HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP
PENGGUNAAN NAPZA PADA SISWA SEKOLAH
LANJUT TINGKAT ATAS (SLTA) DI BANTEN
Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN
OLEH:
Sarah Hanifah Adhiansyah
NIM 11161030000008
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/ 2019 M
i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 12 Desember 2019
Sarah Hanifah Adhiansyah
ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA PADA
SISWA SEKOLAH LANJUT TINGKAT ATAS ( SLTA) DI BANTEN
Laporan Penelitian
Diajukan kepada Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter, Fakultas Kedokteran
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
(S.Ked)
Oleh:
Sarah Hanifah Adhiansyah
NIM: 11161030000008
Pembimbing I Pembimbing II
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H / 2019 M
iii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN JENIS SEKOLAH DENGAN
PENGGUNAAN NAPZA PADA SISWA SEKOLAH LANJUT TINGKAT
ATAS ( SLTA) DI BANTEN yang diajukan oleh Sarah Hanifah Adhiansyah (NIM
11161030000008), telah diujikan dalam sidang di Fakultas Kedokteran pada 12
Desember 2019. Laporan penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) pada Program Studi Kedokteran.
Ciputat, 12 Desember 2019
DEWAN PENGUJI
Ketua Sidang
Pembimbing I Pembimbing II
Penguji I
Penguji II
PIMPINAN FAKULTAS
Dekan FK UIN Kaprodi Kedokteran
iv
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillahirabbil’alamin, dengan menyebut nama Allah Yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang, puji dan syukur kehadirat Allah SWT berkat rahmat
dan nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Shalawat serta
salam saya curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang selalu membimbing umat
manusia. Selama penelitian ini penulis menyadari bahwa banyak sekali mendapatkan
bimbingan, saran, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. dr. Hari Hendarto, Ph.D,.Sp.PD-KEMD, FINASIM selaku Dekan Fakultas
Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. dr. Achmad Zaki, M.Epid, SpOT selaku Ketua Program Studi Kedokteran
yang telah membimbing penulis selama menjalanai pendidikan di program
studi kedokteran FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. dr. Fika Ekayanti, M.Med.Ed, selaku Pembimbing I yang telah meluangkan
waktu, memberikan saran terhadap penulisan yang benar dan yang memberi
motivasi sehingga penelitian ini sehingga dapat terselesaikan.
4. dr. Risahmawati, Dr. Med.Sc, selaku pembimbing yang telah meluangkan
waktu untuk membimbing, memberi masukan serta arahan penulisan yang
bagus dan memotivasi penulis selama pelaksanaan dan penyusunan laporan
penelitian.
5. drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph. D selaku Penanggung Jawab Riset
Fakultas Kedokteran angkatan 2016.
6. dr. Marita Fadhilah, Dr.Med.Sc selaku penguji I dan dr. Isa Multazam Noor,
MSc, SpKJ selaku penguji II sidang saya yang telah bersedia menjadi
penguji dalam sidang skripsi penelitian ini.
v
7. Seluruh staf pengajar yang telah memberikan banyak ilmu kepada saya
selama pendidikan di Progam Studi Kedokteran dan Profesi Dokter FK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
8. Ayah dan mamah yang aku sayangi, Monalisa Hutasuhut dan TB.H.Mahdi
Adhiansyah,S.H. Serta adik-adikku M.Al Fikri Adhianyah yang selalu
memberikan doa, motivasi, dan dukungan kepada penulis selama menempuh
pendidikan program studi kedokteran dan menyelesaikan laporan penelitian.
9. Nenek saya Hj. Nurmalina Lubis yang selalu ada setiap saya butuhkan dan
selalu memberikan dukungan dan motivasi selama menempuh pendidikan
kedokteran dan dalam menyelesaikan laporan penelitian.
10. Sahabat-sahabat preklinik saya Arini Hikmah selaku teman yang berjuang dan
membantu saya mengambil data, dan memberikan semangat selama proses
dalam menyelesaikan penelitian ini. Hadfizah Qaulan Tsaqila yang membantu
saya tengah malam di mana saya lagi dalam kebingungan, kepada Rasya
salma Irawan, Rani rahmawati, Putri Nurbaeti, Ariyona Insani yang ada dalam
suka dan duka sehingga saya dapat mencapai sejauh ini di kedokteran
11. Teman-teman dekat saya Jati Pratiwi, Fitri Junairiah, Nina Yunita,Tiara
Syifah, Febriani Ningsih yang memberi dukungan semangat dan doanya.
12. Semua mahasiswa Fakultas Kedokteran Uin Syarif Hidayatullah angkatan
2016 (Pacemaker) atas semua doa dan dukungannya selama menempuh
pendidikan program studi pendidikan dokter.
13. Seluruh responden yang sudah meluangkan waktunya untuk mengikuti
penelitian ini sampai selesai.
14. Semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan penelitian ini yang
tidak bisa disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam laporan penelitian ini masih jauh dari
kesempurnaan. Sehingga, penulis sangat berharap mendapat kritik dan saran yang
membangun dari segala pihak sehingga laporan penelitian ini jauh lebih baik lagi.
Demikian laporan penelitian ini, semoga penelitian ini mendapat serta memberikan
manfaat bagi semua orang.
vi
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Ciputat, 12 Desember 2019
vii
ABSTRAK
Sarah Hanifah Adhiansyah. Program Studi Kedokteran. Hubungan Jenis
Sekolah dengan Penggunaan NAPZA pada SLTA di Banten. 2019. Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih
cukup tinggi di Indonesia. Sebesar 3,2% pelaku penyalahgunaan NAPZA tahun 2018
mereka yang berada pada rentang usia 15-35 tahun. Penelitian ini untuk mengetahui
hubungan jenis sekolah dengan penggunaan NAPZA pada SLTA di Banten. Metode:
Penelitian ini termasuk analitik dengan menggunakan desain potong lintang, (cross
sectional) dan sampel penelitian ini dengan metode multistage random sampling di
Banten, lalu dilakukan pendataan jumlah SLTA (SMA, SMK, dan SMA) sehingga
terpilih SMA Askia, SMA Al-Huda, SMA Darulsallam, SMK PGRI4, dan MAN 2
kueisioner Youth Risk Behavior Survailens Survei. Hasil: Dari jumlah sampel inklusi
sebanyak 720 siswa, ditemukan penggunaan NAPZA pada SLTA yang 1,7% pernah
dan tidak pernah 98,2%. Jumlah pengguna pada responden di dapat pada pelajar
SMA 2,3%, MA 0,7% SMK 1,7%. Terdapat hubungan secara signifikan menghisap
lem (ngelem) dengan jenis sekolah (p = 0,016), hubungan secara signifikan
menggunakan kokain dengan jenis sekolah (p = 0,031), dan hubungan secara
signfikan menawarkan, menjual atau memberikan obat terlarang/narkoba di
lingkungan sekolah selama 12 Bulan terakhir dengan jenis sekolah (P = 0,004).
Kesimpulan: Jenis sekolah dengan penggunaan NAPZA berhubungan secara
signifikan pada SLTA di Banten. Kata kunci: Jenis Sekolah, Penggunaan NAPZA, SLTA, YRBS
viii
ABSTRACT
Sarah Hanifah Adhiansyah. Medical Faculty. The Relationship between Utilizing
NAPZA with The Grade of School at Senior High School in Banten. 2019
Background: The prevalence of drug abuse on high schools quite high in Indonesia
about 3.2% prevalence in 2018. The age range of 15-35 years old. This study dims
determine the relation between type of school to the use NAPZA on senior high
school in Banten province. Method: The study use cross sectional design with
analytical quantitative study. The sampling was multistage random sampling in
Banten high schools and Askia SMA, Al-Huda SMA, Darulsallam SMA, PGRI 4
SMK, MAN 2 were selected as the sample location. Quationer of Youth Risk
Behavior System was used and analyted by chisquare with SPSS 22. Result: There
were joined the study out of 270 samples that eligible, it was found the usage of
NAPZA in senior high school is 1.7% consists of 2.3% SMA, 0.7% MA, 1.7% SMK.
There is a relationship were significant between gluing with the type of school (p =
0.016% ) the higtest SMA about 15 (62.5%), the relationship were significant
between cocain with the type of schools (p = 0.031) the higtest SMK about 6 (85.7%)
and offering, selling or giving NAPZA in the school during the last 2 months with the
type of schools (p = 0.004) the higtest SMK about 42 (14.3%). Conclusion: The type
of schools were significantly related to the drug user in high school.
Keyword: Type of School, Drug User, Senior High Hchool, YRBS.
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL ................................................................................................. i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................ ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................... v
ABSTRAK ......................................................................................................... viii
ABSTRACT ......................................................................................................... ix
DAFTAR ISI .......................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiv
DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................... xv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................ 3
1.3. Hipotesis ........................................................................................................... 3
1.4. Tujuan Penelitian ............................................................................................. 3
1.4.1. Tujuan Umum ........................................................................................ 3
1.4.2. Tujuan Khusus ....................................................................................... 3
1.5. Manfaat Penelitian ........................................................................................... 3
1.5.1. Bagi Peneliti ........................................................................................... 3
1.5.2. Bagi Institusi Akademis ......................................................................... 4
1.5.3. Bagi Masyarakat .................................................................................... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori ................................................................................................. 5
2.1.1. NAPZA .................................................................................................. 5
2.1.1.1. Definisi ....................................................................................... 5
2.1.1.2. Epidemiologi .............................................................................. 6
2.1.1.3. Bentuk-bentuk NAPZA .............................................................. 8
2.1.1.4. Dampak NAPZA ...................................................................... 12
2.1.2. Remaja .................................................................................................. 17
2.1.2.1. Definisi ..................................................................................... 17
2.1.2.2. Faktor Resiko Remaja .............................................................. 18
2.1.3. Sekolah ................................................................................................. 20
2.1.4. Kuesioner Penelitian ............................................................................. 23
2.2. Kerangka Teori................................................................................................ 26
x
2.3. Kerangka Konsep ........................................................................................... 27
2.4. Definisi Operasional ....................................................................................... 28
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian ............................................................................................ 30
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................ 30
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ..................................................................... 30
3.3.1. Populasi Target ..................................................................................... 30
3.3.2. Sampel ................................................................................................... 30
3.4. Besar Sampel .................................................................................................. 31
3.5. Pemilihan Sampel ........................................................................................... 32
3.6. Kriteria Sampel ............................................................................................... 32
3.6.1. Kriteria Inklusi ...................................................................................... 32
3.6.2. Kriteria Eksklusi ................................................................................... 33
3.7. Cara Kerja Penelitian ...................................................................................... 33
3.8. Alur Penelitian ................................................................................................ 34
3.9. Manajemen Data ............................................................................................. 35
3.9.1. Pengumpulan Data ................................................................................ 36
3.9.2. Instrumen Penelitian ............................................................................. 36
3.9.3. Uji Validasi dan Reabilitas ................................................................... 36
3.9.4. Pengelolaan dan Analisis Data .............................................................. 37
3.9.4.1. Editing ...................................................................................... 37
3.9.4.2. Coding ...................................................................................... 37
3.9.4.3. Data Entry ................................................................................ 37
3.9.4.4. Analisis Data ............................................................................ 37
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ....................................... 38
4.1.1. Uji Validitas .......................................................................................... 38
4.1.2. Uji Reliabilitas ...................................................................................... 42
4.2. Analisis Univariat ........................................................................................... 43
4.2.1. Karakteristik Sampel ............................................................................. 43
4.2.2. Frekuensi Penggunaan NAPZA ............................................................ 43
4.3. Analisis Bivariat .............................................................................................. 50
4.3.1. Hubungan Penggunaan NAPZA dengan Jenis Sekolah ........................ 50
4.3.1.1. Kategori Mencoba NAPZA ...................................................... 50
4.3.1.2. Kategori Berapa Kali Pernah Menggunakan NAPZA .............. 51
4.3.1.3. Kategori Menggunakan Marijuana dalam 30 Hari Terakhir .... 52
4.3.1.4. Kategori Menggunakan Kokain................................................ 53
4.3.1.5. Kategori Berapa Usia Pertama Kali Menggunakan Marijuana 53
4.3.1.6. Kategori Menghisap Lem (Ngelem) ......................................... 54
4.3.1.7. Kategori Menggunakan Heroin ................................................ 55
xi
4.3.1.8. Kategori Menggunakan Meth-Amfetamin .............................. 55
4.3.1.9. Kategori Menggunakan Ekstasi ................................................ 56
4.3.1.10. Kategori Menggunakan Marijuana Sintetik ........................... 56
4.3.1.11. Kategori Menggunakan Pil atau Suntik Steroid Tanpa Resep
Dokter .................................................................................................... 57
4.3.1.12. Kategori Menggunakan Obat Penenang atau Penghilang Nyeri58
4.3.1.13. Kategori Menggunakan Jarum Suntik Untuk Menuntik Obat
Terlarang/Narkoba ke Tubuh................................................................. 59
4.3.1.14. Aspek Faktor Resiko di Sekolah ............................................ 60
4.4. Pembahasan ..................................................................................................... 61
4.5. Keterbatasan Penelitian ................................................................................... 65
BAB 5 PENUTUP
5.1. Simpulan ........................................................................................................ 66
5.2. Saran ............................................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 67
LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................. 71
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1. Mekanisme Utama dan Cara Kerja Zat Psikoaktif di Otak ............................ 12
4.1. Hasil Uji Reliabilitas Item Kuesioner ............................................................. 42
4.2. Distribusi Sampel Menurut Usia, Jenis Kelamin, Jenis Sekolah, Suku, Agama,
Sekolah, Jurusan, Kelas, Pendidikan Ibu, Pendidikan Ayah, Tempat Tinggal, Daya
Listrik, dan Tingkat Kelas ...................................................................................... 43
4.3. Distribusi Sampel Berdasarkan Penggunaan NAPZA .................................... 47
4.4. Hubungan Mencoba NAPZA dengan Sekolah ............................................... 51
4.5. Hubungan Berapa Kali Pernah Menggunakan Marijuana dengan Sekolah .... 52
4.6. Hubungan Menggunakan Marijuana dalam 30 Hari Terakhir dengan Sekolah53
4.7. Hubungan Menggunakan Kokain dengan Sekolah ......................................... 53
4.8. Hubungan Berapa Usia Pertama Kali Menggunakan Marijuana dengan Jenis
Sekolah ................................................................................................................... 53
4.9. Hubungan Menghisap Lem (Ngelem) dengan Sekolah .................................. 54
4.10. Hubungan Menggunakan Heroin dengan Sekolah ........................................ 55
4.11. Hubungan Menggunakan Meth-Amfetamin dengan Sekolah ....................... 55
4.12. Hubungan Menggunakan Ekstasi dengan Sekolah ....................................... 56
4.13. Hubungan Menggunakan Marijuana Sintetik dengan Jenis Sekolah ............ 56
4.14. Hubungan Menggunakan Pil aau Suntik Steroid Tanpa Resep Dokter dengan
Sekolah ................................................................................................................... 57
4.15. Hubungan Menggunakan Obat Penenang atau Penghilang Nyeri dengan
Sekolah ................................................................................................................... 58
4.16. Hubungan Menggunakan Jarum Suntik Untuk Menyuntik Obat
Terlarang/Narkoba ke Tubuh dengan Sekolah ....................................................... 59
4.17. Aspek Faktor Resiko di Sekolah ................................................................... 60
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Kuesioner Youth Risk Behavior (YRBS) ........................................................... 71
2. Parental Informed Consent Passive Form ....................................................... 79
3. Surat Rekomendasi Penelitian .......................................................................... 81
4. Surat Rekomendasi Peneliti ............................................................................... 82
5. Riwayat Penulis ................................................................................................ 84
6. Hasil univariat…………………………………………………………………85
7. Hasil Bivariat………………………………………………………………….95
xiv
DAFTAR SINGKATAN
NAPZA : Narkotika, Alkohol, Psikotropika, Zat adiktif lainnya
YRBS : Youth Risk Behavior Survey
SLTA : Sekolah Lanjut Tingkat Atas
Riskesda : Riset Kesehatan Dasar
Permendikbud RI : Peraturan Menteri Pendidikan dan Budaya Republik Indonesia
Permenkes : Peraturan menteri kesehatan
ICD : Classification of Disease
ASAM : Society of Addiction Medicine
SMA : Sekolah Menengah Atas
SMK : Sekolah Menengah Kejuruan
MA : Madrasah Aliyah
WHO : World Health Organization
UNODC : United Nation Office On Drugs and Crime
BNN : Badan Narkotika National
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Casa Columbia 2001 menyatakan bahwa 9,5 juta (60%) pelajar SMA dan
setiap tahunnya remaja usia 12 hingga 17 setiap tahunnya mencoba ganja, ekstasi,
atau obat terlarang lainnya.1 Kementerian kesehatan tahun 2014, menyatakan
penggunnaan NAPZA pada remaja di Indonesia cukup tinggi didapatkan sekitar
14.000 orang dari 70 juta remaja dan beusia 12-21 tahun dan menurut Badan
Narkotika National tahun 2018 menyatakan bahwa penyalahgunaan NAPZA
tahun 2018 sebesar 3,2%.2
NAPZA adalah kepanjangan dari Narkotika,
Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya atau istilah yang populer dikenal masyarakat
sebagai Narkoba (Narkotika dan Obat Berbahaya).1 Menurut survei Badan
Narkotika National tahun 2011 menyatakan usia pertama kali memakai NAPZA
terbanyak rata-rata berumur 16 tahun yang dimana pada usia tersebut terdapat di
Sekolah Lanjut Tingkat Atas (SLTA) dengan jenis NAPZA terbanyak yang
disalahgunakan adalah ganja, ekstasi, sabu dan lem.2
Rata-rata usia 12-21 tahun, remaja berada pada masa Sekolah Tingkat Atas,
menurut Permendikbud RI Nomer 14 tahun 2018, Sekolah Lanjut Tingkat Atas
(SLTA) dibagi menjadi Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Atas
Luar Biasa (SMALB)/Madrasah Aliyah (MA), dan Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK)/Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) yang diselenggarakan oleh pemerintah
pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat. Perbedaan jenis sekolah tersebut
memiliki perbedaan fokus pembelajaran yaitu:3
a. SMA (Sekolah Menengah Atas) kurikulumnya lebih fokus
pengetahuannya.
b. SMK (Sekolah Menengah Kejurusan) kurikulumnya mengutamakan
pengembangan kemampuan siswa dalam melakukan jenis pekerjaan
tertentu. Pendidikan Menengah Kejuruan mengutamakan menyiapkan
2
siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap
profesional.
c. MA (Madrasah Aliyah) kurikulumnya sekolah ini lebih fokus pada
pengembangan pendidikan agama Islam
Lingkungan sekolah dapat menjadi salah satu tempat yang efektif untuk
perkenalan, pembagian, penggunaan dan perdagangan NAPZA karena siswa
berada di sekolah pada umumnya 5-6 jam perhari. Sekolah dapat mempengaruhi
kehidupan siswa sehari-hari, di mana tempat kumpul teman sebaya, selain itu
menjadi ajang pertukaran pikiran.4
Pengaruh NAPZA akan menyebabkan adiktif, sehingga jika sudah adiktif
akan menimbulkan efek bagi tubuh, setiap zat NAPZA yaitu dapat memberikan
efek yang berbeda terhadap tubuh yang dapat memyerang pada jantung, otak,
tulang, pembuluh darah, paru-paru, sistem saraf, sistem pencernaan, dapat
terinfeksi penyakit menular berbahaya seperti HIV/AIDS, Hepatitis, Herpes, TBC
dan bisa menyebabkan kematian bagi manusia.5
Data yang akurat mengenai jumlah penyalahgunaan NAPZA secara umum
memang belum ada, namun beberapa tahun terakhir jumlah kasus penyalahgunaan
NAPZA cenderung semakin meningkat dimana jumlah kasus yang ada
diperkirakan jauh lebih besar dari pada kasus yang dilaporkan atau dikumpulkan.1
Penilaian NAPZA ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam
pengambilan keputusan penanggulangaan NAPZA yang sesuai dengan evidence
based, sehingga pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan NAPZA
menjadi lebih terarah.1 Oleh karena itu saya, tertarik untuk melihat gambaran dan
hubungan jenis sekolah dengan penggunaan NAPZA pada SLTA karena data
yang didapat kurang, sedangkan pada SLTA kurikulumnya berbeda-beda sehingga
pengetahuan juga.1
3
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana hubungan jenis sekolah SMA, SMK, dan MA dengan
penggunaan NAPZA di Banten ?
1.3 Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah terdapat hubungan antara jenis sekolah
lanjut tingkat atas (SMA, SMK, dan MA) terhadap penggunaan NAPZA di
Banten.
1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah:
Penelitian ini untuk mengetahui hubungan jenis sekolah dengan
pengunaan NAPZA di Banten.
1.4.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah:
1. Mengetahui penggunaan prevalensi NAPZA di SLTA.
2. Mengetahui penggunaan prevalensi NAPZA berbeda sekolah pada SMA,
SMK, MA di Banten.
1.5 Manfaat
1.5.1 Manfaat Bagi Peneliti
Manfaat bagi peneliti adalah:
1. Mendapatkan pengalaman penelitian.
4
2. Mengetahui gambaran penggunaan NAPZA pada SLTA di Banten.
1.5.2 Manfaat Bagi Institusi
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi prevalensi paparan
NAPZA dan hubungan antara penggunaan NAPZA dengan jenis sekolah SMA,
SMK dan MA di Banten.
1.5.3 Manfaat Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada guru, orang
tua, dan siswa tentang prevalensi paparan NAPZA dan hubungan sikap dengan
perilaku pada siswa sekolah SMA, SMK, MA di Banten.
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 NAPZA
2.1.1.1 Definisi
Istilah yang sering dipakai NAPZA adalah ( Narkotika, Alkohol, Psikotropika,
dan Zat adiktif lainnya ).5
Menurut UU nomer 35 Tahun 2009 tentang Narkotika,
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik
sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan.5
Narkotika sintetis adalah jenis narkotika yang memerlukan proses yang
bersifat sintetis untuk keperluan medis dan penelitian sebagai penghilang rasa
sakit/analgesik. Sebagai contoh adalah amfetamin, metadon, dekstropropakasifen,
deksamfetamin dan sebagainya. Adapun narkotika semi sintetis adalah zat/obat yang
diproduksi dengan cara isolasi, ekstraksi dan lain sebagainya seperti heroin, morfin,
kodein dan lain-lain. Di luar kategori tersebut disebut narkotika alami, yaitu zat dan
obat yang langsung bisa dipakai sebagai narkotika tanpa perlu adanya proses
fermentasi, isolasi dan proses lainnya terlebih dahulu karena bisa langsung dipakai
dengan sedikit proses sederhana. Contoh narkotika alami adalah ganja dan daun
koka.5
Menurut UUD RI Nomer 5 tahun 1997 tentang Psikotropika, Psikotropika
adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika, yang berkhasiat
6
psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktiftas mental dan perilaku.7
Dalam International Classification of Disease (ICD) yang diterbitkan WHO,
yang berfokus gejala-gejala penyakit, ketergantungan NAPZA diartikan sebagai
hastrat yang kuat atas perasaan akan kebutuhan untuk menggunakan NAPZA
kesulitan mengontrol penggunaan NAPZA, gejala fisiologis terputus, toleransi,
pengabaian terhadap kenikmatan dan /atau keminatan alternative secara progresif,
dan tetap menggunakan NAPZA terlepas dari dampak buruk yang telah terbukti
terjadi.8
2.1.1.2 Epidemiologi
CASA Columbia tahun 2001 menyatakan bahwa 9,5 juta (60%) pelajar SMA
dan setiap tahunnya remaja usia 12 hingga 17 tahun mencoba ganja, ekstasi, atau obat
terlarang lainnya.1
Angka penyalahgunaan narkoba di Indonesia cenderung
mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun 2005–2011, yaitu mencapai
0,24% atau sekitar 911,805 penyalahgunaan, sedangkan angka prevalensi tahun
2011–2014 turun sebesar 0,05% atau sekitar 251,555 penyalahgunaan. Meskipun
demikian, sampai tahun 2017 angka prevalensi mengalami penurunan sebesar 0,14%
per tahun. Menurut Puslitkes dan BNN tahun 2017 menyatakan bahwa penurunan
angka prevalensi juga dapat dilihat pada hasil survei tahun 2017, yang menunjukkan
bahwa angka prevalensi di kalangan pekerja mengalami penurunan dari 12,8% pada
tahun 2012, menjadi 9,1% pada tahun 2017.10
Menurut UNODC tahun 2015 menyatakan bahwa secara absolut, diperkirakan
ada sekitar 167-315 juta orang penyalahgunaan dari populasi penduduk dunia yang
berumur 15-64 tahun yang menggunakan NAPZA minimal sekali dalam setahun di
tahun 2013.5
World Drugs Reports 2018 yang diterbitkan United Nations Office on Drugs
and Crime (UNODC), menyebutkan sebanyak 275 juta penduduk di dunia atau 5,6 %
dari penduduk dunia (usia 15-64 tahun) pernah mengonsumsi NAPZA. Sedangkan
7
angka penyalahgunaan NAPZA di kalangan pelajar dan mahasiswa di Indonesia
tahun 2018 sebesar 3,2% atau setara dengan 2,29 juta orang dari 15,44 juta orang.
Salah satu kelompok masyarakat yang rawan terpapar penyalahgunaan narkoba
adalah mereka yang berada pada rentang usia 15-35 tahun.11
Sebagian besar informan mengatakan pernah menggunakan berbagai macam
jenis narkoba, seperti: shabu, ekstasi, putaw, ganja, dan juga berbagai macam pil
seperti: dextro, lexotan, dumolid, sanax dan trihex. Hampir semua informan
mengatakan pada pertama kali menggunakan narkoba ingin coba-coba dan umumnya
karena pengaruh bujukan teman. Banyak juga dari penyalahgunaan mengatakan
mereka pernah mengonsumsi sekaligus beberapa jenis narkoba (multidrugs) disertai
dengan minum-minuman beralkohol.5
Penyebaran dan pola pemakaian NAPZA masih relatif tidak jauh berbeda
dengan survei-survei sebelumnya, paling banyak dikonsumsi adalah ganja, shabu,
ekstasi, serta obat daftar G. Untuk mendapatkan narkoba tersebut, maka pola
transaksi dan peredaran narkoba melalui beberapa cara, yaitu: tatap muka (face to
face) yaitu penyalahguna membeli langsung ke bandar, transaksi melalui kurir,
pembelian langsung ke pusat peredaran narkoba yang ada di kota tersebut,
menggunakan system temple/sistem ranjau yaitu pengguna mentransfer sejumlah
uang lalu pengendar/bandar memberikan petunjuk di mana lokasi NAPZA harus
diambil oleh penggunaan, dan terakhir yang sedang marak adalah menggunakan
sistem online, dalam sistem online juga ada yang membuat kelompok khusus dengan
kode atau kata kunci tertentu untuk bisa mengaksesnya.5
Studi menunjukkan bahwa sementara proporsi peredaran gelap pasar narkoba
melalui internet volumenya tetap kecil namun pertumbuhan pesatnya dapat
merupakan tantangan yang signifikan. Peredaran dan akses obat-obatan untuk
disalahgunakan melalui internet dilaporkan oleh survei obat global yang telah
dilakukan beberapa kali dalam beberapa tahun terakhir. Meskipun data ini berasal
dari sampel yang tidak representatif, tetapi berhasil mengungkap perilaku sekitar
100.000 pengguna internet pada lebih dari 50 negara memberikan gambaran kasar
tentang kecenderungan pengguna NAPZA untuk mendapatkan obat-obatan terlarang
8
secara online, dan juga gambaran betapa mudahnya mereka bisa mengaksesnya. Di
antara responden survei yang telah menggunakan narkoba dalam satu tahun terakhir,
proporsi obat yang didapat dari peredaran gelap di internet dalam 12 bulan
sebelumnya meningkat 70% selama periode 2014-2017 (UNODC 2017).5
2.1.1.3 Bentuk-bentuk NAPZA
Jenis narkoba yang paling banyak dikonsumsi oleh penyalahguna narkoba
adalah ganja, shabu, dan ekstasi. Ketiga jenis narkoba tersebut masih menguasi pasar
peredaran narkoba. Hal yang menarik adalah obat-obatan daftar G (misalkan
Tramadol, Trihex, Pil Koplo, xanax, dsb), yaitu obat resep ternyata juga banyak yang
dikomsumsi oleh para penyalah guna narkoba. Selain itu, obat bebas jenis sakit
kepala (analgesik) yang bebas dijual di warung, mini market ataupun toko obat/apotik
yang paling banyak dikonsumsi secara berlebih (over) dari dosis seharusnya oleh para
penyalahguna untuk mendapatkan efek sampingnnya.5
Selain itu, di dalam setiap kelompok survei ada sedikit perbedaan pola pakai,
selain ganja dan shabu. Pada kelompok pelajar/mahasiswa cenderung masih tahap
belajar pakai dan adanya keterbatasan finansial. Oleh sebab itu, jenis pil koplo juga
banyak dikonsumsi setelah shabu. Sementara di kalangan pekerja, karena kebanyakan
dari mereka bertujuan pakai untuk meningkatkan stamina agar tidak cepat lelah, maka
setelah shabu yang banyak dikonsumsi adalah ekstasi. Pada kelompok rumah tangga,
polanya merupakan kombinasi pola pakai narkoba di antara pelajar dan pekerja.5
Menurut Kemenkes tahun 2014, pada umumnya jenis zat yang digunakan oleh
para penyalahgunaan narkoba yaitu:
1) Jenis yang tidak digunakan dalam dunia medis yaitu kannabis, kokain, heroin,
dan designer drug lainnya.
2) Jenis yang digunakan dalam dunia medis berupa golongan sedatif hipnotik
dengan masa kerja pendek.
9
3) Jenis yang relatif bebas diperjualbelikan yaitu alkohol. Zat yang tidak
digunakan dalam pengobatan/medis, biasanya lebih banyak masuk melalui
jalur tidak resmi (illicit).3
Berdasarkan UU No 35 Tahun 2009 tersebut juga mengatur tentang
penggolangan NAPZA dan zat–zat dengan adanya peningkatan penyalahgunaan
beberapa zat baru yang memiliki potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan
yang belum termasuk dalam golongan NAPZA (UU tentang Narkotika) maka
diterbitkan permenkes Nomor 2 tahun 2017 tentang perubahan penggolongan
NAPZA.
a. Narkotika golongan I adalah NAPZA yang hanya dapat digunakan untuk
tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi,
serta mampunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan.
Contoh: Tanaman Ganja, Heroina, Amfetamina, Metamfetamina, Etkatinona,
tanaman KHAT ( Catha eduils ) dan lain-lain .
b. Narkotika golongan II adalah NAPZA berkhasiat pengobatan digunakan
sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk
tujuan pengembangan ilmu pengentahuan serta Metadona, Morfin, Petidina,
Dihidroetorfin, Oripavin dan lain-lain
c. Narkotika golongan III adalah NAPZA berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan
Contoh: Kodeina, Narkodeina, Buprenorfina dan lain-lain4
Pembagian golongan NAPZA oleh American Society of addinction medicine (ASAM)
yaitu :7
a. Stimulan: menimbulkan adiksi psikis sedang sampai berat dan gejala putus zat
dapat bersifat psikologs maupun psikosomatis. Contohnya: amfetamin, kokain,
nikotin, dan kafein.
b. Sedatif dan Hipnotik: menimbulkan adiksi psikis ringan sampai berat dan
adiksi fisiologik berat, putus zat mendadak berakibat fatal. Contohnya adalah
alkohol, barbiturate, benzodiazepine, dan metakualon.
10
c. Opiat dan analgesik opioid: menimbulkan adiksi psikis ringan sampai berat
dan adiksi fisiologik berat, ringan, sedang, berat, penghentian mendadak dapat
fatal. Contohnya: morfin dan kodein opiate semisintesis (diasetilmorfin) dan
opioid sintesis penuh (fentanil, dan metadon).
Psikotropika golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan
untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai
potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh psikotropika ini
antara lain:
1. MDMA (Methylene Dioxy Meth Amphethamine),atau Inex
2. Shabu-shabu atau Ubas
3. Psilobina dan psilosina
4. LSD atau Lisergic Acid Dietilamine yang berasal dari sejenis jamur ergot
yang tumbuh pada gandum putih dan gandum hitam.
5. Meskalina (peyote)
Psikotropika Golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan
dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Zat yang
termasuk golongan ini adalah: amfetamin, methamfetamine, metakualona,
metilfenidat, dan lain-lain.
Psikotropika Golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan
dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Jenis
psikotropika golongan ini yaitu: amobarbital, flunitrazepam, katina,dan lain-lain.
Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan
dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh dari
11
golongan ini adalah barbital, bromazepam, diazepam, estazolam, fenobarbital,
klobazam, lorazepam, nitrazepamdan lain-lain.
Jenis narkoba lainnya yang banyak diketahui adalah lem aibon, bensin, spidol,
dan hit elektrik (64,6%). Tingginya pengetahuan responden terhadap zat adiktif ini
kemungkinan disebabkan bahan-bahan ini sangat dekat dengan keseharian
masyarakat dan harganya relatif murah dan mudah didapatkan. Sementara itu, jenis
narkoba sintetis yang paling banyak diketahui responden adalah jenis shabu, yaba,
SS, tastus, dan ubas (methamphetamine) (71,1%).7
Jenis ekstasi (inex, XTC, cece, happyfive) dan jenis tembakau beruang atau
tembakau gorilla diketahui oleh sekitar 48,0% responden. Sedangkan jenis
amphetamine (seed, dex, adderall, dan dexamphetamine) merupakan jenis narkoba
sintetis yang paling sedikit diketahui oleh responden.19
Jenis narkoba semi-sintetis
yang banyak diketahui responden adalah heroin (60,20%) dan kokain (59,4%),
sedang jenis lainnya diketahui sedikit responden adalah putau (28,5%), morphine
(38,3%).7
Menurut UNODC tahun 2015 dalam lima tahun terakhir terindikasi trend
jenis ekstasi menurun sekitar 15% di berbagai negara, sementara itu penggunaan
amfetamin dilaporkan stabil namun, ada yang meningkat drastis (15,8%) dalam lima
tahun terakhir yaitu konsumsi jenis metamfetamin, dan juga beberapa jenis sintesis
hadir dan berkembang dalam berdagangan NAPZA, bahkan semakin negara yang
melaporkan tiap tahun. Pada tahun 2014, jenis narkoba baru dilaporkan lebih 90
negara, jumlah negara yang melaporkan NAPZA jenis baru meningkat 1,5 kali
dibandingkan tahun 2009. NAPZA jenis sintesis ini mejadi komoditas “legal higs”
(pelegalan) dan mengggantikan NAPZA jenis stimulant seperti kokain dan ekstasi.
NAPZA sintesis ini dijual melalui internet dan khusus.7
12
2.1.1.4 Dampak NAPZA
Dampak NAPZA bagi tiap zat yaitu dapat memberikan efek yang berbeda
terhadap tubuh yang dapat menyerang pada jantung, otak, tulang, pembuluh darah,
paru-paru, sistem saraf, sistem pencernaan, dapat terinfeksi penyakit menular
berbahaya seperti HIV/AIDS, Hepatitis, Herpes, TBC dan banyak dampak bagi
manusia.7
Kebanyakan zat psikoaktif dikategorikan menjadi depresan, stimulan, dan
halusinogen. Setiap zat yang berbeda memilki aksi yang berbeda pula dalam otak
untuk menghasilkan efek-efeknya. Mekanisme utama dan cara kerja zat psikoaktif di
otak di jelaskan pada tabel 2.1 dibawah ini.7
Tabel 2.1 Mekanisme Utama dan Cara Kerja Zat Psikoaktif di Otak .
No. Jenis zat Mekanisme Kerja di Otak Efek Jangka Panjang
Terhadap Otak
1. Etanol /Alkohol Meningkat efek GABA,
dan menurunkan efek
eksitatori dari Glutamat.
Memperkuat efek-efek
yang mungkin terkait
dengan peningkatan
aktifitas di jalur dopamin
mesolimbic.
Berubahnya fungsi dan
struktur otak, terutama
dibagian korteks pra frontal
(prefrontal-cortex),
gangguan kognitif, volume
otak yang berkurang.
2. Hipnotik dan Sedatif Mendorong kerja dari
neurotransmitter.
Kerusakan memori.
3. Nikotin Mengakibatkan reseptor
tersebut melimpah di area-
Sulit memisahkan efek dari
nikotin dengan komponen
13
area otak yang terlibat
dalam respon terhadap zat-
zat yang adiktif seperti
pada jalur dopamin
mesolimbik.
lain dari tembakau.
4. Opiodia Mengaktifkan reseptor-
reseptor opioida mu dan
delta. Reseptor-reseptor
tersebut berlimpah di area-
area oatak yang terlibat
dalam respon terhadap zat-
zat yang adiktif seperti
pada jalur dopamin
mesolimbic.
Perubahan panjang
terhadap reseptor opioida
dan peptida, adaptasi dalam
respon ganjaran (reward),
pembelajaran, dan stress.
5. Kanabinoida Mengaktifkan reseptor
kanabinoid juga
meningkatkan aktifitas
dopamine di jalur
mesolimbik
Paparan jangka panjang
dapat menyebabkan
kecacatan kognitif yang
bertahan lama dan
memparah penyakit jiwa
yang sudah ada.
6. Kokain Memblokir ambilan (re-
uptake) dari transmitor
seperti dopamine, sehingga
memperpanjang efek-efek
zat.
Deficit kognitif,
abnormalitas pada daerah-
daerah tertentu pada
korteks, cacat dalam fungsi
motorik, dan waktu reaksi
yang menurun.
7. Amfetamin Meningkatkan penglepasan
dopamin dari terminal
saraf, dan menghalangi
Perubahan dalam reseptor
dopamine otak, perubahan
matabolis regional, cacat
14
ambilan kembali (re-
uptake) dari dopamin dan
transmitor yang terkait.
motorik dan kognitif.
8. Ekstasi Meningkatkan penglepasan
serotonin dan memblokir
ambilan kembali.
Merusak sitem serotonin
otak, membawa ke perilaku
dan psikologis.
9. Inhalan Kemungkinan besar
mempengaruhi
neurotransmitor inhibisi,
seperti sedatif dan hipnotik
lainnya. Mengaktifkan
dopamin mesolimbic.
Menyebabkan perubahan
dalam pengikatan dan
fungsi reseptor dopamine,
fungsi kognitif yang
menurun, masalah-masalah
psikiatri dan neurologis.
10. Halusinogen Berbagai zat yang berbeda,
bekerja pada reseptor yang
lain seperti, reseptor–
reseptor serotonin,
glutamate, dan asetilkolin.
Episode psikotik akut atau
kronis, mengalami kembali
efek-efek zat yang sudah
digunakan.
a. Pemakaian Amfetamin
Pemakaian amfetamin pada dosis rendah berpengaruh pada susunan saraf
pusat yaitu mengakibatkan peningkatan stimulasi, insomia, dizziness, tremor ringan,
mengalami euphoria/disforia, bicara berlebihan, meningkatkan kepercayaan diri dan
kewaspadaan diri, cemas, panik, menekan napsu makan, dilatasi pupil, sakit kepala,
dan gemerutuk gigi. Sedangkan dosis tinggi berpengaruh pada perilaku kasar, bicara
tak jelas, psikosis, kejang, dan juga bisa koma.7
Pengaruh pada kardiovaskukar yang menyebabkan takikardia, palpitasi, dan
juga aritmia. Pengaruh pada pernapasan yang menyebabkan peningkatan frekuensi
napas dan kedalaman pernapasan. Pengaruh pada gastrointestinal, mual muntah,
15
konstipasi, diare. Pengaruh terhadap kulit yang menyebabkan kulit berkeringat, dan
pucat.7
b. Pemakaian Opioid
Pemakaian opioid berpengaruh pada sistem saraf yaitu mengalami analgesia,
euphoria, sedasi, mengantuk, depresi pernapasan, dan pupil konstriksi. Pengaruh
gastrointestinal mual dan muntah, konstipasi, dan spasme bilier. Pengaruh pada
endokrin adalah perubahan hormone seks pada wanita (kadar FSH dan LH rendah,
peningkatan kadar prolaktin) berdampak pada gangguan pada siklus menstruasi,
penurunan libido, penurunan kadar testosteron.7
Apabila pemakaian opioid dihentikan dapat terjadi gejala putus obat (sakaw)
dengan ciri-ciri: air mata berlebihan, cairan hidung berlebihan, pupil mata melebar,
keringat berlebihan, mual dan muntah, bulu kuduk berdiri, tekanan darah naik,
jantung berdebar-debar, demam, kejang, nyeri kepala, nyeri/ngilu pada sendi-sendi
dan menjadi mudah marah serta agresif.2
c. Pemakaian Benzodeazepin
Pemakaian benzodeazepin mengalami penurunan fungsi kognisi dan memori,
kebingungan, mengantuk, letargi, kelelahan, kelemahan otot, hipoton, depresi,
nistagmus, vertigo, sakit kepala, bicara cadel atau pelo dan tidak jelas.
d. Pemakaian Kokain
Koka dikenal dengan nama cocaine hydrochloride atau juga dengan nama lain
coke atau charlie. Bentuknya berupa bubuk berwarna putih. Pemakaian dengan cara
dihisap melalui lubang hidung. Bahaya penggunaan kokain adalah dapat
menimbulkan agitas motorik (perilaku gelisah), rasa gembira yang aneh, kepercayaan
diri meningkat, banyak bicara, timbul kecurigaan, jantung berdebar-debar, pupil mata
melebar, tekanan darah naik, berkeringat berlebihan, mual, dan muntah.2
Pemakaian kokain mengalami euphoria, banyak bicara, bertambahnya percaya
diri, merasa sangat bersemangat, berkurangnya keinginan untuk tidur. Efek akut pada
16
dosis rendah adalah dilatasi pupil, peningkatan tekanan darah, peningkatan suhu
tubuh. Efek pada dosis tinggi (reaksi toksik) yaitu agresif, kedutan otot, gagal napas,
edema paru, gagal ginjal akut, dan penglihatan kabur.
e. Pemakaian Ganja
Dapat menimbulkan dampak munculnya Gangguan Mental Organik (GMO).
Manifestasi GMO pada pengisap ganja yaitu:2
1. Euforia atau munculnya rasa gembira tanpa sebab.
2. Perasaan intensifikasi persepsi subjektif, yaitu mengalami gangguan persepsi
tentang diri dan lingkungannya, halusinasi, dan delusi (waham).
3. Perasaan waktu berlalu dengan lambat, misalnya waktu 10 menit dirasakan
sebagai satu jam.
4. Sikap acuh tak acuh terhadap diri dan lingkungan, tidak ada kemauan atau
inisiatif, dan berprilaku masa bodoh.
5. Timbul gejala fisik yaitu, mata merah, nafsu makan bertambah, dan mulut
kering.
6. Efek dalam tingkah laku, misalnya muncul kecurigaan yang berlebihan,
ketakutan berlebihan, aktivitas yang sehari-hari dilakukan menjadi menurun,
malas sekolah/kuliah atau bekerja, kehilangan teman, dan dapat kehilangan
pekerjaan.
f. Pemakainan Heroin
Pemakaian dalam jangka panjang dapat menyebabkan pembuluh darah rusak,
bengkak, tetanus, terinfeksi HIV, hepatitis B dan C, kehilangan nafsu makan, bagi
wanita dapat mengacaukan siklus haid dan kadang menjadi mandul. Pemakaian
heroin melebihi takaran/dosis menyebabkan pengguna sulit bernafas dan aktivitas
saraf pusat dapat terhambat hingga menyebabkan koma dan berakhir dengan
kematian.2
17
2.1.2 Remaja
2.1.2.1 Definisi
Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun.
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomer 25 tahun 2014, remaja adalah penduduk
dalam rentang usia 10-18 tahun, dan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah.13
Adolescent atau remaja merupakan masa kritis pergantian dari anak menjadi
dewasa. Pada remaja terjadi perubahan hormonal, fisik, psikologis maupun sosial
yang berlangsung secara sekuensial.14
Perubahan fisik merupakan perkembangan
tanda-tanda seks sekunder, terjadinya pacu tumbuh, serta perubahan perilaku dan
hubungan sosial dengan lingkungannya.14
Perubahan hormon adalah pubertas terjadi sebagai akibat peningkatan sekresi
Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH) dari hipotalamus, diikuti oleh sekuens
perubahan sistem endokrin yang kompleks yang melibatkan sistem umpan balik
negatif dan positif. Selanjutnya, sekuens ini akan diikuti dengan timbulnya tanda-
tanda seks sekunder, pacu tumbuh, dan kesiapan untuk reproduksi. 14
Secara perubahan psikososial pada remaja dibagi dalam tiga tahap yaitu
remaja awal (early adolescent), pertengahan (middle adolescent), dan akhir (late
adolescent). Masing-masing tahapan memiliki karakteristik tersendiri, yaitu:14
a. Early Adolescent
Periode pertama disebut remaja awal atau early adolescent, terjadi
pada usia usia 12-14 tahun. Karakteristik masa remaja awal ditandai oleh
terjadinya perubahan-perubahan psikologis seperti, krisis terhadap identitas,
jiwa yang labil, meningkatnya kemampuan verbal untuk ekspresi diri,
pentingnya pertemanan maupun teman dekat/sahabat, berkurangnya rasa
hormat terhadap orang tua, kadang-kadang berprilaku kasar. Pada masa ini
juga menunjukkan kesalahan orang tua, mencari orang lain yang disayangi
18
selain orangtua seperti yang kita kenal istilah pacaran, kecenderungan untuk
berlaku kekanak-kanakan, dan terdapatnya pengaruh teman sebaya (peer
group) terhadap hobi dan cara berpakaian, dan juga pada periode remaja awal,
anak juga mulai melakukan eksperimen dengan rokok, alkohol, maupun
mencobakan penggunaan NAPZA.
b. Middle Adolescent
Merupakan antara usia 15-17 tahun, yang ditandai dengan terjadinya
perubahan-perubahan sebagai berikut: mengeluh orang tua terlalu ikut campur
dalam kehidupannya, sangat memperhatikan penampilan, berusaha untuk
mendapat teman baru, tidak atau kurang menghargai pendapat orang tua,
sering sedih/moody, mulai menulis buku harian, sangat memperhatikan
kelompok main secara selektif dan kompetitif, dan mulai mengalami masa
sedih karena ingin lepas dari orang tua.
c. Late Adolescent
Periode late adolescent dimulai pada usia 18 tahun ditandai oleh
tercapainya maturitas fisik secara sempurna, pada fase remaja akhir ini lebih
memperhatikan masa depan, termasuk peran yang diinginkan nanti
kedepannya. Pada masa ini sudah mulai serius dalam berhubungan dengan
lawan jenis, dan mulai dapat menerima tradisi dan kebiasaan lingkungan.
2.1.2.2 Faktor Resiko Remaja
Kaum remaja menjadi salah satu kelompok yang rentan terhadap
penyalahgunaan narkoba, karena selain mempunyai sifat dinamis, energik, selalu
ingin tahu. Mereka juga mudah putus berakibat jatuh pada masalah penyalahguanaan
NAPZA5. Beberapa faktor yang mempengaruhi penyalahgunaan NAPZA pada remaja,
dilihat dari sudut pandang psikososial yaitu perilaku menyimpang yang terjadi akibat
negatif dari interaksi 3 faktor sosial yaitu:10
19
1. Faktor Keluarga
a) Keluarga bermasalah atau broken home.
b) Ayah, ibu atau keduanya atau saudara menjadi pengguna atau
penyalahguna atau bahkan pengedar gelap narkoba.
c) Lingkungan keluarga yang kurang / tidak harmonis.
d) Lingkungan keluarga di mana tidak ada kasih sayang, komunikasi,
keterbukaan, perhatian, dan saling menghargai di antara anggotanya.
e) Orang tua yang otoriter.
f) Orang tua/keluarga yang permisif, tidak acuh, serba boleh, kurang/tanpa
pengawasan.
g) Orangtua/keluarga yang super sibuk mencari uang/di luar rumah.
2. Faktor Lingkungan
a) Lingkungan pergaulan atau komunitas yang salah satu atau beberapa atau
bahkan semua anggotanya menjadi penyalahguna atau pengedar gelap
narkoba. Sering berkunjung ke tempat hiburan (café, diskotik, karaoke,
dll).
b) Mempunyai banyak waktu luang, putus sekolah atau menganggur.
c) Kehidupan perkotaan yang hiruk pikuk, orang tidak dikenal secara pribadi,
tidak ada hubungan primer, ketidakperhatian, hilangnya pengawasan sosial
dari masyarakat, kemacetan lalu lintas, kekumuhan, pelayanan publik yang
buruk, dan tingginya tingkat kriminalitas.
d) Kemiskinan, pengangguran, putus sekolah, dan keterlantaran.
3. Faktor Ketersediaan NAPZA
a) Narkoba semakin mudah didapat dan dibeli.
b) Harga narkoba semakin murah dan dijangkau oleh daya beli masyarakat.
c) Narkoba semakin beragam dalam jenis, cara pemakaian, dan bentuk
kemasan.
20
Menurut Hawari tahun 2006 menyatakan bahwa bila ketiga faktor tersebut
tidak kondusif maka sebagai hasil interaksi ketiga faktor tersebut menyebabkan
resiko perilaku menyimpang menjadi lebih besar yang berakibat pada
penyalahgunaan NAPZA. Masa remaja merupakan periode terjadi pertumbuhan dan
perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis maupun intelektual. Sifat khas
remaja mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai petualangan dan
tatangan serta cenderung berani menanggung resiko atas perbuatannya tanpa di
dahului oleh pertimbangan yang matang, sehinga apabila keputusan yang diambil
dalam menghadapi konflik tidak tepat, mereka akan jatuh kedalam perilaku berisiko
dan mungkin harus bertanggung menganggung akibat jangka pendek dan jangka
panjang dalam berbagai masalah kesehatan fisik dan psikososial.5,15
2.1.3 Sekolah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sekolah adalah lembaga untuk
belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran, waktu atau
pertemuan ketika murid-murid di beri pelajaran, usaha menuntut kepandaian, belajar
di sekolah.16
Berdasarkan UU Nomer 2 tahun 1989, sekolah adalah satuan pendidikan
yang berjenjang dan berkesinambungan untuk menyelenggarakan kegiatan belajar
mengajar.17
Menurut Permendikbud RI Nomer 14 tahun 2018, sekolah adalah adalah
bentuk kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan, yaitu :3
1. TK : Taman Kanak-kanak (TK),Taman Kanak-kanak Luar Biasa (TKLB),
dan Raudatul Athfal (RA).
2. SD : Sekolah Dasar (SD)/Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) dan
Madrasah Ibtidaiyah (MI).
3. SMP : Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Pertama
Luar Biasa (SMPLB), dan Madrasah Tsanawiyah (MTs).
4. SLTA (Sekolah Lanjut Tingkat Atas) :
21
a. Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Atas Luar Biasa
(SMALB)
b. Madrasah Aliyah (MA)
c. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK)
yang diselenggarakan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan
masyarakat.
a. Sekolah Menengah Atas
Menurut Kemdiknas tahun 2010 sekolah Menengah Atas (SMA) adalah
jenjang pendidikan menengah pada pendidikan formal di Indonesia setelah lulus
Sekolah Menegah Pertama (SMP) atau sederajat, SMA ditempuh dalam waktu tiga
tahun, mulai dari kelas 10 sampai kelas 12 (Kemdiknas,2010). Peraturan Direktorat
Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Menengah No. 576/Kep/TU/2006, serta
Pedoman penyelengaraan Sistem Kredit Semester (SKS) untuk SMA Kategori
Mandiri dan bertaraf internasional dari Badan Nasional Standar Pendidikan (BNSP)
Departemen Pendidikan Nasional. Menurut Depdiknas tahun 2007 menyatakan
bahwa siswa dapat dijurukan program IPA maupun IPS dengan mempertimbangkan
tes penempatan (palecement test) dengan mengacu pada empat mata pelajaran yaitu:
1. Matematika.
2. Kimia.
3. Geografi.
4. Ekonomi.
Pada program pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) dan yang setara,
jumlah jam mata pelajaran sekurang-kurangnya 42 jam pelajaran setiap minggu.
Setiap jam pelajaran lamanya 45 menit. Dalam menyesuaikan dengan alokasi waktu
yang tersedia, setiap satuan pendidikan dimungkinkan menambah maksimum empat
jam pembelajaran per minggu secara keseluruhan.18
SMA yang di mana
kurikulumnya lebih memfokuskan pengetahuannya sehingga siswa/siswai yang
memilih SMA lebih banyak bertujuan pendidikan selanjutnya menuju kuliah.18
22
b. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu bentuk satuan
pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang
pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang
sederajat. Sekolah di jenjang pendidikan dan jenis kejuruan dapat bernama Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) atau Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain
yang sederajat (Undang-undang Sisdiknas Nomer 20 Tahun 2003).19
Menurut PP No.29 Tahun 1990 menyarakan bahwa pendidikan menengah
kejuruan adalah pendidikan menengah yang mengutamakan pengembangan
kemampuan siswa untuk melaksanakan jenis pekerjaan tertentu. Pendidikan menegah
kejuruan mengutamakan menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta
mengembangkan sikap professional. Sesuai dengan bentuknya, sekolah menengah
kejuruan menyelenggarakan program-program pendidikan yang sesuai dengan jenis-
jenis lapangan pekerjaan (PP No.29 Tahun 1990).20
Mata pelajaran di SMK terdiri atas tiga jenis yaitu pelajaran adaptif, normatif,
dan produktif sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).13
Mata
pelajaran wajib mencakup 9 (sembilan) mata pelajaran dengan beban belajar 24 jam
per minggu, beban belajar untuk SMK/MAK adalah 48 jam pelajaran per minggu.
Beban belajar dapat dinyatakan dalam satuan kredit semester (SKS) yang diatur lebih
lanjut dalam aturan tersendiri.21
c. Madrasah Aliyah
Madrasah secara harfiah berasal dari Bahasa Arab yang artinya sama atau
setara dengan kata Indonesia "sekolah" (school).10
Madrasah memilki kurikulum,
metode dan cara mengajar sendiri yang berbeda dengan sekolah. Madrasah sangat
menonjol nilai religiulitas masyarakatnya. Sementara sekolah merupakan lembaga
pendidikan umum dengan pelajaran universal dan terpengaruh iklim pencerahan
Barat. 22
23
Dilihat dari segi struktur kurikulum, Madrasah Aliyah yang diterbitkan oleh
Departemen Agama dalam kerangka dasar dan struktur kurikulum berbeda dengan
sekolah umum lainnya. Perbedaanya nampak pada pengembangan pendidikan agama
Islam yang terkait dengan mata pelajaran: al-Qur’an Hadits, Aqidah Akhlak, Fiqih
dan sejarah Islam. Pada setiap program baik program bersama, program studi ilmu
alam, program studi ilmu social, program studi ilmu agama Islam, program studi
bahasa maupun program keahlian kejurun mata pelajaran tersebut diberikan.11
MA
yang dimana kurikulumnya lebih mempunyai 2 fokus pengetahuannya dan
pegembangan pendidikan agama islam sehingga Siswa/i yang memilih MA lebih
banyak bertujuan pendidikan selanjutnya menuju kuliah maupun kerja.22
Dari 3 jenis sekolah tersebut kita bisa tergambarkan dari kebiasaan
kesehariannya yang dimana SMK dan SMA lebih bebas dari sekolah lainnya,
sedangkan MA lebih mendalami keaagaman yang bagus untuk pola pikir dan
kepribadian remaja.
2.1.4 Kuesioner Penelitian
Untuk mengkaji kesehatan remaja ada beberapa kuesioner. CDC
mengeluarkan kuesioner :
1. BRFSS (Behavioral Risk Factor Surveillance System).23
2. NHANES (the national healt and nutrition examination).24
3. YRBS (Youth Risk Behavior Survey).25
2.1.4.1 Kuesioner Youth Risk Behavior Survey (YRBS)
Kuisioner YRBS merupakan alat ukur untuk mengetahui perilaku berisiko
yang bekontribusi pada penyebab utama kematian dan kecacatan di kalangan
remaja dan orang dewasa. Perilaku berisiko tersebut termasuk perilaku yang
berkontribusi pada kekerasan dan cedera yang tidak disengaja, termasuk perilaku
kekerasan fisik dan depresi, perilaku seksual terkait dengan kehamilan yang tidak
24
diinginkan dan penyakit menular seksual, termasuk HIV, alkohol dan penggunaan
obat-obatan terlarang, penggunaan rokok, perilaku diet yang tidak sehat, serta
aktivitas fisik yang tidak memadai.25
Kuesioner berisi 116 butir pertanyaan
diantaranya terdapat pertanyaan mengenai yang dirincikan sebagai berikut:25
a. Cedera.
b. Kekerasan.
c. Rokok.
d. Elektronik (vape).
e. Kesehatan reproduksi.
f. kebiasaan menggunakan internet.
g. aktivitas fisik.
h. kebiasaan makan.
i. Alkohol dan narkoba.
1) Pertama kali mencoba menggunakan narkoba.
2) Menggunakan marijuana (disebut juga dengan cimeng, daun ganja, mary
jane, rasta, weed, chasra, buddha stick, hawi, hemp, hashish, grass, dagga,
dinsemilla, jayus).
3) Penggunaan beberapa kali anda menggunakan marijuana.
4) Menggunakan kokain (disebut juga dengan snow, coke, girl) dari bentuk
apapun, termasuk bubuk, bentuk rokok (lady, crack atau freebase).
5) Usia saat pertama kali mencoba menggunakan marijuana.
6) Menghisap lem (nge-lem), menghirup isi kaleng semprotan aerosol, atau
menghirup cat atau semprotan untuk ngefly/melayang/merasa enak
7) Menggunakan heroin (disebut juga dengan putaw, PT, junk, bedak etep
putih).
8) Menggunakan meth-amfetamin (disebut juga dengan shabu-shabu, SS,
blue ice, quartz, ice cream, glass).
9) Menggunakan ekstasi (disebut juga dengan amphet, MDMA, black heart,
butterfly, inex, kancing).
25
10) Menggunakan marijuana sintetik (disebut juga dengan K2, spice, fake
weed, King Kong, Yucatan Fire, Skunk, atau Moon Rocks).
11) Menggunakan pil atau suntik steroid tanpa resep dokter.
12) Menggunakan obat penenang atau penghilang nyeri (seperti DMP,
Dumolid, Xanax,Valium, Kodein, Esilgan, Oxycontin, Percocet,
Vicodin, Adderal, Ritalin) yang dibeli tanpa resep dokter.
13) Menggunakan jarum suntik untuk menyuntik obat terlarang/ narkoba ke
tubuh.
14) Menawarkan, menjual atau memberikan anda obat terlarang/ narkoba di
lingkungan sekolah.
26
2.2 kerangka Teori
Perkembangan Remaja.14
Psikososial Hormon
Jenis NAPZA:
1. Marijuana
2. Kokain
3. Lem
4. Heroin 5. Meth-
amfetamin
6. Ekstasi 7. Marijuana
sintetik
NAPZA
SMA
SMK
MA
Sekolah lanjut
Tingkat Atas
fisik
late adolescent
Middle adolescent
Early adolescent
Faktor ketersedian
NAPZA .10
Faktor lingkungan.10 Faktor keluarga.
10
Kedua
orang tua
bekerja
Terjadi
adiksi
lingkungan
rumah
Pengguna dan
penjual NAPZA
Pacu
pertumbuhan
Perkemba
ngan
tanda-
tanda
seks
sekunder
Diikuti oleh
sekuens
perubahan
sistem
endokrin
↑sekresi
GnRH
Umpan balik
negatif dan
positif
Terdapat
kesiapan
organ
reproduksi
lingkungan
luar rumah dan luar sekolah
lingkungan
sekolah
Kedua orang
otoriter dan
permasif
Tidak
humoris
Kedua
orang tua
pengguna
NAPZA
Pertumbuhan
yang berlansung
cepat selama
pubertas
Keadaan tubuh
tidak seimbang
Mempengaruhi
psikis remaja
Belajar mencoba-
coba dan meniru
teman sebaya
27
2.3 Kerangka Konsep
SLTA: SMA SMK MA
Perkembangan
Psikososial
Ketersediaan
NAPZA
keluarga
Variabel yang di teliti
Variabel yang tidak diteliti
Variabel
Dependen
NAPZA
Variabel
Independen
Lingkungan
28
2.4 Definisi Operasional
No Variable Definisi Alat ukur Hasil pengukran Skala
Variabel Independen
1. Sekolah lembaga untuk belajar dan
mengajar serta tempat menerima
dan memberi pelajaran, waktu
atau pertemuan ketika murid-
murid diberi pelajaran, usaha
menuntut kepandaian, belajar di
sekolah.
1. SMA
2. MA
3. SMK
Nominal
Variabel Dependent
2. Penggunaan
NAPZA
Orang yang pernah mengunakan
obat terlarang dan
ketergantungan.
Kuesioner
YRBS
dalam butir
pertanyaan
no.60
1. Tidak
Pernah
2. pernah
Nominal
3.
Menggunakan
Marijuana
Orang yang menggunakan
narkotika gologan 1 atau yang
disebut tanaman ganja.
No. 61
1. tidak
pernah
2. pernah
Nominal
4.
Menggunakan
Kokain
Orang yang menggunakan bubuk
Kristal putih yang dapat dari
esktrasi daun koka.
No. 62
1. tidak
pernah
2. pernah
Nominal
5. Menghisap lem Orang yang mengirup aroma lem
untuk mendapatkan efek candu.
No. 63 1. Tidak
pernah
2. Pernah
Nominal
6. Menggunakan
Heroin
Orang yang menggunakan
narkotika dari keturunan morfin
atay apioda yang dapat
menimbulkan ketergantungan.
No. 64 1. Tidak
Pernah
2. Pernah
Nominal
7. Menggunakan Orang yang menggunakan No. 65 1. Tidak Nominal
29
meth-
amfetamin
narkotika turunan amfetamina
yang bersifat halusinogen kuat.
Pernah
2. Pernah
8. Menggunakan
ekstasi
Orang yang menggunakan
narkotika dalam bentuk
pil/tablet/kapsul sehingga
memaksa tubuh melakukan
aktivitas yang berlebihan.
N0. 64 1. tidak
pernah
2. pernah
Nominal
9. Menggunakan
marijuana
sintetik
Orang yang menggunakan
narkotika yang tembakau
disemprotkan dengan sejenis
bahan kimia yang memiliki efek
psikoaktif.
N0. 65 1. tidak
pernah
2. Tidak
pernah
Nominal
10. Menggunakan
pil atau suntik
steroid tanpa
resep dokter
Orang yang menggunakan
narkotika pil atau suntik steroid.
No.66 1. Tidak
pernah
2. Pernah
Nominal
11. Menggunakan
obat penenang
atau penghilang
nyeri (seperti
DMP,
Dumolid,
Xanax, valium,
kodein, esilgan,
oxycontin,
Percocet,
vicodin,
adderal,
Ritalin)
Orang yang menggunakan oabt
penenang atau penghilang rasa
nyeri yang menyebabkan
ketergantungan.
No. 66 1. tidak
pernah
2. pernah
Nominal
12. Menggunakan
jarum suntik
obat
terlarang/narko
ba ketubuh
Orang yang menggunakan
narkotika jarum suntik ketubuh
menyebabkan ketergantungan.
No.67 1. Tidak
pernah
2. Pernah
Nominal
13. Menawarkan,
menjual atau
memberikan
obat terlarang
Orang yang
menawarkan,menjual atau
memberikan narkotika.
No. 68 1. tidak
pernah
2. pernah
Nominal
30
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan menggunakan desain potong
lintang (cross sectional) untuk mengetahui hubungan jenis sekolah dengan
penggunaan NAPZA pada siswa sekolah Lanjut Tingkat Atas (SLTA) di Banten.
3.2 Tempat dan Waktu pelaksaan
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) yang
terpilih di Banten. Penelitian ini dilakukan oleh 2 tahap , pertama Penelitian ini oleh
Tim YRBS waktu penelitian dari Bulan Oktober hingga Septetmber 2017 dan kedua
oleh peneliti waktu penelitian Agustus hingga Desember 2019.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi Target
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pelajar SLTA di Banten
3.3.2 Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah siswa/i kelas X, XI, dan XII SMA
Azkia, SMA Al-Huda, SMA Darulsallam, SMK PGRI 4, dan MAN 2 Banten.
31
3.4 Besar Sampel
Pada penelitian ini sampel di ambil di seluruh pelajar di SMA Azkia, SMA
Al-Huda, SMA Darulsallam, dan SMK PGRI 4 yang terpilih sebagai sampel adalah
sebanyak 719 siswa oleh tim YRBS dan 121 diambil dari MAN 2 oleh peneliti di
Banten lalu terdapat sampel yang tidak dipakai 50 maka jumlah total sebanyak 720
siswa. Perhitungan perkiraan besar sampel yang digunakan pada penelitian ini
adalah analitik kategorik tidak berpasangan dan deskriptif, maka rumus yang
digunakan:35
( √ √
)
( √ √
)
n= (1 35 0 494
0 2)
2
n= 85 85.
n = Jumlah sampel minimal
Z = Derivat baku alfa (1,96; dengan ditetapkan kesalahan tipe I sebesar 5%)
Z = Derivat baku beta (0,84; dengan ditetapkan kesalahan tipe II sebesar
20%)
P2 = Proporsi pada kelompok yang sudah diketahui nilainya (0,56)
Q2 = 1 - P2 = 1 - 0,5 = 0,5
32
P1 = Proporsi pada kelompok yang sudah diketahui nilainya dari kepustakaan
= P2 + 0,2 = 0,5 + 0,2 = 0,7
Q1= 1 - P1 = 1 - 0,7 = 0,3
P1-P2 = Selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna = 0,2
P = Proporsi total = (P1 + P2)/2 = (0,7 + 0,5)/2 = 0,6
Q = 1 - P = 1 - 0,6 = 0,4
3.5 Pemilihan Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah jenis probability
sampling dengan metode randomisasi sampe bertingkat dari seluruh SLTA di dengan
metode multistage random sampling. Dilakukan randomisasi berdasarkan wilayah di
Jawa sehingga terpilih Banten, lalu dilakukan pendataan jumlah SMA, SMK, dan MA
yang berada di Banten, dan yang terpilih salah satu SMK, SMA, MA di Banten.
Setelah itu, dilakukan randomisasi berdasarkan jenis sekolah, sehingga terpilih
(sesuai pengambilan sampel) yaitu kelas X, XI, XII terpilih selanjutnya dilakukan
randomisasi kembali untuk memilih siswa/i dari tiap kelas yang akan dijadikan
sampel penelitian.
3.6 Kriteria Sampel
3.6.1 Kriteria Inkulasi
1. Pelajar kelas X, XI, dan XII di SMA, SMK, MA.
2. Usia remaja.
33
3.6.2 Kriteria Eksklusi
1. Pelajar yang tidak mengisi kuesioner dengan lengkap.
2. Pelajar yang mencantumkan jawaban tidak tersedia dalam pilihan jawaban
kuisioner.
3.7 Cara kerja Penelitian
1. Menentukan tema, judul, dan penelitian.
2. Menentukan kuisioner yang digunakan untuk penelitian yaitu kuesioner
YRBS dari CDC 2017.
3. Membuat permohonan izin kepada pihak yang membuat kuisioner YRBS
2017 untuk diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dan menggunakan
kuisioner tersebut dalam penelitian ini.
4. Mendata seluruh SMA/SMK/MA di Banten.
5. Memilih SMA/SMK/MA yang akan sampel penelitian secara random.
6. Mendatangi sekolah yang telah terpilih dan meminta izin kepada kepala
sekolah tersebut untuk meminta data penelitian.
7. Mendata jumlah siswa/i kelas X, XI, dan XII di sekolah terpilih dan
melakukan randomisasi pada seluruh pelajar di SMA Askia, SMA Al-huda,
SMA Darulsallam, SMK PGRI 4, MAN 2 Tangerang.
8. Menyampaikan informed consent kepada sampel penelitian berupa penjelasan
mengenai penelitian yang akan dilakukan.
9. Menyerahan dan melakukan pengisian informed consent . Jika sampel setuju
dan bersedia menjadi sampel penelitian, lembar informed consent tidak perlu
dikembalikan ke peneliti. Tetapi, apabila sampe yang terpilih tidak bersedia
menjadi sampel penelitian, lembar informed consent ditandatangani oleh
orang tua sampel terpilih dan kemudian dikembalikan kepada peneliti.
10. Memberi penjelasan mengenai kuisioner kepada sampel penelitian yang
bersedia.
34
11. Mengisi Kuisioner YRBS 2017 dalam Bahasa Indonesia dengan lengkap.
12. Mengumpulkan kuesioner yang telah diisi dan melakukan pemilihan data
untuk melihat apakah memenuhi kriteria atau tidak.
13. Menganalisis dan mengolah data penelitian dengan menggunakan SPSS.
14. Menulis laporan penelitian.
35
3.8 Alur Penelitian
Menentukan tema, judul, dan penelitian
TIM YRBS
dan
PENELITI
Permohonan izin kepada pembuat kuisioner YRBS 2017
Melakukan randomisasi pelajar di sekolah terpilih
Melakukan pendataan seluruh SMA/SMK/MA Banten
Memilih SMA/SMK/MA yang akan dijadikan sampel
penelitian
Datang ke sekolah yang terpilih sebagai sampel
Meminta izin kepada kepala sekolah terkait
Menjelaskan informed consent mengenai penelitian
Menyerahkan dan mengisi passive informed consent
Mendata jumlah siswa/i di sekolah terpilih
Bersedia Tidak bersedia
Menjelaskan dan mengisi kuisioner
Mengambil data dari kuisioner
Analisis dan pengolahan data
dengan SPSS
Tidak memenuhi kriteria
Menuliskan laporan penelitian
Memenuhi kriteria
Pemilihan kuisioner YRBS 2017 sebagai instrumen
PENELITI
TIM YRBS
36
3.9 Manajemen Data
3.9.1 Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan data primer yang
diperoleh dari hasil kuesioner yang dibagikan dan diisi langsung oleh responden
berdasarkan pengetahuan dan pengalaman pribadi responden. Teknik pengambilan
sampel dalam penelitian ini adalah jenis stratified random sampling.
3.9.2 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah kuesioner Youth Risk Behavior Survey (YRBS) 2017 dari CDC yang telah
divalidasi dan diterjemahkan oleh tim YRBS Fakultas Kedokteran UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Kuesioner tersebut berupa pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh data atau informasi mengenai identitas dan
perilaku berisiko pada remaja, termasuk penggunaan NAPZA.
Penelitian ini dilakukan bersama dengan tim peneliti Youth Risk Behavior
Surveillance System (YRBS) Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang dipimpin oleh dr.Risahmawati,Dr.Med.Sc.
3.9.3 Uji Validasi dan Reabilitas
Uji validitas dan realibilitas telah dilakukan oleh tim YRBS Fakultas
Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
37
3.9.4 Pengelolaan dan Analisis Data
Pengolahan dan analisis data pada penelitian ini menggunakan program SPSS
(Statistik Package for Social Sciences) versi 22.0. Berikut ini beberapa tahap yang
dilakukan dalam pengolahan data, yaitu:
3.9.4.1 Editing
Pemeriksaan kembali kebenaran dan kelengkapan data kuesioner.
3.9.4.2 Coding
Pemberian kode numerik kepada data yang terdiri atas beberapa kategori
menggunakan excel.
3.9.4.3 Data Entry
Memasukkan data yang telah dikumpulkan di excel ke dalam program SPSS.
3.9.4.4 Analisis Data
Melakukan analisis univariat untuk melihat frekuensi atau distribusi data dan
analisis bivariat menggunakan uji Chi-Square.
38
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
Uji instrumen dilakukan kepada 50 orang orang responden. Kuesioner yang
digunakan ialah YRBS 2017 yang telah diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia
oleh tim YRBS FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Uji instrumen dilakukan pada
seluruh butir petanyaan kuesioner YRBS 2017, yakni sebanyak 116 butir pertanyaan.
4.1.1 Uji Validitas
Instrumen penelitian dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang
diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat.
Pada penelitian ini didapatkan nilai untuk korelasi r product-moment (r tabel) sebesar
0,273. Nilai ini didapatkan berdasarkan jumlah sampel dan tingkat signifikan
yang dipilih yaitu 50 responden dan 0,05. Suatu item dikatakan memiliki
validitas baik apabila memiliki nilai pearson correlation (perhitungan r) lebih dari
tabel r. Tabel 4.1.1 hasil validitas pada item kuesioner (lampiran). Terdapat validitas
baik berjumlah 11 pertanyaan dan kurang baik berjumlah 14 pertanyaan.
Tabel 4.1.1 Hasil Validitas pada Item Kuesioner
No Variabel Nilai r
hitung
Nilai p Nilai r
tabel
Keterangan
validasi
1. Mencoba
narkoba
0,600 0,000 0,273 Baik
2. Jenis kelamin -0,196 0,172 0,273 Kurang baik
3. Suku 0,127 0,379 0,273 Kurang
39
Baik
3. Agama 0,020 0,891 0,273 Kurang
Baik
4. Sekolah 0,470 0,001 0,273 Baik
5. Jurusan 0,562 0,000 0,273 Baik
6. Kelas 0,562 0,000 0,273 Baik
7. Pendidikan ibu -0,340 0,16 0,273 Kurang
Baik
8. Pendidikan ayah -0,315 0,26 0,273 Kurang
Baik
9. Tempat tinggal -0,169 0,239 0,273 Kurang
Baik
10. Daya listrik -0,26 0,860 0,273 Kurang
Baik
11. Mencoba
narkoba
0,219 0,126 0,273 Kurang
Baik
12. Berapa kali
pernah
Menggunkan
marijuana
0,373 0,008 0,273 Baik
13. Menggunakan
marijuana dalam
30 hari terakhir
0,237 0,098 0,273 Kurang
Baik
14. Menggunakan
kokain
-0,090 0,536 0,273 Baik
15. Usia pertamakali
menggunakan
marijuana
0,488 0,00 0,273 Baik
16. Menghisap lem
(ngelem)
0,129 0,373 0,273 Kurang
Baik
40
17. Menggunakan
heroin
0,016 0,043 0,273 Kurang baik
18. Menggunakan
meth- amfetamin
-0,090 0,536 0,273 Kurang baik
19. Mengunakan
ekstasi
0,310 0,28 0,273 Baik
20. Menggunakan
marijuana
sintetik
-0,090 0,536 0,273 Kurang baik
21. Menggunakan
pil atau suntik
steroid tanpa
resep dokter
0,465 0,001 0,273 Baik
22. Menggunakan
obat
penenang atau
penghilang
nyeri (seperti
DMP, Dumolid,
Xanax, Valium,
Kodein, Esilgan,
Oxycontin,
Percocet,
Vicodin,
Adderal,
Ritalin)
0,310 0,28 0,273 Baik
41
23. Anda
menggunakan
jarum suntik
untuk menyuntik
obat terlarang/
NARKOBA ke
tubuh
-0,090 0,536 0,273 Kurang baik
24. Anda
menggunakan
jarum suntik
untuk menyuntik
obat terlarang/
NARKOBA ke
tubuh
-0,015 0,198 0,273 Baik
Berdasarkan tabel 4.1.1 diketahui bahwa hasil validitas untuk pertanyaan
mengenai identitas responden, yakni mengenai usia, sekolah, jurusan, tingkat kelas,
validitas baik, karena nilai r hitung > nilai r tabel. Butir pertanyaan jenis kelamin,
suku, agama, pendidikan ibu, pendidikan ayah, tempat tinggal, dan daya listrik
validitas kurang baik, karena r hitung > nilai r tabel. Pertanyaan yang validitasnya
kurang baik tetap akan digunakan dalam kuesioner. Berdasarkan tabel 4.1 juga
diketahui bahwa hasil validitas untuk pertanyaan mengenai berapa kali pernah
menggunkan marijuana, menggunakan kokain, usia pertama kali menggunakan
marijuana, menggunakan pil atau suntik steroid tanpa resep dokter, menggunakan
obat penenang atau penghilang nyeri (seperti DMP, Dumolid, Xanax, Valium,
Kodein, Esilgan, Oxycontin, Percocet, Vicodin, Adderal, Ritalin), menawarkan,
menjual atau memberikan obat terlarang/ Narkoba di lingkungan sekolah selama 12
bulan terakhir validitasnya baik, karena nilai r hitung > nilai r tabel. Butir
42
pertanyaan mencoba narkoba, menggunakan marijuana dalam 30 hari terakhir,
menggunakan marijuana sintetik kurang baik karena r hitung > nilai r tabel.
Pertanyaan yang validitasnya kurang baik tetap akan digunakan dalam kuesioner.
4.1.2 Uji Reliabilitas
Menurut Arikunto, reliabilitas (konsisten) menunjukan pada suatu pengertian
yang merupakan suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk dipergunakan sebagai
alat pengumpulan data karena reliabilitas tersebut sudah baik. Alat ukur dikatakan
reliabilitas jika memberikan nilai yang sama atau hampir sama jika dilakukan
berulang-ulang. Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan mengetahui nilai
cronbach’s alpha. Berikut merupakan interpretasi nilai cronbach’s alpha:
a. Kurang reliabel : cronbach’s alpha 0,00-0,20
b. Agak reliabel : cronbach’s alpha 0,02-0,40
c. Cukup reliabel : cronbach’s alpha 0,041-0,80
d. Realibel : cronbach’s alpha 0,061-0,80
e. Sangat reliabel : cronbach’s alpha 0,81-1,00
Tabel 4.1.2 Hasil Uji Reliabilitas Item Kuesioner
Cronbach’s alpha
0,763
N of items
116
Tabel 4.1.2 menunjukan bahwa nilai cronbach’s pada seluruh item kuesioner
adalah 0,763. Hal tersebut menunjukan bahwa seluruh item kuesioner YRBS 2017
adalah reliabel, sehingga dapat memberikan nilai yang sama atau hampir sama jika
dilakukan pengambilan data berulang-ulang.
.
43
4.2 Analisis Univariat
Analisis univariat yang dilakukan pada penelitian ini merupakan distribusi
sampel berdasarkan karakteristik sampel yaitu usia, jenis kelamin, jenis sekolah, kelas,
serta frekuensi pengunaan NAPZA.
Jumlah sampel terpilih yaitu sebesar 840 siswa/siswi dan setelah dilakukan
penilaian ulang pada hasil pengisian kuesioner sampel terpilih didapatkan 50 orang
drop out karena tidak mengisi kuesioner dengan lengkap dan terdapat pula sampel
yang memilih jawaban yang tidak sesuai dengan pilihan jawaban tersedia sehingga
besar sampel akhir penelitian ini yaitu sebesar 790 siswa/siswi.
4.2.1 Karakteristik Sampel
Tabel 4.2 Distribusi Sampel Menurut Usia, Jenis Kelamin, Jenis Sekolah,
Suku, Agama , Sekolah, Jurusan, Kelas, Pendidikan Ibu, Pendidikan Ayah,
Tempat Tinggal, Daya Listrik dan Tingkat Kelas.
No. Variabel Kategori Jumlah Proporsi
1 Usia
12 tahun atau
kurang
13 tahun
14 tahun
15 tahun
16 tahun
17 tahun
18 tahun
19 tahun atau
lebih
1
3
18
178
290
219
69
12
0,1%
0,4%
2,3%
22,5%
36,7%
27,7%
8,7%
1,5%
2 Jenis kelamin Laki-laki 348 44,1%
44
Perempuan 442 55,9%
3 Suku Jawa
Sunda
Betawi
Batak
Minang
Tioghoa
Dayak
Melayu
Lain-lain
25
7
83
1
1
3
1
8
4
43,9%
36,5%
14,7%
1,9%
1,0%
0,4 %
0,1 %
1,0%
0,5%
4 Agama Islam
Katolik
Kristen
Budha
777
1
11
1
98,4%
0,1 %
1,4%
0,1%
5 Sekolah SMA
MA
SMK
294
190
306
37,2%
24,1%
38,7%
6 Jurusan IPA
IPS
Bahasa
SMK
237
234
12
307
30,0 %
29,6%
1,5 %
38,9%
7 Kelas 10
11
12
220
353
217
27,8%
44,7%
27,5%
45
8 Pendidikan ibu Tidak sekolah/
tidak tamat SD
SD
SMP
SMA
S1
S2
S3
98
321
123
205
23
22
1
12,4%
39,5%
16,3%
25,9%
2,9%
2,8%
0,1%
9 Pendidikan ayah Tidak sekolah/
tidak tamat SD
SD
SMP
SMA
S1
S2
S3
84
259
125
270
23
24
5
10,6%
32,8%
15,8%
34,2%
2,9%
3,0%
0,6%
10 Tempat tinggal Serumah dengan
orang tua di
rumah milik
orang tua sendiri.
Rumah
kontrakan (sewa)
bersama orang
tua.
Kos, tidak
serumah bersama
orang tua.
667
39
42
88,2%
4,9%
5,3%
46
Menumpang di
rumah saudara
yang tidak
serumah dengan
orang tua.
12
1,5%
11 Daya listrik Tidak ada listrik
450 Watt
900 Watt
1300 Watt
2200 Watt
>2200 Watt
13
210
238
224
89
16
1,6%
26,6%
30,1%
28,4%
11,3%
2,0%
Berdasarkan tabel 4.3, didapatkan bahwa seluruh sampel terpilih merupakan
remaja dengan jumlah responden perempuan (55,9%) lebih banyak daripada
responden laki-laki (44,1%), dan mayoritas beusia 16 tahun (36,7%) yang tergolong
sebagai remaja akhir. Terdapat suku Jawa (20,7%), agama Islam (98,4%) karena di
Indonesia masyarakatnya mayoritas beragama Islam, dan juga pendidikan ibu
terbanyak SD (32,8), pendidikan ayah SMA (34,2%).
Distribusi sampel jenis sekolah paling banyak SMK (38,7%) daripada SMA
(37,2%), dan MA (24,1%), jurusan IPA (30,0%), lebih banyak daripada responden
jurusan IPS (29,6%). Hal ini berhubungan dengan sasaran pemilihan sampel pada
47
penelitian ini yaitu pelajar Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) yang diambil oleh
randomisasi bertingkat.
4.2.2 Frekuensi Penggunaan NAPZA
Frekuensi penggunaan NAPZA digunakan pada penelitian ini dibagi menjadi
dua kategori yaitu pernah dan tidak pernah. Pada penelitian ini, dikategorikan bahwa
responden pernah menggunakan NAPZA apabila responden menjawab pertanyaan
yang berupa intensitas yaitu ≥1 kali.
Table 4.3 Distribusi Sampel Berdasarkan Penggunaan NAPZA
Penggunaan
NAPZA
SMA MA SMK Jumlah Proporsi
(%)
Mencoba
narkoba
Tidak pernah
Pernah
287
7
188
2
301
5
776
13
98,2%
1,7 %
Berapa kali
pernah
Menggunkan
marijuana
Tidak pernah
pernah
290
4
188
2
302
4
780
10
98,7%
1,2%
Menggunakan
marijuana
dalam 30 hari
terakhir
Tidak pernah
Pernah
292
2
189
1
303
3
784
6
99,2%
0.9%
Menggunakan
kokain
Tidak pernah
pernah
294
0
189
1
300
6
783
7
99,1%
0,9%
48
Usia
pertamakali
menggunakan
marijuana
Tidak pernah
Pernah
290
4
188
2
302
4
783
7
98,7%
1,3%
Menghisap lem
(ngelem)
Tidak pernah
Pernah
297
15
185
5
302
4
766
24
97,0%
3.1%
Menggunakan
heroin
Tidak pernah
Pernah
291
3
189
1
302
4
783
99,0%
1,0%
Menggunakan
meth-
amfetamin
Tidak pernah
Pernah
293
1
189
1
301
5
783
7
99,1%
0,9%
Mengunakan
ekstasi
Tidak pernah
Pernah
294
0
189
1
4
303
3
786
4
99,5%
0,5%
Menggunakan
marijuana
sintetik
Tidak pernah
Pernah
293
1
189
1
304
2
786
4
99,5%
0,5%
Menggunakan
pil atau suntik
steroid tanpa
resep dokter
Tidak pernah
Pernah
292
2
189
1
299
7
780
10
98,8%
1,2%
Menggunakan
obat
penenang atau
penghilang
nyeri
Tidak pernah
Pernah
292
2
188
2
300
6
780
10
98,7%
1,2%
49
Anda
menggunakan
jarum suntik
untuk
menyuntik obat
terlarang/
NARKOBA ke
tubuh
Tidak pernah
Pernah
294
2
189
2
301
2
784
6
99,2%
0,7%
Menawarkan,
menjual atau
memberikan
obat terlarang/
Narkoba
Ya
Tidak
42
252
11
179
25
281
78
721
9,9%
90,1%
Berdasarkan tabel 4.3, didapatkan bahwa dari 790 responden, 776 (98,2%)
responden tidak penah dan memakai narkoba 14 (0,8%) yang paling terbanyak pada
jenis sekolah SMA. Terdapat 780 (98,7%) responden tidak menggunakan marijuana
dan terdapat pernah memakai marijuana 10 (0,12%) yang paling banyak pada jenis
sekolah SMA dan SMK, tidak menggunakan marijuana dalam 30 hari terakhir
berjumlah 780 (99,2%) dan pernah memakai marijuana dalam 30 hari terakhir 6
(0,12%) yang paling terbanyak pada jenis sekolah SMK, tidak menggunakan kokain
783 (99,1%) dan pernah menggunakan kokain 7 (0,9%) yang jenis sekolah terbanyak
pada SMK, pernah pertama kali menggunakan marijuana pernah 0,5% dan paling
terbanyak pada jenis sekolah SMK dan SMA, tidak menggunakan heroin 97% dan
pernah menggunakan heroin 1,0 % yang paling banyak pada jenis sekolah SMA dan
SMK, tidak menggunakan methamfetamin 99,1% dan yang pernah menggunakan
methamfetamin 0,9% yang paling banyak pada jenis sekolah SMK, tidak
menggunakan ekstasi 99,5% dan pernah menggunakan ekstasi 0,5% yang paling
banyak pada jenis sekolah SMK, tidak menggunakan marijuana sintetik 99,5% dan
pernah menggunakan marijuana sintetik 0,5% dan yang paling banyak pada jenis
50
sekolah SMK, tidak menggunakan jarum suntik (99,2%) dan pernah menggunakan
jarum suntik 0,5% yang paling banyak pada jenis sekolah SMK.
Selain itu didapatkan 97% tidak pernah mengelem dan pernah mengelem 3%
yang paling banyak pada jenis sekolah SMA 62,5%. Terdapat 98,7% tidak pernah
menggunakan pil atau suntik steroid tanpa resep dokter menggunakan obat penenang
atau penghilang rasa nyeri (seperti DMP, Dumolid, Xanax, Valium, Kodein, Esilgan,
Oxycontin, Percocet, Vicodin, Adderal, Ritalin) sekurang-kurangnya 1 kali dalam 12
bulan terakhir dan 1,2% pernah menggunakan pil atau suntik steroid tanpa resep
dokter menggunakan obat penenang atau penghilang rasa nyeri (seperti DMP,
Dumolid, Xanax,Valium,Kodein, Esilgan, Oxycontin, Percocet, Vicodin, Adderal,
Ritalin) yang paling banyak pada jenis sekolah SMK 70,0%. Terdapat 9,9 % pernah
menawarkan, menjual atau memberikan anda obat terlarang/NARKOBA di
lingkungan sekolah sekurang-kurangnya 1 kali dalam 12 bulan terakhir selama 12
bulan terakhir dan 90,1% tidak pernah menawarkan, menjual atau memberikan
responden obat terlarang/NARKOBA di lingkungan sekolah selama 12 bulan terakhir
yang paling banyak pada jenis sekolah SMA 14,3%.
4.3 Analisis Bivariat
Analisis bivariat yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan analisis uji
Chi-Square untuk mengetahui kemaknaan hubungan antara variabel dependen dan
independen. Bila uji Chi-Square tidak memenuhi syarat, maka akan digunakan uji
Fisher sebagai alternative. Uji Chi-Square dan uji Fisher dinyatakan bermakna jika p
value <0,05.
51
4.3.1 Hubungan Penggunaan NAPZA dengan Sekolah
4.3.1.1 Kategori Mencoba NAPZA
Tabel 4.4 Hubungan Mencoba NAPZA dengan Jenis Sekolah
Pada tabel 4.4 diketahui bahwa jumlah sampel yang didapatkan paling banyak
pada kelompok mencoba menggunakan NAPZA dengan jenis sekolah yaitu pada
sekolah SMA sebanyak 7 (50,0%). Berdasarkan tabel di atas variabel mencoba
menggunakan NAPZA dengan jenis sekolah diperolah nilai p = 0,542 atau p>0,05.
Berdasarkan statistik tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara mencoba
menggunakan NAPZA dengan jenis sekolah.
Jenis NAPZA Jenis Sekolah
Nilai p
SMA MA SMK
N % N % N %
Mencoba
Menggunakan
NAPZA
Tidak pernah
Pernah
287
7
37,0%
50,0%
188
2
23,9%
14,3%
301
5
38,8%
14%
0,542
Total 294 37,2% 190 24,1% 306 38,7%
52
4.3.1.2 Kategori Berapa Kali Pernah Menggunkan Marijuana
Tabel 4.5 Hubungan Berapa Kali Pernah Menggunkan Marijuana dengan
Jenis Sekolah
Jenis NAPZA Jenis Sekolah Nilai p
SMA MA SMK
N % N % N %
Beberapa Kali
Pernah
Menggunkan
Marijuana
tidak
pernah
Pernah
290
4
98,6%
40,0%
188
2
98,9%
20,0%
302
4
98,7%
40,0%
0,954
Total 294 37,2% 190 24,1% 306 38,7%
Pada tabel 4.5 diketahui bahwa jumlah sampel yang didapatkan paling banyak
pada kelompok beberapa kali pernah menggunakan marijuana dengan jenis sekolah
yaitu pada jenis sekolah SMA 4 (40%) dan SMK (40,0%). Berdasarkan tabel di atas
variabel mencoba beberapa pernah menggunakan marijuana dengan jenis sekolah
diperolah nilai p = 0,542 atau p>0,05. Berdasarkan statistik tidak terdapat
perbedaan yang bermakna antara beberapa pernah menggunakan marijuana
dengan jenis sekolah.
53
4.3.1.3 Kategori Menggunakan Marijuana dalam 30 Hari Terakhir
Tabel 4.6 Hubungan Menggunakan Marijuana dalam 30 Hari Terakhir dengan Jenis
Sekolah
Jenis NAPZA Jenis Sekolah Nilai
p
SMA MA SMK
N % N % N %
Menggunakan
marijuana
dalam 30 hari
terakhir
tidak
pernah
Pernah
292
2
99,3%
33,3%
189
1
99,5%
16,7%
303
3
99,0%
50,0%
0,835
Total 294 37,2% 190 24,1% 306 38,7%
Pada tabel 4.6 diketahui bahwa pada kelompok menggunakan marijuana
dalam 30 hari terakhir dengan jenis sekolah dan paling banyak yaitu pada jenis
sekolah SMK yaitu sebanyak 3 (50,0%). Berdasarkan tabel di atas antara variabel
yang menggunakan marijuana dalam 30 hari terakhir dengan jenis sekolah diperoleh
nilai p 0,835 atau >0,05. Berdasarkan statistik tidak terdapat perbedaan yang
bermakna antara menggunakan marijuana dalam 30 hari terakhir dengan jenis
sekolah.
4.3.1.4 Kategori Menggunakan Kokain
Tabel 4.7 Hubungan Menggunakan Kokain dengan Jenis Sekolah
Jenis NAPZA Jenis Sekolah Nilai p
SMA MA SMK
N % N % N %
Menggunakan
Kokain
Tidak pernah
Pernah
294
0
100,0%
0,0%
189
1
99,5%
14,3%
300
6
98,0%
85,7%
0,031
Total 294 37,2% 190 24,1% 306 38,7%
54
Pada tabel 4.7 diketahui bahwa pada jumlah sampel yang didapatkan paling
terbanyak pada kelompok menggunakan kokain dengan jenis sekolah yaitu pada
sekolah SMK sebanyak 6 (85,7%). Berdasarkan tabel di atas antara variabel
menggunakan kokain dengan jenis sekolah diperoleh nilai p = 0,031 atau >0,05.
Berdasarkan statistik terdapat perbedaan yang bermakna antara menggunakan
kokain dengan jenis sekolah.
4.3.1.5 Kategori Berapa Usia Pertama Kali Menggunakan Marijuana
Tabel 4.8 Hubungan Berapa Usia Pertama Kali Menggunakan Marijuana dengan
Jenis Sekolah
Jenis NAPZA Jenis Sekolah Nilai p
SMA MA SMK
N % N % N %
Usia pertama kali
menggunakan
marijuana
Tidak pernah
Pernah
290
4
98,6%
40,0%
188
2
98,9%
20,0%
302
4
98,7%
40,0%
0,511
Total 294 100,0 190 100,0% 306 100,%
Pada tabel 4.8 diketahui bahwa jumlah sampel yang didapatkan paling banyak
pada kelompok usia pertama kali menggunakan marijuana dengan jenis sekolah yaitu
pada sekolah SMK dan SMK sebanyak 4 (1,4%). Berdasarkan tabel di atas antara
variabel usia pertama kali menggunakan marijuana dengan jenis sekolah sekolah
diperoleh nilai p = 0,511 atau >0,05. Berdasarkan statistik tidak terdapat
perbedaan yang bermakna antara usia pertama kali menggunakan marijuana
dengan jenis sekolah.
55
4.3.1.6 Kategori Menghisap Lem (Ngelem)
Tabel 4.9 Hubungan Menghisap Lem (Ngelem ) dengan Jenis Sekolah
Jenis NAPZA Sekolah Nilai
p
SMA MA SMK
N % N % N %
Menghisap lem
(ngelem)
Ttidak pernah
Pernah
297
15
94,9%
62,5%
185
5
97,4%
20,8%
302
4
98,7%%
16,7%
0,024
Total 295 37,4% 187 24,1% 306 38,7%
Pada tabel 4.9 diketahui bahwa pada kelompok menghisap lem (ngelem)
dengan sekolah sekolah SMA yaitu sebanyak 15 (62,5%). Berdasarkan tabel di atas
antara variabel menggunakan menghisap lem (ngelem) dengan sekolah sekolah
diperoleh nilai p = 0,024 atau <0,05. Berdasarkan statistik terdapat perbedaan yang
bermakna antara menghisap lem (ngelem) dengan sekolah.
4.3.1.7. Kategori Menggunakan Heroin
Tabel 4.10 Hubungan Menggunakan Heroin dengan Jenis Sekolah
Jenis NAPZA Jenis Sekolah Nilai p
SMA MA SMK
N % N % N %
Menggunakan
heroin
Tidak pernah
Pernah
291
3
99,0%
37,5%
189
1
99,5%
12,5%
302
4
98,7%
50,0%
0,700
Total 294 37,2% 190 24,1% 306 38,7%
56
Pada tabel 4.10 diketahui bahwa pada kelompok menggunakan heroin dengan
jenis sekolah sekolah SMK yaitu sebanyak 4 (50,0%). Berdasarkan tabel di atas
antara variabel menggunakan heroin dengan jenis sekolah diperoleh nilai p = 0,700
atau >0,05. Berdasarkan statistik tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara
menggunakan heroin dengan jenis sekolah.
4.3.1.8. Kategori Menggunakan Meth-Amfetamin
Tabel 4.11 Hubungan Menggunakan Methamfetamin dengan Jenis Sekolah
Jenis NAPZA Jenis Sekolah Nilai p
SMA MA SMK
N % N % N %
Menggunakan
methamfetamin
Tidak pernah
Pernah
293
1
99,7%
14,3%
189
1
99,5%
14,3%
301
5
98,4’%
71,4%
0,199
Total 294 37,2% 190 24,1% 306 38,1%
Pada tabel 4.11 diketahui bahwa pada kelompok menggunakan meth
amfetamin dengan jenis sekolah dan terbanyak pada jenis sekolah SMK yaitu
sebanyak 5 (71,4%). Berdasarkan tabel di atas antara variabel methamfetamin dengan
jenis sekolah sekolah diperoleh nilai p = 0,199 atau >0,05. Berdasarkan statistik
terdapat perbedaan yang bermakna antara menggunakan methamfetamin
dengan jenis sekolah.
57
4.3.1.9. Kategori Mengunakan Ekstasi
Tabel 4.12 Hubungan Mengunakan Ekstasi dengan Jenis Sekolah
Jenis NAPZA Jenis Sekolah Nilai
p
SMA MA SMK
N % N % N %
Mengunakan
ekstasi
Tidak pernah
Pernah
294
0
100,0%
0,0%
189
1
95,5%
25,0%
303
3
99,0%
75,0%
0,239
Total 294 37,2% 190 24,1% 306 38%
Pada tabel 4.12 diketahui bahwa pada kelompok mengunakan ekstasi dengan
jenis dan jenis sekolah terbanyak pada sekolah SMK yaitu sebanyak 3 (75,0%).
Berdasarkan tabel di atas antara variabel menggunakan ekstasi dengan sekolah
sekolah diperoleh nilai p = 0,239 atau >0,05. Berdasarkan statistik tidak terdapat
perbedaan yang bermakna antara mengunakan ekstasi dengan jenis sekolah.
4.3.1.10 Kategori Menggunakan Marijuana Sintetik
Tabel 4.13 Hubungan Menggunakan Marijuana Sintetik dengan Jenis Sekolah
Jenis NAPZA Jenis Sekolah Nilai
p
SMA MA SMK
N % N % N %
Menggunakan
marijuana
sintetik
Tidak pernah
Pernah
293
1
99,7%
25,0%
189
1
23,9%
25,0%
304
2
38,4%
50,0%
0,836
Total 294 100,0% 190 100,0% 306 100,0%
58
Pada tabel 4.13 diketahui bahwa pada kelompok menggunakan marijuana
sintetik dengan jenis sekolah dan jenis sekolah terbanyak SMK yaitu 2 (50,0%).
Berdasarkan tabel di atas antara variabel menggunakan marijuana sintetik dengan
jenis sekolah diperoleh nilai p = 0,836 atau >0,05. Berdasarkan statistik tidak
terdapat perbedaan yang bermakna antara mengunakan marijuana sintetik
dengan jenis sekolah.
4.3.1.11 Kategori Menggunakan Pil atau Suntik Steroid Tanpa Resep Dokter
Tabel 4.14 Hubungan Menggunakan Pil atau Suntik Steroid Tanpa Resep dengan
Sekolah
Jenis NAPZA Jenis Sekolah Nilai p
SMA MA SMK
N % N % N %
Menggunakan pil
atau suntik steroid
tanpa resep dokter
Tidak pernah
Pernah
292
2
99,3%
20,0%
189
1
99,5%
10,0%
299
7
97,7%
70,0%
0,123
Total 295 37,2% 180 24,1% 306 39,7%
Pada tabel 4.14 diketahui bahwa pada kelompok menggunakan marijuana pil
atau suntik steroid tanpa resep dokter dengan jenis sekolah dan jenis sekolah
terbanyak yaitu SMK yaitu 7 (70,0%). Berdasarkan tabel di atas antara variabel
menggunakan kelompok menggunakan marijuana pil atau suntik steroid tanpa resep
dokter dengan jenis sekolah diperoleh nilai p = 0,123 atau >0,05. Berdasarkan
statistik tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara mengunakan pil atau
suntik steroid tanpa resep dokter dengan jenis sekolah.
59
4.3.1.12 Kategori Menggunakan Obat Penenang atau Penghilang Nyeri
(seperti DMP, Dumolid, Xanax, Valium, Kodein, Esilgan, Oxycontin, Percocet,
Vicodin, Adderal, dan Ritalin)
Tabel 4.15 Hubungan Menggunakan Obat Penenang atau Penghilang Nyeri
(seperti DMP, Dumolid, Xanax, Valium, Kodein, Esilgan, Oxycontin, Percocet,
Vicodin, Adderal, dan Ritalin) dengan jenis Sekolah
Jenis NAPZA Jenis Sekolah Nilai p
SMA MA SMK
N % N % N %
Menggunakan obat
penenang atau
penghilang nyeri
Tidak pernah
Pernah
292
2
99,3%
20,0%
188
2
98,9%
20,0%
300
6
98,9%
60,0%
0,357
Total 295 37,2% 187 24,1% 306 38,7%
Pada tabel 4.15 diketahui bahwa pada kelompok menggunakan obat penenang
atau penghilang nyeri (seperti DMP, Dumolid, Xanax, Valium, Kodein, Esilgan,
Oxycontin, Percocet,Vicodin, Adderal, dan Ritalin) dengan jenis sekolah terbanyak
yaitu SMK yaitu sebanyak 6 (60,0%). Berdasarkan tabel di atas antara variabel
menggunakan obat penenang atau penghilang nyeri (seperti DMP, Dumolid,
Xanax, Valium, Kodein, Esilgan, Oxycontin, Percocet, Vicodin, Adderal, dan
Ritalin) dengan jenis sekolah diperoleh nilai p = 0,357 atau >0,05. Berdasarkan
statistik tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara Menggunakan obat
penenang atau penghilang nyeri (seperti DMP, Dumolid, Xanax, Valium,
Kodein, Esilgan, Oxycontin, Percocet, Vicodin, Adderal, dan Ritalin) dengan
jenis sekolah.
60
4.3.1.13 Kategori Menggunakan Jarum Suntik Untuk Menyuntik Obat
Terlarang/ Narkoba ke Tubuh
Tabel 4.16 Hubungan Menggunakan Jarum Suntik Untuk Menyuntik Obat Terlarang
atau Narkoba ke Tubuh dengan Jenis Sekolah
Jenis NAPZA Jenis Sekolah Nilai p
SMA MA SMK
N % N % N %
Menggunakan
jarum suntik
untuk menyuntik
obat terlarang/
NARKOBA ke
tubuh
Tidak pernah
Pernah
294
2
100,0%
20,0%
189
2
99,5%
20,0%
301
6
98,4%
60,0%
0,064
Total 294 37,4% 190 100,0% 306 100,0%
Pada tabel 4.1d diketahui bahwa pada kelompok menggunakan jarum suntik
untuk menyuntik obat terlarang/ narkoba ke tubuh dengan jenis sekolah terbanyak
yaitu SMK 6 (60,0%). Berdasarkan tabel di atas antara variabel menggunakan jarum
suntik untuk menyuntik obat terlarang/ narkoba ke tubuh diperoleh nilai p = 0,064
atau >0,05. Berdasarkan statistik tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara
jarum suntik untuk menyuntik obat terlarang/ narkoba ke tubuh dengan jenis
sekolah.
61
4.3.1.14 Aspek Faktor Resiko di Sekolah
Tabel 4.17 Aspek Faktor Resiko di Jenis Sekolah
Jenis NAPZA Jenis Sekolah Nilai p
SMA MA SMK
N % N % N %
Menawarkan atau
menjual atau
memberikan anda
obat terlarang/
Narkoba di
lingkungan
sekolah selama 12
bulan terakhir
Ya
Tidak
42
252
14,3%
85,7%
11
179
5.8%
94,2%
25
281
8,2%
91,8%
0,004
Total 294 100,0% 190 100,0% 306 100,0%
Pada tabel 4.17 diketahui bahwa pada kelompok menggunakan
menawarkanatau menjual atau memberikan anda obat terlarang/Narkoba di
lingkungan sekolah selama 12 bulan terakhir dengan jenis sekolah dengan jenis
sekolah terbanyak yaitu SMK 42 (14,3%). Berdasarkan tabel di atas antara variabel
menggunakan Menawarkan, menjual atau memberikan anda obat terlarang/ Narkoba
di lingkungan sekolah selama 12 bulan terakhir diperoleh nilai p = 0,04 atau <0,05.
Berdasarkan statistik terdapat perbedaan yang bermakna antara menawarkan
atau menjual atau memberikan anda obat terlarang/Narkoba di lingkungan
sekolah selama 12 bulan terakhir dengan jenis sekolah.
62
4.4. Pembahasan
Berdasarkan karakteristik 790 responden menunjukan bahwa jumlah yang
penah mengunakan NAPZA 13 responden (1,7%), kemudian pada berdasarkan
penelitian BNN 2017 bahwa penggunaan NAPZA pada remaja terdapat 127
responden (6,40%). Berdasarkan hasil analisis pada data tentang variabel hubungan
mencoba menggunakan NAPZA dengan jenis sekolah diperolah nilai p = 0,542 tidak
terdapat perbedaan yang bermakna antara mencoba menggunakan NAPZA dengan
jenis sekolah dan yang paling banyak pada jenis sekolah SMA terdapat 7 (50,0%).
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Novita (2012) mengenai hubungan
pengetahuan remaja tentang NAPZA dengan sikap remaja terhadap penyalahgunaan
NAPZA di SMAN 1 Sleman Yogyakarta. Hasil penelitian tersebut ada hubungan
pada pengetahuan remaja tentang NAPZA dengan sikap remaja terhadap
penyalahgunaan NAPZA di SMAN 1 Sleman Yogyakarta terdapat perbedaan pada
penelitian ini, hal ini dapat terjadi karena tempat dan tahun penelitian berbeda
sehingga karakteristik pelajar penyalahguna juga berbeda.26
Berdasarkan hasil analisis pada data tidak terdapat perbedaan yang bermakna
beberapa kali menggunakan marijuana dengan jenis sekolah diperoleh nilai p = 0,954
Sesuai dengan penelitian oleh Dania Fatmawati Putri tentang hubungan antara tingkat
penggunaan ganja dan aspek-aspek fungsi psikososial. Hasil penelitiann bahwa
penggunaan marijuana pada remaja tidak signifikan p = 0,735 pada penelitian
tersebut paling banyak yang usia menggunakan marijuana pada umur 15-19 tahun
terdapat (82 orang)8pesersen.41
Pada umur pada umur 15-19 tahun terdapat (82 orang)
remaja dimana ada perkembangan lobus frontalis, yang berperan dalam pengambilan
keputusan.27
Berdasarkan hasil analisis pada data terdapat perbedaan yang bermakna
menggunakan kokain dengan jenis nilai p = 0,031 atau >0,05 dan yang paling banyak
menggunakan kokain yaitu pada jenis sekolah SMK 6 (85,7%). Pada penelitian
sebelumnya oleh BNN 2018 penggunaan kokain pada remaja (4,20%) dan pada
penelitian Raharni, Nuning M.Ke. dan Evie M tentang faktor-faktor yang
63
berhubungan dengan penyalahgunaan NAPZA pada siswa SMUN Kota Bekasi tahun
2002.28
Hasil penelitian pergaulan teman sebaya secara bermakna berhubungan
dengan penyalahgunaan NAPZA artinya siswa yang bergaul dengan teman sebaya
yang menggunakan NAPZA berpeluang 5,55 kali lebih besar untuk
menyalahgunakan NAPZA dibanding siswa yang tidak pemah bergaul dengan teman
sebaya yang menggunakan NAPZA.28
Penelitian oleh Nurul Afni tentang analisis
kestabilan model farmakokinetik kokain pada manusia tahun 2018, bahwa
menjelaskan kokain digunakan untuk mendapat efek stimulan seperti untuk
meningkatkan daya tahan tubuh dan stamina serta mengurangi rasa lelah.29
Kokain
walaupun dianggap “narkobanya orang kaya”, sebenarya narkoba ini dijual dengan
harga yang murah, bahkan terjangkaunya oleh para remaja tetapi hanya awalnya saja
begitu seseorang ketagihan karena kokain mengakibatkan ketergantungan psikologis
terbesar yaitu meransang pusat kesenangan dalam otak dan menghasilkan rasa
gembira yang luar biasa sehingga pengguna yang membutuhkan banyak maka
biayanya mahal seiring dengan meningkatnya jumlah yang dibutuhkan.30
Berdasarkan hasil analisis pada data tidak terdapat perbedaan yang bermakna
antara tentang variabel usia pertama kali menggunakan marijuana dengan jenis
sekolah sekolah diperoleh nilai p = 0,511 dan paling banyak pada sekolah SMK
(0,7%) dan SMA yaitu sebanyak (0,7%) yaitu usia 15-16 tahun. Pada penelitian
sebelumnya oleh Maydiya Restacendi Nur’artavia mengenai karakter pelajar
penyalahguna NAPZA dan jenis NAPZA yang di gunakan di Kota Surabaya. Hasil
penelitian tersebut disebutkan remaja yang paling banyak yang menggunakan
NAPZA pada usia 13-15 tahun terdapat perbedaan pada penelitian ini, hal ini dapat
terjadi karena tempat dan tahun penelitian berbeda sehingga karakteristik pelajar
penyalahguna juga berbeda. Penelitian terdapat perbedaan pada hasil penelitian
karena hasil penelitian pada SMK dan SMA terdapat jumlah sebanyak yang sama.31
Berdasarkan hasil analisis pada data terdapat hubungan menggunakan
menghisap lem (ngelem) dengan jenis sekolah nilai p = 0,016 dan paling banyak
yang menggunakan menghisam lem (ngelem) yaitu sekolah SMA 15 (62,5%) sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Murni Tamrin, Sudirman Nasir, Shanti
64
Riskiani mengenai Study Of Behavior “ngelem” In Adolescent. Hasil penelitian
tersebut menyatakan faktor penggunaan lem pada remaja terdiri dari pengetahuan
focus kurikulum yang berbeda.32
Penelitian oleh Muhammad Yunus tentang dampak
patologis menghisap lem pada remaja tahun 2018 menyebutkan faktor yang
mempengaruhi para remaja mengkonsumsi menghisap lem yaitu ada dua yaitu faktor
internal yaitu adanya rasa ingin tau yang kuat, coba-coba karena penasaran, kemudian
faktor eksternal karena ajakan dari teman-teman sebaya dan lingkungan yang buruk.33
*yang berfokus
Penelitian Henie Poerwandar Asmaningrum tentang peran penyuluhan
penyalahgunaan lem aibon menggunakan media audio visual terhadap pengetahuan
remaja SMA tahun 2017, zat yang ada dalam lem aibon adalah zat kimia salah
satunya terdapat LSD (Lysergic Acid Diethyilamide) bersifat halusinogen dan
merusak dan merusak sel-sel dalam otak.14
Berdasarkan tabel hasil analisis pada data tidak terdapat hubungan
menggunakan heroin dengan jenis sekolah diperoleh nilai p = 0,700 dan paling
banyak yang dipakai pada jenis sekolah SMK sebanyak 4 (40,0%). Sesuai pernyataan
Stella bahwa menurut pengakuan para pencadu remaja, pengalaman pertama kali
pakai heroin sangat tidak menyenangkan, pecandu mengaku merasa sakit dan tidak
suka saat memakai maka pemakaian heroin pada remaja cukup jarang.31
Berdasarkan hasil analisis pada data tidak terdapat hubungan menggunakan
methamfetamin dengan jenis sekolah diperoleh nilai p = 0,199 dan paling banyak
yang pernah menggunakan methamfetamin pada jenis sekolah SMK sebanyak 5
(71,4%) di antara SLTA lainnya. Pada penelitian sebelumnya oleh BNN 2017 bahwa
pemakaian methamfetamin (5,60%) pada remaja Indonesia.11
Berdasarkan hasil analisis pada data tidak terdapat hubungan menggunakan
ekstasi dengan jenis sekolah diperoleh nilai p = 0,239 dan paling banyak pakai pada
jenis sekolah SMK 3 (78%) diantara SLTA lainnya. Pada penelitian sebelumnya oleh
BNN 2017 pemakaian ekstasi (4,20%) pada remaja Indonesia.11
65
Berdasarkan hasil analisis pada data tidak terdapat hubungan menggunakan
marijuana sintetik dengan jenis sekolah sekolah diperoleh nilai p = 0,836 dan paling
banyak pemakaian marijuana sintetik dan terbanyak pada jenis sekolah SMK yaitu
sebanyak 2 (50,0%) di antara SLTA lainnya. Pada penelitian sebelumnya oleh BNN
2017 pemakaian marijuana sintetik (11,30%).11
Berdasarkan hasil analisis pada data tidak terdapat hubungan menggunakan
obat penenang atau penghilang nyeri (seperti DMP, Dumolid, Xanax,Valium,
Kodein, Esilgan, Oxycontin, Percocet, Vicodin, Adderal, Ritalin) dengan jenis
sekolah sekolah diperoleh nilai p = 0,357 dan paling banyak pemakaian obat
penenang atau penghilang nyeri (seperti DMP, Dumolid, Xanax, Valium, Kodein,
Esilgan, Oxycontin, Percocet, Vicodin, Adderal, Ritalin) di jenis sekolah SMK 6
(60,0%) diantara SLTA lainnya. Pada penelitian sebelumnya oleh BNN 2018
pemakaian obat penenang atau penghilang nyeri (seperti DMP, Dumolid, Xanax,
Valium, Kodein, Esilgan,Oxycontin, Percocet,Vicodin, Adderal, Ritalin) (4,20%).11
Berdasarkan hasil analisis pada data tidak terdapat hubungan yang bermakna
menggunakan jarum suntik untuk menyuntik obat terlarang atau Narkoba ke tubuh
dengan jenis Sekolah p = 0,064 dan paling terbanyak jenis sekolah SMK 6 (60,0%).
Pada penelitian sebelumnya oleh Fauzi Syarif tentang hubungan karakteristik remaja
pengguna narkoba suntik dengan perilaku berisiko tertular HIV/AIDS tahun 2007.
Hasil penelitian remaja yang pengguna narkoba suntik mempunyai tingkat
pengetahuan kurang mempunyai resiko 5 kali lebih besar.33
Berdasarkan hasil analisis pada data terdapat hubungan yang bermakna
menawarkan, menjual atau memberikan obat terlarang/narkoba di lingkungan sekolah
Selama 12 bulan terakhir dengan jenis Sekolah p = 0,04 dan paling banyak pada
sekolah SMA 42 (14,3%). Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Murtiwidayanti Sri Yuni mengenai sikap dan kepedulian remaja dalam
penanggulangan narkoba. Hasil penelitian tersebut sejumlah faktor penyebab
penyalahgunaan narkoba adalah barang yang tersedia dimana-mana (dipemukinan,
sekolah, kampus, dan warung-warung kecil).33
66
4.5 Keterbatasan Penelitian
1. Pengambilan data penelitian ini dilakukan dengan pengisian kuesioner YRBS
dengan pertanyaan dalam 12 bulan terakhir sehingga memungkinkan
terjadinya recall bias dan bersifat subjektif.
2. Penelitian ini hanya menggunakan metode cross sectional, dimana penelitian
ini tidak mengikuti perkembangan psikososial responden.
3. Penelitian ini tidak melakukan pengendalian terhadap faktor perancu.
4. Penelitian ini data yang di gunakan tidak sama rata karena jumlah per jenis
sekolah tidak seimbang.
5. Referensi yang menunjang penelitian ini masih sedikit terutama yang
dilakukan di Indonesia.
67
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
1. Sebanyak 13 responden (1,7%) pernah penggunaan NAPZA pada SLTA.
2. Jumlah pengguna NAPZA pada siswa/i SMA 4 (2,3%), MA 2 (0,7%), dan
SMK 5 (1,7%).
3. NAPZA yang paling banyak digunakan pada jenis sekolah MA yaitu
menghisap lem (ngelem) (20,8%).
4. Berdasarkan hasil penelitian ini, terdapat hubungan bermakna antara jenis
sekolah dengan penggunaan NAPZA pada SLTA di Banten yaitu :
a. Menggunakan menghisap lem (ngelem) dengan jenis sekolah dan paling
banyak pada jenis sekolah SMA yaitu 15 (62,5%).
b. Menggunakan kokain dengan jenis sekolah dan jenis sekolah paling banyak
pada jenis sekolah SMK 6 (85,7%).
c. Menawarkan, menjual atau memberikan obat terlarang/narkoba di
lingkungan sekolah selama 12 Bulan terakhir dengan jenis sekolah dan
paling banyak pada jenis sekolah SMA yaitu 42 (14,3%).
5.2 Saran
1. Perlu ditingkatkan peran orang tua, sekolah, dan masyarakat untuk mencegah
penggunaan NAPZA pada remaja.
2. Perlu dilakukan upaya preventif pada SLTA agar menurunkan angka
penggunaan NAPZA pada remaja.
68
DAFTAR PUSTAKA
1. CASA Columbia. Maglinant neglect: Substance Abuse and Aamerica’s
Schools (Online). 2001. www.centeronaddiction.org, diakses 6 Desember
2019.
2. Afiatin, T. Bagaimana Menghingdari diri dari Penyalahgunaan
NAPZA.1998.
3. Permendikbud RI No 14. Sekolah. 2018.
4. CASA Columbia. Maglinant neglect: Substance Abuse and Aamerica’s
Schools (Online). 2001. www.centeronaddiction.org, diakses 6 Desember
2019.
5. Kemendiknas. Kurikulum sekolah. 2006. https://www.kemdikbud.go.id, di
akses pada tanggal 12-11-2019
6. Depag RI, Pendidikan Islam dan Pendidikan Nasional. Paradigma Baru
(Jakarta, Dirjen Agama Islam). 2005 hlm. 62.
7. Tasian, Gutry. “Hubungan antara lingkungan sekolah , lingkungan keluarga,
dan teman-teman sebaya dengan perilaku yang menunjukan risiko
penyalahgunaan NAPZA pada siswa SMK Negeri Madano”, Program
Pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat. 2013.
8. World Health Organization. International statistical classification of
diseases and related health problems–10th revision (Online).2007.
http://apps.who.int/classifications/apps/icd/icd10online, diakses 10/10/2019
9. United Nations Office on Drugs and Crime. 2009. Joint UNODC-WHO
programme on drug dependence treatment and care (Vienna: United
Nations Office on Drugs and Crime) (Online).
http://www.unodc.org/docs/treatment/Brochures/10-50007_E_ebook.pdf,
diakses tanggal 10/10/2019
10. Pusladatin BNN. Survei Prevalensi. 2018.
11. BNN.Indonesia Drugs Report .2019.
69
12. Kementrian Kesehatan RI. Infodatin Situasi Dan Analisis Penyalahguanaan
Narkoba. 2014.
13. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Situasi Kesehatan
Reproduksi Remaja. 2015.
14. Henie. peran penyeluhan penyalahgunaan lem aibon menggunakan media
audio visual terhadap pengetahuan remaja SMA .2017. di akses pada
tanggal 20-12-2019
15. Batubara JRL. “Adolescent Development (Perkembangan Remaja)”.
Saripediatri. 2010;12(1):21-9.
16. Kamus Besar Bahasa Indonesia
17. UU No 2. Sistem Pendidikan Nasional.1989.
18. Kemdiknas. Kerangka Acuan Pendidikan Berkarakter. 2010.
19. Undang-Undang Sisdiknas No 20. Kurikulum Sekolah. 2003.
20. Peraturan Pemerintah No 29. Sekolah Menengah Atas.1990.
21. Permendikbud RI. Kerangka Dasar Dan Struktur Kurikulum Sekolah
Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan. 2013.
22. Karel, A. Pesantren, Madrasah, Sekolah. Jakarta : LP3ES. 1991.
23. CDC. Kuesioner BRFS (Online). 2018.
https://www.cdc.gov/brfss/questionnaires/pdf-
ques/2018_BRFSS_English_Questionnaire.pdf, diakses 2 Desember 2019.
24. CDC. Kuesioner Nhanes (Online). 2018.
https://wwwn.cdc.gov/nchs/data/nhanes/2017-
2018/questionnaires/DUQ_ACASI_J.pdf, diakses 2 Desember 2019.
70
25. CDC. Youth Risk Behavior Surveillance System (YRBSS) (Online). 2018.
https://www.cdc.gov/healthyyouth/data/yrbs/index.htm, diakses 10/10/2019
26. Satella TM. Drugs The Straight Facts: Opium. New York: Infobase
Publishing. 2007.
27. United Nation Childrens Fund. Adolescence: An Age of Opportunity. New
York: UNICEF.2011. diakses pada tanggal 24-12-2019.
28. Rohani, Mke. Nunin, M.evie. faktor-faktor yang berhubungan dengan
penyalahgunaan NAPZA pada siswa SMAN kota bekasi tahun.2002. di
akses pada tanggal 24-12-2019
29. Afni,nurul. Analisis kestabilan model farmakokinetik kokain pada
manusia.2018. diakses pada tanggal 24-12-2019.
30. Drug free word. Kebeneran tentang kokain.2012. diakses pada
drugfreeworld.org. diakses pada tanggal 24-12-2019
31. Roharni, Mke. Nunin, M.evie. faktor-faktor yang berhubungan dengan
penyalahgunaan NAPZA pada siswa SMAN kota bekasi tahun.2002. di
akses pada tanggal 24-12-2019
32. Murni, Thamrin S, dkk. Study Of Behavior “NGELEM” In
Adolescent.2016
33. Syarif, fauzi. Hubungan karakteristik remaja penggunaan narkoba suntik
dengan perilaku berisiko tertular HIV/AIDS (Online). 2007.
http://lib.ui.ac.id, diakses 6 Desember 2019.
34. Murtiwidayani, Sri Yuni. Sikap Dan Perilaku Remaja Dalam
Penanggulangan Narkoba. 2018.
35. Dahlan MS. Besar Sampel Dan Cara Pengambilan Sampel Dalam
Penelitian Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika. 2016.
36. United Nations Office on Drugs and Crime. 2009. Joint UNODC-WHO
programme on drug dependence treatment and care (Vienna: United
Nations Office on Drugs and Crime) (Online).
http://www.unodc.org/docs/treatment/Brochures/10-50007_E_ebook.pdf,
diakses tanggal 10/10/2019
37. Permendikbud No.23. Sekolah..2017.
71
38. Kemendiknas. Kurikulum sekolah. 2006. https://www.kemdikbud.go.id,
diakses
39. Depdiknas. Pedoman Penyelengara Sistem Kredit Semester. 2007.
40. Kemenag. Peraturan Pemerintah Republik Indonsia No.29 Tentang Sekolah
Menengah (Online).1990. simpuh.kemenag.go.id, diakses 12/10/2019
41. Dania F. Hubungan Antara Tingkat Penggunaan Ganja Dan Aspek-Aspek
Fungsi Psikososil (Online). 2012. http://lib.ui.ac.id, diakses 7 Desember
2019.
42. Madiya RN. Karakteristik Pelajar Penyalahguna NAPZA Dan Jenis
NAPZA Yang Di Gunakan Di Kota Surabaya. 2017; (2): 27-38.
43. Aprian ZZ. “Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dengan Sikap Siswa
Tentang Penyalahgunan Dengan Sikap Siswa Tentang Penyalahgunaan
NAPZA Di SMA 1 Sleman Yogyakarta”, Skripsi, Fakultas psikologi. 2017.
44. Herlina. Perkembangan Masa Remaja. 2013.
45. Depdiknas. Pedoman Penyelengara Sistem Kredit Semester. 2007.
72
Lampiran 1.
Kuesioner Youth Risk Behavior
SURVEI PERILAKU KESEHATANREMAJA INDONESIA TAHUN 2019
Survei ini tentang perilaku kesehatan remaja. Kuesioner dalam survei ini di
kembangkan sedemikian rupa sehingga Anda bisa memberitahu kami tentang
kebiasaan Anda yang mungkin bisa mempengaruhi kesehatan Anda. Informasi yang
Anda berikan akan digunakan untuk memperbaiki pendidikan kesehatan bagi
pararemaja seusia Anda.
JANGAN menuliskan nama Anda. Informasi yang Anda berikan akan
dirahasiakan. Tidak ada seorangpun yang tahu apa yang Anda tulis. Tolong jawab
pertanyaan-pertanyaan di bawah ini seusai dengan apa yang Anda benar-benar
kerjakan
Pertanyaan tentang latar belakang Anda hanya digunakan untuk
menggambarkan karakteristik seluruh siswa yang menjadi responden, dan bukan
untuk mencari tahu nama Anda. Tidak ada nama siswa yang dilaporkan.
Pastikan bahwa Anda telah membaca seluruh pertanyaan. Isi lembar jawaban secara
lengkap. Apabila telah selesai mengisinya, ikuti petunjuk petugas survei.
Terima kasih atas kerjasama Anda
1. Berapa usia Anda sekarang?
A. 12 tahun atau kurang
B. 13 tahun
C. 14 tahun
D. 15 tahun
E. 16 tahun
F. 17 tahun
G. 18 tahun
H. 19 tahun atau lebih
73
2. Apa jenis kelamin Anda?
A. Laki-laki
B. Perempuan
3. Apa suku Anda?
A. Jawa
B. Sunda
C. Betawi
D. Batak
E. Minang
F. Makasar atau Bugis
G. Tionghoa
H. Dayak
I. Melayu
J. Lain-lain
4. Apa agama Anda?
A. Islam
B. Katolik
C. Kristen
D. Hindu
E. Budha
F. Konghucu
G. Tidak beragama
5. Apa sekolah Anda? (pilihlah A, B, atau C untuk SMA dan MA; untuk SMK
pilihlah D)
A. SMA
B. MA
C. SMK
6. Apa jurusan yang Anda pilih di sekolah?
A. IPA
B. IPS
74
C. Bahasa
7. Anda duduk di kelas berapa saat ini?
A. 10
B. 11
C. 12
8. Pendidikan orang tua (Ibu)?
A. Tidak sekolah/ tidak tamat SD
B. SD
C. SMP
D. SMA
E. S1
F. S2
G. S3
9. Pendidikan orang tua (Ayah)?
A. Tidak sekolah/ tidak tamat SD
B. SD
C. SMP
D. SMA
E. S1
F. S2
G. S3
10. Di mana Anda tinggal?
A. Serumah dengan orang tua di rumah milik orang tua sendiri
B. Rumah kontrakan (sewa) bersama orang tua
C. Kos, tidak serumah bersama orang tua
D. Menumpang di rumah saudara yang tidak serumah dengan orang tua
11. Berapa daya listrik rumah Anda?
A. Tidak ada listrik
B. 450 Watt
C. 900 Watt
D. 1300 Watt
E. 2200 Watt
F. >2200 Watt
75
ALKOHOL DAN NARKOBA
17. Berapakah usia Anda saat pertama kali mencoba menggunakan NARKOBA?
A. Saya tidak pernah mencoba Narkoba
B. 8 tahun atau lebih muda
C. 9 atau 10 tahun
D. 11 atau 12 tahun
E. 13 atau 14 tahun
F. 15 atau 16 tahun
G. 17 tahun atau lebih tua
18. Seumur hidup Anda, berapa kali Anda pernah menggunakan marijuana (disebut
juga dengan cimeng, daun ganja, mary jane, rasta, weed, chasra, buddha stick,
hawi, hemp, hashish, grass, dagga, dinsemilla, jayus)?
A. 0 kali (tidak pernah)
B. 1 atau 2 kali
C. 3 sampai 9 kali
D. 10 sampai 19 kali
E. 20 sampai 39 kali
F. 40 sampai 99 kali
G. 100 kali atau lebih
19. Selama 30 hari terakhir, berapa kali anda menggunakan marijuana?
A. 0 kali
B. 1 atau 2 kali
C. 3 sampai 9 kali
D. 10 sampai 19 kali
E. 20 sampai 39 kali
F. 40 kali atau lebih
76
20. Seumur hidup Anda, berapa kali anda menggunakan kokain (disebut juga
dengan snow, coke, girl) dari bentuk apapun, termasuk bubuk, bentuk rokok
(lady, crack atau freebase)?
A. 0 kali
B. 1 atau 2 kali
C. 3 sampai 9 kali
D. 10 sampai 19 kali
E. 20 sampai 39 kali
F. 40 kali atau lebih
21. Berapakah usia Anda saat pertama kali mencoba menggunakan marijuana?
A. Saya tidak pernah mencoba Narkoba
B. 8 tahun atau lebih muda
C. 9 atau 10 tahun
D. 11 atau 12 tahun
E. 13 atau 14 tahun
F. 15 atau 16 tahun
G. 17 tahun atau lebih tua
22. Seumur hidup Anda, berapa kali Anda menghisap lem (nge-lem), menghirup isi
kaleng semprotan aerosol, atau menghirup cat atau semprotan untuk
ngefly/melayang/merasa enak?
A. 0 kali
B. 1 atau 2 kali
C. 3 sampai 9 kali
D. 10 sampai 19 kali
E. 20 sampai 39 kali
F. 40 kali atau lebih
77
23. Seumur hidup Anda, berapa kali Anda menggunakan heroin (disebut juga dengan
putaw, PT, junk, bedak etep putih)?
A. 0 kali
B. 1 atau 2 kali
C. 3 sampai 9 kali
D. 10 sampai 19 kali
E. 20 sampai 39 kali
F. 40 kali atau lebih
24. Seumur hidup Anda, berapa kali Anda menggunakan meth-amfetamin (disebut
juga dengan shabu-shabu, SS, blue ice, quartz, ice cream, glass)?
A. 0 kali
B. 1 atau 2 kali
C. 3 sampai 9 kali
D. 10 sampai 19 kali
E. 20 sampai 39 kali
F. 40 kali atau lebih
25. Seumur hidup Anda, berapa kali Anda menggunakan ekstasi (disebut juga dengan
amphet, MDMA, black heart, butterfly, inex, kancing)?
A. 0 kali
B. 1 atau 2 kali
C. 3 sampai 9 kali
D. 10 sampai 19 kali
E. 20 sampai 39 kali
F. 40 kali atau lebih
26. Seumur hidup Anda, berapa kali Anda menggunakan marijuana sintetik (disebut
juga dengan K2, spice, fake weed, King Kong, Yucatan Fire, Skunk, atau Moon
Rocks)? (56)
78
A. 0 kali
B. 1 atau 2 kali
C. 3 sampai 9 kali
D. 10 sampai 19 kali
E. 20 sampai 39 kali
F. 40 kali atau lebih
27. Seumur hidup Anda, berapa kali Anda menggunakan pil atau suntik steroid tanpa
resep dokter?
A. 0 kali
B. 1 atau 2 kali
C. 3 sampai 9 kali
D. 10 sampai 19 kali
E. 20 sampai 39 kali
F. 40 kali atau lebih
28. Seumur hidup Anda, berapa kali Anda menggunakan obat penenang atau
penghilang nyeri (seperti DMP, Dumolid, Xanax, Valium, Kodein, Esilgan,
Oxycontin, Percocet, Vicodin, Adderal, Ritalin) yang dibeli tanpa resep
dokter?
A. 0 kali
B. 1 atau 2 kali
C. 3 sampai 9 kali
D. 10 sampai 19 kali
E. 20 sampai 39 kali
F. 40 kali atau lebih
29. Seumur hidup Anda, berapa kali Anda menggunakan jarum suntik untuk
menyuntik obat terlarang/ NARKOBA ke tubuh Anda?
A. 0 kali
79
B. 1 kali
C. 2 atau lebih
30. Selama 12 bulan terakhir, adakah orang yang menawarkan, menjual atau
memberikan Anda obat terlarang/ NARKOBA di lingkungan sekolah?
A. Ya
B. Tidak
Ini adalah akhir dari survei.
Terima kasih banyak atas bantuan Anda.
80
Lampiranr 2.
Parental Informed Consent-Passive Fom
81
82
83
Lampiran 3.
Surat Rekomendasi Penelitian
84
85
Lampiran 4
Surat Rekomendasi Peneliti
86
Lampiran 5.
Riwayat Penulis
Nama :Sarah Hanifah Adhiansyah
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal, lahir : Tangerang, 21 Maret 1998
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Tangerang, Poris Indah Palem 17 Blok E
E-mail : [email protected]
Riwayat Pendidikan
2002-2003 : Tk Al-rasyid
2003-2008 : Yayasan Al-Ayaniyah
2008-2013 : SMP N 1 Tangerang
2013- 2016 : MAN 2 Tangerang
2016- sekarang : Fakultas Kedokteran UIN syarif Hidayatullah
87
Lampiran 6
Hasil univariat
Usia
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid <=12 tahun 1 ,1 ,1 ,1
13 tahun 3 ,4 ,4 ,5
14 tahun 18 2,3 2,3 2,8
15 tahun 178 22,5 22,5 25,3
16 tahun 290 36,7 36,7 62,0
17 tahun 219 27,7 27,7 89,7
18 tahun 69 8,7 8,7 98,5
>= 19 tahun 12 1,5 1,5 100,0
Total 790 100,0 100,0
Jeniskelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid laki-laki 348 44,1 44,1 44,1
perempuan 442 55,9 55,9 100,0
Total 790 100,0 100,0
88
Suku
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Jawa 347 43,9 43,9 43,9
Sunda 288 36,5 36,5 80,4
Betawi 116 14,7 14,7 95,1
Batak 15 1,9 1,9 97,0
Minang 8 1,0 1,0 98,0
Tionghoa 3 ,4 ,4 98,4
Dayak 1 ,1 ,1 98,5
Melayu 8 1,0 1,0 99,5
Lain-lain 4 ,5 ,5 100,0
Total 790 100,0 100,0
Agama
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Islam 777 98,4 98,4 98,4
Katolik 1 ,1 ,1 98,5
Kristen 11 1,4 1,4 99,9
Budha 1 ,1 ,1 100,0
Total 790 100,0 100,0
Sekolah
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid SMA 294 37,2 37,2 37,2
MA 190 24,1 24,1 61,3
SMK 306 38,7 38,7 100,0
Total 790 100,0 100,0
89
Jurusan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid IPA 237 30,0 30,0 30,0
IPS 234 29,6 29,6 59,6
Bahasa 12 1,5 1,5 61,1
SMK 307 38,9 38,9 100,0
Total 790 100,0 100,0
Kelas
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 10 220 27,8 27,8 27,8
11 353 44,7 44,7 72,5
12 217 27,5 27,5 100,0
Total 790 100,0 100,0
Pendidikanibu
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak sekolah/ tidak tamat
SD 98 12,4 12,4 12,4
SD 312 39,5 39,5 51,9
SMP 129 16,3 16,3 68,2
SMA 205 25,9 25,9 94,2
S1 23 2,9 2,9 97,1
S2 22 2,8 2,8 99,9
S3 1 ,1 ,1 100,0
Total 790 100,0 100,0
90
Pendidikanayah
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak sekolah/ tidak tamat
SD 84 10,6 10,6 10,6
SD 259 32,8 32,8 43,4
SMP 125 15,8 15,8 59,2
SMA 270 34,2 34,2 93,4
S1 23 2,9 2,9 96,3
S2 24 3,0 3,0 99,4
S3 5 ,6 ,6 100,0
Total 790 100,0 100,0
Tempattinggal
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Serumah dengan ortu di
rumah milik ortu? sendiri 697 88,2 88,2 88,2
Rumah kontrakan/ sewa
bersama ortu 39 4,9 4,9 93,2
Kos, tidak serumah bersama
ortu 42 5,3 5,3 98,5
Menumpang di rumah
saudara yang tidak serumah
dengan ortu
12 1,5 1,5 100,0
Total 790 100,0 100,0
91
Dayalistrik
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak ada listrik 13 1,6 1,6 1,6
450 Watt 210 26,6 26,6 28,2
900 Watt 238 30,1 30,1 58,4
1300 Watt 224 28,4 28,4 86,7
2200 Watt 89 11,3 11,3 98,0
>2200 Watt 16 2,0 2,0 100,0
Total 790 100,0 100,0
Narkoba1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Saya tidak pernah mencoba
Narkoba 776 98,2 98,2 98,2
8 tahun atau lebih muda 2 ,3 ,3 98,5
9 atau 10 tahun 1 ,1 ,1 98,6
11 atau 12 tahun 1 ,1 ,1 98,7
13 atau 14 tahun 2 ,3 ,3 99,0
15 atau 16 tahun 7 ,9 ,9 99,9
17 tahun atau lebih tua 1 ,1 ,1 100,0
Total 790 100,0 100,0
Narkoba2
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 0 kali 780 98,7 98,7 98,7
1 atau 2 kali 5 ,6 ,6 99,4
3 sampai 9 kali 4 ,5 ,5 99,9
92
10 sampai 19 kali 1 ,1 ,1 100,0
Total 790 100,0 100,0
Narkoba3
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 0 kali 784 99,2 99,2 99,2
1 atau 2 kali 2 ,3 ,3 99,5
3 sampai 9 kali 2 ,3 ,3 99,7
10 sampai 19 kali 2 ,3 ,3 100,0
Total 790 100,0 100,0
Narkoba4
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 0 kali 783 99,1 99,1 99,1
1 atau 2 kali 4 ,5 ,5 99,6
3 sampai 9 kali 2 ,3 ,3 99,9
10 sampai 19 kali 1 ,1 ,1 100,0
Total 790 100,0 100,0
Narkoba5
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Saya tidak pernah mencoba
Narkoba 780 98,7 98,7 98,7
93
9 atau 10 tahun 2 ,3 ,3 99,0
11 atau 12 tahun 1 ,1 ,1 99,1
13 atau 14 tahun 3 ,4 ,4 99,5
15 atau 16 tahun 4 ,5 ,5 100,0
Total 790 100,0 100,0
Narkoba6
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 0 kali 766 97,0 97,0 97,0
1 atau 2 kali 22 2,8 2,8 99,7
3 sampai 9 kali 1 ,1 ,1 99,9
40 kali atau lebih 1 ,1 ,1 100,0
Total 790 100,0 100,0
Narkoba7
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 0 kali 782 99,0 99,0 99,0
1 atau 2 kali 6 ,8 ,8 99,7
3 sampai 9 kali 2 ,3 ,3 100,0
Total 790 100,0 100,0
Narkoba8
94
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 0 kali 783 99,1 99,1 99,1
1 atau 2 kali 3 ,4 ,4 99,5
3 sampai 9 kali 3 ,4 ,4 99,9
20 sampai 39 kali 1 ,1 ,1 100,0
Total 790 100,0 100,0
Narkoba9
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 0 kali 786 99,5 99,5 99,5
1 atau 2 kali 3 ,4 ,4 99,9
3 sampai 9 kali 1 ,1 ,1 100,0
Total 790 100,0 100,0
Narkoba10
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 0 kali 786 99,5 99,5 99,5
1 atau 2 kali 3 ,4 ,4 99,9
3 sampai 9 kali 1 ,1 ,1 100,0
Total 790 100,0 100,0
95
Narkoba11
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 0 kali 780 98,7 98,7 98,7
1 atau 2 kali 8 1,0 1,0 99,7
3 sampai 9 kali 1 ,1 ,1 99,9
10 sampai 19 kali 1 ,1 ,1 100,0
Total 790 100,0 100,0
Narkoba12
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 0 kali 780 98,7 98,7 98,7
1 atau 2 kali 8 1,0 1,0 99,7
3 sampai 9 kali 1 ,1 ,1 99,9
20 sampai 39 kali 1 ,1 ,1 100,0
Total 790 100,0 100,0
Narkoba13
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 0 kali 784 99,2 99,2 99,2
1 kali 5 ,6 ,6 99,9
2 kali atau lebih 1 ,1 ,1 100,0
Total 790 100,0 100,0
Narkoba14
96
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya 78 9,9 9,9 9,9
Tidak 712 90,1 90,1 100,0
Total 790 100,0 100,0
97
Lampiran 8
Hasil Bivariat
98
99
100
101
102
103
104
105