Download - Case Tinea Versicolor
LAPORAN KASUS
TINEA VERSIKOLOR
Oleh: Fardhian Zaenal (030.10.101)
Pembimbing: dr. Sri Primawati Indraswari, Sp.KK. MM
I. PENDAHULUAN
Tinea Versikolor atau Pitiriasis versikolor merupakan penyakit yang
disebabkan oleh Malassezia furfur yang merupakan penyakit jamur superfisial
kronik dan tidak memberikan keluhan subyektif. Terutama ditemukan di daerah
tropis.1, 2
Prevalensi pitiriasis versikolor bervariasi antara 0.5% pada daerah bukan
tropis dan 18% pada daerah tropis. Jumlah pasien dengan penyakit Tinea
Versicolor di RSUD Kardinah Tegal berdasarkan data dari rekam medis pada
tahun 2014 tercatat sebanyak 134 kasus dengan insidensi sebanyak 74 kasus baru.
Berdasarkan jenis kelamin, terdapat 45 pasien jenis kelamin laki-laki dan 29
pasien jenis kelamin perempuan. Pengelompokan berdasarkan usia, usia < 1 tahun
sebanyak 1 pasien, usia 1-4 tahun sebanyak 2 pasien, usia 5-14 tahun sebanyak 21
1 Sularsito, Sri Adi. Suria Djuanda. Dermatitis in Djuanda A, et al. Ilmu Penyakit Kulit
dan Kelamin. Edisi ke-6. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2013.
2 Varada S, Dabade T, Loo DS. Uncommon presentation of tinea versicolor. Diakses
dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4132011/. pada 2 Oktober 2015
1
pasien, usia 15-24 tahun sebanyak 22 pasien, usia 25-44 tahun sebanyak 17
pasien, usia 45-64 tahun sebanyak 8 pasien, usia > 65 tahun sebanyak 3 pasien.
Jumlah pasien dengan penyakit Tinea Versicolor di RSUD Kardinah Tegal
berdasarkan data dari rekam medis pada tahun 2015 terhitung dari bulan Januari
sampai dengan bulan Agustus tercatat sebanyak 85 kasus dengan insidensi
sebanyak 34 kasus baru. Berdasarkan jenis kelamin, terdapat 20 pasien jenis
kelamin laki-laki dan 14 pasien jenis kelamin perempuan. Pengelompokan
berdasarkan usia, usia < 1 tahun sebanyak 3 pasien, usia 1-4 tahun sebanyak 1
pasien, usia 5-14 tahun sebanyak 8 pasien, usia 15-24 tahun sebanyak 9 pasien,
usia 25-44 tahun sebanyak 9 pasien, usia 45-64 tahun sebanyak 4 pasien, usia > 65
tahun sebanyak 0 pasien.3, 4
Tinea versicolor disebabkan oleh Malassezia furfur. Terdapat beberapa
faktor predisposisi yang menjadi patogen pada penyakit tinea versicolor. Faktor-
faktor tersebut diantaranya suhu yang tinggi, kelembapan udara, kulit berminyak,
hiperhidrosis, higienitas, faktor herediter, terapi steroid, defisiensi imun, penderita
sakit kronis dan malnutrisi, dan lain-lain.5
Gejala berupa bercak berskuama halus berwarna putih sampai coklat hitam.
Paling sering terjadi pada daerah berminyak dikarenakan bentuk yeast form dari
M.furfur ini bersifat lipofilik. Daerah yang sering diserang adalah wajah, skalp,
3 Data Rekam Medis, RSUD Kardinah Tegal, 2014-2015
4 Pantazidou A, Tebruegge M. Reccurent tinea versicolor. Diakses dar
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2083600/. pada 2 Oktober 2015
5 Sularsito, Sri Adi. Suria Djuanda., op. cit. hlm 1
2
dada dan punggung. Kelainan kulit pada tinea versikolor sangat superfisial dan
ditemukan terutama di badan. Bercak bercak dapat terlihat berefluorosensi bila
dilihat dengan lampu Wood. Bentuk papulovesikular dapat terlihat walaupun
jarang. Kelainannya asimtomatik sehingga adakalanya penderita tidak mengetahui
menderita penyakit tersebut dan tidak berobat.6
Diagnosis banding pada penyakit ini bervariasi sehingga anamnesis dan
pemeriksaan fisik harus dilakukan seteliti mungkin. Prognosis pada penyakit ini
biasanya baik namun dapat kambuh kembali jika higienitas pasien buruk.
Pada makalah ini akan dilaporkan sebuah kasus mengenai tinea versicolor
pada seorang laki-laki berusia 20 tahun.
6 Sularsito, Sri Adi. Suria Djuanda., op. cit. hlm 1
3
II. KASUS
Seorang laki-laki berusia 20 tahun, belum menikah, mahasiswa perguruan
tinggi, beragama Islam, datang ke Poliklinik kulit dan kelamin RSUD Kardinah
Tegal pada tanggal 1 Oktober 2015 pukul 10.00 WIB dengan keluhan utama
terdapat bercak kecoklatan bersisik dan terasa gatal pada seluruh tubuh.
ANAMNESIS
(Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 1 Oktober 2015 pukul
10.00 WIB di Poliklinik kulit dan kelamin RSUD Kardinah Tegal)
Pasien mengatakan sejak dua minggu yang lalu timbul bercak-bercak
kecoklatan bersisik sebesar uang logam pada kulit perut yang tidak gatal. Pasien
tidak mengobati keluhannya tersebut, Bercak kecoklatan tersebut makin
bertambah banyak pada permukaan kulit perut dan timbul pada bagian tubuh lain
yaitu dada, punggung, bahu kanan dan kiri, serta paha kanan dan kiri. Pada saat
datang ke rumah sakit keluhan pasien disertai rasa gatal.
Pertama kali bercak kecoklatan pada kulit bagian perut dua minggu yang
lalu tersebut tidak dikeluhkan oleh pasien, maka pasien tidak menyegerakan untuk
berobat ke rumah sakit. Menurut pasien, lokasi bercak kecoklatan dan bersisik
tersebut bertambah banyak setiap empat hari mulai dari dada, punggung, hingga
bahu dan paha, disertai gatal namun tidak terasa kebas atau mati rasa, sehingga
pasien berobat ke poliklinik penyakit kulit di RSUD Kardinah.
4
Pasien belum pernah mengalami keluhan yang serupa sebelumnya,
keluarga pasien tidak ada yang memiliki riwayat penyakit yang sama dan pasien
tidak sedang menderita penyakit kronis yang berhubungan dengan keluhan
tersebut. Bagian tubuh pasien tidak pernah terkena luka bakar maupun cairan
keras. Pasien tidak sedang menggunakan obat-obatan jenis kortikosteroid maupun
antibiotik dalam jangka panjang baik oral maupun obat oles. Pasien sedang tidak
memiliki masalah dalam kehidupan sehari-harinya.
Pasien mandi sehari dua kali dengan menggunakan air PAM, air tidak
berbau dan terlihat jernih. Pasien tidak selalu menggunakan sabun mandi setiap
kali mandi. Kulit tubuh pasien mudah berkeringat dan berminyak. Pasien sering
beraktivitas baik di dalam maupun luar ruangan sehingga mudah berkeringat dan
jarang mengganti pakaiannya hingga keringatnya mengering. Pasien mempunyai
rutinitas bermain futsal 1-2 kali dalam seminggu. Pasien jarang mengeringkan
keringatnya menggunakan handuk sehingga dibiarkan mengering dengan
sendirinya. Pasien sering menggunakan baju berbahan katun dan celana jeans.
Pasien sering menggunakan pakaian yang sudah dipakainya kembali hingga lebih
dari dua kali. Pakaian-pakaian pasien rutin dicuci setiap dua hari dengan
menggunakan air PAM disertai deterjen pencuci pakaian. Pasien tidak pernah
menggunakan atau meminjam pakaian maupun handuk teman-temannya.
5
PEMERIKSAAN FISIK
1. STATUS GENERALIS
Keadaan Umum : Baik, Tidak tampak sakit
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital :
- Tekanan Darah : 120/70 mmHg
- Nadi : 84 x/menit
- Suhu : Afebris
- Pernafasan : 18 x/menit
- Berat Badan : 51 kg
- Tinggi : 165 cm
- Status Gizi : Baik
Kepala : Normocephali, kulit tidak tampak kelainan, fascia
leonina (-)
- Mata : Conjunctiva tidak anemis, Sklera tidak ikterik,
lagoftalmus (-/-)
- Hidung : Tidak ada septum deviasi, sekret(-), saddle nose (-)
- Mulut :Tidak sianosis
- Telinga : Normotia
Leher : Tidak terdapat pembesaran KGB
6
Thorax
- Inspeksi : Bentuk simetris, gerak napas simetris, tampak
kelainan kulit (status dermatologis)
- Palpasi : Vokal fremitus sama kuat kanan dan diri
- Perkusi : Sonor di semua lapang paru
- Auskultasi : Suara napas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen : Supel, tampak kelainan kulit (status dermatologis)
Ekstremitas
- Superior :edem(-), deformitas (-), kelainan kulit (+)
- Inferior :edem(-), deformitas (-), kelainan kulit (+)
- Kuku : pitting nail (-), onikolisis (-), diskolorisasi (-)
2. STATUS DERMATOLOGIKUS
Distribusi : Generalisata
Regio : Perut, dada, punggung, bahu kanan & kiri,
tungkai atas kanan & kiri, lipat ketiak kanan & kiri
Lesi : Multipel, diskret sebagian konfluens, bentuk
iregular, ukuran lentikuler sampai plakat, batas
tegas
Efluoresensi : Makula hiperpigmentasi, skuama pitiriasiformis
7
PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Pemeriksaan histopatologik pada sediaan langsung kerokan kulit
dengan KOH 20% ditemukan gambaran hifa pendek dengan spora-spora
bulat yang dapat berkelompok (Spaghetti and Meatball Appearance)
- Pemeriksaan dengan lampu Wood untuk memastikan diagnosis Pitriasis
Versikolor dan menyingkirkan diangnosis banding lainnya. Pemeriksaan
dengan lampu Wood akan menyebabkan bercak-bercak tersebut
berefluorosensi warna kuning keemasan, pada eritrasma akan berwarna
merah membara (coral-red)
- Pemeriksaan bakterioskopik dengan pewarnaan ZIEHL-NEELSEN
sediaan dibuat dari kerokan jaringan kulit yang terdapat lesi yang
diwarnail dengan pewarnaan terhadap basil tahan asam (BTA), kuman
akan tamoak berwarna merah dan berbentuk basil atau batang.
RESUME
Seorang laki=laki berusia 20 tahun, mahasiswa, beragama Islam, datang ke
Poliklinik kulit dan kelamin RSUD Kardinah Tegal 1 Oktober 2015 dengan
keluhan utama terdapat bercak kecoklatan bersisik dan terasa gatal pada seluruh
tubuh.
Dari anamnesis didapatkan keluhan muncul bercak kecoklatan bersisik
halus yang terasa gatal sejak dua minggu yang lalu. Bercak kecoklatan tersebut
makin bertambah banyak pada permukaan kulit perut dan timbul pada bagian
8
tubuh lain yaitu dada, punggung, bahu kanan dan kiri, serta paha kanan dan kiri.
Pada saat datang kerumah sakit keluhan pasien disertai rasa gatal. Pasien tidak
selalu menggunakan sabun mandi setiap kali mandi. Kulit tubuh pasien mudah
berkeringat dan berminyak. Pasien sering beraktivitas baik di dalam maupun luar
ruangan sehingga mudah berkeringat dan jarang mengganti pakaiannya hingga
keringatnya mengering. Pasien jarang mengeringkan keringatnya menggunakan
handuk sehingga dibiarkan mengering dengan sendirinya. Pasien sering
menggunakan baju berbahan katun dan celana jeans. Pasien sering menggunakan
pakaian yang sudah dipakainya kembali hingga lebih dari dua kali.
Dari pemeriksaan fisik : status generalis : dalam batas normal. Status
dermatologikus Distribusi : generalisata, Regio: Perut, dada, punggung, bahu
kanan dan kiri, tungkai atas kanan dan kiri, Lesi: Multipel, diskret sebagian
konfluens, bentuk iregular, ukuran lentikuler sampai plakat, batas tegas.
Eufloresensi : Makula hiperpigmentasi, skuama pitiriasiformis
Dari pemeriksaan penunjang, pada sediaan langsung kerokan kulit dengan
KOH 20% ditemukan gambaran hifa pendek dengan spora-spora bulat yang dapat
berkelompok (Spaghetti and Meatball Appearance)
DIAGNOSIS BANDING
1. Tinea Versicolor
2. Eritrasma
3. Dermatitis Seboroik
9
4. Tinea Korporis
5. Morbus Hansen
DIAGNOSIS KERJA
Tinea Versicolor
USULAN PEMERIKSAAN
- Pemeriksaan kultur jamur untuk mengetahui jenis jamur yang terdapat
pada lesi tubuh pasien.
- Pemeriksaan laboratorium untuk kontrol terapi, terutama pemeriksaan
fungsi hepar terhadap penggunakan terapi anti jamur ketokonazol jangka
panjang,
PENATALAKSANAAN
1. UMUM
Menjelaskan kepada pasien tentang penyakitnya dan cara pengobatannya.
Menyarankan agar pasien rajin mengganti pakaiannya bila sudah
berkeringat dan mengeringkan keringatnya sebelum mengganti
pakaiannya.
10
Menyarankan pasien untuk menjaga kebersihan tubuh setiap setelah
melakukan aktivitas.
2. KHUSUS
a. Sistemik
Ketokonazol tab. 1x200 mg, selama 10 hari
b. Topikal
Ketokonazol cream 2%
PROGNOSIS
- Quo ad vitam : ad bonam
- Quo ad fungtionam : ad bonam
- Quo ad sanationam : dubia ad bonam
- Quo Ad cosmeticum : dubia ad bonam
11
III. PEMBAHASAN
Tinea Versikolor merupakan penyakit yang disebabkan oleh Malassezia
furfur. Merupakan penyakit jamur superfisial yang kronik, biasanya tidak
menimbulkan keluhan subyektif, berupa bercak berskuama halus yang berwarna
putih sampai coklat hitam. Terutama menyerang badan, ketiak, lipat paha, lengan,
tungkai atas, leher, muka dan kulit kepala yang berambut. Gejala biasanya
asimptomatik, kadang-kadang terasa gatal ringan yang merupakan alasan berobat
bila lesi terdapat pada daerah yang tertutup pakaian.
Diagnosis Pitriasis Versikolor ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Pada anamnesis didapatkan munculnya bercak kecoklatan
bersisik yang terasa gatal dan semakin meluas. Pasien mudah berkeringat dan
kurang menjaga higienitas seperti jarang mengganti pakaian, mengeringkan
keringat dengan handuk, dan tidak selalu menggunakan sabun setiap mandi.
Pemeriksaan fisik didapatkan status generalis dalam batas normal, pada status
dermatologikus terdapat lesi dengan distribusi generalisata, regio perut, dada,
punggung, bahu kanan dan kiri, tungkai atas kanan dan kiri serta ketiak kanan dan
kiri, lesi Multipel, diskret sebagian konfluens, bentuk iregular, ukuran lentikuler
sampai plakat, batas tegas, dengan efluorosensi makula hiperpigmentasi dan
skuama pitiriasiformis. Berdasarkan keluhan, pemeriksaan fisik, dan pemerksaan
penunjang yang didapat sesuai dengan kepustakaan Tinea Versicolor dimana pada
penyakit ini awalnya asimptomatik kemudian pada lesi terdapat keluhan rasa gatal
ringan, timbul pada bagian tubuh perut dan dada, punggung, bahu, dan tungkai
12
atas, tidak pernah terkena trauma ataupun penyakit kulit lain sebelumnya pada
tempat tersebut sebelumnya, memiliki faktor predisposisi seperti mudah
berkeringat dan kurang menjaga higienitas, dan pada sediaan langsung kerokan
kulit dengan KOH 20% ditemukan gambaran hifa pendek dengan spora-spora
bulat yang dapat berkelompok (Spaghetti and Meatball Appearance)
Dalam menegakkan diagnosis Tinea Versicolor pada pasien ini dapat
dirancukan dengan beberapa penyakit kulit lain seperti Eritrasma, Dermatitis
Seboroik, Tinea korporis, dan Morbus Hansen.
Pada eritrasma, lesi sering berlokalisasi di ketiak, sela paha, serta daerah
intertriginosa lainnya, efloresensi yang sama, yaitu eritema dan skuama, pada
seluruh lesi merupakan tanda-tanda khas penyakit ini. Pemeriksaan dengan lampu
Wood dapat menolong dengan adanya fluoresensi merah (coral red). Pada pasien
ini, lesi hanya berupa makula hiperpigmentosis dan tidak eritema serta lokasi lesi
tidak terbatas pada daerah intertriginosa.
Pada Dermatitis Seboroik lesi biasanya berminyak dan berpredileksi pada
area-area seboroik pada tubuh,. Pada kasus ini lesi kulit pasien tidak berminyak
dan tidak terbatas pada daerah seboroik.
Pada Tinea korporis lesinya bulat atau lonjong, eritema, dan umumnya lesi
berupa bercak-bercak yang terpisah. Pada kasus ini lesi pasien bersifat konfluens
atau difus dan berbentuk irregular dengan ukuran lebih dari 6x6cm.
Pada Morbus Hansen lesi berupa makula hipopigmntasi hingga makula
hiperpigmentasi yang disertai hipestesi atau anestesi pada permukaan lesi dan
13
terdapat penebalan saraf, tidak terdapat nyeri maupun gatal. Pada kasus ini pasien
memiliki lesi makula hiperpigmentasi namun tidak disertai hipestesi ataupun
anestesi pada permukaan lesi. Pada pasien juga tidak ditemukan kelainan-kelainan
yang termasuk dalam diagnosis Morbus Hansen seperti penebalan saraf atau
gangguan saraf lainnya.
Penatalaksanaan pada kasus ini yaitu secara umum dan khusus.
Penatalaksanaan umum pada pasien ini yaitu dengan menjelaskan kepada pasien
tentang penyakitnya cara pengobatannya. Pasien diedukasi untuk menjaga
higienitas tubuhnya dan sering mengganti pakaian dengan pakaian berbahan
mudah menyerap keringat, Serta pasien diedukasikan untuk disiplin menjalankan
pengobatan dengan obat dari dokter. Penatalaksanaan dengan obat-obatan dapat
diberikan krim ketokonazol 2% untuk dioleskan pada daerah lesi dan didiamkan
selama 15-30 menit sebelum mandi. Ketokonazole bekerja dengan menghambat
ergosterol yang berfungsi untuk pembentukan membran sel dari jamur. Jika sulit
disembuhkan maka dapat diberikan ketokonazol peroral dengan dosis 1x200 mg
perhari selama 10 hari
Prognosis dari penyakit ini adalah baik jika dilakukan pengobatan secara
teratur. Tidak dapat menyebabkan kematian namun dapat kambuh jika higienitas
pasien buruk.
14
DAFTAR PUSTAKA
Pantazidou A, Tebruegge M. Reccurent tinea versicolor. Diakses dar
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2083600/. pada 2 Oktober 2015
Sularsito, Sri Adi. Suria Djuanda. Dermatitis in Djuanda A, et al. Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin. Edisi ke-6. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2013.
Varada S, Dabade T, Loo DS. Uncommon presentation of tinea versicolor.
Diakses dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4132011/. pada 2
Oktober 2015
Wolff. K, Johnson. R.A, Suurmond. D . 2007. Fitzpatrick’s, The Color Atlas and
Synopsis of Clinical Dermatology, fifth edition. E-book : The McGraw-
HillCompanies
15
LAMPIRAN
16
17
18
Pemeriksaan Mikroskopis dengan pembesaran 10x.
Pemeriksaan Mikroskopis dengan pembesaran 40x.
19