Transcript
Page 1: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama danPenyakit pada JAMBU METE

1

Page 2: Hama danPenyakit pada JAMBU METE
Page 3: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

i

BUKU SAKU

PENGENALAN HAMA DAN PENYAKIT

PADA KOMODITAS

JAMBU METE, KELAPA, SIRIH, & PINANG

NADZIRUM MUBIN

HAGIA SOPHIA KHAIRANI

HERMANU TRIWIDODO

DOMINGGUS BANDI

Unit Kajian Pengendalian Hama Terpadu

Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian IPB University

2021

Page 4: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

ii

BUKU SAKU PENGENALAN HAMA DAN PENYAKIT PADA KOMODITAS JAMBU METE, KELAPA, SIRIH, dan PINANG Nadzirum Mubin, Hagia Sophia Khairani, Hermanu Triwidodo, Dominggus Bandi Editor Nadzirum Mubin ISBN: 978-602-96419-8-1 Tata Letak Nadzirum Mubin Desain Sampul Nadzirum Mubin Penerbit Unit Kajian Pengendalian Hama Terpadu Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, IPB University Jl. Kamper Gd. Departemen Proteksi Tanaman Telp. 0251-8629364 Email: [email protected] Cetakan Pertama, Maret 2021 Hak Cipta DIlindungi Undang-Undang Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit.

Page 5: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

iii

KATA PENGANTAR

Dengan rahmat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan hidayahnya

kepada penulis sehingga buku saku yang berjudul “PENGENALAN HAMA DAN

PENYAKIT PADA KOMODITAS JAMBU METE, KELAPA, SIRIH, DAN PINANG”

dapat selesai dengan baik.

Buku saku ini merupakan bagian dari rangkain kegiatan tentang pengenalan

hama dan penyakit tanaman di Sumba Timur. Sumba Timur mempunyai potensi

alam yang sangat melimpah, akan tetapi sumber daya alam tersebut masih

belum banyak diketahui termasuk permasalahan hama dan penyakit yang

menyerang pada tanaman di kawasan tersebut. Dengan iklim semi-arid (kering)

menyebabkan jenis hama dan penyakit tersebut sedikit berbeda dengan yang

ada di kawasan Indonesia bagian barat. Untuk itu perlu adanya penelitian serta

eksplorasi tentang potensi alamnya agar dapat terjaga dan terlindungi dengan

baik nantinya.

Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada Pemerintah Kabupaten Sumba

Timur, Balai Penelitian dan Pengembangan Daerah Sumba Timur, Lembaga

Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat – IPB University, Tani Center –

IPB University, serta Departemen Proteksi Tanaman – IPB University, yang telah

memberikan saran dan dukungan sehingga buku panduan ini dapat

terselesaikan.

Tak lupa kami ucapkan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak

yang telah membantu dalam penyusunan, revisi, dan penerbitan buku saku ini.

Mas Raidi Rahman Moeis, SP dan Lisa Bela Fitriani, SP yang telah banyak

membantu juga. Semoga apa yang telah dilakukan akan membawa manfaat

yang sebesar-besarnya bagi peningkatan kualitas pendidikan.

Penulis

Nadzirum Mubin

Hagia Sophia Khairani

Hermanu Triwidodo

Dominggus Bandi

Page 6: Hama danPenyakit pada JAMBU METE
Page 7: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

HAMA & PENYAKIT

JAMBU METE

Page 8: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada JAMBU METE

2

DAFTAR ISI

Jambu Mete 5

Hama Jambu Mete 7

Wereng Pucuk Mete, Sanurus indecora

Kepik Penghisap Pucuk, Helopeltis sp.

Ulat Kipat, Cricula trifenestrata

Penggerek Batang dan Akar, Plocaederus ferrugineus

Pengorok Daun Mete, Acrocercops sp.

Kutu Putih, Ferrisia virgate

Penggerek Buah dan Biji Mete, Nephopteryx sp.

Ulat Pemakan Kulit Kayu, Indarbela tetraonis

8

10

11

13

15

16

18

20

Penyakit Jambu Mete 22

Jamur Akar Putih (JAP), Rigidoporus lignosus

Antraknosa, Colletotrichum gloeosporioides

Penyakit Busuk Batang dan Akar, Pythium sp. dan Fusarium sp.

Penyakit Belendok/Gumosis, Botryodiplodia sp.

Penyakit Bercak Daun, Pestalotia sp.

23

25

27

29

31

Daftar Pustaka 33

Page 9: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada JAMBU METE

3

DAFTAR GAMBAR

1 Wereng pucuk mete, Sanurus indecora 8

2 Kepik pucuk Helopeltis sp. fase paradewasa (kiri) dan

dewasa (kanan)

10

3 Ulat kipat C. trifenestrata 11

4 Penggerek batang P. ferrugineus, larva (a) dan imago (b) 13

5 Imago pengorok daun Acrocercops sp. dan Gejala

serangan pengorok daun A. syngramma (Sumber: a.

Atsushi Kawakita, b. CABI, TK Jacob)

15

6 Kutu putih F. virgate 16

7 Imago penggerek buah dan biji, Nephopteryx sp. 18

8 Gejala serangan penggerek buah dan biji Nephopteryx

sp.

18

9 Larva (a) dan imago I. tetraonis (b) 20

10 Gejala serangan I. tetraonis 21

11 A) Gejala pada pohon daun mengering dan gugur, B)

gejala pada akar, C) gejala pada pangkal batang, D-E)

morfologi R. lignosus pada media PDA

23

12 A) gejala antraknosa pada pucuk, B) gejala pada daun, C)

gejala ada biji, D) morfologi cendawan pada media agar,

E) konidia C. gloeosporioides, F) miselium C.

gloeosporioides.

25

13 A) gejala layu Fusarium, B) gejala layu Pyhtium pada

pangkal batang, C) gejala layu pyhtium pada akar D)

konidia dan miselium Fusarium E) konidia dan misielium

Pyhtium

27

14 A) Gejala belendok pada pucuk, B) gejala pada batang, C)

morfologi Botryodiplodia sp. pada media agar D) konidia

Botryodiplodia sp.

29

Page 10: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada JAMBU METE

4

15 A-B) gejala pada daun C) morfologi Pestalotia sp. pada

media agar D) konidia Pestalotia sp.

31

Page 11: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada JAMBU METE

5

JAMBU METE Jambu mete (Anacardium occidentale) merupakan salah satu

komoditas perkebunan yang umum dijumpai ditanam di lokasi

semi-arid (kering). Salah satu lokasi yang umum dijumpai banyak

tumbuh di Indonesia yaitu di pulau Sulawesi, Maluku, Nusa

Tenggara dsb. Sumba Timur merupakan salah satu kawasan dari

Nusa Tenggara yang banyak dijumpai tanaman ini karena

mempunyai iklim yang cocok untuk pertumbuhan dan

perkembangan jambu mete. Selain buahnya, biji dari jambu mete

dapat dikonsumsi dengan cara diolah terlebih dahulu. Harga jual

dari biji jambu mete relatif tinggi dan mempunyai peminat dari

kalangan anak-anak sampai dewasa.

Dengan tingginya harga dan minat konsumen tidak jarang di

lapangan seringkali menemukan permasalahan seperti adanya

gangguan organisme pengganggu tanaman (OPT). OPT dapat

menyebabkan kerusakan bahkan kegagalan panen pada buah

mete. OPT tersebut dapat menyerang pada bagian akar, batang,

ranting, daun, pucuk, serta buah dan biji dari jambu mete sehingga

perlu adanya pengenalan tentang hama dan penyakit yang

menyerang pada jambu mete tersebut. Pada Buku Saku ini akan

dibahas hama dan penyakit penting yang umum dijumpai

menyerang jambu mete serta cara untuk pengendaliannya secara

ringkas.

Page 12: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada JAMBU METE

6

Hama pada Jambu Mete

1. Wereng Pucuk Mete, Sanurus indecora

2. Kepik Penghisap Pucuk, Helopeltis sp.

3. Ulat Kipat, Cricula trifenestrata

4. Penggerek Batang dan Akar, Plocaederus ferrugineus

5. Pengorok Daun Mete, Acrocercops sp.

6. Kutu Putih, Ferrisia virgate

7. Penggerek Buah dan Biji Mete, Nephopteryx sp.

8. Ulat Pemakan Kulit Kayu, Indarbela tetraonis

Penyakit pada Jambu Mete

1. Jamur Akar Putih (JAP), Rigidoporus lignosus

2. Antraknosa, Colletotrichum gloeosporioides

3. Penyakit Busuk Batang dan Akar, Pythium sp. dan

Fusarium sp.

4. Penyakit Blendok/Gumosis, Botryodiplodia sp.

5. Penyakit Bercak Daun, Pestalotia sp.

Page 13: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

HAMA JAMBU METE

Page 14: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada JAMBU METE

8

WERENG PUCUK METE Sanurus indecora (Hemiptera: Flatidae)

Deskripsi Singkat

Hama ini berukuran sekitar 1 cm berwarna putih atau hijau. Wereng

bertubuh ramping ke atas terlihat seperti kupu-kupu yang berukuran

kecil. Umumnya dijumpai menyerang pada bagian pucuk tanaman.

Gejala serangan yang ditunjukkan yaitu pucuk akan terlihat adanya

bekas tusukan selanjutnya akan mengering. Jika kondisi pucuk sudah

mengering, maka pucuk tidak dapat menghasilkan tunas maupun bakal

bunga jambu mete. Kepik penghisap baik fase pradewasa maupun

dewasa akan banyak ditemukan jika kondisi musim kemarau.

Gambar 1 Wereng pucuk mete, Sanurus indecora

Rekomendasi Pengendalian

1. Penggunaan musuh alami berupa parasitoid

telur Aphanomerus sp., jamur

entomopatogen Synnematium sp. (Wikardi et al. 2001;

Page 15: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada JAMBU METE

9

Mardiningsih 2007), Hirsulellea citriformis, dan ngengat

parasitoid Epipyropidae (Supeno et al. 2007)

2. Dapat juga memanfaatkan serangga predator, seperti laba-laba,

kumbang Coccinellidae, dan belalang sembah.

Page 16: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada JAMBU METE

10

KEPIK PENGHISAP PUCUK Helopeltis sp. (Hemiptera: Miridae)

Deskripsi Singkat

Hama ini berukuran sekitar 1 cm berwarna jingga kehitaman. Kepik

bertubuh ramping dan terlihat seperti semut. Umumnya dijumpai nimfa

(pradewasa) dan imago mengisap cairan pucuk, daun, bunga, buah.

Gejala serangan yaitu bagian tanaman yang diserang menunjukkan

gejala bercak hitam, pucuk mati, bunga dan buah menjadi rontok atau

gugur.

Gambar 2 Kepik pucuk Helopeltis sp. fase paradewasa (kiri)

dan dewasa (kanan)

Rekomendasi Pengendalian

1. Aplikasi cendawan entomopatogen Synnematium (Wikardi et

al. 2001; Mardiningsih 2007)

Page 17: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada JAMBU METE

11

ULAT KIPAT Cricula trifenestrata (Lepiodptera: Saturniidae)

Deskripsi Singkat

Ulat kipat berwarna hitam dengan garis kuning yang memanjang

dibagian pinggir tubuhnya, kepala berwarna merah menyala, di bagian

tubuhnya terdapat bulu-bulu yang jika disentuh dan terkena kulit akan

menimbulkan gatal dan panas. Umumnya ulat dijumpai dalam jumlah

yang banyak dan bergerombol. Ulat kipat akan menyerang daun sampai

habis hingga tersisa tulang daun saja. Ulat ini akan berpupa di dedaunan

berwarna coklat yang diselimuti dengan kokon berwarna keemasan

sehingga akan mudah dikenali.

Gambar 3 Ulat kipat C. trifenestrata

Page 18: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada JAMBU METE

12

Rekomendasi Pengendalian

1. Cara mengatasinya adalah dengan mengutip ulat yang

berkelompok di daun, memotong daun yang menjadi sarangnya,

dan memusnahkannya dengan cara dibakar.

2. Memanfaatkan musuh alami, seperti lalat Tachinid, tawon

Ichneumon, tawon kertas, laba-laba, dan belalang sembah.

3. Serangan berat dapat diatasi dengan pemberian insektisida

berbahan dasar sipermetrin, seperti Cymbush dan Pumicidin,

dengan dosis 1.0 – 1.5 ml/l air.

Page 19: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada JAMBU METE

13

PENGGEREK BATANG DAN AKAR Plocaederus ferrugineus (Coleoptera: Cerambycidae)

Deskripsi Singkat

Larva menyerang batang atau akar dari tanaman. Gejala serangan

hama ini adalah adanya liang-liang kecil pada batang dan akar

jambu mete. Dapat ditemukan pula massa kayu atau bekas

kotoran berwarna kemerah-merahan bercampur cairan

menyerupai lem. Akibat serangan ini, daun berubah warna

menjadi kuning, lama kelamaan gugur dan rontok. Gejala lanjutan

yaitu tanaman dapat mati. Ulat berwarna putih krem tanpa

tungkai berada di dalam liang gerekan (Gambar 7a) sedangkan

imago berwarna coklat kemerahan dengan antena yang panjang

(Gambar 7b).

Gambar 4 Penggerek batang P. ferrugineus, larva (a) dan imago (b)

Page 20: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada JAMBU METE

14

Rekomendasi Pengendalian

1. Untuk pencegahan dapat dilakukan pengolehan dengan neem

oil 5% sebanyak 3 kali dalam setahun

2. Untuk mengatasinya, ambil telur-telur dan pupa yang terletak di

dalam sobekan-sobekan kulit kayu pada pangkal batang dan

akar di atas tanah, kumpulkan pula ulat-ulatnya, lalu bakar.

3. Aplikasi cendawan entomopatogen Metarhizium anisopliae dan

Beauveria bassiana (Sahu dan Sharma 2008)

4. Selain itu, pengendalian dapat dilakukan dengan

mengaplikasikan pestisida nabati dari mimba atau cara lain

adalah mengoleskan larutan BMCl dengan dosis 20 gr/liter air.

Page 21: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada JAMBU METE

15

PENGOROK DAUN METE Acrocercops sp. (Lepidoptera: Gracillaridae)

a

b

Gambar 5 Imago pengorok daun Acrocercops sp. dan Gejala serangan

pengorok daun A. syngramma (Sumber: a. Atsushi Kawakita, b.

CABI, TK Jacob)

Deskripsi Singkat

Serangga dewasa dari kelompok ngengat yang berukuran sangat kecil (+

2 mm) dan berwarna abu kecoklatan. Hama ini menyerang pada fase

larva. Larva akan masuk ke dalam daun dan memakan jaringan daun

bagian dalam sehingga menyisakan bekas korokan. Gejala awal yang

terlihat yaitu daun terlihat seperti beralur seperti terowongan bekas

korokan selanjutnya daun akan terlihat putih semua bekas korokan yang

sudah melebar.

Rekomendasi Pengendalian

1. Hama termasuk hewan nocturnal, sehingga dalam dilakukan

pencegahan dan pengendalian imago menggunakan perangkap

cahaya.

2. Pemanfaatan musuh alami Sympiesis dan Chelonus (CABI)

Page 22: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada JAMBU METE

16

KUTU PUTIH Ferrisia virgata (Hemiptera: Pseudococcidae)

Gambar 6 Kutu putih F. virgate

(Foto: Ariane McCorquodale)

Deskripsi Singkat

Hama ini berwarna putih, berbentuk oval dan mempunyai embelan

panjang (2 buah) di bagian belakang sebagai pencirinya. Kutu putih

menghisap cairan pada daun yang masih muda, petiole, dan buah. Selain

kutu putih F. virgata, 3 spesies lain yang sering dijumpai menyerang

yaitu Planococcus lilacinus, Planococcus citri dan Phenococcus

solenopsis. Populasi hama ini akan sangat melimpah pada musim

kemarau. Gejala yang ditimbulkan awalnya daun berubah berwarna

kuning dan secara perlahan akan mengering.

Rekomendasi Pengendalian

1. Pengamatan awal pada kutu putih instar awal (crawler) sangat

penting sebagai pencegahan. Amati pada bagian pucuk muda

dan daun bagian bawah sebagai tempat persembunyian dari

kutu putih.

Page 23: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada JAMBU METE

17

2. Lakukan pemotongan pada bagian tanaman yang sudah

terserang kutu putih untuk menghindari penyebaran.

3. Jika ingin melakukan pengendalian dengan insektisida,

sebaiknya lakukan penyemprotan dengan cairan sabun terlebih

dahulu untuk menghilangkan zat lilin pada tubuh kutu putih.

Page 24: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada JAMBU METE

18

PENGGEREK BUAH dan BIJI METE Nephopteryx sp. (Lepidoptera: Pyralidae)

Gambar 7 Imago penggerek buah dan biji, Nephopteryx sp.

Deskripsi Singkat

Larva menyerang buah dan biji mete yang masih muda. Hama ini

menjadi hama serius karena biji mete yang menjadi komoditas utama

rusak akibat gerekan dari larva Nephopteryx sp. bahkan kerusakannya

menyebabkan kehilangan hasil 20-60%. Gejala awal terlihat buah muda

tidak berkembang dan biji muda tampak tidak normal. Setelah

gerekannya mulai meluas, buah akan mengering dan jatuh ke tanah.

Gambar 8 Gejala serangan penggerek buah dan biji Nephopteryx sp.

Page 25: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada JAMBU METE

19

Rekomendasi Pengendalian

1. Lakukan pencegahan dengan membuang atau menghancurkan

buah dan biji yang jatuh ke tanah akibar serangan penggerek

Nephopteryx sp. ketika mulai awal musim berbunga.

2. Serangga dewasa aktif pada malam hari, sehingga penggunaan

perangkap cahaya dapat dilakukan untuk mengurangi populasi

dari Nephopteryx sp.

Page 26: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada JAMBU METE

20

ULAT PEMAKAN KULIT KAYU Indarbela tetraonis (Lepidoptera: Metarbelidae)

Gambar 9 Larva (a) dan imago I. tetraonis (b)

Deskripsi Singkat

Hama ini bersifat polifag, memakan beragam jenis inang. Selain mete,

diektahui menyerang jeruk, manga, jambu biji, delima dll. Tanaman tua

dengan kulit yang sudah mengeras menjadi target serangan dari larva I.

tetraonis. Terdapat bekas kotoran yang menyerupai tabung memanjang

dan menempel pada kulit batang atau ranting pohon.

Gambar 10 Gejala serangan I. tetraonis

a

b

Page 27: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada JAMBU METE

21

Rekomendasi Pengendalian

1. Lakukan pembersihan pada liang/tabung yang terdapat dari

larva I. tetraonis serta berikan minyak tanah agar tidak terjadi

serangan kembali

2. Imago merupakan serangga yang aktif malam hari, penggunaan

perangkap cahaya dapat digunakan untuk menangkap imago I.

tetraonis

Page 28: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada JAMBU METE

22

PENYAKIT JAMBU METE

Page 29: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada JAMBU METE

23

JAMUR AKAR PUTIH (JAP) Rigidoporus lignosus

Deskripsi Singkat

Cendawan R. lignosus dapat menyerang sejak di pembibitan hingga

tanaman dewasa. Gejala penyakit JAP dapat dibagi menjadi dua yaitu

gejala dalam (pada perakaran) dan gejala luar (pada batang dan daun).

Gejala dalam akan dapat terlihat jika dilakukan pembongkaran pada

akar. Akar akan membusuk dan terlihat miselium jamur berwarna putih

kemudian kuning gading pada permukaan akar. Ketika sudah parah

miselium berwarna putih akan terlihat pada pangkal batang. Gejala luar

yang nampak pada pohon terserang, daun berwarna hijau kusam,

permukaan daun menelungkup, kuning, layu dan gugur sehingga tajuk

pohon menipis akhirnya pohon menjadi gundul dan mati.

Gambar 11 A) Gejala pada pohon daun mengering dan gugur, B) gejala pada

akar, C) gejala pada pangkal batang, D-E) morfologi R. lignosus pada

media PDA

Page 30: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada JAMBU METE

24

Cendawan R. lignosus merupakan patogen tular tanah yang dapat

bertahan pada tanah dan pada sisa perakaran hasil penebangan serta

dapat juga berkembang pada seresah daun disekitar pertanaman

Rekomendasi Pengendalian

1. Lakukan pembongkaran pada sisa-sisa akar dari pohon yang

bergejala berat. Bekas bongkaran tersebut ditaburi dengan

serbuk belerang dengan dosis 200 g/pohon. Tanah tersebut

dibiarkan terbuka sampai 6 bulan agar terpapar oleh sinar

matahari yang akan membantu menekan jumlah inokulum pada

tanah.

2. Pohon disekitarnya ditaburi dengan jamur Trichoderma sp. yang

menghambat perkembangan JAP, kemudian diberi pupuk

organik 1.5 kali dosis anjuran.

3. Membuat parit isolasi sedalam akar pohon disekitar pohon

terserang untuk menghindari kontak akar tanaman sakit dengan

tanaman sehat disekitarnya.

(Sumber: Ditlintan dan Harni R, Amaria W. 2011-Buletin RiSTRI)

Page 31: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada JAMBU METE

25

ANTRAKNOSA Colletotrichum gloeosporioides

Deskripsi Singkat

Penyakit antraknosa disebabkan oleh C. gloeosporioides yang

menyerang pucuk, daun muda, tandan bunga, buah dan biji. Gejala awal

berupa bercak basah mengkilap kemudian berubah menjadi coklat

kemerahan. Daun yang terserang keriput berbintik kecil-kecil (bercak

daun). Tandan bunga yang terserang menjadi hitam dan gugur. Serangan

pada buah dan biji menyebabkan keriput dan gugur. Tunas daun dan

pucuk terserang menjadi kering (DIE BACK) akhirnya pohon terserang

berat dan mati. Penyebaran penyakit melalui spora yang disebabkan

oleh angin, air hujan dan mobilitas manusia atau alat pertanian yang

digunakan.

Gambar 12 A) gejala antraknosa pada pucuk, B) gejala pada daun, C) gejala ada

biji, D) morfologi cendawan pada media agar, E) konidia C.

gloeosporioides, F) miselium C. gloeosporioides.

Page 32: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada JAMBU METE

26

Rekomendasi Pengendalian

1. Sanitasi kebun

2. Pembuatan parit drainase untuk menghindari genangan air

didalam kebun pada musim hujan

3. Pemupukan secara rutin sesuai dosis anjuran.

4. Apabila ditemukan gejala serangan, bagian-bagian yang

terserang segera dibersihkan dan dikumpulkan kemudian

dikubur didalam kebun supaya tidak menjadi sumber

penularan/infeksi bagi tanaman disekitarnya.

(Sumber: Ditlintan dan Freire et al. 2002)

Page 33: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada JAMBU METE

27

PENYAKIT BUSUK BATANG DAN AKAR Pythium sp. dan Fusarium sp.

Deskripsi Singkat

Gejala serangan yang disebabkan oleh Pythium sp. ialah menguningnya

daun bagian bawah dan tanaman menjadi kerdil. Bibit yang terserang

akarnya membusuk mulai dari ujung akar. Gejala serangan yang

disebabkan oleh Fusarium sp. ialah terjadinya pemucatan daun yang

diikuti meruntuhnya tangkai daun dan layu. Batang yang terserang

berwarna coklat kehitaman. Kelayuan terjadi mulai dari daun terbawah

dan terus kebagian atas. Bibit yang terserang segera layu dan mati.

Penyebaran penyakit terjadi melalui spora yang terbawa oleh air, alat-

alat pertanian yang sudah terkontaminasi, bibit sakit dan tanah yang

sudah terinfeksi.

Gambar 13 A) gejala layu Fusarium, B) gejala layu Pyhtium pada pangkal

batang, C) gejala layu pyhtium pada akar D) konidia dan miselium

Fusarium E) konidia dan misielium Pyhtium

Page 34: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada JAMBU METE

28

Rekomendasi Pengendalian

1. Bibit atau tanaman yang terserang dicabut dan dibakar.

2. Tanah atau lubang bekas tanaman dicampur kapur dan

dibiarkan terkena sinar matahari.

3. Membuat selokan drainase dan mengatur naungan

dipembibitan perlu dilakukan untuk mengurangi kelembaban.

(Sumber: Ditlintan)

Page 35: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada JAMBU METE

29

PENYAKIT BELENDOK/GUMOSIS Botryodiplodia sp.

Deskripsi Singkat

Gejala penyakit belendok pada pohon jambu mete diantaranya bagian

batang atau cabang yang bergejala kulitnya akan pecah dan keluar cairan

be ning kuningan kecoklatan yang lengket. Cairan tersebut kemudian

mengental dan berwarna kehitaman. Kulit kayu akan membusuk dan

berwarna hitam, bila serangannya sudah cukup parah maka bagian

cabang tersebut kering dan mati.

Gambar 14 A) Gejala belendok pada pucuk, B) gejala pada batang, C)

morfologi Botryodiplodia sp. pada media agar D) konidia

Botryodiplodia sp.

Page 36: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada JAMBU METE

30

Rekomendasi Pengendalian

1. Hindarkan terjadinya pelukaan pada batang/cabang baik karena

mekanis maupun fisis.

2. Pada daerah yang anginnya kencang tanamlah tanaman pematah

angin.

3. Bagian tanaman yang sakit dikerok sampai bersih kemudian diolesi

dengan larutan kapur dan fungisida.

4. Ranting yang terserang cukup parah belendok dipotong kemudian

dibakar.

5. Perbaiki kondisi tanaman dengan melaksanakan pemupukan yang

berimbang sesuai dosis anjuran.

(Sumber: Ditlintan dan Supriadi et al. 1994)

Page 37: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada JAMBU METE

31

PENYAKIT BERCAK DAUN Pestalotia sp.

Deskripsi Singkat

Gejala yang timul akibat infeksi cendawan Pestalotia sp. diantaranya

terdapat becak kecil dari ujung atau bagian pinggir daun kemudian

dengan cepat meluas kebagian tengah. Perkembangan bercak sedikit

terhambat dengan adanya tulang-tulang daun utama. Daun yang

bergejala berat bercak akan terlihat transparan yang selanjutnya

mengering dan rontok. Bila serangannya berlanjut maka tanaman akan

menjadi gundul karena daunnya berguguran. Kejadian penyakit ini akan

tinggi pada saat puncaknya musim kemarau.

Gambar 15 A-B) gejala pada daun C) morfologi Pestalotia sp. pada media agar

D) konidia Pestalotia sp.

Rekomendasi Pengendalian

1. Daun yang gugur dikumpulkan dan dibakar di luar kebun.

Page 38: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada JAMBU METE

32

2. Disarankan dilakukan pemasangan mulsa di sekeliling pohon pada

awal musim panas.

3. Menjaga kelembaban kebun baik dengan tanaman pelindung

maupun tanaman sela/penutup tanah.

4. Melakukan pemupukan pupuk kimia sesuai dosis anjuran dan

memnberikan pupuk organik untuk memperbaiki kondisi tanaman.

(Sumber: Ditlintan)

Page 39: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada JAMBU METE

33

DAFTAR PUSTAKA

CABI. 2019. Acrocercops syngramma (cashew leafminer) [diunduh pada:

2020 Mei 30]. Tersedia di: https://www.cabi.org/isc/datasheet/7029

[Ditlintan] Dirtjen Perlindungan Tanaman. 2001. Musuh alami, hama, dan penyakit jambu mete. Jakarta (ID): Departemen Pertanian.

Freire FCO, Cardoso JE, Dos-Santos AA, Viana FMP. 2002. Diseases of cashew nut plants (Anacardium occidentale L.) in Brazil. Crop Protection 21:489–494.

Harni R, Amaria W. 2011. Penyakit jamur akar putih dan cokelat pada jambu mete dan strategi pengendaliannya. Buletin RISTRI. 2(2):213-220.

Karmawati E. 2010. Pengendalian hama Helopeltis spp. pada tanaman

jambu mete berdasarkan ekologi: strategi dan implementasinya.

Pengembangan Inovasi Pertanian. 3(2): 102- 119.

Mardiningsih, TL, Atmaja WR, Kardinan A. 2001. Pengaruh ekstrak

mimba dan tembakau terhadap Helopeltis antonii (Hemiptera:

Miridae). Prosiding Seminar Nasional III. Perhimpunan Entomologi

Indonesia, Cabang Bogor, 6 November 2001. Hal. 200-203.

Mardiningsih TL. 2007. Potensi cendawan Synnematium sp. untuk

mengendalikan wereng pucuk mete (Sanurus indecora Jacobi). Jurnal

Litbang Pertanian. 26(4): 146- 152.

Wikardi EA, Purnayasa GNR, Siswanto. 2001. Potensi cendawan

Synnematium sp. sebagai agens pengendali Lawana sp. (Homoptera:

Flatidae). Jurnal Penelitian Tanaman Industri 7(3): 84-87.

Sahu KR, Sharma D. 2008. Management of cashew stem and root borer,

Plocaederus ferrugineus L. by microbial and plant products. Journal

of Biopesticides, 1(2):121 – 123.

Supeno B, Pudjianto, Kartosuwondo U. 2007. Wereng pucuk mete

Sanurus indecora J (Hemiptera: Flatidae) sebagai inang ngengat

Page 40: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada JAMBU METE

34

parasitoid (Epipyropidae: Lepidoptera) di pertanaman mete Pulau

Lombok. J Entomologi Indonesia. 4(2): 98-110.

Supriadi, Adhi EM, Sitepu D, Febrianti D, Karyani N. 1994. Identifikasi penyebab penyakit gumosis pada jambu mete (Anacardium occidentale). Bul Litro. 9(1):1-4.

Page 41: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

HAMA & PENYAKIT

KELAPA

Page 42: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada KELAPA

36

DAFTAR ISI

Kelapa 41

Hama Kelapa 43

Kumbang Badak, Oryctes rhinoceros

Kumbang Janur, Brontispa longissimi

Kumbang Kelapa, Rhynchophorus ferrugineus

Belalang Pedang, Sexava nubila

Kutu Perisai Kelapa, Aspidiotus destructor

Kutu Kebul Kelapa, Aleurodicus destructor

Ulat Api, Parasa lepida, Setora nitens, Darna trima

Ngengat Bunga Kelapa, Batrachedra arenosella

Ulat Bunga Kelapa, Tirathaba rufivena

Tungau Kelapa, Aceria guerreronis

Bajing Kelapa, Calloscirius notatus

Tikus Pohon Kelapa, Rattus tiomanicus

Rayap Tanah, Coptotermes curvignathus

44

46

48

50

52

54

56

59

61

63

65

67

69

Penyakit Kelapa 71

Busuk Pucuk Kelapa, Phytophthora palmivora

Bercak Daun Coklat, Pseudoepicoccum cocos

Jamur Grigit, Schizophyllum commune

Bercak Daun Kelabu, Pestalotiopsis palmarum

Rebah Kecambah, Pythium sp., Rhizoctonia solani, dan

Fusarium spp.,

Busuk Lunak, Erwinia sp.

Malformasi Daun, Fusarium proliferatum

Cincin Merah, Bursaphelenchus cocophilus

Embun Tepung, Oidium sp.

72

74

76

78

80

82

83

85

87

Page 43: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada KELAPA

37

Busuk Batang, Ceratocystis paradoxa

Alga Hijau, Cephaleuros virescens

Busuk Pangkal Batang, Ganoderma spp.

Hawar Daun Kelapa, Bipolaris incurvata

Mati Pucuk, Lasiodiplodia theobromae

Lethal Yellowing, Candidatus phytoplasma palmae

88

90

92

94

96

98

Daftar Pustaka 100

Page 44: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada KELAPA

38

DAFTAR GAMBAR

1.1 Imago betina (a) dan jantan (b) O. rhinoceros (CABI) 44

1.2 Bekas serangan imago O. rhinoceros (CABI) 44

2.1 Imago (a) dan larva (b) B. longissima (Foto: Mubin

2020)

46

2.2 Serangan berat oleh B. longisiima 46

3.1 Telur, larva, pupa, dan imago R. ferrugineus 48

3.2 Gejala gerekan larva pada batang (Sumber: CABI 49

4.1 Telur (kiri atas) dan imago dan nimfa S. nubila

(kanan dan bawah)

50

4.2 Gejala serangan S. nubila pada daun kelapa 51

5.1 Imago betina dan telurnya (a) dan imago jantan A.

destructor (b)

52

5.2 Imago Aphytis melanus yang sedang memarasit A.

destructor

53

6 Koloni kutu kebul pada daun 54

7.1 Imago P. lepida (a), larva P. lepida (b), imago S.

nitens (c), larva S. nitens (d), imago D. trima (e), dan

larva D. trima [Foto: a) Vaikoovery, b) YC Wee, c)

WITT-LIMAC-212 d) Vodkaman, e) Plantation Key

Technology]

57

7.2 Ulat api dari spesies lainnya 58

7.3 Gejala serangan ulat api 58

8 Imago (a) dan gejala serangan B. arenosella (b) 59

9 Larva (a) dan gejala serangan T. rufivena (b) 61

10.1 Tungau A. guerreronis 63

10.2 Gejala serangan tungau kelapa A. guerreronis 64

Page 45: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada KELAPA

39

11 Bajing kelapa C. notatus (a) dan gejala seranganya

(b)

65

12 Tikus pohon R. tiomanicus (a) dan gejala seranganya

(b)

67

13 Rayap tanah C. curvignathus (a) gejala serangan C.

curvignathus (b), dan sarang rayap tanah famili

Termitidae (c)

69

14 Gejala penyakit busuk pucuk kelapa (a), busuk pada

jaringan batang yang dibelah (b), dan sporangium

dari Phytophthora palmivora (c)

72

15 Gejala bercak daun coklat (a), penyebaran gejala

bercak daun coklat pada kondisi curah hujan tinggi

(b), dan spora Pseudoepicoccum cocos (c)

74

16 Koloni jamur grigit pada batang (a), tubuh buah dan

penampang bawah tudung jamur grigit (b), dan

miselium Schizophyllum commune (c)

76

17 Gejala bercak daun kelabu (a), perluasan gejala

bercak berupa warna hitam di tepian gejala (b),

konidia Pestalotiopsis palmarum (c)

78

18 Gejala rebah kecambah pada bibit (a), gejala di

lapangan (b), dan sporangium dari Pythium sp.

80

19 Gejala busuk lunak pada buah kelapa (a), koloni

bakteri (b)

82

20.1 Gejala malformasi daun kelapa 83

20.2 Makrokonidia, mikrokonidia, konidiofor dari

Fusarium proliferatum

84

21 Gejala cincin merah pada buah kelapa (a), nematoda

Bursaphelenchus cocophilus (b), dan serangga vektor

yaitu kumbang Rhynchophorus palmarum (c)

85

Page 46: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada KELAPA

40

22 Gejala embun tepung kelapa (a) dan konidia Oidium

sp. (b)

87

23 Gejala awal busuk pangkal batang (a), gejala lanjut

(b), konidia Ceratocystis paradoxa (c)

88

24 Gejala alga merah pada daun bawah (a), koloni

Cephaleuros virescens (b), dan spora C. virescens (c)

90

25 Tubuh buah Ganoderma sp. pada pangkal batang (a),

gejala pada tajuk (b), spora Ganoderma sp. (c)

92

26 Gejala hawar daun (a), infeksi awal pada tulang daun

dengan tepian coklat (b), dan konidia Bipolaris

incurvata (c)

94

27 Gejala mati pucuk pada tanaman, buah, dan konidia

Lasiodiplodia theobromae di bawah mikroskop

96

28 Gejala lethal yellowing pada daun (a), gejala pada

infloresens (b), dan struktur mikroskopik fitoplasma

di dalam sel tanaman (c)

98

Page 47: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada KELAPA

41

KELAPA Kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan komoditas perkebunan yang

mempunyai peranan strategis bagi masyarakat Indonesia yaitu sebagai

sumber utama minyak nabati dalam negeri, komoditas ekspor dan

sumber devisa Negara, sumber pendapatan petani maupun sebagai

lapangan kerja yang mampu menyerap tenaga kerja cukup besar

(Luntungan et al., 2006). Dilaporkan ilai ekspor tahun 2015, 2016, dan

2017 secara beurutan yaitu 1.826.310, 1.564.260, dan 1.875.215 ton

dengan nilai 1.190.672, 1.150.077, dan 1.368.678 x 1000 US $ (Ditjenbun

2019). Sebagian besar, perkebunan kelapa di Indonesia berkepemilikan

masyarakat (98.97%) sedangkan sisanya oleh negara dan swasta. Dengan

luas kepemilikan yang begitu besar, kendala dan permasalahan seringkali

dialami dan proses penyelesaiannya cenderung terlambat. Adapun salah

satu permasalahan yang dialami yaitu adanya serangan hama dan

penyakit yang menyerang tanaman kelapa. Hama yang menyerang

diantaranya kumbang badak (Orycters rhinoceros), kumbang janur

(Brontispa longissima), bajing (Calloscirius notatus), tikus (Rattus

tiomanicus). Sedangkan penyakit yang menyerang tanaman kelapa yaitu

seperti busuk bucuk kelapa (Phytophthora palmivora), bercak daun

cokelat (Pseudoepicoccum cocos), jamur grigit (Schizophyllum commune).

Pengenalan akan jenis-jenis hama dan penyakit sangat dibutuhkan untuk

mengetahui strategi pengendalian atau pencegahan apa yang seharusnya

dilakukan.

Hama pada Kelapa

1. Kumbang Badak, Oryctes rhinoceros

2. Kumbang Janur, Brontispa longissima

3. Kumbang Kelapa, Rhynchophorus ferrugineus

Page 48: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada KELAPA

42

4. Belalang Pedang, Sexava nubila

5. Kutu Perisai Kelapa, Aspidiotus destructor

6. Kutu Kebul Kelapa, Aleurodicus destructor

7. Ulat Api, Parasa lepida, Setora nitens, Darna trima

8. Ngengat Bunga Kelapa, Batrachedra arenosella

9. Ulat Bunga Kelapa, Tirathaba rufivena

10. Tungau Kelapa, Aceria guerreronis

11. Bajing Kelapa, Calloscirius notatus

12. Tikus Pohon Kelapa, Rattus tiomanicus

13. Rayap Tanah, Coptotermes curvignathus

Penyakit pada Kelapa

1. Busuk Pucuk Kelapa, Phytophthora palmivora

2. Bercak Daun Coklat, Pseudoepicoccum cocos

3. Jamur Grigit, Schizophyllum commune

4. Bercak Daun Kelabu, Pestalotiopsis palmarum

5. Rebah Kecambah, Pythium sp., Rhizoctonia solani, dan Fusarium

spp.,

6. Busuk Lunak, Erwinia sp.

7. Malformasi Daun, Fusarium proliferatum

8. Cincin Merah, Bursaphelenchus cocophilus

9. Embun Tepung, Oidium sp.

10. Busuk Batang, Ceratocystis paradoxa

11. Alga Hijau, Cephaleuros virescens

12. Busuk Pangkal Batang, Ganoderma spp.

13. Hawar Daun Kelapa, Bipolaris incurvata

14. Mati Pucuk, Lasiodiplodia theobroma

15. Lethal Yellowing, Candidatus phytoplasma palmae

Page 49: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada KELAPA

43

HAMA KELAPA

Page 50: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada KELAPA

44

KUMBANG BADAK Oryctes rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae)

Deskripsi Singkat

Imago atau serangga dewasa yang bersayap hama ini berwarna hitam

dengan tanduk kecil di bagian ujung kepala. Larva atau serangga

pradewasa biasa disebut dengan lundi atau uret yang berwarna putih

krem berbentuk seperti huruf C. Imago akan menyerang daun yang masih

kuncup “janur” dan mengarah ke titik tumbuh. Gejala serangan yang

terlihat ketika daun sudah membuka yaitu daun terlihat seperti bekas

tergunting berbentuk huruf ‘V’. Imago betina akan meletakkan telur di

bahan organic seperti kayu lapuk atau serasah daun.

a

b

Gambar 1.1 Imago betina (a) dan jantan (b) O. rhinoceros (CABI)

Gambar 1.2 Bekas serangan imago O. rhinoceros (CABI)

Page 51: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada KELAPA

45

Rekomendasi Pengendalian

1. Fisik: mengurangi kehadiran bahan organik seperti sisa

penebangan tanaman sebelumnya, serasah daun yang

menumpuk di dekat pertanaman,

2. Mekanis: mengumpulkan dan memusnahkan larva yang

ditemukan di tumpukan serasah maupun pada kayu lapuk,

3. Biologis: menggunakan virus Baculovirus oryctes dan pembuatan

perangkap dengan cendawan entomopatogen (Metarrhizium

anisopliae)

4. Pemasangan perangkap feromon.

Sumber: Ditlinbun (2013)

Page 52: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada KELAPA

46

KUMBANG JANUR Brontispa longissima (Coleoptera: Chrysomelidae)

a

b

Gambar 2.1 Imago (a) dan larva (b) B. longissima (Foto: Mubin 2020)

Deskripsi Singkat

Kepala imago berwarna orange cerah dengan warna sayap saparuh

berwarna hitam. Larva berwarna kuning kecoklatan dan tidak aktif

bergerak bahkan cenderung menghindari cahaya. Imago dan larva

ditemukan pada lipatan-lipatan daun kelapa.

Gambar 2.2 Serangan berat oleh B. longisiima

5 mm 5 mm

Page 53: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada KELAPA

47

Keduanya lebih menyukai daun yang muda karena lebih mudah diserang.

Gejala serangan awal dari hama ini yaitu daun akan mengering berbentuk

spot, selanjutnya daun akan mengering pada seluruhnya (Gambar 2.2).

Rekomendasi Pengendalian

1. Kultur teknis: pemupukan, pengelolaan air, dan sanitasi kebun

untuk menunjang pertumbuhan tanaman sehingga tanaman

tumbuh dengan sehat

2. Biologi: menggunakan musuh alami Tetrastichus brontispae

sebagai parasitoid larva. Parasitoid ini diketahui mampu

membunuh 10% larva instar akhir dan 60-90% pupa

(Ditlinbun2013)

Page 54: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada KELAPA

48

KUMBANG KELAPA Rhynchophorus ferrugineus (Coleoptera: Curculionidae)

Deskripsi Singkat

Imago berwarna kemerahan dengan moncong yang panjang seperti

belalai. Larva berwarna krem dan seringkali ditemukan di bahan organic

dari sisa penebangan pohon kelapa. Larva tidak mempunyai tungkai

(apodus). Di beberapa lokasi di Indonesia, larva kumbang ini dapat

dikonsumsi karena mengandung protein yang sangat tinggi. Imago

menyerang titik tumbuh dari pohon kelapa dan seringkali menyebabkan

patah pucuk. Selain itu, imago dan larva mengerek batang. Dari liang

batang akan keluar sisa-sisa kotorannya dan getah berwarna merah

kecoklatan.

Gambar 3.1 Telur, larva, pupa, dan imago R. ferrugineus

Page 55: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada KELAPA

49

(Sumber: Josephrajkumar et al. 2019)

Gambar 3.2 Gejala gerekan larva pada batang (Sumber: CABI)

Rekomendasi Pengendalian

1. Umumnya serangan kumbang ini merupakan kelanjutan dari

serangan kumbang badak (O. rhinoceros). Untuk itu, serangan

kumbang badak sebisa mungkin dihindari. Sanitasi kebun dengan

membersihkan sisa pohon kelapa yang sudah mati agar tidak

menjadi sumber infeksi.

2. Pemanfaatan musuh alami, parasitoid larva (Scolia erratica),

nematode entomopatogen (Heterohadbditis indicus,

Steinernema riobrave, dan S. carpocapsae).

3. Penggunaan perangkap berferomon (seperti pada feromon

kumbang badak).

Page 56: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada KELAPA

50

BELALANG PEDANG Sexava nubila (Orthoptera: Tettigoniidae)

Deskripsi Singkat

Belalang ini disebut belalang pedang karena mempunyai oivipositor yang

panjang seperti pedang. Imago berwarna coklat atau hijau

(polimorfisme). Nimfa berukuran lebih kecil biasanya berwarna hijau.

Antena sangat panjang melebihi panjang tubuhnya (long horned

grasshopper). Salah satu karakter yang mudah digunakan di lapangan

untuk membedakan S. nubila dan S. coriaceae, yakni panjang ovipositor.

Gambar 4.1 Telur (kiri atas) dan imago dan nimfa S. nubila (kanan dan bawah)

(Sumber: Allow dan Hosang 2016)

Page 57: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada KELAPA

51

Ovipositor S. nubila lebih pendek (3-4 cm), ujung ovipositor biasanya tidak

melebihi ujung sayap S. nubila pada saat istirahat (Allow dan Hosang

2016). Imago meletakkan telur di tanah. Telur berbentuk seperti gabah

berwarna coklat dan berukuran sekitar 8-10 mm. Imago dan nimfa

menyerang daun dengan cara mengerigiti, baik yang masih muda

maupun yang tua. Bekas gerigitannya tidak merata dari arah pinggir

hingga ke tengah hingga tersisa lidi daun kelapa. Dalam populasi yang

tinggi, daun bisa habis dimakan oleh belalang pedang ini. Selain daun, S.

nubila dapat menyerang buah yang masih muda dengan memakan sabut

kelapanya yang masih empuk dan menyebabkan buah muda menjadi

gugur.

Gambar 4.2 Gejala serangan S. nubila pada daun kelapa

Rekomendasi Pengendalian

1. Memusnahkan telur-telur yang diletakkan di tanah dan sekitar

perakaran dengan cara dicangkul (memanfaatkan unggas untuk

mencari makan) atau menyemprotkan cairan insektisida (ovisida)

untuk pengendalian telur di tanah

2. Kultur teknis: menanam tanaman penutup tanah seperti

Centrosema sp., Calopogonium sp.

3. Biologis: pemanfaatan parasitoid telur Leefmansia bicolor,

parasitoid Stichotrema dallatorreanum (Strepsiptera:

Myrmecolacidae), semut rang-rang Oecophylla smaragdina dsb.

Page 58: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada KELAPA

52

KUTU PERISAI KELAPA Aspidiotus destructor (Hemiptera: Diaspididae)

Deskripsi Singkat

Hama ini berukuran sangat kecil. Imago betina dapat menghasilkan telur

sebanyak 40-100 butir. Hama ini seringkali tidak terlihat pada populasi

yang sangat rendah, karena hanya terlihat seperti kotoran atau bercak

kusam di daun kelapa. Tetapi pada populasi yang tinggi, daun kelapa

dapat tertutupi oleh adanya hama kutu perisai ini sehingga menyebabkan

daun terganggu dalam proses fotosintesis. Persebaran yang cepat

disebabkan karena musim kemarau dan terlalu rapatnya pertanaman

kelapa yang ada. Instar awal (crawler) merupakan stadia yang paling

efektif untuk persebaran dalam mencari tempat yang baru. Serangan

yang berat yang disebabkan hama ini yaitu daun menguning dan

menyebabkan kelayuan dan mati pada pohon kelapa. Populasi kutu

perisai tinggi pada musim kemarau dengan kondisi suhu 30 oC dan

kelembaban 65%.

a

b

Gambar 5.1 Imago betina dan telurnya (a) dan imago jantan A. destructor (b)

(Foto: Salahuddin, Univ of Florida)

Page 59: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada KELAPA

53

Rekomendasi Pengendalian

1. Mekanis: memotong pelepah yang terlalu rapat, serta membakar

pelepah yang sudah terkena serangan awal oleh hama ini

2. Biologis: pemanfaatan predator kumbang kubah/koksi/lady

beetle (Coleoptera: Coccinellidae) Chilocorus politus, Telsimia

nitida, dan Pseudoscymnus anomalus. Serta parasitoid dari

kelompok Hymneoptera yaitu Aphytis melanus (F. Aphelinidae)

dan Pakencyyrtus pakistanensis (F. Encyrtidae)

Gambar 5.2 Imago Aphytis melanus yang sedang memarasit A. destructor

(Foto: Jack Kelly, UoF)

Page 60: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada KELAPA

54

KUTU KEBUL KELAPA Aleurodicus destructor (Hemiptera: Aleyrodidae)

Deskripsi Singkat

Hama ini membentuk seperti koloni serangga yang berwarna putih

seperti kabut pada daun kelapa. Di dalam koloni semu tersebut, terdapat

nimfa, pseudo-pupa, dan imago. Sama halnya seperti Aspidiotus

destructor, instar awal (crawler) sangat aktif untuk bergerak dan mencari

tempat baru untuk makan. Selain itu, hama ini juga mengeluarkan embun

jelaga sehingga menarik semut untuk datang. Hama ini menghisap cairan

daun kelapa sehingga menyebabkan daun klorosis/menguning. Gejala

lanjut yang terlihat yaitu daun kelapa akan menguning dan pada populasi

hama yang tinggi menyebabkan daun layu dan kematian pada tanaman

kelapa.

Gambar 6 Koloni kutu kebul pada daun

Rekomendasi Pengendalian

1. Mekanis: memotong pelepah yang terlalu rapat, serta membakar

pelepah yang sudah terkena serangan awal oleh hama ini

2. Biologis: pemanfaatan predator kumbang kubah/koksi/lady

beetle (Coleoptera: Coccinellidae) Menochilus sexmaculatus,

Page 61: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada KELAPA

55

Coccinella septempunctata, Scymus syriacus dll. Serta parasitoid

dari kelompok Hymneoptera yaitu Encarcisa adrianae (F.

Aphelinidae). Penggunaan insektisida berbahan aktif Bacillus

thuringiensis diketahui mampu mengendalikan kutu kebul

Page 62: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada KELAPA

56

ULAT API Parasa lepida, Setora nitens, Darna trima (Hemiptera: Limacodidae)

Deskripsi Singkat

Ulat api mempunyai jenis yang sangat beragam. Disebut ulat api karena

ketika ulat jenis ini disentuh akan mengeluarkan cairan dari duri-duri di

tubuhnya dan menyebabkan panas ketika terkena kulit manusia.

Serangan hama ulat ini dengan cara menggerigiti bagian daun kelapa

sawit, dimulai dari helaian daun bagian bawah hingga menjadi lidi, dalam

kondisi yang sangat parah tanaman akan kehilangan daun hingga 50% –

90 %. Ulat api menyukai daun kelapa sawit tua, tetapi apabila daun-daun

tua sudah habis ulat juga memakan daun-daun muda.

Rekomendasi Pengendalian

1. Mekanis: mengumpulkan pupa yang ada di tanah kemudian

membakarnya

2. Biologis: menggunakan musuh alami seperti Eucathecona

furcellata (Hemiptera: Coreidae), Sycanus sp. (Hemiptera:

Reduviidae) dan cendawan entomopatogen Cordiceps sp.

3. Kimiawi: injeksi batang atau infus akar menggunakan insektisida

sistemik

Page 63: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada KELAPA

57

a

b

c

d

e

Gambar 7.1 Imago P. lepida (a), larva P. lepida (b), imago S. nitens (c), larva S.

nitens (d), imago D. trima (e), dan larva D. trima [Foto: a)

Vaikoovery, b) YC Wee, c) WITT-LIMAC-212 d) Vodkaman, e)

Plantation Key Technology]

Page 64: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada KELAPA

58

Gambar 7.2 Ulat api dari spesies lainnya

(Sumber: Plantation Key Technology)

Gambar 7.3 Gejala serangan ulat api

Page 65: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada KELAPA

59

NGENGAT BUNGA KELAPA Batrachedra arenosella (Lepidoptera: Batrachedridae)

Deskripsi Singkat

Imago B. arenosella meletakkan telur pada alur kulit seludang bunga

kelapa secara terpisah atau berkelompok. Telur hama ini berwarna putih

kekuningan berbentuk lonjong, dan berumur 4 hari. Larva B. arenosella

aktif merusak bunga jantan dan bunga betina kelapa. Larva berwarna

putih dengan kepala berwarna coklat-kehitaman. Pupa menjadi imago

saat seludang telah terbuka (Arifin 2011). Imago hama ini berwarna

cokelat, terdapat bintik-bintik putih pada sayap depan. Imago bersifat

noktulnal atau aktif pada sore dan malam hari. Imago tertarik dengan

cahaya lampu.

a

b

Gambar 8 Imago (a) dan gejala serangan B. arenosella (b)

(Foto: Ingrid Altmann)

Larva menyerang bunga jantan dan bunga betina yang terdapat di dalam

mayang-1 dan mayang-2. Larva akan menggerek dan membuat lubang

pada seludang bunga yang belum terbuka, kemudian masuk kedalam

bunga jantan dan betina. Dalam waktu yang singkat bunga jantan menjadi

Page 66: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada KELAPA

60

kehitam-hitaman sedangkan bunga betina mengeluarkan getah dan

akhirnya rontok.

Rekomendasi Pengendalian

1. Memasang perangkap cahaya/light trap untuk menangkap imago

yang aktif di malam hari

2. Mekanis: memangkas bunga yang terserang oleh hama ini

3. Kimiawi: injeksi batang atau infus akar menggunakan insektisida

sistemik

Page 67: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada KELAPA

61

ULAT BUNGA KELAPA Tirathaba rufivena (Lepidoptera: Pyralidae)

Deskripsi Singkat

Hama berwarna cokelat terdapat garis memanjang pada bagian

punggung. Pupa terdapat dalam kokon yang terbuat dari benang sutera

kuning. Hama ini diketahui menyerang bunga jantan dan bunga betina

pada seludang yang baru terbuka. Larva lebih memilih bunga muda yang

masih muda karena masih lunak. Bunga yang terserang akan jatuh atau

tidak berkembang menjadi buah (Balitka 1990; Hosang 2010). Selain

bunga, larva juga menyerang buah kelapa yang masih kecil (bakal buah)

dan menggerek ke dalam. Serangan hama ini menyebabkan buah muda

gugur. Gejala serangannya berupa bekas gerekan yang ditemukan pada

permukaan buah berupa faeces dan serat tanaman kelapa. Untuk

menghindari predator, larva mempunyai perilaku yaitu menutupi bagian

bekas gerekan dan kotoran dengan benang-benang dari saliva larva yang

dihasilkannya.

a

b

Gambar 9 Larva (a) dan gejala serangan T. rufivena (b)

(Foto: Balitka)

Page 68: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada KELAPA

62

Rekomendasi Pengendalian

1. Mekanis: sanitasi dengan mengumpulkan bunga dan buah yang

terserang kemudian membakarnya, memotong mayang dan

membersihkan pangkal daun kelapa daru pupa dan larva.

2. Biologis: pemanfaatkan musuh alami seperti lalat Tachinidae

(Argyroplax basifulva), Venturia sp. (Ichneumonidae), Apenteles

tirathabae (Braconidae), Telenemus tirathabae (Scelionidae).

Pengendalian dapat juga dengan menggunakan jamur

entomopatogen seperti jamur Beuveria bassiana dan

Metarhizium anisopliae. Larva juga dapat dikendalikan dengan

nematoda entomopatogen, seperti Steinernema sp. dan

predator sejenis cecopet yaitu Exypnus pulchripenneis yang

memakan ulat (Kalshoven 1981, Rao et al. 1971, Herbison-Evans

dan Crossley 2007).

Sumber: Salim, Ditjenbun (2016)

Page 69: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada KELAPA

63

TUNGAU KELAPA Aceria guerreronis (Acari: Eriophyidaedae)

Deskripsi Singkat

Hama merupakan kelompok tungau fitofag, berwarna putih krem. Hama

ini lebih menyukai menyerang buah kelapa yang masih muda karena

masih lunak. Tungau akan menghisap eksudat buah kelapa. Bekas

serangan akan berwarna pucat kecokelatan berbentuk segitiga kecil.

Gejala lanjutan akan terlihat meluas/memanjang sampai menutupi

sebagian besar buah kelapa. Serangan tungau kelapa akan

mengakibatkan buah tidak berkembang sempurna dan gugur. Gejala

tersebut muncul karena hama ini melepaskan toksin saat menusuk

jaringan buah kelapa. Dari hasil penelitian Hosang et al. (2013), ternyata

persentase serangan yang lebih tinggi terjadi pada tandan 6 – 11 yang

diperkirakan buah kelapa yang berumur 5.5 – 10 bulan. Sedangkan

menurut Palanisamy (2012), bahwa serangan tertinggi terjadi pada buah

kelapa berumur 3 bulan.

Gambar 10.1 Tungau A. guerreronis (Foto: Salim)

Page 70: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada KELAPA

64

Gambar 10.2 Gejala serangan tungau kelapa A. guerreronis

(sumber: Ditjenbun 2016)

Rekomendasi Pengendalian

1. Mekanis: Sanitasi dengan cara membersihkan lahan pertanaman

kelapa, monitoring pemeliharaan tanaman dan perkembangan

buah kelapa, memangkas buah yang terserang kemudian

dibakar.

2. Pemupukan yang berimbang untuk meningkatkan ketersediaan

hara sehingga dapat mentolerir serangan tungau kelapa A.

guerreronis, dosis yang dianjurkan urea 1-3 kg, super fosfat 2 kg

dan kalium 3,5 kg/pohon/tahun.

3. Kimiawi: Pemanfaatan insektisida botani dengan campuran 2%

minyak mimba dan bawang putih dan Neem 1% dapat

mengurangi populasi hama sebesar 60%.

4. Biologis: Pemanfaatan musuh alami tungau predator sebagai

pemangsa tungau kelapa antara lain Amblyseius largoensis,

Neoseiulus mumai, Bdella distincta, Steneotarsonemus furcatus

dan cendawan entomopatogen Hirsutella sp (Palanisamy 2012,

Howard dan Moore 2006)

(Sumber: Salim)

Page 71: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada KELAPA

65

BAJING KELAPA Calloscirius notatus (Rodentia: Sciuridae)

Deskripsi Singkat

Hama ini merupakan kelompok hewan mengerat yang serangannya

cukup serius menurunkan produksi dengan cara melubangi dan

memakan buah kelapa yang masih muda maupun sudah tua. Selain itu,

bajing juga merusak tajuk pohon kelapa. Gejala serangan hama ini yaitu

adanya lubang yang cukup lebar dan tidak teratur pada buah kelapa.

Berbeda dengan gejala serangan tikus yang lubangnya berukuran lebi

kecil.

a

b

Gambar 11 Bajing kelapa C. notatus (a) dan gejala seranganya (b)

(Foto: Ho Cheng Tuck)

Rekomendasi Pengendalian

1. Mekanis: sanitasi dengan melakukan perawatan kebun,

membersihkan tempat-tempat yang menjadi sarang bajing

kelapa

2. Pemanfaatan musuh alami predator dari kelompok aves (burung

hantu)

Page 72: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada KELAPA

66

3. Pengendalian dengan menggunakan alat perangkat dan umpan

beracun (rodentisida atau kemosterilan/bahan pemandul)

(Sumber: Salim)

Page 73: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada KELAPA

67

TIKUS POHON KELAPA Rattus tiomanicus (Rodentia: Muridae)

Deskripsi Singkat

Hama ini merupakan kelompok hewan mengerat yang serangannya

cukup serius menurunkan produksi setelah bajing kelapa. Nama lama dari

spesies tikus ini yaitu Rattus rattus roque. Sama halnya seperti bajing

kelapa, tikus pohon akan melubangi buah kelapa yang diserang. Tetapi

ukuran lubang bekas serangannya lebih kecil dibandingkan bajing kelapa.

Tikus pohon sangat pandai berpindah dari satu pohon satu ke pohon yang

lainnya dengan cara meloncat dan memanjat.

a

b

Gambar 12 Tikus pohon R. tiomanicus (a) dan gejala seranganya (b)

(Foto: Salim)

Rekomendasi Pengendalian

1. Mekanis: sanitasi dengan melakukan perawatan kebun seperti

memangkas pelepah daun yang saling bersentuhan,

membersihkan tempat-tempat yang menjadi sarang tikus pohon

2. Pemanfaatan musuh alami predator dari kelompok aves (burung

hantu)

Page 74: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada KELAPA

68

3. Pengendalian dengan menggunakan alat perangkat dan umpan

beracun (rodentisida atau kemosterilan/bahan pemandul)

(Sumber: Salim)

Page 75: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada KELAPA

69

RAYAP TANAH Coptotermes curvignathus (Blattodea: Rhinotermitidae)

Deskripsi Singkat

Rayap ini cukup unik yaitu dicirikan dengan cairan putih susu yang akan

keluar dari ujung kepalanya ketika rayap ini terganggu. Selain rayap C.

curvignathus, juga diketahui rayap tanah yang mempunyai potensi

merusak cukup besar yaitu dari family Termitidae (Macrotermes dan

Odontotermes). Hama ini biasanya mulai menyerang bagian perakaran,

kemudian batang.

a

b

c

Gambar 13 Rayap tanah C. curvignathus (a) gejala serangan C. curvignathus (b),

dan sarang rayap tanah famili Termitidae (c)

(Foto: a. doktersawit, b. householdpest.org)

Page 76: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada KELAPA

70

Rayap memakan seluruh jaringan tanaman karena mengandung selulosa

yang merupakan sumber makanan utamanya. Tanda kehadiran rayap ini

yaitu adanya liang kembara yang terbuat dari tanah, memanjang sebagai

tempat berlindung dari sinar matahari karena sifatnya yang kriptobiotik

(tidak suka cahaya). Gejala serangan yang lebih lanjut yaitu batang pohon

akan keropos karena rayap akan memakan dari dalam.

Rekomendasi Pengendalian

1. Mekanis: sanitasi dengan melakukan perawatan kebun seperti

membersihkan pelepah pohon atau batang kelapa untuk

mengurangi infestasi keberadaan rayap serta selalu dilakukan

monitoring kebun

2. Bongkar pohon yang terserang, karena akan menjadi pusat

sarang dari rayap tersebut

3. Kimiawi: penggunaan termitisida berbahan aktif Hexaflumuron

Page 77: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada KELAPA

71

PENYAKIT KELAPA

Page 78: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada KELAPA

72

BUSUK PUCUK KELAPA Phytophthora palmivora

Deskripsi Singkat

Tanaman terinfeksi umumnya adalah tanaman yang sudah berbuah.

Helaian daun tombak terkulai lalu berubah menjadi kuning dan

kecoklatan. Daun tombak akan patah dan terlepas dari tanaman dan

diikuti oleh daun-daun di bawahnya. Jika bagian pucuk tersebut dibelah,

akan terlihat jaringan yang lunak dan berbau. Ledakan penyakit terjadi

pada puncak musim hujan atau kondisi lain yang menyebabkan terdapat

kondisi jenuh air di dalam tanah.

a b c

Gambar 14 Gejala penyakit busuk pucuk kelapa (a), busuk pada jaringan batang

yang dibelah (b), dan sporangium dari Phytophthora palmivora (c)

Page 79: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada KELAPA

73

Rekomendasi Pengendalian

1. Lakukan Sanitasi kebun dan menjaga kualitas drainase

2. Pembersihan ketiak daun kelapa

3. Pemanfaatan agens hayati dengan bahan aktif cendawan atau

bakteri antagonis

4. Pembenaman sisa tanaman sakit sedalam satu meter

5. Penggunaan EM4 dan kompos untuk menghentikan siklus hidup

P. palmivora di dalam tanah.

Sumber: Hiasinta FJ Motulo

Page 80: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada KELAPA

74

BERCAK DAUN COKLAT Pseudoepicoccum cocos

Deskripsi Singkat

Infeksi patogen menimbulkan bercak berbentuk oval pada permukaan

atas daun tua. Bagian tengah bercak berwarna abu-abu dan bagian

tengah bercak berwarna coklat tua. Gejala tidak bisa diamati dari

permukaan bawah daun, namun dapat ditemukan spora berwarna hitam.

Spora berbentuk bulat dan berukuran sangat kecil.

a b c

Gambar 15 Gejala bercak daun coklat (a), penyebaran gejala bercak daun

coklat pada kondisi curah hujan tinggi (b), dan spora

Pseudoepicoccum cocos (c)

Rekomendasi Pengendalian

1. Mengurangi naungan terutama pada masa pembibitan

2. Pemanfaatan pupuk secara berimbang

Page 81: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada KELAPA

75

3. Pemanfaatan fungisida tidak dianjurkan berkaitan dengan

tingginya biaya dan kesulitan aplikasi, karena penyakit ini tidak

begitu merugikan secara ekonomi

(Sumber: pestnet.org)

Page 82: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada KELAPA

76

JAMUR GRIGIT Schizophyllum commune

Deskripsi Singkat

Penyakit ini menginfeksi kecambah kelapa (juga pada kelapa sawit dan

tanaman berkayu lainnya). Selain menginfeksi pada fase perkecambahan,

penyakit ini juga bisa berkembang selama masa transportasi bibit.

Keberadaan cendawan ini merupakan salah satu indikator penanganan

bibit yang kurang baik. Koloni cendawan berwarna putih berbentuk

seperti lembaran-lembaran pada batang yang tumbuh ke arah atas

menyerupai kerucut. Tepian jamur ini bergelombang dan lama kelamaan

berubah menjadi warna coklat. Infeksi cendawan ini menyebabkan

batang kopong.

a b c

Gambar 16 Koloni jamur grigit pada batang (a), tubuh buah dan penampang

bawah tudung jamur grigit (b), dan miselium Schizophyllum

commune (c)

Page 83: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada KELAPA

77

Rekomendasi Pengendalian

1. Sanitasi yang baik selama masa pembibitan

2. Penggunaan asap cair dari tandan kosong kelapa sawit

3. Penyemprotan ekstrak daun mindi

Sumber: litbangpertanian.go.id

Page 84: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada KELAPA

78

BERCAK DAUN KELABU Pestalotiopsis palmarum

Deskripsi Singkat

Bercak kelabu memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan bercak

coklat. Bercak ini memiliki warna kelabu terang dengan tepian lebih tipis

berwarna coklat tua pada permukaan atas daun. Pada kultivar yang

berbeda, bercak dapat memanjang dengan tepian berwarna kehitaman.

Pada bagian luar dari tepi bercak dapat ditemukan halo (area produksi

toksin yang ditandai dengan warna kuning melingkari gejala). Pada

permukaan atas daun juga dapat ditemukan spora berwarna hitam.

a b c

Gambar 17 Gejala bercak daun kelabu (a), perluasan gejala bercak berupa warna

hitam di tepian gejala (b), konidia Pestalotiopsis palmarum (c)

Page 85: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada KELAPA

79

Rekomendasi Pengendalian

1. Penyeimbangan nutrisi tanaman terutama unsur mikro

2. Seleksi bibit yang sehat

3. Melakukan pemantauan rutin terutama pada musim hujan

4. Melakukan pemangkasan daun secara berkala untuk mencegah

penularan

Sumber: pestnet.org

Page 86: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada KELAPA

80

REBAH KECAMBAH (Pythium sp., Rhizoctonia solani, dan Fusarium spp.,)

Deskripsi Singkat

Rebah kecambah merupakan penyakit utama di pembibitan bila tidak

dikelola dengan baik. Terdapat 4 tipe rebah kecambah yang mungkin

terjadi yaitu 1) pre-emergence damping off: benih gagal berkecambah, 2)

normal damping off: akar dan batang bibit muda mati, bibit rebah dan

mati setelah muncul di permukaan tanah, 3) top damping off: kematian

bibit setelah muncul kotiledon, dan 4) late damping off: rebah setelah

bibit mulai berkayu. Gejala ini muncul jika komposisi tanah kurang tepat

dan kerapatan bibit terlalu tinggi.

a b c

Gambar 18 Gejala rebah kecambah pada bibit (a), gejala di lapangan (b), dan

sporangium dari Pythium sp.

Rekomendasi Pengendalian

1. Penjarangan bibit agar intensitas cahaya matahari tinggi dan

tidak cocok bagi perkembangan patogen

Page 87: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada KELAPA

81

2. Penyeimbangan nutrisi tanah (plantmanagementnetwork.org)

3. Pengaturan pengairan untuk mencegah genangan di tanah

4. Pemanfaatan cendawan antagonis seperti Trichoderma

harzianum

5. Sanitasi lahan dan alat pertanian untuk mencegah kontaminasi

Page 88: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada KELAPA

82

BUSUK LUNAK Erwinia sp.

Deskripsi Singkat

Buah mengalami pembusukan berupa melunaknya jaringan tanaman

yang dimulai dari titik tumbuh kemudian jaringan berubah menjadi

kecoklatan. Busuk ini menimbulkan bau yang tidak sedap akibat aktivitas

enzim pektinase. Buah dengan gejala seperti ini tidak dapat dikonsumsi

sama sekali. Buah yang mengalami gejala busuk lunak harus dipisahkan

dari buah yang sehat agar tidak terjadi penularan pada masa pascapanen.

a b

Gambar 19 Gejala busuk lunak pada buah kelapa (a), koloni bakteri (b)

Rekomendasi Pengendalian

1. Menjaga sanitasi pada saat produksi, penyimpanan, dan

pengolahan

2. Membersihkan area gudang (penyimpanan) dari sisa tanaman

3. Menjaga kelembapan dan suhu area gudang agar tetap rendah

Sumber: Plant Pathology Bulletin

Page 89: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada KELAPA

83

MALFORMASI DAUN Fusarium proliferatum

Deskripsi Singkat

Gejala ini muncul pada fase vegetatif. Daun mengalami penebalan,

ukurannya lebih kecil dari normal, dan bentuk daun menjadi tidak

beraturan (zigzag atau bergelombang). Tanaman yang berumur kurang

dari satu tahun rentan terhadap penyakit ini. Ketika tanaman terinfeksi,

maka daun yang mengalami gejala di atas adalah daun baru yang akan

muncul, sementara daun-daun lama tetap sehat. Lama-kelamaan, daun

membusuk dan pertumbuhan tanaman akan terhambat.

Gambar 20.1 Gejala malformasi daun kelapa

Page 90: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada KELAPA

84

Gambar 20.2 Makrokonidia, mikrokonidia, konidiofor dari Fusarium proliferatum

Rekomendasi Pengendalian

1. Penambahan bahan organik pada media pembibitan dan tanah

2. Menjaga keseimbangan unsur hara di dalam tanah khususnya

fosfat dan kalium

3. Tidak menanam pada tanah yang tanaman sebelumnya

mengalami penyakit malformasi untuk memutus siklus hidup

patogen

Sumber: Goudarzi et al. 2019, Wiley Online Library

Page 91: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada KELAPA

85

CINCIN MERAH Bursaphelenchus cocophilus

Deskripsi Singkat

Sebelum muncul pada buah, gejala ini dapat dideteksi dengan

menguningnya daun-daun tua diikuti dengan membusuk dan patahnya

daun-daun tersebut. Sementara itu, gejala pada buah adalah pada

lingkaran buah bagian tepi, terdapat bercak berwarna merah mengelilingi

buah. Gejala ini disebabkan oleh nematoda yang ditularkan melalui

vektornya yaitu kumbang moncong (Rhynchophorus palmarum). Gejala

penyakit ini belum masuk ke Indonesia (masih merupakan OPTK A1) yang

keberadaannya harus dicegah agar tidak masuk dan menyebar di wilayah

Indonesia.

a b c

Gambar 21 Gejala cincin merah pada buah kelapa (a), nematoda

Bursaphelenchus cocophilus (b), dan serangga vektor yaitu

kumbang Rhynchophorus palmarum (c)

Rekomendasi Pengendalian

1. Pemanfaatan benih dari kultivar yang tahan

2. Mengawasi masuk dan menyebarnya nematoda ini dari luar

negeri (terutama Afrika)

Page 92: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada KELAPA

86

3. Segera memusnahkan tanaman sakit agar tidak menjadi tempat

bertahanya vektor yang akan menularkan ke tanaman sehat

lainnya

4. Membersihkan sisa-sisa tanaman dari lahan agar tidak menjadi

sumber inokulum bagi tanaman musim selanjutnya

Sumber: Giblin-Davis et al. 2003, Journal of Nematology 35(2):133-41

Page 93: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada KELAPA

87

EMBUN TEPUNG Oidium sp.

Deskripsi Singkat

Gejala muncul pada permukaan atas daun kelapa berupa serbuk-serbuk

berwarna putih yang melekat pada permukaan tanaman. Gejala akan

banyak ditemui pada daun-daun tua pada musim kemarau. Jika di

permukaan bawah daun terdapat bercak putih transparan, cendawan ini

sudah menyebar ke tanaman lainnya. Keberadaan cendawan ini

mengganggu proses fotosintesis tanaman dan lama kelamaan

menyebabkan daun gugur. Cendawan ini akan luruh jika terjadi hujan

deras dalam waktu yang lama karena konidia terbawa air hujan sebelum

sempat menginfeksi daun lainnya.

a b

Gambar 22 Gejala embun tepung kelapa (a) dan konidia Oidium sp. (b)

Rekomendasi Pengendalian

1. Menghindari pemanfaatan herbisida di lahan

2. Melakukan pemangkasan rutin untuk mengurangi naungan

3. Melakukan monitoring secara berkala khususnya setelah terjadi

hujan ringan

Sumber: houzz.com white chalk-like fungus/substance on plants

Page 94: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada KELAPA

88

BUSUK BATANG Ceratocystis paradoxa

Deskripsi Singkat

Gejala penyakit ini dapat dideteksi di bagian pangkal batang berupa

terkelupasnya kulit batang kemudian membusuk. Busuk ini kemudian

melebar dan dapat mengelilingi pangkal batang. Akibat terhambatnya

transportasi air dari akar ke tajuk, daun perlahan-lahan layu dan

mengering. Pada infeksi yang ringan, tanaman tetap bisa berproduksi

namun tepian daging buah akan menghitam. Pada infeksi berat, tanaman

gagal membentuk buah.

a b c

Gambar 23 Gejala awal busuk pangkal batang (a), gejala lanjut (b), konidia

Ceratocystis paradoxa (c)

Rekomendasi Pengendalian

1. Penggunaan bibit yang tahan busuk pangkal batang atau

dilakukan seleksi bibit sebelum dipindah tanam ke lapangan

2. Penggunaan kapur pertanian untuk meningkatkan pH tanah agar

tidak sesuai bagi perkembangan patogen

Page 95: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada KELAPA

89

3. Pemanfaatkan agens hayati sekitar perakaran seperti Bacillus

subtilis, Trichoderma spp., Gliocladium spp.

4. Pemusnahan sisa tanaman sakit untuk memutus siklus hidup

pada musim selanjutnya

5. Eliminasi produk panen yang terinfeksi

6. Pemeriksaan kondisi tanah secara berkala untuk memastikan

bahwa tidak terdapat inokulum di tanah yang akan digunakan

untuk penanaman

7. Penanaman tanaman yang tidak sefamili di sekitar tegakan

kelapa untuk memperkaya populasi dan komposisi mikrob tanah

(Sumber: A Resource for Pest and Disease of Cultivated Plants)

Page 96: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada KELAPA

90

ALGA HIJAU Cephaleuros virescens

Deskripsi Singkat

Daun berwarna hijau pucat atau menguning terutama daun bagian

bawah. Pada permukaan atas daun dapat ditemukan gumpalan alga

berupa kumpulan serbuk yang teksturnya seperti beludru, berwarna hijau

pucat, oranye, atau kemerahan. Ukuran bercaknya relatif besar jika

dibandingkan dengan pustul karat. Pada infeksi lanjut, gumpalan alga ini

bertambah banyak dan mengganggu fotosintesis karena menghalangi

penyerapan sinar matahari secara optimal. Meski penyakit ini jarang

dilaporkan sampai mengganggu produksi, namun dalam infeksi yang

tinggi, dapat menyebabkan gugur daun.

a b c

Gambar 24 Gejala alga merah pada daun bawah (a), koloni Cephaleuros

virescens (b), dan spora C. virescens (c)

Rekomendasi Pengendalian

1. Pada infeksi ringan, tidak perlu dilakukan pengendalian apa-apa

2. Jika terjadi infeksi berat, dapat dilakukan pemangkasan pada

daun-daun bergejala

Page 97: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada KELAPA

91

3. Daun-daun (terutama daun bawah) yang gugur dibuang dari

lahan agar tidak menjadi sumber penularan bagi daun yang masih

sehat

4. Pemeriksaan dan pemangkasan secara berkala agar menurunkan

kelembapan di sekitar daun

5. Pada kondisi infeksi berat dan cuaca sangat lembab, dapat

diaplikasikan fungisida berbahan aktif tembaga setiap 2 minggu

Sumber: Nelson SC 2014

Page 98: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada KELAPA

92

BUSUK PANGKAL BATANG Ganoderma spp.

Deskripsi Singkat

Bagian pangkal batang mengalami bercak nekrosis (coklat kehitaman)

yang berbentuk seperti garis-garis vertikal yang memanjang. Kulit batang

kemudian menjadi keropos dan daun-daun bagian bawah menguning dan

layu. Pada infeksi berat, batang tanaman menjadi rapuh dan rawan

tumbang. Akhir periode infeksi ditandai dengan munculnya tubuh buah

yang lama-kelamaan membesar.

a b c

Gambar 25 Tubuh buah Ganoderma sp. pada pangkal batang (a), gejala pada

tajuk (b), spora Ganoderma sp. (c)

Rekomendasi Pengendalian

1. Memperbaiki drainase tanah

2. Membongkar tanah dari tanaman terinfeksi sedalam 1-2 meter

lalu diberi perlakuan untuk memusnahkan sisa inokulum yang

dapat menular ke tanaman selanjutnya

Page 99: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada KELAPA

93

3. Pemanfaatan kombinasi fungisida kimia sintetik dan agens hayati

(Trichoderma spp. dan mikoriza) sejak pre-nursery dan saat

pindah tanam ke lapangan.

4. Diperlukan pengembangan deteksi dini terkait penyakit ini

karena seringkali infeksi di lapangan sudah ditemukan saat fase

lanjut. Terlambatnya pengendalian menyebabkan

perkembangan penyakit tidak dapat ditahan.

Sumber: Aravindaram & Ramasamy 2010, Archives of Phytopathology

and Plant Protection

Page 100: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada KELAPA

94

HAWAR DAUN KELAPA Bipolaris incurvata

Deskripsi Singkat

Nama lama: Helminthosporium incurvatum / Drechslera incurvata.

Pada awal infeksi, terdapat bercak abu-abu pada daun yang mirip seperti

tersiram air panas dengan tepian berwarna coklat. Bercak tersebut

kemudian melebar berbentuk oval dan warnanya berubah menjadi coklat

dengan warna tepian menjadi coklat gelap. Pada bagian tepi dari

lingkaran coklat terdapat area berwarna kuning (halo) yang merupakan

area produksi toksin dari cendawan ini. Infeksi yang lebih berat

menyebabkan seluruh bagian daun menjadi kuning kemudian daun

membusuk.

a b c

Gambar 26 Gejala hawar daun (a), infeksi awal pada tulang daun dengan

tepian coklat (b), dan konidia Bipolaris incurvata (c)

Page 101: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada KELAPA

95

Rekomendasi Pengendalian

1. Fase kritis penyakit ini adalah pada masa pembibitan,

penggunaan fungisisida Dithane M45 dapat dilakukan untuk

mencegah infeksi baru

2. Daun-daun yang terinfeksi dipangkas dari bibit agar tidak

menular ke daun sehat lainnya

3. Pada tanaman yang tua, pengendalian relatif sulit dilakukan.

Namun, pemangkasan rutin dapat dilakukan untuk menurunkan

jumlah konidia (spora infektif) sehingga menekan perkembangan

penyakit di lapangan.

Sumber: http://www.extento.hawaii.edu/kbase/crop/Type/b_incur.htm

Page 102: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada KELAPA

96

MATI PUCUK Lasiodiplodia theobromae

Deskripsi Singkat

Batang kelapa mengalami nekrosis dan membusuk. Hal ini menyebabkan

tanaman merana dan bagian pucuknya mengalam kematian yang

ditandai dengan mengeringnya daun-daun teratas dari tanaman. Infeksi

lanjutan menyebabkan seluruh daun kering dan jika masih dapat

berproduksi, infeksi ini menyebabkan pangkal buah busuk. Busuknya

pangkal buah ini dapat terlihat atau tidak terlihat dari kulit buah.

Gambar 27 Gejala mati pucuk pada tanaman, buah, dan konidia Lasiodiplodia

theobromae di bawah mikroskop

Rekomendasi Pengendalian

1. Penggunaan bibit yang sehat atau seleksi bibit sebelum pindah

tanam

Page 103: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada KELAPA

97

2. Pemanfaatan agens hayati berupa khamir dan mikoriza yang

dikombinasikan dengan kitosan

3. Melakukan monitoring secara berkala khususnya pada musim

hujan

4. Penggunaan fungisida Ridomil sesuai dengan dosis anjuran yang

dikombinasikan dengan pengendalian mekanis seperti

pemangkasan daun.

5. Membersihkan buah sebelum disimpan untuk mencegah

kontaminasi di penyimpanan

Sumber: Macial et al. 2015, Forest Science & APS Journal

Page 104: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada KELAPA

98

LETHAL YELLOWING Candidatus Phytoplasma palmae

Deskripsi Singkat

Daun-daun bagian atas mengalami penguningan yang merata.

Penguningan juga dapat mulai muncul dari daun bendera dan meluas ke

seluruh daun sampai daun membusuk sebelum gugur beberapa hari

kemudian. Infloresens mengalami nekrosis dan dapat menyebabkan

bunga jantan mati sehingga tanaman tidak berhasil memproduksi buah.

Jikapun buah berhasil diproduksi, buah muncul secara prematur dengan

ukuran yang sangat kecil. Penyakit ini disebabkan oleh fitoplasma dan

ditularkan oleh vektornya yaitu wereng coklat (Myndus crudus). Infeksi

yang berat akan mematikan tanaman 3-6 bulan setelah munculnya gejala

pertama.

a b c

Gambar 28 Gejala lethal yellowing pada daun (a), gejala pada infloresens (b),

dan struktur mikroskopik fitoplasma di dalam sel tanaman (c)

Page 105: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada KELAPA

99

Rekomendasi Pengendalian

1. Penggunaan bibit, polen, atau hasil kultur jaringan yang

dinyatakan bebas atau tahan terhadap infeksi fitoplasma

2. Penggunaan insektisida untuk mengendalikan serangga

vektornya

3. Injeksi oxytetracycline-HCl pada batang kelapa dengan interval

aplikasi selama 4 bulan

Sumber: http://sawitsecure.mpob.gov.my/lethal-yellowing-lethal-

yellowing-type-disease/

Page 106: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada KELAPA

100

DAFTAR PUSTAKA

Alouw JA, Hosang MLA. 2016. Sexava nubila (Orthoptera:

Tettigoniidae): ledakan dan kerusakannya pada tanaman

kelapa sawit. Buletin Palma. 17 (2): 97-104.

Aravindaram K, Rasamamy S. 2010. Ganoderma – a basal stem rot disease of coconut palm in south Asia and Asia pacific regions. Archives of Phytopathology and Plant Protection. 43(15):1445-1449.

Arifin M. 2011. Pemanfaatan Musuh Alami dalam Pengendalian

Hama Utama Tanaman Teh, Kopi dan Kelapa. Balai Penelitian

Bioteknologi Tanaman Pangan [diakses pada 2020 Juli 04].

Tersedia di:

http://muhammadarifindrprof.blogspot.com/2011/02/79-

pemanfaatan-musuh-alami- dalam.html.

Ditjenbun [Direktorat Jenderal Perkebunan RI]. 2016. Tirathaba

rufivena (diunduh pada: 2020 Juni 04]. Tersedia di:

http://sinta.ditjenbun. pertanian.go.id/tirathaba-rufivena/

Ditjenbun [Direktorat Jenderal Perkebunan RI]. 2016. Tungau

kelapa Aceria guerreonis [diunduh pada: 2020 Juli 04].

Tersedia di: http://sinta.ditjenbun.pertanian.go.id/buah/

Dokter Sawit. Rayap Coptotermes curvignathus [diunduh pada:

2020 Juli 04]. Tersedia di: https://www.doktersawit.com/rayap-

tanda-serang-an/

Giblin-Davis RM, Davies KA, Morris K, Thomas WK. 2003. Evolution of parasitism in insect-transmitted plant nematodes. J Nematol. 35(2):133-141.

Page 107: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada KELAPA

101

Goudarzi A, Seyahooei MA, Bagheri A. 2019. Coconut malformation: an emerging disease caused by Fusarium proliferatum in southern Iran. 2019:1-9.

Herbison-Evans, Don and Stella Crossley. 2007. Tirathaba rufivena

(Walker, 1864) Greater Coconut Spike Moth (one synonym:

Melissoblaptes rufovenalis Snellen, 1880) Gallerinaei, Pyralidae.

Hosang MLA, Lolong AA, Lumentut N, Novianti D, Rahma, Salim.

2013. Hama Baru Tungau Kelapa Aceria querreronis Keifer

(Acari: Eriophyidae) pada Tanaman Kelapa di Minahasa Utara

dan Kota Bitung, Sulawesi Utara. Buletin Palma. 14 (1): 47-53

Hosang, MLA., 2010. Serangan Hama Bunga Kelapa Tirathaba

rufivena Walker (Lepidoptera: Pyralidae) pada Tanaman Kelapa

Genjah Salak di Kebun Percobaan Kima Atas.Buletin Palma. 39:

172 – 180.

Howard FW, Moore D. 2006. A Coconut Mite, Aceria guerreronis

Keifer (Arachnida: Acari: Eriophyidae). University of Florida:

IFAS Extension.

Josephrajkumar A, Mohan C, Rajkumar PSP, Nalinakumari T. 2019.

Pest Dynamics and Suppression Strategies. The Coconut Palm

(Cocos nucifera L.) - Research and Development Perspectives.

557-634

Kalshoven LGE. 1981. The Pest of Crops in Indonesia. PT Ichtiar Baru

Va Hoeve, Jakarta. 701pp.

Karmawati E. 2010. Pengendalian hama Helopeltis spp. pada

tanaman jambu mete berdasarkan ekologi: strategi dan

implementasinya. Pengembangan Inovasi Pertanian. 3(2): 102-

119.

Page 108: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada KELAPA

102

Kohler F, Pellegrin F, Jackson G, McKenzie. 1997. Diseases of Cultivated crops in Pacific Island Countries. Canbera (AU): Pirie Printers Pty Limited.

Kuo M. 2003. Schizophyllum commune [Internet]. [Diunduh 2020 Mei 15]. Tersedia pada: https://www.mushroomexpert.com/schizo-phyllumcommune.html

Maciel CG, Muniz MFB, Mezzomo R, Reiniger LRS. 2015. Lasiodiplodia theobromae associated with seeds of Pinus spp. originated from the northwest of Rio Grande do Sul, Brazil. Forest Science. 43(107):639-646.

[MPOB] Malaysian Palm Oil Board. 2019. Lethal-yellowing type disease [Internet]. [Diunduh 2020 Mei 10]. Tersedia pada: http://sawitsecure.mpob.gov.my/lethal-yellowing-lethal-yellowing-type-disease/

Motulo HFJ. 2008. Penyakit busuk pucuk kelapa: sejarah,

penyebab, dan penyebarannya. Buletin Palma. 34(2008):1-8. Nelson SC. 2008. Cephaleuros species, the plant-parasitic green

algae. Plant Diseases. 43(1):1-6. Palanisamy S. 2012. Development of an integrated pest

management package for the eriophyid mite (Aceria

querreronis Keifer) of coconut in Southern States. Professor

dan Head Dept. of Entomology, TNAU. Coimbatore.

[PNRC] Planet Natural Research Center. Powdery mildew [Internet]. [Diunduh 2020 Mei 12]. Tersedia pada: https://www.planet natural.com/pest-problem-solver/plant-disease/powdery-mildew/

Rao VP, Ghani MA, Sauharan T and Mathur KC. 1971. A review of

the biological control of insects and other pests in South-East

Asia and Soebandrijo. 1982. Hama Tirathaba sp. di kebun induk

kelapa hibrida Pakuwon. Pembr. Litri. 7(40): 21-31

Page 109: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada KELAPA

103

Salim. Hama-hama yang menyerang bunga dan buah kelapa (Cocos

nucifera L.) serta pengendaliannya. Balai Penelitian Tanaman

Palma.

Toth IK, Bell KS, Holeva MC, Birch PRJ. 2003. Soft rot Erwiniae: from genes to genomes. Molecular Plant Pathology. 4(1):17-30. Uchida JY. Bipolaris incurvata [Internet]. [Diunduh 2020 Mei 13].

Tersedia pada: http://www. extento.hawaii.edu/kbase/crop/Type/b_incur.htm

[USDA] United States Department of Agriculture. 2018. A resource for pests and diseases of cultivated palms: damping- off [Internet]. [Diunduh 2020 Mei 15]. Tersedia pada: https://idtools.org/id/palms/symptoms/factsheet.php?name=Damping-off

Page 110: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada KELAPA

104

Page 111: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

HAMA & PENYAKIT SIRIH

Page 112: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada SIRIH

106

DAFTAR ISI

Sirih 109

Hama Sirih 111

Kutukebul Hitam/Blackfly, Aleurocanthus rugosa

Kutukebul/Whitefly, Singhiella (= Dialeurodes) pallida

Kutudaun, Aphis gossypii

Kepik Penghisap, Pachypeltis plitus

Wereng Pohon, Tricentrus sp.

Thrips, Aroidothrips longistylus

112

114

116

118

119

121

Penyakit Sirih 123

Hawar Daun, Phytophthora parasitica var. Piperin

Bercak Daun, Colletotrichum sp.

Hawar Daun Bakteri, Xanthomonas campestris

Embun Tepung, Oidium sp.

Busuk Batang, Sclerotium rolfsii

Layu Pembuluh, Fusarium oxysporum

124

126

128

130

131

133

Daftar Pustaka 135

Page 113: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada SIRIH

107

DAFTAR GAMBAR

1 Aleurocanthus spp. pada sirih a) dewasa dan telur A.

rugosa, b) nimfa A. rugosa, c) dewasa A. nubilans (sumber:

Buckton1900), d. daun sirih yang terserang Aleurocanthus

sp., e) nimfa dan dewasa Aleurocanthus sp., dan f) pola

corak sayap Aleurocanthus sp. (Sumber: Das 2020)

112

2 Imago S. pallida (a) dan kumbang Coccinellidae predator,

Delphastus catalinae (b) (foto: a. R. Nguyen dan b. Kim

Hoelmer)

114

3 Koloni A. gossypii (a), bentuk bersayap (alate) (b),

kutudaun bersimbiosis dengan semut niger/Lasius niger

(c), dan lalat predator Syrphidae yang memangsa

kutudaun

117

4 Imago Pachypeltis politus (a) dan bercak coklat gejala

serangan pada daun sirih (b)

118

5 Nimfa (kiri) dan Imago Tricentrus sp. (kanan) 119

6 Aroidothrips longistylus, jantan (1) dan betina (2) 121

7 A) Daun sirih yang bergejala lanjut, B) zoospora keluar

dari sporangium, C) gejala awal hawar daun, D) kumpulan

hifa dan sporangium

124

8 A dan C ) gejala antraknosa pada daun sirih, B dan D)

gambar mikroskopis konidia dan seta

126

9 A) Gejala hawar daun bakteri pada daun tua B) koloni

Xanthomonas campestris pada media agar, C) gejala

hawar daun bakteri pada daun muda, D) gambaran

mikroskopis sel bakteri.

128

10 A dan C) Gejala embun tepung pada permukaan bawah

dan atas daun, B dan D) Gambaran mikroskopis patogen

130

Page 114: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada SIRIH

108

11 A dan B) Gejala pada batang, C) morfologi koloni pada

media agar, D) gambar mikroskopis miselium patogen

131

12 A) gejala awal pada daun, B) gejala saat serangan sudah

parah, C) gejala awal pada tanaman (kanan bergejala, kiri

tidak bergejala), D) gambar mikroskopis

133

Page 115: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada SIRIH

109

SIRIH Sirih merupakan tanaman merambat yang mempunyai daun

berbentuk seperti jantung/hati. Daun sirih oleh masyarakat tradisional

sering digunakan untuk obat atau oleh beberapa budaya seperti di

Wilayah Sumba (NTT), buah sirih digunakan untuk campuran ‘nyirih’ atau

‘nginang’ yang dicampur dengan pinang dan kapur. Tanaman yang

mempunyau beragam manfaat ini dapat tumbuh hingga 15 meter dengan

setiap ruasnya dapat muncul daun. Selain daun yang saling bersilangan

pada ruas batang sirih, ruas ini juga dapat menghasilkan akar sehingga

sangat mudah jika ingin diperbanyak.

Dengan beragam manfaat dan kemudahan dalam budidaya, masih

saja ditemui permasalahan salah satunya yaitu serangan hama dan

penyakit pada sirih yang dapat menyebabkan gangguan sehingga tidak

dapat menghasilkan daun maupun buah. Salah satu penyakit serius yang

menyerang sirih yaitu bercak cokelat pada daun yang disebabkan oleh

cendawan patogen Phytophthora parasitica var. Piperin. Patogen ini

dapat menyebabkan seluruh daun menjadi cokelat dan proses

penyebarannya sangat mudah yaitu terbawa oleh percikan air. Sebelum

melakukan proses pengendalian, sangat dibutuhkan informasi tentang

penyebab serangan hama dan penyakit yang mengganggu pada tanaman

sirih tersebut. Berikut beberapa hama dan penyakit yang sudah

didokumentasikan untuk memudahkan dalam proses pengenalan dan

pengendalian nantinya.

Page 116: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada SIRIH

110

Hama pada Sirih 1. Kutukebul Hitam/Blackfly, Aleurocanthus rugosa

2. Kutukebul/Whitefly, Singhiella (= Dialeurodes) pallida

3. Kutudaun, Aphis gossypii

4. Kepik Penghisap, Pachypeltis plitus

5. Wereng Pohon, Tricentrus sp.

6. Thrips, Aroidothrips longistylus

Penyakit pada Sirih 1. Hawar Daun, Phytophthora parasitica var. Piperin

2. Bercak Daun, Colletotrichum sp.

3. Hawar Daun Bakteri, Xanthomonas campestris

4. Embun Tepung, Oidium sp.

5. Busuk Batang, Sclerotium rolfsii

6. Layu Pembuluh, Fusarium oxysporum

Page 117: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada SIRIH

111

HAMA SIRIH

Page 118: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada SIRIH

112

KUTUKEBUL HITAM/Blackfly

Aleurocanthus rugosa (Hemiptera: Aleyrodidae)

Deskripsi Singkat Aleurocanthus rugose mempunyai corak berwarna hitam baik nimfa

maupun dewasanya. Spesies kutukebul hitam ini bersifat polifag atau

mempunyai inang yang cukup banyak. Imago betina meletakkan telur

pada permukaan bawah daun. telur berwarna putih pucat. Dewasa dan

nimfa menyerang daun sirih dan menyebabkan daun sirih

menguning/klorosis. Pada gejala lebih lanjut, daun akan menguning pada

seluruhnya karena populasi kutukebul hitam yang semakin tinggi

sehingga proses fotosintesis akan terganggu. Terganggunya proses

fotosintesis menyebabkan tanaman sirih tidak mampu menyuplai nutrisi

sehingga menyebabkan kematian. Populasi puncak terjadi pada musim

kemarau dan menurun pada musim penghujan.

Gambar 1 Aleurocanthus spp. pada sirih a) dewasa dan telur A. rugosa, b) nimfa

A. rugosa, c) dewasa A. nubilans (sumber: Buckton1900), d. daun sirih

Page 119: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada SIRIH

113

yang terserang Aleurocanthus sp., e) nimfa dan dewasa

Aleurocanthus sp., dan f) pola corak sayap Aleurocanthus sp.

(Sumber: Das 2020)

Rekomendasi Pengendalian 1. Mekanis: sanitasi lingkungan dan menaman inang alternate

2. Melakukan program monitoring untuk mencegah adanya

infestasi

3. Biologis: pemanfaatan kumbang kubah predator (Coleoptera:

Coccinellidae)

4. Kimiawi: menggunakan pestisida sintetik yang dianjurkan

malathion (0.05%), endosulfan (0.05%) and dichlorvos (0.05%)

Page 120: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada SIRIH

114

KUTUKEBUL/Whitefly

Singhiella (= Dialeurodes) pallida (Hemiptera: Aleyrodidae)

Deskripsi Singkat Berbeda halnya dengan kutukebul spesies Aleurocanthus rugose, kutu

kebul jenis ini berwarna putih baik nimfa maupun dewasanya. Dewasa

dan nimfa menyerang daun sirih dan menyebabkan daun sirih

menguning/klorosis. Pada gejala lebih lanjut, daun akan menguning pada

seluruhnya karena populasi kutukebul yang semakin tinggi sehingga

proses fotosintesis akan terganggu. Terganggunya proses fotosintesis

menyebabkan tanaman sirih tidak mampu menyuplai nutrisi sehingga

menyebabkan kematian. Populasi puncak terjadi pada musim kemarau

dan menurun pada musim penghujan.

Gambar 2 Imago S. pallida (a) dan kumbang Coccinellidae predator, Delphastus

catalinae (b) (foto: a. R. Nguyen dan b. Kim Hoelmer)

Rekomendasi Pengendalian 1. Mekanis: sanitasi lingkungan dan menaman inang alternate

2. Melakukan program monitoring untuk mencegah adanya

infestasi

Page 121: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada SIRIH

115

3. Biologis: pemanfaatan kumbang kubah predator (Coleoptera:

Coccinellidae)

4. Kimiawi: menggunakan pestisida sintetik yang dianjurkan

malathion (0.05%), endosulfan (0.05%) and dichlorvos (0.05%)

Page 122: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada SIRIH

116

KUTUDAUN

Aphis gossypii (Hemiptera: Aphididae)

Deskripsi Singkat Hama ini sangat umum dijumpai menyerang tanaman hortikultura seperti

kapas, melon dan tanaman pertanian lainnya. Kutudaun ini berwarna

hitam berbentuk seperti buah pir. Bentuk tidak bersayap disebut aptera

sedangkan bentuk bersayap disebut alate. Bentuk bersayap biasanya

berfungsi untuk proses penyebaran karena populasi di dalam koloninya

sudah terlalu penuh sehingga kutudaun perlu mencari inang atau tempat

mencari pakan lainnya. Kutudaun akan menghisap cairan tanaman,

umumnya menyerang pucuk atau daun yang masih muda. Gejala yang

ditimbulkan yaitu daun atau pucuk menjadi keriput dan menggulung.

Pada musim kemarau, populasi kutudaun akan meningkat dan pada

musim penghujan populasi akan menurun.

Beberapa perilaku kutudaun yang memberikan keuntungan dengan

organisme lainnya yaitu semut. Semut akan memanfaatkan embun madu

yang merupakan bagian sekresi cairan yang berlebih dari kutudaun.

Cairan tersebut dimanfaatkan untuk makanan semut sehingga semut

akan menjaga sumber pakannya dari predator atau musuh alami

kutudaun. Kelebihan cairan embun madu yang menetes di daun akan

mendatangkan cendawan jelaga yang nantinya akan berwarna hitam dan

menyelimuti daun. Predator kutudaun diketahui dari kelompok larva

syrphidae, larva dan imago kumbang coccinelid dsb.

Rekomendasi Pengendalian 1. Melakukan pengamatan pada daun dan pucuk muda, jika

terdapat kutudaun perlu dipetik dan dibakar

Page 123: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada SIRIH

117

2. Biologis: pemanfaatan musuh alami seperti predator kumbang

Coccinellidae dan lalat Syrphidae.

3. Kimiawi: penyemprotan menggunakan Klorpirifos 2 ml/L

a

b

c

d

Gambar 3 Koloni A. gossypii (a), bentuk bersayap (alate) (b), kutudaun

bersimbiosis dengan semut niger/Lasius niger (c), dan lalat predator

Syrphidae yang memangsa kutudaun

Page 124: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada SIRIH

118

KEPIK PENGHISAP

Pachypeltis politus (Hemiptera: Miridae)

Deskripsi Singkat Nimfa dan imago berwarna merah kecoklatan. Telur diletakkan tunggal

tidak berkelompok. Periode telur 8-16 hari. Nimfa dan imago menghisap

cairan daun yang masih muda sehingga menyebabkan daun terlihat ada

bercak kecoklatan dan kelamaan menjadi mengering.

Gambar 4 Imago Pachypeltis politus (a) dan bercak coklat gejala serangan pada

daun sirih (b)

Rekomendasi Pengendalian 1. Sanitasi: melakukan pembersihan lahan untuk mengurangi

2. Kimiawi: penyemprotan menggunakan Malathion 50 EC pada

konsentrasi 2.0 ml/L atau Neem Oil 0.5%

Page 125: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada SIRIH

119

WERENG POHON

Tricentrus sp. (Hemiptera: Membracidae)

Deskripsi Singkat Serangga ini mempunyai nama umum wereng pohon dan bukan menjadi

serangga hama yang dominan menyerang tanaman sirih. Akan tetapi,

nimfa dan imago sering ditemukan berkembangbiak di dekat pucuk

tanaman. Nimfa dan imago menghisap cairan tanaman pada bagian

tanaman yang masih muda. Selain sirih, inang dari wereng pohon yaitu

rambutan, sawo, dsb. Serangga ini jarang ditemukan pada tingkat

populasi yang tinggi. Pada musim kemarau, wereng pohon lebih banyak

ditemui dibandingkan musim penghujan. Gejala yang ditimbulkan yaitu

pucuk tanaman menjadi keriput dan mengering akibat cairan tanaman

yang dihisap oleh nimfa dan imago.

Gambar 5 Nimfa (kiri) dan Imago Tricentrus sp. (kanan)

Rekomendasi Pengendalian 1. Mekanis: memetik atau memotong daun yang terserang wereng

pohon

Page 126: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada SIRIH

120

2. Kimiawi: menyemprotkan cairan sabun yang dicampur dengan

insektisida untuk menghilangkan zat lilin yang menyelimuti tubuh

nimfa

Page 127: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada SIRIH

121

THRIPS

Aroidothrips longistylus (Ordo Thysanoptera)

Deskripsi Singkat Thrips merupakan serangga yang berukuran kecil dan jarang dilihat

secara langsung. Hama ini seringkali ditemukan berada pada lipatan-

lipatan daun. Daun yang diserang akan melipat atau keriting dan terlihat

bekas keperakan. Nimfa dan imago thrips menghisap cairan daun yang

masih muda.

Gambar 6 Aroidothrips longistylus, jantan (1) dan betina (2)

Rekomendasi Pengendalian 1. Mekanis: memetik atau memotong daun yang terserang thrips,

jika serangan sudah banyak sebaiknya dilakukan pemangkasan

atau pencabutan pada tanaman yang terserang untuk

menghindari penularan

Page 128: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada SIRIH

122

2. Kimiawi: menggunakan pestisida yang disarankan dengan bahan

aktif aktif abamektin, karbosulfan, fipronil atau imidakloprid.

Page 129: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada SIRIH

123

PENYAKIT SIRIH

Page 130: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada SIRIH

124

Hawar Daun

Phytophthora parasitica var. Piperin

Deskripsi Singkat Sebagian besar patogen ini menginfeksi daun dan dapat pula menginfeksi

pada bagian pangkal batang. Gejala awalnya berupa bercak kecil

kebasahan. Perkembangan penyakit ini akan lebih cepat ketika dalam

kondisi kelembaban tinggi. Ketika infeksi terjadi pada bagian pangkal

batang akan menimbulkan kelayuan secara menyeluruh yang diikuti

dengan mengeringnya daun.

Patogen penyebab penyakit ini adalah Phytophthora parasitica var.

Piperin. Ketika tidak ada inang, patogen ini bertahan pada tanah dan sisa

tanaman mati. Kejadian ini akan tinggi ketika kelembaban makro

lingkungan tinggi terutama pada musim hujan.

Gambar 7 A) Daun sirih yang bergejala lanjut, B) zoospora keluar dari

sporangium, C) gejala awal hawar daun, D) kumpulan hifa dan

sporangium

Page 131: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada SIRIH

125

Rekomendasi Pengendalian

6. Pemilihan bibit yang sehat, ketika perbanyakan menggunakan

stek perlu diperhatikan tetua yang digunakan harus dalam

kondisi sehat dan media tumbuhnya diupayakan dalam kondisi

bebas dari inokulum.

7. Penggunaan mulsa, penggunaan mulsa dimaksudkan untuk

mengurangi percikan air, mengingat patogen ini termasuk

patogen tular tanah.

8. Pengolahan tanah yang baik dan penggunaan pupuk kandang/

kompos matang.

9. Menggunakan pupuk kimia secara berimbang, terutama hindari

penggunaan pupuk N berlebih.

10. Pengelolaan gulma yang baik guna menghindari kelembaban

mikro lingkungan berlebih dan meminimalisir peran gulma

sebagai inang alternatif.

11. Penggunaan agens antagonis/ pestisida hayati.

Sumber: Satyagopa et al. 2015 dan Maiti & Sen 1979

Page 132: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada SIRIH

126

BERCAK DAUN

Colletotrichum sp.

Deskripsi Singkat Bercak terlihat tidak beraturan berwarna coklat muda sampai coklat tua

dan terdapat halo berwarna kuning pada tepi bercak. Halo kuning yang

terbentuk merupakan ciri dari kinerja toksin yang dimiliki patogen ini.

Bercak coklat ini akan membesar dan saling bertemu dan mengarah pada

tangkai daun sehingga menyebabkan keguguran daun. Patogen ini dapat

menyebar melalui benih sebagai infeksi primer dan infeski sekundernya

dibantu oleh tiupan angin.

Gambar 8 A dan C) gejala antraknosa pada daun sirih, B dan D) gambar

mikroskopis konidia dan seta

Page 133: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada SIRIH

127

Rekomendasi Pengendalian

1. Pemilihan bibit sehat dan perlakuan bibit (stek) dengan fungisida.

2. Hindari kelembaban makro lingkungan yang tinggi, misalnya

dengan mengatur jarak tanam yang lebih renggang dan

melakukan penyiangan gulma secara rutin.

3. Ketika insidensi masih rendah bisa dilakukan pemangkasan pada

daun daun yang bergejala, ketika gejala sudah mulai melampaui

ambang ekonomi bisa mengaplikasikan fungisida sintetik secara

tepat waktu, dosis, dan aplikasi.

4. Pemupukan berimbang dan hindari penggunaan pupuk N

berlebih

5. Aplikasi pestisida botani dan hayati

Sumber: Maiti & Sen 1979

Page 134: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada SIRIH

128

HAWAR DAUN BAKTERI Xanthomonas campestris

Deskripsi Singkat Gejalanya berupa bercak coklat kebasahan yang dibatasi oleh tulang

tulang daun. Bercak berwarna coklat muda hingga tua dan pada tepian

bercaknya terdapat halo berwarna kuning. Tiap-tiap bercak perlahan

membesar dan menyatu membentuk bercak yang lebih besar dengan

bentuk yang tidak beraturan. Infeksi lebih lanjut dapat menyebabkan

daun mengalami defoliasi lebih cepat.

Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri patogen yaitu Xanthomonas

campestris, bakteri ini dapat bertahan ditanah ketika tidak ada inang dan

penyebaranya akan sangat cepat melalui air irigasi.

Gambar 9 A) Gejala hawar daun bakteri pada daun tua B) koloni Xanthomonas

campestris pada media agar, C) gejala hawar daun bakteri pada daun

muda, D) gambaran mikroskopis sel bakteri

Page 135: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada SIRIH

129

Rekomendasi Pengendalian 1. Pemilihan bibit sehat

2. Sanitasi lingkungan pembersihan serasah dan gulma disekitar

pertanaman

3. Pengaturan jarak tanam

4. Penggunaan pupuk berimbang

5. Aplikasi agens hayati

6. Aplikasi pestisida sintetik jika diperlukan

Sumber: Satyagopa et al. 2015

Page 136: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada SIRIH

130

EMBUN TEPUNG

Oidium sp.

Deskripsi Singkat Daun yang bergejala awalnya akan tampak bercak kecil berwarna abu

kemudian daun akan ditutupi oleh kumpulan hifa dan akan terlihat

seperti kapas berwarna putih hingga coklat muda. Gejala awalnya akan

terlihat pada permukaan bawah daun dan perlahan akan juga terlihat di

bagian atas daun. Gejala lebih lanjut akan memicu terjadinya defoliasi dini

pada daun. Inokulum akan bertahan dalam bentuk historia pada sisa-sisa

tanaman.

Gambar 10 A dan C) Gejala embun tepung pada permukaan bawah dan atas

daun, B dan D) Gambaran mikroskopis patogen

Rekomendasi Pengendalian 1. Pemilihan lokasi tanam yang tidak terlalu rindang

2. Ketika terjadi insidensi yang tinggi kurangi penggunaan pupuk N

3. Aplikasi fungisida

Sumber: Satyagopa et al. 2015 dan Jana et al. 2017

Page 137: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada SIRIH

131

BUSUK BATANG

Sclerotium rolfsii

Deskripsi Singkat Infeksi biasanya bermula pada pangkal batang. Pangkal batang

mengalami kebusukan dan berwarna coklat hingga kehitaman, ketika

infeksi berlanjut akan tampak miselium berwarna putih yang diikuti

dengan terbentunya seklorotia pada pangkal batang dan permukaan

tanah sekitar lubang tanam. Infeksi pada pangkal batang menyebabkan

kelayuan pada daun dan mengerutnya batang, dan perlahan batang dan

daun akan mengering. Patogen ini juga biasanya menyerang sejak dari

pembibitan. Patogen ini termasuk patogen tular tanah dan dapat

bertahan pada serasah sisa tanaman mati.

Gambar 11 A dan B) Gejala pada batang, C) morfologi koloni pada media agar, D)

gambar mikroskopis miselium patogen

Page 138: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada SIRIH

132

Rekomendasi Pengendalian 1. Pemilihan bibit yang sehat, tanaman yang digunakan sebagai

tetua harus dalam kondisi sehat dan media tumbuhnya

diupayakan dalam kondisi bebas dari inokulum.

2. Penggunaan mulsa, penggunaan mulsa dimaksudkan untuk

mengurangi percikan air, mengingat patogen ini termasuk

patogen tular tanah.

3. Penggunaan pupuk kandang/ kompos matang.

4. Menggunakan pupuk kimia secara berimbang, terutama hindari

penggunaan pupuk N berlebih.

Sumber: Satyagopa et al. 2015

Page 139: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada SIRIH

133

LAYU PEMBULUH

Fusarium oxysporum

Deskripsi Singkat Daun tanaman tampak menguning dan terjadi kelayuan secara bertahap.

Pembuluh pada batang akan menjadi kecoklatan, ketika dipotong

melintang warna coklat akan tampang melingkar sesuai posisi pembuluh.

Klamidospora akan bertahan pada tanah, konidia akan menyebar melalui

aliran irigasi.

Gambar 12 A) gejala awal pada daun, B) gejala saat serangan sudah parah, C)

gejala awal pada tanaman (kanan bergejala, kiri tidak bergejala), D)

gambar mikroskopis

Rekomendasi Pengendalian 1. Pemilihan bibit sehat terhindar dari inokulum tetuanya

Page 140: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada SIRIH

134

2. Sanitasi lingkungan pembersihan serasah dan gulma disekitar

pertanaman

3. Pengaturan jarak tanam

4. Penggunaan pupuk berimbang

5. Aplikasi agens hayati

6. Aplikasi pestisida sintetik jika diperlukan

Sumber: Satyagopa et al. 2015, Poonam et al. 2016

Page 141: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada SIRIH

135

DAFTAR PUSTAKA

Aphis gossypii [diunduh pada: 2020 Juli 13]. Tersedia di:

https://influentialpoints.com/Gallery/Aphis_gossypii_melon_or_cott

on_aphid.htm

BETELVINE :: MAJOR PEST :: SHOOT BUG. [diunduh pada: 2020 Juli 14].

Tersedia di:

http://eagri.org/eagri50/ENTO331/lecture28/betelvine/005.html

Betelvine Bug (Pachypeltis politus & P humerale) [diunduh pada: 2020

Juli 14]. Tersedia di:

http://www.drysrhu.edu.in/crops/betelvine.html

BETELVINE:: MAJOR PEST :: APHID. Tersedia di:

http://eagri.org/eagri50/ENTO331/lecture28/betelvine/001.html

Buckton GB. 1900 Description of a new species of Aleurodes destructive

to betel. Indian Museum Notes 5: 36.

Das BK. 2010. Incidence of Aleurocanthus spp. (Aleyrodidae: Hemiptera)

on betelvine (Piper betle L.) and their interaction with host plants. The

Journal of Plant Protection Sciences. 2(2): 53-59.

Jana H, Basu D, Jana S. 2017. Pesticides use pattern of betelvine growers

in controlling diseases in Midnapur (east) district of West Bengal. Int.

J. of Current Advanced Res. 6(8):5314-5320.

Maiti S, Sen C. 1979. Fungal diseases of betel vine. PANS. 25(2):150-157.

Mollah MMI. 2012. Investigation on the leaf rot and foot and root rot of

betel vine (Piper betle l.) in Satkhira district of Bangladesh. [Thesis].

Dhaka (BD): Bangla Agricultural University.

Poonam C. Singh, D. Shukla, T. Fatima, Nautiyal CS, Johri JK. 2016.

Biological control of Fusarium sp. NBRI-PMSF12 pathogenic to

cultivated betel vine by Bacillus sp. Nbri-W9, a potential biological

control agent. J Plant Growth Regul.

Satyagopal K, Sushil SN, Jeyakumar P, Shankar G, Sharma OP, Sain SK,

Boina DR, Rao NS, Sunanda RS, Asre R et al. 2015. AESA Based IPM

Page 142: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada SIRIH

136

Package for Betel Vine. National Institute of Plant Health

Management, Rajendranagar, Hyderabad –pp 38.

Singhiella citrifolii (cloudy winged whitefly) [diunduh pada: 2020 Juli 14].

Tersedia di: https://www.cabi.org/isc/datasheet/18700

White fly (Dialeurodes pallida) [diunduh pada: 2020 Juli 14]. Tersedia di: http://www.drysrhu.edu.in/crops/betelvine.html

Page 143: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

HAMA & PENYAKIT PINANG

Page 144: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada PINANG

138

DAFTAR ISI

Pinang 141

Hama Pinang 143

Ulat Kantung, Mahasena corbetti, Clana tertia, dan Manatha

albipes

Kumbang Janur, Brontispa longissima

Kumbang Badak, Oryctes rhinoceros

Ulat Bunga Kelapa, Tirathaba rufivena

Uret Putih Kelapa, Leucopholis burmeisteri

Rayap Tanah, Coptotermes curvignathus

144

146

148

150

152

153

Penyakit Pinang 155

Bercak Daun Menguning, Curvularia sp.

Bercak Daun, Pestalotia palmarum

Karat Merah Daun, Cephaleuros sp.

Busuk Akar/Pangkal Batang, Fusarium sp.

Busuk Buah, Phytopthora arecae

Busuk Pucuk, Phytophthora arecae

Daun Menguning, Yellow Leaf Disease

Busuk Pangkal Batang, Ganoderma lucidum

Antraknosa dan Mati Pucuk, Colletotrichum gloesporioides

Bacterial Leaf Stripe, Xanthomonas campestris

156

158

159

160

162

162

165

166

168

169

Daftar Pustaka 170

Page 145: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada PINANG

139

DAFTAR GAMBAR

1 Ulat kantung Mahasena corbetti (a), Clania tertia (b),

Pteroma pendula (c), dan Metisa plana (d)

144

2 Gejala serangan ulat kantung pada daun (a) dan parasitoid

ulat kantung Brachimeria lasus (b)

145

3 Imago (a) dan larva (b) B. longissima (Foto: Mubin 2020) 146

4 Serangan berat oleh B. longisiima 146

5 Imago betina (a) dan jantan (b) O. rhinoceros (CABI) 148

6 Bekas serangan imago O. rhinoceros (pestnet.org) 149

7 Larva (a) dan gejala serangan T. rufivena (b) (Foto: a.

Ditlinbun, b. Balitka-Manado)

150

8 Imago (a) dan larva yang ditemukan di tanah (b) (Sumber:

CABI)

152

9 Rayap tanah C. curvignathus (a) dan gejala seranganya (b)

(Foto: a. doktersawit, b. household)

153

10 A) gejala pada bibit, B) gejala pada daun dewasa, C)

morfologi cendawan pada media agar, D) konidia

Curvularia sp

156

11 A) gejala pada daun B) morfologi cendawan pada media

agar, D) konidia P. palmarum

158

12 A-B) gejala pada daun, C) tanda penyakit pada daun D)

tubuh buah Cephaleuros

160

13 A) gejala pada pohon pinang B) gejala pada daun C)

morfologi cendawan pada media agar, D) konidia dan

miselium Fusarium sp.

159

14 Bagian buah yang bergejala akibat infeksi Phytophthora

arecae

162

15 A-B) bagian pucuk yang bergejala C) morfologi cendawan

pada media agar D) sporangia P. arecae

163

Page 146: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada PINANG

140

16 Gejala daun menguning akibat mikoplasma 165

17 A) Tubuh buah cendawan patogen pada pangkal batang,

B) gejala pada daun, C) tubuh buah Ganoderma lucidum,

D) spora G. lucidum

166

18 A-B) gejala pada daun, C) morfologi cendawan

Colletotrichum gloeosporioides, D) konidia cendawan C.

gloeosporioides

168

19 A-B) gejala pada daun, C) sel bakteri Xanthomonas

campestris D) koloni bakteri pada media agar

169

Page 147: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada PINANG

141

PINANG

Pinang merupakan jenis tumbuhan monokotil yang tergolong palem-

paleman. Pinang masih satu keluarga dengan kelapa dan kelapa sawit

yaitu termasuk ke dalam famili Arecaceae pada ordo Arecales. Pohon ini

merupakan salah satu tanaman dengan nilai ekonomi dan potensi yang

tinggi. Sumba Timur menjadi salah satu wilayah Indonesia yang

memanfaatkan pinang sebagai tradisi budaya yaitu “nyirih” atau

“nginang”. Yaitu aktivitas mengunyah sirih, pinang, kapur, dan gambir.

Pinang menjadi salah satu bahan dalam tradisi tersebut, sehingga

tanaman tersebut mempunyai nilai budaya selain nilai ekonomi. Tradisi

yang senantiasa dijaga menjadikan pinang menjadi tanaman yang harus

dilestarikan dan dirawat. Akan tetapi, beberapa permasalahan seperti

serangan hama dan penyakit pada tanaman pinang selalu ada.

Hama dan penyakit yang umum menyerang tanaman pinang di

antaranya adalah hama ulat kantung (Mahasena corbetti), kumbang

janur (Brontispa longissima), kumbang badak (Oryctes rhinoceros) dsb.

Sedangkan penyakit yang diketahui menyerang pinang diantaranya yaitu

mati pucuk (Colletotrichum gloeosporioides), beberapa jenis bercak daun

dan busuk. Pada Buku Saku ini, hama dan penyakit yang umum dijumpai

pada pinang akan dibahas beserta rekomendasi pengendaliannya.

Page 148: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada PINANG

142

Hama pada Pinang

7. Ulat Kantung, Mahasena corbetti, Clana tertia, dan Manatha albipes

8. Kumbang Janur, Brontispa longissima

9. Kumbang Badak, Oryctes rhinoceros

10. Ulat Bunga Kelapa, Tirathaba rufivena

11. Uret Putih Kelapa, Leucopholis burmeisteri

12. Rayap Tanah, Coptotermes curvignathus

Penyakit pada Pinang

1. Bercak Daun Menguning, Curvularia sp.

2. Bercak Daun, Pestalotia palmarum

3. Karat Merah Daun, Cephaleuros sp. 4. Busuk Akar/Pangkal Batang, Fusarium sp. 5. Busuk Buah dan Pucuk, Phytopthora arecae 6. Daun Menguning, Yellow Leaf Disease 7. Busuk Pangkal Batang, Ganoderma lucidum 8. Antraknosa dan Mati Pucuk, Colletotrichum gloesporioides 9. Bacterial Leaf Stripe, Xanthomonas campestris

Page 149: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada PINANG

143

HAMA PINANG

Page 150: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada PINANG

144

ULAT KANTUNG Mahasena corbetti, Clana tertia, Manatha albipes

(Lepidoptera: Psychidae)

Deskripsi Singkat

Larva berada di dalam sebuah kantung berbentuk kerucut yang

terbuat dari sisa-sisa daun atau ranting kering yang diikat dengan

sutra dari liurnya. Larva akan menyerang daun dengan cara

menggerigiti daun.

Gambar 1 Ulat kantung Mahasena corbetti (a), Clania tertia (b), Pteroma

pendula (c), dan Metisa plana (d) (Foto: doktersawit.com)

Daun akan berlubang-lubang berbentuk bulat dengan gerigitan

yang rapi maupun yang tidak teratur seperti serangan M. corbetti.

Pada populasi yang tinggi, daun akan habis tersisa permukaan daun

a b

c d

Page 151: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada PINANG

145

bagian atas atau bawah dan menyebabkan proses fotosisntesis

akan terganggu.

a

b

Gambar 2 Gejala serangan ulat kantung pada daun (a) dan parasitoid ulat

kantung Brachimeria lasus (b)

Rekomendasi Pengendalian

1. Biologis: pemanfaatan musuh alami predator Sycanus sp.

(Hemiptera: Reduviidae) dan Eocanthecona furcellata

(Hemiptera: Pentatomidae) serta parasitoid ulat

Brachimeria lasus (Hymenoptera: Chalcididae)

2. Mekanik: pemangkasan daun yang terserang oleh ulat

kantung, pemanfaatan perangkap cahaya untuk

menangkap imago jantan dari ulat kantung

3. Kimiawi: dilakukan jika populasi sudah melewati ambang

batas. Aplikasi dapat dilakukan dengan penyemprotan

secara langsung atau injeksi/infus akar. Bahan aktif yang

direkomendasikan yaitu abakmektin,

abakmektin+sipermetrin, deltametrin, diazinon,

kloramtiniliprol dll.

Sumber: doktersawit

Page 152: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada PINANG

146

KUMBANG JANUR

Brontispa longissima (

Coleoptera: Chrysomelidae)

Deskripsi Singkat

Kepala imago berwarna orange cerah dengan warna sayap saparuh

berwarna hitam. Larva berwarna kuning kecoklatan dan tidak aktif

bergerak bahkan cenderung menghindari cahaya. Imago dan larva

ditemukan pada lipatan-lipatan daun pinang. Keduanya (imago dan larva)

lebih menyukai daun yang muda karena lebih mudah diserang. Gejala

serangan awal dari hama ini yaitu daun akan mengering berbentuk spot,

selanjutnya daun akan mengering pada seluruhnya (Gambar 2.2).

Gambar 3 Imago (a) dan larva (b) B. longissima (Foto: Mubin 2020)

Gambar 4 Serangan berat oleh B. longisiima

5 mm 5 mm

a b

Page 153: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada PINANG

147

Rekomendasi Pengendalian

1. Kultur teknis: pemupukan, pengelolaan air, dan sanitasi kebun

untuk menunjang pertumbuhan tanaman sehingga tanaman

tumbuh dengan sehat

2. Biologi: menggunakan musuh alami Tetrastichus brontispae

sebagai parasitoid larva. Parasitoid ini diketahui mampu

membunuh 10% larva instar akhir dan 60-90% pupa

Sumber: (Ditlinbun2013)

Page 154: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada PINANG

148

KUMBANG BADAK

Oryctes rhinoceros

(Coleoptera: Scarabaeidae)

Deskripsi Singkat

Imago atau serangga dewasa yang bersayap hama ini berwarna hitam

dengan tanduk kecil di bagian ujung kepala. Larva atau serangga

pradewasa biasa disebut dengan lundi atau uret yang berwarna putih

krem berbentuk seperti huruf C. Imago akan menyerang daun yang masih

kuncup “janur” dan mengarah ke titik tumbuh. Gejala serangan yang

terlihat ketika daun sudah membuka yaitu daun terlihat seperti bekas

tergunting berbentuk huruf ‘V’. Imago betina akan meletakkan telur di

bahan organic seperti kayu lapuk atau serasah daun.

a

b

Gambar 5 Imago betina (a) dan jantan (b) O. rhinoceros (CABI)

Rekomendasi Pengendalian

1. Fisik: mengurangi kehadiran bahan organik seperti sisa

penebangan tanaman sebelumnya, serasah daun yang

menumpuk di dekat pertanaman,

Page 155: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada PINANG

149

2. Mekanis: mengumpulkan dan memusnahkan larva yang

ditemukan di tumpukan serasah maupun pada kayu lapuk,

3. Biologis: menggunakan virus Baculovirus oryctes dan pembuatan

perangkap dengan cendawan entomopatogen (Metarrhizium

anisopliae)

4. Pemasangan perangkap feromon. Sumber: Ditlinbun (2013)

Gambar 6 Bekas serangan imago O. rhinoceros (pestnet.org)

Page 156: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada PINANG

150

ULAT BUNGA KELAPA

Tirathaba rufivena

(Lepidoptera: Pyralidae)

Deskripsi Singkat

Hama berwarna cokelat terdapat garis memanjang pada bagian

punggung. Pupa terdapat dalam kokon yang terbuat dari benang sutera

kuning. Hama ini diketahui menyerang bunga jantan dan bunga betina

pada seludang yang baru terbuka. Larva lebih memilih bunga muda yang

masih muda karena masih lunak. Bunga yang terserang akan jatuh atau

tidak berkembang menjadi buah (Balitka 1990; Hosang 2010). Selain

bunga, larva juga menyerang buah pinang yang masih kecil (bakal buah)

dan menggerek ke dalam. Serangan hama ini menyebabkan buah muda

gugur. Gejala serangannya berupa bekas gerekan yang ditemukan pada

permukaan buah berupa faeces dan serat tanaman pinang. Untuk

menghindari predator, larva mempunyai perilaku yaitu menutupi bagian

bekas gerekan dan kotoran dengan benang-benang dari saliva larva yang

dihasilkannya.

a

b

Gambar 7 Larva (a) dan gejala serangan T. rufivena (b)

(Foto: a. Ditlinbun, b. Balitka-Manado)

Page 157: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada PINANG

151

Rekomendasi Pengendalian

1. Mekanis: sanitasi dengan mengumpulkan bunga dan buah yang

terserang kemudian membakarnya, memotong mayang dan

membersihkan pangkal daun pinang daru pupa dan larva.

2. Biologis: pemanfaatkan musuh alami seperti lalat Tachinidae

(Argyroplax basifulva), Venturia sp. (Ichneumonidae), Apenteles

tirathabae (Braconidae), Telenemus tirathabae (Scelionidae).

Pengendalian dapat juga dengan menggunakan jamur

entomopatogen seperti jamur Beuveria bassiana dan

Metarhizium anisopliae. Larva juga dapat dikendalikan dengan

nematoda entomopatogen, seperti Steinernema sp. dan

predator sejenis cecopet yaitu Exypnus pulchripenneis yang

memakan ulat (Kalshoven 1981, Rao et al. 1971, Herbison-Evans

dan Crossley 2007).

Sumber: Salim, Ditjenbun (2016)

Page 158: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada PINANG

152

URET PUTIH/ WHITE GRUB Leucopholis burmeisteri

(Coleoptera: Scarabaeidae)

Deskripsi Singkat

Imago berwarna kecoklatan berukuran 2.5-3 cm. Larva berwarna putih

krem dengan kepala berwarna coklat kemerahan. Larva ditemukan di

serasah atau sisa tanaman (batang, pelepah dll) yang membusuk sama

halnya dengan larva kumbang badak. Larva juga seringkali ditemukan

menyerang di perakaran pohon pinang, sedangkan imago menyerang

daun pinang.

a

b

Gambar 8 Imago (a) dan larva yang ditemukan di tanah (b)

(Sumber: CABI)

Rekomendasi Pengendalian

1. Kultur teknis: pemupukan, pengelolaan air, dan sanitasi kebun

untuk menunjang pertumbuhan tanaman sehingga tanaman

tumbuh dengan sehat

2. Mekanis: pengambilan larva secara langsung pada tumpukan

serasah atau batang pohon pinang yang membusuk

3. Monitoring di lapangan

Page 159: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada PINANG

153

RAYAP TANAH Coptotermes curvignathus

(Blattodea: Rhinotermitidae)

Deskripsi Singkat

Rayap ini cukup unik yaitu dicirikan dengan cairan putih susu yang akan

keluar dari ujung kepalanya ketika rayap ini terganggu. Selain spesies

rayap C. curvignathus, juga diketahui rayap Macrotermes gilvus dan

Odontotermes javanicus (Famili Termitidae) menyerang akar dan batang

pinang. Hama ini biasanya mulai menyerang bagian perakaran, kemudian

batang. Rayap memakan seluruh jaringan tanaman karena mengandung

selulosa yang merupakan sumber makanan utamanya. Tanda kehadiran

rayap ini yaitu adanya liang kembara yang terbuat dari tanah, memanjang

sebagai tempat berlindung dari sinar matahari karena sifatnya yang

kriptobiotik (tidak suka cahaya). Gejala serangan yang lebih lanjut yaitu

batang pohon akan keropos karena rayap akan memakan dari dalam.

a

b

Gambar 9 Rayap tanah C. curvignathus (a) dan gejala seranganya (b)

(Foto: a. doktersawit, b. household)

Page 160: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada PINANG

154

Rekomendasi Pengendalian

1. Mekanis: sanitasi dengan membersihkan pelepah pohon/batang

pinang untuk mengurangi infestasi keberadaan rayap serta

monitoring kebun

2. Bongkar pohon yang terserang, karena akan menjadi pusat

sarang dari rayap tersebut

3. Kimiawi: penggunaan termitisida berbahan aktif Hexaflumuron

Page 161: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada PINANG

155

PENYAKIT PINANG

Page 162: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada PINANG

156

BERCAK DAUN MENGUNING

Curvularia sp.

Deskripsi Singkat

Penyebabnya adalah cendawan Curvularia sp. Gejala pada lamina daun,

terlihat bercak-bercak cokelat berdiameter 3 - 10 mm yang dikelilingi halo

berwarna kuning pada tepi bercak. Infeksi lanjut pada persemaian dapat

menyebabkan kematian bibit. Infeksi juga dapat terjadi pada tanaman

dewasa yang dapat menurunkan produksi karena luas daun yang optimal

untuk fotosintesis berkurang.

Gambar 10 A) gejala pada bibit, B) gejala pada daun dewasa, C) morfologi

cendawan pada media agar, D) konidia Curvularia sp

Page 163: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada PINANG

157

Rekomendasi Pengendalian

1. Sanitasi lingkungan terutama pada pembibitan

2. Pemupukan berimbang

3. Menjaga kelembaban mikro lingkungan tanaman

4. Ketika serangan sudah semakin parah, dapat diaplikasikan

pestisida dengan bahan aktif azoksistrobin (azoxystrobin): 200 g/l

difenokonazol (difenoconazole): 125 g/l, klorotalonil

(chlorothalonil): 82.5 %.

Page 164: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada PINANG

158

BERCAK DAUN/LEAF BLIGHT Pestalotia palmarum

Deskripsi Singkat

Gejala penyakit berupa bercak-bercak coklat, dimana bagian tengah

bercaknya berwarna lebih terang dibandingkan tepian bercaknya. Ukuran

bercaknya sedikit lebih besar dari bercak curvularia berkisar antara 0,5 –

1 cm. Gejala bercak coklat tersebut biasanya diikuti dengan halo

berwarna kuning. Ketikan serangan semakin parah tiap-tiap bercak akan

saling menyatu dan menyebabkan daun menjadi kering.

Gambar 11 A) gejala pada daun B) morfologi cendawan pada media agar,

D) konidia P. palmarum

Rekomendasi Pengendalian

1. Pemupukan berimbang dan penambahan pupuk KCl ditingkatkan

2. Penambahan pupuk organik

3. Pemberian pestisida ketika sudah melewati ambang ekonomi

dengan bahan aktif klorotalonil: 75 %

Page 165: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada PINANG

159

KARAT MERAH DAUN

Cephaleuros sp.

Deskripsi Singkat

Penyebabnya adalah Cephaleuros sp. Cendawan ini menginfeksi batang

dan daun. Sehingga terlihat bercak tak beraturan pada bagian batang dan

daun yang berwarna kekuningan. Bagian tubuh buah dari cendawan

tersebut bisa dilihat dengan bantuan kaca pembesar. Patogen ini

penyebaranya akan sangat cepat melalui bantuan angin dan percikan air

hujan.

Gambar 12 A-B) gejala pada daun, C) tanda penyakit pada daun D) tubuh

buah Cephaleuros

Rekomendasi Pengendalian

1. Mengurangi naungan yang terlalu rimbun

2. Pemupukan berimbang

3. Pemberian bahan organik

Page 166: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada PINANG

160

BUSUK AKAR/PANGKAL BATANG

Fusarium sp.

Deskripsi Singkat

Penyebabnya adalah cendawan Fusarium sp. Penyakit ini biasanya

terlihat di pembibitan dengan sistem drainase jelek. Serangan cendawan

ini mengakibatkan tanaman layu yang diawali dengan menguningnya

daun bagian bawah. Ketika infeksi berlanjut daun akan mengering secara

keseluruhan dan tanaman akan mati. Ketika pohon ditebang akan tampak

kerusakan pada pembuluh dengan menunjukan warna cokelat.

Gambar 13 A) gejala pada pohon pinang B) gejala pada daun C) morfologi

cendawan pada media agar, D) konidia dan miselium Fusarium sp.

Rekomendasi Pengendalian

1. Bibit atau tanaman yang terserang dicabut dan dibakar.

Page 167: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada PINANG

161

2. Tanah atau lubang bekas tanaman dicampur kapur dan dibiarkan

terkena sinar matahari.

3. Membuat selokan drainase dan mengatur naungan di

pembibitan perlu dilakukan untuk mengurangi kelembaban.

4. Pemberian agens hayati seperti Trichoderma spp.

5. Aplikasi fungisida jika diperlukan dengan bahan aktif

azoksistrobin (azoxystrobin): 250 g/l, mankozeb (mancozeb):

80%, tembaga oksiklorida (copper oxychloride): 85%.

Page 168: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada PINANG

162

BUSUK BUAH Phytopthora arecae

Deskripsi Singkat

Penyebabnya adalah Phytophthora arecae. Gejala bercak basah

terlihat pada permukaan buah dekat kelopak bunga (perianth).

Bercak ini akan menyebar sehingga warna buah berubah menjadi

hijau tua. Jika bercak mencapai bagian apikal buah akan

menyebabkan buah gugur. Miselium cendawan berwarna putih

akan tumbuh pada permukaan buah terutama ketika buah sudah

jatuh.

Gambar 14 Bagian buah yang bergejala akibat infeksi Phytophthora arecae

Rekomendasi Pengendalian

1. Pengendalian secara kimia dapat dilakukan dengan fungisida copper oxychloride

2. Fitosanitasi (pembersihan) kebun. 3. Pemupukan berimbang 4. Menjaga kelembaban kebun dengan rutin memangkas naungan.

Page 169: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada PINANG

163

BUSUK PUCUK Phytophthora arecae

Deskripsi Singkat

Penyebabnya sama dengan penyakit busuk buah, yaitu P. Arecae. Bagian

yang diserang adalah pangkal spindle. Bagian yang terinfeksi berat

warnanya berangsur menjadi kuning coklat, pucuk membusuk dengan

bau khas. Bagian terinfeksi akan berwarna cokelat dan menjadi sedikit

lunak.

Gambar 15 A-B) bagian pucuk yang bergejala C) morfologi cendawan pada

media agar D) sporangia P. arecae

Rekomendasi Pengendalian

1. Pembersihan lokasi pertanaman dari tanaman terserang akan mencegah penyebaran penyakit.

2. Membuang dan atau membakar bagian tanaman yang terserang 3. Melakukan pemupukan berimbang

Page 170: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada PINANG

164

4. Memberikan pestisida kimia berbahan aktif difenokonazol: 250 g/l

Page 171: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada PINANG

165

DAUN MENGUNING Yellow Leaf Disease

Deskripsi Singkat

Penyebabnya adalah Mycoplasm Like Organism (MLO). Daun yang

terserang memperlihatkan warna kekuningan dan terdapat garis-garis

nekrotik) pada lamina daun. Pertumbuhan daun akan mengecil sehingga

produksi buah menurun. Daging buah berwarna kehitaman.

Gambar 16 Gejala daun menguning akibat mikoplasma

Rekomendasi Pengendalian

1. Pengendalian dengan cara terpadu dengan pemupukan, 2. Penggunaan fungisida 2 g phorate granula per pohon 3. Fitosanitasi.

Page 172: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada PINANG

166

BUSUK PANGKAL BATANG Ganoderma lucidum

Deskripsi Singkat

Penyebabnya adalah Ganoderma lucidum. Munculnya penyakit ini karena

kurang pemeliharaan kebun, dan drainase jelek. Tanaman yang terserang

menunjukkan gejala kekeringan yaitu daun menguning, terkulai dan

akhirnya patah. Infeksi lanjut ditunjukkan oleh gejala batang terlihat

bercak coklat tidak beraturan dan mengeluarkan cairan, dan selanjutnya

akar tanaman akan membusuk.

Gambar 17 A) Tubuh buah cendawan patogen pada pangkal batang, B) gejala

pada daun, C) tubuh buah Ganoderma lucidum, D) spora G. lucidum

Rekomendasi Pengendalian

1. Untuk menghindari penyakit tersebut perlu pengaturan sistem drainase, dan kebersihan kebun.

Page 173: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada PINANG

167

2. Beberapa mikroorganisme antagonis seperti Trichoderma spp., Streptomyces sp. dapat menjadi agen hayati pengendalian penyakit ini.

Page 174: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada PINANG

168

ANTRAKNOSA DAN MATI PUCUK Colletotrichum gloesporioides

Deskripsi Singkat

Penyebabnya adalah Colletotrichum gloeosporioides. Gejalanya yaitu

bercak cokelat pada daun yang diikuti halo kuning. Kemudian gejala pada

ucuk terlihat tulang daun menguning mulai ujung daun sampai ke arah

pangkal.

Gambar 18 A-B) gejala pada daun, C) morfologi cendawan Colletotrichum

gloeosporioides, D) konidia cendawan C. gloeosporioides

Rekomendasi Pengendalian

1. Pengendalian dapat dilakukan dengan fungisida Dithane 4 g/l air 2. Sanitasi lingkungan 3. Pemupukan berimbang terutama penambahan pupuk K

Page 175: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada PINANG

169

BACTERIAL LEAF STRIPE Xanthomonas campestris

Deskripsi Singkat

Penyebabnya adalah bakteri Xanthomonas campestris pv. Arecae

yang ditunjukkan dengan gejala daun terlihat bercak bercak selebar

0.5-1.0 cm. Permukaan bagian bawah daun ditutupi oleh bakteri.

Daun yang terserang menimbulkan bercak yang tidak teratur

berwarna putih keabuan atau kekuningan.

Gambar 19 A-B) gejala pada daun, C) sel bakteri Xanthomonas campestris

D) koloni bakteri pada media agar

Rekomendasi Pengendalian

1. Penyemprotan dengan antibiotik tetracyclin 1 g/2 L air yang dilakukan setiap 2 minggu.

2. Sanitasi lingkungan 3. Pemupukan berimbang 4. Menjaga kelembaban kebun

Page 176: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada PINANG

170

DAFTAR PUSTAKA

Bavappa KVA. 1992. Arecanut Yellow Leaf Disease. Kerala (IN): Central

Plantation Crops Research Institute.

[CABI] Leucopholis lepidophora (Areca white grub).

https://www.cabi.org/isc/datasheet/30024

[CABI]. Oryctes rhinoceros. https://www.cabi.org/isc/datasheet/37974

Ditjenbun [Direktorat Jenderal Perkebunan RI]. 2013. Buku Saku: Hama

dan Penyakit Tanaman Kelapa. Direktorat Perlindungan

Perkebunan, Kementerian Pertanian RI.

Ditjenbun [Direktorat Jenderal Perkebunan RI]. 2016. Tirathaba rufivena

(diunduh pada: 2020 Juni 04]. Tersedia di:

http://sinta.ditjenbun.pertanian.go.id/tirathaba-rufivena/

Dokter Sawit. Hama ulat kantung [diunduh pada: 2020 Juli 04]. Tersedia

di: https://www.doktersawit.com/hama-ulat-kantong/

Dokter Sawit. Rayap Coptotermes curvignathus [diunduh pada: 2020 Juli

04]. Tersedia di: https://www.doktersawit.com/rayap-tanda-

serangan/

Herbison-Evans, Don and Stella Crossley. 2007. Tirathaba rufivena

(Walker, 1864) Greater Coconut Spike Moth (one synonym:

Melissoblaptes rufovenalis Snellen, 1880) Gallerinaei, Pyralidae.

Hosang, MLA., 2010. Serangan Hama Bunga Kelapa Tirathaba rufivena

Walker (Lepidoptera: Pyralidae) pada Tanaman Kelapa Genjah

Salak di Kebun Percobaan Kima Atas.Buletin Palma. 39: 172 – 180.

Kalshoven LGE. 1981. The Pest of Crops in Indonesia. PT Ichtiar Baru Va

Hoeve, Jakarta. 701pp.

Peter KV. 2014. Integrated plant protection: arecanut [Internet].

[Diunduh 2020 Mei 7]. Tersedia pada:

http://megapib.nic.in/ipmarecanut.htm

Page 177: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada PINANG

171

Rao VP, Ghani MA, Sauharan T and Mathur KC. 1971. A review of the

biological control of insects and other pests in South-East Asia and

Soebandrijo. 1982. Hama Tirathaba sp. di kebun induk kelapa

hibrida Pakuwon. Pembr. Litri. 7(40): 21-31

Salim. Hama-hama yang menyerang bunga dan buah kelapa (Cocos

nucifera L.) serta pengendaliannya. Balai Penelitian Tanaman

Palma.

Satyagopal IAS. 2014. AESA based IPM package: arecanut [Internet].

[Diunduh 2020 Mei 7]. Tersedia pada:

https://niphm.gov.in/IPMPackages/ Arecanut.pdf

TNAU Agritech Portal Crop Protection. 2015. Arecanut diseases

[Internet]. [Diunduh 2020 Mei 07]. Tersedia pada:

http://agritech.tnau.ac.in

/crop_protection/crop_prot_crop%20diseases_plantation_arecan

ut.html

Page 178: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Hama dan Penyakit pada PINANG

172

Page 179: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Biografi Penulis

173

BIOGRAFI PENULIS

Page 180: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Biografi Penulis

174

NADZIRUM MUBIN. Penulis merupakan

anak ke-6 dari 7 bersaudara. Lahir di Pati pada 14

April 1991. Penulis lulus dari SMA N 01 Pati pada

tahun 2009 dan pada tahun yang sama diterima

masuk ke IPB melalui jalur USMI-IPB dengan

jurusan Proteksi Tanaman. Sebelum lulus program

Sarjana, penulis mendapatkan kesempatan

mengikuti beasiswa FastTrack (S1-S2) pada tahun 2012 dan lulus

program Sarjana pada tahun 2013 dan program Magister 2014. Penulis

merupakan dosen di Departemen Proteksi Tanaman – IPB University

dengan bidang keahlian Entomologi. Penulis juga aktif mengikuti

kelembagaan seperti Perhimpunan Entomologi Indonesia (Sekretaris

Pusat 2019-2024) dan anggota ISSAAS (International Society for

Southeast Asian Agricultural Sciences) chapter Indonesia.

Page 181: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Biografi Penulis

175

HAGIA SOPHIA KHAIRANI. Penulis

dilahirkan di Kisaran, 24 November 1992. Penulis

menempuh pendidikan di SD Diponegoro Kisaran,

SMP Negeri 1 Kisaran, dan SMA Plus Al-Azhar

Medan. Penulis menempuh pendidikan sarjana di

Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas

Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada tahun

2010-2014 melalui jalur undangan seleksi masuk

IPB (USMI) dan melanjutkan pendidikan pascasarjana di Program Studi

Fitopatologi, Insitut Pertanian Bogor pada tahun 2014-2017. Sejak tahun

2019, penulis tercatat sebagai staf dosen pada Departemen Proteksi

Tanaman IPB dengan bidang keahlian Fitopatologi. Penulis aktif di

berbagai kegiatan penelitian dan pengabdian pada masyarakat. Penulis

juga tergabung dalam organisasi profesi seperti Perhimpunan

Fitopatologi Indonesia dan Mikoina (Perhimpunan Peminat Ilmu

Mikologi di Indonesia).

Page 182: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Biografi Penulis

176

HERMANU TRIWIDODO. Penulis lahir di

Tulungagung pada 27 Januari 1957. Penulis lulus

dari Sekolah Menengah Atas Negeri 03 Malang

tahun 1975. Penulis menempuh pendidikan di

Fakultas Pertanian IPB bidang keahlian proteksi

tanaman, lulus tahun 1980. Penulis juga

menempuh pendidikan di Master of science

University of Wisconsin, Madison, USA bidang keahlian Entomologi lulus

tahun 1998. Master of Science University of Wisconsin, Madison, USA

bidang keahlian Biometrika lulus tahun 1993.Doctor of Philosophy

University of Wisconsin, Madison, USA bidang keahlian Entomologi lulus

tahun 1993. Setelah menyelesaikan study di USA, Penulis kembali ke

tanah air dan Penulis sekarang merupakan staf pengajar dari

Departemen Proteksi Tanaman – IPB University (dulunya Jurusan Hama

Penyakit Tanaman) dengan bidang keahlian Entomologi dan Biometrika

dalam Proteksi Tanaman. Disamping itu Penulis menjadi kepala Pusat

Tani Center di IPB University. Penulis juga sebagai Ketua Program Studi

S2 Pengendalian Hama Terpadu, Sekolah Pasca Sarjana IPB, 2017 –

Sekarang. Penulis juga menempati jabatan sebagai Staf Ahli Dewan

Pertimbangan Presiden, 2015-sekarang. Penulis juga Anggota Komisi

Pengabdian Masyarakat LPPM IPB, 2016 -sekarang. Selain itu Penulis

sebagai FAO advisor dalam Pengembangan Pengendalian Hama Terpadu

(PHT) di Indonesia. Jakarta. 2013. Environment Advisor, pada Farmer

Empowerment Through Agriculture Technology Information (FEATI).

Departemen Pertanian. Jakarta. 2012-2013. Penulis juga sebagai

Anggota tim peneliti studi partisipasi publik dalam perumusan kebijakan

bioteknologi di Indonesia. Kerjasama Yayasan KEHATI, World Resource

Institute dan Pusat Kajian PHT. Tahun 2004 Penulis aktif di Klinik

Tanaman IPB, IPPHTI, dan Yayasan Tunas Tani Mandiri dan juga sebagai

Ketua umum Gerakan Petani Nusantara, 2016-sekarang.

Page 183: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Biografi Penulis

177

Dominggus Bandi. Lahir di Kelurahan

Kuanino – Kota Kupang – Provinsi Nusa Tenggara Timur pada tanggal, 7 Januari 1968 dari orang tua Petrus Bandi dan Hendrina Bandi – Mbuik. Domi begitulah sapaan kesehariaanya, dilahirkan sebagai sebagai putera ke 3 dari 11 bersaudara, dan dalam menjalani hidupnya lebih memilih untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil. Untuk meraih pilihan itu, Ia memulainya dengan

setamat Sekolah Menengah Atas, melanjutkan studinya di Lembaga Akademi Pemerintahan Dalam Negeri Kupang. Lembaga ini memfokuskan diri pada mendidik para calon pamong praja muda yang alumninya langsung diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil. Pendidikan yang digelutinya di Akademi Pemerintahan Dalam Negeri Kupang tersebut mengantarnya untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil pada tahun 1989 dan memulainya kariernya sebagai Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Sumba Timur sejak tahun 1991. Pada Tahun 1992, ia melanjutkan studi Strata – 1 di Institut Ilmu Pemerintahan (IIP) Departemen Dalam Negeri di Jakarta, tamat Tahun 2005 dan strata – 2nya di Lembaga yang sama pada tahun 1999 dan tamat tahun 2001.

Setelah tamat IIP, pada tahun 1996, Domi dipercaya sebagai

Kepala Sub Bagian Pendapatan dan Kekayaan Desa pada Bagian

Pemerintahan Desa Sekretariat Daerah Kabupaten Sumba Timur.

Kemudian setelah kembali dari studi magisternya dipercaya lagi menjadi

Kepala Sub Bagian Otonomi Daerah Pada Bagian Pemerintahan

Sekretariat Daerah Kabupaten Sumba Timur Tahun 2002. Kariernya

sebagai birokrasi semakin meningkat ketika pada tahun 2005 diangkat

menjadi Camat Rindi selama 1 Tahun saja dan setelah itu kembali

ditugaskan sebagai Kepala Bagian Pemerintahan pada Sekretariat

Daerah Kabupaten Sumba Timur. Jabatan ini dijalaninya selama kurang

lebih 6 tahun dan selanjutnya pada tahun 2011 diangkat menjadi Kepala

Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Sumba Timur hingga

Page 184: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Biografi Penulis

178

tahun 2016, dan sejak 30 Desember 2016 dipercaya untuk mengemban

tugas sebagai Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah

Kabupaten Sumba Timur sampai dengan sekarang.

Page 185: Hama danPenyakit pada JAMBU METE

Biografi Penulis

179

nn


Top Related