Download - Dakwah merah jambu

Transcript
Page 1: Dakwah merah jambu

DAKWAH MERAH JAMBU

RAUDHATUL MUHIBBIIN ( TAMAN PARA PERINDU ) KARYA IBNU

QAYYIM AL-JAUZIYYAH

DALAM :

Page 2: Dakwah merah jambu

KISAH SEORANG GADIS

Dialah sang bunga di sebuah kota yang harumnya semerbak hingga negeri-negeri tetangga. Tak banyak yang pernah melihat wajahnya, sedikit yang pernah mendengar suaranya, dan bisa dihitung jari orang yang pernah berurusan dengannya. Dia seorang pemilik kecantikan yang terjaga bagaikan bidadari di taman surga.

Page 3: Dakwah merah jambu

Sebagaimana wajarnya, sang gadis juga memendam cinta. Cinta itu tumbuh, anehnya, kepada seorang pemuda yang belum pernah dilihatnya, belum pernah dia dengar suaranya, dan belum tergambar wujudnya dalam benak. Hanya karena kabar. Hanya karena cerita yang beredar. Bahwa pemuda ini tampan bagai Nabi Yusuf zaman ini. Bahwa akhlaqnya suci. Bahwa ilmunya tinggi. Bahwa keshalihannya membuat iri. Bahwa ketaqwaannya telah berulangkali teruji. Namanya kerap muncul dalam pembicaraan dan doa para ibu yang merindukan menantu

JATUH CINTA

Page 4: Dakwah merah jambu

cinta itu terpisah oleh jarak,

terkekang oleh waktu,

tersekat oleh rasa asing dan ragu

MENUNGGU

Page 5: Dakwah merah jambu

Bayangannya mengisi ruang hati. Meski tak pasti

adakah benar yang ia bayangkan tentang matanya,

tentang alisnya, tentang lesung pipitnya, tentang

ketegapannya, tentang semuanya………………….

Meski tak pasti apakah cintanya bersambut

sama.???

M E R I N D U

Page 6: Dakwah merah jambu

Hingga hari itu pun tiba. Sang pemuda berkunjung ke kota si gadis untuk sebuah urusanMaka ditulisnyalah surat itu, memohon bertemu.

Dan ia mendapat jawaban. ”Ya”, katanya.Akhirnya mereka bertemu di satu tempat yang

disepakati. Berdua saja. Awal-awal tak ada kata. Tapi bayangan masing-masing telah merasuk jauh menembus mata, menghadirkan rasa tak karuan dalam dada. Dan sang gadis yang mendapati bahwa apa yang ia bayangkan tak seberapa dibanding aslinya; kesantunannya, kelembutan suaranya, kegagahan sikapnya.

PERJUMPAAN PERTAMA

Page 7: Dakwah merah jambu

”Maha Suci Allah”, kata si gadis sambil sekilas kembali memandang, ”Yang telah menganugerahi engkau wajah yang begitu tampan.”

Sang pemuda tersenyum. Ia menundukkan wajahnya. ”Andai saja kau lihat aku”, katanya, ”Sesudah tiga hari dikuburkan. Ketika cacing berpesta membusukkannya. Ketika ulat-ulat bersarang di mata. Ketika hancur wajah menjadi busuk bernanah. Anugerah ini begitu sementara. Janganlah kau tertipu olehnya

TERPESONA

Page 8: Dakwah merah jambu

”Betapa inginnya aku”, kata si gadis, ”Meletakkan jemariku dalam genggaman tanganmu.”

Sang pemuda berkeringat dingin mendengarnya. Ia menjawab sambil tetap menunduk memejamkan mata. ”Tak kurang inginnya aku berbuat lebih dari itu. Tetapi coba bayangkan, kulit kita adalah api neraka; yang satu bagi yang lainnya. Tak berhak saling disentuhkan. Karena di akhirat kelak hanya akan menjadi rasa sakit. dan penyesalan yang tak berkesudahan.”

TENGGELAM DALAM KETAKJUBAN

Page 9: Dakwah merah jambu

Si gadis ikut tertunduk. ”Tapi tahukah engkau”, katanya melanjutkan, ”Telah lama aku dilanda rindu, takut, dan sedih. Telah lama aku merindukan saat aku bisa meletakkan kepalaku di dadamu yang berdegub. Agar berkurang beban-beban. Agar Allah menghapus kesempitan dan kesusahan.”

”Jangan lakukan itu kecuali dengan haknya”, kata si pemuda. ”Sungguh kawan-kawan akrab pada hari kiamat satu sama lain akan menjadi seteru. Kecuali mereka yang bertaqwa.”

ASMARA MEMBARA

Page 10: Dakwah merah jambu

HIKMAH KISAH

”Sebuah kisah yang indah. Sarat dengan

’ibrah dan pelajaran. Kita lihat bahwa sang

pemuda demikian fasih membimbing si

gadis untuk menghayati kesucian dan

ketaqwaan kepada Allah.”

Page 11: Dakwah merah jambu

Dalam kisah indah ini kita tanpa sadar melupakan satu hal. Bahwa sang pemuda dan gadis melakukan pelanggaran syari’at. Bahwa sang pemuda mencampuradukkan kebenaran dan kebathilan. Bahwa ia meniupkan nafas da’wah dalam atmosfer yang ternoda. Dan dampaknya bisa kita lihat dalam kisah; sang gadis sama sekali tak mengindahkan da’wahnya. Bahkan ia makin berani dalam kata-kata; mengajukan permintaan-permintaan yang makin meninggi tingkat bahayanya dalam pandangan syari’at Allah.”

CATATAN

Page 12: Dakwah merah jambu

Dia sama sekali tak memperhatikan isi kalimat da’wah sang pemuda. Buktinya, kalimatnya makin berani dan menimbulkan syahwat dalam hati. Mula-mula hanya mengagumi wajah. Lalu membayangkan tangan bergandengan, jemarinya menyatu bertautan. Kemudian membayangkan berbaring dalam pelukan. Subhanallah, bagaimana jika percakapan diteruskan tanpa batas waktu?

CELAH SYAITHAN

Page 13: Dakwah merah jambu

”Kesalahan itu”, kata Syaikh ’Abdullah Nashih ’Ulwan, ”Telah terjadi sejak awal.” Apa itu? ”Mereka berkhalwat (berduaan dengan yang bukan mahram)! Mereka tak mengindahkan peringatan syari’at dan pesan Sang Nabi tentang hal yang satu ini.”

Ya. Mereka berkhalwat! Bersepi berduaan. Ya. Sang pemuda memang sedang berda’wah. Tapi meminjam istilah salah seorang Akh yang paling saya cintai dalam ’surat cinta’-nya yang masih saya simpan hingga kini, ini adalah ”Da’wah dusta!” Da’wah dusta. Da’wah dusta. Di jalan cinta para pejuang, mari kita hati-hati terhadap jebakan syaithan. Karena yang tampak indah selalu harus diperiksa dengan ukuran kebenaran.

DUSTA


Top Related