INTERAKSI EDUKATIF GURU PAI DENGAN SISWA
DALAM MEMBENTUK PRIBADI MUSLIM DI SMP
BAKTI MULYA 400 PONDOK PINANG JAKARTA
SELATAN
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana
Pendidikan (S.Pd)
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
Oleh :
Muhammad Igh Firli
NIM 1112011000045
INTERAKSI EDUKATIF GURU PAI DENGAN SISWA
DALAM MEMBENTUK PRIBADI MUSLIM DI SMP
BAKTI MULYA 400 PONDOK PINANG JAKARTA
SELATAN
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana
Pendidikan (S.Pd)
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
Oleh :
Muhammad Igh Firli
NIM 1112011000045
Dosen Pembimbing
Drs. Gufron Ihsan, M.A
NIP: 195305091981031006
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi berjudul Interaksi Edukatif Guru PAI Dengan Siswa Dalam
Membentuk Pribadi Muslim Di SMP Bakti Mulya 400 Pondok Pinang
Jakarta Selatan disusun oleh Muhammad Igh Firli, NIM. 1112011000045,
Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan
dan dinyatakan sah sebagi karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang
munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.
Jakarta, 21 Oktober 2018
Yang mengesahkan,
Dosen Pembimbing
Drs. Gufron Ihsan, M.A
NIP: 195305091981031006
i
ABSTRAK
Muhammad Igh Firli (NIM: 1112011000045). Interaksi Edukatif Guru PAI
Dengan Siswa Dalam Membentuk Pribadi Muslim Di SMP Bakti Mulya 400
Pondok Pinang Jakarta Selatan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui interaksi edukatif, foktor
penghambat, guru PAI dan anak didik dalam membentuk pribadi muslim di SMP
Bakti Mulya 400 Pondok Pinang Jakarta Selatan. Penelitian ini termasuk jenis
penelitian kualitatif dan menggunakan pendekatan fenomenologi untuk menggali
interaksi guru PAI dan anak didik dalam membentuk pribadi muslim di SMP
Bakti Mulya 400 Pondok Pinang Jakarta Selatan. Teknik analisis data dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan teknik content analysis, dalam skripsi ini
dimaksud untuk menggali interaksi edukatif guru PAI dan anak didik dalam
membentuk pribadi muslim di SMP Bakti Mulya 400 Pondok Pinang Jakarta
Selatan dan kemudian diuraikan kembali sebagaimana hasil analisis, dengan
maksud untuk memahami interaksi guru PAI dan anak didik dalam membentuk
pribadi muslim.
Hasil Penelitian menunjukan bahwa interaksi edukatif guru pendidikan agama
Islam dan peserta didik dalam rangka membentuk kepribadian muslim di SMP
Bakti Mulya 400 adalah melalui pendekatan-pendekatan guru pendidikan agama
Islam kepada peserta didik, selalu memberi motivasi, pemahaman, teladan dan
lainnya. Hal itu terlihat pada waktu peserta didik menjalankan ibadah, mengikuti
kegiatan disekolah seperti kegiatan ekstrakurikuler, peringatan hari besar Islam,
Maulid nabi, kemudian sikap peserta didik terhadap guru dan teman-temannya.
Faktor-faktor penghambat interaksi guru PAI dan peserta adalah faktor
lingkungan peserta didik dan kurangnya minat peserta didik dengan pelajaran
agama dan salah dalam memilih teman dalam pergaulan , sikap masyarakat atau
orang tua yang kurang perhatian pada pentingnya pendidikan agama dan
minimnya penerapan ajaran Islam di lingkungan keluarga, hanya guru PAI yang
bertanggung jawab, kemudian pengaruh pengaksesan internet tanpa didampingi
orangtua.
ii
ABSTRACT
Muhammad Igh Firli (NIM: 1112011000045). Educative Interaction of PAI
Teachers with Students in Forming Muslim Persons at Bakti Mulya 400 School
Pondok Pinang, South Jakarta
This study aims to find out how educative interactions, inhibiting focussers,
PAI teachers and students in forming a Muslim person at the Bakti Mulya 400
Pondok Pinang Middle School in South Jakarta. This study included a type of
qualitative research and used a phenomenological approach to explore the
interaction of PAI teachers and students in forming a Muslim person at the Bakti
Mulya 400 Pondok Pinang Middle School in South Jakarta. Data analysis
techniques in this study, researchers used content analysis techniques, in this
thesis is intended to explore the educational interactions of PAI teachers and
students in forming a Muslim person at the Bakti Mulya 400 Pondok Pinang
Middle School in South Jakarta and then re-described as the results of the
analysis, with the intention to understand the interaction of PAI teachers and
students in forming Muslim individuals.
The results showed that the educative interaction of Islamic religious
education teachers and students in order to shape Muslim personalities at Bakti
Mulya Middle School 400 was through approaches to Islamic teacher education to
students, always giving motivation, understanding, exemplary and others. This
was evident when the students performed worship, attended school activities such
as extracurricular activities, commemorated Islamic holidays, Maulid Nabi, then
the attitudes of students towards their teachers and friends. The factors that inhibit
the interaction of PAI teachers and participants are the environmental factors of
students and the lack of interest of students with religious studies and wrong in
choosing friends in association, community attitudes or parents who lack attention
to the importance of religious education and the lack of application of Islamic
teachings in the family environment only PAI teachers are responsible, then the
influence of accessing the internet is not accompanied by parents.
iii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-NYA kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
skripsi ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Interaksi
Edukatif Guru PAI dan Anak Didik dalam Membentuk Pribadi Muslim di SMP
Bakti Mulya 400 Pondok Pinang Jakarta Selatan”.
Shalawat beserta salam semoga Allah senantiasa melimpahkannya kepada
Baginda Nabi Muhammad SAW. Beserta keluarga dan sahabatnya yang telah
memberikan tuntutan bagi kita (umat Islam) kejalan yang di ridhoi Allah SWT.
Kami menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.
Kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan skripsi ini dari awal sampai akhir, semoga Allah
senantiasa meridhai segala usaha kita, amin. Oleh karena itu, pada kesempatan
ini penulis ingin menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah.
2. Dr. H. Abdul Majid Khon. M.Ag, sebagai Ketua Jurusan Pendidikan
Agama Islam. yang selalu memberikan kemudahan dalam setiap kebijakan
yang beliau berikan selama penulis menjadi mahasiswi di jurusan
Pendidikan Agama Islam.
3. Ibu Marhamah Shaleh, Lc. MA, selaku Sekertaris Jurusan Pendidikan
Agama Islam, yang juga memberikan bimbingan dan dukungannya kepada
penulis untuk menyelesaikan studi.
iv
4. Dr. Sururin, MA selaku Dosen Penasehat Akademik Jurusan Pendidikan
Agama Islam yang memberikan arahan, bimbingan dan dukungannya
kepada penulis untuk cepat menyelesaikan studi.
5. Drs. Ghufran Ihsan, MA sebagai pembimbing skripsi, yang selalu sabar
dalam memberikan bimbingan dan arahan serta bantuan dalam penyusunan
skripsi ini.
6. Bapak dan ibu dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang tidak
bisa disebutkan satu persatu yang telah mendidik dan memberikan bekal
ilmu pengetahuan kepada penulis.
7. Pimpinan dan staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan keleluasaan dalam
peminjaman buku-buku yang dibutuhkan.
8. Kepala sekolah, Para dewan guru dan seluruh para staf SMP Bakti Mulya
400 Pondok Pinang Jakarta Selatan, yang telah membantu dan
memberikan banyak informasi kepada penulis dalam penelitian skripsi ini.
9. Ayahanda Windu Suwarsono dan Ibunda Nur Hayati tercinta yang selalu
memberikan limpahan kasih dan sayang yang tak terhingga, yang tidak
bisa dibalas dengan apapun, dan selalu mendo’akan serta memberi
dukungan dengan segala pengorbanan dan keihklasan. (semoga Allah
membalas segala pengorbanan bapak dan ibu).
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan penelitian ini dari awal sampai akhir, semoga
Allah senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Ciputat, 21 Oktober 2018
Penyusun
Penulis
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ....................................................................................................................i
ABSTRACT................................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR .............................................................................................. iii
DAFTAR ISI ...............................................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................................1
B. Identifikasi Masalah.........................................................................................6
C. Pembtasan dan Perumusan Masalah ...............................................................6
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ....................................................................6
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori......................................................................................................8
1. Interaksi Edukatif ......................................................................................8
a. Pengertian Interaksi Edukatif .............................................................8
b. Ciri-Ciri Interaksi Edukatif ...............................................................10
c. Komponen-Komponen Interaksi Edukatif .......................................12
d. Faktor-Faktor Interaksi Guru dan Anak Didik ................................14
2. Guru Pendidikan Agama Islam ..............................................................16
a. Hakekat Guru Pendidikan Agama Islam..........................................16
b. Tugas dan Peran Guru Pendidikan Agama Islam ............................18
c. Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam ............................22
d. Urgensi Kompetensi Bagi Guru Pendidikan Agama Islam ...........26
3. Pengertian Dan Karakteristik Anak Didik .............................................33
a. Pengertian Anak Didik ......................................................................33
b. Karakteristik Anak Didik SMP .........................................................34
4. Pembentukan Kepribadian Muslim ........................................................35
a. Pengertian Pembentukan Kepribadian Muslim ...............................35
vi
b. Metode Pembentukan Kepribadian Muslim ....................................36
c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Kepribadian
Muslim ...............................................................................................38
B. Hasil Penelitian Relevan................................................................................41
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................................43
B. Latar Penelitian ..............................................................................................43
C. Metode Penelitian...........................................................................................43
D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ..............................................44
E. Pemeriksaan dan Pengecekan Keabsahan Data ...........................................46
F. Analisis Data ..................................................................................................47
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data ................................................................................................48
B. Pembahasan ....................................................................................................62
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.....................................................................................................70
B. Saran ...............................................................................................................71
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Hasil Observasi di SMP Bakti Mulya 400 Pondok Pinang Jakarta Selatan
2. Hasil Wawancara dengan kepala sekolah, guru, dan peserta didik MP Bakti
Mulya 400 Pondok Pinang Jakarta Selatan
3. Dokumentasi Penelitian.
4. Surat Bimbingan Skripsi.
5. Surat Permohonan Izin Penelitian dari UIN Syarif Hidayatullah.
6. Surat Keterangan Penelitian dari MP Bakti Mulya 400 Pondok Pinang Jakarta
Selatan.
7. Uji Referensi.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia sebab pendidikan merupakan sarana pembentuk kepribadian.
Pendidikan merupakan salah satu pengajaran yang diselenggarakan di sekolah
sebagai lembaga pendidikan formal. “Undang-Undang tentang Sistem
Pendidikan Nasional mendefinisikan pendidikan sebagai usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa,
dan Negara”.1
Pendidikan juga merupakan sarana untuk membentuk dan
mengembangkan karakteristik manusia yang tangguh dan unggul dalam ilmu
pengetahuan (intelektualitas), amal, ibadah, harta kekayaan, sikap dan
terlebih prilaku sopan santun kepada diri, keluarga dan lingkungan
masyarakat sekitar. Tanpa pendidikan yang memadai, manusia akan jatuh
harkat dan martabatnya dihadapan manusia lain, karena pendidikan adalah
upaya untuk mewujudkan eksistensi diri dan menumbuh-kembangkan
kedewasaan melalui penanaman pengetahuan, nilai-nilai kebudayaan dan
keagamaan serta sebagai bekal untuk hidup di masa yang akan datang
dibawah bimbingan seorang pendidik.
Membuat peserta didik berkarakter adalah tugas pendidikan, yang
esensinya adalah membangun manusia seutuhnya, yaitu manusia yang baik
dan berkarakter. Pengertian baik dan berkarakter mengacu pada norma yang
dianut, yaitu nilai-nilai luhur Pancasila. Menurut Anas Salahudin seluruh
1Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas),
Pasal 1 Ayat 1, (Jakarta: Sinar Grafika, 2003), h. 1
4
ada yang tidak dapat dielakkan yaitu adanya perbedaan individu, baik dari
aspek biologis, intelektual, maupun psikologis. Interaksi yang akan terjadi
juga dipengaruhi oleh cara guru dengan murid ketika pelajaran berlangsung.
Di sini tentu aktifitas optimal murid sangat menentukan kualitas yang terjadi
di dalam kelas.
Mengingat begitu pentingnya tugas Guru PAI dalam pembentukan
pribadi muslim maka dapat dikatakan bahwa Guru PAI memiliki kedudukan
dan tugas yang mulia baik di mata manusia maupun di mata Allah SWT.
Guru PAI harus melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam proses
pembinaan moral, di samping harus memenuhi syarat-syarat tertentu yaitu
sehat jasmani dan rohani juga harus memperhatikan faktor- faktor yang
mempengaruhi yakni membentuk moral anak didik yang berkepribadian
muslim.
Pendidikan akhlak dalam membentuk kepribadian muslim yang diajarkan
guru di sekolah, tidak cukup hanya dengan teori-teori yang memenuhi
kognitif siswa. Tetapi yang lebih penting pendidikan akhlak yang diberikan
terintegrasi dalam proses belajar mengajar ataupun diluar proses belajar
mengajar. Seperti mencontohkan bagaimana cara berlaku yang baik terhadap
orang yang lebih tua dan apa yang harus dilakukan ketika berhadapan dengan
orang yang lebih muda. Seorang guru sebagai suri tauladan bagi para
siswanya, dapat memberikan motifasi bagi anak didiknya untuk senantiasa
berakhlak mulia, karena bagaimanapu juga seorang guru adalah sebagai salah
satu subjek yang membawa siswa menuju keberhasilan.
Penulis melihat bahwa, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Bakti Mulya
400 adalah salah satu sekolah yang sangat menaruh perhatian besar terhadap
pendidikan agama sebagai materi di sekolah tersebut. Oleh karena itu sekolah
tersebut berupaya untuk mewarnai seluruh kegiatan sekolah dengan ajaran
agama Islam. Akan tetapi mengingat berbagai keterbatasan baik fasilitas fisik,
kemampuan Guru, serta karakteristik anak didik yang beragam menjadikan
pendidikan agama Islam masih memerlukan berbagai pembenahan.
Pembenahan terhadap pendidikan agama Islam di SMP Bakti Mulya 400
5
perlu dilakukan agar pendidikan agama Islam benar-benar mampu
mewujudkan pribadi muslim yang moderat dan baik bagi para anak didiknya.
Anak didik di SMP Bakti Mulya 400 telah menjalankan ajaran agama Islam
dalam kehidupan sehari hari. Meskipun demikian ternyata masih banyak
kekurang sempurnaan kepribadian anak didik di SMP Bakti Mulya 400
sebagai pribadi muslim yang sejati. Yang paling menonjol kekuatan
kepribadian muslim mereka adalah dari keimanan mereka. Dapat dikatakan
bahwa mereka telah mengimani semua rukun iman dengan baik. Meskipun
dalam praktiknya keimanan tersebut belum seluruhnya mampu mewarnai
kehidupannya sehari-hari.
Sebagai siswa yang mengimani seluruh rukun iman seharusnya dapat
mengontrol semua perbuatannya sesuai dengan ajaran Islam. misalnya,
menjalankan ibadah dengan teratur atau berakhlak mulia. Bukti kurang
kuatnya keimanan anak didik antara lain terlihat dari kurang tertibnya mereka
dalam menjalankan berbagai ibadah terutama ibadah wajib seperti Shalat dan
puasa. Sebagaimana hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap
beberapa anak didik di SMP Bakti Mulya 400 mereka mengatakan bahwa
mereka menjalankan ibadah shalat ketika di sekolah saja, dirumah
melaksanakan jika orang tuanya menyuruh mereka untuk shalat. Tidak hanya
itu dalam berakhlak terhadap orang lain, mereka masih kurang menunjukkan
sikap yang baik. Seperti pada guru atau masyarakat sekitar mereka belum bisa
menjalankannya dengan tulus. Hal ini terlihat dari sikap mereka yang masih
memilih dan memilah kepada siapa mereka memberikan rasa hormatnya,
bahkan kepada mereka yang dirasanya tidak pantas dihormati mereka
bersikap acuh atau malah kurang sopan.
Dari latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti
tentang “INTERAKSI EDUKATIF GURU PAI DENGAN SISWA
DALAM MEMBENTUK PRIBADI MUSLIM DI SMP BAKTI MULYA
400 PONDOK PINANG JAKARTA SELATAN”
6
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat diidentifikasikan
beberapa masalah yaitu sebagai berikut:
1. Kurangnya interaksi yang baik antara guru dan murid di dalam kelas
maupun di luar kelas.
2. Kurangnya kesadaran anak didik dalam bersikap dan berprilaku.
3. Interaksi guru dengan siswa yang belum efektif dalam membentuk
pribadi muslim.
4. Kurangnya kesadaran anak dalam beribadah sesuai dengan ajaran Islam
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Mengingat banyaknya permasalahan dalam pembahasan skripsi ini, maka
penulis hanya akan membatasi permasalahan pada “Interaksi Edukatif Guru
PAI Dengan Siswa Dalam Membentuk Pribadi Muslim Di SMP Bakti Mulya
400 Pondok Pinang Jakarta Selatan”.
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas maka dapat dikemukakan
beberapa rumusan masalah, sebagai berikut:
1. Bagaimana interaksi edukatif guru PAI dalam membentuk pribadi
muslim di SMP Bakti Mulya 400?
2. Apa saja faktor penghambat interaksi edukatif guru PAI dan anak didik
dalam membentuk pribadi muslim di SMP Bakti Mulya 400?
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan jawaban kualitatif
terhadap pertanyan utama yang tersimpul dalam rumusan masalah. Lebih
rinci tujuan itu dapat diungkapkan sebagai berikut:
7
a. Untuk mengetahui interaksi edukatif guru PAI dalam membentuk
pribadi muslim di SMP Bakti Mulya 400 Pondok Pinang Jakarta
Selatan.
b. Untuk mengetahui faktor penghambat interaksi edukatif guru PAI dan
anak didik dalam membentuk pribadi muslim di SMP Bakti Mulya
400 Pondok Pinang Jakarta Selatan.
2. Kegunaan
Adapun kegunaan atau manfaat dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Bagi peneliti, dapat memberikan pengetahuan, wawasan, dan
pengalaman baru dalam penelitian. Khususnya tentang interaksi
edukatif guru dan murid dalam membentuk pribadi muslim.
b. Bagi sekolah, penelitian ini dapat bermanfaat sebagai informasi bagi
semua warga sekolah SMP Bakti Mulya 400 Pondok Pinang Jakarta
Selatan.
c. Bagi siswa, dapat meningkatkan kepribadian siswa di SMP Bakti
Mulya 400 Pondok Pinang Jakarta Selatan.
8
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Interaksi Edukatif
a. Pengertian Interaksi Edukatif
Menurut Huda interaksi adalah “bentuk hubungan timbal balik
antara orang satu dengan orang lainnya”.1
H. Bonner sebagaimana yang dikutip Abu Ahmadi, interaksi
ialah “suatu hubungan antara dua individu atau lebih di mana
tingkah laku individu yang satu mempengaruhi, mengubah, dan
memperbaiki individu yang lain, begitu juga sebaliknya”.2
Menurut Thibaut dan Kelley dalam buku Mohammad Asrori
mendefinisikan interaksi sebagai peristiwa saling mempengaruhi
satu sama lain ketika dua orang atau lebih hadir bersama, mereka
menciptakan suatu hasil satu sama lain, atau berkomunikasi satu
sama lain. Jadi, dalam setiap kasus interaksi, tindakan setiap orang
bertujuan untuk mempengaruhi individu lain.3
Menurut Hasbullah edukatif dalam arti sederhana yaitu sebagai
usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-
nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam
perkembangannya, istilah edukatif berarti bimbingan atau
pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar
ia menjadi dewasa.4
1Miftahul Huda, Interaksi Pendidikan 10 Cara Qur‟an Mendidik Anak. (Malang: UIN
Malang Press, 2008), cet 1, h. 38. 2Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan, (Surabaya: Bina Ilmu, 1982), cet 4, h. 42.
3 Mohammad asrori, Psikologi Pembelajaran,(Bandung: Bumi Rancana Kencana, 2009). h.
107
4 Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan,(Jakarta: Rajawali Pres, 2013), h. 1
9
Interaksi edukatif antara guru dengan murid adalah relasi
(hubungan) yang dilakukan oleh seorang guru menghadapi murid-
muridnya yang merupakan suatu kelompok manusia di dalam kelas.
Di dalam interaksi tersebut tampak bahwa guru mencoba untuk
menguasai kelasnya supaya proses interaksi berlangsung dengan
seimbang, di mana terjadi saling mempengaruhi antara kedua belah
pihak, baik guru maupun murid. Sebagai contoh, seorang guru
mengadakan diskusi diantara anak didiknya untuk memecahkan
sebuah persoalan, di sinilah proses interaksi itu akan terjadi, adanya
saling memberikan pendapat yang berbeda satu sama lain.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah interaksi edukatif adalah
hubungan dua arah antara guru dan anak didik dengan sejumlah
norma sebagai mediumnya untuk mencapai tujuan pendidikan.5
Menurut Sadirman A.M pengertian interaksi edukatif adalah
proses interaksi yang disengaja, sadar akan tujuan, yakni untuk
mengantarkan anak didik ketingkat kedewasaan.6
Dengan demikian interaksi yang dikatakan sebagai interaksi
edukatif apabila secara sadar meletakan tujuan untuk mengubah
tingkah laku dan perbuatan seorang. Interaksi yang bernilai
pendidikan ini dalam dunia pendidikan disebut sebagai “interaksi
edukatif”.7
Jadi Interaksi edukatif adalah interaksi yang berlangsung dalam
suatu ikatan untuk tujuan pendidikan dan pengajaran. interaksi
belajar mengajar mengandung suatu arti adanya kegiatan interaksi
dari pengajar yang melaksanakan tugas mengajar di suatu pihak
dengan warga belajar ( siswa, peserta didik, subjek belajar ) yang
5 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Suatu Pendekatan
Teoretis Psikologis, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2000), h. 11
6 Sardiman. A .M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2007), h. 18
7 Syaiful Bahri Djamarah., op. cit., h. 11
10
sedang melaksanakan kegiatan belajar dipihak lain. Dengan
demikian dapat dipahami bahwa interaksi edukatif adalah hubungan
dua arah antara guru dan pesertadidik dengan sejumlah norma
sebagai mediumnya untuk mencapai tujuan pendidikan.
b. Ciri-Ciri Interaksi Edukatif
Sebagai interaksi yang bernilai normatif, maka interaksi edukatif
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1) Interaksi edukatif mempunyai tujuan
Tujuan dalam interaksi edukatif adalah untuk membantudan
memfasilitasi siswa dalam perkembangan tertentu. Oleh karena
itu interaksi edukatif yang sadar akan tujuan, akan menempatkan
siswa sebagai pusat perhatian.
2) Mempunyai prosedur yang di rencanakan untuk mencapai tujuan
Agar dapat mencapai tujuan secara optimal, maka dalam
melakukan interaksi dibutuhkan suatu prosedur atau langkah-
langkah sistematik dan relevan. Untuk mencapai suatu tujuan
pembelajaran yang satu dengan yang lainnya, mungkin akan
membutuhkan prosedur dan desain-desain berbeda pula.
3) Interaksi edukatif ditandai dengan penggarapan materi khusus.
Dalam hal materi harus menggunakan desain yang sedemikian
rupa, sehingga cocok dan tepat guna untuk menggapai tujuan
yang dimaksud. Dalam hal ini perlu memperhatikan komponen-
komponen pengajaran lain. Materi harus didesain dan
dipersiapkan sebelum berlangsungnya sebelum berlangsungnya
interaksi edukatif.
4) Ditandai dengan aktifitas siswa
Sebagai konsekuensinya, bahwa siswa merupakan sentral, maka
aktifitas siswa merupakan syarat mutlak sebagai berlangsungnya
interaksi edukatif. Aktifitas siswa dalam hal ini baik secara fisik
maupun mental aktif. Dan guru sebaiknnya bisa mendengarkan
11
dengan baik apa yang disampaikan siswanya. Dengan demikian
siswa mempunyai keberanian untuk berpendapat dan terlibat
aktif di dalam pembelajarannya.
5) Guru Berperan sebagai Pembimbing
Dalam perannya sebagai pembimbing, seorang guru harus
berusaha menyelaraskan dan menghidupkan serta memberikan
motivasi kepada siswa supaya terjadi proses interaksi edukatif
yang kondusif. Guru harus siap dan siaga sebagai mediator
dalam situasi proses interaksi edukatif, sehingga guru akan
menjadi tokoh yang akan dilihat, diikuti dan ditiru tingkah
lakunya oleh siswa.
6) Interaksi Edukatif Membutuhkan Disiplin
Disiplin dalam interaksi edukatif diartikan sebagai suatu pola
tingkah laku yang diatur menurut ketentuan yang ditaati dengan
sadar oleh pihak guru maupun pihak siswa. Mekanisme
kongkret dari ketaatan terhadap ketentuan, kaidah atau tata tertib
itu akan terlihat dari pelaksanaan prosedur. Jadi langkah-
langkah yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang sudah
digariskan. Jika terjadi adanya penyimpangan dari prosedur,
berarti suatu indikator terjadi pelanggaran disiplin.
7) Mempunyai Batas Waktu
Untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam sistem
kelas (lingkup kelompok siswa), batas waktu menjadi ciri khas
yang tidak bisa ditinggalkan. Setiap tujuan diberi batas waktu
tertentu untuk mengukur suatu pencapaian, kapan tujuan
pembelajaran itu harus sudah tercapai dan kapan waktu untuk
menuju tingkat pembelajaran yang lebih dari tingkat
sebelumnya.
8) Diakhiri dengan Evaluasi
Masalah evaluasi memang merupakan bagian penting yang tidak
bisa diabaikan dari rangkaian kegiatan diatas. Seorang guru
12
harus melakukan evaluasi untuk mengetahui tercapai atau
tidaknya tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.8
Edi Suardi dalam bukunya padagogik merinci ciri-ciri interaksi
belajar mengajar sebagai berikut:
1) Interaksi belajar mengajar memilik tujuan
2) Ada suatu prosedur (jalannya interaksi)
3) Interaksi belajar mengajar di tandai dengan satu penggarapan
materi yang khusus
4) Di tandai dengan adanya aktivitas siswa.
5) Dalam interaksi belajar mengajar, guru perperan sebagai
pembimbing
6) Di dalam interaksi belajar mengajar dibutuhkan disiplin
7) Ada batas waktu.9
c. Komponen Interaksi Edukatif
Proses belajar mengajar merupakan suatu sistem interaksi,
Tanpa adanya komponen-komponen interaksi edukatif tersebut maka
tidak akan terjadi proses interaksi edukatif antara guru dengan anak
didik. Komponen-komponen interaksi edukatif yaitu sebagai berikut:
1) Tujuan
Tujuan merupakan hal yang pertama kali harus dirumuskan
dalam kegiatan interaksi edukatif. Sebab, tujuan dapat
memberikan arah yang jelas dan pasti kemana kegiatan
pembelajaran dibawa oleh guru. Dengan berpedoman pada
tujuan guru dapat menyeleksi tindakan mana yang harus
dilakukan dan tindakan mana yang harus ditinggalkan.
2) Bahan Pelajaran
8 SardimanA .M., op. cit., h. 15-17 9 Edi Suardi, Pedagogik, (Bandung: Angkasa, 1980), h. 15-16
13
Bahan pelajaran adalah unsur inti dalam kegiatan interaksi
edukatif, sebab tanpa bahan pelajaran proses interaksi edukatif
tidak akan berjalan, dalam pemilihan pelajaran harus
disesuaikan dengan kondisi tingkatan murid yang akan
menerima pelajaran. Selain itu bahan pelajaran mutlak harus
dikuasai guru dengan baik.
3) Metode
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Karakteristik metode
yang memiliki kelebihan dan kelemahan maka guru
menggunakan metode yang bervariasi.
4) Alat
Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam
rangka mencapai tujuan pembelajaran. Alat nonmaterial dan ala
material biasanya dipergunakan dalam kekuatan interaksi
edukatif. Alat non material berupa suruhan, perintah, larangan,
dan nasehat.Alat material berupa globe, papan tulis, batu kapur,
gambar, diagram, lukisan dan video.
5) Sumber
Sumber belajar dapat diperoleh di sekolah, di halaman,
dipusat kota, di pedesaan dan sebagainya. Pemanfaatan sumber
pengajaran tergantunng pada kreativitas guru, waktu, biaya dan
kebijakan-kebijakan lainnya.
6) Evaluasi
Evaluasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk
mendapatkan data tentang sejauh mana keberhasilan anak didik
dalam belajar dan keberhasilan guru dalam mengajar.
Pelaksanaan evaluasi dilakukan oleh guru dengan memakai
14
seperangkat instrument penggali data seperti tes perbuatan, tes
tertulis dan tes lisan.10
d. Faktor-faktor Interaksi Guru dan Anak Didik
Proses belajar mengajar sebagai suatu sistem interaksi, maka
kita dihadapkan pada sejumlah faktor. Tanpa adanya faktor-faktor
tersebut sebenarnya tidak akan terjadi proses interaksi antara guru
dengan siswa dalam proses belajar mengajar. Faktor-faktor yang
dimaksud adalah:
1) Tujuan, merupakan hal yang pertama kali yang harus
dirumuskan dalam kegiatan interaksi guru dengan murid dalam
proses belajar mengajar. Karena tujuan dapat memberikan arah
yang jelas dan pasti kemana kegiatan pembelajaran dibawa oleh
guru. Dengan berpedoman pada tujuan, guru akan dapat
menyeleksi tindakan mana yang harus dilakukan dan tindakan
mana yang harus ditinggalkan.
2) Bahan Pelajaran, adalah unsur inti dalam kegiatan interaksi guru
dengan murid dalam proses pembelajaran tidak akan berjalan.
Dalam pemilihan pelajaran hams disesuaikan dengan kondisi
kemampuan murid dalam menerima pelajaran. Selain itu bahan
pelajaran mutlak hams dikuasai oleh gum dengan baik.
3) Metode, adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Metode diperlukan guna
menunjang terciptanya tujuan pembelajaran.
4) Alat, adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran. Dalam interaksi antara guru
dengan murid dalam proses pembelajaran biasanya
dipergunakan alat non material dan alat material. Alatmaterial
biasanya berupa sumhan, perintah, larangan, nasihat, dan
10
Syaiful Bahri Djamarah, op. cit., h. 16-21
15
sebagainya. Sedangkan alatbantu material misalnya: globe,
papan tulis, batu, gambar, dan sebagainya.
5) Sarana. merupakan komponen yang sangat penting dalam
rangka
menciptakan interaksi antara guru dengan siswa dalam proses
belajar mengajar, sebab interaksi hanya mungkin terjadi bila ada
sarana, waktu, tempat, dan sarana-sarana lainnya.11
Menurut Winamo Surachrnad, bahwa faktor-faktor yang sangat
diperlukandalam setiap proses interaksi antara guru dengan murid
adalah:
1) Ada tujuan yang jelas akan dicapai;
2) Ada bahan yang menjadi isi proses pembelajaran;
3) Ada pelajar yang aktifmengalami proses pembelajaran;
4) Ada guru yang melaksanakan proses pembelajaran;
5) Ada metode tertentu untuk mencapai tujuan; dan
6) Ada situasi yang kondusifdaiam proses pembelajaran.12
Penjelasan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa dalam
proses interaksi antara guru dengan murid tidak dapat dilakukan
dalam ruangan yang hampa, tanpa adanya tujuan, dan tanpa adanya
pelajar. Pendidikan merupakan kegiatan yang dilakukan secara
sengaja, seksama, terencana, dan memiliki tujuan pendidikan.
Pendidikan ini dilaksanakan oleh guru yang memiliki bekal ilmu
pengetahuan yang cukup dan memiliki keterampilan dalam
menyampaikan ilmu pengetahuan yang dimilikinya kepada peserta
didik secara bertahap agar peserta didik dapat mengembangkan
potensi yang dimilikinya Dalam perkembangan selanjutnya.
Pendidikan memiliki aspek-aspek yang saling berkaitan, diantaranya
yaitu: aspek tujuan, kurikulum, metode, guru, Iingkungan, dan
sarana.
11
B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997),
h.157-158 12
Winarno Surachmad, Metodologi Pengajaran Nasional, (Bandung: Jemmars, 1986), h. 14.
16
2. Guru Pendidikan Agama Islam
a. Hakekat Guru Pendidikan Agama Islam
Guru adalah orang yang mendidik, membimbing dan ikut
bertanggung jawab dalam membantu anak-anak dalam membentuk
kepribadian. Guru bukanlah sekedar orang yang berdiri di depan
kelas untuk menyampaikan materi pengetahuan tertentu, akan tetapi
merupakan anggota masyarakat yang harus aktif dan berjiwa bebas
serta kreatif dalam mengarahkan perkembangan anak didiknya
menjadi dewasa dan menjadi anggota masyarakat yang bertanggung
jawab.
Menurut Syaiful Bahari Djamarah “Guru dalam pandangan
masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan ditempat-
tempat tertentu, tidak harus dilembaga formal”.13
Menurut Abuddin Nata, makna guru adalah “seseorang yang
memberikan pengetahuan, keterampilan atau pengalaman kepada
orang lain.”14
Ramayulis berpendapat bahwa guru adalah orang yang
bertanggung jawab untuk membimbing peserta didik menjadi
manusia yang manusiawi yang memanusiakan manusia, sehingga
tugas utamanya yaitu mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi muridnya dalam
pendidikan.15
Mengajar bukan hanya sekedar mentransfer ilmu pengetahuan,
melainkan suatu proses pembelajaran untuk mengubah prilaku siswa
atau siswi sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Guru adalah
pendidik profesional, karena secara implisit ia telah merelakan
dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan
yang terpikul di pundak para orang tua. Hal itupun menunjukkan
13
Syaiful Bahari Djamarah, op. cit., h. 31 14
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), cet. 1, h.
113 15
Ramayulis, Profesi dan Etika Keguruan, (Jakarta: Kalam Mulia, 2013), cet. 2, h. 4
17
bahwa untuk menjadi seorang guru harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
1) Memiliki bakat sebagai guru
2) Memiliki keahlian sebagai guru
3) Memiliki kepribadian yang baik dan terintegrasi
4) Memiliki mental yang sehat
5) Berbadan sehat
6) Memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas
7) Guru adalah manusia berjiwa pancasila
8) Guru adalah seorang warga negara yang baik.16
Agama Islam sangat menghargai orang-orang yang berilmu
pengetahuan (guru atau ulama), sehingga hanya mereka sajalah yang
pantas mencapai taraf ketinggian dan keutuhan hidup.17
Firman
Allah SWT :
...
“...Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat...(Al-Mujadilah:11)”18
Menurut Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan agama
Islam adalah “usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam rangka
mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami, dan
mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran
atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan”.19
16
Departemen Agama, Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan, (Jakarta:
Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, 2005), h. 66 17
Zakiyah Dradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), cet. 6, h. 40 18
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, (Bandung: Diponegoro, 2000), h.
434
19Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi
Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 132
18
Jadi, guru pendidikan agama Islam adalah seorang figur atau
tokoh utama dalam kegiatan pendidikan yang mempunyai tugas
wewenang dan tanggung jawab untuk membimbing, melatih,
membina serta menanamkan ajaran Islam yaitu keimanan. Ibadah,
syariah dan akhlak secara luas dan mendalam dengan tujuan agar
mereka memiliki pengetahuan tentang Islam dan membentuk akhlak
pada siswa atau siswi.
b. Tugas dan Peran Guru PAI
1) Tugas Guru PAI
Guru merupakan sosok seorang pemimpin yang dapat
membentuk jiwa dan watak anak didik, dia juga mempunyai
kekuasaan untuk membentuk dan membangun kepribadian anak
didik menjadi seorang yang berguna bagi agama, nusa dan
bangsa. Guru bertugas mempersiapkan manusia yang dapat
diharapkan membangun dirinya dan membangun bangsa dan
negara.
Seorang guru mempunyai tugas dan tanggung jawab yang
tidak ringan, lebih-lebih jika seorang pendidik itu seorang guru
agama, dia mempunyai tanggung jawab yang lebih besar dan
berat daripada guru pada umumnya. Selain mengantarkan
peserta didik kearah pendidikan, dia juga bertanggung jawab
membina anak tersebut sesuai dengan ajaran agama Islam dan
guru tersebut mempunyai tanggung jawab yang besar kepada
Allah SWT.
Menurut al-Ghazali yang di kutip oleh Ramayulis dalam
bukunya, tugas utama guru adalah “menyempurnakan,
membersihkan, mensucikan, serta membawa hati manusia untuk
bertaqarrub kepada Allah SWT”.20
20
Ramayulis, Op. Cit. h. 12
19
Menurut Abdurrahman al-Nahlawi tugas seorang guru
adalah, “menkaji dan mengajarkan ilmu Ilahi”.21
Selain itu tugas guru adalah “merencanakan pembelajaran,
melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,
membimbing dan melatih murid, melaksanakan tugas
tambahan”.22
Dari uraian tersebut, maka jelaslah bahwa guru PAI harus
memahami hakikat dan arti mengajar (menyempurnkan,
membersihkan, mensucikan, membawa hati manusia untuk
bertaqarrub kepada Allah, menkaji, mengajarkan ilmu Ilahi)
dan mengetahui teori-teori mengajar serta dapat melaksanakan
pengajaran secara professional seperti yang sudah ditetapkan
pemerintah.
2) Peran Guru PAI
Rusman dalam bukunya yang berjudul Model-model
Pembelajaran, mengklarifikasikan peranan guru yang dianggap
paling dominan sebagai berikut:
a) Sebagai Demonstrator. Guru hendaknya menguasai bahan
atau materi pembelajaran yang akan diajarkannya dan
mengembangkannya karena hal ini akan sangat menentukan
hasil belajar yang dicapai oleh siswanya.
b) Sebagai Pengelola Kelas. Guru hendaknya mampu
melakukan penanganan pada kelas, karena kelas merupakan
lingkungan yang perlu diorganisasi. Lingkungan ini diatur
dan diawasi agar kegiatan pembelajaran terarah kepada
tujuan-tujuan pendidikan. Salah satu manajemen kelas yang
baik ialah menyediakan kesempatan bagi siswa sedikit demi
21
Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan Islam Di Rumah, Sekolah, Dan Masyarakat,
penerjemah Shihabuddin, Ushulut Tarbiyah Islamiyah wa asalibiha fil baiti wal madrasati wal
mujtama, (Jakarta: Gema Insani Press, 1995), cet 1, h. 169 22
Ramayulis, Op Cit. h. 17-18
20
sedikit mengurangi ketergantungan kepada guru, sehingga
mereka mampu membimbing kegiatan mereka sendiri.
c) Sebagai Mediator dan Fasilitator. Guru hendaknya memiliki
pengetahuan dan pemahaman yang cukup untuk media
pendidikan serta memiliki keterampilan memilih dan
menggunakan media itu dengan baik, karena media
pendidikan merupakan alat komunikasi guna lebih
mengefektifkan proses belajar mengajar.
d) Sebagai Evaluator. Demikian pula setiap kali proses belajar
mengajar, guru hendaknya menjadi evaluator yang baik.
Penilaian dilakukan untuk mengetahui apakah tujuan yang
telah dirumuskan itu tercapai atau tidak, apakah materi yang
diajarkan sudah dikuasai atau belum oleh siswa, dan apakah
metode yang digunakan sudah cukup tepat.23
Menurut Adam dan Dickley yang dikutip oleh buku dalam
Wawasan Tugas dan Tenaga Kependidikan, bahwa peran guru
sesungguhnya sangat luas yaitu:
a) Guru sebagai Pengajar. Guru bertugas memberikaan
pengajaran di dalam kelas, ia menyampaikan agar peserta
didik memahami sehingga terjadi perubahan sikap,
keterampilan, dan lain sebagainya. Untuk mencapai itu
maka guru harus menguasai dengan baik metode dan teknik
mengajar.
b) Guru sebagai pembimbing. Guru berkewajiban memberikan
bantuan kepada peserta didik agar mereka menempukan
masalahnya sendiri dan memecahkan masalahnya sendiri,
mengenali diri sendiri, dan menyesuaikan diri dengan
lingkungan. Peserta didik membutuhkan bantuan dalam
mengatasi kesulitan-kesulitan pribadi, pendidikan, memilih
23
Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2011), h. 62-64
21
pekerjaan, hubungan sosial dan interpersonal. Maka dari itu
guru harus menguasai dan memahami dengan baik tentang
teknik bimbingan kelompok, penyuluhan individu, teknik
mengumpulkan keterangan, teknik evaluasi, statistika
penelitian, psikologi kepribadian, dan psikologi belajar.
Perlu di ketahui bahwa bimbinga terdekat peserta didik
adalah guru.
c) Guru sebagai pemimpin. Sekolah dan kelas adalah suatu
organisasi dimana guru adalah sebagai pemimpinnya, guru
berkewajiban mengadakan supervise atas kegiatan belajar
peserta didik, membuat rencana pengajaran bagi kelasnya,
mengadakan manajemen belajar sebaik-baiknya, melakukan
manajemen kelas. Dengan memanajemen kelas dengan baik
maka akan tercipta lingkungan belajar yang serasi.
d) Guru sebagai ilmuan. Guru dipandang sebagai orang yang
paling berpengetahuan. Dia bukan saja berkewajiban
menyampaikan pengetahuan yang dimiliki tetapi juga
berkewajiban mengembangkan pengetahuan itu.
e) Guru sebagai pribadi. Setiap guru harus memiliki sifat-sifat
yang disenangi oleh para peserta didiknya, orang tua, dan
masyarakat. Karena sifat ini diperlukan agar ia dapat
melaksanakan pengajaran secara efektif.
f) Guru sebagai penghubung. Sekolah perannya sebagai
penghubung dan guru berfungsi sebagai pelaksana. Banyak
cara yang dilakukan guru untuk menghubungkan sekolah
dan masyarakat, antara lain dengan bulletin, pameran,
pertemuan-pertemuan berkala, kunjungan ke masyarakat
dan sebagainya.
g) Guru sebagai pembaharu. Guru memegang peran sebagai
pembaharu, oleh karena melalui kegiatan guru
menyampaikan ilmu dan teknologi, contoh-contoh yang
22
baik dan lain-lain maka akan menanamkan jiwa pembeharu
di kalangan pserta didik.
h) Guru sebagai pembangun. Sekolah turut serta memperbaiki
masyarakat dengan jalan memecahkan masalah-masalah
yang dihadai oleh masyarakat. Guru professional dapat
menggukan setiap kesempatan yang ada untuk membantu
berhasilnya rencana pembangunan masyarkat seperti
kegiatan keluarga berencana, bimas, koperasi,
pembangunan jalan dan lain sebagainya.24
Dari uraian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa guru
mempunyai peranan sebagai demonstrator, pengelola kelas,
mediator dan fasilitator, evaluator, pemimpin, ilmuan, pribadi,
penghubung, pembaharu dan pembangun. Peran guru sangat
menentukan dalam pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar,
dimana kegiatan belajar-mengajar merupakan inti dari proses
pendidikan secara keseluruhan.
c. Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam
Membicarakan masalah profesionalisme, ada beberapa istilah
yang berkaitan dangan masalah tersebut yaitu, profesi, profesional,
profesionalisasi. Profesi menunjukkan pada suatu pekerjaan atau
jabatan yang menuntut keahlian, tanggung jawab dan kesetiaan pada
suatu profesi. Suatu profesi secara teori tidak dapat dilakukan oleh
orang yang tidak disiapkan untuk itu.
Secara etimilogi, profesi berasal dan bahasa Inggris yaitu,
profession atau bahasa Latin pro fecus yang artinya mengakui,
pengakuan, menyatakan mampu atau ahli dalam melaksanakan
pekerjaan tertentu. Sedangkan secara terminologi profesi dapat
diartikan sebagai suatu pekerjaan yang rnempersyaratkan pendidikan
24
Departemen Agama, Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kerja, Op. Cit., h. 71-76
23
tinggi bagi pelakunya yang ditekankan pada pekerjaan mental, bukan
pekerjaan manual.25
Menurut McLeod yang dikutip oleh Muhibbin Syah istilah
profesionalisme aslinya adalah “kata sifat dari kata professional yang
berarti sangat mampu melakukan pekerjaan.”26
Sedangkan dalam Undang-Undang Sisdiknas, profesional
diartikan “sebagai pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang
memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi
standar mutu atau norma terlentu serta memerlukan pendidikan
profesi”.27
Hemat kata, dimaksud pekerjaan yang bersifat profesional
adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang
secara khusus dipersiapkan untuk bidang tertentu. Seseorang yang
profesional adalah seseorang yang pekerjaannya memerlukan
pelatihan dan pengalaman khusus yang lebih tinggi, tanggung jawab
yang sah secara hukum, seperti lisensi untuk melakukan pekerjaan
dan menentukan prestasi etika standar
Mengingat profesi guru merupakan profesi yang sangat mulia
dan penuh dengan tanggung jawab serta menanggung resiko tinggi,
maka diperlukan upaya yang maksimal oleh masing-masing guru
supaya mereka menjadi sorang guru yang profesional demi
meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan.28
Dengan demikian, guru profesional adalah orang yang
mempunyai keahlian khusus dalam bidang keguruan, telah mendapat
pengakuan secara formal berdasarkan ketentuan yang berlaku, baik
25
Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan Dalam Upava Peningkatan Profesionalisme Tenaga
Kependidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2002), h. 20-21 26
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2004), cet 9, h. 229 27
Departemen Agama Rl, UU RI Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen serta UU RI No. 20
Tahun 2003 Ten lang Sisdiknas, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam, 2006), h. 2. 28
Salman Rusydie, Prinsip-PrinsipManajemn Kelas, (Yogyakarta: Diva Press, 2011), h. 102-
104
24
dalam kaitan dengan jabatan maupun latar belakang pendidikan
formalnya. Pengakuan ini dinyatakan dalam bentuk keputusan,
ijazah, akta, sertifikat dan lain sebagainya, baik yang berupa
kualifikasi maupun kompetensi, sehingga ia mampu mengemban dan
melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai guru secara maksimal.
Profesi itu memiliki ciri-ciri khusus yang dapat diidentifikasi
dan dikenali untuk membedakan dengan identitas lainnya. Meurut
Mukhtar Luthfi sebagaimana dikutip Nurdin, “ada delapan kriteria
yang harus dipenuhi oleh suatu pekerjaan agar dapat disebut sebagai
profesi, yaitu:
1) Panggilan hidup yang sepenuh waktu
2) Pengetahuan dan kecakapan atau keahlian
3) Kebakuan yang universal
4) Pengabdian
5) Kecakapan diagnostik dan kompetensi aplikatif
6) Otonomi
7) Kode etik
8) Klien”.29
Kriteria ini berlaku pada semua profesi, termasuk guru
Pendidikan Agama Islam. Di samping itu, guru PAI masih diikat
oleh kriteria tertentu sesuai dengan tugasnya sebagai pendidik agama
Islam. Materi Pendidikan Agama Islam ini memiliki karakteristik
tertentu. Muhaimin menyatakan bahwa,
Pendidikan agama memiliki karakteristik tersendiri yang
berbeda dengan mata pelajaran lainnya. Pendidikan Agama
Islam (PAI) misalnya, memiliki karakteristik sebagai berikut:
1) PAI berusaha untuk menjaga akidah peserta didik agar tetap
kokoh dalam situasi dan kondisi apapun.
2) PAI berusaha menjaga dan memelihara ajaran dan nilai-nilai
yang tertuang dan terkandung dalam al-Qur’an dan Hadits
serta otentisitas keduanya sebagai sumber utama ajaran
Islam.
29
Ibid., h. 16-17
25
3) PAI menonjolkan kesatuan iman, ilmu dan amal dalam
kehidupan keseharian.
4) PAI berusaha membentuk dan mengembangkan kesalehan
individu dan sekaligus kesalehan sosial.
5) PAI menjadi landasan moral dan etika dalam pengembangan
ipteks dan budaya seta aspek-aspek kehidupan lainnya
6) Substansi PAI mengandung entitas-entitas yang bersifat
rasional dan supra-rasional
7) PAI berusaha menggali, mengembangkan dan mengambil
ibrah dari sejarah dan kebudayaan (peradaban) Islam.
8) PAI mengandung pemahaman dan penafsiran yang beragam,
sehingga memerlukan sikap terbuka dan toleran atau
semangat ukhuwah islamiyah.30
Karakteristik ini menuntut profesionalisme guru PAI makin
kompleks lagi. Karena itu, profesionalisme guru PAI paling tidak
harus memenuhi delapan macam kriteria, yaitu: kemampuan
menguasai materi PAI, kemampuan menjelaskan materi PAI dengan
menggunakan perspektif berbgai bidang keilmuan lainnya yang
terkait, kemampuan mendidikkan dan mengajarkan PAI kepada
peserta didik dengan baik, kemampuan menguasai metodologi
pengajaran dan pembelajaran dengan baik, kemampuan
mengamalkan ilmu agama Islam dalam perilaku keseharian,
memiliki pengalaman mendalam dalam mendidik dan mengajar
peserta didik, memilki komitmen dalam memberikan layanan yang
baik kepada peserta didik, memiliki motivasi kerja atas dasar ibadah
kepada Allah SWT.
Demikianlah, kriteria guru PAI profesional. Profesionalisme
tidak hanya diorientasikan pada materi, tetapi juga diarahkan pada
orientasi spiritual. Guru PAI profesional diharapkan mampu
membentuk peserta didik menjadi pribadi-pribadi muslim yang taat
kepada Allah SWT serta menjadi penggerak kemajuan umat Islam.
30
Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam Mengurai Benang Kusut Dunia Pendidikan,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), h. 10
26
d. Urgensi Kompetensi Bagi Guru Pendidikan Agama Islam
Guru yang profesional harus memiliki beberapa kompetensi
yang di persyaratkan bagi seorang guru yang dapat di pertanggung
jawabkan dalam mencapai suatu tujuan.
Penelitian yang dilakukan oleh Cheng dan Wong di Zhejiang,
Cina sebagaimana dikutip oleh Mulyasa menghasilkan suatu
kesimpulan bahwa tingkat profesionalisme guru merupakan salah
satu dari empat ciri sekolah dasar yang unggul (berprestasi) di Cina.
Ciri yang lain adalah dukungan yang konsisten dari masyarakat,
adanya jaminan kualitas (quality assurance), dan adanya keinginan
yang tinggi dari siswa untuk berprestasi.31
Dari penelitian diatas memberikan bukti bahwa kualitas guru
memiliki posisi yang penting dalam menentukan kualitas pendidikan
suatu bangsa dan negara. Untuk menjadikan pendidikan yang
berkualitas membutuhkan guru yang berkualitas pula. Guru yang
berkulitas adalah guru yang memenuhi standar syarat yang telah
ditentukan. Maka dari itu, jabatan guru seharusnya dipercayakan
kepada orang yang memenuhi syarat yang telah ditentukan suatu
negara. Salah satu syaratnya adalah memiliki kompetensi keguruan.
Pentingnya kompetensi telah dinyatakan Rasulullah dalam
sabdanya sebagai berikut:
سهى في يجهس ا اننبي صهى هللا عهيو عن أبي ىريرة قال: بين
ث يحد ضى رسل هللا و، جاءه أعرابي فقال: يتى انساعت؟ ف انق
ع يا قال فكره يا و: س ث، فقال بعض انق سهى يحد صهى هللا عهيو
ع، حت قال بعضيى: بم نى يس -أين قال: ى إذا قضى حديثو قال.
ائم عن انساعت قال: ىا أن -أراه ، قال: انس فإذا ا يا رسل هللا
31
Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: Remaja Rosdakarya. 2007)
27
د كيف إضاعتيا؟ قال: ، قال: يانت فانتظر انساعت ضيعت ال س إذا
الير إنى غير أىهو فانتظر انساعت
Dari Abu Hurairah berkata: ketika nabi Muhammad Shallallahu
„alaihi wasallam berbicara pada suatu kaum disuatu majlis,
datanglah seorang arab seraya berkata: „kapan kiamat? Namun
Rasulullah saw tetap melanjutkan pembicaraannya‟, maka berkata
sebagian kaum: „ nabi mendengar tapi tidak menyukai terhadap
apa yang diucapkan‟. Dan berkata sebagian kaum : „nabi tidak
mendengar‟ sehingga nabi menyelesaikan pembicaraannya seraya
berkata: “dimana seorang yang bertanya tentang kiamat
(kehancuran)” berkata: „ini saya yaa Rasulullah‟. Rasulullah
shallallahu „alaihi wasallam bersabda: “jika amanat disia-siakan
tnggu saja kehancuran terjadi” seorang berkata: „bagaimana
maksud amanat disia-siakan ?‟ Nabi menjawab “Jika urusan atau
suatu pekerjaan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya,
maka tunggulah kehancuran. (HR. Bukhari)32
Mengingat pentingnya kemampuan (kompetensi) bagi guru,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan sebagaimana dikutip oleh
Nana Syaodih Sukmadinata pernah merumuskan 10 kemampuan
yang harus dimiliki oleh setiap guru yaitu:
1) Penguasaan bahan pelajaran beserta konsep-konsep dasar
keilmuan.
2) Kemampuan dalam mengelola program belajar mengajar.
3) Kemampuan dalam mengelola kelas.
4) Kemampuan dalam mengelola media dan sumber pembelajaran.
5) Penguasaan landasan-landasan kependidikan.
6) Kemampuan dalam mengelola interaksi belajar mengajar.
7) Kemampuan dalam menilai prestasi siswa.
8) Mengetahui fungsi dari program bimbingan dan penyuluhan.
32
Muhammad Bin Ismail Al-Bukhari Al-Jaafi, Shahih Bukhari, (Dar Ibn Katheer. 1993)
28
9) Mengetahui penyelenggaraan administrasi sekolah.
10) Pemahaman prinsip-prinsip dan pemanfaatan hasil penelitian
pendidikan untuk kepentingan peningkatan mutu pengajaran. 33
Pada saat ini, kompetensi yang harus dimiliki guru sudah
dibakukan dalam Undang Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen. Dalam pasal 10 dinyatakan bahwa kompetensi yang
harus dimiliki guru ada empat yaitu kompetensi paedagogis,
kepribadian, sosial, dan profesional.34
Keempat kompetensi tersebut harus dikuasai guru dengan baik,
karena dalam melaksanakan tugasnya guru tidak berhadapan dengan
benda mati, tetapi menghadapi pribadi yang sedang tumbuh dan
berkembang, pribadi yang memiliki kemampuan, sifat, sikap, dan
karakter yang beragam sehingga memerlukan perlakuan yang
berbeda-beda. Jika guru salah langkah maka kemampuan, sifat,
sikap, dan karakter anak bangsalah yang di pertaruhkan. Dengan
adanya kompetensi, guru akan mengetahui keadaan tersebut
sehingga ia akan berusaha memberikan perlakuan yang berbeda
disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing peserta didiknya.
Berikut ini adalah tabel kompetensi yang harus dimiliki oleh
para guru yaitu sebagai berikut:
Tabel 2.1
Tabel Kompetensi Dasar Guru
Kompetensi Sub kompetensi Indikator
Kompetensi
Pedagogik
Memahami
peserta didik
secara mendalam
1. Memahami peserta didik
dengan memanfaatkan
prinsip-prinsip
perkembangan kognitif
2. Memahami peserta didik
33
Sukmadinata, Nana Syaodih, Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktek, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 1997), h.193 34
Undang-Undang RI No. 14 Tahun 2005, Tentang Guru dan Dosen, Bab IV Pasal 10 Bagian
Kesatu, (Jakarta: Sinar Grafika, 2003), h. 6
29
dengan memanfaatkan
prinsip-prinsip
keperibadian
3. Mengidentifkasi bekal ajar
awal peserta didik
Merancang
pembelajaran,
termasuk
memahami
landasan
pendidikan untuk
kepentingan
pembelajaran
1. Memahami landasan
kependidikan
2. Menerapkan teori beelajar
dan pembelajaran
3. Menentukan strategi
pembelajaran berdasarkan
karateristik peserta didik,
kompetensi yang ingin
dicapai dan materi ajar
4. Menyusun rancangan
pembelajaran berdasarkan
strategi yang dipilih
Melaksanakan
pembelajaran
1. Menata latar (setting)
pembelajaran
2. Melaksanakan
pembelajaran yang
kondusif
Merancang dan
melaksanakan
evaluasi
pembelajaran
1. Merancang dan
melaksanakan evaluasi
(assessment) proses dan
hasil belajar secara
berkesinambungan dengan
berbagai metode.
2. Menganalisis hasil
evaluasi proses dan hasil
30
belajar untuk menentukan
tingkat ketuntasan belajar
(mastery learning)
3. Memanfaatkan hasil
penilaian pembelajaran
untuk perbaikan kualitas
program pembelajaran
secara umum
Mengembangkan
peserta didik
untuk
mengaktualisasik
an berbagai
potensinya
1. Memfasilitasi peserta
didik untuk
pengembangan berbagai
potensi akademik
2. Memfasilitasi peserta
didik untuk
mengembangkan pelbagai
potensi non akademik
Kompetensi
keperibadian
Keperibadian
yang mantap dan
stabil
1. Bertindak sesuai dengan
norma hukum
2. Bertindak sesuai norma
sosial dan bangga sebagai
guru
3. Memiliki konsistensi
dalam bertindak sesuai
norma.
Keperibadian
yang arif
Menampilkan tindakan yang
didasarkan pada kemanfaatan
peserta didik, sekolah, dan
masyarakat serta
menunjukkan keterbukaan
dalam berpikir dan bertindak
31
Keperibadian
yang berwibawa
Memiliki perilaku yang
berpengaruh positif terhadap
peserta didik dan memiliki
perilaku yang disegani.
Berakhlak mulia
dan menjadi
teladan
Bertindak sesuai dengan
norma religius (iman dan
takwa, jujur, ikhlas dan suka
menolong) dan memiliki
perilaku yang di teladani
peserta didik.
Kompetensi
sosial
Mampu
berkomunikasi
dan bergaul
dengan peserta
didik
Berkomunikasi secara efektif
dengan peserta didik
Mampu
berkomunikasi
dan bergaul
secara efektif
dengan sesama
pendidik dan
tenaga
kependidikan
Mampu berkomunikasi dan
bergaul secara efektif dengan
tenaga pendidik dan tenaga
kependidikan.
Mampu
berkomunikasi
dan bergaul
secara efektif
dengan orang tua
atau wali peserta
1. Mampu berkomunikasi dan
bergaul secara efektif
dengan orang tua/wali
peserta didik
2. Mampu berkomunikasi dan
bergaul secara efektif
32
didik dan
masyarakat
sekitar
dengan masyarakat sekitar
Menguasai
struktur dan
metode keilmuan
Mengusasai langkah-langkah
penelitian dan kajian kritis
untuk memperdalam
pengetahuan atau materi
bidang studi
Kompetensi
profesional
Mengetahui
struktur keilmuan
mapel yang di
ajarkan
Menguasai materi, stuktur
konsep, dan pola pikir
keilmuan yang mendukung
matpelajaran yang di ampu
dan Mengembangkan materii
pembelajaran yang di ampu
secara kreatif
Memahami
kurikulum silabus
dan RPP mapel
yang di ajarkan
1. Menguasai standar
kompetensi dan kompetensi
dasar mata pelajaran.
Bidang pengembangan
yang diampu
2. Mengembangkan
keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan
melakukan tindakan
reflektif
3. Memahami dan
memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi
33
untuk berkomunikasi dan
mengembangkan diri.35
3. Pengertian dan Karakteristik Anak Didik
a. Pengertian Anak Didik
Ketika kita menelaah tentang pendidikan, kita akan menemukan
kata-kata anak didik. Banyak yang membahas tetang pengertian anak
didik dan memiliki berbagai macam makna, Siapakah sesungguhnya
anak didik itu?
Menurut Hasan Basri dan Beni Ahmad, “anak didik adalah
semua orang yang melibatkan diri dalam kegiatan pendidikan atau
dilibatkan secara langsung, yaitu semua masyarakat yang mengikuti
kegiatan pembelajaran di lembaga pendidikan formal dan
informal”.36
Menurut Ahmad Syar’i, “anak didik adalah manusia muda, baik
dari segi biologis maupun psikologis, tetapi bisa pula manusia
dewasa yang masih memerlukan pengetahuan dan ketrampilan
tertentu dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup”.37
Menurut Marimba, “Pengertian umum, anak didik mencakup
manusia seluruhnya, tanpa pembatasan usia. Setiap manusia
berpeluang untuk dididik".38
Dari berbagai pendapat yang dikemukakan di atas dapat
disimpulkan bahwa anak didik adalah sasaran atau objek dan
sekaligus sebagai subjek pendidikan, yang mencakup seluruh
manusia tanpa dibatasi usia yang masih memerlukan pengetahuan
dan ketrampilan tertentu dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup.
35
Ali Mudlofir, Pendidik Profesional:Konsep, Strategi dan Aplikasinya dalam Peningkatan
Mutu Pendidik di Indonesia, (Jakarta:Rajawali Press,2012), cet. 1, h. 115-116 36
Hasan Basri dan Beni Ahmad Saebani, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia,
2010), h. 133 37
Ahmad Syar’i, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2011), cet. 2, h. 44 38
Ahmad D Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT Alma’arif, 1980),
cet. 4, h. 32
34
b. Karakteristik Anak Didik SMP
Pada masa remaja (10-14 tahun) merupakan masa pubertas.
Desmita menulis dalam bukunya, pada masa remaja ditandai dengan
sejumlah karakteristik penting, yaitu:
1) Terjadinya ketidak seimbangan proporsi tinggi dan berat badan.
2) Mulai timbulnya ciri-ciri seks sekunder.
3) Kecenderungan ambivalensi (keinginan menyendiri dengan
keinginan bergaul, berkeinginan untuk bebas).
4) Senang membandingkan kaedah-kaedah, nilai-nilai etika atau
norma dengan kenyataan yang terjadi dalam kehidupan orang
dewasa.
5) Mulai mempertahankannya secara skeptic mengenai eksistensi
dan sifat kemurahan dan keadilan Tuhan.
6) Reaksi dan ekspresi emosih masih stabil.
7) Mulai mengembangkan standar dan harapan terhadap perilaku
diri sendiri yang sesuai dengan dunia sosial.
8) Kecenderungan minat dan pilihan karer relative sudah lebih
jelas.39
Setelah mengetahui karakteristik anak usia sekolah menengah
yang demikian, maka Desmita menulis guru di harapkan untuk:
1) Menerapkan model pembelajaran yang memisahkan siswa pria
dan wanita ketika membahas topic-topik yang berkenaan dengan
anatomi dan fisiologi.
2) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan hobi
dan minatnya melalui kegiatan-kegiatan yang positif.
3) Menerapkan pedekatan pembelajaran yang memperhatikan
perbedaan individual atau kelompok kecil.
4) Meningkatkan kerja sama dengan orangtua dan masyarakat
untuk mengembangkan potensi siswa.
39
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2011), cet. 3, h. 36
35
5) Tampil menjadi teladan yang baik bagi siswa.
6) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar
bertanggung jawab.40
4. Pembentukkan Kepribadian Muslim
a. Pengertian Pembentukkan Kepribadian Muslim
Sebelum mengetahui arti dari kepribadian muslim, perlu
diketahui terlebih dahulu apa arti pembentukan itu sendiri. Istilah
pembentukan, berasal dari kata “bentuk”, yakni rupa atau gambaran
sesuatu yang memiliki ciri khas.
Pembentukan adalah “proses atau usaha dan kegiatan yang
dilakukan secara berdaya guna untuk memperoleh yang lebih baik,
mendirikan atau mengusahakan supaya lebih baik, lebih maju dan
lebih sempurna”.41
Dengan awalan “pem” dan akhiran “an”, yakni pembentukan,
maka ia mengandung arti proses untuk mewujudkan sesuatu,
misalnya untuk mewujudkan kepribadian muslim memerlukan
proses pendidikan
Sedangkan pengertian kepribadian sendiri, menurut Agus
Sujanto adalah “suatu totalitas psikophisis yang kompleks dari
individu sehingga nampak dalam tingkah lakunya yang unik”.42
Menurut Soegarda Purbakawatja dan A.Harahap kepribadian
adalah “seluruh dari sifat-sifat subjektif, emosional yang merupakan
ciri watak seseorang pada lingkungannya dan keseluruhan dari
reaksi-reaksi yang sifatnya psikologis dan sosial”.43
40
Ibid., h. 37 41
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), cet 2, h. 39
42Agus Sujanto dkk, Psikologi Kepribadian, (Jakarta: Aksara Baru, 1980), h. 13
43Soegarda Purbakawatja dan A.Harahap, Ensiklopedia Pendidikan, (Jakarta: Gunung
Agung, 1981), h.173.
36
Menurut M.A.W.Brower yang dikutip oleh Idianto, kepribadian
adalah “corak tingkah laku manusia yang meliputi corak kekuatan,
dorongan, keinginan, opini, dan sikap-sikap seseorang”.44
Dalam studi keislaman, istilah kepribadian lebih dikenal dengan
al-syahs, yang artinya “pribadi”. Kata ini kemudian diberi ya‟ nisbah
sehingga menjadi kata benda buatan (masdar zina‟iy), syakhshiyyah
yang dapat diartikan sebagai “kepribadian”.45
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian
kepribadian adalah merupakan suatu organisasi yang hanya dimiliki
oleh manusia yang menjadi penentu pemikiran dan tingkah lakunya.
Dan penampilan kepribadian seperti ini pasti ada maksudnya sejati
bersifat tetap, menunjukkan ciri-ciri yang lebih permanen, tetapi
karena kepribadian juga bersifat dinamis perbedaan-perbedaan atau
perubahan pasti disesuaikan dengan situasi, namun perubahannya
tidak mendasar.
Adapun yang dimaksud muslim adalah “orang Islam”. Jadi
pembentukan kepribadian muslim adalah proses yang dilakukan
secara berdaya guna untuk memperoleh sifat dan sikap baik yang
melekat pada umat Islam, di mana sifat dan sikap tersebut tercermin
dalam akhlāq al-mahmūdah sebagaimana yang ter-maktub dalam Al-
quran, atau yang tergambar dalam kepribadian nabi dan rasul
terakhir, yakni Muhammad saw sebagai uswah alhasanah.
b. Metode-metode Pembentukkan Kepribadian Muslim
Beberapa metode yang digunakan dalam pembentukan pribadi
muslim antara lain :
1) Metode keteladanan
Keteladanan dalam bahasa Arab disebut “uswah, iswah”,
yang berate perilaku baik yang dapat ditiru oleh orang lain (anak
44
Idianto, Sosiologi, (Jakarta : Erlangga, 2004), h. 123. 45
Ronald Alan Nicholson, Fi al-Tasawuf al-Islami wa Tarikhi, terj. Abu al-A‟la al-Afify,
(Cairo: Lajnah al-Ta‟lif wa al-asyr, 1996), h. 108-109
37
didik)”.46 Melihat penjelasan di atas maka, metode keteladanan
memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya mencapai
upaya keberhasilan pendidikan. Karena, secara psikologi, anak
didik banyak meniru dan mencontohkan perilaku sosok figurnya
termasuk diantara adalah para pendidik. Oleh karena itu
keteladanan banyak kaitannya dengan perilaku.
2) Metode pembiasaan dan latihan
Menurut Prof Arief Armai, dalam bukunya menuliskan
metode pembiasaan adalah “pengalaman”.47 Pembiasaan dinilai
sangat efektif jika diterapkan kepada anak didik yang berusia
kecil. Karena anak didik memiliki rekaman yang sangat kuat
dan kondisi kepribadian yang belum matang, sehingga anak
didik mudah terlarut dengan kebiasaan-kebiasan yang terjadi
dalam hidupnya. Metode pebiasaan sangat efektif dalam
menanamkan nilai-nilai moral kedalam jiwa anak.
Mendidik dengan melatih dan pembiasaan adalah mendidik
dengan cara memberikan latihan-latihan terhadap suatu norma
tertentu kemudian membiasakan untuk mengulangi kegiatan
tertentu tersebut berkali-kali agar menjadi bagian hidupnya,
seperti sholat, puasa, kesopanan dalam bergaul dan sebagainya.
3) Metode Cerita
Cerita memiliki daya tarik yang besar untuk menarik
perhatian setiap orang, sehingga orang akan mengaktifkan
segenap indranya untuk memperhatikan orang yang bercerita.
Hal ini terjadi karena cerita memiliki daya tarik untuk disukai
jiwa manusia. Sebab didalam cerita terdapat kisah-kisah zaman
dahulu, sekarang, hal-hal yang jarang terjadi dan sebagainya.
46
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidika Islam, (Jakarta: Ciputat Pers,
2002), h. 124 47
Ibid.
38
Selain itu cerita juga lebih lama melekat pada otak seseorang
bahkan hampir tidak terlupakan.48
4) Metode nasehat
Metode nasehat adalah suatu metode pendidikan dan
pengajaran dengan cara memberikan peringatan atau
pemberitahuan atas kebaikan dan kebenaran dengan jalan apa
saja yang dapat menyentuh hati dan memotivasinya untuk
berbuat sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Nasehat yang
diberikan ini selalu disertai dengan panutan atau teladan dari si
pemberi nasehat itu. Ini menunjukkan bahwa antara satu metode
yakni metode lain yang dalam hal ini keteladanan bersifat saling
melengkapi.49
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukkan Kepribadian
Muslim
Pembentukan karakter tidak terlepas dari faktor-faktor yang
membentuknya. Faktor tersebut mencakup faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal berarti faktor yang berpengaruh terhadap
pembentukan karakter dari dalam diri individu sendiri. Tanpa adanya
dorongan yang dapat mengubah individu dari diri sendiri ke arah
yang lebih baik, itupun akan sia-sia. Jadi untuk membentuk karakter
yang diharapkan, individu juga harus mempunyai kesadaran sendiri
untuk menjadikan karakter baik pada dirinya. Individu yang
mempunyai kesadaran akan cepat mengubah dirinya sendiri dan
apabila individu yang kurang memiliki kesadaran proses
perubahannya akan lama.
Faktor eksternal yang mempengaruhi pembentukan karakter
antara lain dari masyarakat, kebijakan pendidikan, kesepakatan,
kurikulum terpadu, pengalalaman pembelajaran, evaluasi, bantuan
48
Fuad Asy Syalhub, Guruku Muhammad SAW (Jakarta : Gema Insani Perss, 2006), h. 115 49
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam. (Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1997) h. 98
39
orang tua, staf dan program.50
Adapun faktor eksternal tersebut
adalah:
1) Keluarga
Dadang Hawari berpendapat keluarga adalah lingkungan
pendidikan pertama yang dikenali anak. Orang tua merupakan
pembina pertama. Sebagai pendidikan yang pertama, lingkungan
adalah pusat dimana diletakkan dasar-dasar pandangan hidup
dan pembentukan pribadi siswa. Di dalam keluargalah siswa
menerima pengalaman pertama dalam menghadapi sesamanya
atau bergaul sesama manusia dan dalam menghadapi manusia
pada umunya serta lingkungan terhadap perkembangan mental
pribadi siswa.51
2) Sekolah
Sekolah merupakan masyarkat mini, dimana seorang anak
diperkenalkan dengan kehidupan dunia luar. Dalam sekolah
anak mulai mengenal teman-teman yang berbeda karakter.
Perbedaan dan banyaknya teman-teman sebaya membuat anak
belajar untuk menyesuaikan diri dengan kelompok-
kelompoknya.
Jalaluddin berpendapat lembaga pendidikan yang berbasis
agama bagaimanapun akan memberi pengaruh bagi
pembentukan kepribadian anak. Namun demikian besar kecilnya
pengaruh itu tergantung pada penanaman nila-nilai agama,
sebab pendidikan agama pada hakekatnya merupakan
pendidikan nilai. Oleh karena itu banyak sekali orang tua yang
sangat hati-hati dalam memilih dan memasukkan anaknya ke
dalam sekolah tertentu. Bagi orang tua yang religius, akan
memasukkan anaknya ke sekolah agama, hal itu akan
50
Nurla Isna Aunillah, Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah, (Yogyakarta:
Laksana, 2011), hal. 108. 51
Dadang Hawari, Al-Qur‟an dan Ilmu kedokteran jiwa dan Kesehatan Jiwa. (Yogyakarta:
Dana Bakti Primayasa, 1998), h. 159
40
memberikan bekal agama pada diri anak dalam menjalani
kehidupannya.52
3) Lingkungan masyarakat
Lingkungan masyarakat dimana siswa bertempat tinggal
turut pula mewarnai atau mempengaruhi pembentukan pribadi
siswa, karena perkembangan jiwa sangat dipengaruhi oleh
keadaan lingkungannya, pengaruh tersebut datang dari teman-
temannya dalam masyarakat sekitarnya. Melihat realita yang ada
nampaknya pengaruh tidak hanya positif, melainkan banyak
pula yang bersifat negatif. Pengaruh yang positif, melainkan
banyak pula yang bersifat negatif.
Adapun faktor internal dan eksternal yang tertera diatas akan
berkembang secara baik jika semua pihak mendukung. Tetapi yang
menjadi penghambat dalam penanaman pendidikan karakter dalam
konteks masyarakat perlu di garis bawahi pengaruh media massa,
TV, internet, dan lain-lain. Alat-alat komunikasi ini setiap hari
mengenalkan nilai tertentu yang kadang berlainan dengan nilai yang
ditanamkan di sekolah. Begitu besarnya pengaruh media sehingga
sering kali membuat pengaruh sekolah tidak kuat bahkan kalah.
Misalnya, di sekolah di tanamkan nilai juang, dimana siswa harus
berlatih mempunyai daya juang dengan menolak budaya seenaknya,
malas-malasan, dan budaya instan. Akan tetapi, karen TV setiap hari
menawarkan budaya instan dan orang akan sukses tanpa berjuang,
maka daya juang akan sering kandas.53
52
Jalaluddin dan Usman Said, Filsafat Pendidikan Agama Islam. (Konsep dan
Pemikirannya), (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1994), h. 204-206 53
Nurla Isna Aunillah., op. Cit., h. 170-171.
41
B. Hasil Penelitian yang Relevan
1. Penelitian M. Imam Sholeh NIM : 10304027851. Berjudul pengaruh
intensitas interaksi edukatif orang tua dengan anak terhadap
keberagamaan siswa kelas VII MTs NU Banat.
Hasil penelitiannya adalah diketahui bahwa yaitu semakin tinggi
intensitas interaksi edukatif orang tua –anak maka semakin baik
keberagamaan anak tersebut (siswa kelas VII MTs Banat Kudus).
Dari hasil penelitian diatas hampir sama dengan penelitian yang
peneliti lakukan, meskipun berbeda secara tahapan maupun metode yang
digunakan akan tetapi pembahasan yang sesuai yakni membahas tentang
interaksi edukatif. Namun perbedaanya pada penelitian sebelumnya lebih
menekankan pada sikap keberagamaan seorang anak sedangkan pada
penelitian fokus pada “interaksi edukatif guru PAI dan murid dalam
membentuk pribadi muslim di SMP Bakti Mulya 400 Pondok Pinang
Jakarta Selatan”.
2. Penelitian Sugiharto, Nim 0100120021, dengan judul Interaksi Guru
Pendidikan Agama Islam dan Peserta Didik Dalam Membentuk
Kepribadian Muslim di SMK N 1 Pacitan.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dengan adanya interkasi
Guru PAI dan anak didik dalam membentuk kepribadian muslim ini
maka nantinya akan dalam proses pembelajaran PAI berjalan kondusif.
Dan juga diharapkan mampu membentuk pribadi anak didik agar menjadi
Pirbadi Muslim sejati.
Dari hasil penelitian diatas hampir sama dengan penelitian yang
peneliti lakukan, kemudian sama secara tahapan maupun metode yang
digunakan dan pembahasan yang sesuai yakni membahas tentang
interaksi edukatif. Namun perbedaanya pada penelitian sebelumnya lebih
menekankan Interaksi Guru Pendidikan Agama Islam pada penelitian
lebih fokus pada interaksi edukatif guru PAI dan murid dalam
membentuk pribadi muslim di SMP Bakti Mulya 400 Pondok Pinang
Jakarta Selatan.
42
3. Penelitian Ahmad Ardana, Pengaruh Interaksi edukatif Terhadap Prestasi
Belajar Bahasa Arab Siswa Kelas X MAN Sabdodadi Bantul Tahun
Ajaran 2016/2017.
Hasil Penelitiannya menunjukkan bahwa interaksi edukatif
mempengaruhi prestasi belajar bahasa Arab siswa kelas X MAN
Sabdodadi Bantul Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017.
Penelitian diatas hampir sama dengan penelitian yang peneliti
lakukan, meskipun berbeda secara tahapan maupun metode yang
digunakan akan tetapi pembahasan yang sesuai yakni membahas tentang
interaksi edukatif. Namun perbedaanya pada penelitian sebelumnya lebih
menekankan pada interaksi edukatif dapat mempengaruhi prestasi
belajar siswa, sedangkan pada penelitian ini fokus pada “interaksi
edukatif guru PAI dan murid dalam membentuk pribadi muslim di SMP
Bakti Mulya 400 Pondok Pinang Jakarta Selatan”.
43
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Adapun lokasi penelitian yang menjadi subjek penelitian dalam karya
ilmiah ini adalah di SMP Bakti Mulya 400 Pondok Pinang, Jakarta Selatan.
Sedangkan waktu penelitian ini adalah semester ganjil tahun ajaran
2017/2018.
B. Latar Penelitian
Setting penelitian yaitu “penjelasan secara rinci situasi yang meliputi:
lokasi, tempat, aktifitas atau tokoh yang diteliti”.1 Adapun setting penelitian
berada di SMP Bakti Mulya 400 Pondok Pinang Jakarta Selatan.
C. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (Field Research) yaitu
berupa penelitian kualitatif, ditujukan untuk mendeskripsikan dan
menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan,
persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok. Penelitian ini
mempunyai dua tujuan menggambarkan dan mengungkapkan (to describe
and explore), menggambarkan dan menjelaskan (to describe and explain),
penelitian bersifat deskriptif dan explanatory yaitu memberikan deskripsi
tentang situasi yang kompleks dan selanjutnya memberikan kejelasan tentang
hubungan antara peristiwa dengan makna terutama menurut persepsi
partisipasi.2
Dengan demikian penulis akan menjelaskan dan menggambarkan secara
deskriptif bagaimana dan apa saja faktor pendukung dan penghambat
1 Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, (Jakarta: FITK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2014), h. 61 2Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2012), h. 60
44
interaksi edukatif guru PAI dalam membentuk pribadi muslim di SMP Bakti
Mulya 400.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian yaitu pendekatan
fenomenologis, yaitu menghimpun data berkenaan dengan konsep,
pendekatan, pendirian, sikap, penilaian dan pemberian makna terhadap situasi
atau pengalaman-pengalaman dalam kehidupan, tujuan mencari atau
menemukan makna dari hal-hal yang esensial atau mendasar dari pengalaman
hidup tersebut.3
Adapun yang dijadikan sumber penelitian disini adalah pihak-pihak yang
ada di SMP Bakti Mulya 400 yaitu kepala sekolah sebagai infoman yang
utama untuk mengetahui perkembangan sekolah, guru pendidikan agama
Islam, peserta didik, karyawan dan masyarakat yang ada di lingkungan
sekolah.
D. Prosedur Pengumpulan Data dan Pengolahan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.
Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan
mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Teknik
pengumpulan data adalah cara yang dipakai untuk mengumpulkan informasi,
metode yang digunakan penulis adalah sebagai berikut:
1. Observasi
Obervasi merupakan suati teknik atau cara mengumpulkan data
dengan jalan mengandakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang
berlangsung berkenaan dengan guru mengajar, siswa belajar, kepala
sekolah yang sedang memberikan pengarahan dan lain-lain. Observasi
dapat dilakukan secara partisipasif yaitu pengamatan ikut serta dalam
kegiatan yang sedang berlangsung ataupun nonpartisipatif yaitu
3Ibid., h. 63
45
pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan, hanya berperan dalam
mengamati kegiatan.4
Kegiatan observasi penulis langsung terjun ke lokasi penelitian
untuk mengadakan pengamatan guna mendapatkan data yang diperlukan.
Observasi yang penulis lakukan ada dua macam yaitu pertama di dalam
kelas guna mengamati kemampuan interaksi edukatif guru PAI dengan
siswa dalam pembelajaran. Observasi di luar kelas meliputi pengamatan
terhadap data yang diperlukan. Observasi yang penulis lakukan ada dua
macam yaitu pertama di dalam kelas guna mengamati kemampuan
interaksi edukatif guru PAI dengan siswa dalam pembelajaran. Observasi
di luar kelas meliputi pengamatan terhadap keadaan sekolah, seperti letak
geografis, sarana dan prasarana, situasi dan kondisi lingkungan sekolah
serta kemampuan guru PAI yang berinteraksi edukatif dengan peserta
didik di luar kelas. Observasi tersebut bertujuan untuk mengetahui
pengembangan kompetensi (kemampuan interaksi edukatif) guru PAI
dalam pembentukan kepribadian muslim siswa di SMP Bakti Mulya 400.
2. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu bentuk tekhnik pengumpulan data
yang banyak digunakan dalam penelitian deskriptif kualitatif,
dilaksanakan secara lisan dan sebagai tekhnik pengumpulan data utama.
Hal penting yang perlu mendapatkan perhatian serius dari pewawancara
adalah rekaman atau pencatatan data.5
Metode ini digunakan untuk menggali informasi yang ditujukan
kepada kepala sekolah, guru PAI, beberapa guru, karyawan serta peserta
didik guna mengetahui kompetensi (kempuan interaksi edukatif) guru
PAI dalam pembentukan kepribadian muslim di SMP Bakti Mulya 400.
4Sugiono, Metodologi Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2007), h. 220 5Ibid., h. 216
46
Tehnik yang digunakan adalah wawancara bebas terpimpin yaitu
penulis menyiapkan pertanyaan pokok dengan membawa pedoman
berupa garis besar tentang hal-hal yang diperlukan dalam penelitian
3. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis
dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik,
dokumen-dokumen yang dihimpun dipilih yang sesuai dengan tujuan dan
fokus masalah.6
Metode dokumentasi digunakan untuk menghimpun data yang
bersifat dokumenter seperti identitas sekolah, struktur organisasi,
keadaan guru, karyawan, sarana prasarana dan kegiatan yang terkait
dengan pembentukan kepribadian muslim siswa di SMP Bakti Mulya
400.
E. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data
Pemeriksaan keabsahan daya yang penulis gunakan dalam penelitian ini
adalah menggunakan teknik triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan
data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Diluar data itu untuk keperluan
pengecekan data atau sebagai pembanding terhadap data itu.7
Triangulasi dalam pengujian kredibilatas data diartikan sebagai
pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai
waktu. Teknik triangulasi yang akan penulis lakukan yaitu triangulasi waktu,
pengujian kredibilitas data dengan cara mengecek dari wawancara, observasi,
dan dokumentasi.
6Ibid., h. 221-222
7Lexi J. Moleoang, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), h.
330
47
F. Analisis Data
Analisis data adalah rangkaian kegiatan penelaahan, pengelompokan,
sistematisasi, penafsiran, dan verifikasi data agar sebuah fenomena memiliki
nilai sosial, akademis dan ilmiah.8
Penulis menganalisis data hasil penelitian menggunakan metode
deskriptif kualitatif, yaitu setelah semua data terkumpul kemudian disusun
secara sistematis dan dikelompokkan, dianalisa diinterpretasikan untuk
menggambarkan obyek penelitian, sehingga dapat diambil kesimpulan yang
logis dan sistematis.
8Ahmad Tahzeh, Pengantar Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Teras, 2009), h. 29
48
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Deskripsi Data
1. Profil Sekolah
Nama Kepala Sekolah : Ir. Masdiko Indra
Nama Sekolah : SMP Bakti Mulya 400
Nama Yayasan : Yayasan BKSP Bakti Mulya 400
Alamat Sekolah : Jl. Lingkar Selatan 12310
Telepon/Fak : (+621)7658790/ (+621)75913920
Status Sekolah : Terakreditasi A
No. Surat Keputusan : 372/BAN-S/M/DKI24/11/2014
Nomer Statistik Sekolah
(NSS)
: 202016305032
Nomer Data Sekolah
(NDS)
: 2001040011
Nomer Induk Sekolah
(NIS)
: 200250
Tahun Beroperasi : 1985
Status Tanah : Milik Sendiri
Luas Tanah : 4975 M2
Luas Bangunan : 7960 M2 (tiga lantai)
Website : //smp.baktimulya400.sch.id
Email : [email protected]
2. Sejarah Singkat Sekolah/Madrasah
SMP Bakti Mulya 400 berdiri 10 Juli 1985 atau tepat berusia 28 tahun
pada bulan Juli tahun ini. Dilihat dari usianya yang lebih seperempat
abad, SMP Bakti Mulya 400 muncul dengan liku-liku sejarahnya
tersendiri.
49
Dimulai pada tanggal 30 september 1983 telah ditanda tangani surat
perjanjian kerja sama dalam bidang pendidikan antara Yayasan Keluarga
400 dengan Yayasan Pondok Mulya. Yayasan keluarga 400 merupakan
organisasi yang menghimpun ex Tentara Pelajar Batalyon 400 Brigade 17,
sedangkan Yayasan Pondok Mulya adalah yayasan pengelola Real Estate
Pondok Indah.
Dalam rangka kerja sama tersebut, lahirlah Badan Kerja Sama
Pendidikan Pondok Mulya Ikatan Keluarga 400 disingkat BKSP Pondok
Mulya – Ikatan keluarga 400. Keputusan kerja sama tersebut merupakan
kesepakatan bersama untuk ikut berperan serta dalam menopang kebijakan
pemerintah di bidang pendidikan melalui usaha penyediaan fasilitas
pendidikan yang menampung anak-anak usia sekolah. Selanjutnya dalam
usaha kerja sama tersebut, menggunakan nama Badan Kerja Sama
Pendidikan Pondok Mulya – Ikatan Keluarga 400. Pada waktu diadakan
akreditasi sekolah oleh Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan,
disepakati nama yang lebih praktis, yaitu Badan Kerja Sama Pendidikan
Bakti Mulya 400, disingkat BKSP Bakti Mulya 400.
Dalam melaksanakan kegiatannya, BKSP Bakti Mulya 400 berpegang
pada motto : “Berbakti Pada Nusa dan Bangsa Seumur Hidup”. Motto
ini dilandasi idealisme dan bermodal patriotisme dengan meyakini bahwa
pendidikan merupakan “human Investment” yang mempunyai jangkauan
jauh ke masa depan.
3. Visi, Misi dan Tujuan SMP Bakti Mulya 400
Untuk merealisasikan visi dan misi Yayasan BKSP Bakti Mulya 400
perlu dirumuskan visi dan misi Sekolah Menengah Pertama Bakti Mulya
400 sebagai berikut:
a. Visi Smp Bakti Mulya 400
Membentuk Insan Berakhlak Mulia , Beriman , Berilmu dan
Berkompetensi Global.
50
b. Misi Smp Bakti Mulya 400
Mewujudkan pengembangan sekolah yang bernafaskan Islam dan
berkualitas internasional yang diterapkan dalam pengelolaan, tenaga
pendidik dan kependidikan, pembiayaan, kurikulum, fasilitas, proses
belajar mengajar, penilaian, dan kompetensi lulusan.
c. Tujuan Smp Bakti Mulya 400
1) Tujuan Umum:
Tujuan pendidikan yang ingin dicapai adalah membentuk insan
Pancasila yang sehat jasmani-rohaninya, taqwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, Cerdas dan Terampil, berbudi pekerti luhur, kuat
kepribadiannya, tebal semangat kebangsaannya dan mencintai
tanah airnya, sehingga dapat menumbuhkan manusia-manusia
pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta
bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.
2) Tujuan Khusus:
a) Membentuk komunitas belajar yang mandiri cerdas dan
berkeadaban (civic values).
b) Menerapkan manajemen sekolah yang transparan dan
akuntabel.
c) Mengembangkan kemampuan siswa dalam penguasaan sains
dan teknologi, berinteraksi sosial (human relations),
berkepribadian mandiri secara intelektual, emosional dan
spiritual.
d) Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan
pendidikan (community based learning).
e) Membangun pusat pengembangan inovasi pendidikan.
4. Struktur Organisasi SMP Bakti Mulya 400
Kepala Sekolah : Ir. Masdiko Indra
Wakil Bidang Kurikulum : Sito, S.Pd.
Staf Kurikulum : Novini Nilakusumah, SS.
51
Wakil Bidang Kesiswaan : Usman Jamhuri, S.Ag
Wakil Bidang Sapras : Rike Anwari Fuady, Ssi.
Koordinator Kurikulum Cambridge : Leli Sugiarti, M.Si.
Pembina OSIS : Eko Julianto, S.Pd
Drs. Yatim Abdullah
Sovia Andriani, SE
Tabel 4.1
Wali Kelas VII Wali Kelas VIII Wali Kelas IX
1. Wali Kelas
VII. 1
Novitri
Riyani, S.Pd
1. Wali Kelas
VIII. 1
Cisilia Dewi
Pangalila, SH
1. Wali Kelas IX. 1
Dyah Ratnawati,
S.Pd
2. Wali Kelas
VII. 2
Drs. Aji
Bandi
2. Wali Kelas
VIII. 2
Drs. H. Aef
Saefudin
2. Wali Kelas IX. 2
Epih Syarifah,
S.Pd
3. Wali Kelas
VII. 3
Sobari, S.Ag
3. Wali Kelas
VIII. 3
Ir. H. Bondi
Robiarso
3. Wali Kelas IX. 3
Asih Budianti,
S.Pd
Tata Usaha
a. Kepala TU : Mohammad Janaka Jachja, SE
b. Keuangan : Nur Evi Yani, SE
c. Administrasi : Heru Tri Rismawanto, SE
d. Perpustakaan : Ratih Agustin Kusuma W, S.IP
Koordinator Program
52
a. Majalah Karisma & Mading : Novitri Riyani, S. Pd.
b. Ektrakulikuler : Eko Julianto, S. Pd.
c. Lab. IPA/Mat & OSN : Sri Subekti, S. Pd.
d. Lab. Elektronika : Prayogo, M. Pd.
e. Lab. Bahas : Epih Syarifah, S. Pd.
f. BP/BK : Drs. Yatim
g. UKS : Sovia Andriani, SE.
h. Lab. Tata Boga : Dina Astilia, S. Pd.
i. FLS2N/O2SN : Novini Nilakusuma, S.S.
j. OSN : Edy Hermawan, M. Si.
5. Guru dan Tenaga Kependidikan
Tabel 4.2
Daftar Guru SMP Bakti Mulya 400
N
O
NAMA
LENGKAP
TEMPAT/
TANGGA
L LAHIR
PENDIDIKAN
STATU
S
PEGAW
AI
MENGAJAR
01 Ir. Masdiko
Indra
Bukit
Tinggi, 12
November
1964
S1 Teknologi
Industri Pertanian,
IPB Bogor
Tetap MATEMATIK
A
02 SITO, S.Pd.
Banyumas,
20
Desember
1970
S1.Matematika
IKIP
Muhamadiyah,
1995
Tetap MATEMATIK
A
03
RIKE
ANWARI
FUADY,S.S
i
Balikpapan
, 13 Maret
1971
SMA, SI Univ.
Nasional 1996 Tetap
BIOLOGI/
FISIKA
04
Drs. H.
HASANUDI
N, M.Pd.
Pemalang,
20 Agustus
1969
S1 Bahasa Inggris
IKIPM Jakarta
1994
Tetap BAHASA
INGGRIS
05 DRS. AJI
BANDI
Bogor, 3
November
1967
S1.Tarbiyah IAIN
Syarif Hidayatulloh
Jkt 1993
Tetap AGAMA
ISLAM
06
DRA. Hj.
SYAFRIAN
I LUBIS
Sihepeng,
21 Sep
1959
S1.Bahasa dan Seni
IKIP Jakarta 1987 Tetap
BAHASA
INDONESIA
53
N
O
NAMA
LENGKAP
TEMPAT/
TANGGA
L LAHIR
PENDIDIKAN
STATU
S
PEGAW
AI
MENGAJAR
07 USMAN,
M.Pd.
Jakarta, 7
Desember
1961
S1.Sejarah STKIP
Jakarta 2002 S2
Universitas
Indraprasta 2010
Tetap SEJARAH
08 SOBARI,
S.Pd.
Bogor, 4
Januari
1970
S1.Pend.
Matematika IAIN
Syarif Hidayatulloh
Jkt, 1996
Tetap MATEMATIK
A
09 HERICE M
AZIZ.,S.Pd.
Jakarta, 18
Februari
1964
S1.Pend.Matematik
a IKIP Jakarta,
1988
Tetap MATEMATIK
A
10
DRS.
YATIM
ABDULLA
H
Jakarta, 7
Juni 1964
S1 Adpen IKIP
Jakarta 1989 Tetap BP/BK
11
DINA
ASTILIA,
S.Pd.
P.Brandan,
2 Januari
1965
D3 PKK.IKIP
Medan, 1987 S1
STIKIP PGRI
Jakarta
Tetap TATA BOGA
12
HJ. RINA
NUZRINA,
S.Pd
Jakarta, 20
Januari
1965
S1.BK STKIP
Jakarta 2004 Tetap
BP/BK /
TATABOGA
13 SUSHARY
ONO,S.Pd.
Kebumen,
24 Januari
1966
S1.PDU Tata Niaga
IKIP Jakarta 1991 Tetap EKONOMI
14 DRS. AEF
SAEFUDIN
Pandeglan
g, 4
Pebruari
1966
S1.Tarbiyah.IAIN
Syarif Hidayatulloh
Jkt,1993
Tetap AGAMA
ISLAM
15
IR. H.
BONDI
ROBIARSO
Jakarta, 13
April
1969
IPB, Bogor 1993 Tetap BIOLOGI
16
DYAH
RATNAWI
ATI,S.Pd.
Bandung,
5
Nopember
1970
S1.Bahasa & Sastra
Indonesia. IKIP
Jakarta 1996
Tetap BAHASA
INDONESIA
17
SOVIA
ANDRIANI,
SE.
Jakarta, 5
Desember
1970
S1.Akuntansi.Univ.
17 Agustus. Sby
1993
Tetap EKONOMI/
PLKJ
18
SRI
SUBEKTI,
S.Pd.
Kulon
Progo, 20
Juli 1972
S1.Kimia. IKIP
Negeri Yogyakarta,
1998
Tetap KIMIA
54
N
O
NAMA
LENGKAP
TEMPAT/
TANGGA
L LAHIR
PENDIDIKAN
STATU
S
PEGAW
AI
MENGAJAR
19 PRAYOGO,
S.Pd.
Ngawi, 19
Mei 1974
S1.Pend.
Elektronika UNJ
Jakarta 2000
Tetap
ELEKTRONIK
A/
KOMPUTER
20
NOVITRI
RIYANI,
S.Pd.
Jakarta, 26
Oktober
1974
S1,Bhs.Indonesia.I
KIP Negeri
Malang, 1998
Tetap BAHASA
INDONESIA
21
EPIH
SARIPAH,
S.Pd.
Garut, 25
Februari
1975
S.1.FPBS
Inggris.IKIP
Muhamadiyah,
1997
Tetap BAHASA
INGGRIS
22
USMAN
JAMHURI,
S.Ag.
Jakarta, 2
Maret
1975
S1 Tarbiah IAIN
Syarif Hidayatullah
Jakarta
Tetap
PEND.
AGAMA
ISLAM
23
YENIS
HERDIANI,
S.Si.
Tulungagu
ng, 14 Juli
1977
S1. Fisika Institut
10 Nop. Sby 2001 Tetap FISIKA
24
ASIH
BUDIANTI,
S.Pd.
Lampung,
22
Desember
1977
S1 Geografi
Universitas Negeri
Jakarta
Tetap GEOGRAFI
25
NOVINI
NILAKUSU
MAH,SS.
Jakarta, 24
Februari
1977
S1.Sastra
Cina.Univ.
Indonesia 2001
Tetap BAHASA
MANDARIN
26
LELI
SUGIARTI,
S.Pd.
Kuningan,
2
Desember
1978
S1. Matematika
UIN Jakarta, 2002 Tetap
MATEMATIK
A
27
DEWI
WULANSA
RI, S.Pd.
Jakarta, 6
Oktober
1980
S1 Bahasa Inggris
UHAMKA Jakarta
2003
Tetap BAHASA
INGGRIS
28
DRA.MUM
UN
MAEMUNA
H
Bogor, 06
Mei 1968 S1 IAIN 1993
Tidak
Tetap
AGAMA
ISLAM
29 RACHFI
YULIARTI
Jakarta, 15
Juli 1983
D3 Manajemen
Informatika AMIK
BSI Jakarta
Tidak
Tetap KOMPUTER
55
N
O
NAMA
LENGKAP
TEMPAT/
TANGGA
L LAHIR
PENDIDIKAN
STATU
S
PEGAW
AI
MENGAJAR
30 SUNTORO,
SE
Jakarta, 22
Mei 1979
S1 Ekonomi
Manajemen
Universitas
Borobudur Jakarta
2002
Tidak
Tetap KOMPUTER
31
SANTI
WIDIASTU
TI, S.Pd.
Jakarta, 1
April 1972
Seni Musik dan
Tari FPBS IKIP
Jakarta
Tetap Seni Rupa
32
EDY
HERMAWA
N, M.Sc.
Surabaya,
19 Juni
1976
S1 Metalurgi
FMIPA UI 2002 S2
Sain & Teknologi
Tampere University
Technology
Findland 2008
Tidak
Tetap IPA
33
DEWI
YANTI,
S.Pd.
Manado,
26
Desember
1986
Jur Bhs Indonesia
FTK UIN Syarif
Hidayatullah
Jakarta 2010
Tidak
Tetap
BAHASA
INDONESIA
34
DOBY
PUTRA
PARLINDU
NGAN,
S.Pd.
Purwodadi
-Grobogan,
15
November
1988
Pend Pelatihan
FPOK UNES
Semarang 2012
Tidak
Tetap OLAHRAGA
35
EKO
JULIANTO,
S.Pd.
Karangan
yar, 15 Juli
1989
Pend Pelatihan
Olahraga dan
Kesehatan
Universitas Sebelas
Maret Surakarta
2012
Tidak
Tetap OLAHRAGA
36 KHOIRUDI
N, S.Sos.I
Bekasi, 10
Mei 1981
S1 Jurusan
Komunikasi
Penyiaran Islam
UIN Syarif
Hidayatullah 2005
Tidak
Tetap Pkn
37
CISILIA
DEWI
PANGALIL
A, SH.
Jakarta, 21
September
1971
S1 Hukum Perdata
Universitas
Indonesia 1996
Tidak
Tetap Pkn
38
GALIH
PRATAMA
SUKMAWA
RDANA
Jakarta, 25
Mei 1987
S1 Pend Seni
Drama, Tari, Musik
UNES 2010
Tidak
Tetap Seni Musik
56
N
O
NAMA
LENGKAP
TEMPAT/
TANGGA
L LAHIR
PENDIDIKAN
STATU
S
PEGAW
AI
MENGAJAR
39
ROBERT
JOHN
ROWSE
Redruth
UK, 28
September
1961
S-2 John Mores
Engineering 1992
Tidak
Tetap
Bahasa
Inggris/TIK
6. Denah Sekolah SMP Bakti Mulya 400
RUANG GURU
ARSIP
TOILET GURUTANGGA
RUANGRSBI/KI
TANGGA
SARPRA/FOTOCOPY
RUANGBP/BK
RUANGKEPSEK
RUANGWAKASEK
TERAS
RAUANGTU
DENAH LANTAI I
57
7. Sarana Prasarana Sekolah SMP Bakti Mulya 400
a. Ruang Tata Usaha
b. Koperasi
c. Perpustakaan
d. Sarana Olahraga
e. Audio Kelas
f. Free HotSpot
g. Internet
h. Taman
i. Gedung Sekolah 3 lantai
j. Ruang Kelas Ber-AC dan LCD
k. Laboratorium Fisika
l. Laboratorium Biologi
m. Laboratorium Elektronika
n. Laboratorium Bahasa
o. Laboratorium Matematika
p. Laboratorium Agama/ IPS
q. Laboratorium Komputer
r. Ruang Kepala Sekolah
s. Ruang Wakil Kepsek
t. Ruang Guru
u. Ruang UKS
v. Ruang Audio Visual
w. Ruang Aula
x. Musholla
y. Ruang BP/BK
z. Ruang OSIS
aa. Ruang Tata Boga
bb. Ruang Foto Copy
cc. Gudang
dd. WCKant.
56
8. Data Hasil Penelitian Lapangan
Sejak penulis pertama kali hadir di Sekolah SMP Bakti Mulya 400
Pondok Pinang Jakarta Selatan, yang telah dipilih menjadi lokasi
penelitian untuk melaksanakan penelitian lapangan guna memperoleh data
yang sebanyak banyaknya sesuai dengan fokus penelitian. Maka penulis
dapat sajikan data tertulis dalam bentuk berbagai ringkasan data seperti di
bawah ini:
a. Bagaimana interaksi guru PAI dan peserta didik dalam membentuk
kepribadian muslim di SMP Bakti Mulya 400 Pondok Pinang Jakarta
Selatan?
Setiap lembaga pendidikan yang ada tentu mempunyai gambaran,
perencanaan tersendiri, mau dijadikan seperti apa peserta didiknya.
Pasti setiap sekolah memiliki cara tersendiri dalam membentuk
kepribadian peserta didiknya, baik di kelas, di lingkungan sekolah,
atau di luar sekolah.
Perencanaan dalam interaksi pendidikan merupakan tugas seorang
guru, namun interaksi antara guru dan peserta didik tidak hanya di
dalam kelas saja tetapi dilingkungan sekolah juga. Guru PAI dan guru
lainnya merupakan salah satu figur dan contoh yang baik bagi peserta
didiknya. Jadi guru PAI lebih khusnya tidak hanya transfer
knowledge, tetapi lebih pada mendidik. Guru PAI adalah figur yang
diharapkan mampu menanamkan kepribadian muslim kepada peserta
didik.
Tanggapan kengan kepala sekolah yaitu pak Ir. Masdiko Indra,
tentang interaksi guru PAI, “bagaimana interaksi guru PAI dan peserta
didik dalam membentuk kepribadian muslim di sekolah ini, dan
apakah orangtua juga ikut berperan dalam menanamkan kepribadian
muslim pada peserta didik?”.
Beliau menjawab: “guru PAI dalam berintraksi dengan siapaun
di lingkungan sekolah ini mengarahkan untuk berprilaku dengan
baik, dan sopan santun dalam segala hal. Di sini kita semua
berperan untuk menanamkan suatu pribadi yang baik pada seluruh
57
peserta didik di sekolah ini. Ya, jadi sekolah ini yang notabennya
adalah Sekolah Menengah Pertama swasta, pasti sangat rentan
peserta didik terkena pengaruh dari luar. Karena mengapa
demikian, jadi kita disini kan sebagai seorang guru atau lebih bisa
disebut sebagai orang tua peserta didik atau peserta didik di
sekolah, kita kan tidak tau bagaimana peserta didik ini jika berada
di lingkungan masyarakat. Setiap orang tua pasti menginginkan
anaknya baik, namun di sini kita juga tidak bisa begitu mengetahui
bagaimana peserta didik jika diluar sana, karena saat ini banyak
pengaruhnya dari teknologi dan lainnya, kami hanya meminta
orang tua untuk berperan dalam membentuk kepribadian muslim di
rumah, dan kami meminta untuk mengingatkan anaknya untuk
tidak lupa melakukan kewajibannya, seperti halnya di sekolah
selalu sholat dhuha, zuhur berjamaah, dan mencerminkan pribadi
seorang muslim. Namun masih ada orang tua yang belum sadar
untuk itu”.1
Bapak Aji Bandi selaku guru mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam menyampaikan begitu rinci ketika diwawancarai oleh peneliti
dengan pertanyaan, “bagaimana interaksi guru PAI dan peserta didik
dalam membentuk kepribadian muslim di sekolah ini, dan apakah
orangtua juga ikut berperan dalam menanamkan kepribadian muslim
pada peserta didik?”. Posisi wawancara di ruang guru, beliau
menjawab bahwa:
“Interaksi guru PAI dalam membentuk kepribadian muslim
peserta didik, salah satunya dengan memberikan motivasi, dengan
melatih seperi sholat berjamaah, dan ketika di kelas memberikan
pehaman kepada peserta didik tentang pentingnya suatu kewajiaban
kita terhadap Allah, agar peserta didik memiliki kepribadian
muslim maka pondasi yang kokoh dulu yang kita tanamkan, agar
peserta didik tetap terjaga walau banyak pengaruh negatif di
lingkungannya. Orang tua terkadang agak lalai dalam mendidik
anaknya di rumah, karena mereka sibuk untuk bekerja”.2
Diperkuat juga dari hasil observasi yang telah dilakukan selama 6
bulan selama PPKT dan 4 bulan selama saya mengajar BTQ di SMP
Bakti Mulya, terlihat ketika di dalam kelas guru menggunakan
komunikasi multi arah, interaksi guru PAI dan peserta didik dilakukan
1 Wawancara dengan Ir. Masdiko kepala sekolah SMP Bakti Mulya 400 Pondok Pinang Jakarta
Selatan, 15 Desember 2017 2Wawancara dengan Aji Bandi, guru PAI SMP Bakti Mulya 400 Pondok Pinang Jakarta
Selatan, 18 Desember 2017
58
dengan cara apersepsi (pengulangan materi yang sebelumnya),
kemudian cara interaksi atau komunikasi juga sudah baik, dan
membuat suasana kelas menjadi aktif, karena pada saat pemaparan
materi juga dikaitkan dengan apa yang ada dikehidupan sehari-hari,
dari situlah peserta didik bisa mengetahui bahwa apa yang dipelajari
bisa di amalkan di kehidupan sehari-hari atau tidak, dan dari sini
jugalah kepribadian peserta didik bisa terbentuk, khususnya
kepribadian muslimnya.3
Sebagaimana dilihat ketika diluar kelas dari hasil observasi, guru
selalu membiasakan peserta didiknya mengucapkan salam,
membiasakan untuk jabat tangan, dan selalu antri setiap wudhu, dan
lainnya, walaupun ada beberapa siswa yang belum menerapkan,
karena dari latar belakang yang beda-beda, dan dari situlah
kepribadian peserta didik bisa tertanam dengan baik.4
Bapak Aef Saefudin selaku guru PAI juga di sekolah SMP Bakti
Mulya, beliau menjelaskan dengan baik, “bagaimana interaksi guru
PAI dan peserta didik dalam membentuk kepribadian muslim di
sekolah ini, dan apakah orangtua juga ikut berperan dalam
menanamkan kepribadian muslim pada peserta didik?”. Peneliti
sedang wawancara beliau di dalam ruang guru, beliau sedang istirahat.
Menurut beliau bahwa:
“Agar tertanamkan kepribadian muslim pada peserta didik,
kami sebagai pendidik, kalo teknisnya adalah dengan melalui
kegiatan wajib khususnya terkait keagamaan yang harus diikuti
oleh semua peserta didik seperti kegiatan shalat dhuha berjamaah,
jum’at bersih di sekolah, kemudian dengan melalui kegiatan ekstra
keagamaan seperti sholawatan, qira’at, serta memanfaatkan fasilitas
sekolah dengan digunakan kegiatan positif, seperti musholla
sekolah yang digunakan tidak hanya untuk beribadah akan tetapi
bisa juga digunakan sebagai tempat sentral di sekolah seperti untuk
rapat anak organisasi. Kemudian sebelum pelajaran anak selalu
berdoa dahulu dan melakukan hafalan surat pendek terlebih dahulu,
3 Observasi Agustus-Desember, 2017
4 Ibid.,
59
dan selalu kita biasakan untuk berkomunikasi dengan baik, sapa,
jabat tangan dengan guru, mengucapkan salam ketika bertemu”.5
Interaksi guru PAI dengan murid semakin di perjelas dengan
wawancara pak Usman Jamhuri, beliau memaparkan ketika di masjid
menunggu siswa dan siswinya untuk melaksanakan sholat zhuhur
berjamaah, sebagai berikut:
“kita sebagai seorang guru harus menjadi tauladan yang baik,
agar bisa menjadi contoh yang baik pula terhadap peserta didik.
Kemudian selain membiasaakn sholat berjamaah, ada juga dengan
melalui perayaan hari besar Islam dengan melibatkan peserta
didik. Untuk menumbuhkan pribadi peserta didik yang baik dan
muslim dengan cara memanfaatkan fasilitas untuk kegiatan non
akademik, karena untuk pembentukan kepribadian muslim tidak
bisa hanya sebatas pembelajaran di dalam kelas, kita sebelum
memulai materi pembelajaran juga didahului dengan membaca
surat pendek, sehingga kepribadian muslim terbentu”.6
Ibu Mumun Maemunah sebagai guru PAI juga memperjelaskan,
saat wawancara beliau di ruang guru, beliau memaparkan bahwa
“salah satu cara untuk kembentuk kepribadian muslim dengan
interaksi, salah satunya dengan cara mengarahkan peserta didik agar
mengikuti kegiatan keagamaan di sekolah, seperti shalat sunnah dan
wajib berjamaah, membiasakan infaq setiap juma’at dan lainnya.
Selain itu dalam keseharian di sekolah yang tidak lain kami selaku
seorang guru, atau bisa dikatakan sebagai orang tua peserta didik di
sekolah, juga selalu mengingatkan dan menghimbau agar peserta didik
bisa menerapkannya di kehidupan sehari-hari”.7
Dari wawancara dengan guru-guru PAI, kemudian terbukti
dengan observasi yang dilakukan oleh peneliti, terlihat waktu peserta
didik menjalankan ibadah, mengikuti kegiatan di sekolah seperti
kegiatan ektrakulikuler, peringatan hari besar Islam, Maulid Nabi,
5 Wawancara dengan Aef saefuddin, guru PAI SMP Bakti Mulya 400 Pondok Pinang Jakarta
Selatan, 19 Desember 2017 6 Wawancara dengan Usman Jamhuri, guru PAI SMP Bakti Mulya 400 Pondok Pinang Jakarta
Selatan, 20 Desember 2017 7 Wawancara dengan Mumun Maemunah, guru PAI SMP Bakti Mulya 400 Pondok Pinang
Jakarta Selatan, 21 Desember 2017
60
kemudian sikap murid terhadap guru dan teman-temannya, dan ketika
dalam proses pembelajaran, guru ikhlas dalam bersikap dan berbuat,
serta berusaha memahami peserta didik dengan segala
konsekuensinya. Sehingga terciptalah hubungan yang baik. Sehingga
terciptalah lingkungan yang bernilai edukatif dalam kepentingan
peserta didik dalam belajar dan dapat menanamkan nilai-nilai ajaran
Islam yaitu kepribadian muslim.
b. Bagaimana problem interaksi guru PAI dan peserta didik dalam
membentuk kepribadian muslim di SMP Bakti Mulya 400 Pondok
Pinang Jakarta Selatan?
Dari hasil wawancara dengan guru PAI yaitu bapak Aji Abdi,
menyampaikan penjelasan yang relatif luas. Problem interaksi guru
PAI dan peserta ddidik dalam membentuk kepribadian muslim, adalah
faktor lingkungan peserta didik yang kurang mendukung, sangatlah
rentan dalam membawa suatu kepribadian bagi anak itu sendiri
khususnya pada hal agama yang dianutnya. Guru merasa gagal jika
peserta didiknya masih belum bisa memperbaiki kepribadiannya.8
Hasil observasi peneliti terlihat bahwa peserta didik yang ada di
sekolah. Masih ada siswa dan siswi yang belum mengikuti aturan
dengan baik. mungkin hal ini dipengaruhi dari lingkungan luar anak,
karena yang peneliti lihat masih adanya orangtua yang datang
kesekolah menggunakan baju yang kurang sopan.9
Dari hasil wawancara dengan guru PAI, yaitu pak Aef Saefudin,
terlihat bahwa problemnya adalah lingkungan keluarga, yang mana
minimnya pengetahuan orangtua peserta didik terhadap agama Islam.
Bagaimana peserta didik mau mengaplikasikan yang didapat
sedangkan keluarga saja kurang mendukung untuk hal itu.10
Kemudian hasil wawancara dengan pak Usman Jamhuri, terlihat
bahwa problem interaksi guru PAI akibat terbatasnya waktu dalam
8 Wawancara dengan Aji Bandi
9 Observasi Agustus-Desember, 2017
10 Wawancara dengan Aef Saefudin
61
pelajaran Pendidikan Agama Islam. Karena hal itu mengakibatkan
kurang optimalnya dalam penanaman kepribadian muslim pada diri
peserta didik, kemudian sangat rentannya pengaruh dari lingkungan
peserta didik itu sendiri.11
Hasil wawancara dengan ibu Mumun Maemunah, menurutnya
problem interaksi guru PAI yaitu, akibatnya dari pergaulan dari luar
yang salah, karena kalau berteman dengan anak yang tidak baik pasti
akan di hasud untuk berbuat yang tidak baik juga pak seperti bolos
sekolah, nyontek, suka membantah baik dengan orang tua dan guru.12
Hasil observasi terlihat ada beberapa peserta didik kesadarannya
masih kurang, setelah upacara hari senin guru BK mengadakan razia
ke peserta didik, hal ini bertujuan agar peserta didik jera. Kemudian
ketika wawancara dengan guru siswa bernama Rukhsan Jaya Laksana
siswa kelas 9.3 ia menyatakan bahwa “jika kami melakukan kesalahan
guru BK akan menghukum kami sesuai dengan peraturan sekolah”.13
Kemudian dari hasil wawancara dengan siswa (Fernaldi) yang ada
menunjukkan bahwa problemnya karena kesadaran dalam diri peserta
didik masih kurang dalam berkepribadian muslim, orangtua terlalu
cuek, orang tua kurang dalam mengarahkan anak untuk berperilaku
baik. Jika siswa melanggar peraturan pertama guru menegur, jika
masih pertama tetap, maka kita selaku pihak sekolah akan memanggil
orang tua peserta didik. Dan jika peserta didik yang bersangkutan
memang benar-benar tidak bisa diarahkan maka peserta didik akan
dikembalikan ke orang tuanya.14
Dari observasi yang dilakukan oleh peneliti di lapangan salah satu
problem atau masalah dalam menanamkan atau membentuk
kepribadian muslim pada diri peserta didik yakni kurang adanya
11
Wawancara dengan Usman Jamhuri 12
Wawancara dengan Mumun Maemunah 13
Wawancara dengan Rakhsan Jayalaksana, peserta didik SMP Bakti Mulya 400 Pondok
Pinang Jakarta Selatan, 21 Desember 2017 14
Wawancara dengan fernaldy, peserta didik SMP Bakti Mulya 400 Pondok Pinang Jakarta
Selatan, 22 Desember 2017
62
tanggung jawab di benak semua guru, karena menganggap bahwa
seolah-olah penanaman kepribadian muslim hanya jadi kewajiban
guru pendidikan agama Islam saja, sedangkan guru yang lain tidak.
Inilah yang perlu dibenahi oleh seluruh warga sekolah, bahwa
sebenarnya sekolah bertujuan untuk mendidik agar anak menjadi lebih
baik, baik dalam segi kognitif atau pengetahuan maupun dalam segi
sikap dan perilaku. Namun kebanyak sekolah terfokus pada segi
pengetahuan saja, sedangkan untuk kepribadian dikesampingkan, dan
guru-guru selain PAI berfikir bahwa pembentukan akhlak hanya tugas
guru PAI.15
B. Pembahasan
Pembentukan kepribadian muslim seseorang anak didik tidak hanya
ditentukan oleh prestasi belajarnya dalam bidang pendalaman agama Islam
atau juga pengetahuannya tentang ajaran islam, tetapi juga ditentukan oleh
pengamalan mereka terhadap nilai-nilai ajaran Islam dalam kehidupan sehari-
hari. Selain itu interaksi guru pendidikan agama Islam dalam membentuk
kepribadian muslim peserta didik adalah:
1. Dengan memberikan motivasi dan pembiasaan kepada peserta didik,
dengan membaca al-qur’an sesaat sebelum pelajaran dimulai.
Dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi, guru pendidikan
agama Islam tetap berusaha semaksimal mungkin untuk membimbing
anak didik di SMP Bakti Mulya 400 Pondok Pinang Jakarta Selatan, agar
senang dan ikhlas dalam mengamalkan nilai-nilai ajaran Islam dalam
kehidupan sehari-hari dengan memberi berbagai macam motivasi,
pengarahan dan nasehat pada waktu proses kegiatan belajar mengajar
sehingga terbentuk kepribadian muslim. Tujuan menanamkan
kepribadian muslim di Sekolah SMP Bakti Mulya 400 Pondok Pinang
Jakarta Selatan adalah untuk menjadikan manusia generasi muslim yang
15
Observasi Agustus-Desember, 2017
63
sejati bertakwa kepada Allah, berakhlak mulia, berguna bagi agama dan
bangsa yang senantiasa hidup bahagia dunia dan akhirat.
Hal di atas sejalan dengan pernyataan Sadirman yang menuliskan
bahwa guru sebagai motivator diharapkan berperan sebagai pendorong
peserta didik dalam belajar, dorongan tersebut diberikan jika peserta
didik kurang bergairah atau kurang aktif dalam belajar, sebagai motivator
guru harus menciptakan kondisi kelas yang merangsang peserta didik
untuk melakukan kegiatan belajar baik secara individu atau secara
kelompok.16
Selain itu guru juga membiasakan siswa dalam membaca al-
Qur’an agar tujuan dalam membentuk kepribadian muslim siswa bisa
terwujud dengan baik.
2. Dengan melatih serta memberikan pemahaman kepada peserta didik
tentang pentingnya suatu agama.
Dalam setiap individu mempunyai karakter tersendiri, begitu juga
dengan masing-masing siswa mempunyai karakteristik tersendiri yang
berbeda-beda dari satu anak didik dengan anak didik lainnya. Dari
perbedaan tersebut memberikan wawasan kepada guru bahwa strategi
pengajaran harus memperhatikan perbedaan anak didik pada aspek
individual ini. Hal ini senada dengan tulisan E Mulyasa, bahwa untuk itu
guru harus membantu peserta didik yang sedang berkembang untuk
mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya, membentuk kompetensi,
dan memahami materi standar yang dipelajari.17
3. Mengarahkan peserta didik dalam berperilaku (baik dalam bertutur kata
maupun sikap).
Dalam berinteraksi atau berkomunikasi antara guru dan peserta
didik, guru selalu mengarahkan untuk berkomunikasi dengan baik
dengan tidak mengeluarkan bahasa kasar. Hal itu selalu disosialisasikan
oleh guru di sekolah tersebut agar peserta didik benar-benar menjadi
peserta didik yang memiliki kepribadian yang baik.
16
Sardiman.AM, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2007), h. 142 17
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 38
64
Apapun yang guru lakukan dan pengajaran dengan tujuan tidak lain
adalah untuk mendidik, bukan karena motif-motif lain, seperti karena
dendam, gengsi, ingin ditakuti, dan lain sebagainya. Ketika penerapan
proses belajar mengajar berlangsung, guru sudah dapat mengondisikan
siswa dalam kelas, sebagai antisipasi terjadinya keributan dalam kelas
yang mengakibatkan tidak kondusifnya suasana belajar mengajar, dan
ketika diluar kelas guru harus mengingatkan siswa.
Sangat wajarlah ungkapan Djamarah dalam bukunya, “bila interaksi
edukatif tidak berproses dalam kehampaan, tetapi dalam penuh makna.
Interaksi edukatif sebagai jembatan yang menghidupkan persenyawaan
antara pengetahuan dan perbuatan, yang mengantarkan kepada tingkah
laku sesuai dengan pengetahuan yang diterima anak didik.”18
4. Dengan melatih dan membiasakan peserta didik untuk mengikuti kegiatan
keagamaan dan ekstrakurikuler di sekolah
Seorang guru harus membiasakan peserta didik, dengan keteladanan
atau pembiasaan tentang sikap yang baik maka itu akan berjalan dengan
sendirinya. Tanpa adanya pembiasaan dan pemberian teladan yang baik,
pembinaan tersebut akan sulit mencapai tujuan yang diharapkan, dan
sudah menjadi tugas guru terutama guru agama untuk memberikan
keteladanan atau contoh yang baik dan membiasakannya bersikap baik
pula. Seperti pepatah guru kencing berdiri siswa kencing berlari.
5. Dengan menjadi suri tauladan yang baik.
Guru menjadi teladan, diharapkan tumbuh kesadaran dari peserta
didik untuk berkepribadian muslim. Oleh karena itu guru harus
menyadari apa kekurangan dan apa yang harus dilakukan untuk
membentuk atau menanamkan kepribadian muslim peserta didik. Hal
tersebut sebagaimana diungkapkan oleh Nurdin, “Guru yang baik adalah
yang menyadari kesenjangan antara apa yang diinginkan dengan apa
yang ada pada dirinya, kemudian menyadari kesalahan ketika memang
18
Syaiful Bahri Djamarah, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2000), h. 11
65
bersalah. Kesalahan harus diikuti dengan sikap merasa dan berusaha
untuk tidak mengulanginya”.19
Keteladanan guru PAI juga terlihat dari kedisiplinan dan tanggung
jawab yang diperlihatkan guru pada saat mengajar maupun diluar jam
pelajaran. Hal tersebut yang akhirnya secara tidak langsung ditiru oleh
peserta didik dan menjadi budaya yang baik dalam berperilaku.
Guru pendidikan agama Islam dan anak didik dalam membentuk
kepribadian muslim sudah baik dalam bidang syariah aqidah dan akhlak hal
ini terbukti dengan adanya hasil interview, observasi dan dokumentasi yaitu
dapat dilihat pada waktu siswa menjalankan ibadah, mengikuti kegiatan
disekolah seperti kegiatan ekstrakurikuler, Maulid Nabi , sikap anak didik
terhadap Guru dan teman-temannya, dan lain sebagainya terlihat baik.
Meskipun ada beberapa siswa yang kurang dalam mengamalkannya. Namun
ketika di rumah tidak ada seseorang yang mengingatkan atau membantu
peserta didik untuk membiasakan anak tidak melaksanakan sholat, sholat
hanya di sekolah.
Siapa yang harus bertanggung jawab atas hal ini, yang paling sentral
bertanggung jawab adalah pertama sekolah, pihak sekolah harus
menggerakkan orangtua untuk bertanggung jawab terhadap anak dalam hal
pembentukan kepribadian muslim, berkerja sama dengan orangtua untuk
saling mendukung program sekolah, kemudian guru Pendidikan agama Islam
dalam mengajarkan hal-hal seperti sholat, mengaji, dan akhlak, harus lebih
ekstra, dan mulai mengajak semua guru di sekolah untuk membangun
kepribadian muslim peserta didik. Kedua orang tua harus mendukung
program-program sekolah dalam hal pembentukan kepribadian muslim anak,
dan orangtua tidak hanya sibuk bekerja, jadi anak juga butuh perhatian dalam
kehidupannya sehari-hari tidak hanya uang.
Hambatan Interaksi guru pendidikan agama Islam dan anak didik dalam
rangka membentuk kepribadian muslim. Ada beberapa Faktor yang
19
Muhammad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Profesional, (Yogyakarta: AR-Ruzz Media Group,
2010), h. 28
66
menghambat Interaksi Guru agama Islam dan peserta didik dalam membentuk
Kepribadian muslim antara lain:
1. Faktor Internal
a. Pemberian tugas ganda pada Guru Pendidikan Agama Islam yang
menyebabkan Guru PAI hanya mampu menanamkan kepribadian
muslim melalui pembelajaran di dalam kelas, sedangkan interaksi di
luar kelas seperti saat istirahat masih sangat kurang.
b. Guru pelajaran selain pelajaran Agama Islam bersikap seolah - olah
penanaman kepribadian muslim kepada anak didik hanya menjadi
kewajiban Guru Pendidikan Agama Islam, Guru mata pelajaran lain
tidak ikut bertanggung jawab. Hubungan Guru Pendidikan Agama
Islam dengan anak didik hanya bersifat formal, tanpa berkelanjutan
dalam situasi informal di luar kelas.
2. Faktor Eksternal
a. Faktor keluarga siswa, maksudnya kurang adanya kesadaran dalam
menerapkan ajaran Islam yang dilakukan oleh orang tua siswa
padahal segala tingkah laku orang tua cenderung ditiru anak. Adanya
permasalahan keluarga yang kadang dialami oleh keluarga anak
yang bersangkutan sehingga anak terkadang jenuh dengan kondisi
yang demikian dan akhirnya mencari perhatian yang negatif seperti
merokok, suka bermain dan lain-lain. Ada juga orang tua mereka
yang kurang mampu mengontrol tingkah laku anak karena disibukan
dengan pekerjaan mereka masing-masing. Orang tua cukup
menyediakan uang yang diperlukan oleh anak tidak ditanya untuk
keperluan apa. Jadi jangan disalahkan apabila anak yang seolah-olah
pendiam tetapi hatinya berontak dan dilampiaskan dalam bentuk
perilaku yang menyimpang. Kurangnya pendidikan agama dari
keluaraga (orang tua) maupun latar belakang out put pendidikan
yang berbeda seperti MI dan SDN.
b. Sikap masyarakat atau orang tua di beberapa lingkungan sekitar
sekolah yang kurang perhatian atau bersikap acuh kepada pentingnya
67
pendidikan agama. Lingkungan masyarakat dan keluarga seharusnya
saling peduli terhadap anak, jika ada yang melakukan kesalahan
ditegur atau diingatkan. Lingkungan masyarakat atau orang tua yang
bersikap demikian disebabkan karena dampak kebutuhan
ekonomisnya mendorong bekerja 20 jam di luar rumah sehingga
bertawakal sepenuhnya kepada sekolah yang hanya mendidik
anaknya 4 jam per minggu.20
c. Situasi lingkungan sekitar disubversi oleh godaan-godaan setan yang
beragam bentuknya. Antara lain godaan perjudian, tontonan yang
bernada menyenangkan nafsu (seperti film porno, internet, dan PS).
Dan banyaknya beban pelajaran yang diberikan kepada anak.21
Situasi demikian melemahkan daya konsentrasi dan berakhlak mulia,
serta mengurangi gairah belajar, bahkan mengurangi daya bersaing
dalam meraih kemajuan. Kurangnya penerapan ajaran Islam di
lingkungan keluarga dan masyarakat yang menyebabkan anak didik
tidak mendapatkan contoh nyata penerapan Islam dalam kehidupan
sehari-hari.
Adapun upaya-upaya Guru PAI membentuk kepribadian muslim guru
pendidikan agama Islam untuk menanamkan perilaku dalam membentuk
kerpibadian muslim yaitu sebagai berikut :
1. Mengarahkan Anak Didik dengan Ibadah. Salah satu cara Guru Pendidikan
agama islam untuk menggugah hati siswa rajin dalam melaksanakan
ibadah hubungannya dengan Tuhan (seperti shalat, puasa dan lain-lain)
atau ibadah dalam hubungan dengan manusia (seperti menghormati Orang
tua, Guru, teman dan lain-lain) adalah dengan cara memberikan nasihat
atau ceramah sesuai dengan isi materi yang diberikan pada waktu jam
pelajaran pendidikan agama Islam.
2. Mengarahkan Siswa dalam Membaca Al-Qur’an.Peranan Guru Pendidikan
agama islam dalam hal ini adalah dengan memberikan kegiatan tambahan
20
Sumardi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), h. 184 21
Abdul Aziz Asy Syakhs, Kelambanan Dalam Belajar Dan Cara Penanggulangannya,
(Jakarta: Gema Insani), h. 41
68
atau mengadakan kegiatan ekstrakurikuler seperti kajian kitab Al-Qur’an
di sini mereka dibimbing dengan sungguh-sungguh bagaimana cara
membaca Al-Qur’an dan menulis arab dengan baik dan benar, serta Guru
pendidikan agama islam membahas kandungan (arti) dari ayat tersebut
diantaranya berisi tentang hukum-hukum Islam (perintah dan larangan)
sehingga siswa mengetahui kandungan dari ayat tersebut dengan secara
tidak langsung dapat mempengaruhi pola berfikir siswa untuk tidak
melakukan perbuatan yang terlarang lagi, dan mengarahkan siswa dengan
Al-Qur’an merupakan aplikasi dari materi Pendidikan Agama Islam.
3. Mewajibkan Anak Didik untuk mengikuti kegiatan sholat berjama’ah di
Masjid. Mewajibkan anak didik untuk membiasakan pergi ke Masjid untuk
shalat berjama’ah, akan menambah keimanan dan keyakinannya kepada
Allah swt dan secara tidak langsung dalam diri anak didik akan tumbuh
rasa kasih sayang terhadap sesamayang dapat mempererat ukhuwah
Islamiyah.
4. Mengarahkan anak didik dengan amalan sunah Mengarahkan siswa
dengan amalan sunah adalah membiasakan anak didik untuk melakukan
amalan tambahan selain fardhu antara lain :
a. Berkaitan dengan ibadah shalat sunah yaitu : shalat dhuha, shalat hajat
dan lain-lain. Peranan Guru agama Islam disini membimbing siswa
bagaimana cara melaksanakan shalat sunah tersebut dan surat-surat apa
saja yang harus dibaca beserta doa-doanya. Materi ini diberikan pada
waktu diluar jam pelajaran di kelas.
b. Berkaitan dengan ibadah-ibadah puasa, misalnya puasa senin kamis,
puasa enam hari dibulan syawal, puasa arafah dan masih banyak lagi.
Mengarahkan siswa untuk melaksanakan ibadah sunah ini, maka siswa
akan mampu sedikit demi sedikit mengendalikan nafsunya untuk
berperilaku yang menyimpang seperti, merokok, berkelahi karena
mereka pada umumya tahu fungsi dari puasa yaitu mencegah diri dari
perbuatan keji dan kotor.
69
Kendala yang ditemui interaksi Guru PAI dan Anak didik dalam
menanamkan kepribadian muslim. Upaya tersebut antara lain sebagai berikut :
1. Untuk mengatasi kurangnya jam pelajaran di kelas, guru dapat
menanamkan kepribadian muslim antara lain dengan cara memberi contoh
nyata kepada anak didik. Contoh nyata yang dimaksud di sini adalah Guru
Pendidikan Agama Islam menunjukkan sikap muslim sejati dalam
kehidupannya, terutama saat di sekolah.
2. Menanamkan kesadaran kepada anak didik bahwa kewajiban menjalankan
perintah agama merupakan tanggung jawab pribadi.
3. Bekerjasama dengan orang tua wali murid. karena dengan adanya kerja
sama dapat memantau tingakah laku anak didik baik didalam sekolah
maupun diluar ssekolah.
Berbagai bentuk upaya yang dilakukan di atas dimaksudkan, untuk
memberikan dorongan peserta didik agar memiliki kepribadian muslim, karena
saat ini terjadi krisis moral yang sangat menurun di negara kita. Berdasarkan
data yang diperoleh dari lapangan menunjukkan pelaksanan upaya yang
dilakukan oleh guru dalam membentuk kepribadian muslim pada peserta didik
sudah diterapkan.
Upaya tersebut dilakukan untuk memotivasi kepada peserta didik untuk
selalu sopan dan santun akan tetapi alangkah baiknya seorang guru menguasai
karakteristik psikologi anak didik, dan mengetahui latar belakang kenapa
peserta didik melakukan hal itu. Sehingga kita sebagai guru tidak salah
melangkah, dan tidak salah mendiaknosa penyakit peserta didik.
70
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di sekolah SMP Bakti
Mulya 400 maka dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Interaksi edukatif Guru pendidikan agama Islam dan peserta didik
dalam rangka membentuk kepribadian muslim di SMP Bakti Mulya
400 adalah melalui pendekatan-pendekatan Guru Pendidikan Agama
Islam kepada peserta didik, selalu memberi motivasi, pemahaman,
teladan dan lainnya. Hal itu terlihat pada waktu peserta didik
menjalankan ibadah, mengikuti kegiatan disekolah seperti kegiatan
ekstrakurikuler, peringatan hari besar Islam, Maulid nabi, kemudian
sikap peserta didik terhadap Guru dan teman-temannya. Dan harus
memahami peserta didik dengan segala konsekuensinya. Sehingga
tercipta hubungan dua arah yang harmonis antara Guru Pendidikan
Agama Islam dengan peserta didik. Sehingga terciptalah lingkungan
yang baik, dan membentuk kepribadian yang baik pula.
2. Faktor-faktor penghambat interaksi edukatif guru PAI dan peserta
didik di SMP Bakti Mulya 400 adalah
a. Faktor lingkungan peserta didik dan kurangnya minat peserta didik
dengan pelajaran agama dan salah dalam memilih teman dalam
pergaulan .
b. Sikap masyarakat atau orang tua yang kurang perhatian pada
pentingnya pendidikan agama.
c. Minimnya penerapan ajaran Islam di lingkungan keluarga.
d. Kurang adanya tanggung jawab di benak semua guru, karena
menganggap bahwa seolah-olah penanaman kepribadian muslim
hanya jadi kewajiban guru pendidikan agama Islam saja,
sedangkan guru lain tidak.
71
e. Pengaruh teknologi yang mudah diakses dan tanpa batas,
kemudian orangtua lepas kontrol karena sibuk mengais pundi-
pundi uang.
B. Saran
Setelah penulis melakukan penelitian maka dapat penulis sampaikan
saran seperti di bawah ini:
1. Pihak Sekolah
Kepala Sekolah, harus leboh gigih dalam menjalin kerjasama
dengan orangtua untuk mengawasi anaknya, dan tidak menyerahkan
sepenuhnya kepihak sekolah, dan lebih meningkatkan sarana dan
prasarana pendukung terbentuknya pribadi muslim.
Semua guru harus semakin intensif dalam mengarahkan atau
membentuk kepribadian muslim pada diri peserta didik agar bisa
menjadikan peserta didik generasi muda yang berkompeten
dibidangnya dan baik dalam keagamaannya pula dan memiliki
kepribadian yang baik, sesuai dengan umat Islam.
2. Orang tua dan siswa
Hendaknya tidak hanya menyerahkan pendidikan agama Islam
pada sekolah. Orang tua hendaknya mampu menciptakan suasana
keluarga yang baik dan didambakan anak.
Peserta didik diharapkan terus berupaya menjadi muslim yang
kaffah antara lain dengan menerapkan kepribadian muslim secara
utuh.
72
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. Sosiologi Pendidikan. Surabaya: Bina Ilmu. 1982.
Al-Barry, M. Dahlan Y. dan Yacub, L. Lya Sofyan. Kamus Induk Istilah Ilmiah.
Surabaya: Target Press. 2003.
Al-Jaafi, Muhammad Bin Ismail Al-Bukhari. Shahih Bukhari. Dar Ibn Katheer.
1993
AM, Sardiman. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo
Persada. 2007.
An Nahlawi, Abdurrahman. Pendidikan Islam Di Rumah, Sekolah, Dan
Masyarakat, penerjemah Shihabuddin, Ushulut Tarbiyah Islamiyah wa
asalibiha fil baiti wal madrasati wal mujtama. Jakarta: Gema Insani Press.
1995.
Arief, Armai. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidika Islam. Jakarta: Ciputat
Pers. 2002.
Asrori, Mohammad . Psikologi Pembelajaran. Bandung: Bumi Rancana Kencana.
2009.
Aunillah, Nurla Isna. Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah.
Yogyakarta: Laksana. 2011.
Basri, Hasan dan Saebani, Beni Ahmad. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung:
Pustaka Setia. 2010.
Danim, Sudarwan. Inovasi Pendidikan Dalam Upava Peningkatan
Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung: Pustaka Setia. 2002.
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Bandung: Diponegoro.
2000.
Departemen Agama. Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan. Jakarta:
Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam. 2005.
Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 1988.
Desmita. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. 2011.
73
Djamarah, Syaiful Bahari. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.2000.
Dradjat, Zakiah. Kepribadian Guru. Jakarta : Bulan Bintang. 2002.
--------------------. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2006.
Fathurrohman, Papuh dan Suryana, Aa. Guru Profesional. Bandung: Refika
Aditama. 2012.
Hawari, Dadang. Al-Qur’an dan Ilmu kedokteran jiwa dan Kesehatan Jiwa.
Yogyakarta: Dana Bakti Primayasa. 1998.
Hasbullah. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pres. 2013.
Huda, Miftahu. Interaksi Pendidikan 10 Cara Qur’an Mendidik Anak. Malang:
UIN-Malang Press. 2008.
Idianto. Sosiologi. Jakarta : Erlangga. 2004.
Jalaluddin dan Said,Usman. Filsafat Pendidikan Agama Islam. (Konsep dan
Pemikirannya). Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.1994.
Majid, Abdul dan Andayani, Dian. Pendidikan Agama Islam Berbasis
Kompetensi Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya. 2006.
Marimba, Ahmad D. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: PT
Alma’arif. 1980.
Moleong, Lexi J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya
2002.
Mudlofir, Ali. Pendidik Profesional:Konsep, Strategi dan Aplikasinya dalam
Peningkatan Mutu Pendidik di Indonesia. Jakarta:Rajawali Press. 2012.
Muhaimin. Nuansa Baru Pendidikan Islam Mengurai Benang Kusut Dunia
Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2006.
Mulyasa, E. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja
Rosdakarya. 2007
---------------. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
2006.
Nata, Abuddin. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama. 2005.
74
Nicholson, Ronald Alan. Fi al-Tasawuf al-Islami wa Tarikhi, terj. Abu al-A‟la
al-Afify. Cairo: Lajnah al-Ta‟lif wa al-asyr. 1996.
Nurdin, Muhammad. Kiat Menjadi Guru Profesional. Yogyakarta: AR-Ruzz
Media Group. 2010.
Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Jakarta: FITK
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2014.
Purbakawatja, Soegarda dan Harahap, A. Ensiklopedia Pendidikan. Jakarta:
Gunung
Agung. 1981.
Ramayulis. Profesi dan Etika Keguruan. Jakarta: Kalam Mulia. 2013.
Rusman. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru.
Jakarta: Rajawali Pers. 2011
Rusydie, Salman. Prinsip-PrinsipManajemn Kelas. Yogyakarta: Diva Press. 2011.
Salahudin, Anas dan Alkrienciehie, Irwanto. Pendidikan Karakter : Pendidikan
Berbasis Agama dan Budaya Bangsa. Bandung: Pustaka Setia. 2013.
Suardi, Edi. Pedagogik. Bandung: Angkasa. 1980.
Sugiono. Metodologi Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
dan R&D. Bandung: Alfabeta. 2007.
Sujanto, Agus dkk. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Aksara Baru. 1980
Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya. 2012.
---------------. Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktek. Bandung: Remaja
Rosdakarya. 1997.
Surachmad, Winarno. Metodologi Pengajaran Nasional. Bandung: Jemmars.
1986.
Suryabrata, Sumardi. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2004.
Suryosubroto, B. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
1997.
Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung:
Remaja Rosdakarya. 2004.
75
Syakhs, Abdul Aziz Asy. Kelambanan Dalam Belajar Dan Cara
Penanggulangannya. Jakarta: Gema Insani. T.t.
Syalhub, Fuad Asy. Guruku Muhammad SAW . Jakarta : Gema Insani Perss. 2006.
Syar’i, Ahmad. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Pustaka Firdaus. 2011.
Tahzeh, Ahmad. Pengantar Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Teras. 2009.
Lampiran 1
LEMBAR OBSERVASI
A. Identitas Subyek
1. Hari/tanggal observasi : Agustus- Desember 2017
2. Waktu : 10.00 – selesai WIB
B. Sasaran
Interaksi edukatif guru dengan murid dalam membentuk pribadi muslim di
SMP Bakti Mulya 400 Pondok Pinang Jakarta Selatan
C. Pokok-Pokok yang Diamati
NO Hal yang diamati Keterangan
1. Keadaan SMP Bakti
Mulya 400 Pondok
Pinang Jakarta Selatan
(tempat pembentukan
pribadi muslim)
a. Fasilitas untuk proses pendidikan
sangat mencukupi dengan adanya
ruang tata usaa, ruang Bk, ruang
osis, ruang tata boga, ruang foto
copy, gudang, kamar kecil atau
WC, kantin, koperasi, perpustakaan,
sarana olaraga, audio kelas, free
hotspot, internet, taman, gedung
sekolah 3 lantai, ruang kelas ber AC
dan LCD, lab fisika, lab biologi, lab
elektronika, lab bahasa, lab
matematika, lab agama dan IPS, lab
komputer, ruang kepala sekolah,
ruang wakil kepala sekolah, ruang
guru, ruang UKS, ruang Audio
visual, ruang aula, mushalla.
b. Keadaan dalam proses belajar
mengajar sangat kondusif dengan
ketrampilan manjeman kelas guru.
Ketika waktu shalat siswa dan
siswi melaksanakan shalat
berjama’ah.
2. Interaksi guru PAI
dengan murid di
lingkungan sekolah dan
dalam proses
pembelajaran.
sudah terlihat dengan adanya
kerjasama antara guru PAI dan
murid melalui kegiatan seperti
pesantren kilat sholat berjamaah.
Ketika murid melakukan kesalahan
guru memberikan nasehat mativasi
agar murid berubah.
3. Jenis pola Interaksi guru
dengan murid, di SMP
Bakti Mulya 400 Pondok
Pinang Jakarta Selatan
Terlihat menggunanan semua pola
interaksi dari satu arah, dua arah
dan tiga arah. Dalam pembelajaran
kadang menggunan ceramah, tanya
jawab dan terkadang semuanya
dijadikan satu sehingga sangat
menarik sekali ketika belajar
dengan guru PAI
4. Peranan guru PAI dalam
pembentukan pribadi
muslim, murid SMP
Bakti Mulya 400 Pondok
Pinang Jakarta Selatan
Sangat berperan karena guru PAI
selalu memberikan arahan kepada
siswa atau siswinya untuk selalu
berkepribadian muslim, guru
berjuang membuat murid terbiasa
dengan akhlak yang baik dan
lainnya.
5. Metode guru PAI yang
digunakan dalam
pembentukan pribadi
Ketika dalam pembelajaran
memberikan film-film yang
berkaitan dengan agama namun
muslim, murid SMP
Bakti Mulya 400 Pondok
Pinang Jakarta Selatan
menggugah hati mereka,
menghukum dengan hafan doa-doa
atau surat-surat pendek. Sehingga
walaupun dihukum murid masih
mendapatkan ilmu.
6. Bentuk-bentuk program
sekolah dalam
pembentukan pribadi
muslim, murid SMP
Bakti Mulya 400 Pondok
Pinang Jakarta Selatan
Menerapkan disiplin, dalam tepat
waktu, selalu bersalaman dengan
guru di pagi hari, tadarus al-Qur’an
sebelum KBM, shalat dhuha
berjamaah, doa bersama. Karena
target SMP Bakti Mulya 400
Pondok Pinang ini adalah siswa
mampu membaca Al-Qur’an
dengan lancar, menyelesaikan
khataman Al-Qur’an minimal setiap
setahun sekali, siswa mememiliki
akhlakul karimah yang tercermin
dalam sikap, ucapan, dan perbuatan.
7. Faktor-Faktor yang
mempengaruhi dalam
pembentukan pribadi
muslim, murid SMP
Bakti Mulya 400 Pondok
Pinang Jakarta Selatan
Kurang adanya dukungan dari
orangtua, kemudian orangtua terlalu
sibuk bekerja
8. Faktor- Faktor yang
menghambat dalam
pembentukan pribadi
muslim, murid SMP
Bakti Mulya 400 Pondok
Pinang Jakarta Selatan
Karena murid waktu bersama
keluarga lebih banyak dibandingkan
di sekolah, terlihat bahwa orang tua
mereka sibuk bekerja sehingga
kurang maksimal dalam
melanjudkan program sekolah
Lampiran 2
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK KEPALA SEKOLAH
Hari/Tanggal : Jum’at, 15 Desember 2017
Tempat : Ruang kepala sekolah
Terwawancara : Ir. Masdiko Indra
Jabatan : Kepala Sekolah
Pewawancara : Muh. Igh Firli
1. Bagaimana sejarah berdirinya SMP Bakti Mulya 400 Pondok Pinang Jakarta
Selatan?
SMP Bakti Mulya 400 berdiri 20 juli 1985, dimulai pada tanggal 30
september 1983 telah ditanda tangani surat perjanjian kerja sama dalam
bidang pendidikan antara yayasan keluarga 400 dengan yayasan Pondok
Mulya. Yayasan keluarga 400 merupakan organisasi yang menghimpun
antara lain tentara pelajar Batalyon 400 Brigade 17, sedangkan yayasan
Pondok Mulya adalah yayasan pengelola Real Estate Pondok Indah, dalam
rangka kerja sama tersebut, lahirlah badan kerja sama pendidikan Pondok
Mulya ikatan keluarga 400 disingkat BKSP Pondok Mulya – Ikatan keluarga
400.
2. Apa tujuan SMP Bakti Mulya 400 Pondok Pinang Jakarta Selatan?
Tujuannya ada dua yaitu umu dan khusus.
Secara umum tujuannya pak filri adalah sebagai berikut: tujuan pendidikan
yang ingin dicapai adalah membentuk insan pancasila yang sehat jasmani-
rohaninya, taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, cerdasa dan terampil,
berbudi pekerti luhur, kuat kepribadinnya, tebal semangat kebangsaannya dan
mencintai tanah airnya, sehingga dapat menumbuhkan manusia-manusia
pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama
bertanggung jawab atas pembengunan bangsa.
Secara khusus tujuannya adalah:
a. Membentuk komunitas belajar yang mandiri cerdas dan berkeadaban (civic
values)
b. Menerapkan manajemen sekolah yang transparan dan akuntabel
c. Mengembangkan kemampuan siswa dalam penguasaan sains dan
teknologi, berinteraksi sosial, berkepribadian mandiri secara intelektual,
emosional dan spiritual.
d. Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan.
e. Membangun pusat pengembangan inovasi pendidikan.
3. Bagaiaman sarana dan prasarana yang ada di SMP Bakti Mulya 400 Pondok
Pinang Jakarta Selatan?
Bapak bisa lihat sarana dan prasarana kita sangat lengkap sekali.
4. Bagaimana kepribadian muslim murid SMP Bakti Mulya 400 Pondok Pinang
Jakarta Selatan?
Di sini alhamdullilah baik, tapi terkadang masih ada satu atau dua anak
belum baik pribadi muslimnya, bapak tau sendiri karena bapak mengajar di
sini juga, menurut saya karena tidak seimbang antara di rumah dan di
sekolah, di sekolah selalu diterapkan namun di rumah dan dalam gedjed agak
susah untuk membiasakan mereka.
5. Bagaimana dasar dan tujuan pembentukan pribadi muslim, murid SMP Bakti
Mulya 400 Pondok Pinang Jakarta Selatan?
Karena moral anak bangsa ini merosot maka dari itu di SMP ini diadakan
pembentukan pribadi muslim.
6. Bagaiaman interaksi guru PAI dalam pembentukan pribadi muslim, murid
SMP Bakti Mulya 400 Pondok Pinang Jakarta Selatan?
Menggunkan ceramah, tanya jawab dan saling menimpali sehingga sangat
kondusif dan lebih membekas pada diri siswa, kami juga menggunakna active
learning guru dalam mengajar.
7. Bagaimana interaksi guru PAI dan siswa di sekolah SMP Banti Mulya 400?
Dan apakah orangtua mendukung?
Guru PAI dalam berintraksi dengan siapaun di lingkungan sekolah ini
mengarahkan untuk berprilaku dengan baik, dan sopan santun dalam segala
hal. Di sini kita semua berperan untuk menanamkan suatu pribadi yang baik
pada seluruh peserta didik di sekolah ini. Ya, jadi sekolah ini yang
notabennya adalah Sekolah Menengah Pertama swasta, pasti sangat rentan
peserta didik terkena pengaruh dari luar. Karena mengapa demikian, jadi kita
disini kan sebagai seorang guru atau lebih bisa disebut sebagai orang tua
peserta didik atau peserta didik di sekolah, kita kan tidak tau bagaimana
peserta didik ini jika berada di lingkungan masyarakat. Setiap orang tua pasti
menginginkan anaknya baik, namun di sini kita juga tidak bisa begitu
mengetahui bagaimana peserta didik jika diluar sana, karena saat ini banyak
pengaruhnya dari teknologi dan lainnya, kami hanya meminta orang tua untuk
berperan dalam membentuk kepribadian muslim di rumah, dan kami meminta
untuk mengingatkan anaknya untuk tidak lupa melakukan kewajibannya,
seperti halnya di sekolah selalu sholat dhuha, zuhur berjamaah, dan
mencerminkan pribadi seorang muslim. Namun masih ada orang tua yang
belum sadar untuk itu
8. Apa saja faktor-faktor yang menghambat dalam pembentukan pribadi
muslim, murid SMP Bakti Mulya 400 Pondok Pinang Jakarta Selatan?
Adanya gadjed, kemudian orang tua kurang mengontrol anak karena sibuk
bekerja, kemudian orang tua serahkan pendidikan anak di sekolah.
9. Apa saja faktor-faktor pendukung dalam pembentukan pribadi muslim, murid
SMP Bakti Mulya 400 Pondok Pinang Jakarta Selatan?
Faktor pendukungnya di sekolah selalu dibiasakan, kemudian ada sebagain
orang tua mulai peduli terhadap anaknya, dan guru-guru PAI di sini selalu
berusaha terus untuk membentuk pribadi muslim siswa, dengan berbagai
program yang ada.
10. Profil guru PAI dalam pembentukan pribadi muslim, murid SMP Bakti
Mulya 400 Pondok Pinang Jakarta Selatan?
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK GURU
Hari/Tanggal : 18 Desember 2017
Tempat : Ruang Guru
Terwawancara : Drs. Aji Bandi
Jabatan : Guru PAI
Pewawancara : Muh. Igh Firli
1. Sejak kapan pembentukan pribadi muslim di SMP Bakti Mulya 400 di
laksanakan?
Sejak berdirinya sekolah ini pak
2. Bagaimana keadaan SMP Bakti Mulya 400 Pondok Pinang Jakarta
Selatan (tempat pembentukan pribadi muslim)?
Semua fasilitas lengkap sehinggan kebutuhan anak terpenuhi dan dalam
mengajar juga alhamdulillah media, dan lainnya lengkap mas
3. Bagaimana Interaksi bapak/ibu dalam pembentukan pribadi muslim di
lingkungan sekolah?
Interaksi guru PAI dalam membentuk kepribadian muslim peserta didik,
salah satunya dengan memberikan motivasi, dengan melatih seperi sholat
berjamaah, dan ketika di kelas memberikan pehaman kepada peserta didik
tentang pentingnya suatu kewajiaban kita terhadap Allah, agar peserta
didik memiliki kepribadian muslim maka pondasi yang kokoh dulu yang
kita tanamkan, agar peserta didik tetap terjaga walau banyak pengaruh
negatif di lingkungannya. Orang tua terkadang agak lalai dalam mendidik
anaknya di rumah, karena mereka sibuk untuk bekerja
4. Bagaimana tanggapan murid dalam pembentukan pribadi muslim, murid
SMP Bakti Mulya 400 Pondok Pinang Jakarta Selatan?
Alhamdullilah sebagian basar sudah melaksanakan namun ada beberapa
murid yang memang agak sulit
5. Apa saja Bentuk-bentuk program sekolah dalam pembentukan pribadi
muslim, murid SMP Bakti Mulya 400 Pondok Pinang Jakarta Selatan?
Salah satu cara untuk menggugah hati siswa rajin dalam melaksanakan
ibadah hubungannya dengan Tuhan (seperti shalat, puasa dan lain-lain)
atau ibadah dalam hubungan dengan manusia (seperti menghormati Orang
tua, Guru, teman dan lain-lain) adalah dengan cara memberikan nasihat
atau ceramah sesuai dengan isi materi yang diberikan pada waktu jam
pelajaran pendidikan agama Islam.
6. Apa saja Faktor- Faktor yang menghambat dalam pembentukan pribadi
muslim, murid SMP Bakti Mulya 400 Pondok Pinang Jakarta Selatan?
Problem interaksi guru PAI dan peserta ddidik dalam membentuk
kepribadian muslim, adalah faktor lingkungan peserta didik yang kurang
mendukung, sangatlah rentan dalam membawa suatu kepribadian bagi
anak itu sendiri khususnya pada hal agama yang dianutnya. Guru merasa
gagal jika peserta didiknya masih belum bisa memperbaiki
kepribadiannya
Jakarta, 18 Desember 2017
Mengetahui Guru PAI
Drs. Aji Bandi
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK GURU
Hari/Tanggal : 19 Desember 2017
Tempat : Ruang Guru
Terwawancara : Drs. Aef Saefudin
Jabatan : Guru PAI
Pewawancara : Muh. Igh Firli
1. Sejak kapan pembentukan pribadi muslim di SMP Bakti Mulya 400 di
laksanakan?
Waktu berdirinya sekolah ini.
2. Bagaimana keadaan SMP Bakti Mulya 400 Pondok Pinang Jakarta
Selatan (tempat pembentukan pribadi muslim)?
Semua fasilitas lengkap semuanya ok
3. Bagaimana Interaksi bapak/ibu dalam pembentukan pribadi muslim di
lingkungan sekolah?
Agar tertanamkan kepribadian muslim pada peserta didik, kami sebagai
pendidik, kalo teknisnya adalah dengan melalui kegiatan wajib khususnya
terkait keagamaan yang harus diikuti oleh semua peserta didik seperti
kegiatan shalat dhuha berjamaah, jum’at bersih di sekolah, kemudian
dengan melalui kegiatan ekstra keagamaan seperti sholawatan, qira’at,
serta memanfaatkan fasilitas sekolah dengan digunakan kegiatan positif,
seperti musholla sekolah yang digunakan tidak hanya untuk beribadah
akan tetapi bisa juga digunakan sebagai tempat sentral di sekolah seperti
untuk rapat anak organisasi. Kemudian sebelum pelajaran anak selalu
berdoa dahulu dan melakukan hafalan surat pendek terlebih dahulu, dan
selalu kita biasakan untuk berkomunikasi dengan baik, sapa, jabat tangan
dengan guru, mengucapkan salam ketika bertemu
4. Bagaimana tanggapan murid dalam pembentukan pribadi muslim, murid
SMP Bakti Mulya 400 Pondok Pinang Jakarta Selatan?
Alhamdullilah sebagian basar sudah melaksanakan namun ada beberapa
murid yang memang agak sulit
5. Apa saja Bentuk-bentuk program sekolah dalam pembentukan pribadi
muslim, murid SMP Bakti Mulya 400 Pondok Pinang Jakarta Selatan?
Salah satu cara mengarahkan Siswa dalam Membaca Al-Qur’an.Peranan
Guru Pendidikan agama islam dalam hal ini adalah dengan memberikan
kegiatan tambahan atau mengadakan kegiatan ekstrakurikuler seperti
kajian kitab Al-Qur’an di sini mereka dibimbing dengan sungguh-
sungguh bagaimana cara membaca Al-Qur’an dan menulis arab dengan
baik dan benar, serta Guru pendidikan agama islam membahas kandungan
(arti) dari ayat tersebut diantaranya berisi tentang hukum-hukum Islam
(perintah dan larangan) sehingga siswa mengetahui kandungan dari ayat
tersebut dengan secara tidak langsung dapat mempengaruhi pola berfikir
siswa untuk tidak melakukan perbuatan yang terlarang lagi, dan
mengarahkan siswa dengan Al-Qur’an merupakan aplikasi dari materi
Pendidikan Agama Islam.
6. Apa saja Faktor- Faktor yang menghambat dalam pembentukan pribadi
muslim, murid SMP Bakti Mulya 400 Pondok Pinang Jakarta Selatan?
terlihat bahwa problemnya adalah lingkungan keluarga, yang mana
minimnya pengetahuan orangtua peserta didik terhadap agama Islam.
Bagaimana peserta didik mau mengaplikasikan yang didapat sedangkan
keluarga saja kurang mendukung untuk hal itu
Jakarta, 19 Desember 2017
Mengetahui Guru PAI
Drs. Aef Saefudin
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK GURU
Hari/Tanggal : 20 Desember 2017
Tempat : Ruang Guru
Terwawancara : Usman Jamhuri, S. Ag
Jabatan : Guru PAI (wakil bidang kesiswaan)
Pewawancara : Muh. Igh Firli
1. Sejak kapan pembentukan pribadi muslim di SMP Bakti Mulya 400 di
laksanakan?
Saat berdirinya sekolah ini.
2. Bagaimana keadaan SMP Bakti Mulya 400 Pondok Pinang Jakarta
Selatan (tempat pembentukan pribadi muslim)?
Semua fasilitas lengkap semuanya ok
3. Bagaimana Interaksi bapak/ibu dalam pembentukan pribadi muslim di
lingkungan sekolah?
Kita sebagai seorang guru harus menjadi tauladan yang baik, agar bisa
menjadi contoh yang baik pula terhadap peserta didik. Kemudian selain
membiasaakn sholat berjamaah, ada juga dengan melalui perayaan hari
besar Islam dengan melibatkan peserta didik. Untuk menumbuhkan
pribadi peserta didik yang baik dan muslim dengan cara memanfaatkan
fasilitas untuk kegiatan non akademik, karena untuk pembentukan
kepribadian muslim tidak bisa hanya sebatas pembelajaran di dalam kelas,
kita sebelum memulai materi pembelajaran juga didahului dengan
membaca surat pendek, sehingga kepribadian muslim terbentu
4. Bagaimana tanggapan murid dalam pembentukan pribadi muslim, murid
SMP Bakti Mulya 400 Pondok Pinang Jakarta Selatan?
Alhamdullilah sebagian basar sudah melaksanakan
5. Apa saja Bentuk-bentuk program sekolah dalam pembentukan pribadi
muslim, murid SMP Bakti Mulya 400 Pondok Pinang Jakarta Selatan?
Mewajibkan anak didik untuk membiasakan pergi ke Masjid untuk shalat
berjama’ah, akan menambah keimanan dan keyakinannya kepada Allah
swt dan secara tidak langsung dalam diri anak didik akan tumbuh rasa
kasih sayang terhadap sesamayang dapat mempererat ukhuwah Islamiyah.
6. Apa saja Faktor- Faktor yang menghambat dalam pembentukan pribadi
muslim, murid SMP Bakti Mulya 400 Pondok Pinang Jakarta Selatan?
Mengakibatkan kurang optimalnya dalam penanaman kepribadian muslim
pada diri peserta didik, kemudian sangat rentannya pengaruh dari
lingkungan peserta didik itu sendiri
Jakarta, 20 Desember 2017
Mengetahui Guru PAI
Usman Jamhuri, S. Ag
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK GURU
Hari/Tanggal : 21 Desember 2017
Tempat : Ruang Guru
Terwawancara : Dra. Mumun Maemunah, M. Pd
Jabatan : Guru PAI
Pewawancara : Muh. Igh Firli
1. Sejak kapan pembentukan pribadi muslim di SMP Bakti Mulya 400 di
laksanakan?
Saat berdirinya sekolah ini.
2. Bagaimana keadaan SMP Bakti Mulya 400 Pondok Pinang Jakarta
Selatan (tempat pembentukan pribadi muslim)?
Semua fasilitas lengkap semuanya ok
3. Bagaimana Interaksi bapak/ibu dalam pembentukan pribadi muslim di
lingkungan sekolah?
Salah satu cara untuk kembentuk kepribadian muslim dengan interaksi,
salah satunya dengan cara mengarahkan peserta didik agar mengikuti
kegiatan keagamaan di sekolah, seperti shlat sunnah dan wajib berjamaah,
membiasakan infaq setiap juma’at dan lainnya. Selain itu dalam
keseharian di sekolah yang tidak lain kami selaku seorang guru, atau bisa
dikatakan sebagai orang tua peserta didik di sekolah, juga selalu
mengingatkan dan menghimbau agar peserta didik bisa menerapkannya di
kehidupan sehari-hari
4. Bagaimana tanggapan murid dalam pembentukan pribadi muslim, murid
SMP Bakti Mulya 400 Pondok Pinang Jakarta Selatan?
Alhamdullilah sebagian basar sudah melaksanakan
5. Apa saja Bentuk-bentuk program sekolah dalam pembentukan pribadi
muslim, murid SMP Bakti Mulya 400 Pondok Pinang Jakarta Selatan?
Menerapkan disiplin, dalam tepat waktu, selalu bersalaman dengan guru
di pagi hari, tadarus al-Qur’an sebelum KBM, shalat dhuha berjamaah,
doa bersama. Karena target SMP Bakti Mulya 400 Pondok Pinang ini
adalah siswa mampu membaca Al-Qur’an dengan lancar, menyelesaikan
khataman Al-Qur’an minimal setiap setahun sekali, siswa mememiliki
akhlakul karimah yang tercermin dalam sikap, ucapan, dan perbuatan.
6. Apa saja Faktor- Faktor yang menghambat dalam pembentukan pribadi
muslim, murid SMP Bakti Mulya 400 Pondok Pinang Jakarta Selatan?
Problem interaksi guru PAI yaitu, akibatnya dari pergaulan dari luar yang
salah, karena kalau berteman dengan anak yang tidak baik pasti akan di
hasud untuk berbuat yang tidak baik juga pak seperti bolos sekolah,
nyontek, suka membantah baik dengan orang tua dan guru
Jakarta, 21 Desember 2017
Mengetahui Guru PAI
Dra. Mumun Maemunah, M. Pd
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK MURID
Hari/Tanggal : Rabu, 20 Desember 2017
Tempat : SMP Bakti Mulya 400
Terwawancara : Syakirah Hasna Ismoyo
Jabatan : Siswa kelas 9.1
Pewawancara : Muhammad Igh firli
1. Menurut kamu pribadi muslim itu apa?
Suatu perbuatan dan kepribadian kita yang dilakukan sesuai dengan
kentuan-ketentuan dalam Islam.
2. Penting atau tidak dalam kehidupan sehari-hari pribadi muslim itu?
Sangat penting sekali, karena dengan pribadi muslim akan membentuk
kehidupan kita menjadi lebih baik, dengan pribadi muslim dapat
mencerminkan diri kita yang sebenarnya.
3. Senang atau tidak dengan adanya program dalam dalam pembentukan
pribadi muslim, murid SMP Bakti Mulya 400 Pondok Pinang Jakarta
Selatan?
Sangat senang karena dengan diadakannya pragram pembentukan pribadi
muslim akan membuat diri saya mulai terbiasa dan dengan pribadi-pribadi
yang baik. dengan program-program yang ada dapat membentuk diri saya
dan siswa lainnya untuk memiliki pribadi muslim.
4. Apakah dirumah kamu juga menerapkan pribadi mulim?
Di rumah saya menerapkan pribadi muslim yang telah saya dapat di
sekolah, dengan pribadi muslim maka banyak orang yang akan
menghargai kita.
5. Jika ya, apakah itu disuruh orang tua atau atas kesadaran diri kamu
sendiri?
Saya melakukannya atas kesadaran diri sendiri bukan dari orang tua
ataupun siapa, sebab jika segala sesuatu kita lakukan dengan kemauan
ataupun kesadaran diri sendiri, maka akan menjadi mudah untuk kita
lakukan.
6. Apakah orangtua kamu selalu mengajarkan pembentukan pribadi muslim?
Iya orang tua saya mengajarkan pribadi muslim, namuan saya lebih
banyak dapat di sekolah, karena orang tua saya sibuk bekerja.
7. Menurut kamu adakah manfaat pembentukan pribadi muslim?
Dengan pribadi muslim sangat bermanfaat untuk saya, karena saya
merasa bahagia ketika orang lain senang dan menghargai saya.
8. Kamu lebih suka menerapkan pribadi muslim karena disuruh atau karena
kesadaran diri sendiri, kenapa?
Saya lebih suku karena keingin diri sendiri, karena kalo disuruh suka
jengkel terkadang.
9. Pendapat kamu pembentukan kepribadian muslim disini bagus atau tidak?
Sudah sangat bagus karena disini saya belajar shalat, sopan santun, dan
masih banyak lagi.
Jakarta, 20 Desember 2017
Mengetahui Siswa kelas 9.1
Syakirah Hasna Ismoyo
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK MURID
Hari/Tanggal : Kamis, 21 Desember 2017
Tempat : SMP Bakti Mulya 400
Terwawancara : Rakhsan Jaya Laksana
Jabatan : Siswa kelas 9.1
Pewawancara : Muhammad Igh firli
1. Menurut kamu pribadi muslim itu apa?
Pribadi muslim adalah perbuatan atau tingkah laku yang dilakukan
seseorang sesuai dengan ajaran Islam.
2. Penting atau tidak dalam kehidupan sehari-hari pribadi muslim itu?
Sangat penting sekali
3. Senang atau tidak dengan adanya program dalam dalam pembentukan
pribadi muslim, murid SMP Bakti Mulya 400 Pondok Pinang Jakarta
Selatan?
Sangat senang karena saya mulai terbiasa pak dan sudah tidak terlalu
berat untuk melaksanakan
4. Apakah dirumah kamu juga menerapkan pribadi mulim?
Di rumah saya menerapkan pribadi muslim
5. Jika ya, apakah itu disuruh orang tua atau atas kesadaran diri kamu
sendiri?
Saya melakukannya atas kesadaran diri sendiri.
6. Apakah orangtua kamu selalu mengajarkan pembentukan pribadi muslim?
Iya orang tua saya mengajarkan pribadi muslim, tetapi saya lebih banyak
dapat di sekolah.
7. Menurut kamu adakah manfaat pembentukan pribadi muslim?
Aku dihargai orang lain, dan orang jadi baik terhadap saya.
8. Kamu lebih suka menerapkan pribadi muslim karena disuruh atau karena
kesadaran diri sendiri, kenapa?
Aku lebih suku karena keingin diri sendiri
9. Pendapat kamu pembentukan kepribadian muslim disini bagus atau tidak?
Bagus karena saya jadi tau pak, bagaimana pribadi muslim itu.
Jakarta, 21 Desember 2017
Mengetahui Siswa kelas 9.3
Rakhsan Jaya Laksana
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK MURID
Hari/Tanggal : Jum’at, 22 Desember 2017
Tempat : SMP Bakti Mulya 400
Terwawancara : Fernaldy
Jabatan : Siswa kelas 8.3
Pewawancara : Muhammad Igh firli
1. Menurut kamu pribadi muslim itu apa?
Pribadi muslim itu prilaku baik yang mencerminkan seorang muslim
2. Penting atau tidak dalam kehidupan sehari-hari pribadi muslim itu?
Sangat penting sekali
3. Senang atau tidak dengan adanya program dalam dalam pembentukan
pribadi muslim, murid SMP Bakti Mulya 400 Pondok Pinang Jakarta
Selatan?
Sangat senang karena saya jarang sholat jama’ah di rumah, palin di
sekolah saja
4. Apakah dirumah kamu juga menerapkan pribadi mulim?
Terkadang saya menerapkan pak
5. Jika ya, apakah itu disuruh orang tua atau atas kesadaran diri kamu
sendiri?
Kemaun sendiri tapi kadang – kadang harus disuruh
6. Apakah orangtua kamu selalu mengajarkan pembentukan pribadi muslim?
Orang tua saya sibuk kerja pak
7. Menurut kamu adakah manfaat pembentukan pribadi muslim?
Saya jadi orang yang berguna dan lebih baik pak dan pasti bisa masuk
surga
8. Kamu lebih suka menerapkan pribadi muslim karena disuruh atau karena
kesadaran diri sendiri, kenapa?
Lebih suka yang kesadaran diri sendiri kan proses pak
9. Pendapat kamu pembentukan kepribadian muslim disini bagus atau tidak?
Sudah sangat karana saya tergerak untuk berubah menjadi lebih baik
Jakarta, 22 Desember 2017
Mengetahui Siswa kelas 8.3
Fernaldy
Lampiran 3
DOKUMENTASI
Ketika proses belajar di kelas
Memperingati hari raya Idhul Adha
Lomba bacaan Al-Qur’an dengan suara merdu (qiroah)
Sholat berjamaah, dan doa, zikir
Kegiatan pesantren kilat
Santunan anak yatim
Guru dan murid berkerjasama dalam persiapan tahun baru Islam
Proses belajar mengajar
LEMBAR UJI REFERENSI
Nama : Muhammad Igh Firli
NIM : 1112011000045
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi : Pola Interaksi Guru PAI dan Anak Didik Dalam Membentuk
Pribadi Muslim di SMP Bakti Mulya 400 Pondok Pinang
Jakarta Selatan
No Sumber Pustaka Paraf
Pembimbing
1. Abu Ahmadi. Sosiologi Pendidikan. Surabaya: Bina Ilmu.
1982.
2. Ahmadi, Abu. Sosiologi Pendidikan. Surabaya: Bina Ilmu.
1982.
3. Al-Barry, M. Dahlan Y. dan Yacub, L. Lya Sofyan.
Kamus Induk Istilah Ilmiah. Surabaya: Target Press. 2003.
4. Al-Jaafi, Muhammad Bin Ismail Al-Bukhari. Shahih
Bukhari. Dar Ibn Katheer. 1993
5. AM, Sardiman. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar.
Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2007.
6.
An Nahlawi, Abdurrahman. Pendidikan Islam Di Rumah,
Sekolah, Dan Masyarakat, penerjemah Shihabuddin,
Ushulut Tarbiyah Islamiyah wa asalibiha fil baiti wal
madrasati wal mujtama. Jakarta: Gema Insani Press. 1995.
7. Arief, Armai. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidika
Islam. Jakarta: Ciputat Pers. 2002.
8.
Asrori, Mohammad . Psikologi Pembelajaran. Bandung:
Bumi Rancana Kencana. 2009.
9. Aunillah, Nurla Isna. Panduan Menerapkan Pendidikan
Karakter di Sekolah. Yogyakarta: Laksana. 2011.
10. Basri, Hasan dan Saebani, Beni Ahmad. Ilmu Pendidikan
Islam. Bandung: Pustaka Setia. 2010.
11.
Danim, Sudarwan. Inovasi Pendidikan Dalam Upava
Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan.
Bandung: Pustaka Setia. 2002.
12. Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya.
Bandung: Diponegoro. 2000.
13.
Departemen Agama. Wawasan Tugas Guru dan Tenaga
Kependidikan. Jakarta: Direktorat Jendral Kelembagaan
Agama Islam. 2005.
14. Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka. 1988.
15. Desmita. Psikologi Perkembangan Peserta Didik.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2011.
16. Djamarah, Syaiful Bahari. Guru dan Anak Didik dalam
Interaksi Edukatif. Jakarta: PT. Rineka Cipta.2000.
17. Dradjat, Zakiah. Kepribadian Guru. Jakarta : Bulan
Bintang. 2002.
18. Dradjat, Zakiah. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT Bumi
Aksara. 2006.
19. Fathurrohman, Papuh dan Suryana, Aa. Guru Profesional.
Bandung: Refika Aditama. 2012.
20. Hawari, Dadang. Al-Qur’an dan Ilmu kedokteran jiwa dan
Kesehatan Jiwa. Yogyakarta: Dana Bakti Primayasa. 1998.
21. Hasbullah. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta:
Rajawali Pres. 2013.
22. Huda, Miftahu. Interaksi Pendidikan 10 Cara Qur’an
Mendidik Anak. Malang: UIN-Malang Press. 2008.
23. Idianto. Sosiologi. Jakarta : Erlangga. 2004.
24.
Jalaluddin dan Said,Usman. Filsafat Pendidikan Agama
Islam. (Konsep dan Pemikirannya). Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada.1994.
25.
Majid, Abdul dan Andayani, Dian. Pendidikan Agama
Islam Berbasis Kompetensi Konsep dan Implementasi
Kurikulum 2004. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2006.
26. Marimba, Ahmad D. Pengantar Filsafat Pendidikan
Islam. Bandung: PT Alma’arif. 1980.
27. Moleong, Lexi J. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: Remaja Rosdakarya 2002.
28.
Mudlofir, Ali. Pendidik Profesional:Konsep, Strategi dan
Aplikasinya dalam Peningkatan Mutu Pendidik di
Indonesia. Jakarta:Rajawali Press. 2012.
29.
Muhaimin. Nuansa Baru Pendidikan Islam Mengurai
Benang Kusut Dunia Pendidikan. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada. 2006.
30. Mulyasa, E. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru.
Bandung: Remaja Rosdakarya. 2007
31. Mulyasa, E. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya. 2006.
32. Nata, Abuddin. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Gaya
Media Pratama. 2005.
33.
Nicholson, Ronald Alan. Fi al-Tasawuf al-Islami wa
Tarikhi, terj. Abu al-A‟la al-Afify. Cairo: Lajnah al-Ta‟lif
wa al-asyr. 1996.
34. Nurdin, Muhammad. Kiat Menjadi Guru Profesional.
Yogyakarta: AR-Ruzz Media Group. 2010.
35.
Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan. Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2014.
36. Purbakawatja, Soegarda dan Harahap, A. Ensiklopedia
Pendidikan. Jakarta: GunungAgung. 1981.
37. Ramayulis. Profesi dan Etika Keguruan. Jakarta: Kalam
Mulia. 2013.
38. Rusman. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan
Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers. 2011
39. Rusydie, Salman. Prinsip-PrinsipManajemn Kelas.
Yogyakarta: Diva Press. 2011.
40.
Salahudin, Anas dan Alkrienciehie, Irwanto. Pendidikan
Karakter : Pendidikan Berbasis Agama dan Budaya
Bangsa. Bandung: Pustaka Setia. 2013.
41. Suardi, Edi. Pedagogik. Bandung: Angkasa. 1980.
42. Sugiono. Metodologi Penelitian Pendidikan: Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. 2007.
43. Sujanto, Agus dkk. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Aksara
Baru. 1980
44. Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian
Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2012.
45. Sukmadinata, Nana Syaodih. Pengembangan Kurikulum,
Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya. 1997.
46. Surachmad, Winarno. Metodologi Pengajaran Nasional.
Bandung: Jemmars. 1986.
47. Suryabrata, Sumardi. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja
Grafindo Persada. 2004.
48. Suryosubroto, B. Proses Belajar Mengajar di Sekolah.
Jakarta: Rineka Cipta. 1997.
49. Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan Dengan
Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2004.
50.
Syakhs, Abdul Aziz Asy. Kelambanan Dalam Belajar Dan
Cara Penanggulangannya. Jakarta: Gema Insani. T.t.
51. Syalhub, Fuad Asy. Guruku Muhammad SAW . Jakarta :
Gema Insani Perss. 2006.
52. Syar’i, Ahmad. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Pustaka
Firdaus. 2011.
53. Tahzeh, Ahmad. Pengantar Metodologi Penelitian.
Yogyakarta: Teras. 2009.
Jakarta, 21 Oktober 2018
Yang mengesahkan,
Dosen Pembimbing
Drs. Ghufron Ihsan, M.A
NIP: 19530509198103 1 006