DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN............................................................... vii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii
ABSTRAK .......................................................................................................... x
ABSTRACT ........................................................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................... 5
1.3 Ruang Lingkup Masalah ......................................................... 6
1.4 Orisinalitas Penelitian ............................................................. 6
1.5. Tujuan Penelitian .................................................................... 8
a. Tujuan Umum .................................................................... 8
b. Tujuan Khusus ................................................................... 8
1.6. Manfaat Penelitian ................................................................. 9
a. Manfaat Teoritis ................................................................. 9
b. Manfaat Praktis .................................................................. 9
1.7. Landasan Teori ........................................................................ 9
1.8. Metode Penelitian.................................................................... 16
a. Jenis Penelitian ................................................................... 16
b. Jenis Pendekatan ................................................................ 16
c. Data dan Sumber Data ........................................................ 18
d. Teknik Pengumpulan Data ................................................. 19
e. Teknik Penentuan Sampel Penelitian ................................. 20
f. Teknik Analisis Data .......................................................... 21
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG SERTIFIKAT DAN HAK MILIK
ATAS TANAH ..................................................................................... 22
2.1 Dasar Hukum Sertifikat Tanah.................................................. 22
2.2 Hak Milik Atas Tanah ............................................................... 24
2.3 Prosedur Penerbitan Sertifikat Pengganti Hak Milik Atas
Tanah..................................................................................... .... 27
BAB III PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK
SERTIFIKAT PENGGANTI HAK MILIK ATAS TANAH ............ 40
3.1 Prosedur Penerbitan Sertifikat Pengganti Karena Alasan
Hilang………………………. ................................................... 40
3.2 Perlindungan Hukum Bagi Pemilik Sertifikat Dalam Hal
Penerbitan Sertifikat Pengganti Mengandung Cacat
Administrasi .............................................................................. 41
3.3 Hambatan Dalam Penerbitan Sertifikat Pengganti .................... 51
BAB IV STUDI KASUS PENYELESAIAN SENGKETA ATAS
SERTIFIKAT PENGGANTI HAK MILIK ATAS TANAH ............ 55
4.1 Kasus Posisi........................................................................ ...... 55
4.2 Penyelesaian Sengketa Penerbitan Sertifikat Pengganti Oleh
Kantor Badan Pertanahan Kabupaten Gianyar ......................... 64
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 68
5.1 Kesimpulan ............................................................................... 68
5.2 Saran .......................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 70
ABSTRAK
Terbitnya sertipikat pengganti tentunya diharapkan dapat memberikan
perlindungan hukum atas kepemilikan dari sertipikat pengganti yang dimohon
oleh pemegang hak sesuai persyaratan dan prosedur hukum yang berlaku.
Permasalahan yang terjadi yaitu bagaimanakah perlindungan hukum terhadap
pemegang sertipikat pengganti hak milik atas tanah pada Kantor Badan
Pertanahan Nasional Kabupaten Gianyar? dan Bagaimanakah penyelesaian
sengketa pembatalan sertipikat tanah pengganti pada Kantor Badan Pertanahan
Nasional Kabupaten Gianyar?.
Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu metode
penelitian hukum empiris.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan secara yuridis empiris dapat
diketahui bahwa (1) Akibat hukum dari diterbitkannya sertipikat pengganti yaitu
tidak berlakunya sertipikat asli yang telah dikeluarkan oleh Badan Pertanahan
Nasional sebelumnya. Dengan diterbitkannya sertipikat pengganti, maka sertipikat
lama yang masih tersisa akan dimusnahkan oleh Kantor Pertanahan untuk
menghindari penyalahgunaan dikemudian hari. (2) Penyelesaian sengketa
pembatalan sertipikat tanah pengganti pada Kantor Badan Pertanahan Nasional
Kabupaten Gianyar yaitu dengan diselesaikan melalui Pengadilan Tata Usaha
Negara Denpasar, dengan melakukan pemeriksaan terhadap bukti-bukti dan saksi
maka diputuskan untuk membatalkan sertipikat kedua Pengganti yang hilang telah
dibatalkan melalui SK Kakanwil BPN Bali No. 0245/Pbt./BPN.51/2012 tanggal
30 Januari 2012 yang disebabkan dalam penerbitannya terdapat cacat
administrasi.
Kata Kunci: sertipikat, pengganti, pembatalan, badan pertanahan nasional
ABSTRACT
The issuance of a replacement certificate is of course expected to provide
legal protection for the ownership of the replacement certificate requested by the
right holder in accordance with applicable legal requirements and procedures.
The problem that happens is how is the legal protection against the holder of the
certificate of replacement of land ownership rights at the Office of the National
Land Agency of Gianyar Regency? And How to resolve the dispute over the
abbreviation of the replacement land certificate at the Office of the National Land
Agency of Gianyar Regency ?.
The research method used in this research is empirical law research method.
Based on the results of research conducted by juridical empirical can be seen that
(1) The legal consequences of the issuance of a replacement certificate that is not
the enactment of the original certificate issued by the previous National Land
Agency. With the issuance of a replacement certificate, the remaining old
certificates will be destroyed by the Land Office to avoid future misuse. (2) The
settlement of land replacement certificate disputes at the Gianyar National Land
Office Office is completed by the Denpasar State Administrative Court, by
examining the evidence and witnesses, it is decided to cancel the second
certificate of the lost Substitute has been canceled through SK Kakanwil BPN Bali
No. 0245 / Pbt. / BPN.51 / 2012 dated January 30, 2012 caused by the issuance of
administrative defect.
Keywords: certificate, substitute, cancellation, national land agency
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semakin meningkatnya kebutuhan atas tanah yang dipergunakan untuk
kepentingan masyarakat, namun jumlah tanah yang ada di daratan tidak pernah
bertambah sehingga diperlukanlah suatu aturan hukum untuk menjamin kepastian
hukum dan juga perlindungan hukum bagi pemegang hak milik atas tanah. Guna
mengatur penguasaan,penggunaan dan kepemilikan tanah pemerintah telah
menetapkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Undang-Undang
Pokok Agraria (selanjutnya disebut UUPA), Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 1997 dan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran
Tanah.
PP No. 24 Tahun 1997 mempunyai peran yang sangat besar dan
menentukan, bukan hanya sekedar sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 19
UUPA, tetapi lebih dari itu PP No. 24 Tahun 1997 menjadi tulang punggung yang
mendukung jalannya administrasi pertanahan sebagai salah satu program Catur
Tertib Pertanahan dan Hukum Pertanahan di Indonesia.1 Pemerintah kemudian
membentuk lembaga pendaftaran tanah guna menjamin kepastian dan juga
perlindungan hukum bagi pemegang hak atas tanah. Pendaftaran tanah dilakukan
oleh pemegang hak bertujuan untuk memperoleh bukti kepemilikan hak dengan
dikeluarkannya sertifikat hak atas tanah yang berlaku sebagai alat pembuktian
yang kuat sebagaimana disebutkan dalam Pasal 19 Undang-Undang Pokok
1 Urip Santoso, 2013, Pendaftaran dan Peralihan Hak Atas Tanah, Kencana, Jakarta,
(selanjutnya disebut Urip Santoso I) h. 5
2
Agraria yang menyatakan :
(1) untuk menjamin kepastian hukum oleh pemerintah diadakan pendaftaran
tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan
yang diatur dalam Peraturan Pemerintah.
(2) Pendaftaran tanah dalam ayat (1) Pasal ini meliputi :
a. Pengukuran, perpetaan dan pembukuan tanah;
b. Pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut;
c. Pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat
bukti yang kuat.
Uraian Pasal 19 Undang-undang Pokok Agraria tersebut di atas bisa perlihatkan
bahwa pandaftaran tanah itu sangat penting untuk dilaksanakan bagi seluruh
rakyat Indonesia serta bagi pihak-pihak yang berkepentingan baik perorangan
maupun badan hukum di seluruh wilayah republik Indonesia.
Pelaksanaan pendaftaran tanah oleh pemerintah diselenggarakan oleh Badan
Pertanahan Nasional (BPN) yaitu sebuah lembaga Pemerintahan Non Departemen
yang bidang tugasnya meliputi bidang pertanahan. Dalam Pasal 5 PP No. 24 Tahun
1997 disebutkan bahwa instansi pemerintah yang menyelenggarakan pendaftaran
tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia adalah Badan Pertanahan Nasional
(BPN), selanjutnya dalam Pasal 6 ayat (1) ditegaskan bahwa dalam rangka
penyelenggaraan pendaftaran tanah tersebut, tugas pelaksanaannya dilakukan oleh
Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/ Kota. Kantor Pertanahan adalah unit kerja
BPN di wilayah kabupaten atau kota, yang melakukan pendaftaran hak atas tanah dan
pemeliharaan daftar umum pendaftaran tanah.
Sertifikat hak atas tanah memiliki peranan yang sangat penting dalam
suatu pembuktian. Sertifikat merupakan tanda bukti yang kuat bagi pemegang
hak, hal ini sebagaimana diamanatkan dalam ketentuan Pasal 1 angka 20 PP No.
24 Tahun 1997.
3
Masalah tanah di lihat dari segi yuridisnya saja merupakan hal yang tidak
sederhana pemecahannya. Kesamaan terhadap konsep sangat di perlukan agar
terdapat kesamaan persepsi yang akan menghasilkan keputusan yang solid dan
adil bagi pihak-pihak yang meminta keadilan. Persamaan yang memerlukan
persamaan persepsi tersebut misalnya berkenaan antara lain dengan sertifikat
sebagai tanda bukti hak atas tanah, berkenaan dengan kedudukan sertifikat tanah,
sertifikat yang mengandung cacat hukum dan cara pembatalan dan / atau
penyelesainnya.2
Keberadaan suatu sertifikat menjadi riskan akan permasalahan dan bisa
mengakibatkan timbulnya sengketa. Permasalahan yang sering terjadi yaitu
sertifikat yang rusak yang disengaja maupun tidak. Sertifikat dapat mengalami
kerusakan baik itu karena tidak sengaja yang dilakukan oleh pemilik sertifikat
maupun akibat dari adanya bencana alam dan kerusakan karena kertas yang
dipergunakan sudah terlalu lama atau karena robeknya sertifikat akibat
kecerobohan dari pemegang sertifikat. Permasalahan yang terjadi juga bisa karena
sertifikat tersebut hilang akibat dicuri atau karena kecerobohan pemegang hak
menghilangkan sertifikat tersebut. Untuk mengatasi permasalahan yang terjadi
yaitu rusaknya atau hilangnya sertifikat, sehingga perlu dilakukan suatu
penerbitan sertifikat baru sebagai pengganti dari sertifikat yang rusak atau hilang
tersebut. Dalam PP No. 24 Tahun 1997 keberadaan dari sertifikat pengganti ini
diatur dalam ketentuan Pasal 57 hingga Pasal 60 PP No. 24 Tahun 1997.Terbitnya
sertifikat pengganti juga bisa timbul yang diakibatkan adanya pihak lain yang juga
mengakui sebagai pemegang hak yang sah atas suatu bidang tanah.
2Maria S.W Sumardjono, 2001, Kebijakan Pertanahan antara Regulasi dan
Implementasi, Kompas, Jakarta, h. 163
4
Karena sertifikat hak atas tanah merupakan alat bukti hak yang kuat
apabila ada bukti lain yang membuktikan dari pada sertifikat maka sertifikat
tersebut dapat dibatalkan baik karena cacat administrasi maupun atas dasar
putusan pengadilan, Salah satu contoh kasus yang terjadi yaitu sebagaimana telah
diputuskan dalam Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Surabaya Perkara No :
65/B/2013/PT.TUN.SBY antara Ly Hoa Quynh sebagai Penggugat melawan
Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Propinsi Bali sebagai
Tergugat I, Kepala Kantor Badan Pertanahan Kabupaten Gianyar sebagai
Tergugat II dan Gunawan Yusuf selaku Tergugat II Intervensi. Sebelumnya
perkara telah diputus melalui Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Denpasar
Nomor : 21/G/2012/PTUN.Dps.
Adapun kasus posisi secara singkat yaitu mengenai digugatnya 15 (lima
belas) sertifikat pengganti hak milik atas tanah di Kantor Badan Pertanahan
Kabupaten Gianyar. Kasus bermula pada tahun 2008 penggugat merasa telah
kehilangan 15 sertifikat hak milik atas tanah miliknya, sebelum penggugat
melaporkan kehilangan sertifikat-sertifikat tersebut, penggugat telah berulang kali
menanyakan akan keberadaan ke semua sertifikat tersebut kepada suaminya
selaku Tergugat II Intervensi bahkan penggugat meminta bantuan kepada anaknya
untuk menanyakan keberadaan semua sertifikat tersebut kepada Tergugat II
Intervensi namun setiap kali ditanyakan sang suami selalu mengatakan tidak tahu.
Untuk melindungi kepentingannya sebagai pemegang hak atas sertifikat-sertifikat
tersebut kemudian pemegang hak melaporkan kehilangan sertifikat kepada pihak
kepolisian Polsek Ubud. Berdasarkan laporan kehilangan tersebut maka
diproseslah penerbitan sertifikat kedua sebagai pengganti dari sertifikat yang
hilang oleh Kantor Badan Pertanahan Kabupaten Gianyar dan telah diumumkan
5
melalui media massa pada tanggal 25 April 2008. Terhitung dalam jangka waktu
30 hari sejak diumumkannya penerbitan ke 15 Sertifikat Kedua sebagai pengganti
yang hilang tidak ada pihak yang keberatan termasuk dari sang suami sehingga
BPN menerbitkan sertifikat pengganti. Namun pada 30 Januari 2012 terbitlah
Keputusan Kepala kantor wilayah Badan Pertanahan Nasional Propinsi Bali yang
membatalkan ke 15 Sertifikat Pengganti tersebut karena ternyata sertifikat yang
asli tidak hilang namun berada dalam penguasaan Tergugat II Intervensi yang
membawa kabur sertifikat-sertifikat tersebut keluar negeri. Penggugat merasa
keberatan dengan Keputusan Kepala kantor wilayah BPN Propinsi Bali yang
membatalkan sertifikat-sertifikat pengganti atas ke 15 (lima belas) sertifikat asli
yang sebelumnya tidak dapat ditemukan keberadaannya oleh penggugat sehingga
Penggugat kemudian menggugat Keputusan Kepala kantor wilayah Badan
Pertanahan Nasional Propinsi Bali yang membatalkan sertifikat pengganti tersebut
ke Pengadilan Tata Usaha Negara Denpasar.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka menarik
untuk dikaji lebih lanjut dalam penelitian ini dengan mengangkat judul Cacat
Hukum Administrasi Dalam Penerbitan Sertifikat Pengganti Hak Milik Atas
Tanah (Studi Kasus Di Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Gianyar).
1.2 Rumusan masalah
Adapun permasalahan yang hendak dibahas dalam penelitian ini yaitu
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap pemilik sertifikat
pengganti hak milik atas tanah pada Kantor Badan Pertanahan
Nasional Kabupaten Gianyar?
6
2. Bagaimanakah penyelesaian sengketa pembatalan sertifikat tanah
pengganti pada Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten
Gianyar?
1.3 Ruang Lingkup Masalah
Untuk menghindari agar pembahasan dalam skripsi ini tidak keluar dari
pokok permasalahan, maka diperlukan adanya batasan-batasan terhadap
permasalahan yang akan dibahas yaitu sebagai berikut:
Pada permasalahan pertama dibahas mengenai perlindungan hukum
terhadap pemegang sertifikat pengganti hak milik atas tanah pada Kantor Badan
Pertanahan Nasional Kabupaten Gianyar dan pada permasalahan kedua membahas
mengenai penyelesaian sengketa pembatalan sertifikat tanah pengganti pada
Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Gianyar.
1.4 Orisinalitas Penelitian
Tulisan yang berjudul Cacat hukum administrasi dalam penerbitan
sertifikat pengganti Hak milik atas tanah (Studi kasus di kantor Badan Pertanahan
Kabupaten Gianyar) adalah sepenuhnya hasil pemikiran dan tulisan yang ditulis
oleh penulis sendiri dengan menggunakan 3 (tiga) skripsi sebagai referensi.
Beberapa penelitian yang ditelusuri berkaitan dengan penelitian ini dapat
dikemukakan sebagai berikut:
1. Skripsi dari M. Arif Rachman, NIM 06.410.423, dengan mengangkat judul
“Pelaksanaan Penerbitan Sertifikat Pengganti Karena Hilang Di Kabupaten
Gunung Kidul.” Adapun permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini
7
yaitu:
1) bagaimana pelaksanaan penerbitan sertifikat pengganti karena hilang
oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Gunung Kidul?
2) Hambatan-hambatan apa saja yang menjadi kendala dalam
pelaksanaan penerbitan sertifikat pengganti karena hilang oleh Kantor
Pertanahan Kabupaten Gunung Kidul?
2. Skripsi dari Nurdjani, NIM C.100.050.066, dengan mengangkat judul
“Pelaksanaan Penerbitan Sertifikat Pengganti Hak Milik Atas Tanah
Karena Hilang Oleh Kantor Pertanahan Kota Surakarta.” Adapun
permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini yaitu :
1) Bagaimanakah pelaksanaan penerbitan sertifikat pengganti hak milik
atas tanah karena hilang oleh Kantor Pertanahan Kota Surakarta?
2) Kendala-kendala apa saja yang dihadapi dalam pelaksanaan penerbitan
sertifikat pengganti hak milik atas tanah.karena hilang oleh Kantor
Pertanahan Kota Surakarta
3. Skripsi dari Bakhtiar Dwiky Damara, NIM 8111410178, dengan
mengangkat judul “Perlindungan Hukum Bagi Pemegang Hak Atas Tanah
Dalam Hal Terdapat Sertifikat Ganda.” Adapun permasalahan yang
diangkat dalam skripsi ini yaitu :
1) Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan diterbitkannya kepemilikan
sertifikat ganda hak atas tanah oleh Kantor Pertanahan?
2) Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap pemegang hak atas tanah
bilamana terdapat penerbitan sertifikat ganda?
Berdasarkan penelusuran dari skripsi dengan judul dan pokok
8
permasalahan seperti yang dijelaskan di atas, menunjukkan bahwa penelitian
dengan Cacat hukum administrasi dalam penerbitan sertifikat pengganti Hak milik
atas tanah (Studi kasus di kantor Badan Pertanahan Kabupaten Gianyar) belum
ada yang membahasnya, sehingga skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah orisinalitas atau keasliannya.
1.5 Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah dalam kerangka pengembangan
ilmu hukum sehubungan dengan paradigma science as a process (ilmu sebagai
suatu proses). Paradigma ilmu tidak akan berhenti dalam penggaliannya atas
kebenaran dalam bidang hukum pertanahan, khususnya yang berkaitan dengan
Penyelesaian Sengketa Kepemilikan Sertifikat Pengganti Hak Milik Atas Tanah
Pada Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Gianyar.
b. Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang hendak dicapai dari penelitian skripsi ini yaitu sebagai
berikut:
1) Untuk mengetahui dan menganalisa lebih lanjut mengenai
perlindungan hukum terhadap pemegang sertifikat pengganti hak milik
atas tanah pada Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten
Gianyar.
2) Untuk mengetahui dan menganalisa mengenai penyelesaian sengketa
pembatalan sertifikat tanah pengganti pada Kantor Badan Pertanahan
Nasional Kabupaten Gianyar.
9
1.6 Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat
positif bagi perkembangan ilmu hukum, khususnya bidang Hukum Pertanahan
terutama yang berkaitan dengan perlindungan hukum atas kepemilikan sertifikat
pengganti.
b. Manfaat Praktis
1) Manfaat bagi pihak Badan Pertanahan Nasional
Bagi pihak Badan Pertanahan Nasional penelitian ini diharapkan dapat
menjadi bahan acuan dalam memberikan perlindungan dan kepastian
hukum bagi masyarakat yang mengajukan permohonan sertifikat
pengganti karena sertifikatnya hilang.
2) Manfaat bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi bagi masyarakat
berkaitan dengan permohonan untuk sertifikat pengganti dan menghindari
terjadinya sengketa akibat permohonan dari sertifikat pengganti tersebut.
1.7 Landasan Teoritis
Teori hukum adalah cabang ilmu hukum yang membahas atau
menganalisis tidak sekedar menjelaskan atau menjawab pertanyaan atau
permasalahan secara kritis ilmu hukum maupun hukum positif dengan
menggunakan interdisipliner. Jadi, tidak hanya menggunakan metode diskripsi
saja. Dikatakan secara kritis karena pertanyaan-pertanyaan atau permasalahan
teori hukum tidak cukup dijawab secara "otomatis" oleh hukum positif karena
10
memerlukan argumentasi atau penalaran.3 Untuk membahas permalasahan yang
diangkat dalam skripsi ini maka digunakan beberapa teori hukum, diantaranya
yaitu:
a. Teori Perlindungan Hukum
Hukum merupakan sarana untuk mewujudkan teori perlindungan hukum.
Perlindungan hukum merupakan hak mutlak bagi setiap warga Negara dan
merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan oleh pemerintah mengingat
Indonesia merupakan Negara hukum. Teori perlindungan hukum menurut
pendapat Fitzgerald sebagaimana dikutip oleh Satjipto Rahardjo, bertujuan
mengintegrasikan dan mengkoordinasikan berbagai kepentingan dalam
masyarakat karena dalam suatu lalu lintas kepentingan, perlindungan terhadap
kepentingan tertentu hanya dapat dilakukan dengan cara membatasi berbagai
kepentingan di lain pihak.4 Satjipto Rahardjo juga mengemukakan bahwa
“perlindungan hukum adalah memberikan pengayoman terhadap hak asasi
manusia (HAM) yang dirugikan orang lain dan perlindungan itu diberikan kepada
masyarakat agar dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum.”5
Perlindungan Hukum menurut C.S.T Kansil adalah penyempitan arti dari
perlindungan, dalam hal ini hanya perlindungan oleh hukum saja. Perlindungan
yang diberikan oleh hukum, terkait pula dengan adanya hak dan kewajiban, dalam
hal ini yang dimiliki oleh manusia sebagai subyek hukum dalam interaksinya
dengan hukum manusia serta lingkungannya. Sebagai subyek hukum manusia
3Sudikno Mertokusumo, 2012, Teori Hukum (edisi revisi), Cahaya Atma Pusaka,
Yogjakarta,, h. 87. 4Satjipto Rahardjo, 2000, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Badung, h. 53.
5Ibid, h. 54.
11
memiliki hak dan kewajiban untuk melakukan suatu tindakan hukum.6
Menurut pendapat Philipus M. Hadjon bahwa perlindungan hukum bagi
rakyat sebagai tindakan pemerintah yang bersifat preventif dan represif yang
diuraikan sebagai berikut7:
a. Perlindungan hukum yang preventif bertujuan untuk mencegah terjadinya
sengketa, yang mengarahkan tindakan pemerintah berikap hati-hati dalam
pengambilan keputusan berdasarkan diskresi. Pada perlindungan hukum
preventif ini, subyek hukum diberikan kesempatan untuk mengajukan
keberatan atau pendapatnya sebelum suatu keputusan pemerintah
mendapat bentuk yang definitif. Tujuannya adalah mencegah terjadinya
sengketa.
b. Perlindungan yang represif bertujuan untuk menyelesaikan terjadinya
sengketa, termasuk penangananya di lembaga peradilan. Pengadilan
Umum dan Peradilan Administrasi di Indonesia termasuk kategori
perlindungan hukum ini. Prinsip perlindungan hukum terhadap tindakan
pemerintah bertumpu dan bersumber dari konsep tentang pengakuan dan
perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia karena menurut sejarah dari
barat, lahirnya konsep-konsep tentang pengakuan dan perlindungan
terhadap hak-hak asasi manusia diarahkan kepada pembatasan-pembatasan
dan peletakan kewajiban masyarakat dan pemerintah.
Upaya untuk mendapatkan perlindungan hukum tentunya yang diinginkan
6C.S.T. Kansil, 2000, Pengantar Ilmu Hukum an Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka,
Hakarta, h. 23. 7 Philipus M. Hadjon, 1987, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, Bina Ilmu,
Surabaya, h. 2-3
12
oleh manusia adalah ketertiban dan keteraturan antara nilai dasar dari hukum
yakni adanya kepastian hukum, kegunaan hukum serta keadilan hukum.
Kepentingan hukum adalah mengurusi hak dan kepentingan manusia, sehingga
hukum memiliki otoritas tertinggi untuk menentukan kepentingan manusia yang
perlu diatur dan dilindungi.
Teori perlindungan hukum dipergunakan untuk melakukan analisa pada
permasalahan kedua terkait dengan perlindungan hukum terhadap pemegang
Penyelesaian Sengketa Kepemilikan Sertifikat Pengganti Hak Milik Atas Tanah
Pada Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Gianyar.Perlindungan hukum
dapat dilakukan dengan perlindungan hukum preventif dan perlindungan hukum
represif sebagaimana dikemukakan oleh Philipus M. Hadjon.8
b. Konsep Hak Milik Atas Tanah
Hak merupakan klaim yang dibuat oleh orang atau kelompok yang satu
terhadap yang lain atau terhadap masyarakat. Orang yang mempunyai hak biasa
menuntut (dan bukan saja mengharapkan atau menganjurkan) bahwa orang lain
akan memenuhi dan menghormati hak itu. Tetapi bila dikatakan demikian, segera
harus ditambah sesuatu yang amat penting : hak adalah klaim yang sah atau klaim
yang dapat dibenarkan. Sebab, mengatakan klaim begitu saja jelas tidak cukup.
Ternyata sering dikemukakan klaim yang tidak bisa dibenarkan.9 Tanah
merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat absolute dan vital, hal ini
berarti bahwa kehidupan manusia dipengaruhi dan ditentukan oleh eksistensi
tanah. Kehidupan manusia di dunia tidak dapat di pisahkan dengan tanah. Tanah
8 ibid
9K. Bertens, 1993, Etika, Gramedia Pustaka, Jakarta, h. 178-179.
13
dijadikan tempat tinggal manusia, sehingga manusia dan tanah memiliki
hubungan yang sangat erat. Kebutuhan tersebut adalah logis karena tanah
merupakan tempat tinggal, tempat untuk mencari dan tempat pemberi makan,
tempat manusia dilahirkan, tempat manusia di makamkan, dan tempat arwah
leluhurnya, sehingga selalu ada pasangan antara manusia dengan tanah dan antara
masyarakat dengan tanah.10
Penguasaan tanah secara umum setelah Indonesia merdeka dikuasai oleh
negara sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya disebut UUD 1945)
yang menyatakan bahwa : “bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.” Ketentuan pasal ini bukan berarti rakyat tidak boleh memiliki hak atas
tanah baik secara individu maupun kelompok, namun demikian negara yang
bertanggungjawab atas pengelolaan dan pengaturan secara nasional atas tanah di
Indonesia.
Tanah dalam ruang lingkup agraria merupakan bagian dari bumi. Tanah
yang dimaksud disini bukan mengatur tanah dalam segala aspeknya, yaitu tanah
dalam pengertian yuridis yang disebut hak.11
Tanah sebagai bagian dalam Pasal 4
ayat (1) Undang-Undang Pokok Agraria, yaitu “Atas dasar hak menguasai dari
Negara sebagai dimaksud dalam Pasal 2 ditentukan adanya macam-macam hak
atas permukaan bumi, yang disebut tanah, yang diberikan kepada dan dipunyai
10
J. Andy Hartanto, 2012, Problematika Hukum Jual Beli Tanah Belum Bersertifikat,
Laksbang Mediatama, Yogjakarta, h. 7 11
Urip Santoso, 2005, Hukum Agraria dan Hak-Hak Atas Tanah, Kencana, Jakarta,
(selanjutnya disebut Urip Santoso II) h. 10
14
oleh orang-orang, baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang-orang lain
serta badan-badan hukum.” Hukum Tanah adalah keseluruhan ketentuan-
ketentuan hukum, baik tertulis maupun tidak tertulis, yang semuanya mempunyai
objek pengaturan yang sama yaitu hak-hak penguasaan atas tanah sebagai
lembaga- lembaga hukum dan sebagai hubungan hukum yang kongkret, ber
aspek publik dan privat, yang dapat disusun dan dipelajari secara sistematis,
hingga keseluruhannya menjadi satu kesatuan yang merupakan satu sistem. Objek
hukum tanah adalah hak penguasaan atas tanah. Yang dimaksud dengan
penguasaan atas tanah adalah hak yang berisi serangkaian wewenang, kewajiban,
dan atau larangan bagi pemegang haknya untuk berbuat sesuatu mengenai tanah
yang dihaki. Sesuatu yang boleh, wajib atau dilarang, untuk diperbuat, yang
merupakan isi hak penguasaan itulah yang menjadi kriteria atau tolok ukur
pembeda diantara hak-hak penguasaan atas tanah yang diatur dalam hukum
tanah.12
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, “sertifikat adalah
adalah surat tanda bukti hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2) huruf
c UUPA untuk hak atas tanah, hak pengelolaan, tanah wakaf, hak milik atas
satuan rumah susun dan hak tanggungan yang masing-masing sudah dibukukan
dalam buku tanah yang bersangkutan.” Menurut ketentuan Pasal 19 ayat (2) huruf
c UUPA, maka sertifikat itu merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku
12
Ibid, h. 11
15
sebagai alat bukti yang kuat. Sertifikat menurut ketentuan yang diatur dalam Pasal
32 PP No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah mengatur :
(1) Sertifikat merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat
pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis yang termuat
di dalamnya, sepanjang data fisik dan data yuridis tersebut sesuai dengan
data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah hak yang bersangkutan.
(2) Dalam hal atas suatu bidang tanah sudah diterbitkan sertifikat secara sah
atas nama orang atau badan hukum yang memperoleh tanah tersebut
dengan iktikad baik dan secara nyata menguasainya, maka pihak lain
yang merasa mempunyai hak atas tanah itu tidak dapat lagi menuntut
pelaksanaan hak tersebut apabila dalam waktu 5 (lima) tahun sejak
diterbitkannya sertifikat itu tidak mengajukan keberatan secara tertulis
kepada pemegang sertifikat dan kepala kantor pertanahan yang
bersangkutan ataupun tidak mengajukan gugatan ke Pengadilan mengenai
penguasaan tanah atau penerbitan sertifikat tersebut.
Hak milik merupakan satu-satunya hak primer yang mempunyai
kedudukan paling kuat dibandingkan dengan hak-hak yang lainnya. Hal ini
dipertegas dalam ketentuan Pasal 20 ayat (1) UUPA yang berbunyi: “Hak milik
adalah hak turun temurun, terkuat, terpenuh, yang dapat dipunyai orang atas
tanah, dengan mengingat ketentuan dalam Pasal 6.” Turun temurun artinya hak
milik atas tanah dapat berlangsung terus selama pemiliknya masih hidup dan bila
pemiliknya meninggal dunia, maka hak miliknya dapat dilanjutkan oleh ahli
warisnya sepanjang memenuhi syarat sebagai subjek hak milik. Terkuat artinya
16
hak milik atas tanah lebih kuat dibandingkan dengan hak atas tanah yang lain,
tidak mempunyai batas waktu tertentu, mudah dipertahankan dari gangguan pihak
lain, dan tidak mudah hapus. Terpenuh artinya hak milik atas tanah memberi
wewenang kepada pemiliknya lebih luas bila dibandingkan dengan hak atas tanah
yang lain, dapat menjadi induk bagi hak atas tanah yang lain, dan penggunaan
tanahnya lebih luas bila dibandingkan dengan hak atas tanah yang lain.13
1.8 Metode Penelitian
a. Jenis Penelitian
Penelitian hukum terdiri dari dua jenis, yaitu penelitian hukum normatif
dan penelitian hukum empiris atau sosiologis.14
Jenis penelitian yang digunakan
dalam skripsi ini adalah jenis penelitian hukum empiris, yaitu dengan melihat
permasalahan dari kenyataan yang ada dalam masyarakat dan dikaitkan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku saat ini. Penelitian hukum empiris
adalah penelitian hukum yang objek kejadiannya meliputi ketentuan dan
mengenai pemberlakuan atau implementasi ketentuan hukum normatif (kodifikasi,
Undang-Undang atau kontrak). Secara in action/in abstracto pada setiap
peristiwa hukum yang telah terjadi dalam masayrakat (in concreto).15
b. Jenis Pendekatan
Sebelum mengemukakan jenis pendekatan yang dipergunakan dalam
skripsi ini akan diuraikan terlebih dahulu mengenai jenis-jenis pendekatan yang
13
Urip Santoso II, Opcit, h. 90-91 14
Mukti Fajar Nd. dan Yulianto Achmad, 2010, Dualisme Penelitian Hukum Normatif &
Empiris, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, h. 153. 15
Abdulkadir Muhamad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti,
Bandung, h. 134.
17
terdapat dalam penelitian hukum empiris yaitu :
- Pendekatan perundang-undangan (statute approach) hal ini dimaksudkan
bahwa peneliti menggunakan peraturan perundang-undangan sebagai dasar
awal melakukan analisis.
- Pendekatan konsep (Coseptual Approach), konsep-konsep dalam ilmu
hukum dapat dijadikan titik tolak atau pendekatan bagi analisis penelitian
hukum, karena akan banyak muncul konsep bagi suatu fakta hukum.
- Pendekatan analitis (Analytical Approach), pendekatan ini dilakukan
dengan mencari makna pada istilah-istilah hukum yang terdapat di dalam
perundang-undangan, dengan begitu peneliti memperoleh pengertian atau
makna baru dari istilah-istiah hukum dan menguji penerapannya secara
praktis dengan menganalisis putusan-putusan hukum.
- Pendekatan perbandingan (Comparative Approach), pendekatan ini
dilakukan dengan membandingkan peraturan perundangan Indonesia
dengan satu atau beberapa peraturan perundangan negara-negara lain.
- Pendekatan sejarah (Historical Approach), pendekatan sejarah ini
dilakukan dengan menelaah latar belakang dan perkembangan dari materi
yang diteliti.
- Pendekatan kasus (case approach), pendekatan kasus dalam penelitian
hukum bertujuan untuk mempelajari norma-norma atau kaidah hukum
yang dilakukan dalam praktik hukum.16
16
Fajar, Mukti dan Yulianto Achmad, 2010, Dualisme Penelitian Hukum Normatif &
Empiris, Pustaka Pelajar, Yogjakarta, h. 185-190
18
Dalam penulisan karya ilmiah ini, agar mendapatkan hasil yang ilmiah, serta dapat
dipertahankan secara ilmiah, maka masalah dalam penelitian ini akan dibahas
menggunakan jenis pendekatan perundang-undangan (statute approach),
pendekatan konsep (conseptual approach) dan pendekatan kasus (case approach).
c. Data dan Sumber Data
Dalam penelitian hukum ini data yang digunakan adalah data primer
(lapangan) dan data sekunder (kepustakaan) yaitu sebagai berikut:
1. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang
diperoleh secara langsung dari penelitian lapangan, melalui wawancara
dengan pihak-pihak yang terkait yaitu Staff pada Badan Pertanahan
Nasional Kabupaten Gianyar Penelitian ini dilakukan dengan cara
melakukan wawancara dengan informan dan responden yang ada pada
lokasi penelitian tersebut.
Informan, adalah orang atau individu yang memberikan informasi data
yang dibutuhkan oleh peneliti sebatas yang diketahuinya dan responden,
adalah seseorang atau individu yang mengetahui dan mengalami langsung
suatu kejadian.17
2. Data Sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang
diperoleh dari penelitian kepustakaan dengan cara studi dokumen terhadap
bahan-bahan hukum yang terdiri dari :
i. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang terdiri dari :
(a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
17
Soerjono Soekanto, 2000, Pengantar Penelitian Hukum, UI press, Jakarta, h. 174.
19
(b) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata;
(c) Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria;
(d) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran
Tanah.
(e) Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran
Tanah.
ii. Bahan hukum sekunder, yang terdiri dari literatur-literatur, buku-buku,
makalah, dan jurnal yang ditulis oleh para ahli dan dokumen-dokumen
yang berkenaan dengan masalah yang dibahas yaitu tentang hukum
pertanahan.
iii. Sedangkan Bahan hukum tersier, yang terdiri dari kamus dan
ensiklopedia.18
Kamus yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu
Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Kamus Hukum.
d. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data primer yang dipergunakan dalam penelitian ini
adalah dengan metode wawancara dengan mewawancarai para Responden
maupun informan yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas. Jenis
wawancara yang dipergunakan adalah wawancara terstruktur, yang telah disusun
18
Amiruddin dan Zainal Asikin, 2010, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Raja
Grafindo Persada, Jakarta, h. 119.
20
terlebih dahulu pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan dan semua yang
diwawancarai ditanyakan dengan pertanyaan yang sama. Wawancara adalah
percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu
pewawancara adalah pihak yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
adalah pihak yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.19
e. Teknik Penentuan Sampel Penelitian
Dalam Penelitian ini metode sampel yang digunakan adalah sampel secara
Non Random Sampling, yaitu suatu cara menentukan sampel dimana peneliti telah
menentukan atau menunjuk sendiri sampel dalam penelitiannya. Sesuai dengan
judul dalam penulisan skripsi ini maka dalam penelitian ini sampel yang
digunakan yaitu kasus yang terjadi pada Badan Pertanahan Nasional Kabupaten
Gianyar.
Penentuan informan dilakukan dengan teknik penentuan informan dengan
menggunakan metode snowball sampling yang dipilih berdasarkan penunjukan
atau rekomendasi dari sampel sebelumnya. Sampel pertama yang diteliti
ditentukan sendiri oleh peneliti yaitu dengan mencari informan kunci, kemudian
informan berikutnya yang akan dijadikan sampel tergantung dari rekomendasi
yang diberikan oleh informan kunci yang diawali dengan menunjuk sejumlah
informan yaitu orang yang mengetahui, memahami, dan berpengalaman sesuai
dengan objek penelitian ini.
19
Lexy J. Moleong, 2013, Metodelogi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi, PT. Remaja
Rosdakarya, Cet. XXXI, Bandung, h. 186.
21
f. Teknik Analisis Data
Pengolahan data adalah kegiatan merapikan data hasil pengumpulan data
di lapangan sehingga siap pakai untuk dianalisa.20
Setelah data dikumpulkan
kemudian data diolah secara kualitatif dengan melakukan studi perbandingan
antara data lapangan dengan data kepustakaan sehingga akan diperoleh data yang
bersifat saling menunjang antara teori dan praktek. Dalam menganalisa data,
setelah data terkumpul maka langkah penting selanjutnya adalah analisis data.21
Analisis data yang dipergunakan dalam peneltian ini adalah analisis deskriptif,
yaitu data yang telah dikumpulkan baik dari penelitian lapangan maupun
kepustakaan di olah dengan pendekatan kualitatif dan disajikan secara deskriptif
sesuai dengan hasil penelitian lapangan dan kepustakaan untuk memperoleh
kesimpulan yang tepat dan logis sesuai dengan permasalahan yang dikaji.22
20
Bambang Waluyo, 2008, Penelitian Hukum dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta,
h. 72. 21
Ibid, h. 19. 22
Zainuddin Ali, 2013, Meode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, h. 107.
22