Download - Era Perspektif Baru Kajian Kewirausahaan
TOPIK UTAMA
Era Perspektif Baru Kajian Kewirausahaan :
Studi Komunikasi Intrapersonal
Wahyu Budi Priatna
Staf Pengajar Fakultas Ekonomi & Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Abstrak
Inti kewirausahaan adalah kemandirian seseorang untuk bertanggung jawab atas nasibnya. Kemandirian yang dibangun dari perjalanan sepanjang kehidupan individu, baik hasil dialog saat kesendiriannya maupun hasil dari proses komunikasi dengan lingkungannya. Kemandirian dalam kewirausahaan tiada lain “kebebasan” atau “kemerdekaan”. Oleh karena itu, kemandirian membu-tuhkan kepercayaan diri yang terukur. Salah satu pisau analisa yang kerap diabaikan dalam studi kewirausahaan adalah komunikasi, dalam hal ini komunikasi intrapersonal. pendekatan komu-nikasi intrapersonal memainkan peranan yang sangat penting karena akan mampu memberikan pandangan yang lebih komprehensif tentang kewirausahaan. Dialog di dalam diri individu yang memilih jalan hidup sebagai wirausaha, telah mampu melampaui kekhawatiran akan “keamanan penghasilan” (gaji rutin meskipun rendah), seandainya dia memilih profesi sebagai pegawai perus-ahaan atau pemerintah. Wirausaha telah melepaskan diri dari budaya “prihatin asal aman”, dengan kemampuan dan keberanian mengambil resiko.
Kata Kunci: Kajian Kewirausahaan, Komunikasi Intrapersonal
Pendahuluan
Penelaahan tentang usaha kecil, selama
ini secara umum lebih menekankan pada aspek
-aspek ekonomi dan manajemen. Hal ini tid-
aklah sebuah kekeliruan. Kewirausahaan
merupakan salah satu jalan untuk pemenuhan
aspek kesejahteraan, yang ditandai dengan
adanya peningkatan keuntungan, yang sering-
kali diukur dari hasil finansial bagi pengu-
sahanya. Namun demikian, pengabaian ter-
hadap proses pembentukan jiwa
kewirausahaan sejatinya hanya akan
menghantarkan proses kemandirian usaha
(wirausaha) ini menjadi sebuah kesia-siaan
belaka.
Salah satu pisau analisa yang kerap dia-
baikan dalam studi kewirausahaan adalah
komunikasi, dalah hal ini komunikasi in-
trapersonal. Menurut West dan Turner (2007),
komunikasi intrapersonal merupakan komu-
nikasi yang berlangsung dalam diri, meliputi
kegiatan berbicara kepada diri sendiri (dialog
internal), serta kegiatan mengamati dan mem-
beri makna (intelektual dan emosional) ter-
hadap lingkungan. dialog internal dalam diri
manusia adalah esensi dari komunikasi in-
trapersonal. Komunikasi intrapersonal selain
memberikan penilaian terhadap orang lain, ju-
ga memberikan kesempatan bagi individu un-
tuk menilai dirinya sendiri. Individu akan
memiliki kemampuan untuk menilai tentang
kelebihan dan kekurangan dirinya dalam be-
berapa situasi tertentu. Selanjutnya dikatakan
bahwa, penelitian komunikasi intrapersonal
berfokus pada kognisi, simbol dan niat
(intensi) yang dimiliki seseorang terhadap per-
ilaku tertentu.
Dengan demikian, pendekatan komu-
nikasi intrapersonal memainkan peranan yang
sangat penting karena akan mampu mem-
berikan pandangan yang lebih komprehensif
tentang kewirausahaan. Dialog di dalam diri
individu yang memilih jalan hidup sebagai
wirausaha, telah mampu melampaui kek-
hawatiran akan “keamanan penghasilan” (gaji
rutin meskipun rendah), seandainya dia mem-
ilih profesi sebagai pegawai perusahaan atau
pemerintah. Wirausaha telah melepaskan diri
dari budaya “prihatin asal aman”, dengan ke-
mampuan dan keberanian mengambil risiko.
Berangkat dari fenomena tersebut,
maka penelaahan kewirausahaan tidak cukup
hanya dengan mengandalkan pada proses pem-
belajaran, pelatihan keterampilan berusaha dan
dukungan pemodalan. Dalam situasi demikian,
maka pendekatan komunikasi adalah sebuah
pilihan konstruksi berfikir paradigmatik yang
mampu memberikan penjelasan tentang belum
tumbuhkembangnya jiwa kewirausahaan itu
sendiri. Melalui pendekatan komunikasi in-
trapersonal, akan dapat menjelaskan berbagai
faktor yang diestimasi dapat menjadi indikator
untuk upaya-upaya meningkatkan dan
mengembangkan kewirausahaan.
Studi kali ini bersifat kajian kepustakaan
tentang dinamika perilaku kewirausahaan se-
bagai aktivitas terencana yang berbasis pada
komunikasi intrapersonal pada pengusaha,
khususnya agribisnis. Mengapa hal ini
dikedepankan ? Krisis pada Juli 1997, yang
awalnya bertumpu pada keuangan, berlanjut
menjadi krisis multi dimensi. Hal ini semakin
menyadarkan banyak pihak adanya kekeliruan
dalam menerapkan prinsip perekonomian.
Pemerintah cenderung mengutamakan ke-
bijakan makro ekonomi. Tetapi sektor riil yang
lebih berkeadilan dan pemerataan, kurang
mendapat perhatian. Padahal, sebagian besar
masyarakat menghidupi keluarga mereka dari
sektor riil (Basri & Munandar, 2009).
Menurut Kolopaking (2009), kondisi
krisis yang lebih buruk dapat diredam oleh
perkembangan sektor tradisional dan kecil
(ekonomi kerakyatan). Fungsi penyelamatan
ini segera terlihat pada sektor-sektor penye-
diaan kebutuhan pokok rakyat melalui
produksi dan normalisasi distribusi. Bukti ter-
sebut paling tidak telah menumbuhkan opti-
misme baru bagi sebagian besar orang yang
menguasai sebagian kecil sumberdaya, akan
kemampuannya untuk menjadi motor pertum-
buhan bagi pemulihan ekonomi. Suherman
(2008) menyatakan bahwa, usaha mikro-kecil
(UMK) merupakan salah satu solusi keberlang-
sungan ekonomi negara yang langsung bersen-
tuhan pada eksistensi masyarakat secara
berkesinambungan.
Sejarah perekonomian Indonesia di masa
Acta diurnA │Vol 6 No 2 │2010
PENTINGNYA KOMUNIKASI ARTIFAKTUAL DALAM KEBERHASILAN MODIFIKASI KOMUNIKASI ANTARMANUSIA
Era Perspektif Baru Kewirausahaan : Studi Komunikasi Intrapersonal
25
krisis, telah menunjukkan kelenturan dan ke-
mandirian usaha mikro, kecil dan menengah
(UMKM), terutama UMK dibandingkan para
pengusaha besar (Kusmuljono, 2009; Basri &
Munandar, 2009; Kolopaking, 2009, Tambu-
nan, 2009). Pelaku UMK lebih dari 45 persen
bergerak di sektor agribisnis. Ketangguhan
sektor agribisnis diindikasikan oleh kemampu-
annya untuk tumbuh secara positif (0,22%).
Sementara perekonomian nasional secara agre-
gat mengalami kontraksi yang sangat hebat (-
13,7%), sehingga terjadi penurunan penyera-
pan tenaga kerja nasional. Hal yang se-
baliknya, sektor agribisnis justru mampu
meningkatkan kapasitas penyerapan tenaga
kerja. Fakta empiris ini menunjukkan bahwa
sektor agribisnis merupakan sektor yang paling
tangguh dalam menghadapi krisis, dan paling
berjasa dalam menampung pengangguran se-
bagai akibat krisis (Saragih, 2001).
Pada saat krisis keuangan global tahun
2008, kembali membuktikan bahwa
perekonomian harus dibangun dengan mem-
perkokoh real based economy. Rente ekonomi
harus dilakukan dengan kegiatan investasi
yang produktif (Kolopaking, 2009; Basri dan
Munandar, 2009). Pemerintah sudah seha-
rusnya, memberikan lebih banyak kesempatan
dan fasilitas untuk perkembangan sektor riil.
Keberpihakan pemerintah, khususnya pada
UMK agribisnis merupakan pilihan tepat kare-
na keberadaan pemerintah untuk mensejahtera-
kan kehidupan nyata rakyatnya, bukan hanya
mengejar pertumbuhan ekonomi yang kese-
jahteraan rakyat diwakili sebagian kecil pengu-
saha besar. Meskipun, lapisan atas mulai pulih
semenjak tahun 2003, lebih cepat dibanding-
kan kelompok usaha rakyat. Namun menyisa-
kan persoalan hutang dalam jumlah yang san-
gat besar, yang mesti ditanggung oleh generasi
selanjutnya. Pengusaha besar dengan segala
fasilitas yang diberikan perbankan dan keber-
pihakan kebijakan pemerintah, terbukti rapuh
menopang perekonomian Indonesia.
Krisis keuangan global telah mengajarkan
kepada banyak negara maju, untuk kembali
pada basic ekonomi, yaitu UMK, khususnya
UMK pertanian. Dari sisi pengembangan
pasar, krisis menunjukkan pentingnya
mendayagunakan pasar domestik dan tidak
tergantung hanya pada pasar global. Pasar
domestik, ternyata menyimpan potensi
ekonomi yang juga sangat besar (Kusmuljono,
2009; Daryanto, 2009).
Kondisi tersebut merupakan peluang besar
bagi tumbuhnya wirausaha-wirausaha Indone-
sia, untuk masuk ke sektor agribisnis berskala
kecil, karena kelenturannya sekalipun
menghadapi berbagai kondisi krisis. Selain itu,
pengembangan pengusaha kecil diyakini telah
mampu meningkatkan pertumbuhan dan men-
gubah struktur ekonomi nasional menjadi lebih
kokoh dan berimbang (Pambudy dkk., 1999).
Peranan wirausaha kecil agribisnis yang
mampu bertahan dari kebangkrutan
perekonomian nasional, mengindikasikan
ketangguhan usaha yang dikelolanya. Hal ini
menarik untuk menjadikan wirausaha kecil ag-
ribisnis sebagai subjek dari penelitian yang
akan dilakukan. Wirausaha kecil agribisnis
Acta diurnA │Vol 6 No 2 │2010
PERILAKU COPING MAHASISWA DALAM MENGATASI STRES MENGIKUTI MATA KULIAH MPK KUANTITATIF
Perilaku Coping Mahasiswa dalam Mengatasi Stres Mengikuti Mata Kuliah MPK Kuantitatif Pentingnya Komunikasi Artifaktual
dalam Keberhasilan Modifikasi Komunikasi Antarmanusia Era Perspektif Baru Kewirausahaan :
Studi Komunikasi Intrapersonal
adalah sumberdaya manusia yang paling
menentukan keberlangsungan usaha kecil agri-
bisnis. Oleh karena itu, pemahaman terhadap
wirausaha kecil agribisnis, diharapkan akan
membantu perkembangannya.
Komunikasi intrapersonal menjadi fokus
penelitian yang akan dilakukan karena
kewirausahaan tidak sekedar kemampuan da-
lam berbuat, tetapi lebih jauh merupakan pros-
es pengolahan informasi untuk berperilaku
wirausaha. Dengan demikian, dialog dalam diri
sendiri merupakan faktor yang sangat menen-
tukan munculnya perilaku kewirausahaan yang
ditampilkan. Dialog dalam diri sendiri bukan-
lah proses yang terlepas dari aktivitas individu
dengan pihak lain dan lingkungannya. Namun
justru, dialog terjadi sebagai hasil dan aktivitas
individu saat bertransaksi dengan pihak lain
dan lingkungan sekitar.
Rakhmat (1994), menjelaskan bahwa
psikologi tidak hanya mengulas komunikasi
diantara neuron, tetapi mencoba menganalisis
seluruh komponen yang terlibat dalam proses
komunikasi. Psikologi mengkaji komunikasi
intrapersonal, yakni berkaitan dengan berbagai
karakteristik dan sifat-sifat individu serta
menganalisis berbagai faktor internal maupun
eksternal yang mempengaruhi perilaku komu-
nikasinya. Selain itu, psikologi tertarik juga
untuk memahami komunikasi antarpribadi dan
penggunaan lambang-lambang yang
digunakan. Selanjutnya dijelaskan bahwa, pen-
dekatan psikologi berkaitan dengan kesadaran
dan pengalaman manusia, terutama pada per-
ilaku manusia dan mencoba menyimpulkan
proses kesadaran yang menyebabkan ter-
jadinya perilaku itu.
Menurut West dan Turner (2007), komu-
nikasi intrapersonal merupakan komunikasi
yang berlangsung dalam diri, meliputi kegiatan
berbicara kepada diri sendiri (dialog internal),
serta kegiatan mengamati dan memberi makna
(intelektual dan emosional) terhadap ling-
kungan. Dengan demikian, pendekatan komu-
nikasi intrapersonal memainkan peranan yang
sangat penting karena akan mampu mem-
berikan pandangan yang lebih komprehensif
tentang kewirausahaan, yang selama ini lebih
banyak dikaji dari sudut pandang manajemen
dan ekonomi.
Pemikiran West & Turner (2007),
menekankan bahwa dialog internal dalam diri
manusia adalah esensi dari komunikasi in-
trapersonal. Komunikasi intrapersonal selain
memberikan penilaian terhadap orang lain, ju-
ga memberikan kesempatan bagi individu un-
tuk menilai dirinya sendiri. Individu akan
memiliki kemampuan untuk menilai tentang
kelebihan dan kekurangan dirinya dalam be-
berapa situasi tertentu. Selanjutnya dikatakan
bahwa, penelitian komunikasi intrapersonal
berfokus pada kognisi, simbol dan niat
(intensi) yang dimiliki seseorang terhadap per-
ilaku tertentu.
Mulyana (2005) berpendapat, bahwa
istilah komunikasi intrapersonal sebenarnya
belum tepat, karena pengertian segala perilaku
dapat disebut komunikasi jika melibatkan dua
orang atau lebih. Namun demikian, tidak dira-
gukan sebelum individu melakukan komu-
Acta diurnA │Vol 6 No 2 │2010
PENTINGNYA KOMUNIKASI ARTIFAKTUAL DALAM KEBERHASILAN MODIFIKASI KOMUNIKASI ANTARMANUSIA
Pentingnya Komunikasi Artifaktual dalam Keberhasilan Modifikasi Komunikasi Antarmanusia
Era Perspektif Baru Kewirausahaan : Studi Komunikasi Intrapersonal
27
nikasi dengan orang lain akan melakukan
komunikasi dengan diri sendiri. Berdasarkan
pemikiran Mulyana (2007), komunikasi in-
trapersonal merupakan landasan komunikasi
antarpribadi dan komunikasi dalam konteks-
konteks lainnya. Komunikasi intrapersonal da-
lam disiplin komunikasi belum dipaparkan
secara rinci dan tuntas, karena melekat pada
komunikasi antarpribadi dan bentuk-bentuk
komunikasi lainnya. Hal yang sangat menarik
dikatakannya bahwa, keberhasilan komunikasi
kita dengan orang lain bergantung pada
keefektifan komunikasi kita dengan diri
sendiri.
Dalam tinjauan teori komunikasi yang
berperspektif psikologi tersebut, pada awalnya
intensi untuk melaksanakan sesuatu dijelaskan
dalam Teori Tindakan Beralasan (Theory of
Reasoned Action) dari Martin Fishbein & Icek
Ajzen (1975). Teori Tindakan Beralasan meru-
pakan salah satu teori terbaik yang mampu
menjelaskan tentang bagaimana sikap
mempengaruhi perilaku melalui intensi per-
ilaku (Baldwin et. al. 2004). Selanjutnya
dikatakan, bahwa teori didesain dengan
mengetahui intensi perilaku terhadap situasi
atau objek spesifik. Teori ini mengemukakan
bahwa intensi perilaku dipengaruhi oleh faktor
sikap terhadap perilaku (attitude toward the
behavior) dan norma-norma subjektif
(subjective norms).
Fishbein dan Ajzen (1975) mendefinisi-
kan intensi perilaku dalam teorinya, sebagai
penempatan seseorang dalam suatu dimensi
kemungkinan subjektif dalam kaitannya antara
dirinya dengan beberapa tindakan. Sikap ter-
hadap perilaku adalah evaluasi positif atau
negatif dari individu sebagai perwujudan ket-
ertarikan terhadap perilaku tertentu. Norma
subjektif adalah persepsi sebagian besar orang
yang dianggap penting bagi dirinya yang
mengharapkan dirinya melakukan atau tidak
melakukan suatu perilaku tertentu. Beberapa
tahun kemudian, setelah melalui serangkaian
pengujian dan kritik, maka Icek Ajzen me-
nyempurnakan teorinya dengan memper-
luasnya menjadi Teori Perilaku Terencana
(Theory of Planned Behavior) pada tahun
1985. Faktor kendali perilaku terasakan
(perceived behavioral control) dimasukan se-
bagai yang juga mempengaruhi intensi per-
ilaku.
Kajian tentang wirausaha dalam perspek-
tif komunikasi adalah salah satu kecabangan
disiplin ilmu komunikasi yang relatif belum
dikembangkan di Indonesia. Selama ini, pen-
elaahan wirausaha dan kewirausahaan lebih
banyak didekati dari disiplin ilmu manajemen
dan ekonomi. Padahal yang tidak dapat dia-
baikan dari interaksi wirausaha adalah manusia
sebagai pelaku komunikasi.
Zimmerer & Scarborough (2008), menya-
takan wirausaha dituntut untuk menyukai
tanggung jawab, keberanian mengambil resiko,
memiliki kepercayaan diri, hasrat untuk lang-
sung mendapatkan umpan balik, semangat
yang tinggi, orientasi ke depan, keterampilan
mengorganisasi, menilai prestasi lebih tinggi
dari uang, berkomitmen tinggi, toleransi pada
ketidakpastian, fleksibelitas, dan keuletan. Hal
Acta diurnA │Vol 6 No 2 │2010
PERILAKU COPING MAHASISWA DALAM MENGATASI STRES MENGIKUTI MATA KULIAH MPK KUANTITATIF
Perilaku Coping Mahasiswa dalam Mengatasi Stres Mengikuti Mata Kuliah MPK Kuantitatif Pentingnya Komunikasi Artifaktual
dalam Keberhasilan Modifikasi Komunikasi Antarmanusia Era Perspektif Baru Kewirausahaan :
Studi Komunikasi Intrapersonal
ini mengindikasi pentingnya kepemilikian po-
tensi diri, yang hanya muncul ketika individu
mampu melakukan dialog wirausaha secara
internal. Menurut Mulyana (2007), keefektifan
komunikasi kita dengan diri sendiri akan
menentukan keberhasilan komunikasi kita
dengan orang lain.
Griffin (2006) mengemukakan bahwa,
salah satu dalam pemetaan studi komunikasi
adalah penemuan kebenaran secara sistematis
dan berbasis pada prinsip kausalitas. Me-
mahami komunikasi sejatinya adalah berbicara
tentang proses interaksi, yang mana individu
memanfaatkan bentuk tanda atau simbol untuk
membentuk dan memberikan makna dalam
sebuah hubungan (Mulyana, 2005; West &
Turner, 2007). Mereka juga menandaskan,
bahwa komunikasi terjadi jika orang memberi
makna pada pesan yang dikirim oleh sumber
dalam rangka mempengaruhi.
Penelitian yang akan dilakukan termasuk
dalam kajian komunikasi intrapersonal di mana
berlangsung dialog internal di dalam diri
wirausaha. Morrow, 1998 (dalam West &
Turner, 2007) mengungkapkan bahwa aktivitas
manusia didominasi oleh perilaku konversasi
dengan dirinya sendiri, alih-alih dengan orang
lain. Aitken & Shedletsky, 1997 (dalam West
& Turner, 2007) menambahkan, bahwa komu-
nikasi intrapersonal menghadirkan pula
atribusi tentang apa yang seharusnya diper-
buat. Dengan kata lain, melalui dialog internal
seseorang berusaha membentuk dan
menghadirkan pemaknaan yang dipersepsikan
penting dalam kehidupan.
Acta diurnA │Vol 6 No 2 │2010
PENTINGNYA KOMUNIKASI ARTIFAKTUAL DALAM KEBERHASILAN MODIFIKASI KOMUNIKASI ANTARMANUSIA
Pentingnya Komunikasi Artifaktual dalam Keberhasilan Modifikasi Komunikasi Antarmanusia
Era Perspektif Baru Kewirausahaan : Studi Komunikasi Intrapersonal
Indikator 2005 2007
Jumlah total UMKM (unit) 44.689.588 49.840.489
Total UMKM/Total Usaha (%) 99,90 99,99
Tenaga kerja UMKM (orang) 77.678.498 91.752.318
Tenaga kerja UMKM terhadap Total TK (%) 96,77 97,33
Investasi UMKM (Rp miliar) 275.367 462.012
PDB dari UMKM (Rp miliar) 1.480.003 2.121.310
PDB UMKM terhadap Total PDB (%) 54,22 53,60
Ekspor Non Migas UMKM (Rp miliar) 109.129 142.822
Ekspor Non Migas UMKM terhadap Total Ekspor (%) 19,16 20,02
Tabel 1. Peranan UMKM dalam Perekonomian Nasional Tahun 2005 dan 2007
Sumber: Kusmuljono (2009)
Peranan UMKM dalam perekonomian
Indonesia pada tahun 2005 dan 2007 diper-
lihatkan pada Tabel 1. Peranan UMKM dalam
perekonomian Indonesia pada tahun 2007,
mengidentifikasikan pula bahwa jumlah usaha
mikro sekitar 47,7 juta unit usaha (95,7% total
UMKM), yang mampu menyerap hampir 77
juta orang atau 81,7% dari total tenaga kerja
(Kusmuljono, 2009). Dengan demikian, usaha
mikro adalah usaha yang paling banyak
digeluti dan menyerap tenaga kerja. Apabila
pemerintah mampu meningkatkan 10% - 15%
29
usaha mikro menjadi usaha kecil, maka bisa
diharapkan pengangguran terbuka yang pada
Agustus 2009 berjumlah sekitar sembilan juta
orang, akan segera mendapat pekerjaan.
Di Indonesia batasan mengenai UMKM
telah ditentukan dengan terbitnya Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang
UMKM (Tabel 2). Nilai nominal sebagai krite-
ria pengelompokan usaha, dapat mengalami
perubahan sesuai dengan perkembangan
perekonomian, yang diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
Acta diurnA │Vol 6 No 2 │2010
PENTINGNYA KOMUNIKASI ARTIFAKTUAL DALAM KEBERHASILAN MODIFIKASI KOMUNIKASI ANTARMANUSIA
Pentingnya Komunikasi Artifaktual dalam Keberhasilan Modifikasi Komunikasi Antarmanusia
Era Perspektif Baru Kewirausahaan : Studi Komunikasi Intrapersonal
Tabel 2. Kriteria UMKM Menurut Undang-Undang No 20 Tahun 2008
Usaha Mikro Usaha Kecil Usaha Menengah
Aset < Rp 50 jt
(tidak termasuk tanah dan
bangunan)
Rp 50 jt < Aset < Rp. 500 jt
(tidak termasuk tanah dan bangunan)
Rp 500 jt < Aset < Rp10M
(tidak termasuk tanah dan
bangunan)
Omset per th < 300 jt Rp 300 jt < Omset per th < Rp 2.5M Rp 2.5M < Omset per th < Rp
Sumber: Kusmuljono (2009)
Wirausaha adalah individu-individu yang
berorientasi pada tindakan, bermotivasi tinggi,
dan berani mengambil resiko dalam mengejar
tujuannya (Meredith et al, 1996; Suryahadi,
2007; Suryana, 2008; Zimmerer &
Scarborough, 2008; Nitisastro, 2009;). Dengan
demikian, wirausaha memiliki karakteristik
percaya diri, berorientasi pada tugas dan hasil,
pengambil resiko, mandiri, inisiatif, energik,
dan bekerja keras. Wirausaha juga memiliki
kemampuan untuk memimpin, berjiwa
inovatif, kreatif, dan be-rorientasi masa depan.
Drucker (1985) menyatakan bahwa di
Amerika, wirausaha seringkali diartikan se-
bagai seseorang yang memulai bisnis baru,
kecil dan milik sendiri. Selain itu, wirausaha
selalu mencari perubahan (inovasi), me-
nanggapinya dan memanfaatkannya sebagai
peluang. Sumahamijaya, 1980 (dalam
Soesarsono, 1996), mengartikan wirausaha se-
bagai sifat keberanian, keutamaan, keluhuran
dan keteladanan dalam mengambil risiko yang
bersumber pada kemampuan sendiri. Oleh ka-
rena itu, wirausaha mengarah pada dua aspek
utama, yaitu (1) mengembangkan dan
memupuk sikap mental wira (berani, utama,
luhur, teladan); dan (2) sikap mental berusaha
(inovatif, mandiri).
Menurut Soesarsono (1996), kemajuan
dan keterbelakangan suatu negara bukan
disebabkan karena baru atau sudah lama
merdeka, bukan berlimpahnya kekayaan alam,
luas wilayah atau jumlah penduduk yang di-
miliki, tetapi karena sumberdaya manusia yang
bemutu tinggi (wirausaha). Selanjutnya
dikatakan wirausaha adalah individu-individu
yang mempunyai sikap mental ksatria dan
mampu “berdiri sendiri”, terutama untuk mem-
peroleh nafkah dan kebutuhan hidup. “Berdiri
sendiri” hendaknya ditafsirkan secara kritis
dan dinamis, yaitu menuntut adanya kerjasama
dan interaksi yang erat serta kepercayaan diri
untuk mengatasi berbagai tantangan hidup.
Indonesia dengan luas wilayah dan jumlah
penduduk yang besar, serta kekayaan alam
yang luar biasa, sampai sekarang belum dapat
mensejahterakan rakyatnya sesuai amanat
UUD 1945. Padahal berdasarkan pemaparan
Kusmuljono (2009), Indonesia adalah
penghasil crude palm oil (CPO) terbesar di
dunia tetapi pusat transaksinya di Rotterdam,
penghasil karet nomor dua di dunia dengan
pusat transaksinya di Ohio-AS, rumput laut,
rempah-rempah, kopi, kakao (transaksi di
Swiss) dan masih banyak produk perkebunan
lainnya. Indonesia juga penghasil gas alam
kedelapan terbesar di dunia, penghasil batu
bara dan emas ketujuh terbesar di dunia,
penghasil minyak bumi serta penghasil
tembaga dan nikel nomor lima dunia.
Subianto, et. al. (2009) mengatakan juga
bahwa Indonesia merupakan negara tropis
terbesar kedua, sedangkan panjang pantai dan
luas lautnya terluas ke empat di dunia.
Fenomena terjadi karena masih lemahnya
kemampuan bangsa Indonesia mengelola sum-
berdaya, yang mengindikasikan masih sangat
kurangnya jumlah wirausaha. Wirausaha-
wirausaha harus terus didorong, setidaknya
untuk lingkup agribisnis yang merupakan
lapangan pekerjaan yang paling banyak dige-
luti oleh masyarakat dan fundamental
perekonomian masyarakat Indonesia
(Solahuddin, 2009; Mangkuprawira, 2009). Di
Indonesia konsep dan pemikiran sistem dan
usaha agribisnis dikembangkan antara lain
oleh Saragih dkk., dengan modifikasi
kepentingan dan perkembangan masyarakat
Indonesia sendiri.
Sistem agribisnis merupakan totalitas atau
kesatuan kinerja agribisnis yang terdiri dari
subsistem agribisnis hulu yang berupa kegiatan
ekonomi input produksi, informasi, dan
teknologi; subsistem usahatani, yaitu kegiatan
produksi pertanian primer tanaman dan hewan;
subsistem agribisnis pengolahan, subsistem
pemasaran; dan subsistem penunjang, yaitu
dukungan sarana dan prasarana serta ling-
kungan yang kondusif bagi pengembangan ag-
ribisnis (Saragih, 2001; Tampubolon, 2002;
Krisnamurthi, 2005). Dengan demikian, pem-
bangunan sistem agribisnis mencakup lima sub
Acta diurnA │Vol 6 No 2 │2010
PERILAKU COPING MAHASISWA DALAM MENGATASI STRES MENGIKUTI MATA KULIAH MPK KUANTITATIF
Perilaku Coping Mahasiswa dalam Mengatasi Stres Mengikuti Mata Kuliah MPK Kuantitatif Pentingnya Komunikasi Artifaktual
dalam Keberhasilan Modifikasi Komunikasi Antarmanusia Era Perspektif Baru Kewirausahaan :
Studi Komunikasi Intrapersonal
Gambar 1. Konsep Sistem Agribisnis
Subsistem Penga-daan&
Distribusi Input:
Subsistem Budidaya:
Subsistem Pengolahan
Hasil:
Subsistem Pemasaran:
Subsistem Penunjang: Pemerintah, Koperasi, Perbankan, Lembaga Penelitian, Asosiasi, Transportasi, Asuransi,
dll.
31
Pengembangan agribisnis telah menjadi
kebijakan pemerintahan 2004-2009 dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat In-
donesia melalui revitalisasi pertanian dalam
arti luas. Pembangunan pertanian diarahkan
untuk mendorong pengamanan ketahanan pan-
gan, peningkatan daya saing, diversifikasi,
peningkatan produktivitas dan nilai tambah
produk pertanian, peternakan, perkebunan,
perikanan serta kehutanan untuk peningkatan
kesejahteraan petani dan nelayan. Hal ini
mengandung makna bahwa, dibutuhkan lebih
banyak sumberdaya manusia yang mampu un-
tuk melakukan kegiatan kewirausahaan
(Daryanto, 2009).
Sebuah pertanyaan besar kemudian
mengemuka, ketika berwirausaha adalah se-
buah solusi yang konstruktif dalam meng-
gerakkan sektor riil, yang sekaligus membuka
lapangan pekerjaan, dan bermuara pada pen-
ingkatan kesejahteraan hidup, mengapa banyak
program pemerintah maupun swasta yang
merupakan stimulus untuk wirausaha rakyat
mengalami banyak kendala, bahkan kegaga-
lan? Apakah benar hanya karena masyarakat
lebih suka memilih profesi sebagai pegawai
pemerintah atau swasta yang sifatnya depen-
dentif? Apa yang menjadi pertimbangan indi-
vidu dalam memilih wirausaha sebagai “jalan
hidup”?
Banyak bukti empiris yang menunjukkan,
kegagalan program stimulus wirausaha karena
faktor ketepatan pemilihan calon penerima
stimulus yang masih lemah. Ternyata calon
kurang cukup, bahkan tidak memiliki faktor-
faktor wirausaha. Kuratko & Hodgetts (2007);
Hisbrich et al (2008); Zimmerer & Scar-
borough (2008); Baron & Shane (2008),
menyatakan wirausaha menuntut suatu sikap
dan laku berupa keberanian mengambil resiko,
bijaksana dalam pembuatan keputusan, ke-
pandaian dalam melihat peluang dan berke-
mampuan manajerial yang baik, dan di atas
segala-galanya wirausaha menuntut intensi un-
tuk melakukan kegiatan bisnis.
Nybakk & Hansen (2008) mengungkap-
kan, kewirausahaan dan inovasi telah
mendapatkan perhatian banyak dalam berbagai
penelitian, namun sangat sedikit yang
mengkhususkan diri dalam pembahasaan usaha
skala kecil. Riset yang dilakukan di Norwegia
menunjukkan, bahwa para wirausaha yang
memiliki sikap yang positif untuk mandiri
cenderung akan mengubah cara mereka
mengelola usaha dan berimplikasi pada
meningkatknya tingkat kesejahteraan. Se-
dangkan dalam studi pengelolaan kepa-
riwisataan di Australia ditemukan fakta bahwa
melalui kewirausahaan, seseorang mampu
melihat potensi dari situasi yang secara ke-
banyakan orang dinilai sebagai kerumitan mul-
tidimensi alih-alih menganggapnya sebagai
penghambat dominan yang tidak mungkin
terselesaikan (Russell & Faulkner, 2004).
Penelitian serupa yang dilakukan di Yunani
menunjukkan bahwa kreativitas, proaktivitas
dan kendali situasi menentukan hasrat dan pen-
itikberatan individu untuk terlibat dalam
kegiatan kewirausahaan (Zampetakis, 2008).
Sedangkan di China, selain pemberdayaan
Acta diurnA │Vol 6 No 2 │2010
PERILAKU COPING MAHASISWA DALAM MENGATASI STRES MENGIKUTI MATA KULIAH MPK KUANTITATIF
Perilaku Coping Mahasiswa dalam Mengatasi Stres Mengikuti Mata Kuliah MPK Kuantitatif Pentingnya Komunikasi Artifaktual
dalam Keberhasilan Modifikasi Komunikasi Antarmanusia Era Perspektif Baru Kewirausahaan :
Studi Komunikasi Intrapersonal
masyarakat lokal, deregulasi kebijakan dan
pemberian hak privatisasi atas hasil karyanya,
maka kebangkitan usaha mikro dan kecil
ditandai oleh perilaku kewirausahaan secara
massif (Gibb & Li, 2003). Bergevoet, et. al.
(2004) menambahkan, penelitian pada peter-
nak sapi perah di Belanda menunjukkan bahwa
tujuan, ekspektasi dan sikap secara signifikan
lebih menentukan strategi dan perilaku
kewirausahaan alih-alih besaran kepemilikan
usaha itu sendiri.
Studi yang dilakukan oleh Van Gelderen
et al (2008) dalam Career Development
International, tentang intensi wirausaha
dengan menggunakan Teori Perilaku
Terencana. Metodologi yang digunakan adalah
studi replikasi sampel. Penelitian dimulai
dengan riset kualitatif terhadap 373 mahasiswa
dua perguruan tinggi di Belanda. Pertanyaan
pokok yang diajukan adalah (1) Menurut anda,
aspek apa yang menarik tentang wirausaha?
dan (2) Aspek apa yang anda pikir tidak
menarik tentang wirausaha? Dua pertanyaan
terbuka lainnya digunakan untuk menentukan
kendali keyakinan, yaitu (1) apa yang
diperlukan untuk mendirikan sebuah bisnis?
dan (2) apa yang dibutuhkan untuk sukses
menjalankan bisnis?
Hasilnya, yang menarik dari wirausaha
adalah otonomi dan tantangan, yang tidak
menarik adalah kurangnya keamanan finansial
dan beban kerja. Berdasarkan literatur, peneliti
memasukan variabel akumulasi pendapatan
dan kekayaan. Jawaban untuk dua pertanyaan
berikutnya adalah ketekunan dan kreativitas.
Peneliti kembali memasukan variabel tamba-
han dari literatur, yakni kesiapan berwirausaha
dan efektivitas diri.
Variabel-variabel tersebut, kemudian
dioperasionalkan pada komponen-komponen
dari Teori Perilaku Terencana. Pengujian in-
tensi wirausaha dilakukan kepada para maha-
siswa studi sarjana administrasi bisnis dari em-
pat perguruan tinggi lainnya, dengan ukuran
total sampel 1.225 orang. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada dua variabel yang
paling penting dari penjelasan intensi
wirausaha, yaitu adanya kesiapan berwirausaha
dan pentingnya keamanan financial (financial
security).
Studi ini juga menunjukkan intensi
wirausaha dapat dijelaskan dengan baik oleh
Teori Perilaku Terencana. Namun demikian,
Teori Perilaku Terencana hanya mampu men-
jelaskan 35 persen dari varians dalam niat
wirausaha. Menurut peneliti, hal ini dikare-
nakan faktor usia sampel yang rata-rata 22 ta-
hun dan masih mahasiswa, sehingga pada
umumnya belum pasti dalam memutuskan ka-
rirnya.
Van Gelderen et al telah melakukan
pengujian Teori Perilaku Terencana dengan
dua tahap penelitian, yang sampelnya
mahasiswa. Penelitian yang akan dilakukan,
berusaha untuk menerapkanya pada sampel
para wirausaha kecil dibidang agribisnis,
dengan mempertimbangkan kelompok usaha
yang dilakukannya (off farm hulu, on farm, off
farm hilir).
Zampetakis (2008), dengan penelitiannya
Acta diurnA │Vol 6 No 2 │2010
PENTINGNYA KOMUNIKASI ARTIFAKTUAL DALAM KEBERHASILAN MODIFIKASI KOMUNIKASI ANTARMANUSIA
Pentingnya Komunikasi Artifaktual dalam Keberhasilan Modifikasi Komunikasi Antarmanusia
Era Perspektif Baru Kewirausahaan : Studi Komunikasi Intrapersonal
33
yang berjudul The role of creativity and proac-
tivity on perceived entrepreneurial desirability
memfokuskan diri pada peranan kreativitas dan
sifat proaktif mahasiswa di Yunani terhadap
intensi kewirausahaan. Penelitian
menggunakan Teori Perilaku Terencana dan
Model Kegiatan Kewirausahaan untuk menguji
pada 199 mahasiswa dari tiga univesitas di
Yunani, yang berlatar belakang pendidikan
manajemen sumberdaya manusia.
Pengolahan datanya menggunakan teknik
analisa Struktural Ekuasi Model (SEM). Hasil-
nya menunjukkan bahwa, secara terpisah dan
bersama-sama bahwa proaktif dan kreativitas
memiliki berpengaruh langsung dan nyata pada
intensi kewirausahaan. Model yang didalilkan
secara teoritis juga adalah fit.
Penelitian ini memiliki keserupaan dalam
penentuan aspek variabel terikat, yakni intensi
wirausaha dengan menggunakan teknik
struktural ekuasi model sebagai pisau ana-
lisanya. Namun demikian, penelitian yang
akan dilakukan memiliki variabel bebas yang
lebih lengkap, tidak hanya sekedar kreativitas
dan proaktif. Diharapkan penelitian yang dil-
akukan relatif lebih komprehensif dan lebih
sesuai untuk perilaku wirausaha di Indonesia.
Penelitian yang dilakukan Linan & Santos
(2007) berjudul “does social capital affect en-
trepreneurial intentions?” Penelitian ini dilatar
belakangi pendapat mereka bahwa, studi ten-
tang aspek-aspek kualitatif wirausaha yang
berfokus pada karakteristik psikologis dan
kepribadian serta yang menekankan pent-
ingnya faktor-faktor demografi (usia, jenis ke-
lamin, agama, etnis, pendidikan, keluarga, sta-
tus sosial ekonomi dan pengalaman profes-
sional) akan menyulitkan orang-orang untuk
belajar menjadi wirausaha. Hal ini dikarenakan
kuatnya faktor penciptaan atau keturunan.
Peneliti menerapkan teori intensi dari Icek
Ajzen yang diintegrasikan dengan faktor-
faktor modal sosial (hubungan formal dan in-
formal yang dihasilkan individu dalam in-
teraksinya dengan orang lain untuk mendapat-
kan apa yang diharapkannya). Dengan
demikian, modal sosial merupakan hasil dari
suatu proses investasi hubungan manusia, yang
memerlukan sumberdaya dan waktu.
Subyek penelitiannya adalah mahasiswa
manajemen (69.2%) dan mahasiswa ekonomi
(30.8%), yang total ukuran sampelnya
sebanyak 354 orang (55% wanita dan 45% laki
-laki) dari dua PTN di Seville. Uji reliabili-
tasnya menggunakan Cronbach Alpha.
Pengaruh variabel diketahui dengan uji regresi
berganda yang didasarkan pada kuadrat
terkecil parsial (partial least square).
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa,
modal sosial nyata secara tidak langsung
mempengaruhi intensi untuk memulai
wirausaha. Modal sosial dibutuhkan karena
mampu memberikan akses pada sumber-
sumber produksi melalui hubungan timbal ba-
lik dan rasa saling percaya. Ada dua modal so-
sial yang penting untuk niat memulai
wirausaha, yaitu hubungan individu dengan
orang-orang terdekat dan hubungan individu
dengan lingkungan wirausaha.
Penelitian Linan dan Santos, mempunyai
Acta diurnA │Vol 6 No 2 │2010
PERILAKU COPING MAHASISWA DALAM MENGATASI STRES MENGIKUTI MATA KULIAH MPK KUANTITATIF
Perilaku Coping Mahasiswa dalam Mengatasi Stres Mengikuti Mata Kuliah MPK Kuantitatif Pentingnya Komunikasi Artifaktual
dalam Keberhasilan Modifikasi Komunikasi Antarmanusia Era Perspektif Baru Kewirausahaan :
Studi Komunikasi Intrapersonal
pendapat latar belakang teori yang agak ber-
beda dengan penelitian yang akan dil-
aksanakan. Peneliti mempunyai keyakinan
bahwa, meskipun setiap orang dapat menjadi
wirausaha, tetapi perlu ada cara-cara yang
lebih baik untuk mengetahui tingkatan potensi
setiap orang. Hal ini untuk memudahkan sele-
ksi dan pengembangannya. Hal yang relatif
sama adalah adanya upaya-upaya untuk
mengintegrasikan variabel lain dalam Teori
Perilaku Terencana yang dikemukakan oleh
Icek Ajen.
Entrepreneurial behaviour of dutch dairy
farmers under a milk quota system: goals, ob-
jectives and attitudes adalah judul penelitian
yang dilaksanakan oleh Bergevoet, et al
(2004). Penelitian di desain dengan model em-
piris berdasarkan Teori Perilaku Terencana
untuk melihat perbedaan tujuan, sasaran dan
sikap sebagai determinan strategis dan perilaku
kewirausahaan.
Hasil penelitian terhadap 112 peternak
dari organisasi peternak di Belanda Utara
dengan teknik analisa regresi, menunjukkan
bahwa tujuan, sasaran dan sikap yang tercer-
min dalam keinginan untuk berubah, pening-
katan penghasilan dan pandangan hidup adalah
prediktor yang kuat dalam memahami perilaku
kewirausahaan.
Kekuatan Teori Perilaku Terencana dalam
memprediksi faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku kewirausahaan, se-
makin meyakinkan peneliti untuk mengujinya.
Dengan demikian, teori yang sama akan
digunakan oleh peneliti, namun akan dilakukan
lebih fokus pada pengintegrasian dua teori da-
lam sebuah model. Selain itu, teknik
analisanya relatif berbeda.
Davis et al (2002), telah meneliti
mengenai keputusan siswa keturunan Afrika di
Amerika untuk menyelesaikan SMU sebgai
penerapan Teori Perilaku Terencana. Survei
dilakukan kepada 166 siswa SMU keturunan
Afrika di Amerika. Hasilnya menunjukkan
bahwa, niat (intensi) untuk menyelesaikan
sekolah SMU dapat secara akurat diperkirakan
dari sikap, norma subjektif dan kendali per-
ilaku (R = 0.71: p < 0.01) yang dikemukan
oleh Teori Perilaku Terencana.
Saltzera (1981), meneliti tentang moderasi
kognitif diri suatu hubungan antara intensi
perilaku dan perilaku itu sendiri. Saltzera,
mengungkapkan bahwa studi intensi perilaku
berkaitan dengan perilaku faktual. Peneliti
mencari penjelasan apakah kontrol perilaku
dan nilai yang dihasilkan dari perilaku akan
mempengaruhi hubungan antara intensi
perilaku dan perilaku faktual. Survey dalam
studi ini dilakukan terhadap 115 orang yang
berumur diantara 15 hingga 68 tahun, berkait
dengan program penurunan berat badan.
Hasil dalam penelitian tersebut
mengungkapkan bahwa, kuatnya hubungan
antara intensi perilaku dan perilaku faktual
dipengaruhi oleh kontrol perilaku turunnya
berat badan dan nilai relevan yang didapat dari
turunnya berat badan tersebut. Hal ini
mengindikasikan bahwa, individu-individu
akan yakin jika perilaku yang dilakukan dapat
menghasilkan nilai-nilai lebih. Jadi nilai-nilai
Acta diurnA │Vol 6 No 2 │2010
PENTINGNYA KOMUNIKASI ARTIFAKTUAL DALAM KEBERHASILAN MODIFIKASI KOMUNIKASI ANTARMANUSIA
Pentingnya Komunikasi Artifaktual dalam Keberhasilan Modifikasi Komunikasi Antarmanusia
Era Perspektif Baru Kewirausahaan : Studi Komunikasi Intrapersonal
35
internal lebih menentukan dibandingkan
dengan nilai-nilai eksternal dalam
menampilkan perilaku tersebut.
Penelitian Saltzera identik dalam
pemanfaatan intensi, namun berbeda dengan
rencana penelitian ke depan di mana teori yang
diintegrasikan adalah teori kewirausahaan alih-
alih moderasi kognitif diri. Hal yang menarik
dari hasil penelitiannya adalah adanya
hubungan yang kuat antara intensi perilaku
dengan perilaku faktual yang ditampilkan
individu. Hal ini sejalan dengan Teori Perilaku
Terencana yang meyakini bahwa intensi
merupakan prediksi yang kuat untuk
perilakunya.
Acta diurnA │Vol 6 No 2 │2010
PERILAKU COPING MAHASISWA DALAM MENGATASI STRES MENGIKUTI MATA KULIAH MPK KUANTITATIF
Perilaku Coping Mahasiswa dalam Mengatasi Stres Mengikuti Mata Kuliah MPK Kuantitatif Pentingnya Komunikasi Artifaktual
dalam Keberhasilan Modifikasi Komunikasi Antarmanusia Era Perspektif Baru Kewirausahaan :
Studi Komunikasi Intrapersonal
1. Van Gelderen et al (2008)
Menjelaskan Intensi Wirausaha melalui Teori Perilaku Ter-encana
Korelasi, Regresi, dan kualitatif
1.225 mahasiswa 4 PT di Belanda
373 mahasiswa 2 PT di Belanda (kualitatif)
Intensi wirausaha nyata sangat dipengaruhi oleh kesiapan berwirausaha dan kebutuhan akan keamanan finansial.
Teori Perilaku Terencana bermanfaat da-lam menjelaskan niat wirausaha.
2. Zampetakis (2008)
Peran kreativitas dan proaktif dalam kewirausahaan ma-hasiswa di Yunani
SEM Kreativitas dan proaktif memiliki pengaruh sangat nyata terhadap intensi kewirausahaan, baik secara terpisah mau-pun bersama-sama
3. Linan & Santos (2007)
Modal Sosial dan Intensi (niat) wirausaha
Survei
Partial Least Square
354 mahasiswa 2 PT di Seville
Modal sosial nyata secara tidak langsung mempengaruhi niat untuk memulai wirausaha. Modal sosial adalah seluruh rangkaian hubungan yang dimiliki individu
4. Bergevoet et al (2004)
Perilaku wirausaha peternak
Regresi
112 peternak di Belanda
Perilaku wirausaha dapat dipahami melalui sikap, tujuan, dan sasaran usahanya.
5. Davis et al (2002)
Keputusan siswa Keturunan Afrika di Amerika untuk me-nyelesaikan SMU: Penerapan Teori Per-ilaku Terencana
Survei
166 siswa SMU keturunan Afrika –Amerika
Niat (intensi) untuk menyelesaikan sekolah SMU dapat secara akurat diperkirakan dari sikap, norma subjektif dan kendali perilaku (R = 0.71: p < 0.01)
6. Saltzera (1981)
Hubungan antara intensi perilaku dan perilaku faktual
Survey Nilai-nilai internal (keyakinan) lebih menentukan dibandingkan nilai-nilai ek-sternal dalam mewujudnya perilaku
Tabel 3. Penelitian-Penelitian Terdahulu Tentang Intensi
Teori tentang intensi (niat) dipandang
peneliti merupakan salah satu teori komunikasi
berdimensi psikologis yang akan mampu untuk
digunakan menjelaskan dan mengelaborasi
tentang perilaku wirausaha.Teori yang pertama
kali mengemukakan dengan jelas tentang in-
tensi digagas oleh Icek Ajzen dan Martin
Fishbein dalam Theory of Reasoned Action
(Teori Tindakan Berasalan) pada tahun 1975.
Pada beberapa tahun kemudian, setelah me-
lalui serangkaian pengujian dan kritik, maka
Icek Ajzen (1985, 1988, 1991) menyempur-
nakan teorinya dengan mengemukakan Theory
of Planned Behavior (Teori Perilaku Ter-
encana).
Setelah diperluas menjadi Teori Perilaku
Terencana, intensi dipengaruhi oleh tiga di-
mensi, yaitu sikap berperilaku (attitude toward
the behavior), norma subjektif (subjective
norms), dan kendali perilaku dirasakan
(perceived behavioral control). Penelitian yang
akan dilakukan, salah satu teorinya merupakan
penerapan model dari Teori Perilaku Ter-
encana tersebut. Secara teoritis, perilaku indi-
vidu dapat diprediksi dari intensinya. Dengan
perkataan lain, intensi wirausaha merupakan
prediktor yang kuat untuk perilaku
kewirausahaan individu.
Intensi didefinisikan oleh Fishbein dan
Ajzen (1975), sebagai penempatan seseorang
dalam suatu dimensi kemungkinan subjektif
dalam kaitannya antara dirinya dengan bebera-
pa tindakan. Sebuah intensi perilaku merupa-
kan kemungkinan subjektif seseorang yang
akan ditunjukan dalam perilaku. Dari
pengertian tersebut, intensi (niat) dapat dimak-
sudkan sebagai dasar pemikiran individu da-
lam dirinya, yang akan ditampilkan pada per-
ilaku. Ajzen juga menyatakan bahwa, intensi
dapat digunakan untuk meramalkan seberapa
kuat keinginan individu untuk menampilkan,
dan seberapa banyak usaha yang dilakukan
individu untuk menampilkan perilaku.
Sikap memiliki arti kecenderungan se-
bagai respon yang disukai ataupun tidak
disukai terhadap objek, orang, institusi, atau
peristiwa. Sikap dapat terbentuk karena
berbagai hal, seperti pengalaman langsung
dengan objek sikap (pengalaman pribadi dan
asosiasi objek dengan objek lain dimana sikap
telah terbentuk), orang tua, kelompok, teman
sebaya dan pengaruh media.
Sikap seseorang dapat berkembang
sebagaimana orang tersebut dapat berkembang.
Perkembangan sikap seseorang berbeda antara
satu orang dengan orang yang lain. Hal ini
menyebabkan perbedaan sikap seseorang dari
sikap orang lain. Dengan mengetahui faktor
yang berkaitan dengan sikap, maka diharapkan
dapat memprediksi perilaku orang dalam
waktu tertentu atau ingin mengendalikan
tindakan seseorang. Selain itu, akan diketahui
cara-cara untuk mengembangkan sikap-sikap
baru, cara-cara menguatkan atau melemahkan
bahkan menghilangkan sikap pada seseorang
atau sekelompok orang.
Sikap terhadap perilaku (attitude toward
the behavior) merupakan evaluasi positif atau
negatif individu sebagai perwujudan ketertari-
kan terhadap perilaku tertentu. Sikap terhadap
Acta diurnA │Vol 6 No 2 │2010
PERILAKU COPING MAHASISWA DALAM MENGATASI STRES MENGIKUTI MATA KULIAH MPK KUANTITATIF
Perilaku Coping Mahasiswa dalam Mengatasi Stres Mengikuti Mata Kuliah MPK Kuantitatif Pentingnya Komunikasi Artifaktual
dalam Keberhasilan Modifikasi Komunikasi Antarmanusia Era Perspektif Baru Kewirausahaan :
Studi Komunikasi Intrapersonal
37
perilaku (attitude toward the behavior) di-
pengaruhi oleh dua determinan, yaitu keya-
kinan berperilaku (behavioral beliefs) dan
evaluasi terhadap konsekuensi perilaku
(evaluation of that consequences).
Keyakinan berperilaku (behavioral be-
liefs) adalah kemungkinan subjektif dari hub-
ungan antara objek yang diyakininya dengan
nilai, konsep, atau atribut atas objek. Belief
terhadap objek terbentuk ketika seseorang
menghubungkan objek tersebut dengan atribusi
tertentu, dimana atribusi ini diperoleh melalui
informasi, pengalaman dan penyimpulan. Se-
buah penilaian subjektif seseorang terhadap
suatu objek, yang mana hal tersebut menampil-
kan informasi yang dimiliki seseorang melalui
pengalaman, pengetahuan dari orang lain,
maupun proses resumeisasi atas belief-belief
sebelumnya.
Individu memungkinkan untuk memiliki
belief yang banyak jumlahnya terhadap suatu
objek, namun yang sangat menentukan sikap-
nya hanyalah belief yang mendasar. Belief
mendasar yang dimiliki seseorang terhadap
suatu objek diperkirakan hanya berjumlah
sekitar 5-9 item saja. Dengan mengidentifikasi
belief yang mendasar ini, maka akan dapat
diramalkan sikap individu secara lebih akurat.
Evaluasi konsekuensi berperilaku
(evaluation of that consequences) adalah
kemungkinan subjektif yang mewujud sebagai
konsekuensi logis yang akan didapat dari per-
ilaku tertentu. Apabila dengan berperilaku ter-
tentu individu yakin bahwa, akan
menghasilkan konsekuensi positif baginya,
maka individu tersebut akan menganggap bah-
wa perilaku tersebut adalah sesuatu yang posi-
tif baginya (menyenangkan, menguntungkan
atau baik), demikian juga sebaliknya.
Secara matematis sikap terhadap perilaku
dapat dirumuskan sebagai berikut (Fishbein &
Ajzen, 1975):
n Ab = S bi . ei
i=1 Ab= Sikap berperilaku seseorang Bi = Belief seseorang bahwa tingkah laku ter-sebut akan membawa konsekuensi i. ei = Evaluasi terhadap konsekuensi i. n = Jumlah belief seseorang tentang tingkah
laku tersebut.
Norma subjektif (subjective norms) meru-
pakan persepsi sebagian besar orang yang di-
anggap penting bagi dirinya dan
mempengaruhinya (significant others’), yang
mengharapkan dirinya melakukan atau tidak
melakukan suatu perilaku tertentu. Norma
subjektif ini dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu
normative beliefs (keyakinan normatif) dan
motivation to comply (motivasi kepatuhan).
Keyakinan normatif (normative beliefs)
adalah representasi persepsi dari orang-orang
yang penting bagi seseorang dan
mempengaruhinya (significant others’) tentang
perilaku terbaik yang harus dilakukan. Dengan
perkataan lain, keyakinan seseorang mengenai
apa yang harus dilakukannya sesuai dengan
harapan orang-orang yang penting baginya dan
mempengaruhinya tentang perilaku yang
dinilai terbaik.
Motivasi kepatuhan (motivation to com-
ply), berarti kemungkinan subjektif dari orang-
Acta diurnA │Vol 6 No 2 │2010
PENTINGNYA KOMUNIKASI ARTIFAKTUAL DALAM KEBERHASILAN MODIFIKASI KOMUNIKASI ANTARMANUSIA
Pentingnya Komunikasi Artifaktual dalam Keberhasilan Modifikasi Komunikasi Antarmanusia
Era Perspektif Baru Kewirausahaan : Studi Komunikasi Intrapersonal
orang yang penting baginya dan
mempengaruhinya (sebagai referen), sehingga
seseorang harus menampilkan perilaku tertentu
dan memotivasinya untuk patuh terhadap ek-
spetasi referens. Motivasi kepatuhan ini, antara
lain dipengaruhi oleh karakteristik kepribadian
tertentu, seperti kebutuhan untuk diterima atau
afiliasi harga diri individu.
Pengukuran terhadap norma subjektif dil-
akukan dengan menjumlahkan hasil perkalian
normative belief dengan motivation to comply
(Fishbein & Ajzen, 1975).
n SN = S bi. mi.
i=1
SN = Norma subjektif seseorang terhadap tingkah laku bi = Keyakinan normatif terhadap significant others’ mi = Motivasi kepatuhan seseorang terhadap harapan significant others’ n = Jumlah individu/ kelompok yang berarti baginya
Kendali perilaku (perceived behavioral
control) merupakan persepsi individu
mengenai mudah atau sulitnya memunculkan
suatu perilaku tertentu, serta diasumsikan se-
bagai refleksi dari pengalaman masa lalunya
dan hambatan-hambatan yang diantisipasi.
Kendali perilaku (perceived behavioral con-
trol) dipresentasikan melalui control beliefs
(kendali keyakinan), yang merupakan keya-
kinan mengenai kesempatan dan sumberdaya
yang dimiliki individu dalam melakukan suatu
tingkahlaku. Kendali keyakinan dapat ter-
bentuk dari pengalaman terhadap tingkahlaku
tersebut, jika tidak memiliki pengalaman terse-
but, maka kendali keyakinan seseorang di-
pengaruhi oleh informasi dari orang lain yang
pernah mengalaminya, serta faktor lain yang
dapat meningkatkan atau menurunkan persep-
sinya akan kemudahan untuk menampilkan
tingkahlaku tertentu. Semakin yakin seseorang
bahwa dia memiliki kesempatan dan sum-
berdaya yang besar, dan semakin sedikit ha-
langan yang individu persepsikan ada, maka
kendali perilakunya semakin kuat.
Kemampuan menciptakan pekerjaan dan
ketahanan terhadap krisis ekonomi, bahkan
krisis multidimensi telah ditunjukkan pula oleh
wirausaha UMKM di Indonesia. UMKM telah
mampu menyerap lebih dari 97% tenaga kerja
(2007), dan mampu mencegah kehancuran
ekonomi Indonesia di masa krisis
(Kusmuljono, 2009). Peranan dan ketangguhan
wirausaha UMKM inilah yang menjadikan
peneliti tertarik untuk menempatkannya se-
bagai subjek penelitian. Berdasarkan data ter-
sebut, subjek penelitian akan difokuskan pada
wirausaha kecil yang bergerak dibidang agri-
bisnis. Usaha kecil agribisnis dipilih karena
merupakan usaha yang paling berkaitan
dengan kebutuhan dasar masyarakat, sehingga
sangat menentukan kelangsungan hidup
perekonomian Nasional.
Wirausaha (entrepreneur) adalah orang
yang melaksanakan perilaku kewirausahaan.
Seorang wirausaha mampu mengubah tan-
tangan dan peluang menjadi manfaat bernilai
tambah sehingga memberikan keuntungan,
dengan kemandirian sebagai dasar aktivi-
tasnya. Oleh karena itu, wirausaha merupakan
Acta diurnA │Vol 6 No 2 │2010
PERILAKU COPING MAHASISWA DALAM MENGATASI STRES MENGIKUTI MATA KULIAH MPK KUANTITATIF
Perilaku Coping Mahasiswa dalam Mengatasi Stres Mengikuti Mata Kuliah MPK Kuantitatif Pentingnya Komunikasi Artifaktual
dalam Keberhasilan Modifikasi Komunikasi Antarmanusia Era Perspektif Baru Kewirausahaan :
Studi Komunikasi Intrapersonal
39
orang yang mempunyai energi, kreatif, ino-
vatif, optimis, pekerja keras, berani mengambil
resiko dan kemauan menerima tanggungjawab
pribadi dalam mewujudkan suatu impian se-
hingga menjadi prestasi terbaik dengan orien-
tasi ke masa depan. Wirausaha adalah pencipta
kekayaan, pusat pertumbuhan pekerjaan dan
ekonomi, yang memberikan mekanisme pem-
bagian kekayaan.
Selain kemandirian, seorang wirausaha
dituntut memiliki kreativitas yang bermanfaat
untuk menciptakan inovasi. Kreativitas adalah
proses timbulnya ide yang baru, sedangkan
inovasi adalah pengimplementasian ide itu se-
hingga menimbulkan perubahan. Kreativitas
dibentuk oleh motivasi, rasa keingintahuan dan
kemauan untuk mengatasi ketidakpastian.
Kreativitas berarti kemampuan untuk
mengembangkan ide-ide baru dan menemukan
cara-cara baru dalam memecahkan berbagai
masalah dan menghadapi peluang.
Inovasi berarti kemampuan untuk men-
erapkan kreativitas dalam rangka memecahkan
masalah dan mengelola peluang untuk mening-
katkan atau memperkaya kehidupan. Inovasi
berarti sesuatu atau melakukan sesuatu yang
baru atau dianggap baru pada lingkunganya.
Inovasi dapat dilakukan terhadap produk, sis-
tem, proses, dan metode yang secara ringkas
berorientasi pada nilai tambah. Inovasi meru-
pakan sumber kekuatan dan kemampuan baru
untuk wirausaha dalam menciptakan kese-
jahteraan masyarakat, yang sekaligus berdam-
pak pada kehidupan dirinya. Inovasi adalah
menciptakan “sumberdaya” ekonomi. Inovasi
memberikan perubahan dengan konsekuensi
ketidakpastian.
Inovasi yang sukses adalah hasil pencari-
an dengan penuh kesadaran dan bertujuan
mengantisipasi munculnya peluang. Inovasi
harus dikembangkan dengan pengelolaan
berbagai proses interaksi dan didukung budaya
untuk selalu bertanya.
Dalam praktek sehari-hari, tampaknya
wirausaha dalam arti luas tidak selalu
memerlukan sesuatu yang baru. Banyak bisnis
yang berhasil karena meniru bisnis orang lain
(Me-too business), dan ternyata juga bisa
menghasilkan uang yang memadai. Inovasi
dibutuhkan wirausaha, saat tak lagi ada
perkembangan yang berarti karena orang lain
akan mempelajari kekuatan usaha kita dan
menirunya (imitation). Oleh karenanya, setiap
saat dibutuhkan adanya inovasi dari sebagian
wirausaha untuk menumbuhkan pasar-pasar
baru.
Kewirausahaan (entrepreneurship) meru-
pakan kemampuan individu untuk mencip-
takan ide, produk atau jasa bernilai tambah
melalui kreativitas dan inovasi dengan
pendayagunaan seluruh potensi dirinya dan
didukung lingkungan yang terukur secara cer-
mat dalam risiko ketidakpastian untuk
mendapatkan kemandirian dan kesejahteraan.
Dengan perkataan lain, kewirausahaan mem-
butuhkan kedinamisan individu untuk selalu
memunculkan perilaku terbaik, sehingga mem-
berikan banyak manfaat bagi diri dan ling-
kungannya.
Standar yang diterapkan dalam
Acta diurnA │Vol 6 No 2 │2010
PENTINGNYA KOMUNIKASI ARTIFAKTUAL DALAM KEBERHASILAN MODIFIKASI KOMUNIKASI ANTARMANUSIA
Pentingnya Komunikasi Artifaktual dalam Keberhasilan Modifikasi Komunikasi Antarmanusia
Era Perspektif Baru Kewirausahaan : Studi Komunikasi Intrapersonal
kewirausahaan adalah mencapai prestasi ter-
baik. Ide, jasa dan produk yang dihasilkannya
akan selalu memberikan nilai tambah dan ber-
manfaat untuk sendi-sendi kehidupan masyara-
kat. Dengan demikian, kewirausahaan merupa-
kan suatu kualitas terbaik dari perilaku mandiri
seseorang, tidak cukup sekedar keahlian dan
tidak sekedar berbuat. Inti kewirausahaan ada-
lah kemandirian seseorang untuk bertanggung
jawab atas nasibnya. Kemandirian yang
dibangun dari perjalanan sepanjang kehidupan
individu, baik hasil dialog saat kesendiriannya
maupun hasil dari proses komunikasi dengan
lingkungannya. Kemandirian dalam
kewirausahaan tiada lain “kebebasan” atau
“kemerdekaan”. Oleh karena itu, kemandirian
membutuhkan kepercayaan diri yang terukur.
Dengan demikian, kewirausahaan lebih
banyak berkaitan dengan potensi diri
wirausaha. Hal ini mengindikasikan pula pent-
ingnya pengkajian lebih mendalam terhadap
faktor-faktor yang berpengaruh pada muncul-
nya perilaku wirausaha. Beranjak dari kerang-
ka ini, maka sesungguhnya peranan komu-
nikasi, khususnya komunikasi intrapersonal
memainkan peranan yang sangat penting untuk
melihat bagaimana sesungguhnya dialektika di
dalam diri individu yang memilih jalan hidup
Acta diurnA │Vol 6 No 2 │2010
PERILAKU COPING MAHASISWA DALAM MENGATASI STRES MENGIKUTI MATA KULIAH MPK KUANTITATIF
Perilaku Coping Mahasiswa dalam Mengatasi Stres Mengikuti Mata Kuliah MPK Kuantitatif Pentingnya Komunikasi Artifaktual
dalam Keberhasilan Modifikasi Komunikasi Antarmanusia Era Perspektif Baru Kewirausahaan :
Studi Komunikasi Intrapersonal
41
Acta diurnA │Vol 6 No 2 │2010
PENTINGNYA KOMUNIKASI ARTIFAKTUAL DALAM KEBERHASILAN MODIFIKASI KOMUNIKASI ANTARMANUSIA
Pentingnya Komunikasi Artifaktual dalam Keberhasilan Modifikasi Komunikasi Antarmanusia
Era Perspektif Baru Kewirausahaan : Studi Komunikasi Intrapersonal
Daftar Pustaka
Ajzen, I. 1985. "From intentions to actions: a theory of planned behaviour", in Kuhl, J. et al. (Ed.), Action-Control: From Cognition to Behaviour, Springer, Heidelberg, pp. 11-39.
Ajzen, I. 1988. Attitude, Personality, and Behavior. Milton Keynes, England: Open University Press.
Ajzen, I. 1991. "The theory of planned behaviour", Organizational Behaviour and Human Deci-sion Processes, Vol. 50, pp. 179-211.
Alwisol. 2009. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press. Antoncic, B. 2009. The Entrepreneur's General Personality Traits and Technological Develop-
ments, World Academy of Science, Engineering and Technology 53. 2009. Asrori, M. (tanpa tahun). Hubungan Sikap, Norma Subjektif dan Perceived Behavior Control
dengan Intensi Menghindari Pajak (Studi pada Wajib Pajak, Pajak Penghasilan Perorangan di Kodia Semarang). Perpustakaan Pusat UI. Melalui h�p://lontar.cs.ui.ac.id/gateway/file?
file=digital/74400-t 143.pdf Baker, W.E. & J.M. Sinkula. 2009. The Complementary Effect of Market Orientation and Entre-
preneurial Orientation on Profitability in Small Businesses. Journal of Small Business Man-agement. Milwaukee: Oct 2009. Vol. 47. Iss. 4: pg. 443, 22 pgs.
Baldwin, J.R., S.D. Perry & M.A. Moffitt. 2004. Communication Theories: for Everyday Life. United State of America: Pearson Education, Inc.
Bann, C.L. 2009. An Innovative View of the Entrepreneur Through Exploration of the "Lived Ex-perience" of the Entrepreneur in Startup of the Business. The Journal of Business and Eco-nomic Studies. Oakdale: Vol. 15, Iss. 2; pg. 62, 22 pgs.
Baron, R.A. & S.A. Shane. 2008. Entrepreneurship: a process perspective. China: Thomson South-Western.
Basri, F. & H. Munandar. 2009. Lanskap Ekonomi Indonesia: Kajian dan Renungan terhadap Ma-salah-Masalah Struktural, Transformasi Baru, dan Prospek Perekonomian Indonesia. Jakarta: Prenada Media Group.
Bergevoet, R.M.H., C.J.M. Ondersteijn, H.W. Saatkamp, C.M.J. van Woerkum & R.B.M. Huirne. 2004. Entrepreneurial behaviour of dutch dairy farmers under a milk quota system: goals, objec-tives and attitudes. http://www. sciencedirect.com www.elsevier.com/locate/agsy, Agricultural Systems 80 (2004) 1–21
Biro Pusat Statistik Jawa Barat. 2009. Jawa Barat Dalam Angka 2009. Bandung. Biro Pusat Statistik Kabupaten Bogor. 2009. Kabupaten Bogor Dalam Angka 2009. Bogor. Boeree, C.G. 2009. Personality Theories. Terjemahan. Inyiak Ridwan Muzir. Jogyakarta:
Prismashopie. Cochran, W.G. 1991. Teknik Penarikan Sampel. Terjemahan. Rudiansyah dan Erwin R. Osman.
Jakarta: UI-Press. Costa, P.T., & McCrae, R.R. 1992. NEO PI-R. Professional manual. Odessa, FL: Psychological As-
sessment Resources, Inc. Daryanto, A. 2009. Dinamika Daya Saing Industri Peternakan. Bogor: IPB Press. Davis, Larry E., Icek Ajzen, Jeanne Saunders and Trina Williams. 2002. The Decision of African
American Students to Complete High School: An Application of the Theory of Planned Be-havior. School of Social Work, University of Pittsburgh, University of Massachusetts, George Warren Brown, and Washington University.
Fishbein, M. & Ajzen, I. 1975. Belief, Attitude, Intention and Behavior: An Introduction to Theory and Reseach. Sydney: Addison-Wesley Publishing Company.
Gartner. 1990. What Are We Talking About When We Talk About Entrepreneurship? Journal of Business Venturing. 5 (1), pg.15-28
Gibb A. & J. Li . 2003. Organizing for Enterprise in China: what can we learn from the Chinese
Acta diurnA │Vol 6 No 2 │2010
PERILAKU COPING MAHASISWA DALAM MENGATASI STRES MENGIKUTI MATA KULIAH MPK KUANTITATIF
Perilaku Coping Mahasiswa dalam Mengatasi Stres Mengikuti Mata Kuliah MPK Kuantitatif Pentingnya Komunikasi Artifaktual
dalam Keberhasilan Modifikasi Komunikasi Antarmanusia Era Perspektif Baru Kewirausahaan :
Studi Komunikasi Intrapersonal
micro, small, and medium enterprise development experience. http://www.sciencedirect.com www.elsevier.com/locate/futures future 35 (2003) 403-421.
Griffin, E.M. 2006. A First Look At Communication Theory. New York: McGraw-Hill. Hisrich, R.D., M.P. Peters & D.A. Shepherd. 2008. Kewirausahaan. Terjemahan. Criswan
Sungkono dan Diana Angelica. Edisi 7. Jakarta: Salemba Empat. Kolopaking, L.M. 2009. Mengatasi Pengangguran melalui Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM). Makalah Lokakarya Nasional Upaya Pemberdayaan Usha Mikro Sektor Pangan dan Ketenagakerjaan. IICC-Bogor.
Krech, D., R.S, Crutchfield and E.L. Ballachey. 1963. Individual in Society. International Student Edition. McGraw-Hill International Book Company. Tokyo.
Krisnamurthi, B. 2005. Menumbuhkan Ide dan Pemikiran: Pembangunan Sistem dan Usaha Agri-bisnis. Bogor: Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan-LPPM IPB.
Kuratko, D.F. & R.M. Hodgetts. 2007. Entrepreneurship. Canada: Thomson South-Western. Kusmuljono, B.S. 2009. Menciptakan Kesempatan Rakyat Berusaha. Bogor: IPB Press. Linan, F. & F.J. Santos. 2007. Does Social Capital Affect Entrepreneurial Intentions? International
Atlantic Society. http://www.proquest.com [9/9/2007] Lupiyoadi, R. 2007. Entrepreneurship: from mindset to strategy. Edisi ketiga. Jakarta: Lembaga
Penerbit, Fakultas Ekonomi UI. Mangkuprawira, S.Tb. 2009. Bisnis, Manajemen dan Sumberdaya Manusia. Bogor: IPB Press. Mastuti, E. 2008. Memahami Perilaku Prokrastinasi Akademik Berdasar Tingkat Self Regulation
Learning dan Trait Kepribadian. Surabaya: Fakultas Psikologi, Universitas Airlangga. Meredith, G.G., R.E. Nelson & P.A. Neck. 1996. Kewirausahaan: Teori dan Praktek. Terjemahan.
Andre Asparasayogi. Jakarta: LPPM dan PT Pustaka Binaman Pressindo. Muatip, K. 2008. Kompetensi Kewirausahaan Peternak Sapi Perah: Kasus Peternak Sapi Perah
Rakyat di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur dan Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Bogor: Program Pascasarjana IPB.
Mulyana, D. 2005. Komunikasi Efektif: Suatu Pendekatan Lintas Budaya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mulyana, D. 2007. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Nitisusastro, M. 2009. Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil. Bandung: Alfabeta. Nybakk & Hansen. 2008. Entrepreneurial attitude, innovation and performance among Norwegian nature-based tourism enterprises. http://www. sciencedirect.com www.elsevier.com/locate/forpol, Forest Policy and Economics 10 (2008) 473–479
Pambudy, R., T. Sipayung, W.B. Priatna, Burhanuddin, A. Kriswantriyono dan A. Satria. 1999. Bisnis dan Kewirausahaan dalam Sistem Agribisnis: Bogor: Pustaka Wirausaha Muda.
Phalestie, A.A. 2007. Hubungan Antara Trait Kepribadian dan Kemampuan Komunikasi Interper-sonal dengan Prestasi Kerja pada Agen Asuransi. Skripsi. Jakarta: Universitas Atmajaya.
Primiana, I. 2009. Menggerakkan Sektor Riil: UKM & Industri. Bandung: Alfabeta. Rakhmat, J. 1989. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: CV Remadja Karya. Rokhman, A. 2008. Peranan Kebijakan Publik, Orientasi Kewirausahaan dan Kompetensi Sum-
berdaya Manusia dalam Pengembangan Produk Perikanan Prima. Bogor: Program Pascasarja-na IPB.
Russell, R & B. Faulkner. 2004. Entrepreneurship, Chaos And The Tourism Area Lifecycle. http://www.sciencedirect.com www.elsevier.com/locate/atoures. Annals of Tourism Research, Vol. 31, No. 3, pp. 556–579, 2004.
Saragih, B. 2001. Membangun Sistem Agribisnis. Bogor: USESE Foundation dan Sucofindo. Saragih, B. 2001. Agribisnis: Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian. Bogor:
Yayasan Mulia Persada Indonesia dan PT Surveyor Indonesia. Saltzera, E.B. 1981. Cognitive moderators of the relationship between behavioral intentions and
behavior. Journal of Personality and Social Psychology Volume 41, Issue 2, August 1981,
43
Acta diurnA │Vol 6 No 2 │2010
PENTINGNYA KOMUNIKASI ARTIFAKTUAL DALAM KEBERHASILAN MODIFIKASI KOMUNIKASI ANTARMANUSIA
Pentingnya Komunikasi Artifaktual dalam Keberhasilan Modifikasi Komunikasi Antarmanusia
Era Perspektif Baru Kewirausahaan : Studi Komunikasi Intrapersonal
Pages 260-271, Seniati, A.N.L. 2002. Pengaruh Masa Kerja, Trait Kepribadian, Kepuasan Kerja, dan Iklim
Psikologis Terhadap Komitmen Dosen pada Universitas Indoensia. Desertasi. Depok: Pro-gram Pascasarjana UI.
Solahuddin, S. 2009. Pertanian: Harapan Masa Depan Bangsa. Bogor. IPB Press. Soesarsono. 1996. Pengantar Kewiraswastaan. Bogor: Jurusan Teknologi Industri, Fateta, IPB. Subianto, P., H. Djojohadikusumo, R. Pambudy, E.S. Thohari, Frans BMD, R. Purnama dan W.
Purnama. 2009. Membangun Kembali Indonesia Raya: Haluan Baru Menuju Kemakmuran. Jakarta: Institut Garuda Nusantara.
Suharyadi, A. Nugroho, Purwanto S.K. dan M. Faturohman. 2007. Kewirausahaan: Membangun Usaha Sukses Sejak Usia Muda. Jakarta: Salemba Empat.
Suherman, E. 2008. Business Entrepreneur. Bandung: Alfabeta. Suryabrata, S. 1983. Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Suryabrata, S. 2005. Pengembangan Alat Ukur Psikologis. Yogyakarta: Andi. Suryana. 2008. Kewirausahaan: Kiat dan Proses Menuju Sukses. Jakarta: Salemba Empat. Tambunan, T.T.H. 2009. UMKM di Indonesia. Bogor: Ghalia Indonesia. Tampubolon, S.M.H. 2002. Sistem dan Usaha Agribisnis. Bogor: Pusat Studi Pembangunan IPB
dan USESE Foundation. Van Gelderen, M., M. Brand, M. van Praag, & W. Bodewes. 2008. Explaining entrepreneurial
intentions by means of the theory of planned behavior. Career Development International. Bradford: 2008. Vol. 13, Iss. 6; pg. 538.
West, R. & L.H. Turner. 2007. Introducing Communication Theory: Analysis and Application. New York: McGraw-Hill.
Zampetakis. 2008. The role of creativity and proactivity on perceived entrepreneurial desirability. http://www.sciencedirect.com www.elsevier .com/locate/tsc Thinking Skills and Creativity 3 (2008) 154–162
Zimmerer, T.W. & N. M. Scarborough. 2008. Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil. Ter-jemahan. Deni Arnos Kwary. Jakarta: PT Indeks.