Download - Data Kontemporer
OLEH:
MUSFIRAYANTI MUSTAMIN
0910041
“EPIDEMIOLOGI & BIOSTATISTIK”
STIK TAMALATEA
MAKASSAR
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pemanasan global (Inggris: global warming adalah suatu proses meningkatnya suhu
rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi.Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi
telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir.
Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, “sebagian
besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar
disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas
manusia”[1] melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh
setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari
negara-negara G8. Akan tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju
dengan beberapa kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut.Model iklim yang
dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan global akan meningkat
1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100. Perbedaan angka
perkiraan itu disebabkan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai emisi
gas-gas rumah kaca pada masa mendatang, serta model-model sensitivitas iklim yang
berbeda. Walaupun sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100,
pemanasan dan kenaikan muka air laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih
dari seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil. Ini mencerminkan
besarnya kapasitas kalor lautan.Meningkatnya suhu global diperkirakan akan
menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut,
meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrem, serta perubahan jumlah dan pola
presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil
pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.Penelitian yang telah
dilakukan para ahli selama beberapa dekade terakhir ini menunjukkan bahwa ternyata
makin panasnya planet bumi terkait langsung dengan gas-gas rumah kaca yang dihasilkan
oleh aktifitas manusia. Khusus untuk mengawasi sebab dan dampak yang dihasilkan oleh
pemanasan global, Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) membentuk sebuah kelompok
peneliti yang disebut dengan International Panel on Climate Change (IPCC). Setiap
beberapa tahun sekali, ribuan ahli dan peneliti-peneliti terbaik dunia yang tergabung
dalam IPCC mengadakan pertemuan untuk mendiskusikan penemuan-penemuan terbaru
yang berhubungan dengan pemanasan global, dan membuat kesimpulan dari laporan dan
penemuan- penemuan baru yang berhasil dikumpulkan, kemudian membuat persetujuan
untuk solusi dari masalah tersebut . Salah satu hal pertama yang mereka temukan adalah
bahwa beberapa jenis gas rumah kaca bertanggung jawab langsung terhadap pemanasan
yang kita alami, dan manusialah ontributor terbesar dari terciptanya gas-gas rumah kaca
tersebut. Kebanyakan dari gas rumah kaca ini dihasilkan oleh peternakan, pembakaran
bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor, pabrik-pabrik modern, peternakan, serta
pembangkit tenaga listrik.
A. RUMUSAN MASALAH
1. Negara apa saja yang terkena musibah pemanasan global?
2. Bagaimanakah pengelompokan jenis kelamin, umur yang banyak menderita
penyakit akibat pemanasan global?
3. Kapan terjadinya pemanasan global yang banyak mengakibatkan musibah besar?
BAB II
PEMBAHASAN
1. GARIS BESAR DAMPAK GLOBAL WARMING BERDASARKAN ORANG,WAKTU
DAN TEMPAT :
Pemanasan Global (Global Warming), terjadi disebabkan meningkatnya suhu rata-rata
permukaan bumi.
Karena bumi menyerap lebih banyak energi matahari, daripada yang dilepas kembali ke
atmosfer (ruang angkasa).
Menyebabkan terjadinya peningkatan emisi gas.
Menimbulkan peningkatan panas bumi dan pencairan kutub es.
malnutrisi mengakibatkan kematian 3,7 juta jiwa per tahun.
diare mengakibatkan kematian 1,9 juta jiwa.
Angka kejadian diare, di sebagian besar wilayah Indonesia hingga saat ini masih tinggi.
Kasubdit Diare dan Kecacingan Depkes, I Wayan Widaya mengatakan hasil Survei Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 angka kematian akibat diare 23 per 100 ribu penduduk dan
pada
75 per 100 ribu balita. Selama tahun 2006 sebanyak 41 kabupaten di 16 provinsi melaporkan
KLB diare di wilayahnya. Jumlah kasus diare yang dilaporkan sebanyak 10.980 dan 277
diantaranya menyebabkan kematian. Hal tersebut, utamanya disebabkan rendahnya ketersediaan
air bersih, sanitasi buruk dan perilaku hidup tidak sehat.
dan malaria mengakibatkan kematian 0,9 juta jiwa.
Suhu yang lebih panas juga berpengaruh pada produksi makanan, ketersediaan air dan
penyebaran vektor penyakit. BADAN Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa
pemanasan global (global warming) akan banyak berdampak bagi kesehatan masyarakat dan
lingkungan. Perubahan temperatur dan curah hujan yang ditimbulkan memberikan kesempatan
berbagai macam virus dan bakteri penyakit tumbuh lebih luas. WHO mengatakan, selain virus
dan bakteri penyakit berkembang pesat, secara tidak langsung pemanasan global juga dapat
menimbulkan kekeringan maupun banjir.
Kekeringan mengakibatkan penurunan status gizi masyarakat karena panen yang
terganggu
Banjir menyebabkan meluasnya penyakit diare.
Yang paling nyata, antara lain :
1. Kerusakan lingkungan
2. Penyakit yang ditimbulkan oleh perubahan iklim akibat pemanasan global
3. Banjir
4. Kebakaran hutan
Hal ini berdampak terhadap kesehatan manusia, misalnya :
kwalitas air yang kita minum
Udara yang kita hirup
Makanan yang kita makan
a. Banjir (Paradoks Korban Banjir )
Pemanasan global membuat penumpukan uap air di udara semakin besar.
Ketika daerah perkotaan tergenang, muncul paradoks yang khas. Penduduk kehausan di
tengah genangan air.
Dari situlah berjangkit penyakit diare dan Leptospirosis
b. Kebakaran hutan
Kebakaran hutan itu mengusik ekosistem bumi dari dua segi. Material kayu dan serasah
yang terbakar itu menghasilkan gas-gas rumah kaca yang menimbulkan pemanasan
global. Sedangkan asap hitamnya menganggu secara langsung kehidupan manusia.
Asap yang mengandung debu halus dan berbagai oksida karbon itu menyebabkan
gangguan pernapasan dan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), mulai asma, bronkhitis
hingga penyakit paru obstruktif kronis (COPD).
Asap tersebut juga membawa racun dioksin yang bisa menimbulkan kanker paru dan
gangguan kehamilan serta kemandulan pada wanita.
TABEL 1.1
Frekwensi jenis kelamin di Jakarta berdasarkan banyaknya yang menderita akibat
Global Warming
Jenis Kelamin
Angka Kejadian
Ƹ %
Perempuan
Laki-Laki
250.000 kasus
200.000 kasus
85%
62%
Sumber:Depkes,2000
TABEL 1.2
Berdasarkan umur penderita penduduk JAKARTA akibat global warming :
Klasifikasi Umur Jumlah Penderita
≥ 5 Tahun
5-12 Tahun
12-17 Tahun
≥ 18 Tahun
100.000
99.000
55.000
200.000
Sumber:Depkes,2000
8. Dampak secara langsung
Pada suhu panas manusia rentan sakit, Penyakit Saluran Pernafasan
2. Dampak tidak langsung
Meningkatnya penyakit menular, antara lain : Malaria, DBD, Chikungunya, Penyakit
yang ditularkan melalui udara dan air
9. Dampak jangka panjang
Terjadinya konflik psikologi, mis. Stress.
10. Penyakit lama timbul kembali
Penyakit Malaria.
11. Penyakit enetictive
Penyakit jantung, Penyakit paru-paru.
12. Dampak penipisan ozone antara lain meningkatnya intensitas sinar ultra violet
Kanker kulit, Katarak, penurunan daya tahan tubuh, dan pertumbuhan mutasi enetic.
7. Memperburuk penyakit-penyakit umum
Asma dan alergi.
8. Meningkatkan kasus-kasus kardiovaskular
Kematian yang disebabkan penyakit jantung dan stroke. Gangguan jantung dan pembuluh
darah.
TABEL 1.3
2. TABEL-TABEL DIBAWAH INI TENTANG DAERAH-DAERAH YANG ADA DI
JAKARTA MENGENAI GLOBAL WARMING DARI TAHUN 2006-2011 :
Kota/Kabupaten
W A K T U
TOTAL2006 2007 2008 2009 2010 2011
n % n % n % n % n % n % N %
Jakarta Selatan 25 50,7 35 60 40 76,8 42 78,8 45 80,
0
35 98,2 222 50,8
Jakarta Timur 10 60 25 60,5 20 70,0 15 40,8 43 76,
9
46 80,9 159 76,9
Jakarta Pusat 15 37,7 35 38,9 38 39,0 45 45,8 60 45,
9
65 99,9 258 55,5
Jakarta Barat 24 45,5 28 43,0 30 40,8 32 55,5 46 50,
8
48 70,9 208 60,9
Jakarta Utara 45 50,5 54 60,0 55 65,9 58 61,0 59 76,
6
65 90,0 336 99,7
Kepulauan Seribu 23 46,7 30 45,9 31 54,4 39 64,7 42 87,
9
44 88,0 209 45,5
Ket: Berdasarkan table diatas ,menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun daerah yang berada di JAKARTA sangat meningkat populasi penderita akibat global warming.
Sumber:Susenas, 2005
TABEL 1.4
TABEL IKLIM DATA UNTUK JAKARTA:
IKLIM DATA UNTUK JAKARTA TAHUN 2011-2012Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Novem-
berDesem-ber
Ta-hun
Rata” Tinggi ◦c (◦F)
31,5 (88,7)
32,5 (90,5)
32,3 (90,1)
33,5 (92,3)
33,5 (92,3)
34,3 (93,7)
33,3 (91,9)
33,0 (91,4)
32,0 (89,6)
31,7 (89,1)
31,3 (88,3)
32,0 (89,6)
31,8 (89,2)
Rendah Rata” ◦c (◦F)
24,2 (75,6)
25,2 (77,4)
24,3 (75,7)
25,1 (77,2)
25,4 (77,7)
24,9 (76,8)
24,9 (76,8)
25,5 (77,9)
25,5 (77,9)
25,5 (77,9)
24,9 (76,8)
24,9 (76,8)
24,8 (76,6)
Pengendapan mm (inci)
389,7 (15,343)
100,3 (3,949)
309,8 (12,197)
257,8 (10,15)
139,4 (5,488)
83,1 (3,272)
30,8 (1,213)
34,2 (1,346)
30,0 (1,181)
33,1 (1,303)
175,0 (6,89)
123,0 (4,843)
1,706,2 (67,173)
Avg.Hujan Hari
26 15 20 18 13 5 5 6 9 22 12 20 168
Sumber: Organisasi Meteorologi Dunia
TABEL 1.5
JUMLAH DAERAH DIMANA TERJADI BENCANA ALAM DI JAKARTA DENGAN KOTA DAN JENIS BENCANA,2005-2008 :
Kota Madya Banjir Naik Air laut Angin Puyuh Tanah LongsorPulau Seribu e 4 3 eJakarta Selatan 42 e e eJakarta Timur 43 e 1 1Jakarta Pusat 27 e e eJakarta Utara 37 e e eJakarta Barat 29 3 1 eTOTAL 178 7 5 1
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS), 2009
TABEL 1.6
BEBERAPA PENYAKIT YANG DISEBABKAN TERJADINYA GLOBAL WARMING DIJAKARTA:
Jenis Penyakit/Musibah Angka Kejadian dari TAHUN 2001-2008Ƹ N %
Diare 500.000 Kasus 8 Juta Jiwa 80Demam Berdarah Dengue 250.000 Kasus 1,5 Juta Jiwa 65Cikunguya 20.000Kasus 3.918 Jiwa 10Malaria 350.000 Kasus 2,5 Juta Jiwa 72
3. BEBERAPA PENYAKIT YANG TIMBUL AKIBAT PEMANASAN GLOBAL DI
JAKARTA BERDASARKAN WAKTU,TEMPAT DAN ORANG
1. PENYAKIT MALARIA
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit bernama
Plasmodium.Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi parasit
tersebut. Di dalam tubuh manusia, parasit Plasmodium akan berkembang biak di organ
hati kemudian menginfeksi sel darah merah.Pasien yang terinfeksi oleh malaria akan
menunjukan gejala awal menyerupai penyakit influenza, namun bila tidak diobati maka
dapat terjadi komplikasi yang berujung pada kematian. Penyakit ini paling banyak terjadi
di daerah tropis dan subtropis di mana parasit Plasmodium dapat berkembang baik begitu
pula dengan vektor nyamuk Anopheles.Daerah selatan Sahara di Afrika dan Papua Nugini
di Oceania merupakan tempat-tempat dengan angka kejadian malaria
tertinggi.Berdasarkan data di dunia, penyakit malaria membunuh satu anak setiap 30.
detik.Sekitar 300-500 juta orang terinfeksi dan sekitar 1 juta orang meninggal karena
penyakit ini setiap tahunnya.90% kematian terjadi di Afrika, terutama pada anak-
anak.Malaria terkonsentrasi di pulau-pulau luar Papua, Maluku, Nusa Tenggara,
Sulawesi, Kalimantan dan Sumatra . Hal ini terjadi dengan frekuensi rendah atau tidak
ada di pulau Jawa dan Bali di mana sekitar 70% penduduk tinggal. Semua jenis parasit
malaria manusia ditemukan di Indonesia . Baru-baru ini, negara melaporkan tentang
keberadaan spesies P. kowlesi juga. Sebelumnya, P. malariae dan P. ovale sebagian besar
ditemukan di bagian timur Indonesia , Nusa Tenggara Timur dan Papua. Sekitar 117 juta
orang berada pada derajat beragam risiko. Malaria transmisi di Indonesia adalah abadi. P.
vivax dan P. falciparum adalah jenis yang paling umum dari spesies malaria lazim di
negara ini. Selama pra pemberantasan era, situasi malaria di Indonesia adalah sebagai
buruk, jika tidak lebih buruk, seperti dalam India . Kasus-kasus malaria dan kematian
diperkirakan adalah sekitar 30 juta (di Jawa dan Bali saja) dan 0,12 juta masing-masing
setiap tahun. Namun karena hasil kemajuan dalam pemberantasan program, pulau dari
Jawa dan Bali praktis malaria gratis dengan 1964. Dari tahun 1965, situasi mulai
memburuk kejadian malaria secara bertahap meningkat dan penyakit tersebar di pulau-
pulau. Pada tahun 1968, layanan malaria pemberantasan itu melengkung ke bidang sosial-
ekonomi daerah di pulau lainnya. Sejak lima tahun terakhir, hampir 350 000 kasus yang
dikonfirmasi dan 1,25 juta - 2,50 juta kasus malaria mungkin, dengan 45% -50% dari
mereka menjadi kasus P. falciparum, dan sekitar 500 kematian malaria dikonfirmasi
dilaporkan setiap tahun. Darah rata geser tingkat pemeriksaan tahunan (aber) adalah <2 di
tingkat nasional namun tingkat membaik di daerah terpilih dengan dukungan meningkat
dari Global Fund. Sebagian besar program pengendalian telah dilakukan di Jawa-Bali.
Fokus sisa berada di Jawa Tengah . Obat resistensi terhadap P.falciparum masalah dan
telah diidentifikasi di semua provinsi. Rendah sampai sedang tingkat resistensi juga
memperhatikan untuk senyawa SP serta Mefloquine dalam perlawanan Irian Jaya
P.vivax. Untuk chroroquine pertama kali dilaporkan pada tahun 1991 dari Irian Jaya
provinsi. Saat ini, negara telah mengadopsi ACT untuk pengobatan kedua jenis spesies
malaria.
Gambar. 1 : Tren kasus malaria dikonfirmasi di JAKARTA (Indonesia) , 1991 -2010
2. DIARE
Diare merupakan salah satu penyakit yang paling sering ditemukan pada anak
di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Diperkirakan anak berumur di bawah 3 tahun
mengalami 2-3 kejadian diare per tahunnya. Meskipun sebagian besar diare pada anak
akan sembuh sendiri (self limited), namun penanganan yang akurat tetap sangat
diperlukan untuk mencegah terjadinya kekurangan cairan (dehidrasi).Pada orang
dewasa, dperkirakan setiap tahunnya mengalami diare akut atau gastroenteritis akut
sebanyak 99.000.000 kasus. Diare merupakan penyakit yang berbasis lingkungan.
Melalui faktor lingkungan, seseorang yang keadaan fisik atau daya tahannya terhadap
penyakit kurang, akan mudah terserang penyakit. Masalah kesehatan lingkungan utama
di negara-negara yang sedang berkembang adalah penyediaan air minum, tempat
pembuangan kotoran, pembuangan sampah, perumahan dan pembuangan air
limbah.Syarat air minum ditentukan oleh syarat fisik, kimia dan bakteriologis. Syarat
fisik yakni, air tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau, jernih dengan suhu sebaiknya
di bawah suhu udara sehingga terasa nyaman. Syarat kimia yakni, air tidak mengandung
zat kimia atau mineral yang berbahaya bagi kesehatan misalnya CO2, H2S, NH4. Syarat
bakteriologis yakni, air tidak mengandung bakteri E. coli yang melampaui batas yang
ditentukan, kurang dari 4 setiap 100 cc air.Masalah pembuangan kotoran manusia
merupakan masalah pokok karena kotoran manusia adalah sumber penyebaran penyakit
yang multikompleks. Syarat pembuangan kotoran antara lain : tidak mengotori tanah
permukaan, tidak mengotori air permukaan, tidak mengotori air tanah, kotoran tidak
boleh terbuka sehingga dapat dipergunakan oleh lalat untuk bertelur atau berkembang
biak, kakus harus terlindung atau tertutup, pembuatannya mudah dan
murah.Pengumpulan sampah diperlukan tempat sampah yang terbuat dari bahan yang
mudah dibersihkan, tidak mudah rusak, harus tertutup rapat, dan ditempatkan di luar
rumah. Pengangkutan dilakukan oleh dinas pengelola sampah ke tempat pembuangan
akhir (TPA). Pemusnahan dan pengelolaan sampah dilakukan dengan berbagai cara
yakni, ditanam (Landfill), dibakar (Inceneration), dijadikan pupuk (Composting).Air
limbah adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga, industri dan pada
umumnya mengandung bahan atau zat yang membahayakan. Sesuai dengan zat yang
terkandung di dalam air limbah, maka limbah yang tidak diolah terlebih dahulu akan
menyebabkan gangguan kesehatan masyarakat. Syarat pengelolaan limbah yang baik
yaitu tidak mengkontaminasi sumber air minum, tidak mencemari permukaan tanah,
tidak mencemari air mandi, air sungai, tidak dihinggapi serangga, tikus dan tidak
menjadi tempat berkembangbiaknya bibit penyakit dan vektor, tidak terbuka kena udara
luar sehingga baunya tidak mengganggu.Tidak hanya masalah kesehatan lingkungan,
kondisi lingkungan seperti keadaan perumahan juga merupakan salah satu faktor yang
menentukan keadaan higiene dan sanitasi lingkungan. Adapun syarat-syarat rumah yang
sehat yaitu ventilasi yang baik (Luas ventilasi kurang lebih 15-20% dari luas lantai
rumah), cahaya harus cukup, luas bangunan rumah yang optimum yaitu apabila dapat
menyediakan 2,5-3 m2 untuk tiap orang. Jika luas bangunan tidak sebanding dengan
jumlah penghuni maka menyebabkan kurangnya konsumsi O2, sehingga jika salah satu
penghuni menderita penyakit infeksi maka akan mempermudah penularan kepada
anggota keluarga lain.
3. DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
DEMAM Berdarah Dengue (DBD) hampir setiap tahun menjadi momok yang
menakutkan di Indonesia. Saat musim hujan atau pancaroba datang, hampir dapat dipastikan
terjadi peningkatan jumlah penderita. DBD merupakan salah satu masalah kesehatan yang
utama karena dapat menyerang semua golongan umur dan menyebabkan kematian,
khususnya pada anak. Gejalanya biasanya diawali dengan demam tinggi mendadak disertai
dengan pendarahan, kebocoran plasma dan berisiko menimbulkansyok.WHO
memperkirakan setiap tahunnya 500.000 pasien DBD membutuhkan perawatan di rumah
sakit, sebagian besar pasiennya adalah anak-anak. Sekitar 2,5% di antara pasien anak
tersebut diperkirakan meninggaldunia.DBD adalah salah satu varian klinis infeksi yang
ditandai oleh panas 2-7 hari disertai dengan gangguan hemostatik dan kebocoran plasma
yang disebabkan oleh virus dengue melalui gigitan nyamuk aedes aegypti. Demam berdarah
dengue merupakan penyakit senantiasa ada sepanjang tahun di negeri kita, oleh karena itu
disertai penyakit endemis. Dari tahun ke tahun penyakit ini menunjukkan peningkatan
jumlah kasus, kelompok umur yang sering terkena adalah anak-anak umur 4-10 tahun,
walaupun dapat pula mengenai bayi di bawah umur 1 tahun. Akhir-akhir ini banyak juga
mengenai orang dewasa muda umur 18-25 tahun. Laki-laki dan perempuan sama-sama dapat
terkena tanpa terkecuali.
4. CIKUNGUYA
Chikungunya berasal dari bahasa Swahili berdasarkan gejala pada penderita,
yang berarti (posisi tubuh) meliuk atau melengkung, mengacu pada postur penderita
yang membungkuk akibat nyeri sendi hebat (arthralgia). Nyeri sendi ini menurut lembar
data keselamatan (MSDS) Kantor Keamanan Laboratorium Kanada, terutama terjadi
pada lutut, pergelangan kaki serta persendian tangan dan kaki. Selain kasus demam
berdarah yang merebak di sejumlah wilayah Indonesia, masyarakat direpotkan pula
dengan kasus Chikungunya. Gejala penyakit ini termasuk demam mendadak yang
mencapai 39 derajat C, nyeri pada persendian terutama sendi lutut, pergelangan, jari
kaki dan tangan serta tulang belakang yang disertai ruam (kumpulan bintik-bintik
kemerahan) pada kulit. Terdapat juga sakit kepala, conjunctival injection dan sedikit
fotofobia.Penyakit ini biasanya dapat membatasi diri sendiri dan akan sembuh sendiri.
Perawatan berdasarkan gejala disarankan setelah mengetepikan penyakit-penyakit lain
yang lebih berbahaya. Penyakit ini pertama sekali dicatat di Tanzania, Afrika pada
tahun 1952, kemudian di Uganda tahun 1963. Di Indonesia, kejadian luar biasa (KLB)
Chikungunya dilaporkan pada tahun 1982, Demam Chikungunya di Indonesia
dilaporkan pertama kali di Samarinda pada tahun 1973[1], kemudian berjangkit di Kuala
Tungkal, Martapura, Ternate, Yogyakarta (1983), Muara Enim (1999), Aceh dan Bogor
(2001). Sebuah wabah Chikungunya ditemukan di Port Klang di Malaysia pada tahun
1999, selanjutnya berkembang ke wilayah-wilayah lain. Awal 2001, kejadian luar biasa
demam Chikungunya terjadi di Muara Enim, Sumatera Selatan dan Aceh. Disusul
Bogor bulan Oktober. Setahun kemudian, demam Chikungunya berjangkit lagi di
Bekasi (Jawa Barat), Purworejo dan Klaten (Jawa Tengah). Diperkirakan sepanjang
tahun 2001-2003 jumlah kasus Chikungunya mencapai 3.918 jiwa dan tanpa kematian
yang diakibatkan penyakit ini.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sebagai sebuah fenomena global, dampak pemanasan global dirasakan oleh
seluruh umat manusia di dunia, termasuk Indonesia. Posisi Indonesia sebagai negara
kepulauan, menempatkan Indonesia dalam kondisi yang rentan menghadapi terjadinya
pemanasan global. Sebagai akibat terjadinya pemanasan global, Indonesia akan
menghadapi peristiwa Kenaikan temperatur global, menyebabkan mencairnya es di
kutub utara dan selatan, sehingga mengakibatkan terjadinya pemuaian massa air laut,
dan kenaikan permukaan air laut. Hal ini akan menurunkan produksi tambak ikan dan
udang, serta terjadinya pemutihan terumbu karang (coral bleaching), dan punahnya
berbagai jenis ikan. Selain itu, naiknya permukaan air laut akan mengakibatkan pulau-
pulau kecil dan daerah landai di Indonesia akan hilang. Ancaman lain yang dihadapi
masyarakat yaitu memburuknya kualitas air tanah, sebagai akibat dari masuknya atau
merembesnya air laut, serta infrastruktur perkotaan yang mengalami kerusakan,
sebagai akibat tergenang oleh air laut.
B. SARAN
Cara yang paling mudah untuk menghilangkan karbon dioksida di udara
adalah dengan memelihara pepohonan dan menanam pohon lebih banyak lagi. Pohon,
terutama yang muda dan cepat pertumbuhannya, menyerap karbon dioksida yang
sangat banyak, memecahnya melalui fotosintesis, dan menyimpan karbon dalam
kayunya. Di seluruh dunia, tingkat perambahan hutan telah mencapai level yang
mengkhawatirkan. Di banyak area, tanaman yang tumbuh kembali sedikit sekali
karena tanah kehilangan kesuburannya ketika diubah untuk kegunaan yang lain,
seperti untuk lahan pertanian atau pembangunan rumah tinggal. Langkah untuk
mengatasi hal ini adalah dengan penghutanan kembali yang berperan dalam
mengurangi semakin bertambahnya gas rumah kaca.