i
GAMBARAN BEBAN KERJATENAGA ASISTEN APOTEKER DI
INSTALASI FARMASIRUMAH SAKIT UMUM
(RSU)KOTATANGERANG SELATAN TAHUN 2017
SKRIPSI
Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan
Masyarakat (SKM)
OLEH :
DARA HERWINA
1113101000006
PEMINATAN MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017 M/1439 H
ii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN
Skripsi, Oktober 2017
Dara Herwina, NIM: 1113101000006
Gambaran Beban Kerja Tenaga Asisten Apoteker di Instalasi Farmasi
Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan Tahun 2017.
Xix+162 Halaman, 16 Table, 2 Diagram, 3 Bagan, 7 Lampiran
ABSTRAK
RSU Kota Tangerang Selatan merupakan rumah sakit milik pemerintah
Kota Tangerang Selatan. Indikator beban kerja Instalasi Farmasi Rumah Sakit di
lihat dari Jumlah kunjungan pasien dan jumlah pelayanan resep. Di Tahun 2016
jumlah kunjungan mencapai 118.504, rata-rata jumlah pelayanan resep mencapai
4000-9000/bulan resep terlayani, dan rata-rata jumlah kunjungan pasien di
Apotikmencapai 400-500/hari. Beban kerja dapat dikatakan tinggi jika jumlah
kunjungan pasien dan pelayanan resep tidak sebanding dengan SDM yang ada.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran beban kerja tenaga
asisten apoteker di instalasi farmasi rumah sakit umum (RSU) Kota Tangerang
Selatan. Penelitian ini termasuk kedalam jenis penelitian deskriptif kualitatif yang
pengelolaan datanya menggunakan studi penelitian kuantitatif deskriptif. Metode
yang digunakan dalam pengumpulan data adalah melalui wawancara mendalam
dan observasi pada setiap kegiatan yang dilakukan pegawai dengan menggunakan
tekhnik Work Sampling merupakan tekhnik pengukuran beban kerja personel
pada suatu unit, bidang, atau jenis tenaga tertentu.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa beban kerja tenaga asisten
apoteker di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan
sudah tinggi karena total waktu kegiatan produktif tenaga asisten apoteker
mencapai 86,48% atau sudah melebihi standar optimum yang ada yaitu sebesar
80%. Berdasarkan penelitian ini maka disarankan kepada instalasi farmasi untuk
mengurangi beban kerja pegawai dengan mempercepat proses perekrutan,
menambah sarana dan prasarana, sosialisasi Job Description (Jobdes) dan Standar
Oprational Prosedure (S.O.P) pada seluruh pegawai.
Kata kunci : Beban Kerja, Asisten Apoteker, Work Sampling, Kegiatan
Produktif, Jobdes, SOP, Rumah Sakit.
Daftar Bacaan: 50 (2001-2017
iii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
PROGRAM STUDY OF PUBLIC HEALTH SCIENCE
HEALTHCARE MENAGEMENT
Undergraduate, Oktober 2017
Dara Herwina, NIM: 1113101000006
Xix+162Pages, 16 Tables, 2 Diagram, 3 Graphic, 7 Appendix
ABSTRACT
Workload Description Pharmacists Assistant of Pharmacy Installation in
General Hospital (RSU) of South Tangerang City In 2017.
General Hospital of South Tangerang City owned by South Tangerang City
government. The workload IndicatorPharmacy Installationin view of the number
of patient visits and the number of prescription services. In 2016 the number of
visits reached 118,504, the average number of prescription services reached 4000-
9000/month of served recipes, and the average number of patient visits in
Pharmacies reached 400-500 /day. The workload can be said to be high if the
number of patient visits and prescription services is not comparable with the
existing human resources.
This research aimed to describe about the workload of pharmacists assistant
in the Pharmacy Installation of General Hospital of South Tangerang City In
2017. This research is a qualitative descriptive, which is data processing using a
quantitative research study. The methods which used to collect data are in-depth
interview and observation of each activity that carried out by employees with
using work sampling technique. Work sampling is one of the workload
measurement techniques of personel on a unit, sector, or certain types of labour.
The results showed that the workload of assistant pharmacists in the
Pharmacy Installation of General Hospital of South Tangerang City has arised,
becausethe percentage of productive activities time pharmacists assistant is
86.48% or exceeding the optimum standard value is 80%. The advice which was
given to Pharmacy Installation of General Hospital of South Tangerang City for
accelerating the recruitment process, addingthe facilities and infrastructures,
socializing Job Description (Jobdes) and Standardizing Oprational Procedure
(S.O.P) to all employees.
Keyword: Workload, Assistant Pharmacists, Work Sampling, Productive
activity, Jobdes, S.O.P, Hospital.
Bibilography : 50 (2001-2017)
iv
v
vi
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Riwayat Pendidikan
2013-2017 : Peminatan Manajemen Pelayanan Kesehatan (MPK) Program
Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta
2010-2013 : MAN/MAKN Koto Baru Padang Panjang
2007-2010 : MTsN Balingka
2000-2006 : SDN 26 Balingka
1998-2000 : TK. AT-Taqwa Balingka
Pengalaman Organisasi
2008-2009: Ketua Osis MTsN Balingka
2010-2011: Ketua Keputrian Rohis MAN/MAKN Koto Baru
Padang Panjang
2011-2012 : Wakil Ketua Divisi Pendidikan PIK Remaja
MAN/MAKN Koto Baru Padang Panjang
2012-2013: Wakil Ketua Divisi Pendidikan Asrama Putri
MAN/MAKN Koto Baru Padang Panjang
2013-2017 : Aggota Divisi Entrepreneur Health Care Management
Nama : Dara Herwina
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tanggal Lahir: Balingka, 25 Desember 1995
Alamat : Jl. Pahlawan No.11 RT.010/RW.004, Kelurahan
Suka Bumi Selatan, Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta
Barat. 11620
Agama : Islam
E-mail : [email protected]
viii
Association (HACAMSA) UIN Syarif
HidayatullahJakarta
Pengalaman Kepanitian
2010 : Divisi Acara Pesantren Kilat Masjid Raya Koto Hilalang
2011 : Divisi Perlap Kegiatan Ramadhan Asraputiwa (Asrama
Putri II)
2011 : Divisi Acara Perpisahan Asraputiwa ( Asrama Putri II )
2011 : Divisi Acara Sanggar Puisi Taufig Ismail
2012 : Sekretaris Kegiatan Alumni MTsN 1 Balingka
2012 : Bendahara Maulid Nabi MAN 1 Padang Panjang
2012 : Divisi Acara Lomba Pidato B.Arab Asraputiwa
2012 : Divisi Perlengkapan Perpisahan Asraputiwa
2015 : Divisi Konsumsi Fieldtrip Puskesmas Bekasi
2016 : Divisi Founding Bukber bareng Yatim dengan
HACAMSA
2016 : Divisi Acara Raker dan Gathering HACAMSA.
2016 : Divisi Konsumsi Seminar Profesi “ Gambaran Kesiapan
Rumah Sakit.
Pengalaman Kerja
Januari 2016 : PBL 1 (Pengalaman Belajar Lapangan) Puskesmas
Tigaraksa
Februari 2016 : PBL 2 (Pengalaman Belajar Lapangan) Puskesmas
Tigaraksa
Februari 2017: Magang di bagian Manajemen Logistik Farmasi RSUD
Pasar Minggu
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, Segala puji bagi Allah SWT yang Maha Pengasih
dan Maha Penyayang atas Rahmat, Karunia dan Ridho-Nya sehingga akhirnya
penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat beriringkan salam senantiasa
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang senantiasa memberikan rahmat
hingga akhir zaman.
Skripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan
Masyarakat (S.KM). Dengan pengetahuan, pengarahan dan bimbingan yang
diperoleh selama perkuliahan dan berlangsungnya penulisan skripsi, sehingga
penulis dapat menyusun skripsi yang berjudul “Gambara Beban Kerja Tenaga
Asisten Apoteker di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum (RSU) Kota
Tangerang Selatan Tahun 2017 ”.
Hasil Penelitian ini nantinya diharapkan memberi manfaat baik pada
mahasiswa atau peneliti lain, Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan dan
bagi unit Instalasi Farmasi di Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang
Selatan.
Dalam proses penyususnan skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan, berupa
doa, bimbingan, motivasi maupun dukungan sehingga penulis dapat terus
menimba ilmu, mencari pengalaman dan mengabdikan diri kepada masyarakat
melalui kegiatan penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, sudah sepatutnya penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
x
1. Kedua orang tua penulis yang tidak henti-hentinya memberikan doa dan
kasih sayang kepada penulis.
2. Prof. Dr. Arief Sumantri, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan
para Wakil Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ibu Fajar Ariyanti,
SKM, M.Kes, Ph.D dan Sekretaris Prodi Ibu Dewi Utami Iriani, S.KM,
M.Kes, Ph.D
4. Penanggungjawab Peminatan Manajemen Pelayanan Kesehatan, Ibu
Riastuti Kusumawardani, MKM.
5. Bapak dr.Yuli Prapanca Satar, MARS sebagai pembimbing fakultas dan
para penguji Ibu Fase Badriah, S.KM, M.Kes, Ph.D, Bapak Baequni,
S.KM, M.Kes, Ph.D, dan Ibu Susanti Tungka, MARS yang telah
memberikan bimbingan dan waktunya sehingga skripsi ini bisa disusun
dengan baik.
6. Terimahkasih kepada Kepala Instalasi Farmasi dan seluruh Tenaga Asisten
Apoteker RSU Kota Tangerang Selatan yang telah membagi waktu dalam
melancarkan proses penelitian ini.
7. Teman- teman seperjuangan yang sangat aku sayangi Peminatan
MPK (Manajemen Pelayanan Kesehatan) angkatan 2013. Terimakasih
banyak atas kebersamaan yang takkan terlupakan, suka dukanya,
xi
saling menyemangati sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik. Semoga kita semua sukses dunia- akhirat.
8. Serta ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam penyusunan skrisi ini. Semua pihak yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu. Hanya Allah yang dapat membalas segala
kebaikan dengan sebaik baik balasan.
Jakarta, Oktober 2017
Penulis
xii
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................. ii
ABSTRACT ........................................................................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................... iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN ........................ Error! Bookmark not defined.
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI ................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .............................................................................. vii
Kata Pengantar ....................................................................................................... ix
Daftar Tabel ....................................................................................................... xviii
Daftar Diagram..................................................................................................... xxi
Daftar Bagan ....................................................................................................... xxii
Daftar Lampiran ................................................................................................. xxiii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1..1. Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah .......................................................................................... 11
1.3.Pertanyaan Penelitian ...................................................................................... 13
1.4. Tujuan ............................................................................................................ 14
1.4.1. Tujuan Umum ......................................................................................... 14
1.4.2.Tujuan Khusus ......................................................................................... 14
1.5. Manfaat .......................................................................................................... 15
xiii
1.5.1. Bagi Rumah Sakit ................................................................................... 15
1.5.2. Bagi Peneliti ........................................................................................... 15
1.5.3. Bagi Akademisi ...................................................................................... 16
1.6. Ruang Lingkup ............................................................................................... 16
BAB II ................................................................................................................... 17
TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 17
2.1. Sumber Daya Manusia ................................................................................... 17
2.2. Sumber Daya Manusia Kesehatan dan Tenaga Kesehatan ............................ 18
2.3. Manajemen Sumber Daya Manusia ............................................................... 20
2.3.1. Defenisi Manajemen Sumber Daya Manusia Kesehatan ....................... 20
2.3.2. Ruang Lingkup Manajemen Sumber Daya Manusia Kesehatan ............ 21
2.3.3. Fungsi-Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia Kesehatan .............. 23
2.3.4. Tantangan Manajemen di Bidang Kesehatan ......................................... 26
2.4. Perencanaan Sumber Daya Manusia .............................................................. 27
2.4.1. Defenisi Perencanaan Sumber Daya Manusia ........................................ 27
2.4.2. Tujuan Perencanaan Sumber Daya Manusia ......................................... 28
2.4.3. Manfaat Perencanaan Sumber Daya Manusia ....................................... 30
2.4.4. Perencanaan Sumber Daya Manusia di Rumah Sakit ............................ 30
2.5. Analisis Beban Kerja...................................................................................... 32
2.5.1. Work Sampling ....................................................................................... 35
2.5.2. Time and Motion Study .......................................................................... 40
xiv
2.5.3. Daily Log ................................................................................................ 41
2.6. Rumah Sakit ................................................................................................... 41
2.6.1. Defenisi Rumah Sakit ............................................................................. 41
2.6.2. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit .............................................................. 42
2.6.3. Jenis Ketenagaan Rumah Sakit .............................................................. 43
2.7. Farmasi ........................................................................................................... 44
2.7.1. Pelayanan Farmasi ................................................................................. 44
2.7.2. Tenaga Farmasi ...................................................................................... 45
2.7.3. Instalasi Farmasi Sebagi Unit Pelayanan dan Unit Produksi ................. 46
2.8. Karakteristik Individu/ Pegawai ..................................................................... 47
2.9. Uraian Tugas (Job Description) ..................................................................... 51
2.9. Waktu ............................................................................................................. 54
2.10.Standar Operational Prosedure (S.O.P) ......................................................... 56
2.10.1.Tujuan dan fungsi Standar Operasional Prosedur (S.O.P) .................... 57
2.10.2.Manfaat Standar Operasional Prosedur (S.O.P) .................................... 58
2.11.Kerangka teori .......................................................................................... 59
BABIII....................................................................................................................62
KERANGKA PIKIR DAN DEFENISI ISTILAH ................................................ 62
3.1.Kerangka Pikir ................................................................................................ 62
3.2.Defenisi Istilah ................................................................................................ 65
BAB IV ................................................................................................................. 69
xv
METODE PENELITIAN ...................................................................................... 69
4.1. Jenis Penelitian ............................................................................................... 69
4.2.Waktu dan Tempat Penelitian ......................................................................... 70
4.3. Informan penelitian ........................................................................................ 70
4.4. Instrumen Penelitian....................................................................................... 70
4.5. Sumber Data ................................................................................................... 71
4.5.1. Data Primer ............................................................................................. 71
4.5.2. Data Sekunder ........................................................................................ 71
4.6. Pengumpulan Data ......................................................................................... 71
4.7. Pengolahan Data............................................................................................. 73
4.8. Analisis Data .................................................................................................. 75
4.8.1.Reduksi Data ........................................................................................... 75
4.8.2. Penyajian Data ........................................................................................ 76
4.8.3.Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi ..................................................... 76
4.9.Triangulasi Data .............................................................................................. 77
BAB V ................................................................................................................... 79
HASIL PENELITIAN ........................................................................................... 79
5.1.Gambaran Beban Kerja Tenaga Asisten Apoteker di Instalasi Farmasi Rumah
Sakit Umum Kota Tangerang Selatan Tahun 2017 .............................................. 79
5.1.1.Gambaran Ketenagakerjaan Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang
Selatan...............................................................................................................80
xvi
5.1.2.Gambaran Indikator Pencapaian Kinerja Rumah Sakit Umum (RSU)
Kota Tangerang Selatan. .................................................................................. 83
5.1.3.Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Kota
Tangerang Selatan ............................................................................................ 86
5.2. Informan Penelitian ........................................................................................ 88
5.3. Karakteristik Pegawai .................................................................................... 91
5.4.Uraian Tugas Tenaga Asisten Apoteker di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan................................................................. 94
5.5.Waktu Kerja .................................................................................................... 99
5.6.Aktivitas Pegawai.......................................................................................... 101
5.7.Beban kerja.................................................................................................... 117
5.8.Standard Operational Prosedure (S.O.P) ....................................................... 125
BAB VI ............................................................................................................... 130
PEMBAHASAN ................................................................................................. 130
6.1.Keterbatasan Penelitian ................................................................................. 130
6.2.Pembahasan Penelitian .................................................................................. 131
6.2.1.Karakteristik Pegawai ............................................................................ 131
6.2.2.Waktu Kerja .......................................................................................... 134
6.2.3.Aktivitas Pegawai .................................................................................. 136
6.2.4.Beban Kerja ........................................................................................... 144
6.2.5.SOP (Standar Operasional Prosedure) .................................................. 148
xvii
BAB VII .............................................................................................................. 150
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 150
7.1.Kesimpulan ................................................................................................... 150
7.2.Saran .............................................................................................................. 153
7.2.1.Untuk Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan ................ 153
7.2.2.Untuk Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang
Selatan.............................................................................................................154
7.2.3.Untuk Asisten Apoteker di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum (RSU)
Kota Tangerang Selatan. ................................................................................ 154
Daftar Pustaka ..................................................................................................... 156
Lampiran ............................................................................................................. 163
xviii
DaftarTabel
Tabel 3.1. Defenisi Istilah ..................................................................................... 65
Tabel 4.1. Triangulasi Data ................................................................................... 78
Tabel 5.1. Data Ketenagakerjaan Di Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang
Selatan Tahun 2017 ............................................................................................... 80
Tabel 5.2. Indikator Pencapaian Kinerja Rumah Sakit Umum (RSU) Kota
Tangerang Selatan Periode 2011 S.D 2016........................................................... 83
Tabel 5.3. Karakteristik Pegawai Dalam Penelitian Gambaran Beban Kerja
Tenaga Asisten Apoteker Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum (RSU) Kota
Tangerang Selatan Tahun 2017 ............................................................................. 90
Tabel 5 .4. Rincian Uraian Tugas Asisten Apoteker Non Shift Di Instalasi Farmasi
Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan ........................................... 94
Tabel 5.5. Rincian Uraian Tugas Asisten Apoteker Shift Di Instalasi Farmasi
Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan Tahun 2017....................... 97
xix
Tabel 5.6.Pembagian Waktu Kerja Pegawai Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan Tahun 2017. ........................................... 99
Tabel 5.7. Gambaran Jumlah Waktu Kegiatan Asisten Apoteker Non Shift Selama
7 Hari Pengamatan Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum (RSU) Kota
Tangerang Selatan Tahun 2017 ........................................................................... 103
Tabel 5.8 Gambaran Jumlah Waktu Kegiatan Produktif Asisten Apoteker Shift
Selama 7 Hari Pengamatan Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum (RSU) Kota
Tangerang Selatan Tahun 2017. .......................................................................... 104
Tabel 5.9. Gambaran Jumlah Waktu Kegiatan Non Produktif Asisten Apoteker
Shift Selama 7 Hari Pengamatan Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum (RSU)
Kota Tangerang Selatan Tahun 2017 .................................................................. 105
Tabel 5.10. Gambaran Jumlah Waktu Kegiatan Pribadi Asisten Apoteker Shift Di
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan Tahun
2017 ..................................................................................................................... 106
Tabel 5.11. Rangkuman Jumlah Waktu Setiap Kegiatan 12 Orang Tenaga Asisten
Apoteker Shift Dan Non Shift Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum (RSU)
Kota Tangerang Selatan ...................................................................................... 108
xx
Tabel 5.12. Total Waktu Kegiatan Produktif 12 Orang Asisten Apoteker Di
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan Tahun
2017 Selama 7 Hari Dilakukan Pengamatan. ...................................................... 113
Tabel 5.13. Total Waktu Kegiatan Non Produktif 12 Orang Asisten Apoteker Di
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan 2017
Selama 7 Hari Pengamatan. ................................................................................ 115
Tabel 5.14. Total Waktu Kegiatan Pribadi 12 Orang Asisten Apoteker Di Instalasi
Farmasi Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan 2017 Selama 7 Hari
Dilakukannya Pengamatan. ................................................................................. 116
Tabel 5.15. Total Waktu Pada Seluruh Kegiatan Dan Jenis Kegiatan Asisten
Apoteker Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang
Selatan Selama 7 Hari Dilakukannya Pengamatan ............................................. 119
Tabel 5. 16. Standar Prosedur Operasional Pelayanan Resep Rawat Jalan Di
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan Dalam 7
Hari Pengamatan. ................................................................................................ 129
xxi
Daftar Diagram
Diagram 5.1.Gambaran Seluruh Kegiatan Pegawai Di Instalasi Farmasi Rumah
Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan ..................................................... 123
Diagram 7.1. Gambaran Kegiatan Asisten Apoteker Per Hari Selama 7 Hari
Pengamatan 31 Juli S.D 6 Agustus 2017 Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum
Kota Tangerang Selatan Tahun 2017 .................................................................. 146
xxii
Daftar Bagan
Bagan 2.1. Cara Perhitungan Beban Kerja............................................................ 34
Bagan 2.2 Kerangka Teori .................................................................................... 61
Bagan 3.1. Kerangka Pikir .................................................................................... 64
xxiii
Daftar Lampiran
Lampiran 1inform Concern ................................................................................ 164
Lampiran 2 Lembar Persetujuan Menjadi Responden ....................................... 165
Lampiran 3 Formulir Work Sampling ............................................................... 166
Lampiran 4 Jumlah Pengamatan Waktu Kerja .................................................. 169
Lampiran 5 Pedoman Wawancara Mendalam ................................................... 179
Lampiran 6 Matriks Ringkasan Wawancara Mendalam ................................... 180
Lampiran 7 Foto Pelaksanaan Observasi Work Sampling ................................ 180
1
BAB I
PENDAHULUAN
1..1. Latar Belakang
Rumah sakit juga merupakan salah satu sarana kesehatan yang memberikan
pelayanan paripurna dengan didalamnya terdapat tenaga terlatih dan terdidik
dalam menghadapi berbagai masalah serta menjalankan upaya promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif. Menurut Peraturan Presiden RI No. 44 Tahun
2009Tentang Rumah Sakit menyebutkan bahwa rumah sakit bertanggung jawab
dalam memberikan pelayanan yang efektif dan efisien. Selain itu dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi rumah sakit di tuntut untuk
melakukan efesiensi dan efektifitas dalam pengelolaan sumber daya dalam
menjamin kelangsungan operasional rumah sakit.
Salah satu unsur sumber daya di rumah sakit yaitu ketenagaan. Ketenagaan di
rumah sakit di bedakan menjadi tenaga medis, paramedis perawatan, paramedis
non perawatan, dan tenaga non medis. Tersedianya setiap kategori ketenagaan
dengan kualitas dan kuantitas yang memadai dapat menjamin terselenggaranya
pelayanan kesehatan di rumah sakit secara optimal(Nurutami, 2009).
Pelayanan kefarmasian akan berjalan dengan baik bila di dukung SDM yang
berkualitas dan potensial. MenurutKeputusan Mentri Kesehatan RI No.
1197/Menkes/SK/2004 Tentang Standar Pelayanan Farmasi Rumah Sakit adalah
bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang
utuh dan berorientasi pada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu,
2
termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan
masyarakat.
Tuntutan pasien dan masyarakat akan mutu pelayanan farmasi, mengharuskan
adanya perubahan pelayanan dari paradigma lama drug oriented ke paradigma
baru patient oriented dengan filosofi pharmaceutical care (pelayanan
kefarmasian)(Febriawati, 2013).
Salah satu indikator keberhasilan rumah sakit yang efektif dan efesien dalam
pengelolaan farmasi di rumah sakit adalah tersedianya sumber daya manusia
(SDM) yang cukup dengan kualitas tinggi dalam memberikan pelayanan kepada
pasien, mempunyai etos kerja yang tinggi, mendapatkan pelatihan, profesional
sesuai dengan fungsi dan tugas setiap personel. Ketersediaan sumber daya
manusia (SDM) rumah sakit di sesuaikan dengan kebutuhan rumah sakit
berdasarkan tipe rumah sakit dan pelayanan diberikan kepada masyarakat. Untuk
itu ketersediaan sumber daya manusia (SDM) di rumah sakit harus menjadi
perhatian pimpinan. Salah satu upaya yang paling penting yang harus dilakukan
pimpinan rumah sakit adalah merencanakan kebutuhan sumber daya manusia
(SDM) secara tepat sesuai dengan fungsi pelayanan setiap unit, bagian, dan
instalasi rumah sakit (Ilyas, 2011).
Instalasi farmasi merupakan bagian dari pelayanan penunjang medis yang
mendukung kelancaran pelayanan pada pasien. Agar mendukung hal tersebut,
perlu adanya sumber daya manusia dengan kualitas dan kuantitas yang mencukupi
agar pekerjaan yang dibebankan dapat dilaksanakan dengan baik.
3
Beban kerja di dasarkan pemanfaatan waktu kerja yang tersedia untuk
melakukan serangkaian pekerjaan. Beban kerja dapat dilihat dari aktivitas atau
kegiatan yang dilakukan staf pada waktu kerja baik kegiatan langsung, kegiatan
tidak langsung, dan kegiatan lain seperti kegiatan pribadi dan kegiatan tidak
produktif(Karina, 2012).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di IFRS RSUD Pasaman Barat dengan
percobaan metode work sampling, di dapatkan bahwa penggunaan waktu kerja
apoteker untuk kegiatan produktif sebesar 77,315 % dimana nilai ini mendekati
waktu kerja optimal karena memang tidak mungkin mengharapkan tenaga
menggunakan 100% waktu kerjanya untuk kegiatan produktif, karena adanya
faktor kesalahan dan kejenuhan, sehingga penggunaan waktu kerja yang optimal
hanya sebesar 80 %. Hasil penelitian yang dilakukan di Instalasi Farmasi Rumah
Sakit X di Bandung pada beban kerja subyektif dan obyektif berdasarkan aspek
fisik, mental, dan sosial dalam penggunaan waktu kerja berdasarkan metode work
sampling memiliki beban kerja tinggi dengan penggunaan waktu produktif 87,91
% (Wulandari, 2014). Penelitian yang dilakukan di Instalasi farmasi Rumah Sakit
Hasanah Graha Alfiah total waktu kegiatan produktif yang dilakukan adalah
sebesar 70,04 % sehingga belum melebihi standar optimum yang ada yaitu
sebesar 80 % (Karina, 2012). Kemudian penelitian yang dilakukan di Instalasi
Rumah Sakit Jiwa lampung menunjukan bahwa tenaga farmasi yang ada telah
menggunakan 90,3 % waktu kerjanya dengan kegitan produktif 42,6 % ( kegiatan
produktif langsung 24,1% kegiatan produksi tidak langsung seperti kegiatan
administrasi 9,7 %) (Krisna, 2012).
4
Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Misdi, 2001) berdasarkan kelompok
kegiatannya menunjukan bahwa beban kerja tiap tenaga asisten apoteker di RSUD
dr. Slamet Kabupaten Garut Tahun 2001 rata-rata waktu yang dihabiskan 480
menit (311 menit clynical time, 89 menit non clynical time, dan 59 menit
personale time, dan 21 fatigure time) dengan waktu pruduktif 79,8% yang
melebihi standar waktu produktif yang ditetapkan sebesar 70%.
Waktu kerja akan mempengaruhi beban kerja seorang staff. Waktu kerja
dilihat dari kesesuain dengan standar waktu kerja yang dikeluarkan oleh
Permenkes No. 83 Tahun 2013 yaitu waktu kerja normal perhari adalah 37,5 jam
dalam seminggu dalam 5 hari kerja. Menurut (Ilyas, 2011) bila seorang staf
bekerja diatas 80 % dari waktu produktifnya maka dapat dikatakan bahwa beban
kerjanya tinggi.
Beban kerja didasarkan pada pemanfaatan waktu kerja yang tersedia untuk
melakukan serangkaian pekerjaan. Berdasarkan penelitian sebelumnya, tingginya
beban kerja dipengaruhi oleh jumlah staf yang tersedia di suatu unit di rumah
sakit belum memadai, selain itu fasilitas juga merupakan faktor yang
mempengaruhi beban kerja, hasil penelitian juga menunjukan semakin jelas SOP
(standard Operational Procedure) dan juknis (petunjuk teknis) seorang staff
maka akan membantu dalam meringankan beban kerja staff tersebut (Irwandy,
2007).
Ketidaknyamanan suasana kerja akan membuat pegawai merasa beban kerja
yang dilakukan terasa berlebih. Jika terjadi kelebihan beban kerja, maka pegawai
5
akan merasa kelelahan dalam melakukan pelayanan sehingga akan dapat berakibat
pada menurunnya kualitas pelayanan(Moekijat, 2008).
Kualitas pelayanan tersebut akan berdampak pada keselamatan pasien akibat
kelalaian pegawai pada saat proses pelayanan berlangsung. Salah satu bentuk
faktor kesalahan medis yang sering terjadi di pelayanan kesehatan adalah
kesalahan dalam pengobatan (Medication Error dan Adverse Drug Event) mulai
dari proses hingga penggunaan obat pada dosis dan medikasi yang diberikan, serta
beberapa kesalahan juga terjadi pada bentuk obat yang salah pada saat peresepan
(Prescibing), membaca resep (Transcribing), kesalahan dalam
meracik(Dispensing), dan kesalahan saat penyerahan (Administration)(Badriah,
2015).
Berdasarkan penjelasan yang di dapatkan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Umum Kota Tangerang Selatan pada pelaporan kasus kesalahan obat (Medication
Error)yang sering terjadi adalah pada fase peresepan (prescibing), membaca resep
(transcribing), penyiapan (dispensing) dan administrasi (administration), namun
pada setiap kejadian masih bisa di tangani dan tidak terdapat KTD (Kejadian
Tidak Diharapkan), hal tersebut terjadi karena perbandingan jumlah pelayanan
yang banyak denagn SDM yang ada, yang berpengaruh pada ketelitian SDM yang
bekerja.
Salah satu faktor utama dalam penyebab kesalahan medis menurut Agency For
Health Care and Reasearch and Quality adalah sumber daya manusia (SDM)
yang menjadi permasalahan meliputi kegagalan petugas dalam mematuhi standar
pelayanan medis, Kebijakan, dan prosedur. Staf atau pola kerja di suatu organisasi
6
juga dapat menyebabkan kesalahan ketika petugas kesehatan terlalu sibuk karena
staf yang tidak memadai jauh lebih mungkin untuk melakukan kesalahan(Badriah,
2015).
Rasio antara beban kerja dan sumber daya manusia (SDM) yang cukup
penting untuk mengurangi stres dan beban kerja berlebihan, sehingga dapat
menurunkan kesalahan (error) dalam bekerja yang merupakan faktor yang
berkontribusi pada medication error(Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan, 2008).
Keselamatan pasien identik dengan kualitas pelayanan, karena semakin baik
kualitas pelayanan maka semakin baik kualitas keselamatan pasien yang nantinya
akan berpengaruh pada kepuasan pasien terhadap pelayanan yang diberikan oleh
rumah sakit.
Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan pada tahun 2012 telah
melakukan pengukuran IKM (Indeks Kepuasan Masyarakat) untuk mengetahui
kualitas dan kinerja dari pelayanan yang diberikan yang dilakukan pada Instalasi
rawat jalan, instalasi rawat inap, dan instalasi penunjang medis dan di tahun 2013
pada IKM yang dilakukan oleh (Badra, 2013)dengan total keseluruhan nilai IKM
adalah sebesar 72,42 dengan kualitas pelayanan B, serta unit kerja pelayanan B.
Rata-rata pada tiap unsur pelayanan adalah (2,90), yang memiliki di bawah nilai
rata-rata adalah kecepatan petugas (2,60), kejelasan petugas (2,75), prosedur
pelayanan (2,80), kenyamanan lingkungan (2,81), serta keadilan dalam
mendapatkan pelayanan (2,89).Adapun faktor-faktor yang menjadi keterlambatan
7
proses pelayanan kepada pasien dalah sarana dan prasarana, SOP tertulis
mengenai keamanan pasien, dan minimnya tenaga kesehatan yang tersedia.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Saidah, 2016) di Unit
Manajemen Komplain pada keluhan yang sering disampaikan adalah stock obat
kosong dan lamanya waktu tunggu di Instalasi Farmasi dengan jumlah keluhan
tidak tertangani sebanyak 19,39%, dari jumlah keluhan yang tertangani hanya
63,26% dari target ≥ 90%. Hal tersebut terjadi karena proses penanganan keluhan
berupa follow up tidak dilakukan, fasilitas yang kurang mendukung yang
mengakibatkan pasien lama menunggu kepastian apakah obat sudah tersedia di
rumah sakit.
Berdasarkan penelitian (Rahmayanti, 2017) terhadap sistem distribusi obat dan
BMHP di IFRSU Kota Tangsel pada komponen input yang kurang seperti SDM
dan sarana prasarana, dan proses pendistribusian yang kurang optimal,
keterlambatan pendistribusian obat dan BMHP disebabkan oleh sistem sentralisasi
di IFRSU Kota Tangsel yaitu kurangnya SDM di Apotek. Ketidakseimbangan
jumlah pegawai yang ada akan berpengaruh terhadap beban kerja pegawai yang
nantinya akan menghambat sistem distribusi obat.
Rumah Sakit Umum (RSU)KotaTangerang Selatan merupakan rumah sakit
tipe C milik pemerintah yang menjadi rujukan bagi puskesmas-puskesmas yang
ada di Kota Tangerang Selatan yang mempunyai visi untuk “Menjadi Rumah
Sakit Pilihan yang bermutu dan Amanah (Aman, Nyaman, Mandiri, Ramah) di
Kota Tangerang Selatan”.Dalam memberikan pelayanan kesehatan paripurna
sesuai dengan standar dan profesionalisme untuk meningkatkan derajat kesehatan
8
masyarakat maka perlunya peningkatan optimalisasi sumber daya manusia yang
ada di Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan. Sumber daya manusia
yang ada di RSU KotaTangerang Selatan berjumlah 597 orang. Personalia yang
ada di Instalasi Farmasi berjumlah 21 orang, yang terdiri dari 8 orang apoteker
dan 13 orang asisten apoteker.
Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan memiliki kapasitas
tempat tidur 121 di tahun 2016, 113 kapasitas tempat tidur di tahun 2013-2015, 84
kapasitas tempat tidur di tahun 2012 dan 8 kapasitas tempat tidur di tahun 2011.
Penampilam kinerja rumah sakit pada tahun 2016 yaitu BOR 67,08%, ALOS 4
hari, BTO 63 kali, TOI 2 hari, NDR 1,81%, GDR 4,12%.
Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan memberikan tiga jenis
kunjungan pelayanan yaitu pelayanan Umum, E-KTP, dan JKN(Jaminan
Kesehatan Nasional). Setiap tahunnya jumlah kunjungan pasien mengalami
peningkatan seiring berjalan JKN, berdasarkan data yang ada jumlah kunjungan
pasien mengalami kenaikan di tahun 2016 yaitu sebesar 118.504 dengan jumlah
kunjungan JKN terbanyak sebesar 59.429(dengan total tempat tidur 121).
Peningkatan jumlah pasien cukup signifikan dari thun 2011 s.d 2016. Pada tahun
2011 jumlah kunjungan pasien hanya mencapai 10.964, di tahun 2012 mengalami
peningkatan cukup besar yaitu 41.335 (dengan total tempat tidur 84), pada tahun
2013 mengalami peningkatan lagi yaitu 70.079(dengan total tempat tidur 113),
kemudian mengalami sedikit penurunan di tahun 2014 sebesar 43.499, dan
mengalami peningkatanlagidi tahun 2015 sebesar 58.849.
9
Dengan adanya peningkatan jumlah kunjungan pasien akan berpengaruh
terhadap adanya peningkatan jumlah pelayanan resep. Peningkatan terhadap
pelayanan resep dapat dilihat pada rekap data jumlah pelayanan resep di Instalasi
Farmasi Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan periode Januari-
September 2016 yang tercatat sebesar (Januari 8532, Februari 5186,
Maret8581,April 8411,Mei 8731, Juni 8541, Juli 8423, Agustus 4874, dan
September 8852) resep. Rata-rata jumlah pelayanan resep mencapai 4000-8000
setiap bulannya. Jumlah pelayanan resep mulai meningkat di bulan September
sebesar 8852. Berdasarkan hasil wawancara jumlah pelayanan resep di bulan
Oktober 2016 s.d Juli 2017 tidak di ketahui, hal tersebut terjadi karena pergantian
struktur organisasi, sehingga untuk data pelayanan resep tersebut tidak di hitung
dan di dokumentasikan. Sedangkan beban kerja pegawai dan perekrutan yang
dilakukan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang
Selatan dapat dilihat dari banyaknya jumlah resep yang ada.
Peningkatan jumlah pelayanan resep di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum
(RSU) Kota Tangerang Selatan mempunyai dampak terhadap beban kerja asisten
apoteker. Hal tersebut di dukung berdasarkan hasil wawancara kepada asisten
apoteker di apotek, menyatakan bahwa pelayanan resep mengalami peningkatan
tiap bulannya dengan jumlah pegawai yang ada tidak seimbang, dimana apotek
harus melayani 400-500 pasien setiap harinya di tambah dengan jumlah komplain
pasien terkait pelayanan resep yang belum tertangani di hari sebelumnya,
sehingga pelayanan menjadi kurang efektif dengan waktu tunggu yang cukup
lama.
10
Peneliti juga melakukan wawancara terkait keluhan pegawai asisten apoteker
terhadap beban kerja dengan mewawancarai Kepala Instalasi Farmasi dan tujuh
orang asisten apoteker di Instalasi Farmasi RSU Kota Tangerang Selatan.
Berdasarkan penjelasan Kepala Instalasi Farmasi untuk pengukuran beban kerja
tenaga asisten apoteker belum pernah dilakukan, jika di bandingkan dengan
jabatan dan uraian tugas yang ada beban kerja sudah dapat dikatakan tinggi, hal
tersebut juga di dukung dengan adanya jumlah peningkatan kunjungan setiap
tahun dan peningkatan jumlah pelayanan resep perbulan. Kemudian berdasarkan
penjelasan dari tiga orang asisten apoteker Non Shift menyatakan bahwa beban
kerja tinggi disebabkan karena semakin meningkatnya jumlah pelayanan resep
yang tidak seimbang dengan jumlah kualifikasi pegawai yang sudah ada di
apotek. Selain tugas utama adalah pelayanan kepada pasien berupa pelayanan
kefarmasian terdapat tugas tambahan lain seperti mengurus administrasi apotek
untuk kepentingan akreditasi dan menangani klaim pasien BPJS (Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial). Dengan adanya tugas tambahan membuat
pegawai merasa beban kerja tinggi. Sedangkan menurut empat orang pegawai
asisten apoteker Shift menyatakan bahwa beban kerja tinggi disebabkan karena
sarana dan prasarana masih kurang seperti depo untuk setiap POLI, Rawat Inap,
Unit Gawat Darurat (UGD) belum ada, serta sistem informasi rumah sakit (SIRS)
untuk apotek belum berjalan dengan baik, terkadang seperti pencatatan untuk
stock barang masih dilakukan secara manual.
Berdasarkan uraian yang dijelaskan sebelumnya maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian lebih lanjut mengenai Gambaran Beban Kerja Tenaga
Asisten Apoteker di Instalasi Farmasi di Rumah Sakit Umum KotaTangerang
11
Selatan Tahun 2017. Agar dikatahui apakah beban kerja pegawai asisten apoteker
benar-benar tinggi dan setiap pegawai telah dapat menjalankan tugas sesuai
dengan JOBDES yang diberikan.
1.2. Rumusan Masalah
Instalasi Farmasi merupakan unit penunjang kegiatan operasioanal yang
memerlukan ketersediaan SDM berkualitas dan jumlah yang cukup dalam
menjalankan fungsi dan tugasnya. Sehingga dapat menjalankan tugas secara
efektif dan efesien dalam rangka memberi pelayanan kepada pasien.
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat diuraikan rumusan masalah dalam
penelitian ini :
1. Berdasarkan penjelasan yang di dapatkan di Instalasi Farmasi Rumah
Sakit Umum Kota Tangerang Selatan pada pelaporan kasus kesalahan
obat sering terjadi, namun masih bisa di tangani dan tidak terdapat KTD
(Kejadian Tidak Diharapkan).
2. Adapun faktor-faktor yang menjadi keterlambatan proses pelayanan
kepada pasien dalah sarana dan prasarana, SOP tertulis mengenai
keamanan pasien, dan minimnya tenaga kesehatan yang tersedia.
Berdasarkan pengukuran IKM (Indeks Kepuasan Masyarakat) yang
pernah dilakukan di Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan
pada tahun 2012 pada setiap unit dan penelitian yang dilakukan oleh
(Badra, 2013) yang memiliki di bawah nilai rata-rata adalah kecepatan
petugas (2,60), kejelasan petugas (2,75), prosedur pelayanan (2,80),
12
kenyamanan lingkungan (2,81), serta keadilan dalam mendapatkan
pelayanan (2,89).
3. Keluhan yang sering disampaikan adalah stock obat kosong dan lamanya
waktu tunggu di Instalasi Farmasi dengan jumlah keluhan tidak
tertangani sebanyak 19,39%, dari jumlah keluhan yang tertangani hanya
63,26% dari target ≥ 90% (Saidah, 2016).
4. Berdasarkan penelitian (Rahmayanti, 2017) pada distribusi obat dan
BMHP di IFRSU Kota Tangsel Ketidakseimbangan jumlah pegawai
yang ada akan berpengaruh terhadap beban kerja pegawai yang nantinya
akan menghambat sistem distribusi obat.
5. Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan memiliki kapasitas
tempat tidur 121 di tahun 2016, 113 kapasitas tempat tidur di tahun 2013-
2015, 84 kapasitas tempat tidur di tahun 2012. Perlunya perencanaan
SDM jika terjadi peningkatan Demand Masyarakat pada jumlah tempat
tidur, yang nanti akan berpengaruh kepada peningkatan beban kerja.
6. Peningkatan jumlah pelayanan mengalami peningkatan drastis di tahun
2016 sebesar sebesar 118.504 dengan jumlah kunjungan JKN terbanyak
sebesar 59.429, yang mempengaruhi jumlah pelayanan resep di tangani
saat itu dengan rata-rata 4000-8000 resep, dengan rata-rata jumlah
kunjungan pasien di Apotek 400-500/Hari. Peningkatan jumlah
pelayanan akan berpengaruh langsung dengan beban kerja yang dimiliki
oleh Instalasi Farmasi.
7. Instalasi Farmasi RSU Tangerang Selatan memberikan pelayanan farmasi
24 jam setiap harinya, sehingga terdapat pengaturan jaga (shift) dan non
13
shift . dengan rata-rata pegawai asisten apoteker menghabiskan waktu pada
setiap kegiatannya 7-10 jam.
8. Pembagian Tugas dan Fungsi SDM yang ada di Instalasi Farmasi belum
maksimal, tiga orang pegawai mempunyai tugas tambahan, dan terdapat
beberapa pekerjaan yang dilakukan secara serabutan.
9. Sarana dan prasarana yang ada di anggap masih kurang, sehingga dapat
memperlambat proses pelayanan farmasi.
10. Belum adanya penelitian “Gambaran Beban Kerja Tenaga Asisten
Apoteker di Instalasi Farmasi RSU Kota Tangerang Selatan Tahun 2017”
dan perhitungan untuk beban kerja di Instalasi farmasi Rumah Sakit
Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan .
1.3. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran beban kerja tenaga asisten apoteker di Instalasi
Farmasi RSU Kota Tangerang Selatan di tinjau dari karakteristik pegawai?
2. Bagaimana gambaran beban kerja tenaga asisten apoteker di Instalasi
Farmasi RSU KotaTangerang Selatan di tinjau dari uraian tugas (Job
Description ) ?
3. Bagaimana beban kerja tenaga aisten apoteker di Instalasi Farmasi RSU
Kota Tangerang Selatan di tinjau dari segi waktu kerja ?
4. Bagaimana beban kerja tenaga asisten apoteker di Instalasi Farmasi RSU
KotaTangerang Selatan di tinjau dari aktivitas pegawai yang meliputi
kegiatan produktif, non produktif, dan kegiatan lain/pribadi ?
14
5. Bagaimana beban kerja tenaga asisten apoteker di Instalasi Farmasi RSU
KotaTangerang Selatan di tinjau dari Standar Operasional Prosedure
(SOP) ?
1.4. Tujuan
1.4.1. Tujuan Umum
Mengetahui beban kerja tenaga Asisten Apoteker di Instalasi Farmasi
Rumah Sakit Umum (RSU) KotaTangerang Selatan Tahun 2017.
1.4.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran beban kerja tenaga asisten apoteker di Instalasi
Farmasi RSU KotaTangerang Selatan Tahun 2017 di tinjau dari segi
karakterisrik pegawai.
2. Mengetahui gambaran beban kerja tenaga asisten apoteker di Instalasi
Farmasi RSU Kota Tangerang Selatan Tahun 2017 di tinjau dari segi
uraian tugas (Job Description).
3. Mengetahui gambaran beban kerja tenaga asisten apoteker di Instalasi
Farmasi RSU KotaTangerang Selatan Tahun 2017 di tinjau dari segi
waktu kerja.
4. Mengetahui gambaran beban kerja tenaga asisten apoteker di Instalasi
Farmasi RSU Kota Tangerang Selatan di tinjau dari aktivitas pegawai
yang meliputi kegiatan produktif, kegiatan non produktif, dan kegiatan
pribadi.
15
5. Mengetahui gambaran beban kerja tenaga asisten apoteker di Instalasi
Farmasi RSU Kota Tangerang Selatan di tinjau dari Standar
Operasional Prosedure (SOP).
1.5. Manfaat
1.5.1. Bagi Rumah Sakit
1. Dapat megetahui beban kerja dan produktivitas kerja tenaga Asisten
Apoteker di Instalasi Farmasi RSU Kota Tangerang Selatan Tahun
2017.
2. Hasil penelitian diharapkan dapat di jadikan bahan pertimbangan bagi
RSU KotaTangerang Selatan untuk mengetahui tingkat efektifitas
jumlah SDM di suatu unit kerja dan digunakan sebagai pedoman
terhadap formasi kerja.
3. Memberikan informasi terkait perencanaan SDM dalam upaya
peningkatan mutu pelayanan melalui pengadaan SDM dengan jumlah
dan kualifikasi yang tepat.
1.5.2. Bagi Peneliti
Hasil penelitian diharapkan dapat memperluas wawasan dan
pengetahun, mengimplementasikan,dan menerapkan pengetahuan yang
didapatkan selama bangku kuliah serta menambah pengalaman peneliti
dalam mengembangkan kemampuan ilmiah dan keterampilan dalam
melaksanakan penelitian.
16
1.5.3. Bagi Akademisi
Hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi referensi dan data dasar
bagi mahasiswa lain untuk melakukan penelitian selanjutnya dengan desain
penelitian lainnya.
1.6. Ruang Lingkup
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui “Gambaran Beban Kerja
Tenaga Asisten Apoteker di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum
(RSU)KotaTangerang Selatan pada Tahun 2017”. Penelitian ini dilakukan
oleh mahasiswa semester VIII (delapan) peminatan Manajemen Pelayanan
Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2017. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptifdengan pengambilan
data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara
mendalam (in-depth interview)dan pengamatan secara langsung
menggunakan metode Work Sampling, data sekunder diperoleh melalui
telaah dokumen. Informan dalam penelitian ini terdiri dari informan utama,
informan kunci, dan informan tambahan. Informan utama adalah tenaga
asisten apoteker, informan kunci adalah Kepala Instalasi Farmasi, dan
informan pendukung adalah Bagian Satuan Pelaksana kepegawaian.
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sumber Daya Manusia
Secara konseptual, Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan
makhluk yang unik dan mempunyai karakteristik yang multi kompleks dan
hal ini dapat dilihat dari berbagai aspek, diantaranya adalah (Ilyas, 2011) :
a. SDM merupakan komponen kritis
Semakin tinggi tingkat pemanfaatan sumber daya manusia akan
mengakibatkan semakin tinggi pula hasil guna sumber daya lainnya. Jadi
dapat disimpulkan bahwa capital resourcessangat bergantung terhadap
adanya sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang
mempunyai pengetahun, keterampilan dan perilaku yang pas dengan
kebutuhan organisasi sangatlah esensial.
b. SDM Tidak Instan
Kebutuhan sumber daya manusia yang handal dan berkualitas tidak
dapat diperoleh dengan seketika. Dibutuhkan perencanaan dengan seksama
agar didapatkan orang yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan organisasi,
disamping itu sumber daya yang ada harus diberikan pendidikan dan
pelatihan yang continuesesuai dengan kebutuhan kerja dan minatnya.
c. SDM Tidak dapat distock
18
SDM tidak dapat disimpan untuk kebutuhan di masa depan, sehingga
perlu direncanakan, kemudian dilakukan rekruitmen, seleksi dan
pendayagunaan sesuai dengan kebutuhan organisasi yang berkembang.
d. SDM adalah Subyek yang dapat Obsolete
SDM bisa menjadi usang, dimana pengetahuan dan keterampilan yang
dimilikinya tidak berkembang. Untuk mencegah terjadinya hal tersebut
diperlukan pendidikan dan pelatihan lanjutan bagi SDM yang bersangkutan.
2.2. Sumber Daya Manusia Kesehatan dan Tenaga Kesehatan
Sumber daya manusia adalah komponen kritis dimana singkat manfaat
sumber daya lainnya tergantung dari bagaiman kita memanfaatkan sumber daya
manusia, SDM merupakan kunci yang sangat penting untuk keberhasilan dan
kemajuan suatu organisasi, kebutuhan akan SDM yang handal dan berkualitas
tidak bisa di peroleh dengan seketika oleh sebab itu perlunya perencanaan dan
penentuan kualitas SDM dalam kemajuan zaman yang semakin berkembang yaitu
dengan memperhatikan kualitas dan kauntitasnya.
Kualitas sumber daya manusia berhubungan dengan mutu dari sumber daya
manusia tersebut, yaitu dilhat dari kemampuannya baik kemampuan fisik
(kesehatan dan gizi) maupun kemampuan non fisik (kecerdasan dan mental).
Sedangkan kuantitas sumber daya manusia berhubungan dengan jumlah sumber
daya manusia tersebut. Beberapa hal yang harus diupayakan untuk meningkatkan
kemampuan non fisik dari sumber daya manusia yang ada yaitu dengan
memberikan pendidikan dan pelatihan yang di butuhkan oleh sumber daya
manusia tersebut (Notoatmodjo, 2003).
19
Menurut ilyas suatu rumah sakit dapat dikatakan efektif dan efesien apabila
dalam rumah sakit tersebut tersedia sumber daya manusia yang cukup dengan
kualitas yang tinggi, profesional serta sesuai dengan tugas dan fungsi dari
personel/pegawai (Ilyas, 2011)
Menurut Kepmenkes RI Nomor 81/MENKES/SK/I/2004tentang Pedoman
Penyusunan Perencanaan Sumber Daya Manusia Kesehatan di Tingkat Propinsi,
Kabupaten/Kota Serta Rumah Sakit menyatakan bahwa SDM Kesehatan (Sumber
Daya Manusia Kesehatan) adalah seseorang yang bekerja secara aktif di bidang
kesehatan baik yang memiliki pendidikan formal kesehatan maupun tidak, untuk
jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan.
Sedangkan tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui
pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
Yang dimaksud dengan tenaga kesehatan di rumah sakit berdasarkan jenis
pekerjaannya adalah tenaga medis, tenaga keperawatan, tenaga penunjang medis,
dan staf administrasi. Pekerjaan di Rumah Sakit juga ada beberapa jenis yaitu
pekerjaan yang berisiko tinggi (efek radiasi di Instalasi Rontagent), pekerjaan
yang terus-menerus harus dilaksanakan selama 24 jam yaitu IGD, Unit Perawatan
dan sebagainya. Jenis tenaga dan sifat pekerjaan ini merupakan variabel penting
untuk merencanakan kebutuhan tenaga di sebuah rumah sakit(Muninjaya, 2004).
20
2.3. Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen sumber daya manusia merupakan bagian dari manajemen
keorganisasian yang memfokuskan diri pada unsur sumber daya manusia. Tugas
Manajemen Sumber Daya Manusia adalah untuk mengelola unsur manusia secara
baik agar diperoleh tenaga kerja yang puas akan pekerjaannya, yang terdiri dari
perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan, dan pengendalian, sedangkan
fungsi operasionalnya yaitu pengadaan, pengembangan, kompensasi,
pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemutusan hubungan kerja (Umar, 2008)
2.3.1. Defenisi Manajemen Sumber Daya Manusia Kesehatan
Manajemen sumber daya manusia merupakan salah satu bidang dalam
manajemen umum yang meliputi segi-segi perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengendalian. Karena sumber daya manusia dianggap
semakin penting perannya dalam mencapai tujuan, maka berbagai
pengalaman dan hasil penelitian dalam bidang sumber daya dikumpulkan
secara sistematis dalam manajemen sumber daya manusia (Rivai, 2008).
Manajemen sumber daya manusia adalah seni untuk merencanakan
mengorganisasikan, mengarahkan, mengawasi kegiatan-kegiatan sumber
daya manusia atau karyawan, dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
Menurut French “Manajemen sumber daya manusia adalah sebagai
penarikan, seleksi, pengembangan, penggunaan, dan pemeliharaan sumber
daya manusia oleh organisasi.”(Notoadmojo, 2003).
Manajemen sumber daya manusia pada hakikatnya merupakan bagian
integral rumah sakit dari keseluruhan manajemen rumah sakit. Strategi
21
manajemen sumber daya manusia sebenarnya merupakan bagian integral
dari strategi rumah sakit. Dengan pemahaman bahwa sumber daya manusia
adalah aset utama rumah sakit. Manajemen sumber daya manusia yang
strategis memandang semua manajer pada tingkat apapun baik secara
struktural maupun fungsional sebagai manajer sumber daya
manusia(Soeroso, 2008).
Keberhasilan sebuah rumah sakit sangat di tentukan oleh pengetahuan,
keterampilan, kreativitas, dan motivasi staf dan karyawannya. Oleh karena
itu peranan manajemen sumber daya manusia sangat menentukan
keberhasilan rumah sakit untuk mencapai tujuannya (Karina, 2012).
2.3.2. Ruang Lingkup Manajemen Sumber Daya Manusia Kesehatan
Manajemen sumber daya manusia merupakan salah satu departmen yang
memiliki tugas penting dan rumit. Manajemen sumber daya manusia harus
mampu menyediakan angkatan tenaga kerja yang efektif bagi perusahaan
sekaligus memberikan harapan serta perhatian yang besar kepada para
karyawannya.
Peran manager sumber daya manusia telah berubah seiring dengan
perjalanan waktu. Dari membantu manajemen puncak dalam usaha
memperoleh dan memelihara suatu angkatan kerja yang memiliki
produktivitas yang tinggi bagi organisasi. Dengan berkembangnya ilmu
pengetahuan manager dalam pelaksanaan tugasnya mulai memahami
perlunya memastikan dan menampung kebutuhan dalam hal ini
22
kesejahteraan karyawannya untuk peran manajer harus mampu menguasai
fungsi-fungsi manajemen yang ada (Suhendra, 2006)
Ruang lingkup manajemen sumber daya manusia meliputi semua
aktivitas yang berhubungan dengan sumber daya manusia dalam organisasi,
seperti dikatakan oleh Russel & Barnadian bahwa “... all decisions which
affect the workforce concern the organization’s human resource
management function.”(Sunyoto, 2015). Aktivitas-aktivitas yang berkaitan
dengan manajemen sumber daya manusia ini secara umum mencakup :
1. Rancangan organisasi
2. Staffing
3. System reward, tunjangan-tunjangan, dan pematuhan.
4. Manajemen performansi.
5. Pengembangan pekerja dan organisasi.
6. Komunikasi dan hubungan masyarakat.
Keterlibatan pekerja dalam kegiatan-kegiatan seperti itu dirasakan
sangat penting. Para manajer harus berusaha mengintegrasikan kepentingan
dari para pekerja dengan kepentingan organisasi secara keseluruhan
(Sunyono, Danang, 2012)
23
2.3.3. Fungsi-Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia Kesehatan
Para manager harus mampu mengusai semua fungsi-fungsi manajemen
yang ada untuk mendapatkan hasil manajemen yang maksimal (Suhendra,
2006). Adapun fungsi-fungsi manajemen sumber daya manusia adalah :
1. Perencanaan (Planning)
Menentukan tujuan perusahaan, aturan-aturan dan prosedur, serta
menyusun rencana untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Bagi
seorang manajer sumber daya manusia, perencanaan berarti penentuan
program manajemen sumber daya manusia yang akan membantu
tercapainya sasaran yang telah disusun untuk perusahaan. Dalam hal
ini akan melibatkan partisipasi aktif dan kesadaran penuh dari manajer.
2. Pengorganisasian (Organizing)
Suatu kegiatan pengaturan pada sumber daya manusia dan sumberdaya
fisik lain yang dimiliki perusahaan untuk menjalankan rencana yang telah
ditetapkan serta mencapai tujuan perusahaan. Manajer harus menyusun
suatu organisasi dengan merancang suatu struktur hubungan antara
pekerjaan sumber daya manusia dan faktor-faktor fisik.
3. Pengarahan (Directing)
Suatu fungsi kepemimpinan manajer untuk meningkatkan efektifitas dan
efisien kerja secara maksimal serta menciptakan lingkungan kerja yang
sehat dan dinamis.
4. Pengendalian (Controlling)
24
Suatu aktivitas menilai kinerja berdasarkan standar yang telah dibuat
untuk kemudian dibuat perubahan atau perbaikan jika diperlukan.
Selain mengusai dan melaksanakan fungsi-fungsi dasar manajemen,
seorang manajer harus dapat menguasai dan mengelola bidang operasioanl,
oleh karena itu penting mengusai fungsi-fungsi operasional sebagai berikut :
1. Pengadaan tenaga kerja (Procurement)
Suatu fungsi dalam upaya untuk memperoleh jenis dan jumlah yang
tepat dari personalia yang diperlukan untuk mencapai sasaran organisasi.
Hal-hal yang terkait dalam fungsi ini adalah penentuan sumber daya
manusia yang dibutuhkan dan perekrutannya, seleksi karyawan dan
penempatannya. Penentuan sumber daya manusia yang diperlukan
harus sesuai dengan standar terhadap tugas-tugas yang tercantum
pada rancangan pekerjaan yang telah ditentukan sebenarnya.
2. Pengembangan (Development)
Setelah perekrutan sumber daya manusia, harus dilakukan
pengembangan terhadap sumber daya manusia tersebut sampai dengan
tingkat tertentu. Fungsi pengembangan merupakan peningkatan
keterampilan yang dilakukan melalui pelatihan-pelatihan untuk
meningkatkan prestasi kerja yang maksimal.
3. Kompensasi (Compensation)
Fungsi ini dirumuskan sebagai balas jasa yang memadai dan layanan
kepada personalia untuk sumbangan mereka kepada tujuan organisasi.
25
Dalam membahas masalah ini harus dipertimbangkan kompensasi
ekonomis. Kompensasi juga perlu diberikan kepada pekerja agar dapat
melaksanakan pekerjaannya dengan tenang sehingga kinerja dan kontribusi
pekerja tersebut dapat tetap maksimal dari waktu-waktu.
4. Integrasi (Integration)
Integrasi merupakan usaha untuk menghasilkan suatu rekonsiliasi
(kecocokan) yang layak atas kepentingan-kepentingan perorangan,
masyarakat dan organisasi. Definisi ini berpijak atas dasar kepercayaan
bahwa adanya tumpang tindih kepentingan yang cukup berarti. Hal ini
berakibat manajemen sumber daya manusia harus mempertimbangkan
perasaan dan sikap dalam menerapkan asas-asas dan kebijakan organisasi.
5. Pemeliharaan (Maintanace)
Setelah melaksanakan fungs-fungsi sebelumnya dengan baik, maka
manajemen sumber daya manusia akan memiliki angkatan kerja yang
mempunyai kemauan dan mampu untuk bekerja. Komunikasi dengan
karyawan merupakan suatu hal yang sangat berpengaruh dalam
terpeliharanya kemauan bekerja.
6. Pemisah (Separation)
Jika fungsi pertama adalam memperoleh karyawan, maka fungsi terakhir
adalah untuk memutuskan hubungan kerja dan mengembalikan sumber daya
manusia tersebut kepada masyarakat. Organisasi bertanggung jawab untuk
melaksanakan proses pemutusan hubungan kerja sesuai dengan persyaratan-
26
persyaratan yang telah ditentukan, dan menjamin bahwa warga masyarakat
yang dikembalikan itu berada dalam keadaan sebaik mungkin (Suhendra,
2006)
2.3.4. Tantangan Manajemen di Bidang Kesehatan
Terdapat beberapa tantangan tersendiri dalam manajemen sumber daya
manusia organisasai pelayanan kesehatan. Tantangan tersebut adalah adanya
perbedaan jenis-jenis pekerjaan di pelayanan kesehatan, beberapa pelayanan
khusus yang berkaitan dengan dokter, serta adanya kondisi yang unik dari
sebuah organisasi pelayanan kesehatan.
Rumah sakit adalah suatu organisasi padat karya. Jenis-jenis pekerjaan
yang dapat di rumah sakit sangat banyak dari mulai pekerja, pembersih
ruangan, perawat, hingga dokter. Setiap jenis pekerjaan akan membutuhkan
perhatian dan perlakuan khusus agar terjadi retensi. Retensi pegawai adalah
suatu area yang masih mendapat perhatian yang kurang dari semestinya,
sementara profesional bidang kesehatan adalah sumber daya manusia
dengan permintaan yang tinggi dengan jumlah terbatas hingga terjadi
kelangkaan.
Perbedaan antara karyawan dengan kinerja yang baik dengan yang tidak
baik terletak pada besarnya gaji mereka, tapi bagaimana mereka
diberlakukan. Hal ini memperlihatkan bahwa kompensasi berupa gaji dan
intensif bukanlah kompensasi yang utama, tetapi bisa ditukar dengan nilai
yang lain. Secara spesifik adanya kerja memuaskan terpengaruh adanya
waktu untuk melakukan pekerjaan berkualitas, beban kerja yang sesuai,
27
kenyamanan saat bekerja, serta motivator utama untuk memaksimalkan
kinerja tinggi.
2.4. Perencanaan Sumber Daya Manusia
Perencanaan sumber daya manusia akan dapat dilakukan dengan baik dan
benar jika perencanaannya mengetahui apa dan bagaimana sumber daya manusia
itu. Sumber daya manusia atau man power disingkat SDM merupakan
kemampuan yang dimiliki setiap manusia. SDM terdiri dari daya pikir dan daya
fisik setiap manusia. Tegasnya kemampuan setiap manusia ditentukan oleh daya
pikir dan daya fisiknya. SDM menjadi unsur utama dalam setiap aktivitas yang
dilakukan. Peralatan yang andal tanpa peran SDM tidak berarti apa-apa
(Hasibuan, 2012).
2.4.1. Defenisi Perencanaan Sumber Daya Manusia
Perencanaan sumber daya manusia adalah kegiatan untuk mengantisipasi
permintaan atau kebutuhan dan suplai tenaga kerja organisasi di masa yang
akan datang, dengan memperhatikan:
1. Persediaan sumber daya manusia sekarang.
2. Peramalan permintaan dan suplai sumber daya manusia.
3. Rencana untuk memperbesar jumlah sumber daya manusia
(Sedarmayanti, 2007)
Menurut (Soeroso, 2008), perencanaan merupakan pengambilan
keputusan saat ini tentang hal-hal yang akan dikerjakan di masa depan. Jika
berbicara saat ini tentang perencanaan sumber daya manusia yang menjadi
28
fokus perhatian adalah langkah-langkah tertentu yang dimabil oleh
manajemen, untuk menjamin bahwa bagi organisasai tersedia tenaga kerja
yang tepat untuk menduduki berbagai kedudukan, jabatan dan pekerjaan
yang tepat pada waktu ya tepat.
Perencanaan SDM adalah proses estimasi terhadap jumlah SDM
berdasarkan posisi, keterampilan, dan perilaku yang dibutuhkan untuk
memberikan pelayanan kesehatan. Dengan kata lain meramalkan atau
mempersiapkan siapa mengerjakan apa, dengan keahlian apa, kapan
dibutuhkannya dan berapa jumlahnya. Perencanaan SDM rumah sakit
seharusnya berdasarkan fungsi dan beban kerja pelayanan kesehatan yang
akan dihadapi di masa depan, dimaksudkan agar fungsi rumah sakit dapat
berjalan dengan baik (Ilyas, 2011)
Perencanaan memberikan kerangka untuk memadukan pengambilan
keputusan di seluruh organisasi. Perencanaan sumber daya manusia
merupakan salah satu tipe perencanaan strategi, sama halnya dengan
perencanaan keuangan, pemasaran, dan produksi. Dalam perannya secara
langsung terkait dengan strategi organisasi, perencanaan sumber daya
manusia selain memberikan analisis supplay and demand, termasuk tekhnik
peramalan.
2.4.2. Tujuan Perencanaan Sumber Daya Manusia
Perencanaan sumber daya manusia dapat memenuhi banyak tujuan
organisasi, menurut Thomas Hastone, 1989 terdapat dua tujuan pokok suatu
perencanaan yaitu :
29
a. Membantu menentukan tujuan organisasi, termasuk perencanaan
pencatatan kesempatan kerja yang sama pada karyawan dan tujuan
tindakan afirmatif.
b. Melihat pengaruh program dan kebijakan alternatif sumber daya
manusia dan menyarankan pelaksanaan alternatif yang paling
menunjang kepada keefektifan organisasi.
Tujuan perencanaan sumber daya manusia menurut (Hasibuan, 2002)antara
lain :
a. Menentukan kualitas dan kuantitas karyawan yang akan mengisi semua
jabatan dalam perusahaan.
b. Menjamin tersedianya tenaga kerja masa kini maupun masa depan,
sehingga setiap pekerjaan ada yang mengerjakan.
c. Menghindari tumpang tindih dalam pelaksanaan tugas.
d. Mempermudah koordinasi, integrasi dan sinkronisasi (KIS) sehingga
produktifitas kerja meningkat.
e. Menghindari kekurangan atau kelebihan karyawan.
f. Menjadi pedoman dalam menetapkan program penarikan, seleksi,
pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan,
kedisiplinan, dan pemberhentian karyawan.
g. Menjadi pedoman dalam melaksanakan mutasi (vertikal dan
horizontal)dan pensiun karyawan.
30
h. Menjadi dasar dalam melakukan penilaian karyawan.
2.4.3. Manfaat Perencanaan Sumber Daya Manusia
Dalam (Hasibuan, 2002), menyatakan bahwa ada enam manfaat yang
bisa diambil dari perencanaan SDM, diantaranya adalah :
1. Organisasai dapat memanfaatkan SDM yang sudah ada secara lebih
baik.
2. Produktivitas tenaga yang sudah ada dapat lebih ditingkatkan.
3. Penentuan tenaga di masa depan, dalam arti jumlah dan kualifikasinya
untuk mengisi berbagai jabatan dan menyelenggarakan berbagai
aktivitas baru kelak.
4. Penanganan berbagai informasi ketenegakerjaan.
5. Pemahaman yang tepat tentang situasi kerja, berdasarkan gambaran
tentang permintaan tenaga kerja dan jumlah pencari pekerjaan dengan
berbagai keahlian.
6. Merupakan dasar bagi penyusunan program kerja SDM dalam
organisasi.
2.4.4. Perencanaan Sumber Daya Manusia di Rumah Sakit
Perencanaan sumber daya manusia rumah sakit seharusnya berdasarkan
fungsi dan beban kerja pelayanan kesehatan yang akan dihadapi di masa
depan, yang dimaksudkan agar fungsi dan beban kerja pelayanan kesehatan
yanga akan dihadapi dimasa depan, yang dimaksudkan agar fungsi rumah
31
sakit dapat berjalan dengan baik. Langkah-langkah dari perencanaan tenaga
di rumah sakit adalah:
1. Mempelajari aspek tujuan dan target rumah sakit.
2. Mempelajari faktor-faktor yang berkaitan dengan tingkat makro rumah
sakit seperti landasan hukum, target area, populasi dan data sekunder
(Data statistik kesehatan).
3. Mempelajari faktor-faktor pada tingkat mikro rumah sakit seperti visi
dan misi rumah sakit, beban kerja, dan kinerja personel.
Rumah sakit memerlukan melakukan perencanaan SDM, karena rumah
sakit harus mengkoordinasikan, kegiatannya, memastikan bahwa masa
depan telah diperhitungkan dan rumah sakit juga perlu mengontrol
ketidakpastian. Rumah sakit perlu melakukan perencanaan SDM jika terjadi
empat hal. Pertama, rumah sakit ingin mengubah pelayanan dan fasilitas
rumah sakit, rumah sakit ingin mengubah jumlah tempat tidur, terdapat
gejala penurunan motivasi, prestasi, dan kepuasan kerja, dan jika terdapat
keluhan pasien terhadap kualitas pelayanan.
Rumah sakit seharusnya melakukan perencanaan sumber daya manusia
dikarenakan beberapa hal, diantaranya adalah (Ilyas, 2011):
1. Produk rumah sakit adalah jasa karena sifatnya berupa pelayanan
sehingga hasilnya dapat langsung dirasakan oleh pelanggan, sehingga
kualitas jasa pelayanan menjadi sangat penting. Dengan demikian
32
kuantitas dan kualitas sumber daya manusia yang ada berperan sangat
penting dan harus direncanakan dengan sebaik-baiknya.
2. Rumah sakit bersifat pada karya, dimana dalam suatu rumah sakit
terdiri dari tenaga kerja dengan variasi status dan tingkat keahlian
yang sangat luas.
3. Market tenaga rumah sakit belum terbentuk.
2.5. Analisis Beban Kerja
Analisis beban kerja adalah suatu proses penentuan jumlah jam kerja orang
(man hours) yang dipergunakan atau yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu
beban kerja tertentu dalam waktu tertentu. Jumlah jam kerja setiap karyawan akan
menunjukan jumlah karyawan yang dibutuhkan (Puspita, 2011).
Beban kerja adalah jumlah unit kerja yang ditugaskan pada suatu sumber
daya dalam periode waktu tertentu. Menurut Kepmenkes Nomor
81/MENKES/I/2004, beban kerja adalah banyaknya jenis pekerjaan yang harus
diselesaikan oleh tenaga kesehatan profesional dalam satu tahun dalam satu sarana
pelayanan kesehatan. Sedangkan analisa beban kerja adalah upaya menghitung
beban kerja pada satuan kerja dengan cara menjumlah semua beban kerja dan
selanjutnya membagi dengan kapasitas kerja perorangan persatuan waktu (Karina,
2012).
Sedangkan menurut Keputusan Mentri Pemberdayaan Aparatur Negara
Nomor KEP/75/M/.PAN/7/2004, mengenai pedoman perhitungan kebutuhan
pegawai berdasarkan beban kerja dalam rangka penyususnan fomasi pegawai
negeri sipil, beban kerja adalah sejumlah target pekerjaan atau target hasil yang
33
harus dicapai dalam satu satuan waktu. Beban kerja merupakan aspek pokok yang
menjadi dasar untuk perhitungan kebutuhan pegawai dan perlu ditetapkan melalui
program-program unit kerja yang selanjutnya dijabarkan menjadi target pekerjaan
untuk setiap jabatan. Sedangkan analisis kebutuhan pegawai adalah proses yang
dilakukan secara logis, teratur dan berkesinambungan untuk mengetahui jumlah
dan kualitas pegawai yang diperlukan.
Analisa Beban Kerja adalah upaya menghitung beban kerja pada satuan
kerja dengan cara menjumlah semua beban kerja dan selanjutnya membagi
dengan kapasitas kerja perorangan persatuan waktu. Beban kerja dapat dilihat dari
kegiatan langsung, kegiatan tidak langsung, dan kegiatan lain seperti kegiatan
pribadi dan kegiatan yang tidak produktif (Ilyas, 2011).
Dalam suatu organisasi perlu menganalisis beban kerja stafnya. Analisis
tersebut dilakukan untuk penentuan kebutuhan pekerja (man power planning),
analisis ergonomi, analisis Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), hingga ke
perencanaan penggajian. Analisis beban kerja juga dapat digunakan dalam
membuat perencanaan SDM di rumah sakit. Analisis beban kerja mengidentifikasi
seberapa banyak output organisasi yang di capai. Hal ini diterjemahkan kedalam
jumlah jam kerja staf pada setiap pekerjaan. Analisis jam kerja dilakukan dengan
pengukuran. Mentri Pendayagunaan Aparatur Negara (1997) menyatakan bahwa
pengukuran beban kerja diartikan sebagai suatu tekhnik untuk mendapatkan
informasi tentang efesiensi dan efektivitas kerja suatu unit organisasi atau
pemegang jabatan yang dilakukan secara sistematis dengan menggunakan teknis
analisis jabatan, teknis analisis beban kerja atau teknik manajemen lainnya. Lebih
lanjut dikemukakann pula,bahwa pengukuran beban kerja merupakan salah satu
34
tekhnik manajemen untuk mendapatkan informasi jabatan, melalui proses
penelitian dan pengkajian yang dilakukan secara analisis. Informasi jabatan
tersebut dimaksudkan agar dapat digunakan sebagai alat untuk meyempurnakan
aparatur baik di bidang kelembagaan, ketatalaksanaan, dan sumber daya manusia.
Pada umumnya, pengukuran beban kerja dilakukan dengan melakukan observasi
apakah suatu pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu
(Nurutami, 2009).
Menurut (Aditama, 2004) dalam perekrutan pegawai baru sebaiknya
dilakukan perhitungan beban kerja pegawai terlebih dahulu selain mendengarkan
juga keluhan kurangnya pegawai. Perhitungan beban kerja dapat dilakukan
berdasarkan need,berdasarkan demand, rasio dengan standar dan dilaksanakan
dengan cara work sampling, time and motion study, daily log, self
assesment(Rubbiana, 2015).
Bagan 2.1. Cara Perhitungan Beban Kerja
Berdasarkan Need
Rasio dengan
standar
Berdasarkan
Demand
Perhitungan
Beban Kerja
Work Sampling
Time and motion
study
Daily log
Self Assesment
Sumber : (Aditama, 2004)
35
Kesesuain beban kerja dapat dianalisis dengan jenis tenaga, beban kerja juga
dapat dihubungkan dengan umur, pendidikan, jenis kelamin dan variabel lainnya,
tergantung pada tujuan dan kebutuhan penelitian. Perhitungan beban kerja
personel perlu dilakukan dengan tekhnik atau metode yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Dengan mengetahui secara baik cara
perhitungan beban kerja diharapkan perencanaan jumlah dan jenis tenaga kerja
dapat dilakukan dengan lebih rasional sesuai yang dibutuhkan, untuk mengetahui
beban kerja perlu diketahui waktu yang dibutuhkan untuk produk atau jasa utama
yang dihasilkan unit atau personel (Ilyas, 2011).
Dalam perhitungan beban kerja ada tiga cara yang dapat digunakan,
diantaranya adalah (Ilyas, 2011) :
1. Work Sampling
2. Time and motion study
3. Daily Log
2.5.1. Work Sampling
Work sampling adalah tekhnik pembuatan serangkaian pengamatan pada
interval yang acak, berdasarkan prinsip statistik bahwa observasi yang
dilakukan secara acak memberikan informasi yang sama lengkapnya dengan
informasi yang diberikan dengan pengamatan secara kontinyu. Pada work
sampling, yang diamati adalah apa yang dilakukan oleh responden dimana
informasi yang dibutuhkan oleh peneliti disini adalah jumlah tenaga yang
ada serta waktu dengan kesan yang dilakukan oleh personel pada
kegiatannya, bukan siapanya. Jadi hal yang penting adalah apa yang
36
dikerjakan oleh personel, dimana setiap kegiatan yang dilakukan oleh
personel akan dilakukan pengamatan dari kejauhan.
Pada tekhnik work sampling kita dapat mengamati hal-hal yang spesifik
tentang pekerjaan seperti aktivitas apa yang sedang dilakukan personel pada
waktu jam kerja, apakah aktivitas personel berkaitan dengan fungsi dan
tugasnya pada waktu jam kerja, proporsi waktu kerja yang digunakan untuk
kegiatan produktif atau tidak produktif serta pola beban kerja personel
dikaitkan dengan waktu dan jadwal jam kerja.
Work Sampling adalah pengukuran kegiatan kerja dari karyawan dengan
cara melakukan pengamatan dan pencatatan, dimana jumlah sampel
pengamatan kegiatan dilakukan secara acak. Pada metode ini yang menjadi
fokus pengamatan adalah apa yang dilakukan responden pada waktu tertentu
dan apa kegiatannya. (Barnes, 1980) dalam (Ilyas, 2011) menyebutkan tiga
kegunaan utama dari work sampling, yaitu :
1. Activity and Delay Sampling
Mengukur proporsi kegiatan aktifitas dan tidak melakukan aktifitas
seorang pegawai.
2. Performance Sampling
Mengukur waktu yang digunakan untuk bekerja dan waktu yang
tidak digunakan untuk bekerja seorang pegawai berdasarkan uraian
tugasnya dan dapat sekaligus untuk mengukur produktifitasnya.
3. Work Measurement
37
Menetapkan standar waktu dari suatu kegiatan.
Hal-hal yang dapat diamati dengan work sampling di jelaskan (Ilyas, 2011):
a. Aktivitas apa yang sedang dilakukan pegawai pada waktu jam kerja.
b. Apakah aktivitas pegawai berkaitan dengan fungsi dan tugasnya pada
waktu jam kerja.
c. Proporsi waktu kerja yang digunakan untuk kegiatan produktif atau tidak
Produktif.
d. Pola beban kerja pegawai dikaitkan dengan waktu, jadwal jam kerja.
Tahapan – tahapan yang harus diperhatikan dalam melakukan survei
pekerjaan dengan work sampling diantaranya adalah :
a. Menentukan jenis personel yang akan diteliti, apabila didapati jumlah
personel banyak maka perlu dilakukan pemeilihan sample sebagai
subjek personel yang akan diamati.
b. Membuat formulir daftar kegaiatn yang adapat diklasifikasikan sebagai
kegiatan produktif, kegiatan non produktif dan kegiatan pribadi atau
dapat pula dikelompokkan menjadi kegiatan langsung maupun
kegaiatn tidak langsung.
c. Melatih pelaksana peneliti mengenai tata cara pengamatan kerja
dengan menggunakan work sampling. Petugas pelaksana sebaiknya
mempunyai latar belakang pendidikan yang sejenis dengan subjek
yang akan diamati untuk mempermudah dalam proses pengamatan.
Setiap pelaksana peneliti mengamati 5-8 personel yang sedang bekerja.
38
d. Pengamatan dilakukan dengan interval 2-15 menit tergantung
karakteristik pekerjaan. Makin tinggi tingkat mobilitas pekerja yang
diamati maka semakin pendek waktu pengamatan. Semakin pendek
jarak waktu pengamatan, maka semakin banyak sampel pengamatan
yang diamati oleh pengamat sehingga akurasi pengamatan menjadi
lebih akurat.
e. Pengamatan dilakukan selama jam operasional kerja. Apabila jenis
tenaga yang diteliti berfungsi 24 jam maka pengamatan dilakukan
sepanjang hari.
Dalam tekhnik work sampling kelompok pekerja diobservasi di waktu
tertentu dan kegiatan perindividu dicatat. Setelah satu atau dua minggu,
rata-rata waktu untuk setiap aktifitas dihitung sehingga rata-rata waktu tiap
kegiatan dapat ditentukan. Melalui pengamatan ini kita mengetahui waktu
kerja sebenarnya yang digunakan untuk setiap kelompok kegiatan selama
beberapa hari.
Metode Ilyas menggunakan pendekatan demend. Artinya metode ini
menghitung beban kerja yang harus dikerjakan atas dasar permintaan untuk
menghasilkan unit produk atau jasa per waktu yang dibutuhkan. Dengan
demikian, beban kerja tergantung juga volume transaksi bisnis yang harus
dilakukan oleh setiap tenaga kerja atau unit organisasi.
Untuk menghitung beban kerja personel organisasi dibutuhkan informasi
yang akurat, hal-hal yang harus di perhatikan menurut (Ilyas, 2011):
39
1. Kejelasan transaksi bisnis utama atau penunjang setiap personel dan unit
organisasi.
2. Kejelasan waktu yang dibutuhkan untuk setiap transaksi bisnis utama
atau penunjang.
3. Jenis dan jumlah transaksi bisnis per hari, per minggu, per bulan atau per
tahun.
4. Jumlah jam kerja efektif (produktif) perhari pada organisasi.
5. Jumlah hari kerja efektif dalam setahun organisasi.
Formula perhitungan beban kerja unit atau personel per hari menurut
(Ilyas, 2011) sebagai berikut : .
Keterangan :
B.K i-j :Jenis Beban Kerja
J.T :Jumlah Transaksi Per Hari
W.T :Waktu (menit atau jam) untuk setiap jenis transaksi
Adapun kelebihan dan kekurangan dari metode work sampling adalah
sebagai berikut:
Kelebihan dari metode work sampling
a. Pengamatan tidak perlu mengamati pekerjaan terus-menerus, sehingga
secara teknis mudah dikerjakan dan bagi pegawai yang menjadi objek
merasa tidak diamati.
Beban Kerja / Hari = B.K i-j = JT X W.T
40
b. Pengamat dapat mengamati beberapa orang pegawai sekaligus.
c. Tidak diperlukan pengamat profesional yang terlatih karena yang
diamati hanya jenis kegiatannya.
d. Pengamatan dapat dihentikan kapan saja tanpa berdampak buruk
terhadap hasil penelitian.
e. Lebih menyenangkan bagi pengamat dibandingkan dengan metode
time motion study.
f. Pengamat jarang merasa bosan dan kelelahan.
Kekurangan dari metode work sampling
a. Tidak memberikan informasi yang lengkap dan terperinci detail
kegiatan tenaga yang diamati.
b. Data yang didapat bisa terjadi bias karena pegawai tahu akan diamati.
2.5.2. Time and Motion Study
Pada time and motion study pengamat melakukan pengamatan dan
mengikuti dengan cermat tentang kegiatan yang dilakukan oleh pegawai
yang sedang diamati. Pada teknik ini yang dihasilkan tidak hanya berupa
beban kerja tapi juga kualitas kerja pegawai (Ilyas, 2011).
Pada metode ini dilakukan pengamatan secara terus-menerus sampai
pekerjaan selesai dan sampai selesainya jam kerja pada hari itu. Pengamatan
dilakukan terhadap setiap jenis tugas dilakukan dan lamanya waktu yang
diperlukan untuk menyelesaikannya. Kegiatan ini dilakukan pengulangan
pada keesokan harinya. Time ad motion study sulit dilakukan, berat dan
mahal sehingga jarang dilakukan.
41
2.5.3. Daily Log
Daily log merupakan bentuk sederhana dari work sampling, dimana
orang yang diteliti menuliskan sendiri kegiatan dan waktu yang digunakan
untuk penelitian tersebut. Penggunaan teknik ini sangat bergantung terhadap
kerjasama dan kejujuran dari pegawai yang sedang diteliti. Pelaksanaan
teknik ini menggunakan formulir isian sederhana mengenai kegiatan, waktu
dan lamanya kegiatan. Sebelum dilakukan penelitian, peneliti harus
memberikan penjelasan dan penekanan bahwa informasi mengenai pegawai
tidak akan tercantum pada laporan peneliti (Ilyas, 2011).
2.6. Rumah Sakit
2.6.1. Defenisi Rumah Sakit
Dalam UU No. 44 Tahun 2009 mengenai Rumah Sakit, menyatakan
bahwa Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan instalasi gawat darurat.
Pelayanan kesehatan paripurna yang dijelaskan dalam Undang-undang
menerangkan bahwa Rumah Sakit sebagai pemberi pelayanan kesehatan
harus menyediakan pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Rumah sakit adalah institusi padat karya, yang hasil produksinya berupa
jasa pelayanan kesehatan terkategori unsought product dan juga bersifat
intangible. Sehingga tantangan bagi manajemenuntuk memahami dengan
menyeluruh seluruh aspek pekerjaan yang ada di rumah sakit. Tantangan
yang kini terjadi adalah adanya iklim kompetisi yang semakin kuat dalam
42
dunia pelayanan kesehatan serta pasar bebas dalam dunia pelayanan
kesehatan (Ilyas, 2011). Tantangan globalisasi serta terbukanya pasar bebas
berakibat tingginya kompetisi di sektor kesehatan. Timbulnya persaingan
ketat antara rumah sakit pemerintah, swasta, dan asing , sehingga rumah
sakit di tuntut untuk dapat memberikan pelayanan yang bermutu tinggi,
mudah cepat, akurat, dan biaya yang terjangkau (Karina, 2012).
2.6.2. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit
Tugas Rumah Sakit adalah melaksanakan pelayanan kesehatan secara
berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan
dan pemeliharaan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan
upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan rujukan. Pada
Undang-Undang No. 44 Tahun 2009, tugas Rumah Sakit antara lain :
1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai
dengan standar pelayanan rumah sakit.
2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan
medis.
3. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam
rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
43
5. Fungsi Rumah Sakit adalah menyelenggarakan pelayanan medik,
pelayanan penunjang medik dan nonmedik, pelayanan dan asuhan
keperawatan, pelayanan rujukan, pendidikan dan pelatihan, penelitian
dan pengembangan serta administrasi umum dan keuangan (Ismi, 2015).
Tugas dan fungsi Rumah Sakit selain memberikan pelayanan medis,
pelayanan penunjang medis dan pelayanan nonmedis, dituntut untuk
memberikan pelayanan prima kepada internal SDMK Rumah Sakit
dalam hal pemberian beban kerja yang sesuai dengan kemampuannya
dan melakukan pendidikan serta pengembangan SDMK.
2.6.3. Jenis Ketenagaan Rumah Sakit
Dalam Undang-Undang RI No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
disebutkan bahwa rumah sakit harus memiliki tenaga tetap yang
meliputi tenaga medis dan penunjang medis, tenaga keperawatan, tenaga
kefarmasian, tenaga manajemen rumah sakit, dan tenaga kesehatan.
Peraturan Pemerintah RI No. 32 Tahun 1996 tentang tenaga kesehatan
menjelaskan:
1. Tenaga medis, meliputi dokter dan dokter gigi.
2. Tenaga keperawatan, meliputi perawat dan bidan.
3. Tenaga kefarmasian, meliputi apoteker, analisis farmasi dan asisten
apoteker.
4. Tenaga kesehatan masyarakat, meliputi epidemiolog kesehatan,
entomolog kesehatan, mikrobiolog kesehatan, penyuluh kesehatan,
administrator kesehatan dan sanitarian.
44
5. Tenaga gizi, meliputi nutrisionis dan dietisien.
Selain itu kebutuhan tenaga di Rumah Sakit juga diatur secara
umum melalui Peraturan Pemerintah UU No. 54 Tahun 2003 Tentang
formasi kepegawaian (Pegawai Negeri Sipil). Pertimbangan yang sering
dipakai untuk merencanakan kebutuhan tenaga di sebuah Rumah Sakit
adalah sebagai berikut:
1. Jenis pekerjaan yang dilaksanakan oleh Rumah Sakit tersebut.
2. Sifat dari pekerjaan yang dilaksanakan oleh Rumah Sakit tersebut.
3. Perkiraan beban tugas masing-masing pekerjaan tersebut.
4. Perkiraan kapasitas pegawai yang mampu ditampung oleh Rumah Sakit
tersebut.
5. Jenis dan jumlah peralatan medis yang tersebut.
2.7. Farmasi
2.7.1. Pelayanan Farmasi
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 Tahun
2009 Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan
bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi
dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu
kehidupan pasien.
Pelayanan farmasi adalah suatu proses penyelenggaraan semua kegiatan
pekerjaan kefarmasian yang ditujukan untuk keperluan rumah sakit, seperti
45
pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan,
pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat, pengelolaan obat, pelayanan
obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat,
bahan obat dan obat tradisional (Anindita, 2011)dan distribusi semua
produk farmasi, serta memberikan informasi dan jaminan kualitas yang
berhubungan dengan penggunaan obat, pengertian kegiatan pelayanan
farmasi adalah sistem pengadaan dan inventaris, pembutan obat termasuk
pembungkusan kembali sesuai kebutuhan dan fasilitas yang tersedia
berdasarkan cara pembuatan obat yang baik, membantu terselenggaranya
sistem distribusi yang efesien baik bagi penderita rawat inap maupun rawat
jalan, pemberian informasi obat yang lebih baik kepada staf rumah sakit dan
penderita, membantu terselenggaranya farmasi klinik termasuk pemantaun
obat dalam dosis, indikasi efektifitas, efek samping dan harga,
terselenggaranya pendidikan termasuk pendidikan berkelanjutan bagi staf
farmasi serta praktikum farmasi siswa farmasi dan pasca sarjana farmasi
(Karina, 2012).
2.7.2. Tenaga Farmasi
Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga
kefarmasian sebagaimana yang di jelaskan dalam Undang Undang No. 36
Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan terdiri atas apoteker dan tenaga
teknis kefarmasian.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 Tahun,
2009 Tenaga Kefarmasian adalah tenaga yang melakukan Pekerjaan
Kefarmasian, yang terdiri atas Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian.
46
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 Tahun, 2009
Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah
mengucapkan sumpah jabatan apoteker.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 Tahun,
2009Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker
dalam menjalani Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi,
Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten
Apoteker.
2.7.3. Instalasi Farmasi Sebagi Unit Pelayanan dan Unit Produksi
Instalasi farmasi merupakan suatu organisasi pelayanan dirumah sakit
yang memberikan pelayanan produk bersifat nyata (tangible) dan pelayanan
farmasi klinik bersifat tidak nyata (intangible) bagi konsumen yaitu pasien,
dokter, perawat, profesional kesehatan lain dan masyarakat disekitar rumah
sakit. Pada proses pelaksanaan pelayanan, terutama dalam pelayanan
farmasi klinik terdapat titik temu antara pemasok dan konsumen, dalam hal
ini instalasi farmasi rumah sakit dan pasien. Farmasi klinik memiliki
komponen dasar utama yaitu komunikasi-konselling-konsultasi. Oleh karena
itu pelayanan farmasi klinik mensyaratkan adanya kegiatan komunikasi
antara apoteker dan penderita, perawat, dan profesional kesehatan,
konseling obat pada penderita, dan komunikasi mengenai obat oleh apoteker
untuk profesional kesehatan lain pada titik tentu (Karina, 2012)
Instalasi farmasi Rumah Sakit dapat didefenisikan sebagai suatu
departmen atau unit atau bagian dari rumah sakit dibawah pimpinan seorang
47
apoteker atau dibantu oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi
persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku di kompetensi
secara profesional, tempat atau fasilitas penyelenggaraan yang bertanggung
jawab, atas seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian, yang terdiri atas
pelayanan paripurna, mencakup perencanaan, pengadaan, produksi,
penyimpanan perbekalan kesehatan/sediaan farmasi, dispensi obat
berdasarkan resep bagi penderita rawat inap atau rawat jalan, pengendalian
mutu dan pengendalian distribusi dan penggunaan seluruh perbekalan
kesehatan di rumah sakit. Pelayanan farmasi klinik umum dan spesialis,
mencakup program rumah sakit secara keseluruhan (Anindita, 2011).
2.8. Karakteristik Individu/ Pegawai
Organisasi merupakan wadah bagi indivdiu untuk mencapai tujuan, baik tujuan
pribadi maupun tujuan organisasi. Individu dengan karakter tersendiri dan
organisasi yang juga memiliki karakter tertentu yang saling menyesuaikan. Latar
belakang individu dapat menjadikan ciri-ciri tertentu pada setiap individu
(Afrianto, 2011).
Berkaitan dengan karir seseorang, menurut (Moekijat, 2008) mengatakan
bahwa karir seseorang merupakan unsur penting yang bersifat pribadi. Masa
depan seorang indivdiu dalam organisasi tidak tergantung pada kinerja saja.
Manajer juga menggunakan ukuran subyektif yang bersifat pertimbangan. Apa
yang dipersepsikan oleh penilai sebagai karakter/perilaku karyawan yang baik dan
buruk akan mempengaruhi penilaian.
48
Karakteristik individu adalah perilaku atau karakter yang ada pada diri seorang
karyawan baik yang bersifat positif maupun negatif (Thoha, 2008).
Karakteristik-karakteristik ini sangat beragam, setiap perusahaan tentunya
dapat memilih seorang karyawan yang mempunyai kriteria yang baik dan
karakteristik ini juga harus sesuai dengan apa yang diinginkan perusahaan. (Rivai,
2006)menyatakan bahwa “Karakteristik individu adalah ciri-ciri khusus, sifat-sifat
kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang dimiliki seseorang yang membedakannya
dengan orang lain”. Menurut (Hasibuan, 2012) “Karakteristik individu merupakan
sifat pembawaan seseorang yang dapat diubah dengan lingkungan atau
pendidikan”. (Robbins, 2008), Bahwa variabel ditingkat individu meliputi
karakteristik biografis, kemampuan, kepribadian, dan proses belajar.
Adapun Dimensi yang menjadi karakteristik individu sebagai berikut :
1. Biografis
Menurut Robbins (2008), karakteristik biografis, terdiri dari: Umur, Jenis
Kelamin, dan Masa Jabatan, sesuatu yang objektif dan mudah diperoleh dari
catatan pribadi.
a. Umur, menentukan kemampuan seseorang untuk bekerja, termasuk
bagaimana dia merespon stimulus yang dilancarkan individu/pihak lain.
Semakin tinggi usia seseorang semakin rendah kemampuan fisik tetapi
sebaliknya pengalaman dan kestabilan emosi dapat semakin tinggi.
Artinya semakin tinggi usia seseorang akan semakin tinggi kesediaan.
untuk menerima kenyataan semakin sikap positif terhadap pekerjaandan
semakin memiliki kepuasan kerja. Dengan demikian dapat disimpulkan
49
bahwa untuk memimpin suatu kelompok kerja, usia yang lebih tua akan
dapat lebih produktif karena memiliki kepuasan kerja.
b. Jenis kelamin, secara fisik laki-laki dan perempuan berbeda. Pada
kodratnya karyawan wanita lebih sering tidak masuk kerja dibanding laki-
laki. Karyawan wanita cendrung lebih rajin, disiplin, teliti dan sabar.
Wanita lebih bersedia mematuhi otoritas dan pekerjaan rutin,
sementarapria lebih agresif dan memiliki ekspektasi untuk sukses
walaupun perbedaan ini sangat kecil.
c. Status perkawinan, karyawan yang sudah menikah dengan karyawan yang
belum menikah akan berbeda dalam memaknai suatu pekerjaan. Begitu
juga dengan tingkat kepuasan kerja. Secara umum dapat dikatakan bahwa
mereka yang berstatus sudah menikah lebih sedikit kemungkinan
berpindah-pindah kerja dibandingkan mereka yang belum menikah.
d. Masa kerja, semakin lama seseorang karyawan bekerja, maka semakin
rendah keinginan karyawan untuk meninggalkan pekerjaanya.Masa kerja
akan berkorelasi dengan pengalaman menyelesaikan pekerjaan danoleh
karenanya pengalaman menyelesaikan pekerjaan akan berhubungan
dengan meningkatnya kemampuan yang diperoleh.
2. Kemampuan
Perihal kemampuan biasanya sangat berkaitan sekali dengan perbedaan
karakteristik individu. Ivancevich et al (2006:85), ”Kemampuan adalah bakat
seseorang untuk melakukan tugas fisik atau mental”. Menurut ( Robbins, 2008)
menyatakan bahwa ”Kemampuan (ability) adalah kapasitas seorang individu
50
untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan”.Ada dua jenis
kemampuan yang dimiliki oleh seseorang, yaitu:
a. Kemampuan Intelektual (intellectual ability) kemampuan intelektual
adalah kemampuan yang diperlukan untuk melakukan atau
menjalankan kegiatan mental.
b. Kemampuan fisik (physical abilities) kemampuan fisik adalah
kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas yang menuntut daya
stamina, kecekatan, dan keterampilan. Jika kemampuan intelektual
berperan besar dalam pekerjaan yang rumit, kemampuan fisik hanya
mengandalkan kapabilitas fisik.
3. Kepribadian
(Hasibuan, 2012) menyatakan bahwa “Kepribadian adalah serangkaian
ciri yang relatif tetap dan sebagian besar dibentuk oleh faktor keturunan,
sosial, kebudayaan, dan lingkungan”.
(Robbins, 2008) menyatakan bahwa “Kepribadian adalah sebagai total
dari cara-cara di mana individu bereaksi dan berinteraksi dengan orang lain,
yang digambarkan dalam bentuk sifat-sifat yang dapat diukur dan dapat
diperlihatkan”.
4. Persepsi
Menurut (Ivancevich, et al, 2007) presepsi Proses dimana seorang
individu memberikan arti pada lingkungan. Hal tersebut melibatkan
pengorganisasian dan penerjemahan berbagai stimulus menjadi suatu
pengalaman psikologis”. Sedangkan, (Tampubolon, 2008), ”Persepsi dapat
didefinisikan sebagai gambaran seseorang tentang sesuatu objek yang
51
menjadi fokus permasalahan yang sedang dihadapi.” Robbins (2007:169),
“persepsi adalah suatu proses yang ditempuh individu untuk
mengorganisasikan dan menafsirkan kesan-kesan indera mereka agar
memberikan makna bagi lingkungan mereka”
2.9. Uraian Tugas (Job Description)
Uraian pekerjaan (job description) dan uraian jabatan (job position) diketahui
serta disusun berdasarkan informasi yang telah dihasilkan oleh analisis pekerjaan.
Uraian pekerjaan digunakan untuk tenaga kerja operasional, sedangkan jabatan
digunakan untuk tenaga kerja manajerial. Uraian pekerjaan atau jabatan harus
ditetapkan secara jelas untuk setiap jabatan, agar pejabat dapat menegetahui tugas
dan tanggung jawab yang harus dilakukannya. Uraian pekerjaan akan memberikan
ketegasan dan standar tugas yang harus dicapai oleh seorang pejabat yang
memegang jabatan tersebut, uraian pekerjaan akan menjadi dasar untuk
menetapkan spesifikasi pekerjaan dan evaluasi pekerjaan bagi pejabat yang
memegang jabatan itu. Uraian pekerjaan yang kurang jelas akan mengakibatkan
seorang pejabat kurang mengetahui tugas dan tanggung jawabnya sehingga
mengakibatkan pejabat tersebut menjadi overacting dan pekerjaan menjadi
terbangkalai (Hasibuan, 2012).
Menurut (Hasibuan, 2012) uraian pekerjaan adalah informasi tertulis yang
menguraikan tugas dan tanggung jawab, kondisi pekerjaan, hubungan pekerjaan,
dan aspek-aspek pekerjaan pada suatu jabatan tertentu dalam organisasi.
Uraian pekerjaan harus jelas dan presepsinya mudah dipahami, serta
menguraikan hal-hal berikut :
52
1. Identifikasi pekerjaan atau jabatan, yakni memberikan nama jabatan,
seperti rektor, dekan, dosen, dan kabag administrasi.
2. Hubungan tugas dan tanggung hawab, yakni perincian tugas dan
tanggung jawab secara nyata diuraikan secara terpisah agar jelas
diketahui.
3. Standar wewenang dan pekerjaan, yakni kewenangan dan prestasi yang
harus dicapai oleh setiap pejabat harus jelas.
4. Syarat kerja harus diuraikan dengan jelas, seperti alat-alat, mesin-
mesin, dan bahan baku yang akan dipergunakan untuk melakukan
pekerjaan tersebut.
5. Ringkasan pekerjaan atau jabatan, hendaknya menguraikan bentuk
umum pekerjaan dengan hanya mencantumkan fungsi-fungsi dan
aktivitas utamanya.
6. Penjelasan tentang jabatan dibawah dan di atasnya, yaitu harus
dijelaskan jabatan dari mana si petugas dipromosikan dan ke jabatan
mana si petugas akan dipromosikan.
Menurut (Sedarmayanti, 2007) deskripsi pekerjaan adalah catatan sistematis
dan teratur tentang tugas dan tanggung jawab suatu jabatan, didasarkan pada
kenyataan apa, bagaimana, mengapa, kapan, dan dimana pekerjaan dilaksanakan,
dan kualifikasi orang yang akan menduduki jabatan tersebut.
Pada dasarnya yang terakhir dalam uraian pekerjaan meliputi 2 hal yang saling
berhubungan, yaitu :
1. Informasi identifikasi pekerjaan:
53
a. Nama jabatan
b. Departemen/divisi/bagian
c. Nomor/kode jabatan
d. Jumlah karyawan yang memegang jabatan
e. Pengawasan yang diberikan kepada jabatan dibawahnya.
f. Pengawasan yang diterima dari jabatan di atasnya.
g. Hubungan pekerjaan dengan pekerjaan terdekat.
h. Hubungan jabatan dengan jabatan lain.
i. Peralatan yang digunakan dalam jabatan.
j. Rangkaian dan urutan pekerjaan.
k. Bahan yang dibutuhkan/dipakai dalam jabatan.
l. Latihan yang dibutuhkan.
m. Besarnya upah.
n. Lamanya jam kerja.
o. Kondisi dan lingkungan kerja seperti: udara, penerangan, debu, panas,
penuh/tanpa resiko dan lain-lain.
2. Kualifikasi karyawan yang sesuai untuk menduduki jabatan:
a. Jenis kelamin.
b. Usia sebaiknya.
c. Kondisi fisik dan kesehatan.
d. Emosi.
e. Mental.
f. Pendidikan formal.
g. Tempremen.
54
h. Karakter.
i. Minat
2.9. Waktu
Waktu merupakan faktor utama dalam pencapaian organisasi, semakin tinggi
tingkat ketepatan waktu dan semakin tinggi tingkat penggunaan waktu maka
semakin berhasil suatu organisasi dalam menjalankan fungsinya. Pengukuran
waktu kerja memberi cara kepada manajemen untuk mengukur waktu yang
diperlukan untuk menjalankan suatu operasi atau rangkaian operasi, sehingga
waktu tak efesien ditemukan dan dapat dipisahkan dari waktu efektif. Dengan cara
ini akan diketahui bahwa ada waktu tak efektif, sifatnya serta berapa banyak
sebeleumnya terdapat waktu tak efektif tersembunyi dalam keseluruhan waktu
pembuatan atau proses.
Ruang lingkup waktu kerja menurut (Ilyas, 2004) dalam (Nurutami,
2009)adalah :
a. Waktu produktif
Waktu produktif terbagi menjadi dua :
1. Waktu kerja dasar, yaitu waktu kerja minimal yang tidak dapat ditawar-
tawar lagi yang secara teori diperlukan untuk menghasilkan suatu
kegiatan.
2. Waktu kerja tambahan, adalah waktu kerja yang bertambah atau
melebihi waktu kerja dasar. Waktu kerja dapat bertambah karena cara
kerja yang tidak efesien, kelemahan metode, tidak adanya prosedur, dan
lain-lain.
55
b. Waktu tidak produktif
Waktu kerja yang terbuang, yang menyebabkan terhentinya suatu proses
atau operasioanl kegaiatan sehingga akan mengurangi produktivitas. Waktu
tidak produktif dapat terjadi disebabkan oleh:
1. Pihak manajemen gagal dalam merencanakan, mengendalikan, atau
melakukan pengawasan secara efesien.
2. Faktor pekerja, seperti meninggalkan pekerjaan tanpa alasan yang
cukup, keterlambatan, bermalas-malasan bekerja, dan sebagainya.
Menurut (Ilyas, 2004) dalam (Nurutami, 2009), aktifitas SDM kesehatan
dalam penggunaan waktu kerjanya dapat diamati dan dibedakan atas empat
macam jenis kegiatan, yaitu :
a. Kegiatan langsung, adalah kegiatan yang dilakukan berkaitan langsung
dengan pasien/konsumen, disini dicantumkan semua kegiatan yang
mungkin dilakukan oleh tenaga tersebut.
b. Kegiatan tidak langsung adalah, kegiatan yang dilakukan tidak langsung
terhadap pasien/konsumen.
c. Kegiatan pribadi, kegiatan untuk kepentingan pribadinya seperti makan,
minum ataupun ke toilet dll.
d. Kegiatan non produktif, adalah seluruh kegiatan yang dilakukan oleh
tenaga tersebut yang tidak bermanfaat terhadap pasien/konsumen kepada
unit satuan kerjanya maupun kepada organisasinya, seperti membaca koran,
e. menonton televisi, mengobrol, dll.
56
2.10. Standar Operational Prosedure (S.O.P)
Dalam pelaksanaannya, agar standar yang sudah ditetapkan bisa dicapai,
maka diperlukan protokol (pedoman/petunjuk pelaksanaan), prosedur tetap
(Protap) atau Standard Operating Procedure (SOP). Untuk mengukur tercapai
atau tidaknya standar, maka digunakan indikator (tolak ukur) yang
menunjukan pada ukuran kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan.
SOP atau Standard Operating Procedure di artikan sebagai proses non
klinis yang dilaksanakan secara rutin, misalnya selalu tersedianya masukan (input)
pelayanan seperti obat-obatan, alat-alat yang berhubungan dengan pelayanan
kesehatan, dan sebagainya (Bustami, 2011).
Menurut (Atmoko, 2008) pengertian Standar Operational Prosedure
merupakan “Suatu pedoman atau acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan
sesuai dengan fungsi dan alat penilaian kinerja instansi pemerintah
berdasarkan indikator-indikator teknis, administratif dan prosedural sesuai tata
kerja, prosedur kerja dan sistem kerja pada unit kerja yang bersangkutan.”
Menurut (Thoha, 2010)penyusunan Standar Operational Prosedure
terbagi dalam tiga proses kegiatan utama, yaitu :
a. Requirement discovery
Yaitu berupa teknik yang digunakan oleh sistem tersebut untuk
mengidentifikasi permasalahan sistem dan pemecahannya dari pengguna
sistem.
57
b. Data modeling
Yaitu berupa teknik untuk mengorganisasikan dan mendokumentasikan
system data.
c. Process modelling
Yaitu berupa teknik untuk Mengorganisasikan dan medokumentasikan
struktur dan data yang ada pada seluruh sistem proses atau logis, kebijakan
prosedur yang akan diimplementasikan dalam suatu proses sistem.
2.10.1. Tujuan dan fungsi Standar Operasional Prosedur (S.O.P)
Tujuan dari SOP menurut (Puji, 2014)sebagai berikut :
a. Tujuan umum
Agar berbagai proses kerja rutin terlaksana dengan efisien, efektif,
konsisten/uniformdan aman, dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan
melalui pemenuhan standar yang berlaku.
b. Tujuan khusus
1. Untuk menjaga konsistensi tingkat penampilan kinerja atau kondisi
tertentu dan keamanan petugas dan lingkungan, dalam melaksanakan
sesuatu tugas atau pekerjaan tertentu.
2. Sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan tertentu bagi sesama
pekerja, dan supervisor.
3. Untuk menghindari kegagalan atau kesalahan (dengan demikian
menghindari dan mengurangi konflik), keraguan, duplikasi serta
pemborosan dalam proses pelaksanaan kegiatan.
58
4. Merupakan parameter untuk menilai mutu pelayanan.
5. Untuk lebih menjamin penggunaan tenaga dan sumber daya secara
efisien dan efektif.
6. Untuk menjelaskan alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari
petugas yang terkait.
7. Sebagai dokumen yang akan menjelaskan dan menilai pelaksanaan
proses kerja bila terjadi suatu kesalahan atau dugaan malpraktek dan
kesalahan administratif lainnya, sehingga sifatnya melindungi rumah
dan petugas.
8. Sebagai dokumen yang digunakan untukpelatihan.
9. Sebagai dokumen sejarah bila telah di buat revisi SOP yang baru.
Sedangkan fungsi dari SOP itu sendiri menurut (Puji, 2014) adalah :
1. Memperlancar tugas petugas/pegawai atau tim/unit kerja.
2. Sebagai dasar hukum bila terjadi penyimpangan.
3. Mengetahui dengan jelas hambatan-hambatannya dan mudah dilacak.
4. Mengarahkan petugas/pegawai untuk sama-sama disiplin dalam
bekerja.
5. Sebagai pedoman dalam melaksanakan pekerjaan rutin.
2.10.2. Manfaat Standar Operasional Prosedur (S.O.P)
Jika SOP dijalankan dengan benar maka perusahaan akan mendapat
banyak manfaat dari penerapan SOP tersebut, menurut Indah (Puji, 2014)
manfaat dari SOP adalah sebagai berikut:
59
1. Memberikan penjelasan tentang prosedur kegiatan secara detail dan
terinci dengan jelas dan sebagai dokumentasi aktivitas proses
bisnis perusahaan.
2. Meminimalisasi variasi dan kesalahan dalam suatu prosedur
operasional kerja.
3. Mempermudah dan menghemat waktu dan tenaga dalam program
training karyawan.
4. Menyamaratakan seluruh kegiatan yang dilakukan oleh semua pihak.
5. Membantu dalam melakukan evaluasi dan penilaian terhadap
setiap proses operasional dalam perusahaan.
6. Membantu mengendalikan dan mengantisipasi apabila terdapat
suatu perubahan kebijakan.
7. Mempertahankan kualitas perusahaan melalui konsistensi kerja karena
perusahaan telah memilki sistem kerja yang sudah jelas dan terstruktur
secara sistematis.
2.11. Kerangka teori
Beban kerja didasarkan pada pemanfaatan waktu kerja yang tersedia untuk
melakukan serangkaian pekerjaan. Beban kerja dapat dilihat dari aktivitas atau
kegiatan yang dilakukan staf pada waktu kerja baik kegiatan langsung, kegiatan
tidak langsung, dan kegiatan lain seperti kegaiatn pribadi dan kegiatan tidak
produktif (Ilyas, 2011).
Beban kerja berkaitan dengan sumber daya manusia yang tersedia. Selain itu,
fasilitas juga merupakan faktor yang mempengaruhi beban kerja staf. Menurut
penelitian pada salah satu rumah sakit di Makassar menunjukan bahwa fasilitas
60
yang cukup lengkap dapat membantu meringankan beban kerja staf tersebut
(Irwandy, 2007). Hasil penelitian tersebut juga menunjukan bahwa semakin jelas
uraian pekerjaan, Standard Operational Prosedure(SOP), dan Juknis( Petunjuk
Teknsi), seorang staf akan sangat membantu dalam meringankan beban kerja
seoarang staf. Berdasarkan hasil penelitian (Karina, 2012 ) beban kerja dapat
dilihat dari karakterisik pegawai dan waktu kerja, sedangkan menurut (Nurutami,
2009) bahwa untuk melihat beban kerja seorang dapat dilihat dari SDM, Fasilitas,
Metode yang terdiri ( SOP, Petunjuk teknis, dan waktu kerja ).
Waktu kerja mempengaruhi beban kerja seorang staf waktu kerja ini dilihat
dari kesesuaian dengan standar waktu kerja yang dikeluarkan oleh Depkes RI
yaitu waktu kerja normal perhari 8 jam ( 5 hari kerja ). Menurut (Ilyas, 2011),
waktu kerja produktif optimum seorang staf berkisar 80%. Bila seorang bekerja
diatas 80% dari waktu produktifnya maka dapat dikatakan bahwa beban kerjanya
tinggi. Berdasarkan uraian penelitian terdahulu di dapatkan kerangka teori sebagai
berikut
61
Bagan 2.2Kerangka Teori
Beban Kerja
-Produktif
-Belum Produktif
Kegiatan Produktif
-Kegiatan Langsung
-Kegiatan Tidak Langsung
Kegiatan Non Produktif
Kegiatan Pribadi
Karakteristik Pegawai
-Umur
-Jenis Kelamin
-Latar Belakang
Pendidikan
-Pengalaman Kerja
-Masa Kerja
-Jenis Pelatihan yang
diberikan
-
Waktu Kerja
(Ilyas, 2011)
62
BAB III
KERANGKA PIKIR DAN DEFENISI ISTILAH
3.1. Kerangka Pikir
Dari tinjauan kepustakaan dan kerangka teori serta masalah penelitian yg
telah dirumuskan sebelumnya, maka dikembangkan suatu kerangka pikir
penelitian. Sebuah pemahaman yang paling mendasar dan menjadi pondasi bagi
setiap pemikiran atau suatu bentuk proses dari keseluruhan dari penelitian yang
akan dilakukan(Sugiyono, 2015)
Kesesuaian beben kerja dapat dianalisis melalui faktor jenis tenaga, yang
dapat dihubungkan dengan umur, pendidikan, jenis kelamin, dan variabelnya,
tergantung pada tujuan dan kebutuhan penelitian (Ilyas, 2011).
Pada penelitian ini akan digambarkan mengenai bagaimana gambaran
beban kerja tenaga asisten apoteker di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum
(RSU) Kota Tangerang Selatan yang ditanggungnya. Pengukuran beban kerja
menggunakan metode work sampling dengan melihat jenis kegiatan tenaga
farmasi baik kegiatan produktif, kegiatan Non Produktif, maupun kegiatan lain/
pribadi pegawai. Penelitian menggunakan metode work sampling karena metode
ini tidak sulit untuk diterapkan dalam pengamatan terhadap objek dan cocok
untuk kegiatan yang sifatnya berulang, selain itu metode ini lebih mudah daripada
metode lainnya, dengan kualitas hasil yang dapat dipercaya(Ilyas, 2011).
Pada tekhnik work sampling kita dapat menggamati hal-hal yang spesifik
tentang pekerjaan seperti aktivitas apa yang sedang dilakukan personel pada
63
waktu jam kerja. Berikut adalah gambaran kerangka konsep yang digunakan
dalam penelitian:
64
Bagan 3.1. Kerangka Pikir
Beban Kerja Asisten
Apoteker
- Produktif
- Belum Produktif
- Kegiatan Produktif
- Kegiatan Non Produktif.
- Kegiatan Pribadi Lain
Karakteristik Pegawai
Uraian Tugas
Waktu Kerja
SOP
65
3.2. Defenisi Istilah
Tabel 3.1. Defenisi Istilah
No Domain Defenisi Istilah Instrumen Alat Ukur Hasil Ukur
1 Karakteristik
Pegawai
Gambaran karakteristik pegawai yang
terlibat langsung dalam pelaksanaan
seluruh kegiatan di Instalasi Farmasi
RSU Kota Tangerang Selatan, meliputi
jenis kelamin, umur, latar belakang,
pendidikan, pengalaman kerja, masa
kerja, dan jenis pelatihan yang diberikan.
Wawancara
mendalam
dan telaah
dokumen
Pedoman
wawancara
mendalam dan
data ketenagaan
Gambaran karakteristik pegawai
yang bekerja di Instalasi Farmasi
RSU Kota Tangerang Selatan.
2 Uraian Tugas Pengelompokan jenis dan tugas kegiatan
yang diberikan kepada tenaga asisten
apoteker yang ada di Instalasi Farmasi
RSUKota Tangerang Selatan.
Telaah
dokumen
Pedoman telaah
dokumen
Keterangan mengenai tugas pokok
dan tugas tambahan yang harus
dikerjakan oleh petugas di
Instalasi Farmasi RSU Kota
66
No Domain Defenisi Istilah Instrumen Alat Ukur Hasil Ukur
Tangerang Selatan.
3 Waktu Kerja Jumlah pemenuhan waktu kerja asisten
apoteker dalam
Minggu/Bulan/Tahunyang terbagi
kedalam shift kerja daftar Piket, dan
waktu lembur yang digunakan di Instalasi
Farmasi RSU Kota Tangerang Selatan
Wawancara
mendalam
dan
Observasi
Pedoman
wawancara
mendalam dan
Pengamatan
langsung (form
work sampling)
Waktu kerja yang di hitung dalam
Minggu/Bulan/Tahundan waktu
lembur pegawai asisten apoteker
di Instalasi Farmasi RSU Kota
Tangerang Selatan Tahun 2017
4 Kegiatan
Produktif
Seluruh kegiatan yang berhubungan
dengan pekerjaan dan uraian tugas, baik
berupa kegiatan yang berhubungan secara
langsung dengan pasien maupun kegiatan
tidak langsung seperti kegiatan
administrasi dan kepentingan rumah sakit
lainnya.
Observasi
dan
wawancara
mendalam
Formulir Work
Sampling dan
pedoman
wawancara
mendalam.
Jumlah waktu yang digunakan
dalam setiap kegiatan selama
tujuh hari pengamatan pada
interval 10 menit untuk
melakukan kegiatan secara
langsung maupun tidak langsung
yang mempunyai produktivitas
67
No Domain Defenisi Istilah Instrumen Alat Ukur Hasil Ukur
bagi rumah sakit.
5 Kegiatan Non
Produktif
Kegiatan yang tidak berkaitan dengan
kepentingan pasien maupun rumah sakit
yang menyebabkan terbuangnya waktu
kerja sehingga proses kegiatan
operasional menjadi terhenti dan
mengurangi produktivitas.
Observasi
dan
wawancara
mendalam
Formulir Work
Sampling dan
pedoman
wawancara
mendalam
Jumlah waktu yang digunakan
dalam setiap kegiatan selama
tujuh hari pengamatan pada
interval 10 menit untuk
melakukan kegiatan tidak
pruduktif.
6 Kegiatan
Pribadi/lain
Kegiatan yang berkaitan dengan
kepentingan pribadi
Observasi
dan
wawancara
Formulir work
sampling dan
pedoman
Jumlah waktu yang digunakan
dalam setiap kegiatan selama
tujuh hari pengamatan pada
interval 10 menit dalam
melakukan kegiatan pribadi.
7 Standard
Operational
Pedoman atau acuan berupa document
untuk melaksanakan tugas pekerjaan
Telaah
Dokumen
Pedoman telaah
dokumen
Memberikan penjelasan tentang
prosedur kegiatan secara detail
68
No Domain Defenisi Istilah Instrumen Alat Ukur Hasil Ukur
prosedure
(S.O.P)
sesuai dengan fungsi dan alat penilaian
kinerja yang di gunakan oleh Instalasi
Farmasi RSU Kota Tangerang Selatan.
dan terinci dengan jelas dan
sebagai dokumentasi aktivitas
proses pelayanan farmasi.
8 Beban Kerja
Pegawai
(Asisten
Apoteker)
Beban kerja pegawai adalah jumlah
kegiatan yang dilakukan pegawai selama
bertugas disuatu unit pelayanan farmasi
berdasarkan tugas utama dan tugas
tambahan dalam memenuhi kebutuhan
pasien, baik kegiatan produktif, Non
Produktif, maupun pribadi/lain.
Formulir
work
sampling,
wawancara
mendalam,
dan telaah
dokumen
Formulir Work
Sampling,
pedoman
wawancara
mendalam, data
ketenagaan
Persentase Beban Kerja Pegawai
(Asisten Apoteker) di Instalasi
Farmasi Rumah Sakit Umum
(RSU) Kota Tangerang Selatan
Tahun 2017.
69
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif observasional dengan
analisa data kualitatif yang digunakan untuk menganalisis beban kerja tenaga
asisten apoteker di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum KotaTangerang Selatan
Tahun 2017. Berbagai kegiatan yang dilakukan untuk mengumpulkan data yang
ada yaitu melalui observasi dengan menggunakan formulir work sampling,
wawancara mendalam dengan informan, dan telaah dokumen yang dimiliki
Instalasi Farmasi RSU Kota Tangerang elatan. Pengukuran beban kerja dilakukan
dengan mengamati kegiatan asisten apoteker antara lain: kegiatan produktif,
krgiatan non produktif, dan kegiatan pribadi. Dari hasil pengukuran beban kerja
akan di dapatkan hasil beban kerja tenaga asisten apoteker yang dilihat dari
jumlah waktu pada seluruh kegiatan setelah dipersentasekan.
Kegiatan tenaga asisten apoteker di Instalasi Farmasi RSU Kota Tangerang
Selatan bervariasi dan karena yang diamati peneliti adalah kegiatan dari tenaga
asisten apoteker dan bukan kinerjanya, oleh karena itu peneliti menggunakan
metode work sampling dalam melakukan pengamatan kegiatan tenaga farmasi
agar kegiatan yang dilakukan tersebut dapat terwakili dalam penelitian ini.
Formulir work sampling yang digunakan adalah formulir yang telah banyak
digunakan oleh peneliti sebelumnya, (Karina, 2012), (Nurutami, 2009),
(Rubbiana, 2015).
70
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum (RSU) Kota
Tangerang Selatan yang berada di Jl. Pajajaran No.101, Pamulang Barat-
Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten. Penelitian ini dilakukan
pada bulan Juli-Agustus 2017.
4.3. Informan penelitian
Jumlah informan yang di observasi oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu
berjumlah 14 orang yang terdiri dari 12 orang tenaga asisten apoteker sebagai
informan utama, Kepala Instalasi Farmasi sebagai informan kunci, Bagian Satuan
Pelaksana Kepegawaian (MSDM) sebagai informan pendukung. Pemilihan
informan ini telah berdasarkan prinsip pengambilan sampel jenis kualitatif yaitu
kesesuaian (appropiateness) dan kecukupan (adequacy). Kesesuaian yaitu
informan dipilih berdasarkan kesesuaian pengetahuan yang dimiliki terkait dengan
topik penelitian yaitu tentang beban kerja tenaga asisten apoteker di Instalasi
Farmasi Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan. Kecukupan yaitu
data dan informasi yang di dapatkan dari informan dapat menggambarkan hal-hal
yang berkaitan dengan topik penelitian.
4.4. Instrumen Penelitian
Penelitian menggunakan beberapa instrumen dalam melaksanakan penelitian
ini. Instrumen penelitian tersebut antara lain pedoman wawancara mendalam,
tabel work sampling dan pedoman telaah dokumen. Instrumen penelitian yang
digunakan untuk mengumpulkan data tentang beban kerja tenaga asisten apoteker
menggunakan formulir pengamatan work sampilngwawancara mendalam dengan
71
informan yaitu : alat perekam , pedoman wawancara berupa pertanyaan terbuka,
dan alat tulis.
4.5. Sumber Data
4.5.1. Data Primer
Data primer diperoleh dari hasil observasi atau pengamatan kegiatan
terhadap 12 orang asisten apoteker di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum
KotaTangerang Selatan yang dilakukan selama 7 hari (31 Juli-6 Agustus)
dilakukannya pengamatan, selain itu data primer lainnya peneliti dapatkan
melalui wawancara mendalam.
4.5.2. Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini dengan melakukan telaah dokumen yang
dimiliki oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum (RSU)KotaTangerang
Selatan, seperti : Profil Rumah Sakit, Uraian Tugas (Job Description), SOP,
evaluasi pola ketenagaan dan kualifikasi pegawai, jumlah kunjungan pasien
dari periode 2011-2016, rekap penanganan pelayanan resep periode 2016-
2017, serta laporan kinerja Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang
Selatan.
4.6. Pengumpulan Data
Sumber data yang di kumpulkan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah :
1. Data Primer
Pegumpulan data primer dalam penelitian berupa beban kerja tenaga
asisten apoteker yang dikumpulkan dengan melakukan pengamatan secara
langsung terhadap semua kegiatan yang dilakukan oleh asisten apoteker di
72
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum (RSU) KotaTangerang Selatan untuk
melihat beban kerja dan wawancara mendalam pada bagian Satuan
Pelaksana Kepegawaian, Kepala Instalasi Farmasi, dan Asisten Apoteker.
Untuk Pengamatan beban kerja dilakukan selama 7 hari pada asisten
apoteker. Untuk pengamatan beban kerja dengan metode work sampling
menggunakan interval waktu 10 menit. Pengamatan dicatat di formulir
pengamatan.
Pada tekhnik work sampling, kelompok pekerja di observasi pada rentang
waktu 10 menit pada saat itu setiap kegiatan individu dicatat. Setelah satu
atau dua minggu, rata-rata waktu untuk setiap aktivitas dihitung sehingga
rata-rata waktu tiap kegiatan dapat ditentukan. Perhitungan jumlah
pengamatan dilakukan dengan rumus (Ilyas, 2011).
Jumlah Pengamatan = sampel x (60 menit : interval) x waktu kerja x jumlah hari kerja
Contohnya : Pengamatan kegiatan pada 2 orang staf dengan 2 shift kerja,
pengamatan dilakukan setiap 10 menit selama 15 jam dalam 7 hari kerja
maka jumlah pengamatan dapat di peroleh.
Dalam penelitian ini, tenaga pengamat yang melakukan observasi terhadap
kegiatan tenaga farmasi di Instalasi Farmasi RSU Kota Tangerang Selatan
adalah peneliti sendiri dan satu orang pengamat lain yaitu Penanggung Jawab
Asisten Apoteker, yang sebelumnya sudah diberikan informasi dan
penjelasan terlebih dahulu oleh peneliti mengenai mengenai cara pengamatan
73
dan pencatatan kegiatan petugas dengan menggunakan tekhnik work
sampling.
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh melalui data yang berasal dari bagian umum
manajemen rumah sakit dan bagian instalasi famasi rumah sakit. Bagian
umum diperoleh data yaitu profil RSU Kota Tangerang Selatan, evaluasi
pola ketenagaan dan kualifikasi pegawai, jumlah kunjungan pasien dari
periode 2011-2016 serta laporan kinerja Rumah Sakit Umum (RSU) Kota
Tangerang Selatan, serta data yang diperoleh dari bagian Instalasi Farmasi
yaitu, data uraian tugas ( TUPOKSI ) SDM, SOP Instalasi Farmasi, rekap
penanganan pelayanan resep periode 2016-2017.
4.7. Pengolahan Data
Proses pengolahan hasil observasi beban kerja pada penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Penyuntingan Data
Penyuntingan data dilakukan setiap selesai pengamatan untuk memeriksa
jika terjadi kesalahan dan ketidaklengkapan data yaitu dengan cara
memeriksa formulir work sampling untuk melihat apakah pengamat
menuliskan kegiatan tenaga farmasi sesuai dengan kelompok kegiatan yang
seharusnya.
2. Penjumlahan Lamanya Kegiatan
Setelah dilakukan penyuntingan data untuk mendapatkan kegiatan-
kegiatan yang telah dilakukan oleh tenaga farmasi, selanjutnya peneliti
74
menjumlahkan setiap kegiatan tenaga farmasi baik langsung, tidak
langsung,maupun pribadi ke dalam satuan menit. Kemudian, jumlah lama
kegiatan dalam satu hari ditambahkan dengan jumlah lama kegiatan pada
hari lainnya untuk mengetahui rata-rata lama kegiatan yang dimiliki oleh
setiap tenaga farmasi.
3. Pemasukan Data
Penjumlahan lamanya kegiatan seorang asisten apoteker yang sudah
dilakukan peneliti dimasukkan ke dalam komputer untuk dilakukan proses
pengolahan data selanjutnya seperti perhitungan persentase pada proporsi
kegiatan produktif, non produktif, dan pribadi/lainnya. Dengan begitu dapat
diketahui apakah beban kerja apoteker dan asisten apoteker tinggi atau
rendah.
4. Pembersihan Data
Pembersihan data pengamatan dilakukan apabila terjadi kesalahan dalam
menginput data. Setelah melakukan pengolahan data pada variabel beban kerja.
5. Membuat Transkrip Wawancara
Selain observasi, untuk mengumpulkan data tentang kegiatan asisten apoteker
peneliti juga melakukan wawancara mendalam. Oleh karena itu, wawancara
mendalam yang sudah direkam kemudian ditranskip ke dalam bentuk tulisan.
6. Membuat Matriks Wawancara
Setelah mentranskrip semua hasil wawancara, kemudian peneliti membuat
matriks ringkasan wawancara mendalam untuk memudahkan peneliti dalam
membandingkan dan menganalisa hasil wawancara dari setiap informan.
75
4.8. Analisis Data
Analisis data bertujuan untuk mendeskripsikan dan menginterpretasikan data
yang telah diolah. Selain itu, analisis data juga berguna untuk memperoleh
kesimpulan secara umum dari penelitian. Langkah dalam analisis data adalah
reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan, dan verifikasi data.
10.8.1. Reduksi Data
Reduksi data berarti merangkum, mengambil data yang penting,
membersihkan data yang tidak cocok atau bias dan mencari tema dan pola
yang sama. Reduksi data dibantu dengan komputer, dengan
mengelompokkan data sesuai aspek atau kriteria tertentu. Tahapan yang
dilakukan adalah sebagai berikut:.
a. Mengumpulkan semua data yang diperoleh setiap selesai
pengamatan aktivitas setiap pengamatan.
b. Memeriksa adanya kesalahan, kekurang lengkapan dan
ketidakkonsistenan pengamatan.
c. Memasukkan data yang diperoleh ke dalam komputer dan
mengelompokkan berdasarkan jenis kegiatan produktif, non
produktif, dan kegiatan pribadi asisten apoteker.
d. Menjumlahkan masing-masing jenis kegiatan asisten apoteker.
e. Setiap jenis kegiatan jumlahnya dikalikan 10, karena pengamatan,
untuk mengubah pola kegiatan tersebut ke dalam menit. Sehingga
diperoleh waktu setiap aktivitas asisten apoteker selama satu hari.
76
f. Jumlah kegiatan asisten apoteker selama penelitian dijumlahkan,
sehingga didapatkan jumlah waktu setiap jenis kegiatan asisten
apoteker selama satu hari.
g. Merangkum hasil wawancara, memeriksa, mengedit dan meringkas
dalam bentuk narasi.
4.8.2 Penyajian Data
Penyajian data dimaksudkan agar lebih mempermudah bagi peneliti
untuk dapat melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian-bagian
tertentu dari data penelitian. Hal ini merupakan pengorganisasian data
kedalam suatu bentuk tertentu sehingga kelihatan jelas sosoknya lebih
utuh. Data-data tersebut kemudian dipilah-pilah dan disisikan untuk disortir
menurut kelompoknya dan disusun sesuai dengan katagori yang sejenis
untuk ditampilkan agar selaras dengan permasalahan yang dihadapi,
termasuk kesimpulan-kesimpulan sementara diperoleh pada waktu data
direduksi. Penyajian data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk narasi.
4.8.3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi
Langkah selanjutnya dalam analisis data adalah penarikan kesimpulan
dan verifikasi, yaitu data yang dikelompokkan sebelumnya akan dilakukan
analisis terhadap data tersebut atau diinterpretasikan hasilnya bagaimana
gambaran beban kerja tenaga asisten apoteker di Instalasi Farmasi RSU
Kota Tangerang Selatan .
77
4.9. Triangulasi Data
Untuk mendapatkan data yang valid maka perlu dilakukan pengujian
keabsahan data, dalam penelitian ini untuk menguji keabsahan data dengan
cara triangulasi sumber dan triangulasi teknik/metode.
1. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang telah
diperoleh melalui beberapa sumber. Data dari beberapa sumber kemudian
dideskripsikan dan dikategorisasikan mana pandangan yang sama dan mana yang
berbeda, sehingga menghasilkan suatu hasil kesimpulan.
2. Triangulasi Teknik/Metode
Triangulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang
sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara,
lalu dicek dengan observasi, dokumentasi, atau kuesioner. Triangulasi teknik
dilakukan untuk mempertajam analisis dan memvalidasi data penelitian.
Dengan dilakukannya triangulasi data pada penelitian ini diharapkan peneliti
dapat melakukan analisis secara tepat, akurat dan terpercaya. Sehingga didapatkan
analisis data yang tepat, akurat dan terpercaya. Adapun tabel triangulasi data pada
penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.1. :
78
Tabel 4.1. Triangulasi Data
Variabel
Triangulasi Sumber Triangulasi Metode
Kepala
Instalasi
farmasi
Satuan Pelaksana
kepegawaian
Asisten
Apoteker
Observasi Wawancara
Mendalam
Telaah
Dokumen
Karakteristik Pegawai
- √ √ - - √
Uraian Tugas (JOBDES)Asisten Apoteker
√ - √
- - √
Waktu Kerja Asisten Apoteker
√ √ √ √ √ -
Kegiatan Produktif
- - √ √ √ -
Kegiatan Non Produktif
- - √ √ √ -
Kegiatan Pribadi/ lain - - √ √ √
-
S.O.PPelayanan Farmasi Asisten Apoteker √ - √
- - √
Beban Kerja Tenaga Asisten Apoteker √ √ √ √ √ √
79
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1. Gambaran Beban Kerja Tenaga Asisten Apoteker di Instalasi
Farmasi Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan Tahun 2017
Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode gabungan antara
deskriptif kuantitatif dengan kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui
beban kerja tenaga asisten apoteker di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan. Pengumpulan data untuk
mengetahui beban kerja dilakukan dengan mengamati kegiatan seluruh
tenaga asisten apoteker selama 7 hari pengamatan berturut-turut dimulai
pada tanggal 31 Juli 2017 s.d 6 Agustus 2017, pengamatan dilakukan pada
tenaga asisten apoteker yang bertugas di apotek Lt. 1, kegiatan pengamatan
dilakukan pada 12 orang tenaga asisten apoteker pada semua shift dalam
waktu 24 jam dengan metode work sampling. Setiap kegiatan yang
dilakukan oleh petugas asisten apoteker di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan di catat pada form work
samplingseluruh kegiatannya yang dilakukan setiap 10 menit sekali secara
bergantian. Sebelum melakukan pengamatan peneliti terlebih dahulu
memberikan arahan kepada pengamat lain yaitu Koordinator Asisten
Apoteker mengenai prosedur pengamatan kerja (observasi) dengan
menggunakan teknik work sampling dan pencatatan yang dilakukan
pengamat kedalam formulir work sampling.
80
Pelaksanaan wawancara mendalam kepada 12 informan (asisten
apoteker) di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang
Selatan yang dilakukan pada tanggal 25-28 Juli 2017. Kemudian dilanjutkan
dengan pengamatan kerja (observasi) selama 7 hari. Kegiatan wawancara
mendalam dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai beban kerja
yang ada di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang
Selatan. Sedangkan data sekunder penelitian didapatkan dari berbagai buku,
literatur-literatur, dokumen-dokumen terkait yang di dapatkan di Instalasi
Farmasi dan bagian manajemen rumah sakit seperti : Profil RSU Tangsel,
Jobdes (uraian tugas) asisten apoteker, SOP(standard operational
prosedure) di Instalasi Farmasi, data jumlah kunjungan pasien 2011s.d
2016, data jumlah pelayanan resep tahun 2016, pedoman pengoorganisasian
Instalasi Farmasi RSU Tangsel, dan kebijakan pelayanan Farmasi RSU
Tangsel.
5.1.1. Gambaran Ketenagakerjaan Rumah Sakit Umum (RSU) Kota
Tangerang Selatan.
Tabel 5. 1.Data Ketenagakerjaan di Rumah Sakit Umum (RSU) Kota
Tangerang Selatan Tahun 2017
Profesi PNS NON-PNS
Dokter Umum 23 13
Dokter Spesialis 20 17
Perawat 31 115
Bidan 19 31
81
Sumber : Profil Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan Tahun 2017
Profesi PNS NON-PNS
Apoteker 4 4
Asisten Apoteker 2 11
Analisis
Laboratorium
5 18
Radiografer 1 9
Dokter Gigi 3 0
Gizi 3 1
Perawat Gigi 1 1
Rekam Medis 1 8
Elektromedis 1 1
Non Medis 34 215
Dokter Sub Spesialis 0 1
Fisikiawan 0 1
Refraksionis 0 1
Fisioterapis 0 2
Sub Total 148 449
Total 597
82
Berdasarkan data ketenagaan yang ada di Rumah Sakit Umum (RSU)
Kota Tangerang Selatan memiliki 597 pegawai PNS dan Non PNS, untuk
ketenagaan yang ada jumlah pegawai Non PNS lebih banyak yaitu sebesar
449 peagawai. Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum (RSU) Kota
Tangerang Selatan memiliki 21 pegawai PNS dan Non PNS, yang terdiri
dari 4 orang tenaga apoteker PNS dan 4 orang tenaga apoteker Non PNS, 2
orang tenaga asisten apoteker PNS dan 11 orang tenaga asisten apoteker
Non PNS. Jumlah tenaga yang ada di Instalasi Farmasi Tahun 2017 akan
ada penambahan pegawai. Hal tersebut di dukung berdasarkan hasil
wawancara terhadap bagian kepegawaian sebagai berikut:
“Kalau untuk jumlah ketenagaan secara keseluruhan saat ini sudah cukup,
namun untuk ketenagaan yang ada di Instalasi Farmasi masih kurang,
karena ada penambahan pegawai lagi di tahun 2017 ini, jika dilihat dari
jumlah kunjungan pasien dan pelayanan resep dari tahun ke tahun semakin
meningkat, dan jika dinilai secara subyektif sudah dapat dikatakan tinggi
dengan data yang ada, dan ada komplain juga terkait beban kerja dari
Instalasi Farmasi (B.K).”
“Sekarang Instalasi Farmasi dalam proses perencanaan SDM dan
perbaikan SIMRS dalam mewujudkan pelayanan yang efektif dan efesien.
Untuk mewujudkannya Instalasi Farmasi akan mengadakan proses
rekrutmen untuk tenaga asisten apoteker di tahun ini (I.1.T KAA).”
83
5.1.2. Gambaran Indikator Pencapaian Kinerja Rumah Sakit Umum (RSU)
Kota Tangerang Selatan.
Tabel 5 .2. Indikator Pencapaian Kinerja Rumah Sakit Umum (RSU)
Kota Tangerang Selatan Periode 2011 s.d 2016
Indikator
Pencapaian
Standar
Depkes
Tahun
2011
Tahun
2012
Tahun
2013
Tahun
2014
Tahun
2015
Tahun
2016
Angka
Pemakaian TT.
(BOR)
60-85% 63,58% 98,20% 102,30% 54,63% 58,6% 67,08%
Rata-rata lama
dirawat (ALOS)
6-9 hari 4 hari 4 hari 5 hari 5 hari 4 hari 4 hari
Frekuensi
Pemakaian TT.
(BTO)
40-50
kali/tahun
5 kali 61 kali 67 kali 39 kali 47 kali 63 kali
Interval TT.
Kosong (TOI)
1-3 hari 3 hari 1 hari 1 hari 7 hari 3 hari 2 hari
Angka kematian
Bersih (NDR)
Max
25/1000
0,00% 0,00% 0,02% 2,92% 2,12% 1,81%
Angka kematian
Kasar (GDR)
Max
45/1000
0,72% 0,02 % 0,04% 6,22% 4,85% 4,12%
Jumlah
Kunjungan
Pasien Rawat
Inap
- 730
Pasien
4109
Pasien
7427
Pasien
3652
Pasien
- 7111
Pasien
Sumber : Profil Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan Tahun 2016
Berdasarkan Tabel 5.2. diatas dapat dilihat Indikator/penampilan kinerja
Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan, yang memiliki 8 kapasitas
tempat tidur di tahun 2012, 13 Kapasitas tempat tidur di Tahun 2013, 121
kapasitastempat tidur di Tahun 2016 dengan angka BOR (Bed Occupancy Ratio)
mengalami peningkatan di Tahun 2012 sebesar 98,20%, di tahun 2013 sebesar
102,30%, dan di tahun 2016 sebesar 67,08% dari standar Depkes RI sebesar 60-
85%. Semakin tinggi nilai BOR berarti semakin tinggi pula penggunaan TT
(Tempat Tidur) yang ada untuk perawatan pasien. Namun perlu diperhatikan
84
bahwa semakin banyak pasien yang dilayani berarti semakin sibuk dan semakin
berat pula beban kerja petugas di unit tersebut.
Pada Tahun 2012 BTO (Bed Turn Over) / frekuensi pemakaian tempat tidur
mencapai 61 kali/tahun, di Tahun 2013 frekuensi pemakaian tempat tidur
mencapai 67 kali/tahun, di Tahun 2016 frekuensi pemakaian tempat tidur 63 hari,
Pemakaian (BTO) di Tahun 2011 berada di bawah standar Depkes yaitu sebesar
5/kali tahun kali hal tersebut terjadi karena dari jumlah 8 kapasitas tempat tidur
terdiri 730 pasien rawat inap yang jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya
sangat jauh berbeda, penjelasan juga di dukung dengan rumah sakit dalam proses
pembangunan dan penataan, sehingga terdapat penambahan jumlah tempat tidur
mulai tahun 2012. Berdasarkan standar Depkes indikator BTO hanya sebesar 40-
50 kali/tahun, hal tersebut dapat disimpulkan bahwa frekuensi pemakain tempat
tidur periode 2012, 2013, dan 2016 sudah diatas rata-rata dan di tahun 2011
berada jauh dari rata-rata yang telah diteteapkan yang dikeluarkan oleh
Departmen Kesehatan RI.Menurut (Mardiana, 2014)BTO (Bed Turn Over)
merupakan indikator di jadikan sebagai alat untuk mengukur tingkat efesiensi
pengelolaan rumah sakit yang berhubungan dengan kepuasan kerja dan
kesejahteraan karyawannya untuk menghindari turn over pegawai yang dapat
mengganggu pelayanan kepada pasien.
Indikator nilai ALOS disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga
dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis
tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara
umum nilai ALOS yang ideal antara 6-9 hari, RSU Kota Tangsel mempunyai nilai
85
rata-rata ALOS 4 hari sehingga tidak mencapai standar yang di tetapkan Depkes
RI.
Indikator yang digunakan untuk menilai kualitas pelayanan medis di rumah
sakit adalah GDR (Gross Death Rate) dan NDR (Net Death Rate). Standar ideal
yang ditetapkan Depkes RI yaitu untuk GDR : <45 per mil dan untuk NDR : <25
per mil. GDR dan NDR di RSU Kota Tangsel di tahun 2014 s.d 2016 telah
melebihi standar yang ditetapkan Depkes RI. Banyak faktor-faktor yang
berpengaruh dalam kematian tersebut, tingkat keparahan suatu penyakit,
kecekatan dan kesigapan pelayanan perawatan, serta ketepatan terapi atau
pengobatan, menjadi hal yang sangat diperhatikan dan berpengaruh dalam
pengelolaan rumah sakit(Leonardo dan Budi, 2014).
Indikator NDR lebih mencerminkan mutu pelayanan medis karna hanya pasien
yang mati >48 jam, yang berarti pasien sudah mendapatkan pelayanan medis di
rumah sakit. Instalasi Farmasi merupakan suatu unit penunjang medis yang
beresiko terjadinya kesalahan (medication error) dalam memberikan pelayanan
kepada pasien pada fase peresepan (prescribing), penyiapan dan penyerahan
(dispensing), dan penyerahan (administering).
Faktor penyebab Medication Error fase prescribing, meliputi beban kerja yaitu
rasio antara beban kerja dan SDM tidak seimbang, edukasi yaitu penulisan resep
tidak memenuhi syarat kelengkapan resep, gangguan bekerja yaitu terganggu
dengan dering telepon, kondisi lingkungan yaitu pencahayaan yang kurang
mendukung saat bekerja, dan komunikasi yaitu permintaan obat secara lisan.
86
Berbagai faktor yang teridentifikasi dapat berpengaruh terhadap pengobatan
pasien (Donsu, dkk, 2016).
Berdasarkan hasil wawancara terkait indikator kinerja yang menjadi acuan
untuk mutu pelayanan kefarmasian di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum
(RSU) Kota Tangerang Selatan, berupa data terkait medication error belum di
dokumentasikan dan di telaah ulang. Berikut kutipan wawancara dengan Kepala
Instalasi Farmasi dan Bagian Penunjang Medis:
“Untuk data terkait Medication Error di Instalasi Farmasi belum pernah
dilakukan pencatatan, namun setiap kejadian ada pelaporan, dari pelaporan yang
ada tidak sampai KTD (Kejadian Tidak Diharapkan). Oleh sebab itu untuk
sekarang menjadi PR bagi Instalasi Farmasi terkait pencatatannya (K.S).”
“Indikator atau penampilan kerja di RSU Kota Tangerang Selatan saat ini
hanya mempunyai data terkait BOR, ALOS, BTO,TOI, NDR, dan GDR untuk
manajemen resiko (Patient Safety) belum berjalan dengan baik. Data pendukung
untuk medication error dari Instalasi Farmasi belum ada pencatatan dan
pelaporan saat ini, sehubungan masih dalam proses pergantian struktur
organisasi (B.G).
5.1.3. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Kota
Tangerang Selatan
Pelayanan di selenggarakan dan diatur demi berlangsungnya pelayanan farmasi
yang efesien dan bermutu, berdasarkan fasilitas yang tersedia dan standar
pelayanan keprofesian universal. Untuk menggambarkan garis tanggung jawab
struktural maupun fungsional dan koordinasi didalam dan diluar pelayanan
farmasi tercermin dalam bagan organisasi Rumah Sakit dan bagan organisasi
Instalasi farmasi. Berikut adalah adalah struktur organisasi berdasarkan (Pedoman
Pengorganisasian Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang
Selatan Tahun 2017.)
87
Bagan 5.1.
Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Rumha Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan Tahun 2017
Sumber : Pedoman Pengorganisasian Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan Tahun 2017
88
Berdasarkan Bagan 5.1. diatas dapat disimpulkan bahwa Instalasi Farmasi di
dalam melaksanakan pelyanan farmasi di pimpin oleh seorang Kepala Instalasi
Farmasi dan di bantu oleh tenaga apoteker, Ahli Madya farmasi, Tenaga
Menengah Farmasi (Asisten Apoteker) dan staff Administrasi. Instalasi Farmasi
terdiri dari dari tiga koordinator yaitu koordinator perbekalan farmasi, koordinator
pelayanan farmasi klinis, koordinator pelatihan dan penjaminan mutu. Dimana
koordinator pelayanan farmasi klinis di bantu oleh penanggung jawab yang ada di
rawat jalan dan rawat inap, untuk penanggung jawab yang ada di rawat inap masih
belum di cantumkan, tanggung jawab diserahkan kepada penanggung jawab
farmasi klinis.
5.2. Informan Penelitian
Informan dalam penelitian ini dilihat dari aspek: jenis kelamin, umur, latar
belakang pendidikan, masa kerja, jabatan yang dipegang, pembagian waktu kerja
pada seluruh tenaga asisten apoteker di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum
(RSU) Kota Tangerang Selatan Tahun 2017. Gambaran mengenai informan pada
penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5.3 di bawah ini:
90
Tabel 5.3. Karakteristik Pegawai dalam Penelitian Gambaran Beban Kerja
Tenaga Asisten Apoteker di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum (RSU)
Kota Tangerang Selatan Tahun 2017
Informan
Jenis
Kelamin
Umur
(Tahun)
Latar
Belakang
Pendidikan
Masa
Kerja
Jabatan
Pembagian
Waktu
Kerja
Informan 1
Perempuan 36 SMF 6 thn Koordinator
Asisten
Apoteker
Non Shift
Informan 2 Perempuan 35 SMF 2 thn Pelaksana
Administrasi
Apotek
Non Shift
Informan 3 Perempuan 32 D3 Farmasi 4 thn Asisten
Apoteker
Non Shift
Informan 4 Laki-laki 30 S1 Farmasi 4 thn Asisten
Apoteker
Shift
Informan 5 Perempuan 35 SMF 4 thn Asisten
Apoteker
Shift
Informan 6 Perempuan 21 SMF 2 thn 6
bulan
Asisten
Apoteker
Shift
Informan 7 Laki-laki 26 SMF 3 thn Asisten
Apoteker
Shift
Informan 8 Laki-laki 19 SMF 4 tahun Asisten
Apoteker
Shift
Informan 9 Perempuan 22 SMF 4 tahun Asisten
Apoteker
Shift
Informan 10 Laki-laki 21 SMF 4 tahun Asisten
Apoteker
Shift
Informan 11 Laki-laki 23 SMF 4 tahun Asisten
Apoteker
Shift
Informan 12 Perempuan 40 SMF 4 tahun Asisten
Apoteker
Shift
Berdasarkan Tabel 5.3. diatas menggambarkan bahwa sebagian besar tenaga
farmasi (66,67 %) adalah perempuan. Tenaga asisten apoteker di Instalasi Farmasi
Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan berdasarkan jenis kelamin
tidak berbanding jauh antara laki-laki dan perempuan diantaranya 7 orang berjenis
91
kelamin perempuan dan 5 orang berjenis kelmin laki-laki, tenaga asisten apoteker
memiliki umur yang hampir homogen yaitu berkisar antara umur 30-40 tahun,
serta memiliki latar belakang pendidikan yang sama yaitu Sekolah Menengah
Farmasi dan dengan masa kerja yang 2-6 tahun.
5.3.Karakteristik Pegawai
Tenaga Farmasi yang diteliti dalam pengamatan ini adalah 12 orang asisten
apoteker yang terlibat langsung dengan kegiatan di Instalasi Farmasi.
Karakteristik pegawai atau spesifikasi pegawai dapat dilihat dari latar belakang
pendidikan, pengalaman kerja sebelum bergabung di Rumah Sakit Umum (RSU)
Kota Tangerang Selatan, masa kerja pegawai, serta jenis pelatihan yang pernah
diikuti oleh seluruh tenaga asisten apoteker baik di internal rumah sakit maupun
external rumah sakit. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada seluruh
tenaga asisten apoteker, diketahui bahwa seluruh asisten apoteker di Instalasi
Farmasi Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan, memiliki latar
belakang pendidikan yang telah sesuai dengan kompetensi dan pengalaman kerja
sebagai tenaga asisten apoteker berdasarkan standar ketenagaan dan pedoman
pengorganisasian yang ada, namun berdasarkan Permenkes No. 80 Tahun 2016
Tentang Penyelenggaraan Pekerjaan Asisten Tenaga Kesehatan, untuk kualifikasi
pendidikan asisten apoteker harus memiliki kualifikasi minimum Diploma Tiga
Kefarmasian, oleh sebab itu untuk ketenagaan selanjutnya akan merekrut calon
tenaga asisten apoteker dari Latar belakang Pendidikan D3 Farmasi, hal tersebut
bertujuan untuk meningkatkan kualitas SDM yang ada serta pelayanan
kefarmasian rumah sakit .
92
Hal tersebut dibuktikan dengan hasil kutipan wawancara yang dilakukan
kepada Bagian Kepegawaian, Kepala Instalasi Farmasi, dan 2 orang tenaga
asisten apoteker sebagai berikut:
“Untuk tingkat pendidikan tenaga asisten apoteker sebelumnya sudah sesuai
yaitu berasal dari SMF/SMK Farmasi, tapi setelah keluarnya surat edarandari
Kemenkes RI, dalam rangka meningkatkan pelayanan farmasi dan kualitas SDM
maka asisten apoteker dalam spesifikasi pendidikannya harus minimal D3
(Farmasi), dari surat edaran tersebut untuk ketenagaan yang sudah ada saat ini
banyak yang menempuh tingkat pendidikan lagi (K.S).’
“Berdasarkan latar belakang pendidikan asisten apoteker sebelumnya itu
SMF/SMKF, namun karena ada kebijakan baru untuk asisten tenaga kesehatan
harus memiliki latar belakang pendidikan D3 (Farmasi) yang berlaku untuk
seluruh tenaga teknis/operasional semua unit, berdasarkan kebijakan baru maka
untuk selanjutnya tenaga asisten apoteker yang ada di Instalasi Farmasi berasal
dari latar belakang pendidikan D3 (Farmasi)”(B.G).
“Sebelumnya untuk Asisten Apoteker banyak yang dari SMF, setelah adanya
surat edaran dari atas harus minimal D3 (Farmasi) jadih saya sekarang kuliah
lagi (I.5.A).”
“Pada Umumnya rata-rata untuk asisten apoteker di sini mempunyai latar
belakang pendidikan SMF/SMK Farmasi, karena ada kebijakan baru jadih
sekarang kebanyakan pada kuliah lagi, tidak harus kefarmasian, kuliah di
jurusan lain juga ada(I.7.S).”
Berdasarkan Standar Ketenagaan yang ada di Instalasi Rumah Sakit Umum
(RSU) Kota Tangerang Selatan untuk karakteristik tenaga asisten apoteker dengan
latar belakang pendidikanSekolah Menengah Farmasi (SMF) harus dari Dinas
Kesehatan untuk Sekolah Menengah Kejuruan Farmasi (SMKF) harus
mempunyai bukti surat ujian kompetensi, terdaftar di Departemen Kesehtan ,
terdaftar di Asosiasi Profesi, mempunyai Surat ijin kerja (SIK), dan SK
penempatan. Selain di lihat dari latar belakang pendidikan juga dilihat dari
pengalaman kerja yang dibutuhkan untuk dapat bekerja sebagai asisten apoteker
di IFRSU Kota Tangsel. Hal tersebut juga diperkuat oleh hasil wawancara
mendalam oleh peneliti yang dilakukan pada salah satu informan, sebagai berikut:
93
“Jika dilihat dari Masa kerja atau pengalaman kerja untuk tenaga asisten
apoteker saat ini memang memiliki pengalaman kerja di Rumah Sakit tetapi itu
tidak menjadi patokan namun memang di utamakan yang berpengalaman,
karena sebelum kerja ada sosialisasi dulu, saat hari pertama kerja harus di
training dulu yang nanti di bantu oleh koordinator asisten apoteker, untuk
asisten apoteker tidak diwajibkan pengalaman kerja, namun untuk apoteker
diwajibkan harus ada pengalaman kerja minimal 2 tahun di rumah sakit
lain(I.N.3).”
Jika dilihat dari pengalaman kerja untuk tenaga asisten apoteker sebagian besar
sudah mempunyai pengalaman kerja yang sudah cukup baik di bidang farmasi,
sehingga untuk pengalaman kerja tidak menjadi masalah bagi Instalasi Farmasi
RSU Tangsel, dan dukung juga dengan adanya masa training kerja yang nantinya
di pandu oleh Koordinator Asisten Apoteker di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan. Selanjutnya jika dilihat dari
pengembangan dan pelatihan untuk SDM di Instalasi Farmasi yang diadakan oleh
Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan khususnya untuk asisten
apoteker jarang dilakukan, hal tersebut dirasa mempunyai pengaruh yang besar
dalam kinerja pelayanan kefarmasian. Informasi juga diperkuat dengan hasil
wawancara yang dilakukan kepada beberapa informan sebagai berikut :
“Kalau untuk asisten apoteker pelatihannya jarang sekali dilakukan, jika ada
pelatihan yang ikut cuman beberapa orang, tapi kalau untuk apotekernya
sering, ada juga pelatihan dari Dinkes yang biasanya untukPNS tapi jarang
juga, ada paling PNS BHD di bagian Manajemen diatas, tapi kalau untuk
sosialisasi SOP, Jobdes, itu lumayan sering, beberapa minggu yang lalu baru
diadakan sosialisai terkait SOP(I.N.3).”
“Disini untuk pelatihan asisten apoteker belum ada, padahal itu penting jika
ada sistem pelayanan yang baru tenaga yang ada tidak kesusahan dalam
informasi, oleh sebab itu tenaga yang ada dituntut untuk explore dan up date
selalu. Untuk mengatasi hal tersebut SDM yang ada mencari jadwal seminar
external. Namun untuk apoteker sering dilakukan pelatihan (I.4.R).”
“Kalau disini untuk pelatihan asisten apoteker saya rasa tidak pernah,
soalnya kemaren masuk kerja langsung percobaan, setelah itu tidak
mendapatkan pelatihan lagikarena fokus pelayanan, ada paling sosialisasi SOP
dari Kepala Instalasi Farmasi (I.5.A).“
94
5.4.Uraian Tugas Tenaga Asisten Apoteker di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan.
Uraian tugas tenaga asisten apoteker di Rumah Sakit Umum Kota Tangerang
Selatan dapat dilihat berdasarkan pembagian waktu kerja yang terdiri dari asisten
apoteker shift, non shift, dan jabatannya. Berikut adalah penjabaran uraian tugas
tenaga asisten apoteker di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum (RSU) Kota
Tangerang Selatan Tahun 2017.
1. Uraian tugas tenaga asisten apoteker non shift di Instalasi Farmasi Rumah
Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan.
Tabel 5 .4. Rincian Uraian Tugas Asisten Apoteker Non Shift di
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan
Nama :Tutut Indah. P
Jabatan : Koordinator Asisten Apoteker
Pelayanan Kefarmasian
Membuat permintaan barang dari apotik ke gudang
Mengecek/menerima obat/alkes datang dari gudang
Memasukkan SBBK ke kartu stok
Merekap & mengecek pengeluaran obat di apotek
Memasukkan rekapan ke kartu stok
Entry Resep
Pengambilan/penyiapan resep obat
Etiketing Resep
Peracikan Obat
Mencatat & menghitung fisik pengeluaran obat
Piskotropika& Narkotika
Merapikan obat ke tempat/raknya
Mengecek suhu tiap kulkas
Menerima returan obat/alkes dari ruangan
Memasukkan jumlah returan ke kartu stok
Membuat permintaan ke gudang ATK
Stock Opname/bulan (cek fisik & kartu stock)
Penanggung Jawab
Stock Apotek
Memisahkan obat/alkes ED
Membuat dan menandatangani Surat Permintaan
Barang (SPK)
95
Nama :Tutut Indah. P
Jabatan : Koordinator Asisten Apoteker
Mengecek/menerima obat/BMHP/ATK dari gudang
Menandatangani SBBK ke kartu stock
Merekap & mengecek pengeluaran obat di apotek
Mengkoordinasikan pelaksanaan Stock Opname setiap
bulan
Koordinasi Tugas
Asisten Apoteker
Koordinasi tugas dan pembagian tugas ke semua
asisten apoteker
Mengatur jadwal asisten apoteker
Nama: Desi Mustika
Jabatan: Pelaksana Administrasi Apotek
Membuat Pembukuan /
Laporan Obat dan
BMHP di Rawat Jalan,
Rawat Inap dan Ruang
Operasi (OK)
Mencatat penerimaan dan pengeluaran obat &bahan
medis habis pakai(BMHP) di apotek setiap hari.
Merekap penerimaan dan pengeluaran obat &bahan
medis habis pakai (BMHP) di apoteksetiap bulan
Mencatat rekapan penerimaan dan pengeluaran obat
&bahan medis habis pakai ke dalam buku mutasi
obat
Menerima obat dan bahan medis habis pakai dari
gudang obat Rumah Sakit
Menyimpan dan menyusun obat dan bahan medis
habis pakai yang diterima dari gudang obat Rumah
Sakit
Membuat laporan semester mutasi obat dan bahan
medis habis pakai (BMHP)
Melakukan Perhitungan (stok opname) obat dan
bahan medis habis pakai setiap bulan
Memisahkan obat dan barang medis habis pakai
yang kadaluarsa
Menghitung jumlah obat dan bahan medis habis
pakai yang masuk masa kadaluarsa
Membuat laporan persediaan obat dan bahan medis
habis pakai di apotek pada akhir tahun
Membuat laporan mutasi obat dan bahan medis
habis pakai di apotek pertahun
Membantu Pelayanan
Kefarmasian di Rawat
Jalan
Pengambilan obat dan bahan medis habis pakai
untuk pasien rawat jalan
Membuat etiket obat untuk pasien rawat jalan
Pelayanan obat pasien ARV
96
Nama: Desi Mustika
Jabatan: Pelaksana Administrasi Apotek
Pengontrolan stok obat
High Alert Rawat inap
Paru dan IPD
Melakukan pengawasan terhadap ketersediaan stok
obat High Alert di unit Rawat
inap paru dan IPD.
Sekretaris Komite
Tenaga Kesehatan
Profesional Lainnya
Membuat undangan, presensi, notulen rapat komite
tenaga kesehatan professional lainnya
Membuat laporan rapat kepada Direktur Rumah
Sakit
Membuat laporan persediaan obat dan bahan medis
habis pakai di apotek pada akhir tahun
Membuat undangan, presensi, notulen rapat komite
tenaga kesehatan professional lainnya
Nama:Nofriani
Jabatan: Asisten Apoteker D3 Farmasi
Pelayanan Kefarmasian
Apotek
Entry Resep (Rajal, Ranap, UGD, OK,BPJS)
pada sistem Rumah Sakit
Memasukkan SBBK ke kartu stok
Memasukkan rekapan ke kartu stok
Pengambilan/penyiapan obat
Etiketing Resep
Peracikan Obat
Merapikan obat ke tempat/raknya
Menerima returan obat/alkes dari ruangan
Membersihkan ruangan & alat racik
Penyerahan nomor antrian
Menulis pemesanan paket OK
Stok Opname/bulan (cek fisik & kartu stok)
Memisahkan obat/alkes ED
Penanggung Jawab Klaim
BPJS
Mengumpulkan dan merapikan resep BPJS
Entry obat Resep BPJS pada sistem BPJS
Pengontrolan stok obat High
Alert Rawat inap Anak Dan
Bedah
Melakukan pengawasan terhadap ketersediaan
stok obat High Alert di unit Rawat inap Anak
dan bedah
97
Nama:Nofriani
Jabatan: Asisten Apoteker D3 Farmasi
Penanggung Jawab Akreditasi
Unit Farmasi
Menjadi agen perubahan (agent of change) di
unit nya masing –masing untuk melakukan
pelayanan sesuai standard akreditasi yang
telah ditetapkan
Membantu terselenggaranya proses akreditasi
rumah sakit umum kota tangerang selatan
2. Uraian Tugas Tenaga Asisten Apoteker Shift di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan.
Tabel 5.5. Rincian Uraian Tugas Asisten Apoteker Shift Di Instalasi Farmasi
Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan Tahun 2017
Uraian Tugas Seluruh Asisten Apoteker Shift di Instalasi Farmasi Rumah
Sakit Umum (RSU) Kota Tangsel Tahun 2017
Pelayanan Kefarmasian
Entry Resep (Rajal, Ranap, UGD, OK, )
Revisi entrian resep
Membuat permintaan barang dari apotik ke
gudang
Memasukkan SBBK ke kartu stok
Merekap pengeluaran obat di apotek
Memasukkan rekapan ke kartu stock
Pengambilan/penyiapan obat (Ranap,
Rajal,UGD,VK)
Etiketing Resep
Peracikan Obat
Penyerahan obat (pemberian informasi obat
kepada pasien)
Mencatat & menghitung fisik pengeluaran obat
Piskotropik & Narkotika
Merapikan obat ke tempat/raknya
Menerima returan obat/alkes dari ruangan
Memasukkan jumlah returan ke kartu stok
Membersihkan ruangan & alat racik
Menulis pemesanan paket OK
Penyerahan nomor antrian pada pasien rajal
98
Uraian Tugas Seluruh Asisten Apoteker Shift di Instalasi Farmasi Rumah
Sakit Umum (RSU) Kota Tangsel Tahun 2017
Stok Opname/bulan (cek fisik & kartu stok)
Memisahkan obat/alkes ED
Merapikan return dari Rawat inap
Penerimaan resep dan menulis no telp pasien d
resep
Memantau dan pencatatan suhu di lemari
pendingin
Peracikan untuk stok obat jumlah besar di hari
libur (sabtu, minggu dan libur nasional)
Berdasarkan uraian tugas (Job Description) untuk tenaga asisten apoteker di
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan memiliki
sedikit perbedaan pada asisten apoteker shift dan non shift, pada asisten apoteker
shift uraian tugas yang diberikan untuk seluruh tenaga asisten apoteker pada
umumnya sama, namun untuk tenaga asisten apoteker non shift memiliki uraian
tugas yang berbeda, dimana terdiri dari tiga orang asisten apoteker yang memiliki
tanggung jawab yang berbeda dan terdapat Job Desrcription (JOBDES)
tambahan, sehingga hal tersebut berpengaruh kepada beban kerja tenaga asisten
apoteker dan pelayanan kefarmasian. Berikut di dukung dengan wawancara
mendalam kepada beberapa asisten apoteker shift dan non shift.
“Untuk uraian tugas saya di bandingkan kan yang lain sedikit berbeda, selain
ikut dalam pelayanan saya juga bertanggung jawab terhadap asisten apoteker
lainnya, apalagi terkait mencari pengganti jika ada SDM yang tidak hadir untuk
Shift. Selain itu juga bertanggung jawab dalam stock barang yang ada di apotek
(I.1.T, KAA).”
“Kalau untuk Job Description sebenarnya saya fokus ke laporan mutasi
bulanan, namun karen tenaga yang ada masih kurang jadih saya harus ikut
pelayanan, apalagi di hari rabu dan kamis karena semua poli buka, jadi untuk
pelayanan harus di maximalkan(I.2.D).”
99
“Dalam pembagian tugas asisten apoteker saya punya tanggung
jawabkhususnya untuk klaim BPJS tapi tetap ikut pelayanan kadang untuk BPJS
ga ke handel sendiri, apalagi kalau pelayanan lagi rame jadih emang butuh
tenaga tambahan (I.3.N).”
5.5.Waktu Kerja
Waktu kerja adalah jumlah jam kerja dalam satu hari yang disediakn oleh pihak
rumah sakit kepada seluruh sumber daya yang ada untuk dapat bekerja atau
melakukan tugas yang menjadi taggung jawabnya sebagai seorang pegawai.
Pegawai yang ada di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum (RSU) Kota
Tangerang Selatan merupakan pegawai shift dan non shift yang berlaku untuk
apoteker dan asisten apoteker, untuk pegawai non shift bekerja selama lima hari
dalam seminggu mulai dari hari senin-jum’at sedangkan untuk pegawai shift hari
bekerja dari hari senin sampai minggu kecuali untuk pegawai yang dapat jadwal
shift malam maka untuk hari berikutnyalepas. Berikut adalah pembagian jam
kerja di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan.
Tabel 5.6.Pembagian Waktu Kerja Pegawai di Instalasi Farmasi Rumah
Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan Tahun 2017.
Non Shift Shift
P1: Jam 07.00 s.d 15.30 P1 : Jam 07.00 s.d 14.00
P : Jam 07.30 s.d 16.00 P : Jam 10.00 s.d 17.00
P2 : Jam 08.30 s.d 17.00 S : Jam 14.00 s.d 21.00
- M : Jam 21.00 s.d 07.00
100
Berdasarkan pembagian waktu jam kerja pegawai di Instalasi Farmasi
Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan Tahun 2017 menetapkan
untuk pembagian waktu jam kerja yang disebutkan diatas, untuk tambahan
pembagian waktu kerja terdapat shift middle untuk pegawai non shift berlaku dari
jam 08.30 dan shift berlaku dari jam 10.00. Pembagian waktu jam kerja tersebut
di bagi agar pembagian kerja dilakukan dengan rata, menimbang waktu pelayanan
(produktif) lebih banyak dilakukan di siang hari hingga sore hari, sehingga untuk
waktu shift malam di perpanjang. Pada umumnya rata-rata waktu yang dihabiskan
bekerja dalam sehari adalah 8 jam 30 menit terkadang bisa lebih, sesuai dengan
kondisi pelayanan saat itu.
Berdasarkan Undang- Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan,
jumlah jam kerja secara akumulatif masing-masing shift tidak boleh melebihi 40
jam perminggu. Menurut ILO ( International Labour Organization ) jam kerja
terbagi dua yaitu (7 jam kerja/hari, 40 jam kerja /Minggu, 6 hari kerja/ Minggu)
atau ( 8 jam kerja/hari, 40 jam kerja / Minggu, 5 hari kerja/Minggu). Berdasarkan
pengamatan yang dilakukan di di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum (RSU)
Kota Tangerang Selatan waktu kerja setiap minggunya untuk setiap pegawai
melebihi waktu tersebut. Hal demikian terjadi karena jumlah pelayanan yang
semakin meningkat dari tahun ke tahun, SDM kurang, dan terdapat Jobdes dan
tanggung jawab yang belum terselesaikan oleh pegawai. Untuk kelebihan waktu
kerja tidak dihitung sebagai lembur hanya loyalitas sebagai pegawai karena harus
menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya. Berikut adalah hasil kutipan
wawancara dengan Kepala Instalasi Farmasi dan beberapa asisten apoteker terkait
waktu kerja.
101
“Kalau untuk pembagian waktu kerja untuk tenaga fungsional itu biasanya
bisa sekitar 37 jam sampai dengan 44 jam berarti tiap bulannya kita butuh 176
jam, nah kalau untuk jatah libur itu 2 kali seminggu shift maupun non shift,
cuman yang shift ada waktu lepas setelah jaga malam, tapi nanti ada jam kerja
middle itu kalau urgensi saja( KAINS).”
“Untuk jam kerja disini ada batasan dari pihak manajemen SDM biasanya
untuk shift 154 s.d 156 dan non shift 168 jam, namun kenyataan di lapangan
kadang bisa lebih tergantung banyaknya pekerjaan saat itu dan kondisi
pelayanan (I.2.D).”
“Waktu Kerja biasanya hampir sama shift maupun non shift jatahnya 168 jam
perminggu tapi kadang bisa lebih, kalau waktu kerja lembur tidak ada dan jika
ada waktu jam kerja berlebih dihitung sebagai loyalitas saja, kalau jatah izin 3-4
kali, dan kalau tidak hadir di potong atau ada pegawai yang bisa menggantikan
berarti fee nya dialihkan yang kerja saat itu(I.4.R).”
5.6.Aktivitas Pegawai
Aktivitas pegawai merupakan kegiatan yang dilakukan oleh tenaga farmasi di
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan terbagi
dalam kegiatan produktif, kegiatan non produktif, dan kegiatan pribadi. Dalam
hal ini dilakukan kegiatan pengamatan waktu kerja (observasi) untuk mengetahui
aktivitas-aktivitas kerja yang dilakukan oleh tenaga farmasi (asisten apoteker)
sepenjang hari berdasarkan batasan jumlah waktu yang telah diberikan beserta
waktu yang dibutuhkan dalam melakukan kegiatan tersebut.
Kegiatan yang dilakukan oleh tenaga farmasi (asisten apoteker) dan waktu
yang dibutuhkan untuk melakukan masing-masing kegiatan akan diamati oleh
peneliti dan dibantu satu orang pengamat lain yaitu Koordinator Asisten Apoteker
dan asisten apoteker lainnya dengan menggunakan tekhnik work sampling.Proses
pelaksanaan pengamatan akan berlangsung selama 24 jam dalam 7 hari kerja yang
terbagi atas pegawai shift dan non shift, setiap aktivitas yang dilakukan oleh
asisten apoteker di Instalasi Farmasi akan dicatat berdasarkan jenis kegiatannya
(kegiatan produktif, kegiatan non produktif, dan kegiatan pribadi). Pencatatan
102
akan dilakukan setiap 10 menit sekali secara bergantian terhadap seluruh informan
yang berjumlah 12 orang. Selama 7 hari pengamatan, jumlah waktu dari masing-
masing jenis kegiatan pegawai di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum (RSU)
Kota Tangerang Selatan tidaklah sama setiap harinya. Jumlah pengamatan waktu
kerja pegawai setiap harinya selama 7 hari pengamatan, dapat dilihat pada Tabel
5.7 sebagai berikut:
103
Tabel 5.7.Gambaran Jumlah Waktu Kegiatan Asisten Apoteker Non Shift Selama 7 Hari Pengamatan di Instalasi Farmasi
Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan Tahun 2017
Hari
Pengamatan
Kegiatan Produktif Kegiatan Non Produktif Kegiatan Pribadi
I.1.T I.2.D I.3.N I.1.T I.2.D I.3.N I.1.T I.2.D I.3.N
31-08-2017 470 450 430 20 30 20 20 30 60
1-08-2017 470 440 460 30 50 30 10 20 20
2-08-2017 480 480 470 20 20 30 10 10 10
3-08-2017 490 490 490 10 10 10 10 10 10
4-08-2017 480 460 470 20 30 30 10 20 10
5-08-2017 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6-08-2017 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah 2390 2320 2320 100 140 120 60 90 110
Total
Waktu
7030 360 260
104
Tabel 5.8Gambaran Jumlah Waktu Kegiatan Produktif Asisten Apoteker Shift Selama 7 Hari Pengamatan di Instalasi
Farmasi Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan Tahun 2017.
Hari
Pengamatan
Kegiatan Produktif
I.4.R I.5.A I.6.S I.7.S I.8.R I.9.A I.10.R I.11.H I.12.S
31-07-2017 0 370 0 340 360 0 0 470 480
1-08-2018 440 380 370 440 0 0 380 0 0
2-08-2017 0 500 480 0 370 380 0 380 400
03-08-2017 0 0 0 400 400 480 480 360 390
4-08-2017 0 390 380 390 480 0 0 480 0
5-08-2017 350 480 360 0 0 380 350 0 470
6-08-2017 360 0 470 470 350 360 360 0 0
Jumlah 1150 2120 2060 2040 1960 1600 1570 1690 1740
Total
Waktu
15930
105
Tabel 5.9. Gambaran Jumlah Waktu Kegiatan Non Produktif Asisten Apoteker Shift Selama 7 Hari Pengamatan di Instalasi
Farmasi Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan Tahun 2017
Hari
Pengamatan
Kegiatan Non Produktif
I.4.R I.5.A I.6.S I.7.S I.8.R I.9.A I.10.R I.11.H I.12.S
31-07-2017 0 40 0 50 40 0 0 80 70
1-08-2018 100 30 30 100 0 0 20 0 0
2-08-2017 0 60 60 0 30 20 0 20 10
03-08-2017 0 0 0 10 10 60 60 30 20
4-08-2017 0 10 30 20 100 0 0 70 0
5-08-2017 40 50 20 0 0 20 40 0 60
6-08-2017 30 0 70 100 30 30 30 0 0
Jumlah 170 190 210 280 210 130 150 200 160
Total
Waktu
1700
106
Tabel 5.10. Gambaran Jumlah Waktu Kegiatan Pribadi Asisten Apoteker Shift di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum
(RSU) Kota Tangerang Selatan Tahun 2017
Hari
Pengamatan
Kegiatan Pribadi
I.4.R I.5.A I.6.S I.7.S I.8.R I.9.A I.10.R I.11.H I.12.S
31-07-2017 0 10 0 30 20 0 0 50 50
1-08-2018 60 10 20 60 0 0 20 0 0
2-08-2017 0 40 60 0 20 20 0 20 10
03-08-2017 0 0 0 10 10 60 60 30 10
4-08-2017 0 20 10 10 20 0 0 50 0
5-08-2017 30 70 40 0 0 20 30 0 70
6-08-2017 30 0 60 30 40 30 30 0 0
Jumlah 120 150 190 140 110 130 140 150 140
Total
Waktu
1270
107
Berdasarkan uraian tabel 5.7. s.d 5.10. Terkait jumlah waktu kegiatan
produktif, kegiatan non produktif, kegiatan pribadi tujuh hari pengamatan
(observasi) yang dilakukan pada tenaga asisten apoteker dapat disimpulkan bahwa
untuk seluruh kegiatan mempunyai jumlah waktu yang berbeda pada setiap
informan yang ada. Tenaga asisten apoteker non shift dan shift rata-rata
menghabiskan waktu untuk seluruh kegiatan selama satu minggu di batasi sekitar
37-44 jam setiap minggunya, untuk pegawai non shift rata-rata perhari
menghabiskan waktu 8 jam 30 menit setiap harinya sedangkan pegawai shift
menghabiskan waktu 7-10 jam setiap harinya pada seluruh kegiatan pelayanan
farmasi. Dari uraian diatas informan yang mempunyai waktu terbanyak dalam
menghabiskan waktu dalam kegiatan produktifnya adalah informan pertama
(I.1.T) yaitu 2390 menit dalam satu minggu, informan yang memiliki jumlah
kegiatan waktu non produktif terbanyak yaitu informan ke-tujuh (I.7.S) yaitu 280
menit, sedangkan informan yang menghabiskan waktu kegiatan pribadi terbanyak
yaitu informan ke-lima(I.5.S) dan informan ke-sebelas(I.11.H)yang
menghabiskan waktu 150 menit. Berdasarkan pengamatan untuk kegiatan non
produktif dan kegiatan pribadi yang mengabiskan waktu terbanyak terdapat pada
pegawai shift, dimana hal tersebut terjadi karena menghabiskan waktu kegiatan
saat jaga malam. Berikut adalah rangkuman jumlah waktu yang di habiskan pada
tujuh hari pengamatan di Instalasi Farmasi RSU Kota Tangerang Selatan Tahun
2017:
108
Tabel 5.11. Rangkuman Jumlah Waktu Setiap Kegiatan 12 Orang Tenaga
Asisten Apoteker Shift dan Non Shift di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan
No
Tanggal
Pengamatan
Jumlah
Pegawai
(Asisten
Apoteker)
Jumlah Waktu Setiap Jenis
Kegiatan
Total
Waktu
Kegiatan
Produktif
Kegiatan
Non
Produktif
Kegiatan
Pribadi
1 Senin,
31-Juli-2017
8 Orang 3370 350 270 3990
2 Selasa,
1-Agustus-
2017
8 Orang 3380 390 220 3990
3 Rabu,
2-Agustus-
2017
9 Orang 3940 270 200 4410
4 Kamis,
3-Agustus-
2017
9 Orang 3980 220 210 4410
5 Jum’at,
4-Agustus-
2017
8 Orang 3530 310 150 3990
6 Sabtu,
5-Agustus-
2017
6 Orang 2390 230 260 2880
7 Minggu,
6-Agustus-
2017
6 Orang 2370 290 220 2880
Total Waktu 22960 2060 1530 26550
109
Berdasarkan Tabel 5.11. diatas, diketahui bahwa jumlah waktu terbanyak
yang di gunakan tenaga asisten apoteker di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan untuk melakukan kegiatan produktif
terjadi pada hari pengamatan ke- empat, sebanyak 3980 menit yaitu pada hari
Kamis, 3 Agustus 2017. Sedangkan jumlah waktu terbanyak yang digunakan
pegawai di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang
Selatan untuk melakukan kegiatan non produktif mempunyai waktu terbanyak
pada hari pengamatan ke-dua Selasa, 1 Agustus 2017 yaitu 390 menit, dan untuk
kegiatan pribadi sebanyak 270 menit yaitu pada hari Senin,31 Juli 2017.
Selain tabel 5.11. diatas juga terdapat total waktu pada kegiatan atau
aktivitas seluruh tenaga asisten apoteker di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan selama pengamatan dilakukan. Rincian
data total waktu kegiatan seluruh pegawai di Instalasi Farmasi RSU Tangsel
yang dapat dilihat pada lampiran. Tabel tersebut menggambarkan tentang jumlah
waktu yang digunakan oleh seluruh asisten apoteker di Instalasi Farmasi RSU
Tangerang Selatan dalam melakukan (kegiatan produktif, kegiatan non
produktif, kegiatan probadi) selama dilakukannya hari pengamatan selama tujuh
hari kerja yang di mulai pada tanggal 31 Juli 2017 s.d 6 Agustus 2017. Dari tabel
tersebut dapat diketahui bahwa total waktu yang digunakan untuk kegiatan
produktif adalah 22960 menit lebih besar dari total waktu yang digunakan untuk
kegiatan non produktif yaitu 2060 menit dan kegiatan pribadi 1530 menit.
Selain melakukan kegiatan pengamatan waktu kerja observasi di Instalasi
Farmasi Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan, peneliti juga
melakukan kegiatan wawancara mendalam terhadap seluruh tenaga asisten
110
apoteker untuk mengetahui kegiatan-kegiatan apa saja yang paling sering
dilakukan sepanjang hari selama waktu kerja yang meliputi kegiatan produktif,
kegiatan non produktif, dan kegiatan pribadi dan waktu yang dibutuhkan untuk
melakukan kegiatan tersebut. Berikut adalah kutipan dengan beberapa asisten
apoteker terkait kegiatan selama pengamatan:
Kegiatan Produktif : “Kegiatan produktif yang paling sering dilakukan
tenaga asisten apoteker itu sesuai dengan jobdesnya, untuk tenaga asisten
apoteker Shift jobdesnya sama semua, namun untuk Non Shift ada perbedaan
sedikit. Kalau untuk kegiatan yang paling sering dilakukan seperti pelayanan
resep mulai dari penerimaan resep itu sekitar 10 menit, entry resep 10 menit, e-
tickteting obat 5 menit, peracikan 15 menit, kalau obat yang sudah jadi tinggal
dikemas butuh waktu sekitar 10 menit. Mengecek dan merekap pengeluaran obat
di apotek 10-20 menit, merapikan obat ke tempat raknya 10-15 menit, menerima
return obat/alkes dari ruangan 10 menit, memasukkan SBBK ke kartu stock 10
menit”(I.1.T).
Kegiatan Non Produktif : “Untuk kegiatan non produktif jarang sekali
dilakukan karena disini kita fokus pada pelayanan, namun jika waktu sedikit
longgar misalnya pelayanan lagi sepi itu biasanya ada waktu luang untuk
ngobrol, bercanda, main HP tapi tetap bekerja dan masih produktif “ (I.2.D).
Kegiatan Pribadi: “Kegiatan pribadi mungkin untuk jam istirahat itu tidak
ada, karena kan gak mungkin meninggalkan pelayanan, terkadang kita juga
sering telat shalatnya, karena pelayanan mulai rame di siang hari, untuk waktu
shalat itu biasanya gantian dan shalatnya di dalam apotek. Hal itu dilakukan jika
pelayanan sudah mulai sepi. Dan kalau untuk makan itu sekitar 5 menit, semua
aktifitas dilakukan dalam apotek ”(I.3.N).
1. Kegiatan Produktif
Kegiatan produktif adalah setiap kegiatan baik secara langsung maupun tidak
langsung yang berkaitan pada semua aktivitas yang dilakukan oleh pegawai
(asisten apoteker) di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum (RSU) Kota
Tangerang Selatan, yang menjadi tanggung jawabnya serta tertulis dalam
dokumen uraian tugas. Berikut adalah kegiatan produktif yang dilakukan oleh
111
tenaga asisten apoteker di Instalasi Farmasi RSU Kota Tangerang Selatan selama
dilakukannya tujuh hari pengamatan:
a. Entry Resep (Rajal, Ranap, UGD, OK,).
b. Entry Resep (Rajal, Ranap, UGD, OK,BPJS) pada sistem Rumah Sakit.
c. Membuat permintaan barang dari apotik ke gudang.
d. Memasukkan SBBK ke kartu stock.
e. Merekap pengeluaran obat di apotek.
f. Memasukkan rekapan ke kartu stock
g. Pengambilan/penyiapan obat (Ranap, Rajal,UGD,VK).
h. Etiketing Resep.
i. Peracikan Obat.
j. Penyerahan obat (pemberian informasi obat kepada pasien).
k. Merapikan obat ke tempat/raknya.
l. Menerima returan obat/alkes dari ruangan.
m. Memasukkan jumlah returan ke kartu stock.
n. Membersihkan ruangan & alat racik.
o. Menulis pemesanan paket OK.
p. Penyerahan nomor antrian pada pasien rajal.
q. Memisahkan obat/alkes ED.
r. Merapikan return dari Rawat inap.
s. Penerimaan resep dan menulis no.telpon pasien di resep.
t. Memantau dan pencatatan suhu di lemari pendingin.
u. Peracikan untuk stock obat jumlah besar di hari libur (sabtu, minggu dan
libur nasional).
112
v. Mencatat rekapan penerimaan dan pengeluaran obat & bahan medis habis
pakai (BMHP) ke dalam buku mutasi obat dan membuat laporan
semester mutasi obat dan bahan medis habis pakai.
Total waktu yang digunakan oleh seluruh asisten apoteker dalam melakukan
kegiatan produktif selama tujuh hari pengamatan di Instalasi Farmasi Rumah
Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan adalah22960 menit. Berikut adalah
tabel yang menjelaskan tentang masing-masing kegiatan produktif dan total waktu
yang digunakan oleh seluruh pegawai:
113
Tabel 5.12. Total Waktu Kegiatan Produktif 12 Orang Asisten Apoteker di
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan
Tahun 2017 Selama 7 Hari Dilakukan Pengamatan.
Jenis
Kegiatan
Nama Kegiatan Jumlah
Waktu
Jumlah
Persentase (%)
Perkegiatan
Kegiatan
Produktif
Entry Resep (Rajal, Ranap, UGD, OK, ) 3110 13,54
Entry Resep (Rajal, Ranap, UGD, OK,BPJS)
pada sistem Rumah Sakit 250 1,09
Membuat permintaan barang dari apotik ke
gudang
120 0,52
Memasukkan SBBK ke kartu stok 670 2,92
Merekap pengeluaran obat di apotek 550 2,40
Memasukkan rekapan ke kartu stok 1520 6,62
Pengambilan/penyiapan obat (Ranap,
Rajal,UGD,VK) 4320 19
Etiketing Resep 2190 9,53
Peracikan Obat 2120 9,23
Penyerahan obat (pemberian informasi obat
kepada pasien) 1340 5,83
Merapikan obat ke tempat/raknya 130 0,6
Menerima returan obat/alkes dari ruangan 200 0,87
Memasukkan jumlah returan ke kartu stok 140 0,60
Membersihkan ruangan & alat racik 170 0,73
Menulis pemesanan paket OK 150 0,64
Penyerahan nomor antrian pada pasien rajal 3140 13,68
Memisahkan obat/alkes ED 210 0,91
Merapikan return dari Rawat inap 220 0,96
Penerimaan resep dan menulis no telpon
pasien di resep 210 0,91
Memantau dan pencatatan suhu di lemari
pendingin 120 0,52
Peracikan untuk stok obat jumlah besar di hari
libur (sabtu, minggu dan libur nasional). 1830 7,80
Mencatat rekapan penerimaan dan
pengeluaran obat & bahan medis habis pakai
ke dalam buku mutasi obat dan Membuat
laporan semester mutasi obat dan bahan
medis habis pakai.
250 1,09
Total Kegiatan Produktif (Menit) 22960 100%
114
Pada tabel 5.12. diatas menggambarkan tentang jumlah waktu yang
digunakan oleh seluruh tenaga asisten apoteker di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan dalam melakukan kegiatan produktif
selama dilakukannya tujuh hari pengamatan yang di mulai pada tanggal 31 Juli
2017 s.d 6 Agustus 2017 jumlah waktu kegiatan yang paling banyak yaitu 4320
menit pada kegiatan Pengambilan/penyiapan obat (Ranap, Rajal,UGD,VK)
dengan persentase 19%.
2. Kegiatan Non Produktif
Kegiatan non produktif merupakan setiap aktivitas yang dilakukan oleh
pegawai (asisten apoteker) di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum (RSU) Kota
Tangerang Selatan, yang bukan menjadi tugas dan tanggung jawabnya, serta tidak
terdapat dalam dokumen uraian tugas tenaga asisten apoteker di Instalasi Farmasi
Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan. Kegiatan non produktif yang paling
sering dilakukan pada saat proses pengamatan antara lain: mengobrol, tidur,
menelpon, chattingan, games, internetan, apel pagi, mendengarkan musik, belum
datang, duduk/diam, serta kegiatan non produktif lainnya.
Dalam tujuh hari dilakukannya pengamatan, total waktu kegiatan non
produktif yang dilakukan oleh asisten apoteker di Instalasi Farmasi RSU
Tangerang Selatan adalah selama 2060 Menit. Berikut adalah tabel yang
menjelaskan tentang masing-masing total waktu kegiatan non produktif yang
digunakan oleh seluruh pegawai (asisten apoteker) dalam tujuh hari pengamatan.
115
Tabel 5.13. Total Waktu Kegiatan Non Produktif 12 Orang Asisten Apoteker
di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan
2017 Selama 7 Hari Pengamatan.
Jenis
Kegiatan
Nama Kegiatan Jumlah
Waktu
Jumlah
Persentase (%)
Per Kegiatan
Kegiatan
Non
Produktif
Mengobrol 180 8,73
Chattingan 150 7,28
Internetan 90 4.36
Mendengarkan Musik 20 0,97
Belum Datang 120 5.82
Menelpon 130 6,31
Games 20 0.97
Tidur 1180 57,3
Apel pagi 80 3,89
Duduk/Diam 40 1,94
Kegiatan Non Produktif lainnya 50 2.43
Total Waktu Kegiatan Non Produktif (Menit) 2060 100
Pada Tabel 5.13. tersebut menggambarkan tentang jumlah waktu yang
digunakan oleh seluruh pegawai (asisten apoteker) di Instalasi Farmasi RSU Kota
Tangerang Selatan dalam melakukan kegiatan non produktif. Berdasarkan tabel
diatas untuk kegiatan non produktif yang sering dilakukan adalah tidur yang
menghabiskan waktu 1180 menit dengan persentase 57,3%.
3. Kegiatan Pribadi
116
Kegiatan pribadi merupakan kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh
asisten apoteker di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang
Selatan untuk kepentingan pribadi atau kepentingan masing-masing. Beberapa
kegiatan pribadi yang dilakukan oleh pegawai (asisten apoteker) adalah persiapan
diri, makan, sholat, ke toilet, dan kegiatan pribadi lainnya.
Tabel 5.14. Total Waktu Kegiatan Pribadi 12 Orang Asisten Apoteker di
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan 2017
Selama 7 Hari Dilakukannya Pengamatan.
Jenis
Kegiatan
Nama Kegiatan Jumlah Waktu
(Menit)
Jumlah
Persentase (%)
Per Kegiatan
Kegiatan
Pribadi
Makan 350 22,88
Sholat 620 40,52
Persiapan Diri 140 9,15
Ke Toilet 190 12,42
Ke Giatan Pribadi di luar
Rungan
230 15,03
Total Waktu Kegiatan Pribadi
(Menit)
1530 100
Berdasarkan tabel diatas menggambarkan jumlah kegiatan pribadi pegawai
(asisten apoteker) di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum (RSU) Kota
Tangerang Selatan selama tujuh hari pengamatan, adapun kegiatan pribadi yang
sering dilakukan adalah sholat yang menghabiskan waktu 620 menit dengan
persentase 40,52%.
117
5.7.Beban kerja
Hasil penelitian terkait beban kerja didapatkan dengan wawancara
mendalam terhadap seluruh tenaga asisten apoteker dan kegiatan pengamatan
kerja selama tujuh hari pengamatan (observasi) di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan. Berdasarkan hasil wawancara terhadap
beberapa asisten apoteker terkait beban kerja menyatakan bahwa beban kerja
untuk tenaga asisten apoteker sudah dapat dikategorikan tinggi, untuk mengatasi
hal tersebut butuh tanggapan cepat dari pihak manajemen SDM dalam proses
perekrutan tenaga baru, perbaikan dan penambahan sarana dan prasarana dalam
menunjang pelayanan kefarmasian. Berikut adalah kutipan hasil wawancara
kepada pegawai (asisten apoteker):
“Beban kerja tenaga asisten apoteker di Instalasi Farmasi RSU Kota
Tangerang Selatan sudah termasuk tinggi, karena kita disini kekurangan tenaga,
karena jumlah pelayanan tiap harinya semakin banyak, dan jika dilihat dari data
yang ada tiap tahunnya selalu mengalami peningkatan (I.1.T,KAA).”
“Kalau untuk masalah komplain pasti ada, bisalnya obat tidak ada/stock
kosong, pengambilan obat yang lama terkait waktu tunggu, dan disini juga masih
manual pencatatan stock ke kartu SBBK jadih itu juga lumayan menghambat
pekerjaan karena butuh waktu yang lama, di tambah lagi kekurangan tenaga,
pencatatan dan pelaporan ke unit lain di catat masih manual, SIRS yang ada
belum berjalan dengan baik’(I.1.T,KAA)
“Kalau Opini saya terkait beban kerja untuk asisten apoteker disini sudah
tinggi,karena ada beberapa pekerjaan kita dapat jobdes tambahan, seperti saya
fokus ke administrasi apotek, tapi karena kekurangan SDM jadih tetap ikut
pelayanan(I.2.D)”
“Kalau untuk komplain terkait pelayanan lumayan sering, karena lama, stock
obat kosong,kalau untuk komplain terkait SDM tidak ada, paling kurang tenaga,
dan untuk kedepannya butuh SDM dan perbaikan sistem yang ada jadih
semuanya tidak di kerjakan secara manual (I.2.D)”
“Terkait Beban kerja mungkin sudah bisa di katakan tinggi, soalnya disini kita
kerjanya bisa serabutan, kalau ada yang izin berarti harus menggantikan
pekerjaannya, disini saya juga dapat jobdes tambahan untuk entry BPJS , karena
ikut pelayanan jadih kadang gak kepegang (I.3.N.)”
118
“Komplain terkait pelayanan mesti ada, karena kekurangan pegawai jadih saat
pelayanan ramai tidak seimbang dengan jumlag pegawai yang ada,
menyebabkan pekerjaan menjadi lama yang berakibat pada waktu tunggu,
selain itu permasalahan pada stock kosong atau tidak ada stock juga sering
menjadi keluhan bagi pasien (I.3.N).”
“Menurut saya beban kerja disini sudah termasuk tinggi, karena banyak disini
yang di kerjakan secara manual seperti harus mencatat rekapan stock setiap
hari, kemudian pada shift malam harus mengerjakan amprahan dari lantai 1 s.d
5, kemudian di tambah lagi tiap lantai tidak ada depo. Jadih bisa di bilang
sarana dan prasarananya masih kurang, sehingga pekerjaan yang ada menjadi
banyak(I.4.R).”
“Kalau untuk komplain yang paling sering waktu tunggu lama, mungkin karena
SDM yang masih kurang dan pusat pelayanan masih terpusat di lantai satu
jadih kurang maximal saja (I.4.R).”
“Kalau untuk beban kerja tidak terlalu tinggi, namun SDM bisa di katakan
masih kurang, karena pekerjaan yanga akan di kerjakan banyak, fasilitas yang
ada juga masih belum memadai, seperti belum ada depo khusus untuk Poli,
UGD, dan Rawat Inap(I.9.A).”
“Komplain tidak terlalu sering, tapi biasanya kompalin terkait ketenagaan yang
masih kurang dari pegawai sendiri, sistem manajemen yang harus diperbaiki,
terutama untuk beban kerja dan penghasilan harus seimbang, dan sistem proses
perekrutan karyawan yang harus di percepat untukmengurangi beban kerja
yang ada (I.9.A).”
Berdasarkan hasil wawancara terkait beban kerja tenaga asisten apoteker jika
disimpulkan secara subyektif dari pernyataan informan beban kerja sudah dapat
dikategorikan tinggi, untuk membuktikan hal tersebut maka peneliti juga
melakukan kegiatan pengamatan (observasi) kerja selama tujuh hari kerja, setiap
aktivitas pegawai yang dilakukan oleh asisten apoteker di Instalasi Farmasi
Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan di catat oleh peneliti dalam
formulir work sampling untuk diolah dan dilihat perbandingan besar persentase
antara kegiatan produktif, non produkif, dan kegiatan pribadi. Berikut adalah total
waktu seluruh kegiatan asisten apoteker di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum
(RSU) Kota Tangerang Selatan selama tujuh hari pengamatan dari tanggal 31 Juli
2017 s.d 6 Agustus 2017:
119
Tabel 5.15. Total Waktu Pada Seluruh Kegiatan dan Jenis KegiatanAsisten Apoteker di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan Selama 7 Hari Dilakukannya Pengamatan
Jenis Kegiatan Nama kegiatan Jumlah waktu Jumlah Persentase %
Per Kegiatan Keseluruhan
Kegiatan
Produktif
Entry Resep (Rajal,Ranap,UGD,OK,BPJS) 3110 13,54 11,71
Entry Resep (Rajal,Ranap,UGD,OK,BPJS) pada sistem
Rumah
Sakit.
250 1,09 0,94
Membuat permintaan barang dari apotek ke gudang 120 0,52 0,45
Memasukkan SBBK ke kartu Stock 670 2,92 2,52
Merekap pengeluaran obat di Apotek 550 2,40 2,07
Memasukkan rekapan ke kartu Stock 1520 6,62 5,73
Pengambilan/penyiapan obat (Ranap, Rajal, UGD, VK) 4320 19 16,3
E-Tiketing resep 2190 9,53 8,25
Peracikan obat 2120 9,23 7,98
Penyerahan obat (pemberian informasi obat kepada pasien) 1340 5,83 5,04
Merapikan obat ke tempat/raknya 130 0,60 0,48
Menerima return obat/alkes di return 200 0,87 0,75
Memasukkan jumlah return ke kartu stock 140 0,60 0,53
120
Tabel 5.15.Lanjutan
Jenis Kegiatan Nama kegiatan Jumlah waktu Jumlah Persentase %
Per Kegiatan Keseluruhan
Kegiatan Produktif Membersihkan ruangan & alat racik 170 0,74 0,64
Menulis pesanan paket OK 150 0,64 0,56
Penyerahan nomor antrian pada pasien rajal 3140 13,68 11,82
Memisahkan obat/alkes ED 210 0,91 0,80
Merapikan return dari rawat inap 220 0,96 0,82
Penerimaan resep dan menulis no telpon pasien diresep 210 0,91 0,80
Memantau dan pencatatan suhu dilemari pendingin 120 0,52 0,45
Peracikan untuk jumlah stock obat jumlah besar di hari libur
(Sabtu, Minggu, dan libur nasional)
1830 7,80 6,90
Mencatat rekapan penerimaan dan pengeluaran obat & bahan
medis habis pakai ke dalam buku mutasi obat dan membuat
laporan semester mutasi obat dan bahan medis habis pakai
(BMHP)
250 1,09 0,94
Total Kegiatan Produktif (Menit) 22960 100% 86,48%
121
Tabel 5.15. Lanjutan
Jenis Kegiatan Nama kegiatan Jumlah waktu Jumlah Persentase %
Per Kegiatan Keseluruhan
Kegiatan Non
Produktif
Mengobrol 180 8,73 0,68
Chattingan 150 7,28 0,56
Internetan 90 4,36 0,34
Mendengarkan Musik 20 0,97 0,08
Belum Datang 120 5,82 0,45
Menelpon 130 6,31 0,49
Games 20 0,97 0,08
Tidur 1180 57,3 4,44
Apel Pagi 80 3,89 0,30
Duduk/Diam 40 1,94 0,15
Kegiatan Non Produktif Lainnya 50 2,43 0,19
Total kegiatan Non Produktif (Menit) 2060 100 7,76%
Kegiatan Pribadi Makan 350 22,28 1,31
Sholat 620 40,52 2,33
122
Tabel 5.15. Lanjutan
Jenis Kegiatan Nama kegiatan Jumlah waktu Jumlah Persentase %
Per Kegiatan Keseluruhan
Kegiatan Pribadi Persiapan diri 140 9,15 0,53
Ke Tiolet 190 12,42 0,72
Kegiatan Pribadi Luar Ruangan 230 15,03 0,87
Total Kegiatan Pribadi (Menit) 1530 100 5,76
Total Waktu Pengamatan Seluruh Kegiatan (Menit) 26550
123
Berdasarkan tabel 5.15. diatas, dapat diketahui seluruh kegiatan untuk
seluruh waktu pengamatan kegiatan produktif, kegiatan non produktif, dan
kegiatan pribadi digambarkan melalui digram. Berikut adalah diagram yang
menggambarkan seluruh kegiatan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum (RSU)
Kota Tangerang Selatan Tahun 2017 .
Diagram 5.1. Gambaran Seluruh Kegiatan Pegawai di Instalasi Farmasi
Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan
Berdasarkan tabel 5.15. dan diagram 5.1.diatas, dapat disimpulkan bahwa
persentase waktu yang digunakan untuk kegiatan pruduktif oleh 12 orang tenaga
asisten apoteker yang ada di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Kota
Tangerang Selatan adalah 86,48%, untuk kegiatan non produktif 7,76% dan
kegiatan pribadi 5,76%. Berdasarkan hasil persentase diatas dapat diketahui
bahwa hampir seluruh kegiatan yang dilakukan oleh tenaga asisten apoteker untuk
melakukan kegiatan produktif.
86,48%
7,76%
5,76%
Kegiatan Produktif
Kegiatan Non Produktif
Kegiatan Pribadi
124
Menurut (Ilyas, 2011), Untuk mengukur beban kerja dapat dilihat dari
jumlah waktu yang digunakan untuk kegiatan produktif dibagi dengan jumlah
waktu kerja keseluruhan dalam satu shift. Beban kerja dapat dikatakan tinggi
apabila proporsi mencapai 80% atau lebih dari keseluruhan waktu kerja. Pada
pelaksanaannya pengukuran beban kerja cendrung dengan keluhan dari personel
akan kesibukan atau jumlah pekerjaan yang terlalu banyak, beban kerja yang
terlalu tinggi, serta tuntutan akan waktu kerja yang lembur.
Pengukuran beban kerja yang dilakukan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Umum Kota Tangerang Selatan dilakukan dengan kegiatan pengamatan
(observasi) dan wawancara mendalam kepada 12 informan (asisten apoteker)
selama tujuh hari kerja dengan menggunakanmetode work sampling, dari hasil
pengamatan tersebut beban kerja tenaga asisten apoteker di Instalasi Farmasi
Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan sudah dapat dikatakan tinggi
dengan proporsi dari keseluruhan kegiatan lebih dari 80% yaitu 86,48%. Hal
tersebut juga didukung dengan hasil wawancara yang dilakukan kepada seluruh
tenaga asisten apoteker di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum (RSU) Kota
Tangerang Selatan, banyak pegawai yang mengeluh terkait beban kerja yang
tinggi karena kekurangan tenaga asisten apoteker, saranan dan prasarana yang
masih kurang, jumlah pelayanan yang semakin meningkat tidak seimbang dengan
SDM yang ada.
Menurut (Ilyas, 2011), pada kenyataannya tidak mungkin bagi kita untuk
mengharapkan personel bekerja secara maximum (100%). Oleh karena itu,
dibutuhkan standar optimum nasional yang dapat digunakan sebagai parameter
dalam menentukan tingkat beban kerja personel. Standar titik optimum yang
125
digunakan untuk mengharapkan setiap personel dapat bekerja secara optimal
adalah dengan besar waktu kegiatan pada proporsi 80%. Besarnya jumlah
kegiatan produktif pada seluruh kegiatan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum
(RSU) Kota Tangerang Selatan mencapai lebih dari standar optimum yaitu
86,48% jauh lebih besar dibandingkan dari penggunaan waktu non produktif
7,76% dan kegiatan pribadi 5,76% terhadap total seluruh kegiatan yang dilakukan
oleh tenaga asisten apoteker di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum (RSU)
Kota Tangerang Selatan.
Beban kerja tinggi di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum (RSU) Kota
Tangerang Selatan, pada umumnya disebabkan oleh kurangnya personel untuk
tenaga asisten apoteker, sarana dan prasarana yang belum memadai yang dapat
berpengaruh pada proses pelayanan sehingga berpengaruh terhadap kerja pegawai.
Sistem manajemen yang harus di perbaiki pada kinerja di Instalasi Farmasi
Rumah Sakit Umum Kota (RSU) Tangerang Selatan yang memberikan dampak
pada kinerja pelayanan kefarmasian. Sarana dan prasarana seperti alat-alat yang di
butuhkan oleh Instalasi Farmasi yang masih kurang, prasarana yang masih belum
luas seperti belum adanya depo khusus Poli, UGD, dan Rawat Inap memberikan
pengaruh yang cukup besar kepada beban kerja pegawai.
5.8.StandardOperational Prosedure (S.O.P)
Standard Operational Prosedure(SOP) merupakan salah satu pedoman bagi
pelayanan kefarmasian di Apotek Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum (RSU)
Kota Tangerang Selatan dalam melakukan kegiatannya. SOP di buat oleh Kepala
Instalasi Farmasi dan ditetapkan oleh Direktur Rumah Sakit Umum (RSU) Kota
Tangerang Selatan yang mengacu kepada kebijakan umum pelayanan Rumah
126
Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan nomor 188.4/046-Yanmed/2016. Hal
ini di dukung oleh hasil wawancara kepada salah satu informan (asisten apoteker)
berikut ini :
“ Kalau yang buat Standard Operational Prosedure di Instalasi farmasi itu
ada edaran dari Kepala Instalasi Farmasinya, yang nanti di sosialisasi atau di
sebarkan, tapi itu jarang, kadang ada yang ga tau juga(I.4.R).”
Sosialisai Standar Operational Prosedure (SOP) ini dilakukan secara lisan
melalui KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) atau rapat di bagian
manajemen di aula rumah sakit kepada pegawai di Instalasi Farmasi Rumah
Sakit Umum Kota Tangerang Selatan. Berikut adalah hasil wawancara terkait
sosialisasi SOP kepada beberapa Informan (asisten apoteker).
“Untuk sosialisasi SOP itu jarang, tapi kalau untuk sosialisasinya biasanya
ada pertemuan di bagian manajemen yang disampaikan lewat lisan(I.4.R).”
“Sosialisasi SOP pernah diadakan di aula manajemen , ruang rapat , terakhir
baru-baru ini (I.3.N).”
Standar Operational Prosedure yang ada di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan terdiri dari:
1. Prosedur perencanaan, pengadaan, penerimaan, peyimpanan, distribusi
ke (Unit Pelayanan Ruangan dan Depo Farmasi) obat dan barang medis
habis pakai (BMHP).
2. Prosedur pengolahan dan pemusnahan obat dan barang medis habis
pakai (BMHP) rusak dan kadaluarsa.
3. Prosedur return obat dan barang medis habis pakai (BMHP) kadaluarsa
atau rusak.
4. Prosedur penanganan obat kosong.
5. Prosedure pelayanan resep rawat jalan.
127
6. Prosedure pelayanan pasien ruang operasi (OK).
7. Prosedure pelayanan resep rawat inap.
8. Prosedure pelayanan resep narkotika dan psikotropika.
9. Prosedure pengelolaan resep.
10. Prosedure kebersihan pegawai.
11. Prosedure pengulangan resep (Resep Iter).
12. Prosedure pengemasan resep.
13. Prosedure pengerjaan obat racikan.
14. Prosedure pengembalian obat dan BMHP dari ruang perawatan.
15. Prosedure penyimpanan Narkotika dan Psikotropika.
16. Prosedure penyimpanan Narkotika, Psikotropika, dan Prekusor.
17. Prosedure Pelayanan Obat dan BMHP kosong.
18. Prosedure perbaikan kwitansi.
19. Prosedure penanganan
Berdasarkan Standar Operational Prosedure yang telah dijabarkan diatas
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan memiliki
SOP yang lengkap dalam pelayanan dan semua kegiatan yang dilakukan.
Kebutuhan waktu untuk menyelesaikan kegiatan sangat bervariasi dan
dipengaruhi standar pelayanan, standard operational prosedure (SPO), sarana dan
prasarana medik yang tersedia, serta kompetensi SDM.
Dalam menghitung standar beban kerja tenaga farmasi diperlukan waktu
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kegiatan pelayanan farmasi yang umumnya
tercantum dalam Standard Operational Prosedure (SPO) sehingga dapat
dibandingkan antara hasil pengamatan dengan standar beban kerja dan peraturan
128
standar beban kerja. Namun dalam SOP di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum
(RSU) Kota Tangerang Selatan belum mencantumkan waktu yang dibutuhkan
dalam melaksanakan setiap kegiatan. Berikut adalah salah satu SOP yang sering
dilakukan saat proses pelayanan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum (RSU)
Kota Tangerang Selatan dalam tujuh hari pengamatan (observasi):
129
Tabel 5. 16. Standar Prosedur Operasional Pelayanan resep Rawat Jalan di
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan dalam
7 hari pengamatan.
PELAYANAN RESEP RAWAT JALAN
No Dokumen
No Revisi Halaman
1 Dari 2
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
Tanggal Terbit
Ditetapkan Oleh
Direktur Rumah Sakit Umum Kota
Tangerang Selatan
Drg. Hj. Maya Mardiana, MARS
NIP.19700819200212005
PENGERTIAN Suatu proses kegiatan pelayanan Obat dan BMHP pada
instalasi farmasi untuk pasien rawat jalan
TUJUAN Untuk menjamin ketersediaan obat dan alat medis habis pakai
yang dibutuhkan untuk pasien rawat jalan
KEBIJAKAN Pelayanan resep rawat jalan mengacu pada Kebijakan Umum
Pelayanan Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan
nomor 188.4/046-Yanmed/2016.
PROSEDUR 1. Melakukan penerimaan dan pemeriksaan kelengkapan dan
keabsahan resep, melakukan pemeriksaan kesesuaian
farmasetik
2. Mengkonsultasikan kepada dokter penulis resep jika ada
ketidakjelasan
3. Melakukan proses administrasi seperti pemasukan data
resep ke Sistem Informasi Rumah Sakit dan Sistem BPJS
(untuk pasien BPJS)
4. Menyiapkan perbekalan kesehatan sesuai dengan
permintaan resep
130
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1.Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum (RSU) Kota
Tangerang Selatan dengan tujuan untuk memperoleh gambaran beban kerja tenaga
asisten apoteker melalui proses pengumpulan data yang dilakukan dengan
wawancara mendalam serta melalui kegiatan pengamatan (observasi) dan
pencatatan setiap proses kegiatan yang dilakukan oleh seluruh pegawai (asisten
apoteker) yang ada di apotek farmasi dengan menggunakan tekhnik work
sampling. Kemudian wawancara mendalam yang dilakukan terhadap seluruh
tenaga asisten apoteker yang berjumlah 12 orang di mulai pada tanggal 25-28 Juli
2017. Sedangkan kegiatan pengamatan kerja (observasi) dilakukan oleh peneliti
beserta di bantu oleh pengamat lainnya yaitu Koordinator Asisten Apoteker dan
asisten apoteker lainnya yang berlangsung selama tujuh hari yaitu pada 31 Juli s.d
6 Agustus 2017. Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah:
1. Pelaksanaan kegiatan wawancara mendalam dilakukan di ruang Instalasi
Farmasi Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan di ruang
apotek lt. 1. Pada saaat melakukan proses wawancara peneliti harus
mengulang pertanyaan di karenakan saat proses pelayanan berlangsung
sehingga informan sedikit tidak fokus, jawaban yang diberikan informan
cendrung sama hal tersebut terjadi karena informan menjawab secara
serentak semua pertanyaan. Sehingga dikhawatirkan jawaban-jawaban yang
ada kurang begitu akurat.
131
2. Adanya keterbatasan waktu karena pelaksanaan kegiatan pengamatan hanya
dilakukan selama 7 hari di Instalasi Farmasi RSU Kota Tangerang Selatan ,
sementara jenis waktu dan kegiatan yang dilakukan untuk minggu
kedepannya tidak sama dan tidak selalu rutin, serta waktu pelaksanaan yang
berbeda-beda seperti, permintaan barang kegudang saat stock habis serta
kegiatan selain pelayanan kepada pasien seperti pembuatan laporan mutasi
bulanan.
3. Peneliti tidak dapat menjamin pengamat lain tidak melakukan kerja sama
dengan tenaga asisten apoteker saat melakukan pengamatan, karena peneliti
tidak selalu berada di tempat bersama pengamat. Karena pengamatan yang
dilakukan peneliti dari 07.30 s.d 21.00, untuk kegitan shift malam dilakukan
oleh pengamat lain.
6.2.Pembahasan Penelitian
6.2.1. Karakteristik Pegawai
Berdasarkan informasi yang di dapatkan dari hasil wawancara mendalam
kepada seluruh pegawai yang ada di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum (RSU)
Kota Tangerang Selatan, Kepala Instalasi Farmasi, dan Bagian Kepegawaian, di
ketahui bahwa latar belakang pendidikan seluruh pegawai (asisten apoteker) yang
ada di Instalasi Farmasi belum sesuai mengingat adanya surat edaran dari
Kemenkes RI, yaitu terkait latar belakang pendidikan Sekolah Menengah Farmasi,
Permenkes No. 80 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Pekerjaan Asisten
Tenaga kesehatan untuk kualifikasi pendidikan asisten apoteker harus memiliki
kualifikasi minimum Diploma Tiga (D3).
132
Selain dilihat dari latar belakang pendidikan, peneliti juga mendapatkan
informasi mengenai pengamalamn kerja yang dibutuhakan untuk mendapatkan
bekerja sebagai asisten apoteker di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum (RSU)
Kota Tangerang Selatan minimal 2 tahun di bagian rumah sakit yang tidak
menjadi persyaratan utama kecuali untuk apoteker, kemudian persyaratan lain
yang mendukung seperti terdaftar di Departmen Kesehatan, terdaftar di Asosiasi
Profesi, mempunyai izin kerja, dan mempunyai SK Penempatan. Pengalaman
kerja untuk tenaga asisten apoteker di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum
(RSU) Kota Tangerang Selatan telah sesuai. Pada umumnya tenaga asisten
apoteker mempunyai pengalaman kerja di rumah sakit lain sebagai asisten
apoteker sekitar 4 tahun , dan untuk masa bekerja pegawai yang ada saat ini sudah
terhitung cukup lama, sehingga seluruh pegawai (asisten apoteker), sudah cukup
terampil dan berpengalaman dalam memberikan pelayanan. Untuk pelatihan yang
di dapatkan dari internal ataupun external rumah sakit jarang di dapatkan. Adapun
pelatihan external di luar rumah sakit itu di dapatkan berdasarkan inisiatif sendiri.
Jadi dapat dikatakan untuk pelatihan saat ini masih belum memenuhi standar
pelatihan minimal, karena pelatihan di dapatkan ketika baru masuk kerja yaitu
masa training kerja sebatas pelayanan kepada pasien, untuk pelatihan di bidang
kefarmasian belum pernah di lakukan. Selain itu tenaga asisten apoteker juga
harus mendapatkan pelatihan seperti service excellent dan manajemen komplain,
pelatihan di bidang kefarmasian ( mekanisme pengerjaan obat, dasar pengerjan
yang baik, standar obat baru, logistik pengadaan obat, indikasi dan kontent obat,
serta pencegahan terjadinya medication error), namun hal demikian di anggap
tidak terlalu penting karena tidak ada dalam uraian tugas tenaga asisten apoteker
133
dan untuk pegawai yang sudah ada saat ini sudah dianggap kompoten dalam
bidangnya dengan pengalaman kerja yang sudah lama.
Dalam suatu organisasi, setiap pegawai memiliki latar belakang pendidikan
usia, dan jenis kelamin yang berbeda. Tujuan organisasi dapat tercapai secara
efektif dan efesien bila kualitas dan kuantitas karyawan yang ada sesuai dengan
kebutuhan organisasi (Hasibuan, 2002). Salah satu indikator yang dapat
menggambarkan kemampuan seorang untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan
dan menduduki suatu jabatan tertentu adalah latar belakang pendidikan (Hasibuan,
2002). Hal ini juga di perkuat dengan penelitian(Marfinosa, 2003)yang
menjelaskan bahwa latar belakang pendidikan dan pelatihan yang pernah diikui
oleh pegawai dapat memperkuat penempatan seorang pegawai pada posisi atau
jabatan yang sesuai dengan arahan disiplin kejuruan yang dimilikinya.
Menurut(Handoko, 2008)pengadaan pelatihan pada pegawai dimaksudkan untuk
memperbaiki penguasaan berbagai keterampilan dan teknik pelaksanaan kerja
tertentu, secara rinci dan juga rutin.
Latar belakang pendidikan untuk tenaga asisten apoteker untuk saat ini belum
sesuai menimbang adanya surat edaran terkait Permenkes No. 80 Tahun 2016
Tentang Penyelenggaraan Pekerjaan Asisten Tenaga kesehatan untuk kualifikasi
pendidikan Asisten Apoteker harus memiliki kualifikasi minimum Diploma Tiga
(D3), maka oleh sebab itu untuk ketenagaan asisten apoteker di Tahun 2017 harus
minimal Diploma Tiga (D3), untuk ketenagaan yang sudah ada di sarankan untuk
kuliah lagi. Lamanya masa bekerja di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum
(RSU) Kota Tangerang Selatan berkisar antara 2-4 tahun sedangkan pengalaman
di rumah sakit lain berkisar 4-8 tahun. Berdasarkan hasil penelitian (Nurutami,
134
2009) pegawai yang memiliki masa kerja yang cukup lama pada suatu organisasi
akan memiliki pengalaman dan keterampilan kerja yang cukup baik akan jenis
pekerjaan yang biasa mereka lakukan di organisasi tersebut. Hal ini di buktikan
dengan hasil wawancara mendalam kepada Koordinator Asisten Apoteker dan
Kepala Instalasi Farmasi bahwa pegawai yang ada sudah dapat melaksanakan
seluruh kegiatan dan pekerjaan dengan baik.
6.2.2. Waktu Kerja
Berdasarkan Keputusan Mentri Pendayagunaan Aparatur Negara No:
KEP/75/M.PAN/2004, waktu kerja adalah waktu yang secara efektif digunakan
untuk bekerja. Pegawai (asisten apoteker) yang ada di RSU Kota Tangerang
Selatan terbagi menjadi dua yaitu pegawai Shift dan Non Shift, setiap pegawai
memiliki waktu kerja yang berbeda setiap harinya, untuk pegawai non shift di
bagi menjadi 2 shift yaitu Pagi (07.00-15.30 dan 07.30-16.00) dan Middle (08.30-
17.00) dengan jumlah waktu kerja 8 jam 30 menit setiap harinya , sedangkan
pegawai Non Shift di bagi menjadi 4 shift yaitu pagi (07.00-14.00), Middle
(10.00-17.00), sore (14.00-21.00), malam (21.00-07.00) dengan jumlah waktu 7-
10 jam setiap harinya.
Menurut (Julia, 2017) dalam program officer ILO Jakarta untuk waktu kerja
perhari yaitu 7 jam atau 40 jam kerja/minggu atau 8 jam kerja/hari atau 40 jam
kerja/minggu untuk lima hari kerja dalam 1 minggu. Pergantian shift normal
adalah 8 jam/shift dan untuk total shift yang dilaksanakan adalah 24 jam termasuk
hari minggu dan hari libur. Pekerja yang terlibat dalam sistem shift rotasi akan
berubah-rubah waktu kerjanya, pagi,sore dan malam hari, sesuai dengan sistem
rotasi kerja yang telah ditentukan. Di indonesia sistem shift yang banyak
135
digunakan adalah pengaturan jam kerja secara bergilir mengikuti pola 5-5-5 yaitu
lima hari shift pagi (08.00-16.00), lima hari shift sore (16.00-24.00) dan lima hari
shift malam (24.00-08.00) diikuti dengan dua hari libur pada setiap akhir shift dan
pada akhir shift malam diperlukan istirahat sekurang-kurangnya 24 jam .
Berdasarkan Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,
pasal 85 ayat (2) pembagian masing-masing waktu kerja tiap shift, tidak diatur
secara spesifik mengenai berapa jam seharusnya 1 shift tersebut dilakukan.
Pengaturan jam kerja shift di atur oleh Instansi/perusahaan terkait, melalui
perjanjian kerja bersama, dan disesuaikan dengan kondisi Rumah Sakit. Dimana
pengaturan jam kerja harus disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku :
a. Jika jam kerja lingkungan suatu perusahaan atau badan hukum lainnya
(selanjutnya disebut “perusahaan”) ditentukan tiga shift, maka pembagian
setiap shift adalah maximum 8 (delapan) jam per-hari, termasuk istirahat
antar jam kerja (Pasal 79 ayat 2).
b. Jumlah jam kerja secara akumulatif masing-masing shift boleh lebih dari 40
jam per minggu (Pasal 77 ayat 2).
c. Setiap pekerja yang bekerja melebihi ketentuan waktu kerja 8 delapan jam
per/hari atau melebihi jumlah jam kerja akumulatif 40 (empat puluh) jam
kerja per minggu, harus sepengetahuan dan dengan surat perintah (tertulis)
dari pemimpin (manajemen) perusahaan yang diperhitungkan sebagai waktu
kerja lembur (Pasal 78 ayat 2).
Berdasarkan kegiatan hasil wawancara kepada asisten apoteker di Instalasi
Farmasi Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan jumlah jam kerja
136
setiap minggunya yaitu bisa mencapai 44 jam/minggu atau 176 jam/bulan dengan
ketentuan untuk pegawai non shift menghabiskan waktu sekitar 176 jam dengan
waktu libur 2 hari, untuk pegawai shift menghabiskan waktu 160 jam/bulan
dengan batasan waktu libur 4 kali sebulan.
Dalam pembagian waktu kerja yang ada di Instalasi farmasi tidak ada lembur,
berdasarkan informasi yang di dapatkan dari beberapa (pegawai) asisten apoteker
di Instalasi Farmasi RSU Tangerang Selatan tidak ada pembagian waktu lembur,
jika terdapat waktu kerja yang berlebih dari biasanya di hitung sebagai loyalitas
dari pegawai. Hal tersebut dirasa tidak sesuai dengan UU RI No.13 tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan bahwa Rumah sakit harus memberikan upah tambahan
kepada setiap pegawainya yang bekerja lembur berdasarkan ketentuan yang
berlaku.
Berdasarkan Peraturan Mentri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
No.102/MEN/VI/2004 Waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak
3 jam/hari dan 14 jam 1 minggu diluar istirahat mingguan atau hari libur resmi.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap pegawai (asisten apoteker) jumlah waktu
jam kerja yang berlebih terkadang bisa mencapai 3-5 jam/ hari itu jika pelayanan
meningkat di hari itu atau semua Poli buka, namun kelebihan jam kerja tidak
terlalu sering.
6.2.3. Aktivitas Pegawai
Dalam penelitian ini pengukuran beban kerja dilakukan dengan menggunakan
teknik work sampling, pengukuran kegiatan kerja dari pegawai (asisten apoteker)
dengan cara melakukan pengamatan dan pencatatan, dimana jumlah informan
137
pengamatan kegiatan dilakukan secara acak. Pada metode ini yang menjadi fokus
pengamatan adalah apa yang dilakukan informan pada waktu tertentu dan apa
kegiatannya pada saat proses kegiatan berlangsung (Ilyas, 2011).
Hal tersebut sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui gambaran
beban kerja tenaga asisten apoteker di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum
(RSU) Kota Tangerang Selatan. Berikut akan dijelaskan terkait kegiatan
produktif, kegiatan non produktif, dan kegiatan pribadi :
1. Kegiatan produktif
Menurut (Ilyas, 2011) Ruang lingkup waktu kerja produktif di bagi
terbagi menjadi dua yaitu waktu kerja dasar, yaitu waktu kerja minimal
yang tidak dapat ditawar-tawar lagi yang secara teori diperlukan untuk
menghasilkan suatu kegiatan.Waktu kerja tambahan, adalah waktu kerja
yang bertambah atau melebihi waktu kerja dasar. Waktu kerja dapat
bertambah karena cara kerja yang tidak efesien, kelemahan metode, tidak
adanya prosedur, dan lain-lain.
Kegiatan Produktif seperti yang telah di jelaskan dalam defenisi
operasional Bab 3, bahwa kegiatan produktif adalah setiap aktivitas atau
pekerjaan yang dilakukan pegawai (asisten apoteker) yang merupakan tugas
dan tanggung jawabnya dan terdapat dokumen uraian tugas pegawai.
Berdasarkan Tabel 5.12. Total Waktu Seluruh Kegiatan Produktif 12 Orang
Tenaga Asisten Apoteker Shift dan Non Shift di Instalasi Farmasi Rumah
Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan dengan teknik work sampling
jumlah waktu seluruh kegiatan produktifnya adalah 22960 menit dengan
138
persentase 86,48%. Adapun jumlah kegiatan yang paling sering dilakukan
adalah pengambilan atau penyiapan obat (Rawat Jalan, Rawat Inpa, UGD,
dan VK/OK) selama 4320 menit dengan persentase 18,65%, entry resep
(Rawat Jalan, Rawat Inpa, UGD, dan VK) selama 3160 menit dengan
persentase 13,64%, penyerahan nomor antrian pada pasien rawat jalan
selama 3140 menit dengan persentase 13,55%. Berdasarkan Tabel 5.13.
Total Waktu Seluruh Kegiatan Non Produktif 12 Orang Tenaga Asisten
Apoteker Shift dan Non Shift Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum
(RSU) Kota Tangerang Selatan dengan teknik work sampling jumlah waktu
seluruh kegiatan non produktifnya adalah tidur yang menghabiskan waktu
1180 menit degan persentase 57,3%. Berdasarkan Tabel 5.14. Total Waktu
Seluruh Kegiatan Pribadi 12 Orang Tenaga Asisten Apoteker Shift dan Non
Shift Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang
Selatan dengan teknik work sampling jumlah waktu seluruh kegiatan pribadi
adalah sholat yang menghabiskan waktu 620 menit dengan persentase
40,52%.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama tujuh hari berturut-
turut tenaga asisten apoteker yang ada di Instalasi Farmasi sudah
menjalankan tugas dan tanggung jawabnya berdasarkan uraian tugas
(Jobdes) yang di buat oleh Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum
(RSU) Kota Tangerang Selatan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
(Karina, 2012) menjelaskan bahwa kenaikan total penggunaan waktu
kegiatan produktif menyebabkan adanya penurunan total waktu kegiatan
non produktif. Berdasarkan uraian pada hasil penelitian di atas kegiatan
139
waktu produktif, kegiatan non produktif, kegiatan pribadi saling
mempengaruhi pada jumlah waktu kegiatan yang di gunakan, semakin
banyaknya jumlah waktu kegiatan produktif saat kegiatan berlangsung maka
akan berpengaruh kepada total waktu kegiatan non produktif.
Berdasarkan teori (Ilyas, 2011), standar optimum yang digunakan untuk
suatu kegiatan personel yang bekerja secara optimal adalah 80% pada waktu
kegiatan produktifnya, jika seseorang sudah melibihi standar optimum maka
dapat dikatakan mempunyai beban kerja yang tinggi. Berdasarkan Tabel
5.12 waktu kegiatan produktif selama tujuh hari pengamatan yang di mulai
pada tanggal 31 Juli s.d 6 Agustus 2017 pada asisten apoteker di Instalasi
Farmasi RSU Tangerang Selatan mencapai 22960 dengan persentase
86,48%, hal tersebut sudah melebihi standar optimum, maka dapat di
katakan beban kerja pegawai (asisten apoteker) di Instalasi Farmasi Rumah
Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan sudah tinggi.
2. Kegiatan Non Produktif
Kegiatan non produktif merupakan Kegiatan yang tidak berkaitan
dengan kepentingan pasien maupun Rumah Sakit Umum (RSU) Kota
Tangerang Selatan yang menyebabkan terbuangnya waktu kerja sehingga
proses kegiatan operasional menjadi terhenti dan mengurangi produktivitas.
Berdasarkan hasil penelitian total waktu yang di habiskan oleh asisten
apoteker pada kegiatan non produktif yang dilakukan selama 7 hari
pengamatan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum (RSU) Kota
Tangerang selatan adalah 2060 menit dengan persentase 7,76%, pada hasil
140
tersebut di jelaskan bahwa kegiatan non produktif yang paling sering adalah
tidur selama 1180 menit dengan persentase 57,3% dalam tujuh hari
pengamatan pada 12 orang asisten apoteker. Pada umumnya kegiatan non
produktif dilakukan saat terdapat shift malam jika tidak ada kegiatan lagi,
pegawai yang jaga saat itu menghabiskan waktu sekitar 1-2 jam untuk tidur.
Berdasarkan penjelasan Tabel 5.13. untuk kegiatan non produktif
terdapat 11 kegiatan / aktivitas yang dilakukan selama proses kegiatan
berlangsung, untuk urutan kegiatan yang paling sering dilakukan adalah
tidur 1180 menit (57,3%), mengobrol 180 menit (8,73%), dan belum datang
120 menit (5,82%). Untuk kegiatan non produktif yang terendah yaitu
mendengarkan musik 20 menit (0,97 %) dan bermain games 20 menit
(0,97%).
Kegiatan non produktif yang dilakukan dalam tujuh hari pengamatan
oleh tengaga asisten apoteker yang di mulai pada tanggal 31 Juli s.d 6
Agustus 2017 yang jatuh pada tanggal Selasa, 1 Agustus 2017 pada hari
pengamatan ke dua sebesar 390 menit merupakan kegiatan non produktif
yang paling sering dilakukan selama tujuh hari pengamatan, hal tersebut
terjadi karena pelayanan pada hari senin dan selasa itu sedikit jumlah dokter
dan poli yang buka tidak terlalu banyak sehingga banyak waktu senggang
saat proses pelayanan berlangsung yang mendorong pegawai untuk
melakukan kegiatan non produktif di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum
(RSU) Kota Tangerang Selatan. Sedangkan kegiatan waktu non produktif
yang paling sedikit di lakukan pada hari Rabu pada pengamatan ke 3, hal
tersebut terjadi karena pelayanan setiap rabu dan kamis buka semua Poli.
141
Berdasarkan Tabel 5.13. Jumlah waktu yang di gunakan oleh seluruh
pegawai (asisten apoteker) di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum (RSU)
Kota Tangerang Selatan dalam melakukan kegiatan non produktif selama
tujuh hari pengamatan mulai dari 31 Juli s.d 6 Agustus 2017 adalah 2060
menit (7,76%). Hal tersebut bila di bandingkan dengan penelitian (Karina,
2012) pada kegiatan non produktif pegawai di Instalasi Farmasi Rumah
Sakit Graha Alfiah menghabiskan waktu 1890 menit (18,75%). Kegiatan
non produktif yang dilakukan oleh asisten apoteker di Instalasi Farmasi
Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan lebih sedikit jika di
bandingkan dengan kegiatan produktif tidak seberapa yaitu 22960 menit
(86,48%).
Menurut (ILO, 1983) dalam (Karina, 2012), kegiatan non produktif pada
pegawai diakibatkan karena kelemahan manajemen atau pimpinan dalam
mengelola penyelesaian pekerjaan ataupun karena perilaku karyawan itu
sendiri. Faktor-faktor yang mempengaruhi usaha peningkatan produktivitas
kerja adalah lingkungan organisasi yaitu organisasi dan perencanaan, sistem
dan manajemen pengawasan produksi, kondisi kerja, disiplin kerja, iklim
kerja, dan kebijakan personalia (Sinungan, 2009). Adapun beberapa hal
yang menyebabkan tingginya kegiatan non produktif pada asisten apoteker
di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan ,
antara lain :
a. Pada umumnya penggunaan waktu produktif di gunakan untuk kegiatan
tidur 1180 menit (57,3%) hal tersebut terjadi karena di waktu shift
malam pelayanan di rawat jalan terhenti sehingga memungkin banyak
142
peluang untuk melakukan kegiatan non produktif seperti tidur, namun
berdasarkan pengamatan yang dilakukan kegiatan non produktif biasa
dilakukan pada saat jam terakhir yaitu di shubuh hari mulai dari jam
04.00 s.d 05.00.
b. Persentase penggunaan waktu non produktif terbesar kedua adalah
mengobrol 180 menit (8,73%), kegiatan non produktif ini dilakukan
juga bisa pada saat waktu kegiatan produktif berlangsung, dan paling
sering saat pelayanan sudah mulai sepi, dan sebelum waktu shalat
masuk.
3. Kegitan Pribadi
Kegiatan pribadi merupakan kegiatan yang di lakukan oleh tenaga asisten
apoteker di Instalasi Farmasi Rumah sakit Umum (RSU) Kota Tangerang
Selatan berkaitan dengan kepentingan pribadi dan kepentingan diri masing-
masing. Adapun kegiatan pribadi yang dilakukan oleh pegawai (asisten
apoteker) saat proses berlangsung terdiri dari lima kegiatan yaitu makan,
sholat, persiapan diri, ke toilet, dan kegiatan di luar ruangan apotek.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan selama tujuh hari
pengamatan mulai dari 31 Juli s.d 6 Agustus total waktu kegiatan pribadi
yang di gunakan oleh pegawai (asisten apoteker) adalah sebesar 1530 menit
(5,76%). Dari pengamatan tersebut kegiatan pribadi paling banyak
dilakukan pada hari pengamatan pertama yaitu senin sebanyak 270 menit
dan kegiatan pribadi paling sedikit yaitu hari pengamatan ke-tiga Rabu yaitu
sebanyak 200 menit. Untuk kegiatan pribadi yang paling banyak
menghabiskan waktu adalah sholat 620 menit (40,52%) menit untuk
143
kegiatan pribadi yang paling sedikit adalah persiapan diri sebelum bekerja
140 menit (9,15%). Adapun beberapa hal yang menyebabkan adanya
kegiatan pribadi pada asisten apoteker di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan, antara lain :
a. Pada umumnya kegiatan pribadi yang paling banyak dilakukan sholat
sebanyak 620 menit (40,52%) rata –rata waktu sholat yang di habiskan
oleh pegawai asisten apoteker adalah 10-15 menit, kemudian di hari
Jum’at waktu shalat dan aktivitas lain yang dilakukan di luar, rata-rata
menghabiskan waktu 1-2 jam untuk pegawai (asisten apoteker) laki-
laki.
b. Kegiatan pribadi ke dua yang paling banyak dilakukan adalah makan
yang menghabiskan waktu 350 menit (22,88%), kegiatan pribadi ini
sering dilakukan saat aktivitas berlangsung, karena tidak ada waktu
jam istirahat jadih pegawai cendrung menghabiskan waktu makannya
di dalam ruangan kerja.
Menurut ( ILO, 1989)Kelonggaran pribadi berkisar antara 2%-5% perhari
atau 20-24 menit. Dapat juga dilihat menurut jenis kelamin, yaitu 5% untuk
pria dan 7% untuk wanita, atau rata-rata 6%. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan pada pegawai (asisten apoteker) Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan Tahun 2017 menghabiskan kegiatan
untuk kegitan pribadi adalah 620 menit (40,52%) yang merupakan kegiatan
untuk beribadah sholat 5 waktu, sholat jum’at, dan sholat Dhuha, jika di
bandingkan dengan ILO maka penggunaan waktu untuk kegiatan pribadi
sudah tinggi.
144
Kegiatan pribadi yang dilakukan di Instalasi Farmasi Rumah sakit Umum
(RSU) Kota Tangerang Selatan tahun 2017 memiliki persentase kegiatan
terkecil jika di bandingkan dengan kegiatan produktif, dan non produktif,
hal tersebut terjadi karena sedikitnya peluang para pegawai (asisten
apoteker) untuk melakukan kegiatan pribadi karena pelayanan kepada
pasien yang tidak bisa di tinggalkan. Hal ini menunjukan kesamaan pada
hasil penelitian yang dilakukan oleh (Karina, 2012) pada kegiatan pribadi
pegawai di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Graha Alfiah Depok memiliki
persentase yang lebih rendah jika di bandingkan dengan kegiatan lain.
6.2.4. Beban Kerja
Beban kerja pegawai (asisten apoteker) di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan merupakan jumlah kegiatan yang
dilakukan pegawai selama bertugas disuatu unit pelayanan Farmasi berdasarkan
tugas utama dan tugas tambahan dalam memenuhi kebutuhan pasien, baik
kegiatan produktif, non produktif, maupun pribadi lain. Menurut(Nurutami, 2009)
beban kerja merupakan banyaknya jenis pekerjaan yang harus diselesaikan oleh
tenaga kesehatan professional dalam waktu setahun di sebuah sarana pelayanan
kesehatan. Hal tersebut sesuai dengan Keputusan Mentri Pendayagunaan Aparatur
Negara No. KEP/75/M.PAN/7/2004 beban kerja merupakan sejumlah target
pekerjaan atau target hasil yang harus dicapai dalam satu satuan waktu tertentu.
Menurut (Ilyas, 2011), pada kenyataannya tidak mungkin bagi kita untuk
mengharapkan personel bekerja secara maximum 100%, oleh karena itu di
butuhkan standar optimum nasional yang dapat di jadikan sebagai parameter
dalam menentukan tingkat beban kerja personel. Standar optimum yang di
145
gunakan untuk mengharapkan setiap personel dapat bekerja secara optimal
berkisar 80%. Bila seseorang staf bekerja di atas 80% dari waktu produktifnya
maka dapat dikatakan bahwa beban kerjanya tinggi. Pengukuran beban kerja
biasanya cendrung berdasarkan keluhan personel akan kesibukan, beban kerja
yang tinggi, serta tuntutan waktu kerja yang lembur. Namun pengukuran beban
kerja dengan metode work sampling dengan interval waktu 10 menit, sehingga
diketahui seluruh kegiatan yang dilakukan. Hasil penelitian yang dilakukan
dengan metode work sampling pada asisten apoteker di Instalasi Farmasi Rumah
Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan Tahun 2017 waktu yang di gunakan
untuk kegiatan produktif adalah 22960 menit (86,48%).
Berikut akan di tampilkan diagram rincian waktu perhari kegiatan produktif,
kegiatan non produktif, dan kegiatan pribadi selama tujuh hari pengamatan mulai
31 Juli s.d 6 Agustus 2017:
146
Diagram 7.1. Gambaran Kegiatan Asisten Apoteker Per hari Selama 7 Hari
Pengamatan 31 Juli s.d 6 Agustus 2017 di instalasi Farmasi Rumah Sakit
Umum Kota Tangerang Selatan Tahun 2017
84,46%
8,77%6,77%
Senin
KegiatanProduktif
KegiatanNonProduktif
KegiatanProibadi 84,71
%
9,78%5,51%
Selasa
KegiatanProduktif
KegiatanNonProduktif
KegiatanPribadi
89,34%
6,13% 4,53%
Rabu KegiatanProduktif
KegiatanNonProduktif
KegiatanPribadi
90,24%
5,00%4,76%
Kamis KegiatanProduktif
KegiatanNonProduktifKegiatanPribadi
88,47%
7,77%3,76%
Jum'at
Kegiatan Produktif
kegiatan Non Produktif
Kegiatan Pribadi
147
Berdasarkan Diagram 7.1 menunjukan persentase seluruh kegiatan (kegiatan
produktif, kegiatan non produktif, kegiatan pribadi) yang di gunakan asisten
apoteker di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan
Tahun 2017 pada hari Senin s.d Minggu. Pada hari Senin menunjukan kegiatan
untuk waktu produktif mencapai 84,46%, hari Selasa mencapai 84,71%, hari Rabu
89,34%, hari kamis mencapai 90,24%, hari Jum’at mencapai 88,47%, hari Sabtu
mencapai 83%, hari Minggu mencapai 82,30%. Jika di bandingkan dengan
standar optimum 80% seluruh kegiatan produktif dari hari Senin 31 Juli 2017 s.d
Minggu 6 Agustus 2017 telah melebihi standar optimum tersebut, jadi setiap hari
dapat dikatakan beban kerja di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum (RSU) Kota
Tangerang Selatan sudah tinggi.
Bila personel sudah bekerja diatas 80% setiap harinya dari waktu produktifnya,
maka kita wajib mempertimbangkan dan memperhatikan bahwa unit kerja
tersebut sedang menghadapi beban kerja yang tinggi (Ilyas, 2011). Berdasarkan
hasil wawancara terkait beban kerja kepada 12 orang asisten apoteker yang
bertugas di Apotek Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang
83,00%
8,00%9,00%
Sabtu
KegiatanProduktif
KegiatanNonProduktif
KegiatanPribadi
82,30%
10,06%7,64%
Minggu
kegiatanProduktif
KegiatanNonProduktif
KegiatanPribadi
148
Selatan menyatakan bahwa beban kerja di Instalasi Farmasi sudah tinggi dan
untuk kedepannya butuh tenaga lagi, perbaikan sarana dan prasarana, dan sistem
manajemen SDM.
Menurut (Suhendra, 2006) jika karyawan bekerja di bawah standar, dapat
berarti estimasi yang di tetapkan lebih tinggi di banding kapasitas karyawan itu
sendiri sehingga beban kerja yang diemban terasa lebih. Oleh karena itu
banyaknya keluhan yang ada akan beban kerja yang berlebih dapat juga di
sebabkan karena ada beberapa pegawai yang bekerja di bawah standar yang ada
sehingga setiap pekerjaan yang mereka terasa berat.
Menurut(Moekijat, 2008) bahwa ketidaknyamanan suasana kerja akan membuat
pegawai merasa beban kerja yang dilakukan berlebih, jika terjadi kelebihan beban
kerja maka para pegawai akan merasa kelelahan dalam melakukan pelayanan
sehingga akan dapat berakibat pada menurunnya kualitas pelayanan.
6.2.5. SOP (Standar Operasional Prosedure)
Berdasarkan Defenisi Operasional yang ada di Bab 3, Standard Operational
Prosedure (SOP) merupakan suatu pedoman atau acuan untuk melaksanakan
tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat penilaian kinerja instansi
pemerintah berdasarkan indikator-indikator teknis, administratif dan prosedural
sesuai tata kerja, prosedur kerja dan sistem kerja pada unit kerja yang
bersangkutan.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan Tahun 2017 untuk StandardOperational
149
Proseduresudah lengkap dimana setiap kegiatan/aktivitas terdapat SOP masing
masing, namun tidak terdapat penjelasan waktu pada setiap kegiatan.
Berdasarkan hasil wawancara pada beberapa asisten apoteker di Instalasi
Farmasi Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan untuk kegiatan
sosialisasi Standar Operational Prosedure (SPO) jarang dilakukan dan tidak
semua asisten apoteker hafal SOP yang ada, dan untuk SOP pada semua kegiatan
tidak di tampilakan di ruang kerja yang berpengaruh terhadap pelaksanaan
aktivitas /kegiatan untuk memahami isi dan prosedur pekerjaan yang lebih baik,
sehingga mempermudah pekerjaan karyawan.
Hal tersebut juga sama pada penelitian yang dilakukan oleh (Nurutami, 2009)
bahwa prosedur kerja yang dilakukan di Logistik farmasi Rumah Sakit Islam
Cempaka Putih hanya dilakuakn dengan melalui KIE atau rapat rutin yang
berpengaruh pada kualitas kerja pegawai.
150
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1.Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah di peroleh
peneliti selama tujuh hari pengamatan yang di mulai tanggal 31 Juli s.d 6 Agustus
di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan terkait
gambaran beban kerja tenaga asisten apoteker dapat di ambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Berdasarkan karakteristik pegawai yang ada di Instalasi Farmasi Rumah
Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan Tahun 2017 belum memenuhi
kriteria berdasarkan berdasarkan Permenkes No. 80 Tahun 2016 Tentang
Penyelenggaraan Pekerjaan Asisten Tenaga kesehatan untuk kualifikasi
pendidikan Asisten Apoteker harus memiliki kualifikasi minimum Diploma
Tiga (D3) Kefarmasian, namun untuk spesifikasi tenaga asisten apoteker
yang ada telah sesuai selain dilihat dari latar belakang, juga melihat dari
pengalaman kerja, adanya surat ujian kompetensi, terdaftar di Departemen
Kesehtan (Depkes), terdaftar di Asosiasi Profesi, mempunyai Surat ijin kerja
(SIK), dan Surat Keputusan (SK) penempatan. Untuk tenaga dengan latar
belakang pendidikan SMF/SMKF Kefarmasian maka dianjurkan untuk
menempuh pendidikan lagi.
2. Berdasarkan uraian tugas asisten apoteker di Rumah Sakit Umum (RSU)
Kota Tangerang Selatan Tahun 2017 dapat dilihat berdasarkan pembagian
151
waktu kerja yang terdiri dari Asisten Apoteker Shift, Non Shift, dan
jabatannya. Perbedaan uraian tugas dan terdapat Job Desrcription
(JOBDES) tambahan, sehingga berpengaruh kepada beban kerja terhadap
beberapa tenaga asisten apoteker.
3. Berdasarkan waktu kerja pegawai yang ada di Instalasi Farmasi Rumah
Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan terdiri dari pegawai shift dan
pegawai non shift, berdasarkan tujuh hari pengamatan yang dilakukan
pegawai non shift menghabiskan waktu 8 jam 30 menit tiap harinya dan
untuk pegawai shift menghabiskan waktu 7-10 jam tiap harinya. Sehingga
tidak sesuai dengan pembagian waktu yang ada di ILO untuk waktu kerja
perhari yaitu 7 jam atau 40 jam kerja/minggu atau 8 jam kerja/hari atau 40
jam kerja/minggu untuk lima hari kerja dalam 1 minggu.
4. Aktivitas pegawai terdiri kegiatan produktif, kegiatan non produktif, dan
kegiatan pribadi. Pada masing-masing kegiatan mempunyai jumlah waktu
yang berbeda pada setiap kegiatan dan 12 informan yang ada. Untuk
kegiatan produktif tujuh hari pengamatan secara keseluruhan menghabiskan
waktu sebanyak 22690 menit (86,47%), Kegiatan non produktif
menghabiskan waktu sebanyak 2060 menit (7,76%), Kegiatan pribadi
menghabsikan waktu sebanyak 1530 menit (5,76%). ). Standar optimum
yang digunakan untuk suatu kegiatan personel yang bekerja secara optimal
adalah 80 % untuk dapat dikayakan tinggi, dan tidak mungkin
mengharapkan pegawai menghabiskan waktu kerjanya 100% (Ilyas, 2011)
5. Standar Operational Prosedure (SOP) di buat oleh Kepala Instalasi
Farmasi dan ditetapkan oleh Direktur Rumah Sakit Umum (RSU) Kota
152
Tangerang Selatan yang mengacu kepada kebijakan umum pelayanan
Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan nomor 188.4/046-
Yanmed/2016. Standar Prosedur Operasional sudah lengkap dimana setiap
kegiatan/aktivitas terdapat SOP masing masing, namun tidak terdapat
penjelasan waktu pada setiap kegiatan. Dalam menghitung standar beban
kerja tenaga farmasi diperlukan waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan kegiatan pelayanan farmasi yang umumnya tercantum dalam
Standar Prosedur Operasional (SPO) sehingga dapat dibandingkan antara
hasil pengamatan dengan standar beban kerja dan peraturan standar beban
kerja.
6. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan (observasi) selama tujuh
hari, persentase penggunaan waktu kerja produktif sebanyak 22690 menit
(86,48%), waktu non produktif 2060 menit (7,76%), waktu untuk kegiatan
pribadi 1530 menit (5,76%). Pada Diagram 7.1 di Jelaskan waktu kegiatan
dari hari Senin s.d Minggu. Pada hari Senin menunjukan kegiatan untuk
waktu produktif mencapai 84,46%, hari Selasa mencapai 84,71%, hari Rabu
89,34%, hari kamis mencapai 90,24%, hari Jum’at mencapai 88,47%, hari
Sabtu mencapai 83%, hari Minggu mencapai 82,30%. Pada kegiatan non
produktif dan kegiatan pribadi pada hari Senin s.d Minggu adalah sebagai
berikut ; Pada hari Senin menunjukan kegiatan untuk waktu produktif dan
waktu pribadi mencapai (8,77% dan 6,77%), hari Selasa mencapai (9,78%
dan 5,51% ), hari Rabu (6,13% dan 4,53%) , hari kamis mencapai %(5%
dan 4,76%), hari Jum’at mencapai (7,77% dan 3,76%), hari Sabtu mencapai
(8 % dan 9%), hari Minggu mencapai (10,06% dan 7,64%). Sehingga beban
153
kerja setiap hari sudah dapat dikatakan tinggi dengan standar optimum 80%
(Ilyas, 2011)
7. Beban kerja di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum (RSU) Kota
Tangerang Selatan telah melebihi standar optimum 80%, maka dapat
disimpulkan beban kerja asisten apoteker tinggi karena menghabiskan
waktu produktif 86,48%. Menurut ( ILO, 1989) Kelonggaran pribadi
berkisar antara 2%-5% perhari atau 20-24 menit. Dapat juga dilihat menurut
jenis kelamin, yaitu 5% untuk pria dan 7% untuk wanita, atau rata-rata 6%.
7.2.Saran
7.2.1. Untuk Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan
1. Rumah sakit sebaiknya melakukan pemisahan pelayanan obat di
Instalasi farmasi rawat jalan dengan rawat inap agar setiap pegawai
dapat lebih fokus terhadap pekerjaannya.
2. Rumah sakit sebaiknya meningkatkan sarana dan prasarana dengan
membuat Depo setiap lantai pada pelayanan khusus Poli, UGD,
Rawat Inap agar mengurangi mobilitas pegawai.
3. Mengadakan pelatihan terkait pelayanan kepada pasien, service
excellent, dan kegiatan kefarmasian yang lebih aplikatif dalam
melakukan pelayanan sehari-hari untuk mencegah terjadinya
medication error.
4. Mempercepat Proses Perekrutan pegawai untuk asisten apoteker,
serta memperbaiki manajemen kepegawaian yang ada di Instalasi
Farmasi.
154
7.2.2. Untuk Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang
Selatan
1. Mensosialisasikan Standard Operational Prosedure (SOP) dan Uraian
Tugas (Job Description) dengan KIE secara langsung dan tidak langsung
seperti menempelkan di dinding ruang kerja pegawai sebagai pengingat,
agar semua pegawai melakukan tugas dan tanggung jawabnya sesuai
dengan kebijakan yang telah di buat rumah sakit, dalam meningkatkan
kualitas kerja pegawai tersebut.
2. Melakukan analisis kebutuhan pegawai untuk penambahan tenaga farmasi
sesuai dengan jumlah dan spesifikasi yang telah di tetapkan oleh rumah
sakit.
3. Melengkapi dan meng-update pedoman dan data kepegawaian yang di
butuhkan Instalasi Farmasi seperti perubahan SOP, Instruksi Kerja, data
pelayanan resep, data medication error sebagai pedoman dalam
peningkatan mutu di Instalasi Farmasi.
7.2.3. Untuk Asisten Apoteker di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum
(RSU) Kota Tangerang Selatan.
1. Setiap tenaga asisten apoteker sebaiknya bekerja sesuai dengan uraian
tugas, SOP (Standard Operational Prosedure), instruksi kerja yang ada
dalam mengharapkan pekerjaan yang optimal.
2. Mempercepat proses pelayanan dengan menghindari kegiatan non
produktif saat proses pelayanan berlangsung seperti mengobrol, dan
bermain HP.
155
3. Untuk kegiatan pribadi sperti tidur dapat dihindari dengan melakukan
aktifitas lainnya dengan menghitung pelayanan resep, merapikan apotek,
dan mengerjakan amprahan untuk hari besok.
4. Meningkatkan produktifitas kerja pribadi dalam memberikan pelayanan
yang baik kepada pasien.
156
Daftar Pustaka
Afrianto. (2011). Pengaruh Karakteristik Individu Terhadap Pengembangan
Karir Karyawan pada Hotel Jatra Pekanbaru ”. Jurnal Ekonomi
manajemen. Universitas Islam Riau,Pekanbaru.
Anindita, Widya. (2011). Beban Kerja dan Kebutuhan Tenaga Instalasi Farmasi
Rumah Sakit Hermina Depok Tahun 2011. [Tesis]. Depok: Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Atmoko, Tjipto. (2008). Standar Operasional Prosedur (SOP) dan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. diakses pada 20 April 2017 dari
http://e-dokumen.kemenag.go.id/files/BX32jRZz1284857253.pdf
Badra, Al-Aufa. (2013). Gambaran Kualitas dan Kinerja Berdasarkan Indeks
Kepuasan Masyarakat Pada Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit
Umum Kota Tangerang Selatan Tahun 2013.[ Skripsi]. FKIK: UIN Jakarta
Badriah, Fase. (2015). Pengungkapan Kesalahan Medis Disclossing Medical
Error for Safety Patient Culture. Jakarta: UIN Press
Bustami. (2011). Penjaminan Mutu Pelayanan Kesehatan & Akseptabilitasnya.
Jakarta: Erlangga.
Depkes RI. (2008). Tanggung Jawab Apoteker Terhadap Keselamatan Pasien
(Patient Safety). Jakarta: Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik
Ditjen Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan. diakses pada 3 Agustus 2017
http://w.w.wa. apif.binfar.depkes. go. id./bmsimages 1361517912.pdf.
157
Dondu, dkk. (2016). Faktor Penyebab Medication Error Pada Pelayanan
Kefarmasian Rawat Inap Bangsal Anak RSUP Prof. DR. R.D. Kandou
Manado. J. Ilmu Farm. UNSRAT Vol. 5 No. 3.
Handoko. T. Hani. (2008). Manajemen Personalia Sumber Daya Manusia
(Ed.Kesepuluh). Jakarta: PT.Indeks
Hasibuan, H.Malayu. (2012). Manajemen Sumber Daya Manusia (Ed. Revisi. ).
Jakarta: PT.Bumi Aksara.
Febriawatii, Henni. (2013). Manajemen Logistik Farmasi Rumah Sakit.
Yogyakarta: Gosyen Publishing,
Ilyas. (2011). Perencanaan SDM Rumah Sakit, Teori, Metoda dan Formula.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyaraat Universitas Indonesia
Irwandy, 2007. Faktor-faktor (waktu kerja perawat, kelengkapan fasilitas,
tugas tambahan) yang berhubungan dengan beban kerja perawat di unit
Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Dadi Makasar.[Skripsi]. Makassar :
Unversitas Negeri Makassar
Ivancevich, John .M, dkk. (2007). Perilaku & Manajemen Organisasi. Jakarta:
Erlangga.
Julia. (2017). Jam Kerja, Cuti, dan Upah Program Officcer ILO Jakarta.
Jakarta:ILO
158
Karina. (2012). Gambaran Beban Kerja Pegawai di Instalasi Farmasi Rumah
Sakit Hasanah Graha Afiah.[Skripsi]. Depok: Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia
Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No. 1197/Menkes/SK/2004
tentang Standar Pelayanan Farmasi Di Rumah Sakit.
Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor. 81/MENKES/SK/I,
2004. Pedoman Penyusunan Perencanaan Sumber Daya Manusia
Kesehatan di Tingkat Propinsi, Kabupaten/Kota Serta Rumah Sakit.
Krisna. (2012). Analisis Beban Kerja dan Kebutuhan Tenaga di Instalasi farmasi
Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung. [Tesis]. Depok: Fakultas
Kesehatan Masyarakat program Kajian Administrasi Rumah Sakit
Universitas Indonesia.
Leonardo dan Budi. (2014). Analisis Deskriptif Indikator Gross Death Rate
(GDR) dan Net Death Rate (NDR) DI RSUD Tugerejo Semarang Tahun
2010 - 2014.[Skripsi]. Semarang: Universitas Dian Nuswantoro Fakultas
Kesehatan Dan Rekam Medis Informatika Kesehatan. di akses pada 20
Agustus pada alamat web http//. eprints.dinus/ac/id/eprint/17358
Mardiana, dkk. (2014). Hubungan Kepuasan Kerja d engan Turnover Intentions
pada Perawat Rumah Sakit Dhuafa. IPB Dep. Komun. Dan Pengemb.
Masy. Fak. Ekol. Mns. Vol. 9 No. 2.
159
Marfinosa. (2003). Gambaran Beban Kerja Karyawan di sub unit pembelian
RS Haji Jakarta Tahun 2003 [Skripsi]. Depok: Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia
Misdi. (2001). Analisis Kerja Tenaga Asisten Apoteker dI Apotek Rumah Sakit
Umum Daerah Dr Slamet Kapupaten Garut Tahun 2001.Semarang:
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Dipenegoro. di akses pada 23
Agustus pada alamat web http//www.fkm.undip.ac.id
Moekijat. (2008). Pengembangan Sumber Daya Manusia (Ed. Revisi). Jakrta:
PT.Rineka Cipta.
Muninjaya, A.A. Gde. (2004). Manajemen Kesehatan Edisi 2. Jakarta: Penerbit
Buku kedokteran EGC
Notoadmojo dan Soekidjo. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip - Prinsip
Dasar. Jakarta: PT.Asdi Mahasatya.
Nurutami. (2009). Gambaran Beban Kerja Staf Logistik Perbekalan Kesehatan
RS Islam Jakarta Cempaka Putih Tahun 2009. [Skripsi]. Depok: Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Pedoman Pengorganisasian Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum (RSU) Kota
Tangerang Selatan Tahun 2017
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, No. 51 Tahun, 2009. Undang -
Undang No 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian.
160
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, 2014. Undang-Undang Republik
Indonesia No 36 Tahun 2014 Tentang Kesehatan.
Peraturan Presiden RI No. 44, 2009. Menurut Peraturan Presiden Nomor 44 tahun
2009 tentang Rumah Sakit.
Profil Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan Tahun 2016
Puji, I., 2014. Buku Pintar Membuat S.O.P . Yogyakarta: Flash Books.
Puspita. (2011). Analisis Kebutuhan Tenaga dengan Metode Workload Indicators
of Staffing Need (WISN) di Unit Pelatihan dan Pengembangan Rumah Sakit
Tebet Jakarta Tahun 2011. [Skripsi]. Depok: Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia
Rahmayanti, Vira. (2017). Gambaran Sistem Distribusi Obat dan bahan Medis
Habis Pakai (BMHP) di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum (RSU) Kota
Tangerang Selatan Tahun 2017. [Skripsi]. FKIK: Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Rivai, V. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan Teori
untuk Praktik. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Robbins, S., (2008). Organizational Behaviour, Tenth Edition (Perilaku
Organisasi (Edisi ke Sepuluh). Jakarta: Salemba Empat
Rubbiana. (2015). Analisis Beban Kerja dan Kebutuhan Tenaga Perawat
Pelaksana dengan Metode Workload Indicatos Staff Need (WISN) di
161
Instalasi Rawat Inap Tulip RSUD Kota Bekasi Tahun 2015. [Skripsi].
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Saidah, N. (2016). Gambaran Penanganan Keluhan Pasien di Rumah Sakit
Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan Tahun 2016 (Studi Kasus Pada Unit
Instalasi Farmasi). [Skripsi]. FKIK: Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Sedarmayanti. (2007). Manajemen Sumber Daya Manusia Reformasi Birokrasi
dan manajemen Pegawai Negri Sipil. Bandung: Refika Aditama.
Sinungan, M. (2009). Produktivitas Apa dan Bagaimana ? Jakarta: Bumi Aksara.
Soeroso, S., (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia di rumah Sakit. Jakarta:
Penerbit Buku kedokteran EGC.
Sugiyono. (2015). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Suhendra, H. (2006). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: UIN Jakarta
Pers.
Sunyono dan Danang. (2012). Manajemen Sumber Daya Manusia CAPS (Center
For Academic Publishing Service ). Bandung: PT.Remaja Rosdakarya
Thoha, M. (2010). Kepemimpinan Dalam Manajemen . Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Umar. (2008). Desain Penelitian MSDM dan Perilaku Karyawan Paradigma
Positivistik dan Berbasis Pemecahan Masalah. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada
162
UU No. 54 Tahun 2003, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 54 Tahun
2003 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 97 Tahun 2000
Tentang Formasi Pegawai Negeri Sipil.
Wulandari, S. (2014). Beban Kerja Subyektif dan Obyektif Tenaga Farmasi
Rawat Jalan di Rumah Sakit. Jurnal Surabaya: Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Airlangga
163
Lampiran
164
Inform Concern
Kepada Yth:
Calon Responden
Tenaga Pelayanan Kefarmasian di Instalasi Farmasi
Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan
Assalamu’alaikum, Wr. Wb.
Saya Dara Herwina , mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
bermaksud mengadakan penelitian tentang “Gambaran Beban Kerja Tenaga
Asisten Apoteker di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum (RSU) Kota
Tangerang Selatan Tahun 2017”. Data yang diperoleh akan direkomendasikan
sebagai landasan rumah sakit dalam meningkatkan kualitas pelayanan
kefarmasian. Pengumpulan data akan dilakukan dengan cara pengamatan
(observasi) terhadap seluruh kegiatan Tenaga farmasi yaitu kegiatan langsung,
kegiatan tidak langsung, dan kegiatan pribadi dengan menggunakan metode work
sampling. Pengamat (observer) mengamati pegawai melakukan tugasnya dari
jauh sehingga pegawai dapat melakukan tugas seperti biasanya tanpa merasa
terganggu. Peneliti menjamin bahwa penelitian ini tidak akan menimbulkan
sesuatu yang berdampak negatif terhadap pegawai maupun institusi. Peneliti
sangat menghargai hak-hak responden dengan cara menjamin kerahasiaan
identitas dan informasi yang saudara berikan akan dijaga dan hanya digunakan
untuk kepentingan penelitian ini. Untuk itu peneliti sangat mengharapkan
partisipasi anda dalam penelitian ini dan sebagai tanda setuju mohon kesediannya
menandatangani lembar persetujuan yang telah disediakan.
Jakarta, Juli 2017
Dara Herwina
Lampiran 1
165
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Saya yang bertandatangan dibawah ini setelah membaca dan memahami
penjelasan tentang surat pengantar responden, saya menyatakan bersedia menjadi
responden yang dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang sedang melakukan penelitian dengan judul:
“Gambaran Beban Kerja Tenaga Asisten Apoteker di Instalasi Farmasi RSU Kota
Tangerang Selatan Tahun 2017”
Saya memahami bahwa keikutsertaan saya sebagai responden dalam
penelitian ini bermanfaat bagi peningkatan kualitas pelayanan kefarmasian di
RSU Kota Tangerang Selatan. Saya mengerti bahwa penelitian ini tidak
berdampak negatif kepada saya dan rumah sakit.
Jakarta, Juli 2017
Responden
Lampiran 2
166
Lampiran 3
FORMULIR WORK SAMPLING TENAGA FARMASI DI INSTALASI
FARMASI RSU KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2017
Pengamat : Hari Pengamatan Ke- :
Unit : InstalasI farmasi
Jenis Tenaga : Asisten Apoteker
Hari / Tanggal / Waktu :
Shift: Pagi (07.00 s.d 17.00)
Waktu
Kode
Informan
Kegiatan Produktif Kegiatan Non Produktif Kegiatan Pribadi Keterangan
Kegiatan Bobot Kegiatan Bobot Kegiatan Bobot
07.00
07.10
07.20
07.30
07.40
07.50
08.00
08.10
08.10
08.20
08.30
08.40
08.50
09.00
09.10
Dst...
17.00
167
Lampiran 3
FORMULIR WORK SAMPLING TENAGA FARMASI DI INSTALASI
FARMASI RSU KOTATANGERANG SELATAN TAHUN 2017
Pengamat : Hari Pengamatan Ke- :
Unit : InstalasI farmasi
Jenis Tenaga : Asisten Apoteker
Hari / Tanggal / Waktu :
Shift: Sore (14.00-21.00)
Waktu
Kode
Informan
Kegiatan Produktif Kegiatan Non Produktif Kegiatan Pribadi Keterangan
Kegiatan Bobot Kegiatan Bobot Kegiatan Bobot
14.00
14.10
14.20
14.30
14.40
14.50
15.00
15.10
15.20
15.30
15.40
15.50
16.00
16.10
16.30
16.40
Dst...
21.00
168
Lampiran 3
FORMULIR WORK SAMPLING TENAGA FARMASI DI INSTALASI
FARMASI RSU KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2017
Pengamat : Hari Pengamatan Ke :
Unit : InstalasI farmasi
Jenis Tenaga : Asisten Apoteker
Hari / Tanggal / Waktu :
Shift: Malam (21.00-07.00)
Waktu
Kode
Informan
Kegiatan Produktif Kegiatan Non Produktif Kegiatan Pribadi Keterangan
Kegiatan Bobot Kegiatan Bobot Kegiatan Bobot
21.00
21.10
21.20
21.30
21.40
21.50
21.00
21.10
21.20
21.30
21.40
21.50
22.00
22.10
22.30
Dst...
07.00
169
Jumlah Pengamatan Waktu Kerja 12 Orang Asisten Apoteker Berdasarkan
Jenis Kegiatan Dan Hari Pengamatan i Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Umum Kota Tangerang Selatan Tahun 2017
Hari
Pengamatan
Jenis Kegiatan Nama Kegiatan Jumlah
Waktu
(Menit)
Hari Ke 1
Senin
31-07-2017
Kegiatan Produktif Entry Resep (Rajal, Ranap, UGD, OK, ) 470
Entry Resep (Rajal, Ranap, UGD, OK,BPJS) pada
sistem Rumah Sakit
160
Membuat permintaan barang dari apotek ke
gudang
100
Memasukkan SBBK ke kartu stok 90
Merekap pengeluaran obat di apotek 30
Memasukkan rekapan ke kartu stok 70
Pengambilan/penyiapan obat (Ranap,
Rajal,UGD,VK)
730
Etiketing Resep 410
Peracikan Obat 70
Penyerahan obat (pemberian informasi obat
kepada pasien)
120
Merapikan obat ke tempat/raknya 110
Menerima returan obat/alkes dari ruangan 130
Memasukkan jumlah returan ke kartu stok 70
Membersihkan ruangan & alat racik 80
Menulis pemesanan paket OK 40
Penyerahan nomor antrian pada pasien rajal 240
Penyerahan nomor antrian pada pasien rajal -
Memisahkan obat/alkes ED 250
Merapikan return dari Rawat inap 30
Penerimaan resep dan menulis no telpon pasien di
resep
50
Memantau dan pencatatan suhu di lemari
pendingin
40
Peracikan untuk stok obat jumlah besar di hari
libur (sabtu, minggu dan libur nasional).
-
Mencatat rekapan penerimaan dan pengeluaran
obat & bahan medis habis pakai ke dalam buku
mutasi obat dan Membuat laporan semester mutasi
obat dan bahan medis habis pakai.
80
Lampiran 4
170
Hari
Pengamatan
Jenis Kegiatan Nama Kegiatan Jumlah
Waktu
(Menit)
Total Kegiatan Produktif Hari Pengamatan Ke 1 3370
Kegiatan Non Produktif Mengobrol 20
Chattingan 10
Internetan 10
Mendengarkan Musik 10
Belum datang 20
Menelpon 20
Hari
Pengamatan
Jenis Kegiatan Nama Kegiatan Jumlah
Waktu
(Menit)
Hari Ke 1
Senin
31-07-2017
Kegiatan Produktif Games 10
Tidur 220
Apel Pagi 10
Duduk /Diam 10
Kegiatan Non Produktif lainnya 10
Total Kegiatan Non Produktif Hari Pengamatan Ke 1 350
Hari Ke 1
Senin
31-07-2017
Kegiatan Pribadi Makan 80
Sholat 160
Persiapan diri -
Ke Tiolet 30
Kegiatan Pribadi di luar ruangan -
Total Waktu Kegiatan Pribadi Hari Pengamatan Ke 1 270
Hari
Pengamatan
Ke 2
Selasa
1-08-2017
Kegiatan Produktif
Entry Resep (Rajal, Ranap, UGD, OK, ) 400
Entry Resep (Rajal, Ranap, UGD, OK,BPJS) pada
sistem Rumah Sakit
180
Membuat permintaan barang dari apotek ke
gudang
110
Memasukkan SBBK ke kartu stok 120
Merekap pengeluaran obat di apotek 90
Memasukkan rekapan ke kartu stok 60
Pengambilan/penyiapan obat (Ranap,
Rajal,UGD,VK)
740
Etiketing Resep 390
Peracikan Obat 70
Penyerahan obat (pemberian informasi obat
kepada pasien)
150
Merapikan obat ke tempat/raknya 90
Menerima returan obat/alkes dari ruangan 120
Memasukkan jumlah returan ke kartu stok 70
Membersihkan ruangan & alat racik 80
171
Hari
Pengamatan
Jenis Kegiatan Nama Kegiatan Jumlah
Waktu
(Menit)
Menulis pemesanan paket OK 80
Penyerahan nomor antrian pada pasien rajal 250
Penyerahan nomor antrian pada pasien rajal -
Memisahkan obat/alkes ED 30
Merapikan return dari Rawat inap 70
Penerimaan resep dan menulis no telpon pasien di
resep
60
Memantau dan pencatatan suhu di lemari
pendingin
40
Peracikan untuk stok obat jumlah besar di hari
libur (sabtu, minggu dan libur nasional).
-
Mencatat rekapan penerimaan dan pengeluaran
obat & bahan medis habis pakai ke dalam buku
mutasi obat dan Membuat laporan semester mutasi
obat dan bahan medis habis pakai.
180
Nama Kegiatan Jumlah
Waktu
(Menit)
Total Kegiatan Produktif Hari Pengamatan Ke 2 3380
Hari
Pengamatan
Ke 2
Selasa
01-08-2017
Kegiatan Non
Produktif
Mengobrol 20
Chattingan 20
Internetan 10
Mendengarkan Musik 10
Belum datang 20
Menelpon 10
Games 10
Tidur 260
Apel Pagi 10
Duduk /Diam 10
Kegiatan Non Produktif lainnya 10
Total Waktu Kegiatan Non Priduktif Hari Pengamatan Ke 2 390
Hari
Pengamatan
Ke 2
Selasa
01-08-2017
Kegiatan Pribadi Makan 80
Sholat 110
Persiapan diri -
Ke Tiolet 20
Kegiatan Pribadi di luar ruangan 10
Total Waktu Kegiatan Pribadi Hari Pengamatan Ke 2 220
Hari
Pengamatan
Ke 3
Rabu
02-08-2017
Kegiatan Produktif
Entry Resep (Rajal, Ranap, UGD, OK, ) 650
Entry Resep (Rajal, Ranap, UGD, OK,BPJS) pada
sistem Rumah Sakit
180
Membuat permintaan barang dari apotek ke
gudang
60
Memasukkan SBBK ke kartu stok 140
Merekap pengeluaran obat di apotek 90
172
Hari
Pengamatan
Jenis Kegiatan Nama Kegiatan Jumlah
Waktu
(Menit)
Memasukkan rekapan ke kartu stok 60
Pengambilan/penyiapan obat (Ranap,
Rajal,UGD,VK)
840
Etiketing Resep 490
Peracikan Obat 90
Penyerahan obat (pemberian informasi obat
kepada pasien)
250
Merapikan obat ke tempat/raknya 90
Menerima returan obat/alkes dari ruangan 120
Memasukkan jumlah returan ke kartu stok 70
Membersihkan ruangan & alat racik 80
Menulis pemesanan paket OK 90
Penyerahan nomor antrian pada pasien rajal 270
Penyerahan nomor antrian pada pasien rajal -
Memisahkan obat/alkes ED 50
Merapikan return dari Rawat inap 80
Nama Kegiatan Jumlah
Waktu
(Menit)
Hari
Pengamatan
Ke 3
Rabu
02-08-2017
Kegiatan Produktif
Penerimaan resep dan menulis no telpon pasien di
resep
100
Memantau dan pencatatan suhu di lemari
pendingin
20
Peracikan untuk stok obat jumlah besar di hari
libur (sabtu, minggu dan libur nasional).
-
Mencatat rekapan penerimaan dan pengeluaran
obat & bahan medis habis pakai ke dalam buku
mutasi obat dan Membuat laporan semester mutasi
obat dan bahan medis habis pakai.
120
Total Waktu Kegiatan Produktif Hari Pengamatan Ke 3 3940
Hari
Pengamatan
Ke 3
Rabu
02-08-2017
Kegiatan Non
Produktif
Mengobrol 30
Chattingan 10
Internetan -
Mendengarkan Musik 10
Belum datang -
Menelpon 20
Games
Tidur 190
Apel Pagi 10
Duduk /Diam -
Kegiatan Non Produktif lainnya -
Total Waktu Kegiatan Non Produktif Hari Pengamatan Ke 3 270
173
Hari
Pengamatan
Jenis Kegiatan Nama Kegiatan Jumlah
Waktu
(Menit)
Hari
Pengamatan
Ke 3
Rabu
02-08-2017
Kegiatan Pribadi Makan 70
Sholat 110
Persiapan diri -
Ke Tiolet 20
Kegiatan Pribadi di luar ruangan -
Total Waktu Kegiatan Pribadi Hari Pengamatan Ke 3 200
Hari
Pengamatan
Ke 4
Kamis
03-08-2017
Kegiatan Produktif
Entry Resep (Rajal, Ranap, UGD, OK, ) 630
Entry Resep (Rajal, Ranap, UGD, OK,BPJS) pada
sistem Rumah Sakit
190
Membuat permintaan barang dari apotek ke
gudang
80
Memasukkan SBBK ke kartu stok 120
Merekap pengeluaran obat di apotek 90
Memasukkan rekapan ke kartu stok 110
Pengambilan/penyiapan obat (Ranap,
Rajal,UGD,VK)
880
Etiketing Resep 470
Peracikan Obat 60
Penyerahan obat (pemberian informasi obat
kepada pasien)
230
Nama Kegiatan Jumlah
Waktu
(Menit)
Hari
Pengamatan
Ke 4
Kamis
03-08-2017
Kegiatan Produktif
Merapikan obat ke tempat/raknya 80
Menerima returan obat/alkes dari ruangan 110
Memasukkan jumlah returan ke kartu stok 80
Membersihkan ruangan & alat racik 90
Menulis pemesanan paket OK 50
Penyerahan nomor antrian pada pasien rajal 290
Penyerahan nomor antrian pada pasien rajal -
Memisahkan obat/alkes ED 70
Merapikan return dari Rawat inap 130
Penerimaan resep dan menulis no telpon pasien di
resep
30
Memantau dan pencatatan suhu di lemari
pendingin
20
Peracikan untuk stok obat jumlah besar di hari
libur (sabtu, minggu dan libur nasional).
-
Mencatat rekapan penerimaan dan pengeluaran
obat & bahan medis habis pakai ke dalam buku
mutasi obat dan Membuat laporan semester mutasi
obat dan bahan medis habis pakai.
170
Total Waktu Kegiatan Produktif Hari Pengamatan Ke 4 3980
174
Hari
Pengamatan
Jenis Kegiatan Nama Kegiatan Jumlah
Waktu
(Menit)
Hari
Pengamatan
Ke 4
Kamis
03-08-2017
Kegiatan Non
Produktif
Mengobrol 20
Chattingan -
Internetan -
Mendengarkan Musik -
Belum datang -
Menelpon -
Games -
Tidur 200
Apel Pagi -
Duduk /Diam -
Kegiatan Non Produktif lainnya -
Total Waktu Kegiatan Non Produktif Hari Pengamatan Ke 4 220
Hari
Pengamatan
Ke 4
Kamis
03-08-2017
Kegiatan Pribadi Makan 70
Sholat 110
Persiapan diri -
Ke Tiolet 30
Kegiatan Pribadi di luar ruangan -
Total Waktu Kegiatan Pribadi Hari Pengamatan Ke 4 210
Hari
Pengamatan
Ke 5
Jum’at
04-08-2017
Hari
Pengamatan
Kegiatan Produktif
Jenis Kegiatan
Entry Resep (Rajal, Ranap, UGD, OK, ) 470
Entry Resep (Rajal, Ranap, UGD, OK,BPJS) pada
sistem Rumah Sakit
150
Membuat permintaan barang dari apotek ke
gudang
80
Nama Kegiatan Jumlah
Waktu
(Menit)
Hari
Pengamatan
Ke 5
Jum’at
04-08-2017
Kegiatan Produktif
Memasukkan SBBK ke kartu stok 80
Merekap pengeluaran obat di apotek 360
Memasukkan rekapan ke kartu stok 320
Pengambilan/penyiapan obat (Ranap,
Rajal,UGD,VK)
640
Etiketing Resep 250
Peracikan Obat 80
Penyerahan obat (pemberian informasi obat
kepada pasien)
50
Merapikan obat ke tempat/raknya 70
Menerima returan obat/alkes dari ruangan 80
Memasukkan jumlah returan ke kartu stok 50
Membersihkan ruangan & alat racik 40
Menulis pemesanan paket OK 30
Penyerahan nomor antrian pada pasien rajal 240
Penyerahan nomor antrian pada pasien rajal -
Memisahkan obat/alkes ED 60
Merapikan return dari Rawat inap 70
175
Hari
Pengamatan
Jenis Kegiatan Nama Kegiatan Jumlah
Waktu
(Menit)
Penerimaan resep dan menulis no telpon pasien di
resep
90
Memantau dan pencatatan suhu di lemari
pendingin
20
Peracikan untuk stok obat jumlah besar di hari
libur (sabtu, minggu dan libur nasional).
130
Mencatat rekapan penerimaan dan pengeluaran
obat & bahan medis habis pakai ke dalam buku
mutasi obat dan Membuat laporan semester mutasi
obat dan bahan medis habis pakai.
170
Total Waktu Kegiatan Produktif Hari Pengamatan Ke 5 3530
Hari
Pengamatan
Ke 5
Jum’at
04-08-2017
Kegiatan Non
Produktif
Mengobrol 50
Chattingan 10
Internetan 20
Mendengarkan Musik -
Belum datang -
Menelpon -
Games -
Tidur 200
Apel Pagi
-
Duduk /Diam 30
Kegiatan Non Produktif lainnya -
Total Waktu Kegiatan Non Produktif Hari Pengamatan Ke 5
310
Hari
Pengamatan
Jenis Kegiatan Nama Kegiatan Jumlah
Waktu
(Menit)
Hari
Pengamatan
Ke 5
Jum’at
04-08-2017
Kegiatan Pribadi
Makan 70
Sholat 80
Persiapan diri -
Ke Tiolet -
Kegiatan Pribadi di luar ruangan -
Total Waktu Kegiatan Pribadi Hari Pengamatan Ke 5 150
Hari
Pengamatan
Ke 6
Sabtu
05-08-2017
Kegiatan Produktif Entry Resep (Rajal, Ranap, UGD, OK, ) 320
Entry Resep (Rajal, Ranap, UGD, OK,BPJS) pada
sistem Rumah Sakit
50
Membuat permintaan barang dari apotek ke
gudang
40
Memasukkan SBBK ke kartu stok 60
Merekap pengeluaran obat di apotek 40
Memasukkan rekapan ke kartu stok 60
176
Hari
Pengamatan
Jenis Kegiatan Nama Kegiatan Jumlah
Waktu
(Menit)
Pengambilan/penyiapan obat (Ranap,
Rajal,UGD,VK)
390
Etiketing Resep -
Peracikan Obat -
Penyerahan obat (pemberian informasi obat
kepada pasien)
220
Merapikan obat ke tempat/raknya 90
Menerima returan obat/alkes dari ruangan 70
Memasukkan jumlah returan ke kartu stok 50
Membersihkan ruangan & alat racik 60
Menulis pemesanan paket OK 80
Penyerahan nomor antrian pada pasien rajal -
Penyerahan nomor antrian pada pasien rajal -
Memisahkan obat/alkes ED 70
Merapikan return dari Rawat inap 90
Penerimaan resep dan menulis no telpon pasien di
resep
40
Memantau dan pencatatan suhu di lemari
pendingin
20
Peracikan untuk stok obat jumlah besar di hari
libur (sabtu, minggu dan libur nasional).
640
Mencatat rekapan penerimaan dan pengeluaran
obat & bahan medis habis pakai ke dalam buku
mutasi obat dan Membuat laporan semester mutasi
obat dan bahan medis habis pakai.
-
Total Waktu Kegiatan Produktif Hari Pengamatan Ke 6 2390
Hari
Pengamatan
Ke 6
Hari
Pengamatan
Kegiatan Non
Produktif
Jenis Kegiatan
Mengobrol 10
Chattingan 20
Internetan -
Nama Kegiatan Jumlah
Waktu
(Menit)
Sabtu
05-08-2017
Mendengarkan Musik -
Belum datang -
Menelpon -
Games -
Tidur 200
Apel Pagi -
Duduk /Diam -
Kegiatan Non Produktif lainnya -
Total Waktu Kegiatan Non Produktif Hari Pengamatan Ke 6 230
Hari
Pengamatan
Kegiatan Pribadi Makan 120
Sholat 80
177
Hari
Pengamatan
Jenis Kegiatan Nama Kegiatan Jumlah
Waktu
(Menit)
Ke 6
Sabtu
05-08-2017
Persiapan diri 30
Ke Tiolet 30
Kegiatan Pribadi di luar ruangan -
Total Waktu Kegiatan Pribadi Hari Pengamatan Ke 6 260
Hari
Pengamatan
Ke 7
Minggu
06-08-2017
Kegiatan Produktif
Entry Resep (Rajal, Ranap, UGD, OK, ) 310
Entry Resep (Rajal, Ranap, UGD, OK,BPJS) pada
sistem Rumah Sakit
80
Membuat permintaan barang dari apotek ke
gudang
80
Memasukkan SBBK ke kartu stok 70
Merekap pengeluaran obat di apotek 30
Memasukkan rekapan ke kartu stok 60
Pengambilan/penyiapan obat (Ranap,
Rajal,UGD,VK)
470
Etiketing Resep -
Peracikan Obat -
Penyerahan obat (pemberian informasi obat
kepada pasien)
80
Merapikan obat ke tempat/raknya 40
Menerima returan obat/alkes dari ruangan 50
Memasukkan jumlah returan ke kartu stok 40
Membersihkan ruangan & alat racik 60
Menulis pemesanan paket OK 180
Penyerahan nomor antrian pada pasien rajal -
Penyerahan nomor antrian pada pasien rajal -
Memisahkan obat/alkes ED 70
Merapikan return dari Rawat inap -
Penerimaan resep dan menulis no telpon pasien di
resep
40
Memantau dan pencatatan suhu di lemari
pendingin
40
Peracikan untuk stok obat jumlah besar di hari
libur (sabtu, minggu dan libur nasional).
670
Mencatat rekapan penerimaan dan pengeluaran
obat & bahan medis habis pakai ke dalam buku
mutasi obat dan Membuat laporan semester mutasi
obat dan bahan medis habis pakai.
-
Total Waktu kegiatan Produktif Hari Pengamatan ke 7 2370
Hari
Pengamatan
Ke 7
Kegiatan Non
Produktif
Mengobrol 40
Chattingan 20
Internetan 10
178
Hari
Pengamatan
Jenis Kegiatan Nama Kegiatan Jumlah
Waktu
(Menit)
Minggu
06-08-2017
Mendengarkan Musik 20
Belum datang -
Menelpon 20
Games 10
Tidur 160
Apel Pagi -
Duduk /Diam 10
Kegiatan Non Produktif lainnya -
Total Waktu Kegiatan Non Produktif Hari Pengamatan Ke 7 290
Hari
Pengamatan
Ke 7
Minggu
06-08-2017
Kegiatan Pribadi Makan 60
Sholat 80
Persiapan diri 50
Ke Tiolet 30
Kegiatan Pribadi di luar ruangan -
Total Waktu Kegiatan Pribadi Hari Pengamatan ke 7 220
Total Seluruh Waktu Kegiatan Produktif 22960
Total Seluruh Waktu Kegiatan Non Produktif 2060
Total Seluruh Waktu Kegiatan Pribadi 1530
Total seluruh Kegiatan 26550
179
Lampiran 5
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM
Daftar Pertanyaan untukAsisten Apoteker di Instalasi farmasi RSU Kota
Tangerang selatan Tahun 2017.
A. Identitas Asisten Apoteker
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Lama Bekerja :
Latar Belakang Pendidikan :
B. Pertanyaan
Kepegawaian
1. Apakah Bapak/Ibu mengetahui karateristik/spesifikasi (latar belakang
pendididkan, masa kerja, jenis pelatihan) pegawai yang dibutuhkan oleh
Instalasi Farmasi ? Jika Iya, Jelaskan beberapa isi dari spesifikasi pegawai
yang dibutuhkan/ diharapkan tersebut ?
2. Menurut pendapat Bapak/Ibu, Apakah jumlah pegawai yang bekerja di
Instalasi Farmasi sudah cukup untuk mengerjakan semua tugas dan
tanggung jawab yang berhubungan dengan setiap program ataupun
kegiatan pelayanan kefarmasian ?
3. Menurut Bapak/Ibu, Bagaimana dengan Penerapan pelaksanaan Job
Description (uraian tugas), SOP (standar operasional prosedure), (IK)
Instruksi Kerja yang ada sudah dilaksanakan dengan baik oleh setiap
180
Tenaga Farmasi yang di Instalasi Farmasi ? Apa sudah sesuai dengan
Jobdes/SOP/dan IK yang ada ?
4. Kapan Pelaksanaan sosialisasi Jobdes (uraian kerja), SOP(standar
operasional prosedure), (IK) Instruksi Kerja/ petunjuk pelaksana dilakukan
di Instalasi Farmasi?
5. Apakah Bapak/Ibu pernah mendapat pelatihan mengenai pelaksanaan
kegiatan-kegiatanyang berhubungan dengan program kefarmasian?
6. Bagaimana dengan pembagian waktu kerja tenaga asistean apoteker di
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan ?
Kegiatan
1. Tolong jelaskan kegiatan apa saja yang dilakukan Bapak/Ibu dalam
melakukan seluruh aktivitas yang berkaitan dengan kegiatan produktif, non
produktif, dan kegiatan pribadi ?
2. Berapa waktu yang di butuhkan dalam melakukan masing-masing aktivitas
berkaitan dengan kegiatan produktif tersebut ?
3. Berapa waktu yang di butuhkan dalam melakukan masing-masing aktivitas
berkaitan dengan kegiatan Non produktif tersebut ?
4. Berapa waktu yang di butuhkan dalam melakukan masing-masing aktivitas
berkaitan dengan kegiatan pribadi tersebut?
Beban Kerja
1. Bagaimana Pendapat Ibu/Bapak terkait beban kerja yang ada di Instalasi
Farmasi RSU Kota Tangerang Selatan ?
181
2. Apakah selama memberikan pelayanan kepada pasien terdapat keluhan?
Jika ia bagaiman pendapat ibu terhadap keluhan tersebut?
3. Menurut Bapak/Ibu keluhan tersebut apakah berkaitan dengan formasi
SDM yang ada atau kualitas pelyanan yang diberikan?
4. Apa harapan Bapak/Ibu terhadap sisten pelayanan khususnya di Instalasi
Farmasi yang dapat menjamin mutu pelayanan dan kepuasan
pasien?Tolong jelaskan?
182
Lampiran 5
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM
MATERI WAWANCARA;
1. BAGIAN SATUAN PELAKSANA KEPEGAWAIAN
2. KA.INSTALASI FARMASI
1. Bagaimanakah keberadaan Instalasi farmasi RSU KotaTangerang
Selatan dalam memberikan pelayanan yang berkualitas kepada pasien ?
2. Bagaimana pendapat anda tentang beban kerja yang ada di Instalasi
Farmasi RSU Kota Tangerang Selatan Tahun 2017 ?
3. Bagaimana Ketenagaan yang ada di Instalasi farmasi RSU Kota
Tangerang Selatan , apakah ada kendala ?
4. Bagaiaman pendapat anda Tentang Kinerja Tenaga Farmasi yang di
RSU KotaTangerang Selatan ?
5. Bagaimana tingkat pendidikan asisten apoteker di Instalasi Farmasi
RSU Kota Tangerang Selatan ?
6. Bagaimana dengan kedisiplinan tenaga asisten apoteker di Instalasi
Farmasi RSU Kota Tangerang Selatan ?
7. Bagaimana keterampilan tenaga asisten apoteker di RSU Kota
Tangerang Selatan ?
8. Bagaimana dengan kepatuhan terhadap Jobdes (Uraian Tugas),
SOP(standar Operasional Prosedure) , IK (Instruksi Kerja) yang telah di
sosialisasikan kepada pegawai?
183
9. Bagaimana dengan motivasikerja Tenaga Farmasi di RSU Kota
Tangerang Selatan ?
10. Apa saja keluhan dari pasien yang sering ditemui dalam pelayanan
kefarmasian RSU Kota Tangerang selatan ?
11. Bagaiman kendala-kendala tersebut muncul dan, bagaiman solusinya ?
184
Matriks Ringkasan Wawancara Mendalam Tenaga Asisten Apoteker, Kepala Instalasi Farmasi, dan Bagian Kepegawaian di
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan Tahun 2017 .
No Domain Kode Informan
Kepegawaian (SDM
dan Waktu Kerja)
I.1.T ( K.AA) I.2.D I.3.N I.4.R I.5.A I.6.S I.7.S
1.a Karakteristik/Spes
ifikasi Asisten
Apoteker di
Instalasi Farmasi
Rumah Sakit
Umum (RSU)
Kota Tangerang
Selatan Tahun
2017.
Latar Belakang
Pendidikan
umumnya SMF,
1 orang D3
Farmasi dan 1
orang S1
Farmasi, rata-
rata umur 30
Tahun,
Pengalaman
Kerja rata2 4
tahun.
Latar belakang
pendidikan pada
umumnya
SMF/SMKF,
pengalaman kerja
tidak terlalu
menjadi patokan,
tetapi mempunyai
SIK, SK
Penempatan, serta
STRTK.
Latar
belakang
pendidikan di
tahun ini
kebanyakan
SMF, dengan
rata-rata
umur 30-45
tahun,
mempunyai
pengalaman
kerja,
mempunyai
SIK, SK, dan
STRTK.
Latar
belakang
pendidikan
SMF, rata-
rata umur 30-
45 tahun,
pengalaman 4
tahun sebagai
Asisten
apoteker.
Latar
belakang
pendidikan
SMF, rata-
rata umur 30-
45 tahun,
pengalaman 4
tahun sebagai
Asisten
apoteker.
Latar belakang
pendidikan
SMF, rata-rata
umur 30-45
tahun,
pengalaman 4
tahun sebagai
Asisten
apoteker.
Latar belakang
pendidikan
SMF, rata-rata
umur 30-45
tahun,
pengalaman 4
tahun sebagai
Asisten
apoteker.
I.8.R I.9.N I.10.R I.11.H I.12.I K.S B.G
Latar belakang
pendidikan
SMF/SMKF,
umur rata-rata
Latar belakang
pendidikan SMF,
rata-rata umur 30-
50 tahun,
Latar
belakang
pendidikan di
tahun ini
Latar
belakang
pendidikan di
tahun ini
Latar
belakang
pendidikan
SMF, rata-
Tingkat
pendidikan
untuk AA
minimal SMF,
Latar belakang
pendidikan
untuk tenaga
asisten apoteker
Lampiran 6
185
No Domain Kode Informan
30-45 tahun,
pengalaman
kerja,
mempunyai
STRTK, SIK,
SK Penempatan,
namun mulai
2017 ini latar
belakang
pendidikan
harus D3.
pengalaman 4
tahun sebagai
Asisten apoteker.
kebanyakan
SMF, dengan
rata-rata
umur 30-45
tahun,
mempunyai
pengalaman
kerja,
mempunyai
SIK, SK, dan
STRTK.
kebanyakan
SMF, dengan
rata-rata
umur 30-45
tahun,
mempunyai
pengalaman
kerja,
mempunyai
SIK, SK, dan
STRTK.
rata umur 30-
45 tahun,
pengalaman 4
tahun sebagai
Asisten
apoteker
tetapi setelah
ada peraturan
dan surat edaran
dari Kemenkes
yaitu minimal
untuk Asisten
Tenaga
Kesehatan latar
belakang
pendidikan D3.
kebanyakan
berasal dari
SMF/SMKF
yang
mempunyai
SIK, SK
Penempatan,
dan terdaftar di
asosiasi profesi.
1.b Ketersediaan
jumlah tenaga
asisten apoteker di
Instalasi Farmasi
Rumah Sakit
Umum (RSU)
Kota Tangerang
Selatan
I.1.T(K.AA) I.2.D I.3.N I.4.R I.5.A I.6.S I.7.S
Masih kurang
butuh tenaga
asisten apoteker
lagi, karena
jumlah
pelayanan yang
semakin
meningkat
Masih kurang
butuh penambahan
pegawai asisten
apoteker, karena
kerja sering
serabutan
Belum cukup
karena ada
pekerjaan
double job.
Masih kurang Masih kurang Masih kurang Masih kurang
I.8.R I.9.N I.10.R I.11.H I.12.I K.S B.G
Belum cukup Masih kurang Masih kurang Masih kurang Belum cukup Untuk
ketenagaan
asisten apoteker
masih kurang,
oleh sebab itu
sekarang masih
proses percrutan
Jumlah
ketenagaan di
Instalasi
Farmasi RSU
Kota Tangerang
selatan sekarang
belum ada
186
No Domain Kode Informan
keluhan untuk
jumlah tenaga
yg ada, untuk
lebih jelas pihak
IFRS lebih
paham.
1.c Pelaksanaan
Jobdes, SOP, dan
IK sudah
terlaksana dengan
baik.
I.1.T (K.AA) I.2.D I.3.N I.4.R I.5.A I.6.S I.7.S
Pada umumnya
sudah terlaksana
dengan baik,
meskipun ada
kekeliruan yang
terjadi tapi itu
tidak sering.
Bisa di katan sudah
95% terlaksana,
kendala jika ada
yang tidak hadir
jobdes jdh
bertambah.
Sudah
terlaksana
dengan
sangat baik.
Tapi pernah
terjadi
Human error
tapi tidak
sering.
Pelaksanaan
sudah
berjalan
dengan
semestinya.
Sudah
berjalan baik.
Pelaksanaan
berjalan dengan
baik.
Hampir berjalan
sesuai dengan
ketentuan yang
ada, namun
masih sering
Human Error.
I.8.R I.9.N I.10.R I.11.H I.12.I K.S B.G
Sudah berjalan
dengan baik.
Hampir berjalan
dengan baik, tapi
butuh peningkatan
kinerja yang sesuai.
Berjalan
dengan baik.
Berjalan
dengan baik.
Berjalan
dengan baik.
Pelaksanaan
sudah berjalan
dengan baik,
karena tidak ada
keluhan dari
pegawai terkait
SOP, Jobdes,
dan IK.
Berjalan dengan
baik.
1.d
Sosialisasi Jobdes
/ uraian tugas ,
SPO (Standar
I.1.T (K.AA) I.2.D I.3.N I.4.R I.5.A I.6.S I.7.S
Kalau untuk
sosialisasi
Sosialisasi
dilakukan saat hari
Sosialisasi
jarang
Sosialisasi
jarang
Sosialisasi
dilakukan
Sosialisasi
jarang
Sosialisasi
pernah
187
No Domain Kode Informan
Prosedure
Operasional), IK
(Instruksi Kerja
pada masing-
masing tenaga
asisten apoteker di
Instalasi Farmasi
Rumah Sakit
Umum (RSU)
Kota Tangerang
Selatan
jarang sekali
dilakukan ,
paling
penyampaian
waktu hari
pertama kerja.
pertama kerja. dilakukan.
Biasanya
dilakukan
saat hari
pertama
kerja, tapi
akhir-akhir
ini pernah
sekali rapat
mengenai
SOP.
dilakukan
hanya pada
hari pertama
kerja.
pada saat
beberapa hari
tarinning
masuk kerja.
dilakukan. dilakukan tapi
hanya saat hari
pertama mulai
masuk kerja.
I.8.R I.9.N I.10.R I.11.H I.12.I K.S B.G
Sosialisasi
jarang dilakukan
, hanya pada
saat hari
pertama kerja.
Pernah dilakukan
sosialisasi saat hari
pertama kerja.
Sosialisasi
jarang
dilakukan,
tapi pernah
dilakukan
saat hari
pertama
kerja.
Sosialisasi
jarang
dilakukan,
tapi pernah
dilakukan
saat hari
pertama
kerja.
Sosialisasi
jarang
dilakukan,
tapi pernah
dilakukan
saat hari
pertama
kerja.
- -
1.e Pentingnya
pelaksanaan
pelatihan bagi
tenaga asisten
apoteker.
I.1.T (K.AA) I.2.D I.3.N I.4.R I.5.A I.6.S I.7.S
Penting bagi
asisten apoteker
dilaksanakan
pelatihan agar
tidak terjadi
Human Error,
meningkatkan
Penting
diadakannya
pelatihan unutk
kefarmasian yang
dilaksanakan di
luar jam kerja.
Pelatihan itu
penting, tapi
disini
biasanya
unutk
apoteker saja.
Pelatihan
penting
dilakukan ,
apalagi sudah
banyak
keluhan dari
pasien.
Pelatihan
penting
dilakukan,
kalau bisa
setiap ada
tenaga asisten
apoteker
Pelatihan tidak
terlalu penting,
biasanya sudah
ada sosialisasi,
karena itu bisa
menghambat
waktu kerja.
Pelatihan
penting
dilakukan untuk
asisten apoteker
bukan apoteker
saja.
188
No Domain Kode Informan
kualitas
pelayanan
kepada pasien.
baru.
I.8.R I.9.N I.10.R I.11.H I.12.I K.S B.G
Penting
pelatihan
dilakukan
pelatihan
jikaterjadi
perubahan pada
pelayanan
kefarmasian.
Penting dilakukan. Penting
dilakukan.
Penting
dilakukan.
Sangat
penting
dilakukan.
- -
1.f Pemenuhan waktu
kerja asisten
apoteker Shift
154-156 jam dan
Non Shift 168 jam
.
I.1.T (K.AA) I.2.D I.3.N I.4.R I.5.A I.6.S I.7.S
Dalam
pemenuhan
kerja tenaga
asisten apoteker
sudah terpenuhi
shift maupun
Non shift yang
diberi batasan
dari SDM 168
jam dalam 1
bulan.
Untuk pemenuhan
waktu kerja sudah
mencapai 168 jam.
Pemenuhan
waktu kerja
sudah
mencapai 168
jam tiap
bulannya,
jika lebih
maka
dihitung
loyalitas saja.
Sudah
terpenuhi.
Ya, sudah
terpenuhi.
Sudah terpenuhi,
terkadang ada
lebih, tapi di
hitung loyalitas.
Sudah terpenuhi
I.8.R I.9.N I.10.R I.11.H I.12.I K.S B.G
Sudah terpenuhi. Sudah terpenuhi. Sudah
terpenuhi.
Sudah
terpenuhi
Sudah
terpenuhi.
Batasan dari
SDM untuk
Pemenuhan
waktu kerja 168
189
No Domain Kode Informan
berdasarkan
standar jam
yang berlaku,
kan pakai
finger print
jadih sudah
tersistem
unutk waktu
kerja.
pemenuhan
waktu kerja
mencapai 168
jam tiap
bulannya dan 42
jam tiap
minggunya,
namun rata-rata
untuk
pemenuhan
waktu kerja
sekitar 37-44
jam shift dan
non shift tiap
minggunya.
Jika ada jam
kerja berlebih
tidak di hitung
lembur, namun
kalau jam kerja
kurang nanti
dipotong gajinya
sudah bisa di
baca lewat
finger print.
Pada umumnya
sudah tepat
waktu.
jam tiap bulan.
190
No Domain Kode Informan
2 Kegiatan
2.a
Kegiatan
produktif dan
jumlah waktu
yang di habiskan
dalam
menyelesaikan
kegiatan tersebut.
I.1.T (K.AA) I.2.D I.3.N I.4.R I.5.A I.6.S I.7.S
Tugas utama saya
yaitu pelaksanaan
pelayanan
kefarmasian,
Penanggung Jawab
Stok Obat Apotek,
Koordinasi tugas
Asisten Apoteker
dan jadwal untuk
pelaksanaan
pelayanan
kefarmasian ada
sekitar 17 uraian
tugas butuh waktu
berjam-jam . untuk
kegiatan yang
sering dilakukan
seperti entry resep
5-10 menit,
memasukkan
SBBK ke karto
stock 10-20 menit,
pengambilan obat
5-10 menit /resep,
peracikan obat 5-10
menit, dll.
Tugas saya
seharusnya :
Membuat
Pembukuan
Obat & Bahan
Medis Habis
Pakai di Apotek,
Membantu
Pelayanan
Kefarmasian
Apotek,
Pengawasan dan
pengontrolan
stok High Alert
di unit Rawat
inap Paru dan
IPD,Sekretaris
Komite Tenaga
Kesehatan
Profesional
Lainnya, namun
kegiatan yang
sering juga ikut
dalam pelayanan
farmasi karena
kekurangan
Kegiatan
produktif
yang paling
sering
dilakukan
adalah
pelayanan
kefarmasian
dan
penanggung
jawan klaim
BPJS. Untuk
pelyanan
kefarmasian
seperti
pengambilan
obat 5-10
menit,
peracikat 5-
10 menit,
menulis
pemesanan
paket OK 10-
20 menit.
Untuk klaim
BPJS
Kegiatan
produktif
yang paling
sering
dilakukan
adalah
pelayanan
kefarmasian .
jumlah waktu
yang di
butuhka
nseperti
pengambilan
obat 5-10
menit,
pengemasan
obat 5-10
menit, e-
ticketing
resep 5-10
menit,
pemberian
informasi ke
pasien ttg
resep 5-10
menit, yang
Kegiatan
produktif
yang sering
dilakukan
adalah
pelayanan ke
pasien.
Seperti
pengambilan
obat 5-10
menit,
pengemasan
obat 5-10
menit, e-
ticketing
resep5-10
menit ,
pemberian
informasi 5-
10menit ,
entri resep 5-
10 menit.
Kegiatan
produktif yang
paling sering
dilakukan
adalah
pelayanan
kefarmasian
biasanya
mengahabiskan
waktu sekitar 5-
10 menit untuk
satu pelayanan
resep.
Kegiatan
produktif yang
sering dilakukan
sesuai dengan
jobdes yang ada
waktu yang di
habiskan bisa
seharian, unutk
detailnya sekitar
5-10 menit lah,
tergantung
situasi saat itu.
191
No Domain Kode Informan
Semuanya bisa
mencapai 5-20
menitan lah.
tenaga. Untuk
waktu yang di
habiskan sudah
ada standarnya 5
menit, tapi
untuk setiap
kegiatan bisa
mencapai 5-10
menit lah.
Kalau untuk
mutasi laporan
apotek bisa
berhari-hari.
lumayan
lama bisa
berjam-jam
dan bisa
dlanjutkan di
hari
besoknya.
lama itu
peracikan
obat dalam
jumlah yang
besar bisa
berjam-jam
namun
dilaksanan di
hari libur
sabtu dan
minggu.
I.8.R I.9.N I.10.R I.11.H I.12.I K.S B.G
Kegiatan produktif
yang sering
dilakukan adalah
pelayanan
kefarmasian mulai
dari penerimaan
resep sampai
penyerahan
menghabiskan
waktu 10-30 menit.
Untuk setiap
kegiatan
produktif
harusnya setiap
kegiatan 10
menit, dan untuk
seluruh
pelyanan mulai
dari penerimaan
sapai
penyerahan 30
menit, tapi
terkadang bisa
Kegiatan
produktif
yang
dilakukan
setiap harinya
yaitu
pelayanan
kefarmasian,
penerimaan
obat sampai
penyerahan
menghabiska
n waktu 30
Kegiatan
produktif
yang paling
sering
dilakukan
adalah
pelayanan
kefarmasian .
jumlah waktu
yang di
butuhka
nseperti
pengambilan
Kegiatan
produktif
yang paling
sering
dilakukan
adalah
pelayanan
kefarmasian .
jumlah waktu
yang di
butuhka
nseperti
pengambilan
- -
192
No Domain Kode Informan
lebih dari itu. menit,
dimana detail
setiap
waktunya 5-
10 menit,
kecuali
peracikan
dalam jumlah
besar di hari
libur
menghabiska
n waktu ½
hari .
obat 5-10
menit,
pengemasan
obat 5-10
menit, e-
ticketing
resep 5-10
menit,
pemberian
informasi ke
pasien ttg
resep 5-10
menit, yang
lama itu
peracikan
obat dalam
jumlah yang
besar bisa
berjam-jam
namun
dilaksanan di
hari libur
sabtu dan
minggu.
Kegiatan
produktif
yang sering
dilakukan
obat 5-10
menit,
pengemasan
obat 5-10
menit, e-
ticketing
resep 5-10
menit,
pemberian
informasi ke
pasien ttg
resep 5-10
menit, yang
lama itu
peracikan
obat dalam
jumlah yang
besar bisa
berjam-jam
namun
dilaksanan di
hari libur
sabtu dan
minggu.
Kegiatan
produktif
yang sering
dilakukan
193
No Domain Kode Informan
adalah
pelayanan ke
pasien.
Seperti
pengambilan
obat 5-10
menit,
pengemasan
obat 5-10
menit, e-
ticketing
resep5-10
menit ,
pemberian
informasi 5-
10menit ,
entri resep 5-
10 menit.
adalah
pelayanan ke
pasien.
Seperti
pengambilan
obat 5-10
menit,
pengemasan
obat 5-10
menit, e-
ticketing
resep5-10
menit ,
pemberian
informasi 5-
10menit ,
entri resep 5-
10 menit.
2.b
Kegiatan Non
produktif yang
sering dilakukan
dan jumlah waktu
yang di habiskan
dalam
menyelesaikan
kegiatan tersebut.
I.1.T (K.AA) I.2.D I.3.N I.4.R I.5.A I.6.S I.7.S
Kegiatan non
produktif sangat
jarang dilakukan ,
karena banyak
yang harus
dikerjakan , paling
mengobrol itu pun
saat bersamaan
waktu kegiatan
Kegiatan non
produktif yang
sering dilakukan
, apel pagi tapi
sudah kewajiban
mengobrol,
balas chat,
internetan untuk
waktu tidak bisa
Kegiatan non
produktif
yang paling
sering saya
lakukan balas
chat,
mengobrol,
menelpon,
stand by aja
Kegiatan non
produktif
yang paling
sering
dilakukan itu
ketika jaga
shift malam
biasanya di
gunakan
Kegiatan non
produktif
biasanya
sering kalau
jaga malam,
hampir mau
pulang, kalau
untuk
kegiatan
Kegiatan non
produktif
biasanya sering
kalau jaga
malam, hampir
mau pulang,
kalau untuk
kegiatan
biasanya tidur,
Kegiatan non
produktif jarang
dilakukan unutk
shift siang,
paling shift
malam
mendekat subuh
itu sering sudah
tidak ada
194
No Domain Kode Informan
berlangsung unutk
selingan saja.
Semua kegiatan di
habiskan untuk
kegiatan produktif ,
dan banyak
tanggung jawab
yang harus
diselesaikan tiap
harinya.
ditentukan.
Biasanya jika
pekerjaan
selesai, hampir-
hampir pulang,
saat pelayanan
sepi.
santai-santai
sebentar
kalau
pelayanan
sepi. Untuk
waktu tidak
sampai
berjam-jam,
paling lama
10-20 menit
untuk fokus
di HP.
waktu untuk
tidur, stand
by meneriam
permintaan
resep dari
Ranap. Untuk
k waktu
biasanya
pagi-pagi
sudah mulai
longgar dan
kesempatan
bisa tidur
beberapa
jam.
biasanya
tidur,
mengobrol.
Unutk tidur
menghabiska
n waktu
mulai dari
jam 04.00 s.d
06.00.
mengobrol.
Unutk tidur
menghabiskan
waktu mulai dari
jam 04.00 s.d
06.00.
kegiatan lagi,
kalau untuk shift
siang pernag
paling
mengobrol ,
balas chat,
games, dan
internetan. Dan
itu tidak sampai
lama hanya
kalau pelayanan
sepi dan hampir
mendekati jam
pulang.
I.8.R I.9.N I.10.R I.11.H I.12.I K.S B.G
Semua kegiatan
yang dilakukan
hampir produktif,
adapun kegiatan
selingan seperti
mengobrol itu bisa
dilakukan selingan
jadih tidak terlalu
mengurangi dan
mengganggu jam
pelayanan yang
ada.
Kegiatan non
produktif
dilakukan sering
kali pada saat
shift malam,
pergantian shift,
dan saat jam
pulang, sehingga
tidak
mengurangi jam
unutk
pelayanan.
Kegiatan non
produktif
seperti
mengobrol
sering
dilakukan
saat
pergantian
shift dan
hampir –
hampir
pulang, tidur
Kegiatan non
produktif
biasanya di
pagi hari
belum ada
pelayanan,
pergantian
shift, shift
malam.
Kegitan non
produktif
paling sering
di pagi hari
saat belum
ada
pelayanan
seperti
mengobrol
dan duduk, di
atas jm 16.00
pelayanan
- -
195
No Domain Kode Informan
bisa 2-5 jam
pada shift
malam.
sudah sepi,
dan shift
malam
biasanya
tidur yang
sering
dilakukan
pada jam
03.00 ke atas.
2.c
Kegiatan pribadi
yang paling sering
dilakukan dan
jumlah waktu
yang di habiskan
pada masing-
masing kegiatan
tersebut.
I.1.T (K.AA) I.2.D I.3.N I.4.R I.5.A I.6.S I.7.S
Kegiatan pribadi
disini
menghabiskan
waktu untuk sholat
sekitar 10 menit,
makan 10 menit, ke
toilet 5-10 menit,
persiapan diri 5
menit. Untuk sholat
dan makan tidak di
luar ruangan masih
Waktu istirahat
di luar tidak ada
kalau unutk
makan, sholat
itu masih dalam
apotek kalau
unutk waktu
tergantung
pribadi masing-
masing tapi
tidak lewat dari
Tidak ada
penentuan
waktu untuk
jumlah
kegiatan
pribadi
seperti
istirahat
karena tidak
mungkin
meninggalka
Waktu istihat
di gunakan
untuk makan
10-20 menit,
sholat wajib
10-20 menit,
kalau untuk
sholat jum’at
bisa 1 jam
lebih.
Waktu
istirahat di
gunakan
unutk sholat
10 menit,
makan 15
menit, toilet 5
menit.
Waktu istirahat
di gunakan
untuk sholat 10
menit, makan 15
menit, toilet 5
menit.
Kegiatan pribadi
biasanya di
habiskan untuk
istirahat makan
10 menit, sholat
15-20 menit,
toilet 5-10
menit, sholat
jum’at 1-2 jam.
196
No Domain Kode Informan
dalam apotek. 20 menit
biasanya.
Karena tidak
mungkin
meninggalkan
pelyanan.
n pelayanan,
jadih
kegiatan
dilakukan
secara
bergantian
biasanya
tidak lebih
dari 30 menit.
I.8.R I.9.N I.10.R I.11.H I.12.I K.S B.G
Kegiatan pribadi
biasanya di
habiskan untuk
istirahat makan 10
menit, sholat 15-20
menit, toilet 5-10
menit, sholat
jum’at 1-2 jam.
Waktu istirahat
di gunakan
unutk sholat 10
menit, makan 15
menit, toilet 5
menit
Waktu istihat
di gunakan
untuk makan
10-20 menit,
sholat wajib
10-20 menit,
kalau untuk
sholat jum’at
bisa 1 jam
lebih.
Waktu istihat
di gunakan
untuk makan
10-20 menit,
sholat wajib
10-20 menit,
kalau untuk
sholat jum’at
bisa 1 jam
lebih.
Waktu
istirahat di
gunakan
unutk sholat
10 menit,
makan 15
menit, toilet 5
menit.
- -
3 Beban Kerja
3.a Beban kerja
tenaga asisten
apoteker di
Instalasi Farmasi
Rumah Sakit
Umum (RSU)
I.1.T (K.AA) I.2.D I.3.N I.4.R I.5.A I.6.S I.7.S
Beban kerja
sudah termasuk
tinggi, karena
kekurangan
tenaga. Pelayanan
Beban kerja
sudah tinggi,
karena
kekurangan
tenaga, saya yang
Beban kerja
sudah tinggi
selain ikut
pelayanan
farmasi saya
Beban kerja
sudah bisa
dikatakan
tinggi, butuh
pegawai lagi.
Beban kerja
sudah tinggi.
Karena
jumlah
pekerjaan
Beban kerja
tinggi, apalagi
kalau shift
malam harus
menyediakan
Beban kerja bisa
di katakan
tinggi, butuh
tenaga,
penambahan
197
No Domain Kode Informan
Kota Tangerang
Selatan.
yang terpusat di
Apotek dan
Gudang lt.1, serta
sarana dan
prasarana masih
kurang.
fokus di
administrasi
apotek harus ikut
pelayanan karena
kekurangan
tenaga.
juga punya
tanggung
jawab klaim
BPJS jadih
terkadang
tidak ke
pegang,
butuh tenaga
asisten
apoteker.
yang akan
dikerjakan
banyak.
obat untuk
Ranap, UGD,
dll.
sarana dan
prasarana.
I.8.R I.9.N I.10.R I.11.H I.12.I K.S B.G
Beban kerja
tinggi dan jumlah
pekerjaan juga
banyak.
Beban kerja
tinggi, butuh
penambahan
tenaga serta
perbaikan sarana
dan prasarana
kefarmasian
seperti Depo
untuk Poli, UGD,
dan Ranap.
Beban kerja
tinggi, butuh
penambahan
tenaga untuk
asisten
apoteker.
Beban kerja
tinggi, butuh
tenaga dan
sarana dan
prasarana.
Beban kerja
tinggi.
Untuk Beban
kerja sendiri
belum ada
perhitungan,
pendapat saya
sudah tinggi,
ada keluhan dari
pegawai karena
di sini masih
kekurangan
tenaga, sekarang
lagi proses
perecrutan dan
perencanaan
jumlah SDM
yang di
butuhkan untuk
Beban kerja
tidak di ketahui
secara jelas,
karena disini
yang
menentukan
hanya Instalasi
terkait beban
kerja,
perencanaan
SDM yang
nantinya
diajukan ke
bagian
Kepegawaian,
untuk sekarang
masih dalam
198
No Domain Kode Informan
tahun berikutnya
berdasarkan
pelayanan resep.
proses.
3.b Komplain
terhadap
pelayanan
kefarmasian
I.1.T (K.AA) I.2.D I.3.N I.4.R I.5.A I.6.S I.7.S
Komplain
biasanya dari
pasien jika ada
obat yang kurang,
waktu tunggu
yang lama.
Komplain yang
paling sering itu
kalau obat kosong
dan tidak tersedia
di apotek, waktu
tunggu yang
sangat lama.
Komplain
sering dari
pasien waktu
tunggu.
Komplain
waktu
tunggu.
Komplain
obat kosong
dan waktu
tunggu.
Kompalin secara
langsung jarang,
tapi ada keluhan
sedikit dari
pasien terkait
waktu tunggu.
Kompalin ada
biasanya dari
pasien, dokter,
terkait obat
kosong dan
tidak tersedia,
waktu tunggu,
atau salah jenis
obat.
I.8.R I.9.N I.10.R I.11.H I.12.I K.S B.G
Komplain ada,
namun tidak
terlalu sering.
Ada komplain
dari pasien dan
juga dari dokter
terkait obat yang
tidak tersedia.
Kompalin
pasti ada dari
pasien.
Biasanya
waktu tunggu
dan obat
kosong.
Kompalin
ada tapi
jarang.
Komplain
ada secara
langsung dan
by phone.
Komplain yang
ada di IFRS
mesti ada ,
biasanya
kekosongan
obat, obat yang
tak tersedia,
waktu tunggu
karena tenaga
kita masih
kurang jadih jika
pelayanan
banyak sehingga
-
199
No Domain Kode Informan
membuat waktu
tunggu menjadi
lama.
3.c
Harapan dalam
peningkatan
kualitas pelayanan
kefarmasian di
Instalasi Farmasi
RSU Kota
Tangerang Selatan
I.1.T (K.AA) I.2.D I.3.N I.4.R I.5.A I.6.S I.7.S
Penambahan
jumlah pegawai
khususnya asisten
apoteker,
penerapan SIRS
agar semua
tersistem dan
tidak manual lagi,
kedisiplinan kerja
pegawai,
penambahan
sarana
danprasarana.
Penambahan
jumlah SDM,
peningkatan
sarana dan
prasarana,
peningkatan
kedisiplinan
kerja.
Penambahan
jumlah
pegawai
asisten
apoteker,
peningkatan
pembagian
waktu kerja
yang sesuai,
kedisiplinan
dan etos
kerja.
Penambahan
jumlah
pegawai,
sarana dan
prasarana
seperti
penambahan
Depo pada
setiap Poli,
peningkatan
sistem
penggajian.
Penambahan
jumlah
tenaga asisten
apoteker,
membuat
Depo-depo
pada setiap
Poli dan
Ranap.
Penambahan
jumlah tenaga
asisten apoteker,
membuat Depo-
depo pada setiap
Poli dan Ranap
Peningkatan
kualitas
pelayanan,
mengurangi
jumlah obat
yang kosong,
penambahan
pegawai, dan
penerapan
SIRS/SIMRS,
kerja sama yang
baik antar
karyawan.
I.8.R I.9.N I.10.R I.11.H I.12.I K.S B.G
Penambahan
jumlah SDM,
peningkatan
sarana dan
prasarana agar
semakin maju dan
Penambahan
jumlah SDM,
mempercepat
proses perecrutan,
memperbaiki
sistem
Penambahan
jumlah SDM,
peningkatan
kualitas
pelayanan,
sarana dan
Jumlah
pegawai di
sesuaikan,
sistem
informasi di
tingkatkan,
Penambahan
jumlah
pegawai
berdasarkan
kebutuhan,
kedisiplinan
Meningkatkan
perencanaan
SDM yang
sesuai,
memberikan
pelatihan pada
Memberikan
sosoalisasi dan
platihan untuk
pegawai, dapat
mengatasi
keluhan pegawai
200
No Domain Kode Informan
berkembang. manajemen antara
beban kerja dan
gaji seimbang,
sarana seperti
tempat meracik,
komputer kursi
diperbanyak,
prasarana
diperluas, di duat
depo khusus
POLI, UGD, dan
Ranap.
prasarana di
maximalkan
sesuai
kebutuhan.
sarana
diperbanyak,
prasarana
diperluas.
di tingkatkan,
sarana dan
prasarana di
kembangkan.
pegawai,
meningkatkan
kualitas
pelayanan,
meningkatkan
kemajuan SIRS
agar semua
dilakukan
tersistem dan
tidak manual
lagi.
terkait beban
kerja dan
perencanaan
penambahan
SDM agar
segera
dilakukan.
201
Foto Pelaksanaan Observasi Work Sampling di Instalasi Farmasi Rumah
Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan Tahun 2017 .
Entry Resep Dan Pemberian Nomor Antrian E-Ticketing Dan Pemberian Informasi Obat
Lampiran 7
202
Peracikan
Pengambilan dan Pengemasan Obat