postes menggunakan rumus
sebagai berikut:
n
x
x
k
i
i 1
b. Menghitung deviasi standar pretest dan postest menggunakan rumus:
k
i
i
n
xxs
1
2
1
)(, Ruseffendi (1998: 123)
c. Menghitung indek gain (g) ternormalisasi dengan rumus:
< g > = preideal
prepos
ss
ss
, (Meltzer,2002)
, Ruseffendi (1998: 76)
45
Keterangan :
< g > : Gain Ternormalisasi
Spos : Skor postes
Spre : Skor Pretes
Sideal : Skor Ideal
Adapun kriteria indeks gain adalah sebagai berikut:
Tabel 3.8 Kriteria Skor Gain Ternormalisasi
Skor Gain Interpretasi
g < 0,3
0,3 g < 0,7
g 0,7
Rendah
Sedang
Tinggi
d. Menguji normalitas data skor pretes, postes dan gain dengan menggunakan
SPSS 17.0 uji normalitas Lilliefors (Kolmogorov-Smirnov). (Uyanto, 2009:
37).
e. Menguji homogenitas varians dengan (Levene Statistic).(Uyanto, 2009:40)
f. Perbedaan peningkatan kemampuan koneksi dan pemecahan masalah
diketahui dengan melakukan uji perbedaan rata-rata atau uji-t, rumusnya
adalah sebagai berikut:
)11
(2
yx
yx
ke
nns
xxt
dengan df = nx + ny –2, dan
varians 2
)1()1( 22
2
yx
yyxx
yxnn
nsnss , (Ruseffendi, 1998)
46
Setelah data dinyatakan berdistribusi normal dan homogen, dengan kriteria
pengujian H0 diterima bila nilai signifikan > 𝛼, sedangkan dalam keadaan
lainnya tolak H0, pada taraf signifikan (𝛼=0,05) (Uyanto, 2009: 88). Jika
sebaran data normal dan homogen, dilakukan dengan uji-t (Independent
Samples t-Test) dan jika sebaran data tidak normal, dilakukan dengan uji uji
non-parametrik U. Mann Whitney (2-independent Samples). Perhitungan
lengkap disajikan pada lampiran D hal.197
g. Hubungan yang signifikan antara kemampuan koneksi dan pemecahan
masalah matematik siswa, diketahui dengan melakukan Uji Korelasi. Jika
sebaran data berdistribusi normal, dilakukan dengan uji korelasi Product
Moment Pearson
Diagram 3.1
Langkah-langkah uji perbedaan rata-rata
Data
Tidak normal
Deviasi Standar Rata-rata
Uji Normalitas
Indeks Gain
Uji Mann-Whitney
Uji Non Parametrik
(Uji t’)
Uji Mann-Whitney
Uji Parametrik
( Uji t)
Uji Homogenitas Tidak homogen
normal
homogen
47
Pengujian hipotesis ke-3 digunakan uji korelasi. Jika data sebaran normal
maka perhitungan dilakukan dengan uji korelasi Product Moment Pearson,
sedangkan jika sebaran data tidak normal maka perhitungan menggunakan uji
statistik non parametrik. Karena data yang diperoleh berdistribusi normal dan
homogen, maka pengujiannya tidak menggunakan uji non parametrik pengganti
uji-t yaitu uji Mann-Whitney atau uji Wilcoxon.
2. Data kualitatif
Analisis data dalam penelitian kualitatif adalah data hasil observasi dan
skala sikap. Data hasil observasi yang dianalisa adalah aktifitas siswa selama
proses pembelajaran berlangsung dan pada waktu tes individu diberikan.
Sedangkan, hasil skala pendapat penganalisaannya difokuskan pada respons siswa
terhadap model pembelajaran yang diberikan, yaitu pembelajaran model CIRC.
Data dianalisa dengan menggunakan pemberian skor butir skala sikap
model Likert. Penskoran respon pada tiap pernyataan dinyatakan secara tidak
seragam, yaitu dengan berdasarkan sebaran respon siswa pada suatu butir
pernyatan (Anwar, 2003). Pemberian skor pada item skala sikap dilakukan seperti
pada pernyataan 1 dalam Tabel 3.13. berikut:
Tabel 3.9 Pemberian Skor Item Skala Sikap
Pernyataan 1
No. Nilai Jenis Respon
SS S TS STS
1. Frekuensi (f) 18 12 6 0
2. Proporsi (p) 0,50 0,33 0,17 0,00
3. Kumulatif p 1,00 0,50 0,17 0,00
4. Titik Tengah kumulatif p 0,75 0,33 0,08 0,00
48
5. Nilai Z daftar 0,67 -0,43 -1,38 -3,49
6. Nilai Z daftar + 4,49 5,16 4,06 3,11 1,00
7. Pembulatan Z 5 4 3 1
8. Skor 5 4 3 1
Berdasar Tabel 3.9 untuk pernyataan 1, proporsi kumulatif (pk) adalah
proporsi dalam suatu kategori (=0,50) ditambah dengan proporsi kategori
disebelah kanannya (=0,33), titiik tengah kumulatif atau pktengah = ½ p + pkb ,
dengan pkb adalah proporsi kumulatif dalam kategori di sebelah kirinya. Jadi
pktengah = ½ (0,50) + 0,50 = 0,75 dst. Nilai deviasi z merupakan harga z untuk
masing-masing pktengah.
F. Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dari tiga tahap, yaitu: 1) tahap persiapan; 2) tahap
pelaksanaan; dan 3) tahap analisis data. Uraian ketiga tahap tersebut adalah:
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan dimulai setelah proposal diterima dalam seminar untuk
ditindaklanjuti dalam penelitian. Kemudian, menghubungi MTs Negeri
Tanggeung Kabupaten Cianjur provinsi Jawa Barat yang akan dijadikan tempat
penelitian. Selanjutnya, menyusun kisi-kisi dan instrumen tes serta merancang
pengembangan bahan ajar yang validasi isinya dilakukan oleh kedua dosen
pembimbing. Berikutnya, dilakukan revisi, diujicobakan di luar subjek penelitian,
dan dianalisis hasilnya.
Perangkat lain yang disusun adalah kisi-kisi dan angket pendapat siswa,
serta lembar pengamatan aktivitas kegiatan belajar siswa yang dikonsultasikan ke
dosen pembimbing.
49
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan diawali dengan memberikan pretes di kelas eksperimen
dan kelas kontrol masing-masing selama 120 menit. Selanjutnya, pembelajaran
dilakukan sesuai jadwal yang ditetapkan. Banyaknya jam pelajaran matematika
adalah 4 40 menit per minggu yang dibagi dalam 2 pertemuan. Saat
pembelajaran berlangsung peneliti berperan sebagai guru matematika dengan
pertimbangan agar tidak terjadi pembiasan dalam perlakuan terhadap masing-
masing kelompok yang diteliti. Dengan demikian, pengamatan kegiatan siswa
dilakukan langsung oleh peneliti dan guru matematika. Setelah pembelajaran
selesai, dilakukan postes di kedua kelas dengan soal-soal yang diujikan sama
dengan soal-soal pretes serta pengisian angket pendapat siswa di kelas
eksperimen. Selanjutnya, semua data yang terkumpul dianalisis dan dilakukan
penarikan kesimpulan.
3. Tahap Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil tes baik pretes maupun postes serta angket
pendapat siswa dianalisis secara statistik. Sedangkan hasil pengamatan aktivitas
pembelajaran siswa dan angket pendapat guru dianalisis secara deskriptif.