Mini Riset
EFEKTIVITAS OPERASIONAL TERMINAL MANGKANG disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Ekonomi Perkotaan dan Pedesaan
Disusun oleh :
Tommy Prio H. 7111409010
Arif Miftachudin 7111409019
Firdausi Nuritasari 7111409026
Nila Tirta K. 7111409030
Nurbaeti 7111409037
Yoga Setiawan 7111409042
Abida Muttaqiena 7450406003
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2011
2
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kota dalam konteks perencanaan sistem transportasi regional atau nasional memiliki
fungsi sebagai simpul jasa distribusi yang berperan dominan dalam memacu
pertumbuhan perekonomian. Prasarana dan sarana transportasi merupakan suatu
media interaksi dan komunikasi antar tempat, yang menjamin berlangsungnya
kehidupan ekonomi, sosial, maupun budaya. Oleh karena itu fasilitas prasarana dan
sarana transportasi merupakan indikator kemajuan, kesejahteraan masyarakat suatu
daerah. (Triwibowo, 2006)
Perbaikan dalam transportasi pada umumnya akan dapat meningkatkan mobilitas
penduduk, meningkatnya kelancaran keluar masuk barang-barang, dan perbaikan
kualitas jasa-jasa pengangkutan terkait. Secara langsung dan tidak langsung,
transportasi yang efektif dan efisien ikut menentukan perkembangan perekonomian.
Kota Semarang terletak di tengah-tengah jalur Pantura dari Jakarta menuju Surabaya,
dan merupakan ibukota provinsi Jawa Tengah. Posisi dan status yang strategis ini
adalah potensi Kota Semarang untuk menjadi pintu jalur distribusi dan pusat
pertumbuhan bagi wilayah-wilayah di sekitarnya. Untuk menggali potensi ini lebih
jauh serta mengantisipasi kepadatan transportasi di tengah kota, maka dipandang
perlu untuk memecah konsentrasi alat transportasi publik ke tepi kota. Salah satu
upayanya adalah pengembangan Terminal Mangkang, Terminal Banyumanik, dan
Terminal Penggaron.
Widayat (2009) menuturkan bahwa dahulu Kota Semarang dilayani oleh satu
Terminal A, yaitu Terminal Terboyo yang terletak di sebelah timur Kota Semarang,
dengan kondisi yang dirasa kurang efektif dalam upaya untuk mengatur perjalanan
yang berasal dari daerah barat Jawa (Jakarta, Bandung, Cirebon) menuju arah
Yogyakarta, Solo dan Magelang dan sebaliknya lewat jalan tol seksi A dan seksi C
3
yang cenderung tidak berhenti di Terminal Induk Terboyo. Berdasarkan Studi
Masterplan Transportasi Tahap I ditetapkan bahwa Terminal Mangkang sebagai salah
satu terminal kelas A yang terletak di sebelah barat Kota Semarang. Pengembangan
terminal Mangkang menjadi terminal kelas A diharapkan akan menambah volume
lalu lintas yang tentunya mempengaruhi sistem pergerakan arus lalu lintas di
sekitarnya.
Berdasarkan masterplan tersebut, Terminal Mangkang dibangun mulai 2003 dengan
biaya Rp 46,5 Milyar menjadi terminal termegah di Pulau Jawa. Penggunaannya
diresmikan pada 10 Agustus 2009, dengan kapasitas yang mampu menampung 105
bus besar, dilengkapi kios, bengkel, serta ruang publik lain. Namun ternyata
peresmian tersebut tidak mendapatkan tanggapan hangat dari publik, karena hingga
awal tahun 2010 Terminal Mangkang masih sepi. Fasilitas terminal Mangkang jauh
lebih baik dan lebih nyaman daripada terminal Terboyo, tapi bis-bis antar kota dan
penumpang pada umumnya menolak masuk terminal Mangkang.
Oleh karena itu, dalam rangka optimalisasi Terminal Mangkang, mulai 1 Maret 2010,
Dishubkominfo Kota Semarang memberlakukan peraturan bahwa Terminal
Mangkang harus menjadi pemberhentian akhir dari seluruh bis arah barat yang
menuju kota Semarang. Bus-bus tersebut tidak boleh lagi masuk kota Semarang dan
melanjutkan perjalanan menuju terminal Terboyo. Mulai hari dan jam tersebut, bus-
bus yang menuju arah barat juga harus memberangkatkan penumpang dari Terminal
Mangkang, bukan Terminal Terboyo.
Namun demikian, sekali lagi gayung tak bersambut. 15 April 2010, massa menyegel
terminal Mangkang karena dianggap sepi dan pengoperasiannya tidak jelas. Beberapa
bagian terminal itu terkesan kumuh, dan kios-kios yang tak laku terisi sampah-
sampah berserakan (detik.com). Pada 28 Juli 2011, Suara Merdeka juga
memberitakan demo awak bus jurusan Sukorejo - Semarang dan Limpung -
Semarang yang kembali menggelar aksi mogok di luar Terminal Mangkang,
memprotes masih adanya bus-bus luar kota yang tidak mau berhenti di terminal.
4
Terakhir, pada 6 Oktober 2011, harian halosemarang memberitakan bahwa
pemerintah kota Semarang mengakui optimalisasi terminal Mangkang masih jauh
dari harapan. Sebab optimalisasi tersebut masih terkendala surat izin trayek
Semarang-Solo dan Semarang-Jogja yang hingga kini belum dikeluarkan oleh Dinas
Perhubungan Provinsi Jawa Tengah.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa pengembangan
Terminal Mangkang menjadi Terminal Tipe A bertujuan untuk mengatur perjalanan
yang berasal dari daerah barat Jawa (Jakarta, Bandung, Cirebon) menuju arah
Yogyakarta, Solo dan Magelang dan sebaliknya. Pengembangan itu diharapkan akan
menambah volume lalu lintas dan mempengaruhi sistem pergerakan arus lalu lintas di
sekitarnya ke arah yang lebih baik. Akan tetapi, hingga kini Terminal Mangkang
masih nampak sepi. Oleh karena itu, masalah yang dibahas dalam mini riset ini
adalah bagaimana efektivitas operasional Terminal Mangkang.
3. Tujuan Penelitian
Tujuan mini riset ini adalah menjelaskan bagaimana efektivitas operasional Terminal
Mangkang.
4. Manfaat Penelitian
a. Bagi Akademisi, mini riset ini dapat menjadi referensi untuk penelitian
lanjutan.
b. Bagi Pemerintah, mini riset ini diharapkan dapat menjadi referensi kebijakan
untuk pengelolaan Terminal Mangkang di masa depan.
c. bagi Masyarakat, mini riset ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi
mengenai transportasi di Semarang pada umumnya, dan terminal Mangkang
pada khususnya.
5
BAB II
TELAAH PUSTAKA
1. Terminal dalam Sistem Transportasi Perkotaan
Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan, Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas
Lalu Lintas, Angkutan Jalan, Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Prasarana
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Kendaraan, Pengemudi, Pengguna Jalan, serta
pengelolaannya. Sedangkan Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah Ruang
Lalu Lintas, Terminal, dan Perlengkapan Jalan yang meliputi marka, rambu, Alat
Pemberi Isyarat Lalu Lintas, alat pengendali dan pengaman Pengguna Jalan, alat
pengawasan dan pengamanan Jalan, serta fasilitas pendukung.
Dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 juga disebutkan bahwa Terminal
adalah pangkalan Kendaraan Bermotor Umum yang digunakan untuk mengatur
kedatangan dan keberangkatan, menaikkan dan menurunkan orang dan/atau barang,
serta perpindahan moda angkutan. Terminal penumpang menurut pelayanannya
dikelompokkan menjadi terminal tipe A, tipe B, dan tipe C.
1) Terminal penumpang tipe A berfungsi melayani kendaraan umum untuk
angkutan antar kota antar propinsi dan/atau angkutan lintas batas negara,
angkutan antar kota dalam propinsi, angkutan kota dan angkutan pedesaan.
2) Terminal penumpang tipe B berfungsi melayani kendaraan umum untuk
angkutan antar kota dalam propinsi, angkutan kota dan/atau angkutan
pedesaan.
3) Terminal penumpang tipe C berfungsi melayani kendaraan umum untuk
angkutan pedesaan
Mengenai penetapan lokasi terminal, Undang-undang tersebut menjelaskan bahwa
penetapan lokasi Terminal dilakukan dengan memperhatikan:
1) tingkat aksesibilitas Pengguna Jasa angkutan;
6
2) kesesuaian lahan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Rencana
Tata Ruang Wilayah Provinsi, dan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten/Kota;
3) kesesuaian dengan rencana pengembangan dan/atau kinerja jaringan Jalan,
jaringan trayek, dan jaringan lintas;
4) kesesuaian dengan rencana pengembangan dan/atau pusat kegiatan;
5) keserasian dan keseimbangan dengan kegiatan lain;
6) permintaan angkutan;
7) kelayakan teknis, finansial, dan ekonomi;
8) Keamanan dan Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; dan/atau
9) kelestarian lingkungan hidup.
Terminal Mangkang Semarang ditetapkan sebagai salah satu terminal kelas A yang
terletak di sebelah barat Kota Semarang berdasarkan pada Studi Masterplan
Transportasi Tahap I. Pengembangan tersebut diharapkan akan menambah volume
lalu lintas yang tentunya mempengaruhi sistem pergerakan arus lalu lintas di
sekitarnya (Widayat, 2009).
Gambar 1. Peta Rencana Jalur Angkutan Umum Massal di Semarang
7
2. Efektivitas Operasional Terminal
Mujoko Raharjo (2005) dalam penelitiannya mengenai Analisis Variabel yang
Mempengaruhi Kinerja Terminal Terboyo menganalisis kinerja terminal Terboyo
berdasarkan lima variabel, yaitu:
a. Kinerja berdasarkan jarak berjalan penumpang.
b. Kinerja berdasarkan kemudahan pencapaian
c. Kinerja berdasarkan ketersediaan fasilitas.
d. Kinerja berdasarkan keamanan
e. Kinerja berdasarkan kenyamanan.
Selain itu, ia juga menganalisis karakteristik penumpang berdasarkan asal
penumpang, tujuan, waktu perjalanan, dan penggunaan moda transportasi; serta
kinerja terminal berdasarkan persepsi penumpang.
8
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Mini riset ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif berdasarkan hasil
interview dan observasi. Dalam pemilihan pendekatan deskriptif kualitatif, supaya
mampu memberikan gambaran singkat tentang efektivitas operasional Terminal
Mangkang.
B. Sasaran Penelitian
Mini riset ini mengkaji tentang efektivitas operasional Terminal Mangkang.
C. Sumber Kajian
Mini riset ini menggunakan studi kepustakaan dan interview. Untuk selanjutnya
dilakukan komparasi diantara semua sumber, sehingga dapat diperoleh gambaran
singkat mengenai efektivitas operasional Terminal Mangkang.
1. Interview dilakukan dengan wawancara secara acak terhadap Sopir Bis,
Pemilik Kios, dan Pengunjung Terminal Mangkang. Pertanyaan-pertanyaan
dalam wawancara telah terlebih dulu disusun sesuai dengan tema penelitian,
namun pertanyaan secara fleksibel dapat berubah sesuai dengan arah
pembicaraan agar tidak menimbulkan kecanggungan. (Panduan pertanyaan
terlampir)
2. Observasi terhadap terminal Mangkang dilakukan pada hari Sabtu, 12
November 2011. (Foto-foto hasil observasi terlampir)
9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam melakukan riset ini, kami menganalisis dua aspek, yaitu Kinerja Terminal
Mangkang dan Pengaruh Keberadaan Terminal Mangkang. Berdasarkan observasi
dan interview, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1) Kinerja Terminal Mangkang
a. Kinerja terminal berdasarkan jarak berjalan penumpang dan kemudahan
pencapaian.
Para calon pengunjung terminal merupakan penumpang bis-bis AKAP
dan AKDP dari arah barat. Pada umumnya, mereka menolak masuk terminal
karena dirasa jarak berjalan penumpang terlalu jauh untuk mendapatkan bis
untuk transit dan biayanya lebih tinggi. Hal ini dirasa terlalu merepotkan dan
memberatkan bagi penumpang, terutama para pedagang. Sehingga,
penumpang dan bus AKAP serta AKDP lebih memilih langsung ke terminal
Terboyo atau masuk kota, dari pada masuk terminal Mangkang.
b. Kinerja terminal berdasarkan fasilitas.
Fasilitas utama yang tersedia di terminal Mangkang adalah sebagai
berikut:
jalur pemberangkatan kendaraan umum;
jalur kedatangan kendaraan umum;
tempat parkir kendaraan umum selama menunggu keberangkatan,
termasuk tempat tunggu dan tempat istirahat kendaraan umum;
bangunan kantor terminal;
tempat tunggu penumpang dan/atau pengantar;
menara pengawas;
loket penjualan karcis;
rambu-rambu dan papan informasi
pelataran parkir kendaraan pengantar dan/atau taksi.
Fasilitas-fasilitas tersebut lengkap, namun yang difungsikan hanya kantor
terminal saja. Sedangkan fasilitas-fasilitas yang lain tidak digunakan.
10
Gambar 2. Lobi Terminal Mangkang
Gambar 3. Tempat Parkir Kendaraan Umum
11
Fasilitas penunjang yang tersedia di terminal Mangkang antara lain
toilet, bengkel, smoking area, ruko, dan tempat ibadah. Bangunan fasilitas-
fasilitas ini terhitung bagus, tapi karena terminal kosong dan tidak ada
pengunjung, akibatnya fasilitas yang ada tidak digunakan dan tidak terawat.
Kios-kios kosong telah kotor dan pintu-pintunya rusak. Sejumlah kaca di
lantai dua terminal pecah dan terdapat coret-coretan di dinding.
Gambar 4. Jajaran Kios Kosong di Terminal Mangkang
Gambar 5. Coret-coretan di Dinding
12
c. Kinerja terminal berdasarkan keamanan.
Kondisi terminal relatif aman. Di depan terminal terdapat petugas
keamanan dan polisi yang berjaga. Namun, karena kondisi terminal sendiri
lengang dan telah beberapa kali disegel oleh massa, maka tidak disarankan
untuk mengunjungi terminal Mangkang seorang diri.
d. Kinerja terminal berdasarkan kenyamanan.
Apabila dibandingkan dengan terminal Terboyo, maka terminal
Mangkang sudah lengkap dan mewah. Di terminal Mangkang bersih, tidak
ada sampah berserakan, tidak becek, tidak terkena rob, dan minim pencopet,
pengemis, maupun pengamen.
2) Pengaruh Keberadaan Terminal Mangkang
a. Pengaruh terminal bagi masyarakat yang mata pencahariannya bergantung
pada keberadaan terminal.
Terminal Mangkang setelah dikembangkan menjadi terminal tipe A
ternyata semakin tidak menarik bagi para penumpang bus dan bus AKAP
serta AKDP. Akibatnya, Terminal Mangkang sepi penumpang dan hanya
menjadi tempat bagi bus-bus mini jarak dekat untuk beristirahat.
Gambar 6. Sopir dan Awak Angkutan Jarak Dekat di Terminal Mangkang
13
Menurut beberapa orang yang berdagang di kios-kios di Terminal
Mangkang, pendapatan mereka setelah pengembangan terminal Mangkang
justru menurun dibandingkan saat terminal Mangkang hanya merupakan
terminal bayangan. Penurunan ini disebabkan oleh naiknya pungutan dan
meningkatnya jumlah kios (yang berarti mengetatnya persaingan), sedangkan
disisi lain penumpang bis yang melewati terminal masih minim.
Sedangkan bagi para awak angkutan jarak dekat yang mangkal di
Terminal Mangkang, pendapatan mereka masih stagnan jika dibandingkan
dengan sebelum pengembangan.
b. Pengaruh terminal bagi sistem transportasi di Kota Semarang.
Melihat fakta bahwa selama hampir tiga tahun sejak dibukanya
terminal Mangkang, bus-bus AKAP dan AKDP masih menolak masuk
terminal, maka dapat disimpulkan bahwa keberadaan terminal Mangkang
belum berpengaruh terhadap sistem transportasi di Semarang. Terminal utama
Semarang masih tetap terminal Terboyo, walaupun kondisi fisiknya lebih
buruk, rutin terkena rob, dan relatif lebih tidak aman.
Berdasarkan analisis kinerja tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
operasional Terminal Mangkang belum efektif, karena belum memberikan pengaruh
yang signifikan bagi sistem transportasi di Kota Semarang maupun masyarakat
sekitar Terminal. Upaya optimalisasi yang pernah dicanangkan tahun 2010 pun tidak
mampu memberikan hasil. Kendala-kendala yang dihadapi terminal Mangkang saat
ini antara lain:
1) Penumpang dan bis luar kota Semarang memilih langsung ke terminal
Terboyo atau masuk kota, dari pada masuk terminal Mangkang.
2) Propinsi belum menerbitkan izin trayek bagi bus Semarang-Jogja dan
Semarang-Solo untuk berakhir di Terminal Mangkang.
3) Fasilitas-fasilitas yang terbengkalai dan tidak digunakan.
4) Petugas di lapangan kurang disiplin dalam melaksanakan peraturan yang
mengharuskan bus-bus AKAP dan AKDP dari arah barat untuk masuk, serta
menaikkan dan menurunkan penumpang di terminal Mangkang.
14
Berdasarkan kondisi tersebut diatas, maka kami merekomendasikan agar
reoptimalisasi terminal Mangkang dilakukan dengan mempertimbangkan hal-hal
berikut:
1) Memindahkan para agen Bus di depan PLN Krapyak ke dalam Terminal
Mangkang. Kondisi di depan PLN Krapyak saat ini sering macet karena
banyak agen bus yang menempatkan pangkalannya disana walau tidak
menyediakan tempat parkir. Jika para agen ini ditempatkan di Terminal
Mangkang, maka selain dapat mengurai kemacetan di Krapyak, juga
mengfungsikan dan meramaikan fasilitas Terminal Mangkang.
2) Memperbaiki jalan di sekitar terminal dan fisik bangunan terminal. Jarak
berjalan yang jauh dan kondisi jalan yang buruk dapat membuat penumpang
bus semakin enggan masuk terminal Mangkang. Oleh karena itu, kondisi jalan
di sekitar Terminal Mangkang perlu diperhatikan.
3) Memanfaatkan bagian-bagian gedung yang masih kosong sebagai tempat
pameran. Kios-kios kosong di Terminal Mangkang masih banyak yang tidak
berpemilik, sedangkan investor juga masih enggan untuk berinvestasi disana
karena terminal masih sepi pengunjung. Jika bagian-bagian gedung yang
kosong ini digunakan untuk mengadakan pameran atau festival tertentu, maka
dapat mengfungsikan sekaligus meramaikan Terminal Mangkang.
4) Mendisiplinkan para petugas yang melaksanakan kebijakan di lapangan.
Pedagang dan awak kendaraan umum di Terminal Mangkang saat ini sudah
apatis dengan jargon-jargon “optimalisasi” yang digaungkan pemerintah kota
Semarang, karena optimalisasi dicanangkan tanpa adanya perubahan berarti
dari sikap petugas di lapangan. Sehingga disiplin para petugas, baik polisi
maupun pengelola terminal, perlu dimonitor dan ditegakkan.
5) Mendesak propinsi agar secepatnya mengeluarkan izin trayek bagi Semarang-
Jogja dan Semarang-Solo untuk berakhir di Terminal Mangkang. Karena,
selama izin trayek ini belum keluar, maka para penumpang akan keberatan
untuk transit via Terminal Mangkang.
Terakhir, pelaksanaan reoptimalisasi hendaknya tidak hanya memaksakan kebijakan,
melainkan juga mengakomodasi kepentingan sopir (awak kendaraan umum) dan
aspirasi penumpang.
15
BAB V
PENUTUP
Operasional Terminal Mangkang belum efektif, karena belum memberikan pengaruh
yang signifikan bagi sistem transportasi di Kota Semarang maupun masyarakat
sekitar Terminal. Diperlukan upaya-upaya konkrit untuk mensukseskan optimalisasi
Terminal Mangkang, yang antara lain meliputi: relokasi agen bus ke dalam terminal
Mangkang, memperbaiki jalan di sekitar terminal dan fisik bangunan terminal,
memanfaatkan bagian-bagian gedung yang masih kosong sebagai tempat pameran,
mendisiplinkan para petugas yang melaksanakan kebijakan di lapangan, serta
penerbitan izin dan pelaksanaan trayek Semarang-Jogja dan Semarang-Solo untuk
berakhir di Terminal Mangkang.
16
Referensi
Bus AKDP dari Selatan Masuk Mangkang Mulai 2012. Harian Seputar Indonesia. 25 September 2011. Jelang Mudik Lebaran; Terminal Mangkang Semarang Masih Lengang. Detiknews. 11 September 2009. Optimalisasi Terminal Mangkang Belum Sesuai Harapan. Halo Semarang. 6 Oktober 2011. Raharjo, Mujoko (2005). Analisis Variabel yang Mempengaruhi Kinerja Terminal Terboyo. Tesis. Universitas Diponegoro. Supir Demo di Terminal Mangkang. Suara Merdeka Cybernews. 28 Juli 2011. Triwibowo, Danang (2006). Karakteristik Pergerakan dan Hubungannya dengan Perkembangan Kawasan Pinggiran. Tesis. Universitas Diponegoro. Widayat, Adi (2009). Evaluasi Terminal Mangkang Sebagai Terminal Type A Kota Semarang terhadap Lalu Lintas di Sekitarnya. Tesis. Universitas Diponegoro.