-
7
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Perilaku Kekerasan
1. Definisi Perilaku Kekerasan
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan fisik, baik kepada diri sendiri maupun
orang lain. Sering juga disebut gaduh atau amuk dimana seseorang yang
marah berespon terhadap suatu stressor dengan gerakan motorik yang tidak
terkontrol, sehingga menimbulkan masalah bagi dirinya sendiri maupun orang
lain (Yosep, 2010).
Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai orang lain secara fisik maupun psikologis seseorang, sehingga
perilaku kekerasan tidak hanya melukai fisik seseorang saja tetapi juga
berdampak pada psikologis ( Berkowith, 1993) dalam Nita Fitria, 2012).
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang, baik secara fisik maupun psikologis. Perilaku kekerasan
juga dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain dan
lingkungan (Keliat, 2012).
Jadi resiko perilaku kekerasan adalah perasaan marah, jengkel, emosi yang
meluap sebagai respon terhadap kecemasan atau kebutuhan yang tidak
terpenuhi sehingga mengakibatkan hilangnya kontrol kesadaran diri dimana
http://repository.unimus.ac.id
http://repository.unimus.ac.id
-
8
individu bisa berperilaku menyerang atau melakukan tindakan yang dapat
membahayakan diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
2. Rentang Respon Marah
Respon Adaptif Respon Maladaptif
Asertif Frustasi Pasif Agresif Kemarahan
Gambar rentang respon
marah (Yosep,2010)
Dari rentang marah dapat berbentuk adaptif dan maladaptif yang meliputi :
a. Asertif
Klien mampu mengungkapkan marah tanpa menyelahkan orang lain
dan memberikan kelegaan.
b. Frustasi
Klien gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan tidak
menemukan alternatifnya.
c. Pasif
Klin merasa tidak dapat mengungkapkan perasaannya tidak berdaya
dan menyerah.
http://repository.unimus.ac.id
http://repository.unimus.ac.id
-
9
d. Agresif
Klien mengekspresikan secara fisik, tapi masih terkontrol,
mendorong orang laiin dengan ancaman.
e. Kemarahan
Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat dan hilang kontrol
disertai amuk, merusak lingkungan.
3. Etiologi Perilaku Kekerasan
Menurut Yosep & Titin (2014) perilaku kekerasan mempunyai faktor
penyebab yaitu :
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor psikologis
Pandangan psikologi terhadap perilaku agresif seseorang, yang
mendukung pentingnya peran dari perkembangan predisposisi atau
pengalaman hidupnya. Contohnya seperti:
a). Kerusakan otak organik, retradasi mental, sehingga tidak
mampu menyelesaikam masalah secara efektif
b). Severe emotional atau rejeksi yang berlebihan pada masa
kanak-kanak, perusakan hubungan dan saling percaya serta harga
diri.
c). Terpapar kekerasan selama perkembangan dan kekerasan dalam
keluarga.
http://repository.unimus.ac.id
http://repository.unimus.ac.id
-
10
2) Faktor sosial budaya
Agresi dapat dipelajari melalui observasi atau imitasi dan sering
mendapatkan kekuatan makan akan sering juga kemungkinan
besar terjadi. Seseorang akan berespon terhadap kebangkitan
emosionalnya secara agresif dengan respon yang di pelajarinya,
pembelajaran ini bisa eksternal atau internal. Kultural juga dapat
pula mempengaruhi perilaku kekerasan. Adanya norma yang
membantu mendefinisikan ekspresi agresif mana yang dapat di
terima dan mana yang tidak dapat di terima. Sehingga dapat
membantu individu untuk mengekpresikan marah dengan cara
asertif.
3) Faktor biologis
Penelitian neurobiologi pada hewan mendapatkan bahwa adanya
pemberian stimulus elektris ringan pada hipotalamus (yang
berada di tengah sistem limbic) binatang ternyata menimbukan
perilaku agresif. Kerusakan fungsi limbic (untuk emosi dan
perilaku), lobus frontal (unuk pemikiran rasional), dan lobus
temporal (untuk interpretasi indra penciuman dan memori). Neuro
transmitter yang sering dikaitkan dengan perilaku agresif :
serotonin, dopamine, norepinephrine, acetilcolin, dan asam amino
GABA.
http://repository.unimus.ac.id
http://repository.unimus.ac.id
-
11
b. Faktor Presipitasi
Menurut Yosep (2010) faktor yang dapat mencetuskan perilaku
kekerasan seringkali berkaitan dengan:
1) Ekspresi diri, ingin menunjukan eksistensi diri atau symbol
solidaritas.
2) Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi social
ekonomi.
3) Kesulitan dalam mengomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta
tidak menggunakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung
melakukan kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
4) Ketidakpastian ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan
ibu dalam menempatkan dirinya sebagai seorang yang dewasa.
5) Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat
dan alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat
menghadapi rasa frustasi.
6) Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan,
perubahan tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan
keluarga.
4. Mekanisme koping
Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada pasien marah
untuk melindungi diri antara lain :
http://repository.unimus.ac.id
http://repository.unimus.ac.id
-
12
a. Sublimasi
Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia. Artinya dimata
masyarakat unutk suatu dorongan yang megalami hambatan
penyalurannya secara normal. Misalnya seseorang yang sedang marah
melampiaskan kemarahannya pada objek lain seperti meremas remas
adona kue, meninju tembok dan sebagainya, tujuannya adalah untuk
mengurangi ketegangan akibat rasa amarah (Mukhripah Damaiyanti,
2012).
b. Proyeksi
Menyalahkan orang lain kesukarannya atau keinginannya yang tidak
baik, misalnya seorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia
mempunyai perasaan seksual terdadap rekan kerjanya, berbalik
menuduh bahwa temannya tersebut mencoba merayunya. (Mukhripah
Damaiyanti, 2012).
c. Represi
Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk
kedalam sadar. Misalnya seorang anak sangat benci pada orang tuanya
yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang
diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua merupakan hal
yang tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan. Sehingga perasaan benci itu
ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakanya (Mukhripah
Damaiyanti, 2012).
http://repository.unimus.ac.id
http://repository.unimus.ac.id
-
13
d. Reaksi formasi
Mencegah keinginan yang berbahaya bila di ekspresikan
dengan melebih lebihkan sikap dan perilaku yan berlawanan dan
menggunakan sebagai rintangan, misalnya seseorang yang tertarik
pada teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut dengan
kuat (Mukhripah Damaiyanti, 2012).
e. Deplacement
Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan pada objek
yang tidak begitu berbahaya, seperti pada mulanya yang
membangkitkan emosi, misalnya : Dino berusia 4 tahun marah karena
dia baru saja mendapatkan hukuman dari ibunya karena menggambar
didinding kamarnya. Dia mulai bermain perang-perangan dengan
temannya (Mukhripah Damaiyanti, 2012).
5. Manifestasi Klinis
Menurut Stuart, 2009 ada lima aspek :
a. Fisik : muka merah, pandangan tajam, nafas pendek, berkeringat,sakit
fisik, penyalahgunaan zat, tekanan darah meningkat.
b. Verbal : suara keras, mengancam, rasa terganggu, tidak mampu
berkomunikasi dengan jelas.
c. Intelektual : meliputi mendominasi, bawel, berdebat, meremehkan.
d. Sosial : menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan,
humor.
http://repository.unimus.ac.id
http://repository.unimus.ac.id
-
14
e. Spiritual : meliputi keraguan, kebijakan atau keberanian diri, tidak
bermoral, kreatifitas terhambat.
6. Tanda dan Gejala
Menurut (Direja, 2011) perilaku kekerasan mempunyai tanda dan gejala
yang muncul. Tanda dan gejala tersebut yaitu :
a. Fisik
Muka tegang, mata melotot atau pandangan tajam, tangan mengepal,
rahang mengatup, wajah merah dan tegang, postur tubuh kaku,
pandangan tajam, mengatupkan rahang dengan kuat, mengepalkan
tangan, berjalan mondar-mandir.
b. Verbal
Bicara kasar, suara tinggi (membentak/berteriak), mengancam secara
fisik atau verbal, mengumpat dengan kata-kata kotor, suara keras,
ketus
c. Perilaku
Contohnya seperti melempar atau memukul benda atau orang lain,
menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang lain, merusak
lingkungan, amuk/agresif.
d. Emosi
Tidak adekuat, tidak nyaman, dan aman, merasa terganggu, dendam,
jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi,
menyalahkan, dan menuntut.
http://repository.unimus.ac.id
http://repository.unimus.ac.id
-
15
e. Intelektual
Mendominasi, cerewet, berbicara kasar, berdebat, meremehkan dan
sarkasme.
f. Social
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan dan sindiran.
g. Perhatian
Bolos, mencuri, melarikan diri, dan penyimpangan seksual.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan pasien perilaku kekerasan menurut (Yosep Iyus, 2014) :
1. Pengkajian
a. Aspek Biologis
Respon fisiologis timbul karena system saraf bereaksi terhadap
sekresi epinerin sehingga tekanan darah meningkat, takikardi, muka
merah, pupil melebar, pengeluaran urin meningkat. Ada gejala yang
sama dengan kecemasan seperti meningkatkan kewaspadaan,
ketegangan otot seperti rahang terkatup, tangan di kepal, tubuh kaku
dan reflek cepat. Hal ini disebabkan oleh energi yang dikeluarkan
saat marah bertambah.
b. Aspek Emosional
Individu marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya, jengkel,
frustasi dendam, ingin berkelahi, ngamuk, bermusuhan, sakit hati,
menyalahgunakan, dan menuntut. Perilaku menarik perhatian dan
http://repository.unimus.ac.id
http://repository.unimus.ac.id
-
16
timbulnya konflik pada diri sendiri perlu dikaji seperti melarikan diri,
bolos sekolah, mencuri, menimbulkan kebakaran, dan penyimpangan
seksual.
c. Aspek Intelektual
Sebagian besar pengalaman hidup individu di dapatkan melalui
proses intelektual, peran panca indra sangat penting untuk beradaptasi
dengan lingkungan yang selanjutnya diolah dalam proses intelektual
sebagai suatu pengalaman.
d. Aspek Sosial
Meliputi interkasi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan
ketergantungan. Emosi marah sering merangsang kemarahan orang
lain dan menimbulkan penolakan bagi orang lain. Pasien seringkali
menyalurkan kemarahan dengan mengkritik tingkah laku yang lain
sehingga orang lain merasa sakit hati dengan mengucapkan kata-kata
kasar yang berlebihan disertai suara keras. Proses tersebut dapat
mengasingkan individu sendiri, menjauhkan diri dari orang lain.
e. Aspek Spiritual
Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu
dengan lingkungan. Hal yang bertentangan dengan norma yang
dimiliki dapat menimbulkan kemarahan yang dimanifestasikan dengan
amoral dan rasa tidak berdosa. Individu yang percaya kepada Tuhan
Yang Maha Esa, selalu meminta dan bimbingan kepada-Nya.
http://repository.unimus.ac.id
http://repository.unimus.ac.id
-
17
2. Pohon Masalah
Perilaku kekerasan
Masalah utama
Harga diri rendah
Keterangan :
a. Perilaku Kekerasan
1). Data subyektif : Pasien mengatakan benci atau kesal pada
seseorang. Pasien suka membentak dan menyerang orang yang
mengusiknya jika sedang kesal atau marah. Riwayat perilaku
kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
2). Data objektif : Mata merah, wajah agak merah, nada bicara tinggi
dan keras, bicara menguasai, ekspresi marah saat membicarakan
seseorang, pandangan tajam, melempar barang-barang dan
memecahkan kaca atau barang disekitarnya.
b. Resiko Menciderai Diri Sendiri, Orang Lain dan Lingkungan
1) Data subyektif : Pasien mengatakan marah dan jengkel kepada
orang lain, ingin membunuh, ingin membakar atau mengacak-ngacak
lingkungannya.
Resiko perilaku kekerasan
http://repository.unimus.ac.id
http://repository.unimus.ac.id
-
18
2) Data objektif: Pasien mengamuk, merusak dan melempar barang-
barang, melakukan tindakan kekerasan pada orang-orang di
sekitarnya. (Dalami, 2009).
c. Harga Diri Rendah
1) Data subjektif : Pasien merasa tidak mampu, malu, merendahkan
dirinya, menyalahkan dirinya dengan masalah yang terjadi pada
dirinya.
2) Data objektif : Pasien terlihat tidak menerima keadaaan yang
dialami sekarang.
3. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko perilaku kekerasan.
b. Gangguan konsep diri : harga diri rendah.
http://repository.unimus.ac.id
http://repository.unimus.ac.id
-
19
4. Rencana Tindakan Keperawatan
Menurut Fitria (2010)
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI
KEPERAWATAN
Perilaku kekerasan Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x
pertemuan diharapkan pasien
dapat mengontrol perilaku
kekerasan dengan,
Kriteria hasil :
1. Membina hubungan
saling percaya
2. Klien dapat
mengidentifikassi
penyebab perilaku
kekerasan.
3. Klien dapat
mengidentifikassi
tanda-tanda perilaku
kekerasan.
4. Klien dapat
menyebutkan jenis
1. Bina hubungan
saling percaya :
- Mengucapkan salam
terapeutik dan
berjabat tangan.
- Memperkenalkan
diri dengan sopan.
- Menanyakan nama
lengkap dan nama
panggilan yang
disukai klien.
- Menjelaskan tujuan
interaksi.
- Membuat kontrak
topik, waktu, dan
tempat setiap kali
bertemu dengan
klien.
http://repository.unimus.ac.id
http://repository.unimus.ac.id
-
20
perilaku kekerasan
yang pernah
dilakukannya.
5. Klien dapat
menyebutkan akibat
dari perilaku
kekersan yang
dilakukannya.
6. Klien dapat
menyebutkan cara
mengontrol perilaku
kekerasannya dengan
teknik memukul
bantal.
7. Klien dapat
mengontrol perilaku
kekerasannya dengan
cara teknik memukul
bantal.
2. Diskusikan dengan
klien penyebab
perilaku kekerasan.
3. Diskusikan dengan
klien tanda-tanda
perilaku kekerasan.
4. Diskusikan dengan
klien jenis perilaku
kekerasan yang
pernah
dilakukannya.
5. Diskusikan dengan
klien akibat dari
perilaku kekersan
yang dilakukannya.
6. Menjelaskan
tindakan yang bisa
dilakukan untuk
mengontrol marah
dengan teknik
memukul bantal.
7. Mengajarkan cara
mengendalikan
http://repository.unimus.ac.id
http://repository.unimus.ac.id
-
21
marah dengan teknik
memukul bantal dan
memasukan ke
dalam jadwal harian.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai tindakan
keperawatan pada klien. Evalusi dilakukan terus menerus pada respon
klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluassi
dapat dibagi menjadi dua, yaitu evalusi proses atau formatif dilakukan
setiap selesai melaksanakan tindakan, evaluasi hassil atau sumatif
dilakukan dengan membandingkan respon klien pada tujuan khusus dan
umum yang telah ditentukan. Evaluasi dapat dilakukan dengan
menggunakan pendekatan SOAP, sebagai pola pikir.
Adapun hasil tindakan yang ingin dicapai pada pasien dengan
perilaku kekerasan antara lain :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
b. Klien dapat mengenal penyebab perilaku kekerasan yang dialaminya.
c. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
d. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang pernah
dilakukan.
e. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
http://repository.unimus.ac.id
http://repository.unimus.ac.id
-
22
f. Klien dapat mengontrol atau mengendalikan perilaku kekerasan.
g. Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan.
h. Klien menggunakan obat sesuai program yang telah ditentukan.
Fitria (2010).
C. Konsep Evidance Based Nursing Practice
Teknik memukul bantal dimaksudkan untuk memulihkan gangguan
perilaku yang terganggu maladaptif menjadi perilaku yang adaptif (mampu
menyesuaikan diri). Kemampuan adaptasi penderita perlu dipulihkan agar
penderita mampu berfungsi kembali secara wajar (Kaplan dan Sadock,
2005). Untuk mengurangi resiko menciderai diri atau orang lain dikarenakan
status emosi pasien, maka perlu dilakukan terapi yang berguna untuk
menyalurkan energi ynag konstruktif dengan cara fisik, salah satunya adalah
teknik memukul bantal (Keliat, 2002). Teknik ini digunakan agar energi
marah yang dialami oleh pasien dapat tersalurkan dengan baik sehingga tidak
menciderai diri dengan orang lain dan adaptasi menjadi adaptif.
Hasil penelitian sebelumnya oleh (Hastuti, 2011), teknik memukul
bantal berpengaruh dalam penurunan emosi (marah) pada klien
skizofrenia di RSJ Daerah Dr RM Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah.
Teknik memukul bantal merupakan teknik untuk meluapkan energi marah
secara konstruktif agar perilaku yang maladaptif menjadi perilaku yang
adaptif. Teknik ini digunakan pada pasien yang memiliki resiko perilaku
kekerasan, dan dapat digunakan pada saat pasien mengalami peningkatan
http://repository.unimus.ac.id
http://repository.unimus.ac.id
-
23
status emosi (marah). Adapun cara teknik memukul bantal dengan posisi
duduk, bantal diletakkan di pangkuan, tarik nafas dalam, tahan kemudian
ditahan sejenak, tangan mengepal dan pukulkan pada bantal
sekencang-kencangnya.
http://repository.unimus.ac.id
http://repository.unimus.ac.id