Download - Hari Asma Sedunia
-
8/17/2019 Hari Asma Sedunia
1/14
-
8/17/2019 Hari Asma Sedunia
2/14
ringan dan tidak mengganggu aktivitas, akan tetapi dapat bersifat menetap dan mengganggu
aktivitas bahkan kegiatan harian. Produktivitas menurun akibat mangkir kerja atau sekolah,
dan dapat menimbulkan disability (kecacatan), sehingga menambah penurunan produktivitas
serta menurunkan kualitas hidup.
Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan banyak sel
dan elemennya. Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan hiperesponsif jalan napas yang
menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat dan
batuk-batuk terutama malam dan atau dini hari. Episodik tersebut berhubungan dengan
obstruksi jalan napas yang luas, bervariasi dan seringkali bersifat reversibel dengan atau
tanpa pengobatan.
Kemajuan ilmu dan teknologi di belahan dunia ini tidak sepenuhnya diikuti dengan
kemajuan penatalaksanaan asma, hal itu tampak dari data berbagai negara yang menunjukkan
peningkatan kunjungan ke darurat gawat, rawat inap, kesakitan dan bahkan kematian karena
asma. Berbagai argumentasi diketengahkan seperti perbaikan kolektif data, perbaikan
diagnosis dan deteksi perburukan dan sebagainya. Akan tetapi juga disadari masih banyak
permasalahan akibat keterlambatan penanganan baik karena penderita maupun dokter
(medis). Kesepakatan bagaimana menangani asma dengan benar yang dilakukan oleh
National Institute of Heallth National Heart, Lung and Blood Institute (NHLBI) bekerja sama
dengan World Health Organization (WHO) bertujuan memberikan petunjuk bagi para dokter
dan tenaga kesehatan untuk melakukan penatalaksanaan asma yang optimal sehingga
menurunkan angka kesakitan dan kematian asma. Petunjuk penatalaksanaan yang telah dibuat
dianjurkan dipakai di seluruh dunia disesuaikan dengan kondisi dan permasalahan negara
masing-masing. Merujuk kepada pedoman tersebut, disusun pedoman penanggulangan asma
di Indonesia. Diharapkan dengan mengikuti petunjuk ini dokter dapat menatalaksana asma
dengan tepat dan benar, baik yang bekerja di layanan kesehatan dengan fasilitas minimal di
daerah perifer, maupun di rumah sakit dengan fasilitas lengkap di pusat-pusat kota.
Penyebab
Risiko berkembangnya asma merupakan interaksi antara faktor pejamu (host factor)
dan faktor lingkungan. Faktor pejamu disini termasuk predisposisi genetik yang
mempengaruhi untuk berkembangnya asma, yaitu genetik asma, alergik (atopi), hipereaktiviti
-
8/17/2019 Hari Asma Sedunia
3/14
bronkus, jenis kelamin dan ras. Faktor lingkungan mempengaruhi individu dengan
kecenderungan/ predisposisi asma untuk berkembang menjadi asma, menyebabkan terjadinya
eksaserbasi dan atau menyebabkan gejala-gejala asma menetap. Termasuk dalam faktor
lingkungan yaitu alergen, sensitisasi lingkungan kerja, asap rokok, polusi udara, infeksi
pernapasan (virus), diet, status sosioekonomi dan besarnya keluarga.
Asma adalah penyakit yang diturunkan telah terbukti dari berbagai penelitian.
Predisposisi genetik untuk berkembangnya asma memberikan bakat/ kecenderungan untuk
terjadinya asma. Fenotip yang berkaitan dengan asma, dikaitkan dengan ukuran subjektif
(gejala) dan objektif (hipereaktiviti bronkus, kadar IgE serum) dan atau keduanya. Karena
kompleksnya gambaran klinis asma, maka dasar genetik asma dipelajari dan diteliti melalui
fenotip-fenotip perantara yang dapat diukur secara objektif seperti hipereaktiviti bronkus,
alergik/ atopi, walau disadari kondisi tersebut tidak khusus untuk asma.
Gejala
Bersifat episodik, seringkali reversibel dengan atau tanpa pengobatan
Gejala berupa batuk , sesak napas, rasa berat di dada dan berdahak
Gejala timbul/ memburuk terutama malam/ dini hari
Diawali oleh faktor pencetus yang bersifat individu
Respons terhadap pemberian bronkodilator
Tujuan Penatalaksanaan
Meskipun asma tidak dapat disembuhkan, manajemen yang tepat dapat
mengendalikan penyakit ini dan memungkinkan orang untuk menikmati kualitas hidup yang
baik. obat jangka pendek yang digunakan untuk meredakan gejala. Obat-obatan seperti
steroid inhalasi jangka panjang diperlukan untuk mengontrol perkembangan asma berat.
Orang-orang dengan gejala persisten harus minum obat jangka panjang setiap hari
untuk mengontrol peradangan yang mendasari dan mencegah gejala dan eksaserbasi. akses
terhadap obat-obatan adalah salah satu alasan penting untuk mengontrol asma.
-
8/17/2019 Hari Asma Sedunia
4/14
Obat bukan satu-satunya cara untuk mengontrol asma. Hal ini juga penting untuk
menghindari pemicu asma - rangsangan yang mengiritasi dan mengobarkan saluran udara.
Dengan dukungan medis, setiap pasien asma harus belajar apa yang memicu dia harus
menghindari.Tujuan utama penatalaksanaan asma adalah meningkatkan dan mempertahankan
kualitas hidup agar penderita asma dapat hidup normal tanpa hambatan dalam melakukan
aktivitas sehari-hari.
Tujuan penatalaksanaan asma:
1. Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma
2.
Mencegah eksaserbasi akut
3. Meningkatkan dan mempertahankan faal paru seoptimal mungkin
4. Mengupayakan aktiviti normal termasuk exercise
5. Menghindari efek samping obat
6. Mencegah terjadi keterbatasan aliran udara (airflow limitation) ireversibel
7. Mencegah kematian karena asma
Program penatalaksanaan asma, yang meliputi 7 komponen :
1.
Edukasi
2.
Menilai dan monitor berat asma secara berkala
3. Identifikasi dan mengendalikan faktor pencetus
4. Merencanakan dan memberikan pengobatan jangka panjang
5. Menetapkan pengobatan pada serangan akut
6. Kontrol secara teratur
7.
Pola hidup sehat
Pencegahan
Pencegahan meliputi pencegahan primer yaitu mencegah tersensitisasi dengan bahan
yang menyebabkan asma, pencegahan sekunder adalah mencegah yang sudah tersensitisasi
untuk tidak berkembang menjadi asma; dan pencegahan tersier adalah mencegah agar tidak
terjadi serangan / bermanifestasi klinis asma pada penderita yang sudah menderita asma.
-
8/17/2019 Hari Asma Sedunia
5/14
Pencegahan Primer
Perkembangan respons imun jelas menunjukkan bahwa periode prenatal dan perinatal
merupakan periode untuk diintervensi dalam melakukan pencegahan primer penyakit asma.
Banyak faktor terlibat dalam meningkatkan atau menurunkan sensitisasi alergen pada fetus,
tetapi pengaruh faktor-faktor tersebut sangat kompleks dan bervariasi dengan usia gestasi,
sehingga pencegahan primer waktu ini adalah belum mungkin. Walau penelitian ke arah itu
terus berlangsung dan menjanjikan.
Periode prenatal . Penelitian menunjukkan menghindari makanan yang bersifat
alergen pada ibu hamil dengan risiko tinggi, tidak mengurangi risiko melahirkan bayi atopi,
bahkan makanan tersebut menimbulkan efek yang tidak diharapkan pada nutrisi ibu dan
fetus. Saat ini, belum ada pencegahan primer yang dapat direkomendasikan untuk dilakukan.
Periode postnatal . Berbagai upaya menghindari alergen sedini mungkin dilakukan
terutama difokuskan pada makanan bayi seperti menghindari protein susu sapi, telur, ikan,
kacang-kacangan. Sebagian besar studi menunjukkan mengenai hal tersebut, menunjukkan
hasil yang inkonklusif (tidak dapat ditarik kesimpulan). Dua studi dengan tindak lanjut yang
paling lama menunjukkan efek transien dari menghindari makanan berpotensi alergen dengan
dermatitis atopik. Dan tindak lanjut lanjutan menunjukkan berkurangnya bahkan hampir tidakada efek pada manifestasi alergik saluran napas, sehingga disimpulkan bahwa upaya
menghindari alergen makanan sedini mungkin pada bayi tidak didukung oleh hasil. Bahkan
perlu dipikirkan memanipulasi dini makanan berisiko menimbulkan gangguan tumbuh
kembang.
Asap rokok lingkungan (Enviromental tobacco smoke/ ETS). Berbagai studi dan data
menunjukkan bahwa ibu perokok berdampak pada kesakitan saluran napas bawah pada
anaknya sampai dengan usia 3 tahun, walau sulit untuk membedakan kontribusi tersebut pada
periode prenatal atau postnatal. Berbagai studi menunjukkan bahwa ibu merokok selama
kehamilan akan mempengaruhi perkembangan paru anak, dan bayi dari ibu perokok, 4 kali
lebih sering mendapatkan gangguan mengi dalam tahun pertama kehidupannya.Sedangkan
hanya sedikit bukti yang mendapatkan bahwa ibu yang merokok selama kehamilan berefek
pada sensitisasi alergen. Sehingga disimpulkan merokok dalam kehamilan berdampak pada
perkembangan paru, meningkatkan frekuensi gangguan mengi nonalergi pada bayi, tetapi
mempunyai peran kecil pada terjadinya asma alergi di kemudian hari. Sehingga jelas bahwa
-
8/17/2019 Hari Asma Sedunia
6/14
pajanan asap rokok lingkungan baik periode prenatal maupun postnatal (perokok pasif)
mempengaruhi timbulnya gangguan/ penyakit dengan mengi.
Pencegahan Sekunder
Sebagaimana di jelaskan di atas bahwa pencegahan sekunder mencegah yang sudah
tersensitisasi untuk tidak berkembang menjadi asma. Studi terbaru mengenai pemberian
antihitamin H-1 dalam menurunkan onset mengi pada penderita anak dermatitis atopik. Studi
lain yang sedang berlangsung, mengenai peran imunoterapi dengan alergen spesifik untuk
menurunkan onset asma.
Pengamatan pada asma kerja menunjukkan bahwa menghentikan pajanan alergen
sedini mungkin pada penderita yang sudah terlanjur tersensitisasi dan sudah dengan gejala
asma, adalah lebih menghasilkan pengurangan /resolusi total dari gejala daripada jika pajanan
terus berlangsung.
Pencegahan Tersier
Sudah asma tetapi mencegah terjadinya serangan yang dapat ditimbulkan oleh
berbagai jenis pencetus. Sehingga menghindari pajanan pencetus akan memperbaiki kondisi
asma dan menurunkan kebutuhan medikasi/ obat.
Mengontrol alergen di dalam dan di luar ruangan
1.
Debu Rumah
Cuci sarung bantal, guling, sprei, selimut dengan air panas (55-60oC) paling lama
1 minggu sekali
Ganti karpet dengan linoleum atau lantai kayu
Ganti furnitur berlapis kain dengan berlapis kulit
Bila gunakan pembersih vakum, pakailah filter HEPA dan kantung debu 2
rangkap
Cuci dengan air panas segala mainan kain
2. Serpihan kulit (Alergen binatang)
Pindahkan binatang peliharaan dari dalam rumah, atau paling tidak dari kamar
tidur dan ruang utama.
-
8/17/2019 Hari Asma Sedunia
7/14
-
8/17/2019 Hari Asma Sedunia
8/14
Kondisi Asma di Indonesia
Prevalensi asma di dunia saat ini meningkat, termasuk di Indonesia. Salah satu faktor
penyebab adalah polusi udara di perkotaan dan belakangan diperparah dengan polusi dari
kabut asap akibat kebakaran hutan dalam skala luas serta jangka waktu yang lama.
Kondisi ini mengakibatkan meningkatnya serangan asma akut dari stadium ringan
hingga yang dapat mengancam jiwa atau mengakibatkan kematian.
Spesialis patologi klinik, Prof. dr. Hadiarto Mangunnegoro sekaligus pemrakarsa dan
Direktur Asthma-COPD Center mengatakan, asma merupakan penyakit yang sudah lama
dikenal oleh masyarakat dunia, termasuk di Indonesia. Di Indonesia prevalensi asma belum
diketahui secara pasti, namun diperkirakan 2-5 % penduduk Indonesia menderita asma.
Riskesdas tahun 2013 menyebutkan prevalensi asma di Indonesia mencapai 4,5
persen. Lancet (Sept 2015) menemukan saat ini sekitar 334 juta penduduk dunia menderita
asma.
Asma seringkali tidak terdeteksi atau terdiagnosa sehingga penyakit ini tidak
tertangani dengan baik. Hal ini terjadi akibat minimnya pengetahuan masyarakat dan tenaga
kesehatan mengenai asma, serta kurangnya sarana diagnosis untuk menegakkan penyakit ini
di fasilitas kesehatan. Misalnya tata laksana yang benar dalam uji paru dan tes diagnostik
lainnya.
Menurut RKD, asma di Indonesia dapat dilihat dari data RKD 2007 (unit analisis
yang digunakan adalah Rumah Tangga (RT) beserta Anggota RT (ART)), dan RKD 2013
(unit analisisnya adalah Individu).
Gambaran Distribusi RT BEBAS Asma (artinya: di dalam RT tidak satupun ART
yang menderita Asma) dapat dilihat pada gambar di bawah:
-
8/17/2019 Hari Asma Sedunia
9/14
-
8/17/2019 Hari Asma Sedunia
10/14
Fun Fact tentang Asma
WHO memperkirakan bahwa 235 juta orang saat ini menderita asma. Asma adalah
penyakit tidak menular yang paling umum di pada anak-anak.
Asma adalah masalah kesehatan masyarakat tidak hanya untuk negara-negara
berpenghasilan tinggi; itu terjadi di semua negara terlepas dari tingkat
perkembangannya. Sebagian besar kematian terkait asma terjadi di negara
berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah, termasuk Indonesia.
Faktor risiko terkuat terjadinya asma adalah zat yang dihirup dan partikel yang dapat
menimbulkan reaksi alergi atau mengiritasi saluran udara.
Obat dapat mengontrol asma. Menghindari pemicu asma juga dapat mengurangi
keparahan asma.
Manajemen asma yang tepat dapat memungkinkan orang untuk menikmati kualitas
hidupnya menjadi lebih baik.
Kematian asma akan meningkat dalam 10 tahun ke depan jika tindakan pengobatan
tidak diambil. Asma tidak bisa disembuhkan, tetapi diagnosis yang tepat, pengobatan
dan pendidikan pasien dapat menghasilkan kontrol asma yang baik.
Asma adalah penyakit kronis yang ditandai dengan serangan berulang dari sesak
napas dan mengi, yang bervariasi dalam tingkat keparahan dan frekuensi dari orang
ke orang
Gejala dapat terjadi beberapa kali dalam sehari atau seminggu pada individu yang
terkena. Bagi sebagian orang gejala menjadi lebih buruk selama aktivitas fisik atau di
malam hari. Kegagalan untuk mengenali dan menghindari pemicu yang menyebabkan
saluran udara menyempit dapat mengancam kehidupan dan dapat mengakibatkan
serangan asma, gangguan pernapasan dan bahkan kematian.
Melalui pengobatan yang tepat seperti menggunakan kortikosteroid inhalasi untuk
meringankan peradangan bronkial, jumlah kematian terkait asma dapat dikurangi.
Asma adalah penyakit kronis yang paling umum di antara anak-anak. Tetapi dapat
dikontrol melalui rencana pencegahan dan pengobatan yang berbeda sesuai dengan
gejala individual.
Pemicu asma dapat mencakup udara dingin, rangsangan emosional yang ekstrim
seperti marah atau takut, dan latihan fisik.
-
8/17/2019 Hari Asma Sedunia
11/14
Sumber
Anonim. 2014. Ber Soulmate dengan Asma. Diakses dari http://www.kompasiana.com/de-
be/ber-soulmate-dengan-asma_54f6f4eaa33311470a8b4581
Manafe, Dina. 2015. Dengan Terkontrol, Penderita Asma bisa tetap hidup Berkualitas.
Dalam Suara Pembaruan. Diakses dari
http://www.beritasatu.com/kesehatan/319726-dengan-terkontrol-penderita-asma-
bisa-tetap-hidup-berkualitas.html
PDPI. 2003. Asma “Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia”. Diakses dari
http://www.klikpdpi.com/konsensus/asma/asma.html
Putri, Bella Jufita. 2016. Waspada, Penderita Asma Berisiko Tinggi terkena Herpes. Diakses
dari http://health.liputan6.com/read/2400933/waspada-penderita-asma-berisiko-
tinggi-terkena-herpes
WHO. 2013. Asthma. Diakses dari http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs307/en/
http://www.kompasiana.com/de-be/ber-soulmate-dengan-asma_54f6f4eaa33311470a8b4581http://www.kompasiana.com/de-be/ber-soulmate-dengan-asma_54f6f4eaa33311470a8b4581http://www.beritasatu.com/kesehatan/319726-dengan-terkontrol-penderita-asma-bisa-tetap-hidup-berkualitas.htmlhttp://www.beritasatu.com/kesehatan/319726-dengan-terkontrol-penderita-asma-bisa-tetap-hidup-berkualitas.htmlhttp://www.klikpdpi.com/konsensus/asma/asma.htmlhttp://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs307/en/http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs307/en/http://www.klikpdpi.com/konsensus/asma/asma.htmlhttp://www.beritasatu.com/kesehatan/319726-dengan-terkontrol-penderita-asma-bisa-tetap-hidup-berkualitas.htmlhttp://www.beritasatu.com/kesehatan/319726-dengan-terkontrol-penderita-asma-bisa-tetap-hidup-berkualitas.htmlhttp://www.kompasiana.com/de-be/ber-soulmate-dengan-asma_54f6f4eaa33311470a8b4581http://www.kompasiana.com/de-be/ber-soulmate-dengan-asma_54f6f4eaa33311470a8b4581
-
8/17/2019 Hari Asma Sedunia
12/14
Isu terbaru kesehatan tentang Asma (HOT NEWS)
Asma resiko tinggi penyakit Herpes???
(2 Januari 2016)
Seseorang yang menderita asma memiliki risiko besar terhadap penyakit kulit yaitu
herpes. Di mana keadaaan tubuh seseorang bisa berubah menjadi memerah, terjadi seperti
lepuhan pada kulit yang begitu menyakitkan.
Penelitian terbaru mengungkap, orang dewasa yang memiliki riwayat asma lebih
mungkin berkontraksi dengan virus herpes. Sebanyak 70 persen orang dewasa dengan sejarah
asma mendapatkan virus herpes yang berkembang pada tubuhnya.
Dr. Young Juhn dokter spesialis anak dan asma epidemiologi di Mayo Clinic
Childern's Research Center menerangkan, "Pengaruh asma berisiko terhadap infeksi atau
disfungsi kekebalan tubuh yang berasal dari udara", dikutip dari laman Express UK, Sabtu
(2/1/2016).
Tim peneliti juga menemukan hubungan antara peradangan pada kulit yang
menyebabkan munculnya rasa gatal-gatal sebagai faktor aktifnya virus herpes pada tubuh.
Asma melemahkan kekebalan tubuh dan meninggalkan virus pada tubuh. Dr. Juhn
menambahkan "Asma merupakan faktor risiko yang belum diakui secara positif terhadap
herpes pada orang dewasa. Ada banyak pertimbangan yang perlu diberikan dengan cara
mengimunisasi orang dewasa dengan asma berusia 50 tahun (dan seterusnya) sebagai sasaran
utama untuk melakukan vaksinasi herpes."
Ini bukan penelitian pertama terkait hubungan asma juga kondisi virus herpes,
penelitian serupa pada anak-anak di Olmsted County - Minnesota, juga menyoroti risiko yang
meningkat akibat herpes bagi penderita asma.
-
8/17/2019 Hari Asma Sedunia
13/14
Nanoparti cle bertindak seperti Trojan horse untuk mengobati Asma
(18 April 2016)
Dalam inovasi baru untuk mengobati asma dan alergi, nanopartikel biodegradable
bertindak seperti Trojan horse, bersembunyi dalam kulit dengan baik, untuk meyakinkan
sistem kekebalan tubuh tidak menyerang itu. Akibatnya, reaksi alergi pada saluran udara
dimatikan jangka panjang dan serangan asma dicegah. Teknologi ini dapat diterapkan untuk
alergi makanan dan saat ini juga sedang diuji pada model tikus alergi kacang, mirip dengan
alergi makanan pada manusia.
“Temuan ini aman dan efektif untuk jangka panjang untuk mengobati dan berpotensi
menyembuhkan dengan mengancam pernapasan dan alergi makanan," kata penulis senior
Stephen Miller, Penelitian Profesor Judy Gugenheim Mikrobiologi-Imunologi di
Northwestern University Feinberg School of Medicine. "Nanopartikel ini dapat
menghilangkan kebutuhan untuk digunakan seumur hidup sebagai obat untuk mengobati
alergi pada paru-paru terutama Asma."
-
8/17/2019 Hari Asma Sedunia
14/14