GANGGUAN- GANGGUAN PADA MASA KANAK- KANAK
A. Pendahuluan
Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat awam khususnya sering
menganggap bahwa istilah tunanetra sering disamakan dengan buta.
Pandangan masyarakat tersebut didasarkan pada suatu pemikiran yang
umum yaitu bahwa setiap tunanetra tidak dapat melihat sama sekali.
Begitupun juga dengan tuna grahita yang menganggap bahwa anak tuna
grahita adalah anak yang mempunyai keterbelakangan mental dan
begitupun juga dengan tuna daksa dimana kelainan yang meliputi cacat
tubuh atau kerusakan tubuh. Pada masa kanak- kanak terdapat beberapa
gangguan yang ada pada dirinya. Gangguan – gangguan tersebut berupa
tuna netra, tuna grahita, dan tuna daksa.masing- masing dari gangguan
tersebut mempunyai defenisi- defenisi dan bagiannya.
Oleh karena itu Penulis dalam makalah ini akan membahas tentang
pengertian serta perbedaan antara tuna netra, tuna grahita dan tuna daksa.
B. Gangguan- gangguan Pada Masa Kanak- kanak
1. Tuna Netra
a. Pengertian dan Klasifikasi Tuna Netra
Secara etimologi kata tunanetra berasal dari tuna yang
berarti rusak,netra berarti mata atau penglihatan. Jadi secara umum
tunanetra berarti rusak penglihatan. Tunanetra berarti buta,tetapi
buta belum tentu sama sekali gelap atau sama sekali tidak dapat
melihat.
Tuna Netra Merupakan sebutan untuk individu yang
mengalami gangguan pada indra penglihatan.1Ada anak buta yang
sama sekali tidak ada penglihatan,anak semacam ini biasanya
disebut buta total. Disamping buta total,masih ada juga anak yang
1 Aqila Smart. Anak Cacat Bukan Kiamat. ( Yogyakarta : Kata Hati, 2010 ),hal 36
1
mempunyai sisa penglihatan tetapi tidak dapat dipergunakan untuk
membaca dan menulis huruf biasa. Istilah buta ini mencakup
pengertian yang sama dengan istilah tunanetra atau istilah asingnya
blind. Untuk memberikan pengertian yang tepat tentang buta itu,
perlu dirumuskan pengertian sebagai berikut: Menurut Slamet
Riadi adalah “Seseorang dikatakan buta jika ia tidak dapat
mempergunakan penglihatannya untuk pendidikan “(Slamet Riadi ,
1984, hal. 23). Menurut Pertuni tunanetra adalah mereka yang
tidak memiliki penglihatan sama sekali (buta total) hingga mereka
yang masih memiliki sisah penglihatan, tetapi tidak mampu
menggunakan penglihatanya untuk membaca tulisan biasa
berukuran 12 point dalam keadaan cahaya normal meski pun
dibantu dengan kacamata (kurang awas).2
Pertuni (persatuan tunanetra indonesia) yang berkedudukan
di jakarta. Sala satu wadah institusi ormas, yang mengakfokasi
hak- hak tunanetra dalam kehidupan dan penghidupan dalam
masyarakat. Baik dari segi hukum, HAM (hak asasi manusia) dan
pendidikan. Pengertian secara khusus, bahwa orang yang
kehilangan penglihatan sedemikian rupa, sehingga seseorang itu
sukar atau tidak mungkin dapat mengikuti pendidikan dengan
metode yang biasanya dipergunakan disekolah biasa. Sebenarnya
anak buta dalam pendidikan tidak saja mempergunakan metode
khusus, melainkan juga alat-alat bantu khusus, yang digunakan
untuk membaca dan menulis diantaranya adalah : huruf braille,
riglet dan pen.
Tunanetra menurut Soedjadi S. (tth:23): Berdasarkan
pandangan paedagogis, mereka ini kurang atau sama sekali tidak
2 http://cerpenik.blogspot.com/2010/12/pengertian-tunanetra.html, Di akses tanggal 27 September 2013
2
dapat menggunakan penglihatannya dalam melaksanakan tugas
yang diberikan dalam pendidikan.
Anak yang mengalami gangguan penglihatan dapat
didefinisikan sebagai anak yang rusak penglihatannya yang
walaupun dibantu dengan perbaikan masih mempunyai pengaruh
yang merugikan bagi anak yang bersangkutan (Scholl, 1986:p.29).
Pengertian ini mencakup anak yang memiliki sisa penglihatan dan
yang buta. Tunanetra adalah seseorang yang memiliki hambatan
dalam penglihatan/tidak berfungsinya indera penglihatan.
Tunanetra memiliki keterbatasan dalam penglihatan antara lain:
a. Tidak dapat melihat gerakan tangan pada jarak kurang dari 1
(satu) meter.
b. Ketajaman penglihatan 20/200 kaki yaitu ketajaman yang
mampu melihat suatu benda pada jarak 20 kaki.
c. Bidang penglihatannya tidak lebih luas dari 20º. (Heward &
Orlansky, 1988:p.296)
Berdasarkan definisi World Health Organization (WHO),
seseorang dikatakan Low Vision apabila:
a. Memiliki kelainan fungsi penglihatan meskipun telah dilakukan
pengobatan, misalnya operasi dan atau koreksi refraksi standart
(kacamata atau lensa).
b. Mempunyai ketajaman penglihatan kurang dari 6/18 sampai
dapat menerima persepsi cahaya.
c. Luas penglihatan kurang dari 10 derajat dari titik fiksasi
d. Secara potensial masih dapat menggunakan penglihatannya
untuk perencanaan dan atau pelaksanaan suatu tugas.
Anak dikatakan tuna netra apabila mereka kehilangan daya
lihatnya sedemikian rupa sehingga tidak dapat menggunakan
fasilitas pendidikan anak awas atau normal pada umumnya
sehingga untuk mengembangkan potensinya diperlukan layanan
pendidikan khusus. Tuna netra di bagi menjadi dua yaitu :
3
a. Kurang awas (low vision), yaitu seseorang dikatakan kurang
awas bila ia masih memiliki sisa penglihatan sedemikian rupa
sehingga masih dapat sedikit melihat atau masih bisa
membedakan gelap dan terang.
b. Buta (blind), yaitu seseorang dikatakan butaa apabila ia sudah
tidak memiliki sisa penglihatan sehinga tidak dapat
membedakan gelap dan terang.
Daniel P Hallahan dan James M Kauffman memberikan
batasan mengenai tunanetra sebagai berikut:
For educational purposes, the blind person is one whose
sight is so severaly impaired that he or she must be taught to read
by Braille or by aural methods (audiotapes and records). The
partially sighted person can read print even though magnifying
devices or large-print books may be needed .
Pengertian tersebut dapat diartikan bahwa untuk
kepentingan pendidikan, anak tunanetra yang mengalami kelainan
yang sangat berat harus diajar membaca dengan menggunakan
huruf Braille atau dengan metode pendengaran seperti
menggunakan audiotape atau alat perekam lain, sedangkan anak
yang mengalami gangguan penglihatan sebagian baru dapat
membaca tulisan apabila dibantu dengan menggunakan alat
pembesar atau buku yang hurufnya diperbesar. Menurut White
Confrence pengertian tunanetra adalah sebagai berikut.
a. Seseorang dikatakan buta baik total maupun sebagian (low
vision); dari ke dua matanya sehingga tidak memungkinkan lagi
baginya untuk membaca sekalipun dibantu dengan kacamata.
b. Seseorang dikatakan buta untuk pendidikan bila mempunyai
ketajaman penglihatan 20/200 atau kurang pada bagian mata
yang terbaik setelah mendapat perbaikan yang diperlukan atau
mempunyai ketajaman penglihatan lebih dari 20/200 tetapi
4
mempunyai keterbatasan dalam lantang pandangnya sehingga
luas daerah penglihatannya membentuk sudut tidak lebih dari
20 derajat.
Jadi dapat disimpulkan bahwa tunanetra berarti kondisi luka
atau rusaknya mata, sehingga mengakibatkan kurang atau tidak
memiliki kemampuan persepsi penglihatan. Dari pengertian
tersebut dapat dirumuskan bahwa istilah tunanetra mengandung
arti rusaknya penglihatan . Rumusan ini pada dasarnya belum
lengkap dan jelas karena belum tergambarkan apakah keadaan
mata yang tidak dapat melihat sama sekali atau mata rusak
tetapi masih dapat melihat, atau juga berpenglihatan sebelah.
Klasifikasi yang dialami oleh anak tunanetra, antara lain :
1. Menurut Lowenfeld, (1955:p.219), klasifikasi anak
tunanetra yang didasarkan pada waktu terjadinya
ketunanetraan, yaitu :
a. Tunanetra sebelum dan sejak lahir; yakni mereka yang
sama sekali tidak memiliki pengalaman penglihatan.
b. Tunanetra setelah lahir atau pada usia kecil; mereka
telah memiliki kesan-kesan serta pengalaman visual
tetapi belum kuat dan mudah terlupakan.
c. Tunanetra pada usia sekolah atau pada masa remaja;
mereka telah memiliki kesan-kesan visual dan
meninggalkan pengaruh yang mendalam terhadap
proses perkembangan pribadi.
d. Tunanetra pada usia dewasa; pada umumnya mereka
yang dengan segala kesadaran mampu melakukan
latihan-latihan penyesuaian diri.
e. Tunanetra dalam usia lanjut; sebagian besar sudah
sulit mengikuti latihan-latihan penyesuaian diri.
f. Tunanetra akibat bawaan (partial sight bawaan)
5
2. Klasifikasi anak tunanetra berdasarkan kemampuan daya
penglihatan, yaitu :
a. Tunanetra ringan (defective vision/low vision); yakni
mereka yang memiliki hambatan dalam penglihatan
akan tetapi mereka masih dapat mengikuti program-
program pendidikan dan mampu melakukan
pekerjaan/kegiatan yang menggunakan fungsi
penglihatan.
b. Tunanetra setengah berat (partially sighted); yakni
mereka yang kehilangan sebagian daya penglihatan,
hanya dengan menggunakan kaca pembesar mampu
mengikuti pendidikan biasa atau mampu membaca
tulisan yang bercetak tebal.
c. Tunanetra berat (totally blind); yakni mereka yang
sama sekali tidak dapat melihat.
3. Menurut WHO, klasifikasi didasarkan pada pemeriksaan
klinis, yaitu: a. Tunanetra yang memiliki ketajaman
penglihatan kurang dari 20/200 dan atau memiliki bidang
penglihatan kurang dari 20 derajat. b. Tunanetra yang
masih memiliki ketajaman penglihatan antara 20/70
sampai dengan 20/200 yang dapat lebih baik melalui
perbaikan.
4. Menurut Hathaway, klasifikasi didasarkan dari segi
pendidikan, yaitu :
a. Anak yang memiliki ketajaman penglihatan 20/70 atau
kurang setelah memperoleh pelayanan medik.
b. Anak yang mempunyai penyimpangan penglihatan
dari yang normal dan menurut ahli mata dapat
bermanfaat dengan menyediakan atau memberikan
fasilitas pendidikan yang khusus.
6
5. Kirk (1962:p.214) mengutip klasifikasi ketunanetraan,
yaitu :
a. Anak yang buta total atau masih memiliki persepsi
cahaya sampai dengan 2/2000, ia tidak dapat melihat
gerak tangan pada jarak 3 kaki di depan wajahnya.
b. Anak yang buta dengan ketajaman penglihatan sampai
dengan 5/200, ia tidak dapat menghitung jari pada
jarak 3 kaki di depan wajahnya.
c. Anak yang masih dapat diharapkan untuk berjalan
sendiri, yaitu yang memiliki ketajaman penglihatan
sampai dengan 10/200, ia tidak dapat membaca huruf-
huruf besar seperti judul berita pada koran.
d. Anak yang mampu membaca huruf-huruf besar pada
koran, yaitu yang memiliki ketajaman penglihatan
sampai dengan 20/200, akan tetapi ia tidak dapat
diharapkan untuk membaca huruf 14 point atau tipe
yang lebih kecil.
e. Anak yang memiliki penglihatan pada batas ketajaman
penglihatan 20/200 atau lebih, akan tetapi ia tidak
memiliki penglihatan cukup untuk melakukan
kegiatan-kegiatan yang memerlukan penglihatan dan
anak ini tidak dapat membaca huruf 10 point.
6. Menurut Howard dan Orlansky, klasifikasi didasarkan
pada kelainan-kelainan yang terjadi pada mata, yaitu :
Kelainan ini disebabkan karena adanya
kesalahan pembiasan pada mata. Hal ini terjadi bila
cahaya tidak terfokus sehingga tidak jatuh pada retina.
Peristiwa ini dapat diperbaiki dengan memberikan lensa
atau lensa kontak. Kelainan-kelainan itu, antara lain :
a. Myopia; adalah penglihatan jarak dekat, bayangan
tidak terfokus dan jatuh di belakang retina.
7
Penglihatan akan menjadi jelas kalau objek
didekatkan. Untuk membantu proses penglihatan
pada penderita Myopia digunakan kacamata koreksi
dengan lensa negatif.
b. Hyperopia; adalah penglihatan jarak jauh, bayangan
tidak terfokus dan jatuh di depan retina. Penglihatan
akan menjadi jelas jika objek dijauhkan. Untuk
membantu proses penglihatan pada penderita
Hyperopia digunakan kacamata koreksi dengan lensa
positif.
c. Astigmatisme; adalah penyimpangan atau
penglihatan kabur yang disebabkan karena
ketidakberesan pada kornea mata atau pada
permukaan lain pada bola mata sehingga bayangan
benda baik pada jarak dekat maupun jauh tidak
terfokus jatuh pada retina. Untuk membantu proses
penglihatan pada penderita astigmatisme digunakan
kacamata koreksi dengan lensa silindris.3
b.Faktor-faktor penyebab Tunanetra
1). Pre-natal ( dalam kandungan)
Faktor penyebab tunanetra pada masa pre-natal sangat erat
kaitannya dengan adanya riwayat dari orang tuanya atau kelainan
pada masa kehamilan.
a. Keturunan
Pernikahan dengan seksama tunanetra dapat
menghasilkan anak dengan kekurangan yang sama, yaitu
tunanetra.
b. Pertumbuhan anak dalam kandungan
1). Gangguan pada saat ibu hamil
3 Aqila Smart. Anak Cacat Bukan Kiamat. ( Yogyakarta : Kata Hati, 2012 ), hal.36-37
8
2). Adanya penyakit Menahun, seperti TBC Sehingga
merusak sel-sel darah tertentu selama pertumbuhan
janin dalam kandungan
3). Infeksi atau luka yang dialami oleh ibu hamil akibat
terkena rubella atau cacar air dapat menyebabkan
kerusakan pada mata, telinga, jantung, dan sistem
susunan saraf pusat pada janin yang sedang
berkembang.
4). Infeksi karena penyakit kotor, toxoplasmosis, trachoma,
dan tumor.
5). Kekurangan vitamin
2). Post-natal
Merupakan masa setelah bayi dilahirkan. Tunanetra bisa saja
terjadi pada masa ini.
a. Kerusakan pada mata atau saraf mata pada waktu persalinan,
akibat benturan alat-alat atau benda keras
b. Pada waktu persalinan, ibu mengalami penyakit gonorrhoe
sehingga baksil gonorrhoe menular pada bayi, yang pada
akhirnya setelah bayi lahir mengalami sakit dan berakibat
hilangnya daya penglihatan.
c. Mengalami penyakit mata yang menyebabkan ketunanetraan.
d. Kerusakan mata yang disebabkan terjadinya kecelakaan.4
2. Tuna Grahita
a. Pengertian dan Klasifikasi Tuna Grahita
Tunagrahita merupakan asal dari kata tuna yang berarti
“merugi” sedangkan grahita yang berarti “pikiran”. Tunagrahita
merupakan kata lain dari Retardasi Mental (Mental Retardation)
yang artinya terbelakang mental. Tunagrahita juga memiliki istilah-
istilah yaitu Lemah fikiran (feeble minded), Terbelakang mental
4 Aqila, anak cacat...,hal41-44
9
(Mentally Retarded), Bodoh atau dungu (idiot), Cacat mental, dan
Mental Subnormal, dll.
Tunagrahita ialah istilah yang digunakan untuk menyebut
anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata5.
Istilah lain untuk tunagrahita ialah sebutan untuk anak dengan
hendaya atau penurunan kemampuan ayau berkurangnya
kemampuan dalam segi kekuatan, nilai, kualitas, dan kuantitas.
Pengertian lain mengenai tunagrahita ialah cacat ganda. Seseorang
yang mempunyai kelainan mental, atau tingkah laku akibat
kecerdasan yang terganggu. Istilah cacat ganda yang digunakan
karena adanya cacat mental yang dibarengi dengan cacat fisik.
Misalnya cacat intelegensi yang mereka alami disertai dengan
keterbelakangan penglihatan (cacat mata). Ada juga yang disertai
dengan gangguan pendengaran.
Namun, tidak semua anak tunagrahita memiliki cacat fisik.
Contohnya pada tunagrahita ringan. Masalah tunagrahita ringan
lebih banyak pada kemampuan daya tangkap yang kurang. Secara
global pengertian tunagrahita ialah anak berkebutuhan khusus yang
memiliki keterbelakangan dalam intelegensi, fisik, emosional, dan
sosial yang membutuhkan perlakuan khusus supaya dapat
berkembang pada kemampuan yang maksimal.
Anak tunagrahita adalah individu yang secara signifikan
memiliki intelegensi dibawah intelegensi normal. Menurut
American Asociation on Mental Deficiency mendefinisikan
Tunagrahita sebagai suatu kelainan yang fungsi intelektual
umumnya di bawah rata- rata, yaitu IQ 84 ke bawah. Biasanya
anak- anak tunagrahita akan mengalami kesulitan dalam “Adaptive
Behavior” atau penyesuaian perilaku. Hal ini berarti anak
tunagrahita tidak dapat mencapai kemandirian yang sesuai dengan
ukuran (standard) kemandirian dan tanggung jawab sosial anak
5 Aqila, Anak Cacat...,hal 49
10
normal yang lainnya dan juga akan mengalami masalah dalam
keterampilan akademik dan berkomunikasi dengan kelompok usia
sebaya. Anak- anak yang sulit berkomunikasi tidak selamanya itu
adalah anak tunagrahita. Bisa jadi anak yang bergejala demikian
tergolong autisme. Antara autisme dan tunagrahita terdapat
perbedaan mendasar sehingga perlakuan yang diberikan pun harus
berbeda. Menurut Mudjito, autisme ialah anak yang mengalami
gangguan berkomunikasi dan berinteraksi sosial serta mengalami
gangguan sensoris, pola bermain, dan emosi. Penyebabnya karena
antar jaringan dan fungsi otak tidak sinkron. Ada yang maju pesat,
sedangkan yang lainnya biasa- biasa saja. Survei menunjukkan,
anak-anak autisme lahir dari ibu-ibu kalangan ekonomi menengah
ke atas. Ketika dikandung, asupan gizi ke ibunya tak seimbang.
Gejalanya tak hanya sulit berkomunikasi, tetapi juga sulit
mengerjakan tugas-tugas akademik. Ini karena perkembangan otak
dan fungsi sarafnya tidak sempurna. Anak-anak seperti ini lahir
dari ibu kalangan menengah ke bawah. Ketika dikandung, asupan
gizi dan zat antibodi ke ibunya tidak mencukupi. 6
Anak tunagrahita memiliki fungsi intelektual tidak statis.
Kelompok tertentu, termasuk beberapa dari down syndrome,
memiliki kelainan fisik dibanding teman- temannya, tetapi
mayoritas dari anak tunagrahita terutama yang tergolong ringan,
terlihat sama seperti yang lainnya. Dari kebanyakan kasus banyak
anak tunagrahita terdeteksi setelah masuk sekolah. Tes IQ mungkin
dapat dijadikan indicator dari kemampuan mental seseorang.
Kemampuan adaptif seseorang tidak selamanya tercermin pada
hasil tes IQ. Latihan, pengalaman, motivasi, dan lingkungan social
sangat besar pengaruhnya pada kemampuan adaptif seseorang.
6 http://annesdecha.blogspot.com/2010/03/pengertian-tunagrahita.html, diakses Tanggal 28 September 2013
11
Anak tunagrahita kurang cakap dalam memikirkan hal-hal
yang bersifat abstrak, yang sulit-sulit dan yang berbelit-belit.
Mereka kurang atau terbelakang atau tidak berhasil bukan sehari
dua hari atau sebulan dua bulan, tetapi untuk selama-lamanya dan
bukan hanya dalam satu dua hal tetapi hampir segala-galanya.
Lebih-lebih dalam pelajaran seperti : mengarang, menyimpulkan
isi bacaan, menggunakan symbol-simbol berhitung, dan dalam
semua pelajaran yang bersifat teoritis. Dan juga mereka kurang
atau terhambat dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Pendapat diatas sejalan dengan definisi yang ditetapkan AAMD
yang dikutip oleh Grossman (Kirk & Gallagher, 1986:116), yang
artinya bahwa ketunagrahitaan mengacu pada sifat intelektual
umum yang secara jelas dibawah rata-rata, bersama kekurangan
dalam adaptasi tingkah laku dan berlangsung pada masa
perkembangan. Dari pengertian- pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa: :
a. Anak tunagrahita memiliki kecerdasan dibawah rata-rata
sedemikian rupa dibandingkan dengan anak normal pada
umumnya.
b. Adanya keterbatasan dalam perkembangan tingkah laku pada
masa perkembangan
c. Terlambat atau terbelakang dalam perkembangan mental dan
social
d. Mengalami kesulitan dalam mengingat apa yang dilihat,
didengar sehingga menyebabkan kesulitan dalam berbicara
dan berkomunikasi
e. Mengalami masalah persepsi yang menyebabkan tunagrahita
mengalami kesulitan dalam mengingat berbagai bentuk benda
(visual perception) dan suara (audiotary perception)
12
f. Keterlambatan atau keterbelakangan mental yang dialami
tunagrahita menyebabkan mereka tidak dapat berperilaku
sesuai dengan usianya.
Berbagai ahli mengklasifikasikan anak tunagrahita itu
berbeda-beda, hal ini disesuaikan dengan bidang ilmunya masing-
masing. Ada yang berdasarkan etiologisnya,berdasarkan
kemampuannya, dan ada juga yang berdasarkan ciri-ciri klinisnya.
Penggolongan ini sangat diperlukan karena untuk memudahkan
memberikan layanan dan bantuan yang sebaik-
baiknya.Pengelompokan yang sudah lama dikenal ialah debil untuk
yang ringan, imbesil untuk anak yang sedang, dan idiot untuk anak
yang berat. Untuk ketiga kelompok anak tunagrahita tersebut ada
juga yang menyebutnya sebagai berikut : mampu didik dengan IQ
berkisar antara 50 -70, mampu latih antara 30 -50, dan perlu rawat
dengan IQ kurang dari 30. Seiring dengan diberlakukannya
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 72 tahun 1991,
Pengelompokan anak tunagrahita pun dirubahmenjadi anak
tunagrahita ringan, tunagrahita sedang, dan tunagrahita berat.
Adapun Karakteristik tuna grahita adalah:
1. Karakteristik anak tunagrahita ringan
Dalam berbicaranya banyak yang lancar, tetapi
perbendaharan katanya 4minim, Mereka mengalami kesulitan
dalam berpikirabstrak, tetapi mereka masih mampu
mengikuti pelajaran yang bersifat akademik atau tool subject,
baik di sekolah biasa maupun di sekolah luar biasa (SLB).
Umur kecerdasannya apabila sudah dewasa sama dengan
anak normal yang berusia 12 tahun.
2. Karakteristik anak tunagrahita sedang
Anak tunagrahita sedang tidak bisa mempelajari pelajaran-
pelajaran yang bersifat akademik. Belajarnya secara membeo.
Perkembngan bahasanya sangat terbatas karena
13
perbendaharaan kata yang sangat kurang. Merka memerlukan
perlndungan orang lain, meskipun begitu masih mampu
membedakan bahaya dan bukan bahaya. Umur
kecerdasannya sama dengan anak normal umur tujuh tahun.
3. Karakteristik anak tunagrahita berat
Anak ini sepanjang hidupnya memerlukan pertolongan dan
bantuan orang lain, sehingga berpakaian, ke WC, dan
sebagainya harus dibantu. Mereka tidak tahu bahaya atau
tidak bahaya. Kata-kata dan ucapannya sangat sederhana.
Kecerdasannya sampai setinggi anak normal yang berusia
tiga tahun. 7
b. Faktor-faktor Penyebab Tunagrahita
Mengenai faktor penyebab ketunagrahitaan para ahli sudah
berusaha membaginya menjadibeberapa kelompok. Ada yang
membaginya menjadi dua gugus, yaitu indogen dan eksogen. Ada
juga yang membaginya berdasarkan waktu terjadinya
penyebab,disusunsecara kronologis sebagai berikut faktor-faktor
yang terjadi sebelum nak lahir (prenatal), faktor- faktor yang terjadi
ketika anak lahir (natal), dan faktor-faktor yang terjadi setelah anak
dilahirkan (pos natal). 5Di bawah ini akan Dikemukakan beberapa
faktor penyebab ketunagrahitaan, baik yang berasal dari faktor
keturunan maupun yang berasal dari faktor lingkungan.
1. Faktor keturunan
Ketika terjadi fertilisasi dan terjadi manusia baru,
maka ia akan memperoleh faktor-faktor yang
diturunkan, baik dari ayah maupun dari ibu yang
disebut genotif.Aktualisasi genotif dihasilkan atas
kerjasama dengan lingkungan. Sebagai pembawa sikat
keturunan, gene antara lain menentukan warna kulit,
bentuk tubuh, raut wajah, dan kecerdasan.
7 Aqila, Anak Cacat...,hal 50-51
14
2. Gangguan metabolisme dan gizi
Metabolisme dan gizi merupakan dua hal yang
sangat penting bagi perkembangan individu, terutama
perkembangan sel-sel otak. Kegagalan dalam
metabolisme dan pemenuhan gizi akan mengakibatkan
terjadinya gangguan pisik dan mental pada individu.
3. Infeksi dan keracunan
a.Rubella
Wanita hamil yang terjangkit penyakit rubella akan
mengakibatkan janin yang dikandungnya menderita
tunagrahita, tunarungu, penyakit jantung, dan lain-
lain.
b.Syphilis
Bayi dalam kandungan ibunya yang terjangkit
syphilis akan lahir mengalami kelainan, seperti
tunagrahita.
4. Masalah pada kelahiran
Ketunagrahitaan juga dapat disebabkan akibat
sulitnya proses kelahiran, sehingga 6 bayi dikeluarkan
dengan menggunakan tank yang dapat merusak otak.
5. Faktor lingkungan (sosial-budaya)
banyak peneliti yang melaporkan bahwalingkungan
dapat berpengaruh terhadap fungsi intelek anak.Anak
tunagrahita banyak ditemukan :
a.Di daerah yang taraf ekonominya lemah
b.Dalam keluarga yang kurang menyadari pentingnya
pendidikan dini bagi anak, kurang kasih sayang, dan
kurangnya kontak pribadi dengan anak.
c. Usaha yang dapat dilakukan
Beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah
terjadinya ketunagrahitaan adalah sebagai berikut :
15
1.Diagnostik prenatal
Yaitu suatu usaha memeriksakan kehamilan untuk
menemukan kemungkinan kelainan-kelainan pada janin.
2.Imunisasi
Imunisasi dilakukan terhadap ibu hamil dan balita
agar terhindar dari penyakit-penyakit yang dapat
mengganggu perkembangan anak.
3.Tes darah
Ini dilakukan terhadap pasangan calon suami istri
untuk menghidari kemungkinan menurunkan benih-
benih yang berkelainan,
4.Pemeliharaan kesehatan
Ibu hamil hendaknya memeriksakan kesehatan secara
rutin. Juga menyediakan 7 bergizi yang cukup,
menghindari radiasi, dan sebagainya.
5.Program KB
Ini diperlukan untuk mengatur kehamilan dan
membina keluarga yang sejahtera.
d.Perkembangan Sosial dan Kognitif Siswa Tunagrahita
Strategi pengembangan sosial tunagrahita dilakukan sejak
masa kanak-kanak, bersamaan dengan pembinaan tentang konsep
diri posotif, hubungan sesama teman, peneyesuaian sosial secara
umum.
Ketidak mampuan keterampilan sosial masa kanak-kanan
tunagrahita sangat erat kaitannya dan sejalan dengan pola respon
pada anak-anak usia remaja.Pendekatan melalui perkembangan
sosial terhadap tunagrahita hendaknya tertuju pada perubahan
kearah posistif setiap waktu atau merupakan penyesuaian
lingkungan yang semakin baik.8
8 Bandi Delhie, Bimbingan Konseling untuk Prilaku Non-Adaptif, ( Bandung : Pustaka Bani Quraisy, 2005),hal.34
16
3. Tuna Daksa
a. Pengertian dan Klasifikasi Tuna Daksa
Tunadaksa dapat didefinisikan sebagai bentuk kelainan atau
kecacatan pada sisitem otot, tulang, persendian dan saraf yang
disebabkan oleh penyakit, virus, dan kecelakaan baik yang terjadi
sebelum lahir, saat lahir dan sesudah kelahiran. Gangguan itu
mengakibatkan gangguan koorinasi, komunikasi, adaptasi,
mobilisasi dan gangguan perkembangan pribadi.
Tuna daksa merupakan sebutan halus bagi orang-orang
yang memiliki kelainan fisik, khususnya anggota badan, seperti
kaki, tangan, atau bentuk tubuh. 9
b.klasifikasi anak tunadaksa
Klasifikasi anak tunadaksa ditinjau dari sistem kelainannya
dapat dibedakan atas kelainan pada sistem cerebral dan kelainan
pada sistem otot dan rangka. Kelainan pada sistem cerebral berupa
cerebral palsy yang menunjukkan kelainan gerak, sikap dan bentuk
tubuh, gangguan koorinasi, dan kadang disertai gangguan
psikologis dan sensoris karena adanya kerusakan pada masa
perkembangan otak. Cerebral palsy diklasifikasikan menurut
derajat perkembangan otak. Cerebral palsy diklasifikasikan
menurut derajat kecacatannya, yaitu ringan, sedang dan berat.
Klasifikasi berdasrkan fisiologi kelainan gerak adalah spastik,
dyskensia (atetoid, rigid tremor) dan campuran.
Kelainan pada sistem otot dan rangka berupa pliomyelitis,
muscle dystrophy, dan spina bifida. Poliomyelitis merupakan suatu
infeksi penyakit pada sumsum tulang belakang yang disebabkan
oleh virus polio yang mengakibatkan kelumpuhan yang bersifat
9 Aqila, anak cacat...,hal 44
17
menetap dan tidak mengakibatkan gangguan kecerdasan atau alat-
alat indra.10
Kelumpuhan dibedakan atas tipe spinal, bulbair,
bulbospinal, dan encephalistis. Muscle dystrophy adalah jenis
penyakit otot yang disebabkan oleh faktor keturunan dan
mengakibatkan otot tidak berkembang karena mengalami
kelumpuhan yang sifatnya progresif dan simetris. Spina bifida
merupakan jenis kelainan pada tulang dan belakgn yang ditandai
dengan terbukanya satu atau 3 ruas tulang belakang dan tidak
tertutup lagi selama masa perkembangan sehingga fungsi jaringan
saraf terganggu dan terjadilah kelumpuhan.
Karakteristik anak tunadaksa ditinjau dari beberapa segi,
antara lain :
a. Karakteristik akademis anak tudanadaksa meliputi ciri
khas kecerdasan, kemampuan kognisi, persepsi dan
simblisasi mengalam kelainan karena terganggunya
sisitem cerebral sehingga mengalami hambatan dalam
belajar, dan mengurus diri. Anak tundaksa karena
kelainan pada sistem otot dan rangka tidak terganggu
sehingga dapat belajar, seperti anak normal.
b. Karakteristik sosial/emosional anak tunadaksa
menunjukkan bahwa konse diri dan respons serta sikap
masyarakat yang negatif terhadap anak tunadaksa
mengakibatkan anak tunadaksa merasa tidak mampu,
tidak berguna dan menjadi rendah diri. Akibatnya,
kepercayan dirinya hilang dan akhirnya tidak dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya.
Mereka juga menunjukkan sikap mudah tersinggung,
10 http://fedelisrudi.blogspot.com/2012/04/pengertian-klasifikasi-dan.html, diakses Tanggal 28 September 2013
18
mudah marah, lekas putus asa, rendah diri, kurang
dapat bergaul, malu dan suka menyendiri, serta frustasi
berat.
c. Karakteristik fisik/kesehatan anak tunadaksa biasanya
selain mengalami cacat tubuh, juga mengalami
gangguan lain, seperti sakit gigi, berkurangnya daya
pendenganran, penglihatan, gangguan bicara, dan
gangguan motorik.
c. Tujuan utama pendidikan anak tunadaksa
Tujuan utama pendidikan anak tunadaksa adalah terbentukyna
kemandirian dan keutuhan pribadi. Untuk mencapai tujuan tersebut,
sekurang-kurangnya tujuh aspek yang perlu dikembangkan melalui
pendidikan pada anak tunadaksa, yaitu :
a. Pengembangan intelektual dan akademik
b. Membantu perkembangan fisik
c. Meningkatkan perkembangan emosi dan penerimaan diri
anak
d. Mematangkan moral dan spiritual,
e. Meningkatkan ekspresi diri
f. Mempersiapkan masa depan anak
Anak Tunadaksa dapat mengikuti pendidikan pada sekolah
berasrama, sekolah tidak berasrama, kelas khusus penuh, kelas reguler
dan khusus, kelas umum dibantu oleh guru khusus, kelas dengn
konsultan guru-guru umum, dan kelas normal, serta ruang sumber.
Penyelenggaran pendidikan jalur persekolahan bagi anak tunadaksa
menggunakan kurikulum PLB untuk anak tunadaksa tahun 1994,
Pengembangan Kurikulm, garis-garis Besar Program Pengajaran
(GBPP) , dan Pedoman Pelaksanaan Kurikulum. Satuan pendidikan
yang ada dalam kurikulum PLB 1994 berjenjang mulai TKLB, SDLB,
SLTPLB, dan SMLB. Semua satuan pendidikan tersebut mereapkan
sistem caturwulan, sedangkan perencanaan kegiatan belajarnya dapat
19
meliputi perencanaan tahunan, caturwulan, harian dan perencanaan
pendidikan yang diidividualisasikan (PPI).
Dalam memberikan pendidikan pada anak tunadaksa ada 2
prinsip utama, yaitu prinsip multisensori dan individualisasi.
Demikian juga dengan kondisi ruangan belajarnya. Ia membutuhkan
rancangan khusus sehubungan dengan kondisi anak tunadaksa
mengalami gangguan motorik maka sebaiknya bangunan gedung
sekolah dirancang dengan memprioritaskan 3 kemudahan, yaitu
mudah ke luar masuk, mudah bergerak dalam ruangan dan mudah
mengadakan penyesuaian.
C. Penutup
1. Kesimpulan
Tunanetra adalah seseorang yang memiliki hambatan dalam
penglihatan/tidak berfungsinya indera penglihatan Berdasarkan
tingkat gangguannya Tunanetra dibagi dua yaitu buta total (total
blind) dan yang masih mempunyai sisa penglihatan (Low Visioan).
Sedangkan Tunagrahita merupakan asal dari kata tuna yang
berarti “merugi” sedangkan grahita yang berarti “pikiran”.
Tunagrahita merupakan kata lain dari Retardasi Mental (Mental
Retardation) yang artinya terbelakang mental. Tunagrahita juga
memiliki istilah- istilah yaitu Lemah fikiran (feeble minded),
Terbelakang mental (Mentally Retarded), Bodoh atau dungu (idiot),
Cacat mental, dan Mental Subnormal, dll.
Tunadaksa dapat didefinisikan sebagai bentuk kelainan atau
kecacatan pada sisitem otot, tulang, persendian dan saraf yang
disebabkan oleh penyakit, virus, dan kecelakaan baik yang terjadi
sebelum lahir, saat lahir dan sesudah kelahiran. Gangguan itu
mengakibatkan gangguan koorinasi, komunikasi, adaptasi, mobilisasi
dan gangguan perkembangan pribadi.
20
2. Saran
Dalam makalah ini penulis tidak lepas dari kekurangan isi dari
makalah ini. Oleh karena itu diharapkan kepada para pembaca untuk
dapat melengkapi isi dari makalah dan menambah referensi dari
sumber lainnya. Mudah- mudahan makalah ini bermanfaat bagi
pembaca khususnya bagi penulis makalah ini.
21
DAFTAR PUSTAKA
Aqila Smart. 2010. Anak Cacat Bukan Kiamat. Yogyakarta : Kata Hati
Bandi Deplhie. 2005. Bimbingan Konseling Untuk Perilaku Non-Adaftif. Bandung : Pustaka Bani Quraisy
http://fedelisrudi.blogspot.com/2012/04/pengertian-klasifikasi-dan.html
http://annesdecha.blogspot.com/2010/03/pengertian-tunagrahita.html
http://cerpenik.blogspot.com/2010/12/pengertian-tunanetra.html
22