I
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ............................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
GAMBARAN MODEL PEMBELAJARAN SEMI WORKSHOP ........................ 1
A. Orientasi Model Pembelajaran Semi Workshop .......................................... 1
B. Sintaks Dasar Model Pembelajaran Semi Workshop................................... 5
C. Implementasi Model, Prinsip Reaksi, dan Sistem Lingkungan Model
Pembelajaran Semi Workshop ............................................................................ 7
1. Implementasi Model ................................................................................. 7
2. Prinsip Reaksi ........................................................................................... 8
3. Sistem Lingkungan Model Pembelajaran ................................................. 8
4. Tujuan Pembelajaran dan Tujuan Penyerta Model Pembelajaran Semi
Workshop ......................................................................................................... 8
D. Gambaran Keefektifan Model Semi Workshop ........................................... 9
E. Dokumentasi Pelaksanaan Model Semi Workshop ................................... 10
F. Referensi .................................................................................................... 12
II
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA
sehingga laporan penyelenggaraan inovasi perkuliahan ini dapat tersusun hingga
selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari
pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.
Dan harapan kami semoga laporan ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin
masih banyak kekurangan dalam laporan ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
laporan ini.
Bandung, April 2016
Penyusun
1
GAMBARAN MODEL PEMBELAJARAN SEMI WORKSHOP
A. Orientasi Model Pembelajaran Semi Workshop
Sebagai LPTK yang mengemban misi menjadi universitas pelopor dan
unggul, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dari waktu ke waktu terus
melakukan penataan dan pengembangan berbagai sarana dan prasarana
terutama bidang akademik, sebagai core business universitas. Seiring dengan
dinamika perkembangan dan tuntutan progres yang harus dicapai dalam
melayani dan mendorong pencapai kemajuan pendidikan di tanah air. Untuk itu,
secara periodik UPI telah melakukan penataan dan perubahan kurikulum yang
diperlukan sejalan dengan proyeksi progres pendidikan nasional secara
keseluruhan. Dengan pengembangan kurikulum, perencanaan pengalaman
belajar dan penilaian belajar mahasiswa terbukti akan berdampak pada
pendekatan mahasiswa terhadap belajar. (Stefani, 2013)
Di dalam Kurikulum Program Studi PGSD UPI tahun 2013 yang mulai
diterapkan pelaksanaannya tahun akademik 2014/2015 terjadi perubahan yang
signifikan berkenaan dengan substansi akademik dan formulasi bobot materi
perkuliahan, antara lain : Pendalaman Materi rumpun PKn yang semula
diberikan di semester VII sebagai MK pilihan wajib dalam 2 nama mata kuliah
masing-masing : 1) Perkembangan Masyarakat dan Budaya (3 SKS) dan 2)
Budaya Masyarakat Demokrasi (3 SKS) ditiadakan / ditarik ke semester V
dengan satu nama mata kuliah, yaitu Pendalaman Materi PPKn SD (3 SKS)
menggantikan Mata Kuliah Pembelajaran PKn SD (3 SKS) yang substansi
materinya terdiri dari pendalaman materi dan strategi pembelajaran PKn di SD.
Sebagai pengganti dihilangkannya mata kuliah tersebut, pada semester VI
diberikan mata kuliah dengan formulasi baru yakni : 1) Pengembangan
Pembelajaran PPKn SD (3 SKS) dan 2) Model-Model Pembelajaran PKn di
Sekolah Dasar (3 SKS). Dengan perubahan formulasi tersebut, terlihat bahwa
yang menjadi tujuan kurikuler UPI sekarang mulai menekankan pada
pengembangan bobot vocational baik secara konseptual teoretis dan praksis
mahasiswa dalam mengelola pembelajaran bidang studi di sekolah. Berkaitan
dengan kepentingan penerapan pada fase awal pelaksanaannya, menjadi perlu
2
untuk dilakukannya sebuah perekaman dalam arti pencatatan proses termasuk
permasalahan yang ditemukan dan perkembangan yang dicapainya. Dalam
pengembangan pembelajaran dan pengajaran, hal yang penting dan pertama kali
harus diajukan ialah bagaimana kita cara mengevaluasinya. (Macdonald &
Wisdom, 2004).
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) sendiri yang
merupakan salah satu mata pelajaran yang menempati kedudukan sebagai
ujung-tombak Pendidikan Nasional (Sisdiknas), seiring dinamika
perkembangan politik, pembangunan nasional, dan ekspektasi kemajuan global
dari waktu ke waktu mengisyaratkan kegelisahan bangsa ini dalam melihat ke
dalam diri dan tantangan masa depannya. Untuk itu, reka upaya pembelajaran
PPKn bagi para siswa di persekolahan harus dicari terus, dalam kajian dan uji-
coba inovatif oleh segenap civitas akademika universitas pendidikan guru
maupun praktisi di lapangan.
Pendekatan yang berorientasi pada kompetensi (competency based
curriculum) mempunyai tujuan agar warga negara lebih mandiri dalam
memahami dan mencari solusi terhadap masalah. Pendekatan ini mengacu pada
pembaruan metode pembelajaran yang digagas oleh Filsuf Pendidikan John
Dewey yang dengan tegas mendeklarasikan “I believe that the question of
method is ultimately reducible to the question of the order development of the
child’s powers and interests”. (Dewey, My Pedagogic Creed, 1987)
Desain ini juga berangkat dari paradigma konstruktivisme, yang
berpandangan bahwa pengetahuan adalah non-objective, bersifat temporer,
selalu berubah, dan tidak menentu. Belajar dilihat sebagai penyusunan
pengetahuan dari pengalaman kongkret, aktivitas kolaboratif, dan refleksi serta
interpretasi. (Brooks & Brooks, 1993). Dalam kaitannya dengan aktivitas
belajar, terdapat kondisi yang melibatkan penguasaan dan pengubahan
pengetahuan, keterampilan, strategi, keyakinan, sikap, dan perilaku. (Schunk,
2012).
Desain ini juga mengadopsi beberapa bagian dari model pembelajaran
berbasis kerja dan blended learning. Blended learning ini sendiri menjadi tren
dalam pendidikan, karena dapat mempengaruhi kepuasan pembelajar dan
3
meningkatkan peran tutor dalam pembelajaran (Woltering, Herrler, Spitzer, &
Spreckelsen, 2009). Pembelajaran dengan melibatkan konsep workshop
disebut dapat pula meningkatkan pemahaman terhadap konten pengetahuan
yang bersifat kognitif (Kim, 2015).
Seperti disebutkan sebelumnya, Hansen (2008) telah mendesain Curriculum
Workshop untuk menjembatani teori dan praktik pada pendidikan guru yang
sekaligus memberikan tempat untuk musyawarah (deliberatif), inkuiri dan
pembelajaran profesional. Pada umumnya model Workshop sering digunakan
untuk mengoptimalkan profesionalisme guru yang dimulai pada tingkat
sarjana, pasca-sarjana dan guru professional (Kember, Leung, & Mcnaught,
2008; Zemelman, Daniels, & Hyde, 2012; Pfeiffer, 2015), misalkan yang
diperuntukkan bagi guru Bahasa dengan workshop membaca dan menulis.
(Pfeiffer, 2015), dengan workshop ini pula, guru dan murid dinilai mendapat
suasana keterikatan secara independen dalam aktivitas baca dan tulis
(Zemelman, Daniels, & Hyde, 2012) maupun keterikatan dengan pengajarnya.
(Pfeiffer, 2015).
Dalam desain ini, terdapat pembagian peran yang terdiri dari Tim ahli atau
tutor, Audiens atau yang dilatih. Tim ahli menjadi pembelajar dan pengajar
sekaligus, lengkap dengan otoritas memberikan bimbingan dan penilaian.
Dengan desain ini, diasumsikan dapat meningkatkan kreativitas calon guru.
Dalam konteks PKn, praktik pendidikan di sekolah membutuhkan penghargaan
terhadap perbedaan-perbedaan, karena anak tak dapat dididik secara akademik
jika masih ada pembedaan secara sosial dan emosional. (Levinson, Diversity
and Civic Education. , 2012). Karena itu pula, desain model perkuliahan Semi
Workshop ini merupakan pembelajaran komunitas non tradisional atau
kelompok yang mendorong untuk lebih kreatif dan perspektif multidimensi.
(Glowacki-Dudka, et al., 2012). Dengan sistem Workshop ini juga, perbedaan
fasilitator ataupun perbedaan lokasi geografis cenderung tidak mempengaruhi
hasil yang menunjukkan hasil yang sama. (Gromoske & Berger, 2015). Dengan
begitu, sistem atau model yang berjalan tentu tidak bergantung sosok
fasilitator, guru, atau dosen, tetapi bergantung pada sistem yang suportif dan
kondusif tersebut.
4
Berkaitan dengan hal tersebut, Komalasari (2013) menyebutkan prinsip-
prinsip pengembangan materi pembelajaran untuk kreativitas guru, yaitu
Prinsip Relevansi, yaitu materi relevan dengan pencapaian standar kompetensi.
Lalu Prinsip konsistensi, jumlah kompetensi harus sesuai dengan jumlah materi
yang akan diajarkan dan terakhir Prinsip Kecukupan, mirip dengan asas
proporsionalitas. Ini semua tentu bertujuan agar penanaman pembelajaran
dengan mendalam dapat menjadi lebih kondusif untuk mahasiswa. (Kember,
Leung, & Mcnaught, 2008)
Dengan desain ini pula dapat terbentuk pemahaman bahwa Pendidikan
Pancasila Kewarganegaraan di SD seperti disebutkan oleh Levinson sebagai
civic empowerment yang berkarakter sebagai pendidikan dengan kualitas tinggi
daripada sekedar pengajaran spesifik saja tentang pengetahuan, keterampilan
dan sikap tertentu untuk kewarganegaraan yang demokratis. (Levinson,
Citizenship and Civic Education, 2014). Selain itu, dengan setting social
learning, kurikulum Workshop ini memiliki angka yang signifikan secara
statistik terhadap kepedulian akan nilai-nilai berdasarkan budaya, refleksi
budaya, dan pemaksaan nilai-nilai ke orang lain. (Tharp, 2012). Dengan begitu,
guru-guru yang menjalani pendidikan dan pelatihan yang bermakna juga dapat
memberi siswa transmisi-transmisi nilai dan moral. (Johansson, et al., 2011)
Adapun upaya pembelajaran yang dicari formulasi tepatnya antara lain
untuk mempertemukan antara teori dan praktik. Hansen (2008) mendesain
Curriculum Workshop untuk menjembatani teori dan praktik pada pendidikan
guru yang sekaligus memberikan tempat untuk bermusyawarah (deliberatif),
inkuiri dan pembelajaran untuk para professional. Pada umumnya model
Workshop sering digunakan untuk mengoptimalkan profesionalisme guru yang
dimulai pada tingkat sarjana, pasca-sarjana dan guru professional (Kember,
Leung, & Mcnaught, 2008; Zemelman, Daniels, & Hyde, 2012; Pfeiffer, 2015),
misalkan yang diperuntukkan bagi guru Bahasa dengan workshop membaca dan
menulis. (Pfeiffer, 2015), dengan workshop ini pula, guru dan murid dinilai
mendapat suasana keterikatan secara independen dalam aktivitas baca dan tulis
(Zemelman, Daniels, & Hyde, 2012) maupun keterikatan secara personal
dengan pengajarnya. (Pfeiffer, 2015). Dari hal tersebut, sekiranya patut untuk
5
dikaji dan diujicobakan model workshop ini dalam perkuliahan pendidikan guru
SD, khususnya dalam mata kuliah keahlian PKn.
B. Sintaks Dasar Model Pembelajaran Semi Workshop
Hadirnya model pembelajaran Semi Workshop berkenaan dengan sebuah
kebutuhan akan pemenuhan tujuan pembelajaran mata kuliah yang multi-
orientasi. Tujuan tersebut ialah penguasaan teoretis-konseptual dan praksis-
metodologis kajian-kajian dalam mata kuliah tertentu.
Dalam kasus ini, adalah mata kuliah Pengembangan Pembelajaran PKn di
Sekolah Dasar. Ada pun mata kuliah ini merupakan mata kuliah penghujung
dan penyimpul yang paripurna bagi mahasiswa calon guru sekolah dasar
khususnya dalam bidang PKn. Keparipurnaan tersebut berkenaan dengan
argumen bahwa mata kuliah ini yang menjadi ujung dari semua mata kuliah ke-
PPKn-an di SD. Dimulai dari Mata kuliah Konsep Dasar PKn, Pendalaman
Materi PKn SD, Model-model Pembelajaran PKn dan akhirnya ada di mata
kuliah Pengembangan Pembelajaran PKn SD.
Tentu sebagai titik akhir dari tiga mata kuliah sebelumnya, mata kuliah
Pengembangan Pembelajaran PKn SD perlu model pembelajaran atau
pendekatan khusus yang dapat memenuhi tujuan-tujuan atau pun luaran
perkuliahan. Maka dengan mengadaptasi beberapa bagian dari Cooperative
Learning, Work-based Learning dan Pembelajaran berbasis Portofolio,
tercetuslah model Semi Workshop ini.
Adapun langkah-langkah prosedural pelaksanaan model Pembelajaran Semi
Workshop ini dijelaskan sebagai berikut.
a. Membangun paradigma
Langkah pertama ini merupakan sesi penyegaran kembali konsep, teori dan
materi mengenai bahan garapan yang akan dirancang pada keseluruhan
kegiatan perkuliahan. Adapun sesi ini bertujuan untuk memberikan
kejelasan arah, memperluas perspektif dan penjelasan metodologi
prosedural, agar mahasiswa bisa membangun paradigma yang mumpuni
untuk menguasai konsep teori serta dapat merancang sebuah program
pengembangan pembelajaran yang diperkaya kaidah keilmuan.
6
b. Menetapkan tema dan fokus materi
Pada langkah ini, siswa diberikan arahan tema dan fokus materi apa saja
yang akan dibahas dan kemudian dibagikan pada kelompok yang sudah
terbentuk. Hasil dari kegiatan ini adalah setiap kelompok kini terbagi atas
bidang materi keahlian yang mesti didalami secara teoretis, prosedural,
komprehensif dan evaluatif.
c. Pengolahan materi
Setelah terbagi menjadi kelompok keahlian tertentu, siswa kini mencari,
menemukan informasi mengenai materi, mencatat (mengutip, merangkum
dan membuat parafrase), menyeleksi informasi, mengolah dan
menyimpulkan materi. Sesi ini juga diisi dengan konsultasi dan kontrol
kualitas materi oleh guru/dosen yang dibuat oleh tim ahli secara intensif,
kuratif dan konstruktif. Luaran dari langkah ini adalah karya tulis yang siap
dilanjutkan pada tahap lanjutannya.
d. Diseminasi materi
Langkah selanjutnya setelah pengolahan materi yakni
mendiseminasi/menyebarkan karya tulis yang berisi materi pada mahasiswa
peserta workshop beberapa saat sebelum materi dipaparkan (Disarankan
beberapa hari sebelum pemaparan). Langkah ini bertujuan agar mahasiswa
peserta memiliki pemahaman pendahuluan secara teoretis dan bisa kritis
saat sesi dialog/diskusi untuk mengetahui kaidah-kaidah apa saja yang
terdapat pada materi yang akan di bahas.
e. Pendadaran materi dan diskusi
Langkah ini adalah sesi penyajian materi yang telah melewati tahapan
sebelumnya. Di sini tim penyaji menjelaskan lebih dalam dan eksploratif
agar pemahaman peserta semakin mendalam dan lengkap. Setelah penyajian
selesai, kemudian dilanjut dengan diskusi mengenai hal teoretis, prosedural,
permasalahan dan hal lainnya yang berkaitan dengan materi yang dibahas.
f. Pembimbingan
Langkah ini dilakukan di dalam dan di luar kelas pasca pendadaran materi
dan diskusi. Pembimbingan ini dilakukan oleh tim penyaji/ahli pada seluruh
kelompok peserta. Adapun pada langkah ini diisi dengan konsultasi,
7
pelatihan dan mengontrol kualitas rancangan kegiatan yang akan
dilaksanakan oleh peserta pada langkah selanjutnya. Khususnya pada mata
kuliah Pengembangan Pembelajaran PKn SD, rancangan yang dimaksud
adalah RPP, jadi yang dilatih, dikontrol dan dikonsultasikan ialah RPP
tersebut.
g. Simulasi, Evaluasi dan Penilaian
Setelah langkah pembimbingan yang berlangsung selama beberapa hari,
kemudian rancangan kegiatan tersebut disimulasikan. Tim penyaji/ahli kini
berganti sebagai tim evaluasi yang menanggapi penampilan peserta saat
simulasi dan diberikan otoritas untuk menilai penampilan peserta.
h. Refleksi
Langkah terakhir ini kemudian diambil alih oleh guru. Di sini guru
memberikan refleksi atas seluruh kegiatan. Guru juga mengevaluasi
penampilan tim penyaji/ahli sebagai penyaji, konsultan, evaluator dan tim
assessor.
C. Implementasi Model, Prinsip Reaksi, dan Sistem Lingkungan
Model Pembelajaran Semi Workshop
1. Implementasi Model
Berdasarkan implementasi yang dilakukan, pelaksanaan atau penerapan
model pembelajaran Semi Workshop ini dalam proses perkuliahan
Pengembangan Pembelajaran PKn SD di dalam kelas membutuhkan waktu 300
menit yang berlangsung dalam 2 pertemuan dan proses pembimbingan
dilakukan selama satu minggu yang merupakan jeda dari pertemuan pertama dan
kedua. Dalam implementasinya dosen, mahasiswa tim penyaji dan mahasiswa
peserta harus memiliki kemampuan berpikir kritis, berpikir kreatif, terampil
berkomunikasi, dan memiliki semangat serta motivasi bekerja baik secara
individu maupun secara berkelompok. Selama perkuliahan, dosen memastikan
bahwa kualitas materi yang akan disajikan tim ahli terjaga kualitasnya dan
memberikan feedback secara periodik pada kegiatan seluruh mahasiswa mulai
dari presentasi, diskusi, simulasi, evaluasi dan refleksi.
8
2. Prinsip Reaksi
Pada prinsipnya ada empat hal utama reaksi guru/dosen yang harus
muncul dalam model pembelajaran Semi Workshop yakni membimbing,
mengontrol kualitas materi, memberikan feedback, dan mengakomodasi
kegiatan perkuliahan. Hal tersebut diperlukan dengan tujuan agar dapat
mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan produktif;
membiasakan siswa bekerja secara kooperatif, kolaboratif, dan komunikatif; dan
menjembatani siswa untuk melek terhadap berbagai hal baik terhadap informasi,
teknologi, bidang ilmu yang dipelajari, maupun karakter, tata nilai, dan moral.
3. Sistem Lingkungan Model Pembelajaran
Guna menerapkan model ini, sistem lingkungan belajar yang diharapkan
tersedia adalah lingkungan yang konstruktif, akomodatif, kritis, segar dan
dinamis. Kelas yang dipenuhi dialog dan akomodatif dalam memenuhi
kebutuhan mahasiswa tentu sangat memiliki dampak besar, mengingat dalam
Semi Workshop, peran pengajar dan mahasiswa berperan sangat besar dalam
membangun iklim kondusif dan konstruktif edukatif, yang merupakan
lingkungan belajar yang ideal bagi keterlaksanaan model pembelajaran ini.
Dalam model pembelajaran ini, denah tempat duduk di kelas, desain interaksi
dan kostum tim ahli juga dibuat seinovatif dan sekondusif mungkin dengan
menyesuaikan materi yang akan dibawakan oleh tim ahli.
4. Tujuan Pembelajaran dan Tujuan Penyerta Model Pembelajaran
Semi Workshop
Urgensi mempersiapkan calon guru atau pendidik yang mendapatkan
pengetahuan dan keahlian yang mencukupi untuk mengajarkan materi PKn di
SD tentu mendesak. Mengingat kurikulum 2013 menuntut guru dapat
melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan saintifik, inquiry, discovery dan
berbasis pemecahan masalah.
Dalam konteks PKn, tentu hal tersebut sangat bertalian erat, karena secara
ontologis terdapat dua unsur pada perspektif PKn sebagai domain kurikuler,
yakni curriculum content dan student behavior. (Wahab & Sapriya, 2011).
Keduanya bisa dicapai dengan pendekatan-pendekatan yang terdapat pada
kurikulum 2013.
9
Guru juga dituntut untuk optimal dalam hal operasional dan penguasaan
konseptual-teoretik material PKn SD. Dengan memahami bahwa terdapat
karakteristik-karakteristik PKn di SD yang perlu diperhatikan, karakteristik
tersebut terdiri dari Civic Literacy, Citizenship Socio-cultural Communication,
Citizenship Problem Solving, Citizenship Reasoning, dan Citizenship
Participation. (Winataputra, 2010). Tentu dengan pemahaman yang cukup,
pengejewantahan konsep dasar PKn tersebut dapat dilakukan secara efektif.
Karakteristik dan tujuan PKn yang beraroma demokrasi tersebut tentu perlu
diupayakan dan disebarkan melalui cara demokratis. John Dewey memperkuat
serta mengakomodasinya melalui langkah-langkah berpikir ilmiah dalam buku
“How We Think” (1990) sebagai berikut:
1. A Feeling of perplexity
2. The Definition of the problem
3. Suggesting and testing hypotheses
4. Development of the solution, by reasoning, and
5. Testing of the conclusion followed by reconsideration if necessary.
Langkah-langkah di atas kemudian dimodifikasi oleh Metcalf & Hunt (1955)
sebagai metode berpikir ilmiah dan Banks (1990) dengan menyebutnya metode
inkuiri sosial. (Wahab & Sapriya, 2011).
Keterampilan profesional dan pemahaman konseptual mengenai PKn di SD
tentu menjadi konsekuensi dan hal yang perlu dikuasai oleh para calon guru SD.
Guru harus dapat melibatkan dirinya dengan murid atau dengan istilah Meira &
Theisen-Homer (2015) “Teachers and students are mutual allies, not
antagonistic claimants”. Maka menciptakan kelas yang demokratis dan dapat
mencapai tujuan PKn menjadi PR bersama perguruan tinggi yang menelurkan
calon guru yang ahli dalam penguasaan konten materi dan prosedur pelajaran
PKn di kelas, dan dalam hal ini termasuk UPI sebagai salah satu LPTK di
Indonesia.
D. Gambaran Keefektifan Model Semi Workshop
Berdasarkan hasil pengolahan data hasil penelitian, model dan bahan ajar
yang dikembangkan berhasil mengembangkan kemampuan teoretis-konseptual
10
dan praksis metodologis mahasiswa. Sajian lengkap tentang hal ini akan tertuang
dalam laporan penelitian.
E. Dokumentasi Pelaksanaan Model Semi Workshop
Gambar 1 Tim ahli mempresentasikan materi dengan beragam format penampilan
Gambar 2 Tim melaksanakan Pembimbingan
Gambar 3 Pelaksanaan Simulasi 1
11
Gambar 4 Peserta melakukan Simulasi
Gambar 5 Tim ahli melakukan evaluasi dan penilaian Gambar 6 Berfoto selepas seluruh kegiatan
12
F. Referensi
Brooks, J., & Brooks, M. (1993). Becoming a Constructivist Teacher" dalam
In Search of Understanding: The case of Constructivist Classrooms,
Revised Edition.
Dewey, J. (1987). My Pedagogic Creed. Diambil kembali dari
http://www.infed.org/theinformaleducationarchives.html
Glowacki-Dudka, M., Jones, D. ‘., Brooks, D., Flynn, T., Frankenberger, W.,
Kissick-Kelly, D., . . . Smith, K. (2012). A Case Study of Radical Adult
Education and Transformative Learning through a Diverse Adult
Learning Workshop. Journal of Transformative Education, 10(2), 108-
134. doi:10.1177/1541344612459214
Gromoske, A. N., & Berger, L. K. (2015). Replication of a Continuing
Education Workshop in the Evidence-Based Practice Process. Research
on Social Work Practice, 1-7. doi:10.1177/1049731515597477
Johansson, E., Brownlee, J., Cobb-Moore, C., Boulton-Lewis, G., Walker, S.,
& Ailwood, J. (2011). Practices for teaching moral values in the early
years: a call for a pedagogy of participation. Education, Citizenship and
Social Justice, 109–124. doi:10.1177/1746197910397914
Kember, D., Leung, D. P., & Mcnaught, C. (2008). A Workshop Activity to
Demonstrate that Approaches to Learning are influenced by the
teaching and learning environment. Active Learning in Higher
Education, 9(1), 43-56. doi: 10.1177/1469787407086745
Kim, I. (2015). Exploring changes toa teacher’s teaching practices and student
learning through a volleyball content knowledge workshop. European
Physical Education Review, 1-18. doi:10.1177/1356336X15599009
Levinson, M. (2012). Diversity and Civic Education. . Dalam D. E. Campbell,
M. Levinson, & F. M. Hess, In Making civics count : citizenship
education for a new generation (hal. 89-114.). Cambridge, MA::
Harvard Education Press.
Levinson, M. (2014). Citizenship and Civic Education. Dalam D. C. Phillips
(Penyunt.). Thousand Oak: CA: Sage.
13
Macdonald, R., & Wisdom, J. (2004). Academic and Educational
Development: Research , Evaluation, and Changing Practice in Higher
Education. Birmingham: Taylor & Francis e-Library.
Pfeiffer, A. S. (2015). One educator, four perspectives: Where the standards
have taken us in English education within the United States. English
Teaching: Practice & Critique, 14(3), 260-269.
doi:http://dx.doi.org/10.1108/ETPC-03-2015-0025
Schunk, D. H. (2012). Learning Theories: An Education Perspective. Teori-
teori Pembelajaran: Perspektif Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Stefani, L. (2013). Merencanakan Pengajaran dan Pembelajaran: Desain dan
Pengembangan Kurikulum. Dalam H. Fry, S. Ketteridge, & S.
Marshall, Handbook Teaching and Learning: Strategi Peningkatan
Mutu Pendidikan di Perguruan Tinggi (hal. 49-69). Pekanbaru, Riau:
Zanafa Publishing.
Tharp, D. (2012). A Proposed Workshop Curriculum for Students to
Responsibly Engage Cultural Conflict in Community-Based Service
Learning. Journal of Transformative Education, 10(3), 177-194.
doi:10.1177/1541344612470974
Wahab, A. A., & Sapriya. (2011). Teori dan Landasan Pendidikan
Kewarganegaraan. Bandung: Alfabeta.
Winataputra, d. (2010). Pendidikan PKn di SD. (Modul). Jakarta: Universitas
Terbuka.
Woltering, V., Herrler, A., Spitzer, K., & Spreckelsen, C. (2009). Blended
learning positively affects students’ satisfaction and the role of the tutor
in problem based learning process : results of a mixed method
evaluation. Adv in Health Sci Educ, 725-738.
Zemelman, S., Daniels, H., & Hyde, A. (2012). Best Practice: Today’s
Standards for Teaching and Learning in America’s Schools.
Heinemann: Portsmouth.