INVENTARISASI KEANEKARAGAMAN JENIS-JENIS CAPUNG
DI KECAMATAN SUMBERHARTA
SKRIPSI
Disusun Untuk Melengkapi Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
OLEH:
ERNI SUMARTIN
NPM 4213139
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
SEKOLAH TINGGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
(STKIP-PGRI) LUBUKLINGGAU
2018
INVENTARISASI KEANEKARAGAMAN JENIS-JENIS CAPUNG
DI KECAMATAN SUMBERHARTA
SKRIPSI
Disusun Untuk Melengkapi Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
OLEH:
ERNI SUMARTIN
NPM 4213139
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
SEKOLAH TINGGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
(STKIP-PGRI) LUBUKLINGGAU
2018
PERSETUJUAN
Naskah Skripsi oleh Erni Sumartin NPM 4213139 ini
Telah Disetujui oleh Pembimbing untuk Diajukan Kepada Tim Penguji
Disetujui oleh
Pembimbing Utama Pembimbing Pembantu
Dian Samitra, M.Pd.Si. Sepriyaningsih, M.Pd.Si.
NIDN. 0213088801 NIDN. 0224099101
Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan MIPA
Drajat Friansah, S.Si, M.Pd
NIDN. 0208028203
PENGESAHAN
Skripsi oleh Erni Sumartin NPM 4213139
Telah Dipertahankan di Depan Tim Penguji Skripsi
Pada Tanggal 04 Mei 2018
TIM PENGUJI
Ketua : Dian Samitra, M.Pd.Si.
Sekretaris : Sepriyaningsih, M.Pd.Si.
Anggota : 1. Destien Atmi Arisandy, M.Pd.
2. Linna Fitriani, M.Pd.
Mengetahui
Ketua STKIP-PGRI Lubuklinggau,
Dr. Rudi Erwandi, M.Pd.
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO:
Kita boleh saja kecewa dengan apa yang telah terjadi tetapi jangan
pernah kehilangan harapan untuk masa depan yang lebih baik.
Berusahalah jangan sampai terlengah walau sedetik saja, karena atas
kelengahan kita tak akan bias dikembalikan seperti semula.
Persembahan:
Puji Syukur Kepada Tuhan Yang Maha Esa atau segala rahmat dan
hidayahnya yang telah memberikan kekuatan, kesehatan dan kesabaran
untukku dalam mengerjakan skripsi ini. Akan ku persembahkan karya kecil
ini untuk:
Orang tuaku tercinta (Sujarwo dan Darmiati), ini anakmu mencoba
memberikan yang terbaik untukmu. Betapa diri ini ingin melihat kalian
bangga padaku. Betapa tak ternilai kasih sayang dan pengorbanan
kalian padaku. Terima kasih atas dukungan moril maupun materi serta
doa yang tiada henti untuk kesuksesanku.
Keluargaku dan kakak-kakakku Agus Haryono, Hendra Gunawan,
S.Pd, Seno Yan Hari dan keponakanku tercinta Nabilla Eka Putri dan
Adam Syamill Gunawan yang memberikan dukungan, semangat dan
doanya untuk keberhasilan ini, terimakasih sudah membantu dan
memotivasi.
My dear Andes Mulyono terima kasih atas doa, bantuan dan
motivasinya.
Almamaterku tercinta terima kasih.
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Erni Sumartin
NIM : 4213139
Jurusan : Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Prodi : Pendidikan Biologi
Judul Skripsi : Inventarisasi Keanekaragaman Jenis-Jenis Capung di Kecamatan
Sumberharta.
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul tersebut adalah benar-benar
karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan
cara-cara yang tidak sesuai dengan kaidah dan etika keilmuan yang berlaku secara
ilmiah. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko ataupun sanksi yang
dijatuhkan kepada saya apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran
etika keilmuan ataupun plagiat dalam karya ilmiah ini. Hal ini juga berlaku
apabila ada klaim dari pihak lain tehadap keaslian karya tulis ini.
Lubuklinggau, Mei 2018
Yang membuat pernyataan
Erni Sumartin
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
berkat rahmad serta hidayahnya, sehingga penulis mampu menyelesaikan
penyusunan skripsi yang berjudul “Inventarisasi Keanekaragaman Jenis-Jenis
Capung di Kecamatan Sumberharta”. Penyusunan Skripsi ini disusun dan
diajukan sebagi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari
semua pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarnya
kepada :
1. Bapak Dr. Rudi Erwandi, M.Pd selaku Ketua STKIP-PGRI Lubuklinggau
yang telah memberi kesempatan penulis menyelesaikan studi di STKIP-
PGRI Lubuklinggau.
2. Bapak Drajat Friansah, S.Si, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan
MIPA STKIP-PGRI Lubuklinggau yang telah mengoreksi dan
mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Zico Fakhrur Rozi, M.Pd.Si selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Biologi STKIP-PGRI Lubuklinggau yang telah memberikan
masukan, sekaligus motivasi sehingga penulis mampu menyelesaikan
skripsi ini.
4. Bapak Dian Samitra, M.Pd.Si selaku Dosen Pembimbing Utama yang
telah memberikan arahan, bimbingan, kritikan, masukan, ilmu sekaligus
motivasi sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibu Sepriyaningsih, M.Pd.Si selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang
telah bersusah payah memberikan masukan dan bimbingan sekaligus saran
sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Biologi STKIP-PGRI
Lubuklinggau yang telah memberi ilmu pengetahuan dan membantu dalam
kelancaran penyusunan skripsi.
7. Kedua orang tua yang selalu memberikan doa, perhatian dan motivasi
tersendiri serta sekuat tenaga bersusah payah demi kebaikan masa
depanku.
8. Rekan-rekan Mahasiswa PPP, KKN, dan rekan-rekan seperjuangan
angkatan 2013.
9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih banyak kekeliruan dan
kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritikan serta saran
yang membangun demi perbaikan dan penyempurnaan Skripsi ini.
Semoga Skripsi ini bermanfaat bagi kita semua demi kebaikan dan
pengembangan ilmu pengetahuan yang akan datang.
Lubuklinggau, Mei 2018
Erni Sumartin
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa saja jenis-jenis capung yang
terdapat di Kecamatan Sumberharta. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-
Agustus 2017 di enam desa yang berada di Kecamatan Sumberharta. Teknik
pengumpulan data berupa observasi atau pengamatan langsung terhadap populasi,
dokumentasi dilakukan menggunakan kamera. Observasi capung dilakukan pagi
hari pada pukul 08.00 WIB sampai dengan 12.00 WIB dan dilanjutkan pukul
14.00-18.00 WIB menyesuaikan dengan waktu aktivitas capung. Teknik analisis
data menggunakan teknik deskriptif kualitatif yaitu data dikelompokan
berdasarkan kingdom, filum, kelas, ordo, famili, genus dan spesies, lalu difoto dan
dibuat deskripsinya yang didapat dari Kecamatan Sumberharta seperti ciri-ciri
capung. Hasil penelitian ditemukan 11 spesies dari 4 famili yaitu Gomphidae,
Aeshnidae, Libelluidae dan Coenagrionidae. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu
jenis-jenis capung ditemukan di Kecamatan Sumberharta yaitu di antaranya
adalah capung tombak loreng (Ictinogomphus decoratus), capung besar
(Gynaccantha subterrupta), capung tentara (Orthetrum sabina), capung orange
(Brachythemis contaminata, jantan), capung kuning (Brachythemis contaminata,
betina), capung ciwet (Pantala flavescens), capung tokiyik (Acisoma
panorpoides), capung tokerok (Cratila lineata), capung sayap merah
(Neurothemis fluctuans, jantan), capung sayap coklat (Neurothemis fluctuans,
betina), capung centil muda dan dewasa (Agriocnemis femina), capung jarum
(Prodasineura autumnalis), dan capung jarum biru (Pseudagrion rubriceps).
Kata kunci: Inventarisasi, Jenis-jenis Capung, Kecamatan Sumberharta
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ........................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. ii
PERSETUJUAN .................................................................................................. iii
PENGESAHAN .................................................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................ v
SURAT PERNYATAAN ..................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ........................................................................................ vii
ABSTRAK ............................................................................................................ ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL................................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 3
D. Ruang Lingkup ............................................................................................ 3
E. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 4
F. Definisi Operasional.................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teoritik........................................................................................ 5
1. Pengertian Inventarisasi ........................................................................ 5
2. Pengertian Capung ................................................................................ 6
B. Penelitian Yang Relevan ........................................................................... 16
C. Alur Penelitian ........................................................................................... 18
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .......................................................................................... 20
B. Waktu dan Tempat .................................................................................... 20
C. Alat dan Bahan .......................................................................................... 21
D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 21
E. Teknik Analisis Data ................................................................................. 22
F. Pertanggung Jawaban Peneliti................................................................... 23
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .......................................................................................... 24
B. Pembahasan ................................................................................................ 26
C. Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 37
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan .................................................................................................... 38
B. Saran ........................................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 40
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................. 42
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Jenis dan Penyebaran Capung ................................................................ 24
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Capung Berabdomen bengkak ............................................................. 7
Gambar 2.2 Capung Bermata Besar ......................................................................... 8
Gambar 2.3 Capung Peluncur .................................................................................. 9
Gambar 2.4 Capung Jarum, Kinjeng Dom ............................................................. 10
Gambar 2.5 Capung Gynantha bayadera.............................................................. 10
Gambar 2.6 Metamorfosa Capung ......................................................................... 11
Gambar 4.1 Capung Tombak Loreng..................................................................... 28
Gambar 4.2 Capung Besar ..................................................................................... 29
Gambar 4.3 Capung Tentara .................................................................................. 30
Gambar 4.4 Capung Orange ................................................................................... 30
Gambar 4.5 Capung Kuning .................................................................................. 31
Gambar 4.6 Capung Ciwet ..................................................................................... 31
Gambar 4.7 Capung Tokiyik .................................................................................. 32
Gambar 4.8 Capung Tokerok ................................................................................. 33
Gambar 4.9 Capung Sayap Merah ......................................................................... 33
Gambar 4.10 Capung Sayap Coklat ....................................................................... 34
Gambar 4.11 Capung Jarum Centil Muda.............................................................. 34
Gambar 4.12 Capung Jarum Centil Dewasa .......................................................... 35
Gambar 4.13 Capung Jarum Hitam ........................................................................ 36
Gambar 4.14 Capung Jarum Biru........................................................................... 36
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
LAMPIRAN A
1. Surat Permohonan Persetujuan Judul ................................................................. 42
2. Surat Permohonan Bimbingan Skripsi ............................................................... 43
3. Surat Persetujuan Judul Skripsi .......................................................................... 44
4. Surat Keterangan Lulus Seminar Proposal ........................................................ 45
5. Kartu Bimbingan Skripsi.................................................................................... 46
6. Surat Permohonan Observasi ............................................................................. 48
7. Surat Permohonan Izin Penellitian ..................................................................... 49
8. Surat Keterangan Penelitian ............................................................................... 50
9. Surat Persetujuan Mengikuti Ujian Skripsi ........................................................ 51
LAMPIRAN B
1. Peta Lokasi ......................................................................................................... 52
2. Lembar Observasi .............................................................................................. 53
3. Lembar Validitas Alat dan Bahan ...................................................................... 59
LAMPIRAN C
1. Foto-Foto Capung .............................................................................................. 60
2. Foto Lokasi Penelitian dan Pengambilan Capung ............................................. 62
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki
kekayaan jenis flora dan fauna yang sangat tinggi. Hal ini disebabkan
karena Indonesia terletak di kawasan tropik yang mempunyai iklim yang
stabil dan secara geografi adalah negara kepulauan yang terletak diantara
dua benua yaitu Asia dan Australia, posisi ini membuat Indonesia kaya
akan keanekaragaman hayati, baik tumbuhan maupun hewan. Mulai dari
vertebrata seperti ikan, mamalia, burung, amfibi, dan reptil sampai hewan
yang tanpa tulang belakang khususnya serangga. Keanekaragaman yang
tinggi dikarenakan didukung oleh kondisi daerah di Indonesia yang
memiliki ekosistem yang baik untuk pertumbuhan serangga. Capung
merupakan serangga terbang pertama yang ada di dunia. Capung muncul
sejak jaman karbon (360-290 juta tahun yang lalu) dan masih bertahan
hingga sekarang. Jenis capung yang ada di Indonesia sekitar 700 spesies
yakni sekitar 15% dari 5000 spesies yang ada di dunia (Virgiawan dkk,
2015:188).
Secara ekologi, capung berkembang biak di sekitar lingkungan
perairan. Dalam siklus hidupnya, larva (nimfa) yang selama hidupnya
berada di dalam air (bagian dasar perairan). Beberapa capung menempati
habitat perairan tertentu, seperti jenis Rhinocypa fenestrata (Burmeister
1839) memiliki habitat di sekitar perairan sungai bersih dan mengalir
2
dengan intensitas cahaya matahari sedang seperti di bawah naungan pohon
(Pamungkas dkk, 2013:1296).
Kecamatan Sumberharta adalah pecahan dari Kecamatan STL
ULU Terawas, Kecamatan Sumberharta berdiri pada tanggal 07 maret
2007. Kecamatan Sumberharta terdiri dari 9 desa dan 1 Kelurahan yaitu
desa Sumber Jaya, desa Jamburejo, desa Suka Maju, desa Sumber Sari,
desa Sukamulya, desa Sukajaya, desa Sukarami Jaya, desa Madang, desa
Sumber Asri dan Kelurahan Sumberharta. Luas wilayah Kecamatan
Sumberharta sebesar 10.378,03 Ha. Jumlah penduduk Kecamatan
Sumberharta tercatat 17.062 jiwa. Jumlah penduduk menurut mata
pencarian 10 % PNS, 20% pedagang, dan 70 % bekerja sebagai petani.
Mayoritas masyarakat di Kecamatan Sumberharta bekerja sebagai petani
seperti menanam padi, sayur-sayuran, budidaya ikan, dan menyadap karet
(BPS, 2016:2).
Kecamatan Sumberharta di beberapa tempat sekarang sudah
banyak lahan yang digunakan untuk pembangunan bahkan sudah banyak
lahan seperti rawa-rawa dan sawah ditimbun untuk dibangun rumah,
gedung-gedung seperti gedung perkantoran, gedung sekolahan dan lain-
lain sehingga tingkat ekosistemnya terganggu, tetapi masih ada beberapa
tempat di kawasan Kecamatan Sumberharta yang belum banyak adanya
pembangunan sehingga tingkat ekosistemnya masih baik.
Capung mempunyai peranan penting pada ekosistem persawahan.
Capung dapat berfungsi sebagai serangga predator, baik dalam bentuk
3
nimfa maupun dewasa, dan memangsa berbagai jenis serangga serta
organisme lain termasuk serangga hama tanaman padi, seperti: penggerek
batang padi, wereng coklat, dan walang sangit. Selain itu, capung dapat
dijadikan sebagai indikator kualitas ekosistem. Hal ini dikarenakan capung
memiliki 2 habitat yaitu air dan udara (Ansori, 2008:42). Saat ini
keberadaan capung semakin langka dan ada predisksi suatu saat capung
akan punah jika pencemaran air semakin meningkat (Windyariani, 2017:1).
Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian mengenai
“Inventarisasi Keanekaragaman Jenis-Jenis Capung Odonata di
Kecamatan Sumberharta”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka dapat
dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah jenis-jenis capung
apa saja yang terdapat di Kecamatan Sumberharta ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis capung
apa saja yang terdapat di Kecamatan Sumberharta.
D. Ruang Lingkup
Penelitian ini hanya dilakukan di kawasan Kecamatan
Sumberharta. Penelitian ini difokuskan pada Inventarisasi keanekaragaman
jenis capung dengan cara survei jenis-jenis capung yang berada di sekitar
Kecamatan Sumberharta.
4
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Menambahkan ilmu pengetahuan biologi khususnya mengenai jenis-
jenis capung bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
2. Manfaat Praktis
a) Manfaat yang di peroleh masyarakat
Mendapatkan informasi tentang jenis-jenis, ciri-ciri dan peran
capung dalam lingkungan Kecamatan Sumberharta.
b) Manfaat yang di peroleh peneliti
Mendapat pengalaman baru dalam meneliti jenis-jenis capung dan
perannya dalam lingkungan Kecamatan Sumberharta.
F. Definisi Operasional
1. Inventarisasi merupakan data hasil wawancara dan hasil tangkapan
langsung di lapangan Kecamatan Sumberharta yang kemudian
diidentifikasi.
2. Capung yang di maksud adalah capung yang terdapat di kawasan
Kecamatan Sumberharta. Cara mendapatkan capung dengan
menggunakan jaring untuk menangkapnya. Kemudian di foto dengan
menggunakan kamera. Penangkapan dilakukan pagi hari pada pukul
08.00 WIB sampai dengan 12.00 WIB dan dilanjutkan pukul 14.00-
18.00 WIB menyesuaikan dengan waktu aktivitas capung.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teoritik
1. Pengertian Inventarisasi
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, inventarisasi
merupakan pencatatan atau pendaftaran barang-barang milik kantor,
(sekolah, rumah tangga, dan sebagainya) yang dipakai dalam
melaksanakan tugas, pencatatan atau pengumpulan data, tentang
kegiatan, hasil yang dicapai, pendapat umum, persuratan kabaran,
kebudayaan, dan sebagainya (Anwar, 2003:193).
Inventarisasi merupakan kegiatan yang terdiri dari dua aspek, yaitu
inventarisasi fisik dan yuridis/legal. Aspek fisik terdiri atas bentuk,
luas, lokasi, volume/jumlah, jenis, alamat dan lain-lain. Sedangkan
aspek yuridis adalah status penguasaan, masalah legal yang dimiliki,
batas akhir penguasaan. Proses kerja yang dilakukan adalah pendataan,
kodifikasi/labeling, pengelompokkan dan pembukuan/administrasi
sesuai dengan tujuan manajemen asset (Siregar, 2004:1). Inventaris di
artikan sebagai daftar seluruh barang atau peralatan yang dimiliki
perusahaan, sekolah, kapal yang dipakai dalam bekerja (Surayin,
2001:185). Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan
bahwa inventarisasi adalah pengumpulan dan pencatatan data
mengenai suatu kegiatan, hasil-hasil yang telah dicapai atau apa yang
6
telah dimiliki melalui wawancara langsung yang tersusun secara
sistematis.
2. Pengertian Capung
Capung atau biasa dalam bahasa Inggris dragonfly. Dalam
bahasa Sunda dikenal dengan sebutan papatong dan dalam bahasa
Jawa dinamakan kinjeng atau gantrung. Capung termasuk ordo odonata
(Iskandar, 2015:103).
Capung adalah kelompok serangga yang berukuran sedang sampai
besar dan seringkali berwarna menarik. Serangga ini menggunakan
sebagian besar hidupnya untuk terbang. Capung juga memiliki tubuh
yang langsing dengan dua pasang sayap, dan memiliki pembuluh darah
jala. Selain itu capung juga memiliki antena pendek yang berbentuk
rambut, kaki yang berkembang baik, alat mulut tipe pengunyah, mata
majemuk yang besar, abdomen panjang dan langsing. Habitat Capung
menyebar luas, di hutan-hutan, kebun, sawah dan sungai hingga ke
danau-danau. Beberapa jenis capung, umumnya merupakan penerbang
yang kuat dan luas wilayah jelajahnya. Beberapa jenis yang lain
memiliki habitat yang spesifik dan wilayah hidup yang sempit (Ansori,
2008:2).
Capung merupakan serangga yang berperan penting dalam
keseimbangan ekologi. Saat ini keberadaan capung semakin langka
dan ada predisksi suatu saat capung akan punah jika pencemaran air
semakin meningkat (Windyariani, 2017:1). Famili-famili dalam ordo
7
odonata terbagi menjadi 4 antara lain famili Gomphidae, famili
Aeshnidae, famili Libellulidae, dan famili Coenagrionida (Siwi,
1991:47).
a) Capung Berabdomen Bengkak (Famili Gomphidae)
Dilihat dari sisi atas, mata capung berabdomen bengkak
(Famili Gomphidae) tidak bertemu, ruas abdomen akhir kadang-
kadang mengembaung (membengkak) seperti alat pemukul, betina
tidak mempunyai ovipositor, ukuran tubuhnya sekitar 2-3 inci dan
berwarna coklat tua atau hitam dengan spot/pita kekuningan atau
kehijauan, sebagian besar hidup di sepanjang aliran air atau tepi
danau yang luas, biasanya terbang mantap tanpa periode melayang,
beberapa kadang-kadang terbang dengan gerak mengombang,
dewasa sering hinggap pada permukaan yang datar, dan umunya
bertindak sebagai predator, memangsa serangga kecil lainnya
terutama yang sedang terbang (Siwi, 1991:47).
Gambar 2.1 Capung Berabdomen Bengkak (Famili Gomphidae)
(Sumber: Siwi, 1991: 48)
8
b) Capung Bermata Besar (Famili Aeshnidae)
Ciri-ciri dari capung bermata besar (Famili Aeshnidae)
kedua mata faset sangat berdekatan dilihat dari arah atas. Pangkal
sayap belakangnya lebih besar dari pada pangkal sayap depannya,
pada betina ovipositor berkembang dengan baik, dan umumnya
berwarna coklat tua dan sering dengan warna kebiruan/kehijauan
pada dada, ukurannya sekitar 7,5 cm.
Capung bermata besar (Famili Aeshnidae) ini sering
ditemukan di sekitar kolam atau rawa, capung ini mempunyai
banyak tenaga, sehingga dikenal sebagai penerbang yang kuat dan
sulit untuk ditangkap, dan juga sebagai predator (Siwi, 1991:48).
Gambar 2.2 Capung Bermata Besar (Famili Aeshnidae)
(Sumber: Siwi, 1991: 48)
c) Capung Peluncur (Famili Libelluidae)
Ciri-ciri capung peluncur (Famili Libelluidae) adalah anal
loop sayap belakang memanjang dan biasanya berbentuk seperti
kaki, tepi sayap belakangnya bulat, warna sayap bervariasi dan
beberapa jenis mempunyai sayap dengan spot-spot/pita, sayap jenis
9
jantan berwarna kebiruan dan bersih, sedangkan pada betina
berwarna hitam dan kuning, ukuran tubuh sekitar 20-75 mm (Siwi,
1991:49).
Gambar 2.3 Capung Peluncur (Famili Libelluidae)
(Sumber: Siwi, 1991: 49)
d) Capung Jarum, Kinjeng Dom (Famili Coenagrionidae)
Ciri-ciri capung jarum, kinjeng dom (Famili
Coenagrionidae) memiliki abdomen panjang dan ramping, pangkal
sayap berbentuk seperti batang, dewasanya berwarna hijau
kekuningan dan hitam, pada jantan mempunyai warna yang lebih
indah dan menyolok dari pada yang betina, ujung abdomen
jantannya berwarna hijau biru, sedangkan yang betina berwarna
kehijauan, saat istirahat sayap mengatup di atas tubuh, kemudian
nimpha hidup di air, dewasa sering di jumpai di sepanjang aliran
air, kolam, rawa, ataupun pertanaman, nimpha dapat memanjat
batang tanaman yang tergenang air untuk mencari mangsa,
sedangkan yang dewasa umum terbang di bawah tajuk tanaman
untuk mencari mangsa, umumnya adalah serangga yang terbang,
capung ini kemampungan terbangnya lemah, sebagai predator
10
berbagai hama, seperti wereng, ngengat penggerek batang padi dan
jenis-jenis ngengat lainnya. Agriocnemis pygmaea sebagai predator
wereng dan hama padi lainnya (Siwi, 1991:49).
Gambar 2.4 Capung Jarum, Kinjeng Dom (Famili Coenagrionidae)
(Sumber: Siwi, 1991: 50)
1) Klasifikasi Capung
Dalam tata nama atau sistematika (taksonomi) hewan,
capung di masukkan dalam klasifikasi sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Arthoropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Odonata
Famili : Aesthnidae
Genus : Gynacantha
Spesies : Gynantha bayadera
Gambar 2.5 Gynantha bayadera
(Sumber: Siwi, 1991)
11
2) Morfologi Capung
Capung termasuk kelompok insekta atau serangga yang
memiliki morfologi nimfa antara lain : a.) Kepala, b.) Mata, c.)
Kaki, d.) Perut/Abdomen, e.) Ekor/cercus). Tubuh odonata terdiri
dari kepala (cephal), dada (toraks), perut (abdomen) yang langsing
dan panjang, dan memiliki enam tungkai. Serangga ini
menggunakan sebagian besar hidupnya untuk terbang. Capung juga
memiliki tubuh yang langsing dengan dua pasang sayap, dan
memiliki pembuluh darah jala. Selain itu capung juga memiliki
antenna pendek yang berbentuk rambut, alat mulut tipe pengunyah,
dan mata majemuk yang besar (Hanum, 2013:188).
3) Siklus Hidup Capung
Golongan bangsa capung memiliki siklus hidup 3 tahapan
perkembangan. Ketiga tahapan tersebut yaitu :
Gambar 2.6 Metamorfosa Capung
(Sumber: Iskandar, 2015: 103)
Telur Capung Larva Capung Nimfa Capung
12
Pada musim kawin biasanya capung-capung mencari
pasangannya. Usai kawin, telur-telur capung betina biasanya
diletakkan di atas permukaan air atau diselipkan ditumbuhkan.
Pada saat capung betina meletakan telur-telurnya. Pasangan jantan
biasanya tetap didekatnya. Ia dengan setia menjaga betinanya.
Sekiranya ada capung jantan lain mendekatinya, dengan sigap sang
jantan pasangan tersebut akan menyergapnya. Namun, bagi capung
betina yang tidak mendapat perlindungan seksama dari
pasangannya. Setelah bertelur, capung betina kadang-kadang mau
pula ‘digaet’ jantan lain. Mereka dengan gembira terbang
melayang-layang beriringan di udara bebas (Iskandar, 2015:103).
Capung dewasa betina dalam melakukan oviposisi memilih habitat
perairan yang jernih dan bersih, serta nimfa rentan terhadap
kualitas air terpolusi (Ansori, 2008:42).
Telur-telur capung biasanya akan menetas dalam waktu 1
sampai 3 minggu, terus berkembang menjadi nimfa. Nimfa
bentuknya mirip bentuk dewasa, namun sayapnya belum
berkembang dengan baik. Nimfa-nimfa capung umumnya hidup di
air dapat mencapai beberapa tahun. Mereka berenang-renang
mencari makanan. Makanan capung antara lain jentik-jentik
nyamuk. Karena nimfa-nimfa tersebut terus makan. Maka,
tubuhnya berkembang menjadi besar dan harus mengganti
kulitnya. Pada saat mengganti kulit, bakal sayap turut membesar.
13
Pada akhirnya, setelah ganti kulit yang terakhir nimfa tersebut akan
berubah menjadi capung dewasa. Kebanyakan capung-capung
tidak menyukai tempat air yang tercemar (polusi) berat, walaupun
ada beberapa di antaranya sanggup menyesuiakan hidupnya
diperairan yang tingkat oksigennya rendah (Iskandar, 2015:103).
4) Peranan Capung Indikator Pencemaran Perairan
Jenis-jenis capung memiliki sepasang sayap, ekor panjang
dan rahang besar dan kuat, karena bentuk tubuhnya yang khas
tersebut, capung-capung dikenal sebagai pemburu mangsa yang
ulung dan aktif. Kebanyakan capung memangsa berbagai serangga
kecil yang di sergapnya ketika terbang. Mereka memangsa
korbannya saat hinggap atau pada saat terbang. Jenis-jenis
makanan kegemaran capung adalah serangga-serangga terbang
kecil, antara lain nyamuk, agas, ngengat kecil, capung lainnya.
Karena jenis-jenis capung dewasa gemar memangsa jenis-jenis
serangga, terutama nyamuk yang merugikan manusia. Misalnya
nyamuk Aedes aegypti yang dapat menularkan penyakit demam
berdarah dangue (DBD) maka, jenis-jenis capung dapat berfungsi
berbagai pendekar ulung mengontrol populasi nyamuk di alam.
(Iskandar, 2015:103).
Salah satu organisme yang dijadikan sebagai bioindikator
adalah capung (Virgiawan dkk, 2015:189). Capung merupakan
serangga yang berperan penting dalam keseimbangan ekologi
14
(Windyariani, 2017:1). Sebab itu, keberadaan capung di
lingkungan dapat menjadi bioindikator perairan, kehadiran capung
sebagai parameter indikator lingkungan terutama perairan yang
bersih telah dilaporkan dari beberapa tempat. bahwa secara tidak
langsung kehadiran capung dapat menandakan bahwa di sekitar
lingkungan tersebut masih terdapat air bersih. Perubahan dalam
populasi capung dapat dijadikan sebagai langkah awal untuk
menandai adanya polusi lingkungan yang tercemar (Pamungkas
dkk, 2013:1295).
Pada habitat alami seperti perairan (kolam, rawa, sungai,
danau), hutan, sawah padi dan lainnya banyak capung ditemukan.
Larva capung adalah predator didalam rantai makanan di perairan,
sedangkan capung dewasa sebagai predator hama-hama tanaman
pangan dan perkebunan (Siregar, 2016:26).
Demikian pula, karena nimfa-nimfa capung di perairan
sangat gemar memangsa jentik-jentik (larva) nyamuk, sehingga
larva-larva nyamuk dapat dikurangi. Pada akhirnya, populasi
nyamuk dewasanya juga berkurang. Disamping itu, nyamuk-
nyamuk yang telah dewasanya, biasa pula disergap oleh capung-
capung dewasa. Disamping itu, capung juga dikenal sebagai
pemangsa hama pada sawah, seperti wereng, ngengat penggerek
batang padi dan jenis-jenis ngengat lainnya. Karena itu, tidak
15
diragukan lagi capung memiliki fungsi ekologi penting bagi
kehidupan manusia (Iskandar, 2015:103).
5) Gangguan Populasi Capung
Walaupun jenis-jenis capung memiliki fungsi ekologi
penting bagi kehidupan manusia, namun sayangnya manusia tidak
bijaksana dalam memperlakukan aneka ragam satwa liar di alam,
termasuk terhadap jenis-jenis capung. Misalnya, manusia dengan
berbagai tindakannya banyak mencemari perairan, antara lain
dengan membuang berbagai limbah dari rumah tangga, antara lain
limbah sabun, deterjen, dan karbol. Selain itu, banyak pula
kegiatan-kegiatan manusia dalam bidang pertanian, dengan
membuang limbah ke perairan, berupa sisa-sisa pupuk dan
pestisida. Tidak hanya itu, banyak pula pabrik-pabrik yang
membuang limbahnya ke berbagai badan air. Akibatnya, berbagai
nimfa-nimfa capung di perairan banyak terbunuh (Iskandar,
2015:105). Capung dapat berfungsi sebagai serangga predator, baik
dalam bentuk nimfa maupun dewasa, dan memangsa berbagai jenis
serangga serta organisme lain termasuk serangga hama tanaman
padi, seperti: penggerek batang padi, wereng coklat, dan walang
sangit (Ansori, 2008:42).
Pada akhirnya, berbagai tindakan manusia yang tidak
bijaksana tersebut, dapat merugikan manusia sendiri. Misalnya,
akibat hilangnya mata rantai nimfa-nimfa sebagai pemangsa jentik-
16
jentik nyamuk, dapat menimbulkan ledakkan penyakit DBD,
karena nyamuk-nyamuk penular DBD tidak memiliki musuh di
alam. Karena itu, perlunya tindakan yang bijaksan dari kita semua
terhadap lingkungan hidup. Caranya, antara lain kita jangan
mencemari lingkungan air. Maka, dengan lingkungan hidup air
yang baik, capung-capung bisa hidup berterbangan bebas. Kita pun
dapat terhindar dari gigitan nyamuk yang menjadi penyebar
penyakit DBD (Iskandar, 2015:103).
B. Penelitian Yang Relevan
Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain
hasil penelitian yang dilakukan oleh Suriana, dkk (2014) yang berjudul ”
Inventarisasi Capung Odonata di Sekitar Sungai dan Rawa Moramo, Desa
Sumber Sari Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan Sulawesi
Tenggara” dengan hasil penelitiannya Capung Odonata yang di
inventarisasi di sekitar Sungai dan Rawa Moramo desa Sumber Sari
Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan Sulawesi Tenggara
sebanyak 28 terkelompok dalam 8 famili yaitu Lindeniidae, Libellulidae,
Lestidae, Megapodagrionidae, Calopterygidae, Clorocyphidae,
Coenagrionidae dan Platycnemididae. Jumlah jenis capung yang
ditemukan pada masing-masing lokasi yaitu 12 jenis di sungai, 15 jenis di
rawa I dan 13 jenis di rawa II/rawa Moramo. Famili Calopterygidae,
Megapodagrionidae dan Platycnemididae merupakan Famili capung yang
17
hanya ditemukan disungai sedangkan Lestidae (Lestes concinus hagen)
hanya ditemukan di rawa.
Penelitian Herpina, dkk (2014) pada skripsinya yang berjudul
“Jenis-Jenis Capung Odonata:Anisoptera di Komplek Perkantoran
Pemerintah Daerah (PEMDA) Kabupaten Rokan Hulu”. Berdasarkan hasil
pengamatan dapat diketahui bahwa jenis-jenis capung yang terdapat di
Komplek Perkantoran Pemerintah Daerah Kabupaten Rokan Hulu
ditemukan 5 spesies yang termasuk ke dalam 1 famili, 4 genus dari 17
individu. Adapun spesies yang ditemukan yaitu Orthetrum sabina,
Orthetrum chrysis, Pantala favescens, Diplocoded trivialis. Total individu
yang didapat selama penelitian yaitu sebanyak 17 individu.
Penelitian oleh Suaskara, (2015) dengan judul skripsinya
Keanekaragaman Jenis Capung Di Area Persawahan Subak Latu
Abiansemal Badung”. Dengan hasil penelitiannya adalah jenis-jenis
capung yang dijumpai pada lokasi penelitian di areal sawah Desa
Abiansemal,Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung sebanyak 4 jenis
yang merupakan anggota dari 2 famili yaitu family Libellulidae dan famili
Coenagrionidae. Kelima jenis capung yang dijumpai pada lokasi penelitian
adalah Orthetrum sabina, Crocothemis servillia, Pantala flavescens, dan
Agriocnemis pygmea.
Penelitian Wijayanto, dkk (2016) dengan judul “ Inventarisasi
Capung (Insecta: Odonata) dan Variasi Habitatnya di Resort Tegal Bunder
dan Teluk Terima Taman Nasional Bali Barat (TNBB)”. Hasil
18
Penelitiannya adalah jenis-jenis capung yang ditemukan di blok hutan
Resort Tegal Bunder dan Teluk Terima sejumlah 26 jenis, yang terdiri dari
2 subordo yaitu Anisoptera dan Zygoptera. Keragaman jenis capung pada
empat habitat pada blok hutan Resort Tegal Bunder yaitu sejumlah
11spesies di Rawa Hutan Musim, 10 spesies di Rawa Mangrove, 18
spesies di Savana, dan 8 spesies di Hutan Musim. Sedangkan keragaman
jenis capung di blok hutan Resort Teluk Terima yaitu 5 spesies di Sungai,
5 spesies di Rawa Mangrove, dan 4 spesies di Hutan Musim.
C. Alur Penelitian
Penelitian ini di lakukan secara survei lokasi penelitian di
Kecamatan Sumberharta, cara mendapatkan capung dengan menggunakan
jaring untuk menangkapnya dan di foto menggunakan kamera, kemudian
menginventarisasi, mengidentifikasi lalu mengklasifikasi jenis yang sesuai
dengan karakter capung tersebut. Sebagai bahan referensi diambil dari
sumber buku, jurnal, dan internet.
19
Gambar 2.6 Alur Penelitian
Data Capung
Penelitian
Kecamatan Sumberharta
Capung
Identifikasi Klasifikasi
Inventarisasi
“ Menginventarisasi Jenis Capung yang terdapat di
Kecamatan Sumberharta “
20
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Metode penelitian
kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena
penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah. Metode penelitian
kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang
alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah
sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara
triangulasi (gabungan), analisis data bersifat kualitatif, dan hasil penelitian
kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi (Sugiyono,
2012:8-9).
B. Waktu Dan Tempat
Penelitian tentang capung dilaksanakan di Kawasan Kecamatan
Sumberharta yang dilakukan di 6 desa yaitu di desa Madang, desa
Sukarami Jaya, desa Jambu Rejo dengan tingkat pembangunan yang
banyak dan di desa Suka Mulya, desa Sumber Jaya, desa Suka Jaya
dengan tingkat pembangunan yang sedikit. Waktu penelitian dilakukan
pada bulan Juli-Agustus 2017.
21
C. Alat Dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Alat tulis yang digunakan baik untuk mencatat hasil observasi
lapangan.
2. Kamera untuk mendokumentasikan keadaan lokasi.
3. Jaring untuk menangkap capung.
4. Toples dan kapur barus
5. Capung sebagai bahannya.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
a) Observasi
Observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga objek-objek
alam yang lain (Sugiyono, 2012:145). Teknik pengumpulan data
dengan observasi ini pengamatan objek-objek alam di suatu
tempat. Penelitian ini di lakukan di sungai-sungai, sawah dan di
lapangan.
b) Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisannya
misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), cerita,
biografi, peraturan dan kebijakan. Dokumen yang berbentuk
22
gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain.
Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat
berupa gambar, patung, film, dan lain-lain. Studi dokumen
merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan
wawancara dalam penelitian kualitatif (Sugiyono, 2007:240).
Dokumentasi capung dilakukan menggunakan kamera.
Pengoleksian capung dilakukan pagi hari pada pukul 08.00 WIB
sampai dengan 12.00 WIB dan dilanjutkan pukul 14.00-18.00 WIB
menyesuaikan dengan waktu aktivitas capung (Hanum, 2013:72).
c) Identifikasi
Identifikasi dilakukan dengan mengklasifikasikan jenis yang
sesuai dengan karakter atau ciri-ciri pada capung. Identifikasi
capung menggunakan acuan buku Mengungkap Potensi Hulu
Bengawan Solo Kamaludin (2016).
E. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh pada umumnya adalah data kualitatif,
sehingga teknik analisis data yang digunakan belum ada polanya yang
jelas. Oleh karena itu sering mengalami kesulitan dalam melakukan
analisis (Sugiyono, 20012:243).
Data dikelompokkan berdasarkan kingdom, filum, kelas, ordo,
famili, genus dan spesies, lalu difoto dan dibuat deskripsinya yang didapat
dari Kecamatan Sumberharta seperti ciri-ciri capung. Kemudian dihitung
jumlah individu dan jumlah jenis yang didapatkan. Pengelompokkan jenis-
23
jenis capung tersebut berdasarkan panduan buku dari Kamaludin (2016)
“Mengungkap Potensi Hulu Bengawan Solo”.
F. Pertanggung Jawab Peneliti
Berdasarkan validasi alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini
dalam keadaan baik dan layak digunakan sebagai alat-alat penelitian. Alat-
alat yang digunakan dalam penelitian yaitu alat tulis, kamera, jaring,
toples, kapur barus dan buku referensi capung.
24
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di enam desa di
Kecamatan Sumberharta yaitu di desa Madang (dari tanggal 01 Agustus
sampai 04 Agustus), desa Sukarami Jaya (dari tanggal 06 Agustus sampai
10 Agustus), desa Jambu Rejo (dari tanggal 11 Agustus sampai 14
Agustus) dengan tingkat pembangunan yang banyak dan di desa Suka
Mulya (dari tanggal 16 Agustus sampai 20 Agustus), desa Sumber Jaya
(dari tanggal 21 Agustus sampai 24 Agustus), desa Suka Jaya (dari tanggal
26 Agustus sampai 29 Agustus) dengan tingkat pembangunan yang
sedikit. Penelitian ini dilakukan selama empat minggu jenis-jenis capung
yang di telah berhasil di inventarisasi berjumlah 11 jenis dari 4 famili.
Jenis-jenis capung yang ditemukan di yaitu di desa Madang, desa
Sukarami Jaya, desa Jambu Rejo dengan tingkat pembangunan yang
banyak dan di desa Suka Mulya, desa Sumber Jaya, desa Suka Jaya
dengan tingkat pembangunan yang sedikit pada Kecamatan Sumberharta
sebagai berikut:
Tabel 4.1 Jenis dan Penyebaran Capung
No Desa Famili
Spesies
1. Desa
Madang
Libelluidae
-Ortherum sabina
-Brachythemis
contaminata (jantan)
-Brachythemis
contaminata (betina)
25
No Desa Famili
Spesies
2. Desa
Sukarmi
Jaya
Libelluidae Coenagrionidae
-Ortherum sabina
-Brachythemis
contaminata (jantan)
-Brachythemis
contaminata (betina)
-Pantala flavescens
- Agriocnemis
femina (muda)
3. Desa
Jambu
Rejo
Libelluidae Coenagrionidae
-Orthetrum sabina
-Cratila lineata
-Pantala flavescens
-Neurothemis fluctuans
(jantan)
-Acisoma panorpoides
- Agriocnemis
femina
(dewasa)
4. Desa
Suka
Mulya
Libelluidae Coenagrionidae
-Orthetrum sabina
-Brachythemis
contaminata
(jantan)
-Brachythemis
contaminata
(betina)
-Pantala flavescens
- Agriocnemis
femina (muda)
5. Desa
Sumber
Jaya
Libelluidae Coenagrionidae Aeshnidae Gomphidae
-Orthetrum sabina
-Brachythemis
contaminata
(jantan)
-Brachythemis
contaminata
(betina)
-Pantala flavescens
-Acisoma panorpoides
-Cratila lineata
-Neurothemis fluctuans
(jantan)
-Neurothemis fluctuans
(betina)
-Agriocnemis
femina (muda)
-Agriocnemis
femina
(dewasa)
-Prodasineura
autumnalis
-Pseudagrion
rubriceps
-Gynaccantha
Subterrupta
-Ictinogomphus
decoratus
6. Desa
Suka
Jaya
Libelluidae Coenagrionidae Aeshnidae
-Orthetrum sabina
-Brachythemis
contaminata
(jantan)
-Brachythemis
contaminata
(betina)
-Pantala flavescens
-Cratila lineata
- Agriocnemis
femina (muda)
-Prodasineura
autumnalis
-Gynaccantha
Subterrupta
26
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian tentang inventarisasi keanekaragaman
jenis-jenis capung di Kecamatan Sumberharta, capung yang ditemukan di
6 desa yaitu di desa Madang, desa Sukarami Jaya, desa Jambu Rejo
dengan tingkat pembangunan yang banyak dan di desa Suka Mulya, desa
Sumber Jaya, desa Suka Jaya dengan tingkat pembangunan yang sedikit
pada yang berada di Kecamatan Sumberharta berjumlah 11 jenis capung
dari 4 famili yaitu famili Gomphidae 1, Aeshnidae 1, Libellulidae 6 dan
Coenagrionidae 3. Capung mempunyai peranan penting pada ekosistem
persawahan. Capung dapat berfungsi sebagai serangga predator, baik
dalam bentuk nimfa maupun dewasa, dan memangsa berbagai jenis
serangga serta organisme lain termasuk serangga hama tanaman padi,
seperti: penggerek batang padi, wereng coklat, dan walang sangit. Selain
itu, capung dapat dijadikan sebagai indikator kualitas ekosistem. Hal ini
dikarenakan capung memiliki 2 habitat yaitu air dan udara (Ansori,
2008:42).
Berikut ini permasalahan yang dialami di Kecamatan Sumberharta,
dimana masyarakat tidak mengetahui berapa pentingnya capung yaitu
memiliki fungsi ekologi penting bagi kehidupan manusia, namun
sayangnya manusia tidak bijaksana dalam memperlakukan aneka ragam
satwa liar di alam, termasuk terhadap jenis-jenis capung. Misalnya,
manusia dengan berbagai tindakannya banyak mencemari perairan, antara
27
lain dengan membuang berbagai limbah dari rumah tangga, antara lain
limbah sabun, deterjen, dan karbol. Selain itu, banyak pula kegiatan-
kegiatan manusia dalam bidang pertanian, dengan membuang limbah ke
perairan, berupa sisa-sisa pupuk dan pestisida. Tidak hanya itu, banyak
pula pabrik-pabrik yang membuang limbahnya ke berbagai badan air.
Akibatnya, berbagai nimfa-nimfa capung di perairan banyak terbunuh
(Iskandar, 2015:103).
Salah satu organisme yang dijadikan sebagai bioindikator adalah
capung (Virgiawan dkk, 2015:189). Capung merupakan serangga yang
berperan penting dalam keseimbangan ekologi (Windyariani, 2017:1).
Kehadiran capung sebagai parameter indikator lingkungan terutama
perairan yang bersih telah dilaporkan dari beberapa tempat.
Pada akhirnya, berbagai tindakan manusia yang tidak bijaksana
tersebut, dapat merugikan manusia sendiri. Misalnya, akibat hilangnya
mata rantai nimfa-nimfa sebagai pemangsa jentik-jentik nyamuk,
contohnya nyamuk Aedes aegypti yang dapat menularkan penyakit demam
berdarah dangue (DBD), karena nyamuk-nyamuk penular DBD tidak
memiliki musuh di alam. Karena itu, perlunya tindakan yang bijaksan dari
kita semua terhadap lingkungan hidup. Caranya, antara lain kita jangan
mencemari lingkungan air. Maka, dengan lingkungan hidup air yang baik
(Iskandar, 2015:103).
28
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap inventarisasi
keanekaragaman jenis-jenis capung di Kecamatan Sumberharta, berikut ini
jenis-jenis capung yang ditemukan di 6 desa yaitu di desa Madang, desa
Sukarami Jaya, desa Jambu Rejo dengan tingkat pembangunan yang
banyak dan di desa Suka Mulya, desa Sumber Jaya, desa Suka Jaya
dengan tingkat pembangunan yang sedikit yaitu 11 jenis capung dari 4
famili, di antaranya adalah capung tombak loreng (Ictinogomphus
decoratus), capung besar (Gynaccantha subterrupta), capung tentara
(Orthetrum sabina), capung orange (Brachythemis contaminata, jantan),
capung kuning (Brachythemis contaminata, betina), capung ciwet
(Pantala flavescens), capung tokiyik (Acisoma panorpoides), capung
tokerok (Cratila lineata), capung sayap merah (Neurothemis fluctuans,
jantan), capung sayap coklat (Neurothemis fluctuans, betina), capung
centil muda dan dewasa (Agriocnemis femina), capung jarum
(Prodasineura autumnalis), dan capung jarum biru (Pseudagrion
rubriceps).
1. Capung tombak loreng (Ictinogomphus decoratus)
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Odonata
Famili : Gomphidae
Genus : Ictinogomphus
Spesies : Ictinogomphus decoratus
Gambar 4.1 Capung tombak loreng
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2017)
29
Berdasarkan penelitian di Kecamatan Sumberharta di dapat spesies
capung Ictinogomphus decoratus, capung ini yang paling
membedakan dengan capung lainnya adalah memiliki ciri-ciri
benjolan bengkak di perutnya. Menurut Kamaludin dkk, (2016:44)
capung ini dikenal juga sebagai capung tombak loreng karena ujung
abdomen menyerupai tombak runcing. Warna tubuh dominan hitam
dengan loreng kuning, mata majemuk berwarna hijau.
2. Capung besar (Gynaccantha subterrupta)
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Odonata
Famili : Aeshnidae
Genus : Gynaccantha
Spesies : Gynaccantha subterrupta
Gambar 4.2 Capung besar
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2017)
Berdasarkan penelitian di Kecamatan Sumberharta di dapat spesies
capung Gynaccantha subterrupta, ciri-cirinya badan lebih besar
dibandingkan capung-capung yang lainnya, kepala, dan perut
berwarna biru, sering di temukan di persawahan. Menurut Kamaludin
dkk, (2016:42) capung ini berukuran besar berwarna dominan hijau
dan coklat dengan bercak biru pada abdomen. Capung ini sering
bertengkar di bawah pohon dan bambu. Capung ini merupakan
penerbang yang cepat, aktif di pagi dan sore hari.
30
3. Capung tentara (Orthetrum sabina)
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Odonata
Famili : Libellulidae
Genus : Orthetrum
Spesies : Orthetrum sabina
Gambar 4.3 Capung tentara
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2017)
Capung ini berwarna loreng seperti tentara berwarna hijau sampai
hijau kekuningan dengan loreng hitam di bagian dada dan perut.
Terkenal sebagai predator ganas karena memakan capung lain bahkan
yang berukuran lebih besar sekalipun, capung ini banyak ditemukan di
sawah, danau, kolam, dan rawa. Sedangkan menurut Kamaludin dkk,
(2016:58) capung ini dikenal sebagai capung sambar hijau, tergolong
dalam spesies kosmopolitan karena terdistribusi ke berbagai area,
bersifat toleran terhadap pencemaran dan gangguan lingkungan.
4. Capung orange (Brachythemis contaminata, jantan)
Kingdom : Animal
Filum : Arthoproda
Kelas : Insecta
Ordo : Odonata
Famili : Libelluidae
Genus : Brachythemis
Spesies : Brachythemis contaminata
Gambar 4.4 Capung orange
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2017)
Capung ini sering di temukan di sore hari sekitar pukul 16.00-
18.00, terbang dalam jumlah yang banyak. Habitat capung ini di
31
persawahan. Menurut Kamaludin dkk, (2016:48) Capung ini tergolong
capung yang sangat toleran terhadap pencemaran atau lingkungan
yang terganggu. Secara keseluruhan jantan berwarna orange
sedangkan betina berwarna kuning.
5. Capung kuning (Brachythemis contaminata, betina)
Kingdom : Animal
Filum : Arthoproda
Kelas : Insecta
Ordo : Odonata
Famili : Libelluidae
Genus : Brachythemis
Spesies : Brachythemis contaminata
Gambar 4.5 Capung kuning
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2017)
Capung ini sering di temukan di sore hari sekitar pukul 16.00-
18.00, terbang dalam jumlah yang banyak. Habitat capung ini di
persawahan. Menurut Kamaludin dkk, (2016:48) capung ini tergolong
capung yang sangat toleran terhadap pencemaran atau lingkungan yang
terganggu. Secara keseluruhan jantan berwarna orange sedangkan
betina berwarna kuning.
6. Capung ciwet (Pantala flavescens)
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Odonata
Famili : Libellulidae
Genus : Pantala
Spesies : Pantala flavescens
Gambar 4.6 Capung ciwet
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2017)
32
Capung ini banyak ditemukan di persawahan, biasanya sering
terbang bersamaan dengan capung sayap merah. Memiliki warna perut
yang sama seperti dada. Sedangkan menurut Kamaludin dkk,
(2016:60) capung ini berukuran sedang, capung ini sering dijumpai
terbang berkoloni dalam jumlah yang banyak. Sering dijumpai pada
awal musim hujan di atas sawah sehingga dapat dijadikan penanda
awal waktu bercocok tanam.
7. Capung tokiyik (Acisoma panorpoides)
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Odonata
Famili : Libellulidae
Genus : Acisoma
Spesies : Acisoma panorpoides
Gambar 4.7 Capung tokiyik
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2017)
Capung ini sering hinggap di tanah, di rerumputan, dan semak yang
tidak tinggi. Capung tokiyik memang suka di daerah rendah, banyak
dijumpai di lapangan. Sedangkan menurut Kamaludin dkk, (2016:46)
capung ini berukuran kecil menggelembung di abdomen bagian depan
dan meruncing di ujunng belakang sehingga membentuk seperti
terompet. Capung ini memiliki kebiasaan untuk bertengger di vegetasi
lantai kolam atau sungai.
33
8. Capung tokerok (Cratila lineata)
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Odonata
Famili : Libellulidae
Genus : Cratila
Spesies : Cratila lineata
Gambar 4.8 Capung tokerok
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2017)
Warna capung ini mirip dengan capung tentara, perbedaannya
memiliki tubuh lebih kecil. Menurut Kamaludin dkk, (2016:49) habitat
capung ini di perairan tenang dengan internsitas cahaya rendah. Dada
dan perut berwarna hitam dengan garis kuning. Mata majemuk bagian
atas berwarna merah berkecoklatan dan hijau pada bagian bawah.
9. Capung sayap merah (Neurothemis fluctuans, jantan)
Kingdom : Animal
Filum : Arthoproda
Kelas : Insecta
Ordo : Odonata
Famili : Libelluidae
Genus : Neurothemis
Spesies : Neurothemis fluactuans
Gambar 4.9 Capung sayap merah
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2017)
Capung ini memiliki ciri warna merah gelap pada seluruh
tubuhnya, mulai dari kepala, badan, sayap sampai ekor. Menurut
Kamaludin dkk, (2016:54) capung ini berukuran sedang, morfologi
tubuh mirip dengan spesies Neurothemis lainnya, perbedaanya adalah
sayap belakang tidak melengkung. Capung sayap merah merupakan
34
capung Neurothemis fluctuans jantan. Habitatnya hidup di daerah
sekitar perairan, seperti danau, area persawahan dan rawa-rawa.
10. Capung sayap coklat (Neurothemis fluctuans, betina)
Kingdom : Animal
Filum : Arthoproda
Kelas : Insecta
Ordo : Odonata
Famili : Libelluidae
Genus : Neurothemis
Spesies : Neurothemis fluactuans
Gambar 4.10 Capung sayap coklat
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2017)
Capung ini memiliki ciri warna coklat, sayap seluruhnya transparan
atau semburat coklat pucat. Menurut Kamaludin dkk, (2016:54)
capung ini berukuran sedang, morfologi tubuh mirip dengan spesies
Neurothemis lainnya, perbedaanya adalah sayap belakang tidak
melengkung. Capung ini merupakan capung Neurothemis fluctuans
betina. Habitatnya hidup di daerah sekitar perairan, seperti danau, area
persawahan, dan rawa-rawa.
11. Capung jarum centil muda (Agriocnemis femina)
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Odonata
Famili : Coenagrionidae
Genus : Agriocnemis
Spesies : Agriocnemis femina
Gambar 4.11 Capung jarum centil
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2017)
35
Bentuk tubuh ramping seperti jarum dan posisi sayap tegak
keatas saat istirahat atau hinggap pada ranting tanaman. Habitat
capung ini di sekitar kolam, rawa, dan sawah. Menurut Kamaludin
dkk, (2016:31) capung ini berukuran lebih kecil dibandingan
capung jarum lainnya. Biasanya disebut jarum centil, umum di
jumpai di area persawahan dan rerumputan dekat dengan perairan.
Warna tubuh capung ini bervariasi, betina muda berwarna merah
dan ketika dewasa berwarna hijau dengan pola hitam di thorak dan
abdomen, ujung abdomennya merah.
12. Capung jarum centil dewasa (Agriocnemis femina)
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Odonata
Famili : Coenagrionidae
Genus : Agriocnemis
Spesies : Agriocnemis femina
Gambar 4.12 Capung jarum centil
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2017)
Bentuk tubuh ramping seperti jarum dan posisi sayap tegak keatas
saat istirahat atau hinggap pada ranting tanaman. Habitat capung ini di
sekitar kolam, rawa, dan sawah. Menurut Kamaludin dkk, (2016:31)
capung ini berukuran lebih kecil dibandingan capung jarum lainnya.
Biasanya disebut jarum centil, umum di jumpai di area persawahan dan
rerumputan dekat dengan perairan. Warna tubuh capung ini bervariasi,
36
betina muda berwarna merah dan ketika dewasa berwarna hijau dengan
pola hitam di thorak dan abdomen, ujung abdomennya merah.
13. Capung jarum hitam (Prodasineura autumnalis)
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Odonata
Famili : Coenagrionidae
Genus : Prodasineura
Spesies : Prodasineura autumnalis
Gambar 4.13 Capung jarum hitam
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2017)
Bentuk tubuh ramping seperti jarum dan posisi sayap tegak keatas
saat istirahat atau hinggap pada ranting tanaman. Habitat capung ini di
sekitar kolam, rawa, dan sawah. Menurut Kamaludin dkk, (2016:39)
capung ini senang dengan kawasan perairan tenang dengan intensitas
cahaya rendah. Ukuran tubuh sedang, thorak dan abdomen berwarna
hitam gelap, mata berwarna merah kehitaman.
14. Capung jarum biru (Pseudagrion rubriceps)
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Odonata
Famili : Coenagrionidae
Genus : Pseudagrion
Spesies : Pseudagrion rubriceps
Gambar 4.13 Capung jarum biru
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2017)
37
Bentuk tubuh ramping seperti jarum dan posisi sayap tegak keatas
saat istirahat atau hinggap pada ranting tanaman. Habitat capung ini di
sekitar kolam, rawa, dan sawah. Menurut Kamaludin dkk, (2016:36)
capung kebiasaan capung ini terbang di antara rerumputan dekat
perairan. Ukuran tubuh sedang, mata berwarna jingga, bagian atas
thorak hijau sedangkan bagian bawah biru. Abdomen berwarna biru
dengan pola hitam yang panjang.
C. Keterbatasan Penelitian
Adapun kendala-kendala yang dihadapi peneliti selama
melaksanakan kegiatan penelitian maupun penyusunan skripsi adalah
sebagai berikut:
1. Proses dokumentasi sulit dilakukan karena capung sangat aktif.
2. Tubuh yang mudah rusak saat penangkapan menyulitkan dokumentasi.
38
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap inventarisasi
keanekaragaman jenis-jenis capung di Kecamatan Sumberharta, maka
dapat diambil kesimpulan yaitu jenis-jenis capung yang ditemukan di
Kecamatan Sumberharta berjumlah 11 spesies dari empat famili yaitu
Gomphidae, Aeshnidae, Libelluidae, dan Coenagrionidae. Capung yang
ditemukan di Kecamatan Sumberharta di antaranya adalah capung tombak
loreng (Ictinogomphus decoratus), capung besar (Gynaccantha
subterrupta), capung tentara (Orthetrum sabina), capung orange
(Brachythemis contaminata, jantan), capung kuning (Brachythemis
contaminata, betina), capung ciwet (Pantala flavescens), capung tokiyik
(Acisoma panorpoides), capung tokerok (Cratila lineata), capung sayap
merah (Neurothemis fluctuans, jantan), capung sayap coklat (Neurothemis
fluctuans, betina), capung centil muda dan dewasa (Agriocnemis femina),
capung jarum (Prodasineura autumnalis), dan capung jarum biru
(Pseudagrion rubriceps).
39
B. Saran
Adapun saran-saran yang dapat diberikan melalui penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Perlunya dilakukan penelitian lanjut mengenai populasi capung di
Kecamatan Sumberharta, sehingga kepadatan populasi capung dapat di
ketahui.
2. Perlunya menjaga kelestarian lingkungan habitat capung sehingga
ekosistem capung tidak terganggu.
40
DAFTAR PUSTAKA
Ansori, I. 2008. Keanekaragaman Nimfa Odonata (Dragonglies) di Beberapa
Persawahan Sekitar Bandung Jawa Barat. Jurnal Exacta 6(2): 42-52.
Anwar. 2003.Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Amelia.
Bps. 2016. Badan Pusat Statistik. Musi Rawas: Alief Media Grafika.
Hanum, S.O. 2013. Jenis-jenis Capung (Odonata) di Kawasan Taman Satwa Kandi Kota
Sawahlunto, Sumatera Barat. Jurnal Biologi Universitas Andalas 2(1): 71-
76.
Herpina, R. dkk. 2014. Jenis-jenis Capung (Odonata:Anisoptera) Di Komplek
Perkantoran Pemerintahan Daerah (PEMDA) Kabupaten Rokan Hulu.
Universitas Pasir Pengaraian (Skripsi) 1-4.
Iskandar, J. 2015. Keanekargaman Hayati Jenis Binatang. Yogyakarta: Graha
ilmu.
Kamaludin, N. dkk. 2016. Mengungkap Potensi Hulu Bengawan Solo.
Yogyakarta: Indonesia Dragonfly Society.
Pamungkas, D.W. dkk. 2016. Naga Terbang Wendit, Keanekaragaman Capung
Perairan Wendit, Malang, Jawa Timur. Indonesia Dragonfly Society,
Malang 1(6):1295-1301.
Siregar, A. Z. 2016. Keanekaragaman Dan Konservasi Status Capung Di Kampus
Hijau Universitas Sumatera Utara, Medan-Indonesia. Jurnal Pertanian
Tropik 3(1) :25-30).
Siregar, D.D. 2004. Manajemen Aset. Jakarta: Gramedia.
Siwi, S. S. 1991. Kunci Determinasi Serangga. Yogyakarta: Kanisius.
Suaskara, I.B.M. 2015. Keanekaragaman Jenis Capung Di Area Persawahan
Subak Latu Abiansemal, Badung. Universitas Udayana (Skripsi) 1-11.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&d. Bandung:
Alfabeta.
Surayin. 2001. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Yrama Widya. Bandung.
Suriana, dkk. 2014. Inventarisasi capung (Odonata) di sekitar sungai dan Rawa
Moramo, Desa Sumber Sari Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe
Selatan Sulawesi Tenggara. Biowallacea. 1 (1) : 49-62.
41
Virgiawan, C. Dkk. 2015. Studi Keanekaragaman Capung (Odonata) sebagai
Bioindikator Kualitas Air Sungai Brantas Batu-Malang dan Sumber
Belajar Biologi. Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia 1 (2):188-196.
Wijayanto, A.G. dkk. 2016. Inventarisasi Capung (Insecta: Odonata) dan Variasi
Habitatnya di Resort Tegal Bunder dan Teluk Terima Taman Nasional
Bali Barat (TNBB). UIN Sunan Kalijaga (BIOLASKA) Yogyakarta 427-
433.
Windyariani, S. 2017. Kemampuan Literasi Sains Siswa SD Pada Konteks
Melestarikan Capung. Jurnal Pendidikan Biologi 10(1):1.
Lampiran 4. Foto-Foto Capung
Orthetrum sabina Brachythemis contaminata Jantan Orange
Brachythemis contaminata
Betina Kuning
Neurothemis fluctuans
Jantan
Neurothemis fluctuans
Betina
Agriocnemis femina
Betina muda
Pseudagrion rubriceps Prodasineura
autumnalis Agriocnemis femina
Betina dewasa
Gynacacantha
subinterrupta
Pantala flavescens Ictinogomphus
decoratus
Cratila lineata
Acisoma panorpoides
Lampran 5. Foto-Foto Lokasi Penelitian dan Pengambilan Capung
Pengambilan Capung di Desa Madang
Pengambilan Capung di Desa Sukarami Jaya
Pengambilan Capung di Desa Jambu Rejo
Pengambilan Capung di Desa Suka Mulya
Pengambilan Capung di Desa Sumber Jaya
Pengambilan Capung di Desa Suka Jaya