INDENTIFIKASI MORFOLOGI DAN BEBERAPA SIFAT FISIK TANAHPADA PERTANAMAN UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz)
MONOKULTUR DAN KEBUN CAMPURAN DI DESA HAJIMENAKECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
Oleh
MUHAMMAD NUR SIDIQ
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2017
Muhammad Nur Sidiq
ABSTRAK
IDENTIFIKASI MORFOLOGI DAN BEBERAPA SIFAT FISIK TANAHPADA PERTANAMAN UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz)
MONOKULTUR DAN KEBUN CAMPURAN DI DESA HAJIMENAKECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
Oleh
Muhammad Nur Sidiq
Tanaman ubi kayu merupakan tanaman yang memiliki peran penting bagi
kelangsungan hidup masyarakat, namun keberadaanya sering dianggap merusak
lahan pertanian, anggapan ini diduga timbul karena kemampuan tanaman ubi kayu
untuk tumbuh dan berproduksi di lahan yang kurang baik sekalipun, budidaya
tanaman ubi kayu yang umumnya menggunakan sisitem OTI dianggap dapat
memepercepat degredasi lahan, dan kebun campuran dengan sisitem OTM
dianggap lebih ramah terhadap tanah. Penelitian bertujuan untuk mengetahui
perubahan yang terjadi pada tanah akibat pertanaman ubi kayu monokultur dan
kebun campuran yang dilihat berdasarkan perbedaan morfologi dan beberapa sifat
fisik tanah. Dari hasil pengamatan morfologi tanah, lahan ubi kayu memiliki
lapisan permukaan yang lebih tipis, dengan warna, struktur dan konsistensi tanah
yang tidak jauh berbeda pada lapisan permukaan, sedangkan dari pengamatan sifat
fisik, pada lahan ubi kayu didapatkan kelas tekstur lempung liat berpasir pada
Muhammad Nur Sidiq
lapisan permukaan dimana fraksi pasir lebih rendah, dan fraksi liat lebih tinggi,
nilai kerapatan isi dan ruang pori pada lahan ubi kayu lebih baik, dan kemantapan
agregat tidak stabil, sedangkan pada kebun campuran didapatkan kelas tekstur
Lempung berpasir pada lapisan permukaan dimana fraksi pasir lebih tinggi dan
fraksi liat lebih rendah, nilai kerapatan isi dan ruang pori tanah yang lebih buruk
dengan agregat tanah yang stabil.
Kata Kunci : kebun campuran, morfologi, sifat fisik tanah, ubi kayu.
IDENTIFIKASI MORFOLOGI DAN BEBERAPA SIFAT FISIK TANAH
PADA PERTANAMAN UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz)
MONOKULTUR DAN KEBUN CAMPURAN DI DESA HAJIMENA
KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
Oleh
Muhammad Nur Sidiq
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PERTANIAN
pada
Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 4 April 1991 sebagai anak
ketiga dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Dwi Nurcahyono dan Ibu
Suprapti. Penulis memulai pendidikan Sekolah Dasar di SD N 3 Rajabasa, lulus
pada tahun 2003. Penulis meneruskan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di
SMP N 19 Bandar Lampung, lulus pada tahun 2006, Sekolah Menengah Kejuruan
di SMK 2 MEI Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2009. Pada tahun
yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa Agroteknologi, Universitas
Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri
(SNMPTN). Penulis telah melakukan Praktik Umum (PU) di Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung pada Juli 2012. Pada Januari 2013,
penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Panutan, Kecamatan
Pagelaran, Kabupaten Pringsewu, Lampung.
Karya kecilku ini kupersembahkan untuk keluargaku
tercinta....
SANWACANA
Puji dan rasa syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi dengan judul “Identifikasi Morfologi dan Beberapa Sifat Fisik Tanah pada
Pertanaman Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz) Monokultur dan Kebun
Campuran di Desa Hajimena Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan”
adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Universitas
Lampung. Dengan selesainya skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Ir. Didin Wiharso, M.Si., selaku Pembimbing I atas kesediaan dan
kesabarannya membimbing, membagi ilmu, menasehati penulis serta
membantu penulis menyelesaikan skripsi ini;
2. Ir. Hery Novpriansyah, M.Si., selaku pembimbing II atas kesediaan waktu,
ilmu, dan bimbingan yang diberikan;
3. Prof. Dr. K.E.S. Manik, M.S., selaku pembahas atas, ilmu dan kesempatan
yang diberikan;
4. Ibu Ir. Rugayah, M.S., selaku Pembimbing Akademik yang selalu
memberikan nasihat, motivasi, dukungan, dan arahan semasa perkuliahan;
5. Bapak dan Ibu Dosen beserta staf Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Lampung;
6. Ibu Prof. Dr. Ir. Ainin Niswati, M.S., M.Agr. Sc, selaku Ketua Bidang Ilmu
Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lampung;
7. Ibu Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M. Si., selaku Ketua Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Lampung;
8. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M. Si., selaku Dekan Fakultas
Pertanian, Universitas Lampung;
9. Ibu dan Ayah tercinta yang dengan penuh kesabaran membimbing penulis
menjadi manusia yang lebih baik;
10. Kepada kakak dan adik tercinta : Mba Ria, Kak Ipin, Mada, Pipit, Mba Isma,
Kak Nop, dan Mba Sarti;
11. Sahabat-sahabatku: Teguh, Rendi, Iqbal, Gigih, Jaka, Ulil, MarDika, Adit,
Mita, Riana, Okta, Husna, atas bantuan dan dukungan;
12. Teman teman penelitian, Rusdi, Derta, Yongki, Maul, Karin, Hiday, Linda,
Dika, Diki, Ade, Ganda, Ketut, Fathia dan teman-teman AGT lainnya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, akan tetapi
semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat. Penulis berharap semoga Allah
SWT membalas kebaikan semua pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Bandar Lampung, 22 Desember 2016Penulis
Muhammad Nur Sidiq
DAFTAR ISI
halamanDAFTAR TABEL ...................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xv
I. PENDAHULUAN .................................................................................
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Tujuan ............................................................................................. 2
1.3 Kerangka Pemikiran ....................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................
2.1 Morfologi Tanah ............................................................................. 5
2.1.1 Lapisan Tanah/Horizon ........................................................ 62.1.2 Warna Tanah ........................................................................ 92.1.3 Tekstur Tanah ....................................................................... 102.1.4 Struktur Tanah ...................................................................... 112.1.5 Konsistensi ............................................................................ 122.1.6 Vegetasi ................................................................................ 132.1.7 Perakaran .............................................................................. 14
2.2 Sifat Fisik Tanah ............................................................................ 15
2.2.1 Kemantapan Agregat ............................................................. 162.2.2 Ruang Pori Total .................................................................. 172.2.3 Kerapatan Isi ........................................................................ 172.2.4 Bahan Organik Tanah ........................................................... 18
2.3 Morfologi Tanah Ubi Kayu dan Kebun Campuran ........................ 19
III. BAHAN DAN METODE ...................................................................
3.1 Waktu dan Tempat ......................................................................... 20
3.2 Bahan dan Alat ................................................................................ 20
3.3 Metode Penelitian............................................................................ 21
3.4 Analisis Data ................................................................................... 23
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...........................................................
4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian ............................................... 24
4.1.1 Lokasi Penelitian................................................................. 244.1.2 Letak Geografis................................................................... 244.1.3 Iklim.................................................................................... 254.1.4 Penggunaan Lahan .............................................................. 25
4.2 Morfologi Tanah ........................................................................... 25
4.2.1 Kedalaman Lapisan............................................................. 274.2.2 Warna Tanah....................................................................... 284.2.3 Struktur Tanah .................................................................... 304.2.4 Konsistensi Tanah............................................................... 31
4.3 Sifat Fisik Tanah
4.3.1 Tekstur Tanah ..................................................................... 324.3.1.1 Persentase Fraksi Pasir Total.................................. 324.3.1.2 Persentase Fraksi Debu Total ................................. 344.3.1.3 Persentase Fraksi Liat Total ................................... 35
4.3.2 Kerapatan Isi ....................................................................... 364.3.3 Ruang Pori Total ................................................................. 384.3.4 Kemantapan Agregat .......................................................... 394.3.5 Bahan Organik Tanah ......................................................... 42
V. KESIMPULAN DAN SARAN............................................................. 45
5.1 Kesimpulan...................................................................................... 45
5.2 Saran................................................................................................ 46
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 47
LAMPIRAN................................................................................................ 49
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Morfologi tanah pada lahan ubi kayu dan kebun campuran ................. 26
2. Kedalaman lapisan ................................................................................. 27
3. Warna Tanah .......................................................................................... 28
4. Struktur tanah pada lahan ubi kayu dan kebun campuran...................... 30
5. Konsistensi tanah pada lahan ubi kayu dan kebun campuran ................ 31
6. Tekstur tanah pada lahan ubi kayu dan kebun campuran ...................... 32
7. Kemantapan agregat pada tanah ubi kayu dan kebun campuran .......... 39
8. Data sifat fisik tanah pada lahan ubi kayu dan kebun campuran ........... 50
9. Kandungan C–organik di lahan ubi kayu dan kebun campuran ............. 56
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Perbandingan persentase fraksi pasir total ............................................ 33
2. Perbandingan persentase fraksi debu total ............................................ 35
3. Perbandingan persentase fraksi liat total ............................................... 36
4. Perbandingan nilai kerapatan isi ........................................................... 37
5. Perbandingan persentase nilai ruang pori total ..................................... 38
6. Perbandingan persentase kandungan C-organik ................................... 42
7. Profil tanah pada lahan ubi kayu ........................................................... 51
8. Profil tanah pada kebun campuran ........................................................ 52
9. Contoh visual dari penentuan kelas kemantapan agregat ..................... 53
10. Nilai kemantapan agregat tanah pada lahan ubi kayu ......................... 54
11. Nilai kemantapan agregat tanah pada kebun campuran ...................... 55
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan tanaman yang memiliki
peran penting bagi kelangsungan hidup masyarakat Indonesia, hal ini dapat dilihat
dari data BPS bahwa produksi ubi kayu di Indonesia pada tahun 2014 yang
mencapai 23,4 juta ton per tahun, nilai tersebut menggambarkan bahwa tanaman
ubi kayu memiliki peranan penting bagi masyarakat, baik sebagai mata pencarian,
untuk konsumsi atau bahan baku industri.
Namun keberadaan ubi kayu sering dianggap sebagai komoditas yang
memberikan dampak buruk bagi lahan, anggapan ini diduga timbul karena sering
ditemukannya lahan budidaya ubi kayu dalam kondisi yang buruk, namun
kemampuan ubi kayu untuk tumbuh dan berproduksi di lahan yang kurang baik
diduga menjadi penyebab komoditas ini sering ditanam di lahan yang buruk,
sehingga hal ini memberikan anggapan bahwa tanaman ubi kayu dapat merusak
lahan pertanian.
Selain itu budidaya ubi kayu umumnya dilakukan dengan pengolahan tanah yang
intensif. Menurut LIPTAN (1994), olah tanah intensif dapat membuat agregat
tanah mempunyai kemantapan rendah, lebih mudah mengalami erosi dan dalam
jangka panjang, mengakibatkan pemadatan pada lapisan tanah bagian bawah
2
lapisan olah, sementara itu kebun campuran yang dibudidayakan dengan sistem
olah tanah minimum, dianggap lebih ramah dalam kemampuanya mendegradasi
lahan.
Berdasarkan hal-hal tersebut maka identifikasi morfologi dan beberapa sifat fisik
tanah perlu dilakukan, agar diketahui perubahan yang terjadi pada tanah akibat
pertanaman ubi kayu monokultur dan kebun campuran, yang dilihat dari
perbedaan ciri-ciri umum tanah dan beberapa sifat fisik tanah.
1.2 Tujuan Penelitian
Adapun penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui perbedaan morfologi tanah pada lahan pertanaman ubi kayu
dan kebun campuran di desa Hajimena kecamatan Natar, kabupaten
Lampung Selatan.
2. Mengetahui perbedaan beberapa sifat fisik tanah pada lahan pertanaman
ubi kayu dan kebun campuran di desa Hajimena kecamatan Natar,
kabupaten Lampung Selatan.
1.3 Kerangka Pemikiran
Menurut Howeler (2014) diakui dalam banyak uji coba, dibandingkan 10 jenis
tanaman lain (ubi jalar, jagung, padi, gandum, kedelai, tebu, kentang, tembakau,
sorgum, dan kacang tanah ), dalam kemampuannya memanfaatkan unsur hara
terutama hara N, P, dan K, ubi kayu tidak lebih boros dari tanaman lainya, hanya
erosi yang menjadi masalah apabila budidaya ubi kayu dilakukan pada lahan
miring/berlereng dibandingkan dengan tanaman lainya.
3
Tanaman ubi kayu pada umumnya dibudidayakan menggunakan sistem olah tanah
intensif dimana menurut LIPTAN (1994), pada sistem olah tanah intensif tanah
dihancurkan oleh alat pengolah sehingga agregat tanah mempunyai kemantapan
rendah, jika pada saat tersebut terjadi hujan, tanah dengan mudah dihancurkan dan
terangkut bersama air permukaan (erosi). Dalam jangka panjang, pengolahan
tanah yang terus menerus mengakibatkan pemadatan pada lapisan tanah bagian
bawah lapisan olah.
Pada lahan di kebun campuran, olah tanah yang digunakan pada umumnya adalah
sistem olah tanah minimum, dimana menurut LIPTAN (1994), pengolahan tanah
minimum (minimum tillage) adalah pengolahan tanah yang dilakukan secara
terbatas atau seperlunya tanpa melakukan pengolahan tanah pada seluruh areal
lahan.
Efek pembajakan dalam jangka panjang yang ditimbulkan oleh penghancuran
agregat tanah adalah tanah yang kurang ter-agregasi dan lebih padat, lahan
garapan yang terbuka juga menderita gangguan agregat karena dampak curah
hujan tanpa adanya vegetasi penutup tanah, pemadatan tanah juga mengakibatkan
menurunnya ruang pori pada tanah (Foth, 1994).
Dari hasil penelitian Tiandra (2015), pada lahan ubi kayu yang telah digunakan
selama 10 tahun lebih, jika dibandingkan dengan kebun campuran, morfologi
tanah pada lahan ubi kayu memiliki konsistensi dan struktur tanah yang tidak jauh
berbeda, hanya saja kebun campuran memiliki lapisan permukaan yang lebih tebal
dan warna yang lebih gelap.
4
Untuk mengetahui perkembangan tanah akibat sistem pengolahan tanah yang
digunakan pada pertanaman ubi kayu monokultur dan kebun campuran, dilakukan
pengidentifikasian morfologi dan beberapa sifat fisik tanah. Pembandingan kedua
sistem olah tanah ini dilakukan untuk mengetahui apakah pertanaman ubi kayu
monokultur memberikan perubahan yang besar terhadap morfologi dan sifat fisik
tanah tanah yang ditanaminya apabila dibandingkan dengan pertanaman di kebun
campuran.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Morfologi Tanah
Morfologi adalah suatu keahlian yang memerlukan pengamatan tajam dan
kemampuan untuk melukiskan serta melaporkan dengan kata-kata dan gambar
suatu objek yang dibahas, tujuan morfologi yang utama adalah suatu uraian
pelukisan, sehingga morfologi tanah berarti suatu uraian tanah mengenai
kenampakan-kenampakan, ciri-ciri dan sifat umum yang diperhatikan suatu profil
tanah (Darmawijaya, 1997).
Morfologi tanah menerangkan sejumlah fakta kepada para pemeta dan pakar
tanah, sehingga dapat menjelaskan persoalaan genesis tanah, ciri-ciri morfologi
profil tanah merupakan petunjuk dari proses-proses yang telah dialami suatu jenis
tanah selama pelapukan dan perkembangannya, perbedaan intensitas faktor-faktor
pembentukan tanah terutama iklim meninggalkan ciri-ciri pada profil tanah yang
digunakan untuk menentukan suatu jenis tanah.
Tubuh tanah jika dipotong tegak akan memperlihatkan suatu seri lapisan yang
dinamakan horizon, karena masing-masing lapisan itu sedikit banyak sejajar
dengan permukaan bumi (horisontal), masing-masing horizon memiliki ciri
6
morfologis, sifat kimia, fisika dan biologi yang khas. Profil tanah adalah urutan
susunan horizon yang tampak dalam anatomi tubuh tanah (Darmawijaya, 1997).
2.1.1 Lapisan tanah/Horizon
Horizon adalah lapisan tanah yang hampir sejajar dengan permukaan, terbentuk
karena proses pembentukan tanah. Horizon diberi simbol huruf (O, A, E, B, C, R)
dan angka yang mengikuti huruf tersebut, lapisan yang tidak atau belum
mengalami proses pembentukan tanah tidak termasuk horizon, dan diberi simbol
angka romawi.
Penjelasan Lapisan /horizon (Soil Survey staff, 1992) horizon utama:
O: Horizon organik pada tanah mineral mempunyai ciri ciri utama:
1. Terbentuk di bagian atas tanah mineral,
2. Sebagian besar dari bahan organik segar dan setengah lapuk,
3. Mengandung bahan organik > 30% bila fraksi mineralnya mengandung
liat > 50%, atau > 20% bila fraksi mineral tidak mengandung liat.
O1: Horizon organik : terutama dari bahan bahan tumbuhan yang
masih Nampak jelas, berhubung dengan lapisan L (liter) dan beberapa
F (Fermentation) di tanah hutan. Dahulu diberi simbol A0
O2: Horizon organik yang bentuk aslinya tidak terlihat lagi. Terdapat
horizon (humus) dan f menurut simbol lama, dahulu diberi simbol A0.
A: Horizon mineral dengan ciri utama:
1. Tempat penimbunan bahan organik atau terbentuk dekat permukaan,
7
2. Telah kehilangan liat, besi, atau aluminium, menyebabkan pengumpulan
mineral resisten seperti kwarsa pada fraksi pasir dan debu,
3. Termasuk kedua horizon tersebut di atas.
A1: Horizon mineral terbentuk dekat permukaan, penimbunan humus
bercampur dengan mineral
A2: Horizon yang kehilangan liat, besi atau aluminium (Eluvation).
Kwarsa dan mineral resisten lain terkumpul dalam fraksi pasir dan
debu.
A3: Horizon peralihan A ke B lebih menyerupai horizon di atasnya
(A1 dan A2) dan sedikit mempunyai sifat sifat horizon B
AB: Horizon peralihan A ke B, memiliki ciri horizon di atasnya (A)
dan di bawahnya (B), tidak dapat dipisahkan menjadi horizon A3 dan
B1 (biasanya tipis) A&B: horizon yang 50% memiliki ciri horizon A2
dan 50% memiliki ciri horizon B
AC: Horizon peralihan A ke C , memiliki sifat horizon A dan C, salah
satu (A atau C) tidak dominan.
B: Horizon mineral dengan ciri-ciri utama:
1. Iluviasi besi, almunium, humus (salah satu atau gabungan),
2. Penimbunan relatif (residual) senyawa seskuioksida atau liat silikat (salah
satu atau gabungan), terbentuk karena pemindahan karbonat atau garam
garam yang mudah larut,
3. Terdapat selaput liat yang cukup memberikan warna lebih gelap, lebih
kuat, lebih merah daripada horizon di atas/di bawahnya, tidak dengan
8
iluviasi besi dan tidak ada hubungan genesis dengan horizon B tersebut,
di atas solum yang sama,
4. Perubahan (Alteration) bahan dari keadaan aslinya yang tidak disebut
diatas, sehingga tidak nampak lagi struktur batuan asal, seperti liat silikat,
pembebasan oksida, atau keduanya membentuk struktur kersai, kubus
atau prisma.
5. B&A: Horizon yang 50% memiliki ciri horizon B dan 50% memiliki ciri
horizon A2 , yang memiliki ciri-ciri utama:
B1: Horizon peralihan A ke B, atau A2 ke B yang mempunyai sifat utama
lebih menyerupai horizon B2, tapi hanya sedikit mempunyai ciri-ciri A1
atau A2.
B2: bagian horizon B yang sifatnya digunakan sebagai dasar untuk
mencirikan horizon B, dan tidak jelas menunjukkan sifat horizon (di
atasnya) dan mempunyai juga ciri-ciri tambahan horizon C atau R (hanya
digunakan jika ada B2 di atasnya).
B3: horizon peralihan B ke C atau R, yang secara jelas dicirikan oleh
horizon B2 (di atasnya), dan C atau R (di bawahnya).
C: Horizon atau lapisan mineral, tidak temasuk batuan kukuh (bedrock).
Mempunyai atau tidak mempunyai proses pembentukan tanah dan tidak
mempunyai sifat-sifat A atau B, namun termasuk bahan yang mengalami:
1. Pelapukan di luar zona aktivitas biologi
2. Sementasi “Reversible”, perkembangan keteguhan (brittleness),
perkembangan kepadatan, dan sifat-sifat fragipan yang lain,
3. Glesiasi,
9
4. Penimbunan kapur, magnesium karbonat, atau garam-garam larut,
5. Sementasi oleh penimbunan kapur, silikat larut dalam basa atau oleh besi
dan silikat.
R: Batuan kukuh (pejal) di bawah solum seperti granit, batu pasir atau batu kapur
Bila menyerupai bahan induk digunakan simbol R, bila berasal dari bahan yang
berbeda dengan bahan induk R didahului oleh angka romawi (menunjukan lapisan
“litologis” yang berbeda) (Mahi, 2013).
2.1.2 Warna Tanah
Warna merupakan ciri tanah yang paling jelas dan mudah ditentukan di lapang,
warna mencerminkan beberapa sifat tanah tertentu. Kandungan bahan organik
tinggi menyebabkan warna tanah menjadi gelap. Tanah dengan drainase buruk
atau sering terjenuhi air akan berwarna kelabu. Tanah yang mengalami dehidatrasi
senyawa besi berwana merah.
Warna ditentukan dengan standar warna “Munsell soil color Chart”, meliputi
penentuan :
Warna dasar tanah (Matriks),
Warna bidang struktur dan selaput liat (terutama untuk tanah berstruktur
gumpal/sudut),
Warna karatan dan konkresi,
Warna humus.
10
Warna dinyatakan dalam tiga satuan, yaitu “HUE”, “VALUE”, dan “CHROMA”
menurut warna yang tercantum dalam lajur yang bersangkutan (Mahi, 2013).
2.1.3 Tekstur Tanah
Merupakan perbandingan fraksi pasir, debu dan liat dalam massa tanah. Fraksi
adalah butir tunggal tanah dengan ukuran tertentu. Berdasarkan perbandingan
kandungan ke tiga fraksi tersebut tekstur tanah digolongkan dalam beberapa kelas:
Penetapan kelas tekstur di lapang :
Pasir (s) : rasa kasar jelas, tidak membentuk bola dan gulungan, tidak
melekat
Pasir berlempung (ls) : rasa kasar sangat jelas, membentuk bola yang
mudah sekali hancur, sedikit melekat
Lempung (l) : rasa tidak kasar dan tidak licin, membentuk bola teguh,
dapat sedikit digulung dengan permukaan mengkilap dan agak melekat
Debu (si) : rasa licin sekali, membentuk bola teguh, dapat sedikit digulung
dengan permukaan mengkilap dan agak melekat
Lempung berliat (cl.l) : rasa agak licin, membentuk bola agak teguh
(kering), membentuk guludan jika dipirid, guludan mudah hancur, melekat
sedang.
Lempung liat berpasir (scl.l) : rasa kasar agak jelas, membentuk bola agak
teguh (kering), membentuk guludan jika dipirid, guludan mudah hancur,
melekat.
Lempung liat berdebu (sicl.l) : rasa licin jelas, membentuk bola teguh,
gulungan mengkilat, melakat
11
Liat berpasir (scl) : rasa licin agak kasar, pembentuk bola dalam keadaan
kering, sukar dipijit, mudah digulung, melekat sekali.
Liat berdebu (sicl) : rasa agak licin, membentuk bola dalam keadaan
kering, sukar dipijit, mudah digulung, melekat sekali
Liat (cl) : rasa berat, membentuk bola baik, melakat sekali
Liat berat (K) : rasa berat sekali, membentuk bola baik, melakat sekali
(Mahi, 2013).
2.1.4 Struktur Tanah
Struktur merupakan kenampakan bentuk atau susunan partikel partikel primer
tanah (pasir, debu, dan liat individual) hingga partikel partikel skunder (gabungan
partikel partikel primer yang disebut ped (gumpalan) yang membentuk agregat
(bongkah). Tanah yang partikel partikelnya belum bergabung, terutama yang
bertekstur pasir, disebut tanpa struktur atau berstruktur lepas, sedangkan yang
berstruktur liat, yang terlihat massif (padu tanpa ruang pori, yang lembek jika
basah dan keras jika kering) apabila dilumat dengan air membentuk pasta disebut
juga tanpa struktur (Hanafiah, 2007).
Struktur tanah berfungsi memodifikasi pengaruh tekstur terhadap kondisi drainase
atau aerasi tanah, karna susunan antar ped atau agregat tanah akan menghasilkan
ruang yang lebih besar dibanding antar partikel primer. Oleh karna itu tanah yang
berstruktur baik akan memiliki kondisi drainase dan aerasi yang baik pula,
sehingga lebih memudahkan sistem perakaran tanaman untuk berpenetrasi dan
mengasorpsi (menyerap) hara dan air sehingga pertumbuhan dan produksi lebih
baik (Hanafiah, 2007).
12
Deskripsi tipe tipe struktur tanah :
Tipe struktur
1. Granuler: relatif tak poreus, kecil dan agak bulat, tidak terikat membentuk
ped (berada di horizon A)
2. Remah: bernilai = 1 tetapi relatif porous, antar ped tidak terikat (berada di
horizon A)
3. Lempeng: seperti tumpukan susunan piringan yang berikatan lemah,
disebut plat jika tebal dan laminar jika tipis (berada pada horizon E tanah
hutan atau Bt tanah liat)
4. Gumpal bersudut: seperti balok balok yang terbentuk dari ikatan ped ped
yang sisi sisinya bersudut tajam. Ikatan antar ped ini sering putus
membentuk balok balok kecil (berada pada horizon Bt)
5. Balok persegi:bernilai = 4, tetapi ped ped penyusun bersisi sisi bulat agak
persegi (berada pada horizon Bt)
6. Prisma: seperti pilar pilar berpermukaan rata yang terikat oleh ped prisma
lainya sebagai penyela. Ped prisma ini ada yang pecah membentuk Ped
balok kecil, (berada pada horizon Bt)
7. Kolumnar: bernilai = 6, tetapi berpermukaan bulat melingkar yang diikat
secara lateral oleh ped pilar lainya sebagai penyela. (Berada pada horizon
Bt) (Hanafiah, 2007).
2.1.5 Konsistensi Tanah
Konsistensi tanah merupakan ketahanan tanah terhadap tekanan gaya-gaya dari
luar yang merupakan indikator derajat manifestasi kekuatan dan corak gaya-gaya
13
fisik (kohesi dan adhesi) yang bekerja pada tanah selaras dengan tingkat
kejenuhan airnya. Penurunan kadar air akan menyebabkan tanah kehilangan sifat
kelekatan dan kelenturan, menjadi gembur dan lunak, serta menjadi keras dan
kaku pada saat kering.
Konsistensi ditetapkan dalam tiga kadar air tanah, yaitu:
1. Konsistensi basah (pada kadar air sekitar kapasitas lapang) untuk menilai:
(a) derajat kelekatan tanah terhadap benda-benda yang menempelinya, yang
dideskripsikan menjadi: tak lekat, agak lekat, lekat dan sangat lekat, serta
(b) derajat kelenturan tanah terhadap perubahan bentuknya, yaitu nonplastis
(kaku), agak plastis, palstis dan sangat plastis.
2. Konsistensi lembab (kadar air antara kapasitas lapang dan kering udara), untuk
menilai derajat kegemburan-keteguhan tanah, dipilah menjadi: lepas, sangat
gembur, gembur, teguh, sangat teguh, dan ekstrem teguh.
3. Konsitensi kering (kadar air kondisi kering udara) untuk menilai derajat
kekerasan tanah, yaitu: lepas, lunak, agak keras, keras, sangat keras, dan
ekstrem keras (Hanafiah, 2007).
2.1.6 Vegetasi
Vegetasi yang ada pada permukaan tanah akan mempengaruhi kecepatan
berlangsungnya erosi, dalam hal ini biasanya pada tanah tanah gundul biasanya
berlangsung erosi yang hebat, sedangkan pada hutan-hutan yang lebat tidak
berlangsung erosi atau kemungkinanya kecil sekali, jadi pada umunya vegetasi di
permukaan tanah berperan dalam proses berlangsungnya erosi, akan tetapi
dikarenakan tanaman yang beragam maka pengaruh dan hasilnya pun bebeda-
14
beda. Rumput-rumputan atau tanaman rimbun yang tumbuh rapat memiliki
kemampuan mencegah berlangsungnya erosi yang lebih besar dibanding dengan
tanaman-tanaman yang tumbuh jarang serta tidak berdaun lebat (Sutedjo, 2010).
Biota-biota tanah (bakteri, cacing, jamur) memperbaiki sifat-sifat fisik dan kimia
tanah, pergerakannya di dalam tanah akan memperbaiki porositas tanah,
sedangkan dalam proses penghancuran bahan organik tanah, ternyata peran
bakteri begitu besar, karena dihasilkannya polisakarida dan puliouronida yang
berfungsi sebagai perekat partikel partikel tanah, yang karenanya dapat berbentuk
agregat yang stabil (Sutedjo, 2010).
Akar-akar tanaman merupakan penyebab kestabilan agregat tanah pula, dalam hal
ini pengaruhnya dalam mengikat butir-butir tanah, terutama jenis tanaman
leguminosa akarnya bersimbiosis dengan jasad renik tertentu (Rhizobium) dalam
pengadaan atau tersedianya nitrogen tanah, sedangkan akar tanaman yang mati
dapat menyebabkan pertambahan pori-pori tanah (Sutedjo, 2010).
2.1.7 Perakaran
Akar tumbuh-tumbuhan memiliki hubungan penting dengan struktur tanah, akar
yang mati meninggalkan zat hara untuk jasad jasad renik (Microrganisme) yang
berfungsi penting dalam mempertahankan struktur tanah yang baik. Pepohonan
oleh tipuan angin akan menyebabkan turut bergeraknya akar, sehingga turut
membentuk struktur tanah gumpal, jika dirubah sama sekali dan diubah dengan
pertanaman akar dangkal, maka akan kehilangan strukturnya menjadi pejal,
15
sehingga setelah beberapa tahun ditanami lambat laun tanahnya akan menjadi
impermeable dan drainasenya buruk selama musim hujan.
Umumnya perakaran dalam profil tanah berupa membandingkan jumlah akar yang
ada dalam suatu horizon dengan luas horizon tersebut yang nampak dalam profil
tanah.
Perakaran berdasarkan banyaknya dibedakan atas:
Banyak sekali: hampir seluruh horizon dipenuhi dengan akar
Banyak: banyaknya akar lebih dari sepertiga luas horizon
Sedang: akar menjalar disana-sini dan masih tampak nyata
Sedikit: akar hanya ada sedikit
Tanpa: tidak ada akar sama sekali (Darmawijaya, 1997).
2.2 Sifat Fisik Tanah
Pengamatan sifat-sifat tanah dimaksudkan untuk mengetahui jenis-jenis tanah,
sifat tanah yang diamati bertitik tolak dari sistem klasifikasi tanah yang
digunakan, sebagai tubuh alami bebas yang sifatnya ditentukan oleh faktor
pembentuk tanah, maka pengamatan sifat-sifat tanah ditunjukan pada horizonnya.
Pada horizon tanah diamati warna, tekstur, struktur, konsistensi, karatan, ukuran
pori, kandungan bahan kasar, ketebalan dan batasnya, dan dapat ditunjang dengan
uji di laboratorium untuk ditetapkan juga kandungan bahan organik, KTK,
kejenuhan basa, dan mineral-mineral primer maupun liat, dalam hal tertentu juga
ditetapkan kerapatan lindak (bulk density/berat isi ), permeabilitas, kadar sulfida,
dan kejenuhan Na, berdasarkan perbedaan pada sifat-sifat ini diketahui jenis-jenis
tanah yang ada di daerah survei (Mahi, 2013).
16
2.2.1 Kemantapan Agregat
Kemantapan agregat sangat penting bagi tanah pertanian dan perkebunan, agregat
yang stabil akan menciptakan kondisi yang baik bagi pertumbuhan tanaman,
agregat dapat menciptakan lingkungan fisik yang baik untuk perkembangan akar
tanaman melalui pengaruhnya terhadap porositas, aerasi dan daya menahan air,
pada tanah yang agregatnya kurang stabil bila terkena gangguan maka agregat
tanah tersebut akan mudah hancur, butir-butir halus hasil hancuran akan
menghambat pori-pori tanah sehingga bobot isi tanah meningkat, aerasi buruk
dan permeabilitas menjadi lambat, kemantapan agregat juga sangat menentukan
tingkat kepekaan tanah terhadap erosi. Kemampuan agregat untuk bertahan dari
gaya perusak dari luar (stabilitas) dapat ditentukan secara kuantitatif melalui
Aggregate Stability Index (ASI), indeks ini merupakan penilaian secara kuantitatif
terhadap kemantapan agregat (Santi dkk., 2008).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kemantapan agregat antara lain pengolahan
tanah, aktivitas mikroorganisme tanah, dan penutupan tajuk tanaman pada
permukaan tanah yang dapat menghindari splash erosi akibat curah hujan tinggi.
Agregat tanah terbentuk karena proses flokulasi dan fragmentasi, flokulasi terjadi
jika partikel tanah yang pada awalnya dalam keadaan terdispersi, kemudian
bergabung membentuk agregat, sedangkan fragmentasi terjadi jika tanah dalam
keadaan masif, kemudian terpecah-pecah membentuk agregat yang lebih kecil
(Santi dkk., 2008).
17
2.2.2 Ruang Pori Total
Porositas adalah proporsi ruang pori total (ruang kosong) yang terdapat dalam
suatu volume tanah yang dapat ditempati oleh air dan udara, sehingga merupakan
indikator kondisi drainase dan aerasi tanah. Tanah yang poerus berarti tanah yang
cukup mempunyai ruang pori untuk pergerakan air dan udara masuk keluar tanah
secara leluasa, sebaliknya jika tanah tidak poreus (Hanafiah, 2007).
Ruang pori total adalah volume seluruh pori pori di dalam suatu volume tanah
yang dinyatakan dalam persen, ruang pori total dihitung menggunakan rumus
sebagai berikut:
(1 – berat isi)Ruang pori total = x 100 ………………………………(1)
Berat jenis butiran(Sudirman dkk., 2006)
2.2.3 Kerapatan Isi
kerapatan isi (bulk density) adalah bobot tanah kering oven (105oC) per satuan
volume tanah dalam keadaan utuh yang dinyatakan dalam g/cm3. Volume tanah
utuh terdiri dari volume bahan padatan (agregat tanah) dan volume ruangan (pori
pori) yang berada di antara bahan padatan tersebut.
Bobot kering tanahRuang pori total = g/cm3 .....……………………… (2)
Volume tanah
Berat isi atau volume dapat dihitung, yaitu berat kering tanah dibagi dengan
volume tanah, berat jenis butiran atau berat jenis partikel adalah perbandingan
18
antara komponen mineral dan bahan bahan organik tanah. Tanpa memperhatikan
banyaknya besi dan mineral-mineral tanah, berat jenis butiran tanah mineral
diambil rata rata 2,65 untuk bahan organik yang ada pada tanah mineral (bukan
gambut) diambil rata rata 1,45 Jika banyaknya bahan organik lebih dari 1%, maka
berat jenis butiran harus dikurangi dengan 0,02 untuk setiap persen bahan organik,
sedangkan untuk mendapatkan berat jenis butiran dari tanah gambut perlu
dilakukan pengukuran secara langsung di lapangan (Sudirman dkk., 2006).
2.2.4 Bahan Organik Tanah
Kerangka penyusun tanah tidak hanya terdiri atas bahan mineral saja (tubuh tanah
mineral ). Bahan organik juga memiliki kontribusi (tubuh tanah organik).
Kontribusi bahan organik terhadap tanah sebagai tubuh alam adalah sumber N
tanah dan unsur hara lainya, terutama S dan P; berperan penting dalam
pembentukan struktur tanah; mempengaruhi keadaan air; udara, dan temperatur
tanah, serta mempengaruhi tingkat kesuburan tanah (Sutanto, 2005).
Introduksi bahan organik ke dalam sistem tanah akan meningkatkan kandungan
bahan organik tanah, introduski ini dapat terjadi karena masuknya bahan organik
secara alami ke dalam tanah melalui serasah serta sisa-sisa tanaman dan hewan,
atau secara antropogenik dengan dimasukannya pupuk organik atau pengembalian
bagian tanaman yang tidak dipanen. Bahan organik di dalam tanah akan
mengalami dekomposisi dan menyisakan bagian yang resisten sebagai humus
(Salam, 2012).
19
2.3 Morfologi Tanah Ubi Kayu dan Kebun Campuran
Pada lahan ubi kayu yang telah digunakan lebih dari 10 tahun dan lahan kebun
campuran yang telah digunakan lebih dari 25 tahun, terdapat perbedaan morfologi
tanah yaitu pada lahan kebun campuran warna tanah lapisan permukaan lebih
gelap dibandingkan lahan ubi kayu. Sementara didapatkan struktur remah dan
konsistensi gembur pada lapisan permukaan tanah pada kedua lahan
(Tiandra, 2015).
Pada lahan ubi kayu yang telah digunakan lebih dari 10 tahun dan lahan kebun
campuran yang telah digunakan lebih dari 25 tahun, terdapat perbedaan sifat fisik
tanah yaitu pada lahan ubi kayu fraksi liat tanah pada lapisan permukaan lebih
tinggi, kerapatan isi yang sama pada lapisan permukaan tanah, permeabilitas tanah
lebih tinggi pada lapisan permukaan, pori drainase lambat lapisan permukaan
lebih rendah dan pori air tersedia lapisan pertama lebih tinggi dibandingkan kebun
campuran (Tiandra, 2015).
Terdapat perbedaan sifat fisik tanah yaitu pada kebun campuran fraksi pasir
lapisan pertama lebih rendah, fraksi debu lebih tinggi, pori drainase cepat lapisan
permukaan lebih rendah, dan kandungan C-organik tanah lebih tinggi
dibandingkan lahan ubi kayu (Tiandra, 2015).
20
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April s/d Juni 2016 di lahan pertanaman
ubi kayu monokultur dan kebun campuran milik warga desa Hajimena,
Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan. Lahan ubi kayu yang diteliti
telah berusia 18 tahun, yang selama 8 tahun terakhir ditanami ubi kayu secara
terus-menerus tanpa dilakukan rotasi tanaman, dengan luas lahan ubi kayu ¾ ha,
dan luas kebun campuran yang diteliti adalah ¼ ha, sedangkan analisis tanah
dilakukan di Laboratorium Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas
Lampung.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penampang profil tanah dan
contoh tanah (utuh, bongkah dan terganggu), sedangkan alat yang digunakan pada
penelitian ini adalah, cangkul, bor tanah, linggis, pisau, Munsell Soil Color Chart,
GPS, ring sampel, kantung plastik, label, meteran, set ayakan , alat tulis, kamera,
serta alat alat yang digunakan untuk analisis sifat sifat tanah di laboratorium.
21
3.3 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei tanah, dengan
mengindentifikasi morfologi dan beberapa sifat fisik tanah pada lahan pertanaman
ubi kayu monokultur dan kebun campuran.
Adapun tahapan penelitian ini ialah sebagai berikut:
1. Persiapan
Pada tahap persiapan dilakukan pengurusan izin penelitian, dan studi pustaka
lokasi untuk mendapatkan gambaran umum tentang lokasi penelitian, seperti
iklim, dan karakteristik lahan.
2. Prasurvei
Pada tahap pra survei dilakukan peninjauan lokasi dan penentuan titik
pembuatan profil tanah. Pada lokasi yang akan dibuat penampang profil
tanah sebelumnya dilakukan peninjauan dengan melakukan pengeboran
sedalam satu meter di tiga titik dengan jarak yang berdekatan, hingga
didapatkan keadaan tanah yang sama, hal ini dilakukan agar diketahui
keseragaman jenis tanahnya.
3. Pembuatan profil tanah
Pembutan profil tanah dilakukan dengan cara membuat lubang penampang
tanah dengan ukuran panjang 1,5 m, lebar 1 m, dan kedalaman 1 m, profil
tanah dibuat sebanyak 6 buah, yaitu 3 profil pada lahan ubi kayu dan 3 profil
pada kebun campuran, pembuatan beberapa profil dilakukan agar informasi
yang didapat benar-benar menggambarkan keadaan lahan di lokasi penelitian.
22
4. Pengumpulan Data
Pengumpulan data terbagi menjadi data morfologi dan sifat fisik tanah,
pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan langsung di lapang dan
analisis di laboratorium pada setiap lapisan tanah yang ada pada profil.
a) Morfologi
Data morfologi didapatkan dengan mengamati penampang profil tanah
yang ada di lapang, adapun data yang diamati adalah: warna tanah, lapisan
tanah, struktur tanah, konsistensi tanah, vegetasi yang tumbuh di
permukaan tanah, dan perakaran yang ada pada tiap lapisan tanah.
b) Sifat Fisik
Data sifat fisik tanah didapatkan dengan cara menganalisis contoh tanah di
laboratorium, adapun sifat fisik tanah yang dianalisis adalah : tekstur,
kerapatan isi, ruang pori total, dan kemantapan agregat, sedangkan C-
organik merupakan sifat kimia yang dianalisis sebagai data penunjang.
5. Penyiapan contoh tanah dan analisis laboratorium.
Contoh tanah yang akan dianalisis adalah contoh tanah bongkah, terganggu
dan contoh tanah utuh, contoh tanah diambil pada setiap lapisan tanah, untuk
contoh tanah terganggu sampel tanah dikering-anginkan dan diayak sebelum
digunakan, sedangkan untuk contoh tanah bongkah tanah dikering-anginkan
saja sebelum digunakan, dan untuk contoh tanah utuh diambil menggunakan
ring sampel pada setiap lapisan tanah.
23
Contoh tanah terganggu digunakan untuk menganalisis beberapa sifat fisik
tanah yaitu: tekstur dan C-organik, sedangkan contoh tanah bongkah
digunakan untuk menganalisis kemantapan agregat, dan contoh tanah utuh
digunakan untuk menganalisis kerapatan isi dan ruang pori total.
Metode yang digunakan untuk analisis Tekstur tanah adalah metode
Hydrometer, C-Organik menggunakan metode Walkey & Black, dan
penilaian kemantapan agregat tanah menggunakan metode Emerson, analisis
dilakukan di Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian, Universitas
Lampung.
3.4 Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan membandingkan data berdasarkan hasil
pengamatan morfologi dan sifat fisik tanah pada pertanaman ubi kayu monokultur
dan kebun campuran di Desa Hajimena secara kualitatif.
46
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Morfologi tanah pada lahan ubi kayu memiliki ketebalan lapisan permukaan
yang lebih tipis dibandingkan kebun campuran, sedangkan tingkat kecerahan
warna tanah pada kedua lahan tidak jauh berbeda hanya saja warna tanah pada
kebun campuran lebih bervariasi pada lapisan kedua, sedangkan struktur dan
konsistensi tanah tidak jauh berbeda.
2. Terdapat perbedaan sifat fisik tanah pada kedua lahan, pada lahan ubi kayu
didapatkan kelas tekstur lempung liat berpasir pada lapisan permukaan dimana
fraksi pasir lebih rendah, dan fraksi liat lebih tinggi, nilai kerapatan isi dan
ruang pori pada lahan ubi kayu lebih baik, dan kemantapan agregat tidak
stabil, sedangkan pada kebun campuran didapatkan kelas tekstur lempung
berpasir pada lapisan permukaan dimana fraksi pasir lebih tinggi dan fraksi
liat lebih rendah, nilai kerapatan isi dan ruang pori yang lebih buruk, dengan
agregat tanah yang stabil.
46
5.2 Saran
Adapun saran untuk penelitian ini adalah perlu dilakukan berbagai penelitian
mengenai budidaya tanaman ubi kayu yang lebih ramah terhadap lingkungan
namun tetap menguntungkan secara ekonomi.
48
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad. S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Edisi Kedua. IPB Press. Bogor.472 hlm.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). 2015. FormatPelayanan Jasa Informasi Unsur Iklim Bulanan. Lampung.
BPS, 2014. Produksi Tanaman Pangan 2014. Badan Pusat Statistik. Jakarta.
Darmawijaya, M.I. 1997. Klasifikasi Tanah. Gajah Mada University Press.Yogyakarta.
Foth, H.D. 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Terjamahan S. Adisoemarto. EdisiKeenam. Erlangga. Jakarta.
Hanafiah, K.A. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Grafindo Persada. Jakarta.
Howeler, R. 2014. Sustainable Soil and Crop Management of Cassava in Asia.International Center for Tropical Agriculture (CIAT). Vietnam
Lembar Informasi Petranian (LIPTAN) BIP Irian Jaya No 145/94 Tahun 1994.Balai Informasi Pertanian Irian. Jayapura
Mahi, A.K. 2013. Survey Tanah, Evaluasi dan Perencanaan Penggunaan Lahan.Lembaga Penelitian Universitas Lampung. 219 hal.
Patterson. R.A. 2015, Emerson Aggregate Stability Test for Wastewater: Aninterpretation for consultants and regulators. Lanfax LaboratoiresArmidale NSW. Armidale.
Tiandra, D.A. 2015. Identifikasi Morfologi dan Sifat Fisik Tanah PadaPertanaman Ubi Kayu Monokultur dan Kebun Campuran di Desa Adi JayaKecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah. Skripsi.Universitas Lampung.
Rachman. A, dan Abdurachman. A. 2006. Sifat Fisika Tanah Dan MetodeAnalisisnya. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. BadanPenelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. 282 hlm.
48
Salam, A.K. 2012. Ilmu Tanah Fundamental. Global Madani Press. BandarLampung. 362 hlm.
Santi, L.P., A. Dariah, dan D.H. Goenadi. 2008. Peningkatan KemantapanAgregat Tanah Mineral oleh Bakteri Penghasil Eksopolisakarida. BalaiPenelitian Tanah. Bogor.
Sudirman,. S. Sutono, dan I. Juarsyah. 2006. Sifat Fisika Tanah Dan MetodeAnalisisnya. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. BadanPenelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. 282 hlm.
Sutanto, R. 2005. Dasar Dasar Ilmu Tanah: Konsep dan Kenyataan. Kanisius.Yogyakarta.
Sutedjo, M.M. 2010. Pengantar Ilmu Tanah: Terbentuknya Tanah dan TanahPertanian. Rineka Cipta, Jakarta.