Download - Fisheries For Future
Fisheries For Future (F3)Sabtu, 02 Januari 2010Hormon dan Syaraf Ikan
BAB IPENDAHULUAN
Hewan bertulang belakang memberikan respon terhadap rangsangan yang berasal dari lingkungannnya melalui organ perasa, otak dan spinal cord dengan melepaskan impuls-impuls ke jaringan otot atau kelenjar-kelenjar. Pada ikan respon dari otot seringkali menghasillkan gerakan seluruh tubuh. Siklus tertentu dan perubahahan yang kecil dari lingkungan seperti peningkatan suhu musiman dan perubahan lama pinyinaran matahari (photo periodic) juga dapat mempengaruhi satu atau lebih kelenjar endokrin melalui system saraf. Sekresi hormonaldari kelenjar endokrin akan mempengaruhi organ target tertentu dan mungkin pula kelenjar endokrin ini mempunyai pengaruh yang luas terhadap metabolisme secara umum.
Sistem saraf dan sistem hormone sangat saling terkait dan sering bekerja bersama. Sebagai contoh tingkah laku pemijahan pada beberapa jenis ikan, dipengaruhi oleh organ perasa melalui peersepsinya dari perubahan lingkungan. Beberapa kelenjar endokrin dipengaruhi dan berpengaruh terhadap ovari dan tes-tes. Keterkaitan tersebut merupakan interaksi lanjut di antara organ perasa, system saraf pusat dan kelenjar endokrin pada saat pemijahan.
Kelenjar endokrin ialah suatu kelenjar yang tidak memiliki saluran pelepasan untuk mengalirkan hasil getahnya (segrete) keluar dari kelenjar. Oleh karena itu kelenjar endokrin biasa juga disebut kelenjar buntu. Getah yang dihasilkan oleh kelenjar ini disebut hormon, dan hormon ini langsung masuk ke dalam peredaran darah atau limf, atau cairan badan dan diedarkan ke seluruh tubuh dan akan mempengaruhi organ-organ sasaran pada organisme. Kelenjar endokrin ikan mencakup suatu sistim yang mirip dengan vertebrae yang lebih tinggi tingkatannya. Namun, ikan memiliki beberapa jaringan endokrin yang tidak didapatkan pada vertebrata yang lebih tinggi, misalnya Badan Stanius yang memiliki fungsi sebagai kelenjar endokrin yang membantu dalam proses osmoregulasi.
Sistem endokrin terdiri dari sekelompok organ (kadang disebut sebagai kelenjar sekresi internal), yang fungsi utamanya adalah menghasilkan dan melepaskan hormon-hormon secara langsung ke dalam aliran darah. Hormon berperan sebagai pembawa pesan untuk mengkoordinasikan kegiatan berbagai organ tubuh.
Kerja hormon menyerupai kerja saraf, yaitu mengontrol dan mengatur keseimbangan kerja organ-organ di dalam tubuh. Namun, kontrol kerja saraf lebih cepat dibanding dengan kontrol endokrin. Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar yang berasal
dari ektodermal adalah protein, peptida, atau derivat dari asam-asam amino, dan hormon yang dihasilkan oleh kelenjar yang berasal dari mesodermal (gonad, korteks ardenal) berupa steroid.
Sebagian besar hormon merupakan protein yang terdiri dari rantai asam amino dengan panjang yang berbeda-beda. Sisanya merupakan steroid, yaitu zat lemak yang merupakan derivat dari kolesterol. Hormon dalam jumlah yang sangat kecil bisa memicu respon tubuh yang sangat luas.
Sistem syaraf pada vertebrata mempunyai tiga macam peranan vital, yaitu: Orientasi terhadap lingkungan luar, menerima stimulus dari luar dan meresponnya; mengatur agar kerja sekalian sistem dalam tubuh bersesuaian, dengan bantuan kerja kelenjar endokrin; dan tempat ingatan dan kecerdasan (khusus vertebrata tingkat tinggi). Peranan ini semua disempurnakan oleh syaraf, medulla spinalis, dan otak, dibantu oleh organ indra sebagai reseptor, dan otot serta kelenjar sebagai efektor.
Syaraf adalah organ yang paling dulu dibentuk dari lapisan terluar (exoderm) yang berfungsi sebagai penghubung. System syaraf bersama-sama dengan system hormonal mengatur peranan penting dalam proses koordinasi dan pengaturan semua aktivitas yang berlangsung dalam tubuh.
Kedua sistem ini dapat dikatakan sebagai sistem koordinasi untuk mengantisipasi perubahan kondisi lingkungan dan perubahan status kehidupan (reproduksi dsb). Perubahan lingkungan akan diinformasikan ke sistem saraf (saraf pusat dsb), saraf akan merangsang kelenjar endokrin untuk mengeluarkan hormon-hormon yang akan hormon kirim ke organ target dan aktivitas metabolisme dibutuhkan dengan merangsang jaringan-jaringan untuk bergerak.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. SISTEM SARAF
Sistem syaraf pada vertebrata mempunyai tiga macam peranan vital, yaitu: Orientasi terhadap lingkungan luar, menerima stimulus dari luar dan meresponnya; mengatur agar kerja sekalian sistem dalam tubuh bersesuaian, dengan bantuan kerja kelenjar endokrin; dan tempat ingatan dan kecerdasan (khusus vertebrata tingkat tinggi). Peranan ini semua disempurnakan oleh syaraf, medulla spinalis, dan otak, dibantu oleh organ indra sebagai reseptor, dan otot serta kelenjar sebagai efektor.
Sistem syaraf dibagi menjadi system syaraf pusat dan system syaraf periferi. Sistem syaraf pusat terdiri otak dan medula spinalis. Sistem syaraf periferi terdiri dari saraf cranial dan spinal beserta cabang-cabangnya. Sistem syaraf otonom merupakan bagian dari sistem perifera, mempengaruhi otot polos dan kelenjar.
Unit terkecil dari system saraf ialah sel saraf (neuron), yang terdiri dari badan sel yang berinti dan penjuluran plasma dari badan sel sebanyak dua atau lebih. Penjuluran plasma yang
pendek dinamakan denrite, yang berfungsi sebagai penerima impuls. Sedangkan penjuluran plasma yang panjang dinamakan neurit atau axon, yang berfungsi untuk meneruskan impuls yang diterima. Setiap neuron dibungkus oleh selaput yang dinamakan selaput myelin, agar impuls yang melelui denrite atau neurite tidak terpencar ke luar. Tempat terjadinya hubungan antara neurit dan denrite dinamakan synapse.Pusat koordinasi syaraf terdapat pada otak dan sumsum tulang belakang yang menyampaikan perintah melalui impuls syaraf yang dibawa oleh syaraf motoris ke organ-organ efektor, dan sebaliknya, otak akan menerima informasi melalui sinyal-sinyal yang dibawa oleh syaraf sensoris dari reseptor.Dalam menjalarkan impuls baik yang berasl dari syaraf pusat ke efektor, maupun dari reseptor ke otak dibantu oleh adanya neurotransmitter yang bekerja pada sinaps sebagai titik temu antara dua neuron. Neuron atau sel syaraf hanyalah merupakan satuan/unit structural, sedangkan unit fungsionalnya merupakan apa yang disebut lengkung refleks yang terdiri atas syaraf pusat sebagai pusat koordinasi, syaraf sensoris, syaraf motoris, efektor dan reseptor.
Sistem saraf dibagi menjadi dua, yaitu : Sistem Cerebro Spinal :
a. bagian pusat : otak dan spinal cord ( tulang punggung )b. bagian perifer : saraf spinal, saraf cranial dan organ sensori
Sistem Otonomik, bekerja secara tidak sadar.
a. Saraf sympatis (symphatetis) : bekerja dalam keadaan stress
b. Saraf parasympatis (parasymphatetis) : bekerja dalam keadaan tenang
Gambar jaringan saraf
1. OtakOtak ikan dapat dibagi menjadi lima bagian, yaitu telencephalon, diencephalon, mesencephalon, metencephalon dan myelencephalon.a. Telencephalon
Telencephalon adalah otak bagian depan yang merupakan pusat dari hal-hal yang berhubungan dengan pembauan. Saraf utama yang keluar dari daerah ini ialah saraf olfactory (saraf cranial I) yang berhubungan dengan hidung sebagai penerima rangsang. Pada ikan-ikan yang menggunakan hidung dalam pembauan mencari mangsanya otak bagian depan akan menjadi lebih berkembang. Pengrusakan telencephalon akan menimbulkan beberapa gejala yang tidak normal.Ikan Tilapia sp. tertentu yang biasa memberikan prhatian dan perlindungan kepada anaknya, setelah Telencephalonnya dirusak ikan tersebut menjadi bersifat tidak acuh terhadap anak-anaknya. Ikan Betta splendensakan kehilangan tingkah lakuseksnya akibat pengrusakantelencephalon.b. Diencephalon
Di belakang telencephalon terdapat diencephalon yang merupakan komponen otak yang penting. Diencephalon dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu : epithalamus,
thalamus, dan hypothalamus. Di bagian atas diencephalon terdapat organ yang disebut badan pineal. Dibawah hypothalamus terdapat hypophysa (kelenjar pituitary).
Ikan-ikan yang mempunyai kulit kepala transparan umumnya hidup di daerah yang agak dalam dan termasuk yang suka bergaya verikal. Pada ikan-ikan yang tertarik akan cahaya (fototaksis positif), di kepalanya terdapat daerah yang tidak berpigmen dan atap cranial yang transparan di atas diencephalon. Sedangkan ikan-ikan yang fototaksis negative pada kepalanya terdapat jaringan yang menghalangi cahaya.c. Mesencephalon (otak tengah)
Mesencephalon (otak tengah) pada ikan relatif besar dan berfungsi sebagai pusat penglihatan. Bagian yang menarik perhatian pada mesencephalon ialah lobus opticus, yang terdiri dari tectum opticum di bagian atas dan tegmentum di bagian bawah. Tectum opticum merupakan organ coordinator yang melayani rangsang penglihatan. Bayangan yang terjadi pada retina mata akan dipetakan pada tectum opticum. Sedangkan tegmentum merupakan pusat sel-sel motoris.d. Metencephalon
Cerebellum merupakan bagian yang menonjol pada metecephalon. Fungsi utama cerebellum ialah mengatur tegangan otot dan daya orientasi terhadap ruang. Pada golongan ikan lamprey, cerebellum sangat kecil. Pada ikan bertulang sejati cerebellum terbagi atas dua bagian besar, yaitu valvula cerbelli dan corpus cerebelli. Pada Elasmobranchii tidak terdapat valvula cerebelli. Besarnya corpus cerebelli bervariasi tergantung pada spesiesnya. Pada golongan ikan cucut besardan famili Mormyridae, corpus cerebelli berkembang dengan baik. Pada Mormyridae, cerebellum relatifsangat besae dan hampir menutupi otak depan, keadaan ini ada hubungannya dengan aliran listrik yang dikeluarkannya.
Demikian juga diantara golongan ikan lele, cerebellumnya mengalami pembesaran. Ikan yang termasuk perenang cepat (misalnya mackerel dan tuna) pun mempunyai cerebellum yang besar.e. Myelencephalon
Bagian paling posterior otak ialah myelencephalon, dengan medulla oblongata sebagai komponen utamanya, Merupakan pusat untuk menyalurkan rangsang keluar melalui saraf cranial. Saraf cranial III-X keluar dari medulla oblongata. Saraf cranial III tampak seperti keluar dari otak tengah, tetapi sebenarnya keluar dari bagian depan medulla oblongata. Di medulla oblongata ini terdapat area motor somatic danvisceral, dan area sensori somatic dan visceral.
Pada ikan Clupea pallasi, Mugil cephalus danTrachurus,medulla oblongata membesar. Di bagian ini terdapat organ yang dinamakan cristae cerbilli dan saraf yang keluar dari organ ini belum diketahui benar fungsinya. Diduga, saraf ini ada hubungan dengan kecenderungan ikan untuk berkelompok.
Pada golongan Actinopterygii, terdapat sepasang neuron yangsangat besar yang disebut Sel Mauthner. Sel ini terletak di dasar medulla, berfungsi dalam koordinasi gerak
ikan. Dendrite berhubungan dengan saraf cranial V.VII.IX dan X, axon memanjang samapi ke otot caudal melalui spinal cord.
2. Saraf CranialDari otak terdapat sebelas saraf cranial (SC) yang menyebar ke organ-organ sensori tertentu dan otot-otot tertentu. Sebagian besar saraf cranial berhubungan dengan bagian-bagian kepala, tetapi ada juga yang berhubungan dengan bagian-bagian tubuh. Sebelas saraf cranial ada pada ikan termasuk saraf terminal yang hanya didapatkan pada vertebrata tingkat rendah.
Saraf terminal (SC 0), adalah suatu saraf kecil yang bergabung dengan saraf cranial I, yang berhubungan dengan otak depan, dan serabut-serabut sarafnya tersebar mengelilingi “olfactory bulb”. Fungsinya mungkin meliputi peranan sensori somatic dan sensori khusus.
Saraf olfactory (SC I), menghubungkan organ olfactory dengan pusat olfactory otak depan, fungsinya membawa impuls bau-bauan.
Saraf optic (SC II), menghubungkan rtina mata dengan tectum opticum dan berfungsi membawa impuls penglihatan.
Saraf oculomotor (SC III), berfungsi sebagai saraf motor somatic yang mengatur otot mata inferior oblique, superior rectus, inferior rectus dan internal rectus. Saraf ini berhubungan dengan anterior myelencephalon. Saraf cranial III merupakan saraf motor somatic.
Saraf trochlear (SC IV) menginversi otot mata superior oblique. Saraf motor somatic ini berhubungan dengan bagian anterior myelencephalon.
Saraf trigeminal (SC V) terbagi atas tiga cabang. Dua diantaranya (saraf ophthalmic dan saraf maxillary) adalah saraf sensori somatic, sedangkan yang ketiga (saraf mandibular) adalah saraf sensori somatic dan saraf motor somatic. SV menghubungkan bagian kepala dan rahang dengan medulla oblongata. Fungsi saraf ini berkaitan dengan kepekaan kulit terhadap panas dan sentuhan.
Saraf abducens (SC VI) adalah saraf motor somatic yang menghubungkan bagian depan medulla oblongata denagn otot mata external rectus. Fungsinya berhubungan dengan penarikan otot penggerak beji mata.
Saraf facial (SC VII) berhubungan dengan saraf cranial V dan VIII pada medulla. Bersama-sama dengan saraf SC VIII sering dianggap sebagai satu saraf yang dinamakan saraf acoustic facialis. Saraf facial tersusun dari tiga cabang, yaitu superficial ophthalamic, buccal dan hyomandibular. Saraf cabang ini berkaitan dngan saluran garis rusuk di atas kepala, penerima rasa pada kepala dan tubuh, penerima rangsangan sentuhan. Saraf ini punya komponen yang berkaitan dengan sensori somatic, sensori visceral dan fungsi motor visceral.
Saraf acoustic (SC VIII) mempunyai suatu fungsi sensori somatic yang berkaitan dengan telinga bagian dalam. Saraf ini sering dianggap sebagai cabang dari saraf acoustic facialis pada ikan.
Saraf glossopharyngeal (SC IX) terdiri dari komponen sensori dan motor yang terutama melayani bagian insang yang pertama. Fungsinya berkaitan dengan garis rusuk, organ pengecap pada pharynx dan otot-otot insang.
Saraf vagus (SC X) merupakan suatu gabungan saraf yang rumit dengan beberapa percabangan. Dua diantaranya, cabang supratemporal dan cabang garis rusuk tubuh melayani system garis rusuk. Cabang branchial menuju ke bagian posterior celah insang. Cabang visceral melayani organ-organ internal. Cabang yang satu lagi, cabang dorsal recurrent menginversi penerima rasa.
3. Spinal cord dan saraf spinalSpinal cord merupakan lanjutan medulla oblongata dan sampai ke bagian depan ekor. Batas antara medulla oblongata dengan spinal cord tidak jelas. Spinal cord merupakan suatu tabung, tetapi alur pusat (central canal) yang berdiameter kecil dibandingkan dengan dindingnya. Sekeliling alur pusat membentuk pola yang menyerupai sepasang sayap kupu-kupu pada potongan melintangnya, yang merupakan bahan kelabu yang terdiri dari sel-sel saraf dan dekelilingi olehserabut-serabut saraf (bahan putih). Serabut-serabut saraf ini debungkus dan dikumpulkan dalam satu ikatan sesuai dengan fungsinya. Bahan kelabu dapat dibedakan menjadi dua bagain, sepasang tanduk dorsal dan sepasang tanduk ventral. Tanduk dorsal menerima serabut sensori visceral dan somatic , dan tanduk ventral berisikan inti saraf motor.Saraf spinal diatur beruas-ruas dan muncul dari bahan kelabu sebagai akar dorsal dan akar ventral yang bergabung dan kemudian terbagi atas tiga cabang. Akar dorsal mempunyai suatu ganglion di luar spinal cord. Cabang-cabang dorsal dan ventral (rami_ berhubungan dengan otot axial dan kulit, dan cabang visceral berhubungan dengan organ dalam.Akar dorsal saraf spinal pada ikan mengandung serabut afferent visceral dan somatic, dan beberapa serabut efferent visceral. Serabut efferent visceral dan somatic memasuki spinal cord melalui akar ventral. Komponen efferent visceral dari saraf spinal menyokong siste saraf otonomik, yang merupakan bagian dalam control terhadap otot licin dan kelenjar-kelenjar tertentu.4. Organ Sensoria. Mata
Sebagaimana vertebrata lainnya, pada garis besarnya mata terdiri dari ruang depan (cornea), iris, lensa, ruang vitreous yang berisikan “vitreous humor” dan dibatasi oleh retina. Meskipun banyak terdapat modifikasi bentuk maupun struktur mata di antara ikan-ikan, namun secara garis besar dapat dikatakan serupa. Yang terdiri dari:
ruang depan cornea, iris lensa, ruang vitreous yang berisikan vitreous numor dan
dibatasi oleh retina
Umumnya ikan tidak mempunyai pelupuk mata kecuali pada Elasmobranchi, berupa
membrane dan dapat mengejapkan mata.
Pada beberapa teleostei terdapat adipose eye-lid yang berfungsi untuk pelindung
dan merampingkan kegembungan mata di bawah permukaan kepala.
Kornea mata transparan dan tidak berpigmen berfungsi sebgai pelindung dari pasir
dan detritus.
Iris membentuk pupil dan mengatur jumlah cahaya yang tiba di retina.
Lensa mata ikan merupakan bola yang transparan dan kuat, terbuat dari protein
non-collagen. Umumnya berbentuk membulat pada sebagian ikan bertulang sejati dan
Lamprey
retina terdiri dari beberapa lapisan sel yang saling mengisi. Cahay yang tiba di
retina, setelah meleati lensa dan humor akan melalui lapisan-lapisan retina yang berturut-
turut sbb:serabut saraf (yang menuju saraf optic), sel ganglion, sel bipolar, sel-sel
photoreceptor (roddan cone, yang mempunyai dua jenis pigmen yang peka akan cahaya,
yaitu rhodopsin/ungu dan porphyropsin/merah.) kedua pigmen ini dibuat dari vit.a dalam
keadaan gelap.
b. Organ Penghidu
Organ penghidu pada ikan terletak pada kantung di bagian atas moncong dan biasanya tepat di
depan mata. Kantung nasal ini tidak dapat berhubungan langsung dengan pharynx karena
kantung ini hanya sebagai external nares. External nares mempunyai bagian anterior dan
posterior yang masing-masing terletak pada kedua sisi kepala. Ikan yang mempunyai internal
nares ialah ikan paru-paru, hagfishes dan stargazers (Uranoscopidae).
Agar impuls bau-bauan dapat diterima oleh olfactory epithelium dalam kantung nasal, organ ini
harus dialiri air. Respirasi dapat memudahkan pengaliran ini pada ikan-ikan yang mempunyai
internal nares, tetapi pada sebagian besar ikan (yang mempunyai external nares)memerlukan
cara-cara yang tertentu. Sirkulasi air dalam kantung nasal dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu
gerakan maju ikan, gerakan cilia pada kantung atau perluasannya, dan dengan pemompaan yang
aktif oleh konstraksikantung nasal dan tambahannya.
Ikan-ikan yang sirkulasi air pada kantung nasalnya bergantung pada gerakan kedepan, biasanya
mempunyai jelabir atau pembatas di belakang anterior nares, sehingga air yang melewati
olfactory epithelium menjadi lebih banyak. Struktur yang demikian ini tampak jelas pada ikan air
tawar misalnya trout dan minnow. Pada ikan sidat, beberapa catfishes, dan ikan-ikan yang
mempunyai kantung nasal yang panjang, cilia sangat berperan dalam menggerakkan air dan
demikian pula dengan kontraksi otot.
Olfactory ephytelium disusun sedemikian rupa sehingga mampu mencium bau-bauan yang
terbawa air, dengan lipatan-lipatan kulit seperti “rosette” atau dengan susunan yang menjari.
Pendeteksian makanan merupakan fungsi penghidu yang utama pada ikan-ikan yang mencari
makan dalam keadaan gelap atau mencari makan diantara material dasar dan tumbuh-tumbuhan.
Dalam suatu percobaan bahwa ikan cucut menggunakan penghidu sebagai alat terpenting dalam
mencari makan. Ikan ini akan kehilangan kemampuannya untuk mendapatkan makanan bila
ubang hidungnya disumbat dengan kapas.
c. Organ Pengecap
Organ pengecap disebut juga “taste bud”, yang bentuknya membulat dan terdiri atas
beberapa sel panjang, yang berfungsi sebagai sel penerima impuls rasa. Taste bud terletak di
dalam kulit dengan ujung terluar menonjol pada permukaan epithelim. Pada ujung luar sel
penerima impuls terdapat rambut pengecap kecil (micrivilli). Taste bud diinervasi biasanya oleh
saraf facial, saraf glossopharingeal dan saraf vagus.
Taste bud paling banyak ditemukan di daerah mulut dan daerah pharynx, juga pada lengkung
insang. Selain itu banyak jenis ikan yang mempunyai kumpulan taste bud pada alat-alat tertentu
misalnya sungut dan jari-jari siripp yang memanjang. Taste bud umumnya terapat pada bibir dan
kepala ikan pemakan dasar.
5. Saraf Otomatik
Pada system saraf otomatik ikan Lamprey dan Hagfish (Cyclostomata), tidak ada rantai ganglion
symphatik. Pada ikan Lamprey dan Hagfish, jantung dan organ pencernaan dirangsang oleh
vagus jaringan saraf sub cutanus yang dirangsang oleh jaringan saraf spinal yang nampaknya
system symphatik terkonsentrasi dalam dinding dan permukaan dari kelenjar tipis myxine.
Hubungan-hubungan saraf symphatik ke saraf kulit didapatkan pada ikan-ikan bertulang sejati.
System saraf parasymphatik kebanyakan diperlihatkan dalam bagian percabangan yang lebih
luas dari vagus. Jaringan-jaringan saraf symphatik yang berperan sebagai pemacu jantung pada
vertebrata tingkat tinggi tidak didapat pada seluruh ikan dan konsekuensinya, rangsanganvagal
mempunyai suatu kekuatan gerakan yang menghambat pada sinus venosus dan artrium tetapi
tidak mempunyai efek terhadap ventricle. Rangsangan dari cabang-cabang vagus mengarah pada
organ dalam lain, sebagaimana halnya dalam pemakaian cholinergic dan adrenergic telah
menghasilkan komplikassi terutama peranannya terhadap gelembung udara dan beberapa bagian
dari saluran pencernaan.
Saraf-saraf melanophore menuju jaringan saraf symphatik subvertebrata yang terbagi menjadi
kelompok depan yang mnujusel warna pada bagian kepala dan leher bagian belakang, dan
kelompok belakang yang menuju ke arah badan dan ekor. Sedikit pengontrolan melanophore
pada Cyclostomata, walaupun demikian, pada Elasmobranchii tertentu mempunyai beberapa
syaraf symphatik yang menuju melanophore. Adanya pusat yang gelap pada saraf bagian tengah
dan saraf melanin parasymphatik yang menyebar telah dirumuskan.
B. SISTEM HORMON
Kelenjar endokrin ialah suatu kelenjar yang tidak memiliki saluran pelepasan untuk mengalirkan hasil getahnya (segrete) keluar dari kelenjar. Oleh karena itu kelenjar endokrin biasa juga disebut kelenjar buntu. Getah yang dihasilkan oleh kelenjar ini disebut hormon, dan hormon ini langsung masuk ke dalam peredaran darah atau limf, atau cairan badan dan diedarkan ke seluruh tubuh dan akan mempengaruhi organ-organ sasaran pada organisme. Kelenjar endokrin ikan mencakup suatu sistim yang mirip dengan vertebrae yang lebih tinggi tingkatannya. Namun, ikan memiliki beberapa jaringan endokrin yang tidak didapatkan pada vertebrata yang lebih tinggi, misalnya Badan Stanius yang memiliki fungsi sebagai kelenjar endokrin yang membantu dalam proses osmoregulasi.
Kerja hormon menyerupai kerja saraf, yaitu mengontrol dan mengatur keseimbangan kerja
organ-organ di dalam tubuh. Namun, kontrol kerja saraf lebih cepat dibanding dengan kontrol
endokrin. Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar yang berasal dari ektodermal adalah protein,
peptida, atau derivat dari asam-asam amino, dan hormon yang dihasilkan oleh kelenjar yang
berasal dari mesodermal (gonad, korteks ardenal) berupa steroid
Hormon adalah suatu zat kimia (polypeptide) yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar hormone.
Hormon ini berfungsi dalam mengatur/mempengaruhi organ-organ supaya bekerja. Misalnya
dalam hal pematangan sel-sel kelamin, metabolisme, tingkah laku reproduksi, petumbuhan dan
lain-lain.
Kelenjar hormone/endokrin pada ikan mencakup system yang mirip dngan vertebrata yang lebih
tinggi tingkatannya, tetapi beberapa jaringan endokrin tidak membentuk jaringan tersendiri pada
ikan, dan tempat (kedudukan) jaringan-jaringan ini mungkin berbeda dengan tempat kelenjar
pada vertebrata tingkat tinggi. Namun demikian, hormone yang diproduksi sebagian besar sama
atau mirip.
Gambar 1. Diagram lokasi kelenjar endokrin pada ikan; (A). Pituitari, (B). Tiroid, (C).
Pankreas, (D). Gonad, (E). Ginjal, (F). Urofisis.
a. Kelenjar Hypophysa (Pituitary)
Kelenjar ini disebut pula sebagai kelenjar pituitary yang terletak di bawah diencephalon. Suatu
tangkai yang menghubungkan antara kelenjar ini dengan dienchepalon disebut
Infundibulum. Kelenjar ini walaupun kecil, fungsi dan strukturnya merupakan organ tubuh
yang sangat rumit dan sulit. Pada stadia embrionik, kelenjar ini bersasal dari gabungan
elemen neural yang tumbuh ke bawah dari diencephalon dan elemen epithel (kantung
Rathke) yang tumbuh ke atas dari bagian dorsal rongga mulut. Komponen neural kelenjar
disebut neuron-hypophysa (posterior lobe), yang berhubungan dengan hypothalamus, yang
kelihatannnya merupakan kedudukan neurosekresi yang berhubungan dengan pituitary.
Bagian lain dari kelenjar yang berasal dari kantung Rathke adalah adeno-hypophysa,
berisikan bagian yang secara hystologik berbeda, yang fungsinya sama dengan bagian
pituitary mamalia. Bagian anterior adeno-hipophysa dinamakan pars distalis (pro-
adenohipophysa_ dan proximal pars distalis (meso-adenohipophysa) bagian posterior
kelenjar dinamakan pars intermedia (meta-adenohipophysa).
Neurohypophyse memiliki struktur berupa serabut-serabut yang sejajar, berasal dari
hypothalamus di dalam otak. Fungsi dari bagian hypophysa ini mengeluarkan horman ke
dalam hypothalmus dan diteruskan ke neurohypophyse oleh sel-sel neorosekresi dan masuk
ke dalam aliran darah. Adenohypophyse terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu: pars
distalis atau lobes anterior, merupakan bagian yang terbesar, lebih konstan dan aktif dari
yang lain. Pars intermedia kehadirannya bervariasi dan fungsinya diketahui mengontrol
melanophora dan mungkin juga dalam melanogenesis.
Neurosekresi dari hypothalamus (oxytocyn dan vasetocyn) disimpan dan dikeluarkan oleh
neurohypofise. Sekeresi ini berperan dalam osmoregulasi dan reproduksi. Adenohypophyse
mengandung beaneka sel pembuat hormon. Hormon-hormon yang disekresikan oleh pars
distalis adalah prolactin ikan (penting dalam pengaturan Na ikan air tawar), hormon
pertumbuhan, carticothropyn (ACTH), gonadothropyn dan thyrotropyn. Kelenjar pituitary
sering diberi gelar kelenjar induk (master gland) karena banyak menpengaruhi kegiatan
kelenjar lainnya.Tabel. Hormon-Hrmon yang Mengatur Pelepasan Hormon Pituitari
HORMON HIPOTALAMUS SINGKATAN
Corticotropin (ACTH) releasing hormonThyrotrpin (TSH) releasing hormonGonadotropin –releasing hornonGonadotropin –release-inhibiting hormonSomatostatin hormon (STH) –releasing hormonSomatostatin hormon (STH) –release-innhibiting
CRH, CRFTRH, TRFGnRH, GnRFGnRIH, GnRIFSRH, SRFSRIH, SRIFPRH, PRF
hormonProlaktin –releasing hormonProlaktin release-inhibiting hormonMelancyte –stimulating hormon (MSH) releasing hormonMelanocyte stimulaitng hormon (MSH) –release –innhibiting hormon
PRIH, PRIFMRH, MRFMRIH
b. Kelenjar Thyroid
Semua vertebrata mempunyai kelenjar thyroid. Sebagian besar ikan bertulang sejati dan
Cyclostomata terdiri dari folikel-folikel yang relatif menyebar di dekat aorta ventral, arteri
branchialis affarent, jantung, insang, kepala ginjal, limp, otak atau mata. Pada
Elasmobranchii dan beberapa ikan bertulang sejati thyroid merupakan kelenjar tersendiri
yang dikelilingi oleh jaringan pengikat.
Hormon thyroid mempunyai beberapa fungsi fisologik dan beberapa fungsi lainnya yang
belum diketahui, namun terbukti bahwa ia mampu mempengaruhi laju konsumsi oksigen,
membantu pengendapan guanin dalam kulit, dan mengubah metabolisme nitrogen dan
karbohidarat. Ia juga telah diketahui mempengaruhi sistem dan fungsi saraf.
Gambar 2. Lokasi Kelenjar tiroid pada ikan herring (Clupea Harengus).av, aorta ventralis; bs, Bagian dasar dienchepalon; j, infundibulun;
hg, akar saraf tigeminus (V); hy, hipofisis; oe, tulang entoglessum; pr, rhombencephalon; ps, sinus posterior; th, folikel kelenjar tiroid; vj, vena jugularis; I, II, III, arteri insang.
c. Kelenjar Parathyroid
Bagian sekresi dari kelenjar parathyroid berdiferensiasi dari epithel kantong farings ketiga
dan keempat. Ini berarti kantong-kantong farings mempunyai andil dalam pembentukan
jaringan kelenjar. Hormon parathyroid adalah polipetida yang dinamakan parathormon
yang brfungsi mengatur kadar kalsium, dan sedikit menentukan kadar fosfor di dalam
darah. Kalsium akan menghilang jika dari darah dan terjadi kejang otot jika hormon ini
tidak ada. Jaringan kelenjar pada Cylostomata dan bangsa ikan, yang homolog dengan
parathyroid telah ditemukan, namum fungsinya belum diketahui pasti.
d. Jaringan interrenal (jaringan adrenal cortical)
Pada ikan Osteichthyes, jaringan yang ekivalen atau homolog dengan adrenal cortex atau
pada vertebrata tingkat tinggi. Strukturnya sama dengan gonad dalam hal produksi
hormonnya yang mengandung steroid, dan asal-usul embriologinya. Jaringan korteksnya
merupakan derivat dari mesoderm yang membatasi rongga solom dekat tempat berasalnya
pematang genital.
Pada Elasmobranchia, jaringan ini bentuknya memanjang terletak pada bagian belakang
ginjal. Sedangkan pada kelompok-kelompok sel yang tersebar di sepanjang vena cardinalis.
Sel-sel yang menyerupai sel adrenocortical didapatkan pada dinding vena cardinalis ikan
lamprey. Jaringan interrenal mensekresikan hormon adrenocorticosteroid yang mengontrol
proses osmoregulasi dengan cara mempengaruhi ginjal, insang dan saluran gastrointestinal,
dan mempengaruhi metabolisme protein dan karbohidrat.
Jaringan interrenal pada Cyclostomata, tersebar sepanjang vena cardinalis posterior dan
vena lainnya. Pada Teleostei jaringan interrenal menyebar, tetapi selalu membentuk bintik-
bintik noda yang terdapat di dekat atau pada kepala ginjal.
e. Jaringan Chromaffin (suprarenal)
Jaringan ini banyak tersebar di dalam badan beberapa vertebrata. Sel-sel chromaffin pada
ikan bertulang sejati tersebar di sepanjang vena poscardinalis dan dimungkinkan
perluasannya tercampur dengan sel interrenal. Jaringan chromaffin pada Elasmobranchii
menyatu dengan saraf simpathetic dan aorta dorsalis, terletak di depan jaringan interrenal.
Khromaffin dan jaringan medulla dimasuki serabut preganglion dari sistem saraf otonom.
Saraf ini dan kelenjar endokrin Adrenal medulla, keduanya sebagai derivat endokterm dari
neural krest embrio, dan semuanya menggetahkan adrenalin dan non adrenalin. Jaringan ini
mensekresikan adrenalin mengadakan respon terhadap hormon ini dalam berbagai cara,
seperti menaikkan kadar gula dalam darah dan menaikkan tekanan darah, konsentrasi
melanin dalam melanophora, serta merintangi otot polos. Kerja hormon ini menyerupai
sistem kerja saraf simpathetic, yang mana hormon ini sangat erat hubungannya. Distribusi
jaringan khromaffin di dalam tubuh dapat terletak di dekat tetapi terpisah dari jaringan
organ interrena, dapat juga tercampur dengan jaringan interrenal atau korteks adrenal.
f. Kelenjar Ultimobranchial
Kelenjar ini homolog dengan kelenjar parathyroid pada mammalia. Pada ikan bertulang
sejati kelenjar ini terletak di bawah esophagus dekat sinus venosus. Pada Elasmobranchii
kelenjar ini terletak pada sisi kiri bawah pharynx. Kelenjar ini mensekresikan hormon
calcitonin, yang berperan dalam metabolisme kalsium. Ultimobranchial yaitu derivat dari
sepasang kantong farings yang paling belakang, dan corpusculus stanus terletak pada
bagian posterior dari ginjal Teleostei.
g. Gonad
Dari struktur dan pertumbuhannya, gonad merupakan kelenjar endokrin. Kelenjar seks ikut
dalam sekresi steroid, hal ini sangat penting dalam pemijahan, pembuatan sarang, dan
aspek-aspek tingkah laku reproduksi lainnya. Estrogen mengontrol pertumbuhan dan
perkembangan dari sistem genital betina, dan mengatur sifat-sifat seksual sekunder.
Sel-sel interstisial dari testis menghasilkan hormon-hormon jantan dan secara keseluruhan
dinamakan Androgen. Androgen diperlukan untuk pertumbuhan diferensiasi, dan
berfungsinya saluran-saluran genitalia jantan, organ kopulasi, dan tingkah laku seksual dan
pemijahan.
Semua hormon gonad mempunyai hubungan timbal balik yang kompleks dengan
hypophyse. Beberapa ditujukan terhadap fungsi jaringan interrenal atau jaringan korteks
atau terhadap aktivitas thyroid atau badan pineal.
h. Pulau-pulau Langerhans (pulau-pulau pancreastic)
Pada ikan bertulang sejati biasanya jaringan ini terdapat di pyloric caeca, usus kecil, limpa
dan empedu. Jaringan ini menghasilkan insulin yang berperan penting dalam metabolisme
karbohidrat dan dalam pengubahan glukosa menjadi glycogen, dan dalam oksidasi glukosa
dan pembuatan lemak.
i. Mucosa Usus (Pancreaenzymin)
Mucosa usus mnghasilkan hormone yang menontrol sekresi pancreas. Hormone
tersebut adalah pancreaenzymin yang membantu melancarkan pembuatan zymogen dan
sekretin yang merangsang sekresi air dan garam-garam anorganik.
j. Sistem Neurosecretory Caudal
Di dekat ujung spinal cord ikan Easmobranchii dan Teleostei ditemukan suatu neuron
secretory yang dinamakan sel Dahlgren. Axon dari sel-sel neurosecretory ini berujung pada
suatu kumpulan kapiler yang berfungsi dalam penyimpanan dan pengeluaran hasil sekresi.
Pada Teleostei jaringan kapiler ini terdapat di dalam suatu struktur neurohemal yang
disebut urophysa. Daerah ini, termasuk di dalamnya ujung filament “spinal column”, jelas
adalah tempat pembuatan dan pengeluaran beberapa macam hormone, tetapi kegiatannya
belum diketahui secara pasti.
k. Badan Stamnius
Kelenjar ini mungkin berfungsi sebagai endokrin. Sekresi yang dikeluarkannya mungkin
ikut proses osmoregulasi.
l. Badan Pineal
Badan pineal ini terdapat di bagian atas diencephalon. Sekresi yang dikeluarkan oleh badan
pineal adlah melatonin, yang mengumpulkan melanin. Bila hormone ini dihilangkan maka
akan membawa perubahan dalam pertumbuhan.
Ikan terutama Teleostei, pada ekornya terdapat pembekakan ventral pada medulla
spinalisnya. Secara histologis, pembengkakan ini mempunyai kesamaan dengan
neurohypophyse dan dinamakan urohypophysa. Pembengkakan ini diperkirakan
mempunyai fungsi endokrin, dalam hal mengatur tekanan osmose di dalam tubuh.
BAB III
KESIMPULAN
Hewan bertulang belakang bertulang belakang memberikan respon terhadap rangsangan
yang berasal dari lingkungannya melalui organ perasa, otak dan spinal cord dengan
melepaskan impuls-impuls ke jaringan otot atau kelenjar-kelenjar. Pada ikan respon dari
otot seringkali menghasilkan gerakan seluruh tubuh. Siklus tertentu dan perubahan yang
kecil dari lingkungan seperti peningkatan suhu musiman dan perubahan lama penyinaran
matahari (photo periodic) juga dapat mempengaruhi satu atau lebih kelenjar endokrin
melalui system syaraf. Sekresi hormonal dari kelenjar endokrin akan mempengaruhi organ
target tertentu dan mungkin pula kelenjar endokrin ini mempunyai pengaruh yang luas
terhadap metabolisme secara umum.
Kedua sistem ini dapat dikatakan sebagai sistem koordinasi untuk mengantisipasi perubahan
kondisi lingkungan dan perubahan status kehidupan (reproduksi dsb). Perubahan lingkungan
akan diinformasikan ke sistem saraf (saraf pusat dsb), untuk mengeluarkan saraf akan
merangsang kelenjar endokrin hormon dikirim ke organ target dan aktivitas Hormon-hormon
yang dibutuhkan akan merangsang metabolisme jaringan-jaringan untuk bergerak.
Sistem saraf terdiri dari :
sistem cerebro spinal :
� sistem saraf pusat : otak dan tulang punggung
� sistem saraf tepi
sistem otonomi : simpati dan parasimpati
organ-organ khusus : hidung, telinga, mata, LL
sistem saraf pada ikan : sistem saraf padaKeistimewaan mendeteksi kondisi LL
lingkungan (pH, suhu, dsb) karena mengandung ujung-ujung sel
saraf dan sel darah
Sistem Hormon : Hormon dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar hormon a.l hormon pertumbuhan,
hormon reproduksi, hormon ekskresi & osmoregulasi.
Menurut hasil kelenjar hormon :
endo hormon : yang bekerja di dalam tubuh, seperti hormon-hormon di atas
ekto hormon : yang bekerja di luar tubuh, seperti fenomena merangsang jenis kelamin lain
mendekat untuk berpijah.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Iktiologi. 1989. Iktiologi. Instittut Pertanian Bogor, Fakultas Perikanan, Jurusan
Manajemen Sumberdaya Perikanan. Bogor
SIS. HORMON N SARAF\Dengan Perantaraan Qalam _ Blog Profile - feedmap.net.html
SIS. HORMON N SARAF\4337158.html
SIS. HORMON N SARAF\Hormon & Sistem Endokrin.html
SIS. HORMON N SARAF\I'm Fisheries A it's New Generation_ SISTEM SYARAF IKAN.html
SIS. HORMON N SARAF\[email protected] GOD. STUDY.HEARTH.htm
SIS. HORMON N SARAF\my StyLe_ SISTEM ENDOKRIN.html
biologi-staincrb.web.id/blog/anatomi-dan-fisiologi-ikan-nila
BAHAN AJAR MATA KULIAH IKHTIOLOGI FPIK
UNHAS,akademik.unhas.ac.id/lms/inherent/Ikhtiologi/bab10.html
Diposkan oleh Perikanan di 05:32 0 komentar Jumat, 29 Mei 2009Laporan Genetika Ikan
3.3 Prosedur Perlakuan
1. Urutan pekerjaan pemijahan ikan komet, lele dan Ar – Ar dengan hormone buatan (Ovaprim) adalah sebagai berikut :
1. Menyiapkan kolam pemijahan
1. Keringkan dan bersihkan bak atau baskom yang akan digunakan untuk pemijahan.
2. Menjelang dilakukan penyuntikan, bak/ baskom diisi air sampai terendam air 5 cm.
2. Menyeleksi induk yang siap memijah
1. Pada malam hari, tangkap induk
2. Memilih induk betina yang matang telur, perutnya besar dan lunak, tetapi bila diurut tidak dapat keluar telurnya.
3. Memilih induk jantan yang sehat, tidak cacat, dan tidak berpenyakit.
4. Memisahkan induk jantan dan betina di dalam wadah tersendiri sambil menunggu saat disuntik.
3. Menyiapkan alat dan hormone ovaprim untuk disuntikkan. Gunakan injeksi spuit yang telah dibersihkan dengan air panas atau gunakan alat injeksi yang baru.
4. Timbang induk betina dan tentukan dosis ovaprim.
1. Induk yang beratnya kurang lebih 1 kg, dosis ovaprimnya 0,3 s/d 0,5 cc. bila beratnya 0,5 kg, maka dosis yang diperlukan hanya setengahnya.
2. Menyedot dengan injeksi spuit sebanyak hormone yang diperlukan misalnya 0,12 ml. setelah itu, sedot lagi dengan jarum yang sama aqua pro injection sebanyak 0,05 ml untuk mengencerkannya.
5. Cara Menyuntik
1. Praktikan memegang induk yang hendak disuntik (dahulukan betina) dengan menggunakan handuk untuk menutup dan memegang kepala ikan dan memegang pangkal ekornya. Letakkan ikan di atas meja yang telah diberi alas handuk atau lap.
2. Praktikan lain menyuntikkan hormone yang sudah disiapkan tadi ke dalam bagian dorsal (punggung) yang lunak.
3. Lakukan penyuntikan secara hati-hati. Setelah obat didorong masuk, jarum dicabut, lalu bekas suntikan ditekan atau ditutup dengan jari beberapa saat sambil ditekan-tekan agar obat tidak keluar.
4. Setelah disuntik, didiamkan selama 24 jam.
2. Mengeluarkan Telur
Alternative lain pembuahan (fertilisasi) buatan yaitu dengan melakukan pengurutan (stripping). Setelah hormon disuntikkan dan induk-induk siap memijah, disaat yang tepat dilakukan pengurutan telur dan sperma untuk dicampurkan di dalam satu wadah agar terjadi pembuahan (fertilisasi) telur-telur tersebut secara buatan di dalam baskom.
Cara pengurutan ini lebih canggih dan hasil benihnya dapat lebih banyak, karena segalanya lebih terkontrol. Namun poses ini tentu saja memerlukan teknisi pelaksana yang mempunyai keterampilan lebih baik.
Beberapa keuntungan cara pengurutan ini antara lain sebagai berikut :
1. Jumlah telur yang dihasilkan dapat dihitung secara persis (lebih ilmiah)
2. Jumlah telur yang dibuahi sperma (derajat fertilisasi) lebih banyak.
3. Dapat dilakukan pengurutan waktu, misalnya waktu pengurutan.
1. Cara Mengeluarkan Telur
Setelah disuntik dengan menggunakan hormone ovaprim, induk jantan maupun betina dipisahkan. Setelah sekitar 12 jam setelah disuntik, diperkirakan telur sudah dapat diurut. Namun, sebelumnya induk tersebut perlu diperiksa dahulu (sudah siap diurut atau belum). Cara memeriksanya adalah sebagai berikut :
1. Induk komet betina ditangkap menggunakan saringan. Badannya dipegang dan kepalanya ditutupi dengan handuk basah, lalu perutnya diurut sedikit kearah dubur.
2. Apabila beberapa butir telur dapat keluar maka induk betina itu sudah siap untuk diurut. Pengurutan dilanjutkan untuk mengeluarkan seluruh telurnya. Dengan hati-hati tetapi cukup kuat, perut ikan diurut mulai dari sirip dadanya ke artah dubur. Telur yang keluar di tamping dalam sebuah baskom yang bersih dan kering.
3. Apabila telur belum dapat keluar saat diurut maka induk tersebut dikembalikan ke dalam kotak penampungannya lagi. Dan perlu diperiksa lagi setiap 10-15 menit.
Hal-hal yang harus diperhatikan pada proses pengurutan telur adalah sebagai berikut :
1. Kain yang digunakan untuk menutupi kepala ikan pada waktu diurut harus halus dan bersih. Penggunaan kain ini dimaksudkan supaya induk tidak stress waktu induk diurut.
2. Wadah atau baskom untuk menampung telur harus benar-benar kering dan bersih, karena kotoran dapat mempengaruhi proses pembuahan.
3. Apabila telur masih sulit keluar waktu diurut maka pengurutan harus dihentikan. Tunggu hingga telur mudah dikeluarkan dengan pengurutan sedikit.
4. Apabila saat diurut telur keluar bercampur darah, maka sebaiknya pengurutan dihentikan saja.
2. Cara Mengeluarkan Sperma
Cara mengeluarkan sperma sama dengan cara pengurutan telur, yaitu :
1. Induk jantan ditangkap menggunakan saringan. Badanya dipegang dan kepalanya ditutupi dengan handuk basah. Perutnya diurut sedikit kea rah dubur.
2. Apabila sperma sudah dapat keluar maka induk jantan itu sudah siap untuk diurut. Pengurutan dilanjutkan untuk mengeluarkan seluruh spermanya. Dengan hati-hati tetapi cukup kuat, perut ikan diurut mulai dari sirip dadanya ke arah dubur, dan ditampung dalam baskom yang bersih dan kering.
3. Cara kedua dengan menggunakan injection spuit, yaitu dengan cara menekan bagian dubur induk jantan dan setelah terlihat cairan spermanya, kemudian disedot dengan menggunakan alat injection spuit yang telah disiapkan.
4. Apabila sperma belum dapat keluar saat diurut maka induk jantan tersebut dikembalikan dan perlu dicarikan lagi jantan yang sudah matang gonad.
3. Cara Proses Pembuahan
Adapun cara proses Pembuahan diantaranya :
1. Setelah telur dan sperma berhasil dikeluarkan, segera dilakukan pembuahan buatan.
2. Telur yang ditampung di dalam baskom dan sperma ditampung dalam baskom
3. Lalu diaduk dan diratakan.
HAPLOIDISASI
Prosedur:
1. Ambil dua petridisk, masing-masing petridisk diisi larutan sperma ikan mas dengan ketebalan sekitar 1mm.
2. Masukkan kedua petridisk yang berisi sperma ke dalam kotak radiasi selama 3menit.
3. Kemudian masukkan satu sendok kecil sel telur ikan tersebut ke dalam larutan sperma tersebut.
4. Lalu diaduk hingga rata.
5. Diamkan selama dua menit.
6. Lalu dengan segera masukkan campuran telur dan sperma tersebut ke dalam saringan atau kain saring.
7. Masukan kedalam bak penetasan yang telah dipasang aerasi.
8. Dan jangan biarkan telur itu menumpuk karena akan mengalami kematian (tidak dapat menetas)
9. Diamkan selama beberapa waktu
10. Ambil beberapa butir telur yang telah dibuahi, letakkan dalam objek glass.
11. Amati setiap perubahan fase di bawah mikroskop
12. Gambar setiap perubahan fase pada telur.
GINOGENESIS
Partenogenesis adalah satu-satunya proses reproduksi yang sama sekali tak memerlukan peran pejantan. Keturunan partenogenesis akan betina semua jika dua kromosom yang sama membentuk jenis kelamin betina (sistem kromosomnya XX adalah betina dan XY jantan), salah satunya adalah ginogenesis.
Ginogenesis adalah proses terbentuknya zigot dari gamet betina tanpa kontribusi dari gamet jantan. Dalam ginogenesis gamet jantan hanya berfungsi untuk merangsang perkembangan telur dan sifat-sifat genetisnya tidak diturnkan. Ginogenesis dapat terjadi secara alami dan buatan.
Ginogenesis buatan dapat dilakukan dengan mutagenesis sperma dengan sinar ultraviolet (UV) dan kejutan panas. Radiasi yang terjadi merupakan proses penyinaran dengan menggunakan bahan mutagen untuk menghasilkan mutan. Sinar ultraviolet (UV) merupakan radiasi yang juga merupakan
sinar tidak tampak yang mempunyai panjang gelombang 200-380 nm.
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mempelajari teknik ginogenesis dengan kejutan panas.
Prosedur:
13. Ambil dua petridisk, masing-masing petridisk diisi larutan sperma ikan mas dengan ketebalan sekitar 1mm.
14. Masukkan kedua petridisk yang berisi sperma ke dalam kotak radiasi selama dua menit.
15. Kemudian masukkan satu sendok kecil sel telur ikan tersebut ke dalam larutan sperma tersebut.
16. Lalu diaduk hingga rata.
17. Diamkan selama dua menit.
18. Lalu dengan segera masukkan campuran telur dan sperma tersebut ke dalam saringan atau kain saring.
19. Kemudian apungkan ke dalam water bath dengan suhu 40°C selam 3 menit.
20. Setelah itu, angkat dan masukkan ke dalam bak penetasan yang telah diberikan aerasi.
21. Dan jangan biarkan telur itu menumpuk karena akan mengalami kematian (tidak dapat menetas)
22. Diamkan selama beberapa waktu
23. Ambil beberapa butir telur yang telah dibuahi, letakkan dalam objek glass.
24. Amati setiap perubahan fase di bawah mikroskop
25. Gambar setiap perubahan fase pada telur.
TRIPLOIDISASI
Pengelolaan budidaya ikan (khususnya ikan lele) perlu memperhatikan efisiensi dan produktivitas usaha serta kualitas ikan. Hal ini harus diimbangi dengan upaya perbaikan dan peningkatan kualitas induk maupun benih ikan mas. Saat ini disinyalir telah terjadi penurunan kualitas induk maupun benih ikan lele yang dipelihara oleh petani ikan. Beberapa usaha maupun penelitian telah dilakukan dalam upaya peningkatan produktivitas (produksi) dan perbaikan serta peningkatan kualitas genetik ikan lele seperti program seleksi, manipulasi jenis kelamin melalui perlakuan hormonal maupun manipulasi kromosom.
Poliploidisasi merupakan salah satu metode manipulasi kromosom untuk perbaikan dan peningkatan kualitas genetik ikan guna menghasilkan benih-benih ikan yang mempunyai keunggulan, antara lain: pertumbuhan cepat, toleransi terhadap lingkungan dan resisten terhadap penyakit. Induksi poliploid dalam budidaya ikan sangat menarik perhatian masyarakat petani ikan maupun para peneliti dibidang perikanan. Poliploidisasi pada ikan dapat dilakukan melalui perlakuan secara fisik seperti melakukan kejutan (shocking) suhu baik panas maupun dingin, pressure (hydrostatic pressure) dan atau secara kimiawi untuk mencegah peloncatan polar body II ataupembelahan pertama pada telur terfertilisasi.
Triploidisasi merupakan salah satu bagian dari ploidisasi dengan proses atau kejadian terbentuknya individu dengan kromosom lebih dari dua set. Triploidisasi telah dilakukan dan digunakan untuk meningkatkan pertumbuh ikan.
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari teknik triploidisasi dengan menggunakan pengaruh kejutan suhu panas terhadap keberhasilan poliploidisasi pada ikan lele.
Prosedur:
1. Ambil satu petridisk, masing-masing petridisk diisi dengan ketebalan 1mm larutan sperma.
2. Kemudian masukkan satu sendok kecil sel telur ke dalam larutan sperma tersebut.
3. Lalu aduk hingga rata
4. Lalu dengan segera masukkan campuran telur dan sperma tersebut ke dalam saringan atau kain saring.
5. Kemudian apungkan ke dalam bak.
6. Diamkan selama dua menit.
7. Angkat saringan, kemudian masukkan ke dalam heat shock selama dua menit dengan suhu 39-400C
8. Setelah itu, angkat dan masukkan ke dalam akuarium yang telah diberi aerasi.
9. Diamkan selama beberapa waktu.
10. Ambil beberapa butir telur yang telah dibuahi, letakkan dalam objek glass.
11. Amati setiap perubahan fase di bawah mikroskop
12. Gambar setiap perubahan fase pada telur.
Controlling / Embriogenesis
Cara controlling hibridisasi diantaranya :
1. Ambil satu petridisk, masing-masing petridisk diisi larutan sperma ikan mas dengan ketebalan sekitar 1mm.
2. Kemudian masukkan satu sendok kecil sel telur ikan ke dalam larutan sperma ikan mas tersebut, aduk selama 30 detik.
3. Lalu dengan segera masukkan campuran telur dan sperma tersebut ke dalam saringan atau kain saring.
4. Kemudian apungkan ke dalam bak / baskom ember yang berisi air.
5. Diamkan selama dua menit.
6. Angkat saringan, kemudian masukkan kedalam askuarium yang telah diberi aerasi.
7. Diamkan selama beberapa waktu.
8. Ambil beberapa butir telur yang telah dibuahi, letakkan dalam objek glass.
9. Amati setiap perubahan fase di bawah mikroskop
10. Gambar setiap perubahan fase pada telur.
Cara controlling Normal diantaranya :
1. Ambil 1 petridisk, petridisk diisi dengan ketebalan 1 mm larutan sperma.
2. Kemudian masukkan satu sendok kecil sel telur ikan ke dalam larutan sperma ikan tersebut, aduk selama 30 detik.
3. Lalu dengan segera masukkan campuran telur dan sperma tersebut ke dalam saringan atau kain saring.
4. Kemudian apungkan ke dalam bak / baskom ember yang berisi air.
5. Diamkan selama dua menit.
6. Angkat saringan, kemudian masukkan kedalam askuarium yang telah diberi aerasi.
7. Diamkan selama dua menit.
8. Ambil beberapa butir telur yang telah dibuahi, letakkan dalam objek glass.
9. Amati setiap perubahan fase di bawah mikroskop
10. Gambar setiap perubahan fase pada telur.
Langkah Kerja Teknik Ginogenesis dan Triploidisasi
Perlakuan pada betina:
1. Penyuntikan dengan hormone ovaprim (0,2 ml/kg)secara intra M
2. Proses striping dilakuakn setelah ovulasi (lubang genital terdapat telur) dan bila dilakukan pijatan kearah genital, telur akan keluar dengan lancer.
3. Telur ditampung pada wadah kering.
4. Telur disebarkan pada setiap wadah (petridisch) sebanyak 1 sendok berdasarkan kelompok.
Perlakuan pada jantan:
1. Pengambilan cairan sperma, bagian perut dipijit kearah genital dengan posisi diatas, akan keluar cairan berwarna putih, kemudian disedor dengan suntikan yang telah diisi larutan Na physiol, selanjutnya encerkan sampai 100 kali dan dilakukan pengadukan.
2. Isi petridisch dengan ketebalan sekitar 1 mm yang telah diencerkan untuk setiap kelompok terdapat 5 petridisch. (1 buah untuk triploid 2 buah untuk ginogenesis dan 2 buah untuk control(tanpa perlakuan)).
3. Ginogenesis: larutan sperma pada petridisch dipindahkan kekotak radiasi selama 2 menit.
Proses pembuahan:
1. campukan sperma dengan telur untuk setiap petridisch dan aduk secara merata dengan cara menggoyangkan petridisch ± 30 detik.
2. inkubasi telur masing-masing perlakuan pada saringan dibak penetasan yang telah diisi air dan diberi label.
Hibridisasi
Prosedur:
1. Ambil dua petridisk, masing-masing petridisk diisi larutan sperma ikan Ar-
Ar dengan ketebalan sekitar 1mm.
2. Kemudian masukkan satu sendok telur ikan Komet tersebut ke dalam larutan
sperma tersebut.
3. Lalu diaduk hingga rata.
4. Diamkan selama dua menit.
5. Lalu dengan segera masukkan campuran telur dan sperma tersebut ke dalam
saringan atau kain saring.
6. Masukan kedalam bak penetasan yang telah dipasang aerasi.
7. Dan jangan biarkan telur itu menumpuk karena akan mengalami kematian
(tidak dapat menetas)
8. Diamkan selama beberapa waktu
9. Ambil beberapa butir telur yang telah dibuahi, letakkan dalam objek glass.
10. Amati setiap perubahan fase di bawah mikroskop
11. Gambar setiap perubahan fase pada telur.
Ringkasan
Haploid :
Telur yang telah dibuahi didiamkan selama 2 menit setelah diradiasi, kemudian dimasukkan ke dalam bak penetasan yang telah berisi air.
Ginogenesis:
Telur yang telah dibuahi didiamkan selama 2 menit. Telur yang ada pada saringan diberi perlakuan heat shock pada sterofoam dengan suhu 40 selama 2 menit
Triploid:
Telur yang telah dibuahi didiamkan selama 2 menit. Telur yang ada pada saringan diberi perlakuan heat shock pada sterofoam dengan suhu 40 selama 3 menit.
Hibridisasi
Telur yang telah dibuahi antara jantan Ar-Ar dengan Betina Komet, kemudian dimasukkan ke dalam bak penetasan yang telah berisi air.
Kontrol:
Telur didiamkan pada bak penetasan tanpa perlakuan apapun.
BAB IVHasil Pengamatan
Tabel Hasil Pengamatan
Perhitungan Derajat Pembuahan
Telur yang dibuahi X 100%
Total
Tabel. I. Derajat Pembuahan dari Haploid
Jumlah Telur : 88
No
Waktu Perlakuan
(Jam) Lama Radiasi
Jumlah TelurDerajat
Pembuahan
Mati Hidup
11
0 25 63 71,59
%
21
2 31 57 64,77
32
4 56 32 36,36
44
2 88 0 0
Tabel . II. Derajat Pembuahan dari Triploidisasi dan Ginogenesis Diploid
No Perlakuan
Waktu
Jumlah Telur
Derajat
Pembuahan(
Jam)M
atiHi
dup
1 Diploid 10
20
72 78,26
%
(Radiasi Dan Kejutan Panas)
12
32
60 65,22
Jml Telur : 922
44
0 52 56,52
42
76 16 17,39
2 Triploidisasi1
01
3 92 87,62
(Kejutan Panas)1
22
4 81 72,14
Jml Telur : 1052
43
5 70 66,67
42
43 62 59,05
Tabel. III. Derajat Pembuahan Hibridasi
Jumlah Telur : 83
No
Waktu
Jumlah Telur
Derajat Pembuahan
(Jam)
Mati
Hidup
1 6 24
59 71,08 %
22
46
0 23 27,71
33
67
0 13 15,66
44
28
3 0 0
Perhitungan Derajat Penetasan
Telur yang menetas X 100%
Total
Tabel. IV. Derajat Penetasan
Jumlah Telur
Perlakuan
Jumlah Telur
Derajat Pembuahan
Mati
Hidup
88
Haploid 0 88 0
%
92
Diploid 0 92 0
1 Tripl 3 10 2,94
05 oid 2
83
Hibridisasi 0 83 0
BAB VPembahasan
1. Pembahasan Haploidisasi
Haploidisasi merupakan salah satu cara untuk menghasilkan bibit unggul yang nantinya dapat dijadikan sebagai induk, pada percobaan ini penyinaran dengan sinar UV dilakukan selama 3 menit, penyinaran ini dimaksudkan untuk merusak materi genetic yang ada dalam sperma, namun penyinaran yang terlalu lama dapat merusak materi genetic secara keseluruhan, sehingga sperma tidak dapat membuahi sel telur, dan sel telur tidak ada yang menetas.
2. Pembahasan Ginogenesis
Ginogenesis merupakan keturunan yang dihasilkan melaui mekanisme partenogenesis, tapi telur membutuhkan rangsangan dari sperma untuk berkembang. Namun, sel sperma tidak menyumbangkan materi genetic apapun pada anak.
Sebelum melakukan ginogenesis buatan dengankejutan suhu, dilakukan penyuntikan induk ikan lele (Clarias sp.) dengan Ovaprime, dengan tujuan mempercepat pematangan gonad.ovaprime merupakan produk yang mengandung 20µg D-Arg6, Pro9-Net sGnRH dan 10 mg domperidone per ml propylene glycol. Ovaprim telah teruji dan terbukti efektif pada ikan, dimana secar signifikan mendorong pematangan tanpa mempengaruhi kemampuan hidup dan fekunditas suatu ikan.
Proses selanjutnya adalah menghancurkan materi genetik sperma dengan sinar ultraviolet (UV), dengan tujuan menonaktifan material genetik sperma melalui radiasi dengan bahan mutagen sehingga sperma hanya mampu merangsang perkembangan telur tanpa menurunkan sifat genetik. Dunham (2004) dalam Yusrizal (2004) menyatakan bahwa bahan mutagen yang dapat merusak gen pada sperma ada bermacam-macam yaitu sinar gamma, sinar ultraviolet (UV), dan sinar X.
Setelah peradiasian sinar UV dilakukan pengecekan sperma. Hal tersebut untuk melihat motilitas Jika sperma motil tanpa materi genetik di dalamnya maka dapat dilakukan perlakuan ginogenesis selanjutnya. Jika sperma itu nonmotil atau mati maka ginogenesis tidak dapat terjadi yang terjadi hanya diploidisasi biasa.Sel sperma motil tanpa materi genetik yang di dapat dicampurkan dengan sel telur. Tujuannya untuk melakukan pembuahan. Pada proses ini sperma bergerak mencari sel telur yang akan dibuahi.
Kemudian dilakukan kejutan suhu, perlakuan ini bertujuan untuk mencegah pengurangan kromosom betina pada proses perkembangan telur yang akhirnya dapat menghasilkan zigot yang diploid dan homozigot sebab pada dasarnya embrio ginogenetik adalah haploid. Pembentukkan diploid ginogenetik dengan menggunakan kejutan panas lebih baik dibandingkan dengan menggunakan kejutan dingin. Lama kejutan, suhu dan waktu awal kejutan yang diberikan setelah pembuahan untuk tiap jenis sperma dalam tiap petridisch.
Ginogenesis secara spontan dapat terjadi akibat tertahannya polar body II oleh spermatozoa. Hal ini disebabkan pada saat polar body II akan keluar bertabrakan dengan spermatozoa yang akan masuk ke dalam mikrofil sehingga polar body II tidak jadi keluar dan spermatozoa terpental keluar, akibatnya gamet jantan digantikan oleh polar body II sehingga ploidi tetap dua. Sedangkan pada ginogenesis buatan dilakukan dengan cara memanipulasi kromosom.Diploid ginogenetik meiotik diperoleh dari tertahannya polar body II oleh kejutan panas pada saat meiosis kedua sedangkan diploid ginogenetik mitotik diperoleh akibat tertahannya pembelahan pertama sel sehingga sel yang terbentuk menjadi diploid
3. Pembahasan Triploidisasi
Triploidisasi merupakan salah satu bagian dari ploidisasi dengan proses atau kejadian terbentuknya individu dengan kromosom lebih dari dua set. Triploidisasi telah dilakukan dan digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan ikan.
Teknik triploidisasi dapat mengunakan dua pelakuan, yaitu perlakuan fisika dan kimia. Penggunaan perlakuan fisika dan kimia sesaat setelah dimulainya pembuahan merupakan cara yang relatif mudah dalam triploidisasi. Kejutan suhu mempunyai kelebihan jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Kejutan suhu ini bisa berupa kejutan yang lebih panas dari suhu normal. kejutan panas juga memerlukan waktu yang lebih singkat daripada kejutan dingin.Pendekatan praktis untuk induksi poliploidi melalui kejutan panas merupakan perlakuan aplikatif sesaat setelah fertilisasi (untuk induksi triploidi) atau sesaat setelah pembelahan pertama (untuk induksi tetraploidi) pada suhu lethal.
Tiga parameter yang berhubungan dengan perlakuan kejutan panas adalah umur zigot waktu pelaksanaan kejutan, suhu kejutan dan lama perlakuan kejutan. Pemilihan umur zigot waktu pelaksanaan, suhu dan lama waktu kejutan yang tepat adalah spesifik untuk masing-masing sperma dalam petridisch.
Prinsip pemberian kejutan suhu pada telur yang telah dibuahi adalah mencegahnya keluarnya badan kutub II pada saat pembelahan meiosis II. Ikan-ikan triploid merupakan ikan-ikan secara genetik mempunyai satu set tambahan kromosom, sehingga pada setiap sel tubuhnya memiliki tiga set kromosom. Dua set kromosom adalah kromosom telur dan satu set kromosom sperma.
Individu tetraploid merupakan individu yang fertil dan mempunyai laju pertumbuhan yang lebih baik bila dibandingkan dengan spesies diploid. Individu tetraploid mempunyai kemampuan di dalam pembelahan sel yang jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan ikan normal diploid, sehingga ikan tetraploid akan mempunyai jumlah sel yang lebih banyak jika dibandingkan dengan ikan normal.
C. Pembahasan Hibridisasi
Betina hibridogenesis bisa kawin dengan pejantan spesies lain dan keduanya menurunkan materi genetic pada keturunannya. Ketika keturunannya yang betina menghasilkan telur, tak ada materi genetic dari pihak jantan di dalamnya. Telur hanya mengandung kromosom dari pihak betina karena gen jantan dibuang.
Sesungguhnya reproduksi hibridogenesis tak murni aseksual, tapi hemiclonal (separuh genom diturunkan pada generasi selanjutnya, sedangkan separuh lain dimusnahkan). Hibridogenesis terjadi karena perkawinan dua spesies berbeda.Proses ini berlangsung terus sehingga tiap generasi hanya separuh klonal dari betina dan separuh materi genetic baru dari jantan.
BAB VIKesimpulan dan Rekomendasi
Ginogenesis, triploidisasi, dan hibridisasi merupakan teknik rekayasa genetika untuk menghasilkan keturunan yang kita inginkan. Pada ginogenesis dihasilkan individu yang seluruhnya betina, pada triploidisasi menghasilkan individu yang bersifat triploid dan steril namun pertumbuhannya cepat, dan pada hibridisasi untuk menghasilkan warna yang dominan.
Kejutan panas merupakan dalam ginogenesis dan triploidisasi merupakan teknik yang dipakai dalam praktikum ini. Pada dasarnya praktikum hampir berhasil, namun karena fator lingkungan, seperti kualitas air juga aerasinya yang kurang diperhatikan setelah terjadi pembuahan, sehingga setelah pembuahan hanya sedikit sekali yang mengalami penetasan. Selain itu juga dalam setiap takaran NaCl yang dibutuhkan mungkin terlalu banyak bila dibandingkan dengan sperma yang dicampur, sehingga telur kebanyakan meresap NaCl nya dibandingkan dengan sperma dari induk jantannya.
Berdasarkan dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa :
1. Untuk mendapatkan hibrida – hibrida yang unggul ataupun memproleh benih yang baik, dibutuhkan induk yang baik pula baik dari jantan maupun betina guna menghasilkan sperma dan telur dengan kusntitas dan kualitas yang baik.
2. Selain itu, untuk mendapatkan atau mencapai tingkat keberhasilan yang tinggi dan juga memuaskan perlu dibutuhkan penanganan yang tepat dan sesuai dengan prosedur dalam setiap perlakuan seperti dalam Ginogenesis, Triploidisasi, maupun control normal serta control hybrid.
3. Praktikan mampu untuk mempelajari dan mengetahui effek perlakuan dengan Haploid (2n), Ginogenesis, Triploid (3n), control normal, dan control hybrid (Hibridisasi). Dengan ke-4 perlakuan pemijahan
Adapun rekomendasi yang kami berikan diantaranya ;
1. Untuk praktikan, dalam setiap perhitungan perlu ketelitian dan kecermatan yang sangat tinggi guna mendapatkan data yang sangat akurat.
2. Untuk praktikan, dalam setiap perlakuan diperlukan kecermatan guna memproleh hasil yang memuaskan
3. Untuk penyediaan alat maupun bahan praktikum perlu ditingkatkan agar praktikum dapat berjalan lancar.
Diposkan oleh Perikanan di 06:06 0 komentar Label: laporan Genetika
Posting LamaBeranda
Langgan: Entri (Atom)http://syafrudinlewaru-perikanan.blogspot.com/