Download - Farmakologi Cara Kerja
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI
ANTIDIABETES
Disusun Oleh :
KELOMPOK 8 BD
Hasan Asy’ari Khatib (1113102000080)
Fifi Nur Hidayah Ningseh (1113102000078)
Yuni Rahmi (1113102000042)
Zakiyatul Munawaroh (1113102000079)
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
MEI / 2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Tujuan Praktikum
Setelah menyelesaikan praktikum ini, mahasiswa diharapkan :
- Mampu melaksanakan pengujian antidiabetes
- Memperoleh gambaran manifestasi dari efek antidiabetes
B. Landasan Teori
Diabetes merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan meningkatnya kadar gula
dalam darah (hyperglicemia), sehingga menimbulkan resiko kerusakan mikrovaskular
(retinopathy, nephropathy, dan sakit saraf) dan macrovaskular (stroke, tekanan darah tinggi,
dan kelainan jantung). Penyebab diabetes yang utama adalah kurangnya produksi insulin
(Diabetes Melitus Tipe 1) atau kurangnya sensitifnya jaringan tubuh terhadap insulin (DM
tipe II). Selain itu, terdapat jenis diabetes melitus yang disebabkan oleh resistensi insulin
yang terjadi pada wanita hamil. Tipe 1 membutuhkan penyuntikan insulin, sedangkan tipe 2
ditangani dengan pengobatan oral dan hanya membutuhkan insulin jika obatnya tidak efektif.
Definisi Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus merupakan penyakit yang ditandai dengan adanya peningkatan
kadar gula darah yang dapat terjadi akibat dari faktor keturunan. Penyakit ini merupakan
penyakit yang bersifat kronik, yang dapat muncul dan berkembang secara lambat namun
pasti. Komplikasi yang sering terjadi pada Diabetes mellitus hampir di seluruh organ
tubuh, yaitu gangguan pada mata (Retinopati), ginjal, jantung, otak, infeksi yang sukar
diobati sampai terjadinya pembusukan pada jaringan tubuh sehingga dapat dilakukan
penanganan dengan cara operasi atau tidak jarang dilakukan amputasi pada jaringan
tubuh tersebut.
Etiologi
Klasifikasi dari etiologi penyakit diabetes mellitus adalah pada interaksi glukosa
lainnya menurut (WHO, 1985) terdiri dari 4 macam yaitu :
1. IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus) atau Diabetes Mellitus Tergantung
Insulin (DMTI) yang disebabkan oleh destruksi sel β pulau Langerhans akibat proses
autoinum, atau yang sering disebut dengan Diabetes Tipe 1.
2. NIDDM (Non isulin Dependent Diabetes Mellitus) atau DMTTI (Diabetes Mellitus
Tidak Tergantung Insulin) yang disebabkan oleh kegagalan relatif sel β dan
resistensi insulin, terutama pada penderita dengan berat badan kurus maupun
obesitas.
3. MRDM (Malnutrisi Related Diabetes Mellitus) atau DMTM (Diabetes Melitus
Terkait Malnutrisi).
4. Diabetes mellitus Tipe lain yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom tertentu
antara lain disebabkan oleh penyakit pankreas, penyakit hormonal, faktor pemberian
maupun pemakaian obat bahan kimia lainnya, kelainan reseptor pada insulin dan
sindrom genetik tertentu, serta terjadinya serosis hepatis.
5. Selain klasifikasi menurut WHO diatas, terdapat jenis DM yang lain yakni GDM
(Gestasional Diabetes Mellitus) yaitu keadaan diabetes selama masa kehamilan, dan
biasanya hanya berlangsung sementara atau temporer. Sekitar 4-5 % wanita hamil
diketahui GDM, dan umumnya terdeteksi pada atau setelah trimester kedua.
Diabetes dalam masa kehamilan, umumnya kelak dapat pulih sendiri beberapa saat
setelah melahirkan, namun dapat berakibat buruk pada bayi yang terkandung. Akibat
buruk yang terjadi yakni malformasi kongital, peningkatan berat badan bayi ketika
lahir, dan meningkatnya resiko mortalitas perinatal.
Patofisiologi
Pankreas yag disebut kelenjar ludah perut adalah kelenjar penghasil insulin yang
terletak dibelakang lambung didalamnya terdapat kompulansel yang terbentuk seperti
pulau dan disebut pulau langerhans yang berisi sel β yang mengeluarkan hormon insulin
yag sangat berperan dalam pengukuran kadar glukosa darah. Pada keadaan NIDDM
(Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus) jumlah insulin bisa normal. Bahkan lebih
banyak tetapi reseptor (penangkap) insulin di permukaan sel kurang. Pada keadaan
NIDDM, jumlah reseptor insulin kurang, sehingga meskipun insulin banyak, tetapi
karena reseptor insulin kurang maka glukosa dalam darah meningkat. Pada diabetes
mellitus tidak tergantung insulin disamping kadar glukosa tinggi, kadar insulin juga
tinggi/normal, juga bisa ditemukan jumlah insulin cukup / lebih kualitasnya kurang baik
sehingga gagal membawa glukosa masuk kedalam sel. Diabetes mellitus juga bisa terjadi
akibat ganguan transport glukosa di dalam sel sehingga digunakan sebagai bahan bakar
untuk metabolisme energi.
Gejala Diabetes mellitus
Gejala dan tanda penyakit diabetes mellitus dapat digolongkan menjadi gejala
akut dan gejala kronik.
1. Gejala Akut Penyakit Diabetes Mellitus
Gejala yang disebutkan dibawah ini adalah gejala yang umum timbul yaitu :
polifagia (banyak makan). Polidipsia (banyak minum) dan poliuria (banyak
kencing). Selain gejala 3P gejala lain yang sering timbul adalah nafsu makan mulai
berkurang, berat badan turun dengan cepat, mudah lelah.dan mual.
2. Gejala Kronik Penyakit Diabetes Mellitus
Gejala kroriik yang sering timbul adalah kesemutan, kulit terasa panas atau
seperti tertusuk-tusuk jarum, kram, capek, mudah mengantuk, mata kabur, gatal di
sekitar kemaluan terutama wanita, gigi mudah goyah dan kemampuan seksual
menurun, bahkan impotent dan ibu hamil sering mengalami gangguan/kematian
janin dalam kandungan dengan bayi berat lahir lebih dan 4 kg.
Obat Antidiabetes
Prinsip pengobatan antidiabetes adalah mengembalikan atau mempertahankan
kadar gula darah dalam keadaan normal. Obat antidiabetes terdiri dari beberapa golongan
berdasarkan mekanisme kerjanya.
Metformin
Metformin dan fenformin diperkenalkan pada tahun 1957 dan buformin diperkenalkan
pada tahun 1958. Buformin terbebas penggunaannya, tetapi metformin dan fenformin digunakan
secara luas. Fenformin ditarik dan berbagai Negara sekitar tahun 1970an karena menyebabkan
asidosis laktat. Metformin jarang menyebabkan komplikasi tersebut dan telah banyak digunakan di
Eropa dan Kanada. Obat ini tersedia di Amerika pada tahun 1995. Metformin yang diberikan
tunggal atau kombinasi dengan sulfonylurea memperbaiki control glikemia dan konsentrasi lipid
pada pasien yang merespon kurang baik terhadap diet atau sulfonylurea saja.
Metformin terutama diabsorpsi dari usus kecil. Obat ini stabil, tidak berikatan dengan
protein plasma dan diekskresi dalam bentuk tidak berubah dalam urin. Waktu-paruhnya sekitar 2
jam. Dosis maksimum harian metformin yang dianjurkan di USA adalah 2,5 gram, diminum dalam
3 dosis bersama makanan.
Metformin bersifat anti hiperglikemia, bukan hipoglikemia. Obat ini tidak menyebabkan
pelepasan insulin dari pancreas dan tidak menyebabkan hipoglikemia, bahkan dalam dosis yang
besar. Metformin tidak memiliki efek yang signifikan pada sekresi glucagon, kortisol, hormone
pertumbuhan atau somatostatin. Metformin menurunkan kadar glukosa terutama dengan cara
mengurangi produksi glukosa di hati dan meningkatkan kerja insulin di otot dan lemak.
Mekanisme menurunkan produksi glukosa di hati oleh metformin masih controversial, tetapi
banyak data menunjukan efek penurunan glukoneogenesis.
Metformin jug dapat menurunkan glukosa plasma dengan cara mengurangi absorpsi dari usus,
tetapi kerja ini belum terbukti memiliki relevansi klinis.
Pasien gangguan ginjal tidak boleh menerima metformin. Penggunaan obat ini kontraindikasi
pada pasien penyakit hati, riwayat asidosis laktat (karena sebab apapun), gagal jantung yang
memerlukan terapi farmakologis atau penyakit paru hipoksia kronis. Obat ini juga harus
dipertahankan selama 48 jam setelah pemberian medium kontra secara intravena, obat ini tidak
boleh diberikan kembali hingga fungsi ginjal kembali normal. Semua kondisi ini cenderung
meningkatkan produksi laktat sehingga dapat menyebabkan komplikasi asidosis laktat fatal.
Efek samping akut metformin, yang muncul hingga pada 20% pasien, meliputi diare, rasa
tidak enak di perut, mual, rasa logam, dan anoreksia. Hal ini biasanya di minimalkan dengan cara
meningkatkan dosis obat secara perlahan dan dimakan bersama makanan. Absorpsi vitamin B12
dan folat pada usus sering menurun selama terapi metformin jangka panjang. Suplemen kalsium
membalikan efek metformin terhadap absorpsi vitamin B12.
Metformin tidak menyebabkan peningkatan berat badan dan dapat mengurangi trigliserida
plasma sekitar 15% sampai 20% ada kesepakatan kuat bahwa penurunan hemoglobin A ic oleh
terapi apapun (insulin atau senyawa oral) dapat menyebabkan hilangnya komplikasi
mikrovaskular, namun metformin satu satunya senyawa terapeutik yang terbukti menurunkan
kejadian makrovaskular pada pasien DM tipe 2. Metformin dapat diberikan dalam kombinasi
dengan sulfonylurea, tiazolizinedion, dan atau insulin.
BAB II
METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
Alat :
- Timbangan Analitik
- Alat Suntik
- Sonde
- Satu set alat pengukur glukosa darah
- Beker Gelas
- Gunting
Bahan :
- Hewan Tikus
Berat = 179 gram
- Larutan Gula 50%
Dosis = 1gram/kg
Konsentrasi 50% = 50 gram /100 ml
= 50.000 mg / 100 ml
= 500 mg/ml
- Metformin
Dosis = 500 mg/60 kg (Dosis Manusia)
Konsentrasi = 20 mg/ml
- Alkohol
- Aquadest
B. Perhitungan
Metformin :
- Dosis Hewan
HED=DH x Km HewanKm Manusia
500/60=DH x 637
8,33 = DH x 0,162
DH = 8,33/0,162
DH = 51,419 mg
- Volume Administrasi Obat
VAO= DH x Berat tikusKonsentrasiObat
VAO=51,419 mg x0,179 kg20 mg /ml
VAO=9,204020
VAO = 0,4602 ml = 0,5 ml
Larutan Gula 50% :
- Volume Administrasi Obat
VAO= DH x Berat tikusKonsentrasiObat
VAO=1000 mg x0,179 kg500 mg /ml
VAO=179500
VAO = 0,358 ml = 0,4 ml
C. Prosedur Kerja
Timbang berat badan tikus
↓
Cek kadar glukosa darah tikus kontrol dan tikus yang akan diuji sebelum dilakukan
perlakuan
↓
Pada tikus kontrol dan tikus uji diberikan larutan gula 50% secara oral dengan dosis
1gr/Kg sehingga VAO yang diberikan adalah sebesar 0,4 ml
↓
Selanjutnya pada tikus uji diberikan obat anti diabetes yaitu metformin yang diberikan
secra oral dengan VAO sebesar 0,5 ml
↓
Cek kadar glukosa darah tikus uji dan tikus kontrol pada menit ke- 0, 15, 30, dan 45.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Praktikum
PERLAUKANKadar Gula Darah (mg/dL)
Sebelum Perlakuan Sesudah perlakuan
0 menit 15 menit 30 menit 45 menit
Tikus Kontrol(larutan gula 50%) 129 133 127 116
Tikus Uji(larutan gula 50%)
+(Metformin 500 mg)
119 237 156 165
B. Pembahasan
Diabetes merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan meningkatnya kadar gula darah
yang disebabkan oleh defisiensi insulin relatif atau absolut. Pelepasan insulin yang tidak adekuat
disebabkan oleh glukagon yang berlebihan.
Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu kelainan yang paling sering terjadi. Salah satu
kelenjar endokrin yaitu pankreas sebagai insulin tidak normal. Diabetes terdapat 2 tipe, yaitu:
1. Diabetes melitus tergantung insulin (IDDM (tipe I))
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 500
50
100
150
200
250
Kurva Pengamatan
Tikus Kontrol Tikus Uji
Pengamatan Waktu ke-
Kada
r Gul
a Da
rah
(mg/
dL)
Penyakit ini ditandai dengan defisiensi insulin absolute yang disebabkan oleh lesi atau
nekrosis sel β berat. Akibat dari dekstruksi sel β, pankreas gagal merespon adanya glukosa dan
diabetes tipe I menunjukkan gejala seperti polidipsia, polifagia dan poliuria. Diabetes tipe ini
biasanya terjadi sebelum usia 15 tahun dan mengakibatkan penurunan berat badan,
hiperglikomia, hetoksidosis, asteroksis, kerusakan retina dan gagal ginjal. Diabetes tipe I
memerlukan insulin endeogen untuk menghindari hiperglikemia dan ketoasidosis yang
mengancam kehidupan.
2. Diabetes melitus tidak tergantung insulin (NIDDM (tipe II))
Penyakit ini disebabkan oleh penurunan fungsi sel β yang menyebabkan kadar insulin
bervariasi dan tidak cukup untuk memelihara homeostasis glukosa. Pada diabetes tiepe II ini
terjadi resistensi insulin yang disebabkan oleh penurunan jumlah reseptor insulin. Tipe ini sering
terjadi pada usia lebih dari 35 tahun. Diabetes tipe II memerlukan obat-obat hipoglikemik oral
untuk memelihara konsentrasi glukosa darah dalam batas normal. Pengurangan berat badan,
melakukan program diet juga dapat menurunkan resistensi insulin dan memperbaiki
hiperglikemia pada penderita.
Gejala – gejala penyakit diabetes melitus adalah polyuria yaitu volume urin yang banyak atau
sering buang air kecil, polydipsia yaitu cepat merasa haus, polyphagia yaitu banyaknya makan yang
dapat menyebabkan meningkatnya glukosa dalam darah.
Kadar glukosa serum puasa normal (teknik autoanalisis) adalah 70-110 mg/dl (kurang dari
110 mg/dL). Hiperglikemia didefinisikan sebagai kadar glukosa puasa yang lebih tinggi dari 110
mg/dl. Glukosa difiltrasi oleh glomerulus ginjal dan hampir semuanya diabsorpsi oleh tubulus ginjal
selama kadar glukosa dalam plasma tidak melebihi 160-180 mg/dl. Jika konsentrasi tubulus naik
melebihi kadar ini, glukosa tersebut akan keluar bersama urine, dan keadaan ini disebut sebagai
glikosuria.
Tujuan dilakukannya percobaan ini dimaksudkan untuk mengetahui dan menentukan efek
obat-obat antidiabetes yaitu metformin. Metformin merupakan obat-obatan hipoglikemik oral
golongan biguanida. Mekanisme kerja metformin adalah dengan mengurangi pengurangan glukosa
hati dan sebagian besar akan menghambat glukonoegenesis. Efek yang sangat penting dari metformin
adalah kemampuannya untuk mengurangi hiperlipidemia (konsentrasi kolesterol LDL dan VLDL
menurun dan kolesterol HDL meningkat). Metformin mudah diabsorbsi melalui oral, tidak terikat
dengan protein serum, tidak dimetabolisme dan dieksresikan melaui urin.
Langkah awal dalam percobaan antidiabetes ini adalah, tikus diperiksa kadar gula darah
sebelum diberi perlakuan (dengan metformin maupun glukosa) dengan menggunakan alat glukometer.
Sampel darah tikus yang digunakan diambil dari darah yang keluar dari ekor tikus. Kadar gula darah
tikus sebelum perlakuan adalah sebesar 119 mg/dL pada tikus perlakuan dan 129 mg/mL pada tikus
kontrol. Langkah selanjutnya adalah pemberian glukosa 50% untuk tikus uji dan kontrol. Pada tikus
uji setelah diberikan glukosa 50% kemudian diberikan metformin secara oral. Setelah 15 menit
pemberian, gula darah pada tikus kontrol menjadi 133 mg/mL dan pada tikus uji menjadi 273 mg/mL.
Selanjutnya, kami memeriksa kadar gula darah pada menit ke-30 dan hasil yang didapatkan
adalah 127 mg/mL untuk tikus kontrol dan 156 mg/mL untuk tikus perlakuan. Pada tikus perlakuan
sudah membuktikan adanya efek farmakologis dari metformin sebagai obat antidiabetes sehingga
kadar gula darah menjadi berkurang. Untuk tikus kontrol juga mengalami penurunan kadar gula darah
yang signifikan. Hal ini mungkin dikarenakan volume glukosa yang diberikan tidak seluruhnya masuk
ke dalam saluran pencernaannya melainkan keluar saat diberikan larutan glukosa 50%.
Langkah selanjutnya, kami melakukan pemeriksaan kadar gula darah pada menit ke-45. Pada
tikus uji didapatkan kadar gula darah 165 mg/mL dan pada tikus kontrol didapatkan kadar gula darah
116 mg/mL. Disini terjadi penurunan kadar gula darah pada tikus kontrol dikarenakan fungsi hormon
insulin dari tikus adalah normal dan mampu bekerja dengan baik sehingga glukosa dapat disimpan
menjadi glikogen dalam hati. Pada tikus uji justru mengalami kenaikan kadar gula darah mungkin
dikarenakan kesalah oleh praktikan dalam memberikan obat metformin.
BAB IV
KESIMPULAN
Dari pembahasan data di atas, dapat disimpulkan bahwa:
Diabetes merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan meningkatnya kadar gula darah
yang disebabkan oleh defisiensi insulin relatif atau absolute.
Diabetes melitus tergantung insulin (IDDM (tipe I)). Penyakit ini ditandai dengan defisiensi
insulin absolute yang disebabkan oleh lesi atau nekrosis sel β berat.
Diabetes melitus tidak tergantung insulin (NIDDM (tipe II)). Penyakit ini disebabkan oleh
penurunan fungsi sel β yang menyebabkan kadar insulin bervariasi dan tidak cukup untuk
memelihara homeostasis glukosa.
Gejala – gejala penyakit diabetes melitus adalah polyuria, polydipsia, dan polyphagia
Kadar glukosa serum puasa normal (teknik autoanalisis) adalah 70-110 mg/dl (kurang dari
110 mg/dL).
Hiperglikemia didefinisikan sebagai kadar glukosa puasa yang lebih tinggi dari 110 mg/dl.
Metformin merupakan obat-obatan hipoglikemik oral golongan biguanida.
Mekanisme kerja metformin adalah dengan mengurangi pengurangan glukosa hati dan
sebagian besar akan menghambat glukonoegenesis.
Dari kurva hasil diatas, dapat dilihat bahwa hasil yang didapat mengalami fluktuatif, tikus
mengalami hiperglikemi.
Faktor pertama karena tikus tersebut mengalami diabetes. Faktor kedua karena timbulnya
keadaan stres atau sakit sehingga menyebabkan kadar gula meningkat secara berlebihan.
Kadar glukosa tikus ini mengalami kenaikan drastis, dari 119 mg/ dL menjadi 237 mg/mL
pada tikus uji dan dari 129 mg/mL sampai 133 mg/mL. Hal ini mengindikasikan bahwa
glukosa yang diberikan secara oral tersebut dapat dimetabolisme dengan baik sehingga
menyebabkan meningkatnya kadar glukosa tikus, karena tujuan pemberian glukosa ini adalah
untuk meningkatkan kadar glukosa tikus.
Selain itu, kenaikan kadar glukosa darah ini juga menunjukkan bahwa metformin sudah tidak
dapat memberikan efek menurunkan kadar glukosa darah dikarenakan kadar glukosa yang
dimiliki tikus terlalu tinggi.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Goodman & Gilman.2008.Dasar Farmakologi Terapi.Jakarta: EGC.
Katzung, Bertram.1997.Farmakologi Dasar dan Terapi Edisi VI.Jakarta: EGC.
L key Joyce.1996. Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta: EGC.
Mycek, J. Mary, dkk.2001.Farmakologi Ulasan Bergambar Edisi 2. Jakarta: EGC.
Mycek, M.J, dkk. 2001, Farmakologi Ulasan Bergambar. Jakarta : Widya Medika.
Sherwood, Lauralee. 2011. Physiology of Hormon from Cell to System. Jakarta: EGC.
Sustrani, Lanny. Syamsir Alam. Iwan Hadibroto. 2006. Diabetes. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Lampiran foto cara kerja