EFEKTIVITAS KEGIATAN PARENTING SKILL DALAM
PEMBERDAYAAN KELUARGA ANAK JALANAN DI PUSAT
PENGEMBANGAN PELAYANAN SOSIAL ANAK ATAU SOCIAL
DEVELOPMENT CENTRE FOR CHILDREN (SDC)
SKRIPSI
Oleh
Bani Fauziyyah Jehan
NIM : 1110054100030
Program Studi
Kesejahtraan Sosial
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
2014
i
ABSTRAK
BANI FAUZIYYAH JEHAN
1110054100030
Efektifitas Kegiatan Parenting Skill dalam Pemberdayaan Keluarga Anak
Jalanan di Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak atau Social
Development Centre for Children
Kegiatan parenting skill yang dilakukan oleh Pusat Pengembangan
pelayanan Sosial Anak atau Social Development Centre for Children adalah salah
satu kegiatan dalam program pemberdayaan keluarga untuk memberikan edukasi
kepada orang tua tentang pengasuhan anak yang baik dan benar terutama dalam
menangani masalah yang dihadapi orang tua dan anak. Terdapat lima tahapan
kegiatan yang terstruktur dalam kegiatan parenting skill yaitu; memberikan
pemahaman tentang arti anak dalam kegiatan orang tua, memberikan pemahaman
tentang kewajiban orang tua terhadap anak, memberikan gambaran perjalanan
hidup anak dari dalam kandungan sampai lahir ke dunia, memberikan pemahaman
dan berdiskusi tentang keahlian yang harus dimiliki orang tua, memberikan
gambaran kisah nyata tentang kehidupan anak jalanan yang terpisan dan
menderita karena terpisah dari orang tuanya. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui dan menganalisis efektifitas kegiatan parenting skill dalam
pemberdayaan keluarga anak jalanan di Pusat Pengembangan pelayanan Sosial
Anak atau Social Development Centre for Children.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif
memiliki cirri khas penyajian datanya dalam bentuk narasi, cerita mendalam atau
rinci dari para responden hasil wawancara atau observasi. Informan dalam
penelitian ini terdiri dari Kordinator Rehabilitasi Sosial, Kepala Bagian
perencanaan dan pendampingan, staff pendampigan social, serta penerima
manfaat yang aktif mengikuti penyuluhan.
Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan, kegiatan parenting skill di
Pusat Pengembangan pelayanan Sosial Anak atau Social Development Centre for
Children dinilai efektif karena dengan menjalankan lima tahapan yang diterapkan
oleh penyuluh, penerima manfaat merasa mengerti dan paham bahkan sampai bisa
berhasil mempraktekan materi yang disampaikan oleh penyuluh. Karena sesuai
dengan tujuanya, kegiatan parenting skill mampu memberikan perubahan yang
lebih baik pada penerima manfaat yang mengikuti kegiatan tersebut.
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang
berjudul “Efektivitas Kegiatan Parenting Skill dalam Pemberdayaan
Keluarga Anak Jalanan di Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak atau
Social Development centre for Children (SDC).” Shalawat serta salam senantiasa
selalu tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, Sang Teladan yang
telah membawa kita ke zaman kebaikan.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan sebagai syarat
guna meraih gelar Sarjana Sosial Jurusan Kesejahteraan Sosial Fakultas Dakwah
dan Ilmu Komunikasi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari banyak pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian
skripsi ini. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis ingin
menghaturkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
hingga selesainya penyusunan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak
langsung kepada :
1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan para
Pembantu Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
2. Ibu Siti Napsiyah Ariefuzzaman, MSW selaku Ketua Jurusan
Kesejahteraan Sosial dan bapak Ahmad Zaki M.Si selaku dosen
pembimbing akademik. Terimakasih atas nasehat dan bimbingannya.
iii
3. Bapak Drs. Study Rizal LK, MA selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah membantu mengarahkan, membina, dan selalu bersedia meluangkan
waktunya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Seluruh dosen jurusan Kesejahteraan Sosial Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Seluruh staf Tata Usaha serta karyawan Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah membantu peneliti dalam mengurus segala kebutuhan administrasi,
dll.
6. Ibu Dra. Kokom Komalawati, M.Si selaku Ketua Lembaga SDC yang
sudah mengizinkan penulis untuk dapat melakukan penelitian di Lembaga
SDC, serta untuk dukungan dan bantuannya selama ini.
7. Kedua orangtua tercinta papaku Sobani dan mamaku Murdiati yang tak
pernah henti memanjatkan doa dan memberikan dukungannya kepada
penulis, sehingga penulis selalu termotivasi dengan kasih sayang kalian
yang begitu besar. Dan untuk adikku Bani Haniyyah Ramadhan, Wieke
Dwiyanti Ramadhani dan Almira Umayhanna Sabine yang juga turut
memberikan dukungannya bagi kelancaran penulisan skripsi penulis.
8. Rifky Hamdani, yang telah memberikan semangat, dukungan moril dan
perhatian terbaiknya kepada penulis selama penyelesaian skripsi.
9. Sahabatku tercinta Dysa Restiani yang selalu ada meluangkan waktunya
dan memberi semangat untuk penulis di saat kesulitan sehingga penulis
dapat bangkit kembali untuk menyelesaikan skripsi ini.
iv
10. Robby Milana, S.Pd selaku guru yang selalu ada di saat penulis
mengalami kendala dalam menyelesaikan skripsi, guru sekaligus teman
yang banyak mengajarkan banyak hal kepada penulis.
11. Teman-teman setia penulis yang selalu membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini tanpa mengenal lelah Shabrina Dwi Phitarini
Putri, Putri Puspita Sari, dan Lufiarna.
12. Teman-teman terbaik penulis yang selalu memberikan semangat untuk
penulis Isnaniyah, Pinasthi Septian, Dinda Anggraini, Pipit Febrianti, Ika
Nurjayanti, Siti Jumartina dan berjuang bersama-sama dalam
menyelesaikan skripsi.
13. Teman-teman praktikum II kelompok Tanjung Pasir Timur: Miftah, Fadli,
Daus, Eky, Maul, Udin, Prapti, Novi, Lusi, dan Fifi yang sudah seperti
saudara bagi penulis untuk dapat berbagi cerita, pengalaman, dan pelajaran
hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan dukungan yang
begitu baik.
14. Teman-teman terbaik FIDKOM yang tak henti-henti memberikan
semnagat untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi, Ardiyat Ningrum,
Rahmawati Agustini, Ismi Kamalia Fitri, Gabyla Anisa, Aya Aisyah dan
Firdha Muftiha.
15. Teman-teman LSO SKETSA FIDKOM yang selalu menyemangati penulis
baik dalam keadaan susah maupun senang.
16. Teman-teman penulis yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang
telah memberikan masukan, do’a, dan semangat di setiap perbincangan.
v
Semoga skripsi ini bermanfaat dan semoga Allah SWT senantiasa
meridhoi setiap langkah kita, Amin yaa Rabb al-alamin.
Jakarta, 23 Desember 2014
Penulis
Bani Fauziyyah Jehan
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK .......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah...................................... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 8
D. Metode Penelitian.................................................................... 9
E. Tinjauan Pustaka ..................................................................... 16
F. Sistematika Penulisan ............................................................ 17
BAB II KERANGKA TEORI
A. Efektivitas
1. Pengertian Efektivitas ...................................................... 19
2. Pengukuran Efektivitas .................................................... 21
B. Parenting Skill
1. Pengertian Parenting Skill ................................................ 22
2. Fungsi Parenting ............................................................. 25
3. Pola Pengasuhan .............................................................. 26
C. Pemberdayaan Keluarga
1. Pengertian Pemberdayaan Keluarga ................................ 28
D. Anak Jalanan
1. Pengertian Anak Jalanan .................................................. 31
2. Faktor penyebab ............................................................... 33
3. Penanganan Anak Jalanan ................................................ 34
BAB III PROFIL LEMBAGA A. Sejarah Pendirian Lembaga .................................................... 37
B. Landasan Hukum .................................................................... 38
C. Visi dan Misi .......................................................................... 39
D. Tujuan dan Fungsi Lembaga .................................................. 39
E. Kebijakan dan Program Lembaga .......................................... 40
F. Struktur dan Organisasi .......................................................... 46
BAB IV TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISA
A. Keberhasilan kegiatan Parenting Skill di SDC ...................... 49
B. Ketepatan sasaran parenting skill di SDC .............................. 58
C. Kepuasan sasaran parenting skill di SDC .............................. 63
D. Pencapaian tujuan menyeluruh kegiatan parenting skill ........ 67
vii
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................. 70
B. Saran ......................................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 73
LAMPIRAN-LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1 Rancangan Penelitian ...................................................................... 11
2. Tabel 2 Kepuasan Penerima Manfaat .......................................................... 65
3. Tabel 3 Indikator Pencapaian Tujuan .......................................................... 68
ix
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 1 Suasana Penyampaian Materi...................................................... 51
2. Gambar 2 Suasana Pemutaran Video Kehamilan ........................................ 54
3. Gambar 3 Formulir Asesmen Awal ............................................................. 59
4. Gambar 4 Kegiatan Asesmen ....................................................................... 60
5. Gambar 5 Kegiatan Home Visit ................................................................... 61
6. Gambar 6 Penandatanganan Kontrak Pelayanan ......................................... 61
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang di bentuk berdasarkan ikatan
perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materil
yang layak, bertakwa kepada Tuhan, memiliki hubungan yang selaras dan
seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya.1 Keluarga
juga merupakan sebuah rumah bagi seorang anak untuk mendapatkan kasih
sayang dan perhatian yang sudah menjadi haknya ketika anak lahir ke dunia.
Orang tua sebagai lingkungan pertama dan utama dimana anak
berinteraksi sebagai lembaga pendidikan yang tertua, artinya disinilah dimulai
suatu proses pendidikan. Sehingga orang tua berperan sebagai pendidik bagi
anak-anaknya. Lingkungan keluarga juga dikatakan lingkungan yang paling
utama, karena sebagian besar kehidupan anak di dalam keluarga, sehingga
pendidikan yang paling banyak diterima anak adalah dalam keluarga.
orang tua harus memahami hakikat dan peran mereka sebagai orang tua
dalam membesarkan anak, membekali diri dengan ilmu tentang pola pengasuhan
yang tepat, pengetahuan tentang pendidikan yang dijalani anak, dan ilmu tentang
perkembangan anak, sehingga tidak salah dalam menerapkan suatu bentuk pola
pendidikan terutama dalam pembentukan kepribadian anak yang sesuai dengan
tujuan pendidikan itu sendiri untuk mencerdasakan kehidupan bangsa.
Pendampingan orang tua dalam pendidikan anak diwujudkan dalam suatu cara-
1 Meghalaya Baylon, Keluarga Dalam Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan
Praktik dalam Keperawatan (Jakarta: Salemba Medika, 1978), h. 59.
2
cara orang tua mendidik anak. Cara orang tua mendidik anak inilah yang disebut
sebagai pola asuh. Setiap orang tua berusaha menggunakan cara yang paling baik
menurut mereka dalam mendidik anak. Untuk mencari pola yang terbaik maka
hendaklah orang tua mempersiapkan diri dengan beragam pengetahuan untuk
menemukan pola asuh yang tepat dalam mendidik anak.
Orang tua diharapkan dapat memilih pola asuh yang tepat dan ideal bagi
anak, yang bertujuan untuk mengoptimalkan perkembangan anak dan paling
utama pola asuh yang diterapkan bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai yang
baik pada anak, sehingga dapat mencegah dan menghindari segala bentuk dan
perilaku menyimpang pada anak di kemudian hari, karena anak merupakan sebuah
ujian yang diberikan Allah kepada umat manusia , sebagaimana tersurat dalam
firman Allah SWT dalam surat Al-Anfal/8 ayat (28), yang artinya:
“Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai
cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.”
Keluarga yang tergolong ekonomi lemah mempunyai pola asuh tersendiri
dalam mengasuh anak-anaknya. Pola asuh indulgent (penelantaran) banyak
dijumpai pada kalangan keluarga ekonomi lemah. Dimana faktor ekonomi lemah
inilah yang dijadikan alasan bagi orang tua untuk menelantarkan anaknya bahkan
membiarkan anak turun ke jalanan untuk turut membantu perekonomian keluarga.
Ini merupakan salah satu dari ketiga permasalahan anak yaitu eksploitasi anak.
Eksploitasi anak (Child exploitation) menunjuk pada sikap diskriminatif atau
perlakuan sewenang-wenang terhadap anak yang dilakukan oleh keluarga atau
masyarakat. Contohnya memaksa anak untuk melakukan sesuatu demi
kepentingan ekonomi seperti memaksa anak untuk mengamen di jalan dan
3
sebagainya.2 Ketidak mampuan dan ketidak pedulian orang tua untuk memenuhi
kebutuhan dasar inilah yang akhirnya mendorong anak untuk mandiri memenuhi
kebutuhannya terutama di kota-kota besar. Kota besar yang individualis dan sisi
lain berhadapan dengan ketidakmampuan anak memenuhi kebutuhanya
menyebabkan mereka terlantar.
Al-Istambul dalam bukunya “Parenting Guide” mengatakan bahwa
“perilaku buruk atau nakal yang dilakukan oleh anak-anak cenderung akan
dihukum dengan berbagai cara agar perilaku buruk tersebut tidak berulang lagi”.3
Hukuman-hukuman terkadang diluar kemampuan anak-anak, bahkan bukan
hukuman lagi melainkan lebih pantas disebut dengan siksaan. Kalaupun
keburukan ataupun kenakalan itu tidak terjadi lagi namun yang terjadi adalah
perasaan trauma pada diri anak yang akan mempengaruhi tumbuh kembang anak.
Seorang anak sewajarnya berada pada situasi rumah, lembaga pendidikan
dan lingkungan bermain yang di dalamnya berelasi pada orang dan mempunyai
peranan tertentu. Keadaan mencari nafkah seperti yang dilakoni oleh sebagian
kecil anak-anak jalanan yang kurang beruntung dengan menghabiskan sebagian
besar waktunya di jalanan hal ini menyimpang dari fungsi sosial anak.4
Islam sebagai suatu agama yang mengajarkan pemeluknya agar peduli
terhadap lingkungan sekitar, seperti anak jalanan yang merupakan problema sosial
yang diakibatkan oleh kondisi ekonomi saat ini, memaksa jutaan anak-anak di
kota bekerja di sektor informal terjun di jalanan menambah pendapatan keluarga.
2 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Bandung: PT Refika
Aditama, 2005), h. 160. 3 Mahmud Mahdi Al-Istambuli, Parenting Guide: dialog imajiner tentang cara mendidik
anak berdasarkan al-Qur’an, assunah dan psikologi, penerjemah: Muhammad Arifin Altus,
(Jakarta: hikmah, 2006), cet.ke-5,h. 49. 4 Badan Kesejahteraan Sosial Nasional (BKSN), Modul Pelatihan Pekerja Sosial Rumah
Singgah (jakarta: BKSN, 2000), h. 7.
4
Oleh karena itu ajaran Islam telah memerintahkan kepada manusia agar senantiasa
saling tolong-menolong diantara sesama muslim. Itulah konteks Al-Qur’an dalam
kesalehan sosial,
Perubahan sosial yang serba cepat sebagai konsekuensi modernisasi,
industrialisasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi (IPTEK) telah
mempengaruhi masyarakat pada umumnya, tidak semua masyarakat dapat
beradaptasi dengan perubahan sosial tersebut. Mereka cenderung terpuruk karena
tidak dapat mengikuti perubahan tersebut. Salah satunya adalah faktor ekonomi
yang mana semua harga bahan pokok sudah sangat sulit dijangkau dan
mengakibatkan ekonomi keluarga tidak berjalan semestinya. Pendapatan keluarga
kurang memenuhi kebutuhan sehari-hari. Keadaan ekonomi yang semakin tidak
stabil banyak membuat orang tua lupa akan peran mereka sebagai pengasuh dan
pemberi kasih sayang.
Menurut Sharlow, pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana
individu, kelompok ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka
sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan
mereka.5 Artinya ialah mendorong mereka untuk menentukan sendiri apa yang
harus ia lakukan dalam kaitan dengan upaya mengatasi sendiri apa yang harus ia
lakukan dalam kaitan dengan upaya mengatasi permasalahan yang ia hadapi
sehingga mereka mempunyai kesadaran penuh dalam membentuk masa depanya.
Pemberdayaan keluarga anak jalanan melalui kegiatan “parenting skill”
menekankan pentingnya suatu proses edukatif dalam mengasuh anak.
Pemberdayaan keluarga melalui kegiatan “parenting skill” merupakan alternatif
5 Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi
Komunitas, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2003), h. 53.
5
dalam menanggulangi masalah anak jalanan. Pemberdayaan mempunyai makna
harfiah membuat seseorang berdaya. Istilah lain untuk pemberdayaan adalah
penguatan (empowerment). Pemberdayaan pada intinya adalah pemanusiaan,
yakni mendorong orang untuk menampilkan dan merasakan hak-hak asasinya. Di
dalam pemberdayaan terkandung unsur pengakuan dan penguatan posisi
seseorang melalui penegasan terhadap hak dan kewajiban yang dimiliki dan
seluruh tatahnan kehidupan.6 Pemberdayaan mengutamakan usaha sendiri dari
orang yang diberdayakan untuk meraih keberdayaanya. Payne mengemukakan
bahwa suatu proses pemberdayaan (empowerment), pada intinya ditujukan guna
membantu klien memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan
tindakan yang akan ia lakukan yang berkaitan dengan diri mereka, termasuk
mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Hal ini
dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk
menggunakan daya yang ia miliki, antara lain melalui transfer daya dari
lingkunganya.7
Pemberdayaan anak jalanan melalui kegiatan “parenting skill” merupakan
suatu upaya untuk mengajak orang tua anak jalanan untuk tidak membolehkan
anaknya turun ke jalanan. Upaya pengurangan jumlah anak jalanan melalui
pemberdayaan keluarga anak jalanan di Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial
Anak atau Sosial Development Centre for Street Children (SDC) dilakukan salah
satunya dengan mengadakan program pemberdayaan keluarga dan terdapat
kegiatan “Parenting Skill”. Kegiatan tersebut dilakukan guna memberikan bekal
6 Tata Sudrajat, Anak Jalanan: Dari Masalah Sehari-hari Sampai Kebijakan, Rumah
yang Hilang: Kumpulan Karangan tentang Anak Jalanan (Jakarta: YKAI, 1996), h. 55. 7 Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi
Komunitas, (Jakarta: FEUI, 2001), h. 32.
6
kepada orang tua dalam menghadapi kondisi ekonomi sulit agar tidak menjadikan
anak sebagai korban. Kegiatan ini merupakan sebuah tantangan bagi Pusat
Pengembangan Pelayanan Sosial Anak atau Sosial Development Centre for Street
Children (SDC) untuk dapat merubah pola pikir orang tua anak jalanan yang
sudah bersifat “matrealisme”.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti akan memfokuskan dan memperdalam
kajian dengan judul “Efektivitas Kegiatan Parenting Skill dalam
Pemberdayaan Keluarga Anak Jalanan di Pusat Pengembangan Pelayanan
Sosial Anak atau Sosial Development Centre for Childreen (SDC)”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Mengingat keterbatasan penulis dalam hal waktu dan agar terfokusnya
pemikiran maka dalam penelitian ini penulis membatasi permasalahan pada
Efektifitas Kegiatan Parenting Skill dalam pemberdayaan keluarga anak
jalanan di Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak atau Social
Development Centre for Children (SDC). Adapun pembatasan tersebut
diantaranya berupa pengukuran efektivitas menurut Cambel J.P dimana dalam
hal ini dapat dilihat dari keberhasilan kegiatan/program, ketepatan sasaran,
kepuasan terhadap kegiatan/program, dan pencapaian tujuan menyeluruh.
Disamping itu, penulis juga membatasi masalah hanya dalam hal
pemberdayaan keluarga anak jalanan yang memiliki ekonomi menengah
kebawah, serta anak jalanan yang bekerja turun ke jalan untuk membantu
7
memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Penelitian pada kegiatan Parenting Skill
ini penulis batasi hanya pada kegiatan di tahun 2014.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah, maka rumusan masalah umum dalam
penelitian ini adalah:
“Bagaimana efektifitas kegiatan parenting skill dalam pemberdayaan
keluarga anak jalanan di Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak
atau Social Development Centre for Children?”
Rumusan masalah tersebut dapat dirinci sebagai berikut:
a. Bagaimana keberhasilan kegiatan parenting skill di Pusat
Pengembangan Pelayanan Sosial Anak atau Social
Development Centre for Children?
b. Bagaimana keberhasilan sasaran kegiatan parenting skill di
Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak atau Social
Development Centre for Children?
c. Bagaimana kepuasan terhadap kegiatan parenting skill di
Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak atau Social
Development Centre for Children?
d. Bagaimana pencapaian tujuan menyeluruh kegiatan
parenting skill di Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial
Anak atau Social Development Centre for Children?
8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian secara umum dalam penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui efektifitas kegiatan parenting skill dalam
pemberdayaan keluarga anak jalanan di Pusat Pengembangan
Pelayanan Sosial Anak atau Social Development Centre for Children.
Adapun tujuan penelitian ini secara khusus yaitu:
a. Untuk mengetahui keberhasilan kegiatan parenting skill di
Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak atau Social
Development Centre for Children.
b. Untuk mengetahui keberhasilan sasaran kegiatan parenting
skill di Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak atau
Social Development Centre for Children.
c. Untuk mengetahui kepuasan penerima manfaat terhadap
kegiatan parenting skill di Pusat Pengembangan Pelayanan
Sosial Anak atau Social Development Centre for Children.
d. Untuk mengetahui pencapaian tujuan menyeluruh kegiatan
parenting skill di Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial
Anak atau Social Development Centre for Children.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan peneliti dari penelitian ini antara lain:
9
a. Secara teoritis, yaitu pengembangan ilmu pengetahuan dan
dapat menambah wawasan tentang ilmu pemberdayaan
keluarga anak jalanan melalui kegiatan parenting skill.
b. Secara akademis, dapat dijadikan sebagai bahan informasi
bagi perpustakaan Universitas, perpustakaan Fakultas, serta
sebagai bahan acuan bagi penelitian selanjutnya.
c. Secara praktis, diharapkan dari hasil penelitian ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan sebagai evaluasi kritis dalam
pengembangan keluarga anak jalanan baik kelompok
maupun perorangan yang dilakukan oleh lembaga social
yang peduli atas nasib mereka.
D. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif untuk menggambarkan
setting sosial secara lengkap mengenai langkah-langkah/kegiatan parenting
skill yang dilakukan oleh lembaga Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial
Anak atau Social Development Centre for Children (SDC).
Menurut Bogdan dan Taylor mendefinisikan bahwa metode penelitian
kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau pelaku yang dapat
diamati.8 Penelitian ini berupaya menggambarkan secara sistematis
mengenai berbagai komponen atau faktor-faktor yang terkait seperti
8 Lexy Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000),
h. 3.
10
bagaimana cara SDC memberikan pemahaman tentang pola pengasuhan
anak yang baik kepada para orang tua melalui media MS. Power Point,
video, dan sharing.
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah metode deskriptif. Data
tersebut bisa brasal dari wawancara, foto, videotape, dokumen pribadi,
catatan lapangan, dan dokumen resmi lainya. Metode deskriptif ditujukan
untuk mengumpulkan data aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang
ada, mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi, juga menentukan
apa yang dilakukan oleh orang lain dalam menghadapi masalah yang sama
dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana yang akan
datang.9 Peneliti menggunakan metode deskriptif karena peneliti
menganggap bahwa mtode penelitian ini dapat menggambarkan tentang
suatu peristiwa, kondisi, dan situasi terutama dalam menganalisis efektifitas
kegiatan parenting skill dalam pemberdayaan keluarga anak jalanan di SDC.
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilakukan selama kurang lebih 6 bulan, mulai
dari 25 April 2014 hingga 19 September 2014. Adapun yang menjadi ,lokasi
penelitian diantaranya:
a. Pusat Pelayanan Sosial Anak atau Social Development
Centre for Children (SDC) yang bertempatkan di Jln. PPA
Bambu Apus RT06 RW01 Cipayung Jakarta Timur.
9 Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaha Rosdakarya,
2006) cet. 12, h. 25.
11
b. Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Wanita
Bahagia Serang-Banten, 11 September 2014.
4. Teknik Pemilihan Narasumber
Penulis menggunakan teknik probability sampling dalam memilih
narasumber, probability sampling adalah teknik penambilan sampel yang
memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk
dipilih menjadi anggota sampel.10
Jenis yang dipakai dalam penelitian ini
simple random sampling yaitu dikatakan simple karena pengambilan
anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan
strata yang ada dalam populasi itu.11
Dalam hal ini peneliti memilih
narasumber yakni orang tua anak jalanan yang ikut berpartisipasi dalam
kegiatan parenting skill yang diselenggarakan oleh SDC tanpa melihat dari
kriteria tertentu guna mengetahui efektifitas yang dirasakan oleh para orang
tua terhadap kegiatan yang dilaksanakan oleh SDC tersebut.
Untuk lebih jelasnya, keterangan narasumber yang diperoleh dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 1. Rancangan Penelitian
No. Narasumber Informasi yang dicari Jumlah
1. Ketua Lembaga
SDC
Mencari tahu tentang data dan
profil lembaga SDC
1 orang
2. Koordinator
Rehabilitasi Sosial
Mencari tahu tentang profil
SDC & kegiatan parenting skill
1 orang
10
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
(Bandung:Alfabeta,2011), h. 64. 11
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, h. 64.
12
SDC
3. Pekerja Sosial
SDC
Mencari tahu tentang
keberhasilan kegiatan parenting
skill di SDC
2 orang
4. Staf Perencanaan
& Pelaporan SDC
Mencari tahu tentang tujuan
kegiatan parenting skill
1 orang
5. Anak jalanan Mencari tahu tentang perubahan
yang dialami orang tua setelah
mengikuti kegiatan parenting
skill
1 orang
6. Orang tua anak
jalanan
Mencari tahu tentang efektivitas
kegiatan parenting skill bagi
mereka
5 orang
5. Macam dan Sumber Data
Penelitian ini menggali data dari pihak-pihak yang tetlibat dalam
kegiatan parenting skill yaitu, pihak lembaga dan penerima layanan kegiatan
parenting skill. Data yang diperoleh terbagi menjadi dua yaitu:
a. Data Primer berupa wawancara mendalam yang diperoleh dari
Koordinator Rehabilitasi Sosial SDC, 2 orang Pekerja Sosial SDC,
Staf Perencanaan dan Pelaporan, 1 orang anak jalanan, serta 5
orang tua anak jalanan.
13
b. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari berbagai literature,
buku-buku perpustakaan, internet, catatan atau dokumen yang
terkait dengan penelitian dari SDC seperti brosur dan arsip.
6. Teknik Pengumpulan Data
Adapun dalam penelitian ini ada beberapa teknik pengumpulan
data sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi, berarti peneliti melihat dan mendengarkan
(termasuk menggunakan tiga indera yang lain, jika terjadi). Dalam
hal ini peneliti mengadakan pengamatan langsung di lembaga yang
dituju dalam hal ini SDC. Peneliti mendatangi SDC untuk
melakukan pengamatan langsung. Semua yang didengar dan dilihat
(termasuk menggunakan alat perekan atau kamera) oleh peneliti
sebagai aktivitas observasi ketika para informan melakukan
kegiatan ini, diceritakan kembali atau dicatat sehingga merupakan
data atau informasi penelitian yang dapat mendukung, melengkapi
atau menambah informasi yang berasal dari hasil wawancara.12
Dalam hal ini peneliti mengikuti kegiatan Parenting Skill yang
diberikan kepada orang tua anak jalanan yang diselenggarakan oleh
Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak atau Social
Development Centre for Childreen (SDC) di Lembaga
Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Wanita Bahagia, Serang
Banten untuk mengetahui efektifitas kegiatan parenting skill yang
12
Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif: Pendekatan Praktis Penulisan Proposal dan
Laporan Penelitian, (Malang: UMM Press, 2004) cet.ke-1, h. 22.
14
diberikan kepada para orang tua anak jalanan berupa keberhasilan
kegiatan, ketepatan sasaran, kepuasan sasaran dan pencapaian
tujuan menyeluruh.
b. Wawancara
Melakukan wawancara mendalam berarti menggali informasi
atau data sebanyak-banyaknya dari responden atau informan.13
Dalam hal ini, peneliti melakukan tanya jawab kepada Koordinator
Rehabilitasi Sosial SDC, 2 orang Pekerja Sosial SDC, Staf
Perencanaan dan Pelaporan, 1 orang anak jalanan, serta 5 orang tua
anak jalanan untuk lebih mengetahui pola dan jenis kegiatan
Parenting Skill yang diberikan Pusat Pengembangan Pelayanan
Sosial Anak atau Social Development Centre for Childreen (SDC)
kepada keluarga anak jalanan.
c. Dokumentasi
Teknik dokumentasi yang berupa informasi yang berasal dari
catatan penting baik dari lembaga atau organisasi maupun
perorangan.14
Peneliti menggunakan metode ini untuk berusaha
mendapatkan data sekunder sebagai pendukung dari data primer,
Dokumentasi dilakukan dengan cara pengumpulan foto-foto, profil
yayasan, mempelajari arsip-arsip, serta berbagai bentuk data
tertulis lainya di Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak atau
13
Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif: Pendekatan Praktis Penulisan Proposal dan
Laporan Penelitian, h. 56. 14
Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif: Pendekatan Praktis Penulisan Proposal dan
Laporan Penelitian, h. 56.
15
Social Development Centre for street Children berkaitan dengan
masalah yang diteliti.
7. Teknik Analisa Data
Analisa data kualitatif berawal dari mengumpulkan data atau
informasi hasil wawancara atau observasi, selanjutnya “mengolahnya” dan
akhirnya adalah menarik makna dari balik kumpulan data tersebut sebagai
kesimpulan yang berupa konsep. Dengan ungkapan lain menganalisis pada
hakekatnya adalah pemberitahuan peneliti kepada pembaca tentang apa
saja yang dilakukan terhadap data yang sedang dan telah dikumpulkan,
sebagai cara yang nantinya bisa memudahkan peneliti dalam memberi
penjelasan dari interpretasi dari informan dengan tujuan akhir menarik
kesimpulan.
Dalam menganalisis data dari hasil observasi dan wawancara,
penulis menginterpretasikan catatan lapangan yang ada kemudian
menyimpulkan, setelah itu menganalisa kategori-kategori yang tampak
pada data tersebut. Dimana seluruh data yang penulis peroleh dari hasil
pengamatan dan wawancara, lebih dahulu penulis kelompokan sesuai
dengan persoalan yang telah ditetapkan lalu menganalisanya secara
sistematis.
8. Keabsahan Data
Kredibilitas (derajat kepercayaan) dengan menggunakan teknik
triangulasi sumber, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain, hal itu dapat dicapai dengan jalan:
16
a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil
wawancara, misalnya untuk mengetahui efektifitas kegiatan
parenting skill di Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak
atau Social Development Centre for Children (SDC).
b. Membandingkan keadaan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang lain, misalnya dalam hal ini
peneliti membandingkan jawaban yang diberikan oleh penerima
manfaat dengan jawaban yang diberikan oleh pegawai atau
instruktur di Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak atau
Social Development Centre for Children (SDC).
E. TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka merupakan tinjauan atas kepustakaan yang berkaitan
dengan topik pembahasan peneliti yang dilakukan pada penulis skripsi ini.
Tinjauan pustaka digunakan sebagai acuan untuk membantu dan mengetahui
dengan jelas penelitian skripsi ini, penulis menggunakan kepustakaan berupa
skripsi. Peneliti skripsi ini disusun dianalisa berdasarkan beberapa buku yang
menjelaskan teori-teori yang sesuai dengan judul yang penulis bahas, serta
data-data yang ditemukan di lapangan.
Ada beberapa skripsi yang ada hubunganya dengan judul yang penulis
ambil diantaranya:
1. “Strategi Pemberdayaan Anak Jalanan melalui Pendidikan Luar Sekolah
(Studi Kasus di yayasan Bina Insan Mandiri Depok)”. (Disusun oleh :
Muhamad Najib Kailani, NIM: 107054102374, jurusan Kesejahteraan
17
Sosial, fakultas ilmu dakwah dan ilmu komunikasi). Penulis memilih
skripsi tersebut karena objek yang diteliti sama dengan yang diteliti
penulis namun terdapat perbedaan yang jelas pada skripsi penulis dengan
skripsi diatas. Perbedaanya terletak pada penelitian yang dilakukan oleh
skripsi di atas adalah pemberdayaan yang dilakukan melalui pendidikan
luar sekolah sedangkan penulis melalui kegiatan parenting skill.
2. “Efektifitas Penyuluhan Pola Asuh Orang Tua Berbasis Hypnoparenting
pada Wali Murid PAUD Pelangi di Bogor”. (Disusun oleh: Siti Nur
Komariyah, NIM: 109052000019, jurusan bimbingan dan penyuluhan
islam, fakultas ilmu dakwah dan ilmu komunikasi). Penelitian ini
menggunakan penelitian kualitatif. Hasil dari penelitian ini adalah kegiatan
penyuluhan hypnoparenting yang dilakukan di Paud Pelangi dapat
dikatakan efektif karena keberhasilanya selaras dengan tujuan yang ingin
dicapai. Perbedaan antara skripsi tersebut dengan skripsi penulis yakni
penulis lebih mengarah kepada efektifitas kegiatan parenting skill dalam
pemberdayaan keluarga anak jalanan di Pusat Pengembangan Pelayanan
Sosial Anak atau Social Development Centre for Children (SDC).
F. SISTEMATIKA PENULISAN
Penulisan proposal skripsi ini terdiri dari satu bab, yaitu tentang
pendahuluan. Berdasarkan sistematika penulisan, yaitu sebagai berikut:
BAB I berisi Pendahuluan, berisi tentang Latar Belakang Masalah,
Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian,
18
metodologi Penelitian, Teknik Analisa Data, Tinjauan Pustaka dan Sistematika
penulisan.
BAB II menguraikan tentang teori-teori yang berkaitan dengan
pembahasan skripsi ini yaitu Efektifitas, Parenting Skill, Pemberdayaan,
Keluarga dan Anak Jalanan.
BAB III mendeskripsikan Seputar Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial
Anak atau Sosial Development Centre for Street Children (SDC), gambaran
umum lembaga dan pelayanan-pelayanan di Pusat Pengembangan Pelayanan
Sosial Anak atau Sosial Development Centre for Street Children (SDC). SDC
meliputi : Sejarah berdiri, visi dan misi, fungsi dan tujuan, fasilitas sarana dan
prasarana, sumber dana dan struktur organisasi. Sistem pelayanan meliputi:
Sasaran, tahap-tahap, prinsip-prinsip, dan jaringan kerja pelayanan serta
pelayanan-pelayanan di SDC.
BAB IV merupakan pembahasan inti yang yang menguraikan temuan di
lapangan terkait dengan analisis tentang kegiatan parenting skill bagi keluarga
anak jalanan di Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak atau Sosial
Development Centre for Street Children (SDC).
BAB V menguraikan tentang kesimpulan dan saran-saran. Dalam bab ini,
penulis mencoba menyimpulkan isi yang dibahas dalam skripsi ini serta
mengemukakan saran-saran.
19
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Efektivitas
1. Pengertian Efektivitas
Kata efektivitas berasal dari kata efek yang artinya akibat atau
pengaruh, juga berasal dari kata efektif yang berarti adanya pengaruh atau
akibat dari suatu. Jadi efektivitas adalah keberpengaruhan atau
keberhasilan setelah melakukan sesuatu.1
Dalam Kamus Ilmiah Populer disebutkan beberapa pengertian
tentang efektivitas antara lain ketepatgunaan; hasil guna; menunjang
tujuan.2 Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan ada
tiga arti efektivitas. Pertama adalah adanya suatu efek, akibatnya,
pengaruh dan kesannya. Arti kedua “manjur” atau “mujarab”. Dan arti
ketiga dapat membawa hasil atau berhasil guna.3 Menurut John M. Echols
dan Hasan Shadily dalam Kamus Inggris-Indonesia bahwa secara
etimologi kata efektivitas berasal dari kata efektif yang artinya berhasil
guna.4
Menurut Dennis Mc Quail, efektivitas dalam teori komunikasi
berasal dari kata efektif. Artinya terjadi suatu perubahan atau tindakan
sebagai akibat diterimanya suatu pesan. Perubahan terjadi dalam segi
1 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (P3B), Depdikbud,
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), cet. Ke-7, edisi, ke-2, h. 250. 2 Pius A Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Arkola,
1994) h. 128. 3 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), h. 219.
4 John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 1990), cet. Ke-8, h. 207.
20
hubungan antara keduanya, yakni pesan yang diterima dan tindakan
tersebut.5
Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau
sasaran yang telah ditentukan di dalam setiap organisasi, kegiatan ataupun
program. Disebut efektif apabila tercapai tujuan ataupun sasaran seperti
yang telah ditentukan. Hal ini sesuai dengan pendapat H. Emerson yang
dikutip Soewarno Handayaningrat S. yang menyatakan bahwa “Efektivitas
adalah pengukuran dalam arti tercapainya tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya.”6
Agung Kurniawan dalam bukunya Tramsformasi Pelayanan Publik
mendefinisikan efektivitas, sebagai berikut: “Efektivitas adalah
kemampuan melaksanakan tugas, fungsi (operasi kegiatan program atau
misi) dari suatu organisasi atau sejenisnya yang tidak adanya tekanan atau
ketegangan di antara pelaksanaannya”7
Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target
(kuantitas, kualitas dan waktu) yang telah dicapai oleh manajemen, yang
target tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu. Dengan bahasa yang lebih
sederhana, efekif berarti “mencapai target”, dan efektifitas adalah “proses
mencapai target.”
5 Denis Mc. Quail, Teori Komunikasi Suatu Pengantar (Jakarta: Erlangga Pratama, 1992),
h. 281. 6 Soewarno Handayaningrat, Pengantar Ilmu Pengetahuan dan Manajemen (Jakarta:
Gunung Agung, 1982), h. 16. 7 Agung Kurniawan, Transformasi Pelayanan Publik (Yogyakarta: Pembaruan, 2005), h.
109.
21
2. Pengukuran Efektivitas
Menurut Peter F. Drucker, efektivitas adalah melakukan pekerjaan
dengan benar (doing the right thing). Efektivitas merupakan kemampuan
untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, sesuatu
dikatakan efektif jika tepat sasaran.8
Menurut Cambel J.P, Pengukuran efektivitas secara umum dan
yang paling menonjol adalah :
a. keberhasilan kegiatan/program
suatu kegiatan dapat dikatakan efektif apabila kegiatan/program
tersebut berhasil dilaksanakan dari tahap pertama hingga tahap
terakhir dan dapat menanggulangi hambatan yang ada.
b. ketepatan sasaran
Apabila tujuan tercapai dan tepat pada sasaran yang dituju maka
suatu kegiatan dapat dikatakan efektif.
c. kepuasan terhadap kegiatan/program
Tingkat kepuasan yang diperoleh, artinya ukuran dalam
efektivitas ini bersifat kualitatif (berdasarkan pada mutu). Jika
kegiatan telah berhasil dilaksanakan dan tepat sasaran maka
kegiatan akan dikatakan efektif bila pelaksana dan penerima
manfaat sama-sama merasakan kepuasan atas kegiatan tersebut.
d. pencapaian tujuan menyeluruh
8 T. Hani Handoko, Manajemen (Yogyakarta: BPFE,1998) Edisi ke-2, h.7.
22
keberhasilan kegiatan/program yang disusul dengan ketepatan
sasaran sehingga membuahkan kepuasan terhadap program
merupakan sebuah pencapaian tujuan kegiatan/program tersebut.
Dengan adanya pengukuran efektivitas maka efektivitas program
dapat dijalankan dengan kemampuan operasional dalam melaksanakan
program-program kerja yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya.9 Secara komprehensif, efektivitas dapat diartikan sebagai
tingkat kemampuan suatu lembaga atau organisasi untuk dapat
melaksanakan seluruh tugas-tugas pokoknya atau mencapai sasaran yang
telah ditentukan sebelumnya.10
Dalam penelitian ini, ukuran efektivitas mencakup; Pertama, orang
tua atau objek yang diteliti memiliki pengetahuan pengasuhan dalam
mengasuh anak yang dilakukan melalui kegiatan parenting skill. Kedua,
orang tua dapat menerapkan pengetahuannya itu kepada anak-anak
mereka sehingga berdampak pada berkurangnya jumlah anak jalanan.
Parenting skill di sini berfungsi untuk mencegah orang tua untuk
memperbolehkan anaknya turun ke jalanan dengan melakukan
keterampilan pengasuhan yang diberikan oleh lembaga.
B. Parenting Skill
1. Pengertian Parenting Skill
Skill berasal dari bahasa Inggris yang berarti keahlian. Keahlian
adalah kemampuan khusus yang dihasilkan dari pengetahuan, informasi,
9 Cambel, J.P, Riset dalam Efektivitas Organisasi, terjemahan Sahat Simamora (Jakarta:
Erlangga, 1978), h. 121. 10
Cambel, J.P, Riset dalam Efektivitas Organisasi, terjemahan Sahat Simamora,h. 47.
23
praktik dan kecerdasan,11
dan parenting berasal dari bahasa Inggris yang
berarti pengasuhan.
Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengasuhan berarti hal (cara,
perbuatan, dan sebagainya) mengasuh. Di dalam mengasuh terkandung
makna menjaga, merawat, mendidik, membimbing, membantu, melatih,
memimpin, mengepalai, dan menyelenggarakan. Sri Lestari
mengungkapkan istilah asuh sering dirangkaikan dengan asah dan asih
menjadi asah-asih-asuh. Mengasah berarti melatih agar memiliki
kemampuan atau kemampuanya meningkat. Mengasihi berarti mencintai
dan menyayangi. Dengan rangkaian kata asah-asih-asuh, maka pengasuhan
anak bertujuan untuk meningkatkan atau mengembangkan kemampuan anak
dan dilakukan dengan dilandasi rasa kasih sayang tanpa pamrih.12
Menurut Jerome Kagan, seorang psikolog perkembangan,
mendefinisikan pengasuhan (parenting) sebagai serangkaian keputusan
tentang sosialisasi pada anak, yang mencakup apa yang harus dilakukan
oleh orang tua/ pengasuh agar anak mampu bertanggung jawab dan
memberikan kontribusi sebagai anggota masyarakat termasuk juga apa yang
harus dilakukan orang tua/ pengasuh ketika anak menangis, marah,
berbohong, dan tidak melakukan kewajibannya dengan baik.13
Berns dalam jurnal instruksional psikologi menyebutkan bahwa
pengasuhan merupakan sebuah proses interaksi yang berlangsung terus-
11
Snell Bateman, Manajemen 1, Kepemimpinan dan Kolaborasi dalam Dunia yang
Kompetitif edisi 7, (Jakarta: Saleba 4, 2008), h. 27. 12
Sri Lestari, Psikologi Keluarga; Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam
Keluarga, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012) h.36. 13
Berns, R.M, Child, Family, School, Community: Socialization and
Support, (USA: Rinehart and Winston,1997), h. 121.
24
menerus dan mempengaruhi bukan hanya bagi anak tetapi juga bagi orang
tua. Senada dengan Berns, Brooks dalam jurnal yang sama juga
mendefinisikan pengasuhan sebagai sebuah proses yang merujuk pada
serangkaian aksi dan interaksi yang dilakukan orang tua untuk mendukung
perkembangan anak.14
Apabila kata parenting dan skill digabungkan maka akan membentuk
sebuah arti yaitu keahlian dalam mengasuh anak yang dilakukan dengan
serangkaian aksi dan interaksi. Parenting skill membuat kesadaran
pengasuhan yang diikuti oleh kesediaan melakukan peneraan diri (self-
assessment). Dengan melakukan peneraan diri, orang tua akan dapat
mengukur seberapa kadar kontrol dan penerimaan yang dilakukan terhadap
anak. Dengan memiliki kesadaran pengasuhan, maka pelaksanaan tugas
pengasuhan anak yang menghabiskan waktu dan melelahkan tidak terasakan
sebagai beban.15
Beberapa definisi tentang pengasuhan tersebut menunjukkan bahwa
konsep pengasuhan mencakup beberapa pengertian pokok, antara lain:
pengasuhan bertujuan untuk mendorong pertumbuhan dan perkembangan
anak secara optimal, baik secara fisik, mental, maupun sosial. Pengasuhan
merupakan sebuah proses interaksi yang terus menerus antara orang tua
dengan anak. Dan parenting sebagai sebuah proses interaksi dan sosialisasi,
proses pengasuhan tidak bisa dilepaskan dari sosial budaya dimana anak
dibesarkan.
14
Jurnal Instruksional Psikologi, Edisi September 2001 Oleh Jennifer Neal, Donna Frick-
Horbu, h. 1. 15
Sri Lestari, Psikologi Keluarga; Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam
Keluarga, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), h. 46.
25
2. Fungsi Parenting
Parenting mempunyai fungsi yang penting dalam tumbuh kembang
anak sehingga anak merasa bahwa orang tua selalu ada di saat anak
membutuhkan. Ada empat fungsi utama parenting, yakni membentuk
kepribadian anak, membentuk karakter anak, membentuk kemandirian
anak, dan membentuk akhlak anak.16
Ke empat fungsi tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Membentuk Kepribadian Anak
Pola asuh yang diberikan orang tua kepada anak akan mempengaruhi
proses pembentukan kepribadian anak. Anak yang hidup di dalam
keluarga dengan pola asuh demokratis akan membentuk kepribadian
anak yang baik sedangkan anak yang hidup dengan pola asuh otoriter
akan terbentuk dengan kepribadian keras dan pemberontak.
b. Membentuk Karakter Anak
Pembentukan karakter anak sangat dipengaruhi pola asuh yang
diberikan orang tua. Anak yang berkarakter baik tunbuh di dalam
lingkungan keluarga yang harmonis dan memiliki jalinan komunikasi
dua arah.
c. Membentuk Kemandirian Anak
Anak yang tumbuh dengan kemandirian diperoleh dari cara pengasuhan
orang tua yang mengasah kemandiriannya sejak dini. Misalnya di saat
balita diperbolehkan makan sendiri meskipun makanan berceceran.
16
Baumrind, Current Patterns of Parental Authority; Developmental Psychology
Monographs, (America: American Psychological Association, 1971) , h. 54.
26
Anak-anak juga dapat diberikan kesempatan untuk mengemukakan
pendapatnya di dalam keluarga.
d. Membentuk Akhlak Anak
Akhlak anak yang baik dapat terbentuk dari cara pengasuhan orang tua
yang memperkenalkan agama, kesopanan, budi pekerti dan tingkah laku
yang baik sejak dini. Anak cenderung memperhatikan tingkah laku
orang tua sehari-hari dan menirunya.17
3. Pola Pengasuhan
Pola asuh anak akan mempengaruhi Self Esteem atau harga dirinya di
kemudian hari. Self Esteem adalah penilaian seseorang terhadap dirinya
yang berkembang dari feeling of belonging (perasaan diterima oleh
kelompok sosialnya), feeling competent (perasaan efisien, produktif), dan
feeling worthwhile (perasaan berharga, cantik, pandai, baik).18
Menurut Baumrind, terdapat 4 macam pola asuh orang tua, yaitu pola
asuh demokratis, pola asuh otoriter, pola asuh permisif, dan pola asuh
penelantar.
a. Pola asuh Demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan
kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan
mereka. Orang tua dengan pola asuh ini bersikap rasional, selalu
mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran.
Orang tua tipe ini juga bersikap realistis terhadap kemampuan
anak, tidak berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan
17
Baumrind, D, Current Patterns of Parental Authority; Developmental Psychology
Monographs, h. 67. 18
Minah Sirait, M.M, Hubungan Antara Harga Diri dengan Konformitas dalam Hal
Fesyen pada Remaja, (Jakarta: Fakultas Psikologi UI, 2002), h. 95.
27
anak. Orang tua tipe ini juga memberikan kebebasan kepada anak
untuk memilih dan melakukan suatu tindakan dan pendekatannya
kepada anak bersifat hangat.
b. Pola asuh otoriter sebaliknya cenderung menetapkan standar yang
mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi dengan ancaman-
ancaman. Misalnya, kalau tidak mau makan, maka tidak akan
diajak bicara. Orang tua tipe ini juga cenderung memaksa,
memerintah, menghukum. Apabila anak tidak mau melakukan apa
yang dikatakan oleh orang tua, maka orang tua tipe ini tidak segan
menghukum anak. Orang tua tipe ini juga tidak mengenal
kompromi, dan dalam komunikasi biasanya bersifat satu arah.
Orang tua tipe ini tidak memerlukan umpan balik dari anaknya
untuk mengerti mengenai anaknya.
c. Pola asuh Permisif atau pemanja biasanya memberikan
pengawasan yang sangat longgar. Memberikan kesempatan pada
anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup
darinya. Mereka cenderung tidak menegur atau memperingatkan
anak apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit
bimbingan yang diberikan oleh mereka. Namun, orang tua tipe ini
biasanya bersifat hangat sehingga seringkali disukai oleh anak.
d. Pola asuh tipe yang terakhir adalah tipe Penelantar. Orang tua tipe
ini pada umumnya memberikan waktu dan biaya yang sangat
minim pada anak-anaknya. Waktu mereka banyak digunakan untuk
keperluan pribadi mereka, seperti bekerja, dan juga kadangkala
28
biaya pun dihemat-hemat untuk anak mereka. Termasuk dalam tipe
ini adalah perilaku penelantar secara fisik dan psikis pada ibu yang
depresi. Ibu yang depresi pada umumnya tidak mampu
memberikan perhatian fisik maupun psikis pada anak-anaknya.19
C. Pemberdayaan Keluarga
1. Pengertian Pemberdayaan Keluarga
Pemberdayaan mempunyai makna harfiah membuat seseorang
berdaya. Istilah lain untuk pemberdayaan adalah penguatan. Pemberdayaan
pada intinya adalah pemanusiaan, yakni mendorong orang untuk menampilkan
dan merasakan hak-hak asasinya. Pemberdayaan berasal dari bahasa asing
“empowerment”, secara leksikal pemberdayaan berarti penguatan dan secara
teknis istilah pemberdayaan dapat disamakan dengan istilah pengembangan.20
Pemberdayaan berarti upaya memperluas horizon pilihan bagi masyarakat,
dengan menyediakan sebuah ruang bagi masyarakat untuk mengadakan
pilihan-pilihan dan memilih sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya.
Dalam arti lain, pemberdayaan diartikan sebagai “pemberkuasaan”
dalam arti pemberian atau peningkatan kekuasaan (power) kepada masyarakat
yang lemah atau tidak beruntung (disadvantaged). Sedangkan Rappaport
memberikan pengertian pemberdayaan sebagai suatu cara dimana rakyat,
organisasi dan komunitas diarahkan agar mampu menguasai (berkuasa atas)
19
Baumrind, Current Patterns of Parental Authority; Developmental Psychology
Monographs, h. 88. 20
Nanih Machendrawati, Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam dari
Ideologi, Strategi sampai Tradisi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), h. 42.
29
kehidupanya.21
Dapat diartikan juga sebagai pemahaman secara psikologis
pengaruh sosial individu terhadap keadaan sosial, kekuatan politik, dan hak-
hak menurut undang-undang. Payne mengemukakan bahwa pemberdayaan
pada intinya ditujukan guna membantu klien memperoleh daya untuk
mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan ia lakukan yang
terkait dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan
sosial dalam melakukan tindakan.22
Edi Suharto mengemukakan bahwa pemberdayaan berarti
menyediakan sumber daya, pengetahuan dan keterampilan bagi masyarakat
guna meningkatkan keterampilan mereka dalam pengambilan keputusan dan
berpartisipasi dalam kegiatan yang mempunyai dampak pada kehidupan
dimasa depan. 23
Sementara keluarga, berdasarkan asal-usul kata yang dikemukakan
oleh Ki Hajar Dewantara, berasal dari bahasa Jawa yang terbentuk dari dua
kata yaitu kawula dan warga. Di dalam bahasa Jawa kuno kawula berarti
hamba dan warga artinya anggota. Secara bebas dapat diartikan bahwa
keluarga adalah anggota hamba atau warga saya. Artinya setiap anggota dari
kawula merasakan sebagai satu kesatuan yang utuh sebagai bagian dari dirinya
dan dirinya juga merupakan bagian dari warga yang lainnya secara
keseluruhan.24
21
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung: Refika
Aditama, 2005), h. 59. 22
Isbandi rukminto Adi, Intervensi Komunitas Pembangunan Masyarakat Sebagai Upaya
Pemberdayaan Masyarakat, (Jakarta: Rajawali Pers, 2008), h. 78. 23
Edi Suharto, Isu-Isu Tematik Pembangunan Sosial Konsepsi dan Strategi, (Jakarta:
Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial Departemen Sosial RI, 2004), h. 29. 24
Ahmadi Abu dan Uhbiyati Nur, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:Rieneka Cipta), h.
176.
30
Menurut Soerjono keluarga adalah lingkungan dimana beberapa orang
yang masih memiliki hubungan darah dan bersatu. Keluarga didefinisikan
sebagai sekumpulan orang yang tinggal dalam satu rumah yang masih
mempunyai hubungan kekerabatan atau hubungan darah karena perkawinan,
kelahiran, adopsi dan lain sebagainya.25
Keluarga pada dasarnya merupakan suatu kelompok yang terbentuk
dari suatu hubungan seks yang tetap, untuk menyelenggarakan hal-hal yang
berkenaan dengan keorangtuaan dan pemeliharaan anak. Adapun ciri-ciri
umum keluarga yang dikemukakan oleh Mac Iver dan Page, yaitu:
1. Keluarga merupakan hubungan perkawinan.
2. Susunan kelembagaan yang berkenaan dengan hubungan perkawinan
yang sengaja dibentuk dan dipelihara.
3. Suatu sistim tata nama, termasuk perhitungan garis keturunan.
4. Ketentuan-ketentuan ekonomi yang dibentuk oleh anggota-anggota
kelompok yang mempunyai ketentuan khusus terhadap kebutuhan-
kebutuhan ekonomi yang berkaitan dengan kemampuan untuk
mempunyai keturunan dan membesarkan anak.
5. Merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga yang
walau bagaimanapun, tidak mungkin menjadi terpisah terhadap
kelompok kelompok keluarga.26
Pemberdayaan keluarga berarti segala upaya bimbingan dan
pembinaan agar keluarga dapat hidup sehat, sejahtera, maju, dan mandiri.
Pemberdayaan keluarga juga dapat diartikan sebagai segala upaya fasilitas
25
Soekanto Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali 2004), h. 23. 26
Khairudin, Sosiologi Keluarga, (Jakarta: Nur Cahaya, 1985), h, 12.
31
yang bersifat non-instruktif guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
keluarga agar mampu mengidentifikasi masalah, merencanakan dan
mengambil keputusan untuk melakukan pemecahanya dengan benar, tanpa
atau dengan bantuan dari pihak lain.
Ketidakmampuan keluarga dalam menangani masalah yang ada di
dalamnya mendorong adanya sebuah pemberdayaan agar fungsi keluarga yang
tidak berjalan dengan baik dapat berjalan dengan semestinya.
D. Anak Jalanan
1. Pengertian Anak dan Anak Jalanan
Definisi anak menurut UU Kesejahteraan, Perlindungan, dan
Pengadilan anak menyrbutkan bahwa Anak adalah seseorang yang belum
berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Sedangkan,
pengertian anak menurut UU RI No. 4 tahun 1979 Anak adalah seseorang
yang belum mencapai usia 21 tahun dan belum pernah menikah. Batas 21
tahun ditentukan karena berdasarkan pertimbangan usaha kesejahteraan sosial,
kematangan pribadi, dan kematangan mental seorang anak dicapai pada usia
tersebut.27
Istilah anak jalanan sudah menjadi sebuah kesatuan sebuah istilah
umum yang mengacu pada anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di
jalanan, namun masih memiliki hubungan dengan keluarganya. Istilah anak
jalanan pertama kali sebenarnya diperkenalkan di Amerika Serikat dan Brazil.
Istilah itu digunakan pada kelompok anak-anak yang hidup di jalan yang
27
Departemen Sosial Propinsi DIY, Populasi Anak Jalanan di DI Yogyakarta.
(Yogyakarta: Departemen Sosial Propinsi DIY, 2010), h. 1.
32
umumnya sudah tidak memiliki hubungan dengan keluarganya. UNICEF lalu
memakai istilah hidup di jalanan untuk mereka yang sudah tidak mempunyai
ikatan dengan keluarga, bekerja di jalanan untuk mereka yang masih
mempunyai hubungan dengan keluarganya.
Anak jalanan adalah anak-anak yang tersisih, marginal, dan teralienasi
dari perlakuan kasih sayang karena kebanyakan dalam usia yang relatif dini
sudah harus berhadapan dengan lingkungan kota yang keras, dan bahkan
sangat tidak bersahabat.
Menurut catatan Dinas Sosial DKI Jakarta, sedikitnya ada 4.023 anak
jalanan yang tersebar di 52 wilayah di Jakarta (Abin, 2003). Dalam tiga tahun
terakhir ini, jumlah anak jalanan di Jakarta juga meningkat secara signifikan.
Data yang didapat dari Dinas Sosial DKI Jakarta bahwa jumlah anak jalanan
pada tahun 2009 sebanyak 2.724 anak, pada tahun 2010 meningkat menjadi
5.650 anak, sedangkan pada tahun 2011 juga mengalami peningkatan menjadi
7.315. Mereka sebagian besar bekerja sebagai pengemis, pengamen, pedagang
asongan, pengelap kaca mobil, penyemir sepatu, pembersih bus umum, dan
joki 3 in 1, dan parkir liar28
Secara garis besar anak jalanan dibedakan dalam tiga kelompok.
Pertama, children on the street, yakni anak-anak yang mempunyai kegiatan
ekonomi sebagai pekerja anak di jalan, namun masih mempunyai hubungan
yang erat dengan kedua orang tua mereka. Kedua, children of the street, yakni
anak-anak yang berpartisipasi penuh di jalanan, baik secara 32ember maupun
28
Citra Pujianti, Pemberdayaan Anak Jalanan, Jurnal Ilmiah (Jakarta: FPSI), h. 3.
33
ekonomi. Ketiga, children from families of the street, yakni anak-anak yang
berasal dari keluarga yang hidup di jalanan.29
2. Faktor Penyebab
Ada banyak faktor yang menyebabkan anak-anak terjerumus dalam
kehidupan di jalanan, seperti : kesulitan keuangan keluarga, tekanan
kemiskinan, ketidakharmonisan rumah tangga orang tua, dan masalah khusus
menyangkut hubungan anak dengan orang tua.30
Kombinasi faktor-faktor di atas dapat memicu anak untuk mengambil
inisiatif hidup mandiri atau mencari nafkah di jalanan. Ketidaksadaran orang
tua akan bahaya anak yang hidup di jalanan juga dapat membuat anak dengan
leluasa berkeliaran di jalanan bahkan sampai mendapatkan uang.
Kemiskinan memang merupakan kondisi yang mendorong anak-anak
hidup di jalanan. Namun, bukan berarti kemiskinan merupakan satu-satunya
faktor determinan yang menyebabkan anak lari dari rumah dan terpaksa hidup
di jalanan. Menurut penjelasan Justika S. Baharsjah, kebanyakan anak bekerja
di jalanan bukanlah atas kemauan mereka sendiri, melainkan sekitar 60% di
antaranya karena dipaksa oleh orang tuanya.31
Menurut Pedoman Pelayanan Sosial Anak Terlantar masalah anak
terlantar dapat dilihat dari beberapa perpektif, antara lain : anak terlantar yang
mengalami masalah dalam sistem pengasuhan, seperti yang dialami anak-anak
yatim piatu, anak dari orang tua tunggal, anak dengan ayah/ibu tiri, anak dari
keluarga yang kawin muda, anak yang tidak diketahui asal-usulnya (anak yang
29
Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group),
h.206. 30
Bagong Suyanto,Masalah Sosial Anak, h.196. 31
Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak, h.197.
34
dibuang orang tuanya); anak yang mengalami masalah dalam cara
pengasuhan, seperti anak yang terlibat dalam tindak kekerasan baik secara
fisik, sosial, maupun psikologis, anak yang mengalami eksploitasi ekonomi
dan seksual bahkan anak yang diperdagangkan; anak yang kebutuhan dasarnya
tidak terpenuhi, seperti anak yang kurang gizi dan anak yang sudah tidak
bersekolah atau putus sekolah. Hal seperti inilah yang banyak terjadi pada
anak-anak jalanan.32
Parsudi Suparlan mengatakan bahwa adanya orang gelandangan di kota
bukanlah semata-mata karena berkembangnya sebuah kota, melainkan karena
tekanan-tekanan ekonomi dan rasa tidak aman sebagai warga desa yang
kemudian terpaksa harus mencari tepat yang diduga dapat memberikan
kesempatan bagi suatu kehidupan yang lebih baik di kota. Anak jalanan dilihat
dari penyebab intensitasnya mereka berada di jalanan memang tidak dapat
disamaratakan. Dilihat dari sebabnya, sangat dimungkinkan tidak semua anak-
anak berada di jalan karena sebab tekanan ekonomi keluarga, namun juga
perlu diperhatikan variable-variabel lain yang mendukung anak-anak hidup di
jalanan, seperti kekerasan dalam keluarga, perpecahan dalam keluarga, atau
pengaruh dari lingkungan sosialnya.33
3. Penanganan Anak Jalanan
Untuk menangani permasalahan anak jalanan, yang dibutuhkan
tidaklah hanya dengan memasukkan anak jalanan ke dalam lembaga-lembaga
yang menaungi permasalahan anak jalanan saja ataupun dengan memberinya
32
Citra Pujianti, Pemberdayaan Anak Jalanan, Jurnal Ilmiah (Jakarta: FPSI), h. 3. 33
Subhansyah, Aan T, dkk Anak Jalanan di Indonesia, Dekripsi Persoalan dan
Penangan (Yogyakarta: YLPS Humana, 1996), h. 78.
35
bentuan secara financial yang hanya akan membuat anak jalanan semakin
ketergantungan dengan belas kasihan para dermawan.
Adanya rumah singgah bagi anak-anak jalanan juga merupakan salah
satu cara pemberdayaan anak jalanan. Rumah singgah dapat berfungsi sebagai
tempat pemusatan sementara yang sifatnya nonformal, tempat dimana anak-
anak dapat dan belajar untuk memperoleh informasi, pengetahuan, wawasan,
serta pembinaan diri awal sebelum menuju kedalam proses pembinaan yang
lebih lanjut. Secara umum tujuan dibentuknya rumah singgah adalah
membantu anak jalanan dalam mengatasi masalah-masalah dan menemukan
alternatif untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya.34
Menurut Tata Sudrajat, selama ini beberapa pendekatan yang biasa
dilakukan oleh LSM dalam penanganan anak jalanan, yaitu: street based,
centre based, dan community based.
a. Street Based
Model penanganan anak jalanan di tempat anak jalanan itu berasal atau
tinggal, kemudian para street educator datang kepada mereka: berdialog,
mendampingi mereka bekerja, memahami dan menerima situasinya, serta
menempelkan diri sebagai teman.
b. Centre Based
Yakni pendekatan atau penanganan anak jalanan di lembaga atau panti.
Anak-anak yang masuk dalam program ini ditampung dan diberikan
pelayanan di lembaga atau panti seperti pada malam hari diberikan
34
Arief Achmad, Rumah Singgah Sebagai Tempat Alternatif Pemberdayaan Anak
Jalanan, Jurnal Fajar (Jakarta: LPM UIN, 2002), h. 1.
36
makanan dan perlindungan, serta perlakuan yang hangat dan bersahabat
dengan pekerja sosial.
c. Community Based
Yakni model penanganan yang melibatkan seluruh potensi masyarakat,
terutama keluarga atau orang tua anak jalanan. Pendekatan ini bersifat
prevemtif, yakni mencegah anak agar tidak masuk dan terjerumus dalam
kehidupan di jalanan.35
35
Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak, h. 201.
37
BAB III
PROFIL LEMBAGA
A. Sejarah Pendirian Lembaga
Sebagai Instansi yang bertanggung jawab terhadap permasalahan anak
jalanan, Kementerian Sosial dan pemerintah daerah telah berhasil memecahkan
permasalahan anak jalanan, akan tetapi belum maksimal. Untuk meningkatkan
keberhasilan dalam pemecahan masalah baik secara kulitas maupun kuantitas,
maka disusunlah program baru dalam bentuk Pusat Pengembangan Pelayanan
Sosial Anak atau Social Development Centre for Street Children (SDC).
Departemen Sosial sebagai instansi pemerintah yang berkompeten terhadap
penanganan permasalahan sosial anak jalanan mengembangkan suatu konsep
pelayanan yang komprehensif dan berkelanjutan bagi jalanan. Perwujudan dari
konsep tersebut adalah Social Development Center for Children atau Pusat
Pengembangan Pelayanan Sosial Anak yang diresmikan oleh Ibu Negara Hj.
Ani Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 23 Nopember 2006. SDC
beralamatkan di Jl. Panti Sosial (PPA) Bambu Apus Jakarta Timur.1
Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak didirikan untuk menjawab
kebutuhan akan kesejahteraan anak anak jalanan dengan segala
permasalahanya. Adapun permasalahan yang dihadapi anak jalanan
diantaranya kurangnya pemenuhan kebutuhan dasar seperti pendidikan,
perlindungan, kasih sayang, kesehatan, makanan, minuman, dan pakaian.
Akhir-akhir ini dijumpai masalah yang lebih serius seperti tracfiking,
1 Wawancara pribadi dengan Dra. Kokom Komalawati M,Si, Bambu Apus 28 April 2014
38
eksploitasi seks komersial dan berbagai tindak kekerasan. Jika ditelusuri secara
mendalam, fenomena anak jalanan secara garis besar sebagai akibat dari dua
hal mendasar; problema sosial (sosiologis) karena orang tua yang kurang
perhatian kepada anak-anaknya sehingga mereka para anak mencari perhatian
di luar rumah yakni jalanan sebagai pelarian atau kompensasinya. Kedua,
problema sosial ekonomi yang didominasi oleh masalah kemiskinan, sehingga
benyak orang tua atau keluarga yang tidak mampu menyediakan kebutuhan
dasar anak termasuk kebutuhan untuk mendapat pendidikan secara layak,
kurang/tidak tersedianya fasilitas bermain bagi anakanak di tempat tinggal
yang padat dan kumuh.2
Hal hal yang dikemukakan diatas antara lain menyebabkan program
pemberian pelayanan dan bimbingan bagi anak jalanan sangat penting untuk
dilakukan sebab dipundak anak anak itu juga masa depan bangsa akan
dipikulkan. Kita harus mengantisipasi kehancuran masa depan mereka dan
terjadinya lost generation karena kesalahan generasi sebelumnya.
B. Landasan Hukum
Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak dalam pelaksanaan
pelayanan sosial kepada anak jalanan memiliki beberapa landasan hukum yang
digunakan yaitu :
1. Undang Undang Dasar 1945 Pasal 28B ayat (2) dan Pasal 34
2. Undang Undang RI No. 6 tahun 1974 tentang Ketentuan ketentuan
Pokok Kesejahteraan Sosial
3. Undang Undang RI No. 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak
2 Wawancara pribadi dengan Vivi Marlina, AKS, Bambu Apus, 30 April 2014
39
4. Undang Undang RI No.1 tahun 2000 tentang Ratifikasi Konvensi ILO
No.182 tentang Pelarangan Pengadilan Anak dan Tindakan Segera
Penghapusan Bentuk Bentuk Pekerjaan Terburuk Untuk Anak
5. Undang Undang RI No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
C. Visi dan Misi
Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak/ SDC Bambu Apus Jakarta
memiliki Visi dan Misi sebagai berikut:
Visi:
Menjadikan anak Indonesia yang mandiri dan normatif secara sosial dan
ekonomi.
Misi:
1. Menyelenggarakan perlindungan untuk anak jalanan.
2. Menyelenggarakan bimbingan fisik, mental, sosial dan pelatihan
keterampilan serta pendidikan.
3. Pembinaan keluarga, resosialisasi dan penyaluran dengan memakai
sistem rujukan ke lembaga lain.3
D. Tujuan dan Fungsi Lembaga
1. Tujuan
a. Terciptanya kesamaan visi dan misi antara penyelenggara pelayanan
sosial anak jalanan dalam panti
3 Brosur Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak atau Social Development Centre
for Children
40
b. Terselengaranya pelayanan sosial anak jalanan dalam panti secara
profesional
2. Fungsi Lembaga
Sebagai asrama (boarding house) bagi anak jalanan, sekaligus sebagai
institusi yang menjalankan kelanjutan proses pelayanan yang telah diberikan
oleh lembaga atau rumah singgah- rumah singgah yang ada, sebagai asal
perujuk penanganan anak jalanan.4
E. Kebijakan dan Program Lembaga
1. Kebijakan
Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak dalam hal kebijakan
yang ditempuh diarahkan pada upaya memberikan perlindungan untuk
kepentingan terbaik bagi anak sesuai dengan Undang Undang RI Nomor 23
tahun 2002 tentang Perlindungan anak
2. Program Lembaga
Dalam hal pelaksanaan program pelayanan yang dilakukan oleh
Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak, selain program pemenuhan
kebutuhan dasar yang meliputi pengasramaan, makan, kesehatan,
perlengkapan, pendidikan serta keterampilan ada beberapa program lain
diantaranya adalah:
a. Pendekatan Awal
Kegiatan yang mengawali keseluruhan proses pelayanan sosial
yang dilaksanakan dengan penyampaian informasi program pelayanan
4 Brosur Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak atau Social Development Centre
for Children
41
sosial kepada masyarakat, instasnsi terkait, serta organisasi sosial/
LSM, terkait guna memperoleh dukungan dan data awal calon klien
untuk dapat diseleksi dan ditetapkan secara definitif sesuai dengan
persyaratan yang telah ditentukan melalui langkah langkah sebagai
berikut:
1) Penyampaian informasi kepada masyarakat, instansi terkait,
organisasi sosial melalui pertemuan, konsultasi dan surat menyurat
2) Mengumpulkan, menyususun, mengelompokan dan menganalisa
informasi/ data serta mendiskusikanya untuk menentukan langkah
identifikasi
3) Memberikan motivasi dengan cara penyuluhan dan bimbingan.
b. Penerimaan
Dalam tahap ini dilakukan kegiatan administrasi untuk menetapkan
calon klien yang memenuhi persayaratan sebagai berikut:
1) Mengisi formulir pendaftaran
2) Assemen
3) Seleksi persyaratan berkas
4) Home Visit
5) Membuat kesepakatan pelayanan sosial antar petugas panti dengan
calon klien
3. Pengungkapan dan Pemahaman Masalah
Proses ini dilakukan untuk menggali kebutuhan dan permasalahan
anak secara mendalam melalui wawancara untuk:
a. Mengetahui potensi, kemampuan serta keterampilan anak
42
b. Merumuskan dan mendefinisikan kebutuhan dan masalah klien
c. Merumuskan rencana dan tujuan intervensi pelayanan yang
akan diwujudkan
d. Selanjutnya membuat kontrak/ persetujuan atas pelayanan
sosial yang diberikan meliputi:
1) Kesediaan orang tua dan klien untuk memenuhi
persayaratan
2) Jangka waktu mengikuti program pelayanan sosial
3) Jenis program yang disepakati
4. Bimbingan Sosial, Pendidikan dan Keterampilan
Suatu proses pelayanan untuk mengembalikan peranan sosial
pelayanan sehingga mereka dapat melakukan tugas tugas kehidupanya
sesuai dengan perananya yaitu:
1) Bimbingan fisik, olahraga, kesenian, rekreasi, kesehatan dan
kebersihan
2) Bimbingan mental meliputi kegiatan keagamaan
3) Pemberian latihan keterampilan kerja sesuai dengn kemampuan dan
minat serta peluang kerja yang tersedia
4) Pendidikan meliputi pendidikan formal, informal dan non formal
(bimbingan belajar)
5) Terapi psikososial, individual/ kelompok dan keluarga
6) Manajemen kasus dan pembahasan kasus
43
5. Resosialisasi
Merupakan suatu proses yang bertujuan untuk menyiapkan kondisi
psikis anak yang akan segera kembali kepada keluarga dan masyarakat,
dalam tahapan ini meliputi:
1) Pembekalan klien yang kembali ke lingkungan keluarga dan
lingkungan masyarakat tempat tinggal anak
2) Menghubungi keluarga klien serta lingkungan masyarakat tempat
tinggalnya
6. Reunifikasi Dengan Keluarga
Upaya penyatuan kembali anak dengan keluarga atau pengasuhnya
berupa menyiapkan anak agar bisa kembali kepada orang tua dan
keluarganya
7. Memberdayakan Keluarga Melalui Parenting Skill
Upaya SDC untuk memberikan materi pembekalan kepada orang tua
anak jalanan tentang pola asuh yang baik agar keluarga dapat memenuhi
kebutuhan hidup anak dan mempraktekan materi yang telah diberikan dalam
kegiatan parenting skill ketika anak telah selesai menjalani proses pelayanan
dalam panti ataupun masih menjalani proses pelayanan dalam panti.
Kegiatan ini dilaksanakan di rumah singgah setiap daerah yang bekerjasama
dengan SDC. Tahapan kegiatan parenting skill diantaranya:
a. Memberikan pemahaman edukasi kepada orang tua mengenai anak.
Pemberian edukasi disampaikan oleh pekerja sosial SDC guna
membekali orang tua mengenai pentingnya wawasan mengenai anak.
44
b. Memberikan pemahaman tentang kewajiban orang tua terhadap anak.
Pemberian edukasi disampaikan oleh pekerja sosial SDC guna
membekali orang tua ,engenai pentingnya wawasan mengenai
kewajiban dan tanggung jawab yang dimiliki oleh orang tua ketika
telah mempunyai anak.
c. Memberikan gambaran masa kehamilan hingga persalinan ibu dalam
bentuk video. Penyampaian video melalui video ditujukan kepada
orang tua agar menyentuh hati nurani orang tua ketika mengingat
kebahagiaan saat mengandung. Penyampaian video ini dipandu oleh
pekerja sosial SDC.
d. Menjelaskan pola pengasuhan anak yang baik melalui adanya diskusi.
Diskusi ini bersifat terbuka, tidak dalam bentuk formal namun tetap
ada keseriusan di dalamnya. Diskusi ini dipandu oleh pekerja sosial
SDC dan staf yang bertugas untuk membantu orang tua agar mau
berpendapat. SDC juga memberikan pelayanan konseling sehingga
orang tua bisa menceritakan keluh kesahnya dan mengetahui solusi
atas permasalahan yang dihadapi.
e. Memberikan gambaran kisah anak jalanan melalui video dokumenter.
Pemberian video dokumenter merupakan tahapan terakhir dalam
kegiatan parenting skill yang dipandu oleh pekerja sosial SDC. Video
ini merupakan kisah nyata yang sengaja dibuat oleh SDC untuk
menegur hati para orang tua mengenai perasaan anak yang terpisah
jauh dari orang tuanya.
45
8. Terminasi
Tahapan ini merupakan tahapan penghentian pelayanan setelah eks
klien dipandang mampu dan mandiri. Sebagai lembaga pelayanan sosial
anak,Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak memiliki sasaran
pelayanan yang ditujukan kepada seluruh anak jalanan. Secara khusus
sasaran layanan lembaga tersebut adalah:
a. Sasaran:
1) Anak jalanan
2) Anak jalanan yang menjadi pengemis dan pemulung
3) Anak jalanan yang dieksploitasi secara ekonomi
4) Orang tua/ keluarga anak
b. Persyaratan:
1) Laki laki dan perempuan yang berusia di bawah 18 tahun
2) Rujukan dari rumah singgah, LSM, Kepolisian, Pekerja Sosial
Masyarakat, keluarga yang berdasarkan assessment awal dapat atau
layak diterima sebagai klien panti
3) Menyatakan kesanggupan mengikuti semua program yang
diselenggarakan oleh panti
4) Anak tidak lagi melakukan aktifitas di jalanan
c. Asal rujukan klien:
1) Rumah Singgah yang berada sekitar Jabodetabek
2) Lembaga Sosial Masyarakat
3) POLRI
4) Keluarga dan masyarakat miskin
46
Adapun dalam hal pendanaan, operasional lembaga, pendanaan
bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/ APBN.5
F. Struktur dan Organisasi Lembaga
a. Struktur Organisasi SDC Bambu Apus Jakarta
b. Tugas Pokok dan Fungsi
1) Kepala Panti
Bertugas melaksanakan tugas manajerial dan teknis operasional
pelayanan dan rehabilitasi sosial sesuai dengan Peraturan Perundang
undang undangan yang berlaku
2) Kepala Sub Bagian Tata Usaha
5 Wawancara pribadi dengan Dra. Kokom Komalawati M,Si, Bambu Apus 28 April 2014
KETUA LEMBAGA
TATA USAHA
PROGRAM DAN
ADVOKASI SOSIAL
PELAYANAN DAN REHABILITASI SOSIAL
FUNGSIONAL
PENDAMPING
47
Dalam tugasnya melakukan urusan surat menyurat, kepegawaian,
keuangan, perlengkapan, dan rumah tangga serta kehumasan
3) Kepala Seksi Program dan Advokasi Sosial
Tugasnya melakukan penyusunan rencana dan program,
pemberian informasi dan advokasi, pengkajian dan penyiapan standar
pelayanan serta melakukan pemantauan, evaluasi dan penyusunan
laporan pelayanan dan rehabilitasi sosial
4) Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial
Melakukan registrasi, observasi, identifikasi, pemeliharaan
jasmani dan penetapan diagnose, perawatan, bimbingan pengetahuan
dasar pendidikan, mental, sosial, phisik, keterampilan, resosialisasi,
penyaluran.6
c. Fungsi dan Peran Pekerja Sosial
1) Pendamping (Fasilisator)
Pekerja sosial membantu klien untuk mempermudah akses
pelayanan dengan memberikan kesempatan dan fasilitas yang dibutuhkan
oleh klien untuk mengatasi permasalahannya, dan mengembangkan
potensi yang dimilikinya.
2) Pelayanan Mediasi
Sebagai mediator pekerja sosial berupaya membantu
memfasilitasi piha pihak yang mengalami hambatan komunikasi
6 Brosur Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak atau Social Development Centre
for Children
48
sehingga satu sama lain saling dukung dalam upaya pencapaian tujuan
yang diingankan.
3) Pelayanan Advokasi
Layanan advokasi sosial perlu diberikan kepada klien yang
mengalami konflik dengan pihak pihak baik individu atau institusi.
Selain itu berupaya memberikan perlindungan dan pembelaan terhadap
hak hak klien
4) Pelayanan Konseling
Berupaya membantu klien untuk memahami dan menyadari
permasalahan yang dihadapi, memahami potensi dan kekuatan yang
dimiliki,serta membimbing untuk membuka alternative pemecahan
masalah.
5) Peran sebagai Motivator
Membantu klien memberikan dorongan dan semangat dalam
melaksanakan kegiatan dan upaya pemecahan masalah.7
7 Wawancara pribadi dengan Vivi Marlina, AKS, Bambu Apus, 30 April 2014
49
BAB IV
TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISA
Berdasarkan hasil temuan penulis, dapat diperoleh suatu informasi
mengenai efektifitas kegiatan parenting skill dalam pemberdayaan keluarga anak
jalanan di Pusat pengembangan Pelayanan Sosial Anak atau Social Development
Centre for Children (SDC). Pada bab ini, hasil temuan penulis dijelaskan melalui
teori Cambel J.P yang mengemukakan bahwa pengukuran efektifitas dibagi
menjadi 4 tahapan, diataranya: keberhasilan kegiatan/program, ketepatan sasaran,
kepuasan terhadap kegiatan/program, dan pencapaian tujuan menyeluruh.
A. Keberhasilan kegiatan Parenting Skill di Pusat Pengembangan Pelayanan
Sosial Anak atau Social Development Centre for Street Children (SDC)
Bentuk-bentuk keberhasilan kegiatan parenting skill dalam
pemberdayaan keluarga anak jalanan di SDC terdapat 5 tahapan yang telah
dilaksanakan SDC, yaitu:
1. Memberikan pemahaman edukasi kepada orang tua mengenai anak
Pemahaman yang diberikan SDC kepada orang tua anak jalanan
berupa pemberian edukasi mengenai hak-hak anak yang harus
diketahui seperti: hak hidup, hak tumbuh kembang, hak untuk
berpartisipasi, hak mendapatkan perlindungan, hak untuk memiliki
identitas berupa nama sebagai pengenal dan status kewarganegaraan,
hak beribadah, hak mengetahui orang tuanya, hak untuk mengenyam
pendidikan, dan hak memperoleh pelayanan kesehatan, spiritual,
sosial. Dalam hal ini, pemberian edukasi tersebut diberikan melalui
50
adanya media Ms. Power Point, dan diskusi yang melibatkan
partisipasi para orang tua dengan staf rehabilitasi sosial dari SDC
selaku narasumber kegiatan parenting skill. Seperti yang diungkapkan
oleh ibu Vivi Marlina, AKS selaku koordinator rehabilitasi sosial:
“kami memberikan materi melalui media power point
agar lebih menarik untuk diperhatikan, kami juga
mengemas design slide scara unik agar orang tua tertarik
dan terpancing untuk berdiskusi bersama narasumber”1
Pernyataan tersebut juga didukung oleh pemaparan dari bapak
Nurchamdi, A.md selaku staf perencanaan dan pelaporan:
“kalau kami hanya memberikan edukasi dengan ceramah
atau tanya jawab kurang efektif karena orang tua
cenderung diam saja ketika kami ajak berdiskusi, dengan
adanya power point orang tua lebih memperhatikan dan
itu salah satu strategi kita”2
Dari pemaparan kedua narasumber diatas, dapat terlihat bahwa
pemberian edukasi mengenai anak dilakukan melalui media Ms.
Power Point dan diskusi partisipatif. Materi yang disampaikan berupa
materi yang ringan dan mudah dipahami oleh orang tua karena mereka
yang mengikuti kegiatan parenting skill masih ada yang tidak bisa
membaca sehingga untuk berbicara dengan orang tua harus
menggunakan bahasa yang disesuaikan dengan bahasa keseharian
mereka. Berikut gambaran suasana saat penyampaian materi
berlangsung:
1 Wawancara pribadi dengan Vivi Marlina,AKS, Bambu Apus 1 September 2014
2 Wawancara pribadi dengan Nurchamdi, A.md, Bambu Apus 1 September 2014
51
Gambar 1
Suasana penyampaian materi oleh SDC
Pada pertemuan tersebut, antusias dari para orang tua sangat
terlihat terutama saat narasumber sedang memaparkan materinya,
mereka saling memberikan pendapatnya secara bersautan. Hal ini
tentu menggambarkan bahwa adanya diskusi tersebut telah
memberikan timbal balik yang positif sehingga para orang tua
memahami materi yang telah disampaikan. Seperti yang dikemukakan
oleh ibu FA:
“saya lebih suka yang begini mba pake komputer terus
ada gambar-gambar jadi seru aja mba, engga kaya orang
lagi belajar pake papan tulis kan bosen kita juga malahan
jadi lebih sayang anak”3
Pemaparan tersebut nyatanya juga didukung oleh pemaparan
sang anak yaitu AR:
“emak kalo abis ngikut acara kumpul-kumpul begitu
pulang-pulang kerumah jadi lebih baik sama saya,
biasanya mah kan ngomel aja ini mah jadi jarang”4
3 Wawancara pribadi dengan FA, Serang 11 September 2014
4 Wawancara pribadi dengan AR, Serang 11 September 2014
52
Sependapat dengan AR, WD juga mengemukakan
pendapatnya:
“jadi baik engga suka nyuruh-nyuruh saya, kadang malah
saya suka diajak ngobrol ditanya maunya saya apaan”5
Berdasarkan wawancara dari kedua narasumber diatas dapat
terlihat bahwa adanya penyampaian materi disertai diskusi yang
diberikan oleh SDC mebuat para orang tua menjadi lebih mengahargai
sang anak sehingga dapat dkatakan bahwa pemberian pemahaman
edukasi tersebut berhasil dilaksanakan.
2. Memberikan pemahaman tentang kewajiban orang tua terhadap anak
SDC memberikan pemahaman tentang kewajiban orang tua
terhadap anak dengan melakukan diskusi yang disampaikan oleh
narasumber melalui media Ms. Power Point. Dalam diskusi tersebut
dijelaskan bahwa ada 4 pilar utama kewajiban orang tua yakni:
mengajarkan tentang keimanan kepada Tuhan, mengajarkan akhlak
yang baik kepada anak, merawat sisi jasmani anak, serta membantu
mengembangkan intelektual anak. Hal tersebut diungkapkan oleh Vivi
Marlina, AKS selaku koordinator rehabilitasi sosial:
“iman, akhlak, jasmani, serta intelektual merupakan hal
yang terpenting dalam mendidik anak karena semua itu
berkesinambungan dan akan menimbulkan efek positif
apabila ditanamkan sejak dini”6
Hal tersebut diperkuat oleh pemaparan dari salah satu orang tua
anak jalanan yang mengikuti kegiatan parenting skill yaitu Ibu HO:
5 Wawancara pribadi dengan WD, Serang 11 September 2014
6 Wawancara pribadi dengan Vivi Marlina, AKS, Bambu Apus 1 September 2014
53
“pas dikasih tau kewajiban orang tua ya kita mah paham
mbak kan emang harus begitu tapi ya gimana kalo buat
praktekin emang pelan-pelan mba yang penting kita mah
mesti lebih perhatian sama anak dulu”7
Pemaparan tersebut diperkuat oleh sang anak yaitu NN:
“enaknya sih bapak tuh jadinya ga suka ngedumel melulu,
tiap abis ikutan acara ini suka nyatetin abis itu dirumah
suka ngebaca baca catetanya terus-terusan”8
Berdasarkan hasil wawancara kedua narasumber diatas, dapat
disimpulkan bahwa pemberian pemahaman mengenai kewajiban
orang tua kepada anak dapat dipahami oleh orang tua dan berjalan
dengan baik.
3. Memberikan gambaran masa kehamilan hingga persalinan ibu dalam
bentuk video
SDC memberikan gambaran masa kehamilan hingga persalinan
ibu kepada para orang tua dalam bentuk video bertujuan untuk
membuat para orang tua mengingat betapa besarnya cinta kasih yang
diberikan kepada anak terutama ketika masih berada di dalam
kandungan. Pemberian video ini secara tidak langsung akan membuat
orang tua merasakan kembali rasa bahagia ketika sedang mengandung
anak mereka, seprti yang diungkapkan oleh bapak Ahmad Suhada
S.Sos selaku narasumber saat kegiatan parenting skill tersebut:
“kami memberi video agar orang tua khususnya para ibu
mengingat kembali bagaimana perjuangan mereka dahulu
ketika mengandung hingga melahirkan dan itu bisa
membuat orang tua kembali merasa seperti mereka
mengalaminya dahulu”9
7 Wawancara pribadi dengan HO, Serang 11 September 2014
8 Wawancara pribadi dengan NN, Serang 11 September 2014
9 Wawancara pribadi dengan Ahmad Suhada S.Sos, Bambu Apus 29 Agustus 2014
54
Hal serupa juga disampaikan oleh ibu Vivi Marlina, aks:
“video tersebut ditujukan agar orang tua lebih sadar
bahwa anak adalah karunia dari Tuhan yang seharusnya
dirawat seperti dulu mereka merawatnya ketika masih
dalam kandungan”10
Pemberian video mengenai masa kehamilan hingga persalinan
ini dapat dikatakan cukup membuat para orang tua merasa tersentuh
hatinya dan tidak sedikit pula orang tua yang menitikkan air mata saat
video tersebut diputar. Hal tersebut dapat terlihat dari suasana yang
terdapat pada gambar di bawah ini:
Gambar 2
Suasana saat pemutaran video kehamilan
Seperti yang diungkapkan oleh ibu SO:
“jujur saya mah malahan jadi sedih mbak ngeliat video
tadi jadi langsung inget anak saya makanya saya jadi
nangis pas diliatin videonya”11
Pemaparan tersebut juga didukung oleh ibu MA:
“saya engga bisa ngebayangin kalo ada orang tua yang
tega ngebuang anaknya ya mbak, mendingan hidup susah
kaya kita tapi masih usaha ngurus anak”12
10
Wawancara pribadi dengan Vivi Marlina, AKS, Bambu Apus, 1 September 2014 11
Wawancara pribadi dengan SO, Serang 11 September 2014 12
Wawancara pribadi dengan MA, Serang 11 September 2014
55
Sang anak yakni YI juga menyampaikan hal yang serupa:
“Ibu suka cerita kalo malemnya tadi abis liat video
tentang anak di dalem perut terus nyeramahin saya juga
soalnya saya kan perempuan ya jadi kata Ibu nanti pasti
suatu saat ngalamin jadi Ibu jadi mesti kuat dari sekarang
kata Ibu”13
Hal yang sama juga disampaikan oleh salah satu anak dari
orang tua yang mengikuti kegiatan parenting skill yaitu
DH:
“sering cerita-cerita emak kalo abis ikut acara disana,
katanya saya ga boleh bandel soalnya dulu emak hamil
saya mah disayang-sayang”14
Berdasarkan pemaparan orang tua diatas menunjukkan bahwa
pemutaran video yang diberikan oleh SDC tersebut telah membuat
para orang tua sadar bahwa yang dibutuhkan anak adalah kasih sayang
orang tua, belajar dan bermain, serta perhatian penuh dari orang
tuanya bukan turut bekerja untuk membantu memenuhi kebutuhan
hidup keluarga.
4. Menjelaskan pola pengasuhan anak yang baik melalui adanya diskusi
Pada tahapan ini, SDC memberikan pemahaman mengenai pola
pengasuhan yang baik terhadap anak yang membutuhkan perhatian
khusus. Pemberian pemahaman tersebut berupa dibagikanya angket
untuk mengisi permasalahan yang ada dan harapan yang diinginkan
oleh orang tua kepada anak. Hal ini bertujuan agar para orang tua
dapat menyadari permasalahan yang ada pada dirinya sendiri serta
dapat mengungkapkan harapan yang ingin dicapai. Disamping
memberikan angket, SDC juga memberikan materi mengenai pola
13
Wawancara Pribadi dengan YI, Serang 11 September 2014 14
Wawancara Pribadi dengan HD, Serang 11 September 2014
56
pengasuhan anak yang baik seperti menjadi orang tua yang responsif,
mampu meningkatkan kepercayaan diri anak, mampu menepati janji,
menjadi guru sekaligus teman, memberikan bimbingan, bisa menjadi
tauladan, mampu menyeimbangkan disiplin, mampu mengajarkan
keterampilan, mampu mengajarkan waktu dan toleransi, serta lebih
banyak kasih sayang di dalam keluarga. Seperti yang diungkapkan
oleh ibu Vivi Marlina, AKS:
“pemberian angket sebagai salah satu media untuk
membantu orang tua yang tidak suka berbicara di depan
umum serta orang tua dapat tau masalah apa yang ada
dalam diri mereka dan dilanjutkan dengan diskusi untuk
menjelaskan yang tidak dipahami orang tua selama materi
berlangsung”15
Menurut wawancara dari koordinator rehabilitasi sosial diatas,
pemberian angket dan diskusi mengenai pola pengasuhan anak yang
baik telah membuat para orang tua menyadari permasalahan yang ada
pada dirinya serta mengetahui sikap yang harus diterapkan dalam
mengasuh anak. Hal tersebut diperkuat oleh pemaparan dari salah satu
orang tua saat penulis menanyakan manfaat yang didapat setelah
mengikuti diskusi tersebut:
“saya jadi ngerti pas diambil kesimpulanya terus saya
banyak nanya sama petugas-petugas ternyata anak saya
itu modelnya engga mau dikekang makanya malah
ngelawan kalo dibilangin”16
Dari pemaparan kedua narasumber diatas dapat disimpulkan
bahwa pemberian angket merupakan media yang cukup efektif untuk
sebagian orang tua yang mengikuti tahapan tersebut. Orang tua yang
15
Wawancara pribadi dengan Vivi Marlina, AKS, Bambu Apus 3 September 2014 16
Wawancara pribadi dengan KA, Serang 11 September 2014
57
tidak bisa membaca dan menulis memilih untuk dituliskan oleh
petugas, sedangkan dalam diskusi mengenai pola pengasuhan yang
baik dapat terlihat sangat dipenuhi dengan antusiasme orang tua.
5. Memberikan gambaran kisah anak jalanan melalui video dokumenter
SDC memberikan gambaran kisah nyata mengenai kehidupan
seorang anak jalanan yang menderita karena terpisah dari orang
tuanya.
Video dokumenter ini bertujuan untuk memberikan kesadaran
kepada orang tua agar mengetahui dampak buruk yang terjadi ketika
anak berada jauh dari perhatian orang tua sehingga mempengaruhi
psikologis tumbuh kembang anak. Seperti yang diungkapkan oleh ibu
Vivi Marlina, AKS:
“untuk mencairkan suasana setelah agak serius berdiskusi
kami kembali memberikan video namun video kali ini
menggambarkan kisah nyata yang dialami anak asuh kami
sehingga orang tua yang melihat bisa langsung merasakan
bagaimana menderitanya anak apabila terpisah dari orang
tua”17
Pemaparan diatas juga didukung oleh bapak Hardiyanto S.Sos
yang mengatakan bahwa:
“video ini akan membuat orang tua lebih sigap untuk
menjaga anaknya dan sadar akan bahaya yang akan
menimpa anak apabila dibiarkan bermain di jalanan tanpa
pengawasan orang tua”18
Berdasarkan wawancara kedua narasumber diatas dapat
disimpulkan bahwa video tersebut dapat memberikan pelajaran bagi
para orang tua untuk lebih menjaga anaknya dengan memberikan
17
Wawancara pribadi dengan Vivi Marlina, AKS, Bambu Apus 3 September 2014 18
Wawancara pribadi dengan Hardiyanto S.sos, Bambu Apus 5 September 2014
58
perhatian dan kasih sayang serta tidak menjadikan anak sebagai
korban kelemahan ekonomi keluarga.
Para orang tua yang menyaksikan video tersebut nyatanya
banyak yang merasakan tergetar dan tergerak hatinya untuk
menyayangi dan melindungi sang anak agar tidak mengalami nasib
yang serupa dengan anak seperti yang telah digambarkan pada video
tersebut. Hal ini dapat terlihat dari ungkapan salah satu orang tua yang
mengatakan bahwa:
“langsung inget anak saya ya soalnya dia suka main seharian
jadi ngeri kalo sampe kejadian kaya di video yang tadi”19
Hal serupa juga disampaikan oleh bapak KA:
“anak saya suka banget yang namanya keluar rumah
engga pake izin padahal saya suruh bantuin ibunya aja
dirumah tapi bandel pas abis liat video kaya gini jadi
makin mikir kalo ada apa apa di jalan kan kita juga yang
repot”20
Berdasarkan pemaparan dari orang tua diatas, dapat terlihat bahwa video
tersebut sangat berpengaruh untuk dapat membuka pikiran orang tua untuk
tidak melibatkan anak-anak mereka dalam permasalahan keluarga.
B. Ketepatan sasaran parenting skill di Pusat Pengembangan Pelayanan
Sosial Anak atau Social Development Centre for Children (SDC)
Dalam pemberian kegiatan parenting skill, SDC selektif memilih
keluarga yang akan menerima bantuan agar tidak salah sasaran. Adapun
langkah-langkah yang dilakukan oleh SDC dalam menyeleksi penerima
manfaat ialah sebagai berikut:
19
Wawancara pribadi dengan MA, Serang 11 September 2014 20
Wawancara pribadi dengan KA, Serang 11 September 2014
59
1. Pengisian formulir
Calon penerima manfaat diwajibkan untuk mengisi formulir
asesmen awal dengan cara mengisi identitas keluarga sebagai arsip
lembaga SDC. Formulir tersebut dapat dilihat seperti gambar di bawah
ini:
Gambar 3
Formulir Asesmen Awal
2. Asesmen
Pada tahap ini, petugas asesmen dari SDC mewawancarai
calon penerima manfaat baik anak jalanan maupun orang tuanya
secara tidak langsung guna mengkroscek keabsahan data formulir
yang telah diisi oleh orang tua pada tahap pengisian formulir asesmen
awal sebelumnya. Dalam panduan asesmen ini terdapat beberapa
pertanyaan yang berisi mengenai riwayat anak di jalanan, riwayat
pendidikan anak, kondisi kesehatan anak jalanan, serta kondisi
keluarga yang mencakup kesehatan, linhkungan dan perekonomian
keluarga.
60
Gambar 4
Kegiatan Asesmen
3. Seleksi berkas
Dalam hal ini pihak SDC memeriksa persamaan antara
formulir pertama (asesmen awal) yang diisi langsung oleh orang tua
anak jalanan dengan formulir kedua (asesmen) yang diisi oleh petugas
asesmen untuk melihat adanya perbedaan atau tidak dalam kedua
formulir tersebut.
4. Home visit
Dalam melakukan penyeleksian calon penerima manfaat, SDC
bekerjasama dengan Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA)
Wanita Bahagia untuk membantu melakukan kegiatan home visit. Saat
home visit dilakukan, calon penerima manfaat tidak mengetahui akan
adanya kunjungan dari pihak SDC untuk meninjau kembali keabsahan
data yang terdapat di formulir.
61
Gambar 5
Kegiatan home visit
5. Penandatanganan Kontrak Pelayanan
Tahap terakhir dalam penyeleksian calon penerima manfaat
ditandai oleh penandatanganan kontrak pelayanan yang dilakukan
oleh 4 pihak yaitu calon klien (anak jalanan), calon penerima manfaat
(orang tua), lembaga yang bersangkutan (SDC), serta rumah singgah
yang membantu proses penyeleksian calon penerima manfaat (LKSA
Wanita bahagia).
Gambar 6
Penandatanganan Kontrak Pelayanan
SDC memiliki beberapa kriteria terhadap keluarga yang akan
menerima bantuan. Seperti yang dipaparkan oleh bapak Suhada
S.Sos:
62
“penerima manfaat pastinya harus keluarga anak jalanan
yang tidak mampu, karena banyak juga anak jalanan yang
asalnya dari golongan ekonomi cukup namun melarikan
diri dari rumah dengan berbagai alasan dan memilih
tinggal dan hidup sebagai anak jalanan”.21
Menurut Bapak Suhada S.Sos kriteria orang tua sebagai
penerima manfaat dapat ditentukan dari mereka yang memiliki
ekonomi menengah ke bawah yang diukur melalui penghasilan orang
tua. Dalam hal ini, SDC sangat selektif dalam menyeleksi anak
jalanan karena pada kenyataanya banyak anak jalanan yang berasal
dari keluarga yang memiliki ekonomi cukup namun mereka memilih
hidup sebagai anak jalanan. Hal ini disebabkan oleh sikap orang tua
yang cenderung berprilaku kasar terhadap sang anak sehingga
membuat anak kurang merasa nyaman saat berada di rumah dan
memilih hidup di jalanan. Hal tersebut nyatanya dibenarkan oleh ibu
Vivi Marlina, AKS:
“ada sebagian dari anak jalanan yang rentan, dalam arti
mereka berasal dari keluarga yang tergolong cukup
namun karena sering berkumpul dan mengamen di jalanan
bersama membuat mereka menjadi ikut-ikutan hidup di
jalanan”22
Berdasarkan pemaparan diatas dapat terlihat bahwa masih
banyaknya anak jalanan yang yang berasal dari keluarga ekonomi
cukup namun sering berkumpul dengan anak-anak jalanan lainya
sehingga membuat mereka merasa nyaman hidup di jalanan tanpa ada
pengawasan dari orang tua sehingga hal ini membuat SDC harus lebih
21
Wawancara Pribadi dengan Ahmad Suhada S.Sos, Bambu Apus 29 Agustus 2014 22
Wawancara pribadi dengan Vivi marlina, AKS, Bambu Apus 3 September 2014
63
selektif dalam menentukan calon penerima manfaat agar sesuai
dengan persyaratan yang telah ditetapkan.
Setelah mendapatkan informasi dari kedua narasumber diatas,
penulis mengkroscek kembali kepada keluarga penerima manfaat
mengenai pemenuhan persyaratan yang ditetapkan oleh SDC. Adapun
salah satu kutipan wawancara orang tua mengatakan bahwa:
“Lembaga ini pernah nyamperin saya ke rumah, nanya-
nanya tentang gaji, anak, sama kerjaan. Saya ditawarin
biar anak saya ikut program lembaga terus saya juga
katanya nanti bakalan dapet manfaat kalo anak saya mau
ikut program lembaga”23
Pernyataan diatas memberikan keterangan bahwa SDC telah
melakukan penyeleksian penerima manfaat berdasarkan kriteria yang
telah ditetapkan. Hal tersebut terlihat dari adanya pihak SDC yang
melaksanakan home visit ke rumah salah satu calon penerima manfaat
yang tidak mampu. Seperti yang dijelaskan pada bab 2 (dua)
mengenai efektifitas bahwa suatu kegiatan dapat dikatakan efektif
apabila tujuan dan sasaran yang dituju tepat.
C. Kepuasan sasaran parenting skill di Pusat Pengembangan Pelayanan
Sosial Anak atau Social Development Centre for Children (SDC)
Kepuasan pelayanan parenting skill yang dirasakan oleh orang tua
merupakan salah satu hal yang penting untuk menentukan keberhasilan
kegiatan tersebut. Hal ini dapat diukur melalui perasaan orang tua yang dilihat
dari pelayanan yang diberikan oleh SDC dalam melakukan kegiatan parenting
23
Wawancara pribadi dengan FA, Serang 11 September 2014
64
skill. Dari beberapa orang tua yang penulis wawancarai, mereka
mengungkapkan perasaan mereka terhadap kegiatan parenting skill,
sebagaimana yang telah diungkapkan oleh ibu FA:
“saya seneng malahan kalo bisa jangan setahun sekali,
setahun lima kali juga saya ikut. Udah orang-orangnya
enak, terus bisa kumpul juga sama ibu-ibu yang lain bisa
curhat-curhatan gitu hehehe (sambil tertawa)”.24
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Bapak KA yang mengikuti
kegiatan parenting skill di SDC:
“Banyak yang bisa didapet dari acara ini, bukan cuma
ngedengerin ceramah doang tapi bisa saling curhat juga
kita sama orang lembaganya.”.25
Sependapat dengan kedua penerima manfaat sebelumnya, Ibu HO juga
mengatakan hal yang tidak jauh berbeda mengenai perasaanya setelah
mengikuti kegiatan parenting skill:
“acara kaya begini bagus banget buat ibu-ibu kaya kita
gini soalnya bikin nambah pinter mba maklum aja kita
kan engga sekolah. Biar kita makin sayang juga sama
anak, abis kadang geregetan kalo bandel rasanya pengen
dimarahin aja tapi pas ikut acara begini jadi mikir-mikir
mau marahin anak.”26
Ibu MA juga berpendapat tentang kegiatan parenting skill ini dengan
semangat:
“seru ikutan acara kaya gini mbak, kaya belajar gitu jadi
inget waktu masih sekolah kan saya mah sekolah sampe
SD doang jadi pas belajar lagi ngeliat layar canggih gitu
seneng deh bawaanya, ada cara buat ngurus anak juga biar
anak saya ga bandel lagi, saya juga jadi kepikiran kalo
anak saya lagi dijalanan, pokoknya seru banget deh
mbak”.27
24
Wawancara Pribadi dengan FA, Serang 11 September 2014 25
Wawancara Pribadi dengan KA, Serang 11 September 2014 26
Wawancara pribadi dengan HO, Serang 11 September 2014 27
Wawancara pribadi dengan MA, Serang 11 September 2014
65
Dari beberapa wawancara narasumber diatas dapat disimpulkan bahwa
orang tua yang mengikuti kegiatan parenting skill yang diadakan oleh SDC
merasa puas atas pelayanan yang diberikan karena dalam hal ini mereka dapat
saling sharing baik dengan peserta maupun dengan pihak SDC. Di samping
itu, materi yang diberikan oleh SDC dalam kegiatan parenting skill telah
membantu para orang tua mendapatkan ilmu dalam hal mendidik anak. Akan
tetapi, meskipun sebagian besar para orang tua merasa puas terhadap kegiatan
parenting skill tersebut, masih ada orang tua yang merasakan sedikit
kekecewaan terhadap kegiatan tersebut. Salah satunya seperti yang
diungkapkan oleh ibu SO:
“ya.. saya mah seneng-seneng aja sih mbak, paling
kadang bosen nunggu orang orangnya dateng doang
maklum deh suka banget pada ngaret orang sini
mah,jadinya saya engga bisa ikut gara-gara mesti kerja”.28
Menurut pemaparan salah satu orang tua diatas ketidakpuasan kegiatan
parenting skill ini didapat dari ketidaktepatan waktu yang menyebabkan ibu
SO tidak dapat mengikuti kegiatan tersebut.
Tabel 2. Kepuasan Penerima Manfaat
No. Nama Puas Tidak
Puas
Alasan
1 FA Merasa puas karena senang bisa
berkumpul dengan orang tua anak
jalanan lainya dan bisa bertukar
pikiran
28
Wawancara Pribadi dengan SO, Serang 11 September 2014
66
2 KA Merasa banyak manfaat dari adanya
kegiatan parenting skill yang
diadakan oleh SDC, dan bisa
berkonsultasi kepada pihak lembaga
tentang keadaan anaknya.
3 HO Mendapatkan ilmu tambahan,
terlebih karena dulu hanya tamatan
Sekolah Dasar (SD) sehingga kurang
mengerti pola asuh anak yang baik
dan mengikuti perkembangan anak.
4 MA Merasa membuat banyak perubahan
terutama terhadap perasaan khawatir
kepada anak apabila anak turun ke
jalanan dan lebih mengerti
resikonya.
5 SO Ketidaktepatan waktu dalam
melaksanakan kegiatan membuat ibu
TI tidak dapat mengikuti kegiatan
parenting skill.
Berdasarkan tabel kepuasan penerima manfaat diatas, terdapat satu
orang tua yang tidak puas dikarenakan ketidaktepatan waktu dalam berjalanya
kegiatan parenting skill dan empat orang tua lainya menyatakan puas atas
pelayanan yang diberikan oleh SDC.
67
D. Pencapaian tujuan menyeluruh kegiatan parenting skill di Pusat
Pengembangan pelayanan Sosial Anak atau Social Development Centre
for Children (SDC)
Merujuk kepada teori yang dikemukakan Cambel J.P tentang
efektifitas, disebutkan bahwa untuk mencapai tujuan menyeluruh dalam suatu
kegiatan harus melewati tiga tahapan yakni keberhasilan kegiatan/program,
ketepatan sasaran kegiatan/program, dan kepuasan sasaran kegiatan/program.
Dilihat dari keberhasilan kegiatan, semua tahapan yang dilaksanakan dalam
kegiatan parenting skill dapat berjalan dengan lancar dan dipahami oleh orang
tua serta mendapatkan antusias yang cukup menarik perhatian. Bila dalam
ketepatan sasaran, SDC melakukan penyeleksian yang selektif dalam memilih
calon penerima manfaat sehingga sasaran yang dituju tepat dengan kriteria
yang telah ditentukan. Sedangkan bila dilihat dari kepuasan sasaran kegiatan,
mayoritas orang tua yang mengikuti kegiatan parenting skill di SDC
menyatakan kepuasanya seperti yang telah dikutip dalam wawancara pada h.
57. Tujuan menyeluruh kegiatan parenting skill dapat terwujud apabila ketiga
tahapan tersebut terlaksana. Seperti yang telah dipaparkan oleh bapak
Nurchamdi A.md:
“keberhasilan kegiatan bisa dilihat dari kemandirian orang
tua yang mulai berusaha tidak melibatkan anak dalam
memenuhi kebutuhan nafkah keluarga”.29
Menambahkan apa yang telah disampaikan oleh bapak Nurchamdi
A.md, bapak Hardiyanto S.Sos menyatakan bahwa:
“ketepatan sasaran kegiatan terlihat dari berhasilnya SDC
dalam menyeleksi keluarga anak jalanan yang dilihat dari
29
Wawancara pribadi dengan Nurchamdi,A.md, Bambu Apus 4 September 2014
68
ekonominya dengan cara home visit sedangkan kepuasan
sasaran kegiatan terlihat dari antusias para orang tua
melakukan sharing dengan pihak SDC mengenai cara
mendidik anak dan permasalahan yang sedang dialami”30
Berdasarkan pemaparan kedua narasumber diatas, dapat terlihat bahwa
pencapaian tujuan kegiatan parenting skill ini telah terlaksana dengan baik.
Hal tersebut dapat dilhat dari segi keberhasilan para orang tua menjadi lebih
mandiri dalam memenuhi kebutuhan hidup keuarga tanpa harus melibatkan
anak. Disamping itu, dalam ketepatan sasaran SDC berhasil menyeleksi
keluarga yang memiliki perekonomian menengah kebawah, serta dalam hal
kepuasan para orang tua merasakan adanya manfaat positif yang didapat
setelah mengikuti kegiatan parenting skill.
Untuk dapat melihat gambaran pencapaian tujuan yang dirasakan orang
tua dari kegiatan parenting skill dapat terlihat dari tabel di bawah ini:
Tabel 3. Indikator Pencapaian Tujuan
No. Nama Indikator Pencapaian Tujuan
Sebelum Sesudah
1 FA Membiarkan anaknya keluar
rumah tanpa tahu ananknya
pergi kemana pada siang
hingga malam hari.
Khawatir jika anaknya
keluar rumah tanpa izin, dan
lebih sering berbincang
dengan anaknya tentang
keseharian yang dilakukan
anaknya.
2 KA Beliau bekerja sebagai Lebih tau apa kemauan anak
30
Wawancara pribadi dengan Hardiyanto, S.Sos, Bambu Apus 5 September 2014
69
pemulung sementara anaknya
diperintahkan untuk
membantu istrinya di rumah
seringkali kabur untuk pergi
mengamen.
dan mengerti sifat anak yang
tidak suka dikekang.
3 HO Jika anaknya melakukan
kesalahan dan melawan
perintah beliau, seringkali
memukul anaknya. Terutama
bila dikejar petugas bila ada
razia justru menyalahkan
anaknya.
Lebih mengerti pola asuh
yang baik dalam menrawat
dan mendidik anak, dan
dapat mengontrol emosi
lebih baik dari sebelumnya.
4 MA Cenderung tidak peduli
dengan anaknya yang sering
kelar rumah dari pagi hingga
malam hari.
Menanyakan setiap anaknya
ingin keluar rumah tujuan
yang ingin dituju dan
disarankan untuk pergi ke
rumah singgah daripada
bermain.
5 SO Merasa sudah benar dalam
mengasuh anak karena
mampu dalam memberikan
kebutuhan pangan namun
sering menyuruh anaknya
untuk mengamen.
Paham bahwa yang
ditanamkan pada anaknya itu
salah dan mencoba untuk
merubah pola didik terhadap
anaknya.
70
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya telah didapatkan
kesimpulan dari skripsi yang berjudul “Efektifitas Kegiatan Parenting Skill
dalam Pemberdayaan Keluarga Anak Jalanan di Pusat Pengembangan
Pelayanan Sosial Anak atau Social Development Centre for Children.” Dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut.
Bahwa kegiatan parenting skill yang dilakukan oleh Pusat
Pengembangan Pelayanan Sosial Anak atau Social Development Centre for
Children adalah salah satu kegiatan dalam program pemberdayaan keluarga
anak jalanan yang bertujuan untuk memberikan edukasi kepada orang tua
tentang pengasuhan anak yang baik dan benar terutama dalam menangani
masalah yang dihadapi pada diri sendiri dan anak. Kegiatan parenting skill
dilakukan setiap satu tahun sekali di setiap keluarga. Tahun 2014 kegiatan
parenting skill diadakan di rumah singgah LKSA Wanita Bahagia Serang
pada Kamis, 11 September 2014 yang diisi oleh penyuluh dari Pusat
Pengembangan Pelayanan Sosial Anak atau Social Development Centre for
Children yaitu Bapak Ahmad Suhada S.Sos dan Bapak Hardiyanto S.Sos.
Kegiatan parenting skill yang dilakukan oleh Pusat Pengembangan
Pelayanan Sosial Anak atau Social Development Centre for Children ini
dapat dikatakan dan dinilai efektif adalah sebagai berikut:
1. Keberhasilan kegiatan parenting skill yang dilakukan oleh Pusat
Pengembangan Pelayanan Sosial Anak atau Social Development
71
Centre for Children dengan menjalankan lima tahapan kegiatan
diantaranya memberikan pemahaman tentang anak, memberikan
pemahaman tentang kewajiban orang tua, memberikan video tentang
anak dari dalam kandungan hingga lahir ke dunia, berdiskusi
mengenai cara mengasuh anak yang baik, serta memberikan video
documenter tentang anak yang hidup di jalanan. Semua tahapan
tersebut dapat dilaksanakan secara terstruktur dan dapat berjalan
dengan baik.
2. Ketepatan sasaran parenting skill di Pusat Pengembangan pelayanan
Sosial Anak atau Social Development Centre for Children sesuai
dengan sasaran yang dituju yaitu keluarga anak jalanan yang
tergolong tidak mampu dalam perekonomianya.
3. Kepuasan sasaran kegiatan parenting skill di Pusat Pengembangan
pelayanan Sosial Anak atau Social Development Centre for Children
dilihat dari tabel kepuasan penerima manfaat menyatakan puas dengan
pelayanan kegiatan parenting skill.
4. Pencapaian tujuan menyeluruh kegiatan parenting skill di Pusat
Pengembangan pelayanan Sosial Anak atau Social Development
Centre for Children dilihat dari tabel indicator pencapaian tujuan
terlihat perbedaan yang signifikan apabila dilihat dari sebelum dan
sesudah kegiatan parenting skill dilakukan.
B. Saran
Dari hasil pengematan penulis mengenai “Efektifitas Kegiatan
Parenting Skill dalam Pemberdayaan Keluarga Anak Jalanan di Pusat
72
Pengembangan pelayanan Sosial Anak atau Social Development Centre for
Children.” Dan berdasarkan uraian dan temuan data yang penulis dapat,
penulis memberikan saran sebagai berikut:
1. Saran diajukan kepada Pusat Pengembangan pelayanan Sosial Anak
atau Social Development Centre for Children. Melihat manfaat dan
tingkat keberhasilan yang efektif dalam pengasuhan dan perubahan
perilaku terhadap anak, alangkah baiknya bila kegiatan parenting skill
dilakukan lebih dari satu tahun sekali.
2. Untuk penyuluh kegiatan parenting skill di Pusat Pengembangan
pelayanan Sosial Anak atau Social Development Centre for Children
agar lebih meningkatkan pengetahuan terutama seputar masalah anak
dan orang tua yang terjadi pada jaman sekarang ini, karena bisa
dirasakan di masyarakat lingkungan dan media elektronik bisa
dikatakan lebih mampu mempengaruhi daripada orang tuanya sendiri.
Dengan ini diharapkan penyuluh bisa memberikan informasi
selengkap-lengkapnya kepada setiap peserta kegiatan parenting skill.
3. Penulis menyadari banyaknya kelemahan dalam penelitian ini yang
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu terbatasnya waktu wawancara
yang dilakukan penulis kepada penerima manfaat, jarak tempat
penelitian yang jauh sehingga memakan waktu yang tidak sebentar,
ketidaksiapan penerima manfaat untuk diwawancarai dengan alasan
rasa malu. Untuk penelitian selanjutnya maka dibutuhkan kemauan
dan kesungguhan yang keras sehingga bisa menyempurnakan tulisan
ini.
73
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Adi, Isbandi rukminto, Intervensi Komunitas Pembangunan Masyarakat Sebagai
Upaya Pemberdayaan Masyarakat, Jakarta:Rajawali Pers, 2008.
Ahmadi Abu dan Uhbiyati Nur, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta:Rieneka Cipta,
2007.
Badan Kesejahteraan Sosial Nasional (BKSN), Modul Pelatihan Pekerja Sosial
Rumah Singgah, Jakarta: BKSN, 2000.
Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak., Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2010.
Baumrind, D, Child-care practices anteceding three patterns of preschool
behavior, Genetic Psychology Monographs, 1967.
Baumrind, D, Current patterns of parental authority, Developmental Psychology
Monographs,1971
Baylon, S.G, Magalaya, A. Keluarga. Dalam: Efendi,Ferry. Keperawatan
kesehatan komunitas teori dan praktik dalam keperawatan.
Jakarta:Salemba Medika 1978.
Berns, R.M, Child, Family, School, Community: Socialization And Support. USA
(US): Rinehart and Winston, 1997.
Cambel, J.P, Riset Dalam Efektivitas Organisasi, terjemahan Sahat Simamora
Jakarta:Erlangga, 1978.
Denis Mc. Quail, Teori Komunikasi Suatu Pengantar, Jakarta: Erlangga Pratama,
1992.
Departemen Sosial Propinsi DIY. 2010. Populasi Anak Jalanan di DI Yogyakarta.
Yogyakarta
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1996.
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Bandung: PT
Refika Aditama, 2005.
Edi Suharto,ed, Isu-Isu Tematik Pembangunan Sosial Konsepsi dan Strategi,
Jakarta:Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial Departemen Sosial RI,
2004.
74
Hamidi, metode Penelitian Kualitatif: Pendekatan Praktis penulisan Proposal
dan Laporan Penelitian, Malang: UMM Press, 2004.
Handayaningrat, Soewarno, Pengantar Ilmu Pengetahuan dan Manajemen,
Jakarta: Gunung Agung, 1982.
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan
Intervensi Komunitas, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, 2003.
Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : PT. Remaha
Rosdakarya, 2006.
John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 1990.
Khairudin, Sosiologi Keluarga. Jakarta:Nur Cahaya, 1985.
Kurniawan, Agung, Transformasi Pelayanan Publik., Yogyakarta: Pembaruan,
2005.
Lexy Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2000.
Mahmud Mahdi Al-Istambuli, parenting guide: dialog imajiner tentang cara
mendidik anak berdasarkan al-Qur’an, assunah dan psikologi,
penerjemah: Muhammad Arifin Altus, Jakarta: Penerbit hikmah, 2006.
Nanih Machendrawati, Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam
dari Ideologi, Strategi sampai Tradisi, Bandung: PT. Remaja ROsdakarya,
2001.
Pius A Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer Surabaya:
Arkola, 1994.
Sirait, Minah M.M. Hubungan Antara Harga Diri dengan Konformitas dalam hal
Fesyen pada Remaja. Fakultas Psikologi UI: Jakarta 2002.
Snell Bateman, Manajemen 1, Kepemimpinan dan Kolaborasi dalam Dunia yang
Kompetitif edisi 7, Jakarta: Saleba 4, 2008.
Soekanto Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali 2004.
Sri Lestari, Psikologi Keluarga; Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik
dalam Keluarga, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012.
Subhansyah, Aan T, dkk, Anak Jalanan di Indonesia, Dekripsi Persoalan dan
Penangan. Yogyakarta: YLPS Humana, 1996.
75
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif,kualitatif dan R&D, Bandung : Alfabeta,
2011.
T. Hani Handoko, Manajemen Yogyakarta: BPFE, 1998.
Tata Sudrajat, anak jalanan : dari masalah sehari-hari sampai kebijakan, Rumah
yang hilang: kumpulan karangan tentang anak jalanan, Jakarta: YKAI,
1996.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (P3B),
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1995.
Jurnal
Achmad, Arief, Rumah Singgah Sebagai Tempat Alternatif Pemberdayaan Anak
Jalanan. Dalam Jurnal Fajar. Jakarta: LPM UIN, 2002.
Citra Pujianti, Jurnal Ilmiah-Pemberdayaan anak jalanan. Diterbitkan 28
Desember 2013.
jurnal Instruksional Psikologi, Edisi September 2001 Oleh Jennifer Neal, Donna
Frick-Horbury
LAMPIRAN 1
PEDOMAN WAWANCARA NARASUMBER
Narasumber : Ketua Lembaga Social Development Centre for Children (SDC)
Pertanyaan :
1. Bagaimana sejarah SDC berdiri?
2. Bagaimana tahapan pelayanan sosial di SDC?
3. Siapa saja sasaran penerima manfaat SDC?
4. Apa saja persyaratan penerima manfaat di SDC?
PEDOMAN WAWANCARA NARASUMBER
Narasumber : Koordinator Rehabilitasi Sosial SDC
Pertanyaan :
1. Apa peran dan fungsi pekerja sosial di SDC?
2. Adakah kriteria yang diberikan SDC dalam meyeleksi penerima manfaat?
3. Apa tujuan kegiatan parenting skill diadakan di SDC?
4. Melalui media apa materi disampaikan?
5. Apa point penting yang disampaikan melalui kegiatan parenting skill?
6. Apa tujuan diberikanya video kehamilan seorang Ibu hingga masa
persalinan?
7. Bagaimana cara mengajak orang tua berdiskusi dalam kegiatan parenting
skill?
8. Apa tujuan diberikanya video tentang penderitaan seorang anak yang
terpisah dari orang tuanya?
PEDOMAN WAWANCARA NARASUMBER
Narasumber : Staf Perencanaan dan Pelaporan SDC
Pertanyaan :
1. Apa tujuan kegiatan parenting skill diadakan di SDC?
2. Melalui media apa penyampaian materi diberikan? Mengapa memilih
media tersebut?
3. Apa tujuan diberikanya angket dalam forum diskusi kepada orang tua?
4. Bagaimana melihat keberhasilan kegiatan parenting skill yang diberikan
SDC?
PEDOMAN WAWANCARA NARASUMBER
Narasumber : Pekerja Sosial SDC
Pertanyaan :
1. Bagaimana memahami sikap orang tua anak jalanan yang
cenderung kurang peduli terhadap anak?
2. Bagaimana cara mengajak orang tua anak jalanan untuk mengikuti
kegiatan parenting skill?
3. Apa kriteria yang diberikan SDC kepada orang tua anak jalanan?
4. Bagimana melihat ketepatan sasaran dan kepuasan penerima
manfaat dalam kegiatan parenting skill?
PEDOMAN WAWANCARA NARASUMBER
Narasumber : anak jalanan binaan SDC
Pertanyaan :
1. Sudah berapa lama adik mendapat pelayanan dari SDC?
2. Apakah orang tua adik selalu mengikuti kegiatan parenting skill?
3. Adakah perubahan yang terjadi setelah mengikuti kegiatan parenting skill?
Jika iya bagaimana?
4. Apakah adik masih suka turun ke jalanan?
LAMPIRAN 2
PEDOMAN WAWANCARA KLIEN
Narasumber : orang tua (penerima manfaat)
Pertanyaan :
1. Adakah kunjungan dari SDC ke tempat tinggal Ibu/Bapak sebelum
menjadi penerima manfaat?
2. Apakah materi yang disampaikan cukup jelas?
3. Apakah Ibu/Bapak memahami materi yang diberikan penyuluh? Apa yang
dipahami?
4. Apakah kegiatan ini bermanfaat?
5. Apakah sebelumnya Ibu/Bapak sudah pernah menerima informasi tentang
kegiatan parenting skill?
6. Apa yang Ibu/Bapak rasakan ketika menonton video mengenai masa
kehamilan hingga persalinan?
7. Apa yang Ibu/Bapak rasakan ketika menonton video mengenai anak yang
menderita karena terpisah dari orang tuanya?
8. Menurut Ibu/Bapak apakah metode yang disampaikan dapat membantu
dalam mengasuh anak?
9. Masalah apa yang anak Ibu/Bapak alami?
10. Apakah Ibu/Bapak menerapkan metode yang diberikan dalam kegiatan
parenting skill di rumah? Sejak kapan?
11. Setelah mengikuti kegiatan apa yang Ibu/Bapak lakukan untuk
menghadapi permasalahan anak?
12. Bagaimana perubahan perilaku anak setelah Ibu/bapak menerapkan
metode yang diberikan?
13. Apakah Ibu/Bapak merasa puas dengan pelayanan kegiatan parenting skill
yang diberikan SDC?
LAMPIRAN 3
PEDOMAN OBSERVASI
Dalam hal ini pedoman observasi penulis diantaranya:
a. Mengamati keberhasilan kegiatan parenting skill yang diselenggarakan
SDC.
1. Pemahaman edukasi tentang anak kepada orang tua.
2. Pemahaman tentang kewajiban orang tua terhadap anak.
3. Gambaran masa kehamilan ibu.
4. Diskusi mengenai pola pengasuhan anak yang baik.
5. Video dokumenter mengenai gambaran kisah anak jalanan.
b. Melihat ketepatan sasaran kegiatan parenting skill yang diselenggarakan
SDC.
c. Mengetahui tingkat kepuasan orang tua terhadap kegiatan parenting skill
yang diselenggarakan SDC.
d. Melihat sejauh mana tujuan kegiatan parenting skill dapat tercapai.
LAMPIRAN 4
TRANSKRIP WAWANCARA NARASUMBER
IDENTITAS NARASUMBER
Nama : Dra. Kokom Komalawati M.Si
Jenis Kelamin : Perempuan
Jabatan : Ketua Lembaga Social Development Centre for Children
Tanggal wawancara : Bambu Apus, 28 April 2014
No. Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimana sejarah SDC
berdiri?
Sebagai Instansi yang bertanggung
jawab terhadap permasalahan anak
jalanan, Kementerian Sosial dan
pemerintah daerah telah berhasil
memecahkan permasalahan anak
jalanan, akan tetapi belum maksimal.
Untuk meningkatkan keberhasilan dalam
pemecahan masalah baik secara kulitas
maupun kuantitas, maka disusunlah
program baru dalam bentuk Pusat
Pengembangan Pelayanan Sosial Anak
atau Social Development Centre for
Street Children (SDC). Departemen
Sosial sebagai instansi pemerintah yang
berkompeten terhadap penanganan
permasalahan sosial anak jalanan
mengembangkan suatu konsep
pelayanan yang komprehensif dan
berkelanjutan bagi jalanan. Perwujudan
dari konsep tersebut adalah Social
Development Center for Children atau
Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial
Anak yang diresmikan oleh Ibu Negara
Hj. Ani Susilo Bambang Yudhoyono
pada tanggal 23 Nopember 2006. SDC
beralamatkan di Jl. Panti Sosial (PPA)
Bambu Apus Jakarta Timur.
2. Bagaimana tahapan pelayanan
sosial di SDC?
Yang pertama ada pendekaan awal yaitu,
Penyampaian informasi kepada
masyarakat, instansi terkait, organisasi
sosial melalui pertemuan, konsultasi dan
surat menyurat, lalu
mengumpulkan, menyususun,
mengelompokan dan menganalisa
informasi/ data serta mendiskusikanya
untuk menentukan langkah identifikasi,
dan memberikan motivasi dengan cara
penyuluhan dan bimbingan.
Kedua, tahap penerimaan yaitu mengisi
formulir pendaftaran, assemen, seleksi
persyaratan berkas, home visit, membuat
kesepakatan pelayanan sosial antar
petugas panti dengan calon klien.
3. Siapa saja sasaran penerima
manfaat SDC?
Ada 4 sasaran penerima manfaat yaitu,
anak jalanan, anak jalanan yang menjadi
pengemis dan pemulung, anak jalanan
yang dieksploitasi secara ekonomi, dan
orang tua/ keluarga anak jalanan.
4. Apa saja persyaratan penerima
manfaat di SDC?
Keluarga yang mempunyai anak jalanan
laki laki dan perempuan yang berusia di
bawah 18 tahun, rujukan dari rumah
singgah, LSM, Kepolisian, pekerja
sosial, masyarakat, keluarga yang
berdasarkan assessment awal dapat atau
layak diterima sebagai klien panti,
menyatakan kesanggupan mengikuti
semua program yang diselenggarakan
oleh panti, dan harus bersedia anak tidak
lagi melakukan aktifitas di jalanan.
TRANSKRIP WAWANCARA NARASUMBER
IDENTITAS NARASUMBER
Nama : Vivi Marlina, AKS
Jenis Kelamin : Perempuan
Jabatan ; Koordinator Rehabilitasi Sosial SDC
Tanggal Wawancara : Bambu Apus, 1 & 3 September 2014
No. Pertanyaan Jawaban
1. Apa peran dan fungsi pekerja
sosial di SDC?
Ada 5. Yaitu pendampingan untuk
mempermudah akses pelayanan klien,
sebagai mediator, memberikan pelayanan
advokasi untuk memberikan
perlindungan, konseling untuk membuka
alternatif pemecahan masalah, dan
sebagai motivator untuk memberikan
klien dorongan semangat.
2. Adakah kriteria yang diberikan
SDC dalam meyeleksi
penerima manfaat?
Ya ada. Pertama yaitu harus keluarga
yang mempunyai anak jalanan baik yang
bekerja ataupun hanya bermain di
jalanan, yang kedua harus berasal dari
keluarga yang tidak mampu, dan ada
sebagian dari anak jalanan yang rentan,
dalam arti mereka berasal dari keluarga
yang tergolong cukup namun karena
sering berkumpul dan mengamen di
jalanan bersama membuat mereka
menjadi ikut-ikutan hidup di jalanan itu
yang harus diwaspadai.
3. Apa tujuan kegiatan parenting
skill diadakan di SDC?
Karena masalah anak-anak itu tidak
hanya datang dari anak sendiri,
kebanyakan anak-anak yang turun ke
jalan ada pengaruhnya dengan orang tua
baik yang orang tuanya tidak bekerja
ataupun yang menyuruh anaknya untuk
mengamen di jalanan. Dan kenyataanya
memang begitu dalam menangani anak
apabila hanya anaknya saja yang
diberikan maksimal kurang maksimal
makanya kami memberikan kegiatan
parenting skil. Kalau orang tuanya tidak
diberikan ilmu di parenting skill tapi
hanya anaknya saja ketika pulang
kerumah akan kembali seperti itu lagi.
4. Melalui media apa materi
disampaikan?
Kami memberikan materi melalui media
power point agar lebih menarik untuk
diperhatikan, kami juga mengemas
design slide scara unik agar orang tua
tertarik dan terpancing untuk berdiskusi
bersama narasumber.
5. Apa point penting yang
disampaikan melalui kegiatan
parenting skill?
Memberika pemahaman tentang 4 point
utama kewajiban orang tua yaitu,
keimanan, akhlak, jasmani, dn inelektual.
Juga disampaikan tentang permasalahan
terbaru tentang anak yang sekiranya
dapat memberikan pengetahuan baru agat
tidak mudah tertipi dengan kebohongan
anak.
6. Apa tujuan diberikanya video
kehamilan seorang Ibu hingga
masa persalinan?
Video tersebut ditujukan agar orang tua
lebih sadar bahwa anak adalah karunia
dari Tuhan yang seharusnya dirawat
seperti dulu mereka merawatnya ketika
masih dalam kandungan.
7. Bagaimana cara mengajak
orang tua berdiskusi dalam
kegiatan parenting skill?
Selain dengan bahasa verbal, pemberian
angket sebagai salah satu media untuk
membantu orang tua yang tidak suka
berbicara di depan umum serta orang tua
dapat tau masalah apa yang ada dalam
diri mereka dan dilanjutkan dengan
diskusi untuk menjelaskan yang tidak
dipahami orang tua selama materi
berlangsung.
8. Apa tujuan diberikanya video
tentang penderitaan seorang
anak yang terpisah dari orang
tuanya?
Untuk mencairkan suasana setelah agak
serius berdiskusi kami kembali
memberikan video namun video kali ini
menggambarkan kisah nyata yang
dialami anak asuh kami sehingga orang
tua yang melihat bisa langsung
merasakan bagaimana menderitanya anak
apabila terpisah dari orang tua.
TRANSKRIP WAWANCARA NARASUMBER
IDENTITAS NARASUMBER
Nama : Nurchamdi, Amd
Jenis Kelamin : Laki-laki
Jabatan : Staf Perencanaan dan Pelaporan SDC
Tanggal Wawancara : Bambu Apus, 4 September 2014
No. Pertanyaan Jawaban
1. Apa tujuan kegiatan parenting
skill diadakan di SDC?
Banyak dari sebagian anak jalanan yang
dieksploitasi oleh orang tuanya, oleh
karena itu orang tua perlu diberikan
penanganan tersendiri. Di dalam ilmu
pekerjaan sosial juga begitu ya bahwa
menangani anak harus melibatkan orang-
orang di sekitarnya terutama orang tua.
2. Melalui media apa
penyampaian materi
diberikan? Mengapa memilih
media tersebut?
Kebanyakan kami memberikan lewat
media Ms. Power Point, kalau kami hanya
memberikan edukasi dengan ceramah atau
tanya jawab kurang efektif karena orang
tua cenderung diam saja ketika kami ajak
berdiskusi, dengan adanya power point
orang tua lebih memperhatikan dan itu
salah satu strategi kita.
3. Apa tujuan diberikanya
angket dalam forum diskusi
kepada orang tua?
Itu juga merupakan bentuk strategi kita
dalam menghadapi orang tua yang pemalu
untuk bicara di depan banyak orang.
4. Bagaimana melihat
keberhasilan kegiatan
parenting skill yang diberikan
SDC?
Keberhasilan kegiatan bisa dilihat dari
kemandirian orang tua yang mulai
berusaha tidak melibatkan anak dalam
memenuhi kebutuhan nafkah keluarga.
TRANSKRIP WAWANCARA NARASUMBER
IDENTITAS NARASUMBER
Nama : Ahmad Suhada, S.Sos
Jenis Kelamin : Laki-laki
Jabatan : Peekerja Sosial SDC
Tanggal Wawancara : Bambu Apus, 29 Agustus 2014
No. Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimana memahami sikap
orang tua anak jalanan yang
cenderung kurang peduli
terhadap anak?
Disanalah tugas kami untuk memberikan
pemahaman kepada orang tua bahwa
anak cenderung mengikuti sifat orang tua
yang tidak peduli. Sehingga akan
menyebabkan ketidakharmonisan di
dalam keluarga. Untuk itulah kami
memberi video agar orang tua khususnya
para ibu mengingat kembali bagaimana
perjuangan mereka dahulu ketika
mengandung hingga melahirkan dan itu
bisa membuat orang tua kembali merasa
seperti mereka mengalaminya dahulu.
2. Bagaimana cara mengajak
orang tua anak jalanan untuk
mengikuti kegiatan parenting
Caranya dengan adanya sosialisasi
tentang pembinaan untuk anak-anak
mereka. Tapi kami memberikan salah
satu syarat yaitu orang tua harus
skill? mengikuti kegiatan parenting skill untuk
memaksimalkan hasil yang akan kita
capai.
3. Apa kriteria yang diberikan
SDC kepada orang tua anak
jalanan?
Penerima manfaat pastinya harus
keluarga anak jalanan yang tidak
mampu, karena banyak juga anak jalanan
yang asalnya dari golongan ekonomi
cukup namun melarikan diri dari rumah
dengan berbagai alasan dan memilih
tinggal dan hidup sebagai anak jalanan.
4. Bagimana melihat ketepatan
sasaran dan kepuasan penerima
manfaat dalam kegiatan
parenting skill?
Ketepatan sasaran dilihat dari apakah
penerima manfaat sesuai dengan kriteria
yang telah ditentukan dan kepuasan
dilihat dari banyaknya respon positif
yang diberikan penerima manfaat mulai
dari ketepatan waktu hingga keaktifan
mereka di dalam forum.
TRANSKRIP WAWANCARA NARASUMBER
IDENTITAS NARASUMBER
Nama : Hardiyanto, S.Sos
Jenis Kelamin : Laki-laki
Jabatan : Pekerja Sosial SDC
Tanggal Wawancara : Bambu Apus, 5 September 2014
No. Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimana memahami sikap
orang tua anak jalanan yang
cenderung kurang peduli
terhadap anak?
Dengan memberikan video dek, video
ini akan membuat orang tua lebih sigap
untuk menjaga anaknya dan sadar akan
bahaya yang akan menimpa anak apabila
dibiarkan bermain di jalanan tanpa
pengawasan orang tua. Dari sana akan
timbul perasaan khawatir terhadap anak
dan sedikit demi sedikit akan membuat
orang tua memperhatikan anak mereka.
2. Bagaimana cara mengajak
orang tua anak jalanan untuk
mengikuti kegiatan parenting
skill?
Dengan memberitahukan bahwa anaknya
harus mengalami perubahan dan
perubahan tersebut juga harus dimulai
dari diri sendiri (orang tua).
3. Apa kriteria yang diberikan
SDC kepada orang tua anak
Kriteria utama hanya ada 2, yaitu orang
tua anak jalanan dan berpenghasilan
jalanan? rendah.
4. Bagimana melihat ketepatan
sasaran dan kepuasan penerima
manfaat dalam kegiatan
parenting skill?
Ketepatan sasaran kegiatan terlihat dari
berhasilnya SDC dalam menyeleksi
keluarga anak jalanan yang dilihat dari
ekonominya dengan cara home visit
sedangkan kepuasan sasaran kegiatan
terlihat dari antusias para orang tua
melakukan sharing dengan pihak SDC
mengenai cara mendidik anak dan
permasalahan yang sedang dialami.
TRANSKRIP WAWANCARA NARASUMBER
IDENTITAS NARASUMBER
Nama : AR
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Wawancara : Serang, 11 September 2014
No. Pertanyaan Jawaban
1. Sudah berapa lama adik
mendapat pelayanan dari SDC?
Dari tahun kemaren kak.
2. Apakah orang tua adik selalu
mengikuti kegiatan parenting
skill?
Iya ikut terus.
3. Adakah perubahan yang terjadi
setelah mengikuti kegiatan
parenting skill? Jika iya
bagaimana?
Ada sih kak, emak kalo abis ngikut
acara kumpul-kumpul begitu pulang-
pulang kerumah jadi lebih baik sama
saya, biasanya mah kan ngomel aja ini
mah jadi jarang.
4. Apakah adik masih suka turun
ke jalanan?
Kadang-kadang aja kak kalo lagi
bosen dirumah kan engga ngapa-
ngapain, tapi kadang juga dilarang
sama emak.
TRANSKRIP WAWANCARA NARASUMBER
IDENTITAS NARASUMBER
Nama : WD
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Wawancara : Serang, 11 September 2014
No. Pertanyaan Jawaban
1. Sudah berapa lama adik
mendapat pelayanan dari SDC?
2 tahun.
2. Apakah orang tua adik selalu
mengikuti kegiatan parenting
skill?
Setau saya ikut terus soalnya kalo
pulangnya suka cerita.
3. Adakah perubahan yang terjadi
setelah mengikuti kegiatan
parenting skill? Jika iya
bagaimana?
jadi baik engga suka nyuruh-nyuruh
saya, kadang malah saya suka diajak
ngobrol ditanya maunya saya apaan.
4. Apakah adik masih suka turun
ke jalanan?
Udah engga dibolehin sama bapak kak,
saya boleh keluar kalo ke rumah
singgah sama main aja.
LAMPIRAN 5
TRANSKRIP WAWANCARA KLIEN
IDENTITAS NARASUMBER
Nama : FA
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Wawancara : Serang, 11 September 2014
Alamat : Pekarungan-Serang
No. Pertanyaan Jawaban
1. Adakah kunjungan dari SDC ke
tempat tinggal Ibu/Bapak
sebelum menjadi penerima
manfaat?
Iya ada mbak. Lembaga ini pernah
nyamperin saya ke rumah, nanya tentang
gaji, anak, sama kerjaan mbak. Saya
ditawarin biar anak saya ikut program
lembaga terus saya juga katanya nanti
bakalan dapet manfaat kalo anak saya
mau ngikutin program lembaga mbak.
2. Apakah materi yang
disampaikan cukup jelas?
Ya jelas-jelas aja mbak tapi yang
namanya ibu-ibu kadang mah suka
ngobrol dikit.
3. Apakah Ibu/Bapak memahami
materi yang diberikan
penyuluh? Apa yang dipahami?
Paham, intinya mah kita dusuruh jagain
anak biar anak engga bandel ke jalanan
kan mbak.
4. Apakah kegiatan ini
bermanfaat?
Adalah mbak manfaatnya kalo engga ada
saya juga engga ikutan kali mbak.
5. Apakah sebelumnya Ibu/Bapak
sudah pernah menerima
informasi tentang kegiatan
parenting skill?
Belum pernah sih mbak.
6. Apa yang Ibu/Bapak rasakan
ketika menonton video
mengenai masa kehamilan
hingga persalinan?
Sedihlah pasti mbak yang namanya
ngerasain jadi seorang ibu.
7. Apa yang Ibu/Bapak rasakan
ketika menonton video
mengenai anak yang menderita
karena terpisah dari orang
tuanya?
Sedih tapi kaya di TV ya mbak ada cerita
begituan.
8. Menurut Ibu/Bapak apakah
metode yang disampaikan
dapat membantu dalam
mengasuh anak?
Ngebantu mbak
9. Masalah apa yang anak
Ibu/Bapak alami?
Anak saya suka pergi-pergian dari siang
ampe tengah malem, engga tau saya juga
tuh kemana yang penting mah ntar dia
balik ke rumah.
10. Apakah Ibu/Bapak menerapkan
metode yang diberikan dalam
kegiatan parenting skill di
Saya pake yang dibilang kalo kita harus
jadi temenya anak mba, sejak saya ikut
kegiatan ini mbak.
rumah? Sejak kapan?
11. Setelah mengikuti kegiatan apa
yang Ibu/Bapak lakukan untuk
menghadapi permasalahan
anak?
Saya lebih sering ngobrol aja sama anak
saya jadi nanya-nanya dia tuh kalo pergi
kemana sih.
12. Bagaimana perubahan perilaku
anak setelah Ibu/bapak
menerapkan metode yang
diberikan?
Bandel mah masih tapi engga parah
amat.
13. Apakah Ibu/Bapak merasa puas
dengan pelayanan kegiatan
parenting skill yang diberikan
SDC?
Puas kok mbak. Saya seneng malahan
kalo bisa jangan setahun sekali, setahun
lima kali juga saya ikut. Udah orang-
orangnya enak terus bisa sambil curhat-
curhat gitu deh.
TRANSKRIP WAWANCARA KLIEN
IDENTITAS NARASUMBER
Nama : KA
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Wawancara : Serang, 11 September 2014
Alamat :Serang Timur
No. Pertanyaan Jawaban
1. Adakah kunjungan dari SDC ke
tempat tinggal Ibu/Bapak
sebelum menjadi penerima
manfaat?
Iya, pernah.
2. Apakah materi yang
disampaikan cukup jelas?
Jelas kok mbak.
3. Apakah Ibu/Bapak memahami
materi yang diberikan penyuluh?
Apa yang dipahami?
Ya paham, disuruh jagain anak sama
harus ngerti maunya anak aja
sebenernya ini.
4. Apakah kegiatan ini
bermanfaat?
Banyak mbak yang bisa didapet dari
acara ini, bukan cuma ngedengerin
ceramah doang tapi bisa saling curhat
juga kita sama orang lembaganya, saya
jadi ngerti pas diambil kesimpulanya
terus saya banyak nanya sama petugas-
petugas ternyata anak saya itu modelnya
engga mau dikekang makanya malah
ngelawan kalo dibilangin.
5. Apakah sebelumnya Ibu/Bapak
sudah pernah menerima
informasi tentang kegiatan
parenting skill?
Kalo pake nama parenting skill sih
belum mbak orang namanya aja ribet
gitu, tapi kalo begini hampir sama kaya
belajar ya.
6. Apa yang Ibu/Bapak rasakan
ketika menonton video
mengenai masa kehamilan
hingga persalinan?
Yaaa begitulah.. kalo cewe lebih ngena
mbak saya kan cowo jadi dibilang sedih
mah iya tapi enggak juga.
7. Apa yang Ibu/Bapak rasakan
ketika menonton video
mengenai anak yang menderita
karena terpisah dari orang
tuanya?
Jadi mikir mbak, anak saya suka banget
yang namanya keluar rumah engga pake
izin padahal saya suruh bantuin ibunya
aja dirumah tapi bandel pas abis liat
video kaya gini jadi makin mikir kalo
ada apa apa di jalan kan kita juga yang
repot.
8. Menurut Ibu/Bapak apakah
metode yang disampaikan dapat
membantu dalam mengasuh
anak?
Bantu sih mbak.
9. Masalah apa yang anak
Ibu/Bapak alami?
Diem-diem anak saya tuh suka ngamen
mbak padahal saya nyurhnya bantuin
emaknya aja dirumah eh dia malah
ngeluyur.
10. Apakah Ibu/Bapak menerapkan
metode yang diberikan dalam
kegiatan parenting skill di
rumah? Sejak kapan?
Pake, tapi emang enggak semua sih,
dari setaun yang lalu mbak saya pake
yang memberikan waktu dan toleransi.
Gini-gini saya mah suka nemenin anak
saya cerita-cerita tentang jaman dulu
mbak.
11. Setelah mengikuti kegiatan apa
yang Ibu/Bapak lakukan untuk
menghadapi permasalahan
anak?
Saya sabar aja kalo anak saya ngelawan
berarti ada yang salah sama cara
ngedidik dia mbak.
12. Bagaimana perubahan perilaku
anak setelah Ibu/bapak
menerapkan metode yang
diberikan?
Kalo keluar rumah udah enggak ngamen
lagi palingan main tapi ya saya tinggal
di jalanan jadi anak saya pasti tetep
mainya di jalanan.
13. Apakah Ibu/Bapak merasa puas
dengan pelayanan kegiatan
parenting skill yang diberikan
SDC?
Iya mbak.
TRANSKRIP WAWANCARA KLIEN
IDENTITAS NARASUMBER
Nama : HO
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Wawancara : Serang, 11 September 2014
Alamat : Sentul-Serang
No. Pertanyaan Jawaban
1. Adakah kunjungan dari SDC ke
tempat tinggal Ibu/Bapak
sebelum menjadi penerima
manfaat?
Pernah.
2. Apakah materi yang
disampaikan cukup jelas?
Lumayan, pas dikasih tau kewajiban
orang tua ya kita mah paham mbak kan
emang harus begitu tapi ya gimana kalo
buat praktekin emang pelan-pelan mba
yang penting kita mah mesti lebih
perhatian sama anak dulu
3. Apakah Ibu/Bapak memahami
materi yang diberikan penyuluh?
Apa yang dipahami?
Paham, kalo buat saya kontrol emosi
udah itu aja.
4. Apakah kegiatan ini bermanfaat? Bermanfaat mbak.
5. Apakah sebelumnya Ibu/Bapak
sudah pernah menerima
Boro-boro mbak, baru dari taun
kemaren ini juga saya ikutan.
informasi tentang kegiatan
parenting skill?
6. Apa yang Ibu/Bapak rasakan
ketika menonton video
mengenai masa kehamilan
hingga persalinan?
Sedihlah pasti mbak enggak usah
ditanya lagi itu mah tadi pada mewek
begitu mbak.
7. Apa yang Ibu/Bapak rasakan
ketika menonton video
mengenai anak yang menderita
karena terpisah dari orang
tuanya?
Ih saya mah engga ngebayangin deh
kalo sampe kejadian sama saya.
8. Menurut Ibu/Bapak apakah
metode yang disampaikan dapat
membantu dalam mengasuh
anak?
Ngebantu banget.
9. Masalah apa yang anak
Ibu/Bapak alami?
Dia mah nakal suka banget kelayapan
sampe dikejar Satpol PP aja pernah
mbak.
10. Apakah Ibu/Bapak menerapkan
metode yang diberikan dalam
kegiatan parenting skill di
rumah? Sejak kapan?
Iya dari pas saya ngikut ini dari taun
lalu.
11. Setelah mengikuti kegiatan apa
yang Ibu/Bapak lakukan untuk
menghadapi permasalahan anak?
Kontrol emosi kalo saya mah emang
masalahnya ya, saya tuh emosian
orangnya jadi ada apa apa dikit gedeg
bawaanya.
12. Bagaimana perubahan perilaku
anak setelah Ibu/bapak
menerapkan metode yang
diberikan?
Kalo sayanya enggak marah-marah
anak saya juga jadinya nurutan dikit
mbak engga perlu saya pukul dulu baru
jalan, dipanggil dikit juga nengok.
13. Apakah Ibu/Bapak merasa puas
dengan pelayanan kegiatan
parenting skill yang diberikan
SDC?
Puas mbak, acara kaya begini bagus
banget buat ibu-ibu kaya kita gini
soalnya bikin nambah pinter mba
maklum aja kita kan engga sekolah.
Biar kita makin sayang juga sama anak,
abis kadang geregetan kalo bandel
rasanya pengen dimarahin aja tapi pas
ikut acara begini jadi mikir-mikir mau
marahin anak
TRANSKRIP WAWANCARA KLIEN
IDENTITAS NARASUMBER
Nama : MA
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Wawancara : Serang, 11 September 2014
Alamat : Saronggeng-Serang
No. Pertanyaan Jawaban
1. Adakah kunjungan dari SDC ke
tempat tinggal Ibu/Bapak
sebelum menjadi penerima
manfaat?
Ada.
2. Apakah materi yang
disampaikan cukup jelas?
Cukup mbak.
3. Apakah Ibu/Bapak memahami
materi yang diberikan penyuluh?
Apa yang dipahami?
Iya bisa paham mbak, paham sama
kewajiban yang harus kita punya mbak.
4. Apakah kegiatan ini bermanfaat? Pasti bermanfaat mbak, kalo enggak
mah kita enggak dateng.
5. Apakah sebelumnya Ibu/Bapak
sudah pernah menerima
informasi tentang kegiatan
Belum mbak.
parenting skill?
6. Apa yang Ibu/Bapak rasakan
ketika menonton video
mengenai masa kehamilan
hingga persalinan?
Sedihnya bukan main mbak, saya engga
bisa ngebayangin kalo ada orang tua
yang tega ngebuang anaknya ya mbak,
mendingan hidup susah kaya kita tapi
masih usaha ngurus anak ya mbak.
7. Apa yang Ibu/Bapak rasakan
ketika menonton video
mengenai anak yang menderita
karena terpisah dari orang
tuanya?
Seru videonya kaya nonton film.
8. Menurut Ibu/Bapak apakah
metode yang disampaikan dapat
membantu dalam mengasuh
anak?
Bisa mbak bisa ngebantu.
9. Masalah apa yang anak
Ibu/Bapak alami?
Itu bocah ya sukanya ngeluyur mbak,
susah banget disuruh diemnya.
10. Apakah Ibu/Bapak menerapkan
metode yang diberikan dalam
kegiatan parenting skill di
rumah? Sejak kapan?
Nerapin mbak dari saya dikasih materi
saya suka nerapin kalo anak saya
kambuh bandelnya.
11. Setelah mengikuti kegiatan apa
yang Ibu/Bapak lakukan untuk
menghadapi permasalahan anak?
Saya Tanya terus kalo mau keluar-
keluaran mbak, saya juga sering nyuruh
mendingan tu anak ke rumah singgah
biar pinteran.
12. Bagaimana perubahan perilaku
anak setelah Ibu/bapak
menerapkan metode yang
diberikan?
Mendingan dikit dah, yang namanya
anak kan susah ya dibilangin tapi
nurutan sih.
13. Apakah Ibu/Bapak merasa puas
dengan pelayanan kegiatan
parenting skill yang diberikan
SDC?
Puas mbak, seru ikutan acara kaya gini
kaya belajar gitu jadi inget waktu masih
sekolah kan saya mah sekolah sampe
SD doang jadi pas belajar lagi ngeliat
layar canggih gitu seneng deh
bawaanya, ada cara buat ngurus anak
juga biar anak saya ga bandel lagi, saya
juga jadi kepikiran kalo anak saya lagi
dijalanan, pokoknya seru banget deh
mbak
TRANSKRIP WAWANCARA KLIEN
IDENTITAS NARASUMBER
Nama : SO
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Wawancara : Serang, 11 September 2014
Alamat : Sempu-Serang
No. Pertanyaan Jawaban
1. Adakah kunjungan dari SDC ke
tempat tinggal Ibu/Bapak
sebelum menjadi penerima
manfaat?
Iya pernah waktu itu mbak.
2. Apakah materi yang
disampaikan cukup jelas?
Cukup mbak.
3. Apakah Ibu/Bapak memahami
materi yang diberikan penyuluh?
Apa yang dipahami?
Paham, kalo anak itu ya titipan Tuhan
jangan disia-siain.
4. Apakah kegiatan ini bermanfaat? Bermanfaat kalo kita ngerti mah.
5. Apakah sebelumnya Ibu/Bapak
sudah pernah menerima
informasi tentang kegiatan
parenting skill?
Belum.
6. Apa yang Ibu/Bapak rasakan
ketika menonton video
mengenai masa kehamilan
hingga persalinan?
jujur saya mah malahan jadi sedih mbak
ngeliat video tadi jadi langsung inget
anak saya makanya saya jadi nangis pas
diliatin videonya.
7. Apa yang Ibu/Bapak rasakan
ketika menonton video
mengenai anak yang menderita
karena terpisah dari orang
tuanya?
Sama sedihnya mbak tapi sedihan yang
video hamil itu.
8. Menurut Ibu/Bapak apakah
metode yang disampaikan dapat
membantu dalam mengasuh
anak?
Membantu mbak.
9. Masalah apa yang anak
Ibu/Bapak alami?
Anak saya mah sebenernya penurut
mbak, kayaknya yang bermasalah saya
deh mbak.
10. Apakah Ibu/Bapak menerapkan
metode yang diberikan dalam
kegiatan parenting skill di
rumah? Sejak kapan?
Iya nerapin, tapi belom bisa semuanya
dikit-dikit aja.
11. Setelah mengikuti kegiatan apa
yang Ibu/Bapak lakukan untuk
Nyoba metode yang dikasih yang
katanya kita itu jadi contohnya anak
menghadapi permasalahan anak? kita, kalo kita bener ya anak bener tapi
kalo kitanya ga bener ya gimana anak
mau bener.
12. Bagaimana perubahan perilaku
anak setelah Ibu/bapak
menerapkan metode yang
diberikan?
Kalem-kalem aja anak saya.
13. Apakah Ibu/Bapak merasa puas
dengan pelayanan kegiatan
parenting skill yang diberikan
SDC?
Kurang puas soalnya taun lalu saya ga
bisa ikutan gara-gara ngaret.
LAMPIRAN 6
HASIL OBSERVASI
Waktu Observasi : Kamis, 11 September 2014
Tempat Observasi : LKSA Wanita Bahagia Serang Banten
Waktu Deskripsi
13.00 WIB Tim parenting skill dari SDC yang terdiri dari wakil ketua
SDC, koordinator rehabilitasi sosial, pekerja sosial, dan staf
tiba di LKSA Wanita Bahagia Serang Banten.
13.00-15.00 WIB Kegiatan parenting skill dimulai dengan ditandai dengan
pembukaan yang dibuka langsung oleh wakil ketua
lembaga SDC, dilanjutkan dengan pemaparan materi yang
diberikan oleh pekerja sosial mengenai pemahaman anak
kepada orang tua. pada pemaparan pertama terlihat banyak
orang tua yang sedikit jenuh dengan pemaparan tersebut,
namun tidak semua orang tua merasa jenuh karena materi
diberikan dengan media MS. Power Point sehingga lebih
menarik untuk dilihat. Dilanjutkan dengan memberikan
materi pemahaman mengenai kewajiban orang tua terhadap
anak, materi tersebut juga masih diberikan lewat media MS.
Power Point. Pada penyampaian materi kali ini, orang tua
terlihat lebih bersemangat untuk berinteraksi, ada 3 orang
tua yang bertanya kepada penyuluh. Dari pertanyaan
tersebut mulai membangun suasana yang tadinya tegang
menjadi lebih cair. Setelah pemberian materi kedua,
penyuluh memperlihatkan video mengenai masa kehamilan
ibu hingga persalinan. Saat video ini diputar tidak sedikit
orang tua yang menitikan air matanya. Selanjutnya diskusi
mengenai pola pengasuhan anak yang baik. Pada sesi ini,
tidak hanya diisi melalui diskusi melainkan juga pengisian
angket yang berisikan tentang kendala yang dihadapi serta
harapan orang tua. orang tua yang tidak bisa membaca serta
menulis dibantu oleh petugas untuk mengisi angket
tersebut. Diskusi ini berjalan penuh dengan antusias orang
tua yang bersahut-sahutan ketika berkomentar ataupun
bertanya sehingga suasana menjadi ramai. Dan kegiatan
terakhir diisi oleh video dukomenter yang berisi tentang
kisah nyata anak jalanan yang terpisah oleh orang tuanya
sehingga menderita dan dibantu oleh SDC untuk bertemu
dengan orang tuanya. Video ini berhasil membuat orang tua
yang menonton memberikan tepuk tanganya kepada SDC.
15.00-15.30 WIB Kegiatan ditutup dengan bersalaman dan ditutup langsung
oleh wakil ketua lembaga SDC.
15.30.16.00 WIB SDC masih menerima orang tua yang ingin bertanya
mengenai permasalahan yang ada pada anak maupun pada
diri mereka sendiri namun malu untuk mengatakanya di
dalam forum.
HASIL OBSERVASI
Waktu Observasi : Senin, 23 Juni 2014
Tempat Observasi : Posyandu Beringin Serang Banten
Waktu Deskripsi
11.00-15.00 SDC mendatangi Posyandu Beringin yang sebelumnya telah
bekerja sama dengan stickholder setempat untuk mendatangi
langsung lokasi dimana terdapat banyak keluarga anak
jalanan yang bermukin di sana. Dengan bantuan stickholder
orang tua berdatangan ke posyandu untuk diberikan
pengarahan beserta penawaran agar anak mereka
mendapakan pelayanan sosial dari SDC dan berhenti turun
ke jalanan. Pengisian formulir dimulai dilanjutkan dengan
assesmen awal kepada orang tua serta anak mereka. Suasana
disana ramai dan agak sulit diatur karena banyaknya warga
yang hanya ingin menonton pengisian formulir tersebut
sehingga membuat suasana ramai.
HASIL OBSERVASI
Waktu Observasi : Senin, 15 September 2014
Tempat Observasi : Serang Banten
Waktu Deskripsi
10.00-16.00 Tim parenting skill dari SDC mendatangi rumah serta
tempat dimana anak dan orang tua anak jalanan sering
berada di daerah tersebut. Tim parenting skill melakukan
kegiatan home visit untuk menyocokan data yang didapat
ketika assesmen dengan keadaan yang sebenarnya.
Kedatangan tim parenting skill dari SDC tidak diketahui
oleh calon penerima manfaat. Bahkan calon penerima
manfaat sampai ada yang kaget dengan kedatangan tim
parenting skill dari SDC. Dari rumah ke rumah hingga
jalanan didatangi oleh tim parenting skill lalu melakukan
wawancara kecil mengenai kabar dan maksud kedatangan
tim parenting skill SDC mendatangi kediaman calon
penerima manfaat. Suasana pada hari itu cukup panas dan
tidak terlalu ramai. Tim parenting skill memakai baju
bebas bukan dengan seragam bati ataupun kementrian
sosial sehingga tidak mencolok dan menarik perhatian
warga setempat.
LAMPIRAN 7
LAMPIRAN FOTO-FOTO KEGIATAN
1. Materi kegiatan parenting skill
Melahirkan Mengasuh Membesarkan Mendewasakan
dengan norma dan
nilai yang berlaku
Keimanan Akhlak Jasmaniah Intelektual
Menjadi orang tua responsif . Respon orang tua
sangat penting bagi seorang anak. Berikan mereka
apresiasi terhadap hal-hal yang telah mereka
lakukan. Ini akan membuat kedekatan hubungan
orang tua dan anak meningkat.
Mampu meningkatkan kepercayaan diri anak.
Anak dengan harga diri tinggi biasanya lebih
berbahagia dan lebih percaya diri. orang tua harus
selalu terlibat dalam kehidupan anak untuk
menunjukkan betapa berharganya mereka.
Mampu menepati janji. Sembari menemani pertumbuhan
anak, orang tua harus selalu memegang anji-janji yang
diucapkannya yang menjadi pondasi kepercayaan yang kokoh
antara orang tua dan anak juga mengajarkan anak untuk
selalu menepati janji mereka dan bertindak jujur
HAK HIDUP
Hak hidup itu hak asasi yang paling dasar bagi seluruh manusia, tidak boleh ada kesewenang-wenangan yang menentukan hidup atau matinya seseorang.
Anak sejak di dalam kandungan sudah dilindungi haknya utk tetap hidup dan lahir di dunia
2. Asesmen calon penerima manfaat
3. Kegiatan parenting skill
4. Penandatanganan kontrak pelayanan
5. Home visit
6. Wawancara dengan Koor Rehabilitasi Sosial SDC