119
BAB III
STUDI LAPANGAN
3.1 Tinjauan Umum
3.1.1 Lokasi Perencanaan Pembangunan Pusat Kuliner Nusantara
Lokasi gedung Pusat Kuliner Nusantara terletak di Jalan Haji R. Rasuna
Said Kav. C No. 22, Karet Kuningan, Jakarta Selatan, Kota Jakarta
Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta. (Lokasi: Plaza Festival)
3.1.2 Analisa Tapak
Gambar 3.1. Analisa Tapak
(Sumber: https://google.com/, 18 Mei 2016)
a) Sebelah Utara
Berbatasan dengan jalan besar, Jalan Epicentrum Utama Raya. Jalan
ini strategis karena merupakan akses menuju wilayah komplek
Epicentrum.
120
b) Sebelah Selatan
Berbatasan dengan Universitas Bakrie dan Pusat Perfilman H. Usmar
Ismail. Merupakan lokasi yang dikunjungi orang banyak dan
memungkinkan untuk datang ke Pusat Kuliner Nusantara tersebut.
c) Sebelah Timur
Berbatasan dengan Stadion Kuningan. Merupakan lokasi yang
dikunjungi orang banyak dan memungkinkan untuk dating ke Pusat
Kuliner Nusantara tersebut.
d) Sebelah Barat
Berbatasan dengan Jalan H. R. Rasuna Said, jalan dua arah dari
Kuningan menuju Menteng dan merupakan jalan utama yang sangat
strategis.
3.2 Tinjauan Khusus
3.2.1 Tinjauan Lapangan Museum Fatahillah, Jakarta Barat
3.2.1.1 Sejarah Singkat
Pada tahun 1937, Yayasan Oud Batavia mengajukan
rencana untuk mendirikan sebuah museum mengenai sejarah
Batavia, yayasan tersebut kemudian membeli gudang perusahaan
Geo Wehry & Co yang terletak di sebelah timur Kali Besar
tepatnya di Jalan Pintu Besar Utara No. 27 (kini museum
Wayang) dan membangunnya kembali sebagai Museum
121
OudBatavia. Museum Batavia Lama ini dibuka untuk umum
pada tahun 1939.
Pada masa kemerdekaan museum ini berubah menjadi
Museum Djakarta Lama di bawah naungan LKI (Lembaga
Kebudayaan Indonesia) dan selanjutnya pada tahun 1968
„‟Museum Djakarta Lama'‟ diserahkan kepada PEMDA DKI
Jakarta. Gubernur DKI Jakarta pada saat itu, Ali Sadikin,
kemudian meresmikan gedung ini menjadi Museum Sejarah
Jakarta pada tanggal 30 Maret 1974.
Untuk meningkatkan kinerja dan penampilannya, Museum
Sejarah Jakarta sejak tahun 1999 bertekad menjadikan museum
ini bukan sekadar tempat untuk merawat, memamerkan benda
yang berasal dari periode Batavia, tetapi juga harus bisa menjadi
tempat bagi semua orang baik bangsa Indonesia maupun asing,
anak-anak, orang dewasa bahkan bagi penyandang cacat untuk
menambah pengetahuan dan pengalaman serta dapat dinikmati
sebagai tempat rekreasi. Untuk itu Museum Sejarah Jakarta
berusaha menyediakan informasi mengenai perjalanan panjang
sejarah kota Jakarta, sejak masa prasejarah hingga masa kini
dalam bentuk yang lebih rekreatif. Selain itu, melalui tata
pamernya Museum Sejarah Jakarta berusaha menggambarkan
“Jakarta Sebagai Pusat Pertemuan Budaya” dari berbagai
kelompok suku baik dari dalam maupun dari luar Indonesia dan
122
sejarah kota Jakarta seutuhnya. Museum Sejarah Jakarta juga
selalu berusaha menyelenggarakan kegiatan yang rekreatif
sehingga dapat merangsang pengunjung untuk tertarik kepada
Jakarta dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya warisan
budaya.
3.2.1.2 Lokasi
Jalan Taman Fatahillah No. 1, Jakarta Barat dengan luas
lebih dari 1.300 meter persegi.
3.2.1.3 Aktivitas dan Fasilitas
1. Aktivitas yang dapat diikuti pengunjung yaitu, Wisata
Kampung Tua, (minimal 20 Orang), Jelajah Malam Museum
(minimal 20 Orang), Workshop Sketsa Gedung Tua (minimal
10 Orang), Nonton Bareng film-film Jadul (minimal 20
Orang), Pentas Seni Ala Jakarta, Kunjungan ala tentara
Indonesia
2. Fasilitas
a) Perpustakaan
Perpustakaan Museum Sejarah Jakarta mempunyai koleksi
buku 1200 judul. Bagi para pengunjung dapat
memanfaatkan perpustakaan tersebut pada jam dan hari
kerja Museum. Buku-buku tersebut sebagian besar
peninggalan masa kolonial, dalam berbagai bahasa
123
diantaranya bahasa Belanda, Melayu, Inggris dan Arab.
Yang tertua adalah Alkitab/Bible tahun 1702.
b) Kantin Museum
Dengan suasana nyaman Taman menawarkan makanan dan
minuman khas betawi yang khas.
c) Souvenir Shop
Museum menyediakan cinderamata untuk kenang-kenangan
para pengunjung yang dapat diperoleh di "souvenir shop"
dengan harga terjangkau.
d) Sinema Fatahillah
Menampilkan Film-film Dokumenter Zaman Batavia dan
Film Populer Dalam Dan Luar Negeri.
e) Musholla
Museum ini menyediakan musholla dengan
perlengkapannya sehingga pengunjung tidak perlu khawatir
kehilangan waktu salat.
f) Ruang Pertemuan dan Pameran
Menyediakan ruangan yang representatif untuk kegiatan
pertemuan, diskusi, seminar dan pameran dengan daya
tampung lebih dari 150 orang.
124
g) Taman Dalam
Taman yang asri dengan luas 1000 meter lebih, serta dapat
dimanfaatkan untuk Gathering, resepsi pernikahan, Pentas
Seni.
3.2.1.4 Elemen Pembentuk Ruang
1. Lantai
Lantai pada Museum Fatahillah sebagian besar
menggunakan parquet berbahan dasar kayu.
Gambar 3.2. Lantai di Museum Fatahillah
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)
Gambar 3.3. Lantai di Museum Fatahillah
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)
2. Dinding
Dinding pada Museum Fatahillah sebagian besar
menggunakan batu bata yang di plester dengan finishing cat
125
tembok warna putih. Jendela-jendela yang diaplikasikan yaitu
jendela dengan ukuran besar yang menggambarkan ciri khas
kolonial belanda. Daun pintu yang digunakan pada jendela
berbahan dasar kayu yang dicat. Pada beberapa bagian
terdapat ornamen dan detail-detail yang ditonjolkan pada
bagian kusen pintu dan jendela. Sebagian besar berbahan dasar
dari batu yang diukir.
Gambar 3.4. Jendela di Museum Fatahillah
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)
Gambar 3.5. Dinding dan jendela di Museum Fatahillah
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)
126
Gambar 3.6. Detail ornamen kusen di Museum Fatahillah
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)
Gambar 3.7. Bagian eksterior dari Museum Fatahillah
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)
3. Ceiling
Ceiling atau plafon yang diaplikasikan yaitu menggunakan list
berbahan dasar kayu yang disusun secara grid atau simetris.
Plafon yang terdapat di Museum Fatahilah tergolong
sederhana.
127
Gambar 3.8. Plafon pada Museum Fatahillah
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)
3.2.1.5 Interior Sistem
1. Pencahayaan
Pencahayaan yang diterapkan yaitu pencahayaan buatan dan
alami. Hampir seluruh area menggunakan lampu downlight
dan pada beberapa titik menggunakan lampu gantung.
Pencahayaan buatan juga digunakan pada Museum ini,
terbukti dari ukuran jendela-jendela yang cukup besar
sehingga cahaya dari luar dapat masuk ke dalam bangunan.
2. Penghawaan
Penghawaan yang diterapkan pada Museum ini yaitu
penghawaan buatan dan alami. Penghawaan buatan
menggunakan kipas angina yang digantung pada ceiling.
Sedangkan untuk penghawaan alami mengandalkan dari
jendela-jendela besar yang terbuka lebar sehingga sirkulasi
udara dengan mudah mengalir.
128
3.2.2 Tinjauan Lapangan Batavia Market, Jakarta Barat
3.2.2.1 Sejarah Singkat
Bangunan Kantor Pos Indonesia adalan bangunan
bersejarah yang dibangun pada tahun 1928 dan berperan penting
pada masanya. Bangunan tersebut sekarang telah di revitalisasi
dengan tampilan baru yaitu Batavia Market. Batavia diambil dari
‘Oud Batavia’ atau „Old Batavia‟, sebuah nama yang diberikan
kepada kota tua di Jakarta dan „Market‟ digunakan untuk
menggambarkan konsep dari tempat ini - tempat untuk semua
orang. Batavia Market menyajikan sebuah konsep dimana
pengunjung dapat memiliki pengalaman baru dalam
mengunjungi bangunan bersejarah di Kota Tua Jakarta. Selain
mengetahui tentang latar belakang sejarah kota, juga dapat
menikmati hidangan kuliner dan seni dan pertunjukan budaya
oleh seniman asli Indonesia.
Batavia Market adalah gagasan dari Kaaramel Juice Group
dan Jakarta Old Town Revitalisasi Corporation (JOTRC) untuk
mewujudkan visi Jakarta Old Town sebagai pusat regional
Excellence yang besar untuk hidup, bekerja dan rekreasi dengan
melestarikan berbagai seni dan bentuk-bentuk budaya; dan
mengembangkan, fasilitas pendidikan, fasilitas keuangan,
industri kreatif ruang pertemuan dan kegiatan gaya hidup
lainnya.
129
3.2.2.2 Lokasi
Gedung Kantor Pos, Lantai 2, Jalan Taman Fatahillah No. 3,
Kota, Jakarta
Gambar 3.9. Tampak Depan Batavia Market
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)
3.2.2.3 Operasional dan Struktur Organisasi
1. Jam Operasional :
Minggu – Jumat pukul 10:00 – 22:00 WIB
Sabtu pukul 10:00 – 24:00 WIB
2. Struktur Organisasi
Tabel 3.1. Struktur Organisasi Batavia Market
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)
OWNER
MANAGER
KARYAWAN
KOKI WAITRESS +
CASHIER
130
3.2.2.4 Organisasi Ruang
Organisasi ruang di Batavia Market yaitu:
Tabel 3.2 Organisasi Ruang di Batavia Market
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)
Sifat Ruang Jenis Ruang
Publik Dining Area (Lounge)
Dining Area Outdoor
Semi Publik Eastwings (Untuk disewakan)
Semi Privat Meeting Room
Privat
Ruang Karyawan
Ruang Penyimpanan Pecah
Belah
Ruang Penyimpanan
Perlengkapan
Dapur
Service
Gudang Bahan Makanan
Kasir
Toilet
Area Pameran
Gambar 3.10. Dining Area (Lounge) Batavia Market
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)
131
Gambar 3.11. Dining Area (outdoor) Batavia Market
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)
Gambar 3.12. Eastwings Batavia Market
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)
Gambar 3.13. Eastwings Batavia Market
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)
132
Gambar 3.14. Meeting Room Batavia Market
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)
Gambar 3.15. Ruang (Penyimpanan Barang) Karyawan
Batavia Market
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)
Gambar 3.16. Ruang Penyimpanan Pecah Belah dan
Perlengkapan Batavia Market
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)
133
Gambar 3.17. Dapur Batavia Market
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)
Gambar 3.18. Dapur Batavia Market
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)
Gambar 3.19. Gudang Batavia Market
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)
134
Gambar 3.20. Gudang Batavia Market
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)
Gambar 3.21. Area Kasir Batavia Market
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)
Gambar 3.22. Toilet Batavia Market
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)
135
Gambar 3.23. Area Pamer Batavia Market
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)
3.2.2.5 Elemen Pembentuk Ruang
1. Lantai
Lantai yang diaplikasikan di Batavia Market sebagian besar
menggunakan tegel dengan berbagai motif. Penggunaan lantai
di Batavia Market adalah asli lantai dari bangunan
sebelumnya, yaitu bangunan Kantor Pos Indonesia. Lain
halnya pada meeting room, lantai yang digunakan adalah
parquet kayu. Selain itu pada dapur dan toilet, lantai yang
digunakan adalah keramik putih. Sedangkan pada gudang,
hanya mengaplikasikan plesteran semen saja.
Gambar 3.24. Lantai di Batavia Market
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)
136
Gambar 3.25. Lantai di Batavia Market
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)
2. Dinding
Tidak ada perubahan banyak pada dinding di Batavia Market.
Dinding utama hanya dilapisi oleh cat tembok saja. Sedangkan
untuk dinding-dinding tambahan menggunakan partisi dengan
finishing cat juga.
Gambar 3.26. Dinding di Batavia Market
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)
3. Ceiling
Ceiling atau plafon yang digunakan tidak berubah dari
bangunan awal yaitu menggunakan plafon gypum finishing cat
dengan menggunakan pola garis atau grid yang simetris.
137
Gambar 3.27. Plafon di Batavia Market
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)
3.2.2.6 Interior Sistem
1. Pencahayaan
Sistem pencahyaan yang digunakan pada sebagian besar
ruangan yaitu sistem pencahayaan buatan berupa spotlight
dengan railing agar dengan mudah dapat dipindahkan.
Pengelola bangunan ini memang sengaja tidak merubah
bentuk bangunan aslinya dikarenakan tidak ingin merusak
salah satu bagian dari sejarah.
Gambar 3.28. Pencahayaan di Batavia Market
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)
138
2. Penghawaan
Sistem penghawaan pada dining area dan meeting room
menggunakan sistem penghawaan buatan berupa AC portable
yang diletakan disudut-sudut ruangan. Pada dining area, AC
portable diletakan dibelakang partisi agar tidak langsung
terlihat oleh pengunjung.
3. Keamanan
Sistem keamanan dari kebakaran yang dipakai di Batavia
Market adalah sprinkle dan fire extinguisher. Sedangkan
system keamanan yang dipakai untuk mencegah pembobolan
manusia adalah CCTV dan satpam.
3.2.3 Tinjauan Lapangan Museum Bank Indonesia
3.2.3.1 Sejarah Singkat
Awal mulanya bangunan objek wisata Museum Bank
Indonesia adalah sebuah rumah sakit umum yang bernama
Binnen Hospitaal, hingga pada sekitar tahun 1828, bangunan
tersebut di ubah fungsinya menjadi tempat penyimpanan uang
atau Bank dengan nama De Javashe Bank. Selama satu abad
berlangsung, tepatnya pada tahun 1953 setelah 9 tahun
kemerdekaan republik Indonesia, bangunan DJB di tetapkan
sebagai Bank Sentral Indonesia atau yang lebih dikenal sebagai
Bank Indonesia.
139
Selang 9 tahun kemudian yaitu pada tahun 1962,
pemerintah Indonesia kemudian memindahkan Bank Indonesia
tersebut ke lokasi baru dan lebih strategis, sehingga tempat BI
yang dahulu mejadi kosong tanpa di gunakan untuk keperluaan
yang penting. Akhirnya pada tahun 2006 Gubernur Bank
Indonesia, Burhanuddin Abdullah meresmikan bangunan kosong
tersebut sebagai Museum Bank Indonesia yang dapat di akses
secara mudah oleh masyarakat umum.
3.2.3.2 Lokasi
Jalan Pintu Besar Utara No.3, Jakarta Barat (depan stasiun Beos
Kota)
Gambar 3.29. Tampak Depan Museum BI
(Sumber: https://id.wikipedia.org/, 27 April 2016)
3.2.3.3 Sistem Operasional
Selasa – Minggu pukul 09:00 – 16:00 WIB.
Hari Senin dan libur nasional tutup.
3.2.2.5 Elemen Pembentuk Ruang
1. Lantai
Lantai yang diaplikasikan di Museum Bank Indonesia
sebagian besar menggunakan tegel dengan berbagai motif.
140
Penggunaan lantai di Museum Bank Indonesia adalah asli
lantai dari bangunan sebelumnya.
Gambar 3.30. Lantai di Museum Bank Indonesia
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)
2. Dinding
Tidak ada perubahan banyak pada dinding di Museum Bank
Indonesia. Dinding utama hanya dilapisi oleh cat tembok saja.
Terdapat pula dinding kayu untuk pajangan foto pemimpin
pemerintahan dahulu.
Gambar 3.31. Dinding di Museum Bank Indonesia
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)
141
Gambar 3.32. Dinding di Museum Bank Indonesia
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)
3. Ceiling
Ceiling atau plafon yang digunakan tidak berubah dari
bangunan awal yaitu menggunakan plafon gypum finishing cat
dengan menggunakan pola garis atau grid yang simetris.
Gambar 3.33. Plafon di Museum Bank Indonesia
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)
3.2.3.4 Interior Sistem
1. Pencahayaan
Sistem pencahyaan utama yang digunakan yaitu pencahayaan
buatan dengan menggunakan lampu. Selain itu, bangunan ini
juga menerapkan sistem pencahayaan alami, yaitu dengan
142
membuat jendela-jendela berukuran besar supaya cahaya
matahari dapat masuk ke dalam bangunan.
2. Penghawaan
Sistem penghawaan di Museum Bank Indonesia pada beberapa
tempat seperti ruang pameran, lobby dan area ticketing adalah
penghawaan buatan berupa AC, di beberapa tempat lainnya
penghawaan digunakan secara alami menggunakan jendela dan
ventilasi.
3. Keamanan
Sistem keamanan dari keamanan pada lokasi ini menggunakan
sprinkle dan sistem keamanan dari manusia digunakan CCTV,
security dan metal detector.
3.2.3 Tinjauan Lapangan Kawasan Kota Lama Semarang
3.2.3.1 Sejarah Singkat
Kawasan Kota Lama Semarang disebut juga Outstadt.
Luas kawasan ini sekitar 31 hektare. Dilihat dari kondisi
geografi, nampak bahwa kawasan ini terpisah dengan daerah
sekitarnya, sehingga nampak seperti kota tersendiri, sehingga
mendapat julukan "Little Netherland". Kawasan Kota Lama
Semarang ini merupakan saksi bisu sejarah Indonesia masa
kolonial Belanda lebih dari 2 abad, dan lokasinya berdampingan
dengan kawasan ekonomi. Di tempat ini ada sekitar 50
143
bangunan kuno yang masih berdiri dengan kukuh dan
mempunyai sejarah Kolonialisme di Semarang. Secara umum
karakter bangunan di wilayah ini mengikuti bangunan-bangunan
di benua Eropa sekitar tahun 1700-an. Hal ini bisa dilihat dari
detail bangunan yang khas dan ornamen-ornamen yang identik
dengan gaya Eropa. Seperti ukuran pintu dan jendela yang luar
biasa besar, penggunaan kaca-kaca berwarna, bentuk atap yang
unik, sampai adanya ruang bawah tanah
Seperti kota-kota lainnya yang berada di bawah
pemerintahan kolonial Belanda, dibangun pula benteng sebagai
pusat militer. Benteng ini berbentuk segi lima dan pertama kali
dibangun di sisi barat kota lama Semarang saat ini. Benteng ini
hanya memiliki satu gerbang di sisi selatannya dan lima menara
pengawas. Masing-masing menara diberinama: Zeeland,
Amsterdam, Utrecht, Raamsdonk dan Bunschoten. Pemerintah
Belanda memindahkan permukiman Cina pada tahun 1731 di
dekat permukiman Belanda, untuk memudahkan penga- wasan
terhadap segala aktivitas orang Cina. Oleh sebab itu, Benteng
tidak hanya sebagai pusat militer, namun juga sebagai menara
pengawas bagi segala aktivitas kegiatan orang Cina.
3.2.4.2 Lokasi
Jl. Letjen Soeprapto, Semarang Tengah, Semarang, Jawa Tengah.
144
Gambar 3.34. Gereja Blenduk, Ikon Kota Lama
(Sumber:dokumen pribadi, 2016)
3.2.4.3 Sistem Operasional
Senin-Minggu pukul 10:00 – 17:00 WIB.
3.2.4.4 Elemen Pembentuk Ruang
1. Lantai
Lantai yang diaplikasikan di Kawasan Kota Lama sebagian
besar menggunakan tegel dengan berbagai motif. Penggunaan
lantai di Kawasan Kota Lama adalah asli lantai dari bangunan
sebelumnya.
Gambar 3.35. Lantai di Kota Lama
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)
145
2. Dinding
Tidak ada perubahan banyak pada dinding di Kawasan Kota
Lama. Dinding utama hanya dilapisi oleh cat tembok saja.
Sedangkan untuk dinding-dinding tambahan menggunakan
partisi dengan finishing cat juga. Pada sebuah gedung
ditemukan dinding yang masih finishing batu bata.
Gambar 3.36. Kawasan Kota Lama
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)
Gambar 3.37. Dinding di Kawasan Kota Lama
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)
146
3. Ceiling
Ceiling atau plafon yang digunakan tidak berubah dari
bangunan awal yaitu menggunakan plafon gypum finishing cat
dengan menggunakan pola garis atau grid yang simetris
namun pada suatu bangunan ditemukan tambahan dengan
finishing kayu.
Gambar 3.38. Plafon di Kawasan Kota Lama
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)
3.2.4.5 Interior Sistem
1. Pencahayaan
Sistem pencahyaan utama yang digunakan sebagian besar
bangunan kawasan Kota Lama yaitu pencahayaan buatan
dengan menggunakan lampu. Selain itu, bangunan ini juga
menerapkan sistem pencahayaan alami, yaitu dengan membuat
jendela-jendela berukuran besar supaya cahaya matahari dapat
masuk ke dalam bangunan.
147
2. Penghawaan
Sistem penghawaan di kawasan Kota Lama sebagian besar
menggunakan penghawaan alami berupa jendela, ventilasi dan
pintu. Penghawaan buatan hanya ditemukan pada sebuah
restoran dikawasan ini dengan menggunakan AC.
3. Keamanan
Sistem keamanan pada lokasi ini menggunakan pos-pos
security pada tiap bangunan.