Download - Bahasa Indonesia - Laporan Ilmiah
RANGKUMAN BAHASA INDONESIA
BAB IV
laporan ilmiah merupakan sebuah tulisan nonfiksi yang bertujuan untuk memberitahukan, menjelaskan, atau
membuktikan yang menyebabkan jenis tulisan pada karya ilmiah merupakan eksposisi (memberitahukan,
menjelaskan, memaparkan) dan argumentasi (membuktikan).
Berikut ini uraian jenis-jenis karangan yang lazim ditemukan dalam laporan ilmiah.
a. Narasi (kisahan)
Narasi adalah penulisan yang sifatnya bercerita, baik berdasarkan pengamatan maupun berdasarkan
pengalaman. Narasi berusaha untuk mengisahkan suatu peristiwa atau kejadian secara kronologis (Keraf,
1980). Penulisan narasi yang baik membutuhkan tiga hal, yaitu
1) kalimat pertama dalam paragraf harus menggugah minat pembaca,
2) kejadian disusun menurut urutan kronologis, dan
3) berfokus pada tujuan akhir yang jelas.
Narasi yang tersusun baik akan menunjukkan
1) keterangan waktu,
2) keterangan yang berkaitan dengan pekerjaan atau peristiwa,
3) kata-kata peralihan yang mengungkapkan
a). kaitan pikiran,
b). kaitan waktu,
c). kaitan hasil,
d). Pertentangan.
b. Deskripsi (perian)
Deskripsi adalah tulisan yang berusaha untuk menggambarkan bentuk objek pengamatan: rupanya, sifatnya,
rasanya, atau coraknya sesuai dengan keadaan yang sebenarnya (Utorodewo, 2003).Ada dua jenis deskripsi,
deskripsi ekspositoris dan deskripsi impresionistis (Marahimin dalam Utorodewo, 2003). Deskripsi ekspositoris
adalah deskripsi yang sangat logis yang isinya merupakan daftar perincian yang disusun menurut sistem atau
urutan logis dari objek yang diamati. Deskripsi impresionistis adalah deskripsi untuk menstimulir pembaca,
deskripsi ini lebih menekankan kesan saat penulis melakukan observasi.
Dalam menulis deskripsi ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu
1) harus ada penggambaran yang dominan yang dituangkan dalam sebuah kalimat topik dalam paragraf,
2) suasana hati tertandai melalui pilihan kata yang baik,
3) pengembangan paragraf harus efektif, logis, dan, cermat.
Deskripsi orang, sebaiknya menggambarkan
1) penampilan,
2) moral atau etika,
3) perilaku seseorang,
4) sifat,
5) suara atau cara berbicara,
6) sikap seseorang terhadap orang lain.
Deskripsi tempat sebaiknya menggambarkan
1) penerapan seluruh pancaindra atau hanya berdasarkan penglihatan,
2) satu saat tertentu,
3) perincian dalam urutan yang logis,
4) sudut pandang yang konsisten,
5) penggunaan kata sifat dalam deskripsi tersebut jelas dan tepat,
6) penggunaan kata kerja dan kata benda dengan tepat.
Deskripsi waktu harus mencakup
1) keterangan waktu yang tepat,
2) pengurutan yang kronologis dan logis, dan
3) mengandung gabungan unsur perian orang dan tempat.
c. Eksposisi (paparan)
Eksposisi adalah tulisan yang berusaha memberi penjelasan atau informasi. Tulisan yang ekspositoris akan
menguraikan sebuah proses, melukiskan proses pembuatan suatu yang belum diketahui pembaca, atau
proses kerja suatu benda (Keraf, 1980).
d. Argumentasi (Bahasan)
Argumentasi adalah penulisan yang bertujuan untuk meyakinkan orang, membuktikan pendapat atau
pendirian pribadi, atau bahkan membujuk pihak lain agar pendapat pribadi penulis diterima.
4.1 Pemaragrafan
4.1.1 Pengertian Paragraf dan Gagasan Utama dalam Paragraf
Paragraf merupakan himpunan dari kalimat-kalimat yang bertalian dalam suatu rangkaian untuk
membentuk sebuah gagasan. Paragraf merupakan suatu kesatuan pikiran yang lebih tinggi atau lebih luas
dari kalimat.
Pembentukan paragraf dalam sebuah wacana berfungsi
a. memudahkan pengertian dan pemahaman dengan memisahkan gagasan dengan gagasan lainnya;
b. memisahkan dan menegaskan perhentian secara wajar dan formal untuk berhenti lebih lama daripada
perhentian kalimat.
Dalam karangan umumnya ada tiga jenis paragraf, yakni
a. paragraf pembuka yang terletak di awal karangan atau bab,
b. paragraf isi yang membangun badan karangan atau bab, dan
c. paragraf penutup atau pengalih yang mengakhiri sebuah karangan bab.
4.1.2 Syarat Paragraf
Untuk itu, sebuah paragraf harus memiliki syarat sebagai berikut.
a. Kesatuan
Sebuah paragraf harus memiliki hanya satu gagasan atau pokok pikiran .
b. Keterpaduan
Sebuah paragraf harus memiliki kalimat-kalimat yang mempunyai hubungan timbal balik yang baik
(kompak).
Keterpaduan paragraf akan tercapai dengan cara berikut ini.
1) Penggunaan kata ganti (ia, dia, mereka, engkau, itu, ini) serta penggunaan kata petunjuk
(di atas , tersebut, hal itu, yang demikian).
2) Penggunaan pengulangan kata dapat diterapkan pada kata-kata kunci atau kata yang
dipentingkan dalam kalimat topik (gagasan).
3) Penggunaan kata sambung, seperti: dan, kemudian, lalu, sehingga, karena, dan lain-lain.
Pengembangan paragraf adalah perincian dan pengurutan pikiran yang terpadu yang diwujudkan melalui
penatan kalimat-kalimat.
dalam pengembangan paragraf terdapat tiga persoalan, yakni
a. kemampuan menentukan dan meletakkan kalimat topik secara tepat;
b. kemampuan memerinci secara maksimal gagasan utama paragraf ke dalam gagasan bawahan;
c. kemampuan mengurutkan gagasan bawahan ke dalam suatu urutan yang teratur.
BAB V
KALIMAT ILMIAH
5.1 Struktur Kalimat
Dilihat dari jumlah pola kalimat, kalimat dapat berstruktur tunggal atau majemuk. Kalimat berstruktur
majemuk sering disebut dengan kalimat majemuk, yaitu kalimat yang terdiri atas dua buah klausa atau lebih.
Berdasarkan hubungan gramatik antara klausa yang satu dengan yang lain yang menjadi unsurnya,
kalimat majemuk dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu
(1) kalimat majemuk setara
Kalimat majemuk setara adalah kalimat yang dibentuk oleh dua klausa atau lebih yang sama
kedudukannya
(2) kalimat majemuk bertingkat..
Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang dibentuk oleh dua klausa atau lebih yang tidak setara
(Damaianti, 2005:91-93)
Berikut ini hubungan makna antarklausa.
5.1.1 Hubungan Makna Antarklausa dalam Kalimat Setara
Hubungan makna antarklausa dalam kalimat setara, diwujudkan dalam kalimat yang menunjukkan
hubungan berikut ini.
1) Hubungan perjumlahan, yaitu hubungan yang menyatakan gabungan kegiatan, keadaan,peristiwa,
dan proses. Hubungan ini ditandai oleh kata sambung dan, dan lagi, serta, baik, maupun.
Contoh : Baik papan maupun balok harus disimpan di ruangan yang terlindung dari pengaruh cuaca.
2) Hubungan pertentangan, yaitu hubungan yang menyatakan bahwa apa yang dinyatakan dalam klausa
pertama berlawanan dengan apa yang terdapat dalam klausa kedua. Hubungan ini ditandai dengan
konjungsi tetapi, melainkan, sedangkan.
Contoh: Para mahasiswa bekerja keras, sedangkan Amir bermalas- malasan saja.
3) Hubungan pemilihan, yaitu hubungan yang menyatakan pilihan di antara dua kemungkinan atau lebih
yang dinyatakan oleh kedua klausa yang dihubungkan. Hubungan ini dinyatakan oleh konjungsi atau.
Contoh: Tayangan televisi hendaknya menyajikan program pendidikan atau penerangan.
5.1.2 Hubungan Makna Antarklausa dalam Kalimat Bertingkat
Hubungan makna antarklausa dalam kalimat bertingkat, diwujudkan dalam kalimat yang
menunjukkan hubungan berikut ini.
1) Hubungan waktu, yaitu kalimat majemuk yang klausa terikat menyatakan waktu terjadinya peristiwa
atau keadaan yang dinyatakan dalam klausa bebas. Hubungan ini dinyatakan oleh konjungsi
sejak,sedari, selama, tatkala, ketika, waktu, setelah sebelum, hingga, dll.
Contoh: Ketika setiap orang melaksanakan disiplin, dia malah melanggarnya.
2) Hubungan syarat, yaitu kalimat majemuk yang klausa terikatnya menyatakan syarat terlaksananya apa
yang disebut dalam klausa bebas. Hubungan ini dinyatakan oleh konjungsi jikalau, seandainya,
andaikata, asalkan,kalau, apabila, bilamana, dan manakala.
Contoh: Hasil uji tanah menjadi informasi yang akurat untuk perencanaan pondasi sebuah bangunan
jika dilakukan secara lengkap.
3) Hubungan tujuan, yaitu kalimat majemuk yang klausa terikatnya menyatakan suatu tujuan atau harapan
dari apa yang disebut dalam klausa bebas. Hubungan ini dinyatakan oleh konjungsi agar, supaya,
untuk, dan biar
Contoh: Agar kadar air dalam kayu tidak meningkat, pada ujung- ujung kayu perlu diberi tumpuan.
4) Hubungan konsesif, yaitu kalimat majemuk yang klausa terikatnya memuat pernyataan yang tidak akan
mengubah apa yang dinyatakan dalam klausa bebas. Hubungan ini dinyatakan oleh konjungsi
walaupun, meskipun, sekalipun, biarpun, dan sungguhpun.
Contoh: Meskipun telah diingatkan, mereka berdiskusi terus hingga larut malam.
5) Hubungan perbandingan, yaitu kalimat majemuk yang klausa terikatnya menyatakan perbandingan,
kemiripan atau preperensi antara yang dinyatakan pada klausa bebas. Hubungan ini dinyatakan oleh
konjungsi seperti, bagaikan, ibarat, laksana, alih-alih, daripada , dan sebagaimana.
Contoh: Data ini lebih lengkap daripada data yang diperoleh minggu lalu.
6) Hubungan sebab, yaitu kalimat majemuk yang klausa terikatnya menyatakan sebab atau alasan
terjadinya sesuatu yang dinyatakan dalam klausa bebas. Hubungan ini dinyatakan oleh konjungsi
sebab, karena, lantaran, dan akibat.
Contoh: Dalam pradesain ini tidak ada penambahan luas areal parkir karena areal parkir ini tidak akan
berubah.
7) Hubungan akibat, yaitu kalimat majemuk yang klausa terikatnya menyatakan akibat dari apa yang
dinyatakan dalam klausa bebas. Hubungan ini dinyatakan oleh konjungsi sehingga, sampai, dan maka.
Contoh: Gaya dongkrak biasanya dikerjakan pada ujung-ujung beton yang telah mengeras sehingga
tidak diperlukan perletakan yang massif.
8) Hubungan cara, yaitu kalimat majemuk yang klausa terikatnya menyatakan cara pelaksanaan yang
dinyatakan dalam klausa bebas. Hubungan ini dinyatakan oleh konjungsi dengan, tanpa, sambil,
seraya, dan sembari.
Contoh: Penari kuda lumping itu berjoged sembari melahap pecahan kaca.
9) Hubungan sangkalan, yaitu kalimat majemuk yang klausa terikatnya menyatakan adanya kenyataan
yang berlawanan dengan keadaan sebenarnya yang dinyatakan dalam klausa bebas. Hubungan ini
dinyatakan oleh konjungsi seakan-akan dan seolah-olah.
Contoh : Laptop itu selalu ia gunakan seolah-olah kepunyaannya.
10) Hubungan alat, yaitu kalimat majemuk yang klausa terikatnya menyatakan alat yang dinyatakan
dalam klausa bebas. Hubungan ini dinyatakan oleh konjungsi dengan dan tanpa.
Contoh: Kunjungan industri itu telah dilaksanakan dengan izin dari ketua program studi.
11) Hubungan hasil, yaitu kalimat majemuk yang klausa terikatnya menyatakan hasil dari suatu
perbuatan yang dinyatakan dalam klausa bebas. Hubungan ini dinyatakan oleh konjungsi maka (nya),
sampai-sampai, dan sehingga.
Contoh: Para aktivis buruh itu berdemonstrasi sehingga mengganggu arus lalu lintas.
12) Hubungan komplementas, yaitu kalimat majemuk yang klausa terikatnya melengkapi apa yang
dinyatakan dalam klausa bebas. Hubungan ini dinyatakan oleh konjungsi bahwa.
Contoh: Dia mengetahui bahwa yang membohonginya itu masih saudaranya.
13) Hubungan atribut, yaitu kalimat majemuk yang klausa terikatnya menyatakan suatu keadaan atau
perbuatan yang dialami atau dilakukan oleh nominal tertentu pada klausa bebas. Hubungan ini
dinyatakan oleh konjungsi yang.
Contoh: Surat peringatan itu diberikan kepada mahasiswa yang sering tidak masuk kuliah tanpa
alasan.
5.2 Kalimat Register Ilmiah
Kalimat ilmiah berperan penting dalam laporan ilmiah penting. Hal ini bertujuan agar pembaca tidak
salah tafsir dengan gagasan yang disampaikan penulis.
Syarat-syarat Kalimat Ilmiah
i. Kalimat harus berisi gagasan/pokok pikiran
Kata-kata yang dipergunakan di dalam kalimat berfungsi sebagai subjek,predikat, objek / pelengkap, dan
keterangan.
1) Subjek ( S). Subjek ialah pokok pikiran atau inti pikiran sebuah kalimat atas pertanyaan apa atau siapa
terhadap predikat. Ciri-ciri subjek:
B.berjenis kata benda atau hal yang dibendakan,
C. dijelaskan oleh bagian lain kalimat (predikat),
D.menjadi jawab pertanyaan kata-kata bantu tanya terhadap predikat.
7) Predikat (P). Predikat ialah bagian kalimat yang menjelaskan subjek. Ciri-ciri predikat:
- berjenis kata kerja, sifat, benda, dan bilangan,
- menjadi jawab pertanyaan kata-kata bantu tanya terhadap subjek,
- tidak diawali kata ”yang”.
8) Objek (O) atau Pelengkap (pel.). Objek adalah bagian kalimat yang berfungsi melengkapi predikat transitf.
Objek terdiri atas objek penderita, objek, pelaku, dan penyerta. Bila predikat intransitif, hal yang
melengkapinya disebut pelengkap. Ciri-ciri objek:
B.berjenis kata benda, kerja, sifat, dan bilangan,
C. predikat berjenis kata kerja transitif,
D.berubah menjadi subjek bila diaktifkan atau dipasifkan.
4) Keterangan (K). Keterangan ialah bagian yang memberi keterangan kepada semua fungsi yang terdapat di
dalam kalimat.Keterangan terdiri atas keterangan waktu, tempat, cara, alat, dan lain-lain. Ciri keterangan:
- posisi dapat ditempatkan di mana-mana tanpa mengubah makna kalimat,
E. biasanya diawali kata depan. Contoh fungsi kata dalam kalimat:
- Di desa itu peternakan ayam sangat maju.
K S P
- Rasa jengkel mengamuk dalam jiwaku.
S P K
- Pernyataan itu menimbulkan ketegangan
S P O
Agar kalimat mempunyai kejelasan subjek dan predikat hindarilah
1) pemakaian di, dalam, bagi, untuk, pada, dan kata tugas lainnya di depan subjek;
contoh :
- Bagi semua mahasiswa tingkat I harus mendaftar ulang. (-S)
kalimat tersebut seharusnya
- Semua mahasiswa tingkat I harus mendaftar ulang.
2) subjek ganda;
contoh :
-Penyusunan laporan ini penulis dibantu oleh pembimbing. (bersubjek “penyusunan laporan ini” dan
“penulis”)
kalimat tersebut seharusnya:
- Dalam penyusunan laporan ini penulis dibantu oleh pembimbing. atau
- Penyusunan laporan ini dibantu oleh pembimbing
3) Kata yang sebelum predikat.
contoh :
- Peraturan yang telah ditetapkan pemerintah tahun lalu. (-P)
- Semua mahasiswa baru yang harus mendaftar ulang. (-P)
kalimat terserbut seharusnya:
- Peraturan telah ditetapkan pemerintah tahun lalu.
- Semua mahasiswa baru harus mendaftar ulang.
2. Kalimat harus hemat dalam penggunaan kata
Kehematan bukan berarti menghilangkan kata yang dapat menambah kejelasan kalimat. Kehematan
berarti upaya menghindari pemakaian kata, frase, dan bentuk yang tidak perlu. Kehematan dapat dicapai
dengan:
1) menghilangkan pengulangan subjek yang sama;
contoh : Karena dia tidak diundang, dia enggan datang ke pesta
temannya.
seharusnya: Karena tidak diundang, dia enggan datang ke pesta
temannya.
2) menghilangkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata;
contoh : Restia mengenakan gaun warna merah ke pesta itu.
seharusnya: Restia mengenakan gaun merah ke pesta itu.
3) menghilangkan pemakaian kata bersinonim;
contoh : - Sejak dari pagi dia belum tampak.
seharusnya: - Sejak pagi dia belum tampak.
- Dari pagi dia belum tampak.
4) tidak menjamakkan bentuk yang sudah jamak.
contoh : - Banyak penonton-penonton yang kecewa dengan acara
yang disajikan.
seharusnya: Banyak penonton kecewa dengan acara yang disajikan.
3. Kalimat harus logis.
Kalimat harus mencerminkan ide yang dapat diterima akal tanpa meninggalkan aturan ejaan dan
kebahasaan.
Contoh : Seorang pembawa acara sering mengatakan “Waktu dan tempat kami persilakan”.
Kalimat tersebut tidak logis karena waktu dan tempat tidak bisa dipersilakan. Yang dapat dipersilakan
adalah orang yang akan mengisi acaranya.
Kalimat itu sebaiknya
Ketua panitia worksop (“penanggulangan Sampah”), kami persilakan.”
4. Kalimat harus tepat makna.
Kalimat harus mencerminkan makna yang jelas dengan pilihan kata yang tepat; tidak menimbulkan
tafsiran ganda.
contoh : Perusahaan konveksi itu membutuhkan lima penjahit pakaian wanita.
seharusnya: Perusahaan konveksi itu membutuhkan lima wanita penjahit pakaian.
Dalam laporan ilmiah, selain tepat makna kalimat harus menggunakan pilihan kata yang sesuai dengan
arti sesungguhnya dan tidak melibatkan perasaan.
contoh : Dollar mulai beranjak cepat menggencet rupiah.
seharusnya: Nilai tukar dollar mulai meningkat terhadap nilai rupiah.
5. Kalimat harus memiliki keterukuran.
Kalimat harus mengemukakan keterangan yang dapat diukur secara pasti.
contoh : Untuk membangun kembali jembatan itu, diperlukan anggaran yang cukup besar.
seharusnya: Untuk membangun kembali jembatan itu, diperlukan anggaran sebesar tiga milliar rupiah.
6. Kalimat harus padu/ringkas.
Kalimat harus dapat mencerminkan cara berpikir sistematis, tidak bertele-tele sehingga informasi yang
hendak disampaikan tidak terpecah-pecah. Isi kalimat padat dan ringkas.
contoh : Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita yang telah terlanjur meninggalkan rasa
kemanusiaan itu yang secara tidak sadar bertindak di luar dari kepribadian bangsa Indonesia dari
sudut kemanusiaan yang adil dan beradab.
seharusnya: Kita harus dapat mengembalikan kepribadian kita yang telah terlanjur meninggalkan rasa
kemanusiaan yang adil dan beradab.
7. Kalimat harus menunjukkan keparalelan.
Kalimat harus memuat kesamaan bentuk kata, terutama data perincian/perian bila memiliki lebih dari satu
gagasan. Artinya, jika bentuk pertama menggunakan nominal, bentuk kedua dan seterusnya pun
menggunakan nominal; jika menggunakan verbal, bentuk berikutnya pun harus verbal.
contoh : Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan
tembok, memasang penerangan, diujinya sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.
seharusnya:
Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, pemasangan
penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.
BAB VI
PILIHAN KATA DAN ISTILAH
Pilihan Kata/ Diksi
Pilihan kata disebut juga diksi. ada dua hal penting yang patut mendapat perhatian kita berkaiatan dengan pilihan kata, yaitu ketepatan pilihan kata dan kesesuaian pilihan.
Ketepatan pilihan kata berkaiatan dengan kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar seperti apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau pembicara.
Kesesuaian pilihan kata berkaitan dengan penggunaan kata untuk mengungkapkan gagasan dengan cara dicocokkan dengan kesempatan dan lingkungan yang dihadapi. Untuk dapat melakukan pilihan kata dengan baik, seseorang harus memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam hal berikut ini.
a. Kata umum dan kata khusus. Untuk mencapai pengertian yang tepat sebaiknya digunakan kata khusus yang akan mengungkapkan makna secara lebih jelas.
b. Kata indria. Untuk dapat menyajikan berita yang bersifat faktual, alat bahasa yang paling tepat adalah kata-kata indria.
c. Kata formal, semi formal, dan nonformal. Penggunaan kata formal, semi formal, dan nonformal berkaitan dengan siapa yang menjadi pembaca atau pendengar.
d. Kata popular dan kata ilmiah. Kosa kata suatu bahasa, pada umumnya, terdiri atas kata-kata yang sering digunakan oleh penuturnya.
e. Jargon. Jargon adalah kata-kata teknis dalam suatu bidang ilmu tertentu dan sering kali bertumpang tindih dengan pengertian istilah.
f. Kata percakapan. Bahasa percakapan tidak selalu indentik dengan bahasa nonformal.g. Kata slang. Kata-kata slang adalah kata-kata percakapan yang menjurus ke arah nonstandar yang
disusun secara khas, seperti bahasa prokem atau bahasa gaul. h. Idiom. Idiom bukan hanya peribahasa. Peribahasa adalah salah satu bentuk idiom. Idiom adalah
pola-pola bahasa (frase) yang menyimpang dari kaidah dan makna bahasa yang umum dan makna gabungannya tidak dapat diterangkan melalui makna kata pembentuknya.
BAB XI
PENGUTIPAN
Definisi dan Sumber Kutipan
Pengutipan merupakan salah satu aktivitas yang biasa dilakukan dalam penulisan ilmiah.Pengutipan adalah pinjaman gagasan atau kalimat orang lain yang dijadikan landasan atau dukungan pendapat penulis. Kutipan dicantumkan sebagai wujud pertanggungjawaban moral penulis dalam hubungan keilmuan dan kelaziman karang-mengarang. Ketentuan penunjukkan sumber itu mengikuti aturan sebagai berikut.
a. Bila sumber kutipan dituliskan terlebih dahulu sebelum kutipan, tuliskan nama akhir pengarang kemudian diikuti dengan penulisan tahun yang diapit kurung. Contoh: Badudu (2002) menuliskan “…”
b. Bila nama sumber kutipan dituliskan di akhir kutipan, tuliskan nama akhir pengarang kemudian tahun yang diapait kurung. Contoh: “… “(Badudu, 2002)
11.2 Jenis Kutipan
Terdapat dua jenis kutipan, yaitu kutipan langsung dan tidak langsung. Pada umumnya pada saat ini digunakan cara kutipan langsung dan tidak langsung dengan ketentuan-ketentuan berikut.
11.2.1 Kutipan Langsung
Terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam pengutipan langsung, yaitu
1) tidak diperbolehkan mengubah apa pun dari hal yang dikutip;
2) jika terdapat kesalahan bahasa pada hal yang dikutip, harus dibubuhkan tanda [sic!] yang berarti pihak pengutip tidak bertanggung jawab terhadap kesalahan berbahasa kutipan;
3) diperbolehkan mengutip sebagian dengan membubuhkan tanda elipsi (…) bila yang dihilangkan bagian awal dan tengah kutipan dan (….) bila yang dihilangkan bagian akhir kutipan.
11.2.2 Kutipan Tidak Langsung
Kutipan tidak langsung umumnya merupakan inti pendapat dari buku sumber menurut bahasa penulis dengan tidak mengubah inti pendapat aslinya. Kutipan ini diintegrasikan ke dalam teks, tetapi tidak diberi tanda kutip.
11.3 Teknik Penunjukan Sumber dan Teknik Pengetikan
11.3.1 Pengutipan Langsung
Cara pengetikan kutipan yang panjangnya tidak lebih dari empat baris ketikan diintegrasikan dalam teks dan ditandai oleh tanda petik. Kutipan yang panjangnya lebih dari empat baris ketikan harus dipisahkan dari teks dengan jarak dua spasi. Jarak antarbaris kutipan adalah satu spasi. Kutipan boleh diberi tanda petik boleh juga tidak. Kutipan ini ditulis menjorok lima sampai dengan tujuh
1.3.2 Penetapan dan Pemilihan Bahan Ajar Keberhasilan sebuah proses belajar mengajar tidaklah semata-mata ditentukan leh fasilitas yang canggih dan memadai, pengajar yang handal dan berpengalaman, tetapi oleh difungsikannya secara optimal semua komponen pendukung, salah satunya adalah bahan ajar. Bahan ajar adalah salah satu subsistem penunjang keberhasilan dalam pembelajaran. Gulo (2002) mengemukakan, “materi pelajaran merupakan salah salah satu komponen masukan yang tentunya perlu dipertimbangkan dalam strategi belajar-mengajar. Materi pelajaran dapat dibedakan antara materi formal dan materi informal.” Materi formal adalah isi pelajaran yang terdapat dalam buku teks resmi (buku paket) di sekolah, sedangkan materi informal ialah bahan-bahan pelajaran yang bersumber dari lingkungan sekolah yang bersangkutan. Bahan-bahan yang bersifat informal ini dibutuhkan agar pengajaran ini lebih relevan dan aktual. Seiring dengan pendapat di atas, Hamalik (2003:132 ) menuliskan bahan pengajaran adalah bagian integral dalam kurikulum sebagaimana yang telah ditentukan dalam Garis-garis Besar Program pengajaran. Itu sebabnya dapat dikatakan bahwa bahan pengajaran pada hakikatnya adalah isi kurikulum itu sendiri. Kita mengetahui bahwa isi kurikulum senantiasa mengacu ke usaha pencapaian tujuan-tujuan kurikulum dan tujuan-tujuan instruksional bidang studi, bahan-bahan pengajaran itu sendiri adalah bagian rincian dari pada [sic!] pokok-pokok bahasan dan subpokok-subpokok bahasan .
ketukan. Berikut contoh pengetikan kutipan langsung pada sebuah halaman
11.3.2 Pengutipan Tidak LangsungPenunjukan sumber pada kutipan tidak langsung ini dapat dilakukan dengan berbagai cara
berdasarkan ketentuan berikut.
- Jika nama pengarang ditulis sebelum kutipan, yang perlu dicantumkan adalah nama akhir pengarang dan tahun terbit, titik dua, nomor halaman di dalam kurung.
Contoh : Dalam hal ini, Susanto (1982:106) menjelaskan ....
- Jika nama pengarang ditulis setelah bunyi kutipan, yang perlu dicantumkan adalah pengantar kalimat sesuai keperluan, tampilan kutipan, dan nama akhir pengarang, tanda koma, tahun terbit, titik dua, dan nomor halaman di dalam kurung. Contoh:
Lebih tegas lagi dikatakan bahwa sebuah abstrak tidak perlu dibuat panjang-panjang, tetapi cukup satu atau dua halaman. Abstrak ini umumnya ditulis dalam bahasa Inggris (Surakhmad, 1988:44).
- Jika sumber lebih dari satu buku, penampilan kutipannya mengikuti contoh berikut ini.Untuk menciptakan bentuk yang harmonis dan estetis diperlukan unsur-unsur yang menjadi penunjang bentuk-bentuk arsitektur (Ali,1984:6; Gani, 1985:17; Wawan,1986:54).
Perlu diperhatikan bahwa setiap buku yang dikutip sebagai sumber acuan/rujukan harus tercantum dalam Daftar Pustaka. Apabila yang dipakai sebagai acuan adalah buku terjemahan maka yang tertera dalam Daftar Pustaka pun haruslah buku terjemahan (buku yang sama). Berikut ini contoh naskah yang memiliki kutipan tidak langsung.