Download - BAB IV MUDARASAH AL-QUR’AN BAGI SANTRI
35
BAB IV
MUDARASAH AL-QUR’AN BAGI SANTRI TAHFIZ{ TINGKAT REMAJA
DI PONPES MANBA’UL QUR’AN
A. Sekilas Tentang Profil Pondok Pesantren
1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Manba’ul Qur’an
Latar belakang berdirinya pondok pesantren Manba’ul Qur’an
berawal dari banyaknya santri yang di asuh oleh simbah KH. Musta’in
yang merupakan regenerasi dari estafet pondok pesantren yang didirikan
oleh simbah KH. Abdul Qadir. Pondok pesantren ini awal mulanya
pengajian yang dikaji fokus pada pendalaman tentang kitab kuning atau
bisa disebut juga pondok salaf, selain itu ada juga pendalaman al-Qur’an.
Sebelum berdirinya pondok pesantren Manba’ul Qur’an, beliau romo KH.
Halimi Musta’in masih menimba ilmu di pondok pesantren untuk
mendalami ilmu agama sebanyak-banyaknya karena dirasa beliau
merupakan satu-satunya pengganti perjuangan oleh beliau simbah KH.
Musta’in.
Adapun riwayat Pendidikan yang ditempuh oleh beliau romo KH.
Halimi Musta’in, pertama beliau nyantri di pondok pesantren Bustanu
Usyaqqil Qur’an Demak kota yang diasuh oleh beliau simbah KH. Muhdi
Taslim, setelah beliau selesai hafalan Qur’annya dan dirasa sudah puas
menimba ilmu di pesantren tersebut, kemudian beliau melanjutkan belajar
tentang ilmu agama di kabupaten Pati. Pesantren kedua yang di tempati
oleh beliau adalah pesantren yang di asuh oleh simbah KH. Abdullah Zain
Salam, tepatnya di Kajen Margoyoso Pati. Beliau romo KH. Halimi
Musta’in selain tabarrukan al-Qur’annya juga sekolah di madrasah
Mathaliul Falah, disinilah beliau mengenyam Pendidikan ilmu agama
hingga alim baik al-Qur’annya maupun kitab salafnya. Karena masih
36
kurang puas dengan ilmu yang didapatnya, beliau melanjutkan belajar di
Madinah University.1
Setelah selama kurang lebih 20 tahun lamanya beliau menimba ilmu
di berbagai lembaga Pendidikan Islam yang berbeda hingga ke luar negeri,
akhirnya beliau pulang ke Indonesia dan nikah dengan putri seorang kyai
yang masih keturunan simbah KH. Abdul Qadir yaitu sesepuh yang
mendirikan pondok pesantren pertama kali di desa Harjowinangun.
Kemudian seiring berjalannya waktu juga bertambahnya murid yang
semakin banyak, hingga akhirnya beliau memutuskan untuk mendirikan
pondok pesantren di sebrang jalan dalam pengawasan pribadi. Mendirikan
pesantren di tananhnya beliau sendiri, karena pesantren yang di pegang
oleh simbah KH. Mustai’n itu merupakan amanah dari gurunya yaitu KH.
Abdul Qadir supaya pesantren yang sudah dirintisnya semakin hidup dan
ramai dalam mensyiarkan agama Islam.
Disamping keinginan meneruskan perjuangan dari bapaknya,
berdirinya pondok pesantren Manba’ul Qur’an juga didukung dan
dipelopori oleh beberapa tokoh. Berdirinya pondok pesantren Manba’ul
Qur’an dimulai pada tanggal 31 Juli 1991 M. / 19 Muharam 1412 H.
adapun sesepuh yang mendukung berdirinya pesantren tersebut adalah:
a. KH. Musta’in
b. KH. Abdullah Makmur
c. KH. Maftuhin
d. KH. Syuja’i2
Beserta seluruh elemen masyarakat baik yang berada di sekitar
pesantren maupun seluruh desa Harjowinangun, karena lembaga
pendidikan tersebut kelak juga akan mendidik dan mengajari anak cucu
mereka. Adapun tujuan berdirinya pondok pesantren Manba’ul Qur’an
1 Wawancara Dengan Muhammad Haramain Halimi Selaku Penasehat Huffaz}, Pada Hari Selasa 1 Agustus 2017, Pukul 09:00 WIB.
2 Wawancara Dengan Muhammad Halimi Musta’in Selaku Pengasuh Pondok Pesantren Manba’ul Qur’an, Pada Hari Kamis 3 Agustus 2017, Pukul 13:45 WIB.
37
desa Harjowinangun kecamatan Dempet Kabupaten Demak adalah antara
lain:
a. Untuk dijadikan sebagai tempat dan pusat menyebarkan serta
mensyiarkan agama Islam (Islamic Center).
b. Sebagai tempat pemberdayaan umat Islam yakni untuk
meningkatkan sumber daya manusia (SDM) masyarakat Muslim.
c. Untuk mendidik dan mencetak kader-kader generasi yang berjiwa
Qur’ani dan berakhlak mulia.
d. Sebagai pusat pengkajian agama Islam. Terlebih pengkajian kitab-
kitab klasik Islam yang merupakan sumber rujukan keilmuan
agama Islam.
e. Sebagai benteng pertahanan dari pengaruh moral negative seiring
perkembangan zaman.
f. Melatih peserta didik atau santri hidup bermasyarakat dalam
bentuk kecil.3
2. Letak Geografis
Pondok pesantren Manba’ul Qur’an merupakan pesantren yang
cukup terkenal di wilayah kabupaten Demak yang di bawah bimbingan
pengasuh romo KH. Halimi Musta’in dan Ibu Nyai Hj. Muniroh. Adapun
luas wilayah pesantren menempati tanah seluas 500 M2. Letak pondok
pesantren tersebut bertempat di dua lokasi, pesantren putra bertempat
sebelah selatan masjid Jami’ Baitul Muttaqin harjowingaun, sedangkan
letak pesantren putri berada di sebelah barat masjid. Pondok pesantren ini
terletak tepatnya di dukuh wedean desa Harjowinangun kecamatan
Dempet kabupaten Demak.
Lokasi pesantren jika ditempuh dari jalan raya pantura memerlukan
waktu kurang lebih selam 15 menit. Desa Harjowinangun bersebelahan
dengan tiga desa, yaitu:
3 Dokumentasi Dari Buku Induk Ponpes Manba’ul Qur’an, Pada Hari Jum’at 4 Agustus
2017, Pukul 15.00 WIB.
38
a. Sebelah utara berbatasan dengan desa Tanjunganyar kecamtan
Gajah
b. Sebelah timur berbatasan dengan dukuh Pojok desa harjowinangun
c. Sebelah selatan berbatasan dengan desa Kramat
d. Sebelah barat berbatasan dengan dukuh Ngrandu desa Kramat
Lokasi pondok pesantren Manba’ul Qur’an ini suasana lingkungan
yang kondusif untuk belajar dan mendalami ilmu-ilmu agama, terlebih
untuk menghafalkan al-Qur’an karena posisi pesantren yang berdekatan
dengan tempat pemakaman umum desa Kramat. Letaknya juga yang jauh
dari kebisingan kota, lingkungan pabrik dan perusahaan. Selain itu cukup
strategis dan ideal sara belajar mengajar, karena juga didukung fasilitas
Pendidikan formal (sekolah umum). Sekitar pondok pesantren terdapat
lembaga Pendidikan formal yaitu yayasan Pendidikan Islam Qodiriyah
antara lain Pendidikan Anak Usia Dini Qodiriyah (PAUD-Q), Raudhatul
Athfal Qodiriyah (RA-Q), Madrasah Ibtidaiyyah Qodiriyah (MI-Q),
Madrasah Tsanawiyyah Qodiriyah (MTs-Q), Madrasah Aliyah Qodiriyah
(MA-Q).
Pondok pesantren Manba’ul Qur’an menempati tanah kosong milik
sendiri yang dulunya para masyarakat tidak berani mendirikan bangunan
di lokasi tersebut karena angker atau banyak penghuni alam lain. Setelah
berdirinya pesantren tersebut para warga masyarakat berbondong-bondong
sudah mulai berani mendirikan bangunan baik rumah maupun kios.4
3. Visi dan Misi
Adapun visi dan misi pondok pesantren Manba’ul Qur’an sebagai berikut:
Visi:
Terwujudnya Pendidikan yang unggul, berprestasi, Islami, dan berjiwa
Qur’ani.
4 Observasi Langsung Lokasi Penelitian Ponpes Manba’ul Qur’an Desa Harjowinangun
Kecamatan Dempet kabupaten Demak, Pada Hari Senin 7 Agustus 2017, Pukul 08:30 WIB.
39
Misi:
a. Mewujudkan proses belajar mengajar dan bimbingan secara aktif,
kreatif, dan efektif.
b. Mewujudkan Pendidikan yang demokratis, berakhlak Qur’an, cerdas,
disiplin, dan bertanggung jawab.
c. Membimbing santri untuk dapat mengenal lingkungan masyarakat
sehingga memiliki jiwa sosial.5
4. Keadaan Pengajar dan Santri
a. Pengajar
Berdasarkan data yang diperoleh dari pengurus pondok
pesantren Manba’ul Qur’an bahwa jumlah ustaz} atau tenaga pengajar
sebanyak 11 orang selain pengasuh dan keluarga ndalem. kebanyakan
masing-masing ustaz} tinggal dipondok, karena ustaz} yang dipilih
langsung oleh pengasuh adalah santri lama yang dirasa mampu dan
mumpuni ilmunya untuk dijadikan sebagai tenaga pengajar dalam
madrasah pondok sendiri maupun untuk sebagai badal mengajar romo
yai ketika beliau berhalangan.
Para santri yang sekaligus sebagai pengajar merupakan salah
satu upaya bimbingan dari pengasuh untuk melatih mental mereka jika
mereka mengajar banyak orang. Melatih mental untuk mengajar
bukanlah masalah yang sepele, akan tetapi mengajar membutuhkan
mental yang tangguh supaya apa yang diajarkan tidak salah kaprah
disebabkan mental yang sedikit, selain itu mengajar juga harus
mengerti apa yang diinginkan oleh seorang murid menggunakan
metode tertentu agar peserta didik mudah memahaminya.
5 Dokumentasi Dari Buku Induk Ponpes Manba’ul Qur’an, Pada Hari Jum’at 4 Agustus
2017, Pukul 15.00 WIB.
40
b. Santri
Berdasarkan data yang diperoleh dari pengurus pondok
pesantren Manba’ul Qur’an, jumlah keseluruhan santri pada periode
2017/2018 tercatat 351 santri, dengan rincian sebagai berikut:
1) Santri asrama pondok putra sebanyak 132 orang santri.
2) Santri kalong putra berjumlah 18 santri.
3) Santri asrama pondok putri berjumlah sebanyak 170 santri.
4) Santri kalong putri sebanyak 31 orang.6
Bila ditinjau dari asal santri mukim, santri pondok pesantren
Manba’ul Qur’an sebagian besar dari tetangga kecamatan sendiri,
tetapi ada juga yang berasal dari luar kota seperti kota Purwodadi,
Jepara, Kudus, Semarang, Tuban, Tangerang, Jakarta, Ngawi, bahkan
ada juga yang berasal dari luar jawa yaitu kepulauan Riau. Jika ditinjau
dari latar belakang Pendidikan santri, rata-rata pelajar mulai dari
sekolah Ibtidaiyyah sampai tingkatan Madrasah Aliyah. Adapun santri
kalong berasal dari desa harjowinangun sendiri maupun tetangga
desa.7
5. Struktur dan Organisasi
Setiap pesantren memiliki struktur organisasi yang berbeda-beda,
tergantung sesuai kebutuhan pesantren yang bersangkutan. Meskipun
demikian, tentu ada kesamaan-kesamaan yang menjadi ciri umum struktur
pesantren, dan tampak adanya kecenderungan perubahan yang sama di
dalam menatap masa depan. Sebagaimana layaknya sebuah lembaga
Pendidikan Islam, maka pondok pesantren Manba’ul Qur’an mempunyai
kepengurusan dan pembagian tugas masing-masing guna untuk kelancaran
sebuah kegiatan yang sudah diprogramkan dalam pesantren. Selain itu
pembagian tugas juga untuk sebagai jembatan penghubung antar santri
6 Dokumentasi Dari Buku Data Santri Ponpes Manba’ul Qur’an Tahun Ajaran 2017, Pada
Hari Selasa 8 Agustus 2017, Pukul 09:00 WIB. 7 Wawancara Dengan Ulin Nuha Selaku Ketua Ponpes Manba’ul Qur’an, Pada Hari
Selasa 8 Agustus 2017, Pukul 09:30 WIB.
41
berdasarkan tugas yang diemban. Struktur organisasi pondok pesantren
Manba’ul Qur’an adalah sebagai berikut:
Pengasuh : 1. Romo KH. Halimi Musta’in, Lc. AH.
2. KH. Haromain Halimi, S. Ag.
Ketua Pondok : Ust. Ulin Nuha
Waka Pondok : Ust. Ali Ihsanto
Sekretaris : 1. Dani Choirul
2. Roisul Muhtadin
Bendahara : Muhammad Taufiq
Seksi-Seksi
Pendidikan : 1. Sairozi
2. Syukron Ma’mun
Keamanan : 1. Miftahul Mughis
2. Abdul Qolik
3. Abdul Aziz
Kebersihan : 1. Muhammad Habibi
2. Muhammad Ihwan
3. Selamet Wahyudi
Perlengkapan : 1. Abdul Rouf
2. Zaenal Arifin8
8 Dokumentasi Dari Struktur Organisasi Ponpes Manba’ul Qur’an Tahun Ajaran 2017,
Pada Hari Rabu 9 Agustus 2017, Pukul 10:00 WIB.
42
6. Undang-Undang Pondok Pesantren Manba’ul Qur’an
Undang-undang adalah peraturan yang sudah ditetapkan oleh suatu
lembaga Pendidikan dengan tujuan supaya seorang santri menjalankan
kewajibannya dan menjauhi apa yang dilarang oleh pondok pesantren, jika
seorang santri melanggarnya, maka santri tersebut akan dikenakan sangsi
(ta’ziran) yang sudah ditetapkan pengasuh maupun pengurus pondok.
Adapun undang-undangnya sebagai berikut:
a. Bab Kewajiban
1) Bagi semua santri baru diwajibkan sowan kepada pengasuh dan
mendaftarkan diri kepada pengurus pondok
2) Bagi semua santri diwajibkan musyafahah al-Qur’an kepada
pengasuh
3) Bagi semua santri diwajibkan mengikuti pengajian kitab kecuali
hari-hari tertentu bagi anak huffaz}
4) Bagi semua santri diwajibkanmenyiapkan diri ke Masjid setelah
adzan dikumandangkan dan berjamaah besama Romo
Kyai/wakilnya
5) Bagi semua santri diwajibkan izin kepada pengasuh jika akan
pulang atau meninggalkan pondoklebih dari 24 jam
6) Bagi semua santri diwajibkan membayar iuran syahriyah paling
lambat pada tanggal 10 tiap-tiap bulan
7) Bagi semua santri diwajibkan bersatu dan saling hormat-
menghormati
8) Bagi semua santri diwajibkan mengikuti segala kegiatan yang
diadakan oleh pengurus pondok
9) Bagi semua santri diwajibkan mengikuti ro’an (kerja bakti) yang
diadakan oleh pengurus pondok
10) Bagi semua santri diwajibkan menjaga nama baik satri dan pondok
11) Bagi semua santri diawajibkan sekolah diniyyah HIDAYATUL
MUTA’ALLIMIN kecuali anak huffaz}
43
12) Bagi semua santri diwajibkan berziaroh ke makam pada hari kamis
setelah shalat Ashar bersama Romo Kyai/Wakilnya
13) Bagi semua santri yang mendapat tugas jaga malam diwajibkan
menjalankan tugasnya dengan baik
b. Bab Larangan
1) Bagi semua santri dilarang mengganggu orang lain
2) Bagi semua santri dilarang mengambil hak orang lain
3) Bagi semua santri dilarang memakai hak milik orang lain tanpa
seizin pemiliknya
4) Bagi semua santri dilarang merusak/merubah sesuatu yang dimiliki
pondok tanpa seizin pengurus/pengasuh
5) Bagi semua santri dilarang mu’asyarah/bergaul dengan anak
perempuan yang tidak mahramnya
6) Bagi semua santri dilarang tidur dirumah orang lain/diluar
pesantren
7) Bagi semua santri dilarang membawa elektronik dilingkungan
pondok pesantren
8) Bagi semua santri dilarang keluar/baru masuk pondok setelah jam
11 malam
c. Sangsi-Sangsi
Bagi semua santri/penghuni pondok pesantren yang melanggar
ketentuan diatas (bab 1 dan 2) akan dikenakan sangsi yang ditetapkan
oleh pengurus/pengasuh pondok pesantren Manba’ul Qur’an.9
7. Program Kerja Pondok Pesantren Manba’ul Qur’an
Berdasarkan dokumen yang peneliti kumpulkan, ada beberapa
program kerja yang telah ditetapkan oleh pengasuh dalam pondok
pesantren Manba’ul Qur’an. Adapun program kerja yang telah
ditetapkan adalah sebagai berikut:
9 Dokumentasi Dari Peraturan Pondok Pesantren Manba’ul Qur’an Dalam Hal Kewajiban
Dan Larangan, Pada Hari Rabu 9 Agustus 2017, Pukul 10:15 WIB.
44
a. Harian
Musyafahah atau setoran al-Qur’an yang diwajibkan
kepada seluruh santri pondok pesantren Manba’ul Qur’an baik
dengan binnadlor maupun dengan bil hifdzi, adapun jadwal yang
ditentukan adalah sebagai berikut:
NO. WAKTU KEGIATAN USTAZ{
1. Bakda Isya’ Musyafahah
al-Qur’an
KH. Haramain Halimi
dan Pengurus
2. Bakda Shubuh Musyafahah
al-Qur’an
Romo KH. Halimi
Musta’in
3. Bakda Dhuhur Sekolah
Diniyyah
Pengurus
4. Bakda Ashar Musyafahah
al-Qur’an
Romo KH. Halimi
Musta’in
b. Mingguan
1) Pembacaan surat Yasin dan al-Mulk setiap hari jum’at setelah
shalat maghrib bersama pengasuh
2) Khitobahan setiap malam selasa
3) Berjanjinan setiap malam jum’at
4) Pengajian kitab oleh pengasuh setiap malam senin
5) Semaan pasangan bagi santri huffaz} setiap hari selasa dan
jum’at setelah shubuh
6) Ziarah ke makam bersama pengasuh/wakilnya
c. Bulanan
1) Shalawat nariyah
d. Tahunan
1) Haflah Khotmil Qur’an dan Mudarasah al-Qur’an yang diikuti
oleh para alumni
2) Haul Simbah KH. Musta’in
45
3) Peringatan maulid Nabi
4) Peringatan Isra’ Mi’raj
5) Pengajian Halal bi halal
6) Tarawih bersama bagi anak Huffaz} dengan pengasuh pada
bulan Ramadhan (surat-suratan yang dibaca seluruh al-Qur’an
sampai khatam)10
B. Hasil Penelitian
1. Motivasi Santri Tahfiz} Tingkat Remaja Dalam Melakukan
Mudarasah Al-Qur’an
Melihat fenomena yang sekarang ini memang banyak penghafal
al-Qur’an, mulai dari anak kecil sampai orang tua hampir rata besar
kecil hafal al-Qur’an. Jika dibandingkan dengan penghafal al-Qur’an
yang dulu sebagai contoh zaman para sahabat sangatlah berbeda jauh,
dulu para sahabat menghafalkan al-Qur’an satu surat saja sampai
bertahun-tahun lamanya, akan tetapi jika para sahabat mengamalkan
isi kandungan al-Qur’an mereka merasa sangat lebih mudah.
Sebagaimana romo KH. Musta’in menuturkan:
“Zaman biyen poro sahabat Rosulullah nak do ngapalno Qur’an kie do kangelan, nanging nak do ngamalno opo sing dadi isi kandungane al-Qur’an iku luwih gampang. Contone sahabat umar, beliau ngapalno surat al-baqoroh wae nyampe 12 tahun lagi rampung, iku lagi surat al-Baqoroh bloko durung maneh surat liyane. Iku wae senenge sahabat umar iso rampung anggone ngapalno surat al-Baqoroh langsung nyembelih unto. Bedo maneh karo zaman saiki hafalan Qur’an luwih gampang tinimbang nglakoni opo sing dadi isine Qur’an. Saiki cah cilik ngapalno surat al-baqoroh ora nyampe 2 wulan wes rampung lan lancar. Nanging yen dikongkon nglakoni isi kandungane al-Qur’an do kangelan.”11
10 Dokumentasi Dari Buku Induk Ponpes Manba’ul Qur’an, Pada Hari Jum’at 4 Agustus
2017, Pukul 15.00 WIB. 11 Wawancara Dengan Muhammad Halimi Musta’in Selaku Pengasuh Pondok Pesantren
Manba’ul Qur’an, Pada Hari Rabu 26 Juli 2017, Pukul 20:00 WIB.
46
Zaman dahulu para sahabat ketika menghafalkan al-Qur’an
merasa kesulitan, tetapi jika mereka mengamalkan apa yang menjadi
isi kandungan al-Qur’an itu lebih mudah. Contohnya sahabat Umar,
beliau menghafalkan surat al-Baqarah saja sampai 12 tahun baru
selesai, itu baru surat al-Baqarah saja belum lagi surat yang lain. Itu
saja senangnya sahabat Umar bisa selesai menghafalkan surat al-
Baqarah langsung menyemelih unta. Berbeda dengan zaman sekarang
menghafal al-Qur’an lebih mudah daripada mengamalkan apa yang
menjadi isi al-Qr’an. Sekarang anak kecil menghafalkan surat al-
Baqarah tidak sampai 2 bulan sudah selesai dan lancar. Tetapi jika
disuruh mengamalkan isi kandungan al-Qur’an mereka kesulitan.
Kewajiban seorang Muslim adalah menjaga kemurnian kitabnya
yaitu al-Qur’an supaya tetap kesuciannya sampai akhirat nanti.
Sedangkan Cara menjaganya adalah sebagaimana yang telah diajarkan
Rasulullah yaitu salah satunya dengan menghafalkan al-Qur’an
(meletakkan al-Qur’an di hati). Tugas yang berat agar selalu dijaga
oleh sebahagian orang yang bergelut menghafalkan al-Qur’an dalam
kesehariannya supaya tetap menjaga hafalan dengan mudarasah al-
Qur’an atau juga bisa disebut tadarrus.
Berbagai motivasi santri tahfiz} tingkat remaja dalam melakukan
kegiatan mudarasah al-Qur’an adalah sebagai berikut:
a. Hafal Al-Qur’an Merupakan Suatu Nikmat Yang Besar
Sebagaimana Muhammad Taufik menuturkan sebagai
berikut:
“wong sing iso apal Qur’an iku bejo-bejone uwong, sebab Gusti Allah paring apal Qur’an maring kawulane sing dipilih. Ora angger uwong kabeh iso apal Qur’an yen ora bagiane. Ikulah nikmat sing paling gede sing diparingke deneng Allah maring kawulane.”12
12 Wawancara Dengan Muhammad Taufik Sebagai Santri Tahfiz}, Pada Hari Jum’at 28 Juli 2017, Pukul 14:30 WIB.
47
Orang yang bisa hafal Qur’an itu orang yang paling
beruntung, sebab Allah SWT memberi hafal al-Qur’an kepada
hambanya yang dipilih. Tidak semua orang bisa hafal al-
Qur’an jika tidak bagiannya. Itulah nikmat yang paling besar
yang diberikan oleh Allah SWT terhadap hambanya.
Seseorang yang mendapatkan anugerah dari Allah SWT
haruslah bersyukur baik dengan lisan maupun dengan
perbuatan. Demikian adalah kewajiban seorang hamba jika
diberi suatu kenikmatan supaya bersyukur dengan harapan
agar Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmatnya kepada
hambanya. Begitu juga seorang hamba yang di beri amanah
oleh Allah SWT bisa hafal al-Qur’an 30 juz merupakan sebuah
anugerah yang tidak bisa dinilai dengan kata-kata yang wajib
disyukuri. Adapun cara syukur seorang hafidz al-Qur’an
berbeda dengan yang lain, mereka harus mengulang-ulangi
secara terus-menerus setiap harinya supaya apa yang
dihafalkan tidak lupa. Sebab hafalan Qur’an lebih mudah lepas
daripada unta yang terlepas dari ikatannya.
b. Ahli Al-Qur’an adalah Ahli Allah
Sebagaimana Muhammad Haramain Halimi selaku
penasehat huffaz} menuturkan sebagai berikut:
“Wong kang apal Qur’an iku ahline Allah, mergo al-Qur’an utowo Kalamullah iku manggon ono ing atine. Gusti Allah sampon janji yen bakal jogo kemurniane al-Qur’an. Lah mongko al-Qur’an ono ing atine, mesthine uwong sing apal Qur’an bakal dijogo mergo sing nduweni ati.” 13 Orang yang hafal Qur’an itu ahlinya Allah, karena al-
Qur’an atau Kalamullah bertempat dihatinya. Allah SWT
sudah berjanji akan menjaga kemurniannya al-Qur’an. Padahal
13 Wawancara Dengan Muhammad Haramain Halimi Sebagai Penasehat Huffaz}, Pada Hari Rabu 26 Juli 2017, Pukul 14:00 WIB.
48
al-Qur’an berada dihatinya, tentunya orang yang hafal al-
Qur’an akan dijaga karena orang memiliki hati tersebut.
Seseorang yang menghafalkan al-Qur’an adalah ahli Allah,
sebab didalam dirinya terdapat Kalamullah. Jika didalam diri
seseorang terdapat al-Qur’an, maka seseorang tersebut akan
memperoleh keutamaan-keutamaan dari Allah. Dengan kata
lain Allah akan selalu menjaga dan memelihara orang tersebut.
sebab hakikatnya Allah SWT yang menjaga kemurnian dan
keaslian al-Qur’an, sedangkan seseorang tersebut hanyalah
sebagai wadah dan proses pemurnian al-Qur’an. Secara sadar
atau tidak sadar seseorang yang mempunyai hati tersebut
seluruh jiwa dan raganya dijaga Allah SWT Sebagaimana yang
sudah tertera dalam Firman-Nya.
c. Hafalan Hari Ini Harus Lebih Baik Dari Hari Kemarin
Dalam hal ini Ali Ihsanto sebagai ketua Huffaz}
menuturkan:
“yen kowe dadi wong sing apal Qur’an ndereso terus. Dino sak iki kudu luweh lanyah tinimbang dino wingi. Yen dino wingi luweh lanyah berarti kowe rugi. Kowe kudu nderes luweh sregep maneh yen pengen dadi wong sing bejo.”14 Jika kamu jadi orang yang hafal Qur’an tadarrus terus. Hari
ini harus lebih lancar daripada kemarin. Jika kemarin lebih
lancar berarti kamu rugi. Kamu harus lebih giat lagi
tadarrusnya jika ingin jadi orang yang beruntung.
Motivasi ini harus ditanamkan sejak mulai menghafalkan
al-Qur’an. Sebab kelak nanti para penghafal al-Qur’an akan
dimintai pertanggungjawaban sebanyak apa yang sudah
mereka hafalkan di dunia dari al-Qur’an. Maka dari itulah bagi
penghafal al-Qur’an sudah selayaknya untuk berlomba-lomba
dalam segi kelancaran hafalan al-Qur’an.
14 Wawancara Dengan Ali Ihsanto Sebagai Ketua Huffaz}, Pada Hari Jum’at 28 Juli 2017, Pukul 16:30 WIB.
49
Sebagai contoh tayangan tahfiz} cilik di televisi termasuk
terobosan terbaru untuk menarik minat para anak kecil supaya
menghafalkan al-Qur’an, karena mereka hatinya masih bersih
dari kotoran hati. Dalam hal ini tentu saja mereka cepat dan
mudah dalam mengingat hafalannya. Demikian ini termasuk
salah satu motivasi dalam tadarrus al-Qur’an.
d. Mencoba Selalu Berdialog dengan Allah SWT
Ulin Nuha selaku ketua pondok pesantren Manba’ul Qur’an
menuturkan sebagai berikut:
“Yen kowe nderes Qur’an, anggepen kowe lagi dialog kaleh pengeran. Dadi sak tingkah polahmu dijogo ojo sak karpe dewe. Moco Qur’an yo kudune gowo toto kromo”15 Jika kamu membaca al-Qur’an, anggaplah kamu baru
berdialog dengan Tuhan. Jadi setiap perilakumu harus dijaga
jangan sesuka hatimu. Membaca Qur’an harus pakai sopan
santun.
Membaca al-Qur’an bernilai ibadah bagi orang Muslim.
Amalan-amalan yang dilakukan oleh santri tahfiz} fokus pada
seberapa banyak juz yang dapat dibaca pada hari ini.
Pendapatan juz hari ini harus lebih banyak daripada hari
kemarin atau minimal sama. Jika seseorang sibuk berdialog
dengan al-Qur’an baik dibaca maupun dihafalkan, maka Allah
SWT akan memberi sesuatu yang menjadi angan-angannya,
sebelum ia memintanya Allah SWT sudah mengabulkan.
Meskipun seseorang yang berdialog tidak mengetahui
makna yang dikandung dalam setiap ayatnya, mereka percaya
bahwa Allah akan memberi petunjuk bagi siapa saja yang mau
membaca Kalam-Nya. Seseorang membaca al-Qur’an yakinlah
bahwa Allah seakan-akan berdialog dengannya, Maka ketika
15 Wawancara Dengan Ulin Nuha Selaku Ketua Pondok Pesantren Manba’ul Qur’an, Pada
Hari Ahad 30 Juli 2017, Pukul 21:45 WIB.
50
itu seseorang yang akan membaca al-Qur’an harus bersuci
terlebih dahulu. Selain itu juga yang diharapkan oleh para
penghafal al-Qur’an dengan tadarrus (membaca al-Qur’an)
adalah semoga dalam kehidupan yang akan ditempuh nanti
mendapatkan berkah dan selalu dibimbing oleh Allah langsung
melalui al-Qur’an. Dan yang paling penting ketika membaca
al-Qur’an harus menjaga sopan santun.
e. Menjadi Tanggung Jawab Dunia Dan Akhirat
Seseorang yang sudah selesai hafalan al-Qur’an, maka
seseorang tersebut mempunyai tanggungan berupa menjaga
hafalan baik di dunia sampai di akhirat kelak. Sebenarnya
tugas menjaga hafalan al-Qur’an itu lebih berat jika
dibandingkan dengan proses menghafal, karena menjaga
hafalan al-Qur’an seseorang dituntut harus tetap menjaga
hafalannya hingga akhir hayat dan akan dimintai
pertanggungjawaban disisih Allah nanti.
Seseorang yang telah hatam dari hafalannya, maka
seseorang tersebut bukannya terlepas dari tanggung jawabnya
sebagai penghafal al-Qur’an, akan tetapi itu menjadi
permulaan seseorang dalam memikul tanggung jawab yang
sangat berat. Tanggung jawab tersebut akan menjadi ringan
jika seseorang selalu memperhatikan sejauh mana hafalan yang
masih diingat, supaya segera menyegarkan hafalan jika lupa.16
f. Menghindari Dosa Besar
Tiada dosa yang paling besar yang pernah dilihat oleh
Rasulullah, selain seseorang yang hafal surat atau ayat dari al-
Qur’an, kemudian dilupakan. Ancaman ini menjadi pantangan
bagi para penghafal al-Qur’an yang harus dihindari. Kewajiban
seseorang penghafal al-Qur’an adalah selalu mengulang-ulang
16 Wawancara Dengan Abdul Rouf Sebagai Santri Tahfiz}, Pada Hari Jum’at 18 Agustus 2017, Pukul 19:30 WIB.
51
hafalan yang sudah mereka dapat. jika tugas tersebut sudah
dilaksanakan, maka kewajiban mereka sudah terpenuhi dan
akan terbebas dari ancaman tersebut yaitu terhindar dari dosa
besar.17
g. Menjaga Hafalan Agar Tidak Lupa
Hafalan al-Qur’an lebih cepat lepas dibanding terlepasnya
unta dari ikatannya. Seseorang yang sudah menghafal al-
Qur’an diharapkan selalu melakukan penyegaran hafalan setiap
hari dengan istiqamah, supaya hafalan yang sudah terlewati
tidak mudah hilang dan hafalan menjadi kuat. Memang
seseorang yang sudah menghafalkan materi dalam tempo satu
jam mereka akan lupa, seiring berjalannya waktu mereka akan
mengingatnya sedikit demi sedikit, akan tetapi jika mereka
tidak segera melakukan pengulangan, maka apa yang sudah
dihafal akan lupa lagi dan begitu seterusnya.18
h. Merupakan Suatu Kewajiban Bagi Penghafal Al-Qur’an
Tugas yang menjadi kewajiban bagi para penghafal al-
Qur’an adalah menjaga hafalannya supaya tidak lupa. Dalam
kenyataannya tugas tersebut tidak mudah seperti yang
dibayangkan, akan tetapi keutamaan yang diperoleh tentu jauh
lebih besar dibanding kewajiban yang diemban dan
sesungguhnya derajat kenabian ada diantara kedua bahunya.
Mengikuti mudarasah al-Qur’an merupakan salah satu cara
menjalankan kewajiban yang menjadi tanggung jawabnya
supaya hafalannya bertambah kuat, sebab mudarasah al-Qur’an
dilakukan secara bersama-sama maka akan memacu semangat
seseorang dalam menjaga hafalannya dan bisa menjadikan
17 Wawancara Dengan Syukron Ma’mun Sebagai Santri Tahfiz}, Pada Hari Sabtu 19 Agustus 2017, Pukul 18: 25 WIB.
18 Wawancara Dengan Roisul Muhtadin Sebagai Santri Tahfiz}, Pada Hari Senin 21 Agustus 2017, Pukul 13:40 WIB.
52
perbandingan tingkatan hafalan orang lain dengan diri
sendiri.19
i. Menyegarkan Ingatan
Disarankan bagi para penghafal al-Qur’an untuk segera
melakukan penyegaran terhadap ingatan dalam hal hafalan al-
Qur’an. Karena jika tidak segera melakukan penyegaran maka
hafalan tersebut akan lupa dan mengulangi lagi membuat
hafalan seperti awal lagi. Seperti halnya otak manusia, jika
seseorang sering bertemu dengan suatu objek atau hafalan al-
Qur’annya, maka orang tersebut akan selalu mengingatnya.
Metode inilah yang menjadikan lebih mudah dalam
menjaga hafalan, yang terpenting seseorang harus sering
ketemu dengan hafalannya akan menjadikan lebih mudah.
sedangkan seseorang lancar atau tidak hafalannya tergantung
seberapa sering ia menjumpai hafalan tersebut sehingga lambat
laun akan lancar dengan sendirinya.20
j. Tuntutan Peraturan Pondok
Santri diwajibkan menjalankan kewajiban dan menjauhi
larangan apa saja yang menjadi peraturan pondok. Mudarasah
al-Qur’an merupakan kegiatan rutin baik harian maupun
bulanan bagi santri huffaz}. Kegiatan ini menanamkan rasa
tanggung jawab diri sendiri terhadap al-Qur’an yang sudah
dihafalnya. Disamping kewajiban bagi diri sendiri untuk
menjaga hafalan, maka mudarasah al-Qur’an merupakan solusi
tepat dan penuh semangat dalam menjaga hafalan secara
bersama-sama dan sekaligus sebagai orang yang diwarisi kitab
suci oleh Allah SWT. 21
19 Wawancara Dengan Agus Taufiq Sebagai Santri Tahfiz}, Pada Hari Rabu 23 Agustus 2017, Pukul 16: 10 WIB.
20 Wawancara Dengan Dani Choirul Sebagai Santri Tahfiz}, Pada Hari Kamis 24 Agustus 2017, Pukul 14: 20 WIB.
21 Wawancara Dengan Abdul Qolik Sebagai Santri Tahfiz}, Pada Hari Ahad 27 Agustus 2017, Pukul 14: 40 WIB.
53
Dari beberapa motivasi santri diatas merupakan bentuk respon
terhadap al-Qur’an yang telah dihafalkan, dimana seseorang yang telah
hafal ayat atau surat dari al-Qur’an diwajibkan menjaga hafalannya
dengan mengulang-ulang hafalan guna penyegaran ingatan. Jika
hafalan tidak segera disegarkan maka akan cepat lepas, dari pada unta
yang lepas dari ikatannya dan apabila kewajiban yang harus dipenuhi
ini ditinggal maka akan mendapat dosa besar.
2. Persepsi Para Santri Tahfiz} Tingkat Remaja Tentang Keutamaan
Menghafal Al-Qur’an
Menghafalkan al-Qur’an merupakan hal yang sakral bagi kalangan
awam. Al-Qur’an merupakan kitab penyempurna kitab-kitab
sebelumnya yang diturunkan oleh Allah SWT. Bagi siapa saja yang
menghafalkannya akan mendapatkan berberbagai keutamaan
sebagaimana yang telah diterangkan banyak hadits dalam bab fadhailul
Qur’an. Karena penghafal al-Qur’an mendapatkan berbagai keutamaan
yang banyak, maka dalam hal ini syaitan semakin marah tentu godaan
dan cobaan dalam meraihnya semakin sulit.
Untuk menyikapi ini bagi para penghafal al-Qur’an diharuskan
mempersiapkan diri dengan penuh keyakinan bahwa Allah SWT akan
menolongnya. Karena hakikatnya yang menjaga al-Qur’an sepenuhnya
adalah dari Allah SWT, sedangkan manusia adalah sebagai perantara
dalam menjaga kemurnian al-Qur’an. Bagi seseorang yang akan
menghafalkan al-Qur’an kebanyakan dalam hatinya merasa ketakutan
bila tidak bisa menjaga hafalan Qur’annya. Maka dalam hal ini harus
yakin terlebih dahulu agar tidak berhenti ditengah jalan, memang
dalam proses penghafalan tidak semudah yang dibayangkan.
Demikian ini adalah godaan syaitan, karena mereka merasa
semakin tambah banyak musuh jika semakin banyak ahli Allah.
Seharusnya bagi seseorang yang akan atau sudah menghafalkan al-
Qur’an harus yakin dengan ayat Allah bahwa sesungguhnya Al-Qur’an
54
dipermudah sebagai dzikir, ayat ini sampai diulang-ulang sebanyak 4
kali dalam surat al-Qamar.
Berbagai persepsi tentang keutamaan bagi penghafal al-Quran oleh
para santri tahfiz} di pondok pesantren Manba’ul Qur’an akan peneliti
sebutkan sebagai berikut:
a. Jasad Tidak Akan Rusak
Sairozi selaku seksi pendidikan ponpes Manba’ul Qur’an
menyebutkan:
“koyo sing ngendikaake Romo yai, wong sing apal al-Qur’an mbesok yen mati jasade ora bakal rusak, yen mbesok neng akhirat geni neraka ora wani ndilat. amergo ning atine ono kalame Allah, mulo senengo awakmu yen diparingi iso apal Qur’an. Ojo ngasi nduwe ati gelo sing iso ndadiake abot jogo hafalanne.” 22
Sebagaimana yang dituturkan oleh romo yai, orang yang
hafal al-Qur’an kelak jika mati jasadnya tidak akan rusak, kalau
di akhirat api neraka tidak berani menjilatnya. Sebab didalam
hatinya ada Kalamullah, maka senanglah kamu jika diberi bisa
hafal Al-Qur’an. Jangan sampai mempunyai hati kecewa yang
bisa menjadikan berat menjaga hafalannya.
Banyak hadits yang menerangkan keutamaan bahwa orang
yang hafal al-Qur’an di alam kubur jasadnya masih utuh tanpa
lecet sedikitpun, karena al-Qur’an yang yang sering dibacanya
itu menjadi seseorang yang menemani selama ia masih di alam
kubur berwujud orang cantik jika yang hafal al-Qur’an adalah
laki-laki dan berwujud laki-laki gagah jika yang hafal adalah
perempuan.
Al-Qur’an ini yang akan menghadapi pertanyaan-
pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir dialam kubur. Bahkan
al-Qur’an akan menemani sampai besok hari kebangkitan yang
22 Wawancara Dengan Sairozi Sebagai Santri Tahfiz}, Pada Hari Senin 31 Juli 2017, Pukul 13:25 WIB.
55
dimana para manusia bingung akan amal perbuatannya, tetapi
orang yang hafal al-Qur’an tetap dalam naungan cahaya Allah
SWT. Kelak di akhiratpun akan dibebaskan dari api neraka.
b. Selamat di Dunia Dan Akhirat
Muhammad Taufiq menegaskan keutamaan menghafal al-
Qur’an sebagai berikut:
“Bakal selamet dunyo lan akhirate wong sing apal Qur’an, sebab wong iku mau neng atine ono al-Qur’ane mongko bakal direkso deneng Allah.”23
Akan selamat dunia dan akhiratnya orang yang hafal al-
Qur’an, karena orang tersebut didalam hatinya terdapat wujud
al-Qur’an maka akan dijaga oleh Allah SWT.
Al-Qur’an bisa memberi syafaat bagi orang yang suka
membacanya mulai hidup didunia sampai jalan menuju akhirat.
Setiap orang menginginkan keselamatan baik di dunia maupun
di akhirat. Orang yang selamat adalah orang yang menjadikan
al-Qur’an dan sunnah Nabi sebagai pembimbingnya di dunia.
Seseorang yang mahabbah terhadap al-Qur’an seolah-olah
seperti bagian dari jiwanya, setiap hari lisannya tanpa henti
melantunka kalam Ilahi. Maka al-Qur’an akan menjadi benteng
pertahanan dan akan menjauhkan orang yang suka
membacanya dari mala petaka.
c. Menjadi Kebanggaan Kedua Orang Tua
Seorang anak tidak jauh dari campur tangan orang tua
yakni dalam hal pendidikan. Kewajiban orang tua terhadap
anak adalah memberi pendidikan tentang agama supaya anak
tersebut dapat membedakan mana yang perintah dan mana
yang harus dijauhinya. Begitu juga seorang anak yang hafal al-
Qur’an, keberhasilannya tersebut pasti dibelakang ada jerih
23 Wawancara Dengan Muhammad Taufik Sebagai Santri Tahfiz}, Pada Hari Jum’at 28 Juli 2017, Pukul 14:30 WIB.
56
payah dari orang tua, maka sudah selayaknya besok di akhirat
orang tua yang mempunyai anak seorang hafidz al-Qur’an akan
diberi mahkota cahaya.
Bukan hanya di akhirat saja, tetapi didunia sudah terlihat
menjadi sosok seorang figur di masyarakat. Sudah barang pasti
orang tua merasa senang karena anaknya menjadi perbincangan
masyarakat dalam hal kebaikan.
d. Tidak Akan Fakir
Romo Kyai Halimi menerangkan bahwa seseorang yang
hatinya ada al-Qur’an dalam hal ini adalah orang yang hafal al-
Qur’an, maka perutnya tidak akan pernah kelaparan. Karena
Allah selalu memberikan rizki kepadanya. Tidak akan pernah
kekurangan apalagi kelaparan. Sebagaimana dalam hadits Nabi
menyebutkan bahwa al-Qur’an itu kaya, bagi siapa saja orang
yang mempunyai al-Qur’an tidak akan kekurangan (fakir).24
Orang yang hafal al-Qur’an adalah ahli Allah, maka tidak
akan pernah disia-siakan oleh Allah apalagi dalam urusan
duniawi. Semua kebutuhan akan dicukupi asalkan ia
bertanggung jawab menjaga apa yang menjadi kewajibannya
sebagai orang hafidz. Kehidupan di dunia terasa ringan jika
selalu dibimbing oleh SWT.
e. Dipercaya Orang Lain
Ulin Nuha menegaskan bahwa kepercayaan masyarakat
terhadap orang yang hafal al-Qur’an tidak boleh dikotori
dengan perilaku buruk seperti berbohong, jika dipondok masih
ada seorang pengasuh yang akan membimbing. Ketika
seumpama sudah terjun di masyarakat dan menjadi seorang
figur maka tidak akan ada yang berani mengingatkannya.
Sehingga akan menjadi perbincangan masyarakat tentang
24 Wawancara Dengan Muhammad Halimi Musta’in Selaku Pengasuh Pondok Pesantren
Manba’ul Qur’an, Pada Hari Rabu 26 Juli 2017, Pukul 20:00 WIB.
57
keburukannya. Maka hal yang seperti ini harus di buang jauh-
jauh.25
Diantara orang banyak dalam masyarakat, orang yang
paling dipercaya adalah orang yang hafal al-Qur’an. Karena
hatinya orang yang hafal al-Qur’an bersih dari penyakit hati
seperti suka berbohong, iri hati, suka mengadu domba dan
masih banyak yang lainnya. Keparcayaan ini tertanam di hati
masyarakat karena persepsi mereka tidak mungkin seseorang
yang lisannya sering melantunkan al-Qur’an berbohong. Sebab
kebaikan akan menjauhkan dari hal keburukan dan tidak
mungkin akan bersatu.
f. Mendapat Kemuliaan
Kemulian yang diberikan oleh Allah SWT kepada orang
yang menghafalkan al-Qur’an adalah selalu ditinggikan
derajatnya atau diutamakan dalam masyarakat umum. Sebab
orang yang hafal al-Qur’an dimasyarakat menjadi tokoh publik
figur dalam hubungan timbal balik antar warga. Kemuliaan
bagi para penghafal al-Qur’an merupakan kemuliaan yang
posisinya paling tinggi dibanding kemuliaan orang yang
mencari ilmu atau yang lainnya. Kemulian ini diperlihatkan
oleh Allah kepada para penghafal al-Qur’an sudah mulai
tampak di kehidupan dunia hingga diakhirat kelak.26
g. Jaminan Syurga
Bagi para penghafal al-Qur’an dijanjikan oleh Allah akan
menempati syurga. Sebab orang yang menghafal al-Qur’an
didalam hatinya terdapat dzat Kalamullah berupa hafalan al-
Qur’an, Inilah yang nantinya menjadikan sebab api neraka
diharamkan menjilatnya. Kelak di akhirat para penghafal al-
25 Wawancara Dengan Ulin Nuha Selaku Ketua Pondok Pesantren Manba’ul Qur’an, Pada
Hari Ahad 30 Juli 2017, Pukul 21:45 WIB. 26 Wawancara Dengan Abdul Rouf Sebagai Santri Tahfiz}, Pada Hari Jum’at 18 Agustus
2017, Pukul 19:45 WIB.
58
Qur’an menempati tingkatan-tingkatan syurga sesuai tingkatan
hafalan yang ia bisa. Sejauh mana ayat atau surat yang ia hafal
dan dibaca disisih Allah, jika ia lulus di tingkatan pertama,
maka ia diperbolehkan menaiki tangga hafalan sampai terakhir
yang ia bisa. Demikian inilah Allah menjaga al-Qur’an baik
secara tulisan maupun al-Qur’an yang berada didalam hati
manusia.27
h. Lebih Berhak Menjadi Imam Shalat
Dalam hukum fiqih orang yang hafal al-Qur’an menjadi
pilihan pertama untuk menjadi imam shalat. Apabila ada
seseorang yang ahli fiqih dan orang yang hafal al-Qur’an dalam
opsi pemilihan imam masjid atau musholla, maka orang yang
hafal al-Qur’an lebih berhak untuk dijadikan sebagai imam
dalam shalat menurut hukum fiqih.
Karena seseorang yang hafal al-Qur’an lebih fasih dalam
melafaz}kan huruf al-Qur’an, seperti halnya ketika membaca
surat al-Fatihah yang menjadi rukun dalam shalat, jika dalam
membacanya tidak fasih atau hak-hak tempat keluarnya huruf
belum terpenuhi dan termasuk rusak dalam melafaz}kannya,
maka shalatnya menjadi tidak sah atau batal.28
i. Terhindar Dari Penyakit Pikun
Pikun adalah penyakit lupa yang diderita oleh orang yang
lanjut usia. Karena seseorang yang sudah lanjut usia kinerja
otak akan kembali berkurang seperti anak kecil lagi. Bagi orang
yang menghafal al-Qur’an tidak akan terkena penyakit ini,
karena seseorang yang hafal al-Qur’an sudah mengasah otak
bagian belakang untuk mengingat sesuatu.
27 Wawancara Dengan Agus Taufiq Sebagai Santri Tahfiz}, Pada Hari Rabu 23 Agustus 2017, Pukul 16: 20 WIB.
28 Wawancara Dengan Syukron Ma’mun Sebagai Santri Tahfiz}, Pada Hari Sabtu 19 Agustus 2017, Pukul 18: 35 WIB.
59
Maka ia sudah terbiasa mengingat dan otak tersebut
mencapai kinerja aktif secara maksimal. demikian ini termasuk
olahraga otak supaya otak selalu segar dalam hal ingatan.
Memang orang yang menghafal al-Qur’an dituntut untuk
menjaga hafalan al-Qur’an sampai akhir hayatnya. Hal inilah
yang membuat otak selalu bekerja dengan normal.29
j. Mencerdaskan Dan Meningkatkan IQ
Otak cerdas adalah idaman setiap orang yang baru belajar
di lembaga pendidikan formal maupun non formal. Sebab
melalui otaklah ilmu akan diserap dan difahami kemudian
disalurkan ke hati. Seseorang yang menghafal al-Qur’an
termasuk orang yang cerdas, karena ia dapat menghafal kitab
suci al-Qur’an yang sangat tebal mulai awal hingga akhir tanpa
terkecuali.
Sungguh tidak mungkin seseorang yang bisa hafal al-
Qur’an tanpa diberi kecerdasan oleh Allah. Al-Qur’an adalah
sumber ilmu, apabila seseorang sudah mempunyai al-Qur’an,
maka ia akan lebih mudah menyerap ilmu-ilmu lainnya.
Seseorang yang dirinya terdapat al-Qur’an dan ia terus
membacanya atau menghafalnya otomatis IQ-nya akan terus
meningkat, berarti dalam dirinya terdapat kemudahan dalam
belajar lebih-lebih ilmu agama.30
k. Dapat Memberikan Syafaat Pada Keluarganya
Sebagaimana Rasulullah pernah bersabda bahwa apabila al-
Qur’an dibaca, maka al-Qur’an pada hari kiamat akan datang
sebagai penolong bagi pemiliknya dan orang terdekat atau
keluarga. Pada kehidupan dunia al-Qur’an menjadi
pembimbing yang selalu memberi petunjuk bagi yang
29 Wawancara Dengan Roisul Muhtadin Sebagai Santri Tahfiz}, Pada Hari Senin 21 Agustus 2017, Pukul 13:40 WIB.
30 Wawancara Dengan Dani Choirul Sebagai Santri Tahfiz}, Pada Hari Kamis 24 Agustus 2017, Pukul 14: 25 WIB.
60
membacanya, di alam kubur al-Qur’an menjadi teman yang
berwujud manusia yang selalu menjaganya dari segala
kesulitan dalam kubur, sedang kelak di hari kiamat adalah
sebagai pemberi syafaat selain yang diberikan oleh Nabi
Muhammad.
Al-Qur’an adalah pemberi syafaat dan pembela orang yang
memenarkannya. Seseorang yang menjadikan al-Qur’an seagai
imamnya, maka al-Qur’an akan menuntunnya ke surge.
Sebaliknya, jika seseorang menjadikan al-Qur’an
dibelakangnya, maka al-Qur’an akan menyeretnya ke neraka.
Sungguh beruntung orang yang menghafal al-Qur’an,
sebenarnya ia dalam penjagaan Allah.31
l. Menjernihkan Karat Hati
Hati merupakan sumber perbuatan seseorang, apabila
hatinya baik, maka segala perbuatan akan menjadi baik,
sebaliknya jika hati seseorang buruk, maka semua
perbuatannya akan berdampak buruk. Perlu diketahui bahwa
hati manusia bisa berkarat seperti layaknya besi yang tidak
pernah digunakan, maka ia akan berkarat dan tumpul.
Membaca al-Qur’an adalah sala satu cara yang pernah
diberitahukan oleh Rasulullah, dengan membaca al-Qur’an
maka segala karat hati akan hilang dan hati menjadi jernih
sejernih air. Apalagi seseorang yang mempunyai al-Qur’an
dalam hatinya tentu ia akan terhindar dari penyakit hati (karat
hati).32
Berdasarkan paparan diatas mengenai keutamaan dalam menghafal
al-Qur’an adalah sebagai wujud tanggung jawab dari umat Islam
selaku pemilik kitab suci yang terjaga kesuciaannya hingga hari
31 Wawancara Dengan Abdul Qolik Sebagai Santri Tahfiz}, Pada Hari Ahad 27 Agustus 2017, Pukul 14: 40 WIB.
32 Wawancara Dengan Ulin Nuha Selaku Ketua Pondok Pesantren Manba’ul Qur’an, Pada Hari Ahad 27 Agustus 2017, Pukul 21:45 WIB.
61
kiamat. Selain itu al-Qur’an dianggap sakral dan merupakan mukjizat
Nabi Muhammad, al-Qur’an dipercaya dapat memberi bimbingan dan
keselamatan kepada seseorang yang mau berpegang teguh kepadanya.
Adapun para santri menghafal al-Qur’an adalah suatu keharusan sebab
pendidikan ini hanya didapat di pondok pesantren atau lembaga
pendidikan Islam sekaligus sebagai bibit generasi penerus para Ulama.
3. Hambatan Para Santri Tahfiz} Dalam Menghafalkan Al-Qur’an
Untuk mencapai derajat tertinggi memang ada hambatan yang
harus dihadapi sebagai ujian bagi orang yang menghafalkan al-Qur’an.
Bagi penghafal al-Qur’an memang ada tingkatan derajat sendiri-sendiri
tergantung beban ujian berhasil atau tidaknya yang dihadapi.
Berdasarkan data yang diperoleh peneliti hambatan-hambatan dalam
menghafalkan al-Qur’an bagi santri dapat dikelompokkan menjadi 2
yaitu hambatan yang sifatnya timbul dari diri sendiri seperti (malas
tadarrus, rasa kantuk yang luar biasa ketika buat hafalan, kesulitan
menghafal), dan hambatan yang sifatnya timbul dari orang lain seperti
(gangguan ekonomi keluarga, gangguan asmara, sakit).
Sedangkan menurut Muhammad Haramain Halimi sebagai
penasehat huffaz} menerangkan:
“Cobaane wong sing ngapalno Qur’an iku werno-werno, mulai kawitan, pertengahan, arep khatam yo ono godaane opo maneh yen arep lanyah mesthi ono wae godaane. Mulo yen ngapalno Qur’an atine ditoto sing temenanan supoyo ora mandek neng tengah dalan. Nanging cobaane sing paling akeh yo iku gangguan asmara, ekonomi keluarga, lan loro awake. Awakmu kudu sabar lan tetep istiqamah tadarruse.”33
Cobaannya orang yang menghafalakan al-Qur’an itu bervariasi,
mulai awalan, pertengahan, akan khatam juga ada godaannya apalagi
jika akan lancar pasti ada saja godaannya. Maka jika menghafalkan al-
Qur’an hatinya ditata yang sungguh-sungguh supaya tidak berhenti
33 Wawancara dengan Muhammad Haramain Halimi Selaku Pengasuh, Pada Hari Rabu
26 Juli 2017, pukul 14:00 WIB.
62
ditengah jalan. Tetapi cobaan yang paling banyak yaitu gangguan
asamara, ekonomi keluarga, dan sakit badannya. Kalian harus sabar
dan tetap istiqamah tadarrusnya.
Adapun Penjelesan tentang hambatan-hambatan bagi santri
tahfiz} tingkat remaja di pondok pesantren Manba’ul Qur’an sebagai
berikut:
a. Gangguan asmara
Persoalan ini muncul karena kebanyakan orang yang
menghafalkan al-Qur’an rata-rata usia mereka menginjak masa
remaja. Masa ini merupakan usia dimana seseorang mulai
menyukai lawan jenis. Akan tetapi ini tidak menjadi faktor
yang berarti jika seseorang bisa menyikapi dengan positif
tergantung individual masing-masing. Gangguan asmara jika
disikapi dengan positif maka akan memicu semangat dalam
menghafalkan al-Qur’an karena ada yang memotivasi.
Tetapi perlu diingat harus ada batasan jangan sampai
lengah dalam kesenangan malah nanti bisa terjerumus dalam
tanda kutip ingin cepat menikah, padahal tugas dan tanggung
jawabnya belum selesai. Sehingga pada akhirnya berhenti
ditengah jalan tidak dapat menyelesaikan hafalannya sampai
khatam dan lancar.
b. Faktor Ekonomi
Dalam mencari ilmu urusan ekonomi menjadi hal yang
sangat penting sekali. Seorang yang pergi mencari ilmu dalam
lembaga Pendidikan formal maupun non-formal memang harus
ada biaya hidup atau biaya pendidikan. Jika kebutuhan ini tidak
terpenuhi, maka masalah ini akan menjadi hambatan yang
sangat signifikan. sebab biaya menjadi syarat yang utama
dalam mencari ilmu. Begitu juga seseorang yang menghafalkan
al-Qur’an, ketika sedang menimba ilmu di pondok pesantren ia
membutuhkan biaya hidup untuk diri sendiri dan biaya iuran
63
lainnya seperti kebutuhan membayar listrik. Jika kebutuhan ini
terhambat, maka akan mengganggu proses berjalannya
menghafalkan al-Qur’an.34
c. Gangguan Sakit
jika seseorang sudah terjun ke dunia menghafalkan al-
Qur’an terkadang penyakit datang. Faktor penyakit ini harus
dihadapi dengan penuh rasa sabar jangan sampai mematahkan
semangat dalam menyelesaikan hafalan Qur’annya. Karena
factor ini memang diluar reka daya manusia, maka manusia
harus berusaha sedangkan hasil pasrahkan semuanya kepada
Allah SWT. Dalam masalah ini yang paling penting semangat
menghafal harus tetap optimis.
d. Malas-malasan
Malas-malasan adalah hambatan yang mendasar bagi
setiap seseorang yang sedang menghafal al-Qur’an. Karena
sudah menjadi sifat manusia yang ingin hidup enak tanpa jerih
payah. Sedangkan jika seseorang ingin hidup yang mulia, maka
seseorang harus berusaha dengan sungguh-sungguh untuk
menggapai apa yang menjadi tujuannya. Apalagi proses
menghafal al-Qur’an banyak sekali gangguannya, yang
mengharuskan seseorang harus bekerja ekstra.
Karena menghafal al-Qur’an selain meluangkan waktu
yang benar-benar luang, seseorang harus mencari ketenangan
hati dan fikiran agar ayat demi ayat yang dihafalkan dengan
sangat mudah masuk dalam hati dan mudah diingat. Akan
tetapi permasalahan malas bukan menjadi penghalang yang
berarti, seseorang harus lebih mengetahui dibagian mana ia
34 Wawancara Dengan Ali Ihsanto Sebagai Ketua Huffaz}, Pada Hari Jum’at 28 Juli 2017, Pukul 19:23 WIB.
64
mempunyai kelemahan dalam menghafal al-Qur’an, supaya
bisa diantisipasi segera.35
e. IQ Lemah
IQ yang lemah adalah seseorang yang kekurangan dalam
kecerdasan baik itu menangkap materi maupun mengingatnya.
Seseorang yang menghafal al-Qur’an sedang ia mempunyai
lemah kecerdasannya. Maka seseorang yang mempunyai
masalah ini, supaya lebih kiat lagi dan bekerja dua kali
dibanding seseorang yang mempunyai kecerdasan normal.
Persyaratan dalam menghafal al-Qur’an tidak harus
cerdas, namun seseorang yang menghafal al-Qur’an diperlukan
ketekunan. sebab Allah mempermudah al-Qur’an untuk dihafal
sebagaimana hikmah turunnya al-Qur’an yang berangsur-
angsur supaya mudah dimasukkan dalam dada. Apabila al-
Qur’an sering dibaca dan diulang-ulang, maka seseorang tidak
akan merasa bosan bahkan hafalan yang sulit akan menjadi
lebih mudah bersamaan turunnya rahmat Allah SWT.
f. Mudah Mengantuk
Problem ini merupakan kebiasaan seseorang yang
menghafal al-Qur’an, faktor ini disebabkan lelahnya fisik dan
fikiran yang harus kejar target setoran hafalan. Masalah ini
memang mendera bagi sebagian seseorang yang menghafal al-
Qur’an, akan tetapi sesungguhnya mereka dilatih untuk
membiasakan diri dengan waktu yang tidak selalu luang,
supaya kelak setelah sudah tidak berada di pondok dan sibuk
dengan kegiatan masing-masing agar tidak kaget.
Masalah mudah mengantuk bisa diatasi dengan minum
kopi atau minum minuman suplemen supaya tidak mengantuk
dan tetap fokus dengan hafalan. Mungkin permasalahan
35 Wawancara Dengan Sairozi Sebagai Santri Tahfiz}, Pada Hari Senin 31 Juli 2017, Pukul 14:00 WIB.
65
mengantuk juga bisa disebabkan karena membaca al-Qur’an
maka hati seseorang terasa tenang dan hingga akhirnya
mengantuk. selain meminum minuman yang membuat melek
juga bisa di antisipasi dengan tidur terlebih dahulu sebelum
menghafal.36
g. Gangguan teman
Gangguan ini disebabkan karena salah memilih
pergaulan dengan seseorang. Seseorang yang menghafal al-
Qur’an sebaiknya mencari pergaulan teman yang sama-sama
menghafal al-Qur’an, sebab jika teman sejurusan sama-sama
menghafal al-Qur’an maka akan bisa saling mengingatkan
tanggung jawabnya sebagai penghafal al-Qur’an. Teman yang
tidak menghafal al-Qur’an mereka akan lebih tidak
memperhatikan mana waktu buat menghafal atau melakukan
tugas yang menjadi tanggung jawabnya.37
Berdasarkan beberapa problematika yang menghambat dalam
proses menghafal al-Qur’an sebenarnya bisa diantisipasi menurut
kemampuan individu masing-masing. Seseorang yang ingin terjun ke
dunia tahfiz} maka mereka harus mempersiapkan hati dan keinginan
yang kuat agar mereka tidak lengah jika tertimpa masalah yang
menghambatnya dalam proses menghafal al-Qur’an nantinya.
Ketekunan yang akan mempengaruhi individu dalam keberhasilannya
dalam menghafal kitab suci.
C. Analisis Data
1. Analisis Motivasi Santri Tahfiz} Tingkat Remaja Dalam
Melakukan Mudarasah Al-Qur’an
36 Wawancara Dengan Muhammad Taufik Sebagai Santri Tahfiz}, Pada Hari Jum’at 28 Juli 2017, Pukul 15:00 WIB.
37 Wawancara Dengan Ulin Nuha Selaku Ketua Pondok Pesantren Manba’ul Qur’an, Pada Hari Ahad 30 Juli 2017, Pukul 21:45 WIB.
66
Mudarasah al-Qur’an adalah membaca al-Qur’an secara
hafalan dengan membuat kelompok yang berisikan beberapa orang,
satu membaca sedangkan yang lain menyimak dan saling
mengingatkan apabila ada kesalahan atau lupa hafalannya. Kegiatan ini
dibentuk karena kekhawatiran akan mudahnya lupa hafalan al-Qur’an.
Orang yang lupa terhadap hafalan al-Qur’an hukumnya dosa. An-
Nawawi dan Ibn Hajar al-Haitami menjelaskan bahwa lupa terhadap
al-Qur’an yang pernah dihafalkan adalah dosa besar.
Nabi SAW bersabda yang artinya: “Ditunjukkan kepadaku
dosa-dosa umatku. aku tidak melihat dosa yang sangat besar selain
sebuah ayat atau surat al-Qur’an yang pernah dihafalkan oleh
seseorang kemudian dilupakannya.”38 (HR. at-Tirmidzi)
Dalam hadits yang lain Nabi SAW bersabda yang artinya:
“Tidaklah seseorang yang hafal al-Qur’an kemudian melupakannya
kecuali pada hari kiamat kelak akan bertemu dengan Allah dalam
keadaan berpenyakit kusta.”39 (HR. Abu Dawud)
Hadits diatas merupakan perintah menjaga dan mengingat-
ingat al-Qur’an dan peringatan (ancaman) bagi orang yang
melupakannya.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Sayyid Muhammad Alwi
al-Maliki, Nabi SAW bersabda yang artinya: “jagalah al-Qur’an. Demi
dzat yang menguasai diri Muhammad, sungguh al-Qur’an lebih cepat
lepas (dari hafalan) dibanding kecepatan unta lari dari ikatannya.
Penyebab sebagian kamu lupa pada hafalan (al-Qur’an) adalah karena
kamu meninggalkan amal Qur’ani. Barang siapa cenderung pada
pendapat (al-Qur’an cepat lepas) hendaklah memperhatikannya. Orang
yang menjaga al-Qur’an, sesungguhnya derajat kenabian ada diantara
38 Muhammad Bin ‘Isa Bin Saurah Bin Musa Al-Dhahak Al-Tirmidzi Abu Musa, Al-
Jami’ Al-Kabir Sunan Al-Tirmidzi, Daru Al-Gharbi Al-Islami, Beirut, (Hadits No. 2840), 1998, hlm. 158.
39 Abu Dawud Sulaiman Bin Al-Asy’ats Bin Ishaq Bin Basyir Bin Syaddad Bin ‘Amr Al-Azdi, Sunan Abi Dawud, Maktabah Al-‘Ashriyah, Beirut, (Hadits No. 2160), Tth, hlm. 272.
67
kedua bahunya. Dia termasuk ahli Allah dan mendapat kekhususan di
hadapan-Nya. Orang yang mendudukinya lebih berkesempatan
menduduki kedudukan keagamaan dibanding orang yang tidak
mempunyainya. Meninggalkan menjaga al-Qur’an menimbulkan
kebodohan.”40
Hadits diatas memberi pengetahuan bahwa lupa hafalan al-
Qur’an dikarenakan lemahnya seseorang yang tidak mengamalkan al-
Qur’an sehingga mudah lupa. Orang yang menghafalkan al-Qur’an
sebenarnya diberi kemudahan oleh Allah, adapun yang menjaga al-
Qur’an dalam dada manusia pada hakikatnya adalah Allah, sedangkan
seseorang hanya diwajibkan terus-menerus membaca hafalannya
adapun urusan lupa atau tidaknya sudah diluar tanggung jawab.
Al-Qur’an memiliki kehadiran yang misterius, disebut dengan
“magis”, karena disamping menjadi sumber doktrin Islam, etika,
sejarah suci. “magis” ini juga tidak bisa diterjemahkan dan hanya
memperoleh pengalamannya dalam Bahasa wahyu semata. Sementara
kandungan diterjemahkan ke dalam Bahasa-bahasa lainnya. “magis”
ini tidak bisa dipisahkan dari kehadiran spiritual sonoral wahyu, yang
mengambil jiwa manusia seperti jaringan yang dilemparkan kedalam
lautan agar bisa mengembalikan jiwa dari wilayah keragaman kedalam
kesatuan.41
Supremasi keajaiban Islam, pada kenyataannya dianggap
terletak pada Balagat (keindahan bahasa) al-Qur’an, yang merupakan
propotipe bahasa kaum Muslim. Balaghat ini yang banyak
diperdebatkan oleh kalangan ilmuwan Muslim selama beberapa abad,
tidak terleak pada susunan kata-kata dalam kekuatan ungkapan puitik,
seperti dalam tingkat inspirasi sebagai hasil dari cahaya setiap kalimat,
kata, dan setiap surat dengan kehadiran spiritual dan seperti cahaya
40 Sayyid Muhammad Alwi Al-Maliki, Keistimewaan-Keistimewaan Al-Qur’an,
terjemahan oleh Nur Faizin, Mitra Pustaka, Yogyakarta, 2001, hlm. 194. 41 Marzuki wahid, Studi al-Qur’an Kontemporer Perspektif Islam dan Barat, Pustaka
Setia, Bandung, 2005, hlm. 35
68
yang dibekukan dalam bentuk nyata.42 Sedangkan dalam pandangan
masyarakat al-Qur’an dipahami sebagai kitab suci yang harus dijaga
kesuciannya sampai besok kelak di hari kiamat. Masyarakat Muslim
terpanggil jiwanya supaya menjaga setiap kalimat, kata, dan setiap
surat al-Qur’an yang merupakan mukjizat Nabi Muhammad dari
campur tangan manusia seperti kitab-kitab Tuhan yang diturunkan
sebelumnya.
Termasuk dar keistimewaan al-Qur’an adalah Allah menjamin
pemeliharaan al-Qur’an dari perubahan dan penggantian lafaz}-
lafaz}nya. Hanya Allah sajalah yang mamp memelihara. Sebagaimana
firman Allah:
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. “(QS. al-Hijr: 9)
Sebagaimana dalam Tafsir Jalalain diterangkan sebagai berikut:
سْمِ إنا أحوْ فحصْل }ن ح حَْكِيد ِِ حَْنُ{ اَ اَ لحهُ ر{ الْقُرْآن }وح ا الذ كِْ لْنح زا }إ إِ قْصة وحالن ا دح يح حَحافِظوُنح{ مِنْ الت ابْدِيل وحالتاحْريِف وحالز ِ
Imam Jalaluddin mengatakan pada hakikatnya hanya Allah
sajalah yang mampu menjaga kemurnian al-Qur’an dari penggantian,
perubahan, penambahan dan pengurangan. Akan tetapi dalam hal ini
tentu saja lewat perantara manusia dalam menjaganya.43 Umat Islam
mempunyai tugas yang besar atas al-Qur’an untuk menjaga kemurnian
dari penggantian lafaz} dan perubahan, dilakukan oleh para manusia
yang tidak bertanggung jawab, seperti kitab Allah yang diturunkan
kedunia sebelum al-Qur’an yaitu kitab Taurat, Zabur, dan Injil. Kitab
42 Ibid., hlm. 36. 43 Jalaluddin Muhammad Bin Ahmad al-Mahalli, Tafsir Al-Qur’an Al-‘Adzim, Al-
Haramain, Surabaya, 2007, hlm. 211.
69
tersebut yang sekarang sudah tidak sesuai aslinya. Namun perlu diingat
bahwa Allah yang memberi kemampuan untuk menjaga al-Qur’an
sedangkan orang Islam hanya sebagai perantara dan harus berusaha.
Jaminan pemeliharaan al-Qur’an berbeda dengan pemeliharaan
hadits. Pada hadits terjadi penyusunan dan pengubahan (dikenal
dengan hadits maudhu’). Fase berikutnya bangkit ulama terpercaya
yang mengadakan penyaringan antara yang shahih dengan yang tidak.
Pada kitab-kitab samawi yang diturunkan oleh Allah, selain al-Qur’an,
terjadi pula perubahan.44 Firman Allah mengenai hal ini:
“(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuki mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka merubah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit diantara mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka dan biarkan mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (QS. al-Ma’idah: 13)45
Hukumnya haram meriwayatkan al-Qur’an secara makna,
mengganti atau merubah lafaz}, titik dan harakatnya. Orang yang
berakal wajib mengikuti al-Qur’an sesuai yang tertulis Utsmani dan
orang yang ahli mengenainya, karena merupakan wakil bagi para
manusia. Menurut suatu riwayat bahwa orang yang merubah satu huruf
al-Qur’an dengan sengaja, hukumnya kafir. Termasuk kafir juga orang
44 Sayyid Muhammad Alwi al-Maliki, Keistimewaan-keistimewaan al-Qur’an, Mitra
Pustaka, Yogyakarta, 2001, hlm. 183. 45 Al-Qur’an dan terjemahan, CV Toha Putra, Semarang, Tt, QS. al-Ma’idah: 13.
70
yang menambah, mengurangi atau mengganti sesuatu bagian dari yang
tertulis dalam al-Qur’an.
Alasan haram mengubah bagian al-Qur’an dan kafir bagi yang
melakukannya adalah karena malaikat Jibril menyampaikan al-Qur’an
secara lafaz}, tidak diperkenankan secara makna. Ini mengandung
maksud agar lafaz} al-Qur’an tetap menjadi sarana ibadah dan bernilai
mukjizat. Orang tidak mampu menyusun lafaz} yang setingkat dengan
lafaz} al-Qur’an, bahkan dibawahnya sekalipun. Setiap huruf al-Qur’an
mempunyai banyak makna, seorang pun tidak mampu mengganti apa
yang terkandung didalamnya. Ini berbeda dengan hadits yang boleh
menukilnya secara makna.46
Terdapat berbagai cara seseorang dalam menjaga hafalan al-
Qur’an, namun cara yang paling banyak digunakan di pondok
pesantren al-Qur’an adalah metode Mudarasah (membaca al-Qur’an
secara hafalan dengan bergantian sedangkan yang lainnya menyimak).
Adapun kelebihan-kelebihan menjaga hafalan dengan metode
Mudarasah al-Qur’an adalah sebagai berikut:
1) Teliti dalam hafalan al-Qur’an. karena al-Qur’an terjaga
kesuciannya dari pengubahan, pengurangan, dan penggantian
pada setiap hurufnya. Maka hafalan al-Qur’an harus berani di
sima’ orang lain, terlebih di depan orang banyak, supaya
meminimalisir kesalahan dalam hafalan al-Qur’an yang belum
ditemukan oleh dirinya sendiri.
2) Mengasah mental. Sebab mudarasah al-Qur’an yang berada di
pondok pesantren merupakan latihan uji mental, jikalau besok
membaca al-Qur’an secara hafalan dihadapkan dengan orang
banyak sudah terbiasa. Membaca al-Qur’an di hadapan orang
banyak juga merupakan syiar supaya meningkatkan gemar
membaca al-Qur’an.
46 Sayyid Muhammad Alwi al-Maliki, Keistimewaan-keistimewaan al-Qur’an, Mitra
Pustaka, Yogyakarta, 2001, hlm. 184-185
71
3) Bisa mengukur kelancaran hafalan al-Qur’an dengan teman.
Dengan membaca al-Qur’an di depan teman-teman yang sama
sebagai penghafal al-Qur’an, maka ia dapat lebih mudah untuk
membandingkan tingkat kelancaran dirinya sendiri dengan
teman yang lain.
4) Dapat Bertukar fikiran tentang kesulitan yang berhubungan
dengan hafalan al-Qur’an. Di situlah seorang penghafal al-
Qur’an dapat bertukar pengalaman tentang kesulitannya dalam
menjaga hafalan al-Qur’an.
5) Mempunyai teman banyak. Karena mudarasah al-Qur’an
dilakukan oleh orang banyak, maka seseorang tersebut akan
mendapatkan teman yang banyak sesama penghafal al-Qur’an.
6) Saling mengingatkan jika ada kesalahan dalam bacaan.
Mudarasah al-Qur’an memang digagas oleh para Ulama ahli al-
Qur’an supaya dapat menemukan kesalahan-kesalahan dalam
membaca al-Qur’an. Dengan tujuan agar bacaannya benar-
benar bisa dipastikan tidak ada yang salah. Karena al-Qur’an
terhindar dari kesalahan.
2. Analisis Persepsi Para Santri Tahfiz} Tingkat Remaja Tentang
Keutamaan Menghafal Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah kalam Allah yang bersifat mukjizat,
diturunkan kepada penutup para Nabi dan Rasul dengan perantaraan
Malaikat Jibril diriwayatkan kepada manusia secara mutawatir,
membacanya bernilai ibadah dan tidak ditolak kebenarannya. Selain
itu al-Qur’an juga berkedudukan sebagai petunjuk bagi umat manusia
dalam segala hal. Ia diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
Ummi (tidak dapat membaca dan menulis), oleh karena itu, Nabi
Muhammad memfokuskan segala kemampuannya untuk menghafal
dan menghayati agar dapat menguasai al-Qur’an.
72
Karena kondisinya yang demikian (tidak dapat membaca dan
menulis), maka tidak ada jalan lain, selain menerima wahyu dengan
jalan hafalan. Setelah ayat diturunkan atau satu surat diterima, maka
beliau segera menghafalkannya kemudian mengajarkannya kepada
para sahabat sehingga mereka benar-benar menguasai dan hafal. Inilah
metode menghafal al-Qur’an yang tepat saat itu. Kenyataan tersebut
sejalan dengan kebiasaan bangsa Arab pada saat itu yang masih
mengedepankan komunikasi lisan.47
Ketika Rasulullah SAW mendapat wahyu, beliau sangat ingin
segera menguasai al-Qur’an yang diturunkan. Ia menggerakkan kedua
lidah dan bibirnya karena takut apa yang turun itu akan terlewatkan,
maka ia segera ingin menghafalnya. Maka Allah menurunkan ayat:
“Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya. Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kamilah penjelasannya.” (QS. al-Qiyamah: 16-19). 48
Ibnu Abbas berkata, maksdnya adalah Kami-lah yang
bertanggung jawa mengumpulkannya didalam dadamu, kemudian
kami akan membacakannya. Firman Allah, “apabila Kami telah
membacanya,” artinya, “apabila kami telah menurunkannya
kepadamu.” Makna ayat “maka ikutilah bacaannya itu” adalah
dengarkan dan perhatikanlah ia. Adapun ayat, “kemudian, atas
47 Imam Musbikin, Mutiara Al-Qur’an Khazanah Ilmu Tafsir dan Al-Qur’an, Jaya Star Nine, Madiun, 2014, hlm. 341.
48 Al-Qur’an dan terjemahan, CV Toha Putra, Semarang, Tt, QS. al-Qiyamah: 16-19
73
tanggungan Kami-lah penjelasannya,” yakni menjelaskannya melalui
lisanmu. Dalam redaksi yang lain dikatakan, “atas tanggungan Kami-
lah membacakannya.” Maka setelah ayat ini turun, Rasulullah diam
apabila Jibril datang. Dalam redaksi yang berbeda, “beliau
mendengarkan.” Dan apabila Jibril telah pergi, barulah beliau
membacanya sebagaimana diperintahkan Allah.”49
Seperti inilah Allah mewariskan al-Qur’an kepada hambanya
yang terpilih. Berarti orang yang menghafalkan al-Qur’an adalah orang
yang dianggap mampu oleh Allah dalam menjaga kesucian al-Qur’an
dan bukan sembarangan orang. Seseorang yang menghafal al-Qur’an
tidak boleh ragu takut akan lupa hafalannya, sebab Allah akan
mempermudahkannya.
Menghafal al-Qur’an hukumnya adalah fardhu kifayah.
artinya, penghafal al-Qur’an tidak boleh kurang dari jumlah
mutawattir sehingga tidak ada kemungkinan terjadi pemalsuan dan
pengubahan terhadap ayat-ayat suci al-Qur’an. Al-Qur’an dikenal oleh
manusia dari berbagai ciri dan sifatnya. Salah satu ciri dan sifat al-
Qur’an adalah dijamin keaslian dan kemurniaannya oleh Allah SWT.
Sifat ini tidak dimiliki oleh kitab-kitab suci sebelumnya.
Kemurniannya senantiasa terjaga sejak diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW sekarang dan sampai hari kiamat kelak. Hal ini
terjadi karena dalam lafaz}-lafaz} al-Qur’an, baik redaksi maupun ayat-
ayatnya mengandung keindahan, kenikmatan dan kemudahan.
Hal ini memudahkan bagi orang yang sungguh-sungguh untuk
menghafal dan menyimpan al-Qur’an dalam hatinya. Allah SWT
berfirman, “sesungguhnya Kamilah yang menurunkan al-Qur’an dan
sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (QS. al-Hijr: 9).
Ayat diatas menerangkan bahwa Allah –lah yang menjamin
pemeliharaan terhadap kemurnian al-Qur’an. Namun, tugas
operasional nyata dilakukan oleh umat Islam sebagai wujud dari
49 Manna al-Qathan, Pengantar Studi Ilmu al-Qur’an, Pustaka al-Kautsar, 2005, hlm. 151.
74
tanggung jawab pemiliknya. Selain itu alasan pentingnya menghafal
al-Qur’an adalah hikmah diturunkannya al-Qur’an secara berangsur-
angsur merupakan isyarat dan dorongan kepada umat Islam untuk
menghafalnya. Mereka harus menjadikan Rasulullah sebagai figur
yang dipersiapkan oleh Allah untuk menerima wahyu secara hafalan.50
Adapun keutamaan menghafal al-Qur’an menurut al-Qur’an
dan Hadits adalah sebagai berikut:
a. Penghafal al-Qur’an adalah manusia pilihan Allah SWT
untuk menerima warisan kitab suci tersebut. Allah SWT
menerangkan dalam QS. Fatir ayat 32. “Kemudian Kitab
itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di
antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada
yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka
ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula)
yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah.
Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar.”51
b. Menghafal al-Qur’an adalah ibadah yang paling utama dan
jamuan kepada kekasih-Nya. Allah SWT menerangkan
dalam QS. Fatir ayat 29. “Sesungguhnya orang-orang yang
selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan
menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami
anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan
terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan
yang tidak akan merugi.”52
c. Penghafal al-Qur’an menjadi manusia terbaik. “Hujjaj bin
Minhal telah menyampaikan kepada Kami, Syu’bah telah
menyampaikan kepada Kami, dia berkata, ‘Alqamah bin
Mursad telah mengabarkan kepada Saya, dia berkata, saya
50 Imam Musbikin, Mutiara Al-Qur’an Khazanah Ilmu Tafsir dan Al-Qur’an, Jaya Star
Nine, Madiun, 2014, hlm. 342. 51 Al-Qur’an dan terjemahan, CV Toha Putra, Semarang, Tt, QS. Fatir: 32. 52 Ibid., QS. Fatir: 29.
75
telah mendengar Sa’d bin ‘Ubaidah, dari ‘Abdurrahman
As-Sulami, dari Usman ra. Berkata, Nabi SAW. Telah
bersabda, ‘Sebaik-baik Kamu adalah orang yang
mempelajari al-Qur’an kemudian mengajarkannya’.”53
(HR. Bukhari).
d. Penghafal al-Qur’an mendapat kenikmatan yang tiada
bandingnya. “Ali bin Ibrahim telah menyampaikan kepada
Kami, dia berkata, Rauh telah menyampaikan kepada
Kami, dia berkata, Syu’bah telah menyampaikan kepada
Kami, dari Sulaiman, dia berkata, Saya telah mendaengar
dari Dukwan, dari Abu Hurairah ra. Berkata, Bahwasanya
Rasulullah SAW telah bersabda, ‘Tidak boleh
menginginkan sesuatu yang dimiliki oleh orang lain
kecuali dua hal: yaitu orang yang telah diberi oleh Allah
keahlian dalam al-Qur’an maka dia melaksanakannya
(mengamalkannya) pada malam dan siang. Dan seseorang
yang diberi harta oleh Allah kemudian ia menginfakkannya
sepanjang siang dan malam’.”54 (HR. Bukhari).
e. Penghafal al-Qur’an mendapat syafaatnya di hari kiamat.
“Hasan bin ‘Ali Al-Huluwan telah menyampaikan kepada
Saya, Abu Taubah telah menyampaikan kepada Kami,
Mu’awiyah telah menyampaikan kepada Kami,
bahwasanya dia telah mendengar Aba Salmah berkata, Abu
Umamah Al-Bahili ra. Telah menyampaikan kepada Kami,
Rasulullah SAW telah bersabda, ‘Bacalah al-Qur’an,
sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat untuk
memberi pertolongan kepada ahlinya (orang yang
53 Muhammad Bin Ismail Abu Abdullah Al-Bukhari Al-Ja’fi, Al-Jami’ Al-Musnad Al-
Shahih Min Umuri Rasulillah Saw Wa Sunanuhu Wa Ayyamih, Daru Thauqu al-najah, 1422, (Hadits No. 4639), hlm. 439.
54 Muhammad Bin Ismail Abu Abdullah Al-Bukhari Al-Ja’fi, Al-Jami’ Al-Musnad Al-Shahih Min Umuri Rasulillah Saw Wa Sunanuhu Wa Ayyamih, Daru Thauqu al-najah, 1422, (Hadits No. 4638), hlm. 437.
76
membaca, menghafal dan mengamalkannya)’.”55 (HR.
Muslim).
f. Penghafal al-Qur’an mendapat pahala berlipat ganda.
“Muhammad bin Basyar telah menyampaikan kepada
Kami, Abu Bakar Al-Hanafi telah menyampaikan kepada
Kami, Ad-Dahak bin ‘Usman telah menyampaikan kepada
Kami, dari Ayub bin Musa, dia berkata, Saya telah
mendengar Ka’ab Al-Qarzai, dia berkata, Saya telah
mendengar ‘Abdullah bin Mas’ud ra. Berkata, Rasulullah
SAW telah bersabda, ‘Barang siapa yang membaca satu
huruf dari al-Qur’an maka untuknya satu kebaikan, dan
satu kebaikan dilipatgandakan menjadi 10 kebaikan. Saya
tidak mengatakan alif lam mim satu huruf, tetapi alif satu
huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf’.”56 (HR.
Tirmidzi).
g. Penghafal al-Qur’an akan dikumpulkan bersama para
Malaikat. Dari ‘Aisyah ra. Berkata, Rasulullah SAW
bersabda, “Orang yang membaca al-Qur’an dan dia mahir
dalam membacanya maka dia dikumpulkan bersama para
Malaikat yang mulia lagi Berbakti. Sedangkan orang yang
membaca al-Qur’an dan dia masih terbata-bata dan
merasa berat dalam membacanya maka dia mendapat dua
pahala”.57 (HR. Bukhari).
h. Penghafal al-Qur’an adalah keluarga Allah SWT.
Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Imam
Ahmad berkata, ‘Abdullah telah menyampaikan kepada
55 Muslim Bin Al-Hajjaj Abu Al-Hasan Al-Qusyairi Al-Naisaburi, Al-Musnad Al-Shahih Al-Mukhtashar Binaqli Al-‘Adli Ani Al-‘Adli Ila Rosulillah, Tt, (Hadits No. 1337), hlm. 231.
56 Muhammad Bin ‘Isa Bin Saurah Bin Musa Al-Dhahak Al-Tirmidzi Abu Musa, Al-Jami’ Al-Kabir Sunan Al-Tirmidzi, Daru Al-Gharbi Al-Islami, Beirut, (Hadits No. 2835), hlm. 153.
57 Muhammad Bin Ismail Abu Abdullah Al-Bukhari Al-Ja’fi, Al-Jami’ Al-Musnad Al-Shahih Min Umuri Rasulillah Saw Wa Sunanuhu Wa Ayyamih, Daru Thauqu Al-Najah, 1422, (Hadits No. 4556), hlm. 267.
77
Kami, dari bapaknya, dari Abu ‘Ubaidah Al-Hadad, dari
Abdurrahman bin Badil bin Maisarah, ia berkata, Bapakku
telah menceritakan kepadaku dari Anas, dia berkata,
Rasulullah SAW telah bersabda, “Sesungguhnya Allah itu
mempunyai keluarga yang terdiri dari manusia”. Kata
Anas selanjutnya, “lalu Rasulullah SAW ditanya,
“siapakah mereka itu wahai Rasulullah?” Beliau
menjawab, “Ya ahli al-Qur’an (orang yang membaca atau
menghafal al-Qur’an dan mengamalkan isinya). Mereka
adala keluarga Allah dan orang-orang yang istimewa bagi
Allah”.58 (HR. Ahmad).
Berdasarkan dalil diatas, orang yang menghafal al-Qur’an
mempunyai keutamaan-keutamaan yang sangat banyak. Berkedudukan
yang paling tinggi dibanding orang yang tidak mempunyai al-Qur’an
dalam dadanya. Bahkan baik al-Qur’an maupun al-Hadits
menyebutkan seseorang yang menghafal al-Qur’an adalah orang yang
istimewa. Maka orang yang menghafal al-Qur’an jangan takut lupa
hafalannya, sesungguhnya derajat kenabian ada diantara kedua
bahunya.
3. Analisis Hambatan Para Santri Tahfiz} Dalam Menghafalkan Al-
Qur’an
Setiap seseorang melakukan suatu amalan, terlebih bila amalan
tersebut dapat mendatangkan sebuah pahala tentu untuk mencapainya
sangatlah berat. Problematika akan muncul disaat seseorang
mempunyai suatu keinginan untuk menghafal al-Qur’an. Berikut ini
akan dijelaskan beberapa permasalahan dalam menghafal al-Qur’an
yang bisa saja muncul. Beberapa permasalahannya adalah sebagai
berikut:
58 Abu Abdullah Ahmad Bin Muhammad Bin Hanbal Bin Hilal Bin Asad Al-Syaibani,
Musnad Al-Imam Ahmad Bin Hanbal, Tt, (Hadits No. 11844), hlm. 390.
78
a. Hafalan Lupa Lagi
Lupa adalah suasana tidak ingat yang bukan dalam
keadaan mengantuk atau tidur. Lupa merupakan suatu masalah
yang tidak hanya dialami oleh sebagian kecil penghafal al-
Qur’an, namun hampir seluruh para penghafal al-Qur’an
mengalaminya. Hal yang biasa terjadi adalah bahwa ayat yang
dihafal di pagi hari telah hafal dengan lancar, namun disaat
mengerjakan soal lain, sore harinya tidak membekas, bahkan
bila dicoba langsung diperdengarkan (disetorkan) kepada guru
pembimbing satu ayat pun tidak terbayang.
Seorang ahli psikologi Ebbinghaus merupakan salah
seorang pionir yang melakukan penyelidikan permasalahan
ingatan manusia. Hasil penyelidikan menyatakan; sesudah satu
jam 50% dari bahan yang dipelajarinya akan dilupakan,
sesudah sembilan jam 8% lagi yang diingat, setelah dua hari
bertambah lagi 6% dan sesudah satu bulan bertambah 7% lagi.
Dengan kata lain 70% jumlah yang dilupakan dalam sebulan
terjadi pada satu jam pertama (50/71x100%). Jadi alangkah
lebih baiknya untuk secepat mungkin seseorang menyegarkan
hafalan tanpa menunggu lebih lama lagi.
Dengan demikian solusi yang harus dilakukan adalah
sebagaimana penjelasan sebagai berikut: (a) Tidak
meninggalkan hafalan baru terlalu lama, karena hafalan baru
sangatlah mudah hilang. (b) Mengulangi hafalan. Lupa
terkadang mencapai puncaknya sehingga sulit untuk
mengulangi apa yang telah dihafal. Maka disini harus diulangi
sejumlah hafalan yang telah lupa untuk menyegarkan ingatan.
Pengetahuan modern mengatakan bahwa materi yang dilupakan
persis setelah dihafal akan memerlukan waktu yang lebih
sedikit dari pada waktu untuk menghafal suatu teks yang tidak
pernah dipelajari sebelumnya. Jadi mengulang-ulang hafalan
79
yang lupa itu lebih mudah dari pada menghafal materi yang
baru. (c) Mendengarkan dari yang lain, termasuk kaset.
Seseorang sekalipun cerdas namun ia tidak bisa menghindarkan
dirinya dari segi-segi kelemahannya dan harus lupa terhadap
sebagian apa yang diketahuinya. (d) Mengerti akan makna dan
arti dari materi yang telah dihafal serta berupaya untuk
merenungkan. Mengetahui dan merenungkan makna-makna al-
Qur’an adalah merupakan tujuan diturunkannya kitab yang
mulia tersebut. merenungkan dan memikirkannya saat
membaca itu akan membantu dan menetapkannya dalam hati.59
b. Ayat Yang Serupa Namun Tidak Sama
Didalam menghafal al-Qur’an seseorang akan
menjumpai ayat yang serupa namun tidak sama persis.
Maksudnya pada awalnya sama dan mengenai yang sama pula,
tetapi pada pertengahan atau atau akhir ayatnya berbeda, atau
sebaliknya, pada awalnya tidak sama tetapi pada pertengahan
atau akhir ayatnya sama. Semisal sebagai berikut:
“Dan Kami berfirman: "Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim.”60 (QS. al-Baqarah: 35) Serupa dengan surat al-A’raf: “(Dan Allah berfirman): "Hai Adam bertempat tinggallah kamu dan isterimu di surga serta makanlah olehmu berdua (buah-buahan) di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua termasuk orang-orang yang zalim."61 (QS. al-A’raf: 19)
59 Imam Musbikin, Mutiara Al-Qur’an Khazanah Ilmu Tafsir dan Al-Qur’an, Jaya Star
Nine, Madiun, 2014, hlm. 357. 60 Al-Qur’an dan terjemahan, CV Toha Putra, Semarang, Tt, QS. al-Baqarah: 35. 61 Ibid., QS. al-A’raf: 19.
80
Adapun cara penyelesaian masalah tersebut dengan
memberi catatan pinggir pada al-qur’an yang di pakai untuk
menghafal bahwa ayat tersebut sama dengan hal berapa, atau
surat apa, juz berapa dan ayat keberapa, kemudian ayat-ayat
yang serupa tersebut di beri garis bawah. Bila perlu di ketahui
sejarah turunnya ayat bila ada. Bila tidak, cukup dibaca
terjemahannya untuk mengetahui peristiwa atau isi kandungan
ayat tersebut.62
c. Suka Terhadap Lawan Jenis
Persoalan itu muncul karena mayoritas penghafal al-
Qur’an itu berada pada jenjang usia pubertas, sehingga mulai
tertarik dengan lawan jenis. Hal ini dianggap wajar karena
proses alamiah yang muncul pada masa pubertas tersebut.
Persoalan ini bisa diantisipasi dengan tidak membiarkan
bergaul secara bebas dengan lawan jenisnya, atau dipalingkan
pada kegiatan-kegiatan yang lebih bermanfaat, seperti olahraga,
membaca buku ilmu pengetahuan, dan lain-lain.
Namun juga terkadang gangguan asmara ini bukan
merupakan suatu gangguan yang berarti bahkan bisa dijadikan
sebagai pemicu semangat dalam menyelesaikan hafalan al-
Qur’an jika yang bersangkutan bisa menyikapinya dengan
bersifat kedewasaan.
d. Susah Menghafal al-Qur’an
Keadaan ini bisa terjadi karena beberapa faktor, antara
lain tingkat kecerdasan intelegensi yang rendah, pikiran sedang
kacau, badan kurang sehat atau fresh, kondisi di sekitar sedang
gaduh sehingga sulit untuk berkonsentrasi, dan lain-lain.
Persoalan ini sebenarnya bisa diantisipasi sendiri oleh
62 Imam Musbikin, Mutiara Al-Qur’an Khazanah Ilmu Tafsir dan Al-Qur’an, Jaya Star
Nine, Madiun, 2014, hlm. 358.
81
penghafal karena dialah yang paling tahu tentang dirinya
sendiri.
e. Semangat Menghafalkan al-Qur’an Mengendor
Hal ini bisa terjadi pada waktu menghafal berada pada
juz-juz pertengahan. Ini disebabkan karena dia melihat
pekerjaan yang harus digarap masih panjang. Untuk
mengantisipasinya dengan kesabaran yang terus-menerus dan
punya keyakinan (optimis) kalau pekerjaan menghafal ini akan
berangsur-angsur bisa terlewati dan sampai khatam.
f. Istiqomah Tidak Menentu
Problem ini pun sering dihadapi oleh penghafal al-
Qur’an. Penyebabnya antara lain terpengaruh teman-teman
yang bukan penghafal al-Qur’an untuk mengadakan aktivitas
yang tidak ada kaitannya dengan belajar, sehingga banyak
waktu yang terbuang sia-sia.63
Beberapa Problematika diatas telah dijelaskan dengan tujuan
supaya seseorang yang akan menghafal al-Qur’an bisa mawas diri dan
sangat siap dengan berbagai keluh kesah yang akan dijumpai nanti.
Setelah kesulitan pasti akan datang berbagai kemudahan, orang yang
menghafal al-Qur’an harus selalu sabar. Karena turunnya al-Qur’an
adalah untuk mengatur dan mempermudah suatu kehidupan di dunia.
Menurut pengalaman penulis setiap tingkatan juz akan merasakan
sensasi hambatan yang berbeda-beda. Maka dari itu, seseorang yang
akan menghafalkan al-Qur’an harus siap lahir dan batin.
4. Solusi Untuk Mengatasi Hambatan Dalam Menghafal Al-Qur’an
Seseorang yang menghafal al-Qur’an mempunyai keinginan
untuk mencapai kesuksesan yaitu bisa selesai hafalannya dan lancar,
ini merupakan suatu keinginan besar bagi setiap orang yang sedang
63 Imam Musbikin, Mutiara Al-Qur’an Khazanah Ilmu Tafsir dan Al-Qur’an, Jaya Star
Nine, Madiun, 2014, hlm. 359.
82
atau telah menghafal al-Qur’an. Namun pada kenyataannya, setiap
seseorang untuk mencapai keberhasilan tentu ada hambatan yang harus
mereka hadapi. Hambatan yang dihadapi oleh masing-masing individu
berbeda-beda, tetapi mereka harus yakin setiap kesulitan pasti ada
kemudahan. sebenarnya dalam mengatasi problem tersebut hanya
mereka yang lebih mengetahui secara jelas.
Sebagaimana problem-problem yang telah peneliti paparkan
diatas, peneliti akan menarik kesimpulan untuk memberikan solusi
bagi seseorang yang sedang atau telah meghafal al-Qur’an.
Berdasarkan hambatan-hambatan diatas dapat disimpulkan suatu solusi
sebagai berikut:
Pertama, meluruskan niat. Niat merupakan modal utama
dalam melakukan suatu tindakan, apalagi niat dalam menghafal al-
Qur’an. Seseorang harus membenahi terlebih dahulu niat mereka untuk
apa mereka menghafal al-Qur’an. Jika niat mereka sudah dibenahi,
maka disitu akan tampak kesungguhan mereka dalam menghafal al-
Qur’an. Sungguh-sungguh dalam menghafal al-Qur’an merupakan
suatu benteng pertahanan supaya mereka tidak mudah goyah terhadap
suatu masalah yang dihadapi dalam menghafal al-Qur’an.
Kedua, selalu sabar. Seseorang yang sabar akan mendapat
kabar gembira dari Allah SWT. Sabar dapat dibagi menjadi 3 bagian
yaitu: sabar melakukan kebaikan, sabar menghadapi ujian, dan sabar
meninggalkan maksiat. Sedangkan sabar dalam masalah ini, masuk
kategori sabar dalam melakukan kebaikan. Seseorang yang menghafal
al-Qur’an harus melapangkan dada untuk selalu sabar. Karena proses
dalam menghafal al-Qur’an terdapat tahapan-tahapan supaya lebih
mudah untuk dijalani, namun untuk menjalaninya mebutuhkan
kesabaran dan tidak bisa langsung hafal dalam sesaat.
Ketiga, dijalani secara mengalir saja. Dalam menghafal al-
Qur’an seseorang harus tetap maju terus, dijalani secara mengalir saja
dan tetap harus yakin. Sebab seseorang yang menghafal al-Qur’an
83
merupakan seorang hamba yang telah dipilih langsung oleh Allah
SWT, maka seseorang harus yakin bahwa mereka mempunyai
kemampuan untuk menghafalnya. Janganlah berfikir panjang tentang
keadaan yang sedang ia hadapi, jalani dan nikmati saja alur yang sudah
diencanakan Allah, karena sesungguhnya rintangan akan memperkuat
tujuan utama seseorang dalam menghafalkan al-Qur’an.
Keempat, tanamkan rasa mahabbah terhadap al-Qur’an. Rasa
cinta terhadap sesuatu yang seseorang inginkan merupakan modal
utama yang harus dimiliki dalam meraih cita-cita, terlebih untuk
menghafal al-Qur’an. Sebab sesuatu jika dilakukan atas dasar rasa
cinta, maka segalanya akan menjadi lebih ringan dan mudah dalam
meraihnya. Seseorang akan rela berkorban jiwa dan raganya untuk
meraih yang mereka idam-idamkan, dalam hal ini adalah cita-cita
seseorang untuk menghafalkan al-Qur’an.