IDENTIFIKASI RISIKO DAN ANALISIS RISIKO KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
PADA PROSES MAKRO DI INSTALASI LABORATORIUM PATOLOGI KLINIK IGD RSUD TARAKAN JAKARTA
Budi Riadi Adi Ikmal
Kesehatandan Keselamatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Abstrak
Laboratorium klinik merupakan sarana penunjang medis dalam menegakkan diagnosis berdasarkan pemeriksaan spesimen biologis. Fokus penelitian ini adalah analisis deskriptif semi-kuantitatif dengan pendekatan survey dalam identifikasi risiko dan analisis risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Instalasi Laboratorium Patologi Klinik IGD-RSUD Tarakan. Dalam melakukan teknik identifikasi risiko digunakan metode Job Hazard Analysis, kemudian dilakukan analisis risiko berdasarkan kriteria Fine untuk menetapkan tingkat risiko yang mengacu pada konsep AS/NZS 4360:2004. Nilai risiko tertinggi mencapai 540 (very high) berasal dari bahaya ergonomi, disusul bahaya biologi mencapai 450. Perlu ditingkatkan program K3 untuk mengelola bahaya dan risiko serta menjaga produktivitas pekerja Kata kunci: AS/NZS 4360:2004, Analisis Risiko, Instalasi Laboratorium Patologi Klinik IGD RSUD Tarakan Jakarta
Abstract
Clinical laboratory is means of medical support in establishing the diagnosis based on the examination of biological specimens. The focus of this study was descptive analysis of semi-quantitative survey approach to identification and risk analysis of Occupational Health and Safety in an Emergency Clinical Pathology Laboratory of Jakarta Tarakan Hospital. Identification was used Job Hazard Analysis method and risk analysis based on Fine criteria for determine risk level refers to the concept of AS/NZS 4360:2004. The highest risk value, reaching 540 (very high) came from ergonomic hazard, followed by biological hazard reaches 450. It should be improved OHS program to manage hazard and risk and maintaining workers’ productivities Keywords: AS/NZS 4360:2004, Risk Analysis, Installation of Emergency Clinical Pathology Laboratory Jakarta Tarakan Hospital
Identifikasi Risiko ..., Budi Riadi Adi Ikmal, FKM UI, 2016
Pendahuluan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah hak setiap para pekerja,
oleh karena itu setiap perusahaan harus menerapkan K3. Dijelaskan dalam
Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja bahwa setiap tenaga
kerja memiliki hak dan kewajiban untuk memenuhi dan mentaati semua syarat-
syarat keselamatan dan kesehatan kerja. Disamping itu Undang-Undang Nomor
13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, Pasal 86 ayat 1 dinyatakan bahwa
setiap pekerja mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan
dan kesehatan kerja dan ayat 2 dinyatakan bahwa untuk melindungi keselamatan
pekerja guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan
upaya keselamatan dan kesehatan kerja. Dalam pelaksanaannya diperlukan suatu
bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas
pencemaran lingkungan sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Sehinga upaya K3 harus
diselenggarakan di semua tempat kerja.
Berdasarkan data International Labour Organization (ILO), setiap 15
detik seorang pekerja meninggal dunia akibat kecelakaan kerja dan 153 pekerja
mengalami kecelakaan yang berhubungan dengan pekerjaan. Setiap hari, 6.300
orang meninggal akibat kecelakaan kerja, dan lebih dari 2.3 juta orang di seluruh
dunia meninggal setiap tahun akibat penyakit kerja dan kecelakaan kerja. Selain
itu, ada 860.000 kecelakaan kerja setiap hari, dengan konsekuensi cedera. Biaya
langsung maupun tidak langsung mengenai penyakit akibat kerja dan kecelakaan
kerja diperkirakan US $ 2,8 triliun di seluruh dunia (International Labour
Organization, 2015). Di Indonesia PT. Jamsostek (Persero) yang saat ini telah
berubah menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan
mencatat sepanjang tahun 2013 bahwa ada 9 orang meninggal akibat kecelakaan
kerja, sebenarnya hanya menunjukan 10% dari kondisi aktual yang sesungguhnya
terjadi. Hal ini terkait dengan kondisi bahwa tidak semua pekerja menjadi anggota
Jamsostek/BPJS Ketenagakerjaan dan pekerja yang bersifat informal dan
nonformal. Berdasarkan data dari ILO menunjukkan, rata-rata terdapat 99.000
kasus kecelakaan kerja dan sekitar 70% berakibat fatal, yakni kematian atau cacat
Identifikasi Risiko ..., Budi Riadi Adi Ikmal, FKM UI, 2016
seumur hidup (L. Meily, 2015). Sementara itu, data dari Direktorat Bina
Kesehatan Kerja dan Olahraga Kementerian Kesehatan RI 2014, kecelakaan
akibat kerja pada tahun 2014 mencapai 24.910 dan penyakit akibat kerja mencapai
40.694 (Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, 2015).
Kerugian materi akibat kecelakaan kerja sangat besar seperti kerusakan
sarana produksi akibat terhentinya proses industri, kehilangan waktu kerja,
pelatihan ulang, biaya pengobatan dan kompensasi, perkiraan kerugian ini sekitar
4 persen dari GNP (Gross National Product) global setiap tahun. Secara
keseluruhan pengeluaran kompensasi untuk kelompok negara OECD (The
Organizatiton for Economic Co-operation and Development) diperkirakan US $
122 miliar untuk tahun 1997 saja, dengan 500 juta hari kerja yang hilang akibat
kecelakaan atau gangguan kesehatan (International Labour Organization, 2014).
Di masa lalu, kecelakaan dan gangguan kesehatan di tempat kerja
dipandang sebagai bagian tak terhindarkan dari produksi. Namun, zaman telah
berubah, karena ada berbagai standar hukum nasional dan internasional tentang
keselamatan dan kesehatan kerja yang harus dipenuhi di tempat kerja. Standar-
standar tersebut mencerminkan kesepakatan luas antara pengusaha/pengurus,
pekerja dan pemerintah bahwa biaya sosial dan ekonomi dari kecelakaan kerja
dan penyakit akibat kerja harus diturunkan (International Labour Organization,
2013).
Rumah Sakit merupakan tempat yang terorganisir dalam memberikan
pelayanan kesehatan kepada pasien, baik yang bersifat dasar, spesialistik, maupun
subspesialistik (Wiku Adisasmito, 2007). Dalam melakukan aktivitas kerja,
Rumah Sakit memiliki potensi bahaya yang tinggi sehigga perlu dikelola dengan
baik agar tidak menimbulkan dampak kesehatan bagi para pekerja.
Rumah Sakit memiliki berbagai macam potensi bahaya yang disebabkan
oleh faktor biologi, faktor fisik, faktor kimia, faktor ergonomi, dan faktor
psikososial yang dapat membahayakan kesehatan dan keselamatan para pekerja,
sehingga perlu mendapat perhatian serius dalam upaya melindungi para pekerja
dalam melakukan pekerjaan (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010).
Pada tahun 2011, Rumah Sakit Amerika Serikat terdapat 58.860 kecelakaan kerja
dan penyakit terkait kerja yang menyebabkan beberapa pekerja kehilangan
Identifikasi Risiko ..., Budi Riadi Adi Ikmal, FKM UI, 2016
pekerjaannya. Dalam hal tingkat kerugian kehilangan waktu kerja, rumah sakit
lebih berbahaya dibandingkan bekerja di konstruksi dan manufaktur. Rumah sakit
memiliki bahaya yang serius termasuk mengangkut, memindahkan, mengatur
posisi tubuh pasien, mendapatkan perilaku kekerasan, tertusuk jarum suntik, dan
kekhawatiran lainnya. Bekerja di rumah sakit berlangsung dalam lingkungan yang
tak terduga dengan budaya yang khas. Pekerja di rumah sakit merasa
berkewajiban untuk tidak melakukan suatu kesalahan pada pasien dan beberapa
dari mereka bahkan akan mengesampingkan kesehatan dan keselamatan mereka
sendiri untuk mengambil risiko dalam membantu pasien (Occupational Safety and
Health Administration, 2013).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Universitas Hindia
Barat, didapatkan hasil bahwa 96% Porter pernah mengalami terkena percikan
dari cairan tubuh pasien, sedangkan dokter dan perawat masing-masing sebesar
94% dan 86%, disusul dengan Ahli Teknologi Laboratorium Medis (ATLM)
sebesar 50%. Sedangkan untuk cedera karena benda tajam dan jarum suntik untuk
dokter adalah 64%, perawat 60%, ATLM 38 %, dan Porter 12% (Kurt Vaz et al.,
2010). Di Indonesia, hasil prasurvei awal tahun 2012 di beberapa rumah sakit di
Jakarta memperlihatkan, perawat di rumah sakit yang paling banyak pekerjaan
angkat angkut pasien adalah di unit kerja yang memberikan pelayanan 24 jam
yaitu di ruang Rawat Inap dan di Unit Gawat Darurat. Data kunjungan poli
karyawan RSUD Tarakan Jakarta pada tahun 1990–2012 didapatkan 18 perawat
yang menderita Hernia Nukleus Pulposus (HNP), 5 diantaranya sudah menjalani
operasi laminektomi (L. Meily, 2014). Untuk mencegah dan mengurangi bahaya
yang dapat mengancam kesehatan dan keselamatan pekerja salah satu upaya
adalah melakukan manajemen risiko.
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tarakan Jakarta Pusat merupakan
Rumah Sakit tipe A yang memiliki aktivitas pelayanan kesehatan yang kompleks,
antara lain unit pelayanan IGD, tindakan operasi, radiologi, laboratorium patologi
anatomi, ruangan rawat inap, poli klinik, pelayanan transfusi darah dan lain-lain.
Semua aktivitas dan fasilitas pada unit tersebut tidak terlepas dari berbagai macam
bahaya pada setiap unit kerja. Salah satu unit kerja yang ada di RSUD Tarakan
adalah Instalasi Laboratorium IGD Patologi Klinik.
Identifikasi Risiko ..., Budi Riadi Adi Ikmal, FKM UI, 2016
Instalasi Laboratorium IGD Patologi Klinik merupakan sarana penunjang medis
dalam menegakkan diagnosis klinis. Dalam aktivitasnya para pekerja yang ada di
Instalasi Laboratorium IGD Patologi Klinik berhadapan dengan bahan
pemeriksaan yang infeksius seperi darah, urin, dan bahan spesimen lainnya. Para
petugas laboratorium medis juga memiliki risiko yang tinggi tertusuk jarum suntik
dalam melakukan phlebotomi. Oleh karena itu, kegiatan operasional yang
dilakukan di laboratorium memiliki potensi bahaya yang perlu dikelola dengan
baik. Langkah awal yang perlu untuk meminimalisir potensi bahaya tersebut yaitu
dengan melakukan identifikasi bahaya dan analisis risiko yang ada di tempat
tersebut.
Rumusan Masalah
Terdapat berbagai bahaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Instalasi
Laboratorium IGD Patologi Klinik RSUD Tarakan dengan tingkat risiko tinggi
pada saat melakukan aktivitas pekerjaan. Para pekerja laboratorium medis
terpajan bahaya biologi dari sampel infeksius, bahaya kimia dari reagensia yang
dipakai untuk melakukan pemeriksaan, serta bahaya ergonomi dalam melakukan
input data pasien dan melakukan sampling darah. Dari hasil prasurvei yang
dilakukan pada awal tahun 2016 memperlihatkan, pekerja di Instalasi
Laboratorium IGD paling banyak berinteraksi dengan pasien dalam melakukan
phlebotomi sehingga beberapa pekerja laboratorium medis pernah mengalami
tertusuk jarum suntik. Selain itu, belum pernah dilakukan penelitian mengenai
identifikasi risiko dan analisis risiko terhadap proses kerja di Instalasi
Laboratorium IGD Patologi Klinik.
Metode Penelitian
Desain penelitian ini adalah survei yang menggunakan metode deskriptif
analitik dalam identifikasi risiko dan analisis risiko di Instalasi Laboratorium
Patologi Klinik IGD-RSUD Tarakan. Dalam melakukan teknik identifikasi risiko
dilakukan metode JHA (Job Hazard Analysis). Sedangkan untuk analisis risiko
digunakan cara penilaian Consequences, Exposure dan Probability untuk
Identifikasi Risiko ..., Budi Riadi Adi Ikmal, FKM UI, 2016
menetapkan tingkat risiko berdasarkan kriteria penilaian risiko William T. Fine J.
yang mengacu pada konsep AS/NZS 4360:2004.
Data primer didapat dari hasil wawancara terhadap pekerja dan
observasi lapangan terhadap proses kerja, peralatan yang digunakan, dan
kondisi tempat kerja di Instalasi Laboratorium IGD Patologi Klinik.
Dikonsultasikan selalu dengan koordinator laboratorium patologi klinik untuk
klarifikasi hasil penilaian risiko dan usulan perbaikan yang mampu
dilaksanakan. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari data
perusahaan yaitu profil RSUD Tarakan, Standar Operational Procedure
(SOP), Manual Book peralatan kerja, dan dokumen Job Description
Laboratorium Patologi Klinik.
Risiko diperoleh dari perhitungan exposure (E), probablity (P), dan
Consequence (C) yang ditentukan berdasarkan kriteria W. T. Fine J., dengan
rumus di bawah ini.
Risiko = P x E x C
Existing risk adalah tingkat risiko diperoleh dari tindakan pengendalian
yang telah dilakukan di tempat kerja. Predictive risk adalah tingkat risiko
dihasilkan dari tindakan pengendalian yang dianjurkan.
Tingkat risiko akhir penelitian ini di klasifikasikan ke lima tingkat:
very high (>350), priority 1 (181-350), substantial (71-180), priority 3 (21-
70), dan acceptable (≤20).
Identifikasi Risiko ..., Budi Riadi Adi Ikmal, FKM UI, 2016
Hasil dan Pembahasann
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat 14 jenis risiko K3 yang
ditemukan pada tahap pra analitik dengan presentase tingkat risiko sebagai
berikut.
Gambar 1. Diagram Presentase Tingkat Risiko K3 Tahap Pra Analitik
Jenis risiko K3 dengan tingkat risiko very high yaitu tertusuk jarum suntik
pada saat pengambilan sampel di dalam tabung pneumatic; nyeri pergelangan
tangan pada saat pengetikan data secara cepat dan berulang; nyeri punggung
karena posisi canggung (berdiri dengan posisi membungkung dan kepala
menunduk) pada saat plebotomi sampling pasien IGD; dan tertusuk jarum suntik
pada saat melakukan plebotomi. Jenis risiko K3 dengan tingkat risiko priority 1
yaitu nyeri punggung pada saat input data pasien. Tidak ditemukan jenis risiko K3
dengan ringkat risiko substantial. Jenis risiko K3 dengan tingkat risiko priority 3
yaitu nyeri punggung pada saat manual lifting reagen; terciprat reagen enzymatic
cleaner concentrate pada kulit ketika melakukan pencucian alat Cell-Dyne Ruby;
mata pedih dan silau terpapar cahaya komputer; droplet infection pasien TB pada
saat melakukan sampling darah pasien IGD; dan tekanan kerja tinggi dalam
pengambilan sampel darah pada pasien yang sulit dilakukan pengambilan darah.
Jenis risiko K3 dengan tingkat acceptable yaitu terciprat reagen pada kulit ketika
pengisian reagen Cell-Dyne Ruby; terciprat reagen pada kulit ketika memasukkan
Very high, 4, 28%
Priority 1, 1, 7%
Subtan8al, 0, 0%
Priority 3, 5, 36%
Acceptable, 4, 29%
Presentase Tingkat Risiko K3 Tahap Pra analitik
Very high
Priority 1
Subtan8al
Priority 3
Acceptable
Identifikasi Risiko ..., Budi Riadi Adi Ikmal, FKM UI, 2016
reagen Ck, Billirubin total, dan Ceratinine ke dalam alat Pentra 600; terpapar uap
alkohol 70% pada membasahi kapas; dan terjatuh, terpeleset, tertabrak troli pasien
pada saat berjalan untuk mengambil formulir permintaan pemeriksaan
laboratorium.
Tertusuk jarum suntik pada saat pengambilsan sampel darah yang terdapat
di dalam tabung penumatic
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat 10 jenis risiko K3 yang
ditemukan pada tahap analitik dengan presentase tingkat risiko sebagai berikut.
Gambar 2. Diagram Presentase Tingkat Risiko K3 Tahap Analitik
Jenis risiko K3 dengan tingkat risiko very high berjumlah 4 yaitu mata
terciprat specimen darah pada saat melakukan homogenisasi sampel darah; mata
terciprat specimen urin ketika melakukan pemeriksaan protein urin; mata terciprat
specimen darah pada saat membuka tutup tabung reaksi dan mata terciprat
specimen darah pada saat melakukan pemeriksaan glukosa darah menggunakan
stick pada alat Optium. Jenis risiko K3 dengan tingkat risiko priority 1 berjumlah
0. Jenis risiko K3 dengan tingkat risiko substantial berjumlah 2 yaitu terpapar uap
methanol pada saat melakukan fiksasi slide apusan darah tepi dan tangan terkena
pecahan tabung reaksi yang terkontaminasi darah. Jenis risiko K3 dengan tingkat
risiko priority 3 berjumlah 2 yaitu terciprat zat warna Wright pada mata ketika
Very high, 4, 40%
Priority 1, 0, 0% Subtan8al, 2,
20%
Priority 3, 2, 20%
Acceptable, 2, 20%
Presentase tingkat Risiko K3 Tahap Analitik
Very high
Priority 1
Subtan8al
Priority 3
Acceptable
Identifikasi Risiko ..., Budi Riadi Adi Ikmal, FKM UI, 2016
melakukan pewarnaan apusan darah tepi dan nyeri punggung pada saat melakukan
pemeriksaan apusan darah tepu menggunakan mikroskop. Jenis risiko K3 dengan
tingkat risiko acceptable berjumlah 2 yaitu terciprat methanol pada kulit ketika
melakukan fiksasi slide apusan darah tepi dan tangan terkena pecahan tabung
reaksi pada saat mengambil sampel setelah proses centrifuge.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat 6 jenis risiko K3 yang
ditemukan pada tahap pasca analitik dengan presentase tingkat risiko sebagai
berikut.
Gambar 3. Diagram Presentase Tingkat Risiko K3 Tahap Pasca Analitik
Untuk jenis risiko K3 dengan tingkat risiko very high berjumlah 1 yaitu
nyeri pergelangan tangan pada saat validasi hasil dan pencetakan hasil. Jenis risiko
K3 dengan tingkat risiko priority 1 berjumlah 0. Jenis risiko K3 dengan tingkat
risiko substantial berjumlah 2 yaitu nyeri punggung pada saat validasi hasil dan
pencetakan hasil dan mata terciprat air limbah pada saat melakukan pembuangan
limbah. Jenis risiko K3 dengan tingkat risiko priority 3 berjumlah 2 yaitu mata
pedih dan silau terpapar cahaya komputer dan tangan terhisap pipa pneumatic
pada saat memasukkan tabung ke dalam pneumatic tube transport. Jenis risiko K3
dengan tingkat risiko acceptable berjumlah 1 yaitu Terjatuh, terpeleset, dan
tertabrak troli pasien pada saat berjalan untuk mengirim hasil pemeriksaan
laboratorium.
Dari hasil identifikasi dan analisis risiko yang dilakukan pada proses
pekerjaan di Instalasi Laboratorium IGD Patologi Klinik, penulis memberikan
saran berupa rekomendasi pengendalian yang bertujuan untuk menurunkan risiko
Very high, 1, 17% Priority 1, 0, 0%
Subtan8al, 2, 33%
Priority 3, 2, 33%
Acceptable, 1, 17%
Presentase Tingkat Risiko K3 Tahap Pasca Analitik
Very high
Priority 1
Subtan8al
Priority 3
Acceptable
Identifikasi Risiko ..., Budi Riadi Adi Ikmal, FKM UI, 2016
yang ada menjadi lebih rendah pada setiap tahap proses kegiatan yang terbagi
dalam tiga tahap yaitu tahap pra analitik, analitik, dan pasca analitik. Dalam
melakukan rekomendasi pengendalian, penulis mengacu pada pedoman
pengendalian risiko OHSAS 18001.
Evaluasi Risiko K3 Tahap Pra Analitik
Berikut ini merupakan pembahasan penilaian risiko yang diperoleh dari
pengukuran pengendalian yang direkomendasikan.
1. Nyeri punggung pada saat manual lifting reagen
Nyeri punggung pada saat manual lifting reagen memiliki nilai risiko
45 dengan tingkat risiko priority 3, untuk menurunkan nilai risiko menjadi
lebih rendah peneliti menyarankan untuk menyediakan hand trolley khusus
untuk laboratorium IGD dan meningkatkan pengetahuan pekerja mengenai
ergonomi. Rekomendasi pengendalian ini diprediksi dapat menurunkan nilai
risiko yang ada sebesar 83.3% menjadi 7.5 dengan kategori tingkat risiko
acceptable.
2. Terciprat reagen pada kulit ketika pengisian reagen Cell-Dyne Ruby
Bahaya kimia pada kegitan tersebut memiliki nilai risiko 3 dengan
kategori tingkat risiko acceptable, untuk menurunkan nilai risiko menjadi
lebih rendah peneliti menyarankan untuk menyediakan MSDS bahan terkait
dan sosialisasi mengenai MSDS bahan kimia terkait. Rekomendasi
pengendalian ini diprediksi dapat menurunkan nilai risiko yang ada sebesar
50% menjadi 1.5 dengan kategori tingkat risiko acceptable.
3. Terciprat reagen enzymatic cleaner concentrate pada kulit ketika melakukan
pencucian alat Cell-Dyne Ruby
Bahaya kimia pada kegiatan tersebut memiliki nilai risiko 36 dengan
kategori tingkat risiko priority 3, untuk menurunkan nilai risiko menjadi lebih
rendah peneliti menyarankan untuk membuat SOP pencucian alat Cell-Dyne
Ruby, menyediakan MSDS bahan terkait dan sosialisasi mengenai MSDS
bahan kimia terkait. Rekomendasi pengendalian ini diprediksi dapat
menurunkan nilai risiko yang ada sebesar 83.3% menjadi 6 dengan kategori
tingkat risiko acceptable.
Identifikasi Risiko ..., Budi Riadi Adi Ikmal, FKM UI, 2016
4. Terciprat reagen pada kulit ketika memasukkan reagen CK, Billirubin total,
dan Creatinin ke dalam alat Pentra 600
Bahaya kimia pada kegiatan tersebut memiliki nilai risiko 9 dengan
kategori tingkat risiko acceptable, untuk menurunkan nilai risiko menjadi
lebih rendah peneliti menyarankan untuk membuat SOP, menyediakan
menyediakan MSDS bahan terkait dan sosialisasi mengenai MSDS bahan
kimia terkait. Rekomendasi pengendalian ini diprediksi dapat menurunkan
nilai risiko yang ada sebesar 66.7% menjadi 3 dengan kategori tingkat risiko
acceptable.
5. Terpapar uap alkohol pada saat membasahi kapas dengan alkohol 70%
Bahaya kimia pada kegiatan tersebut memiliki nilai risiko 15 dengan
kategori tingkat risiko acceptable, untuk menurunkan nilai risiko menjadi
lebih rendah peneliti menyarankan untuk penambahan exhaust fan mengingat
kurangnya ventilasi udara di ruangan laboratorium IGD, menyediakan MSDS
bahan terkait dan sosialisasi mengenai MSDS bahan kimia terkait kepada para
pekerja. Rekomendasi pengendalian ini diprediksi dapat menurunkan nilai
risiko yang ada sebesar 50% menjadi 7.5 dengan kategori tingkat risiko
acceptable.
6. Terjatuh, terpeleset, tertabrak troli pasien pada saat berjalan untuk mengambil
formulir permintaan pemeriksaan laboratorium
Bahaya mekanik pada kegiatan tersebut memiliki nilai risiko 10
dengan kategori tingkat risiko acceptable, untuk menurunkan nilai risiko
menjadi lebih rendah peneliti menyarankan untuk melakukan pemasangan
safety sign di sepanjang jalur dan menyediakan kotak P3K3 untuk
menurunkan risiko dari dampak yang ditimbulkan pada kegiatan tersebut.
Rekomendasi pengendalian ini diprediksi dapat menurunkan nilai risiko yang
ada sebesar 50% menjadi 5 dengan kategori tingkat risiko acceptable.
7. Tertusuk jarum suntik pada saat pengambilan sampel di dalam tabung
pneumatic
Identifikasi Risiko ..., Budi Riadi Adi Ikmal, FKM UI, 2016
Bahaya biologi pada kegiatan tersebut memiliki nilai risiko 450
dengan kategori tingkat risiko very high, untuk menurunkan nilai risiko
menjadi lebih rendah peneliti menyarankan untuk membuat SOP dan
sosialisasi perlakuan transportasi pengiriman sampel di setiap ruangan rawat
inap dan peningkatan pengawasan manajemen melalui pengawasan dan
monitoring. Rekomendasi pengendalian tersebut diprediksi dapat menurunkan
nilai risiko yang ada sebesar 83.3% menjadi 75 dengan kategori tingkat risiko
subtantial.
8. Nyeri pergelangan tangan pada saat pengetikan data secara cepat dan berulang
Bahaya ergonomi pada kegiatan tersebut memiliki nilai risiko 540
dengan kategori tingkat risiko very high, untuk menurunkan nilai risiko
menjadi lebih rendah peneliti menyarankan untuk meningkatkan pengetahuan
pekerja mengenai ergonomi dan melakukan perbaikan design tempat kerja
meliputi perbaikan meja kerja yang sesuai posisi lengan pekerja dan
meletakkan peralatan kerja pada posisi yang mudah dijangkau tangan.
Rekomendasi pengendalian ini diprediksi dapat menurunkan nilai risiko yang
ada sebesar 94.4% menjadi 30 dengan kategori tingkat risiko priority 3.
9. Nyeri punggung (posisi janggal) pada saat input data pasien IGD dan pasien
rawat inap
Bahaya ergonomi pada kegiatan tersebut memiliki nilai risiko 270
dengan kategori tingkat risiko priority 1, untuk menurunkan nilai risiko
menjadi lebih rendah peneliti menyarankan untuk meningkatkan pengetahuan
pekerja mengenai ergonomi dan melakukan perbaikan design tempat kerja.
Rekomendasi pengendalian ini diprediksi dapat menurunkan nilai risiko yang
ada sebesar 88.9% menjadi 30 dengan kategori tingkat risiko priority 3.
10. Mata pedih dan silau terpapar cahaya komputer
Bahaya fisik pada kegiatan tersebut memiliki nilai risiko 60 dengan
kategori tingkat risiko priority 3, untuk menurunkan nilai risiko menjadi lebih
rendah peneliti menyarankan untuk melakukan pengukuran pencahayaan
ruangan dan pemasangan pelindung layar monitor. Rekomendasi pengendalian
ini diprediksi dapat menurunkan nilai risiko yang ada sebesar 91.6 % menjadi
5 dengan kategori tingkat risiko acceptable.
Identifikasi Risiko ..., Budi Riadi Adi Ikmal, FKM UI, 2016
11. Nyeri punggung (berdiri dengan posisi tubuh membungkuk dan kepala
menunduk) pada saat melakukan plebotomi sampling pasien IGD.
Bahaya ergonomi pada kegiatan tersebut memiliki nilai risiko 450
dengan kategori tingkat risiko very high, untuk menurunkan nilai risiko
menjadi lebih rendah peneliti menyarankan untuk meningkatkan pengetahuan
pekerja mengenai ergonomi, menyediakan kursi adjustable yang memiliki
samdaran, menyediakan ruang khusus plebotomi, dan melakukan perubahan
design trolley pasien. Rekomendasi pengendalian ini diprediksi dapat
menurunkan nilai risiko yang ada sebesar 97.8% menjadi 10 dengan kategori
tingkat risiko acceptable.
12. Tertusuk jarum suntik pada saat melakukan plebotomi sampling pasien IGD
Bahaya biologi pada kegiatan tersebut memiliki nilai risiko 450
dengan kategori tingkat risiko very high, untuk menurunkan nilai risiko
menjadi lebih rendah peneliti menyarankan untuk memberikan pelatihan
pekerja mengenai K3, menyediakan perangkat jarum suntik yang dilengkapi
fitur keselamatan, sosialisasi pelaporan kecelakaan, peningkatan pengawasan
manajemen, serta melakukan evaluasi medis dari semua jarum suntik dan
cedera yang berhubungan dengan jarum suntik. Rekomendasi pengendalian ini
diprediksi dapat menurunkan nilai risiko yang ada sebesar 83.3% menjadi 75
dengan kategori tingkat risiko substantial.
13. Droplet infection pasien TB pada saat melakukan sampling darah pasien IGD
Bahaya biologi pada kegiatan tersebut memiliki nilai risiko 45 dengan
kategori tingkat risiko priority 3, untuk menurunkan nilai risiko menjadi lebih
rendah peneliti menyarankan untuk membuat SOP penanganan pasien TB,
menggunakan masker N 95, dan memberikan masker kepada setiap pasien TB.
Rekomendasi pengendalian ini diprediksi dapat menurunkan nilai risiko yang
ada sebesar 83.9% menjadi 5 dengan kategori tingkat risiko acceptable.
14. Tekanan kerja tinggi dalam melakukan plebotomi untuk pasien yang sulit
diambil darah.
Bahaya psikososial pada kegiatan tersebut memiliki nilai risiko 45
dengan kategori tingkat risiko priority 3, untuk menurunkan nilai risiko
menjadi lebih rendah peneliti menyarankan untuk memberikan pelatihan
Identifikasi Risiko ..., Budi Riadi Adi Ikmal, FKM UI, 2016
komunikasi kepada seluruh pekerja dan mengadakan pertemuan rutin dimana
masalah, frustasi, dan solusi dapat dibahas. Rekomendasi pengendalian ini
diprediksi dapat menurunkan nilai risiko yang ada sebesar 66.7% menjadi 15
dengan kategori tingkat risiko acceptable.
Evaluasi Risiko K3 Tahap Analitik
Berikut ini merupakan pembahasan penilaian risiko yang diperoleh dari
pengukuran pengendalian yang direkomendasikan pada tahap analitik.
1. Mata terciprat specimen darah pada saat melakukan homogenisasi sampel
darah
Bahaya biologi pada kegiatan tersebut memiliki nilai risiko 450
dengan kategori tingkat risiko very high, untuk menurunkan nilai risiko
menjadi lebih rendah peneliti menyarankan untuk menggunakan safety glasses
kepada seluruh pekerja yang terlibat. Rekomendasi pengendalian ini
diprediksi dapat menurunkan nilai risiko yang ada sebesar 98.9% menjadi 5
dengan kategori tingkat risiko acceptable.
2. Kulit terciprat methanol ketika melakukan fiksasi slide apusan darah tepi
Bahaya kimia pada kegiatan tersebut memiliki nilai risiko 3 dengan
kategori tingkat risiko acceptable, untuk menurunkan nilai risiko menjadi
lebih rendah peneliti menyarankan untuk melakukan peningkatan informasi
MSDS bahan terkait kepada pekerja yang terlibat. Rekomendasi pengendalian
ini diprediksi dapat menurunkan nilai risiko yang ada sebesar 50% menjadi
1.5 dengan kategori tingkat risiko acceptable.
3. terpapar uap methanol pada saat melakukan fiksasi slide apusan darah tepi
Bahaya kimia pada kegiatan tersebut memiliki nilai risiko 90 dengan
kategori tingkat risiko subtantial, untuk menurunkan nilai risiko menjadi lebih
rendah peneliti menyarankan untuk melakukan sosialisasi peningkatan MSDS
bahan terkait dan melakukan penambahan exhaust fan di area kegiatan
tersebut. Rekomendasi pengendalian ini diprediksi dapat menurunkan nilai
risiko yang ada sebesar 90% menjadi 9 dengan kategori tingkat risiko
acceptable.
Identifikasi Risiko ..., Budi Riadi Adi Ikmal, FKM UI, 2016
4. Terciprat zat warna Wright pada mata ketika melakukan pewarnaan apusan
darah tepi
Bahaya kimia pada kegiatan tersebut memiliki nilai risiko 45 dengan
kategori tingkat risiko priority 3, untuk menurunkan nilai risiko menjadi lebih
rendah peneliti menyarankan untuk menggunakan safety glasses kepada
seluruh pekerja yang terlibat dan sosialisasi mengenai MSDS bahan terkait.
Rekomendasi pengendalian ini diprediksi dapat menurunkan nilai risiko yang
ada sebesar 93.3% menjadi 3 dengan kategori tingkat risiko acceptable.
5. Nyeri punggung dan leher (posisi tubuh membungkuk dan kepala menunduk)
ketika melakukan pemeriksaan apusan darah tepi menggunakan mikroskop
Bahaya ergonomi pada kegiatan tersebut memiliki nilai risiko 45
dengan kategori tingkat risiko priority 3, untuk menurunkan nilai risiko
menjadi lebih rendah peneliti menyarankan untuk menyediakan poster duduk
yang benar, meningkatkan pengetahuan pekerja mengenai ergonomi, dan
melakukan stretching di antara waktu kegiatan tersebut. Rekomendasi
pengendalian ini diprediksi dapat menurunkan nilai risiko yang ada sebesar
66.7 % menjadi 15 dengan kategori tingkat risiko acceptable.
6. Mata terciprat specimen urin pasien ketika melakukan pemeriksaan protein
urin
Bahaya biologi pada kegiatan tersebut memiliki nilai risiko 450
dengan kategori tingkat risiko very high, untuk menurunkan nilai risiko
menjadi lebih rendah peneliti menyarankan untuk menggunakan safety glasses
kepada seluruh pekerja yang terlibat. Rekomendasi pengendalian ini
diprediksi dapat menurunkan nilai risiko yang ada sebesar 98.9% menjadi 5
dengan kategori tingkat risiko acceptable.
7. Tangan terkenan pecahan tabung rekasi pada saat mengambil sampel setelah
proses centrifuge
Bahaya mekanik pada kegiatan tersebut memiliki nilai risiko 10
dengan kategori tingkat risiko accpetable, untuk menurunkan nilai risiko
menjadi lebih rendah peneliti menyarankan untuk membuat SOP penggunaan
alat centrifuge, melakukan preventive maintenance alat centrifuge, dan
menyediakan kotak P3K. Rekomendasi pengendalian ini diprediksi dapat
Identifikasi Risiko ..., Budi Riadi Adi Ikmal, FKM UI, 2016
menurunkan nilai risiko yang ada sebesar 50% menjadi 5 dengan kategori
tingkat risiko acceptable.
8. Tangan terkena pecahan tabung reaksi yang terkontaminasi darah
Bahaya biologi pada kegiatan tersebut memiliki nilai risiko 150
dengan kategori tingkat risiko subtantial, untuk menurunkan nilai risiko
menjadi lebih rendah peneliti menyarankan untuk membuat SOP penggunaan
alat centrifuge, melakukan preventive maintenance alat centrifuge, membuat
SOP penangan tumpahan sampel darah, dan menyediakan kotak P3K.
Rekomendasi pengendalian ini diprediksi dapat menurunkan nilai risiko yang
ada sebesar 83.3% menjadi 25 dengan kategori tingkat risiko priority 3.
9. Mata terciprat specimen darah ketika membuka tutup tabung reaksi.
Bahaya biologi pada kegiatan tersebut memiliki nilai risiko 450
dengan kategori tingkat risiko very high, untuk menurunkan nilai risiko
menjadi lebih rendah peneliti menyarankan untuk menyediakan safety glasses
bagi pekerja yang terlibat terhadap pekerjaan tersebut. Rekomendasi
pengendalian ini diprediksi dapat menurunkan nilai risiko yang ada sebesar
98.9% menjadi 5 dengan kategori tingkat risiko acceptable.
10. Mata terciprat specimen darah pada saat melakukan pemeriksaan screening
glukosa darah menggunakan stick Optium.
Bahaya biologi pada kegiatan tersebut memiliki nilai risiko 450
dengan kategori tingkat risiko very high, untuk menurunkan nilai risiko
menjadi lebih rendah peneliti menyarankan untuk menyediakan alat pelindung
mata berupa safety glasses. Rekomendasi pengendalian ini diprediksi dapat
menurunkan nilai risiko yang ada sebesar 98.9% menjadi 5 dengan kategori
tingkat risiko acceptable.
Evaluasi Risiko K3 Tahap Pasca Analitik
Berikut ini merupakan pembahasan penilaian risiko yang diperoleh dari
pengukuran pengendalian yang direkomendasikan pada tahap pasca analitik
berdasarkan pedoman pengendalian risiko OHSAS 18001.
1. Nyeri pergelangan tangan pada saat validasi hasil dan pencetakan hasil
Bahaya ergonomi pada kegiatan tersebut memiliki nilai risiko 540
dengan kategori tingkat risiko very high, untuk menurunkan nilai risiko
Identifikasi Risiko ..., Budi Riadi Adi Ikmal, FKM UI, 2016
menjadi lebih rendah peneliti menyarankan untuk melakukan perbaikan design
tempat kerja terutama tinggi meja kerja yang harus dirubah menyesuaikan
posisi tubuh pekerja, meningkatkan pengetahuan pekerja mengenai ergonomi,
melakukan stretching diantara waktu kegiatan, dan meletakkan peralatan kerja
pada posisi yang mudah dijangkau tangan. Rekomendasi pengendalian ini
diprediksi dapat menurunkan nilai risiko yang ada sebesar 94.4% menjadi 30
dengan kategori tingkat risiko priority 3.
2. Nyeri punggung pada saat validasi hasil dan pencetakan hasil
Bahaya ergonomi pada kegiatan tersebut memiliki nilai risiko 90
dengan kategori tingkat risiko subtantial, untuk menurunkan nilai risiko
menjadi lebih rendah peneliti menyarankan untuk melakukan stretching
diantara waktu kegiatan, perbaikan design tempat kerja dengan menyediakan
meja kerja yang sesuai posisi lengan pekerja, dan meningkatkan pengetahuan
pekerja mengenai ergonomi. Rekomendasi pengendalian ini diprediksi dapat
menurunkan nilai risiko yang ada sebesar 93.3% menjadi 6 dengan kategori
tingkat risiko acceptable.
3. mata pedih dan silau terpapar cahaya komputer
Bahaya fisik pada kegiatan tersebut memiliki nilai risiko 60 dengan
kategori tingkat risiko priority 3, untuk menurunkan nilai risiko menjadi lebih
rendah peneliti menyarankan untuk melakukan pengukuran cahaya ruangan
dan pemasangan pelindung layar monitor. Rekomendasi pengendalian ini
diprediksi dapat menurunkan nilai risiko yang ada sebesar 91.6% menjadi 5
dengan kategori tingkat risiko acceptable.
4. terjatuh, terpeleset, dan tertabrak troli pasien pada saat berjalan untuk
mengirim hasil pemeriksaan laboratorium
Bahaya mekanik pada kegiatan tersebut memiliki nilai risiko 10
dengan kategori tingkat risiko acceptable, untuk menurunkan nilai risiko
menjadi lebih rendah peneliti menyarankan untuk melakukan pemasangan
safety sign dan menyediakan kotak P3K. Rekomendasi pengendalian ini
diprediksi dapat menurunkan nilai risiko yang ada sebesar 50% menjadi 5
dengan kategori tingkat risiko acceptable.
Identifikasi Risiko ..., Budi Riadi Adi Ikmal, FKM UI, 2016
5. Tangan terhisap pipa pneumatic pada saat memasukkan tabung ke dalam
pneumatic tube transport
Bahaya mekanik pada kegiatan tersebut memiliki nilai risiko 30
dengan kategori tingkat risiko priority 3, untuk menurunkan nilai risiko
menjadi lebih rendah peneliti menyarankan untuk membuat SOP pengiriman
sampel menggunakan pneumatic tube transport dan melakukan preventive
maintenance perbaikan pneumatic tube transport. Rekomendasi pengendalian
ini diprediksi dapat menurunkan nilai risiko yang ada sebesar 66.7% menjadi
10 dengan kategori tingkat risiko acceptable.
6. Mata terciprat air limbah infeksius pada saat pembuangan air limbah
Bahaya biologi pada kegiatan tersebut memiliki nilai risiko 135
dengan kategori tingkat risiko subtantial, untuk menurunkan nilai risiko
menjadi lebih rendah peneliti menyarankan untukmembuat SOP pembuangan
air limbah dan menyediakan alat pelindung mata berupa safety glasses.
Rekomendasi pengendalian ini diprediksi dapat menurunkan nilai risiko yang
ada sebesar 97.8% menjadi 3 dengan kategori tingkat risiko acceptable.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Instalasi
LaboratoriumIGD Patologi Klinik RSUD Tarakan Jakarta Pusat dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut.
1. Terdapat tiga tahapan proses kerja di Instalasi Laboratorium IGD Patologi
Klinik, yaitu tahap pra analitik, analitik, dan pasca analitik.
2. Tingkat risiko yang ditemukan pada tiga tahap proses kerja antara lain yaitu:
a. Tingkat risiko very high (> 350)
• Tertusuk jarum suntik pada saat pengambilan sampel di dalam tabung
pneumatic tube
• Nyeri pergelangan tangan pada saat pengetikan input data pemeriksaan
laboratorium pasien ruangan IGD dan rawat inap
• Nyeri punggung (berdiri dengan posisi tubuh membungkuk dan kepala
menunduk) ketika melakukan plebotomi sampling pasien IGD
Identifikasi Risiko ..., Budi Riadi Adi Ikmal, FKM UI, 2016
• Tertusuk jarum suntik pada saat melakukan plebotomi sampling pasien
IGD
• Mata terciprat specimen darah pada saat melakukan homogenisasi
sampel
• mata terciprat specimen urin ketika melakukan pemeriksaan protein
urin
• Mata terciprat specimen darah pada saat membuka tutup tabung reaksi
• Mata terciprat specimen darah ketika melakukan pemeriksaan glukosa
darah menggunakan stick glukosa
• Nyeri pergelangan tangan pada saat melakukan validasi hasil dan
pencetakan hasil.
b. Tingkat risiko priority 1 (181-350)
• Nyeri punggung pada saat input data pasien IGD dan rawat inap (tahap
pra analitik)
c. Tingkat risiko substantial (71-180)
• Terpapar uap methanol ketika melakukan fiksasi slide apusan darah
tepi
• Tangan terkena pecahan tabung reaksi yang terkontaminasi darah
• Nyeri punggung pada saat validasi hasil dan pencetakan hasil
• Mata terciprat air limbah pada saat melakukan pembuangan limbah
cair
d. Tingkat risiko priority 3 (21-70)
• Nyeri punggung pada saat manual lifting reagen
• Kulit terciprat reagen enzymatic cleaner concentrate ketika melakukan
pencucian alat Cell-Dyne Ruby
• Mata pedih dan silau terpapar cahaya komputer (tahap pra analitik)
• Droplet infection pasien TB ketika melakukan sampling darah pasien
IGD
• Tekanan kerja tinggi dalam melakukan plebotomi pada pasien yang
sulit diambil darah
Identifikasi Risiko ..., Budi Riadi Adi Ikmal, FKM UI, 2016
• Mata terciprat zat warna Wrigh ketika melakukan pewarnaan apusan
darah tepi
• Nyeri punggung dan leher (posisi membungkuk dan kepala menunduk)
ketika melakukan pemeriksaan apusan darah tepi menggunakan
mikroskop
• Mata pedih dan silau terpapar cahaya komputer (tahap pasca analitik)
• Tangan terhisap pipa pneumatic ketika memasukkan tabung ke dalam
pneumatic tube transport
e. Tingkat risiko acceptable (≤ 20)
• Kulit terciprat reagen ketika pengisian reagen pada alat Cell-Dyne
Ruby
• Terciprat reagen pada kulit ketika memasukkan reagen CK, Billirubin
total, dan Creatinin ke dalam alat Pentra 600
• Terpapar uap alkohol pada saat membasahi kapas dengan alkohol 70%
• Terjatuh, terpeleset, tertabrak troli pasien pada saat berjalan untuk
mengambil formulir permintaan pemeriksaan laboratorium (tahap pra
analitik)
• Terciprat methanol pada kulit ketika melakukan fiksasi slide apusan
darah tepi
• Tangan terkena pecahan tabung reaksi pada saat mengambil sampel
setelah proses centrifuge
• Terjatuh, terpeleset, tertabrak troli pasien pada saat berjalan untuk
mengirim hasil pemeriksaan laboratorium (tahap pasca analitik)
3. Pengendalian risiko K3 yang telah implementasikan di Instalasi Laboratorium
IGD Patologi Klinik RSUD Tarakan adalah SOP proses kerja, tersedianya
emergency shower, penggunaan hand trolley, mengganti produk kapas dengan
alcohol swab, pembuatan garis demakasi jalur troli pasien, pemasangan anti
slip pada lantai bidang miring, pengaturan jadwal shiff, menyediakan kursi
adjustable, pelatihan sampling darah, medical checkup 1 tahun sekali,
pertolongan pertama tertusuk jarum, pemberian obat ARV, bekerja minimal 2
orang dalam melakukan sampling darah, menyediakan meja mikroskop yang
Identifikasi Risiko ..., Budi Riadi Adi Ikmal, FKM UI, 2016
sesuai posisi tubuh, informasi pencegahan infeksi, dan bekerja menggunakan
APD.
4. Rekomendasi pengendalian untuk mengurangi nilai risiko yang ada yaitu:
• Meningkatkan pengetahuan pekerja mengenai ergonomi
• Memberikan pelatihan K3 untuk pekerja
• Membuat MSDS bahan kimia yang dipakai pada proses kerja di Instalasi
Laboratorium IGD dan sosialisasi mengenai penanganan bahan kimia
terkait
• Menyediakan hand trolley khusus untuk Laboratorium IGD agar seluruh
pekerja dapat menggunakannya sebagai kerperluan alat angkut barang.
• Membuat SOP untuk pekerjaan yang berkaitan dengan bahan kimia.
• Penambahan exhaust fan di dalam ruangan Laboratorium IGD
• Pemasangan safety sign pada jalan yang dilalui untuk mengambil formulir
permintaan pemeriksaan laboratorium
• Menyediakan kotak P3K
• Membuat SOP perlakuan transportasi pengiriman sampel dan melakukan
sosialisasi bagi seluruh pekerja yang terlibat.
• Melakukan perbaikan design tempat kerja mengingat tinggi meja kerja
yang tidak proporsional untuk pekerja.
• Melakukan pengukuran pencahayaan ruangan dan pemasangan pelindung
layar monitor untuk mengurangi cahaya radiasi komputer
• Menyediakan kursi adjustable untuk keperluan plebotomi sampling darah
pasien IGD.
• Menyediakan perangkat jarum suntik yang dilengkapi fitur keselamatan
dan evaluasi medis dari semua jarum suntik dan cedera yang berhubungan
demgam jarum suntik
• Membuat prosedur pencatatan data kecelakaan kerja di Instalasi
Laboratorium IGD dan melakukan sosialisasi bagi pekerja yang terlibat.
• Membuat SOP pengambilan sampel darah untuk pasien TB dan
memberikan masker kepada pasien TB
• Memberikan pelatihan komunikasi kepada seluruh pekerja
Identifikasi Risiko ..., Budi Riadi Adi Ikmal, FKM UI, 2016
• Mengadakan pertemuan rutin dimana masalah, frustasi, dan solusi dapat
dibahas
• Menyediakan APD tambahan berupa safety glasses
• Peningkatan informasi melalui sarana poster.
• Melakukan preventive maintenance alat centrifuge
• Membuat SOP penanganan tumpahan sampel darah dan SOP pembuangan
air limbah
Saran
Dari hasil penelitian yang dilakukan melalui pengamatan dan berdasarkan
teori atau pemahaman yang diketahui oleh penulis, antara lain disarankan seperti
berikut.
1. Peningkatan informasi K3 melalui pelatihan K3 dan media promosi K3 yang
bertujuan untuk mengedukasi dan meningkatkan kesadaran pekerja tentang K3
pada umumnya, serta secara khusus tentang hazard dan cara pengendalian
risiko.
2. Melakukan pelaksanaan kegiatan internal meeting morning setiap pagi yang
membahas mengenai kegiatan yang telah dilakukan sebelumnya serta
melakukan follow up terhadap masalah yang ditemukan pada waktu kerja.
3. Melaksanakan kegiatan safety and health induction yang dilakukan kepada
setiap pegawai baru dan mahasiswa yang membahas mengenai risiko K3 yang
ada di Instalasi Laboratorium IGD.
4. Evaluasi SOP proses kerja yang bertujuan untuk mendapatkan cara kerja yang
lebih aman dan nyaman.
5. Melaksanakan pengawasan dan monitoring melalui inspeksi rutin untuk
menunjang terkendalinya lingkungan kerja yang aman.
Daftar Referensi
A, Barbara., & J, Patricia. (2002). Fundamentals of Industrial Hygiene. September 25, 2015. www.chegg.com/
Identifikasi Risiko ..., Budi Riadi Adi Ikmal, FKM UI, 2016
Adisasmito, W. (2007). Sistem Manajemen Lingkungan Rumah Sakit. RajaGrafindo Persada: Jakarta.
Baihaqi, R. (2014, Februari). Sepanjang 2013 192.911 peserta Jamsostek alami
kecelakaan kerja. September 23, 2015. http://ekbis.sindonews.com/ Dickson, T. (2001, July). Calculating risk: fine’s Mathematical formula 30 years
later. September 22, 2015. Australia Journal of Outdoor Education. https://www.questia.com/library/journal/
Dumitru, Iulia M., & Boscoianu, M. (2015). Human Factors Contribution To
Aviation Safety. Desember 27, 2015. “Henri Coanda” Air Force Academy Romania. http://www.afahc.ro/
F., Kinney G. (1976, June). Practical Risk Analysis for Safety Management.
September 22, 2015. www.researchgate.net/ Ferdian, S. (2016, Mei). K3 Belum Serius Diterapkan, Mari Kenang Perjuangan
Buruh. Juni 28, 2016. http://www.kompasiana.com/ Ghasemi, Pejman., et al. (2013, April). Aplication of Domino Theory to Justify
and Prevent Accident Occurance in Construction Sites. Journal of Mechanical and Civil Engineering. 06, 72-76. November 19, 2015. http://www.iosrjournals.org/
Harvey, Michael D. (1985, April). Model for Accident Ivestigation. November 24,
2015. http://www.iprr.org/ International Ergonomics Association ( 2015). Definition and Domains of
Ergonomics. November, 25. http://www.iea.cc/ International Labour Organization (2013). Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Sarana untuk Produktivitas. November 22, 2015. http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/
International Labour Organization (2014, August). Safe and Health at Work: A
Vision for Sustainable Prevention. September 23, 2015. http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/
International Labour Organization (2015). Investigation of Occupational
Accidents and Diseases. November 01, 2015. http://www.ilo.org/wcmsp5/ Jafari, Reza N., et al. (2014, March). Risk Assessment of Ilam Gas Refinery
Based on William Fine Method in 2012. Journal of Community Health Research, 03, 49-58. September 25, 2015. http://jhr.ssu.ac.ir/
Jean, Cross, Jhon Curran, and Bill Danahar. (2004). OHS Risk Management
Handbook. New South Wales: Standard Australia International Ltd.
Identifikasi Risiko ..., Budi Riadi Adi Ikmal, FKM UI, 2016
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. (2005, Januari). Undang-undang
Ketenagakerjaan Indonesia. September 23, 2015. http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. (2009, Oktober). Undang-undang
No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. September 23, 2015. https://www.ilo.org/dyn/natlex/docs/
Kurniawidjaja L.Meily. (2012). Teori dan Aplikasi Kesehatan Kerja. UI Press:
Jakarta. Meily, L., et al. (2014). Pengendalian Risiko Ergonomi Kasus Low Back Pain
pada Perawat di Rumah Sakit. Majalah Kedokteran Bandung, 04, 225-233. Juni 28, 2016. http://download.portalgaruda.org/
Occupational Safety and Health Administration. (2002). Job Hazard Analysis.
September 22, 2015. https://www.osha.gov/ Occupational Safety and Health Administration. (2013). How Safe Is Your
Hospital for Workers?. Juni 28, 2016. https://www.osha.gov/ Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. (2015, Mei). Situasi
Kesehatan Kerja. 5 Juni, 2016. http://www.depkes.go.id/resources/ Ramli, S. (2010). Pedoman Praktis Manajemen risiko dalam Perspektif K3 OHS
Risk Management. Dian Rakyat: Jakarta. Ramli, S. (2010). Petunjuk Praktis Manajemen Kebakaran. Dian Rakyat: Jakarta. S, SeikAllavudeen., & S, Sankar. (2015, June). Hazard Identification, Risk
Assessment and Risk Control in Foundry. International Journal of Industrial Engineering, 02, 01-04. September 25, 2015. http://www.internationaljournalssrg.org
SaravanaKumar, M., & SenthilKumar, P. Hazard Identification and Risk
Assessment in Foundry. International Organization of Scientific Research Journals, 01, 33-37. September 25, 2015. http://www.iosrjournals.org/
Sekhavati, Eghbal., et al. (2015). Noise Pollution Risk Assessment in Cement
Factory of Larestan Using Fine William Method. Journal of Aplied Environmental and Biological Sciences, 05, 208-213. September 25, 2015. http://www.textroad.com/
Sepang, Bryan Alfons W., et al. (2013). Manajemen Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pada Proyek Pembangunan Ruko Orlens Fashion Manado. Jurnal Sipil Statik, 04, 282-288. September 25, 2015. http://download.portalgaruda.org/
Identifikasi Risiko ..., Budi Riadi Adi Ikmal, FKM UI, 2016
Soputan, Gabby E. M., Sompie, Bonny F., & Mandagi, Robert J. M. (2014). Manajemen Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) (Studi Kasus Pada Pembangunan Gedung SMA Eben Haezer). Jurnal Ilmiah Media Engineering, 04, 229-238. Sepetember 25. http://download.portalgaruda.org/
Standards Australia International Ltd. (2004, Agustus). Risk Management
Guidelines Companion to AS/NZS 4360:2004. September 23, 2015. http://www.academia.edu/
T. Fine, William. (1971, March). Mathematical Evaluations for Controlling
Hazards. September 22, 2015. http://www.dtic.mil/dtic/ Underwood, P., & Waterson, P. (2013). Accident Analysis Models and Methods:
Guidance for Safety Professionals. November 01, 2015. Loughborough University. https://www.academia.edu/
Vaz, Kurt., et al. (2010). Prevalence of Injuries and Reporting of Accidents
Among Health Care Workers at The University Hospital of The West Indies. International Journal of Occupational Medicine and Environmental Health, 02, 133-143. Juni 28, 2016. www.ncbi.nlm.nih.gov/
Yonelia, A., & Meily, L. (2013). Risk Management of Occupational Health and
Safety in Rice Farmers in Ngrendeng, East Java In 2012. International
Journal on Advanced Science, Engineering and Information Technology, 03,
28-32. September 23, 2015. http://www.ijaseit.insightsociety.org/
Identifikasi Risiko ..., Budi Riadi Adi Ikmal, FKM UI, 2016