i
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG
KEPRIBADIAN GURU DENGAN AKHLAQUL KARIMAH
SISWA MADRASAH IBTIDAIYYAH MA’ARIF SRATEN
KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG
TAHUN 2014
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
ULFAH MASRUROH
NIM 11508005
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDA’IYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2014
iii
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG
KEPRIBADIAN GURU DENGAN AKHLAQUL KARIMAH
SISWA MADRASAH IBTIDAIYYAH MA’ARIF SRATEN
KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG
TAHUN 2014
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
ULFAH MASRUROH
NIM 11508005
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDA’IYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2014
viii
PERSEMBAHAN
Dengan penuh Cinta skripsi ini penulis persembahkan untuk :
1. Bapak Ibu tercinta (M. Rodli dan Siti Rokhayati) yang tak
putus-putusnya memberikan Cinta, Sayang, dan Doanya
dengan penuh keikhlasan.
2. Adikku tercinta Raukhana Mubarriroh yang telah
memberikan Cinta dan Sayang dan semangatnya untuk
penulis.
3. Eyang uti juga kakung dan keluarga besarku tercinta yg
senantiasa berdoa untuk kesuksesanku.
4. Dia yang telah mencurahkan Cinta dan Sayangnya untuk
diri ini dengan sepenuh hati.
5. Teman-temanku seperjuangan PGMI ‘08 yang telah
dahulu mengibarkan bendera PGMI.
ix
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut asma Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Penyayang
segala puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT, sholawat serta salam
semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW serta keluarga dan
sahabat.
Selanjutnya pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku ketua Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri Salatiga.
2. Suwardi, M.Pd selaku ketua jurusan Tarbiyah dan selaku pembimbing
skripsi.
3. Peni Susapti, M.Si selaku ketua Program Studi Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah.
4. Drs. Abdul Syukur, M.Si selaku pembimbing akademik.
5. Semua Bapak Ibu dosen serta karyawan yang telah memberi bekal dan
pengetahuan serta pelayanan kepada penulis.
6. Keluarga tercinta yang senantiasa mendoakan dan memberikan motivasi
kepada penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.
7. Seluruh sahabat seperjuangan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
angkatan 2008 yang saya sayangi.
8. Kepala Madrasah serta Bapak Ibu Guru MI Ma’arif Sraten.
9. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat
sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari dan mengakui bahwa penulisan skripsi ini masih jauh
dari kesempurnaan, semua itu dikarenakan keterbatasan kemampuan dan
pengetahuan penulis sehingga masih banyak kekurangan yang perlu untuk
diperbaiki dalam skripsi ini.
x
Akhirnya penulis berharap dan berdoa semoga skripsi ini memberikan
sumbangan positif bagi pengembangan dunia pendidikan.
Salatiga, 28 April 2014
Penulis
Ulfah Masruroh
xi
ABSTRAK
Masruroh, Ulfah. 2014. Hubungan Persepsi Siswa Tentang Kepribadian Guru
dengan Akhlaqul Karimah Siswa Madrasah Ibtidaiyyah Ma’arif Sraten
Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2014. Jurusan Tarbiyah.
Program Studi S1 PGMI. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri.
Pembimbing Suwardi, M.Pd.
Kata Kunci : Persepsi Siswa Tentang Kepribadian Guru, Akhlaqul Karimah
Siswa
Penelitian ini membahas hubungan antara persepsi siswa dengan akhlaqul
karimah siswa MI Ma’arif Sraten. Dengan rumusan masalah (1) Bagaimanakah
persepsi siswa tentang kepribadian guru di MI Ma’arif Sraten Kec. Tuntang Kab.
Semarang tahun 2014?, (2) Bagaimanakah akhlaqul karimah siswa MI Ma’arif
Sraten Kec. Tuntang Kab. Semarang tahun 2014?, dan (3) Apakah terdapat
hubungan antara persepsi siswa tentang kepribadian guru dengan akhlaqul
karimah siswa MI Ma’arif Sraten Kec. Tuntang Kab. Semarang tahun 2014?.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode
korelasi. Sampel penelitian berjumlah 29 siswa, yaitu siswa kelas IV, V dan siswa
kelas VI. Instrumen penelitian berupa angket. Teknik pengumpulan data
menggunakan dengan angket dan dokumentasi. Adapun analisis datanya
menggunakan teknik korelasi product moment
Temuan penelitian ini menunjukan bahwa persepsi siswa tentang
kepribadian guru terdapat hubungan yang positif dengan akhlaqul karimah siswa.
Hal tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian yang menunjukan persepsi siswa
tentang kepribadian guru diperolehan jawaban angket untuk kategori tinggi adalah
13 anak (45%), kategori sedang 10 anak (34%), dan kategori rendah 6 anak
(21%). Kemudian dari hasil angket akhlaqul karimah siswa diketahui bahwa untuk
kategori tinggi adalah 12 anak (41%), kategori sedang adalah 9 anak (31%), dan
kategori rendah adalah 8 anak (28%). Kemudian untuk mengetahui hubungan ,
dihitung menggunakan rumus product moment yang diketahui dengan nilai
korelasi 0,491. Selanjutnya untuk membuktikan signifikan atau tidaknya antara
persepsi siswa tentang kepribadian guru dengan akhlaqul karimah siswa MI
Ma’arif Sraten, maka nilai korelasi 0,491 dikonsultasikan dengan r tabel product
moment dengan taraf signifikasi 5% untuk N = 29 adalah 0,367 dan taraf
signifikan 1% untuk N = 29 adalah 0,470 yang mana jika r hitung lebih besar dari
r tabel, maka Ha diterima, dengan demikian korelasi 0.491 itu “Signifikan”.
Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi persepsi
siswa tentang kepribadian guru maka semakin tinggi pula akhlaqul karimah siswa.
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL …………………………………………......
HALAMAN BERLOGO ……………………………………………
HALAMAN JUDUL ………………………………………………..
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ……………
HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………….
HALAMAN MOTTO ……………………………………………….
KATA PENGANTAR ………………………………………………
ABSTRAK …………………………………………………………..
DAFTAR ISI ………………………………………………………..
DAFTAR TABEL …………………………………………………..
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………..
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
x
xi
xii
xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah …………………………….
B. Rumusan Masalah …………………………………..
C. Tujuan Penelitian ……………………………………
D. Hipotesis Penelitian………………………………….
E. Manfaat Penelitian ……………………………….....
F. Definisi Operasional ………………………………..
G. Metode Penelitian …………………………………..
H. Sistematika Penulisan ………………………………
1
4
5
5
6
6
10
14
xiii
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Persepsi Siswa tentang Kepribadian Guru ………
1. Persepsi Siswa ………….………….…………
2. Kepribadian Guru
B. Akhlaqul Karimah Siswa …… ………………….
C. Hubungan Antara Persepsi Siswa tentang
Kepribadian guru dengan Akhlaqul Karimah siswa
……………………………..………….…………
15
15
20
33
37
BAB III HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ……………..
1. MI Ma’arif Sraten ………….………….……...
2. Letak Geografis ………….………….………..
3. Visi dan Misi ………….………….…………...
4. Sarana dan Prasarana ………….………….…...
5. Keadaan Siswa Guru dan Karyawan ………….
B. Penyajian Data ……………………………………
1. Daftar Nama Responden ………….………….
2. Hasil Data Mentah ………….………….……..
39
39
39
40
40
42
44
44
45
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Deskriptif ……………………………….
1. Analisis tentang Persepsi Siswa tentang
Kepribadian Guru ………….………….……..
2. Analisis tentang Akhlaqul Karimah Siswa …...
47
48
53
xiv
B. Analisis Uji Hipotesis ……………………………
C. Analisis Lanjutan ……………………………......
59
62
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………….
B. Saran ………………………………………………...
64
65
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
66
xv
DAFTAR TABEL
1. 3.1 Daftar Bangunan MI Maarif Sraten
2. 3.2 Daftar Peralatan Penunjang Pendidikan MI Maarif Sraten
3. 3.3 Data Jumlah Siswa MI Maarif Sraten
4. 3.4 Daftar Guru MI Maarif Sraten
5. 3.5 Data Nama Responden
6. 3.6 Jawaban Responden terhadap Angket Persepsi Siswa tentang Kepribadian
Guru
7. 3.7 Jawaban Responden tentang Angket Akhlaqul Karimah Siswa
8. 4.1 Skor Jawaban Responden terhadap Angket Persepsi Siswa tentang
Kepribadian Guru
9. 4.2 Hasil Skor Jawaban Responden terhadap Angket Persepsi Siswa tentang
Kepribadian Guru
10. 4.3 Distribusi Frekwensi Jawaban Angket Persepsi Siswa tentang Kepribadian
Guru
11. 4.4 Prosentase mengenai Persepsi Siswa tentang Kepribadian Guru
12. 4.5 Skor Jawaban Angket tentang Akhlaqul Karimah Siswa
13. 4.6 Hasil Skor Jawaban Angket tentang Akhlaqul Karimah Siswa
14. 4.7 Distribusi Frekwensi Jawaban Angket Akhlaqul Karimah Siswa
15. 4.8 Prosentase mengenai Akhlaqul Karimah Siswa
16. 4.9 Tabel Kerja Persiapan Penghitunga Product Moment
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
A. Indikator Angket Persepsi Siswa Tentang Kepribadian Guru Dengan
Akhlaqul Karimah Siswa
B. Angket Persepsi Siswa Tentang Kepribadian Guru
C. Angket Akhlaqul Karimah Siswa
Lampiran 2
A. Surat Keterangan Penelitian
B. Surat Keterangan Pembimbing
C. Surat Keterangan Lembar Konsultasi
D. Daftar Riwayat Hidup
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Guru merupakan komponen yang paling berpengaruh terhadap
proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Dalam hal ini, kepribadian
seorang guru memiliki andil yang sangat besar, khususnya dalam kegiatan
pembelajaran. Kompetensi kepribadian guru berdasarkan Peraturan
Pemerintah nomor 74 tahun 2008 pasal 3 sekurang-kurangnya meliputi
kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi
teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.
Dalam pandangan masyarakat Jawa, guru memiliki posisi yang
sangat terhormat dengan menyebut istilah guru merupakan dengan
perpaduan kata digugu dan ditiru. Kata digugu mengandung makna bahwa
guru adalah sosok manusia yang dapat dipercaya. Sedangkan kata ditiru
mengandung makna bahwa seorang guru adalah manusia yang harus
diikuti, karena guru memiliki kepribadian yang utuh sehingga tingkah
lakunya patut dijadikan panutan bagi peserta didik (Barnawi, 2012: 156).
sebagaimana firman Allah SWT. Dalam surat al-Ahzab ayat 21:
2
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (al-Ahzab 21).
Sebagai teladan bagi peserta didik, seorang guru memang harus
memiliki sikap dan kepribadian yang utuh sehingga dapat dijadikan tokoh
panutan idola. Sedikit saja guru berbuat yang tidak atau kurang baik, maka
secara perlahan akan mengurangi kewibawaannya dan kharisma dari jati
diri (Djamarah, 2010: 41). Mengenai pentingnya kepribadian guru seorang
psikolog terkemuka, Zakiah Daradjat (Syah, 2004: 226) menegaskan
bahwa kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi
pendidik atau pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan
menjadi perusak atau penghancur bagi hari depan anak didik terutama
yang masih kecil (tingkat sekolah dasar) dan mereka yang sedang
mengalami kegoncangan jiwa (tingkat menengah).
Sangat jelas bahwa kepribadian sebenarnya adalah suatu masalah
yang abstrak, siswa dapat melihat dan mempersepsikan kepribadian guru
hanya melalui penampilan, tindakan, ucapan, cara berpakaian serta hal-hal
lain yang dapat ditangkap oleh indera, selanjutnya akan muncul tanggapan
(respon), pendapat dan penilaian terhadap guru tersebut. Sebagaimana
menurut Sarlito Wirawan Sarwono (1998: 49-50) ada beberapa faktor yang
mempengaruhi persepsi, yaitu perhatian, set, sistem nilai, ciri kepribadian.
Di sisi lain kesadaran akhlak/moral pasti ada pada setiap manusia,
meskipun kesadaran ini sangat ditentukan oleh beberapa faktor, seperti:
3
umur, pendidikan, kesadaran beragama, pengalaman, peradaban, dan
lingkungan (Syukur, 2003: 119).
Begitu juga dengan kesadaran ahklak siswa yang tidak lain akan
ditentukan oleh usia, pengalaman dan lingkungan. Sehingga guru sebagai
salah satu lingkungan dan sumber pengalaman bagi siswa harus
memberikan kesan yang baik dalam segala hal agar tercapai tujuan
pendidikan.
Undang-undang R.I tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II
Pasal 3 (2003: 20) menyebutkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah
untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Masih banyak dikalangan orang islam terutama dikalangan pelajar
yang sekarang ini sudah tidak mempunyai akhlak yang baik lagi,
dikarenakan sebab kemajuan zaman dan era globalisasi. Untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut diatas, sebagai
penanggung jawab pendidikan seorang guru harus memiliki kepribadian
yang baik agar siswanya juga berakhlak yang baik, karena guru adalah
contoh bagi anak didiknya.
4
Dari apa yang telah dipaparkan di atas, maka jelaslah bahwa salah
satu tujuan pendidikan yaitu membentuk watak atau akhlak, sedangkan
akhlak siswa ditentukan oleh guru sebagai salah satu lingkungan dan
sumber inspirasi pengalaman. Sehingga kepribadian guru merupakan hal
yang paling berperan dalam rangka pembentukan akhlak siswa.
Setelah penulis mengadakan observasi di Madrasah Ibtidaiyyah
Ma’arif Sraten, penulis menemukan perilaku pengajar disana
mencerminkan pribadi yang baik dan mempunyai dedikasi tinggi. Penulis
juga menemukan siswa MI Ma’arif sraten berperilaku baik, sopan santun
terhadap guru, karyawan, teman dan juga masyarakat sekitar.
Dari uraian yang dijelaskan di atas, maka penulis akan
mengadakan penelitian yang berjudul “HUBUNGAN ANTARA
PERSEPSI SISWA TENTANG KEPRIBADIAN GURU DENGAN
AKHLAQUL KARIMAH SISWA MADRASAH IBTIDAIYYAH
MA’ARIF SRATEN KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN
SEMARANG TAHUN 2014”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dan latar belakang masalah di atas, maka
permasalahan yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah persepsi siswa tentang kepribadian guru di MI Ma’arif
Sraten Kec. Tuntang Kab. Semarang tahun 2014?
5
2. Bagaimanakah akhlaqul karimah siswa MI Ma’arif Sraten Kec. Tuntang
Kab. Semarang tahun 2014?
3. Apakah terdapat hubungan antara persepsi siswa tentang kepribadian
guru dengan akhlaqul karimah siswa MI Ma’arif Sraten Kec. Tuntang
Kab. Semarang tahun 2014?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimanakah persepsi siswa tentang kepribadian
guru di MI Ma’arif Sraten Kec. Tuntang Kab. Semarang tahun 2014.
2. Untuk mengetahui bagaimanakah akhlaqul karimah siswa MI Ma’arif
Sraten Kec. Tuntang Kab. Semarang tahun 2014.
3. Untuk mengetahui besarnya hubungan antara persepsi siswa tentang
kepribadian guru dengan akhlaqul karimah siswa MI Ma’arif Sraten
Kec. Tuntang Kab. Semarang tahun 2014.
D. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara atas rumusan masalah yang
kebenarannya masih di uji/dibuktikan melalui kegiatan peneliti. Adapun
yang menjadi hipotesis dari penelitian ini adalah terdapat hubungan positif
antara persepsi siswa tentang kepribadian guru dengan akhlaqul karimah
siswa MI Ma’arif Sraten Kec. Tuntang Kab. Semarang tahun 2014.
6
E. Manfaat
Penelitian ini diharapkan bisa memberi manfaat baik dari segi
teoritik maupun praktis.
1. Manfaat praktis diharapkan penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak
antara lain:
a. Bagi sekolah
Sebagai bahan dan masukan serta informasi bagi pimpinan dalam
hal pembentukan akhlaq peserta didik melalui peningkatan
kompetensi kepribadian.
b. Bagi peserta didik
Diharapkan peserta didik dapat menjadikan skripsi ini sebagai
wahana informasi dan masukan untuk dapat meneladani
kepribadian guru.
c. Bagi guru
Dapat menjadi guru teladan melalui peningkatan kompetensi
kepribadian sehingga dapat mencapai hasil belajar yang maksimal.
2. Manfaat teoritik
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran
terhadap perkembangan pendidikan khususnya di Madrasah
Ibtidaiyyah.
F. Definisi Operasional
1. Persepsi siswa tentang kepribadian guru
7
Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau
informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi, manusia terus
menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini
dilakukan lewat inderanya, yaitu indera penglihat, pendengar, peraba,
perasa dan pencium (Slameto, 2010:102). Sedangkan siswa adalah
pelajar (Poerwadarminta, 2006: 1134).
Surya (Tohirin, 2006:169) mengatakan, secara umum
kepribadian dapat diartikan sebagai keseluruhan kualitas perilaku yang
merupakan cirinya yang khas dalam berinteraksi dengan
lingkungannya. Kepribadian guru akan menentukan bagi keberkesanan
guru dalam melaksanakan tugasnya. Sedangkan guru adalah orang
yang pekerjaannya mengajar (Poerwadarminta, 2006: 393).
Jadi persepsi siswa yang dimaksud disisni adalah kemampuan
siswa dalam mengemukakan pendapat atau ide dan kemampuan siswa
dalam menilai keseluruhan kualitas perilaku seorang pengajar.
Indikator persepsi siswa tentang kepribadian guru adalah
sebagai berikut:
a. Dapat memberikan penilaian kepada guru yang menghargai
peserta didik tanpa membedakan keyakinan yang dianut,
suku, adat istiadat, daerah asal dan gender.
b. Dapat memberikan penilaian terhadap sikap guru yang
sesuai dengan norma agama yang dianut, hukum dan norma
8
sosial yang berlaku dalam masyarakat, serta kebudayaan
nasional Indonesia yang beragam.
c. Dapat memberikan penilaian terhadap perilaku guru yang
jujur, tegas, dan manusiawi.
d. Dapat memberikan penilaian terhadap perilaku guru yang
mencerminkan ketakwaan dan akhlak mulia.
e. Dapat memberikan penilaian terhadap perilaku guru yang
dapat diteladani oleh peserta didik dan anggota masyarakat
disekitarnya.
f. Dapat memberikan penilaian terhadap penampilan guru
sebagai pribadi yang mantap dan stabil.
g. Dapat memberikan penilaian terhadap penampilan guru
sebagai pribadi yang dewasa, arif, dan berwibawa.
h. Dapat memberikan penilaian kepada guru yang
menunjukkan etos kerja dan tanggung jawab yang tinggi.
i. Dapat memberikan penilaian terhadap guru yang bangga
menjadi guru dan percaya pada diri sendiri
j. Dapat memberikan penilaian terhadap guru yang bekerja
mandiri secara profesional (Lampiran Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007).
9
2. Akhlaqul Karimah siswa
Dalam agama Islam, budi pekerti manusia disebut juga dengan
akhlak. Secara etimologi, kata akhlak sebuah kata yang berasal dari
bahasa Arab Al-Akhlāq. Ia merupakan bentuk jamak dari kata Al-
khuluq yang berarti budi pekerti, tabi’at atau watak (Halim, 2000: 8).
Kata karimah berasal dari fiil madhi karima. Kata karimah adalah
shighot mubalaghoh dari isim fail kārimun yang artinya paling mulia.
Segala perbuatan manusia yang bernilai baik, selanjutnya dinamakan
akhlak terpuji (akhlaqul karimah) (Halim, 2000: 18). Jadi, yang
dimaksud akhlaqul karimah siswa adalah budi pekerti siswa yang baik
atau mulia. Adapun indikator dari akhlaqul karimah siswa yaitu:
a. Akhlaqul karimah kepada Allah
1) Rajin beribadah
2) Senantiasa memujiNya
b. Akhlaqul karimah kepada sesama manusia
1) Berbakti kepada orang tua
2) Menghargai teman
c. Akhlaqul karimah kepada makhluk lain
1) Menyayangi tumbuhan dan alam sekitar
2) Menyayangi binatang
10
G. Metode penelitian
1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kuantitatif dengan metode korelasi, karena penelitian
tersebut akan menghubungkan kedua variabel yaitu persepsi siswa
tentang kepribadian guru (X) dengan akhlaqul karimah siswa (Y).
Lokasi yang dipilih yaitu di MI MA’ARIF SRATEN,
TUNTANG, SEMARANG tahun 2014 dengan dasar bahwa di
sekolah tersebut terdapat sesuatu yang menurut peneliti menarik untuk
di teliti tentang hubungan persepsi siswa tentang kepribadian guru
dengan akhlaqul karimah siswa. Waktu penelitian dilakukan mulai
bulan Januari sampai selesai dalam memperoleh data yang diperlukan.
2. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi penelitian adalah keseluruhan subyek yang akan
diteliti. Subyek penelitian dalam hal ini adalah seluruh siswa
Madrasah ibtidaiyyah Ma’arif Sraten Tuntang Semarang tahun
2014 yang berjumlah 65.
b. Sampel
Dalam penelitian penulis menggunakan teknik sampel
bertujuan atau purposive sample dilakukan dengan cara mengambil
subyek bukan didasarkan strata, rondom, atau daerah, tetapi
11
didasarkan atas adanya tujuan tertentu (Suharsimi Arikunto, 2010:
183).
Penulis mengambil sampel kelas IV, V dan VI dengan
alasan karena siswa pada kelas tersebut sudah dapat memahami
dalam pengisian angket. Apabila diambil pada kelas rendah,
siswanya belum mampu memahaminya. Sampel pada penelitian ini
adalah siswa kelas IV, V, VI MI Ma’arif Sraten Kec. Tuntang Kab.
Semarang Tahun 2014 yang berjumlah 29 siswa.
3. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dipilih peneliti berdasar instrumen
yang dipakai peneliti, yaitu:
a. Metode Kuesioner atau Angket
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner
merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu
dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang
diharapkan dari responden (Sugiyono, 2011:142)
b. Metode Dokumentasi
Dalam pelaksanaanya yaitu meneliti benda-benda tertulis
seperti buku, majalah dan berbagai catatan. Metode ini digunakan
untuk memperoleh data dan keadaan umum situasi dan kondisi di
MI Ma’arif Sraten Kec. Tuntang Kab. Semarang tahun 2014.
12
4. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang dipakai untuk menggali
atau mengambil data penelitian. Instrumen disiapkan oleh peneliti
dengan mengacu pada penjelasan konsep atau definisi operasional
mengenai variabel penelitian. Dalam penelitian ini penulis
menggunakan instrument penilaian berupa angket yang merupakan
salah satu instrumen non tes yang terdiri dari 10 pertanyaan yang
mempunyai 3 option jawaban.
5. Analisa Data
Analisa data dalam penelitian adalah menyempitkan dan
membatasi penemuan-penemuan sehingga menjadi suatu data yang
teratur dan lebih berarti.
Proses analisa merupakan sebuah usaha menemukan jawaban
atas pertanyaan atau hal-hal yang kita peroleh dalam proses penelitian.
Dalam analisis data kuantitatif, penulis menggunakan analisis
deskriptif, yaitu setelah data terkumpul dan di susun, dijelaskan dan
kemudian dianalisis dengan teknik prosentase untuk mengetahui gejala
yang muncul.
a. Menentukan kualifikasi interval nilai
x100%
Keterangan : P : Proporsi individu dengan golongan
F : Frekuensi
13
N : Jumlah subyek dalam golongan
100% : Bilangan konstanta
Digunakan untuk menjawab rumusan masalah :
1) Bagaimanakah persepsi siswa tentang kepribadian guru?.
2) Bagaimanakah akhlaqul karimah siswa?.
b. Dalam meneliti subyek penelitian, penulis membagi kedalam dua
variable (Suharsimi Arikunto, 2005: 327) dianalisis menggunakan
teknik korelasi product moment, maka rumusnya sebagai berikut :
r xy =2222 )(])([
))((
YYNXXN
YXXYN
Keterangan rumus :
r xy = angka indeks korelasi “r” product poment
N = besarnya data
XY = jumlah hasil kali antara skor X dan skor Y
X = jumlah seluruh skor X
Y = jumlah seluruh skor Y
Digunakan untuk menjawab rumusan masalah “Adakah
hubungan antara persepsi siswa tentang kepribadian guru dengan
akhlaqul karimah siswa?”.
14
H. Sistematika Penulisan
Secara garis besar sistematika penulisan skripsi dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Bagian awal yang terdiri dari: Halaman Sampul, Lembar Logo, Halaman
Judul, Lembar Persetujuan, Pernyataan Keaslian Tulisan, Moto dan
Persembahan, Kata Pengantar, Abstrak, Daftar Isi dan Daftar Lampiran.
Bagian inti dari skripsi terdiri dari:
BAB I berisi Pendahuluan, Latar Belakang Masalah, Rumusan
Masalah, Tujuan Penelitian, Hipotesis Penelitian, Manfaat
Penelitian,Definisi Operasional, Metode penelitian, dan
Sistematika Penulisan.
BAB II berisi kajian pustaka yang mencakup pengertian persepsi
siswa,kepribadian guru dan Akhlaqul karimah siswa.
BAB III Berisi laporan hasil penelitian yang meliputi gambaran
umum lokasi penelitian dan data jawaban angket tentang
persepsi siswa tentang kepribadian guru dan data jawaban
angket tentang akhlaqul karimah siswa.
BAB IV berisi analisis data yang mencakup analisis deskriptif,
analisis uji hipotesis dan analisis lanjutan.
BAB V Penutup, mencakup kesimpulan hasil penelitian dan saran.
15
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Persepsi siswa tentang kepribadian guru
1. Persepsi Siswa
a. Pengertian Persepsi Peserta Didik
Istilah persepsi berasal dari bahasa Inggris “perception” yang diambil
dari bahasa latin “perceptio” yang berarti menerima atau mengambil. Dalam
kamus bahasa Inggris Indonesia, kata perception diartikan dengan
“penglihatan” atau “tanggapan”. Penglihatan yaitu bagaimana cara seseorang
melihat sesuatu, dan tanggapan yaitu bagaimana seseorang memandang atau
mengartikan sesuatu (Desmita, 2011: 117).
Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau
informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi, manusia terus menerus
mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat
inderanya, yaitu indera penglihat, pendengar, peraba, perasa dan pencium.
(Slameto, 2010: 102).
Jalaluddin Rahmat berpendapat bahwa persepsi adalah pengalaman
tentang objek, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan
menyimpulkan informasi dan pesan. Secara singkat persepsi adalah
memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory stimuly) (Rafy Sapuri,
2009: 294).
Chaplin mengartikan persepsi sebagai proses mengetahui atau
mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indera. Menurut Matlin
16
“perception is a process that uses our previous knowledge to gather and
interpret the stimuli that our sense register.” Hampir senada dengan Matlin,
Matsumoto mendefinisikan, “perception is the process of gathering
information about the world through our senses.” (Desmita, 2011: 117-118).
Menurut Sarlito W. Sarwono (2010: 85-86) persepsi merupakan
kemampuan untuk membeda-bedakan, mengelompokkan, memfokuskan dan
menginterpretasikan objek-objek disekitar melalui alat-alat indera. Ahmad
Fauzi (2004: 37) juga demikian, persepsi adalah menafsirkan stimulus yang
telah ada di dalam otak.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat di ambil kesimpulan bahwa
persepsi merupakan suatu proses penggunaan pengetahuan yang telah dimiliki
untuk memperoleh dan menginterpretasi stimulus (rangsangan) yang diterima
oleh sistem alat indera manusia. Jadi, persepsi pada dasarnya menyangkut
hubungan manusia dengan lingkungannya, bagaimana ia mengerti dan
menginterpretasikan stimulus yang ada di lingkungannya dengan
menggunakan pengetahuan yang dimilikinya. Setelah individu menginderakan
objek di lingkungannya, kemudian ia memproses hasil penginderaan sehingga
timbul makna tentang objek tersebut (Desmita, 2011: 118)
b. Prinsip Dasar Persepsi
1) Persepsi itu relatif bukannya absolut.
Manusia bukanlah instrumen ilmiah yang mampu menyerap segala
sesuatu persis seperti keadaan sebenarnya. Seseorang tidak dapat
menyebutkan secara persisi berat suatu benda yang dilihatnya atau
17
kecepatan sebuah mobil yang sedang lewat, tetapi ia dapat secara relatif
menerka berat berbagai benda atau kecepatan mobil.
Dalam hubungannya dengan kerelatifan persepsi ini, dampak
pertama dari suatu perubahan rangsangan yang datang kemudian. Seperti
seseorang yang akan menggigil kedinginan pertama kali ia terjun ke dalam
kolam renang.
2) Persepsi itu selektif.
Seseorang hanya memperhatikan beberapa rangsangan saja dari
banyak rangsangan yang ada di sekelilingnya pada saat-saat tertentu. Hal
ini berarti bahwa rangsangan yang diterima akan tergantung pada apa yang
pernah ia pelajari, apa yang pada suatu saat menarik perhatiannya dan ke
arah mana persepsi itu mempunyai kecenderungan. Hal ini juga berarti
bahwa kemampuan seseorang dalam menerima suatu rangsangan itu
terbatas.
3) Persepsi itu mempunyai tatanan.
Orang menerima rangsangan tidak dengan cara sembarangan. Ia
akan menerimanya dalam bentuk hubungan-hubungan atau kelompok-
kelompok. Jika rangsangan yang datang tidak lengkap, ia akan
melengkapinya sendiri sehingga hubungan itu menjadi jelas.
4) Persepsi dipengaruhi oleh harapan dan kesiapan (penerima rangsangan).
Harapan dan kesiapan penerima pesan akan menentukan pesan
mana yang akan dipilih untuk diterima, selanjutnya bagaimana pesan yang
18
dipilih itu akan ditata dan demikian pula bagaimana pesan tersebut akan
diinterpretasi.
5) Persepsi seseorang atau kelompok dapat jauh berbeda dengan persepsi
orang atau kelompok lain sekalipun situasinya sama.
Perbedaan persepsi dapat ditelusuri pada adanya perbedaan-
perbedaan individual, perbedaan dalam kepribadian, perbedaan dalam
sikap atau perbedaan dalam motivasi. (Slameto, 2010: 103-105)
c. Proses Terjadinya Persepsi
Proses terjadinya persepsi dimulai dari objek yang menimbulkan
stimulus, dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor. Meskipun antara
objek dan stimulus itu berbeda, tetapi ada kalanya bahwa objek dan stimulus
itu menjadi satu, misalnya dalam hal tekanan. Benda sebagai objek langsung
mengenai kulit, sehingga akan terasa tekanan tersebut.
Proses stimulus mengenai alat indera merupakan proses kealaman atau
proses fisik. Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh syaraf
sensoris ke otak (proses fisiologis). Kemudian terjadi proses di otak sebagai
pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang dilihat, atau apa yang
didengar, atau apa yang diraba (proses psikologis).
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa taraf terakhir dari proses
persepsi ialah individu menyadari tentang misalnya apa yang dilihat, apa yang
didengar, atau apa yang diraba, yaitu stimulus yang diterima melalui alat
indra. Proses ini merupakan proses terakhir dari persepsi dan merupakan
19
persepsi sebenarnya. Respon sebagai akibat dari persepsi dapat diambil oleh
individu dalam berbagai macam bentuk. (Walgito, 2010: 102).
d. Faktor-faktor Yang Berperan Dalam Persepsi
Persepsi individu mengorganisasikan dan menginterpretasikan stimulus
yang diterimanya, sehingga stimulus tersebut mempunyai arti bagi individu
yang bersangkutan. Jadi, stimulus merupakan salah satu faktor yang berperan
dalam persepsi. Selain stimulus ada beberapa faktor yang berperan dalam
persepsi, yaitu:
1) Objek yang dipersepsi
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau
reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi,
tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan dan
langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor. Namun
sebagian terbesar stimulus datang dari luar individu.
2) Alat indra, syaraf, dan pusat susunan syaraf
Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus.
Di samping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk
meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu
otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respon
diperlukan syaraf motoris.
3) Perhatian
Perhatian merupakan langkah pertama untuk mengadakan persepsi.
Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas
20
individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek. (Walgito,
2010: 101).
Dari penjelasan tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa ada
beberapa faktor yang menjadi syarat terjadinya persepsi, yaitu objek atau
stimulus yang dipersepsi, alat indera dan syaraf-syaraf serta pusat susunan
syaraf yang merupakan syarat fisiologis, dan perhatian yang merupakan
syarat psikologis.
e. Fungsi dan Peran Persepsi
Persepsi pada dasarnya menyangkut hubungan manusia dengan
lingkungannya, bagaimana ia mengerti dan menginterpretasikan stimulus yang
ada di lingkungannya dengan menggunakan pengetahuan yang dimilikinya
menggunakan alat indera.
1) Indera penglihat (mata), yaitu alat fisik yang berguna untuk menerima
informasi visual.
2) Indera pendengar (telinga), yaitu alat fisik yang berguna untuk menerima
informasi verbal.
3) Akal, yaitu potensi kejiwaan manusia berupa sistem psikis yang kompleks
untuk menyerap, mengolah, menyimpan, dan memproduksi kembali item-
item informasi dan pengetahuan (ranah kognitif) (Syah, 2010: 99).
2. Kepribadian Guru
a. Pengertian Kepribadian
Kepribadian berasal dari bahasa inggris “personality” yang berarti
sifat dan tingkah laku khas seseorang yang membedakannya dengan orang
21
lain. Dalam disiplin ilmu psikologi, istilah kepribadian mempunyai
pengertian sebagai sifat hakiki yang tercermin pada sikap seseorang.
(Naim, 2011: 36).
Dalam Al-Qur’an surat Al-Qalam ayat 4 dijelaskan bahwa seorang
guru harus memiliki kepribadian sebagaimana kepribadian Nabi
Muhammad saw:
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”
(Al-Qalam: 4) (Amzah, 2009: 564).
Kepribadian menurut Zakiyah Darajat adalah sesuatu yang abstrak,
sukar dilihat secara nyata, hanya dapat diketahui melalui penampilan,
tindakan, dan ucapan ketika menghadapi suatu persoalan, atau melalui
atsarnya saja (Sagala, 2009: 33).
Surya (Tohirin, 2006: 169) mengatakan, secara umum kepribadian
dapat diartikan sebagai keseluruhan kualitas perilaku yang merupakan
cirinya yang khas dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Kepribadian
guru akan menentukan bagi keberkesanan guru dalam melaksanakan
tugasnya.
Menurut Witherington (Naim, 2011: 36-37), kepribadian
merupakan keseluruhan tingkah laku seseorang yang diintegrasikan
sebagaimana yang tampak pada orang lain. Jadi kepribadian bukan hanya
22
yang melekat pada diri seseorang, tetapi lebih merupakan hasil dari pada
suatu pertumbuhan yang lama dalam suatu lingkungan yang bersifat
cultural.
Dari berbagai definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa kepribadian
merupakan keseluruhan dari individu yang terdiri dari unsur psikis dan
fisik. Seluruh sikap dan perbuatan seseorang merupakan suatu gambaran
dari kepribadian orang itu, asal dilakukan secara sadar (Djamarah, 2010:
40). Dengan perbuatan yang baik dikatakan bahwa seseorang itu
mempunyai kepribadian yang baik atau berakhlak mulia, begitu juga
sebaliknya jika seseorang melakukan perbuatan yang tidak baik menurut
pandangan masyarakat, maka dikatakan bahwa orang tersebut tidak
mempunyai kepribadian yang baik atau mempunyai akhlak yang tidak
mulia.
b. Aspek-aspek Kepribadian
Dalam Peraturan Pemerintah nomor 74 tahun 2008 pasal 3,
kompetensi kepribadian guru sekurang-kurangnya meliputi kepribadian
yang mantap dan stabil, kepribadian yang dewasa, kepribadian yang arif
dan bijaksana, kepribadian yang berwibawa, dan kepribadian yang
berakhlak mulia (Barnawi & Arifin, 2012: 159).
a) Kepribadian yang mantap dan stabil
Kepribadian guru yang mantap dan stabil ditunjukkan
dengan cara bertindak sesuai dengan norma hukum, norma
sosial (bangga sebagai guru), dan memiliki konsistensi
23
bertindak sesuai dengan norma. Menghargai peserta didik tanpa
membedakan suku, agama, adat istiadat, daerah asal, dan
gender.
Sikap guru yang mudah marah bukanlah sikap yang
mencerminkan kepribadian yang mantap dan stabil. Tidak
jarang guru dihadapkan pada situasi yang memancing dirinya
untuk marah, namun apabila guru memiliki kepribadian yang
mantap dan stabil maka ia tidak akan mudah marah. Tidak
dibenarkan seorang guru membariskan peserta didik dan
memukulinya satu persatu seperti seorang preman. Meskipun
dihadapkan dengan situasi dan kondisi yang tidak kondusif
seperti demikian, guru harus tetap sabar dalam mendidik peserta
didik.
Guru juga terkadang tertarik kepada peserta didik yang
rupawan. Guru yang kepribadiannya tidak mantap dan stabil
biasanya suka tergoda, kemudian melakukan pelecehan seksual
terhadap peserta didiknya. Sering sekali didengar berbagai
pemberitaan di televisi bahwa seorang guru melakukan
tindakan-tindakan asusila. Tentunya hal ini tidak boleh terjadi
secara terus menerus. Seorang guru harus memantapkan
keimanannya sebagai makhluk tuhan yang harus taat, dengan
cara menjaga diri dari perilaku yang keji dan meyakini bahwa
akan ada pembalasan dari setiap amal perbuatan.
24
b) Kepribadian yang dewasa
Kepribadian guru yang dewasa ditunjukkan dengan
penampilan sikap kemandirian dan bertindak sebagai pendidik
dan memiliki etos kerja sebagai guru. Dengan demikian, akan
memunculkan apresiasi dari peserta didik, bukannya apriori
sehingga peserta didik menjadi yakin akan figur guru yang
menjadi panutannya tersebut.
Sebagai pribadi yang dewasa, seorang guru juga harus
bersifat inklusif. Guru harus tahan terhadap kritik, yaitu bisa
menerima kritik sebagai suatu ekspresi kesetiaan peserta didik
terhadap dirinya. Guru juga harus terbuka dengan setiap
masukan meskipun dilakukan dengan cara yang kurang santun.
Guru harus bisa mengambil nilai positifnya, yaitu menerima
kritikan sebagai pendorong untuk memperbaiki diri.
c) Kepribadian yang arif dan bijaksana
Dalam menjalankan tugasnya, kerap kali guru
dihadapkan pada situasi yang menuntut ia membuat keputusan.
Keputusan tersebut seharusnya diselesaikan dengan arif, yaitu
didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan
masyarakat, serta menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan
bertindak. Keterbukaan dalam berpikir dan bertindak
ditunjukkan dengan menampung setiap masukan yang muncul.
Dengan kata lain, guru harus bertindak demokratis untuk
25
menghasilkan keputusan yang bijaksana. Keputusan yang
bijaksana akan dapat menjaga, bahkan meningkatkan wibawa
guru (Barnawi & Mohammad Arifin, 2012: 161-163).
d) Kepribadian yang berwibawa
Bila dilihat dari sisi historis, diambil dari makna kata
“gezag” yang berarti “bicara”. Seorang guru akan menjadi
berwibawa dihadapan peserta didiknya apabila ia terampil
dalam berbicara, yaitu sistematis, logis, dan dapat dipercaya.
(Thoifuri, 2007: 147).
Menurut Cece Wijaya dan Tabrani Rusyan dalam
Ngainun Naim (1992: 44), kewibawaan harus dimiliki oleh
guru, sebab dengan kewibawaan proses pembelajaran akan
terlaksana dengan baik, disiplin, dan tertib. Dengan demikian,
kewibawaan bukan taat dan patuh pada peraturan yang berlaku
sesuai dengan apa yang dijelaskan oleh guru.
Zakiyah Darajat (2000: 43) mengatakan bahwa guru
yang sesaat ketika ia memasuki kelas dan menghadap peserta
didik yang sedang ribut, maka segera kelas akan tenang dengan
sendirinya, maka itulah yang disebut guru yang berwibawa. Hal
ini berarti guru dapat menguasai peserta didik seluruhnya.
Guru yang berwibawa adalah guru yang mampu
mempengaruhi anak didik berperilaku sesuai dengan apa yang ia
katakan dan ia lakukan. Dan kemauan peserta didik disini
26
bukanlah sebagai suatu keterpaksaan dan ketakutan, melainkan
sebagai kesadaran pribadi peserta didik yang dilakukan dengan
senang hati. Bahkan, peserta didik beranggapan bahwa jika tidak
melakukan perintah guru, maka ia melakukan kesalahan yang
besar. Guru yang berwibawa tidak akan merasa pusing, susah,
dan sedih menghadapi peserta didik karena dengan sendirinya
peserta didik sudah melakukan apa yang diharapkan guru
meskipun dengan bahasa isyarat (Thoifuri, 2007: 149).
e) Kepribadian berakhlak mulia
Guru yang berakhlak mulia ialah guru yang dapat
menaati norma agama dan dapat menjadi teladan yang baik.
Menaati norma agama merupakan kebutuhan hidup yang
esensial, yang merupakan buah dari keyakinan adanya
kekuasaan tuhan. Keimanan tersebut tidak cukup hanya dengan
diucapkan saja, tetapi harus dimaknai dalam hati dan
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Akhlak mulia sangat
dibutuhkan guru untuk memberikan teladan kepada peserta
didik dan masyarakat. Hal ini sangat penting karena guru tidak
hanya mengajarkan pengetahuan saja, tetapi juga menanamkan
nilai-nilai. Penanaman nilai terhadap peserta didik tidak akan
efektif apabila hanya diajarkan saja tanpa dicontohkan dengan
kebiasaan diri (Barnawi & Mohammad Arifin, 2012: 159-160).
27
Tidak ada yang meragukan bahwa ucapan yang baik dan
perilaku yang terpuji akan membekas pada jiwa seseorang,
demikian pula dengan ucapan yang tercermin pada wajah guru
akan berdampak positif ataupun negatif pada diri peserta didik.
Hal tersebut disebabkan karena keceriaan raut wajah dan
keramahan seorang guru akan melembutkan jiwa dan
menyenangkan siapapun yang memandangnya. (Fu’ad Asy
Syalhub, 2006: 20-21). Firman Allah swt dalam surat Ali Imran
ayat 159:
....
“Maka disebabkan rahmat dari Allahlah kamu
berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu
bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu.” (QS. Ali Imran: 159)
(Amzah, 2009: 71).
c. Peranan Guru
Peranan guru merupakan keseluruhan tingkah laku yang harus
dilakukan dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru. Guru
mempunyai peran yang sangat luas, baik di sekolah, keluarga, maupun
masyarakat. Di sekolah guru berperan sebagai perancang atau
28
perencana, pengelola pengajaran dan pengelola hasil pembelajaran
peserta didik. Berdasarkan kedudukannya sebagai guru, ia juga harus
menunjukkan perilaku yang layak sehingga dapat dijadikan teladan bagi
peserta didiknya.
Di dalam keluarga, guru berperan sebagai family educator.
Sedangkan ditengah-tengah masyarakat guru berperan sebagai social
developer (pembina masyarakat), social motivator (pendorong
masyarakat), dan sebagai social agent (agen masyarakat). Guru harus
senantiasa sadar akan kedudukannya selama 24 jam, di mana dan kapan
saja, guru akan dipandang sebagai guru yang harus memperlihatkan
perilaku yang dapat diteladani khususnya peserta didik dan masyarakat
luas. Penyimpangan dan perilaku yang tidak etis oleh guru akan
mendapat sorotan dan kecaman yang tajam dari masyarakat (Tohirin,
2006: 165-166).
Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2010: 43-49) dalam
hubungannya dengan aktivitas pengajaran dan administrasi pendidikan,
seorang guru berperan sebagai:
1) Korektor
Sebagai korektor, guru harus bisa membedakan mana
nilai yang baik dan mana nilai yang buruk. Kedua nilai yang
berbeda tersebut harus betul-betul difahami dalam kehidupan di
masyarakat. Seorang guru harus bisa mempertahankan nilai
29
yang baik, dan menyingkirkan nilai yang buruk dari jiwa dan
watak anak didik.
Koreksi yang harus dilakukan seorang guru terhadap
sikap dan sifat anak didik tidak hanya di lingkungan sekolah,
tetapi dilakukan di lingkungan luar sekolah juga. Karena tidak
jarang di lingkungan luar sekolah anak didik justru lebih banyak
melakukan pelanggaran norma-norma yang berlaku dalam
proses kehidupan. Jika seorang guru membiarkan peserta didik
melakukan pelanggaran terhadap norma-norma, maka hal itu
berarti guru telah mengabaikan peranannya sebagai korektor
yang menilai dan mengoreksi semua sikap, tingkah laku, dan
perbuatan anak didik.
2) Inspirator
Guru sebagai inspirator mempunyai makna bahwa
seorang guru harus bisa memberikan ilham yang baik bagi
kemajuan belajar anak didik. Guru harus memberikan petunjuk
tentang bagaimana cara belajar yang baik, karena pada dasarnya
masalah seorang anak didik adalah belajar.
3) Informator
Guru harus bisa memberikan informasi perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, selain sejumlah bahan
pelajaran untuk setiap mata pelajaran yang telah diprogramkan
dalam kurikulum. Informasi yang baik dan efektif sangat
30
diperlukan oleh guru karena kesalahan informasi merupakan
suatu racun bagi anak didik. Untuk menjadi informator yang
baik dan efektif, guru harus menguasai bahasa dan bahan yang
akan disampaikan kepada anak didik.
4) Organisator
Sebagai organisator, guru harus memiliki kegiatan
pengelolaan kegiatan akademik, menyusun tata tertib sekolah,
menyusun kalender akademik, dan lain sebagainya. Semua
diorganisasikan sehingga dapat mencapai efektivitas dan
efisiensi dalam belajar pada diri anak didik.
5) Motivator
Sebagai seorang motivator, guru hendaknya dapat
mendorong anak didik agar mempunyai semangat dan aktif
dalam proses pembelajaran. Hal tersebut dapat dilakukan
dengan cara menganalisis motif-motif yang melatarbelakangi
anak didik malas belajar sehingga prestasinya menurun.
Motivasi dapat berjalan efektif apabila dilakukan dengan cara
memperhatikan kebutuhan anak didik.
Peranan guru sebagai motivator sangat penting dalam
interaksi edukatif, karena menyangkut esensi pekerjaan
mendidik yang membutuhkan kemahiran sosial, performance
dalam personalisasi dan sosialisasi diri.
31
6) Inisiator
Dalam peranannya sebagai inisiator, guru harus dapat
menjadi pencetus ide-ide kemajuan dalam pendidikan dan
pengajaran. Proses interaksi edukatif yang ada sekarang harus
diperbaiki sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi di bidang pendidikan. Guru harus menjadikan dunia
pendidikan, khususnya interaksi edukatif agar lebih baik dari
sebelumnya.
7) Fasilitator
Sebagai fasilitator, seorang guru sebaiknya dapat
menyediakan fasilitas yang memungkinkan kemudahan kegiatan
belajar anak didik. Karena lingkungan belajar yang tidak
menyenangkan akan menyebabkan anak didik malas belajar.
8) Pembimbing
Peranan guru sebagai pembimbing sangatlah penting,
karena guru seorang guru hadir di sekolah adalah untuk
membimbing anak didik menjadi manusia yang dewasa dan
cakap. Tanpa bimbingan, anak didik akan sulit menghadapi
perkembangan dirinya. Bimbingan dari guru sangat diperlukan
ketika anak didik belum mampu mencapai kemandirian.
9) Demonstrator
Dalam interaksi edukatif, tidak semua bahan pelajaran
dapat dipahami oleh anak didik. Maka, seorang guru harus bisa
32
membantu agar materi bisa mudah untuk difahami dengan cara
memperagakan apa yang diajarkan secara didaktis, sehingga apa
yang diinginkan guru bisa sejalan dengan pemahaman anak
didik dan tujuan pembelajaranpun dapat tercapai dengan efektif.
10) Pengelola kelas
Seorang guru harus bisa mengelola kelas dengan baik,
karena kelas merupakan tempat berhimpun peserta didik dan
guru dalam rangka proses pengajaran. Kelas yang dikelola
dengan baik akan menunjang jalannya interaksi edukatif, karena
tujuan dari pengelolaan kelas adalah agar anak peserta didik
betah tinggal di kelas dengan motivasi yang tinggi untuk selalu
belajar. Sebaliknya, jika kelas tidak dikelola dengan baik maka
akan menghambat kegiatan pengajaran.
11) Mediator
Sebagai mediator, guru hendaknya memiliki
pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media
pendidikan dalam berbagai bentuk dan jenisnya, baik
nonmaterial maupun materiil. Karena media berfungsi sebagai
alat komunikasi agar proses pembelajaran menjadi lebih efektif.
12) Supervisor
Sebagai supervisor guru hendaknya dapat memperbaiki
dan menilai secara kritis terhadap proses pengajaran. Untuk itu,
seorang guru harus memiliki pengalaman, pendidikan,
33
kecakapan dan ketrampilan dan sifat-sifat yang lebih menonjol
dari orang atau sesuatu yang disupervisi.
13) Evaluator
Guru sebagai evaluator harus bisa memberikan penilaian
dalam dimensi yang luas. Penilaian terhadap kepribadian peserta
didik harus lebih diutamakan daripada penilaian terhadap
jawaban peserta didik ketika diberikan tes. Peserta didik yang
berprestasi baik, belum tentu memiliki kepribadian yang baik
pula. Jadi, penilaian itu pada hakikatnya diarahkan pada
perubahan kepribadian peserta didik agar menjadi manusia
susila yang cakap.
Sebagai evaluator, guru tidak bisa hanya menilai produk
(hasil pengajaran), tetapi juga menilai proses (jalannya
pengajaran). Dari kedua kegiatan ini akan diperoleh umpan
balik (feedback) tentang pelaksanaan interaksi edukatif yang
telah dilakukan.
B. Akhlaqul Karimah Siswa
1. Pengertian Akhlaqul Karimah
Menurut pendekatan etimologi, perkataan "akhlak" berasal dari
bahasa Arab jama' dari bentuk mufradnya "khuluqun" ( ) yang
menurut lughah diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.
Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan
34
"khalqun"( ) yang berarti kejadian, serta erat hubungannya dengan
"khaliq" ( ) yang berarti pencipta dan "makhluq" ( ) yang berarti
yang diciptakan (Zahruddin, 2004: 2). Kata karimah berasal dari fiil madhi
karima. Kata karimah adalah shighot mubalaghoh dari isim fail kārimun
yang artinya paling mulia.
Definisi akhlak di atas muncul sebagai mediator yang
menjembatani komunikasi antara khaliq (pencipta) dengan makhluk (yang
diciptakan) secara timbal balik, yang kemudian disebut sebagai hablum
minallah. Dari produk hamlum minallah yang verbal biasanya lahirlah
pola hubungan antar sesama manusia yang disebut dengan hablum
minannas (pola hubungan antar sesama makhluk) (Zahruddin, 2004: 2).
Akhlaq dibagi menjadi 2 yaitu akhlaqul karimah dan akhlaqul
madzmumah. Menurut Halim (2000: 18) akhlak terpuji ( akhlaqul
karimah) adalah segala perbuatan manusia yang bernilai baik.
2. Pokok-pokok Akhlaqul Karimah
Akhlaqul karimah secara utuh meliputi akhlaqul karimah kepada
Allah SWT, terhadap sesama manusia dan terhadap makhluq lainnya
(Halim, 2000: 43).
a. Akhlaqul karimah kepada Allah SWT
Akhlaqul karimah kepada Allah SWT pada prinsipnya
merupakan penghambaan diri secara total kepada-Nya. Sebagai
makhluk yang dianugerahi akal sehat, kita wajib menempatkan diri
kita pada posisi yang tepat, yakni sebagai penghamba dan
35
menempatkan-Nya sebagai Dzat Yang Maha Adi Kodrati serta satu-
satunya Dzat yang kita pertuhan ( Halim, 2000: 44).
b. Akhlaqul karimah terhadap sesama manusia
Akhlaqul karimah terhadap sesama manusia pada dasarnya
bertolak pada keluhuran budi dalam menempatkan diri kita dan
menempatkan diri orang lain pada posisi yang tepat. Ia merupakan
refleksi dari totalitas kita dalam menghambakan diri kepada Allah
SWT. Sehingga akhlaqul karimah yang kita alamatkan terhadap
sesama manusia, semata-mata didasari oleh akhlaqul karimah yang kita
persembahkan kepada-Nya (Halim, 2000: 89).
c. Akhlaqul karimah terhadap makhluk lain
Akhlaqul karimah terhadap makhluk lain selain manusia pada
prinsipnya ialah menempatkan makhluk lain itu sesuai posisinya
masing-masing. Ia merupakan refleksi dari totalitas kita dalam
menghambakan diri kepada Allah SWT. Sehingga akhlaqul karimah
yang kita alamatkan terhadap sesama manusia, semata-mata didasari
oleh akhlaqul karimah yang kita persembahkan kepada-Nya (Halim,
2000: 137).
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak
Untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi
pembentukan akhlak, terdapat tiga aliran yang sudah amat populer,
pertama aliran Nativisme, kedua aliran Empirisme, dan ketiga aliran
Konvergensi.
36
a. Menurut aliran Nativisme bahwa faktor yang paling berpengaruh
terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor pembawaan dari
dalam yang bentuknya dapat berupa kecenderungan, bakat, akal, dan
lain-lain. Jika seseorang sudang memiliki pembawaan atau
kecenderungan kepada yang baik maka dengan sendirinya orang
tersebut menjadi baik. Aliran ini tampak begitu yakin terhadapa
potensi batin yang ada dalam diri manusia. Aliran tampak kurang
menghargai atau kurang memperhitungkan peranan pembinaan dan
pendidikan.
b. Menurut aliran emprisme bahwa faktor yang paling berpengaruh
terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor dari luar, yaitu
lingkungan sosial, termasuk pembinaan dan pendidikan yang
diberikan. Jika pendidikan dan pembinaan yang diberikan kepada anak
itu baik, maka baiklah anak itu, demikian sebaliknya. Aliran ini
tampak lebih begitu percaya kepada peranan yang dilakukan oleh
dunia pendidikan dan pengajaran.
c. Sedangkan aliran konvergensi berpendapat pembentukan akhlak
dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu pembawaan si anak, dan faktor
dari luar yaitu pendidikan dan pembinaan yang dibuat secara khusus,
atau melalui interaksi dalam lingkungan sosial. Aliran ini tampak
sesuai dengan ajaran Islam ( Abudin Nata, 2000: 96).
37
C. Hubungan Antara Persepsi Siswa Tentang Kepribadian Guru Dengan
Akhlaqul Karimah Siswa
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak yang
dikemukakan oleh Abudin Nata (2000: 96) terdapat tiga aliran yang sudah
amat populer. Salah satunya yaitu aliran Empirisme bahwa faktor yang
paling berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor
dari luar, yaitu lingkungan sosial, termasuk pembinaan dan pendidikan
yang diberikan. Jika pendidikan dan pembinaan yang diberikan kepada
anak itu baik, maka baiklah anak itu, demikian sebaliknya. faktor dari luar
yang mempengaruhi pembentukan diri seseorang tersebut adalah melalui
persepsi seseorang tersebut. Seperti yang dikemukakan Slameto (2010:
102) persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau
informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi, manusia terus
menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini
dilakukan lewat inderanya, yaitu indera penglihat, pendengar, peraba,
perasa dan pencium.
Dalam dunia pendidikan mempunyai tujuan seperti yang tercantum
dalam undang-undang R.I tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II
Pasal 3 (2003: 20) bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
38
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Guru sebagai
salah satu lingkungan dan sumber pengalaman bagi siswa harus
memberikan kesan yang baik dalam segala hal agar tercapai tujuan
pendidikan. Oleh karena itu seorang guru haruslah memiliki kompetensi
kepribadian yang telah diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 16 Tahun 2007.
Mengenai pentingnya kepribadian guru seorang psikolog
terkemuka, Zakiah Daradjat (Syah, 2004: 226) menegaskan bahwa
kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik atau
pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau
penghancur bagi hari depan anak didik terutama yang masih kecil (tingkat
sekolah dasar) dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa
(tingkat menengah).
39
BAB III
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum MI Ma’arif Sraten
1. MI Ma’arif Sraten
MI Ma’arif Sraten berada di dusun Sraten, salah satu dusun
dari desa Sraten Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Bangunan
MI didirikan oleh masyarakat pada tahun 1950 dibawah naungan
Lembaga Pendidikan Ma’arif NU. Tokoh-tokoh masyarakat yang
memprakarsai pendirian MI tersebut antara lain Bapak KH Mansur,
Bapak KH M Zuhdi Amin dan Bapak KH Duri Mansur.
MI Ma’arif Sraten didirikan diatas tanah seluas 315 m persegi yang
merupakan tanah wakaf dari Bapak KH Mansur.
2. Letak Geografis
MI Ma’arif Sraten Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang
terletak di kelurahan Sraten Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang.
Berbatasan dengan desa-desa terdekat yaitu:
a. Sebelah Utara adalah Desa Jombor Kecamatan Tuntang Kabupaten
Semarang.
b. Sebelah Selatan adalah Desa Gedangan Kecamatan Tuntang
Kabupaten Semarang.
c. Sebelah Timur adalah kelurahan Kecandran Kecamatan Sidomukti
Kota Salatiga.
40
d. Sebelah Barat adalah Desa Rowosari Kecamatan Tuntang
Kabupaten Semarang.
3. Visi Dan Misi
Adapun Visi dan Misi dari MI Ma’arif Sraten adalah sebagai
berikut:
a. Visi
Mencetak generasi yang cerdas, terampil dan berakhlakul karimah
sesuai dengan ahlussunnah wal jamaah.
b. Misi
1) Meningkatkan mutu imtak dan iptek
2) Mencetak generasi yang terampil dengan budi pekerti yang
luhur.
3) Menegakkan akhlakul karimah.
4. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasaran merupakan salah satu hal yang sangat
penting dan merupakan fasilitas pendidikan yang sangat menunjang
bagi berlangsungnya proses belajar mengajar demi pencapaian tujuan
pendidikan.
41
Tabel 3.1
Daftar Bangunan MI Ma’arif Sraten Kecamatan Tuntang Kabupaten
Semarang Tahun 2014
NO Nama Bangunan/Ruang Jumlah
1 Ruang Guru, Kepala Sekolah 1 Ruang
2 Ruang kelas 6 Ruang
3 Ruang Komputer 1 Ruang
4 Runag Perpustakaan 1 Ruang
5 Ruang Koperasi Siswa 1 Ruang
6 Ruang UKS 1 Ruang
7 Kamar Mandi/ WC Guru 1 Ruang
8 Kamar Mandi Siswa/WC Putri 1 Ruang
9 Kamar Mandi Siswa/WC Putra 1 Ruang
10 Gudang 1 Ruang
Adapun peralatan penunjang pendidikan yang dimiliki oleh MI
Ma’arif Sraten adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2
Daftar Peralatan Penunjang Pendidikan di MI Ma’arif Sraten Kecamatan
Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2014
NO Nama Barang Jumlah
1 Meja murid satu anak 100 buah
2 Kursi murid 120 buah
3 Meja untuk dua anak 20 buah
4 Kursi untuk dua anak 20 buah
5 Meja guru 12 buah
6 Kursi guru 8 buah
7 Almari 13 buah
8 Rak buku 2 buah
9 Papan tulis 8 buah
10 Papan statistik 1 buah
11 Meja kursi tamu 1 buah
12 Unit alat peraga 36 set
13 Unit alat pertanian 1 set
14 Unit alat kesehatan 2 set
15 Unit alat olah raga 2 set
16 Almari perpustakaan 1 buah
17 Radio/ Tape Recorder/ Sound 1 set
42
18 Komputer 13 unit
19 TV 29” 2 buah
20 DVD dan Speaker Active 1 set
21 Mesin ketik 3 buah
5. Keadaan Siswa, Guru dan Karyawan
a. Keadaan siswa
Siswa adalah salah satu faktor yang mempengaruhi dan
menentukan dalam suatu pembelajaran, sebab siswa merupakan
subjek dalam pendidikan, terlebih lagi bila diinginkan hasil
belajar/prestasi siswa yang maksimal, maka sebaiknya siswa tidak
hanya dipandang sebagai obyek.
Siswa pada MI Ma’arif Sraten berjumlah 65 siswa dengan
perincian sebagai berikut:
Tabel 3.3
Data Jumlah Siswa MI Ma’arif Sraten Kecamatan Tuntang Kabupaten
Semarang tahun 2014
NO KELAS LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
1. I 9 4 13
2. II 6 5 11
3. III 10 2 12
4. IV 5 7 12
5. V 3 6 9
6. VI 5 3 8
JUMLAH 38 27 65
43
b. Keadaan guru dan karyawan
Peran guru dalm proses belajar mengajar sangat diperlukan, sebab
untuk memperlancar jalannya kegiatan belajar mengajar
dibutuhkan tenaga pengajar/guru yang bertanggung jawab terhadap
mata pelajaran yang diampunya sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya masing-masing. Jumlah staf guru dan karyawan MI
Ma’arif Sraten berjumlah 8 orang.
Adapun nama-nama pengajar di MI Ma’arif Sraten dapat dilihat
pada tabel dibawah ini:
Tabel 3.4
Daftar Guru MI Ma’arif Sraten Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang
Tahun 2014.
NO NAMA JENJANG
PEND.
TUGAS
MENGAJAR
KET
1. Fuji Astuti, S.Pd.I S 1 Kepala
Madrasah
-
2. Jamilatul Azizah, S.
Pd.I
S 1 Guru Kelas 1 -
3. Nayyiroh
Mahfudloh, S. Pd.I
S 1 Guru Kelas 2 -
4. Siti Nur Janah
S.Pd.I
S 1 Guru Kelas 3 -
5. Amin Rohadi,
S.Pd.I
S 1 Guru Kelas 4 -
6. Lukman Hakim,
S.Pd.I
S 1 Guru Kelas 5 -
7. Nurul Munawaroh,
S. T
S 1 Guru Kelas 6 -
8. Ulfah Masruroh S 1 Guru Mapel -
44
B. Penyajian Data
1. Daftar Nama Responden
Tabel 3.5 Daftar Nama Responden
No
Resp.
Nama Responden Kelas
1 Ata Fadya P IV
2 Amila Kurniati IV
3 Melita Widya N IV
4 Nadya Ayu P IV
5 Rismal A. M IV
6 Restu Adi S IV
7 Syafrudin A IV
8 N. Faidah IV
9 W. Ananda Amalia IV
10 Niam Ashari IV
11 Afifah A. R IV
12 A Bima Satriyadi IV
13 Zaynab Kamalia V
14 M Sulhan Zidan V
15 Dwi Setyo Rini V
16 M. Sirojul Umam V
17 Arni Nazira Febri Y V
18 Tsania Khoirun Nisa V
19 Annisa Tri Cahyani V
20 Annida Zulfa V
21 Atok Mubarok V
22 Durotuz Zaki VI
23 M. Rifki Setyawan VI
24 M. Khoirul Anam VI
25 Hamid Maulana VI
26 Fitri Cahyaningsih VI
27 Fatma Azzahra VI
28 Sinta Dewi Amira VI
29 Lintang Prasetyo VI
45
2. Hasil Data Mentah
a. Data tentang persepsi siswa tentang kepribadian guru
Tabel 3.6
Jawaban Responden terhadap Angket persepsi Siswa tentang kepribadian guru
MI Ma’arif Sraten Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2014
No
Resp.
Nomor Item Ket
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 A B C B B A A A B B
2 A A A A A A A A A A
3 B A A A A A A A A B
4 A A A A A A B A A A
5 A A A A A A A A A A
6 B A A A A A A A A A
7 A B C A C C C A A A
8 C C B B A B B A A C
9 B B A A A A B A A A
10 A A A A A A A A A A
11 A A A A A A A A A A
12 A B A A B A A A A A
13 A A A A A A B A C A
14 A A A A A A A A A A
15 B B B A A A B B B A
16 B B A A A A B A A A
17 A B B B A B A B A A
18 B B C B A B B A B B
19 A A A A A A A A C A
20 B A A B B A A B B A
21 A A C B B A A B A B
22 A B A A B B B B B B
23 A A A A A A A A A A
24 A B A A A A A A A A
25 A B A A A B A B A B
26 A A A B A B A A A B
27 C C B A A B B B A A
28 A B B A B B A A C A
29 A C A A A C A A A A
46
b. Data tentang akhlaqul karimah siswa
Tabel 3.7
Jawaban Responden terhadap Angket Akhlaqul Karimah Siswa MI
Ma’arif Sraten Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2014
No
Resp.
Nomor Item Ket
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 B B A B B B A A B A
2 A A A A A A A A A A
3 B A B A A A A A A B
4 A A A B A A A A B A
5 A A A A A A A A A A
6 B B B B B B B B B B
7 A A A A A A A A C A
8 A B A B A A B A A B
9 B A A A A A A A A B
10 A A A C A A A A A C
11 A A A A A A A A A A
12 B B A A C A A A B C
13 B A A A A A A A A A
14 A A A A A A A A A A
15 A A A B B A A B B B
16 B B B A B B B A A B
17 A B A C A A A A B B
18 A C C A C A C A C A
19 A A A A C A A A A A
20 A A B B B B A A B A
21 B B B B B B A A B B
22 B B B B B B A B B B
23 A A B A A A A A A A
24 A A B A B A B B B A
25 B A C A B A A B B B
26 A A A A A A A A A A
27 B B B B B A A B B A
28 A A B A C A A B A A
29 A B A A A A A A B A
47
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Untuk mengetahui ada tidaknya atau seberapa besar hubungan antara
persepsi siswa tentang kepribadian guru dengan akhlaqul karimah siswa MI
Ma’arif Sraten Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2014, maka
peneliti mengadakan analisa dari data-data yang diperoleh dan langkah
selanjutnya adalah menganalisa dengan statistik dan analisa kuantitatif. Analisa
data ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana tingkat hubungan antara
persepsi siswa tentang kepribadian guru dengan akhlaqul karimah siswa.
A. Analisis Deskriptif
Pada bagian ini, penulis menyajikan analisis yang mendeskripsikan
tentang hubungan antara persepsi siswa tentang kepribadian guru dengan
akhlaqul karimah siswa MI Ma’arif Sraten Kecamatan Tuntang Kabupaten
Semarang Tahun 2014, melalui data yang diperoleh dari responden. Setelah
diketahui data-data tersebut kemudian dihitung untuk mengetahui tingkat
hubungan masing-masing variabel dalam penelitian ini. Adapun langkah-
langkahnya sebagai berikut:
48
1. Analisis tentang Persepsi Siswa tentang Kepribadian guru
Tabel 4.1
Skor Jawaban Responden terhadap Angket Persepsi Siswa tentang Kepribadian
Guru MI Ma’arif Sraten Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2014
No
Resp.
Nomor Item X
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 3 2 1 2 2 3 3 3 2 2 23
2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 28
4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 29
5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
6 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 29
7 3 2 1 3 1 1 1 3 3 3 21
8 1 1 2 2 3 2 2 3 3 1 20
9 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 28
10 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
11 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
12 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 28
13 3 3 3 3 3 3 2 3 1 3 27
14 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
15 2 2 2 3 3 3 2 2 2 3 24
16 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 27
17 3 2 2 2 3 2 3 2 3 3 25
18 2 2 1 2 3 2 2 3 2 2 21
19 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 28
20 2 3 3 2 2 3 3 2 2 3 25
21 3 3 1 2 2 3 3 2 3 2 24
22 3 2 3 3 2 2 2 2 2 2 23
23 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
24 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 29
49
No
Resp.
Nomor Item X
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
25 3 2 3 3 3 2 3 2 3 2 26
26 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 27
27 1 1 2 3 3 2 2 2 3 3 22
28 3 2 2 3 2 2 3 3 1 3 24
29 3 1 3 3 3 1 3 3 3 3 26
Langkah selanjutnya adalah menghitung skor total yang diperoleh
oleh setiap responden berdasarkan jawaban yang telah diberikan. Untuk
lebih jelasnya penulis sajikan tabel berikut:
Tabel 4.2
Hasil Skor tentang Persepsi Siswa tentang Kepribadian Guru MI Ma’arif Sraten
Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2014
No.
Resp
Item Jawaban Skor Jawaban Skor
Total A B C 3 2 1
1 4 5 1 12 10 1 23
2 10 0 0 30 0 0 30
3 8 2 0 24 4 0 28
4 9 1 0 27 2 0 29
5 10 0 0 30 0 0 30
6 9 1 0 27 2 0 29
7 5 1 4 15 2 4 21
8 3 4 3 9 8 3 20
9 8 2 0 24 4 0 28
50
10 10 0 0 30 0 0 30
11 10 0 0 30 0 0 30
12 8 2 0 24 4 0 28
13 8 1 1 24 2 1 27
14 10 0 0 30 0 0 30
15 4 6 0 12 12 0 24
16 7 3 0 21 6 0 27
17 5 5 0 15 10 0 25
18 2 7 1 6 14 1 21
19 9 0 1 27 0 1 28
20 5 5 0 15 10 0 25
21 5 4 1 15 8 1 24
22 3 7 0 9 14 0 23
23 10 0 0 30 0 0 30
24 9 1 0 27 2 0 29
25 6 4 0 18 8 0 26
26 7 3 0 21 6 0 27
27 4 4 2 12 8 2 22
28 5 4 1 15 8 1 24
29 8 0 2 24 0 2 26
Untuk menentukan interval penulis mengunakan rumus :
i = –
keterangan :
i = interval
xt = nilai tertinggi
51
xr = nilai terendah
xi = kelas interval
dari rumus tersebut dapat diperoleh :
i =
i =
i =
i = 3,667
i = 4
dengan interval kelas 4 maka diperoleh penggolongan kepribadian
guru sebagai berikut :
28 - 31 termasuk kategori tinggi yang diberi lambang A
24 - 27 termasuk kategori sedang yang diberi lambang B
20 - 23 termasuk kategori rendah yang diberi lambang C
Tabel 4.3 Distribusi frekwensi jawaban angket Kepribadian Guru MI Ma’arif
Sraten Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2014
No Pengetahuan Interval Frekwensi
1 Tinggi 28 – 31 13
2 Sedang 24 – 27 10
3 Rendah 20 – 23 6
Untuk mengetahui angka prosentase dari masing-masing frekwensi
penulis menggunakan rumus sebagai berikut :
P : X 100 %
Keterangan :
52
P = angka prosentase
F = frekwensi yang sedang dicari prosentasenya
N = jumlah siswa
100 % = bilangan konstanta
a. Untuk kategori tinggi mengenai persepsi siswa tentang
Kepribadian Guru MI Ma’arif Sraten Kecamatan Tuntang
Kabupaten Semarang Tahun 2014 adalah 13 responden.
P =
P = 0,44827 100 %
P = 44,827%
P = 45%
b. Untuk kategori sedang mengenai persepsi siswa tentang
Kepribadian Guru MI Ma’arif Sraten Kecamatan Tuntang
Kabupaten Semarang Tahun 2014 adalah 10 responden.
P =
P = 0,3448 100 %
P = 34,48%
P = 34%
c. Untuk kategori rendah mengenai persepsi siswa tentang
Kepribadian Guru MI Ma’arif Sraten Kecamatan Tuntang
Kabupaten Semarang Tahun 2014 adalah 6 responden.
P =
53
P = 0,2068 X 100 %
P = 20,68%
P = 21%
Untuk lebih jelas peneliti sampaikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi mengenai persepsi siswa tentang Kepribadian Guru MI Ma’arif
Sraten Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2014.
Tabel 4.4
Prosentase mengenai Persepsi Siswa tentang Kepribadian Guru MI Ma’arif Sraten
Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2014
No Kualifikasi Interval Frekuensi Prosentase 1 Tinggi 28 – 31 13 45%
2 Sedang 24 – 27 10 34%
3 Rendah 20 – 23 6 21%
Dari analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa persepsi siswa
tentang Kepribadian Guru MI Ma’arif Sraten Kecamatan Tuntang
Kabupaten Semarang Tahun 2014 terletak pada kualifikasi tinggi yang
berdasarkan hasil perhitungan penelitian sebanyak 13 siswa atau 45% dari
jumlah siswa.
2. Analisis Tentang Akhlaqul Karimah Siswa
Tabel 4.5
Skor Jawaban Angket tentang Akhlaqul Karimah Siswa
No
Resp.
Nomor Item Y
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 2 2 3 2 2 2 3 3 2 3 24
2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
54
No
Resp.
Nomor Item Y
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 27
4 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 28
5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
6 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
7 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 28
8 3 2 3 2 3 3 2 3 3 2 26
9 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 28
10 3 3 3 1 3 3 3 3 3 1 26
11 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
12 2 2 3 3 1 3 3 3 2 1 23
13 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 29
14 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
15 3 3 3 2 2 3 3 2 2 2 25
16 2 2 2 3 2 2 2 3 3 2 23
17 3 2 3 1 3 3 3 3 2 2 25
18 3 1 1 3 1 3 1 3 1 3 20
19 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 28
20 3 3 2 2 2 2 3 3 2 3 25
21 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 22
22 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 21
23 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 29
24 3 3 2 3 2 3 3 2 2 2 25
25 2 3 1 3 2 3 3 2 2 2 23
26 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
27 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 23
28 3 3 2 3 1 3 3 2 3 3 26
29 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 28
55
Langkah selanjutnya adalah menghitung skor total yang
diperoleh oleh setiap responden berdasarkan jawaban yang telah
diberikan. Untuk lebih jelasnya penulis sajikan tabel berikut:
Tabel 4.6 Hasil Skor tentang Akhlaqul Karimah Siswa
No. Resp Item Jawaban Skor Jawaban Skor
Total A B C 3 2 1
1 4 6 0 12 12 0 24
2 10 0 0 30 0 0 30
3 7 3 0 21 6 0 27
4. 8 2 0 24 4 0 28
5 10 0 0 30 0 0 30
6 0 10 0 0 20 0 20
7 9 0 1 27 0 1 28
8 6 4 0 18 8 0 26
9 8 2 0 24 4 0 28
10 8 0 2 24 0 2 26
11. 10 0 0 30 0 0 30
12. 5 3 2 15 6 2 23
13 9 1 0 27 2 0 29
14 10 0 0 30 0 0 30
15 5 5 0 15 10 0 25
16 3 7 0 9 14 0 23
17 6 3 1 18 6 1 25
18 5 0 5 15 0 5 20
56
19 9 0 1 27 0 1 28
20 5 5 0 15 10 0 25
21 2 8 0 6 16 0 22
22 1 9 0 3 18 0 21
23 9 1 0 27 2 0 29
24 5 5 0 15 10 0 25
25 4 5 1 12 10 1 23
26 10 0 0 30 0 0 30
27 3 7 0 9 14 0 23
28 7 2 1 21 4 1 26
29 8 2 0 24 4 0 28
Untuk menentukan interval penulis mengunakan rumus :
i = –
keterangan :
i = interval
xt = nilai tertinggi
xr = nilai terendah
xi = kelas interval
dari rumus tersebut dapat diperoleh :
i =
i =
i =
i = 3,667
57
i = 4
dengan interval kelas 4 maka diperoleh penggolongan Akhlaqul
Karimah siswa sebagai berikut :
28 – 31 termasuk kategori tinggi yang diberi lambang A
24 – 27 termasuk kategori sedang yang diberi lambang B
20 – 23 termasuk kategori rendah yang diberi lambang C
Tabel 4.7 Distribusi frekwensi jawaban Akhlaqul Karimah Siswa
No Kualifikasi Interval Frekwensi
1 Tinggi 28 – 31 12
2 Sedang 24 – 27 9
3 Rendah 20 – 23 8
Untuk mengetahui prosentase dari masing-masing frekwensi
penulis menggunakan rumus sebagai berikut :
P : X 100 %
Keterangan :
P = angka prosentase
F = frekwensi yang sedang dicari prosentasenya
N = jumlah siswa
100 % = bilangan konstanta
a. Untuk kategori tinggi mengenai Akhlaqul Karimah siswa MI
ma’arif sraten kecamatan tuntang kabupaten semarang tahun 2014
adalah 12 responden.
P =
58
P = 0,4137 100 %
P = 41,37%
P = 41%
b. Untuk kategori sedang mengenai Akhlaqul Karimah siswa MI
ma’arif sraten kecamatan tuntang kabupaten semarang tahun 2014
adalah 9 responden.
P =
P = 0,3103 100 %
P = 31,03%
P = 31%
c. Untuk kategori rendah mengenai Akhlaqul Karimah siswa MI
ma’arif sraten kecamatan tuntang kabupaten semarang tahun 2014
adalah 8 responden.
P =
P = 0,2758 X 100 %
P = 27,58%
P = 28%
Untuk lebih jelas penulis sampaikan dalam bentuk tabel distribusi
frekwensi mengenai Akhlaqul Karimah siswa MI Ma’arif Sraten
Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2014.
59
Tabel 4.8
Prosentase Mengenai Akhlaqul Karimah Siswa MI Ma’arif Sraten Kecamatan
Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2014
No Kualifikasi Interval Frekwensi Prosentase 1 Tinggi 28 – 30 12 41%
2 Sedang 24 – 27 9 31%
3 Rendah 20 – 23 8 28%
Dari analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa Akhlaqul Karimah siswa
MI Ma’arif Sraten Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang tahun 2014
terletak pada kualifikasi tinggi yang berdasarkan hasil perhitungan
penelitian sebanyak 12 siswa atau 45% dari jumlah siswa.
B. Analisis Uji Hipotesis
Sebelum diadakan perhitungan dengan menggunakan rumus
korelasi product moment, data-data yang telah diberikan skor seperti
dijelaskan pada tahap analisis pendahuluan yaitu ∑X, ∑Y, ∑XY, ∑ X2 dan
∑Y2, terlebih dahulu dimasukan dalam tabel kerja berikut:
Tabel 4. 9 Tabel Kerja Persiapan Penghitungan Product Moment
NO. X Y XY X² Y²
1 23 24 552 529 576
2 30 30 900 900 900
3 28 27 756 784 729
4 29 28 812 841 784
60
5 30 30 900 900 900
6 29 20 580 841 400
7 21 28 588 441 784
8 20 26 520 400 676
9 28 28 784 784 784
10 30 26 780 900 676
11 30 30 900 900 900
12 28 23 644 784 529
13 27 29 783 729 841
14 30 30 900 900 900
15 24 25 600 576 625
16 27 23 621 729 529
17 25 25 625 625 625
18 21 20 420 441 400
19 28 28 784 784 784
20 25 25 625 625 625
21 24 22 528 576 484
22 23 21 483 529 441
23 30 29 870 900 841
24 29 25 725 841 625
25 26 23 598 676 529
26 27 30 810 729 900
27 22 23 506 484 529
28 24 26 624 576 676
29 26 28 728 676 784
∑ 764 752 19946 20400 19776
61
Untuk mencari koefisiensi korelasi antara variabel X dan Variabel
Y, maka hasil penghitungan di atas dimasukan ke dalam rumus product
moment sebagai berikut:
∑X = 764
∑Y = 752
∑XY = 19946
∑X2
= 20400
∑Y2
= 19776
Berdasarkan data di atas, kemudian dilakukan penghitungan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
rxy
62
Berdasarkan hasil penghitungan data-data di atas, maka diperoleh harga
rxy =
C. Analisis Lanjutan
Setelah diperoleh nilai perhitungan tersebut, langkah selanjutnya
adalah mengadakan konsultasi hasil perhitungan (rxy). Untuk N
(responden) 29, r tabel taraf signifikasi 5% untuk N = 29 adalah 0,367 dan
taraf signifikan 1% untuk N = 29 adalah 0,470 dari hasil penelitian
diketahui nilai rxy (r hitung) adalah 0,491. Bilamana nilai rxy (r hitung)
sama dengan atau lebih besar dari nilai kritik r tabel, maka nilai rxy (r
hitung) yang diperoleh adalah signifikan. Hal ini menunjukan bahwa
antara variabel X (persepsi siswa tentang kepribadian guru) dengan
variabel Y (akhlaqul karimah siswa) ada korelasi yang positif.
Berdasarkan data hasil perhitungan di atas nilai rxy (r hitung) lebih
besar dari nilai r tabel pada taraf signifikasi 5% maupun pada taraf
signifikan 1% (0,367 < 0,491 > 0,470). Oleh karena itu, dapat disimpulkan
bahwa terdapat hubungan yang positif antara persepsi siswa tentang
kepribadian guru dengan akhlaqul karimah siswa MI Ma’arif Sraten
Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2014. Sehingga semakin
tinggi intensitas persepsi siswa tentang kepribadian guru, semakin tinggi
64
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian di MI Ma’arif Sraten Kec. Tuntang Kab.
Semarang tentang persepsi siswa tentang kepribadian guru dengan akhlaqul
karimah siswa, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Persepsi siswa tentang kepribadian guru di MI Ma’arif Sraten Kec.
Tuntang Kab. Semarang tahun 2013/2014 dari perolehan jawaban
angket untuk kategori tinggi adalah 13 anak (45%), kategori sedang 10
anak (34%), dan kategori rendah 6 anak (21%).
2. Akhlaqul karimah siswa MI Ma’arif Sraten Kec. Tuntang Kab.
Semarang dari perolehan jawaban angket untuk kategori tinggi adalah
12 anak (41%), kategori sedang adalah 9 anak (31%), dan kategori
rendah adalah 8 anak (28%).
3. Persepsi siswa tentang kepribadian guru dengan akhlaqul karimah
siswa MI Ma’arif Sraten Kec. Tuntang Kab. Semarang terbukti
signifikan setelah data dianalisis dengan menggunakan teknik korelasi
product moment telah diperoleh taraf signifikasi 5% untuk N = 29
adalah 0,367 dan taraf signifikan 1% untuk N = 29 adalah 0,470 yang
mana jika r hitung lebih besar dari r tabel, maka Ha diterima, dengan
demikian korelasi 0.491 itu “Signifikan”. Berdasarkan hasil tersebut
65
dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi persepsi siswa tentang
kepribadian guru maka semakin tinggi pula akhlaqul karimah siswa.
B. SARAN
Berdasarkan dari kesimpulan bahwa semakin tinggi persepsi siswa tentang
kepribadian guru maka semakin tinggi pula akhlaqul karimah siswa, maka
penulis memberikan saran sebagai berikut :
1. Seyogyanya seorang guru haruslah memiliki kepribadian yang baik
karena seorang guru adalah panutan bagi peserta didiknya.
2. Perlu adanya kesadaran bagi seorang guru untuk menambah lagi
kualitas kepribadiannya supaya akhlaqul karimah peserta didik juga
semakin baik.
3. Untuk penelitian selanjutnya akan lebih baik jika penggunaan judul
diatas digunakan untuk penelitian kualitatif.
66
Daftar pustaka
Abdullah, Yatimin. 2007. Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an. Jakarta:
AMZAH.
Amzah Qur’an. 2009. Al-Qur’an Tajwid Warna dan Terjemahnya. Jakarta Timur:
PT Bumi Aksara.
Asy Syalhub, Fu’ad. 2006. Guruku Muhammad saw. Jakarta: Gema Insani Press.
Barnawi, et.al. 2012. Etika dan Profesi Kependidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Darajat, Zakiyah, et.al. 2000. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Desmita. 2011. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukati.,
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Fauzi, Ahmad. 2004. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.
Naim, Ngainun. 2011. Menjadi Guru Inspiratif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Nata, Abudin.2000. Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 2 Tahun 2008 Tentang Standar
Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan
Bahasa Arab di Madrasah.
Poerwadarminta, W.J.S. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Sagala, Syaiful. 2009. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan.
Bandung: Alfabeta.
Sapuri, Rafy. 2009. Psikologi Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sarwono, Sarlito Wirawan. 1998a. Pengatar Umum Psikologi. Jakarta: Bulan
Bintang.
2010a. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
67
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D). Bandung: CV. Alfabeta.
Syah, Muhibbin. 2004a. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
2010a. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Syukur, Amin. 2003. Studi Islam. Semarang: CV. Bima Sakti.
Thoifuri. 2003. Menjadi Guru Inisiator. Semarang: RaSAIL Media Group.
Tohirin. 2006. Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
Undang-Undang R.I. Nomor 20 Tahun 2003 Tentang “ SISDIKNAS
(SistemPendidikan Nasional) Beserta Penjelasanya”. Bandung : Citra
Umbara.
Walgito, Bimo. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: CV Andi Offset.
NO VARIABEL DEVINISI
OPERASIONAL INDIKATOR ANGKET
1 Persepsi siswa
tentang
kepribadian
guru
Kemampuan siswa dalam
mengemukakan pendapat
atau ide dan kemampuan
siswa dalam menilai
keseluruhan kealitas
perilaku seorang pengajar
1. Dapat memberikan
penilaian kepada guru
yang menghargai peserta
didik tanpa membedakan
keyakinan yang dianut,
suku, adat istiadat, daerah
asal dan gender
1. Apakah guru anak-anak membeda-bedakan
antara siswa laki-laki dan perempuan?
2. Dapat memberikan
penilaian tentang sikap
guru yang sesuai dengan
norma agama yang
dianut, hukum dan norma
sosial yang berlaku
dalam masyarakat, serta
kebudayaan nasional
Indonesia yang beragam
2. Apakah guru anak-anak memaafka, ketika
ada siswa yang melakukan kesalahan?
3. Dapat memberikan
penilaian tentang
perilaku guru yang jujur,
tegas, dan manusiawi
3. Ketika ada murid yang melanggar, apakah
guru anak-anak menegurnya dengan sikap yang
baik?
4. Dapat memberikan
penilaian tentang
perilaku guru yang
mencerminkan
ketakwaan dan akhlak
mulia
4. Ketika ada kegiatan shalat berjamaah
disekolah, apakah guru anak-anak mengikuti
shalat berjamaah?
5. Dapat memberikan
penilaian tentang
perilaku guru yang dapat
diteladani oleh peserta
didik dan anggota
masyarakat disekitarnya
5. Apakah guru anak-anak bersikap ramah dan
santun kepada siswa, guru lain dan masyarakat
sekitar?
6. Dapat memberikan
penilaian terhadap
penampilan guru sebagai
pribadi yang mantap dan
stabil
6. Apakah guru anak-anak sabar dalam
mengajari peserta didik yang belum faham?
7. Dapat memberikan
penilaian terhadap
penampilan guru sebagai
pribadi yang dewasa, arif,
dan berwibawa
7. Apakah guru anak-anak dapat memberikan
solusi dan motivasi saat ada siswa yang
mengalami masalah?
8. Dapat memberikan
penilaian kepada guru
yang menunjukkan etos
kerja dan tanggung jawab
yang tinggi
8. Apakah guru anak-anak berangkat mengajar
tepat waktu?
9. Dapat memberikan
penilaian terhadap guru
yang bangga menjadi
guru dan percaya pada
diri sendiri
9. Apakah guru anak-anak percaya diri ketika
mengajar didepan kelas?
10. Dapat memberikan
penilaian terhadap guru
yang bekerja mandiri
secara profesional
10. Apakah guru anak-anak dapat
mengkondisikan kelas ketika suasana kelas
sedang gaduh?
2 Akhlaqul
karimah siswa
Budi pekerti peserta didik
yang baik
1. Rajin beribadah
kepada Allah
1. Apakah anak-anak melaksanakan shalat
fardhu 5 kali dalam sehari semalam?
2. Apakah anak-anak melaksanakan puasa
Ramadhan 1 bulan penuh?
2. Senantiasa memujiNya 1. Ketika anak-anak melihat pemandangan yang
indah, apakah anak-anak mengucapkan kalimat
Subhanallah?
3. Berbakti kepada orang
tua
1. Ketika akan berangkat kesekolah, apakah
anak-anak meminta izin kepada orang tua?
2. Apakah anak-anak mentaati nasehat yang
diberikan oleh orang tua?
4. Menghargai teman 1. Ketika ada teman yang berbuat salah kepada
anak-anak meminta maaf, apakah anak-anak
memaafkannya?
2. Ketika ada teman anak-anak yang sedang
sakit, apakah anak-anak menengoknya?
5. Menyayangi tumbuhan
dan alam sekitar 1. Apakah anak-anak menyirami tanaman setiap
pagi dan sore hari?
2. Apakah anak-anak memberikan pupuk pada
tanaman agar tumbuh dengan subur?
6. Menyayangi binatang 1. Apakah anak-anak memberi makan hewan
peliharaan yang ada dirumah?
ANGKET
I. PENGANTAR
1. Saya sampaikan terima kasih kepada anda yang telah bersedia meluangkan waktu
untuk mengisi angket penelitian ini
2. Angket penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan data tentang persepsi siswa
tentang kepribadian guru dengan akhlak siswa
3. Pengisian angket penelitian ini tidak akan mempengaruhi penilaian raport anda, oleh
karena itu kejujuran dalam mengisi angket ini sangat diharapkan
II. IDENTITAS RESPONDEN
Nama Lengkap :
Kelas :
Nomor Absen :
Hari/ tanggal :
III. PETUNJUK
1. Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberi tanda silang (x)
pada salah satu huruf a, b, c, dan d sesuai kondisi sebenarnya
IV. PERTANYAAN
A. Persepsi Peserta Didik Tentang Kepribadian Guru
1. Apakah guru membeda-bedakan antara siswa laki-laki dan
perempuan?
a. Tidak
b. Kadang-kadang
c. Ya
2. Apakah guru memaafkan, ketika ada siswa yang melakukan
kesalahan?
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
3. Ketika ada murid yang melanggar, apakah guru menegurnya
dengan sikap yang baik?
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
4. Ketika ada kegiatan shalat berjamaah disekolah, apakah guru
mengikuti shalat berjamaah?
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
5. Apakah guru bersikap ramah dan santun kepada siswa, guru lain
dan masyarakat sekitar?
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
6. Apakah guru sabar dalam mengajari peserta didik yang belum
faham?
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
7. Apakah guru dapat memberikan solusi dan motivasi saat ada siswa
yang mengalami masalah?
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
8. Apakah guru berangkat mengajar tepat waktu?
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
9. Apakah guru percaya diri ketika mengajar didepan kelas?
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
10. Apakah guru dapat mengkondisikan kelas ketika suasana kelas
sedang gaduh?
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
B. Akhlak Siswa
1. Apakah anak-anak melaksanakan shalat fardhu 5 kali dalam sehari
semalam?
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
2. Apakah anak-anak melaksanakan puasa Ramadhan 1 bulan penuh?
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
3. Ketika anak-anak melihat pemandangan yang indah, apakah anak-
anak mengucapkan kalimat Subhanallah?
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
4. Ketika akan berangkat kesekolah, apakah anak-anak meminta izin
kepada orang tua?
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
5. Apakah anak-anak mentaati nasehat yang diberikan oleh orang
tua?
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
6. Ketika ada teman yang berbuat salah kepada anak-anak meminta
maaf, apakah anak-anak memaafkannya?
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
7. Ketika ada teman anak-anak yang sedang sakit, apakah anak-anak
menengoknya?
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
8. Apakah anak-anak menyirami tanaman setiap pagi dan sore hari?
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
9. Apakah anak-anak memberikan pupuk pada tanaman agar tumbuh
dengan subur?
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
10. Apakah anak-anak memberi makan hewan peliharaan yang ada
dirumah?
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
LEMBAGA PENDIDIKAN MA’ARIF NU
MADRASAH IBTIDAIYAH MA’ARIF SRATEN NSM : 111233220078
STATUS : TERAKREDITASI Alamat : Desa Sraten Kec. Tuntang Kab. Semarang Provinsi Jawa Tengah 50773
SURAT KETERANGAN
Nomor : 23/SK-MI/IV/2014
Yang bertanda tangan dibawah ini Kepala Madrasah Ibtidaiyyah Ma’arif
Sraten, menerangkan bahwa:
Nama : Ulfah Masruroh
NIM :11508005
Jurusan : Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyyah
Perguruan Tinggi : Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)
Salatiga
mahasiswa tersebut diatas benar-benar telah melakukan penelitian dengan
judul “ Hubungan Persepsi Siswa tentang Kepribadian Guru dengan
Akhlaqul Karimah Siswa” di MI Ma’arif Sraten Kec. Tuntang Kab.
Semarang.
Demikian surat keterangan ini dibuat agar digunakan sebagaimana
mestinya.
Sraten, 28 April 2014
Kepala Madrasah
Fuji Astuti, S.Pd.I
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : ULFAH MASRUROH
NIM : 11508005
Tempat/tanggal lahir : Kab. Semarang, 23 Juli 1990
Alamat : Sraten RT. 01 RW. 02 Kec. Tuntang Kab. Semarang
Nama Ayah : Muhammad Rodhi
Nama Ibu : Siti Rokhayati
Agama : Islam
Pendidikan :
- MI Sraten 2002
- MTS Al-Hikmah 2005
- MA Al-Hikmah 2008
- S1 STAIN Salatiga 2014
Demikian daftar riwayat hidup ini penulis buat dengan sebenar benarnya.
Salatiga, 28 Maret 2014
Penulis
Ulfah Masruroh
NIM: 11508005