HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN TEKANAN
INTRAOKULER PADA PASIEN POLI MATA RS UMUM
SARILA HUSADA SRAGEN
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1
pada Jurusan pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
Oleh :
BINTANG ADI PRATAMA
J 500 140 029
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
i
HALAMAN PERSETUJUAN
HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN TEKANAN INTRAOKULER PADA
PASIEN POLI MATA RS UMUM SARILA HUSADA SRAGEN
PUBLIKASI ILMIAH
Oleh :
BINTANG ADI PRATAMA
J500140029
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh :
Pembimbing Utama
Dr. Sahilah Ermawati Sp M
NIK. 1240
ii
HALAMAN PENGESAHAN
HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN TEKANAN INTRAOKULER PADA
PASIEN POLI MATA RS UMUM SARILA HUSADA SRAGEN
OLEH :
BINTANG ADI PRATAMA
J500140029
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
dan Pembimbing Utama Skripsi
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari Senin, 1 April 2019
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Dewan Penguji
1. Dr. Iin Novita NM, M.Sc., Sp.PD (.......................)
(Ketua Dewan Penguji)
2. Dr. Sri Wahyu Basuki, M.Kes (.......................)
(Anggota I Dewan Penguji)
3. Dr. Sahilah Ermawati Sp M (.......................)
(Anggota II Dewan Penguji)
Dekan
Prof. DR. Dr. EM Sutrisna, M.Kes.
NIK. 919
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi skripsi ini
tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di
suatu perguruan tinggi, sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis dan diterbitkan oleh orang lain kecuali dalam naskah
ini disebutkan dalam pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas,
maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.
Surakarta, 1 April 2019
Penulis,
Bintang Adi Pratama
J500140029
1
HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN TEKANAN INTRAOKULER PADA
PASIEN POLI MATA RS UMUM SARILA HUSADA SRAGEN
Abstrak
Glaukoma adalah penyakit saraf optik jangka panjang yang ditandai oleh adanya
kerusakan struktur diskus optikus atau serabut saraf retina, kelainan lapangan
pandang dan biasanya disertai peningkatan tekanan intraokular. Penelitian ini
adalah penelitian deskriptif-analitik dengan studi cross sectional. Populasi target
dari penelitian ini adalah seluruh pasien yang didiagnosis menderita hipertensi dan
yang datang ke poli mata. Populasi terjangkau penelitian ini adalah pasien yang
didiagnosis dengan hipertensi ketika datang berobat di RS Umum Sarila Husada
Sragen pada bulan Juli tahun 2018. Hasil penelitian didapatkan responden yang
paling banyak berjenis kelamin perempuan (60,52%) dan kebanyakan responden
yang berusia 51-60 tahun (34,21%). Selain itu, responden yang mengalami
peningkatan tekanan intraokuler dan memiliki riwayat hipertensi berjumlah
sebanyak 6 orang (66,7%), sedangkan responden yang mengalami peningkatan
tekanan intraokulerdan tidak memiliki hipertensi berjumlah sebanyak 3 orang
(3,33%). Kemudian pasien yang mengalami peningkatan tekanan intraokuler dan
tidak mengalami hipertensi berjumlah 4 orang (14,8%), sedangkan responden
yang tidak mengalami peningkatan tekanan intraokuler dan tidak mempunyai
riwayat hipertensi sebanyak 23 orang (85,2%). Pada uji hipotesis dengan
menggunakan Fisher’s exact test, diperoleh p=0,026.
Kata Kunci: hipertensi, tekanan intraokuler, glaukoma
Abstract
Glaucoma is a long-term optic nerve disease characterized by damage to the
structure of the optic disc or retinal nerve fibers, abnormalities of the field of view
and usually accompanied by increased intraocular pressure. This research is a
descriptive analytic study with cross sectional study. The target population of this
study were all patients diagnosed with hypertension and those who came to the
eye clinic. The affordable population of this study was patients diagnosed with
hypertension when they came to treatment at Sarila Husada General Hospital
Sragen in July 2018. The results of the study showed that the respondents were
the most female (60.52%) and most respondents were 51-60 years old (34.21%).
In addition, respondents who experienced an increase in intraocular pressure and
had a history of hypertension amounted to 6 people (66.7%), while respondents
who experienced increased intraocular pressure and did not have hypertension
amounted to 3 people (3.33%). Then patients who experienced an increase in
intraocular pressure and did not experience hypertension were 4 people (14.8%),
while respondents who did not experience increased intraocular pressure and did
not have a history of hypertension were 23 people (85.2%). In the hypothesis test
using Fisher's exact test, p = 0.026 was obtained.
Keywords: hypertension, intraocular pressure, glaucoma
2
1. PENDAHULUAN
Gangguan penglihatan dan kebutaan masih menjadi masalah kesehatan di
Indonesia. Berdasarakan hasil survey World Health Organization (WHO),
penyebab utama kebutaan tahun 2002 adalah katarak (47,8%), glaukoma (12,8%),
penyakit degeneratif (8,7%), kekeruhan kornea (5,1%), diabetes retinopati (4,8%),
trakhoma (3,6%), dan lain-lain (17,6%) (Reskinof & Pascolini, 2002). Prevalensi
glaukoma adalah 0,5% (berdasarkan keluhan responden). Sebanyak 9 provinsi
mempunyai prevalensi glaukoma di atas prevalensi nasional, yaitu Nanggore
Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Kepulauan Riau, DKI
Jakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Tengah, dan Gorontalo
(Riset Kesehatan Dasar, 2007). Berdasarkan Survei Departemen Kesehatan
Indonesia tahun 1966, dari 0,2% kebutaan akibat glaukoma terdapat 0,16%
kebutaan pada kedua mata dan 0,04% kebutaan pada satu mata (Ilyas, 2009).
Glaukoma adalah penyakit saraf optik jangka panjang yang ditandai oleh
adanya kerusakan struktur diskus optikus atau serabut saraf retina, kelainan
lapangan pandang dan biasanya disertai peningkatan tekanan intraokular (Salmon,
2008). Hampir 60 juta orang terkena glaukoma. Diperkirakan 3 juta penduduk
Indonesia terkena glukoma dan menjadikan penyakit ini sebagai penyebab utama
kebutaan yang dapat dicegah. Glaukoma tidak hanya dapat disebabkan tanpa
disertai penyakit lainnya tetapi juga dapat disebabkan oleh penyakit local pada
mata dan penyakit sistemik. Secara kusus, beberapa studi epidemiologi
menunjukan bahwa tekanan darah sistemik yang tinggi dikaitkan dengan adanya
sedikit peninggian TIO (Costa, et al., 2009).
Hipertensi adalah keadaan dimana peningkatan tekanan darah yang
memberi gejala yang akan berlanjut untuk suatu organ target seperti stroke pada
otak, penyakit jantung coroner pada pembuluh darah jantung dan ventrikel kiri
hipertensi pada otot jantung (Guyton & Hall, 2008). Menurut data WHO, di
seluruh dunia terdapat sekitar 972 juta orang atau 26,4% penghuni bumi mengidap
hipertensi, angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% ditahun 2025.
Dari 972 juta pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 juta
sisanya berada di negara sedang berkembang, termasuk Indonesia (Anggara &
3
Prayitno, 2013). Hipertensi merupakan kondisi yang umum dijumpai pada pusat
kesehatan layanan primer dan sering menyebabkan komplikasi seperti infark
miokard, stroke, gagal ginjal, kematian apabila tidak terdeteksi sejak dini dan
diobati dengan tepat (James, et al., 2014).
Sampai saat ini hipertensi masih menjadi masalah yang cukup komplek
bagi Indonesia. Bahkan, hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan
pada pelayanan kesehatan primer. Hal ini merupakan masalah kesehatan dengan
prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8% sesuai dengan data Riskesdes 2013.
Disamping itu, pengontrolan pada pasien hipertensi masih belum adekuat dalam
pengawasan dan tatalaksana meskipun obat-obatan yang efektif banyak tersedia.
Hipertensi juga merupakan salah satu penyakit degeneratif yang mana dapat
dialami setiap orang seiring bertambahnya usia (Seke, et al., 2016).
Faktor risiko yang mungkin untuk memicu terjadinya suatu glaukoma
adalah penyakit sistemik kardiovaskular, diabetes militus, migrain, hipertensi
sistemik, dan vasospasme (Bell, 2012).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Christina Magdalena (2006)
di Rumah Sakit Umum DR. Soetomo Surabaya, menemukan bahwa penderita
yang telah menderita hipertensi ≥ 5 tahun berisiko mengalami glaukoma sebesar
empat kali lebih besar.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan
antara hipertensi terhadap tekanan intraokuler.
2. METODE
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif-analitik dengan studi cross sectional
dimana penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara hipertensi
dengan tekanan intraokuli dengan cara observasi dan pengumpulan data dilakukan
secara simultan atau dalam waktu yang bersamaan (point time approach)
(Notoatmojo, 2010).
4
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
3.1.1 Karakteristik Subjek Penelitian
Sampel dalam penelitian ini dikumpulkan selama bulan juli 2018 dan diperoleh
sebanyak 36 sampel. Semua data diperoleh dari data primer yaitu wawancara
langsung kepada responden atau pasien.
3.1.2 Diskripsi Sampel Berdasarkan Usia
Dari hasil penelitian, diperoleh distribusi usia responden sebagai berikut:
Tabel 1. Data Distribusi Sampel Penelitian Berdasarkan Usia Responden
Umur Responden Jumlah Persentasi (%)
31-40 1 2,63
41-50 4 11,11
51-60 13 34,21
61-70 8 21,05
71-80 7 18,42
81-90 3 8,33
Total 36 100
Dari tabel tersebut terlihat bahwa jumlah sampel terbanyak ada pada
rentang usia 51-60 tahun (34,21%)..
3.1.3 Deskripsi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin
Dari hasil penelitian juga dapat diperoleh distribusi jenis kelamin responden
sebagai berikut.
Tabel 2. Data Distribusi Sampel Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin
Responden.
Jenis Kelamin Jumlah Persentasi (%)
Laki-Laki 13 36,11
Perempuan 23 60,52
Total 36 100
Berdasarkan tabel tersebut, dapat diperoleh jumlah responden perempuan
(60,52) lebih banyak daripada laki-laki (36,11).
3.1.4 Deskripsi Sampel Berdasarakan Hasil Pemeriksaan Tekanan Intraokuli
Dari hasil penelitian juga didapati interpretasi hasil pemeriksaan tekanan
intraokuler sebagai berikut.
5
Tabel 3. Data Distribusi Sampel Penelitian Berdasarkan Hasil
Pemeriksaan Tekanan Intraokuli
Tekanan Intraokuli Jumlah Persentasi (%)
Meningkat 9 25
Normal 27 75
Total 36 100
Dari tabel 3 terlihat jumlah pasien yang mengalami peningkatan tekanan
intraokuli (25%) lebih sedikit daripada yang tidak mengalami peningkatan
tekanan intraokuli (75%).
3.1.5 Deskripsi Sampel Berdasarakan Riwayat Hipertensi
Dari hasil penelitian dapat menggambarkan pasien dengan diagnosis hipertensi
sebagai berikut
Tabel 4. Data Distribusi Sampel Penelitian Berdasarkan Riwayat
Hipertensi
Hipertensi Jumlah Presentasi %
Ada 9 25
Tidak ada 27 75
Total 36 100
Berdasarkan tabel 4, pasien poli mata yang mempunyai diagnosis
hipertensi (25%) lebih banyak daripada yang tidak mempunyai diagnosis
hipertensi (75%).
Tabel 5. Hubungan Pasien Hipertensi Dengan Peningkatan Tekanan Intraokuler
Interpretasi Tekanan
Intraokuler Total
Meningkat Normal
Pasien
Hipertensi
Ada Jumlah 6 3 9
Persentasi 66,7% 33,3% 100%
Tidak ada Jumlah 4 23 27
Persentasi 14,8% 85,2% 100%
Total Jumlah 10 26 36
Persentasi 27,7% 72,2% 100%
Berdasarkan tabel 5 didapatkan bahwa responden yang mengalami
peningkatan tekanan intraokuler dan pasien yang didiagnosis hipertensi berjumlah
sebanyak 6 orang (66,7%) sedangkan responden yang mengalami peningkatan
6
tekanan intraokuler dan tidak memiliki hipertensi berjumlah sebanyak 3 orang
(33,3%). Kemudian pasien yang memiliki hipertensi dan tidak mengalami
peningkatan tekanan intraokuler 4 orang (14,8%). Sedangkan responden yang
tidak mengalami peningkatan tekanan intraokuler dan tidak didiagnosis hipertensi
sebanyak 23 orang (85,2%).
3.2 Analisis Data
Pengujian terhadap hipotesis yang menyatakan adanya hubungan antara hipertensi
dengan peningkatan tekanan intraokuler pada pasien poli mata RS Sarila Husada
Sragen dilakukan dengan bantuan program SPSS for windows yang akan
menganalisis variabel dependen dan variabel independen. Data yang dikumpulkan
dari hasil pemeriksaan dengan 38 responden akan dianalisis melalui uji hipotesis
Chi Square dan didapatkan hasilnya sebagai berikut
Tabel 6. Hubungan Hipertensi Dengan Tekanan Intraokuler
Interpretasi Tekanan
Intraokuler Total Nilai
p Meningkat Normal
Pasien
Hipertensi
Ada Jumlah 6 3 9
%Hipertensi 66,7% 33,3% 100%
Tidak ada Jumlah 4 23 27
% Hipertensi 14,8% 85,2% 100%
Total Jumlah 10 26 36
% Hipertensi 27,8% 72,2% 100%
0,026
Dari hasil perhitungan uji hipotesis Chi-Square diperoleh satu sel yang
memiliki nilai di bawah 5, yaitu 3 sel. Hal ini menyebabkan uji hipotesis Chi-
Square tidak dapat dipergunakan. Maka, sebagai alternatif dipergunakanlah uji
hipotesis Fisher’s exact test. Hasil output yang diperoleh adalah nilai p=0,026.
Nilai p yang lebih kecil dari 0,05 menyebabkan Ho dalam penelitian ini diterima
dan H1 ditolak. Ini berarti adanya hubungan antara hipertensi dengan
peningkatan tekanan intraokuler.
3.3 Pembahasan
Dari hasil analisis data penelitian, dijumpai lebih banyak responden yang berjenis
kelamin perempuan (60,52%). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang
7
dilakukan oleh (Uhm, 1992). Hal ini berbeda dengan yang dilakukan dengan yang
dilakukan oleh (Zarei, 2011)dan (Souza, 2010) yang mendapatkan responden yang
berjenis kelamin laki-laki lebih banyak pada pasien hipertensi.
Berdasarkan usia, jumlah responden terbanyak didapati pada usia di atas
40 tahun yaitu pada rentang usia 51-60 tahun (34,21%). Sama halnya pada
penelitian yang lainnya, yaitu (Chopra, 2008), (Zarei, 2011), (Souza, 2010) dan
(Uhm, 1992). Persamaan ini dikarenakan menurut data epidemiologi didapati
penderita penderita glaukoma lebih banyak pada penderita di atas 40 tahun
(perdami, 2010)
Responden yang mengalami peningkatan tekanan intraokuler (47,36%)
kurang dominan daripada yang tidak mengalami peningkatan tekanan intraokuler
(52,63%). Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh (Zarei, 2011),
(Souza, 2010) dan (Chopra, 2008) yang mendapatkan nilai tekanan intraokuler
dalam batas normal.
Pada hasil analisis data dengan menggunakan uji hipotesis Fisher’s exact,
didapati jumlah penderita glaukoma yang memiliki hipertensi lebih banyak
(66,7%) dari pada yang tidak memiliki hipertensi (33,3%). Hal ini berbeda dengan
penelitian yang dilakukan (Langman, et al., 2005), (Souza, 2010), dan (Uhm,
1992) yang mendapatkan jumlah penderita glaukoma yang tidak memiliki
hipertensi lebih banyak.
Sedangkan sampel dengan riwayat hipertensi yang mengalami peningkatan
tekanan intraokuler (66,7%) lebih banyak daripada yang tidak mengalami
peningkatakan tekanan intraokuler (14,8%).
Hasil output yang memberikan nilai p< 0,05, menunjukan bahwa adanya
hubungan yang signifikan antara hipertensi dengan perubahan tekanan intraokuler.
Berbeda halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh (Souza, 2010) dan (Zarei,
2011) dengan nilai p masing-masing adalah 0,74 dan 0,07. Namun pada penelitian
yang dilakukan oleh (Leske, 2002) didapati nilai p=0,01 dan nilai tersebut
menunjukan adanya hubungan antara hipertensi dengan peningkatan intraokuler.
Kondisi peningkatan tekanan darah akan meningkatkan aliran darah pada
mata (dengan asumsi bahwa penderita telah mengalami hipertensi dalam jangka
8
waktu yang lama). Setelah peningkatkan tekanan darah berlangsung dalam jangka
waktu yang lama, terjadilah kerusakan pembuluh darah kecil dan meningkatnya
resistensi aliran dan pengurangan dari aliran darah pada mata disertai hilangnya
sel-sel ganglion yang akan mengakibatkan penahanan aliran dan terjadi
penumpukan cairan sehingga terjadi peningkatan tekanan intraokuli (Fraser, et al.,
1999).
Faktor terpenting untuk mengetahui perkembangan dari glaukoma adalah
dengan mengukur tekanan perfusi diastolik pada jaringan okular. Tekanan perfusi
diastolik pada mata dapat dihitung dengan cara tekanan darah diastolik dikurangi
dengan tekanan pada bola mata. Berdasarkan penelitian yang ada, tekanan perfusi
diastolik yang rendah (kurang dari 55 mmHg) berhubungan dengan peningkatan
progresifitas penyakit glaukoma (Fraser, et al., 1999).
.
4. PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, Ada hubungan yang signifikan
secara statistik antara hipertensi dengan peningkatan tekanan intraokuler. Saran
dari peneliti sebaiknya kepada masyarakat agar rutin memeriksakan kesehatannya
meskipun tidak memiliki keluhan mengenai kesehatannya.
PERSANTUNAN
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada Prof. DR.
Dr. EM Sutrisna, M.Kes selaku dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Kepada Dr. Sahilah Ermawati Sp M, Dr. Iin Novita
Nurhidayati Mahmuda, M.Sc, Sp.PD, Dr. Sri Wahyu Basuki, M.Kes. yang telah
membimbing, memberikan saran dan kritik dalam penelitian ini. Segenap dosen
dan staff Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta, serta
segenap pihak yang terkait di tempat penelitian RSU Sarila Husada Sragen yang
telah memberi izin dan membantu penulis dalam menyeleseikan skripsi, seluruh
keluarga penulis yang terus mendoakan serta teman-teman mahasiswa progdi
Pendidikan Dokter angkatan 2014 Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Surakarta yang selalu memberikan dukungan.
9
DAFTAR PUSTAKA
Anggara, F. H. D. & Prayitno, N. (2013). Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Tekanan Darah Di Puskesmas Telaga Murni,Cikarang Barat
Tahun 2012. Jurnal Ilmiah Kesehatan, Volume 5.
Arifin, R., Harmayetty & Sriyono. (2012). Perbedaan communication back
massage dan back massage dalam menurunkan tekanan darah pada
klien dengan lansia dengan hipertensi. Critical, Medical & Surgical
Nursing Journal, 1(1), pp. 1-8.
Asadi. (2010). Hipertensi. Merawat Dan Menyembuhkan Penyakit Tekanan
Darah Tinggi. Bantul: Kreasi Wacana.
Bawazier, L. (2008). Hipertens. Lima Puluh Masalah Kesehatan Di Bidang Ilmu
Penyakit Dalam.. Ed. 1 ed. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam FK UI.
Bell, J. A. (2012). Primary Open-Angle Glaucoma. [Online]
Available at: http://emedicine.medscape.com/article/1206147-overview
[Accessed 8 12 2017].
Chopra, V. (2008). Type 2 Diabetes Mellitus and The Risk of Open-Angle
Glaucoma. J. Ophtha. , Volume 115, pp. 227-232.
Cibis, G. H. et al. (2007). Trabecular Meshwork. In: Tanaka, S., ed. Fundamentals
and Principles. American Academy of Ophthalmology, pp. 54-59.
Costa, V. P., Arcieri, E. S. & Harris, A. (2009). Blood Pressure and Glaucoma.
Br. J. Ophthalmol, Issue 93, pp. 1276-1282.
Deokule, S. & Weinreb, R. N. (2008). Relationships among systemic blood
pressure, intraocular pressure and open-angle glaucoma. In: 43 ed.
s.l.:Can J Ophthalmol , pp. 302-307.
Depkes RI. (2015). Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi). [Online]
Available at: http://www.pptm.depkes.go.id/cms/frontend/ebook/
Tekanan_ Darah_Tinggi.pdf [Accessed 27 Oktober 2017].
Dewanto, P. B. (2009). Perbedaan Cardiothoracic Ratio (CTR) Normal antara
Proyeksi Standar Foto Toraks dengan Proyeksi Anterio-Posterior (AP)
Supine Ekspirasi Maksima. Jurnal Biomedika, Volume 1.
Fraser, S., Wormald, R. & Hitchings, R. (1999). Blood pressure and glaucoma. In:
s.l.:Moorfields Eye Hospital, pp. 858-859.
Gameraddin, M. et al. (2014). Evaluation of Cardiothoracic Ratio of Normal
Subjects in Al madinah Al Munawwara Using Chest Radiographs.
Pensee Journal, 76(4), pp. 374-385.
10
Gray, H. H., Dawkins, K. D., Morgan, J. M. & Simpson, I. A. (2005). Lecture
Notes: Kardiologi. Ed. 4 ed. Jakarta: Erlangga.
Guyton, A. & Hall, J. (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 12 ed. Jakarta:
EGC.
Ilyas, S. (2003). Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
James, P. A., Suzanne, O. & Carter, B. L. (2014). Evidence-Based Guideline for
the Management of High Blood Pressure in Adults Report From the
Panel Members Appointed to the Eighth Joint National Committee
(JNC 8). Clinical Review & Education.
Ji, J. D. (2007). Diurnal Variability of Intraocular Pressure. Arch Soc Esp
Oftalmol, Issue 82, pp. 675-680.
Johnson, R. J. et al. (2003). Is There a Pathogenic Rule of Uric Acid in
Hypertension,Cardiovascular and Renal Disease?. Hypertension
Journal, Volume 41, pp. 1183-90.
Kanski, J. J. (2007). Glaucoma: Primary Open-Angle Glaucoma. In: Edwards, R.,
ed. Clinical Ophthalmology, A Systemic Approach, pp. 382-390.
Khurana, A. K. (2007). Comprehensive Ophthalmology. Age International (P)
Limited, pp. 205-231.
Kwon, Y. H., Fingert, J. H., Kuehn, M. H. & Alward, W. I. M. (2009).
Mechanisms of Disease, Primary Open-Angle Glaucoma. N Engl J Med
360, pp. 1113-1124.
Langman, M. J. S., Lancashire, R. J., Cheng, K. K. & Stewart, P. M. (2005).
Systemic hypertension and glaucoma: mechanisms in common and co-
occurreence. Br J Ophthalmol, Issue 89, pp. 960-963.
Leske, M. (2002). Incident Open-Angle Glaucoma and Blood Pressure.. Arch
Ophthalmol, Volume 120, pp. 954-959.
Lewa, A. F., Pramantara, I. D. P. & Rahayujat, T. B. (2010). faktor-faktor risiko
hipertensi sistolik terisolasi. Berita Kedokteran Masyarakat, Volume
26, pp. 171 - 17.
Malueka, R. (2007). Radiologi Diagnostik. Yogyakarta: Pustaka Cendekia.
Maryam, R. S. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta:
Salemba Medika.
Mathapathi, R. S., Taklikar, A. R. & Taklikar, R. H. (2013). A Comparative Study
of Intraocular Pressure in Emmetropic and Myopic Subjects in Raichur
City. Journal of Physiology Pharmacology Advances, 3(1), pp. 1-6.
11
Mensah, Y. B. et al. (2015). establishing the cardiothoracic ratio using chest
radiographs in an indigenous ghanaian population: a simple tool for
cardiomegaly screening. ghana medical journal, Volume 49, pp. 159-
164.
Murgatroyd, H. & Bembridge, J. (2008). Intraoculer pressure. Contin Educ Anaest
Crit Care Pain, Volume 3, pp. 100-3.
Murti, B. (2006). Desain dan Ukuan Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif di Bidang Kesehatan. yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Notoatmojo, S. (2010). Rancangan Survey Croos Sectional. Metodologi
Penelitian Kesehatan ed. Jakarta: Rineka Cipta.
Nur, A., Lintong, F. & Moningka, M. (2015). korelasi antara tekanan darah dan
indeks massa ventrikel kiri (left ventricular mass index) pada penderita
hipertensi di rsup prof. dr. r. d. kandou manado. Jurnal e-Biomedik
(eBm), 3(1), pp. 100-10.
Nurwidayanti, L. & Wahyuni, C. U. (2013). ANALISIS PENGARUH PAPARAN
ASAP ROKOK DI RUMAH PADA WANITA TERHADAP
KEJADIAN HIPERTENSI. Jurnal Berkala Epidemiologi, 1(2), pp.
244-53.
Nurwidayanti, L. & Wahyuni, C. U. (2013). analisis pengaruh paparan asap
rokok di rumah pada wanita terhadap kejadian hipertensi. Jurnal
Berkala Epidemiologi, Volume 1, pp. 244-253.
Patel, 2008. Lecture notes radiologi. Edisi kedua penyunt. Jakarta: Erlangga.
perdami, 2010. Tentang Glaukoma. [Online]
Available at: http://www.perdami.or.id/?page=news_seminat.
detail&id=1 [Accessed september 2018].
Potter & Perry, 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan
Praktik. Ed. 4 ed. Jakarta: EGC.
Pudiastuti, R. D. (2013). Penyakit-Penyakit Mematikan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Purwohudoyo, S. S. (1984). Pemeriksaan Kelainan-kelainan Kardiovaskuler
dengan Radiografi Polos. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Rasad, S. (2005). Radiologi Diagnostik ,. Edisi 2 ed. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.
Reskinof, S. & Pascolini, D. (2002). Global Data on visual impairment in the
year. [Online] Available at:
12
http://www.ncbi.nml.nih.gov/pubmed/15640920 [Accessed 30 januari
2018].
Riset Kesehatan Dasar. (2007). Direktorat Jendral Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan. [Online] Available at: http://203.90.70.117/
searo/Indonesia/LinkFiles/Health_Information_and_Evidence_for_polic
y_Riskesdas_2007.pdf [Accessed 30 januari 2018].
Rubenstein, Wayne & Bradley. (2007). Kedokteran Klinis. 6 ed. Jakarta:
Erlangga.
Salmon, J. R. (2008). Glaukoma. In: Paul R, Whitcher, J. P, ed. Oftalmologi
Umum Vaughan & Asbury. 17 ed. Jakarta: EGC.
Sastroasmoro, S. & Ismael, S. (2011). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis.
Ed. 4 ed. Jakarta: Sagung Seto.
Seke, P. A., Bidjuni, H. J. & Lolong, J. (2016). hubungan kejadian stres dengan
penyakit hipertensi pada lansia di balai penyantunan lanjut usia senjah
cerah kecamatan mapanget kota manado. e-journal Keperawatan, 4(2).
Setiati, S. et al., 2014. Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2. 6 ed. JAKARTA:
InternaPublishing.
Siswanto, B. B. et al. (2015). PEDOMAN TATALAKSANA, Jakarta: Pengurus
Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PP
PERKI).
Solomon, I. S. (2002). Aqueous Humor Dynamics. [Online]
Available at: http://www.nyee.edu./pdf/solomonaqhumor.pdf
[Accessed 28 11 2017].
Souza, S. (2010). Evaluation of Systemic Hypertension as a Risk Factor for
Primary Open Angle Glaucoma. [Online]
Available at: 119.82.96.198:8080/jspui/bitstream/123456789/5827/
1/D’Souza%20Sharon.pdf [Accessed september 2018].
Stamper, R. L., Lieberman, M. F. & Drake , M. (1999). Introduction and
Classification of The Glaukomas. Becker-Shaffer's Diagnosis and
Therapy of The Glaucomas, pp. 2-9.
Stamper, R. L., Lieberman, M. F. & Drake, M. V. (2007). Diagnosis and Therapy
off the Glaucoma. s.l.:Mosby Elsevier.
Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sumarna N, D. T. (1994). Buku Ajar Kardiologi Anak. Jakarta: Bina Aksara.
13
Syahrini, E. N., Susanto, H. S. & Udiyono , A. (2012). faktor-faktor risiko
hipertensi primer di puskesmas tlogosari kulon kota semarang. jurnal
kesehatan masyarakat, Volume 1, pp. 315-325
Tania, I. (2011). WHO Manual Pembuatan Foto Diagnostik (Teknik dan Proyeksi
Radiografi). Jakarta: EGC.
Uhm, K. (1992). Glaucoma Risk Factors in Primary Open-Angle Glaucoma
Patients Compared to Ocular Hypertensives and Control Subjects.
Korean J. Ophthalmol , Volume 6, pp. 91-99.
victor, R. G. & kaplan, N. M. (2007). Systemic Hypertension: Mechanisms and
Diagnosis. in: Libby' s Braunwald' s Heart Disease. In: A Textbook of
Cardiovascular Medicine. 8 ed. Philadelphia Saunders: s.n., pp. 1027-
1028.
Wahyuni, A. S. (2007). Chi Square. In: Statistika Kedokteran (Disertai Aplikasi
dengan SPSS). Jakarta: Bamboedoea Communication.
Wallace, M. (2007). Essentials of Gerontological Nursing. New York: Springer
Publishing Company .
Wals, R. A. & et al. (2008). Hurt's The Heart. In: 12 ed. New York : Mc Graw-
Hill.
Weinreb, R. N. & Khaw, P. T. (2004). Primary open-angel Glaucoma. Lancet, pp.
1711-1720.
Wulandari, I. (2009). Perbedaan Cardiothoracic Ratio pada Thorax Standar Usia
Di Bawah 60 Tahun dan Di Atas 60 tahun pada penyakit hipertensi di
RS. PKU Muhammadiyah Surakarta. [Art] (Universitas
Muhammadiyah Surakarta).
Yogiantoro, M. (2006). Hipertensi Esensial dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Ed. 6 ed. Jakarta: InternaPublishing.
Zarei, R. (2011). The Association of Primary Open Angle Glaucoma and
Systemic Hypertension in Patients Referred to Farabi Eye Hospital.
Iranian. J. Ophthamol, Volume 23, pp. 31-34.