Jurnal Teologi & Pelayanan ( Kerusso ) E-ISSN: 2714-9587 P-ISSN: 2407-554X
KERUSSO : Vol 5, No 1 Maret 2020 Page 20
DISPENSASIONALISME
SEBAGAI METODE DALAM MEMAHAMI ALKITAB
Philip Suciadi Chia 1) Juanda 2)
1) Southern Baptist Theological Seminary - Kentucky USA
E-mail: [email protected]
2) Evangelical Theological Seminary of Indonesia - Surabaya
E-mail: [email protected]
Abstract
The Bible is the word of God that needs to be understood by all those who already have
Jesus as their personal Lord and Savior. This is called a Christian. It is different from
people who are Christians as a 'religion'. Christians are obliged to study the Bible as a
basic truth in order to know God's will from time to time On the other hand, Bible learners
often experience confusion problems, when understanding the continuity of the contents
from Genesis to Revelation. Are there interrelations? Or it is just a fragmented story with
different intentions. There are appropriate methods in avoiding confusion when doing this
learning process. This method has been understood since the beginning of the century
which then became popular throughout the world in the 19th century, with the term
Dispensationalism. Dispensation is a period of time during which humans are tested in the
perspective of obedience to a specific revelation of God's will. Theologically, the word
dispensation means a religious system that is understood as a divine provision or as a sign
of progressive revelation that expresses the changing needs of an individual nation or time
period. Dispensationalism views the world as a household run or worked by God.
Dispensation theology is often misunderstood by theologians, without wanting to study it
carefully, where is the oddity? This discussion will show that Dispensationalism is as a
sharp knife for understanding the Bible as a whole.
Keywords: Dispensationalism, Theology Dispensationalism, Oikonomia,
Abstrak
Alkitab itu firman Allah yang perlu dipahami oleh semua orang yang telah memiliki Yesus
sebagai Tuhan dan Juruselamatnya secara pribadi. Ini disebut orang Kristen. Beda dengan
orang yang ‘beragama’ Kristen. Orang Kristen itu hukumnya wajib, untuk mempelajari
Alkitab, sebagai dasar kebenaran dalam rangka mengetahui kehendak Allah dari zaman ke
zaman. Di sisi lain, para pembelajar Alkitab sering mengalami kendala kebingungan, saat
memahami kesinambungan dari isi Kitab Kejadian hingga Kitab Wahyu. Apakah ada saling
keterkaitannya? Ataukah hanya kisah yang terpotong-potong dengan maksud yang
berbeda-beda. Ada metode yang tepat guna dalam menghindarkan diri dari kebingungan
saat melakukan proses pembelajaran ini. Metode ini telah dipahami sejak abad permulaan
yang kemudian mulai populer ke seluruh dunia pada abad 19, dengan istilah
Dispensasionalisme. Dispensasi merupakan suatu periode waktu di mana pada masa itu
manusia diuji di dalam perspektif ketaatan kepada suatu wahyu spesifik dari kehendak
Jurnal Teologi & Pelayanan ( Kerusso ) E-ISSN: 2714-9587 P-ISSN: 2407-554X
KERUSSO : Vol 5, No 1 Maret 2020 Page 21
Allah. Secara teologis kata dispensasi berarti sistem religius yang dipahami sebagai suatu
ketetapan ilahi atau sebagai penunjuk cara pewahyuan secara progresif yang
mengekspresikan perubahan kebutuhan bangsa secara individu atau periode waktu.
Dispensasionalisme memandang dunia sebagai rumah tangga yang dijalankan atau
dikerjakan oleh Allah.Teologi Dispensasi sering disalahmengerti oleh para teolog, tanpa
mau mempelajari terlebih dahulu dengan teliti, di mana letak kejanggalannya? Pembahasan
ini akan menunjukkan bahwa Dispensasionalisme merupakan pisau yang tajam untuk
memahami Alkitab secara utuh.
Kata Kunci: Oikonomia, Dispensasionalisme, Teologi Dispensasi.
PENDAHULUAN
Kata dispensasi merupakan bentuk
ungkapan dari bahasa Latin dispensatio di
mana Vulgata memakainya untuk
menerjemahkan kata Yunani oikonomia.1
Bentuk feminim dari oikonomia memiliki
beberapa pengertian yakni mengatur rumah
tangga namun bisa juga berarti susunan,
pesanan dan rencana. Sedangkan dalam
bentuk maskulinnya dapat diartikan sebagai
seseorang yang berperan sebagai atasan
atau melayani sebagai pelayan rumah
tangga.2 Kata oikonomia itu sendiri
merupakan gabungan dari kata Yunani
yakni oikos (rumah) dan nemo (membagi,
mengatur atau membagi kekuasaan), yang
dapat diartikan sebagai “penatalayanan”.
Kata ini digunakan di dalam Lukas 16:2; 3;
4; 1 Korintus 9:17; Efesus 1:10; 3:2; 9;
Kolose 1:25 dan 1 Timotius 1:4.3 Arti secara
umum, dispensasi adalah sebuah
administrasi atau manajemen dari sebuah
urusan rumah tangga oleh seorang pelayan
atau atasan.
Secara teologis kata dispensasi berarti
sistem religius yang dipahami sebagai suatu
ketetapan ilahi atau sebagai
1Eddy Peter, Teologi Perjanjian Versus
Dispensasionalisme (Tangerang: STT International
Philadelphia, 2004), 8. 2J.H Moulton and George Milligan, The Vocabulary
of the Greek Testament (Grand Rapids: Wm. B.
Eerdmans Publishing Co., 1949), 442-443.
penunjuk cara pewahyuan secara progresif
yang mengekspresikan perubahan
kebutuhan bangsa secara individu atau
periode waktu.4 Dari sudut pandang teologi,
dispensasi dapat diartikan sebagai “suatu
pemisahan ekonomi dalam melaksanakan
tujuan Allah”.5
DEFINISI TOKOH
Scofield mengemukakan bahwa
dispensasi merupakan suatu periode waktu
di mana pada masa itu manusia diuji di
dalam perspektif ketaatan kepada suatu
wahyu spesifik dari kehendak Allah. Luis
Chafer mengatakan bahwa dispensasi dapat
diartikan sebagai penunjuk wahyu progresif
dari ketetapan Allah sebagai ciri khas dari
kehidupan pelayanan atau pemerintahan.
Ryrie menjelaskan bahwa dispensasi
merupakan pembedaan ekonomi di dalam
tujuan dari karya kerja Allah.
Dispensasionalisme memandang dunia
sebagai rumah tangga yang dijalankan atau
dikerjakan oleh Allah. Di dalam rumah
tangga-Nya, Allah membagi atau mengatur
persoalan-persoalan yang terdapat di
3 Paul Enns, The Moody Handbook of Theology
2 (Malang: SAAT, 2004), 156. 4 The Oxford English Dictionary (Oxford
University Press, 1933), III, 481. 5 Enns, The Moody Handbook of Theology 2,
157.
Jurnal Teologi & Pelayanan ( Kerusso ) E-ISSN: 2714-9587 P-ISSN: 2407-554X
KERUSSO : Vol 5, No 1 Maret 2020 Page 21
dalamnya berdasarkan kehendak-Nya dan
di dalam tahap-tahap yang berbeda dari
pewahyuan di dalam masing-masing waktu.
Tahap-tahap yang berbeda ini ditandai
dengan pembedaan ekonomi yang berbeda
di dalam pekerjaan-Nya dari seluruh
maksud-Nya dan perbedaan ekonomi ini
terdapat di dalam dispensasi. Pengertian
ilahi akan pembedaan ekonomi merupakan
hal yang esensial untuk mengintepretasi
Kitab Suci secara layak dari Wahyu-Nya
dengan sejumlah ekonomi yang berbeda.6
Dallas Theological Seminary, yang
beraliran Dispensasionalisme,
mengemukakan pandangannya dalam
Statement of Faith:
“Kami percaya bahwa
dispensasi merupakan
penatalayanan dari Allah
yang mengelola atau
menjalankan tujuan-Nya di
dunia dalam pelbagai
tanggung-jawab. Kami
percaya bahwa perubahan di
dalam dipensasi dari Allah
kepada manusia bergantung
kepada perubahan kondisi
ataupun situasi manusia yang
berada di dalam relasi dengan
Tuhan dan perubahan ini
merupakan hasil dari
kegagalan manusia dan
penghakiman Allah. Kami
percaya bahwa perbedaan
tanggung-jawab dalam
mengatur merupakan bagian
dari karakter Allah yang
dimanifestasikan di dalam
tulisan Alkitab, dalam
seluruh rentang waktu dari
sejarah manusia dan pada
akhir dari masing-masing
bagian terdapat akan
6 Charles C. Ryrie, Dispensationalism Today
(Chicago: Moody Press, 1965), 29-30. 7 Dallas Theological Seminary 2007-2008 Catalog,
188.
kegagalan manusia di dalam
ujian ketaatan dan
penghakiman Allah di
dalamnya”.7
Dengan demikian, dispensasional
merupakan suatu periode waktu di mana
dalam tiap-tiap periode waktu tertentu,
manusia diuji untuk bertanggung-jawab
terhadap wahyu tertentu dari Allah.
SEJARAH
Para teolog Covenant Theology mengecam
bahwa Dispensasionalisme bukanlah
pengajaran dari para rasul karena ajaran ini
baru muncul pada permulaan abad 19. C.B.
Bass bahkan dengan tegas mengemukakan,
“Dispensasionalisme bukanlah pengajaran
para rasul, apalagi bila dilihat dari sudut
pandang eskatologi. Mereka menganut dan
mengajarkan pretibulation8 yang sama
sekali para rasul tidak pernah ajarkan.
Jadi pretribulation merupakan ajaran
Dispensasi.
Bahkan banyak kalangan juga yang
mengatakan bahwa Dispensasionalisme
tidak berasal pula dari zaman bapa-bapa
gereja bahkan tidak alkitabiah.
Dispensasionalisme secara resmi memang
lahir pada permulaan abad 19 di Inggris
dalam gerakan Brethen yang akhirnya
membawa teolog-teolog seperti John
Nelson Darby, Samuel P. Tregelles dan
Charles Henry Mackintosh. Mereka
kemudian menerbitkan beberapa karya-
karya eksposisional yang memengaruhi
tokoh-tokoh kekristenan di Amerika seperti
D.L. Moody, James H. Brookes dan C.I.
Scorfield. Akan tetapi, tokoh-tokoh aliran
dispensasionalisme ini berpendapat bahwa
ide ajaran ini sudah muncul sejak abad
permulaan. Di samping itu, kaum
dispensasionalis memakai Ibrani 1:1-2
8 Pretibulation merupakan pandangan yang
mengemukakan bahwa gereja sudah diangkat atau
tidak ada lagi sebelum masa tribulasi atau masa
kesusahan besar.
Jurnal Teologi & Pelayanan ( Kerusso ) E-ISSN: 2714-9587 P-ISSN: 2407-554X
KERUSSO : Vol 5, No 1 Maret 2020 Page 22
sebagai dasar konsep pembagian periode-
periode yang terdapat di dalam Alkitab:
“Setelah pada zaman dahulu
Allah berulang kali dan
dalam pelbagai cara berbicara
kepada nenek moyang kita
dengan perantaraan nabi-
nabi, maka pada zaman akhir
ini Ia telah berbicara kepada
kita dengan perantaraan
Anak-Nya, yang telah Ia
tetapkan sebagai yang berhak
menerima segala yang ada.
Oleh Dia Allah telah
menjadikan alam semesta”.
Di lain pihak, nats ini mengindikasikan akan
pengajaran Alkitab mengenai konsep
progresive revelation yang menjadi salah
satu konsep dasar dari dispensasionalisme.
ABAD PERMULAAN
Justin Martyr (110-165 A.D). Justin
dalam karyanya Dialogue with Trypho
melihat adanya beberapa perbedaan
ekonomi dalam PL. Beliau mengakui bahwa
sebelum sunat dan Taurat, seseorang dapat
menyenangkan Allah tanpa harus disunat
dan melakukan Taurat. Akan tetapi, setelah
wahyu Allah kepada Abraham, sunat
menjadi suatu keharusan untuk
menyenangkan Dia. Tidak hanya itu,
setelah pemberian Taurat, bangsa Israel
harus melakukan berbagai ritual, tata cara
dan hukum yang terdapat di dalamnya.
Lebih lanjut beliau mengatakan9:
“Jika seseorang bertanya
kepada kamu, mengapa sejak
zaman Henokh, Nuh dan
anak-anaknya dan lain-lain
dari segi penyunatan, mereka
tidak disunat atau
memelihara hari Sabat.
Namun di sisi lain, para
pemimpin lainnya secara
khusus sejak diberikannya
9 Enns, The Moody Handbook of Theology 2, 151.
Taurat, setelah beberapa
generasi selanjutnya yang
hidup antara zaman Abraham
dan Musa, dibenarkan oleh
sunat dan upacara-upacara
lainnya seperti Sabat, korban
dan persembahan . . .”
Dengan demikian, Justin Martyr menganut
esensi dari dispensasionalisme dalam
ajarannya mengenai perbedaan ekonomi di
dalam PL.
Irenaeus (130-200 AD). Irenaeus
dalam karya tulisnya mengenai empat
perjanjian yang diberikan pada umat
manusia, secara khusus ia membuat garis
pemisah di antara tiga perjanjian di PL dan
Injil. Di samping itu, ia juga menyertakan
argumentasinya yang terdapat di dalam
karyanya yang berjudul Against Heresies.
Buku ini mengemukakan:
“... dan Injil merupakan
empat bentuk (quadriform)
seperti juga jalan yang diikuti
oleh Tuhan ini. Untuk alasan
inilah terdapat empat prinsip
perjanjian (covenants) yang
diberikan kepada manusia;
pertama: sebelum air bah
yang berada di bawah Adam;
kedua: setelah air bah yang
berada di zaman Nuh; ketiga:
tatkala Taurat telah diberikan
di masa Musa; keempat
merupakan pembaharuan
manusia dan segala sesuatu
diperhitungkan di dalamnya
melalui arti dari Injil, bangkit
dan membawa manusia di
atas sayapnya masuk ke
dalam Kerajaan Sorga.”
Pemisahan ini merupakan ciri khas
dari dispensasionalisme, meskipun ia tidak
menggunakan istilah dispensasi dalam
pernyataannya. Ryrie memperkuat
pandangan ini dengan menyatakan10:
10 Ryrie, Dispensationalism Today, 69.
Jurnal Teologi & Pelayanan ( Kerusso ) E-ISSN: 2714-9587 P-ISSN: 2407-554X
KERUSSO : Vol 5, No 1 Maret 2020 Page 23
“Meskipun Irenaeus tidak
menyebutkan akan periode-
periode dispensasi pada
bagian ini, namun ia sering
berbicara mengenai
dispensasi-dispensasi Allah
dan khususnya tentang
dispensasi kekristenan.”
Dengan demikian, Irenaeus secara
implisit sebenarnya mengemukakan akan
adanya dispensasi-dispensasi pada periode-
periode yang berbeda-beda. Akan tetapi,
Irenaeus selangkah lebih maju dalam
mengemukakan pandangannya daripada
Justin Martyr, yaitu dalam hal pembagian
ekonomi, yang bukan hanya di dalam PL
tetapi juga PB. Clement dari Alexandria
(150-220 A.D). Beliau memberikan empat
dispensasi, yaitu periode Adam, Nuh dan
Abraham dan Musa.11 Clement seperti
Justin Martyr yang hanya membagi periode
dalam masa PL saja.
Augustine (354-430 A.D) Augustine
membedakan antara “dispensasi yang
terdahulu” yang berkaitan dengan korban
yang dipersembahkan dan masa kini yang
tidak lagi mempersembahkan korban.
Kendati ada perubahan di dalam
persembahan korban, Allah tetap tidak
berubah.
Di sini Augustine menyadari bahwa
orang-orang beribadah kepada Allah
dengan cara yang berbeda pada zaman yang
berbeda. Dengan demikian, Augustine
menyimpulkan bahwa Allah memiliki
beberapa cara kerja yang berbeda di dalam
dunia ini sebagaimana ia menjalankan
rencana-Nya di sepanjang sejarah.12 Hal ini
merupakan konsep dasar bagi pemikiran
dispensasionalisme. Melalui pandangan-
pandangan bapa-bapa gereja tersebut, Ryrie
menyimpulkan:
11 Enns, The Moody Handbook of Theology 2, 152. 12 Peter, Teologi Perjanjian Versus
Dispensasionalisme, 21. 13 Ryrie, Dispensationalism Today, 70.
Hal ini tidak mengindikasikan bahwa
bapa-bapa gereja pada abad permulaan ini
merupakan penganut dispensasionalisme
dalam pengertian modern dari kata itu.
Akan tetapi, benar bahwa beberapa dari
pandangan mereka menjelaskan prinsip-
prinsip penting yang kelak dikembangkan
menjadi dispensasionalisme atau konsep
awal dari ajaran dispensasional.13
PERKEMBANGAN MODERN
Pierre Poiret (1646-1719). Ia merupakan
seorang filsuf dan mistikus dari Perancis. Ia
menulis enam jilid teologi sistematik yang
berjudul L’O Economie Divine, yang
pertama kali diterbitkan di Amsterdam pada
tahun 1687. Karya tulis ini kemudian
diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan
diterbitkan di London pada tahun 1713.
Di dalam bukunya ini, ia memberikan
akan konsep dispensasi atau sistem
pemerintahan Allah di sepanjang sejarah
umat manusia. Ia menyajikan tujuh skema
dispensasionalisme, yang sebagai berikut:14
1. Masa bayi – sampai Air Bah.
2. Masa kanak-kanak - sampai
Musa.
3. Masa Remaja - sampai para
nabi (kira-kira pada masa
Salomo).
4. Masa Pemuda - sampai
kedatangan Kristus.
5. Masa Dewasa - “beberapa
waktu setelah itu” (periode
awal ke-Kristenan).
6. Masa Tua - “masa
kehancuran manusia”
(periode akhir dari ke-
Kristenan).
7. Renovasi dari segala sesuatu
- Milenium.15
14 Enns, The Moody Handbook of Theology 2, 152-
153. 15Di sini, Poiret mengakui akan adanya perbedaan
puncak dari dispensasi secara harafiah dalam
periode seribu tahun.
Jurnal Teologi & Pelayanan ( Kerusso ) E-ISSN: 2714-9587 P-ISSN: 2407-554X
KERUSSO : Vol 5, No 1 Maret 2020 Page 24
Ehlert menyimpulkan akan pandangan
Poiret, secara khusus mengenai skema
dispensasi yang ketujuh sebagai berikut:
“Tidak perlu dipertanyakan
bahwa kita di sini memiliki
susunan dispensasional.
Poiret menggunakan frase
“periode atau dispensasi” dan
dispensasi ketujuhnya
merupakan kerajaan seribu
tahun secara harafiah, yakni
pada waktu Kristus datang
kembali yang kedua kalinya
dan memerintah dunia
bersama orang-orang kudus-
Nya. Di sinilah Israel akan
bertobat dan ikut serta dalam
pemerintahan selama seribu
tahun ini ... .”16
Perkembangan modern lebih terperinci
pembagian periodenya dibandingkan
dengan abad permulaan. Apabila
diperhatikan, maka Poiret sebenarnya
membagi ke 3 periode besar, yaitu masa PL,
PB dan Millenium. Berbeda dengan abad
permulaan yang hanya memfokuskan
pandangannya pada masa PL saja. John
Edwards (1637-1716). Ia pada tahun 1699
menerbitkan dua volume yang Berjudul A
Compleat History or Survey of All the
Dispensations. Di dalam bukunya ini, ia
berusaha untuk memperlihatkan bagaimana
pemeliharaan Allah sejak penciptaan
sampai pada akhir zaman. Ia memberikan
garis besar dispensasi sebagai berikut:17
1. Ketidak-berdosaan dan
Kebahagiaan Adam.18
2. Dosa dan Kesengsaraan.19
3. Rekonsiliasi.20
A. Ekonomi Patriakh.
16 Ryrie, Dispensationalism Today, 71-72. 17 Enns, The Moody Handbook of Theology 2, 153. 18Di sini mengemukakan bahwa Adam diciptakan
sebagai orang yang tidak berdosa dan orang benar. 19Hal ini terdapat di dalam Kejadian 3 di mana
seluruh ciptaan juga ikut terkena hukuman akibat
dosa yang dilakukan oleh Adam.
a. Periode Adam
b. Periode Nuh.
c. Periode Abraham.
B. Ekonomi Periode Musa.
C. Ekonomi Non-Yahudi.
D. Ekonomi Kristen.
a. Masa bayi, yaitu periode
(primitif) yang telah lalu.
b. Masa kanak-kanak, periode
sekarang.
c. Masa dewasa, periode
(millenium) yang akan datang.21
d. Masa tua, periode penutup
(kekalahan Iblis dan kemudian
dilemparkan ke dalam lautan
api).
Garis besar Edwards lebih sistematis dan
terperinci dibandingkan dengan Poiret.
Edwards bahkan menambahkan akan
periode penutup yang merupakan kekalahan
Iblis dan penghukumannya yang kekal.
Isaac Watts (1674-1748).
Ia merupakan penulis lagu-lagu
himne yang terkenal dan juga seorang
teolog. Ia berpandangan bahwa dispensasi
sebagai masa kondisional di mana Allah
memiliki pengharapan tertentu dari manusia
dan membuat perjanjian bersyarat dan
larangan untuk mereka. Watts menyakini
bahwa dispensasi publik dari Allah (bagi
manusia) merupakan konstitusi yang bijak
dan kudus dari kehendak dan pemerintahan-
Nya yang dinyatakan atau dimanifestasikan
kepada mereka (yang berada di dalam
urutan periode yang berbeda di dalam
sejarah) di mana isinya merupakan tugas-
tugas yang diberikan kepada manusia.
Berkat akan diperoleh apabila mereka taat.
Hukuman akan diberikan apabila mereka
20Keadaan di mana Adam dipulihkan, yaitu dari
penebusan Adam sampai pada akhir zaman. 21Pada periode millennium, tampak bahwa
Edwards memahaminya sebagai pemerintahan
rohani. Hal ini dikemukakan olehnya, “Mungkin
Yesus menampakkan diri secara personal, walaupun
Ia tidak akan memerintah secara personal di dunia”.
Jurnal Teologi & Pelayanan ( Kerusso ) E-ISSN: 2714-9587 P-ISSN: 2407-554X
KERUSSO : Vol 5, No 1 Maret 2020 Page 25
melakukan dosa-dosa yang Allah telah
larang. Secara ringkas, dispensasi Allah
merupakan peraturan moral yang ditetapkan
oleh Allah tatkala berhubungan dengan
manusia sebagai makhluk berakal budi.
Oleh karena itu, manusia dituntut
bertanggung jawab kepada Allah segala
tingkah laku mereka baik pada dunia ini
maupun dunia yang akan datang.22
Garis besar dispensasional dari
Watts ialah:
1. Dispensasi dari Ketidak-berdosaan
(sebelum kejatuhan).
2. Dispensasi Masa Adam dari
Kovenan Anugerah (setelah
kejatuhan).
3. Dispensasi Masa Nuh.
4. Dispensasi Masa Abraham.
5. Dispensasi Masa Musa (agama
Yahudi).
6. Dispensasi Kristen.
Apabila diperhatikan, maka
pembagian dispensasi yang dilakukan oleh
Watts tidak jauh berbeda dengan tokoh-
tokoh sebelumnya. Akan tetapi, Watts tidak
mencantumkan milenium. Tampaknya ia
tidak menganggapnya sebagai dispensasi.
John Nelson Darby (1800-1882). Ia
merupakan seorang pemimpin di gereja
Plymouth Brethern pada abad 19. Darby
merupakan penganut classical
dispensationalism.23 Melalui pelayanannya,
banyak orang Roma Katolik menjadi
Protestan. Di samping itu, ia merupakan
penulis yang handal. Ia menulis buku
sebanyak 40 jilid. Masing-masing jilid
terdiri dari enam ratus lembar. Di dalam
buku-bukunya ini, Darby menuangkan
pengetahuannya dalam bahasa asli Alkitab,
filsafat dan sejarah gereja. Ia memberikan
pandangannya akan sistem dispensasi yang
diyakininya24:
22 Ryrie, Dispensationalism Today, 73. 23 Classical dispensationalism merupakan aliran
dispensasi yang berdasarkan pada pandangan-
pandangan dispensasionalis Inggris. Di samping itu,
dispensasi ini mendasarkan banyak pandangannya
pada Scofield Reference Bible, yang dikarang oleh
C.I. Scofield.
1. Tahap Firdaus hingga Air Bah.
2. Nuh.
3. Abraham.
4. Israel.
A. Di bawah Hukum.
B. Di bawah Keimaman.
C. Di bawah Raja-Raja.
5. Non-Israel.
6. Roh Kudus.
7. Milenium.
Hal yang menarik dari pandangan
dispensasinya ialah Darby dengan lebih
mendalam menjelaskan bahwa di dalam
setiap dispensasi, manusia ditempatkan di
dalam suatu kondisi di mana manusia
memiliki tanggung jawab di hadapan Allah.
Di samping itu, Darby dengan tegas
mengemukakan bahwa setiap dispensasi
berakhir dengan kegagalan.25 Ia pun
membedakan antara Israel dengan gereja
sebagai dua umat Allah yang berbeda.26
C. I Scofield (1843-1921). Ia
dipengaruhi oleh gerakan Brethen di
Amerika telah menghasilkan Gerakan-
Gerakan Konferensi Alkitab (Bible
Conference Movement) yang dimulai
dengan Niagara Bible Conference. Tahun
1870. Pada tahun 1879, ia menghabiskan
waktunya untuk menyelidiki dan
mendalami Alkitab dan aktif melayani di
dalam pelayanan gerejawi. Pada tahun
1909, C. I Scofield menerbitkan bukunya
yang terkenal yakni Scofield Reference
Bible yang mempromosikan pengajaran-
pengajarannya kepada khalayak umum.
Buku ini kemudian direvisi kembali pada
tahun 1917. Sebelum tahun 1930, penjualan
dari dua edisi ini sudah mencapai satu juta
eksemplar. Ia banyak mempengaruhi
banyak orang semasa hidupnya, di
antaranya James M. Gray (1851-1935) yang
menjadi kepala dari Moody Bible Institute
24 Ryrie, Dispensationalism Today, 75. 25 Enns, The Moody Handbook of Theology 2, 155. 26 Clarence B. Bass, Backgrounds to
Dispensationalism (Grand Rapids: Eerdmans,
1960), 64.
Jurnal Teologi & Pelayanan ( Kerusso ) E-ISSN: 2714-9587 P-ISSN: 2407-554X
KERUSSO : Vol 5, No 1 Maret 2020 Page 26
dan Lewis Sperry Chafer yang merupakan
pendiri dari dari Evangelical Theological
College yang kini telah berubah nama
menjadi Dallas Theological Seminary.
Seminari ini kemudian menyebarkan ajaran
dispensasionalisme di antara gereja-gereja
seluruh dunia.27
Dalam karyanya, ia menunjukkan tujuh
dispensasi di mana periode-periode tersebut
ditandai di dalam Kitab Suci dengan
beberapa perubahan dari cara Allah dalam
kaitannya dengan umat manusia. Dispensasi
Scofield berbicara mengenai dosa dan
tanggung jawab manusia di mana masing-
masing dari dispensasi itu diakhiri dengan
penghukuman karena adanya kegagalan
diakhir setiap dispensasi. Scofield
mengategorikan dispensasinya sebagai
berikut:28
1. Ketidak-bersalahan Manusia
(dari penciptaan sampai
pengusiran dari Eden).
2. Manusia di Bawah Hati
Nurani (dari Eden sampai Air
Bah).
3. Manusia berkuasa atas Bumi
(Nuh sampai Abraham).
4. Manusia di Bawah Janji
(Abraham sampai Musa).
5. Manusia di Bawah Hukum
(Musa sampai Kristus).
6. Manusia di Bawah Anugerah
(kematian Kristus sampai
pengangkatan).
7. Manusia di Bawah
Pemerintahan Kristus (masa
pemerintahan milenium
Kristus).
L.W Chafer (1871-1952). Beliau lahir
pada tanggal 27 Februari 1871 di Rock
Creek, Ohio. Ia merupakan pendiri dan
presiden pertama dari Dallas Theological
Seminary. Pada masa hidupnya, Chafer
27 Dallas Theological Seminary juga telah
melahirkan tokoh-tokoh yang terkenal seperti John
Walvoord, Charles C. Ryrie dan J. Dwight
Pentecost. 28 Enns, The Moody Handbook of Theology 2, 155.
telah menulis buku Systematic Theology
yang telah memberikan ajaran dispensasi
secara komprehensif. Ia memsistematiskan
dispensasinya sebagai berikut29:
1. Ketidak-Bersalahan Manusia.
2. Manusia di Bawah Hati Nurani.
3. Pemerintahan Manusia.
4. Janji.
5. Taurat.
6. Anugerah.
7. Pemerintahan Kristus.
Chafer mengambil gagasan yang
pernah dicetuskan oleh Scofield sehingga
gagasan dispensasinya tidak berbeda sama
sekali. John F. Walvoord (1910). Ia pernah
menjabat sebagai presiden dari Dallas
Theological Seminary, menggantikan L.S
Chafer. Ia dengan jelas mengemukakan
akan pandangannya yang dispensasi
berkenaan dengan eskatologi. Hal ini
terdapat di dalam salah satu bukunya di
mana ia mengatakan mengenai Israel30:
“1. Hal ini merupakan
peristiwa yang nyata bahwa
Israel tidak memiliki Tanah
Perjanjian secara permanen.
2. Nabi-Nabi dengan jelas
menyampaikan janji Allah
bahwa Israel akan
dikumpulkan kembali dari
penyebaran-penyebaran
mereka dan akan menetapi
Tanah Perjanjian selama
kerajaan milenium.
3. Ini merupakan bukti bahwa
janji yang diberikan kepada
Israel tidak akan dipenuhi oleh
gereja ataupun orang-orang
non-Yahudi.
4. Jadi, janji tersebut harus
dipenuhi oleh benih secara
fisik dari Yakub untuk
menjaga perjanjian Abraham”.
29 Lewis Sperry Chafer, Systematic Theology
(Texas: Dallas Seminary Press, 1947), 46. 30 John F. Walvoord, Major Bible Prophecies
(Grand Rapids: Zondervan, 1991), 95.
Jurnal Teologi & Pelayanan ( Kerusso ) E-ISSN: 2714-9587 P-ISSN: 2407-554X
KERUSSO : Vol 5, No 1 Maret 2020 Page 27
Dengan demikian, nampak jelas
bahwa Walvoord membedakan antara Israel
dengan gereja. Ada janji-janji yang tidak
dapat dinikmati oleh gereja tetapi semata-
mata hanya untuk Israel. Secara khusus,
janji mengenai tanah. Hal ini diyakini
Walvoord akan dipenuhi dalam kerajaan
seribu tahun. Oleh karena itu, kerajaan
seribu tahun tersebut tidak dapat ditafsirkan
secara alegoris tetapi secara harafiah.
Sistem hermeneutika yang dipakai.
Hermeneutika merupakan ilmu dan
seni menafsirkan Alkitab. Ilmu karena
hermeneutik berkaitan dengan prinsip-
prinsip di dalam suatu sistem yang teratur.
Ilmu ini dimaksudkan untuk memperoleh
dan menggolongkan prinsip-prinsip yang
diperlukan untuk menafsirkan Kitab Suci
secara tepat. Seni karena berkaitan dengan
perihal-perihal untuk menerapkan prinsip-
prinsip yang telah diperoleh.31 Melalui
prinsip-prinsip hermeneutika, akan
membawa penafsir ke dalam suatu sistem
teologi. Dengan kata lain, sistem teologi
yang berbeda dari Teologi Perjanjian
dengan Dispensasionalisme merupakan
perbedaan sistem hermeneutika.
Bernard Ramm mengatakan bahwa
prinsip penafsiran Dispensasionalisme
merupakan penafsiran yang literal. Hal ini
berarti bahwa setiap kata memiliki arti yang
sama dalam penggunaannya baik dalam
tulisan, pengucapan ataupun pemikiran.32
Di samping itu, prinsip penafsiran literal
juga harus didukung dari grammatikal –
historikal. Cara ini digunakan bertujuan
untuk menentukan penggunaan yan lazim
dan biasa dari bahasa maka berbagai
peraturan tata bahasa dan retorika harus
diperhatikan. Tidak hanya itu, pelbagai
aspek kultural dan historis dari Alkitab pun
harus dipertimbangkan juga. Hal ini sering
kali disebut sebagai normal interpretation
atau plain interpretation yang berarti
31 Kevin J. Conner & Ken Malmin, Interpreting The
Scriptures (Malang: Gandum Mas, 2004), 1. 32 Barnard Ramm, Protestant Biblical
Interpretation (Boston: W. A wilde, 1956), 89-92.
interpretasi untuk mencari arti yang biasa
atau sederhana.
Dengan demikian, Dispensasionalis
menerapkan metode penafsiran literal secaa
konsisten termasuk di dalam studi
eskatologis. Enns mengatakan bahwa
banyak orang-orang non-Dispensasionalis
yang konservatif menafsirkan Alkitab
secara literal kecuali nubuatan.33 Penafsiran
literal tidak mengesampingkan bahwa di
dalam Alkitab juga banyak terdapat arti
kiasan.
Kitab Mazmur menjadi salah satu
bagian Alkitab yang memiliki banyak kata-
kata bernuansa kiasan. Banyak penafsir
yang keliru memakai istilah kiasan sebagai
lawan dari literal. Hal ini menimbulkan
kesan bahwa arti kiasan dari kata-kata
berlawan dengan arti secara literal. Oleh
karena bahasa kiasan merupakan bagian
dari komunikasi yang lazim, maka bahasa
kiasan juga mencakup dalam sistem
penafsiran literal. Dengan kata lain,
penafsiran literal meliputi juga yang bersifat
kiasan.34
Jadi, kaum dispensasionalis menerima
interpretasi figuratif, simbolik dan spiritual
apabila Alkitab itu sendiri yang menyatakan
demikian. Dalam menafsirkan peristiwa
eskatologi, kaum dispensasionalis
mendasarkan penafsiran literal nubuatannya
pada waktu kedatangan Kristus yang
pertama kalinya. Hal ini merupakan alasan
yang kuat bagi kalangan dispensasionalis
untuk mengharapkan penggenapan
nubuatan berkaitan dengan kedatangan
Kristus yang kedua kali secara literal pula.
Ryrie memberikan argumentasi-
argumentasinya mengenai alasan kaum
dispensasionalis memakai prinsip
hermeneutika secara literal35:
1. Hal ini dapat diterima secara
filosofikal. Tujuan bahasa adalah
menuntut interpretasi literal. Bahasa
33 Enns, The Moody Handbook of Theology 2, 160. 34 Conner, Interpreting The Scriptures, 33. 35 Ryrie, Dispensationalism Today, 86-89.
Jurnal Teologi & Pelayanan ( Kerusso ) E-ISSN: 2714-9587 P-ISSN: 2407-554X
KERUSSO : Vol 5, No 1 Maret 2020 Page 28
diberikan Allah supaya dapat
berkomunikasi dengan manusia.
Jika Allah merupakan pencipta
bahasa dan jika tujuan utama dari
penciptaan bahasa ialah untuk
menyalurkan Firman-Nya kepada
manusia. Di samping itu, Allah yang
penuh dengan kasih dan hikmat
akan memakai bahasa yang
diberikan-Nya kepada manusia
yaitu bahasa yang dapat dipahamai
oleh semua kalangan manusia.
Dengan demikian, penafsiran
Alkitab menuntut bahasa literal,
normal dan biasa yang harus Allah
pakai dalam menyampaikan
Firman-Nya kepada manusia.
2. Dispensasionalis memegang prinsip
literal karena penafsiran inilah satu-
satunya yang paling Alkitabiah.
Nubuatan PL mengenai Yesus baik
dalam kelahiran, kehidupan,
kematian dan kebangkitan-Nya
semuanya digenapi secara literal.
Oleh karena itu, Alkitab jelas harus
ditafsirkan secara literal.
3. Prinsip penafsiran literal merupakan
hal yang paling logis. Jika penafsir
tidak menggunakan penafsiran
literal dalam Alkitab maka semua
objektifitas dari isi Alkitab menjadi
hilang. Apabila penafsir tidak
menggunakan tafsiran ini, maka
orang akan dapat menemukan
banyak arti dan bahkan dapat
bertentangan maknanya di dalam
satu nats. Oleh karena itu, literal
merupakan tafsiran yang logis dan
rasional.
Akan tetapi, penafsiran literal tidak
semata-mata milik kaum dispensasionalis.
Beberapa kaum konservatif pun juga
menggunakan metode penafsiran ini. Akan
tetapi yang menjadi perbedaannya ialah,
kaum dispensasionalis menggunakan
penafsiran literal secara konsisten di dalam
36 Lewis Sperry Chafer, Dispensationalism (Dallas:
Seminary Press, 1936), 107.
semua studi Alkitab. Bagi non-
dispensasionalis menggunakan prinsip
alegoris atau menspiritualkan makna
Alkitab bila bertemu dengan bagian-bagian
yang bersifat nubuatan.
Pandangan eskatologi dari
Dispensasionalisme. Dispensasionalisme
(dan premilenialisme historis) menyakini
bahwa Kristus akan memerintah di bumi
selama seribu tahun sesudah Ia datang
kembali.
Di samping itu, kaum dispensasionalis
memberikan perbedaan yang mendasar dan
kekal antara Israel dan gereja.
Orang-orang dispensasionalis percaya
bahwa di sepanjang sejarah, Allah sedang
menggenapi dua macam rencana-Nya: yang
satu berkaitan dengan bumi, dengan
melibatkan umat di bumi dan sasaran-
sasaran duniawi, yaitu Yudaisme; yang
lainnya berkaitan dengan sorga dengan
melibatkan umat sorgawi dan sasaran-
sasaran sorgawi yaitu keKristenan.36
Walvoord mengemukakan bahwa
hal yang paling penting dalam penafsiran
premilenialisme adalah bahwa Alkitab,
khususnya Perjanjian Baru, membedakan
antara tujuan yang Allah tetapkan bagi
gereja dan bagi bangsa Israel. Orang-orang
keturunan Yakub pada masa sekarang ini
memiliki hak istimewa yang sama seperti
bangsa-bangsa lain dalam hal iman kepada
Kristus dan sebagai bagian dari tubuh
Kristus.
Meskipun demikian, baik PL
maupun PB menyatakan bahwa bangsa
Israel hanya akan memperoleh janji di
dalam Kristus di masa yang akan datang,
ketika Kristus memerintah langsung atas
mereka. Pada masa sekarang ini merupakan
waktu penggenapan bagi rencana dan tujuan
Allah untuk memanggil sebagian dari
orang-orang Yahudi dan non-Yahudi untuk
percaya kepada Kristus dan hidup sebagai
umat yang kudus. Bilamana tujuan ini
Jurnal Teologi & Pelayanan ( Kerusso ) E-ISSN: 2714-9587 P-ISSN: 2407-554X
KERUSSO : Vol 5, No 1 Maret 2020 Page 29
tercapai, maka Allah akan melaksanakan
penghakiman-Nya yang menakutkan
sebagai pendahuluan bagi kerajaan
milenium yang akan dipimpin oleh Kristus.
Setelah itu, Allah akan menegakkan
kebenaran dan damai sebagai karakteristik
utama kerajaan seribu tahun.37
Kaum dispensasionalis merujuk
kepada Perjanjian Lama di mana terdapat
banyak janji bahwa suatu saat di masa yang
akan datang, Allah akan menegakkan
Kerajaan-Nya di bumi yang akan
melibatkan orang-orang Israel, yaitu bangsa
perjanjian Allah sejak semula. Dalam
perjanjian Allah dengan Daud, Allah
berjanji bahwa salah seorang dari keturunan
Daud (yaitu, Mesias yang akan datang) akan
duduk di takhta Daud selama-lamanya dan
memerintah atas bangsa Israel. Janji Allah
yang baru sebagaimana yang tertulis dalam
Yeremia 31:31-34, meskipun mencakup
beberapa hal yang telah digenapi dalam diri
orang-orang percaya pada masa sekarang
ini adalah untuk bangsa Israel yang hanya
akan digenapi dalam milenium yang akan
datang. Ayat-ayat lainnya dalam Mazmur
dan nabi-nabi38 menubuatkan bahwa di
masa yang akan datang bangsa Israel akan
sekali lagi dikumpulkan di tanah Kanaan
dan akan menikmati masa yang penuh
kemakmuran dan berkat serta akan
memperoleh status yang lebih istimewa
dibandingkan bangsa-bangsa lainnya. Pada
masa itu, mereka akan hidup di bawah
pemerintahan yang penuh kasih karunia dan
sempurna dari Sang Mesias yang
merupakan keturunan Daud. Kalangan
dispensasionalis kemudian menyimpulkan
37 John F. Walvoord, The Millennial Kingdom
(Findlay Ohio: Dunham, 1958), vii-viii. 38 Mzm. 72:1-20; Yes. 2:1-4; 11:1-9; 11-16; 65:18-
25; Yer. 23:5-6; Am. 9;11-15; Mik. 4:1-4; Zak.
14:1-9; 16-21). 39 Kata ‘diangkat’ ditulis sebagai kata kerja masa
depan yang pasif dari harpazo. Sebuah kata yang
digunakan untuk menggambarkan perampok-
perampok yang merenggut barang rampasan
mereka, burung rajawali yang merenggut
mangsanya. Di dalam PB, Paulus yang diangkat
bahwa semua ini akan terjadi pada
pemerintahan seribu tahun.
Kedatangan Yesus Kristus akan
terjadi di dalam dua fase. Fase pertama
merupakan pengangkatan (rapture) yang
dapat terjadi setiap saat, tiba-tiba dan tanpat
peringatan sebelumnya. Yesus akan
mengangkat mereka yang siap sedia bagi
kedatangan-Nya. Pada pengangkatan
tersebut, Kristus belum sepenuhnya turun
ke bumi, Ia masih berada di awan-awan (1
Tes. 4:16-18; II Tes. 2:1). Sebelum
pengangkatan, terjadilah kebangkitan
seluruh orang-orang percaya, khususnya
orang-orang kudus dari masa Perjanjian
Lama. Orang-orang percaya yang masih
hidup, baik orang Yahudi maupun bangsa
lain, akan dalam sekejap mata diubahkan
dan dimuliakan. Baik orang percaya yang
dibangkitkan maupun diubahkan akan
diangkat ke awan-awan untuk bertemu
dengan Tuhan Yesus di langit.39 Bersama-
sama dengan Kristus, seluruh orang percaya
yaitu Gereja akan naik ke Sorga untuk
merayakan perjamuan pernikahan dengan
Anak Domba selama tujuh tahun.40
Tujuh tahun yang dimaksud di atas
merupakan penggenapan dari minggu
ketujuh puluh dari nubuat Daniel (Dan.
9:24-27). Kaum dispensasionalis percaya
bahwa meskipun enam puluh sembilan
minggu yang disebutkan dalam nubuat
tersebut telah digenapi pada saat
kedatangan Kristus yang pertama, namun
nubuat tentang minggu ketujuh puluh (ay.
27) hanya akan digenapi sesudah terjadinya
pengangkatan. Selama tujuh tahun ini, yaitu
ketika Gereja berada di Sorga, sejumlah
peristiwa tetap berlangsung di bumi41:
dengan kuasa besar ke tingkat ketiga dari Surga (II
Kor. 12:2). Bahasa Latin menerjemahkan kata ini
raptus yang merupakan akar kata rapture dalam
bahasa Inggris. Jadi, “dibawa pergi” dapat
diterjemahkan “diangkat” dan kata ‘pengangkatan”
menjadi istilah yang resmi untuk menunjuk kepada
peristiwa ini yang telah dinubuatkan oleh Alkitab. 40 William W. Menzies & Stanley M. Horton,
Doktrin Alkitab (Malang: Gandum Mas, 1998), 219. 41 Chris Marantika, Eskatologi (Yogyakarta: Iman
Press, 2004), 79.
Jurnal Teologi & Pelayanan ( Kerusso ) E-ISSN: 2714-9587 P-ISSN: 2407-554X
KERUSSO : Vol 5, No 1 Maret 2020 Page 30
1. Digenapinya akan masa kesusahan
sebagaimana yang dinubuatkan
dalam Dan. 9:27, yaitu pertengahan
tujuh masa yang disebut kesusahan
besar.
2. Antikristus mulai melaksanakan
pemerintahannya yang penuh
kejahatan. Sebuah pemerintahan
yang akan mencapai klimaksnya
ketika pribadi antikristus tersebut
ingin disembah sebagai Allah.
3. Penghakiman yang menakutkan,
jatuh ke atas orang-orang yang
masih tinggal di bumi.
4. Pada masa ini, sisa-sisa Israel akan
berbalik kepada Yesus dan
mengakui-Nya sebagai Mesias,
yaitu 144.000 orang Israel yang
telah dimeteraikan seperti yang
tertulis dalam Wahyu 7:3-8.
5. Sisa-sisa Israel ini akan mulai
memberitakan “Injil Kerajaan” yaitu
Injil yang inti beritanya adalah
ditegakkannya kembali kerajaan
Daud. Di samping itu, termasuk pula
berita tentang salib dan perlunya
orang untuk bertobat dan beriman.
6. Melalui kesaksian sisa-sisa orang
Yahudi inilah, sejumlah besar
bangsa-bangsa lain akan dibawa ke
dalam keselamatan (Why. 7:9);
7. Raja-raja fasik di bumi beserta
tentara dan nabi-nabi palsunya akan
bersatu dan menyerang umat Allah
dalam Perang Harmageddon.
Di akhir masa tujuh tahun tersebut,
Kristus akan turun kembali dalam
kemuliaan beserta dengan Gereja-Nya. Ia
akan turun sampai ke bumi dan
membinasakan musuh-musuh-Nya dan
mengakhiri perang Harmagedon. Pada
waktu itulah bangsa Israel akan
dikumpulkan kembali di tanah Palestina.
42 Ryrie, Dispensationalism Today, 146. 43 Ada mereka yang dilahirkan pada masa ini akan
menjadi orang perccaya sejati. Akan tetapi, ada pula
yang memberontak kepada Tuhan di dalam masa
ini. Orang-orang yang memberontak akan langsung
dibinasakan oleh Tuhan. Oleh karena itu, orang-
Sejumlah besar orang Israel yang masih
hidup ketika Kristus turun ke bumi akan
beriman kepada Kristus dan diselamatkan.
Hal ini seperti yang telah dinubuatkan
dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
Iblis akan diikat, dilemparkan ke dalam
jurang maut dan dimeteraikan selama seribu
tahun, yaitu suatu periode waktu dalam arti
secara harafiah.
Setelah semuanya ini, maka
kerajaan seribu tahun akan dimulai yang
dipimpin oleh Yesus itu sendiri. Ia akan
duduk di takhta yang berada di Yerusalem
dan memerintah atas bangsa-bangsa Yahudi
serta non-Yahudi. Di awal kerajaan ini tidak
ada orang jahat yang tinggal di bumi.
Pemerintahan ini merupakan penggenapan
dari janji Allah pada masa Perjanjian Lama.
Ryrie mengatakan bahwa tujuan
pemerintahan di bumi atas orang-orang
Israel, sebagaimana diajarkan oleh
dispensasionalisme adalah menyangkut
janji kepada Israel sebagai bangsa, yang
akan digenapi pada masa seribu tahun yaitu
ketika mereka hidup di bumi dengan belum
mengenakan tubuh kebangkitan. Kerajaan
seribu tahun bagi Israel sama sekali tidak
berbicara tentang orang-orang Israel yang
telah mati sebelum kerajaan tersebut
digenapi.42 Mereka yang masuk ke dalam
kerajaan seribu tahun akan tetap menikah
dan memiliki anak.43 Di samping itu, ini
merupakan masa yang penuh kemakmuran,
produktivitas dan damai sejahtera (Yes.
2:4). Dengan kata lain, masa yang belum
pernah ada di bumi sebelumnya. Bumi akan
dipenuhi oleh pengenalan akan Allah.
Kemuliaan Allah akan tinggal pada bait-
Nya yang sudah dibangun kembali (Yes.
45:23; Za. 8:23; 9:7; 13:2; 14:6, Mal. 11:1;
Why. 5:9-14). Sukacita meliputi seluruh
bumi.44 Tidak hanya itu saja, bumi akan
menjadi subur dan sangat produktif (Yes.
orang yang mati di dalam usia 100 tahun akan
dianggap muda dan bila tidak mencapai usia 100
tahun akan dianggap kena kutuk (Yes. 65:20). 44 Orang-orang yang dibebaskan Tuhan akan pulang
dan masuk ke Sion dengan bersorak-sorai sedang
sukacita abadi meliputi mereka; kegirangan dan
Jurnal Teologi & Pelayanan ( Kerusso ) E-ISSN: 2714-9587 P-ISSN: 2407-554X
KERUSSO : Vol 5, No 1 Maret 2020 Page 31
35:1-7). Penuaian yang terjadi terus-
menerus (Am. 9:14). Kehadiran Allah di
bumi akan dirasakan secara luar biasa (Za.
2:2; 10:13; Why. 21:3).45
Di samping itu, orang-orang percaya
yang telah dibangkitkan akan ikut
memerintah di dalam kerajaan seribu tahun.
Namun, mereka hidup di dalam Yerusalem
baru yang bersifat sorgawi sebagaimana
digambarkan dalam Wahyu 21:1-22:5.
Selama masa seribu tahun, Yerusalem
sorgawi tersebut akan berada di awan-awan,
di atas bumi dan memancarkan terangnya ke
seluruh bumi. Akan tetapi, orang-orang
percaya yang dibangkitkan dapat turun dari
Yerusalem baru ke bumi dan terlibat dalam
pemerintahan.46
Setelah pemerintahan seribu tahun,
Iblis akan dilepaskan. Pembebasan Iblis ini
memperlihatkan bahwa setelah dunia
menyaksikan damai dan berkat selama
seribu tahun di bawah pemerintahan
Kristus, masih ada orang-orang yang
mengikut Iblis. Hal ini kemudian berakhir
dengan dibakarnya Iblis dan pengikut-
pengikutnya dengan api dari Sorga. Iblis
sendiri akan dilemparkan ke dalam lautan
api selamanya. Setelah itu akan ada
penghakiman bagi orang fasik dan kematian
yang kedua di dalam lautan api.47
Pada akhirnya seluruh orang
percaya akan masuk ke dalam kehidupan
kekal. Allah menciptakan langit dan bumi
yang baru di mana dosa dan kelemahan akan
dihapuskan. Yerusalem sorgawi akan turun
ke bumi yang baru. Di sanalah Allah dan
seluruh umat-Nya akan tinggal bersama
dalam kemuliaan yang sempurna selama-
lamanya. Dengan demikian, Perjanjian
Lama memberikan sebuah pengharapan
bagi seluruh bangsa Israel yang
penggenapannya akan sepenuhnya terwujud
pada masa kerajaan seribu tahun.
Pengharapan orang-orang percaya dalam
sukacita akan memenuhi mereka, kedukaan dan
keluh kesah akan menjauh. (Yes. 35:10, 51:11;
55:12; 61:10; Yer. 31:12). 45 Marantika, Eskatologi, 151-152. 46 Walvoord, The Millennial Kingdom, 39.
PL bagi adanya sebuah kota yang kekal
akan diwujudkan melalui kebangkitan yang
terjadi di dalam Yerusalem sorgawi, di
mana Israel – tanpa kehilangan identitasnya
– akan bergabung bersama-sama dengan
seluruh umat Allah lainnya yang telah
dibangkitkan dan diubahkan untuk
mengambil bagian dalam kemuliaan Kristus
selama-lamanya.48Kelemahan-kelemahan
eskatologi Dispensasionalisme menurut
Teologi Perjanjian. Keberatan tentang
pembedaan antara Israel dengan gereja.
Hoekema berpendapat bahwa
premilenialisme dispensasi mengabaikan
hal yang sangat mendasar dalam Alkitab,
yaitu kesatuan Alkitab.49 Kaum
dispensasionalis membagi sejarah dunia ke
dalam beberapa periode. Bahaya yang
ditimbulkan ialah tampaknya kaum ini lebih
menekankan akan perbedaan-perbedaan di
antara periode sejarah penebusan ketimbang
kesatuan sejarah penebusan yang
merupakan sifat dasar bagi sejarah tersebut.
Lebih jauh lagi, ada beberapa hal lainnya
yang perlu diperhatikan. Tatkala seseorang
mengabaikan kesatuan sejarah penebusan
dan membuat berbagai perbedaan di antara
periode dispensasi yang berbeda-beda,
maka bahaya yang ditimbulkan ialah tidak
mampunya untuk mengenali perkembangan
yang bersifat kumulatif dan permanen yang
menandai hubungan Allah dengan umat-
Nya pada masa Perjanjian Baru. Alkitab
dengan jelas menyebutkan bahwa Kristus
telah menghancurkan tembok pemisah
antara orang Yahudi dengan bangsa lain (ef.
2:14-15). Berdasarkan pemahaman ini,
mengapa kaum dispensasionalis masih terus
menerus menekankan pemisahan antara
bangsa Yahudi dan bangsa-bangsa lain di
masa seribu tahun? Dengan mengatakan
bahwa orang-orang Yahudi akan
menempati posisi khusus dan ditinggikan
lebih daripada bangsa-bangsa lain? Kaum
47 Horton, Doktrin Alkitab, 253. 48 J. Dwight Pentecost, Things to Come (Findlay,
Ohio: Dunham, 1958), 546. 49 Anthony A. Hoekema, Alkitab dan Akhir Zaman
(Surabaya: Momentum, 2004), 263.
Jurnal Teologi & Pelayanan ( Kerusso ) E-ISSN: 2714-9587 P-ISSN: 2407-554X
KERUSSO : Vol 5, No 1 Maret 2020 Page 32
dispensasionalis tampaknya menganggap
bahwa tembok pemisah antara bangsa
Yahudi dan bangsa-bangsa lain telah
diruntuhkan dalam periode dispensasi
zaman gereja sekarang ini. Namun seribu
tahun merupakan suatu periode dispensasi
di mana mereka telah mengabaikan apa
yang PB katakan penghapusan tembok baik
orang Yahudi maupun non-Yahudi.50
Keberatan kedua ialah
dispensasionalisme melupakan bahwa
menurut Perjanjian Baru, gereja merupakan
“Israel baru” (Rm. 9:6; Gal. 6:15-16),
“Yahudi” (Rm. 2:28-29), “keturunan
Abraham” (Gal. 3:29)51, “Sion” (1 Pet. 2;6;
Ibr. 12:22). Mereka yang dicuci dengan
darah Kristus telah menjadi “dua belas
suku” yang baru (Yak. 1:1), “orang-orang
pendatang yang tersebar” di antara bangsa-
50 Anthony A. Hoekema, Alkitab dan Akhir Zaman,
266. 51 Bagian ini dengan jelas menyatakan bahwa
seluruh orang percaya dalam PB merupakan
keturunan Abraham., bukan dalam arti fisik tetapi
rohani. Conn melihat bahwa gereja PB diidentikan
dengan Israel sejati dan seluruh anggota di
dalamnya merupakan pewaris sejati dari janji yang
Allah buat dengan Abraham. 52 Harvie M. Conn, Teologia Kontemporer
(Malang: SAAT, 1996), 132. 53 Paulus dengan jelas menyatakan dalam Gal. 6:15-
16, “Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak ada
artinya, tetapi menjadi ciptaan baru, itulah yang ada
artinya. Dan semua orang, yang memberi dirinya
dipimpin oleh patokan ini, turunlah krinya damai
sejahtera dan rahmat atas mereka dan atas Israel
milik Allah”. Dalam bahasa aslinya adalah kai epi
ton Israel tou theou. Walvoord mengatakan bahwa
kai harus diterjemahkan dan, sehingga “Israel milik
Allah” artinya adalah orang-orang Yahudi yang
percaya. Akan tetapi, Hoekema membantah hal
tersebut. Permasalahan penafsiran semacam ini
adalah bahwa orang-orang Yahudi yang percaya itu
sudah tercakup dalam kalimat “dan semua orang,
yang memberi dirinya dipimpin oleh patokan ini”-
yaitu, semua orang percaya yang sejati, yang terdiri
dari bangsa Yahudi maupun bangsa-bangsa lain.
Dengan kata lain, Hoekema berpendapat bahwa
Paulus di sini menjelaskan gereja sebagai Israel
sejati. 54 Untuk memahami Roma 11:25-26a, Hoekema
mengajak untuk melihat dengan teliti konteks dari
pasal ini. Pasal 9, Paulus menyingkapkan bahwa
penolakan Tuhan atas Israel adalah tidak
bangsa (1 Pet. 1:1).52 Hoekema bahkan
dengan tegas mengatakan bahwa ajaran
yang mengatakan Allah memiliki tujuan
yang berbeda bagi Israel dan gereja
merupakan paham yang tidak benar. Pada
kenyataannya, PB sendiri sering kali
menjelaskan ungkapan-ungkapan yang
berkaitan dengan Israel dan diaplikasikan
kepada gereja pada masa PB, yang
mencakup baik orang-orang Yahudi
maupun bangsa-bangsa lain.53 Kalangan
dispensasionalis sering kali memakai Roma
11 sebagai acuan untuk mengajarkan
periode waktu di masa yang akan datang,
yang merupakan masa penuh berkat hanya
bagi bangsa Israel. Akan tetapi, Hoekema
menyakini bahwa Roma 11:26 tidak
mengajarkan akan pertobatan bangsa Israel
di masa datang.54 Nats ini terambil dari
sepenuhnya. “Sebab tidak semua orang yang berasal
dari Israel adalah orang Israel” (9:6). Artinya,
meskipun benar bahwa banyak di antara orang
Israel adalah orang-orang yang terhilang, tetapi
Israel sejati akan diselamatkan. Secara ajaib Allah
menggenapi janji-Nya atas diri mereka yang
merupakan anak-anak perjanjian. Dari sejak
permulaan sejarah Israel, telah ada pemisahan di
dalam bangsa itu sendiri atas kehendak Tuhan.
Rasul Paulus menjelaskan beberapa bentuk
pemisahan tersebut yaitu yang berasal dari Ishak
akan disebut sebagai keturunan Abraham (9:7);
bukan Esau tetapi Yakub yang dipilih sebagai
penerus perjanjian (9:10:12). Pada pasal 10, Paulus
melanjutkan dengan menunjukkan bahwa
penolakan atas sebagain orang Israel tidaklah
sewenang-wenang. Mereka telah menolak Injil dan
beriman kepada Yesus. Rm. 10:12 dituliskan bahwa
tidak ada perbedaan bagi orang Yahudi maupun
orang Yunani mengenai cara memperoleh
keselamatan. Oleh karena itu, Hoekema
berpendapat bahwa “jumlah yang penuh” (pleroma)
harus dimengerti secara eskatologis, yaitu
keseluruhan bangsa-bangsa non-Yahudi yang
hendak Allah selamatkan. Ketika seluruh jumlah
bangsa-bangsa lain di sini tidak hanya akan terjadi
di masa yang akan datang, melainkan terus
berlangsung di sepanjang sejarah gereja. Akan
tetapi, akan tetap ada orang-orang Israel yang
berbalik kepada Tuhan hingga kedatangan kedua di
mana pada saat yang bersamaan jumlah yang penuh
dari bangsa-bangsa lain yang diselamatkan juga
akan terpenuhi. Dengan demikian, Rm, 11 bukan
hanya berbicara mengenai pertobatan Yahudi saja
tetapi juga non-Yahudi dan terus berlangsung dari
Jurnal Teologi & Pelayanan ( Kerusso ) E-ISSN: 2714-9587 P-ISSN: 2407-554X
KERUSSO : Vol 5, No 1 Maret 2020 Page 33
Yesaya 59:20 dan 27:955, yang sering
digunakan oleh kaum dispensasionalis
sebagai rujukan kedatangan Kristus yang
kedua kali. Hal ini tidaklah tepat apabila
dimengerti secara demikian karena kalimat
dalam Yesaya ini menggambarkan akan
kedatangan Yesus yang pertama telah
menghapuskan dosa manusia.56 Bahkan jika
dua ayat dari Yesaya tersebut hendak
dikenakan pada Kedatangan Kedua,
tentunya Alkitab pasti akan mencatat dari
Sorga (bukan dari Zion) akan datang
penebus. Oleh karena itu, pertobatan dari
orang Yahudi dan non-Yahudi (yang akan
terjadi sepanjang sejarah) akan disebut
sebagai israel sejati.57
KEBERATAN KERAJAAN
1000 TAHUN
Perjanjian Lama tidak pernah
mengajarkan akan adanya kerajaan seribu
tahun yang bersifat fisik. Kaum
dispensasionalis menyatakan bahwa PL
banyak bukti yang berbicara tentang
pemerintahan Kristus selama seribu tahun.
Dispensasionalis mendasarkan
pemahamannya ini dari Yes. 65:17-25.
kedatangan Kristus yang pertama hingga yang
kedua. Lagipula, kalaupun seseorang cenderung
memahami perikop tersebut sebagai ajaran tentang
pertobatan Israel di masa akan datang, ia masih
harus mengakui bahwa Roma 11 sama sekali tidak
berbicara mengenai Israel yang dikumpulkan
kembali ke tanah Kanaan atau pemerintahan Kristus
di masa yang akan datang dalam kerajaan seribu
tahun. 55 Dari Sion akan datang Penebus, Ia akan
menyingkirkan segala kefasikan daripada Yakub.
Dan inilah perjanjian-Ku dengan mereka, apabila
Aku menghapuskan dosa mereka. 56 George Eldon Ladd, Theology Of the New
Testament (Grand Rapids: Eerdmans, 1974), 562. 57 Hoekema, Alkitab dan Akhir Zaman, 190-200. 58 Jelas sekali bahwa ayat 17 berbicara mengenai
langit dan bumi yang baru. Ayat 18 mengajak
pembaca untuk “bersukacita selama-lamanya” –
bukan berbicara mengenai kerajaan seribu tahun –
di dalam langit dan bumi yang baru, yang
disebutkan dalam ayat 17. Di sini Yesaya tidak
sedang berbicara mengenai sebuah keberadaan baru
yang akan berakhir tidak lebih dari seribu tahun
melainkan tentang kondisi kekal yang penuh
Semua sepakat (dispensasionalisme
dan teologi perjanjian) bahwa ayat 17
berbicara mengenai langit dan bumi baru,
namun dispensasional membatasi ayat 18-
25 hanya pada milenium yang akan
mendahului langit dan bumi baru. Namun,
Hoekema berpendapat bahwa seseorang
akan mendapati gambaran akan milenium
dalam perikop ini, apabila ia mengabaikan
isi dalam ayat 17-19.58 Akan tetapi,
dispensasionalis sering menggunakan ayat
2059 sebagai argumentasi mereka akan
adanya kerajaan seribu tahun. Hoekema
mengakui bahwa ayat ini sulit untuk
dimengerti, tetapi menyakini bukan
mengenai kerajaan seribu tahun.60 Pada ayat
20 dikatakan bahwa orang yang tidak
mencapai usia seratus tahun akan dianggap
kena kutuk. Ayat 22 mendukung akan nats
ini, “sebab umur umat-Ku akan sepanjang
umur pohon, dan orang-orang pilihan-Ku
akan menikmati pekerjaan tangan mereka”.
Dengan demikian, nats di atas tidak
perlu harus dimengerti sebagai gambaran
akan kerajaan seribu tahun, tetapi masuk
akal apabila dimengerti sebagai nubuat
tentang kondisi dalam bumi yang baru di
kemuliaan. Lebih lanjut dijelaskan dalam ayat 19
merupakan gambaran tambahan bagi kondisi yang
dalam Why. 21:4 yang merupakan tanda bagi
kondisi kekekalan: “Tidak akan ada lagi
perkabungan atau ratap tangis atau dukacita, sebab
segala sesuatu yang lama itu telah berlalu”. 59 Ayat 20, “Di situ tidak akan ada lagi bayi yang
hanya hidup beberapa hari atau orang tua yang tidak
mencapai usia suntuk, sebab siapa yang mati pada
usia seratus tahun akan dianggap kena kutuk”. Oleh
karena kematian, disebutkan dalam ayat ini, maka
kaum dispensasionalis mengatakan bahwa perikop
ini tidak membicarakan langit dan bumi yang baru
melainkan zaman milennium. 60 Berdasarkan ayat 19, Yesaya berkata, “Di
dalamnya tidak akan kedengaran lagi bunyi
tangisan dan bunyi erangpun tidak”. Dapatkah
seseorang membayangkan sebuah kematian tanpa
tangisan? Yes. 25:8 telah menyatakan bahwa tidak
akan ada lagi kematian bagi umat Allah di dalam
kondisi kekekalan! Nubuat ini juga mencakup
bahwa tidak akan ada lagi air mata: “Ia, Tuhan
semesta alam, akan meniadakan maut untuk
seterusnya; dan Tuhan Allah akan menghapuskan
air mata dari pada segala muka.
Jurnal Teologi & Pelayanan ( Kerusso ) E-ISSN: 2714-9587 P-ISSN: 2407-554X
KERUSSO : Vol 5, No 1 Maret 2020 Page 34
masa yang akan datang.61 Di samping itu,
Yesaya 11:6-10 sering dianggap sebagai
lukisan yang indah dalam kerajaan seribu
tahun di mana “serigala dan anak doma akan
bersama-sama makan rumput”. Hoekema
sependapat dengan dispensasionalis bahwa
perikop ini tidak sepatutnya dimengerti
sebagai gambaran dari sorga.62
Kalimat, “sebab seluruh bumi penuh
dengan pengenalan bumi akan Tuhan,
seperti air laut yang menutupi dasarnya”
bukanlah gambaran yang tepat bagi
kerajaan seribu tahun berlangsung tetap
akan ada sebagian orang yang tidak
mengenal atau mencintai Tuhan, yaitu
mereka yang akan berkumpul di akhir masa
seribut tahun untuk mengadakan
peperangan terakhir kepada kemah-kemah
orang-orang percaya.
Dengan demikian, ini harus
dimengerti sebagai gambaran bumi yang
baru bukan kerajaan seribu tahun. Di pihak
lain, dispensasional sering kali
menggunakan juga Yehezkiel 40-48 yang
berjudul “Bait Allah dalam kerajaan seribu
tahun dan penyembahan di dalamnya”
(40:1-47:12) dan “pembagian tanah selama
zaman kerajaan seribu tahun” (42:13-
48:35).63
Dispensasionalis mengatakan
bahwa pasal-pasal ini menubuatkan akan
pembangunan kembali Bait Allah
Yerusalem di masa kerajaan seribu tahun
dan ibadah yang akan mengikutinya. Akan
tetapi kesulitan terbesar ialah memahami
61 Ayat 25 mendukung argumen ini, “Tidak ada
yang akan berbuat jahat atau yang berlaku busuk di
segenap gunung-Ku yang kudus”. 62 Hoekema, Alkitab dan Akhir Zaman, 270. 63 Pasal-pasal ini berisi akan sebuah penglihatan
tentang Bait Allah yang akan didirikan kembali
ketika bangsa Israel kembali dari pembuangan. Di
samping itu, berisi juga penjelasan mengenai Bait
Allah dan ukuran-ukuran yang harus diperhatikan di
Bait Allah: korban penghapus dosa, korban penebus
salah, korban bakaran dan korban pendamaian. 64 Apakah persembahan korban-korban sembelihan
masih diperlukan sesudah Kristus menggenapi
semua korban tersebut? Untuk apakah umat Allah
di masa milennium harus kembali melaksanakan
pasal-pasal di atas secara harafiah adalah
adanya korban-korban binatang.64 Oleh
karena itu, Yehezkiel sama sekali tidak
memberikan indikasi dalam pasal-pasal ini
bahwa ia sedang membicarakan sesuatu
yang akan terjadi dalam sebuah masa
milenium yang akan mendahului kondisi
kekekalan.65
Di samping itu, Berkoff menambahkan
bahwa premilenial memasukkan diri ke
dalam kesulitan yang berat dengan doktrin
milenium mereka. Ia berpendapat bahwa
sangatlah mustahil untuk memahami
bagaimana bisa sebagian dari dunia lama
dari masnuai berdosa bisa ada bersama-
sama dengan bagian dunia yang baru di
mana orang-orang hidup dalam kemuliaan?
Bagaimana orang kudus dalam tubuh
kemuliaan bisa bersatu dengan orang
berdosa dalam daging? Bagaimana
mungkin orang kudus yang telah
dimuliakan bisa hidup bersama dalam
suasana penuh dosa dan di tengah-tengah
kematian dan kehancuran?
Pasal dua puluh satu dari kitab
Wahyu mengatakan bahwa Tuhan dan
gereja yang ditebus akan menempati
kedudukan mereka di bumi sesudah langit
dan bumi diperbaharui. Akan tetapi,
bagaimana mungkin hal ini dapat terjadi
bila Kristus dan orang kudus tinggal di sana
selama seribu tahun sebelum pembaharuan
ini? Bagaimana mungkin orang berdosa dan
orang kudus dalam daging bisa hadir dalam
kemuliaan Kristus? Kaum Teologi
korban-korban persembahan dengan tujuan sebagai
peringatan bagi kematian Kristus, jikalau Tuhan
sendiri telah memberikan kepada ktia tanda lain
sebagai peringatan yaitu Perjamuan Kudus? 65 Tafsiran terhadap bagian ini yang sejalan dengan
ajaran PB dan yang tidak mengandung
permasalahan seperti pengertian korban peringatan
dalam milennium adalah bahwa Yehezkiel sedang
menggambarkan masa depan umat Allah yang
penuh kemuliaan di zaman yang akan datang
dengan menggunakan bahasa yang dimengerti oleh
orang-orang Yahudi pada masa itu. Dengan
demikian, rincian tentang Bait Allah dan korban-
korbannya harus dimengerti bukan secara harafiah
melainkan figuratif.
Jurnal Teologi & Pelayanan ( Kerusso ) E-ISSN: 2714-9587 P-ISSN: 2407-554X
KERUSSO : Vol 5, No 1 Maret 2020 Page 35
Perjanjian menyimpulkan bahwa hal ini
merupakan kekacauan yang saling tidak
konsisten semata-mata.66
Keberatan selanjutnya ialah Alkitab
tidak mengajarkan pemulihan politik bagi
Israel melalui masa seribu tahun.
Dispensasionalis menggunakan Yesaya
11:11-1667 untuk mendukung gagasannya
ini. Akan tetapi, hal-hal yang dinubuatkan
dalam Yesaya merupakan kembalinya sisa-
sisa umat Allah dari pembuangan di masa
yang jauh di depan mereka. Bangsa Asyur
disebutkan pertama dalam nats tersebut
menunjukkan bahwa Yesaya menuliskan
nubuatannya ini sesudah kerajaan Utara
ditawan ke Asyur pada tahun 721 SM.
Nubuat ini tergenapi secara harafiah ketika
bangsa Israel kembali dari pembuangan
pada abad ke enam SM. Yeremia 23:3,
7:868, Dispensasionalis mengatakan bahwa
ini merupakan pemulihan akhir yang akan
digenapi pada sesudah terjadinya kesusahan
besar.
Akan tetapi, Hoekema mempertanyakan
mengapa nubuat ini tidak dimengerti
sebagai hal yang telah digenapi melalui
kembalinya bangsa Israel dari tawanan pada
abad ke enam SM? Bukankah Yeremia
mengucapkan kata-kata tersebut sesaat
66 Berkhof, Doktrin Akhir Zaman, 105-106. 67 Nats ini berbunyi, “Pada waktu itu Tuhan akan
mengangkat pula tangan-Nya (yang kedua kalinya)
untuk menembus sisa-sisa umat-Nya yang tertinggal
di Asyur dan di Mesir, di Patros, di Etiophia dan di
Elam, di Sinear, di Hamat dan di pulau-pulau di
laut”. Nats ini berbicara mengenai sebuah gambaran
nubuatan tentang kemuliaan dari kerajaan yang
akan datang, yang akan ditegakkan ketika Anak
Daud datang kembali. 68 Nats ini berkata, “Dan Aku sendiri akan
mengumpulkan sisa-sisa kambing domba-Ku dari
segala negeri ke mana Aku mencerai-beraikan
mereka dan Aku akan membawa mereka kembali ke
padang mereka: mereka akan berkembang baik dan
bertambah banyak (ay. 3). Sebab itu, demikianlah
firman Tuhan, sesungguhnya, waktunya akan
datang, bahwa orang tidak lagi mengatakan: Demi
Tuhan yang hidup yang menuntun orang Israel
keluar dari tanah Mesir, melainkan: Demi Tuhan
yang hidup yang menuntun dan membawa
keturunan kaum Israel keluar dari tanah utara dan
sebelum ditawannya kerajaan Yehuda ke
Babel? Fakta bahwa Yeremia sendiri secara
khusus menyebutkan kembalinya mereka
dari pembuangan di Babel pada pasal
berikutnya mendukung pernyataan bahwa
hal ini merupakan peristiwa kembalinya
bangsa Israel sebagaimana yang telah
dinubuatkan di dalam pasal 23.69 Dengan
demikian,
KEBERATAN KONSEP
PENGANGKATAN, KEBANGKITAN
& PENGHAKIMAN
Keberatan keempat dikemukakan
oleh Berkof. Pandangan dispensasionalisme
bertentangan dengan penjelasan Alkitab
mengenai peristiwa-peristiwa besar di masa
depan yaitu kebangkitan, penghakiman
terakhir dan akhir zaman.
Alkitab menyebutkan bahwa semua
peristiwa itu terjadi secara bersamaan.
Semua peristiwa itu bersamaan terjadi (Mat.
13:37-43, 47-50). Pemisahan antara yang
baik dan yang jahat “pada akhir” dan bukan
pada seribu tahun sebelumnya.70
Gagasan dispensasionalisme mengenai
pengangkatan gereja secara “rahasia” yang
tidak diketahui oleh orang non-Kristen
dari segala negerti ke mana Ia telah mencerai-
beraikan mereka, maka mereka akan tinggal di
tanahnya sendiri (7-8). 69 Sebab beginilah Firman Tuhan: Apabila telah
genap tujuh puluh tahun bagi Babel, barulah Aku
memperhatikan kamu. Aku akan menepati janji-Ku
itu kepadamu dengan mengembalikan kamu ke
tempat ini (Yer. 29:10). Di samping itu, perlu
diperhatikan juga bahwa dalam pasal 24:5-6, yaitu
pasal yang mengiktui 23:3, Yeremia dengan jelas
menunjukkan kepada kembalinya Israel dari
pembuangan di Babel (Kasdim): “Sama seperti
buah ara yang baik ini, demikianlah Aku akan
memperhatikan untuk kebaikannya orang-orang
Yehuda yang Kubawa dari tempat ini ke dalam
pembuangan, ke negeri orang-orang Kasdim. Maka
Aku akan mengarahkan mata-Ku kepada mereka
untuk kebaikan mereka, dan Aku akan membawa
mereka kembali ke negeri ini . . .” 70 Louis Berkhof, Doktrin Akhir Zaman (Surabaya:
Lembaga Reformed Injili Indonesia, 2001), 104-
105.
Jurnal Teologi & Pelayanan ( Kerusso ) E-ISSN: 2714-9587 P-ISSN: 2407-554X
KERUSSO : Vol 5, No 1 Maret 2020 Page 36
berlawanan sama sekali dengan tujuan isi 1
Tesalonika 4:16-17. Bukanlah rahasia
apabila Alkitab berbicara tentang “penghulu
malaikat berseru”, “sangkakala Allah
berbunyi”. Jika suara tersebut
membangunkan orang mati, maka tentunya
itu tidak mungkin merupakan suatu
rahasia.71
Di samping itu, tidak ada dasar dari
Alkitab yang positif untuk menyebutkan
akan adanya kebangkitan ganda dari orang-
orang mati. Alkitab tidak pernah
membedakan adanya dua kebangkitan
(orang benar dan orang fasik) yang terpisah
selama 1000 tahun. Akan tetapi,
kebangkitan umat Allah berbeda dengan
kebangkitan orang yang tidak percaya
dalam prinsip geraknya, natur esensialnya
dan akhir terjadinya.
Dengan demikian, nats-nats Alkitab
sama sekali tidak mengarah kepada
kebangkitan ganda yang dikemukakan oleh
kaum dispensasionalis. Alkitab dengan jelas
mengatakan bahwa orang benar dengan
orang durhaka akan dibangkitkan bersama-
sama seperti di dalam Dan. 12:2, Yoh. 5:28-
29; Kis. 24:15. Nats-nats ini tidak pernah
berisi satu petunjuk sekecil apapun bahwa
kedua peristiwa kebangkitan itu akan
terpisah sejauh 1000 tahun.
Alkitab justru mengajarkan bahwa
kebangkitan akan terjadi pada hari terakhir
dan akan segera diikuti dengan
penghakiman terakhir (Mat. 25:31-32; Yoh.
5:27-29; 6:39-40, 44-54; 11:24; Why 20:11-
15).72 Kaum dispensasionalis
mempertahankan kebangkitan ganda
berdasarkan Why. 20:4-6. Dalam nats ini,
Yohanes menyebutkan adanya kebangkitan
yang pertama. Secara langsung, banyak ahli
yang berpendapat akan adanya kebangkitan
yang kedua.
Berkoff menyangsikan bahwa di
dalam nats ini membicarakan akan
kebangkitan tubuh. Lagipula, istilah-istilah
yang dipakai juga tidak menunjukkan akan
71 Conn, Teologia Kontemporer, 133. 72 Berkhof, Doktrin Akhir Zaman, 125.
adanya kebangkitan jasmani. Menurutnya,
penulis kitab Wahyu tidak membicarakan
mengenai pribadi-pribadi atau tubuh-tubuh
yang dibangkitkan, tetapi tentang jiwa yang
hidup dan memerintah bersama Kristus.73
Kaum dispensasionalis membagi
penghakiman Allah bagi manusia ke dalam
beberapa bagian74:
1. Penghakiman orang-orang percaya.
Hal ini terdapat di dalam 2 Kor. 5:10
bahwa gereja akan diadili kursi
pengadilan atau bema Kristus.
Pengadilan ini akan terjadi ketika
gereja diangkat dari dunia yang
bertujuan untuk memberikan pahala.
2. Pengadilan Israel terjadi sebelum
kerajaan seribu tahun ditetapkan
atau setelah pengangkatan gereja
atau dipenghujung masa tribulasi di
bumi.
3. Penghakiman bangsa-bangsa terjadi
ketika Yesus datang yang kedua
kali. Hal ini mendahului kerajaan
seribu tahun yang bertujuan untuk
menyaring mereka yang akan masuk
ke dalam kerajaan seribu tahun.
4. Pengadilan di Takhta Putih Besar
yaitu untuk mengadili kejahatan-
kejahatan orang-orang fasik dan
terjadi dipenghujung kerajaan seribu
tahun.
Berkof menolak akan penghakiman
Allah seperti yang di atas. Ia dengan
tegas
mengatakan bahwa Alkitab selalu
mengatakan bahwa penghakiman terakhir
merupakan sebuah peristiwa tunggal.
Alkitab mengajarkan bukan untuk
menantikan hari-hari tetapi hari
penghakiman (Yoh. 5:28-29, Kis. 17:31; 2
Pet. 3:7).
Di samping itu, Berkof juga
menghimbau untuk selalu memperhatikan
bahwa penghakiman bagi orang durhaka
terjadi mengiringi parousia dan juga
penampakan Kristus (2 Tes. 1:7-10; 2 Pet.
73 Ibid., 127. 74 Marantika, Eskatologi, 122-136.
Jurnal Teologi & Pelayanan ( Kerusso ) E-ISSN: 2714-9587 P-ISSN: 2407-554X
KERUSSO : Vol 5, No 1 Maret 2020 Page 37
3:4-7). Akhirnya, Allah tidak menghakimi
bangsa-bangsa sebagai bangsa di mana
keputusan kekal dijatuhkan tetapi Allah
hanya menghakimi individu.
Oleh karena itu, seseorang dapat
memberikan tafsiran yang dapat diterima
dan konsisten terhadap Mat. 25:31-46
apabila ia menyakini bahwa penghakiman
yang disebutkan itu menunjuk kepada
penghakiman universal bagi semua orang
dan dihakimi sebagai individu bukan
bangsa.75
DAFTAR PUSTAKA
[1] Bass, Clarence B. Backgrounds to
Dispensationalism. Grand Rapids:
Eerdmans, 1960.
[2] Chafer, Lewis Sperry.
Dispensationalism. Dallas: Seminary Press,
1936.
[3] Chafer, Lewis Sperry. Systematic
Theology. Texas: Dallas Seminary Press,
1947.
[4] Conner, Kevin J. & Ken Malmin.
Interpreting The Scriptures. Malang:
Gandum Mas, 2004.
[5] Enns, Paul. The Moody Handbook of
Theology 2. Malang: SAAT, 2004.
[6] Hoekema, Anthony A. Alkitab dan
Akhir Zaman. Surabaya: Momentum, 2004.
[7] Ladd, George Eldon. Theology Of the
New Testament. Grand Rapids: Eerdmans,
1974.
[8] Menzies, & Stanley M. Horton, Doktrin
Alkitab. Malang: Gandum Mas, 1998.
[9] Marantika, Chris.
Eskatologi.Yogyakarta: Iman Press, 2004.
75 Berkhof, Doktrin Akhir Zaman, 134-135.
[10] Moulton, J.H. and George Milligan.
The Vocabulary of the Greek Testament.
Grand Rapids: Wm. B. Eerdmans
Publishing Co., 1949.
[11] Pentecost, J. Dwight. Things to Come.
Findlay, Ohio: Dunham, 1958.
[12] Peter, Eddy Peter. Teologi Perjanjian
Versus Dispensasionalisme.Tangerang:
STT International Philadelphia, 2004.
[13] Ramm, Barnard. Protestant Biblical
Interpretation. Boston: W. A Wilde, 1956.
[14] Ryrie, Charles C. Dispensationalism
Today. Chicago: Moody Press, 1965.
[15] The Oxford English Dictionary. Oxford
University Press, 1933), III.
[16] Walvoord, John F. Major Bible
Prophecies. Grand Rapids: Zondervan,
1991.
[17] Walvoord, John F. The Millennial
Kingdom. Findlay Ohio: Dunham, 1958.