Download - Iht dasar transmisi
1
Dasar - Dasar Transmisi
Tujuan Instruksional :
Para perserta diharapkan dapat menguasai pengetahuan dasar transmisi
2
1. Konfigurasi Sistem Transmisi1. Konfigurasi Sistem Transmisi
Sistem Transmisi berfungsi untuk menyalurkan paket informasi baik suara, gambar maupun data , dari suatu titik ke titik lain dalam suatu jaringan telekomunikasi
Media Transmisi
Fiber Optik
3
1.1 Sub-Sistem Transmisi
PerangkatTransmisi
Switching,Terminal,
dll
MediaTransmisi
PerangkatTransmisi
Switching,Terminal,
dll
4
1.2 Jenis Media Transmisi
Media Phisik Kawat tanpa pelindung Kawat berpelindung
Pair Cable Coaxial Cable
Serat Optik Media Non Phisik
Radio Satelit
5
1.3 Konfigurasi Media Phisik1.3 Konfigurasi Media Phisik
LTE,HDSL,MUX,OLTE
Switching,Terminal,
dll
Open Wire,Pair Cable,
Coaxial,Fiber Optik
LTE,HDSL,
MODEM,MUX,OLTE
Switching,Terminal,
dll
• LTE = Line Terminal Equipment
• HDSL = High bit rate Digital Subscriber Line
• MUX = Multiplex
• OLTE = Optical Line Terminal Equipment
6
1.4 Konfigurasi Media Non Phisik
MUX,MOD,DEM,
TRANCEIVER
Switching,Terminal,
dll
GelombangRadio
MUX,MOD,DEM,
TRANSCEIVER
Switching,Terminal,
dll
• MUX = Multiplex
• MOD = Modulator
• DEM = Demodulator
• TRANSCEIVER = Transmitter - Receiver
7
2. Parameter Satuan Transmisi
Daya (Power) Penguatan (gain) Redaman (Loss) Lebar Pita Frekwensi (Bandwidth) Signal to Noise Ratio (S/N) Interferensi Gema (Echo) Kecepatan Bit (Bit Rate) Kecepatan Kesalahan Bit (BER/Bit Error Rate) Pergeseran Pulsa (Jitter)
8
2.1 Daya (Power) (P) adalah suatu besaran keluaran sinyal,
yang dihasilkan oleh suatu perangkat dan dinyatakan dalam satuan Watt (W) atau desiBelWatt (dBW)
P (Watt) = E(Volt) x I(Amp) P (Watt) = E2(Volt2) / R(Ohm) P (Watt) = I2(Amp) x R(Ohm) P (dbW) = 10 Log P/(1 Watt) P (dBm) = 10 Log p/(1 mWatt)
9
2.2 Penguatan (Gain) (G) adalah suatu besaran yang dihasilkan oleh
perbandingan antara besar sinyal masukan dan sinyal keluaran dalam bilangan Logaritmis 10 dengan satuan dB , dimana sinyal keluar lebih besar dari sinyal masuk
P (in) = 20 mW ; P (out) = 1000 mW G = 10 Log P(in)/P(out) dB G = 16,99 dB
AmplifierP In P Out
20 mW 1000 mWG = 16,99 dB
10
2.3 Redaman (Loss) (A)2.3 Redaman (Loss) (A) adalah suatu besaran yang dihasilkan oleh
perbandingan antara besar sinyal masukan dan sinyal keluaran dalam bilangan Logaritmis 10 dengan satuan dB , dimana sinyal keluar lebih kecil dari sinyal masuk
P (in) = 100 mW ; P (out) = 20 mW A = 10 Log P(in)/P(out) dB A = 6,99 dB
P In P Out
100 mW 20 mWA = 6,99 dB
11
2.4 Lebar pita frekwensi (Bandwidth) Adalah lebar suatu bidang frekwensi dari
suatu bentuk sinyal Gambar dibawah menunjukkan lebar dari
suatu sinyal informasi yang menduduki bidang frekwensi 300 Hz s/d 3.400 Hz
F=300 Hz F=3400 Hz
Bandwidth = 3.400 - 300 = 3.100 Hz
12
2.5 Noise adalah sinyal yang tidak diinginkan yang
selalutimbul dalam sebuah proses sistem transmisi
Internal Noise Thermal Noise Intermodulasi Noise Crosstalk Noise Impulse Noise
*>External Noise *> Atmospheric Noise *> Extraterrestrial Noise *> Man Mad Noise
13
2.6 Signal to Noise Ratio (S/N)
adalah perbandingan antara daya sinyal terhadap daya Noise pada suatu titik pengukuran , dan merupakan ukuran baik buruknya kualitas sinyal.
Satuan dB
0
+ 10
- 20
Sinyal Informasi
Sinyal Noise
14
2.7 Interferensi
adalah gangguan pada sistem transmisi yang disebabkan oleh adanya sinyal lain yang mempunyai frekwensi sama dengan frekwensi yang digunakan oleh sinyal aslinya dimana sinyal pengganggu tsb memiliki daya yang cukup besar
15
2.8 Gema (Echo) adalah sinyal kembali yang disebabkan karena adanya
ketidakcocokan impedansi pada sebuah saluran, sehingga akan menimbulkan refleksi sinyal, yang apabila diterima kembali oleh pengirim dengan delay yang cukup besar , echo tsb akan sangat mengganggu.
Echo lebih sering muncul pada sebuah sistem transmisi yang menggunakan pengubah saluran dari 2 kawat menjadi 4 kawat (Hybrid)
Hybrid2 Wire
4 Wire Out
4 Wire In
Echo
16
2.9 Bit Rate
adalah suatu ukuran kecepatan pengiriman bit-bit informasi (sinyal digital) dalam waktu 1 detik
Satuannya : bit/detik
17
2.10 Bit Error Rate (BER)
adalah ukuran kecepatan kesalahan bit informasi yang terkirim
BER adalah salah satu ukuran kualitas dari suatu sistem transmisi digital
18
2.11 Pergeseran Bit (Jitter)
adalah kondisi yang menunjukan bergesernya letak atau posisi pulsa dari kondisi seharusnya
Satuannya : UI (Unit Interval)
Clock
AmplitudoJitter
UI
Freq JitterHz
PosisiNormal
19
2.12 Satuan Daya Daya Relatif
adalah suatu besaran daya di titik tertentu dibandingkan dengan besaran daya referensi yang telah ditentukan
Pr (dBr) = 10 log Pr/Pref
Daya Absolut adalah suatu besaran daya di titk tertentu
dibandingkan dengan daya referensi nol dBm = dBmO + dBr
20
INSTRUKTUR : SOENANTYO E.S/ 560310
BIDANG :
*> KOMPONEN TRANSMISI*> MULTIPLEXING*> MODULASI
21
3. Komponen Transmisi Hybrid Filter Attenuator Equalizer Compandor Echo Suppressor & Echo Canceller Pre-Emphasis & De-Emphasis Automatic Gain Control / AGC Automatic Frequency Control / AFC Squelch
22
3. 1 Hybrid
alat ini berfungsi mengubah sistem transmisi 2 kawat menjadi 4 kawat dan sebaliknya
Hybrid2 Wire
4 Wire Out
4 Wire In
23
3.2 Penyaring Frekwensi (Filter)
alat ini berfungsi sebagai penyaring frekwensi suatu sinyal pada sistem transmisi
LPF = Low Pass Filter HPF = High Pass Filter BPF = Band Pass Filter BRF = Band Rejection Filter / Band Stop Filter
f
A
f
A
f
A
f
A
24
3.3 Peredam (Attenuator) alat ini berfungsi sebagai peredam sinyal yang
dilalukan pada sebuah sistem transmisi PAD (Peredam dengan besaran tetap) Variable Attenuator
P In P Out
P In > P Out
P OutP In
25
3.4 Equalizer Alat ini berfungsi memperbaiki
perubahan level sinyal akibat pengaruh saluran
Redaman
Frekwensi
Redaman Equalizer
Sinyal Output
Sinyal Input
26
3.5 Compressor dan Expandor (Compandor)
Compressor pada sisi kirim Expandor pada sisi terima Keuntungan
Memperbesar S/N Memperkecil Crosstalk Memperkecil overload akibat terlalu besarnya sinyal
masukanVario Losser
PhaseDetector
Vario Losser
PhaseDetector
Compressor Expandor
60 dB 60 dB30 dB
Transmisi
27
3.6 Echo Suppressor & Echo Canceller
Berpengaruh memperkecil pengaruh gema pada komunikasi suara
Parameter Echo : ERL = Echo Return Loss ERLE = Echo Return Loss Enhancement Waktu Konfergensi
28
3.7 Pre-Emphasis & De-Emphasis Berfungsi menjaga agar S/N berharga sama pada
sistim transmisi berpita lebar Biasa digunakan pada sistem transmisi FDM Pre-Emphasis dipasang pada bagian kirim De-Emphasis dipasang pada bagian terima
A
f
De-EmphasisA
f
Pre-Emphasis
29
3.8 Automatic Gain Control / AGC Berfungsi memperkuat sinyal masukan
Sinyal InputOp Amp
Sinyal Output
Detector
Feedback
30
3.9 Automatic Frequency Control / AFC
Berfungsi menstabilkan harga frekwensi yang diperlukan
VCO
Freq. Out
Phase Detector
LPF
Control Voltage
Reference Freq.
X-Tal Oscillator
31
3.10 Squelch Berfungsi menghilangkan Noise yang muncul
dibagian penerima , yang biasanya muncul akibat terlalu rendahnya sinyal terima
Tone Generator
Sinyal Output
Sinyal Input
Ref Signal Comparator
Detector
32
4. Multiplexing
Adalah proses penggabungan beberapa saluran atau kanal pembicaraan menjadi satu kedalam bentuk sinyal lain, untuk disalurkan secara bersamaan tanpa saling mengganggu
Jenis-jenis Multiplexer FDM (Frequency Division Multiplex) TDM (Time Division Multiplex)
33
4.1 FDM
34
4.2 TDM
12
43
CH.1
CH.2
CH.3
CH.4
12
43
CH.2
CH.1
CH.4
CH.3
SISI KIRIM SISI TERIMA
35
5. Modulasi
Adalah proses perubahan sinyal masukan menjadi sinyal lain agar memudahkan proses transmisi
Amplitudo Modulation (AM) Frequency Modulation (FM) Pulse Code Modulation (PCM)
36
5.1 AM
• Amplitudo dari frekwensi Carrier diubah-ubah sesuai dengan amplitudo sinyal informasi
Modulator AMSinyal Informasi Sinyal AM
Sinyal Carrier
37
5.2 FM
Frekwensi Carrier diubah-ubah sesuai dengan frekwensi sinyal informasi
Modulator AMSinyal Informasi
Sinyal Carrier
Sinyal FM
38
5.3 PCM Sisi Kirim
Sampling,Compressing, Quantizing, Coding Sisi Terima
Decoding,Expanding,Low Pass Filter
Sampling
R
Compressor Quantizing
ExpandorCh Gate
Coding T
Decoding
CH.1
CH.n
LPF
LPF
CH.1
CH.n
LPF
LPF
Transmisi
39
5.3.1 Sampling
Adalah proses modulasi amplitudo yang merupakan langkah persiapan untuk merubah sinyal analog menjadi sinyal digital atau sinyal PAM
LPFSinyal Input
Freq Sampling
Sinyal PAM
40
5.3.2 Quantizing Adalah proses awal untuk merubah sinyal
PAM menjadi susunan digit, dimana sinyal hasil sampling dihargakan pada tegangan pembanding terdekat
Quantisasi Uniform Quantisasi Non-Uniform
Sinyal PAM Sinyal PAM Ter-Kuantisasi
41
5.3.4 Coding
Pada tahapan ini semua sinyal yang sudah dikuantisasi diubah menjadi kode 8 bit
S A B C W X Y Z S = Polaritas sinyal PAM ABC = Nomor Segmen dalam 0 s/d 7
(biner) WXYZ = Nomor interval 0 s/d 15
(Biner)
42
5.3.5 Alternate Mark Inverse (AMI) Code
Untuk setiap Mark (tanda) / Bit “1” yang berurutan akan dinyatakan dengan tegangan (+) dan tegangan (-) secara bergantian
Untuk setiap Space / Bit “0” akan dinyatakan dengan tegangan 0
Dapat digunakan pada sistim transmisi saluran
Kelemahannya adalah jika terdapat bit “0” yang panjang , akan menyulitkan penerjemahan disisi penerima
43
5.3.6 HDB-3 Code
Penyempurnaan dari AMI code Jika terdapat deretan bit “0” sebanyak
4 bit , maka bit “0” yang keempat akan dirubah menjadi Mark , dan disebut sebagai bit Violation
Biasa digunakan pada sistim multiplex Ordo-1 s/d Ordo-3
44
Terdiri dari dua level yaitu height dan low Untuk bit “1” yg berurutan dikodekan
dengan height atau low secara bergantian di sepanjang interval waktunya
Untuk bit “0” setengah interval waktunya dikodekan dengan height dan setengahnya dengan low
Bidang spektrumnya sangat besar sehingga efektif hanya untuk jarak pendek
5.3.7 Code Mark Inverse / CMI
45
Re-Shaping (Pembentukan kembali) , prosesnya melalui penggunaan Equalizer dan amplifier
Re-Timing (Pengambilan sinyal clock), prosesnya melalui Clock Extraction / Clock Retrieval
Re-Generating (Pembangkitan kembali) prosesnya melalui penggunaan Comparator
5.3.8 Regenerasi sinyal Digital
46
INSTRUKTUR : AHMAD DJUNAEDI/ 611108
BIDANG :
*> TRANSMISI SERAT OPTIK*> MODULASI/ DEMODULASI
47
Sistem Transmisi Serat Optik terdiri dari : Pemancar Optik (Optical Transmitter)
Berfungsi merubah sinyal elektris menjadi sinyal optik / cahaya
Terdiri dari LED (Light Emitting Diode) daya tinggi atau Diode Laser
Kabel Serat Optik Berupa selubung fiber gelas dengan ukuran yg sangat
kecil, dengan diameter 5 mikrometer s/d 250 mikrometer Terbuat dari material kelas tinggi yang bebas air Berfungsi memandu cahaya / jalan cahaya dari pengirim
ke penerima Penerima Optik (Optical Receiver)
Berfungsi mengubah sinyal cahaya menjadi sinyal elektris
Menggunakan diode PIN atau APD (Avalanche Photo Diode)
6. Transmisi Serat Optik
48
Dapat mentransmisikan sinyal digital dengan data rate yang sangat tinggi
Kebal terhadap interferensi gelombang elektromagnetik
Memiliki redaman yang sangat kecil sehingga memungkinkan mentransmisikan sinyal s/d 100 km tanpa perlu menggunakan repeater
Tidak dapat disadap
6.1 Keuntungan Penggunaan Serat Optik
49
Kabel Serat Optik tidak dapat menyalurkan energi elektris, sehingga setiap terminal harus memiliki catuan tersendiri
Relatif Sulit pada saat Instalasi Bila putus , perbaikannya membutuhkan waktu
yang lama Memiliki rugi-rugi transmisi a.l :
Penghaburan Rayleigh (Rayleigh scatering loss) Penyerapan (Absorbtion Loss) Pembengkokan (Bending Loss) Refleksi Freshnel (Freshnel Loss)
6.2 Kerugian penggunaan Serat Optik
50
6.3 Konfigurasi Komunikasi Serat Optik
ELECTRICAL CCT
ELECTRICAL INTERFACE CODE CONVERTER
OLTE
LEDLASER DIODE
FIBER OPTIK CABLE
STEP INDEX MULTI MODEGRADED INDEX MULTIMODE
STEP INDEX MONOMODE
OLTE
APD DIODEPIN DIODE
CONNECTOR
51
MFUHFInfra RedUVSinar Rontgen
SinarGamma
6.3 Spektrum gelombang
1 pm 1 nm 1 µm 1 mm 1 m 1 km 1 Mm
LF
Cahaya nampak400 ~ 800nm
Panjang Gelombang (m)
52
Step Index Multimode Graded Index Multimode Step Index Monomode
6.4 Jenis-Jenis Fiber Optik
53
Index Bias Core Konstan Ukuran Core besar (50~250 mm) dan dilapisi cladding yang sangat
tipis Penyambungan core lebih mudah karena memiliki core yang besar Terjadi dispersi Hanya digunakan untuk jarak pendek dan transmisi data bit rate
yang rendah
6.4 Step Index Multimode
100 µm 140 µm
Index Biasn2
n1
54
Core terdiri dari sejumlah lapisan gelas yang memiliki index bias yang berbeda
Index bias tertinggi terdapat pada pusat core dan turun sampai dengan batas core dan cladding
Cahaya merambat karena diffraksi yang terjadi pada core sehingga rambatan cahaya sejajar dengan sumbu serat
Dispersi minimum Harganya lebih mahal dari Step Index karena proses pembuatannya lebih
sulit
6.5 Graded Index Multimode
50 µm 125 µm
55
Memiliki diameter core yang sangat kecil dibandingkan dengan ukuran claddingnya
Cahaya hanya merambat dalam satu mode saja yaitu sejajar dengan sumbu serat optik
Digunakan untuk transmisi data dengan bit rate tinggi
6.6 Step Index Single Mode
9 µm 125 µm
Index Biasn2
n1
56
7. Modulasi / Demodulasi Modulasi adalah proses menumpangkan sinyal
informasi kedalam gelombang pembawa Demodulasi adalah proses mengambil kembali
sinyal informasi yang ditumpangkan Teknik Modulasi / Demodulasi dilakukan dengan
mengubah parameter gelombang pembawa, antara lain :
Amplitudo Frekwensi Phasa
57
7.1 Jenis Modulasi Modulasi Analog
Modulasi Analog dengan carrier berbentuk gelombang sinus Modulasi Amplitudo (Amplitudo Modulation/AM) Modulasi Frekwensi (Frequency Modulation / FM) Modulasi Phasa (Phase Modulation / PM)
Modulasi analog dengan carrier berbentuk pulsa Modulasi Amplitudo Pulsa (Pulse Amplitudo Modulation/PAM) Modulasi Lebar Pulsa (Pulse Width Modulation / PWM) Modulasi Posisi Pulsa (Pulse Posisition Modulation / PPM)
Modulasi Digital Amplitudo Shift Keying (ASK) Frequency Shift Keying (FSK) Phase Shift Keying (PSK) Quadrature Amplitudo Modulation (QAM)
58
7.2 Modulasi Amplitudo
Modulator AMSinyal Informasi Sinyal AM
Sinyal Carrier
• Amplitudo dari frekwensi Carrier diubah-ubah sesuai dengan amplitudo sinyal informasi
59
7.3 Modulasi Frekwensi Frekwensi Carrier diubah-ubah sesuai dengan frekwensi
sinyal informasi
Modulator AMSinyal Informasi
Sinyal Carrier
Sinyal FM
60
7.4 Bandwidth & Spectrum
Amplitudo Amplitudo
Frekwensi
Ei/2
Ec
Ei/2
Fc-FiFc
LSB
Fc+Fi
USBSinyal AM
ma = Ei/Ec
BW = 2 Fi
FrekwensiFc
mf = 0.2
Sinyal FM
mf = DFc/Fm
BW = 2Fm (1+mF)
61
7.5 Modulasi Analog carrier pulsa
Sinyal Informasi
Sinyal PAM
Sinyal PWM
Sinyal PPM
62
7.6 Modulasi ASK
0 1 0 1 0 1 0 Sinyal Input
Sinyal Carrier
Sinyal ASK
63
7.7 Modulasi FSK
0 1 0 1 0 1 0 Sinyal Input
Sinyal Carrier
Sinyal FSK
64
7.8 Modulasi PSK
0 1 0 1 0 1 0 Sinyal Input
Sinyal Carrier
Sinyal PSK
65
7.9 Modulasi QAM
0 1 0 1 0 1 0 Sinyal Input
Sinyal Carrier
Sinyal QAM
Amplitudo dan fasa carrier berubah-ubah sesuai sinyal data
66
INSTRUKTUR : BAGUS NANDONO/ 630320
BIDANG :
*> PROPAGASI GELOMBANG RADIO*> KOMPONEN RADIO*> ANTENNA*> RADIO AKSES
67
Radio Tower
8. Propagasi Gelombang Radio
Adalah peristiwa perambatan gelombang radio dari antena pemancar ke antena penerima
Radio Tower
68
8.1 Ciri-ciri Gelombang Radio Gelombang Radio memiliki :
Sifat Gelombang Elektromagnetik , yaitu memiliki Kuat Medan Listrik (E) dan kuat medan magnet (H)
Arah rambatan Frekwensi Panjang gelombang Polarisasi Rumus Panjang gelombang
= c / f , dimana = panjang gelombang (m) , c = kecepatan cahaya (3.108 m/dt) , frekwensi (Hz)
69
8.2 Spektrum Frekwensi Radio Ground Wave / Surface Wave (Gelombang Tanah
VLF (Very Low Frequency) : 3 ~ 30 kHz LF (Low Frequency) : 30 ~ 300 kHz MF (Medium Frequency) : 300 ~ 3000 kHz ( 0.3 ~ 3 MHz ) Merambat mengikuti bentuk permukaan tanah Efektif dengan polarisasi vertikal
Sky Wave (Gelombang Angkasa) HF (High Frequency) : 3 ~ 30 MHz Merambat langsung keangkasa dan dipantulkan oleh lapisan ionosphere
Gelombang Ruang (Space Wave) VHF (Very High Frequency) : 30 ~ 300 MHz UHF (Ultra High Frequency) : 300 ~ 3000 MHz ( 0.3 ~ 3 GHz) SHF (Super High Frequency) : 3 ~ 30 GHz EHF (Extra High Frequency) : 30 ~ 300 GHz Perambatan pada ruang bebas agar bebas dari pengaruh redaman tanah maka :
untuk polarisasi vertikal , tinggi pemancar harus lebih dari 2 lambda untuk polarisasi horizontal harus lebih besar dari 0.1 lambda
70
8.3 Redaman ruang bebas (Free Space Loss / FSL)
FSL = 32.45 + 20 Log d + 20 Log f
FSL dalam satuan dB d Jarak antena pemancar - penerima dalam
satuan km f Frekwensi dalam satuan MHz
71
8,4 Fresnell Zone
d
a b
a + b - d = n x 0,5 L
n = bil bulat positif (1,2,…)
72
8.5 Line of Sight
t hc
hc >>> t
73
8.6 Multipath Fading
74
8.7 Loss Propagasi ditinjau dari daerah yang dilalui
Letak AreaFree Space Loss
92,44 + 20Log f (GHz) + 20 Log d (km)Kondisi Geografis
Metropolitan Area 69,5 + 26,16 log f - 13,82 log h1 - 3,2 (log 11,72 x h2 )2 - 4,97
+ (44,9-6,55 log h1) x log 4
Gedung bertingkat dgn
tinggi rata-rata 5
tingkat dan lebar jalan
lebih dari 15 m
Urban Area 69,5 + 26,16 log f - 13,82 log h1 - (1,1 log f - 0,7 ) x h2 - (1,56
log f - 0,8) + (44,9-6,55 log h1) x log 4
Gedung bertingkat
dengan tinggi kurang dari
5 tingkat dan lebar jalan
kurang dari 15 m
Sub-Urban Area 69,5 + 26,16 log f - 13,82 log h1 - (1,1 log f - 0,7 ) x h2 - (1,56
log f - 0,8) + (44,9-6,55 log h1) x log 4 - 2 log (f / 28)2 -5,4
Area dengan perumahan
padat dan pepohonan
Rural Area 69,5 + 26,16 log f - 13,82 log h1 - (1,1 log f - 0,7 ) x h2 - (1,56
log f - 0,8) + (44,9-6,55 log h1) x log 4 - 4,78 (log f )2 +18,33
log f
Sawah dan padang
rumput
75
9. Komponen Radio Komponen Radio adalah peralatan-peralatan
yang mempunyai fungsi pembangkitan, memproses dan menyalurkan atau mentransmisikan sinyal RF
Terdiri dari : Transmitter
Up Converter Power Amplifier
Receiver Down Converter RF Amplifier / AGC / LNA (Low Noise
Amplifier) Branching , Feeder dan Antena
76
9.1 Komponen Radio
MUX
DEMUX
MOD
DEM
TX
RX
Branchcircuit
CH BB IF RF
CH BB IF RF
77
9.2 Converter
S1 S1+S2
S2
S1
S2
S1+S2
MIXER
S1 S1 x S2
S2
S1
S2
S1 x S2
COMBINER
78
9.3 Up & Down Converter
IF INPUT
L.O
BPF
MIXER
RF OUTPUT
UP CONVERTER
RF INPUT
L.O
BPF
MIXER
IF OUTPUT
DOWN CONVERTER
79
9.4 Low Noise Amplifier (LNA)
AMPSinyal Input
Noise Input
Sinyal Output
Noise Output
Gain dan Noise Internal
Noise Figure NF =
(S/N) Input
(S/N) Input
80
9.5 Branching Circuit & Feeder
BPF
TX
BPF
TX
BPF
RX
BPF
RX
RF-1 RF-2 RF-1’ RF-2’
81
10. Antena Antena merupakan bagian dari sistim komunikasi radio yang
berfungsi untuk memancarkan / meradiasikan gelombang elektromagnetik
Antena memancarkan gelombang radio dari ouput pemancar (Transmitter) yang disalurkan melalui feeder ke arah antena.
Antena menerima gelombang radio untuk diteruskan kearah penerima (Receiver)
Gain Antena (dB) didefinisikan sebagai perbandingan intensitas radiasi maksimum suatu antena terhadap intensitas radiasi maksimum antena referensi, jika kedua antena tersebut memberikan daya yang sama.
Tahanan Radiasi suatu antena didefinisikan sebagai tahanan fiktif yang akan mendisipasikan daya yang akan diradiasikan jika antena tersebut dicatu dengan suatu gelombang elektromagnetik
Bandwidth Antena didefinisikan sebagai suatu range frekwensi dimana antena tersebut tetap memiliki kinerja yang baik
82
10.1 Antena Isotropic Adalah antena hipotesis yang digunakan sebagai acuan
model-model antena dipresentasikan sebagai sebuah titik yang memancarkan
gelombang radio kesegala arah sama besar Diagram Pancaran Antena Isotropic
Y
X
Y
Z
Z
X
83
10.2 Pola Radiasi dan Beamwidth0
30
60
90
330
300
120
270
240
150210180
84
10.3 Antena Dipole 1/2 Sebuah kawat tunggal dengan panjang 1/2 panjang
gelombang yang dipancarkan Dicatu pada titik tengah Diagram pancaran adalah biderectional dengan arah tegak
lurus thd antena Gain antena adalah 1.64 Isotropic atau 2.15 dBi Beamwidth 780
1/2 Panjang gelombang
I Max
Input
85
10.4 Antena Yagi Terdiri dari beberapa elemen Strukturnya terdiri dari satu elemen driven (diberi catuan
sinyal) dan beberapa elemen parasitik (sebagai penyearah) Driven Elemen biasanya antena dipole 1/2 Parasitik elemen disebut sebagai Director , jika elemen
tersebut meradiasikan kembali daya kearah yang sama dengan arah daya yang diinduksikan oleh Driven elemen
Parasitik elemen disebut sebagai Reflector, jika elemen tersebut meradiasikan kembali daya kearah yang berlawanan dengan arah daya yang diinduksikan Driven Elemen
Gain Antena Yagi 7 dB
86
10.5 Antena Parabola
Terdiri dari Antena Pencatu (Feed Horn) Elemen Parasitik Refektor berbentuk Parabola Gain Antena 40 ~ 55 dBi
87
11. System Protection
Hot Standby
Twin Path Standby system
MOD
MOD
TX.1
TX.2
f1
f2
f1 = f2
MOD
MOD
TX.1
TX.2
f1
f2
f1 = f2
88
11. Radio Akses Radio Akses / JarLokAr Adalah sistem transmisi
radio yang digunakan untuk menghubungkan antara Sentral Telepon ke Pelanggan sebagai media alternatif pengganti Jaringan kabel
Apabila pada saat pemilihan jenis Jarlokar dilakukan dengan seksama maka jika dibandingkan dengan Jaringan Kabel , biaya investasi yang diperlukan JarLokAr akan lebih murah dibandingkan JarLokKab, yaitu antara $300 dibandingkan $1.000
Keterbatasan yang paling menonjol dalam penerapan teknologi JarLokAr adalah terbatasnya penggunaan spektrum Frekwensi
89
11.1 Konfigurasi Jaringan Akses Radio
LOKALEXCHANGE
RK
BS
DP
Radio Tower
TERMINAL
90
11.2 Keuntungan dan Kerugian Keuntungan :
Kapasitas fleksible Dapat dikonfigurasikan sesuai dengan kondisi wilayah pelayanan
dan kepadatan telepon per penduduk Percepatan Instalasi Mampu melayani wilayah yang cukup luas
Kelemahan Keterbatasan Spektrum Frekwensi Interferensi
91
11.3 Jenis Radio Akses Ditinjau dari arah penggunaan kanal
Dedicated Channel Mode ( Point to Point ) Shared Channel Mode ( Point to Multipoint ) / Multi Akses
Ditinjau dari segi mobilitas pelanggan Fixed Radio Akses
IRT (Integrated Rural Telephony) STJJ Ultraphone WLL
Mobile Radio Akses STB Cellular Telephone
92
11.4 Effisiensi Spektrum Frequency
Meningkatkan jumlah kanal radio pada band frequency sempit dengan metoda Spread Spectrum atau Time Division
Menggunakan Metoda Frequency Re-Use Menggunakan Metode Frequency
management dan Channel Assignment
93
11.5 Multiple Access Adalah suatu teknik transmisi yang memungkinkan
suatu titik catuan dapat diakses oleh beberapa titik tanpa saling mengganggu
Jenis Transmisi Multiple Akses FDMA (Frequency Division Multiple Access TDMA (Time Division Multiple Access) CDMA (Code Division Multiple Access)
94
11.6 FDMA (Frequency Division Multiple Access)
Setiap Link Komunikasi pada teknik FDMA terdiri dari satu pasang frequency, yaitu frequency kirim dan terima
Untuk komunikasi kapasitas besar, teknik FDMA sudah jarang digunakan , karena bidang frekwensi yang diperlukan sangat lebar
Amplitudo
Time
Frequencyf1 f2 f3 f1’ f2’ f3’
95
11.7 TDMA (Time Division Multiple Access)
TDMA menggunakan prinsip pemakaian frekwensi tunggal dengan pembagian waktu pengiriman menjadi slot-slot yang berbeda untuk setiap remote station
Pada saat tidak melakukan komunikasi , Remote station memancarkan dan menerima informasi pada periode waktu yang cukup pendek / Burst
Sistem ini di terapkan pada perangkat IRT (Fixed) dan DAMPS (Mobile)
Amplitudo
Timet1 t2 t3 tn
Guard Time
96
11.8 FDMA - TDMA Teknik TDMA/FDMA merupakan gabungan dari teknik TDMA / FDMA ,
teknik ini menggunakan beberapa pasang kanal frekwensi radio (FDMA) yang mana pada setiap kanal frekwensi radio tersebut dibagi-bagi menjadi beberapa slot waktu (TDMA)
Penerapan FDMA - TDMA Fixed Station
Ultraphone Mobile Station
Cellular Amplitudo
Frequencyf1 f2 f3 f1’ f2’ f3’
Time
97
11.9 TDD - FDMA TDD = Time Division Duplex TDD adalah teknik yang memungkinkan sebuah frequency dapat
digunakan sekaligus sebagai frekwensi kirim dan frekwensi terima TDD dilakukan dengan cara membagi satu frekwensi menjadi dua
time slot untuk kirim dan terima Dengan teknologi TDD maka kapasitas kanal dengan teknik FDMA
menjadi dua kali lipat Diterapkan pada sistem CT-2 (Cordless Telephone - 2)
Amplitudo
Frequencyf1 f2 f3 f4 f5 fn
TimeTX RX
98
11.10 TDMA/TDD/FDMA Teknologi ini merupakan pengembangan dari
teknologi TDD/FDMA Diterapkan pada sistim DECT (Digital European
Cordless Telephone)
Amplitudo
Frequencyf1 f2 f3 f4 f5 fn
TimeTX1 RX1 TX2 RX2
99
11.11 CDMA (Code Division Multiplex Access)
Teknik CDMA disebut juga sebagai teknik spread spectrum (tersebar) , karena menggunakan spectrum frekwensi yang lebih lebar dibandingkan dengan rate informasi yang dikirimkan
CDMA dilakukan dengan dua metoda , yaitu : Metoda direct sequence CDMA (DS-CDMA) , dan Metoda Frequency Hopping CDMA (FH-CDMA) Seluruh remote station yang ada mengirimkan dan
menerima informasi ke central station pada lebar bidang frekwensi dan time slot yang sama
Pengenalan link setiap remote station dilakukan dengan cara melihat kode urutan “Pseudo-Noise Sequence”
Kebal thd Jamming dan Interference
100
DS-CDMA dilakukan dengan cara mengalikan data informasi yang dikirimkan dengan deretan Pseudo Noise Sequence , dan pada bagian terima data informasi dapat dikenali dengan mengalikan spread spectrum tsb dengan PN Sequence yang berpola sama
FH-CDMA dilakukan dengan mengatur synthesizer frekwensi pemancar dengan PN Sequence sehingga frekwensi carrier akan meloncat-loncat dengan pola loncatan sesuai dengan PN Sequence yang sama
Digunakan pada sistem Fixed dan Cellular telephone
Amplitudo
Frekwensi
Time
Harian : Pemeriksaan yang sifatnya phisik.Misalnya : *> Pemeriksaan kebersihan ruangan &
perangkat *> Pemeriksaan alarm & lampu-lampu
indikatorMingguan : Pembersihan phisikMisalnya : *> Pembersihan ruangan & perangkat *> Meter Reading (penggunaan VU Meter)Bulanan : Pengecekan saluran phisikMisalnya : *> Kelenturan fiber optik (KU) *> Tiang & accessories KU *> Pembabatan pohon & alang-alang sekitar
rute *> Pengecekan pipa, pondasi untuk rute KT
*> Pemeriksaan kondisi man-hole, hand-hole dll.
SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK (SKSO)
PEMELIHARAAN
Tahunan : Pemeriksaan kualitas sistem (over all test)
Misalnya : *> Pengukuran : - Output Power
- Receive Sensitivity Level- Bit Error Rate (BER)- Power Suplly
*> Pengetesan :- Fungsi Software & Hardware- Supervisory & Control
SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK (SKSO)
PEMELIHARAAN
Harian : Pemeriksaan yang sifatnya phisik.Misalnya : *> Pemeriksaan kebersihan ruangan &
perangkat *> Pemeriksaan alarm & lampu-lampu
indikator
Mingguan : Pembersihan phisikMisalnya : *> Pembersihan ruangan & perangkat *> Meter Reading (penggunaan VU Meter)
Bulanan : Setting hasil pengukuran Meter ReadingMisalnya : *> Pengukuran AGC Volt *> Pengukuran Tx Power *> Pengukuran Power Supply
PEMELIHARAAN RADIO LINK DIGITAL
Tahunan : Pemeriksaan kualitas sistem (over all test)Misalnya : *> Pengukuran : - Output Level Local Oscillator
- Level & Frequency IF- Output Power RF- AGC Characteristic- Bit Error Rate (BER)- Power Suplly
*> Pengecekan Menara/ Tower :- Lampu Tower- Pemeriksaan phisik & pengecatan- Pengencangan baut/ mur
PEMELIHARAAN RADIO LINK DIGITAL