i
EFEKTIFITAS STERILISASI SALURAN AKAR
MENGGUNAKAN TEKNIK LASER DENGAN UJI
MIKROORGANISME DALAM SALURAN AKAR
ANAK AGUNG NGURAH PRAMANA SURYA
10.8.03.81.41.1.5.034
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
DENPASAR
2014
ii
EFEKTIFITAS STERILISASI SALURAN AKAR MENGGUNAKAN
TEKNIK LASER DENGAN UJI MIKROORGANISME DALAM
SALURAN AKAR
Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Mahasaraswati Denpasar
Oleh :
Anak Agung Ngurah Pramana Surya
NPM : 10.8.03.81.41.1.5.034
Menyetujui
Dosen Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Dewa Made Wedagama, drg., Sp.KG P.A. Mahendri K, drg., M.Kes., FISID
NPK: 828 395 207 NPK: 19590512 198903 2 001
iii
Tim Penguji skripsi Sarjana Kedokteran Gigi pada fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara
pembuatan skripsi dengan judul: “Efektifitas Sterilisasi Saluran Akar
Menggunakan Teknik Laser Dengan Uji Mikroorganisme Dalam Saluran Akar”
yang telah dipertanggung jawabkan oleh calon sarjana yang bersangkutan pada
tanggal 24 Pebruari 2014.
Atas nama Tim Penguji skripsi Sarjana Kedokteran Gigi Universitas
Mahasaraswati Denpasar dapat mengesahkan
Denpasar 24 Pebruari 2014
Tim Penguji Skripsi
FKG Universitas Mahasaraswati Denpasar
Ketua,
Dewa Made Wedagama, drg., Sp.KG
NPK : 826 395 207
Anggota : Tanda Tangan
1. P.A. Mahendri Kusumawati, drg., M.Kes., FISID 1. .................
NPK : 19590512 198903 2 001
2. Putu Rusmiany, drg.,M.Biomed 2. .................
NPK : 826 795 206
Mengesahkan
Dekan Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Mahasaraswati Denpasar
P.A. Mahendri Kusumawati, drg.,M.Kes,FISID
NPK : 19590512 198903 2 001
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas kasih dan karunia-Nya
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Dalam penulisan skripsi ini, penulis
mendapat banyak bimbingan, bantuan, dan doa dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan
kerendahan hati serta penghargaan yang tulus penulis menyampaikan rasa terima kasih
kepada :
1. Yth. Dewa Made Wedagama, drg. Sp. KG selaku dosen pembimbing I skripsi
yang telah begitu banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk
membimbing penulis sehingga skripsi dapat diselesaikan sengan baik.
2. Yth. P.A. Mahendri Kusumawati, drg. M.kes., FISID selaku dosen
pembimbing II skripsi yang telah begitu banyak meluangkan waktu, tenaga
dan pikiran untuk membimbing penulis sehingga skripsi dapat diselesaikan
sengan baik.
3. Yth. Putu Rusmiany, drg., M.Biomed , selaku dosen penguji atas segala
bimbingan dan petunjuk yang telah diberikan sehingga tersusunya skripsi ini.
4. Yth. Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar
bersama staf.
5. Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang telah
membantu memberikan fasilitas dalam pelaksanaan penelitian dalam skripsi
ini.
6. Kedua orang tua saya, drg. A.A. Ngr. Gede Pratama dan I.G.A.M. Yudiani,
S.E serta adik tercinta A.A. Ngr. Bagus Dwiprayuda yang dengan kasih
sayang telah memberikan banyak perhatian, materiil, dorongan, semangat
serta doa yang tulus selama ini.
v
7. Kadek Dwi Indah P. yang dengan sabar memberikan perhatian, semangat
serta doa selama ini.
8. Sahabat Cranter yaitu Riscapy, Triadi # BALI, Dananjaya23, Rian66, Nanda
Petrik, Jayak Bandit, Yoga, Adinda, Karima, Indah, Ria serta teman – teman
Cranter 2010 atas semangat dan kasih sayangnya.
Penulisan menyadari keterbatasan pengetahuan dalam penyusunan skripsi ini,
karena itu penulis mengharapkan saran serta kritik yang membangun untuk menghasilkan
tulisan ilmiah yang lebih baik lagi. Akhirnya, semoga skripsi ini dapat memberikan
sumbangan pemikiran dan pengetahuan yang berguna bagi fakultas dan masyarakat.
Denpasar, 24 Februari 2014
Penulis
vi
Efektifitas Sterilisasi Saluran Akar Menggunakan Teknik Laser Dengan Uji
Mikroorganisme Dalam Saluran Akar
Abstrak
Karies gigi adalah proses demineralisasi yang disebabkan oleh suatu
interaksi antar produk-produk mikroorganisme, saliva, bagian-bagian dari
makanan dan email. Jika karies gigi sudah menjalar hingga pulpa, maka harus
dilakukan perawatan saluran akar. Teknik laser digunakan pada sterilisasi saluran
akar merupakan salah satu cara untuk mengurangi semua mikroorganisme dalam
saluran akar untuk keberhasilan perawatan saluran akar. Pada saluran akar
terdapat banyak jenis bakteri, baik itu aerob ataupun anaerob. Penelitian ini adalah
untuk mengetahui efektifitas sterilisasi saluran akar menggunakan teknik laser
dengan uji mikroorganisme pada saluran akar. Metode penelitian ini
menggunakan true eksperimental dan laboratorium. Sampel yang disiapkan untuk
diuji sebanyak 6 (enam) sampel pasien dengan pulpektomi non vital. Analisis
data yang digunakan adalah paired t-test. Hasil dalam penelitian ini terdapat
penurunan jumlah mikroorganisme sebesar 98,2% setelah sterilisasi menggunakan
teknik lser. Hasil uji paired t-test didapatkan nilai sig. sebesar 0,000 (p < 0,05)
menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan laser dalam
sterilisasi saluran akar. Efek antibakterial laser merupakan suatu alat yang efektif
untuk pembuangan debris/puing‐puing, jaringan nekrotik, juga merupakan alat
disinfeksi yang efektif serta laser memainkan peran spesifik dalam pengurangan
bakteri untuk perawatan endodontik pada pasien. Sterilisasi menggunakan teknik
laser sangat efektif untuk mengeleminasi bakteri di dalam saluran akar.
Kata Kunci : sterilisasi saluran akar, teknik laser, uji mikroorganisme
vii
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Halaman Persetujuan Pembimbing
Halaman Persetujuan Penguji dan Pengesahan Dekan
KATA PENGANTAR ............................................................................................... iv
ABSTRAK ................................................................................................................. vi
DAFTAR ISI .............................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 4
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 5
2.1 Perawatan Endodontik ................................................................................. 5
2.1.1 Definisi Perawatan Endodontik ....................................................... 5
2.1.2 Tujuan Perawatan Endodontik ......................................................... 5
2.1.3 Tahap – Tahap Perawatan Endodontik ............................................ 5
2.2 Anatomi Gigi ............................................................................................... 6
2.2.1 Definisi Saluran Akar Gigi .............................................................. 6
2.2.2 Bentuk – Bentuk Saluran Akar Gigi ................................................ 6
2.3 Prinsip Preparasi Saluran Akar Gigi ............................................................ 9
2.3.1 Tujuan Preparasi Saluran Akar ........................................................ 9
2.4 Jenis - Jenis Perawatan Saluran Akar ......................................................... 11
2.4.1 Pulpektomi Vital .............................................................................. 11
2.4.2 Pulpektomi Non Vital ...................................................................... 12
2.5 Sterilisasi Saluran Akar Gigi ....................................................................... 13
2.5.1 Bahan Sterilisasi Saluran Akar Gigi ................................................ 13
2.5.1.1 Sterilisasi Saluran Akar Menggunakan Chemical ........... 13
2.5.1.2 Sterilisasi Saluran Akar Menggunakan Teknik Laser ......... 14
2.5.2 Indikasi dan Kontraindikasi Perawatan Menggunakan Laser .......... 13
2.6 Bakteri Dalam Saluran Akar Gigi ................................................................ 18
viii
2.6.1 Bakteri Aerob ................................................................................... 18
2.6.2 Bakteri Anaerob ............................................................................... 18
2.6.2.a Jenis – Jenis Bakteri Anaerob Gram Negatif ..................... 19
2.6.2.b Jenis – Jenis Bakteri Anaerob Gram Positif ...................... 20
2.7 Biakan Bakteri ............................................................................................. 21
2.7.1 Fungsi Biakan Bakteri ...................................................................... 21
2.7.2 Jenis dan Bahan Biakan ................................................................... 21
2.7.2.a Media Kompleks ................................................................ 22
2.7.2.b Media Kimia ...................................................................... 22
2.7.2.c Media Selektif .................................................................... 23
2.7.2.d Media Differensial ............................................................. 24
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ................................................ 26
BAB IV METODELOGI PENELITIAN ................................................................... 27
4.1 Jenis Penelitian .............................................................................................. 27
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................................... 27
4.3 Populasi dan Sampel .................................................................................... 27
4.4 Identifikasi Variabel..................................................................................... 28
4.5 Definisi Operasional .................................................................................... 29
4.6 Alat dan Bahan Penelitian ............................................................................ 30
4.6.1 Alat ................................................................................................... 30
4.6.2 Bahan................................................................................................ 30
4.7 Alur Penelitian ............................................................................................. 31
4.8 Jalannya Penelitian....................................................................................... 32
4.9 Analisis Data ................................................................................................ 34
BAB V HASIL PENELITIAN .................................................................................. 35
BAB VI PEMBAHASAN .......................................................................................... 39
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 42
7.1 Kesimpulan ................................................................................................... 42
7.2 Saran ............................................................................................................ 42
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 43
LAMPIRAN ............................................................................................................... 45
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Karakteristik media digunakan untuk membiakkan bakteri ............ 29
Tabel 5.1 Hasil penelitian efektifitas sterilisasi saluran akar dengan teknik laser
dengan uji mikroorganisme dalam saluran akar............................................... 37
Tabel 5.2 Hasil Uji Paired T-test ..................................................................... 38
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Klasifikasi ithmus ......................................................................... 9
Gambar 2.2 Laser YAG (Yitrium Aluminium Garnet) .................................... 17
Gambar 3.1 Bagan Hipotesis............................................................................ 26
Gambar 4.1 Bagan rencana penelitian ............................................................. 31
Gambar 5.1 Koloni Mikroorganisme pada blood agar sebelum disterilisasi .. 36
Gambar 5.2 Koloni Mikroorganisme pada blood agar sesudah disterilisasi
menggunakan teknik laser ................................................................................ 36
xi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Dokumentasi :
GAMBAR 1 : Laser YAG (Yitrium Aluminium Garnet) .................... 44
GAMBAR 2 : Pengambilan sampel mikrooganisme sebelum
Sterilisasi saluran akar.................................................. 44
GAMBAR 3 : Sterilisasi saluran akar menggunakan laser .................. 45
GAMBAR 4 : Glukosa boilon yang berisi mikroorganisme
diinkubasi selama 18-24 jam dalam inkubator ............ 45
GAMBAR 5 : Pemindahan mikroorganisme dari glukosa boilon
yang telah diinkubasi ke blood agar ........................... 46
GAMBAR 6 : Blood agar yang berisi mikroorganisme diinkubasi
kembali selama 18-24 jam pada inkubator................... 46
GAMBAR 7 : Koloni mikroorganisme pada blood agar sebelum
dilakukan sterilisasi saluran akar ................................. 47
GAMBAR 8 : Koloni mikroorganisme pada blood agar setelah
Dilakukan sterilisasi saluran akar dengan
menggunakan laser ....................................................... 47
2. Hasil penelitian efektifitas sterilisasi saluran akar menggunakan teknik
laser dengan uji mikroorganisme dalam saluran akar……………………. 48
3. Olah data .................................................................................................... 48
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karies gigi adalah proses demineralisasi yang disebabkan oleh suatu interaksi
antara produk-produk mikroorganisme, saliva, bagian-bagian dari makanan dan
email. Mikroorganisme mengubah sisa makanan yang tersisa pada gigi menjadi
senyawa asam. Senyawa asam inilah yang mengikis lapisan email gigi dan
menghilangkan mineral-mineral yang ada di gigi (Houwink, 1993).
Endodontik adalah cabang ilmu kedokteran gigi yang berhubungan dengan
etiologi pencegahan,diagnosis dan terapi terhadap penyakit yang mengenai pulpa
gigi,akar gigi dan jaringan periapikal (Dortland, 1996 cit. Yulierni,2011)
Perawatan endodontik mempunyai tiga prinsip dasar agar perawatan berhasil
yaitu preparasi saluran akar, sterilisasi saluran akar dan pengisian saluran gigi
(Cohen, 2006 cit. Yulierni 2011). Sterilisasi saluran akar yaitu mengeliminasi
mikroorganisme yang terdapat di saluran akar dan tubulus dentin sehingga
mencegah terjadinya kontaminasi setelah perawatan (Nasution, 2006). Sterilisasi
dengan irigasi saluran akar pemberian medikamen pada saluran akar (Sundqvist
cit. Yulierni 2011). Mengingat anatomi pulpa yang begitu kompleks dan bakteri
yang masuk jauh ke tubulus dentin, maka tindakan perawatan saluran akar tidak
dapat membebaskan saluran akar dari bakteri sehingga diperlukan medikamen
intrakanal. Medikamen intrakanal bertujuan untuk mengeleminasi semua bakteri
yang tersisa di saluran akar, mengurangi inflamasi periradikuler dan mengurangi
nyeri, mencegah resoprsi akar. Bahan medikamen intrakanal yang sering
2
digunakan adalah Kalium Peroksida yang memiliki beberapa kelemahan yaitu
memiliki efek merusak jaringan periodontal ketika digunakan sebagai medikamen
intrakanal dengan mempengaruhi proses penyembuhan jaringan lunak marginal
dan menghambat perlekatan sel – sel fibroblas gingiva (Merry, 2012).
Teknik sterilisasi menggunakan laser telah membuat kemajuan besar dalam
berbagai bidang kedokteran gigi. Studi terus dilakukan dalam rangka untuk
memaksimalkan penggunaan sifat dari laser yang ada di bidang endodontik.
Dengan semua penelitian dan kemajuan yang sedang dilakukan ada kemungkinan
besar laser mulai berkembang dari metode konvensional yang telah digunakan
dalam bidang endodontik (Mathew, 2010).
Akhir – akhir ini penggunaan laser pada peralatan di bidang kedokteran gigi
makin meningkat. Demikian pula pada terapi Konservasi Gigi meningkat
pemakaian alat laser ini bahayanya makin berkurang sedang kemampuannya
makin meningkat. Penggunaan alat laser tersebut meliputi pencegahan terhadap
meluasnya karies, pencegahan/pengurangan rasa sakit , sterilisasi kavitas/saluran
akar/apeks gigi, polimerisasi bahan tumpat resin komposit dan compomer,
meningkatkan fusi bahan tumpat terhadap jaringan gigi, mengurangi keburukan
handpiece dalam menyebarkan aerosol dan suara bising, serta meningkatkan
akurasi pemotongan jaringan keras dan lunak, menghindari pendarahan sehingga
daerah operasi lebih jelas (Akbar, 2003).
Alat laser yang mudah dicari dipasaran adalah jenis Nd: YAG, Er;YAG, CO2
dan Argon. Meskipun masing – masing alat tersebut mempunyai cara kerja yang
berbeda namun di bidang Konservasi Gigi, penggunaan alat tersebut dapat
disesuaikan dengan indikasinya. Masih banyak penelitian yang diperlukan untuk
lebih mengembangkan alat ini, terutama di Indonesia. Namun yang menjadi
3
masalah adalah harga yang sangat mahal sehingga terapi dengan alat laser kurang
dapat dinikmati oleh semua orang (Akbar, 2003).
Sesuai dengan namanya laser adalah sinar buatan. Oleh karenanya nama laser
berasal dari singkatan kata Light Amplification by Stimulated Emision of
Radiation. Laser sudah dikenal lama dan dipakai di segala bidang, termasuk
bidang Kedokteran. Namun dari ± 650 sistem laser yang telah dikembangkan,
yang dipakai dalam bidang Kedokteran/ Kedokeran Gigi hanya 4-6 jenis, antara
lain Nd:YAG, Er:YAG, CO2, Ruby, Argon dll. Laser merupakan alat yang relatif
baru di bidang Kedokteran Gigi khususnya Konservasi Gigi (Akbar, 2003).
Teknik laser digunakan pada perawatan saluran akar. Perawatan saluran akar
merupakan salah satu cara mempertahankan gigi selama mungkin di dalam rongga
mulut. Terdapat beberapa jenis perawatan saluran akar diantaranya yaitu,
pulpektomi, apeksifikasi, perawatan periapeks (Tarigan, 2006).
Pada perawatan saluran akar, sebelum pengisian saluran akar, dilakukan
desinfeksi saluran akar yang bertujuan untuk membunuh mikroorganisme
patogenik, yang mensyaratkan pengambilan terlebih dahulu jaringan pulpa dan
debris yang memadai, pembersihan dan pelebaran saluran dengan cara
biokimiawi, dan pembersihan isinya dengan irigasi. Setelah dilakukan irigasi,
langkah selanjutnya adalah sterilisasi dan pembenihan untuk uji mikroorganisme,
sehingga dapat mengetahui apakah masih terdapat bakteri patogen atau tidak pada
saluran akar yang telah diirigasi (Walton dan Torabinejad, 2008).
Pada saluran akar terdapat berbagai jenis bakteri aerob ataupun bakteri
anaerob. Bakteri yang pertama kali berkembang biak pada saluran akar adalah
bakteri yang berbentuk kokus, yang paling banyak adalah streptococcus
(Noversatar, 2012 cit. Purbasari,2012). Saluran akar yang terdapat bakteri dapat
4
menyebabkan kegagalan perawatan saluran akar, perlu dilakukan pembenihan
untuk uji mikroorganisme sehingga mendukung keberhasilan perawatan saluran
akar (Walton dan Torabinejad, 2008).
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan masalah yang akan diuji
yaitu, bagaimanakah efektifitas penggunakan teknik laser untuk uji
mikroorganisme pada saluran akar?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas penggunakan
teknik laser dengan uji mikroorganisme pada saluran akar.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini bisa dipakai sebagai dasar untuk penelitian lebih
lanjut dan memberi informasi ke dokter gigi mengenai efektifitas penggunaan
teknik laser pada sterilisasi saluran akar.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perawatan Endodontik
2.1.1. Definisi Perawatan Endodontik
Istilah endodontik diambil dari bahasa Yunani, yang berarti bekerja melalui
bagian dalam gigi. Endodontik merupakan bagian dari ilmu kedokteran gigi yang
menyangkut diagnosis serta perawatan penyakit atau cedera pada jaringan pulpa
dan jaringan periapeksnya. Perawatan enodontik dapat didefinisikan sebagai
perawatan atau tindakan yang diambil untuk mempertahankan gigi vital, gigi mati
atau gigi non vital dalam keadaan berfungsi di lengkung rahang gigi (Harty,
1991).
2.1.2. Tujuan Perawatan Endodontik
Tujuan perawatan endodontik adalah mengembalikan keadaan gigi yang
sakit agar dapat diterima secara biologik oleh jaringan sekitarnya. Ini berarti
bahwa gigi tersebut tanpa simtom, dapat berfungsi, dan tidak ada tanda – tanda
patologik yang lain serta mempertahankan keadaan vital pulpa (Tarigan, 2006).
Salah satu tujuan perawatan endodontik adalah untuk mempertahankan gigi
selama mungkin berada di dalam lengkung rahang dan berfungsi sebagaimana
lazimnya (Gunawan, 1999 cit. Wirastuti 2003).
Manfaat perawatan endodontik adalah untuk membuat pasien bebas dari
rasa sakit, serta gigi tersebut dapat dipakai dengan baik dalam pengunyahan
(Tarigan, 2006).
2.1.3. Tahap – Tahap Perawatan Endodontik
Ada tiga tahap dasar dalam perawatan endodontik. Pertama adalah tahap
diagnosis, yang meliputi penentuan penyakit dan perencanaan perawatan. Kedua,
6
tahap preparasi pada tahap ini isi saluran akar dikeluarkan dan saluran akar
dipreparasi untuk menerima bahan pengisi. Ketiga adalah tahap pengisian. Pada
tahap terakhir ini saluran akar diisi dengan bahan yang dapat menutupnya secara
hermetik sampai batas dentin dan semen dengan istilah Triad Endodontik (Bence,
1990).
Kebersihan perawatan saluran ini dipengaruhi oleh preparasi dan pengisian
saluran akar yang baik, terutama pada bagian sepertiga apikal. Tindakan preparasi
yang kurang bersih akan mengalami kegagalan perawatan, bahkan kegagalan
perawatan 60% diakibatkan pengisian yang kurang baik. Pengisian saluran akar
dilakukan untuk mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam saluran akar
melalui koronal (Soedjono, 2009).
2.2 Anatomi Gigi
2.2.1. Definisi Saluran Akar Gigi
Saluran akar gigi adalah rongga pulpa yang terdapat pada bagian akar gigi
(Itjingningsih. 1995). Saluran akar terdiri dari saluran akar utama dan saluran akar
tambahan (accesory canal). Saluran akar utama adalah saluran sepanjang akar gigi
yang berisi jaringan pulpa, saraf, dan pembuluh darah. Saluran akar ini
berhubungan langsung dengan kamar pulpa dan normalnya diameter yang terbesar
terletal pada orifice sepertiga servikal (Tarigan, 2002).
2.2.2. Bentuk – Bentuk Saluran Akar Gigi
Saluran akar bentuknya cenderung taper atau semakin mengecil pada
ujungnya. Waine membagi bentuk saluran menjadi empat tipe (Tarigan, 2002)
yaitu :
7
a. Tipe I : Saluran akar tunggal dari pulpa menuju apeks.
b. Tipe II : Dari kamar pulpa ada dua saluran akar dan menjadi satu
pada daerah mendekati apeks.
c. Tipe III : Dua saluran akar terpisah memulai dari kamar pulpa
sampai apeks.
d. Tipe IV : Dari kamar pulpa, satu saluran akar dan pada daerah
mendekati apeks terpisah menjadi dua.
Menurut Omar Gani dan Carmen Visvisian, klasifikasi bentuk saluran akar
berdasarkan diameter mesiodistal dan bukolingual terbagi menjadi tiga yaitu:
a. Circular atau bulat : Kedua diameter sama besar.
b. Oval : Diameter terbesar melebihi diameter terkecil
kurang dari satu radius.
c. Flat atau pipih : Diameter terbesar melebihi diameter terkecil
lebih dari satu radius.
Bentuk saluran mencerminkan outline permukaan mahkota dan akar.
Dengan kata lain, bentuk saluran akar ditentukan oleh bentuk akar pada
penampang melintang. Walaupun bentuk akar pada penampang melintang sangat
bervariasi, Richard dkk 2007 menyatakan bahwa secara umum terdapat tujuh
konfigurasi yaitu bulat, oval, oval panjang (long oval), bowling pin (seperti pin
bowling), kidney bean (seperti ginjal), ribbon (pita), dan hourglass. Bentuk
saluran akar pada penampang melintang sangat dipengaruhi oleh bentuk dan
ukuran akar, derajat kelengkungan akar serta usia dan kondisi gigi.
Seringkali pada satu akar terdapat dua saluran akar. Diantara dua saluran
akar ini sering terdapat celah penghubung berisi saluran pulpa yang disebut
isthmus. Isthmus saluran akar disebut juga carridor (by green), lateral connection
8
(by Pineda), dan anastomosis (by Vertucci). Pada jarak 3mm dari apeks, isthmus
tampak menggabungkan dua saluran akar dalam satu akar. Isthmus merupakan
bagian dari sistem saluran akar sehingga isthmus juga harus dipreparasi, diirigasi,
dan diisi dengan bahan pengisi saluran akar.
Dental isthmus pertama kali dikemukakan oleh (Cambruzzi dkk 1983 cit.
Purbasari 2012). Yang dikategorikan pada beberapa regio akar lain, isthmus pada
gigi anterior bawah hanya 15% pada premolar bawah sekitar 30%. Juga
dilaporkan bahwa isthmus pada akar mesiobukal M1 atas mencapai 30,1%, dan
pada akar mesial M1 bawah mencapai 60,2%. Syngeuk Kim menyatakan
banyaknya kegagalan endodontic microsurgery juga disebabkan oleh tidak
terdeteksinya isthmus.
Uma dkk, 2004 mengklasifikasikan isthmus menjadi lima tipe (Gambar
2.1) :
a. Tipe I : Dua atau tiga saluran akar tanpa celah penghubung yang jelas atau
nyata.
b. Tipe II : Dua saluran akar dengan celah penghubung yang jelas.
c. Tipe III : Tiga saluran akar dengan celah penghubung yang jelas. Saluran
akar berbentuk C (c-shaped) dengan tiga saluran akar juga
termasuk dalam katagori ini.
d. Tipe IV : Saluran akar meluas hingga meluas ke area isthmus.
e. Tipe V : Nampak celah penghubung yang jelas berupa koridor.
9
Gambar 2.1 Klasifikasi isthmus menurut Uma dkk, 2004.
2.3. Prinsip Preparasi Saluran Akar Gigi
Preparasi saluran akar merupakan hal yang paling penting untuk menentukan
keberhasilan atau kegagalan suatu perawatan endodontik. Adapun hal – hal yang
dapat mempersulit perawatan saluran akar yaitu anatomi saluran akar yang
kompleks, bakteri yang masuk jauh menembus ke tubulus dentin, instrument yang
digunakan belum cukup efisien, yang terakhir pelebaran saluran akar dan
perawatan endodonti membutuhkan kesabaran dan ketekunan, sedangkan pasien
sering kali kurang kooperatif (Tarigan. 2002).
Prinsip preparasi saluran akar, adalah 1.Seluruh bakteri harus dihilangkan,
juga sisa – sisa jaringan pulpa, serta debris jaringan nekrotik lainnya,
2.Mempertahankan integritas regio periapeks, atau keadaan yang memungkinkan
penyembuhan lesi periapeks, 3.Bentuk saluran akar yang mempermudah
pengisian saluran akar, 4.Preparasi dilakukan sebatas titik acuan sehingga tidak
ada debris yang terdorong kearah apikal, 5.Bekerja dalam keadaan asepsis,
6.Tidak terjadi instrumentasi berlebihan atau terlalu pendek, 7.Preparasi harus
tetap dalam keadaan basah (irigasi setiap penggantian ISO), 8.Instrument dalam
10
keadaan pasif (tidak boleh ada pemaksaan), 9.Urutan pemakaian nomor ISO
jangan dilompati, 10.Sedikitnya tiga sampai empat penggantian ISO setiap kali
preparasi dilakukan, 11.Preparasi nomor terendah sampai ISO 30/35, 12.Selalu
dimulai dari kanal yang paling sulit, 13.Pada akar bengkok, preparasi akses
dilakukan dengan teknik step-down menggunakan bur Gates. Kemudian
instrument dibengkokkan sampai ke panjang kerja dan dilakukan teknik step-back
menggunakan file yang fleksibel, 14.Hindari blockade apikal akibat debris dengan
cara melakukan rekapitulasi dan irigasi yang cukup.
2.3.1. Tujuan Preparasi Saluran Akar
Preparasi saluran akar telah dikemukakan oleh Groosman dikenal dengan
biomechanical preparation atau conventional preparation atau apical stop
preparation; Ingle menyebut telescopicpreparation; Weine menyebut flare
preparation; Schilder menyebut step back preparation; Goerig menyebut step
down technique dan Marshall menyebut crown down technique.
Preparasi saluran akar bertujuan membuang jaringan yang terinfeksi dan
pembentukan saluran akar. Pembuangan jaringan yang terinfeksi dan
pembentukan saluran akar dikenal dengan istilah cleaning and shaping. Preparasi
saluran akar menyiapkan ruang pulpa agar bahan pengisi saluran akar dapat
berkontak pada permukaan dinding saluran akar. Hal ini membantu kerapatan
penutupan ruang pulpa dalam mencapai keadaan hermetis. Tindakan preparasi
saluran akar meliputi empat tahapan satu dengan yang lainnya saling berkaitan
yaitu tahap menjajaki arah saluran akar dan tahap preparasi apeks. Preparasi
saluran akar merupakan tahap yang sangat menentukan dalam perawatan
endodontik, tahap berikutnya diikuti dengan sterilisasi saluran akar (Akbar. 2003).
11
2.4. Jenis – Jenis Perawatan Saluran Akar
Harty (1992), mendefinisikan perawatan saluran akar sebagai
mengeluarkan seluruh pulpa gigi yang rusak diikuti dengan pembersihan,
perbaikan bentuk dan pengisian sistem saluran akar sehingga gigi dapat menjadi
unit fungsional, dalam lengkung rahang. Tujuan perawatan ini untuk
membersihkan kavitas pulpa yang terinfeksi kotoran toksik serta untuk
membentuk saluran akar dari jaringan periodontal dan rongga mulut. Perawatan
saluran akar tersebut meliputi :
2.4.1. Pulpektomi Vital
Pulpektomi vital adalah pengambilan seluruh jaringan dalam ruang pulpa
dan saluran akar secara vital. Pulpektomi vital sering dilakukan pada gigi
anterior dengan karies yang telah meluas kearah pulpa, atau gigi yang
mengalami fraktur (Purbasari, 2012)
Indikasi :
- Gigi sulung dengan infeksi yang melewati kamar pulpa, baik pada gigi
vital, nekrosis sebagian maupun gigi sudah nonvital.
- Kelainan jaringan periapeks dalam gambaran radiologi kurang dari
sepertiga apikal.
- Saluran akar dapat dimasuki instrument.
- Resorpsi interna tetapi belum perforasi akar.
Kontraindikasi :
- Bila kelainan sudah mengenai periapikal.
- Resorpsi akar gigi yang meluas.
- Kesehatan umum tidak baik.
12
- Pasien yang tidak kooperatif.
2.4.2. Pulpektomi Nonvital
Gigi sulung yang dirawat pulpektomi non vital adalah gigi sulung dengan
diagnosis nekrose pulpa. Perawatan saluran akar ini sering dilakukan pada
gigi anterior yang mempunyai saluran akar satu, walaupun kini telah
banyak dilakukan pada gigi posterior dengan saluran akar lebih dari satu
jika sarana benar-benar mengizinkan dengan seleksi kasus yang tepat. Gigi
yang dirawat secara pulpektomi non vital adalah gigi dengan diagnosis
gangren pulpa atau nekrosis (Tarigan. 2002)
Indikasi :
- Mahkota gigi masih dapat direstorasi dan berguna untuk keperluan
prostetik (untuk pilar restorasi jembatan).
- Gigi tidak goyang dan periodontal normal.
- Foto rontgen menunjukkan resorpsi akar tidak lebih dari sepertiga
apikal, tidak ada granuloma pada gigi sulung.
- Kondisi pasien baik serta ingin giginya dipertahankan dan bersedia
untuk memelihara kesehatan giginya.
Kontraindikasi :
- Gigi tidak dapat direstorasi lagi.
- Resorpsi akar lebih dari sepertiga apikal.
- Kondisi pasien buruk, mengidap TBC, dan lain-lain.
13
2.5. Sterilisasi Saluran Akar Gigi
2.5.1. Bahan Sterilisasi Saluran Akar Gigi
Sterilisasi saluran akar adalah pembinasaan mikroorganisme patogenik
dengan cara irigasi dan medikamen/dresing saluran akar. Syarat bahan sterilisasi
saluran akar adalah mempunyai sifat antibakterial, harus stabil dalam larutan,
harus aktif dengan adanya darah, harus mempunyai tegangan permukaan yang
rendah, tidak mengganggu perbaikan jaringan periapikal, tidak menodai struktur
gigi dan tidak merangsang respon imun (Grossman, 1995 cit. Yulierni 2011).
Berbagai bahan kimia dan bahan terapi telah digunakan di dalam saluran
akar dengan berbagai tujuan dan dianggap mempunyai kemampuan yang
diharapkan yaitu memiliki sifat antibakteri yang kuat dan sifat mengiritasi yang
rendah. Beberapa bahan sterilisasi saluran akar yang banyak digunakan adalah
bahan kimia/Chemical dan Sinar/Elektron. Bahan kimia/chemical antara lain
Eugenol, ChKM, Cresatin, Cresophene.
2.5.1.1 Sterilisasi Saluran Akar Menggunakan Bahan Kimia/Chemical
1. Eugenol
Bahan ini adalah zenenz (essence) kimiawi minyak cengkeh dan mempunyai
hubungan dengan fenol. Agak lebih mengiritasi dari minyak cengkeh dan
keduanya golongan anodyne. Eugenol menghalangi impuls saraf intradental.
Biasanya digunakan untuk perawatan pulpektomi. Bagian dari sealer
(endomethasone-eugenol) dan bahan campuran tumpatan sementara (ZOe)
(Grossman,Tarigan. 1994, Heinz’s. 2008 cit. Yasa, 2009).
2. ChKM
ChKM (chlorphenol Kamfer Menthol) terdiri dari 2 bagian para klorophenol
dan 3 bagian kamfer. Daya desimfektan dan sifat mengiritasinya lebih kecil
14
daripada formocresol. Menpunyai bahan spektrum antibakteri yang luas dan
efektif terhadap jamur. Bahkan utamanya, para-klorphenol mampu
memusnahkan berbagai mikroorganisme di dalam saluran akar. Kamfer sebagai
sarana pengencer serta mengurangi efek mengiritasi dari para-klorphenol
murni, selain itu juga memperpanjang efek anti mikrobial yang telah
dibandingkan dengan efek antimikrobial lainnya, menthol mengurangi sifat
iritasi chlorphenol dan mengurangi rasa sakit (Yasa, 2009).
3. Cresophene
Terdiri dari : chlorphenol, hexachlorphenol, thymol, dan dexametasone, yaitu
sebagai anti-phlogisticum. Pemakaian terutama pada gigi dengan permulaan
periodontitis, apikalis akut yang dapat terjadi misalnya pada peristiwa
overintrumentasi (Yasa, 2009). Cresophene merupakan kortikosteroid yang
mengandung para formaldehid. Dipakai pada gigi dengan periodontitis apikalis
tahap awal akibat instrumentasi berlebih, karena salah satu sifat kortikosteroid
adalah mengurangi peradangan periapikal dan menghilangkan nyeri dengan
segera pada penderita setelah instrumentasi berlebih (Wirastuti, 2003).
2.5.1.2 Sterilisasi Saluran Akar Gigi Menggunakan Sinar Laser
Penggunaan laser pada terapi endodontik telah dikaji secara luas pada 15
tahun yang silam. Penanganan dengan laser telah membuktikan bahwa lebih
banyak keunggulannya dibandingkan dengan metode konvensional. Hasilnya
mengisyaratkan bahwa laser merupakan suatu alat yang efektif untuk pembuangan
debris/puing‐puing, lapisan semir dan material obturasi, juga merupakan alat
disinfeksi yang efektif (Gutknecht, 2008).
YAG Laser adalah salah satu laser pertama diuji dalam endodontik. Ini
adalah laser solid-state. Media aktif biasanya YAG - yitrum aluminin garnet
15
(Y2Al5O12). Ini adalah sebuah sistem energi empat tingkat beroperasi dalam mode
kontinyu atau berdenyut. Ia memancarkan panjang gelombang inframerah
1064nm . Dengan demikian, laser membutuhkan cahaya panduan untuk aplikasi
klinis. Serat fleksibel dengan diameter antara 200mm dan 400μm digunakan
sebagai sistem pengiriman. Salah satu masalah utama bagi intra - kanal iradiasi
laser adalah peningkatan suhu pada permukaan luar akar. Ketika sinar laser
mencapai jaringan, efek termal terjadi. Panas secara langsung terkait dengan
energi yang digunakan, waktu dan modus iradiasi. Peningkatan tingkat suhu lebih
dari 10 derajat Celcius per satu menit dapat menyebabkan kerusakan jaringan
periodontal, seperti nekrosis (Gutknecht, 2008).
Lan (1999) mengevaluasi secara in vitro, peningkatan suhu pada
permukaan luar akar setelah penyinaran dengan Nd : YAG laser bawah parameter
berikut energi : 50mJ , 80mJ dan 100mJ pada 10 , 20 dan 30 denyut per detik.
Kenaikan suhu kurang dari 10 derajat. Hasil yang sama diperoleh dari Bachman
dkk. (2000), Kimura dkk. (1999), Gutknecht dkk. (2008) berbeda dengan
permukaan luar, suhu intra - kanal meningkat secara dramatis di daerah apikal
serta efektif terhadap kontaminasi bakteri. Untuk Nd : YAG laser, 1,5 watt dan
15Hz , energi aman untuk suhu dan perubahan morfologi. Penggunaan utama Nd :
YAG laser dalam endodontik difokuskan pada eliminasi mikroorganisme dalam
sistem saluran akar. Rooney dkk,1994 mengevaluasi efek antibakteri Nd : YAG
laser in vitro. Reduksi bakteri diperoleh mempertimbangkan parameter energi.
Peneliti mengembangkan hal yang berbeda dalam model in vitro, simulasi
organisme diharapkan non vital dan gigi yang terkontaminasi.
Camargo dkk, 2002 dibandingkan in vivo efek antibakteri perawatan
endodontik konvensional dan protokol konvensional terkait dengan Nd : YAG
16
laser. Gigi dengan radiolusensi apikal, tidak ada gejala dan pulp nekrotik dipilih
dan dibagi menjadi dua kelompok : pengobatan konvensional dan laser iradiasi.
Sampel mikrobiologi diambil sebelum instrumentasi kanal, setelah persiapan
kanal atau iradiasi laser dan satu minggu setelah pengobatan. Hasil penelitian
menunjukkan efek antibakteri yang signifikan pada kelompok laser yang
dibandingkan dengan protokol standar. Ketika ada agen bakterisida lain
digunakan, diasumsikan bahwa Nd : YAG Laser memainkan peran spesifik
dalam pengurangan bakteri untuk perawatan endodontik pada pasien.
Er : YAG laser solid - state laser dengan media penguat adalah erbium-
doped yitrium aluminium garnet (Er : Y3Al5O12). Er : YAG laser biasanya
memancarkan cahaya dengan panjang gelombang 2940nm, yang merupakan
cahaya inframerah. Tidak seperti Nd : YAG laser, output dari Er : YAG laser
sangat diserap oleh air karena resonansi atom. Laser Er : YAG panjang
gelombang ini diserap dengan baik oleh jaringan keras gigi. Laser ini telah
disetujui untuk prosedur gigi pada tahun 1997. Smear penghapusan lapisan,
persiapan kanal dan pulpektomi adalah indikasi untuk endodontik.
Efek bacterial dari penggantian bilasan konvensional pada preparasi kanal
akar gigi dengan H2O2/NaOCI terbukti bisa (Bystrom dkk 1985). Walaupun
demikian, besarnya efek pengurangan mikroorganisme berbeda‐beda dari kajian
satu ke kajian lainnya. Bystrom dkk. 1983, hanya mampu meneliti 80%
pengurangan bakteri setelah 5 sesi perawatan. Sedangkan tambahannya, efek‐efek
hanya diperoleh dengan kanal‐kanal akar gigi sampai ISO 30 dan tidak diperoleh
pada akar‐akar yang bengkok/lengkung. Gutknecht dkk 1996, mencapai rata‐rata
99.92 % pengurangan bakteri pada kanal akar gigi dengan menggunakan laser
Nd:YAG dengan seting standar 15 Hz pada 100 mJ = 1.5 W, diulang empat kali
17
selama 5 sampai 8 detik. Pada tahun 1994, Rooney dkk., dan Hardee dkk.,
menjelaskan pengurangan 99 % ketika menggunakan laser Nd:YAG pada desain
percobaan yang berbeda dan kombinasi bakteri.
Laser YAG (Yitrium Aluminium Garnet)
Keuntungan Laser
Kemampuan pemilihan maupun tingkat ketepatan berinteraksi dengan
jaringan yang terserang penyakit, memungkinkan dokter untuk mengurangi
jumlah bakteri maupun patogen-patogen mulut lainnya, dapat mencapai
hemostasis yang baik dengan berkurangnya kebutuhan akan jahitan-jahitan.
Apabila menggunakan laser YAG terjadi penurunan rasa sakit dibanyak kasus,
disamping juga mengurangi kebutuhan akan tindakan anastesi (Mathew, 2010).
Kerugian Laser
Namun disamping keuntungannya masih ada kelemahan yang dimilikinya,
yaitu :
1. Harga per unit mahal.
2. Masih belum dapat menggantikan semua kemampuan handpiece.
3. Dan mungkin masih ada kelemahannya yang belum diketahui.
18
2.5.2. Indikasi dan Kontraindikasi Perawatan Menggunakan Laser
Perawatan yang menggunakan dukungan laser hendaknya dilakukan
dengan baik ketika mengobati pasien yang memperlihatkan suatu indikasi yaitu
gigi dengan abses periapikal, gigi dengan saluran kanal lateral yang menimbulkan
keterlibatan periodontal, penyerapan bagian apeksnya disebabkan oleh terjadinya
peradangan atau trauma dan gigi yang sudah pernah diobati sekurang-kurangnya
selama tiga minggu tanpa mengalami keberhasilan (Gutknecht, 2008).
Kontraindikasi pada perawatan endodontik dengan laser yaitu periodontitis
yang sudah sangat berkembang (goyang derajat 3), gigi yang mengalami mahkota
dalam atau fraktur akar pada gigi yang hendak diobati, dan ketika saluran akar
gigi yang telah dihilangkan didiagnosis pada gigi yang mendapatkan perawatan
endodontik (Gutknecht, 2008).
2.6. Bakteri Dalam Saluran Akar Gigi
2.6.1. Bakteri Aerob
Bakteri Aerob adalah bakteri yang membutuhkan oksidasi sebagai
akseptor elektron akhir dan tidak akan tumbuh dalam keadaan aerob
(yakni, bila tidak ada O2). Beberapa spesies Micrococcus dan Nocardia
asteroides merupakan aerob obligat (artinya, bakteri itu harus
mendapatkan oksigen untuk hidup) (Jawetz dkk, 1996).
2.6.2. Bakteri Anaerob
Menurut Jawetz dkk 1996 bakteri anaerob adalah bakteri yang tidak
menggunakan oksigen untuk pertumbuhan dan metabolismenya tetapi
memperoleh energinya dari reaksi peragian. Definisi fungsional untuk
anaerob ialah bakteri yang membutuhkan tekanan oksigen yang lebih
19
rendah untuk tumbuh dan tidak dapat tumbuh pada permukaan perbenihan
padat dalam udara yang mengandung CO2 10%. Spesies Bacterioides dan
Clostridium merupakan contoh anaerob. Berikut ini merupakan bakteri
yang terdapat pada saluran akar :
2.6.2.a. Jenis-Jenis Bakteri Anaerob Gram Negatif
a. Bacteroides
Bacteroides adalah kelompok anaerob paling banyak yang
menyebabkan infeksi pada manusia. Bakteri ini merupakan kelompok
besar basil gram-negatif yang tidak membentuk spora dan dapat terlihat
sebagai batang yang langsing atau kokobasil. Banyak spesies yang
termasuk genus bakteroides telah diklasifikasikan kembali menjadi
genus Prevotella atau genus Porphyromonas (Jawetz dkk, 1996).
b. Prevotella
Prevotella adalah basil gram-negatif yang tidak membentuk spora dan
tampak sebagai batang atau kokobasil yang tipis. Prevotella termasuk
spesies yang baru dinamai dan yang sebelumnya diklasifikasikan
sebagain spesies Bacteroides (misalnya, Prevotella melaninogenica
sebelumnya dinamakan Bacteroides melaninogenica) (Jawetz dkk,
1996). Jenis Prevotella yang diisolasi di saluran akar adalah Prevotella
intermedia dan Prevotella nigrecens. Sebuah penelitian
mengkonfirmasikan bahwa Prevotella nigrecens adalah bakteri yang
paling banyak ditemukan di dalam saluran akar (Walton & Torabinejad,
2002).
c. Porphyromonas
20
Spesies Porphyromonas juga basil gram-negatif yang tidak membentuk
spora, yang merupakan bagian dari flora normal mulut dan terdapat di
berbagai tempat dalam tubuh dengan baik. Genus Porphyromonas
termasuk spesies yang baru dinamai dan sebelumnya termasuk dalam
genus Bacteroides. Spesies Porphyro-monas dapat dibiakkan dari
infeksi gingiva dan infeksi periapikal gigi (Jawetz dkk, 1996). Jenis
bakteri Porphyromonas yang diisolasi di dalam saluran akar adalah
Porphyromonas gingivalis dan Porphyromonas endodontalis yang
biasanya terdapat pada suatu infeksi akut (Walton & Torabinejad,
2002).
2.6.2.b. Jenis-Jenis Bakteri Anaerob Gram Positif
a. Actinomyces
Kelompok Actinomyces mencakup beberapa spesies yang menyebabkan
aktinomikosis. Pada pewarnaan Gram, panjang bakteri ini sangat
bervariasi panjangya, dapat berukuran pendek, berbentuk gada, atau
berupa filamen bermanik-manik yang panjang dan ramping (Jawetz dkk,
1996).
b. Propionibacterium
Spesies Propionibacterium adalah spesies yang sangat pleomorfik. Pada
pewarnaan Gram, bakteri ini berbentuk panjang dengan ujung yang
melengkung, berbentuk gada, atau lancip, dengan pewarnaan yang tidak
rata dan bermanik-manik, dan kadang-kadang berbentuk kokoid atau
bulat (Jawetz dkk, 1996).
21
2.7. Biakan Bakteri
2.7.1. Fungsi Biakan Bakteri
Biakan merupakan istilah untuk pertumbuhan mikroorganisme
dalam kondisi buatan, atau hasil dari pertumbuhuan mikroba pada media
kultur buatan (Inglis, 2007 cit. Purbasari 2012). Sedangkan pembiakan
bakteri merupakan proses memperbanyak organisme dengan memberikan
keadaan lingkungan yang tepat. Menumbuhkan mikroorganisme adalah
membuat replika dari mikroorganisme tersebut dan membuat unsur-unsur
kimia yang ada dalam mikroorganisme. Zat makanan harus menyediakan
unsur-unsur tersebut dalam bentuk yang dapat diakses secara metabolik
(Jawetz dkk,1996).
Fungsi dari suatu media biakan adalah memberikan tempat dan
kondisi yang mendukung pertumbuhan dan perkembangbiakan dari
mikroorganisme yang ditumbuhkan. Beberapa indikasi pembiakan bakteri
pada laboratorium mikrobiologi meliputi pengasingan (isolasi) mikroba
pada biakan bakteri, menunjukan sifat khas mikroba, untuk menentukan
jenis mikroba yang disolasi serta mendapatkan bahan bakteri yang cukup
untuk membuat antigen dan percobaan serologi lainnya.
2.7.2. Jenis dan Bahan Biakan
Mengingat keragaman dari bakteri, tidak mengejutkan bahwa
luasnya variasi media yang digunakan. Biakan bakteri dapat dibagi
menjadi dua katagori, antara lain kultur media umum dan kultur media
khusus. Kultur media umum dapat dibagi menjadi media kompleks dan
22
media kimia tertentu. Sedangkan kultur media khusus dapat dibagi
menjadi media selektif dan media diferensial (Eugene dkk, 2001).
2.7.2.a. Media Kompleks
Berisi berbagai bahan jus daging dan protein cerna, membuat
apa yang mungkin dilihat sebagai sup lezat oleh mikroba. Komposisi
kimia yang tepat pada bahan ini dapat sangat bervariasi. Salah satu
bahan yang umum adalah pepton. Pepton ini diambil dari salah satu
varietas pada sumber-sumber yang telah dihidrolisis menjadi asam
amino dan peptida oleh dikungan enzim, asam, atau akali. Ekstrak
meruapakn komponen larut ait dari substansi yang juga digunakan.
Misalnya, ekstrak daging sapi menyediakan vitamin, mineral dan
nutrisi lainnya. Media kompleks yang umum digunakan, nutrisi
kaldu, hanya terdiri dari lima gram pepton dan tiga gram ekstrak
daging sapi per liter air suling. Bakteri medis penting banyak yang
peka, membutuhkan media yang bahkan lebih kaya dari nutrien agar.
Salah satu yang medium umunya gunakan di laboratorium klinik
adalah blood agar. Blood agar mengandung sel darah merah, yang
menyediakan berbagai nutrisi selain dari bahan-bahan lainnya.
Sebuah media untuk kultur bakteri yang bahkan lebih peka adalah
chocolate agar. Chocolate agar mengandung sel darah merah dan
sinergis nutrisi tambahan (Eugene dkk, 2001).
2.7.2.b. Media Kimia
Media kimia tertentu terdiri dari campuran bahan kimia murni.
Media kimia pada umunya tidak praktis untuk digunakan dalam
23
pekerjaan laboratorium yang paling rutin, tetapi media ini sangat
baik ketika digunakan untuk mempelajari persyaratan gizi bakteri.
Pembuatan yang lebih rumit yang berisi sebanyak 46 gradien yang
berbeda dapat digunakan untuk membuat media kimia tertentu yang
mendukung pertumbuhan bakteri yang peka seperti Neisseria
gonorhoaeae, bakteri yang menyebabkan gonorrhea. Untuk menjaga
netralitas pH, buffer sering ditambahkan ke medium. Buffer
umumnya adalah campuran dari dua garam asam fosfat fosfat
natrium (Eugene dkk,.2001).
2.7.2.c. Media Selektif
Media selektif menghambat pertumbuhan organisme lain dari
suatu organisme yang sedang diteliti. Sebagai contoh, Thayer Martin
agar digunakan untuk mengisolasi Neiserria gonorrhoeae dari
spesimen klinis. Ini adalah variasi dari chocolate agar yang
ditambahkan tiga atau lebih obat antimikroba. Antimikroba
menghemat jamur, bakteri gram-positif dan gram-negatif batang.
Mac Conkey agar digunakan untuk mengisolasi bakteri gram negatif
batang yang biasanya di usus dari berbagai spesimen klinis seperti
urin. Media kompleks ini berisi, selain peptone dan nutrisi lainnya,
dua senyawa penghambat : kristal violet yaitu pewarna yang
menghambat bakteri gram-positif dab gram empedu yang
menghambat sebagian besar non-intestinal bakteri (Eugene dkk,
2001).
24
2.7.2.d Media Differensial
Media diferensial mengandung zat bakteri tertentu. Misalnya,
blood agar, selain sebagai gizi, juga digunakan untuk mendeteksi
bakteri yang menghasilkan hemolisin, yaitu suatu zat yang lisis pada
sel darah merah. Lisis ini muncul sebagai zona pembersih sekitar
koloni yang tumbuh pada pelat blood agar. Sebagai contoh, jenis
Streptococcus yang tidak berbahaya nerada ditenggorokan sering
menyebabkan jenis hemolisis yang disebut dengan alpha hemolisis,
yang ditandai oleh zona keliling kehijauan di sekitar koloni.
Sebaliknya, Sreptococcus pyogenes, yang menyebabkan radang
tenggorokan, menyebabkan hemolisis beta, yang ditandai dengan
lebih jelas dikatagorikan hemolisis (Eugene dkk, 2001).
Tabel 2.1 Karakteristik media digunakan untuk membiakkan bakteri
Media Sifat
Katagori
Complex Terdiri dari bahan seperti peptone dan ekstrak, yang mungkin
berbeda dalam komposisi kimianya.
Chemical Terdiri dari campuran yang tepat dari bahan kimia murni
Defined seperti ammonium sulfat.
Selective Sedang untuk yang bahan tambahan telah ditambahkan yang
dapat menghambat pertumbuhan banyak organisme lain dari
yang dicari.
Differential Medium yang mengandung bahan telah ditambahkan yang
dapat menghambat pertumbuhan banyak organisme lain dari
yang dicari.
Perwakilan Jenis Media Agar
Blood agar Mencegah Kompleks digunakan secara rutin di laboratorium
klinis.Tidak selektif. Diferensial karena koloni organisme
hemolitik dikelilingi oleh zona membersihkan sel darah merah.
Chocolate Media kompleks digunakan untuk bakteri budaya teliti,
terutama yang ditemukan dalam spesimenklinis. Tidak selektif
agar atau deferensial.
Glucose-salts Kimia tertentu menengah. Digunakan dalam proses percobaan
laboratorium untuk mempelajari kebutuhan nutrisi bakteri.
Tidak selektif atau diferensial
MacConkey Mencegah kompleks digunakan untuk mengisolasi bakteri
agar Gram- negatif batang yang biasanya berada dalam usus.
25
Selektif karena garam empedu dan pewarna menghambat
organisme Gram-positif dan Gram-negatif coccus. Diferensial
karena indikator pH berubah merah ketika gula dalam medium,
laktosa, difermentasi.
Nutrient agar Media kompleks digunakan untuk pekerjaan laboratorium
rutin.Mendukung pertumbuhan berbagai bakteri nonfastidious.
Thayer-Martin Kompleks media yang digunakan untuk mengisolasi spesies
Neisseria yang peka. Selektif mengandung antibiotik yang
menghambat sebagian besar organisme kecuali spesies
Neisseria
Sumber : ( Eugene dkk, 2001).
26
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konsep
Gambar 3.1 Bagan Hipotesis
3.2 Hipotesis
Sterilisasi saluran akar dengan menggunakan teknik laser didapatkan
penurunan jumlah mikroorganisme lebih banyak yang terdapat pada saluran akar.
Perawatan Saluran
Akar
Pengambilan Mikroorganisme
Sebelum Sterilisasi
Menggunakan Laser
Pengambilan Mikroorganisme
Sesudah Sterilisasi Menggunakan
Laser
Identifikasi Jumlah
Mikroorganisme di Media
Blood Agar
Identifikasi Jumlah
Mikroorganisme di Media
Blood Agar
Sterilisasi Saluran
Akar
Terdapat Penurunan Jumlah
Mikroorganisme Lebih Sedikit
Terdapat Penurunan Jumlah
Mikroorganisme Lebih
Banyak
27
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam peneltian ini adalah true
eksperimental dan laboratorium.
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Bertempat di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Mahasaraswati Denpasar, O-Smile Dental Laser Center dan
Laboratorium Mikrobiologi Universitas Udayana pada tanggal 26 desember 2013
– 26 februari 2014.
4.3. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitain ini adalah pasien perawatan saluran akar di
Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Mahasaraswati Denpasar pada 26 desember 2013 – 26 februari 2014.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 6 sampel.
Pemilihan sampel tersebut dikemukakan oleh Gay Alam Husain Umar (2003),
yaitu pada penelitian eksperimental, maka minimum sampel yang digunakan 10%
populasi dan untuk populasi yang relatif kecil minimum 20% populasi. Alasan
menggunakan metode ini adalah desain sampel yang sederhana dan keterbatasan
waktu dari peneliti juga menjadi pertimbangan.
Berdasarkan teori tersebut dan jumlah populasi sebesar 60 orang pasien
perawatan saluran akar, diambil sampel sebesar 10% maka dapat diperoleh
28
sebanyak 6 sampel perawatan saluran akar, dimana teknik preparasi yang
digunakan adalah teknik konvensional kemudian diambil sampel mikroorganisme
dengan paper point ukuran 80 yang belum di sterilisasi. Tahap berikutnya lakukan
sterilisasi saluran akar menggunakan laser kemudian ambil sampel
mikroorganisme dengan paper point ukuran 80. Pada satu orang sampel diambil
sebanyak satu spesimen. Sehingga didapatkan enam sampel mikroorganisme
sebelum dilakukan sterilisasi dan enam sampel mikroorganisme setelah dilakukan
sterilisasi saluran akar. Dimana sampel yang dipilih telah memenuhi kriteria
inklusi dan ekslusi.
1. Kriteria Inklusi :
a. Berusia 15 – 40 tahun.
b. Gigi dengan indikasi perawatan pulpektomi non vital.
c. Sampel mengisi surat perjanjian tindakan medis.
2. Kriteria Eksklusi :
a. Sampel yang menderita penyakit sistemik.
b. Sampel yang tidak indikasi pulpektomi non vital.
4.4 Identifikasi Variabel
Pada penelitian ini menggunakan 2 variabel :
1. Variabel pengaruh : penggunaan alat laser.
2. Variabel terpengaruh : jumlah bakteri dalam saluran akar gigi.
29
4.5 Definisi Operasional
a. Sterilisasi adalah suatu proses pemusnahan semua mikroorganisme. Sterilisasi
saluran akar adalah pembinasaan mikroorganisme patogenetik, dengan syarat
pengambilan jaringan pulpa dan debris yang memadai. Sterilisasi saluran akar
gigi dengan menggunakan bahan kimia/chemical dan sinar/elektron.
b. Laser YAG (Yitrium Aluminium Garnet) bertujuan untuk mengeliminasi
mikroorganisme yang terdapat dalam saluran akar gigi. Kekuatan laser YAG
yang digunakan pada penelitian ini standar 15 Hz pada 100 mJ = 1,5 watt.
Waktu penyinaran sinar laser ke dalam saluran akar dilakukan selama 1,5
detik.
c. Bakteri mix saluran akar gigi adalah jenis bakteri yang terdapat di dalam
saluran akar gigi yang dapat menyebabkan infeksi saluran akar. Bakteri mix
saluran akar ini diperoleh dengan menggunakan paper point steril yang
dimasukan ke dalam saluran akar gigi dengan diagnosa pulpektomi.
30
4.6 Alat dan Bahan Penelitian
4.6.1 Alat :
- Masker
- Handscoon
- Lap dada
- Alat diagnosa
- Tabung glukosa boilon
- Laser YAG
- Kaca pelindung
- Stopwatch
4.6.2 Bahan :
- Paper point
- Blood agar
- Toples berisi es
- Petridis
31
4.7 Alur Penelitian
Gambar 4.1 Bagan Rencana Penelitian
Keterangan :
Pasien perawatan pulpektomi merupakan pasien yang melakukan
perawatan saluran akar dimana ekstirpasi pulpa sampai atau mendekati foramen
Perawatan pulpektomi
Pengambilan Sampel
Mikroorganisme saluran akar
sebelum sterilisasi dengan
laser
Mikroorganisme saluran akar
sesudah sterilisasi dengan
laser
6 media transport
(Glukosa Boilon)
6 media transport
(Glukosa Boilon)
Pemindahan spesimen ke
Blood Agar
Pemindahan spesimen ke
Blood Agar
Jumlah mikroorganisme
sebelum dilakukan sterilisasi
Jumlah mikroorganisme
sesudah dilakukan sterilisasi
Analisis Data
Catat hasil penelitian
32
apikal, diindikasikan bila apeks akar telah terbentuk sempurna. Pengambialn
sampel merupakan pengambilan contoh mikroorganisme pada saluran akar
menggunakan paper point secara indirek sebelum dan sesudah sterilisasi saluran
akar. Sterilisasi merupakan suatu tahapan dari perawatan saluran akar yang
bertujuan untuk memusnahkan semua mikroorganisme pada saluran gigi. Media
transport yang digunakan untuk membawa sampel dari klinik Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar ke laboratorium
mikrobiologi Universitas Udayana. Media transport yang digunakan dalam
penelitian ini adalah glukosa boilon. Pemindahan sampel dari media transport ke
media pembenihan yaitu blood agar yang bertujuan agar sampel dapat tetap
tumbuh seperti pada lingkungan aslinya. Penghitungan jumlah koloni
mikroorganisme yang hidup di media blood agar.
4.8 Jalannya Penelitian
1. Menentukan responden dengan indikasi pulpektomi non vital akar tunggal
yang akan diambil bakteri mikroorganisme dalam saluran giginya untuk
penelitian di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Mahasaraswati Denpasar.
2. Sebelum melakukan penelitian, calon sampel diminta untuk mengisi dan
menandatangani informed consent untuk kesediaan menjadi sampel.
3. Setelah gigi yang dipreparasi dengan menggunakan teknik konvensional,
masukkan jarum ekstirpasi untuk mengambil jaringan nekrotik pada
saluran akar kemudian dipreparasi dan diambil sampel mikroorganisme
dengan cara masukkan paper point ukuran 80 kedalam saluran akar
kemudian diberi tanda sesuai panjang kerja dari gigi, diamkan paper point
selama satu menit pada saluran akar, setelah satu menit, angkat paper point
33
dari saluran akar, kemudian potong sesuai tanda yang telah dibuat
sebelumnya, potongan paper point dimasukkan ke dalam tabung yang
telah berisi glukosa boilon, lalu diberi tanda „before‟pada tabung sebelum
dilakukan sterilisasi saluran akar gigi.
4. Kemudian dilakukan sterilisasi saluran akar gigi menggunakan laser yang
sebelumnya dilakukan sterilisasi menggunakan ChKm dan Creshopen.
Setelah dilakukan sterilisasi menggunakan laser, dilakukan pengambilan
sampel mikroorganisme dalam saluran akar gigi dengan cara masukkan
paper point ukuran 80 kedalam saluran akar kemudian diberi tanda sesuai
panjang kerja dari gigi, diamkan paper point selama satu menit pada
saluran akar, setelah satu menit, angkat paper point dari saluran akar,
kemudian potong sesuai tanda yang telah dibuat sebelumnya, potongan
paper point dimasukkan ke dalam tabung yang telah berisi glukosa boilon,
lalu diberi tanda „after‟pada tabung.
5. Setelah pengambilan sampel selesai, dilakukan tumpat sementara kavitas.
6. Kemudian sampel spesimen terkumpul, masukkan sampel tersebut
kedalam tabung ependop pada boks khusus yang sudah berisi es untuk
dibawa ke laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana untuk diidentifikasi.
7. Sampel bakteri tersebut kemudian di inkubasi selama 18-24 jam pada
inkubator.
8. Setelah sampel di inkubasi pada suhu 37oC, spesimen dipindahkan ke
media blood agar untuk selanjutnya diinkubasi kembali selama 18-24 jam
pada inkubator.
9. Catat hasil yang didapatkan.
34
4.9 Analisis data
Data yang diperoleh kemudian dianalisi dan diolah dengan menggunakan
SPSS versi 20 :
1. Analisis Deskriptif merupakan salah satu jenis analisis dengan
memberikan gambaran (deskripsi) mengenai suatu data yang
diperoleh.
2. Uji Normalitas
a. Uji Normalitas dengan menggunakan uji Shapiro-wilk.
3. Uji Efek Perlakuan
Uji efek perlakuan yang digunakan yaitu Paired T-Test untuk
mengetahui efektifitas sterilisasi saluran akar menggunaan teknik laser.
35
BAB V
HASIL PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan terhadap efektifitas sterilisasi saluran akar
menggunakan teknik laser dengan uji mikroorganisme dalam saluran akar yang
dilakukan pada tanggal 26 desember 2013 – 26 februari 2014 sampel yang
diambil dalam penelitian ini sebanyak 6 sampel. Pengambilan sampel dilakukan
di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Mahasaraswati Denpasar dengan kriteria sampel pasien perawatan pulpektomi
non vital akar tunggal. Sampel yang telah ditentukan kemudian di tes pada saluran
akar, dengan memasukkan paper point ukuran 80 dan didiamkan selama satu
menit pada saluran akar gigi. Paper point yang telah didiamkan dalam saluran
akar dimasukkan kedalam tabung glukosa boilon yang berisi tanda „before‟.
Selanjutnya dilakukan tes sterilisasi saluran akar menggunakan laser. Saluran akar
yang telah disterilisasi dengan teknik laser kemudain masukkan paper point
ukuran 80 kemudian didiamkan selama satu menit didalam saluran gigi. Paper
point yang telah didiamkan selama satu menit dalam saluran akar dimasukkan
kedalam tabung glukosa boilon yang berisi tanda „after‟. Kedua sampel bakteri
tersebut kemudian diinkubasi selama 18-24 jam pada inkubator. Setelah
diinkubasi pada suhu 37o
, sampel dipindahkan ke media blood agar untuk
selanjutnya diinkubasi kembali selama 18-24 jam pada inkubator.
36
Gambar 5.1. Koloni mikroorganisme pada blood agar
sebelum dilakukan sterilisasi saluran akar
Gambar 5.2. Koloni mikroorganisme pada blood agar
setelah dilakukan sterilisasi saluran akar dengan menggunakan laser
Berdasarkan hasi identifikasi spesies mikrorgnisme yang ditemukan pada
saluran akar gigi adalah Achromobacter xylosoxidans, Acalygenes faicalis,
37
Stapylococcus aureus, Streptococcus salivarus, Streptococcus
anginosus,Sterptococcus canis, Sterptococcus dysgalactiae.
Hasil identifikasi mikroorganisme pada sterilisasi saluran akar
menggunakan teknik laser diperoleh hasil yang tertera pada tabel berikut :
Tabel 5.1. Hasil penelitian identifikasi mikroorganisme sebelum dan sesudah
sterilisasi saluran akar menggunakan teknik laser dalam saluran akar
No Sebelum Sesudah Penurunan Persentase
1 240 4 236 97,3%
2 280 7 273 97,5%
3 230 3 227 98,7%
4 270 5 265 98,2%
5 250 4 246 98,4%
6 260 6 254 97,7%
Rata-rata 255 4,8 250,2 98,2%
Berdasarkan hasil tabel 4.1 didapatkan jumlah rata-rata mikroorganisme
sebelum dilakukan sterilisasi yaitu sebanyak 255 koloni sedangkan jumlah rata-
rata mikroorganisme setelah disterilisasi menggunakan laser sebanyak 4,8 koloni.
Penurunan jumlah mikroorganisme sebelum dan sesudah sterilisasi saluran akar
menggunakan teknik laser dengan jumlah rata-rata sebesar 250,2 koloni (98,2%).
Untuk mengetahui efektifitas sterilisasi saluran akar menggunakan teknik
laser dengan uji mikroorganisme dalam saluran akar dilakukan uji analisis dengan
menggunakan paired t-test. Hasil uji paired t-test tertera pada tabel berikut :
38
Tabel 5.2. Hasil uji paired t-test
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig.
(2-tailed)
Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval of
the Difference
Lower Upper
Pair 1 Pre
-
Post
250.16667 17.38294 7.09656 231.92439 268.40895 35.252 5 .000
Berdasarkan hasil uji paired t-test didapatkan nilai sig. sebesar 0,000
(p<0,05, sehingga terdapat perbedaan yang signifikan secara statistik sterilisasi
saluran akar menggunaan teknik laser.
39
BAB VI
PEMBAHASAN
Penelitian ini merupakan penelitian true eksperimental dan laboratorium.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat efektifitas sterilisasi saluran akar
menggunakan teknik laser dengan uji mikroorganisme dalam saluran akar.
Pengambilan sampel sebelum sterilisasi dengan laser dilakukan di Rumah Sakit
Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar
sebanyak 6 sampel dengan kriteria sampel pasien perawatan pulpektomi non
vital akar tunggal. Sedangkan pada teknik laser dilakukan di klinik O-Smile
Dental Laser Center
Berdasarkan hasil peneltian didapatkan jumlah rata-rata mikroorganisme
sebelum dilakukan sterilisasi yaitu sebanyak 255 koloni sedangkan jumlah rata-
rata mikroorganisme setelah disterilisasi menggunakan laser sebanyak 4,8 koloni.
Penurunan jumlah mikroorganisme sebelum dan sesudah sterilisasi saluran akar
menggunakan teknik laser dengan jumlah rata-rata sebesar 250,2 koloni (98,2%).
Berdasarkan hasil penelitian ini di dapatkan penurunan rata-rata 98,2%
sterilisasi saluran akar menggunakan teknik laser, tetapi penelitian yang dilakukan
oleh Gutknecht dkk. 1996, pengurangan mikroorganisme pada saluran akar
menggunakan laser YAG dengan seting standar 15 Hz pada 100 mJ = 1.5 W,
diulang empat kali selama 5 sampai 8 detik dengan penurunan 99,92%. Hal ini
didapat hasil yang berbeda disebabkan oleh lamanya waktu penyinaran yang
berbeda yaitu pada penelitian yang dilakukan oleh Gutknecht dkk. 1996, selama 5
40
sampai 8 detik, sedangkan pada penelitian ini penyinaran dilakukan selama 1,5
detik.
Perawatan saluran akar merupakan salah satu cara mempertahankan gigi
selama mungkin di dalam mulut. Pada perawatan saluran akar, sebelum pengisian
saluran akar, dilakukan disinfeksi atau sterilisasi saluran akar gigi yang bertujuan
untuk membunuh mikroorganisme patogenik yang mensyaratkan pengambilan
terlebih dahulu jaringan pulpa dan debris yang memadai, pembersihan dan
pelebaran saluran akar gigi dengan cara biokimiawi, dan pembersihan isinya
dengan irigasi. Setelah dilakukan irigasi, langkah selanjutnya adalah melakukan
pembenihan untuk uji mikroorganisme dengan menggunakan glukosa boilon,
sehingga dapat mengetahui apakah masih terdapat bakteri patogen atau tidak pada
saluran akar gigi yang telah disterilisasi (Walton et al.2008). Setelah saluran akar
dianggap steril, cavitas akan ditumpat sementara.
Berdasarkan hasil uji analisis data dengan menggunakan paired t-test
didapatkan nilai sig. sebesar 0,000 (p<0,05), sehingga terdapat pengaruh yang
signifikan secara statistik sterilisasi saluran akar menggunaan teknik laser.
Efek bakterial dari penggantian bilasan konvensional pada preparasi kanal
akar gigi dengan H2O2/NaOCI terbukti bisa (Bystrom dkk 1985). Walaupun
demikian, besarnya efek pengurangan mikroorganisme berbeda‐beda dari kajian
satu ke kajian lainnya. Bystrom dkk. 1983, hanya mampu meneliti 80%
pengurangan bakteri setelah 5 sesi perawatan. Sedangkan tambahannya, efek‐efek
hanya diperoleh dengan kanal‐kanal akar gigi sampai ISO 30 dan tidak diperoleh
pada akar‐akar yang bengkok/lengkung. Pada tahun 1994, Rooney dkk., dan
41
Hardee dkk., menjelaskan pengurangan 99 % ketika menggunakan laser Nd:YAG
pada desain percobaan yang berbeda dan kombinasi bakteri.
YAG laser adalah salah satu laser pertama yang diuji dalam endodontik.
Penggunaan laser yitrium aluminium garnet dalam perawatan endodontik
difokuskan pada eliminasi mikroorganisme dalam saluran akar gigi. Camargo dkk
2002 memilih gigi dengan indikasi pulpa nekrotik dipilih dan dibagi menjadi dua
kelompok yaitu pengobatan konvensional dan pengobatan sterilisasi
menggunakan laser. Sampel mikrobiologi diambil pada pengobatan konvensional
serta pada pengobatan sterilisasi menggunakan laser. Hasil penelitian
menunjukkan efek antibakteri yang signifikan pada kelompok laser yang
dibandingkan dengan pengobatan konvensional.
42
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian sterilisasi saluran akar menggunakan teknik
laser dengan uji mikroorganisme dalam saluran akar dapat disimpulkan :
1. Jumlah rata-rata mikroorganisme sebelum dilakukan sterilisasi yaitu
sebanyak 255 koloni.
2. Jumlah rata-rata mikroorganisme setelah disterilisasi menggunakan
laser sebanyak 4,8 koloni.
3. Penurunan jumlah mikroorganisme setelah sterilisasi saluran akar
menggunakan teknik laser dengan jumlah rata-rata sebesar 250,2
koloni (98,2%).
4. Terdapat pengaruh yang signifikan dari penggunaan teknik laser dalam
sterilisasi saluran akar dalam penurunan jumlah mikroorganisme dalam
saluran akar karena nilai sig. sebesar 0,000 (p < 0,05).
7.2. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian yang lebih lanjut dengan waktu penyinaran
laser yang lebih lama.
2. Serat fiber pada laser harus diganti agar lebih efektif dalam penurunan
jumlah mikroorganisme dalam saluran akar.
43
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, S. 2003, Endodontologi Kumpulan Naskah, Hafizh, Jakarta.
Bence, R. 1976, Handbook of Clinical Endodontics, C.V. Mosby Company,
London.
Camargo, S. 2002,‟The antibacterial effect of laser in endodontics‟, Special Laser
in Endodontic II, vol. 1, hlm. 32-43.
Gutknecht, N, 2008, „Laser in endodontics‟, Journal Of The Laser And Health
Academy, vol. 4, no.1, hlm. 1-5.
Houwink, Dirks, B., dan Winchel, C. 2000, Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan,
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Jawetz, E., Melnick, J.L., Adelberg, E.A., Brooks, G.F., Butel, J.S., dan Ornston,
L.N., 1996, Mikrobiologi Kedokteran (Medical Microbiology),
Penerjemah :E. Nugroho dan R. Maulany, Ed. Ke-20, EGC, Jakarta.
Lan, W.H. 1999, „Temperature evaluation on the root surface during Nd:YAG
laser irradiation in the root canal‟, Journal of Endodontics, vol. 25, no.3,
hlm 155-156.
Mathew, S. dan Thangaraj, D. 2010, „Laser in endodontics‟, JIADS, vol.1, no. 1,
hlm. 13-37.
Merry. 2012, Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Pegagan (Centella Asiatica (L.)
Urban) Sebagai Alternatif Medikamen Saluran Akar Terhadap
Fusobacterium Nucleatum (Secara In-Vitro), Skripsi, Universitas
Sumatra Utara, Medan.
Nasution,S. S. N. 2006, Mix of A Tetreacycline Isomer, An Acid and A Detergent
(Mtad) Sebagai Bahan Irigasi Saluran Akar, Skripsi, Universitas
Sumatera Utara, Medan.
Netser, E.W., Anderson, D.G., Roberts, C.E., Pearsall, N.N., dan Nester, M.T.,
2001, Microbiology A Human Perspektive, Ed.ke-3, McGraw-Hill
Education., New York.
Purbasari, I. 2012, Identifikasi Mikroorganisme di Sepertiga Saluran Akar Arah
Apikal dan Duapertiga Saluran Akar Arah Koronal pada Gigi Akar
Tunggal Pasca Sterilisasi Saluran Akar, Skripsi, Universitas
Mahasaraswati, Denpasar.
Rachman, A. 2007, Variasi Morfologi Saluran Akar Gigi Insisif, Caninus,
Premolar Dan Molar Pada Penampang Melintang 1/3 Tengah Dan 1/3
Apikal Akar, Skripsi, Universitas Indonesia, Jakarta.
44
Rooney, J., Midda, M., dan Leeming, J. 1994, „A laboratory investigation of the
backtericidal effect of Nd:YAG laser‟, British Dental Journal, vol. 176,
no. 2, hlm. 96-100.
Soedjono, P.,Mooduto,L., dan Setyowati, L. 2009, „Penutupan apeks pada
pengisian saluran akar dengan bahan kalsium oksida lebih baik dibanding
kalsium hidroksida‟, Jurnal PDGI, vol. 58, No. 2, hlm. 1-5.
Tarigan, R. 2006, Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti), Ed. ke-2, EGC., Jakarta.
Uma, C.H., Ramachandran, S., Indira, R., dan Shankar, P., 2004, „ Canal and
isthmus morphology in mandibular incisors – an in vitro study‟,
Endodontology, vol. 16, hlm. 7-11.
Walton, R dan Torabinejad, M. 2008, Prinsip Dan Praktik Ilmu Endodonsia, Ed.
Ke-3, EGC, Jakarta.
Wirastuti, N. 2003. Metode Dan Bahan Sterilisasi Pada Perawatan Saluran Akar,
Skripsi, Universitas Mahasaraswati, Denpasar.
Yasa, I. 2009, Manfaat Penggunaan Obat Sterilisasi Pada Perawatan Saluran
Akar, Skripsi, Universitas Mahasaraswati, Denpasar.
Yulierni, E. R. 2011, Pengaruh Daya Antibakteri Siler Saluran Akar Berbahan
Dasar Seng Oksid Eugenol, Kalsium Hidroksida Dan Resin Terhadap
Bakteri Enterococcus Faecalis, Tesis, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
44
LAMPIRAN
45
GAMBAR 1 : Laser YAG (Yitrium Aluminium Garnet)
GAMBAR 2 : Pengambilan sampel mikrooganisme sebelum sterilisasi saluran
akar
46
GAMBAR 3 : Sterilisasi saluran akar menggunakan laser
GAMBAR 4 : Glukosa boilon yang berisi mikroorganisme diinkubasi
selama 18-24 jam dalam inkubator
47
GAMBAR 5 : Pemindahan mikroorganisme dari glukosa boilon yang telah
diinkubasi ke blood agar
GAMBAR 6 : Blood agar yang berisi mikroorganisme diinkubasi kembali selama
18-24 jam pada inkubator
48
GAMBAR 7 : Koloni mikroorganisme pada blood agar
sebelum dilakukan sterilisasi saluran akar
GAMBAR 8 : Koloni mikroorganisme pada blood agar
setelah dilakukan sterilisasi saluran akar dengan menggunakan laser
49
TABEL 1 : Hasil penelitian efektifitas sterilisasi saluran akar menggunakan
teknik laser dengan uji mikroorganisme dalam saluran akar
No Sebelum Sesudah Penurunan Persentase
1 240 4 236 97,3%
2 280 7 273 97,5%
3 230 3 227 98,7%
4 270 5 265 98,2%
5 250 4 246 98,4%
6 260 6 254 97,7%
Rata-rata 255 4,8 250,2 98,2%
Explore
Kelompok
Case Processing Summary
Kelompo
k
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Hasil Pre 6 100.0% 0 .0% 6 100.0%
Post 6 100.0% 0 .0% 6 100.0%
50
Descriptives
Kelompok Statistic Std. Error
Hasil Pre Mean 255.0000 7.63763
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 235.3669
Upper Bound 274.6331
5% Trimmed Mean 255.0000
Median 255.0000
Variance 350.000
Std. Deviation 18.70829
Minimum 230.00
Maximum 280.00
Range 50.00
Interquartile Range 35.00
Skewness .000 .845
Kurtosis -1.200 1.741
Post Mean 4.8333 .60093
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 3.2886
Upper Bound 6.3781
5% Trimmed Mean 4.8148
Median 4.5000
Variance 2.167
Std. Deviation 1.47196
Minimum 3.00
Maximum 7.00
51
Range 4.00
Interquartile Range 2.50
Skewness .418 .845
Kurtosis -.859 1.741
Tests of Normality
Kelompo
k
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Hasil Pre .122 6 .200* .982 6 .961
Post .214 6 .200* .958 6 .804
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
T-Test
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Pre 255.0000 6 18.70829 7.63763
Post 4.8333 6 1.47196 .60093
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 Pre & Post 6 .908 .012
52
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig.
(2-tailed)
Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 Pre - Post 250.16667 17.38294 7.09656 231.92439 268.40895 35.252 5 .000
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62