Download - crs pa Ayi
Identitas Pasien
Nama : Tn. Ayi Darman
Usia : 57 tahun
Alamat : Komplek Permata No. 20, Cimahi
Agama : Islam
Pekerjaan : Tidak bekerja
Status : Belum Menikah
Tanggal pemeriksaan : 22 Januari 2014
Keluarga Terdekat
Nama : Drs, Tatang Rahmat
Hubungan : Adik kandung
Alamat : Komplek Permata No. 20, Cimahi
Telepon : 022 -6633103
Penanggung jawab pasien
Nama : Drs, Tatang Rahmat
Hubungan : Adik kandung
Alamat : Komplek Pertmata No. 20, Cimahi
Pekerjaan : -
Penghasilan/bulan : -
1
Keterangan diperoleh dari:
Nama : Drs, Tatang Rahmat
Hubungan : Adik kandung
Sifat perkenalan : Baik
Kebenaran Anamnesa: Dapat dipercaya
Keluhan Utama
Pasien marah-marah dan mengamuk tanpa sebab yang jelas
Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak satu minggu sebelum masuk rumah sakit, penderita sering terlihat
marah-marah tanpa sebab yang jelas, seperti melempar barang yang ada di sekitarnya.
Hal ini terjadi karena penderita tidak mau meminum obat dan tidak mau dibawa
untuk kontrol ke rumah sakit, penderita merasa dirinya tidak sakit.
Semakin hari semakin semakin sering marah-marah dan mengamuk tanpa
sebab. Selain itu, penderita juga sering terlihat berbicara sendiri dan menjawab
tulisan-tulisan yang ada di dinding dengan isi pembicaraan yang tidak jelas. Penderita
juga menjadi tidak mau mandi, tetapi penderita masih mau makan dan minum. Bila
diajak berbicara penderita menjawab melantur.
2
Riwayat Penyakit Dahulu
Penderita pertama kali dirawat pada usia 30 tahun (1986), dengan keluhan
marah-marah, sering bicara sendiri dan bicara melantur. Hal tersebut terjadi setelah
pasien ditinggal pacar penderita menikah lebih dahulu dengan pria lain tanpa alasan
yang jelas. Penderita pernah dirawat sebanyak 17 kali, yaitu di Rumah Sakit Hasan
Sadikin (RSHS) sebanyak 5 kali, perawatan di Rumah Sakit Jiwa Cisarua sebanyak 1
kali dan seterusnya dirawat di Rumah Sakit Dustira. Setelah tiga bulan perawatan
pertama di RSHS penderita pulang dengan perbaikan. Namun pada tahun 1994 pasien
dilakukan perawatan kembali karena pasien enggan diajak pindah ke Jakarta oleh
istrinya dengan alasan sudah betah kerja di Bandung. Hal ini mengakibatkan
hubungan rumah tangganya menjadi kurang harmonis. Penderita dirawat selama tiga
bulan, lalu pulang dengan perbaikan. Pada tahun 1998 pasien dirawat kembali karena
bercerai dengan istrinya.
Pada tahun 2000 pasien dirawat untuk kelima kalinya karena pasien tidak mau
minum obat dan penderita sering memikirkan anaknya yang dibawa dan diasuh oleh
istrinya setelah perceraian. Penderita dirawat selama tiga bulan, lalu pulang dengan
perbaikan. Penderita dirawat keenam kalinya pada tahun 2002 karena ibu pasien
meninggal. Penderita dirawat selama dua bulan, lalu pulang dengan perbaikan.
Penderita dirawat ketujuh kalinya pada tahun 2004 karena ayah pasien meninggal.
Penderita dirawat selama dua bulan, lalu pulang dengan perbaikan. Pendeita dirawat
kedelapan dan seterusnya karena penderita tidak mau minum obat dan tidak mau
dibawa ke rumah sakit untuk kontrol, karena penderita merasa tidak sakit. Riwayat
3
penyakit menahun tidak ada. Riwayat penggunaan obat-obatan terlarang dan
minuman keras tidak ada
Riwayat keluarga
• Saat ini pasien tinggal bersama adik pasien
• Pasien merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Ibu pasien meninggal
pada 13 tahun yang lalu dan ayah pasien sudah meninggal sejak 11 tahun yang
lalu.
• Hubungan pasien dengan ayah kandung tidak terlalu dekat, karena ayah
pasien mendidiknya dengan keras, sehingga pasien lebih dekat dengan ibunya.
• Riwayat gangguan jiwa di keluaga tidak ada
• Riwayat penyakit keturunan di keluarga tidak ada
• Kondisi ekonomi keluarga cukup
Riwayat Hidup Penderita
• Pasien hanya bersekolah sampai tingkat D2, tetapi pasien tidak menamatkan
pendidikannya karena diangkat bekerja menjadi PNS di PEMDA
• Pasien mulai bekerja setelah lulus SMA, bekerja sebagai PNS di PEMDA di
bagian administrasi. Kehidupan ekonomi dirasakan cukup namun karena
sering menjalani perawatan penderita dipindahkan ke bagian absensi dan
penderita merasa tidak puas dengan pekerjaannya.
4
• Pasien adalah orang yang mudah bergaul, memiliki banyak teman dan cekatan
dalam bekerja. Bila ada masalah pasien cenderung menyimpannya dan suka
melamun dan menyendiri. Apabila ada masalah dalam bekerja penderita
mudah putus asa.
Status Fisikus
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Tanda Vital : TD = 120/80 mmHg N = 80 x/menit
R = 20 x/menit S = afebris
Keadaa Gizi : Cukup
Bentuk Tubuh : Atletikus
Kulit : Turgor kulit normal, sawo matang
Kepala : Mata
- Konjungtiva : anemis -/-
- Sklera : ikterik -/-
THT : t.a.k.
Mulut : t.a.k.
Leher : t.a.k.
Thoraks : Bentuk dan gerak simetris
Abdomen : Tidak dilakukam pemeriksaan
5
Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas : Akral hangat
Keadaan susunan saraf :
Saraf Otak : tidak dilakukan
Sensibilitas : tidak dilakukan
Motoris : tidak dilakukan
Refleks : tidak dilakukan
Status Psikikus
Roman Muka : Biasa
Kontak/raport : Ada/adekuat
Kesadaran : Komposmentis
Orientasi : kesan terganggu
Perhatian : Tidak mudah dialihkan
Persepsi : Ilusi (+) , halusinasi dengar (+), halusinasi lihat (+)
Ingatan : Masa kini : terganggu
Masa dulu : terganggu
Daya ingat : terganggu
Paramnesia : tidak ada
Hipernemsia : tidak ada
Intelegensia : Sesuai dengan tingat pendidikan
Pikiran : Bentuk : Autistik
6
Jalan : inkoheren, irelevansi
Isi : Waham kebesaran (+)
Organisasi berpikir : terganggu
Penilaian : Norma sosial : cukup
Waham : kebesaran (+)
Wawasan penyakit : buruk
Emosi : Stabil
Decorum : Sopan santun : cukup
Cara berpakaian : kurang
Kebersihan : kurang
Kematangan Jiwa : tidak sesuai dengan umur
Tingkah laku : Normoaktif
Bicara : Irrelevan
Psikodinamika
Premorbid: sebelum sakit, pasien merupakan orang yang ceria, periang, mudah
bergaul dan mempunyai solidaritas yang tinggi. Apabila pasien memiliki masalah,
pasien selalu menyelesaikan dengan humor. Mental mekanisme yang digunakan
adalah humor.
7
Durante morbid: kepribadian selama sakit pasien suka mengamuk, marah-marah
tanpa sebab dan memukul orang sekitar lingkungan. Mental mekanisme yang terjadi
adalah displacement.
Status present: Pada saat pasien diperiksa terlihat roman muka biasa. Pasien
kooperatif, logore. Orientasi tempat, waktu dan orang tidak terganggu. Emosi pasien
stabil, tingkah laku normoaktif. Bentuk pikiran autistik, isi pikiran waham kebesaran
ada. Jalan pikiran asosiasi longgar. Halusinasi dengar dan halusinasi lihat ada.
Diagnosis Multiaksial
Aksis I : Gangguan Klinik : F20.1 Skizofrenia Hebefrenik
Diangnosis Banding : -
Kondisi lain yang menjadi focus perhatian klinis: Tidak ada diagnosis
Aksis II: Gangguan Kepribadian : Tidak ada diagnosis
Retardasi Mental : Tidak ada diagnosis
Aksis III: Kondisi medik umum : Tidak ada diagnosis
Aksis IV: Masalah psikososial dan lingkungan : Masalah keluarga, masalah pekerjaan
Aksis V: Penilaian fungsi secara global (GAF Scale) : 60-51 gejala sedang
(moderate), disabilitas sedang
Pengobatan
Somatoterapi :
1. Quetiapine 5 mg 2x1
8
2. THP (Trihexyphenidyl) tab 2 mg 0-0-1
Psikoterapi :
a. Terapi kognitif
b. Terapi perilaku
c. Terapi berorientasi-psikoanalitik
d. Terapi keluarga
Usul-Usul
- Pemeriksaan darah rutin
- Pemeriksaan urine rutin
- Pemeriksaan SGOT dan SGPT
Prognosa
- Quo ad vitam : Ad bonam
- Quo ad functionam : Dubia
9
PEMBAHASAN
Pembahasan
Faktor predisposisi
Riwayat keluarga : hubungan dengan saudaranya kurang baik
Pasien adalah orang yang mudah bergaul, memiliki banyak teman dan cekatan
dalam bekerja. Bila ada masalah pasien cenderung menyimpannya dan suka
melamun dan menyendiri. Apabila ada masalah dalam bekerja penderita
mudah putus asa.
Faktor presipitasi
Ditinggal pacar menikah dengan yang lain
Alasan: Menurut keluarga pasien, setelah pasien ditinggal pacar menikah
dengan yang lain, pasien menjadi lebih sering melamun dan menjadi lebih
pendiam.
Masalah pekerjaan
Alasan : kalau ada hambatan dalam pekerjaan pasien suka putus asa.
Kesimpulan : akibat faktor presipitasi diatas, pasien menjadi sering marah-
marah dan mengamuk secara tiba-tiba
10
Keluhan yang ditemukan pada pasien
Autistik
Waham kebesaran
Halusinasi lihat
Halusinasi dengar
Ilusi
Sindrom yang ditemukan :
• Gejala Psikotik (autistik, halusinasi dengar, halusinasi lihat, waham
kebesaran, ilusi)
Diagnosis Kerja : Skizofren Hebrefenik
Pedoman Diagnostik
Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua
gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas) :
Halusinasi Auditorik :
- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap
perilaku pasien, atau
- Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara berbagai
suara yang berbicara), atau
- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh
Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus ada secara jelas :
11
a. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik
oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan
(over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama
berminggu-minggu atau berbulan-bulan secara terus menerus;
b. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak
relevan
Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu
satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal)
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal
behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak
berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitude), dan
penarikan diri secara sosial
Diagnosis hebefrenia untuk pertama kalinya hanya ditegakkan pada usia remaja
atau dewasa muda (onset biasanya mulai 15-25 tahun)
Kepribadian premorbid menunjukan ciri khas: pemalu dan senang menyendiri
(solitary)
Untuk diagnosis hebefrenia yang meyakinkan umumnya diperlukan pengamatan
kontinu selama 2 atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan bahwa gambaran
yang khas berikut ini memang benar bertahan :
12
- Tidak wajar (inappropriate), , senyum sendiri (self-absorbed-smiling),
tertawa menyeringai (grimaces),
- Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu
(rambling) serta inkoheren.
Penatalaksanaan
Farmakoterapi :
1. Antipsikotik tipikal : Quetiapine 5 mg 2x1
Memiliki efektifitas terhadap reseptor D2 dan 5HT2
Obat di absorpsi secara baik dan di metabolisme dalam hati dan di eksresi
lewat ginjal
2. THP
THP (Trihexyphenidyl) tab 2 mg 0-0-1
Mekanisme Kerja :
• THP menginhibisi impuls eferen dalam saraf parasimpatis yang menginervasi
struktur-struktur seperti otot polos (spasmolytic activity), kelenjar saliva, mata
(midriasis). Pada dosis tinggi dapat terjadi efek langsung terhadap inhibisi
pada pusat motorik otak.
• Selain untuk obat penyakit parkinson, obat ini juga sering digunakan untuk
mengobati efek samping ekstrapiramidal yang terjadi selama penggunaan
obat-obatan anti-psikosis. Obat THP ini menurunkan frekuensi dan durasi
13
dari oculogyric crises serta menurunkan pergerkan diskinetik (dyskinetic
movements) dan kontraksi spastis (spastic contractions).
TEORI SKIZOFRENIA
Skizofrenia merupakan suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab
(banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau
“deteriotaring”) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan
pengaruh genetik, fisik dan sosial budaya.
Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karateristik
dari pikiran dan presepsi, serta oleh afek yang tidak wajar (inappropiate) atau tumpul
(blunted). Kesadaran yang jernih (clear consciousness) dan kemampuan intelektual
biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang
kemudian.
Gejala Skizofrenia
Gejala yang tampak dari suatu skizofrenia dibagi 5 dimensi yaitu:
1. Simptom positif
Simptom positif menggambarkan fungsi normal yang berlebihan dan khas,
meliputi waham, halus, disorganisasi pembicaraan dan disorganisasi perilaku
14
seperti katatonia atau agitasi. Simptom positif tidak hanya ditemukan paa
penderita skizofrenia tetapi bisa juga didapatkan pada gangguan lainnya
misalnya pada gangguan bipolar, gangguan skizoafektif, depresi psikotik,
demensia Alzheimer atau demensia lain maupun pada drug induced psikosis.
2. Simptom negatif
Simptom negatif terdiri dari 5 tipe gejala, yaitu:
a. Affective Flattening
Ekspresi emosi yang terbatas, dalam rentang dan intensitas
b. Alogia
Keterbatasan pembicaraan dan pikiran, dalam kelancaran dan
produksitivitas
c. Avolition
Keterbatasan perilaku dalam menentuka tujuan
d. Anhedonia
Berkurangnya minat dan menarik diri dari seluruh aktivitas yang
menyenangkan dan biasa dilakukan oleh penderita
e. Gangguan Atensi
Suatu gejala dapat dikatan simptom negatig apabila ditemukan adanya
penurunan fungsi normal pada penderita skizofrenia seperti afek tumpul,
penarika emosi (emotional withdrawal) dalam berkomunikasi, raport yang
15
buruk dengan lingkungan sekitarnya, bersikap menjadi lebih pasif dan
menarik diri dari hubungan sosial
Hal lain yang sering tampak dari simptom negatif adalah kesulitan dalam
berpikir abstrak, pikiran yang stereoptik dan kurangnya spontanitas. Perawatan diri
dan fungsi sosial yang menurun juga dapat menjadi tanda dari simptom negatif pada
penderita skizofrenia.
Penyebab dari simptom negatif pada skizofrenia dapat terjadi secara primer
maupun sekunder
a. Primer adalah penurunan yang disebabkan perjalanan penyakit
skizofrenia itu sendiri, sehingga memunculkan simptom negatif
b. Sekunder adalah EPS (Extrapyramidal Symptom) yang diakibatkan
karena pemakaian obat antipdikotik, simptom depresi yang muncul pada
penderita, maupun enviromental deprivation (penyingkiran dari
lingkungan) yang dialami ketika seseorang didiagnosis menderita
skizofrenia.
3. Simptom Kognitif
Simptom kognitif pada penderita skizofrenia dapat saling tumpang tindih dengan
simptom negatif. Simptom kognitif selain gangguan pikiran dapat juga terjadi
inkoheren, asosiasi longgar, atau neologisme. Gangguan kognitif spesifik yang
lain adalah gangguan atensi dan gangguan pengolahan informasi. Gangguan
kognitif yang paling berat dan paling sering didapatkan pada penderita
skizofrenia adalah
16
Gangguan verbal fluency (kemampuan untuk menghasilkan oembicaraan
yang spontan)
Gangguan serial learning (urutan peristiwa)
Gangguan dalam vigilance (kewaspadaan)
Gangguan eksekutif (masalah dengan atensi, konsentrasi, prioritas dan
perilaku pada hubungan sosial)
Gangguan kognitif selain pada penderita skizofrenia, dapat juga terjadi pada
penderita autisme demensia post stroke, demensia Alzheimer, demenisa
organik.
4. Simptom Agresif dan Hostile
Simptom agresif dan hostilitas pada penderita skizofrenia dapat
tumpang tindih dengan simptom positif. Simptom ini menekankan pada
masalah pengendalian impuls. Hostilitas pada penderita skizofrenia bisa
berupa penyerangan secara sisik atau verbal terhadap orang lain di lingkungan
sekitarnya, maupun dalam bentuk fisik atau kata-kata yang kasar. Termasuk
dalam simptom agresif dan hostilitas adalah perilaku yang mencelakakan diri
sendiri (suicide), merusak barang orang lain, atau seksual acting out.
Simptom agresif dan hostile selain didapatkan pada penderita
skizofrenia, dapat juga terjadi pada gangguan bipolar, ADHD, gangguan
perilaku, psikosis pada anak, demensia Alzheimer dan gangguan kepribadian
5. Simptom Depresi dan Anxious
17
Simptom depresi dan anxious pada penderita skizofrenia sering kali
didapatkan bersamaan dengan simptom lain seperti mood yang terdepresi,
mood cemas, rasa bersalah, tension, iritabilitas, atau kecemasan. Simptom
depresi dan anxious tidak hanya merupakan suatu tanda dari gangguan depresi
mayor, tetapi dapat juga terjadi pada gangguan lain seperti gangguan bipolar,
skizofrenia, skizoafektif, depresi dengan penyebab organik, atau depresi
psikotik, gangguan mood dan psikotik yang resisten dengan pengobatan.
Pedoman Diagnostik
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua
gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas) :
c. Thought Echo : isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya
sama namun kualitasnya berbeda; atau
Thought Insertion or Wihdrawal : isi pikiran yang asing dari luar masuk
ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh
sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan
Thought Broadcasting : isi pikirannya tesiar keluar sehingga orang lain
atau umum mengetahuinya
d. Delusion of Control : waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar; atau
Delusion of Influence : waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar; atau
18
Delusion of Passivity : waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah
terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang “dirinya” = secara jelas
merujuk ke pergerakan tubuh atau anggota gerak atau pikiran, tindakan
atau peninderaan khusus);
Delusional Perception : pengalaman inderawi yang tak wajar yang
bermakna sangat khas bagi dirinya, bersifat biasanya mistik atau mukjizat
e. Halusinasi Auditorik :
- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap
perilaku pasien, atau
- Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara
berbagai suara yang berbicara), atau
- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh
f. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal
keyakinan agama atau ploitik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan
diatas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca atau
berkomunikasi dengan mahluk asing dari dunia lain)
Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus ada secara jelas :
g. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik
oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan
19
(over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama
berminggu-minggu atau berbulan-bulan secara terus menerus;
h. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak
relevan atau neologisme;
i. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (ex-citement) , posisi
tubuh tertentu (posturing) atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme
dan stupor
j. Gejala-gejala “negatif” seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang,
dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya
kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak
disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;
Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu
satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal)
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal
behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak
berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitude), dan
penarikan diri secara sosial
Perjalanan gangguan skizofrenik dapat diklasifikasikan dengan menggunakan
kode lima karakter berikut
20
F20.x0 Berkelanjutan
F20.x1 Episodik dengan kemunduran progresif
F20.x2 Episodik dengan kemunduran stabil
F20.x3 Episodik berulang
F20.x4 Remisi tak sempurna
F20.x5 Remisi sempurna
F20.x8 Lainnya
F20.x9 Periode pengamatan kurang dari satu tahun
F20.1 Skizofrenia Hebefrenik
Pedoman Diagnostik
Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
Diagnosis hebefrenia untuk pertama kalinya hanya ditegakkan pada usia
remaja atau dewasa muda (onset biasanya mulai 15-25 tahun)
Kepribadian premorbid menunjukan ciri khas: pemalu dan senang
menyendiri (solitary) namun tidak harus demikian untuk menentukan
diagnosis
Untuk diagnosis hebefrenia yang meyakinkan umumnya diperlukan
pengamatan kontinu selama 2 atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan
bahwa gambaran yang khas berikut ini memang benar bertahan :
- Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan,
serta mennerisme; ada kecenderungan untuk selalu menyendiri
21
(solitary), dan perilaku menunjukkan hampa tujuan dan hampa
perasaan;
- Afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar (inappropriate),
sering disertai cekikikan (giggling) atau perasaan puas sendiri
(self-satisfied), senyum sendiri (self-absorbed-smiling), atau oleh
sikap tinggi hati (lofty manner), tertawa menyeringai (grimaces),
mannerisme, mengibuli secara bersenda gurau (pranks), keluhan
hipokondrial, dan ungkapan kata yang diulang-ulang (reiterated
phrases);
- Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak
menentu (rambling) serta inkoheren.
Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir
umumnya menonjol. Halusinasi dan waham mungkin ada tetapi
biasanya tidak menonjol (fleeting and fragmentary delusions and
hallucinations). Dorongan kehendak (drive) dan yang bertujuan
(determination) hilang serta sasaran ditinggalkan, sehingga perilaku
penderita memperlihatkan ciri khas, yaitu perilaku tanpa tujuan
(aimless) dan tanpa maksud (empty of purposes). Adanya suatu
preokupasi yang dangkal dan bersifat dibuat-buat terhadap agama,
filsafat, dan tema abstrak lainnya, makin mempersukar orang
memahami jalan pikiran pasien.
PROGNOSIS SKIZOFRENIA
22
a. Ciri-ciri prognosis baik
- Late onset
- Onset akut
- Mempunyai faktor pencetus yang jelas
- Memiliki riwayat pramorbid yang baik dalam sosial, seksual, dan
pekerjaan
- Dijumpai simtom depresi
- Telah menikah
- Memiliki riwayat keluarga dengan gangguan mood
- Mempunyai sistem support yang baik
- Gambaran klinis adalah simtom positif
b. Ciri-ciri prognosis buruk
- Onset usia muda
- Onset perlahan-lahan dan tidak jelas
- Tidak ada faktor pencetus
- Memiliki riwayat pramorbid yang jelek
- Dijumpai perilaku menarik diri atau autistik
- Belum menikah atau telah bercerai
- Memiliki riwayat keluarga skizofrenia
- Mempunyai sistem support yang buruk
- Gambaran klinis adalah simtom negatif atau simtom neurologi
- Memiliki riwayat trauma masa perinatal
23
- Tidak ada remisi selama 3 tahun pengobatan
- Terjadi banyak relaps
- Memiliki riwayat skizofrenia sebelumnya
Penanganan non-farmakologi
a. Penanganan Fase Akut
Pengobatan rawat inap diindikasikan apabila pasien memiliki ancaman yang serius
untuk membahayakan diri dan orang lain, tidak mampu menjaga diri dan tetap
membutuhkan pengawasan.
• Manajemen terapi
Tujuan:
- Mencegah menjadi lebih buruk, mengkontrol perilaku kacau, menekan gejala-
gejala dan mengembalikan fungsi ke tingkat yang paling baik.
- Melaksanakan terapi dengan dukungan pasien dan keluarga pasien
- Mendidik pasien (membuat mereka menjadi lebih faham) & keluarga pasien
mengenai penyakitnya
- Menetapkan rencana terapi jangka pendek dan jangka panjang.
• Peran serta psikososial
24
Tujuan:
- Mengurangi penyakit menjadi lebih parah dengan memberikan contoh,
komunikasi yang jelas dan harapan
- Membantu menyediakan struktur dan lingkungan yang diharapkan
- Membantu agar terbangunnya dukungan dengan hubungan antara pasien dan tim
yang memberikan pengobatan
b. Fase stabilisasi
• Managemen Psikiatri
Tujuan:
- Meminimalkan tekanan yang dialami pasien & memberikan dukungan untuk
meminimalkan terjadinya kekambuhan.
- Membimbing pasien untuk dapat hidup beradaptasi dalam lingkungannya
- Membantu untuk mengatasi dengan mengurangi efek samping dan membantu
terjadinya remisi
- Melanjutkan pemberian edukasi pada pasien saat gejala penyakit datang dan
hasil dari terapinya
- Menjelaskan pentingnya minum obat dengan mengedukasi pasien dan
keluarganya mengenai kemungkinan terjadinya kekambuhan bila pengobatan
tidak dilanjutkan
• Peran serta psikososial
25
Psikoedukasi
Memulai peran serta masyarakat
- Terapi dengan peran serta masyarakat
- Rehabilitasi misalnya pelatihan cara bersosialiasi, terapi kognitif dan perilaku
- Pasien membentuk kelompok bagaimana cara untuk membantu diri sendiri secara
mandiri, perkumpulan bagaimana cara memperlakukan diri dan perkumpulan para
kerabat (dibentuk oleh orang tua pasien)
• Terapi individual
Dukungan dan orientasi tilikan
- Pendekatan individual berdasarkan kondisi klinik, mencetak kemampuan dan
preference
- Mengikutsertakan keluarga dalam rencana terapi, mencapai tujuan dan pelayanan
- Menyediakan bimbingan, dukungan, petunjuk dan pelatihan untuk membina
keluarga memenuhi peran mereka sebagai caregivers
- Dukungan kelompok untuk keluarga seharusnya dianjurkan
• Terapi kelompok
- Psikoterapi dan dukungan kelompok membantu kelangsungan penyelesaian
masalah, rencana tujuan, interaksi sosial dan efek samping pengobatan
26
Penatalaksanaan
Farmakoterapi :
3. Antipsikotik tipikal :
Stelazin 5 mg 2 x 1
Stelazin merupakan merk dagang dari Trifluoperazine. Termasuk obat anti
psikosis tipikal golongan phenothiazine rantai piferazine.
Mekanisme kerja : memblokade dopamin pada reseptor
Dosis : 5 - 60 mg
4. THP
THP (Trihexyphenidyl) tab 2 mg 0-0-1
Mekanisme Kerja :
• THP menginhibisi impuls eferen dalam saraf parasimpatis yang menginervasi
struktur-struktur seperti otot polos (spasmolytic activity), kelenjar saliva, mata
(midriasis). Pada dosis tinggi dapat terjadi efek langsung terhadap inhibisi
pada pusat motorik otak.
• Selain untuk obat penyakit parkinson, obat ini juga sering digunakan untuk
mengobati efek samping ekstrapiramidal yang terjadi selama penggunaan
obat-obatan anti-psikosis. Obat THP ini menurunkan frekuensi dan durasi
dari oculogyric crises serta menurunkan pergerkan diskinetik (dyskinetic
movements) dan kontraksi spastis (spastic contractions).
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan, Harold I., Sadock, Benjamin J., dan Grebb, Jack A. Sinopsis
Psikiatri, Jilid I. Binarupa Aksara. Tangerang: 2010.
2. Maslim, Rusdi. 2001. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan
Ringkas dari PPDGJ-III. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma
Jaya. Jakarta.
3. Tim Psikiatri FKUI. 2005. Buku Ajar: Psikiatri. Jakarta: FK UI Press.
28