-
7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah
1/76
IMPLIKASI KURIKULUM KTSP BERKARAKTER TINGKAT MA
TERHADAP PERILAKU KESEHARIAN PESERTA DIDIK
DI MADRASAH ALIYAH ALKHAIRAAT PUSAT PALU
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada Jurusan Kependidikan Islam (KI)
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (F.TIK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palu
Oleh :
LUKMANNIM 09.1.03.0193
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PALU
2014
-
7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah
2/76
ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Dengan penuh kesadaran, Penulis yang bertanda tangan di bawah ini,
menyatakan bahwa skripsi dengan judul IMPLIKASI KURIKULUM KTSP
BERKARAKTER TINGKAT MA TERHADAP PERILAKU KESEHARIAN
PESERTA DIDIK DI MADRASAH ALIYAH ALKHAIRAAT PUSAT PALU
benar adalah hasil karya penulis sendiri. Jika dikemudian hari terbukti bahwa ia
merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat orang lain secara keseluruhan atau
sebagaian, maka skripsi ini dan gelar yang diperoleh karenanya, batal demi hukum.
Palu, 26 September 2014 M
01 Dzulhijjah 1435 H
Penulis,
LUKMAN
NIM 09.1.03.0193
-
7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah
3/76
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi yang berjudul IMPLIKASI KURIKULUM KTSP
BERKARAKTER TINGKAT MA TERHADAP PERILAKU KESEHARIAN
PESERTA DIDIK DI MADRASAH ALIYAH ALKHAIRAAT PUSAT PALU,
disusun oleh LUKMAN dengan Nim. 09.1.03.0193, Mahasiswa Jurusan
Kependidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Palu, setelah dengan seksama meneliti dan mengoreksi skripsi yang
bersangkutan, maka masing-masing pembimbing memandang bahwa skripsi
tersebut telah memenuhi syarat-syarat ilmiah dan dapat diajukan untuk diujikan di
hadapan Dewan Penguji.
Palu, 26 September 2014 M
01 Dzulhijjah 1435 H
Pembimbing I, Pembimbing II,
Drs. Azma, M.Pd.
Nip. 19660221 199303 1 004
Drs. Muhammad Nur Korompot,
M.Pd.
Nip. 19670110 199203 1 003
-
7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah
4/76
iv
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi Saudara atas nama : LUKMAN, NIM: 09.1.03.0193, dengan judul:
Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat MA Terhadap Perilaku
Keseharian Peserta Didik di Madrasah Aliyah Alkhairaat Pusat Paluyang
telah dimunaqasyahkan oleh Dewan Penguji pada hari Selasa 26 Agustus 2014 M,
yang bertepatan dengan tanggal 29 Syawal 1435 H, dipandang bahwa skripsi
tersebut telah memenuhi kriteria penulisan karya ilmiah, dan dapat diterima sebagai
persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Program Studi Kependidikan Islam
dengan beberapa perbaikan.
DEWAN PENGUJI
Jabatan Nama Tanda Tangan
Ketua Dr. Rusdin Husain, M.Pd.
Sekretaris Drs. Syahril, M.A.
Munaqisy I Drs. H. Abd. Halim Mubin, M.Pd.I.
Munaqisy II Hamka, S.Ag., M.Ag.
Pembimbing I Drs. Azma, M.Pd.
Pembimbing II Drs. Muhammad Nur Korompot, M.Pd.
Mengetahui:
Dekan Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan
Dr. H. Yusra, M.Pd.
NIP. 19680601 199803 1 003
Ketua Jurusan Kependidikan Isla
Drs. Syahril, M.A.
NIP. 19630401 199203 1 004
-
7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah
5/76
v
KATA PENGANTAR
.
.
Puji dan Syukur senantiasa Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan nikmat, taufik dan hidayah-Nya berupa kesehatan dan keafiatan,
sehingga Penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Tak lupa pula shalawat beriring salam Penulis kirimkan kepada Baginda
Rasulullah SAW yang telah membimbing umatnya dari jalan yang gelap menuju
jalan terang benderang seperti yang kita rasakan sampai sekarang ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak luput dari
kesalahan dan kekurangan,oleh karena itu Penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak.
Penyusunan skripsi ini dapat terwujud karena adanya bimbingan dan bantuan
serta dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini Penulis
menyampaikan terimah kasih yang sebesar-besarnya kepada :
-
7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah
6/76
vi
1. Kepada Ayahanda Ruslan Pakaya dan Ibunda Amasia yang telah bersusah
payah membesarkan dan membiayai Penulis sampai ke jenjang pendidikan
perguruan tinggi.
2. Bapak Prof. Dr. H. Zainal Abidin, M.Ag., selaku Rektor IAIN Palu yang
telah berhasil memimpin lembaga pendidikan tersebut sebagai lembaga
dimana Penulis menyelesaikan studi.
3. Bapak Dr. H. Yusra, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan IAIN Palu.
4. Bapak Drs. Azma, M.Pd., selaku pembimbing I, dan Bapak Drs.
Muhammad Nur Korompot, M.Pd., selaku pembimbing II, yang dengan
ikhlas telah membimbing Penulis dalam menyusun skripsi ini hingga
selesai sesuai harapan.
5.
Bapak Drs. Muhammad Nur Korompot, M.Pd., Kepala Perpustakaan IAIN
Palu yang selalu membantu dalam pengadaan buku untuk keperluan dalam
Penulisan skripsi ini.
6. Bapak Drs. Moh. Farhan, selaku Kepala Madrasah Aliyah Alkhairaat Pusat
Palu beserta jajarannya, yang telah membantu Penulis melakukan penelitian
guna penyelesaian penyusunan skripsi.
7. Seluruh Dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Palu, khususnya
Jurusan Kependidikan Islam yang telah mendidik dan memberikan bekal
ilmu pengetahuan kepada Penulis selama berada di bangku kuliah.
8. Semua pihak yang telah membantu Penulis selama berada dibangku kuliah
yang tidak dapat di sebutkan satu persatu.
-
7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah
7/76
vii
Akhir kata, semoga segala bantuan dan partisipasi yang telah di berikan
kepada Penulis mendapat ganjaran yang setimpal dari Allah SWT. Amin.
Palu, 26 September 2014 M
01 Dzulhijjah 1435 H
Penulis,
LUKMAN
NIM 09.1.03.0193
-
7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah
8/76
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ii
PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING iii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI iv
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL x
ABSTRAK xii
BAB II PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 9
D. Penegasan Istilah 9
E. Garis Besar Isi Skripsi 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA 13
A.
Tinjauan Teoritis tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 13B. Teori tentang Sikap dan Perilaku 20
C. Tugas dan Peran Guru dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 25
D. Implementasi Peran Guru dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 30
BAB III METODE PENELITIAN 37
A. Jenis Penelitian 37
B. Rancangan Penelitian 38
C. Lokasi Penelitian dan Kehadiran Peneliti 39
D.
Data dan Sumber Data 40
E. Teknik Pengumpulan Data 41
F. Teknik Analisis Data 43
G. Pengecekan Keabsahan Data 44
-
7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah
9/76
ix
BAB IV HASIL PENELITIAN 46
A.
Gambaran Umum Madrasah Aliyah Alkhairaat Pusat Palu 46B. Implikasi Penerapan Kurikulum KTSP Berkarakter Terhadap Perilaku
Peserta Didik di Madrasah Aliyah Alkhairaat Pusat Palu 52
C. Faktor Penghambat dan Pendukung Penerapan Kurikulum KTSP
Berkarakter Terhadap Perilaku Peserta Didik di Madrasah Aliyah
Alkhairaat Pusat Palu 58
BAB V PENUTUP 61
A. Kesimpulan 61
B.
Implikasi Penelitian 62
DARTAR PUSTAKA 63
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
-
7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah
10/76
x
DAFTAR TABEL
Tabel I : Daftar Tenaga pengajar di Madrash Aliyah Alkhairaat Pusat Palu 50
Tabel II : Data Peserta Didik di Madrasah Aliyah Alkhairaat Pusat Palu 51
Tabel III : Nilai-nilai yang Perlu ditanamkan pada Peserta Didik 54
Tabel IV : Indikator Keberhasilan Sekolah dan Kelas dalam Pengembangan
Karakter Peserta Didik 55
-
7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah
11/76
xi
ABSTRAK
Nama Penyusun : LUKMAN
NIM : 09.1.03.0193
Judul Skripsi : IMPLIKASI KURIKULUM KTSP BERKARAKTER
TINGKAT MA TERHADAP PERILAKU KESEHARIAN
PESERTA DIDIK DI MADRASAH ALIYAH
ALKHAIRAAT PUSAT PALU
Skripsi ini membahas tentang Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat
MA terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik di Madrasah Aliyah Alkhairaat PusatPalu. Lokasi yang menjadi objek penelitian adalah Madrasah Aliyah Alkhairaat Pusat
Palu. Pokok masalah skripsi ini adalah : Bagaimana implikasi kurikulum KSTP
Berkarakter terhadap perilaku peserta didik di madrasah Aliyah Alkhairaat Pusat Palu
? dan apa faktor pendukung dan penghambat penerapan Kurikulum KSTP berkarakter
terhadap perilaku peserta didik di Madrasah Aliyah Alkhairaat Pusat Palu ?. Adapun
tujuan penelitian, yaitu untuk mengetahui implikasi Kurikulum KTSP berkarakter
terhadap perilaku peserta didik di Madrasah Aliyah Alkhairaat Pusat Palu, dan untuk
mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat penerapan kurikulum KTSP
Berkarakter terhadap perilaku peserta didik di Madrasah Aliyah Alkhairaat Pusat Palu.
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Untuk pengumpulan data
digunakan metode observasi, interview/wawancara, serta dokumentasi. Sedangkan
untuk analisis data digunakan prosedur pengolahan yaitu reduksi, penyajian dan
verifikasi data, serta pengecekan keabsahan data.
Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa implikasi Kurikulum
KTSP berkarakter terhadap perilaku peserta didik di Madrasah Aliyah Alkhairaat
Pusat Palu meliputi perubahan sikap dan moral peserta didik yang didasari dengan
nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa yang bersumber dari nilai agama,
pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan Nasional. Kurikulum KTSP tersebut harus
dipahami dan dilaksanakan sesuai prosedur. Namun pada pelaksanaan kegiatan
tersebut terdapat hambatan. Faktor penghambatnya adalah faktor kesiapan guru,
ketersediaan sarana, kesiapan peserta didik, dan dukungan dari masyarakat yang
kurang memadai. Di samping faktor penghambat adanya juga faktor pendukung dalam
penerapan kurikulum tersebut yaitu faktor internal bersumber dari sekolah itu sendiri
yaitu keterlibatan guru dan semua warga sekolah yang harus proaktif menjalankan
kurikulum yang berlaku. Yang kedua adalah faktor eksternal yang bersumber dari
masyarakat. Masyarakat harus ikut berpatisipasi mendukung terlaksananya kurikulum
di Sekolah tersebut.
-
7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah
12/76
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah yang utama dan terutama didalam kehidupan era masa
sekarang ini. Sejauh mata memandang maka sejauh itu pulalah kita harus
memperlengkapi diri kita dengan berbagai pendidikan. Pendidikan merupakan
kebutuhan pokok bahkan mutlak bagi manusia dalam rangka merubah keadaan
hidupnya menjadi lebih baik dan terarah. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil
mereka dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju,
sejahtera dan bahagia menurut konsep pandang hidup mereka.
Lodge dalam Zuhairini, mengemukakan pengertian pendidikan dalam
arti yang luas, yaitu life is education, and education is life, akan
berarti bahwa seluruh proses hidup dan kehidupan manusia itu adalah
proses pendidikan.1
Jadi pendidikan bagi manusia merupakan kebutuhan sepanjang hidupnya
yang dapat memberikan pengaruh baik dalam menata masa depan yang cemerlang,
sejahtera dan bahagia. Selanjutnya dalam arti yang sempit Lodge menjelaskan
pengertian pendidikan sebagai berikut :
in the narrower sense, education is restricted to that functions, its
background, and its outlook to the member of the rising generations. In
practice identical with schooling, i.e. formal instruction under
controlled conditions.
Dalam arti yang sempit, pendidikan hanya mempunyai fungsi yang
terbatas, yaitu memberikan dasar-dasar dan pandangan hidup ke
generasi yang sedang tumbuh, yang dalam prakteknya identik dengan
pendidikan formal di sekolah dan dalam situasi dan kondisi serta
lingkungan belajar yang serba terkontrol.2
1
Zuhairini,Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004). h. 10.
2Zuhairini,Ib. h. 11.
-
7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah
13/76
2
Dengan pengertian pendidikan diatas, dapat dipahami bahwa pendidikan
formal di sekolah hanyalah bagian kecil saja dari pada pendidikan informal secara
umum, tapi pendidikan formal merupakan pendidikan inti yang sangat urgen dan
tidak bisa lepas kaitannya dengan proses pendidikan secara keseluruhan.
Sukmadinata menjelaskan pendidikan formal memiliki beberapa kelebihan
dibandingkan dengan pendidikan informal dalam lingkungan keluarga.
Pertama, pendidikan formal di sekolah memiliki lingkup isi pendidikanyang lebih luas, bukan hanya berkenaan dengan pembinaan segi-segi
moral tetapi juga ilmu pengetahuan dan keterampilan.Kedua,
pendidikan di sekolah dapat memberikan pengetahuan yang lebih
tinggi, lebih luas dan mendalam. Sejarah pendidikan sekolah diawali
karena ketidakmampuan keluarga memberikan pengetahuan dan
keterampilan yang lebih tinggi dan mendalam.Ketiga, karena memiliki
rancangan atau kurikulum secara formal dan tertulis, pendidikan di
sekolah dilaksanakan secara berencana, sistematis, dan lebih
mendasar.3
Jadi pendidikan formal lebih bersifat sistematis dan konsisten berdasarkan
berbagai pandangan teoritikal dan praktikal sepanjang waktu sesuai dengan
kebutuhan peserta didik. Sehingga secara umum pendidikan dapat mengarahkan
peserta didik terhadap peningkatan penguasaan pengetahuan, kemampuan,
keterampilan, pengembangan sikap dan nilai-nilai dalam rangka pembentukan dan
pengembangan diri peserta didik tersebut, dan tujuan pendidikan yang meliputi
kepentingan, kemaslahatan dan kesejahteraan peserta didik dan masyarakat bahkan
tuntutan lapangan kerjapun akan mudah tercapai.
Pendidikan juga suatu proses pembelajaran. Sebab pada kenyataannya proses
pendidikan yang dilaksanakan diberbagai lembaga pendidikan banyak dilakukan
3
Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek,(Bandung: RemajaRosdakarya, 2009), h. 2.
-
7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah
14/76
3
bahkan tidak lepas dari apa yang namanya proses belajar mengajar. Dalam
keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar dan mengajar merupakan kegiatan
yang paling pokok. Hal ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan
pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar mengajar yang
dirancang dan dijalankan secara profesional. Sehingga dapat dikatakan bahwa
belajar mengajar tidak dapat disepelekan dan diabaikan dalam dunia pendidikan.4
Salah satu usaha untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan perlu
dibuat sebuah kurikulum pendidikan yang nilai relevansinya tinggi, atau kesesuaian
antara pendidikan dengan kebutuhan masyarakat dan pembangunan nasional.
Kurikulum (curriculum)merupakan suatu rencana yang memberi pedoman atau
pegangan dalam proses kegiatan belajar mengajar.5 Kurikulum mempunyai
kedudukan sentral dalam seluruh proses pendidikan. Kurikulum juga merupakan
komponen pendidikan yang mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan demi
tercapainya tujuan-tujuan pendidikan dan sebagai acuan dalam setiap satuan
pendidikan. Karena kurikulum ini sifatnya urgen maka dibutuhkan perhatian
khusus dalam pelaksanaan dan pengembangannya sesuai dengan satuan
pendidikan, potensi sekolah, sosial budaya masyarakat dan karakteristik peserta
didik. Upaya pengembangan kurikulum yang senantiasa dilakukan oleh pemerintah
dari tahun ke tahun melahirkan sebuah kurikulum baru yang merupakan
pengembangan kurikulum sebelumnya, yakni Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP).
4
Pupuh Fathurrohman, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Refika Aditama, 2007), h. 8.5Sukmadinata, op. cit,h. 5.
-
7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah
15/76
4
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Dalam pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),
Departemen Pendidikan Nasional telah Menetapkan kerangka dasar Standar
Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Kompetensi (SK), dan Kompetensi Dasar
(KD).
KTSP merupakan kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh
masing-masing satuan pendidikan, potensi daerah atau karakteristik daerah, sosial
budaya masyarakat setempat dan peserta didik.
Pemberlakuan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004
tentang pemerintah daerah menuntut pelaksanaan otonomi daerah dan wawasan
demokrasi dalam penyelenggaran pendidikan. Pengelolaan pendidikan yang semula
bersifat sentralistik berubah menjadi desentralistik. Desentralisasi pengelolaan
pendidikan dengan diberikannya wewenang kepada satuan pendidikan untuk
menyusun kurikulumnya mengacu pada undang-undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu pasal 3 tentang fungsi dan tujuan
pendidikan nasional dan pasal 35 mengenai standar pendidikan nasional.
Desentralisasi pengelolaan pendidikan yang diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan dan kondisi daerah harus segera dilaksanakan. Bentuk nyata
desentralisasi pengelolaan pendidikan adalah diberikannya kewenangan kepada
satuan pendidikan untuk mengambil keputusan berkenaan dengan pengelolaan
-
7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah
16/76
5
pendidikan, seperti dalam pengelolaan kurikulum, baik dalam penyusunan maupun
pelaksanaannya di satuan pendidikan.
Satuan pendidikan merupakan pusat pengembangan budaya. KTSP ini
mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa sebagai satu kesatuan
kegiatan pendidikan yang terjadi di sekolah. Nilai-nilai yang dimaksud diantaranya:
religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa
ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif,
cinta damai, gemar membaca, peduli sosial dan lingkungan, serta tanggung jawab.
Nilai-nilai melingkupi dan terintegrasi dalam seluruh kegiatan pendidikan sebagai
budaya sekolah.
Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) ini seorang guru dituntut
untuk mampu mengubah sumber pembelajaran (Learning Resource) menjadi bahan
ajar (Teaching Material), sehingga materi yang diajarkan kepada peserta didik tidak
monoton pada buku yang menjadi pegangan di sekolah tersebut serta hal ini akan
mengurangi kejenuhan peserta didik saat belajar. Dengan demikian proses
pembelajaran akan berlangsung dengan baik, guru bisa memberikan pelajaran
dengan bahan ajar dan metode yang variatif sehingga peserta didik merasa nyaman
dan materi yang diajarkan menarik untuk dipahami yang pada akhirnya peserta
didik bisa terhindar dari kejenuhan. Jika hal ini terjadi disetiap proses belajar
mengajar diberbagai lembaga pendidikan maka tujuan pembelajaran bisa tercapai
juga, yakni pemahaman optimal, penguasaan, aplikasi yang akurat sehingga tatanan
kognitif, afektif dan psikomotorik akan stabil sebagaimana yang diharapkan tenaga
edukatif pada umumnya.
-
7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah
17/76
6
Ketiga ranah penilaian tersebut merupakan faktor determinan untuk
menentukan sukses tidaknya prestasi belajar peserta didik dalam sebuah
pembelajaran yang mengacu pada sistem pembelajaran KTSP. Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk
mewujudkan sekolah yang efektif, produktif, dan berprestasi.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sendiri merupakan kurikulum
terbaru di Indonesia yang disarankan untuk dijadikan rujukan oleh para pengemban
kurikulum di tingkat satuan pendidikan. KTSP merupakan kurikulum berorientasi
pada pencapaian kompetensi, oleh sebab itu kurikulum ini merupakan
penyempurnaan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi atau dikenal dengan sebutan
KBK (Kurikulum 2004). Ini dapat dilihat dari unsur yang melekat pada KTSP itu
sendiri, yakni adanya standar kompetensi dan kompetensi dasar serta adanya prinsip
yang sama dalam pengelolaan kurikulum yakni yang disebut dengan Kurikulum
Berbasis Sekolah (KBS). Standar kompetensi dan kompetensi dasar dapat dilihat
dari Standar Isi (SI) yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP),
yang diturunkan dari Standar Kompetensi Lulusan (SKL), yang selanjutnya Standar
Isi, dan Standar Kompetensi Lulusan itu harus dijadikan salah satu rujukan dalam
pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan , sedangkan KBS merupakan
salah satu prinsip pengembangan yang dirancang untuk memberdayakan daerah dan
sekolah dalam merencanakan, melaksanakan dan mengelola serta menilai proses
dan hasil pembelajaran sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan serta daerah
di mana sekolah itu berada.
-
7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah
18/76
7
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mulai diberlakukan secara
bertahap sejak tahun ajaran 2006 yang memberikan keleluasaan kepada guru dan
sekolah (lembaga tingkat satuan pendidikan) untuk mengembangkannya yaitu
untuk menggerakkan mesin utama pendidikan yakni pembelajaran. Dengan adanya
kurikulum ini, pembelajaran dapat lebih disesuaikan dengan kondisi di setiap
daerah bersangkutan, tetapi dalam prakteknya sebagian besar guru masih belum
memahami tentang pembelajaran dengan penggunaan kurikulum KTSP. Oleh
karena itu, sebagai calon guru, paling tidak harus mengetahui konsep dasar tentang
KTSP.
Namun seringkali kurikulum dijadikan objek penderita, dalam pengertian
bahwa ketidakberhasilan suatu pendidikan diakibatkan terlalu seringnya kurikulum
tersebut berubah. Padahal, seharusnya dipahami bahwa kurikulum seyogyanya
dinamis, harus berubah mengikuti perubahan yang terjadi dalam masyarakatnya.
Pada tahun ajaran 2005/2006 setelah diberlakukannya kurikulum berbasis
kompetensi, setahun kemudian yaitu pada tahun ajaran 2006/2007 diterbitkan
kebijakan baru mengenai pemberlakuan pengorganisasian kurikulum yang dikenal
dengan istilah KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), dengan batas akhir
penerapan di sekolah pada tahun ajaran 2009/2010.
Pada saat ini yang diperlukan sekarang adalah kurikulum pendidikan yang
berkarakter; dalam arti kurikulum itu sendiri memiliki karakter, dan sekaligus
diorientasikan bagi pembentukan karakter peserta didik.Perbaikan kurikulum
merupakan bagian tak terpisahkan dari kurikulum itu sendiri (inherent), bahwa
suatu kurikulum yang berlaku harus secara terus-menerus dilakukan peningkatan
-
7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah
19/76
8
dengan mengadopsi kebutuhan yang berkembang dalam masyarakat dan kebutuhan
peserta didik.
Berangkatdari adanya fenomena tersebut maka Penulis tertarik untuk
mengkaji lebih dalam tentang impilikasi kurikulum KTSP yang diberlakukan di
Madrasah AliyahAlkhairaat Pusat Palu. Maka terbangkitlah untuk dijadikan judul
skripsi :
IMPLIKASI KURIKULUM KTSP BERKARAKTER TINGKAT MA
TERHADAP PERILAKU KESEHARIAN PESERTA DIDIK DI MADRASAH
ALIYAHALKHAIRAATPUSAT PALU
B. Rumusan Masalah
Mengingat pentingnya kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP)
berdasarkan latar belakang di atas, maka Penulis dapat merumuskan permasalahan
yang akan dikaji, yaitu:
1. Bagaimana implikasi kurikulum KTSP berkarakter terhadap perilaku peserta
didik di Madrasah AliyahAlkhairaatPusat Palu?
2. Apa faktor penghambat dan pendukung dalam penerapan kurikulum KTSP
berkarakter terhadap perilaku peserta didik di Madrasah Aliyah Alkhairaat
Pusat Palu ?
-
7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah
20/76
9
C. Tujuan dan Manfaat Peneli tian
1.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian dalam pembahasan skripsi ini adalah:
a. Untuk mengetahui implikasi kurikulum KTSP berkarakter terhadap
perilaku peserta didik di Madrasah AliyahAlkhairaatPusat Palu.
b. Untuk mengetahui faktor penghambat dan pendukung dalam penerapan
kurikulum KTSP berkarakter terhadap perilaku peserta didik di
Madrasah AliyahAlkhairaatPusat Palu.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah antara lain sebagai berikut:
a. Secara ilmiah diharapkan dapat memberikan nilai tambah dalam proses
pembelajaran.
b.
Secara praktis diharapkan tulisan ini menjadi salah satu rujukan para
pendidik dalam rangka meningkatkan kualitas belajar peserta didik masa
kini dan yang akan datang.
D. Penegasan I sti lah
Untuk menghindari terjadinya interpretasi dari pembaca dalam menafsirkan
makna yang terdapat dalam skripsi yang berjudul Implikasi Kurikulum KTSP
Berkarakter Tingkat Madrasah Aliyah Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik
di Madrasah AliyahAlkhairaatPusat Palu ini. Adapun pengertian judul sebagai
berikut :
-
7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah
21/76
10
1. Implikasi
Implikasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bermakna keterlibatan
atau keadaaan terlibat.6
2. KTSP
Menurut BSNP, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah kurikulum
operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan dimasing- masing satuan
pendidikan.7
Menurut Mulyasa, KTSP adalah suatu ide tentang pengembangan
kurikulum yang diletakan pada posisi yang paling dekat dengan pembelajaran
yakni sekolah dan satuan pendidikan.8
3. Perilaku
Menurut kamus lengkap bahasa Indonesia, perilaku adalah cara berbuat
atau menjalankan sesuai dengan sifat yang layak bagi masyarakat.9
4. Peserta Didik
Samsul Nizar menuliskan, Peserta didik merupakan orang yang belum
dewasa dan memilki sejumlah potensi (kemampuan) dasar yang masih perlu
dikembangkan.10
Menurut pasal 1 ayat 4 UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional, peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
6Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional,Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Cet. III;
Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 220.7BSNP, Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan
Dasar dan Menengah,(Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006), h. 5.8E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan; Sebuah Panduan Praktis, (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2007), h. 20-21.9
Amran YS Chaniago, op. cit., h. 450.
10Samsul Nizar,Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Ciputat Press, 2002), h. 47.
http://www.pendidikanekonomi.com/2013/03/pengertian-kurikulum-tingkat-satuan.htmlhttp://www.pendidikanekonomi.com/2013/03/pengertian-kurikulum-tingkat-satuan.html -
7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah
22/76
11
mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur jenjang dan jenis
pendidikan tertentu.11
Jadi kesimpulannya, yang dimaksud dengan implikasi kurikulum KTSP
berkarakter terhadap perilaku keseharian peserta didik adalah bagaimana
menyampaikan pesan-pesan kurikulum kepada peserta didik untuk membentuk
kompetensi mereka sesuai dengan karakteristik dan kemampuan masing-masing.
Tugas guru adalah bagaimana memberikan kemudahan (facilitiate of learning)
kepada peserta didik, agar mereka mampu berinteraksi dengan lingkungan eksternal
sehingga terjadi perubahan perilaku sesuai dengan yang dikemukakan salam
standar isi (SI) dan standar kompetensi lulusan (SKL).
E. Garis Besar I si Skr ipsi
Secara keseluruhan skripsi ini terdiri atas lima bab dengan beberapa
pembahasan subnya. Untuk lebih memudahkan dalam menelaah isi skripsi ini,
maka Penulis akan menguraikan garis besar isi sebagai berikut :
Pada bab pembahasan awal memuat tentang pendahuluan, mengemukakan
latar belakang masalah sebagai rujukan pembahasan skripsi ini. Kemudian disusun
rumusan masalah, tujuan dan manfaat, pengertian judul dengan maksud untuk
memudahkan pemahaman serta menghindari adanya interpretasi ganda terhadap
topik penelitian, dan garis-garis besar isi skripsi.
Bab kedua adalah tinjauan pustaka dengan memuat teori-teori yang bertalian
dengan topik diantaranya tinjauan teoritis tentang penerapan kurikulum tingkat
satuan pendidikan, keterkaitan antara kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP)
11Ramayulis,Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), h. 77.
-
7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah
23/76
12
dan kurikulum berbasis kompetensi (KBK), dan tinjauan toeritis tentang implikasi
kurikulum KTSP terhadap perilaku keseharian peserta didik.
Bab ketiga meliputi beberapa komponen diantaranya bentuk pendekatan
penelitian yang dilakukan serta jenis penelitian dan lokasi penelitian. Kehadiran
peneliti menggambarkan prosedur dan lamanya penelitian melakukan penelitian,
sehingga diperoleh data yang valid. Data dan sumber data adalah wujud atau bentuk
data yang dicari atau diteliti dan dimana saja data itu bisa diperoleh sedangkan
teknik pengumpulan data dan analisis data adalah prosedur dan tata cara penulis
mendapatkan data, yang difokuskan kepada teknik observasi dan wawancara bebas,
namun selalu memfokuskan kepada konten atau isi dari setiap ungkapan informan.
Hasil-hasil yang diperoleh berupa data dilakukan lagi pengecekan keabsahan data
melalui media-media yang tersedia di lokasi penelitian berupa dokumen-
dokumentasi.
Bab keempat membahas hasil penelitian serta pembahasanya yang meliputi
sejarah singkat Madrasah AliyahAlkhairaat Pusat Palu, kemudian fokus atau inti
penelitian mencakup implikasi kurikulum KTSP berkarakter tingkat Madrasah
Aliyahterhadap perilaku keseharian peserta didik di Madrasah Aliyah Alkhairaat
Pusat Palu, seterusnya uraian tentang faktor penghambat dan pendukung penerapan
kurikulum KTSP berkarakter tingkat Madrasah Aliyahterhadap perilaku keseharian
peserta didik di Madrasah Aliyah Alkhairaat Pusat Palu.
Bab kelima terdiri atas kesimpulan yang memuat intisari dari hasil
penelitian secara objektif serta memuat saran-saran untuk peningkatan kualitas
pendidikan yang berkaitan dengan penerapan kurikulum KTSP.
-
7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah
24/76
13
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori tis tentang Kur ikulum Tingkat Satuan Pendidikan
1. Pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 1 ayat 15, kurikulum tingkat satuan
pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan
dimasing-masing satuan pendidikan.12
KTSP merupakan singkatan dari kurikulum tingkat satuan pendidikan yang
dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi sekolah/daerah,
karakteristik sekolah/daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan
karakteristik peserta didik
KTSP juga merupakan acuan dan pedoman bagi pelaksanaan pendidikan
untuk mengembangkan berbagai ranah pendidikan (kognitif, psikomotorik, dan
afektif) dalam seluruh jenjang dan jalur pendidikan, khususnya pada jalur
pendidikan sekolah. Di samping itu, pengembangan kurikulum ini diupayakan
dapat memberikan wawasan baru terhadap sistem yang berjalan selama ini, dan
juga dapat membawa dampak terhadap peningkatan efisiensi dan efektivitas
kinerja sekolah, khususnya dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di
berbagai sekolahan.
12
Masnur Muslich, KTSP Dasar Pemahaman dan Pengembangan,(Jakarta: Bumi Aksara,2008), h. 4.
-
7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah
25/76
14
Penerapan kurikulum 2006 (KTSP) ini menuntut aktivasi dan partisipasi
para peserta didik yang lebih banyak dalam proses pembelajaran. Struktur
kurikulum tingkat satuan pendidikan berbeda dengan kurikulum sebelumnya,
KTSP dirancang sedemikian rupa, sehingga tidak ada lagi jam efektif yang begitu
mencolok banyaknya. Kurikulum sebelumnya, sebagian mata pelajaran memiliki
waktu yang banyak, sebagian mata pelajaran yang lain memiliki waktu sedikit
dengan alasan urgen dan padatnya materi.
Penekanan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) bukan mengejar
target materi tetapi memaksimalkan proses dalam pembelajaran dan
mengembangkan kompetensi peserta didik, apalah arti bila materi tercapai dengan
proses yang tidak maksimal akan tetapi dengan proses pembelajaran yang
maksimal akan membuahkan hasil (out put) yang berkualitas.
Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) ini sengaja disusun oleh
masing-masing satuan pendidikan supaya terasa lebih familiar dengan guru,
karena mereka banyak dilibatkan dan akan merasa memiliki tanggung jawab yang
memadai.
Dalam KTSP pengembangan kurikulum ini dilakukan oleh guru, kepala
sekolah, serta komite sekolah dan dewan pendidikan. Dalam pengembangannya
harus berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan
(SKL), tanpa lepas dari Supervisi Dinas Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab
dibidang pendidikan tersebut.
-
7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah
26/76
15
2. Keterkaitan antara Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
Penyempurnaan kurikulum yang berkelanjutan merupakan keharusan agar
sistem pendidikan nasional selalu relevan dan kompetitif.13Kurikulum tingkat
satuan pendidikan merupakan penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya, yakni
kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang diterapkan sejak tahun 2004,
sehingga belum lama KBK diterapkan sudah diganti dengan KTSP yang dianggap
sebagai kurikulum baru tahun 2006 ini. Karena itu muncul istilah plesetan
dikalangan pengelola dan pelaku pendidikan di sekolah, seperti KBK singkatan
dari kurikulum berbasis kebingungan dan lainnya. Dan terkait dengan kurikulum
KTSP ini Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) telah menyusun panduan
penyusunannya tersebut. Sedangkan KBK merupakan seperangkat rencana dan
pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar, serta memberdayakan sumber
daya pendidikan. Kurikulum ini disebut KBK karena menggunakan pendekatan
kompetensi, dan kemampuan minimal yang harus dicapai oleh peserta didik pada
setiap tingkatan kelas dan pada akhir satuan pendidikan dirumuskan secara
eksplisit. Disamping itu, dirumuskan pula materi standar untuk mendukung
pencapaian kompetensi dan indikator sebagai tolak ukur terhadap pencapaian
hasil pembelajaran.
Berdasarkan pemaparan diatas, perbedaan esensial antara KTSP dan KBK
tidak ada. Kedua-duanya merupakan seperangkat rencana pendidikan yang
berorientasi pada kompetensi dan hasil belajar peserta didik. Namun perbedaan
13
E.Mulyasa,Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan; Sebuah Panduan Praktis, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2007), h. 9.
-
7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah
27/76
16
nampak pada teknis pelaksanaannya saja. KBK disusun oleh pemerintah pusat
yang dalam hal ini adalah Depdiknas, sedangkan KTSP disusun oleh tingkat
satuan pendidikan masing-masing, yakni sekolah yang bersangkutan walaupun
masih didasarkan pada rambu- rambu nasional panduan penyusunan KTSP yang
disusun oleh Badan Independen, yakni Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP). Dengan harapan, jika pada tahun-tahun sebelumnya masing-masing
satuan sekolah terkesan terlalu didikte dari atas, maka dengan otonomi yang luas
ini penerapan dan pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan pada
berbagai sekolahan mampu memberikan nuansa-nuansa baru sesuai dengan
karakteristik sekolah itu sendiri, sehingga dapat melahirkan keunggulan-
keunggulan kompetitif dan komparatif.
3. Prinsip Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Prinsip Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam
Mulyasa dijelaskan bahwa dalam pelaksanaannya, kurikulum tingkat satuan
pendidikan sedikitnya memperhatikan tujuh prinsip, diantaranya :
a. Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi, perkembangan dan
kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi
dirinya. Dalam hal ini peserta didik harus mendapatkan pelayanan
pendidikan yang bermutu, serta memperoleh kesempatan untuk
mengekspresikan dirinya secara bebas, dinamis dan menyenangkan.b. Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar,
yaitu :
a)Belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa,
b)Belajar untuk memahami dan menghayati,
c)Belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif,
d)Belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain,
e)Belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui
prosespembelajaran yang efektif, aktif, kreatif, dan menyenangkan.
c. Pelaksanaan kurikulum memungkinkan peserta didik mendapat
pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan, dan atau percepatan
-
7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah
28/76
17
sesuai dengan potensi, tahap perkembangan, dan kondisi peserta didik
dengan tetap memperhatikan keterpaduan pengembangan pribadi
peserta didik yang berdimensi ke-Tuhanan, keindividuan, kesosialan,dan moral.
d. Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan
pendidik yang saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka, dan
hangat, dengan prinsip tut wuri handayani, ing madia mangun karsa,
ing ngarsa sung tulada(di belakang memberikan daya dan kekuatan,
di tengah membangun semangat dan prakarsa, di depan memberikan
contoh dan teladan).
e. Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan
multistrategi dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang
memadai, dan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber
belajar.f. Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam,
sosial dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan
pendidikan dengan muatan seluruh bahan kajian secara optimal.
g. Kurikulum yang mencakup seluruh komponen kompetensi mata
pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri diselenggarakan
dalam keseimbangan, keterkaitan, dan kesinambungan yang cocok
dan memadai antarkelas dan jenis serta jenjang pendidikan.14
Jadi jelas bahwa prinsip pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
harus betul-betul dilaksanakan sesuai prosedur yang telah ditetapkan demi
mencapai tujuan pendidikan yang lebih baik.
4. Prinsip Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang kompleks, dan
melibatkan berbagai komponen, yang menuntut keterampilan teknis dari pihak
pengembang terhadap pengembangan berbagai komponen kurikulum. Disamping
itu dalam pengembangan KTSP ini harus memperhatikan tujuh prinsip
pengembangan, diantaranya:
a. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan
peserta didik dan lingkungannya.
b. Beragam dan terpadu. Kurikulum dikembangkan dengan
memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah,
jenjang dan jenis pendidikan, serta menghargai dan tidak diskriminatif
14E. Mulyasa,Ibid.,h. 247.
-
7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah
29/76
18
terhadap perbedaan agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial
ekonomi, dan jender.
c.
Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi danseni. Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni yang berkembang secara dinamis.
d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan. Pengembangan kurikulum
dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders)
untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan,
termasuk didalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan
dunia kerja.
e. Menyeluruh dan berkesinambungan. Substansi kurikulum mencakup
keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata
pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan
antar semua jenjang pendidikan.f. Belajar sepanjang hayat. Kurikulum diarahkan kepada proses
pengembangan, pembudayaan, dan pemberdayaan peserta didik yang
berlangsung sepanjang hayat yang berkaitan dengan unsur-unsur
pendidikan formal, nonformal, dan informal.
g. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.
Kurikulum dikembangkan dengan memerhatikan kepentingan
nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.15
5. Pengembangan Program
Upaya pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan dapat dilakukan
dengan berbagai macam pengembangan program. Dalam Mulyasa, dijelaskan
bahwa pengembangan KTSP mencakup pengembangan program tahunan,
program semester, program modul (pokok bahasan), program mingguan dan
harian, pengayaan dan remedial, serta program bimbingan dan konseling.16
a.
Program Tahunan
Program tahunan merupakan program umum setiap mata pelajaran di
setiap kelas yang dikembangkan oleh guru mata pelajaran tersebut. Program
ini perlu disusun dan dipersiapkan serta dikembangkan sebelum tahun ajaran,
15Muhaimin,Pengembangan Model KTSP Pada Sekolah dan Madrasah,(Jakarta: Rajawali
Press , 2008), h. 21.16E. Mulyasa, op. cit.,h. 249.
-
7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah
30/76
19
karena program ini merupakan pedoman bagi pengembangan program
berikutnya.
b. Program Semesteran
Program semesteran berisikan garis-garis mengenai hal-hal yang akan
dilaksanakan dan dicapai dalam setiap semester. Program ini merupakan
penjabaran dari program tahunan.
c. Program Mingguan dan Harian
Program ini merupakan penjabaran dari program semesteran. Melalui
program ini kita dapat mengetahui tujuan-tujuan yang telah dicapai dan yang
perlu diulang, serta dapat mengidentifikasi kemajuan peserta didik dalam
belajar dan kesulitannya. Sehingga nantinya kita dapat menemukan solusi
pemecahannya dan kesulitan yang dihadapi peserta didik dapat teratasi.
d.
Program Pengayaan dan Remedia
Program ini dilaksanakan sebagai media tambahan dan tindak lanjut dari
analisis yang dilakukan guru mata pelajaran untuk peserta didik dalam proses
pembelajaran sekolah dan guru perlu memberikan perlakuan khusus bagi
peserta didik yang mengalami kesulitan belajar dengan melalui kegiatan
remedial. Dengan ini peserta didik akan tetap mendapat kesempatan untuk
memahami pelajaran dengan lebih baik. Sedangkan pengayaan diberikan
kepada peserta didik yang memiliki kemampuan cemerlang dalam menangkap
pelajaran serta untuk mempertahankan kecepatan belajarnya.
-
7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah
31/76
20
e. Program Bimbingan dan Konseling
Program ini merupakan suatu program yang disediakan sekolah untuk
membantu mengoptimalkan perkembangan peserta didik. Program ini
merupakan teknik bimbingan yang menjadi sasarannya bukan hanya terjadinya
perubahan tingkah laku, tetapi hal yang lebih mendasar dari itu, yaitu
perubahan sikap. Disamping itu bimbingan dan konseling ini berusaha
membantu peserta didik dalam memahami dirinya, mengenal dan
menunjukkan arah perkembangan dirinya, menyesuaikan diri dengan tuntutan
lingkungan serta mengatasi problema-problema yang dihadapinya.
B. Teori Tentang Sikap dan Per il aku
1. Pengertian Sikap
Sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri,
orang lain, obyek atau isu. Menurut Azwar bahwa struktur sikap terdiri atas 3
komponen yang saling menunjang yaitu:
a. Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh
individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan
stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan
penanganan (opini) terutama apabila menyangkut masalah isu atau
problem yang kontroversial.
b. Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek
emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar palingdalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling
bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah
mengubah sikap seseorang komponen afektif disamakan dengan
perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu.
c. Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku
tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang, serta berisi
tendensi atau kecenderungan untuk bertindak / bereaksi terhadap
sesuatu dengan cara-cara tertentu.17
17S. Azwar, Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya,(Yogyakarta: Pustaka, 2000), h. 23.
-
7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah
32/76
21
Sikap dapat diukur. Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai
pernyataan sikap seseorang. Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimat yang
mengatakan sesuatu mengenai obyek sikap yang hendak diungkap. Pernyataan
sikap mungkin berisi atau mengatakan hal-hal yang positif mengenai obyek sikap,
yaitu kalimatnya bersifat mendukung atau memihak pada obyek sikap. Pernyataan
ini disebut dengan pernyataan yang favourable.Sebaliknya pernyataan sikap
mungkin pula berisi hal-hal negatif mengenai obyek sikap yang bersifat tidak
mendukung maupun kontra terhadap obyek sikap. Pernyataan seperti ini disebut
dengan pernyataan yang tidak favourabel. Suatu skala sikap sedapat mungkin
diusahakan agar terdiri atas pernyataan favourabledan tidak favourable dalam
jumlah yang seimbang. Dengan demikian pernyataan yang disajikan tidak semua
positif dan tidak semua negatif yang seolah-olah isi skala memihak atau tidak
mendukung sama sekali obyek sikap. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara
langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana
pendapat/ pernyataan responden terhadap suatu obyek. Secara tidak langsung
dapat dilakukan dengan pernyataanpernyataan hipotesis kemudian ditanyakan
pendapat responden melalui kuesioner.
Menurut Azwar, faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keluarga terhadap
obyek sikap antara lain :
1)Pengalaman pribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi
haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih
mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam
situasi yang melibatkan faktor emosional;
2)Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang
konformis atau searah dengan sikap orang yangdianggap penting.
-
7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah
33/76
22
Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk
berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang
yang dianggap penting tersebut.3)Pengaruh Kebudayaan
Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap
kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap
anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak
pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya.
4)Media Massa
Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi
lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara obyekstif
cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh
terhadap sikap konsumennya.
5)
Lembaga Pendidikan dan Lembaga AgamaKonsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga
agama sangat menentukan sistem kepercayaan tidaklah
mengherankan jika kalau pada gilirannya konsep tersebut
mempengaruhi sikap;
6)Faktor Emosional.
Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari
emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau
pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.18
Jadi jelas bahwa faktor-faktor tersebut di atas sangat mempengaruhi
pembentukan sikap seseorang.
2. Pengertian Perilaku
Dalam bukunya yang berjudul The Teory of Planned Behavior (TPB)atau
Teori Perilaku Terencana, Ajzen yang dikutip Notoatmojo mengemukakan bahwa
sikap ditentukan oleh keyakinan yang diperoleh mengenai konsekuensi dari suatu
perilaku atau disebut juga behavioral beliefs.19Beliefberkaitan dengan penilaian-
penilaian subjektif seseorang terhadap dunia sekitarnya, pemahaman mengenai
diri dan juga lingkungannya. Bagaimana cara mengetahui belief ini? Ternyata
dalam teorinya TPB ini, Ajzen mengemukakan bahwa belief dapat diungkap
18S. Azwar,Ibid, h. 27.19Icek, Ajzen, The Theory of Planned Behavior. Organizational Behavior and Human
Decision Processes, Terj. Soekidjo, Notoatmodjo, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h.35.
-
7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah
34/76
23
dengan cara menghubungkan suatu perilaku yang akan kita prediksi dengan
berbagai manfaat atau kerugian yang mungkin diperoleh apabila kita melakukan
atau tidak melakukan perilaku itu. Keyakinan ini dapat memperkuat sikapterhadap
perilaku itu apabila berdasarkan evaluasi, diperoleh data bahwa perilaku itu dapat
memberikan keuntungan bagi pelakunya.
Inti teori ini mencakup 3 hal yaitu; yaitu keyakinan tentang kemungkinan
hasil dan evaluasi dari perilaku tersebut (behavioral beliefs), keyakinan tentang
norma yang diharapkan dan motivasi untuk memenuhi harapan tersebut
(normative beliefs),serta keyakinan tentang adanya factor yang dapat mendukung
atau menghalangi perilaku dan kesadaran akan kekuatan faktor tersebut (control
beliefs).Behavioral beliefsmenghasilkan sikap suka atau tidak suka berdasarkan
perilaku individu tersebut. Normative beliefs menghasilkan kesadaran akan
tekanan dari lingkungan sosial atau norma subyektif, sedangkan control beliefs
menimbulkan kontrol terhadap perilaku tersebut. Dalam perpaduannya, ketiga
faktor tersebut menghasilkan intensi perilaku (behavior intention). Secara umum,
apabila sikap dan norma subyektif menunjuk ke arah positif serta semakin kuat
kontrol yang dimiliki maka akan lebih besar kemungkinan seseorang akan
cenderung melakukan perilaku tersebut. Tahapan intervensi tingkah laku
berdasarkan Theory of Planned Behavior (TPB) secara singkat dapat dilihat pada
Gambar 02 dibawah ini yang merupakan hipotesis:
-
7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah
35/76
24
Dari gambar tersebut Ajzen dalam Notoatmojo bahwa model teoritik dari
TeoriPlanned Behavior mengandung berbagai variabel yaitu :
1)Sikap adalah evaluasi umum yang dibuat guru terhadap evaluasi.
2)Norma subjektif (Subjective Norm)adalah sejauh mana seseorang
memiliki motivasi untuk mengikuti pandangan orang terhadap
perilaku yang akan dilakukannya (Normative Belief).Kalau individu
merasa itu adalah hak pribadinya untuk menentukan apa yang akan
dia lakukan, bukan ditentukan oleh orang lain disekitarnya, maka dia
akan mengabaikan pandangan orang tentang perilaku yang akandilakukannya. Fishbein dan Ajzen menggunakan istilah motivation to
complyuntuk menggambarkan fenomena ini, yaitu apakah individu
mematuhi pandangan orang lain yang berpengaruh dalam hidupnya
atau tidak.
3)Persepsi kemampuan mengontrol atau kontrol keperilakuan
(Perceived Behavioral Control), yaitu keyakinan (beliefs) bahwa
individu pernah melaksanakan atau tidak pernah melaksanakan
perilaku tertentu, individu memiliki fasilitas dan waktu untuk
melakukan perilaku itu, kemudian individu melakukan estimasi atas
kemampuan dirinya apakah dia punya kemampuan atau tidak
memiliki kemampuan untuk melaksanakan perilaku itu. Ajzenmenamakan kondisi ini dengan persepsi kemampuan mengontrol
(perceived behavioral control).20
Jadi jelas bahwa variabel-variabel tersebut sangat mempengaruhi teori
Planned Behavior.
20Icek, Ajzen,The Theory of Planned Behavior. Organizational Behavior and Human
Decision Processes, Terj.Soekidjo, Notoatmodjo,Ibid., h. 47.
Attitudetoward the
behavior
subjectiv
Perceived
behavioral
intentio
behavio
r
Gambar.Theory of Planned Behavior
-
7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah
36/76
25
C. Tugas dan Peran Guru dalam Kuri kulum Tingkat Satuan Pendidikan
Dalam proses pendidikan guru memiliki peranan sangat penting dan
strategis dalam membimbing peserta didik ke arah kedewasan, kematangan dan
kemandirian, sehingga seringkali guru dikatakan sebagai ujung tombak pendidikan.
Dalam melaksanakan tugasnya seorang guru tidak hanya menguasai bahan ajar dan
memiliki kemampuan teknis edukatif, tetapi harus juga memiliki kepribadian dan
integritas pribadi yang dapat diandalkan sehingga menjadi sosok panutan bagi
peserta didik.
KTSP merupakan kurikulum berbasis kompetensi. Menurut Martini Yamin
kompetensi adalah kemampuan yang dapat dilakukan peserta didik yang mencakup
tiga aspek yaitu pengetahuan, sikap dan keterampilan.21 Pembelajaran yang
berbasis kompetensi adalah pembelajaran yang memiliki standar, standar yang
dimaksud adalah acuan bagi guru tentang kemampuan yang menjadi fokus
pembelajaran dan penilaian. Jadi, proses pembelajaran yang dilakukan dengan
pendekatan berbasis kompetensi adalah proses pendeteksian kemampuan dasar
peserta didik untuk memudahkan terciptanya suatu tujuan secara teoritis dan
praktis.
Pemberian pengalaman belajar yang bertumpu pada KTSP berbasis
kompetensi dilaksanakan dengan pendekatan berpusat pada anak sebagai
pembangunan pengetahuan, sebagai subjek yang melakukan transformasi belajar
bukan sebagai objek yang pasif menunggu instruksi dari gurunya. Proses
21
Martini Yamin,Profesionalisme Guru, dan Implementasi KTSP,(Jakarta: GP. Press, 2009),h. 75.
-
7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah
37/76
26
pembelajaran diselenggarakan dengan memandirikan peserta didik untuk belajar,
berkolaborasi dengan peserta didik lainnya, mengadakan pengamatan dan menilai
hasil belajar sendiri untuk suatu refleksi, mendorong peserta didik membangun
pengetahuannya sendiri. Oleh karena itu, guru harus menyadari bahwa
pembelajaran memiliki sifat yang sangat kompleks karena melibatkan aspek
pedagogis, psikologis, dan didaktis secara bersamaan. Aspek pedagogis
menunjukkan pada kenyataan bahwa pembelajaran berlangsung dalam suatu
lingkungan pendidikan, karena itu guru harus mendampingi peserta didik menuju
kesuksesan belajar atau penguasaan sejumlah kompetensi. Aspek psikologis
menunjukkan pada kenyataan bahwa peserta didik pada umumnya memilik
perkembangan yang berbeda, yang menuntut materi yang berbeda pula. Aspek
didaktis menunjukkan pada pengaturan belajar peserta didik dalam kelas agar
tercipta pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM).
Ada beberapa peran dan tugas guru dalam proses pembelajaran yaitu:
1. Guru sebagai pendidik
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi
peserta didik dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar
kualitas pribadi tertentu yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan
disiplin.
Berkaitan dengan tanggung jawab, guru harus mengetahui nilai, norma moral,
dan sosial, serta berusaha berperilaku dan berbuat sesuai dengan nilai dan norma
tersebut. Guru juga harus bertanggung jawab terhadap segala tindakannya dalam
pembelajaran disekolah dan kehidupan bermasyarakat. Berkaitan dengan wibawa,
-
7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah
38/76
27
guru harus mampu mengambil keputusan secara mandiri (independent), terutama
dalam berbagai hal yang berkaitan dengan pembelajaran dan pembentukan
kompetensi serta bertindak sesuai dengan kondisi peserta didik dan lingkungan.
Sedangkan disiplin, guru harus mematuhi berbagai peraturan dan tata tertib secara
konsisten atas dasar kesadaran professional, karena mereka bertugas untuk
mendisiplinkan peserta didik disekolah, terutama dalam pembelajaran.
2. Guru sebagai pembelajar
Sekarang ini, perkembangan teknologi mengubah peran guru dari pengajar
yang bertugas menyampaikan materi pelajaran menjadi fasilitator yang bertugas
memberikan kemudahan belajar karena, peserta didik bisa belajar dari berbagai
sumber yaitu; radio, telivisi, berbagai macam film pembelajaran bahkan program
internet atau e-learning.
3.
Guru sebagai pembimbing
Guru diharapkan sebagai pembimbing perjalanan yang berdasarkan
pengetahuannya bertanggung jawab atas kelancaran perjalanan itu. Jadi, sebagai
pembimbing guru harus merumuskan tujuan secara jelas, menetapkan waktu
perjalanan, menetapkan perjalanan yang harus ditempuh, menggunakan petunjuk
perjalanan, serta menilai kelancarannya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan
peserta didik. Semua itu dilakukan berdasarkan kerjasama dengan peserta didik,
tetapi guru memberikan pengaruh dalam aspek setiap perjalanan yang direncanakan
dan dilaksanakan. Istilah perjalanan merupakan suatu proses belajar, baik dalam
kelas maupun diluar kelas.
-
7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah
39/76
28
4. Guru sebagai pelatih
Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan keterampilan, baik
intelektual maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk bertindak sebagai
pelatih, karena tanpa latihan pesert didik tidak akan mampu menunjukkan
penguasaan kompetensi dasar dan tidak akan mahir dalam berbagai keterampilan
yang dikembangkan sesuai dengan materi standar. Oleh karena itu, guru harus
berperan sebagai pelatih, yang bertugas melatih peserta didik dalam pembentukan
kompetensi dasar, sesuai dengan potensi masing masing. Pelatihan yang
dilakukan harus juga memperhatikan perbedaan individual peserta didik dan
lingkungan.
5. Guru Sebagai Penasehat
Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik meskipun mereka tidak
memiliki latihan khusus sebagai penasehat. Agar guru menyadari perannya sebagai
penasehat secara lebih mendalam makaa ia harus memahami psikologi kepribadian
dan ilmu kesehatan mental. Pendekatan psikologis dan kesehatan mental akan
banyak menolong guru dalam menjalankan perannya sebagai penasehat, yang telah
banyak dikenal bahwa ia banyak membantu peserta didik untuk dapat membuat
keputusan sendiri.
6. Guru Sebagai Agen Pembaharu (Innovator)
Inovasi pendidikan dilakukan guna memecahkan masalah yang dihadapi, agar
dapat memperbaiki mutu pendidikan secara efektif dan efisien. Salah satu bentuk
peran serta yang dapat dilakukan guru terhadap inovasi adalah sebagai agen
pembaharuan. Oleh karena itu, guru harus mampu menerjemahkan pengalaman
-
7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah
40/76
29
yang telah lalu kedalam kehidupan yang bermakna bagi peserta didik. Dalam hal
ini, terdapat jurang yang dalam dan luas antara generasi yang satu dengan yang lain
maka guru menjadi jembatan jurangn tersebut bagi peserta didik, jika tidak maka
hal ini dapat mengambil bagian dalam proses belajar yang berakibat tidak
menggunakan potensi yang dimiliki oleh peserta didik.
7. Guru Sebagai Model dan Teladan
Guru merupakan model dan teladan bagi peserta didik. Oleh karena itu,
pribadi dan apa yang dilakukan guru akan mendapat sorotan peserta didik serta
orang disekitar lingkungannya. Ada beberapa hal yang mendapat perhatian guru
dalam perannya sebagai model dan teladan yaitu; penggunaan gaya bahasa guru
dalam berbicara, gaya kebiasaan guru bekerja, sikap guru melalui pengalaman dan
kesalahan yang dilakukan, pakaian yang menampakkan ekspresi seluruh
kepribadian, hubungan kemanusiaan (dalam hal pergaulan, intelektual moral,
terutama bagaimana berperilaku), proses berpikir dalam hal menghadapi dan
memecahkan masalah, dalam hal pengambilan keputusan, kesehatan (semangat,
sikap tenang, antusias dan lain-lain).
Mengimplementasikan peran dan tugas guru tersebut dalam KTSP dalam
kelas akan ditemukan hambatanhambatan, salah satunya yang sering kali terjadi
datangnya dari peserta didik seperti mengganggu temannya yang sedang belajar,
hal ini terjadi karena kekurang sandaran peserta didik dalam memenuhi tugas dan
haknya sebagai anggota kelas. Oleh karena itu, sebaiknya guru membuat perjanjian
dengan peserta didik mengenai peraturan dan prosedur dalam kelas pada awal tahun
secara bersamasama.
-
7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah
41/76
30
Menurut Emmer dan Evertson mengatakan bahwa aturan-aturan dan prosedur
berbeda-beda di setiap kelas tetapi yang pasti di semua kelas aturan-aturan dan
prosedur dikelola secara efektif, karena tidak mungkin bagi seorang guru atau bagi
peserta didik dalam melakukan instruksi agar dapat bekerja secara produktif jika
mereka tidak mempunyai pedoman dan prosedur tidak yang efisien dan tidak
adanya rutinitas untuk aspek umum dalam kelas dapat menghambat poses
pembelajaran dan menyebabkan perhatian peserta didik serta minatnya
memudar.22Oleh karena itu, sangat penting menegakkan peraturan dan prosedur
dalam kelas seperti yang disebutkan dihampir setiap diskusi tentang pengelolaan
kelas yang efektif. Tahapan-tahapan yang dapat dilakukan dalam membuat
peraturan dan prosedur dalam kelas adalah:
- Guru harus mempertimbangkan desain fisik ruang kelas sebelum
peserta didik datang ke kelas.
-
Membuat aturan dan prosedur dalam kelas bersama sama dengan
peserta didik.
- Berinteraksi dengan peserta didik Tentang Kelas Aturan dan Prosedur.
- Mereview secara berkala Aturan dan Prosedur.
- Membuat rapat kelas yang dapat berguna dalam menyusun desain dan
pemeliharaan peraturan dan prosedur.23
D. Implementasi Peran Guru dalam Kur ikulum T ingkat Satuan Pendidikan
Seperti halnya dengan sejarah panjang Ujian Negara maka ini begitu juga
terjadi dengan sejarah kurikulum pada pendidikan di Indonesia. Hal yang menarik
adalah bahwa KTSP ini merupakan era baru, dari kurikulum yang bersifat nasional
menjadi kurikulum yang berbasiskan satuan pendidikan.
Harapan dari KTSP ini adalah akan lahir kurikulum-kurikulum berbasis lokal yang
22Carolyn M. Everston dan Edmund T. Emmer, Terj. Arif Rahman,Manajemen Kelas untuk
Guru Sekolah Dasar, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2003), h. 20.23Carolyn M. Everston dan Edmund T. Emmer, Terj. Arif Rahman,Ibid.,h. 57.
-
7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah
42/76
31
sesuai dengan kebutuhan lokal dan dihasilkan oleh orang-orang lokal dengan
mengacu kepada standar-standar Nasional yang dibuat Pusat. Namun hal ini
berimpilikasi kembali dengan kemampuan seorang Guru untuk membuat KTSP,
seorang Guru harus mampu melakukan inovasi dalam membuat kurikulum sesuai
dengan kebutuhan murid dan sekolahnya tersebut.
Kurikulum ini juga merupakan salah satu hasil kurikulum lebih baik
dibanding pendahulunya yang pernah di keluarkan Depdiknas, sekaligus kembali
bersifat prospektif bila dibandingkan dengan kurikulum-kurikulum yang lain.
Sebagai contoh ketika kurikulum pertama kali dikeluarkan yaitu pada tahun 1947,
yang disebut dengan Rencana Pembelajaran yang isinya lebih mementingkan
kepentingan Belanda dibandingkan dengan kepentingan rakyat Indonesia.
Kemudian pada tahun 1952 dan tahun 1964 pada masa orde lama yang masih belum
sempurna kurikulumnya bahkan masih terkesan premature. Terlebih lagi pada
permulaan masa orde baru pada tahun 1968 yang kurikulumnya berisikan
bagaimana menjadi seorang manusia Pancasila sejati. Lantas tetap di era Orde Baru
pada tahun 1975 keluarnya kurikulum Prosedur Pengembangan Sistem
Indtruksional (PPSI) yang lebih dikenal dengan Kurikulum berbasis satuan
pelajaran, namun ini mendapatkan banyhak kritikan karena Guru disibukkan
menuliskan rincian apa yang dikerjakan dalam setiap kegiatan pembelajaran.
Sedikit berbeda pada tahun 1984 keluar kurikulum yang berbasis process skill
approach. Peserta didik ditempatkan sebagai subjek belajar dari mulai pengamatan,
pengelompokkan, diskusi hingga melaporkan atau sering disebut dengan Cara
Belajar Peserta didik Aktif (CBSA). Namun dalam perjalanannya kurikulum ini
-
7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah
43/76
32
juga tidak dapat direalisasikan seperti keinginan awalnya, karena seringkali terjadi
banyak kesenjangan dan kurangnya pemahaman dari Sekolah. Guru yang tidak lagi
melakukan metode ceramah kepada peserta didiknya, namun belum bisa menguasai
para peserta didiknya dalam pembelajaran peserta didik aktif tersebut. Sehingga
berujung kepada penolakkan dari model CBSA ini.
Kurikulum 1994 yang menggantikan kurikulum 1984 yang berupaya
memadukan dari kurikulum-kurikulum sebelumnya, yang berupaya untuk
mengkombinasikan antara kurikulum 1975 dan 1984, sehingga menimbukan
sebuah kurikulum yang super padat, karena semua aspek komponen baik lokal dan
Pusat dimasukkan kedalam kurikulum tersebut. Ketika kurikulum ini berjalan
timbullah tragedi 1998, krisis ekonomi 1998 yang menjatuhkan Soeharto sekaligus
menandakan berakhirnya Orde Baru. Yang juga melahirkan kurikulum baru yang
bernama Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pada tahun 2004. Jiwanya adalah
setiap pelajaran diurai berdasarkan kompetensi apa yang mesti dicapai oleh peserta
didik. Namun kerancuan muncul ketika akan mengukur kompetensi peserta didik,
bila ini dilakukan maka tidak bisa lagi menggunakan alat ukur dengan
menggunakan pilihan ganda akan tetapi tentunya menggunakan praktek yang
mampu mengukur seberapa besar pemahaman dan kompetensi peserta didik.
Kembali hal ini terbentur pada kemampuan Gurunya yang tidak memahami
masalah pengukuran ini, karena hasil yang tidak memuaskan program ini
dihentikan pada tahun 2006. Yang kemudian dilanjutkan dengan KTSP tersebut.
Di era otonomi pendidikan ini, pemerintah menggulirkan kebijakan yang
sama sekali berbeda di masa silam. Berakhirnya KBK ditandai pula dengan
-
7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah
44/76
33
dicabutnya penerapan kurikulum nasional. Inilah era Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). KTSP ditetapkan pada 23 mei 2006, berdasarkan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22/2006 tentang Standar Isi
Pendidikan dan Permendiknas No 23/2006 tentang Standar Kompetensi Kelulusan.
KTSP menghendaki kurikulum disusun dan dikembangkan sendiri oleh
sekolah. Depdiknas dan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), lembaga
yang tugasnya, antara lain membuat kurikulum, hanya memberikan kisi-kisi materi
yang akan diujikan secara nasional. Pemerintah hanya membuat standar-standar
nasional sedangkan isi kurikulum dibuat oleh Sekolah. Guru diberikan kebebasan
mengembangkan indikator penilaian dan materi pokok sesuai dengan karakteristik
daerah, lingkungan dan peserta didik. Disini kembali dituntut peran Guru yang amat
besar untuk mampu melaksanakan kurikulum ini, bukan sekedar Guru yang hanya
mencari nafkah dari pekerjaannya akan tetapi seorang Guru yang mengerti betul
dengan filosofi pembelajaran dan menguasai betul secara mental untuk memberikan
pengajaran kepada anak didiknya sebagai seorang manusia.
Sesungguhnya sosialisasi KTSP ini sudah dilaksanakan oleh Departemen
Pendidikan Nasional melalui Ditjen PMPTK dengan berbagai cara dan kesempatan.
Salah satu caranya adalah dengan mengembangkan CD yang berisikan KTSP,
Widya Iswara pada LPMP dan P4TK seringkali melakukan kunjungan ke daerah
untuk mensosialisasikannya, menggunakan metode Master TOT,melalui asosiasi
Guru yang ada dan lain sebagainya. Dan sebenarnya sudah cukup dirasakan oleh
Guru-guru yang ada di seluruh Indonesia, minimal mereka mengetahuinya.Dan
salah satu upaya yang sekarng ini amat dinantikan adalah peran serta masyarakat
-
7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah
45/76
34
melalui LSM-LSM untuk dapat mensosialisasikannya, tidak hanya bisa mengkritisi
akan tetapi tidak memberikan solusi yang terbaik bagi anak bangsa ini. Yang perlu
menjadi catatan dengan KTSP ini adalah bukan hanya kepada sosialisasi akan tetapi
kemampuan Guru untuk dapat mengembangkan kurikulum ini, karena kurikulum
ini betul-betul membutuhkan Guru yang capabledan mampu melakukan analisis-
analisis untuk menghasilkan kurikulum terbaik bagi peserta didiknya.
Jadi, penerapan KTSP di sekolah mempunyai kelebihan dan kekurangan .
Sebagai kelebihan KTSP adalah: 1) sebagai kurikulum untuk mempertegas
kurikulum sebelumnya sehingga tidak diperlukan lagi uji publik. KTSP akan
diberlakukan kepada sekolah yang sudah siap dan memiliki daya dukung yang
memadai; 2) diberlakukan di sekolah dengan penyesuaian kondisi lokal; 3)
mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan; 4)
mendorong para guru, kepala sekolah dan pihak manajemen sekolah untuk semakin
meningkatkan kreativitasnya dalam menyelenggarakan program pendidikan; 5)
KTSP sangat memungkinkan bagi setiap sekolah menitikberatkan dan
mengembangkan mata pelajaran tertentu yang akseptabel bagi kebutuhan siswa.
Disamping itu, KTSP memberi peluang yang lebih luas kepada sekolah-
sekolah plus untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan. Sehingga
KTSP memberi angin segar bagi sekolah-sekolah yang menyebut dirinya sebagai
sekolah berstandar nasional plus.
Adapun sebagai kelemahan KTSP menyangkut: 1) kurangnya SDM yang
memadai yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP pada setiap satuan
pendidikan yang ada; 2) kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung
-
7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah
46/76
35
sebagai kelengkapan dari pelaksanaan KTSP. Disamping itu, masih banyak guru
yang belum memahami KTSP secara utuh, penyusunannya maupun praktiknya
dilapangan.
Seperti yang telah diuraikan di atas, bahwa Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan
oleh masing-masing satuan pendidikan. Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan
pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang dikembangkan BSNP. Pengembangan KTSP diserahkan
kepada para pelaksana pendidikan (guru, kepala sekolah, komite sekolah, dan
dewan pendidik) untuk mengembangkan berbagai kompetensi pendidikan
(pengetahuan, keterampilan, dan sikap) pada setiap satuan pendidikan, di sekolah
dan daerah masing-masing.
Mengingat bahwa penyusunan KTSP diserahkan kepada satuan pendidikan,
sekolah, dan daerah masing-masing, diasumsikan bahwa guru, kepala sekolah,
komite sekolah, dan dewan pendidikan akan sangat bersahabat dengan kurikulum
tersebut, karena terlibat secara langsung dalam proses penyusunan dan yang akan
melaksanakannya dalam proses pembelajaran di kelas, sehingga memahami betul
apa yang harus dilaksanakan sehubungan dengan kekuatan, kelemahan. Peluang,
dan tantangan, yang dimiliki oleh setiap satuan pendidikan di daerah masing-
masing.
Keterlibatan guru, kepala sekolah, masyarakat yang tergabung dalam komite
sekolah dan dewan pendidikan dalam mengambil keputusan akan membangkitkan
rasa kepemilikan yang lebih tinggi terhadap kurikulum, sehingga mendorong untuk
-
7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah
47/76
36
mendayagunakan sumber daya yang ada seefisien mingkun untuk mencapai hasil
yang optimal. Konsep ini didasarkan pada Self Determination Theory yang
menyatakan bahwa jika seseorang memiliki kekuasaan dalam mengambil suatu
keputusan, maka akan memiliki tanggung jawab yang besar untuk melaksanakan
keputusan tersebut.
-
7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah
48/76
37
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Peneli tian
Jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif. Penggunaan penelitian kualitatif dimaksudkan untuk mendukung data
lapangan yang dianggap cukup menunjang dalam menguraikan dan menganalisis
hasil penelitian. Penelitian kualitatif pada prinsipnya merupakan salah satu upaya
untuk menemukan teori yang dapat menunjang hasil penelitian dan hal ini
dilakukan melalui pendekatan induktif. Dengan pendekatan tersebut, data
dikumpulkan kemudian dianalisa dan diabstraksikan sehingga muncul teori-teori
sebagai penemuan penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif ini dapat dimengerti melalui buku yang berjudul
Metodologi Penelitian Kualitatif karya Lexy J. Moleong, yang mengemukakan
bahwa metode kualitatif sebagai prosedur yang menghasilkan data deskriftif berupa
kata-kata tertulis atau lisan orang-orang dan perilaku yang diamati.24
Penelitian kualitatif ini dilakukan untuk mengahasilkan data yang objektif
sesuai kejadian-kejadian di lokasi penelitian dan tidak memerlukan hipotesis yang
sifatnya menduga-duga.
Adapun perkembangan yang dipergunakan dalam penelitian kualitatif adalah:
1. Penyesuaian pendekatan kualitatif lebih mudah apabila berhadapan
dengan kenyataan ganda ;
2. Bersifat langsung antara peneliti responden ;
24
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Cet. III; Bandung: Remaja Rosdakarya,2002), h. 5.
-
7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah
49/76
38
3. Lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak
penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola yang dihadapi.25
Alasan menggunakan pendekatan kualitatif yaitu: Pertama, karena lebih
mudah mengadakan penyesuaian dari pada kenyataan yang berdimensi ganda.
Kedua, lebih mudah menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara
penelitian.Ketiga, memiliki kepekaan dan daya penyesuaian diri dengan banyak
pengaruh yang timbul dari pola-pola nilai yang dihadapi.
Penggunaan pendekatan kualitatif juga didasarkan pada data yang
dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar atau dokumen lain dan bukan angka-
angka, sehingga dalam penelitian nanti uraian hasil penelitian akan berisi kutipan-
kutipan data untuk memberi gambaran yang berkisar padapenerapan kurikulum
KTSP di Madrasah Aliyah Alkhairaat Pusat Palu.
Tujuan penelitian ini untuk memperoleh data ilmiah yang bersifat alamiah
dari lokasi penelitian.
B. Rancangan Peneli tian
Menurut Lexy J. Moleong, rancangan penelitian dapat diartikan sebagai
usaha merencanakan dan menentukan sagala kemungkinan dan perlengkapan
dalam suatu penelitian kualitatif.26
Penelitian ini memfokuskan pada implikasi kurikulum KTSP berkarakter
tingkat Madrasah Aliyah terhadap perilaku keseharian peserta didik di Madrasah
Aliyah Alkhairaat Pusat Palu. Untuk mengungkap dan mendeskripsikan fokus
tersebut diperlukan pengamatan mendalam pada situasi alamiah dengan
25
Ibid., h. 6.26Ibid.,h. 236.
-
7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah
50/76
39
menggunakan pendekatan kualitatif. Melalui pendekatan kualitatif dapat dihasilkan
pemahaman atas makna substantif dari gejala yang menampak, peristiwa sosial, dan
perilaku subjek terteliti yang berkaitan dengan fokus penelitian.
C. Lokasi Peneli tian dan Kehadir an Peneli ti
1. Lokasi Penelitian
Adapun yang menjadi objek atau sasaran lokasi penelitian adalah di
lingkungan Madrasah Aliyah Alkhairaat Pusat Palu.
2. Kehadiran Peneliti
Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya bahwa bahwa peneliti
merupakan instrumen kunci dalam penelitian kualitatif, kehadiran peneliti
merupakan sesuatu yang penting dan mutlak pada lokasi yang dijadikan objek
penelitian. Kehadiran peneliti dilakukan secara resmi yakni dengan cara peneliti
mendapatkan surat izin dari pihak Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palu.
Dengan izin tersebut, peneliti melaporkan maksud kehadiran pada Madrasah
Aliyah Alkhairaat Pusat Palu, yang diawali penyerahan surat izin penelitian. Dan
berdasarkan izin tersebut diharapkan peneliti mendapat izin dan diterima sebagai
peneliti olehKepala Madrasah Aliyah Alkhairaat Pusat Palu, untuk melakukan
penelitian terhadap pokok masalah sesuai data yang diperlukan.
Sebagai upaya untuk mendapatkan dan mengumpulkan data yang akurat di
lapangan maka kehadiran peneliti di lokasi mutlak adanya. Peneliti selaku
instrumen utama dan observasi langsung.
Waktu penelitian yang dibutuhkan kurang lebih sebulan lamanya, mulai
tanggal 19 Juni sampai dengan tanggal 20 Juli 2014.
-
7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah
51/76
40
D. Data dan Sumber Data
Data dan sumber data merupakan faktor penentu keberhasilan suatu
penelitian.Tidak dapat dikatakan suatu penelitian bersifat ilmiah, bila tidak ada data
dan sumber data yang dapat dipercaya.Loflaf dan Moleong dalam Sugiono
mengemukakan bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-
kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.27
Sedangkan menurut S. Nasution, Sumber data dalam suatu penelitian ini
dikategorikan dalam dua bentuk yaitu: data primer dan data skunder.28Data
primer yaitu jenis data yang diperoleh lewat pengamatan langsung di lapangan.29
Sedangkan data sekunder adalah: data penunjang yang merupakan data pelengkap
yang diperoleh melalui litertur-literatur, dokumen-dokumen dan lain-lain, seperti
data statistik yang telah tersedia sebagai sumber data tambahan bagi
keperluannya.30
Berkaitan dengan hal tersebut, maka sumber data dalam penelitian ini dibagi
dalam beberapa kategori yaitu:
a. Kata-kata dan tindakan orang yang diamati atau diwawancarai. Hal ini
merupakan data utama, yang dicatat melalui catatan tertulis, perekaman atau
tape recorder. Pencatatan ini dilakukan melalui wawancara bersama Kepala
Madrasah Aliyah Alkhairaat Pusat Palu, Wakamad Kurikulum, seorang
27Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan kuantitatif, Kualitatif dan R dan D
(Bandung: Alfabeta, 2008), h. 11.28S. Nasution,Metode Research (Penelitian Ilmiah), (Cet. IV; Jakarta: Bumi Aksara, 2004),
h. 143.29Ibid., h. 145.30Lexy J. Moleong, op.cit.,h. 116.
-
7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah
52/76
41
guru PAI, dan peserta didik yang dianggap kompoten dengan permasalahan
yang akan diteliti.
b. Sumber tertulis, merupakan bahan tambahan atau sumber kedua, yang
berasal dari berbagai, majalah ilmiah, arsip, dan dokumen laporan bulanan
dan lain sebagainya.
c. Data statistik; merupakan sumber data tambahan, misalnya data
tentangpeserta didik atau guru.
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penilitian, penggunaan metode yang tepat amat diperlukan untuk
menentukan teknik dan alat pengumpulan data yang akurat dan relevan.
penggunaantekhnik dan alat pengumpulan data yang yang relevan memungkinkan
diperolehnya data yang objektif.31
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam tahap pengumpulan data ini
terdiri dari tiga cara, yaitu :
1. Observasi
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Winarno Surahmad Metode observasi
ialah suatu teknik mengumpulkan data dimana penyelidik mengadakan
pengamatan langsung (tanpa perantara alat) terhadap gejala-gejala obyek yang
dimiliki.32
Metode ini Penulis gunakan untuk mengamati secara langsung dan mencatat
tentang situasi yang ada dalam lingkungan Madrasah Aliyah Alkhairaat Pusat Palu.
31Ibid., h. 158.32
Winarno Surahmad,Dasar dan Teknik Research Pengantar Metodologi Ilmiah(Bandung:Badan Penerbit IKIP Bandung, 1968), h. 152.
-
7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah
53/76
42
2. Wawancara
Lexy J. Moleong mengemukakan bahwa teknik wawancara (interview)
adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dimana
dua atau tiga orang lebih bertatap muka mendengarkan suara langsung informasi-
informasi atau kata-kata.33Instrumen penelitian yang digunakan dalam kegiatan
ini adalah walkmanatau tape recorderdan alat tulis untuk transkip wawancara dan
pedoman wawancara. Dalam hal ini, pendekatan yang digunakan adalah petunjuk
umum wawancara yang berisi kerangka dan garis-garis besar serta pokok-pokok
yang ditanyakan dalam wawancara.
3. Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah suatu teknik yang dipakai untuk menemukan data
dengan memperhatikan dan melihat dari papan nama, statistik dan tempat kertas
arsip yang ada di tempat yang menjadi obyek sasaran penelitian, di lingkungan
Madrasah Aliyah Alkhairaat Pusat Palu.
F. Teknik Analisis Data
Setelah sejumlah data dan keterangan penulis kumpulkan,maka langkah
selanjutnya adalah menganalisis data. Adapun tekhnik analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini, terdiri dari tiga tahap, yaitu:
1. Reduksi data
Reduksi data yaitu penulis merangkum beberapa data yang ada di lapangan,
kemudian mengambil dari beberapa data yang dianggap mewakili untuk dimasukan
dalam pembahasan ini.
33Lexy J. Moleong, op.cit.,h. 135.
-
7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah
54/76
43
Mattew B. Milles dan A