Download - Jambu Mete

Transcript

Jambu Mete, Budidaya dan Perbanyakan     

 

10 Votes

Perbanyakan

Perbanyakan Jambu mete dapat dilakukan secara vegetatif (tanpa dengan biji) dan dapat pula dilakukan

secara generatif (dengan biji) ;

1. Perbanyakan Generatif

Dalam hal perbanyakan secara generatif,perlu diperhatikan adalah berat biji calon bibit daripada ukuran

besarnya biji.Hal ini dikarenakan sifat berat biji akan lebih baik dalam hal daya kecambah dan pertumbuhan

selanjutnya.

Berat benih dapat ditentukan dengan cara merendam biji ke dalam larutan gula (-+ 20%), biji yang

tenggelam dapat digunakan untuk bibit.

2. Perbanyakan Vegetatif

Perbanyakan jambu mete dapat juga dilakukan secara vegetatif, walaupun relatif lebih sulit. Perbanyakan

secara vegetif dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain :

- mencangkok (air layering)

- merunduk (layering)

- menyambung (grafting)

- menempel (budding)

- stek (cutting)

Perbanyakan Secara Generatif

Persiapan

Benih atau biji yang akan disemaikan setidaknya telah mengalami penyimpanan paling sedikit 2-3 bulan dan

paling lama 7-12 bulan, tergantung pada tempat penyimpanannya. Biji yang disimpan dalam karung daya

kecambahnya masih cukup baik walaupun telah disimpan selama 6 bulan. Biji bakal benih hendaknya

mempunyai berat jenis lebih besar dari 1, cara mengetahui adalah dengan merendam biji-biji tersebut dalam

larutan gula 20%.Biji yang tenggelam adalah calon bakal benih yang baik.

Penyemaian

- isi polybag dengan media tanam berupa tanah yang cukup gembur. Masukan biji mete lalu siram

secukupnya dengan air. Untuk mengindari serangan hama (terutama rayap), di lubang tanam ditaburi

pestisida (ex.Furadan).

- Polybag persemaian diusahakan disimpan ditempat teduh dan dekat dengan sumber air

Penanaman bibit

- Saat penanaman bibit/benih yang ideal adalah pada saat awal musim hujan. Di Kabupaten Situbondo

sekitar bulan Desember.

- bibit yang akan dipindahtanamkan dari persemaian berumur sekita 5-6 bulan dari saat biji ditabur. Pada

waktu pindah tanam tersebut,diusakan perakarannya tidak mengalami kerusakan. Jarak tanam bisa 8 X 8m,

9 X 9 m, 10 X 10m atau 5 X 5m (bila tidak ada rencana penanaman dengan tanaman sela)

- Setelah dilakukan penanaman, tanah disekitar bibit dipadatkan dan tidak boleh kering, karenanya perlu

ditutup dengan serasah daun atau mulsa organik dan kalau memungkinkan disiram setiap pagi dan sore

hari. Untuk mengurangi penguapan sebaiknya jumlah daun pada bibit tersebut dikurangi.

Penanaman Langsung

Biji tanaman mete dapat langsung ditanam di areal kebun, dengan cara sebagai berikut;

- dibuat lubang tanam dengan ukuran 50 X 50 X 50cm, kemudian masukkan tanah yang sudah tercampur

dengan pupuk kandang yang sudah matang. Lalu masukkan biji mete sebanyak 2-3 biji / lubang tanam

dengan jarak sekitar 10cm.Sebelumnya lubang tanam tersebut bisa ditaburi Furadan untuk mencegah

serangan hama dan penyakit.

- Jarak tanam antara lubang tanam bisa 8 X 8m, 9 X 9 m, 10 X 10m atau 5 X 5m (bila tidak ada rencana

penanaman dengan tanaman sela)

- Setelah dilakukan penanaman, tanah disekitar bibit dipadatkan dan tidak boleh kering, karenanya perlu

ditutup dengan serasah daun atau mulsa organik dan kalau memungkinkan disiram setiap pagi dan sore

hari.

PEMELIHARAAN

Pemeliharaan merupakan suatu tindakan budidaya yang sangat penting.Pemeliharaan ini bukan saja

ditujukan pada tanaman tetapi juga pada tanahnya. Menjaga kesuburan tanah dengan pemupukan,

penyiangan, penyulaman, pengairan, pemangkasan serta pengendalian hama-penyakit juga merupakan

aspek budidaya yang perlu diperhatikan.

Penyiangan

Pemeliharaan yang intensif dilakukan terutama pada tanamab berumur 2-3 tahun. Pada masa ini merupakan

masa kritis pada tanaman, pertumbuhan yang baik pada fase ini setidaknya lebih menjamin pertumbuhan

selanjutnya.

Penyiangan tanaman dapat dilakukan secara mekanis dengan membersihkan semua tumbuhan-tumbuhan

pengganggu disertai atau bersamaan pengolahan tanaman secara ringan. Pengalaman kami dalam

pengelolaan kebun mente di BPT Situbondo, penyiangan gulma di sekitar pohon mete dapat merangsang

dan memperbanyak jumlah bunga dan buah.

Penyulaman

Penyulaman dilakukan apabila suatu (bibit) tanaman memang seharusnya diganti dengan (bibit) tanaman

yang lebih sehat, sehingga populasinya per Ha tidak berkurang. Penyulaman masih bisa dilakukan pada

tanaman berumur 2 – 3 tahun, pada tanaman yang lebih dari 3 tahun akan mengalami kemunduran pada

pertumbuhannya

Pemupukan

Meskibupun jambu mete dapat tumbuh dan produktif pada tanah miskin dan tandus (marginal), namun lama

kelamaan tanah tersebut akan mengalami kekurangan unsur hama. Apalagi jika pertanaman jambu mete ini

dilakukan dalam pola kebun. Oleh karena itu pemupukan perlu dilakukan agar tanaman dapat memberikan

hasil yang optimum.

Berdasarkan anjuran CPCAI (Central Plantation Crops Research Institute) di India, pemupukan per pohon per

tahun adalah 250 g N (500 g urea), 125 g P2O5 (275 g TSP) dan 125 g K2O (250 g KCl) untuk tanaman yang

sudah berproduksi. Untuk dosisnya adalah 60 kg urea,115 kg TSP dan 60 kg KCl dengan asumsi populasi

tanaman mete sekitar 150 – 200 pohon per hektarnya.

Pengairan

Pengairan perlu dilakukan terutama pada tanaman yang masih muda di kebun maupun di persemaian.

Pengairan dalam bentuk penyiraman dilakukan pada tanaman muda atau pada bibit yang baru

dipindahtanamkan. Tanaman ini juga tidak tahan terhadap genangan air, oleh karena itu saluran drainase

sebaiknya sudah ada.Terutama pada lahan yang sudah mendapatkan pengairan.

Pemangkasan

Supaya menghasilkan percabangan yang baik dan tajuk yang luas, pemangkasan sangat perlu dilakukan.

Proses pemangkasan harus sudah dilaksanakan sejak tanaman masih berupa bibit, yaitu dengan

menghilangkan/memangkas tunas-tunas samping. Pemangkasan tunas samping ini terus dilakukan sampai

tanaman mencapai tinggi kira-kira 1,5 – 2 meter dari permukaan tanah. Setelah mencapai tinggi 1,5-2 m

atau dirasakan telah mempunyai batang utama yang kuat, kemudian bisa dipilih 2-3 cabang samping yang

sehat dan mempunyai kedudukan yang baik terhadap batang utama.Nantinya diharapkan akan

menghasilkan tajuk yang bagus dengan intensitas cahaya dan sirkulasi udara yang baik.

Pemangkasan bentuk dilakukan sebelum tanaman tanaman memasuki fase bunga, atau masih dalam tahap

pertumbuhan vegetatif. Pemangkasan selanjutnya dilakukan setelah tanaman selesai berbuah,

pemangkasan ini bersifat pemeliharaan. Yaitu pemangkasan ringan dengan menghilangkan cabang/ranting

yang pertumbuhannya kurang baik,tidak sehat atau kering.

Perbanyakan Secara Vegeratif

Cara pembiakkan/perbanyakan secara vegetatif yang mudah dan murah dan biasa dilakukan adalah dengan

mencangkok. Cara pembiakkan/perbanyakan dengan mencangkok dilakukan pada awal musim penghujan,

agar cangkokan tetap lembab dan perakarannya cepat tumbuh. Bahan tanaman yang akan dicangkok,

pilihlah tanaman yang pertumbuhannya baik, sehat, berumur kurang lebih 10 tahun,subur dan produktif,

mempunyai sistem percabangan yang rimbun dan bentuk percabangan yang baik. Pencangkokan dilakukan

pada saat tanaman belum berbunga. Pilihlah cabang yang tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda. Bila

terlalu muda pertumbuhannya akan lemah dan bila terlalu tua akan sulit berakar.

Cara Mencangkok

1. Cabang yang telah dipilih untuk dicangkok, kulitnya disayat/ dikupas melingkar mengelilingi cabang,

dengan lebar secukupnya. Lakukan dengan hati-hati jangan sampai melebihi bagian kayu (kambium)

2. Kulit sayatan dibuang dan pada bagian kayu lendirnya dibuang, biarkan selama 2-3 hari.  Setelah

lendirnya agak kering lalu ditutup dengan tanah (yang telah bercampur pupuk 1:1) atau media tanam lain.

Kemudian bungkus dengan plastik atau sabut kelapa.

3. Setelah 40-50 hari, cangkokan akan menghasilkan akar. Setelah kurang lebih 60 hari kemudian

cangkokan dapat dipotong. Simpan bibit hasil cangkokan tersebut di tempat teduh, lembab dan terlindungi

panasnya sinar matahari. Bibit asal cangkokan dapat dipindahtanamkan ke lapangan, paling cepat sekitar 2-

3 hari kemudian.

4. Waktu pindah tanam sebaiknya pada saat masih ada hujan, lakukan pada sore hari/menjelang malam,

media tanam sudah tercampur pupuk kandang. Berikan ajir sebagai penahan bibit cangkokan supaya tidak

mudah tergeser atau bergerak karena angin.

Perawatan harus intensif, karena bibit jambu mente hasil cangkokan peka akan stressing atau cekaman

karena panas ekstrim atau angin kencang yang menyebabkan pergeseran akar. Penyiraman dilakukan 2 kali

sehari, pagi dan sore hari.

Setelah pindah tanam bibit hasil cangkok biasanya daunnya akan rontok. Kemudian akan tumbuh tunas baru

PEMANENAN DAN PENGOLAHAN HASIL

Pemanenan

Pemanenan dilakukan apabila buah semu mente sudah masak di pohon, yang ditandai dengan warnanya

yang cerah/mengkilat. Merah, kuning atau jingga tergantung varietasnya. Tanaman yang baik sejak umur 2

tahunan sudah mulai berbunga dan berbuah. Pembuahan pada umur tersebut biasanya tidak memuaskan,

buahnya akan banyak yang rontok. Setelah mencapai umur 3-4 tahun, produksinya sudah bisa dirapkan

lebih baik atau meningkat bersamaan dengan bertambahnya umur tanaman.

Cara pemetikan jambu mete yang umum dilakukan ada dua cara, yaitu ;

1. Cara kekesan, yaitu memungut buah yang telah jatuh ke tanah karena kelewat masak (atau karena

gangguan fisik). Jika buah semu itu akan diolah lagi menjadi sari buah atau wine, cara panen ini kurang baik

karena buah semu tersebut telah mengami perubahan fisik dan kimiawi.

2. Cara Selektif, yaitu pemetikan buah yang telah benar-benar masak di pohon. Sehingga terhindar dari

kerusakan fisik karena terjatuh atau kerusakan kimia karena terlalu masak.

Pemanenan dilakukan 2-5 hari sekali selama 2-3 bulan tergantung banyaknya buah dan kemampuan tenaga

kerja.

Pengolahan Hasil

Pengolahan Biji Mete

Masalah utama dalam pengolahan adalah bagaimana cara mengupas sehingga diperoleh biji mete yang

utuh. Pada prinsipnya cara pengolahan yang biasa dilakukan petani meliputi pengeringan mete gelondong,

pengupasan kulit mete gelondong, pengeringan biji mete, pengupasan kulit ari, sortasi biji mete,

pengepakan dan penyimpanan, serta pemasaran.

1. Pengeringan

Setelah pemanenan buah mete, dan pemisahan dengan buah semunya. Selanjutnya dikeringkan dengan

cara dijemur sampai diperoleh kadar air kurang lebih 5%. Mete gelondongan yang kurang kering apabila

disimpan menyebabkan cairan CNSL akan berdifusi ke dalam biji mete sehingga kualitasnya menjadi sangat

rendah. Selain itu akan mudah terserang hama pengganggu yang menyerang selama penyimpanan.

2. Pengupasan Mete Gelondongan

Pengupasan dilakukan dengan cara membelah buah mete gelondongan dengan suatu alat sederhana yang

disebut ‘Kacip’.

3. Pengeringan Biji Mete

Setelah pengupasan mete gelondong dengan kacip sehingga diperoleh biji mete, selanjutnya dilakukan

pengeringan. Pengeringan ini bertujuan untuk mempermudah pengupasan kurit ari. pengeringan ini

biasanya dengan cara penjemuran.

4. Pengupasan kurit ari

Setelah pengeringan, biji mete akan mengkerut dan kulit ari akan lebih mudah untuk dikelupas. Pengupasan

kulit ari ini umumnya dengan cara manual (menggunakan tangan atau pisau kecil). Setelah kulit ari dikupas,

kemudian biji mete dijemur kembali sekaligus untuk membersihkan dari sisa-sisa bekas kulit ari biji mete.

5. Sortasi dan Grading

Kualitas biji mete sangat menentukan harga jualnya. Tentunya biji mete dengan kualitas terbaik seperti biji

utuh, bebas dari kerusakan mekanis,bersih,bebas dari bercak-bercak berwarna akan memiliki nilai jual yang

paling tinggi. Pengertian biji utuh adalah jaminanan adanya paling sedikit 90% biji utuh/unit packing, kadar

air 5-10%, bebas dari ketidakmurnian dan bau yang asing. Sortasi yang dilakukan petani kebanyakan

biasanya secara manual, yaitu menggunakan tangan

6. Pengepakan dan Penyimpanan Biji Mete

Biji mete sebagian besar terdiri dari lemak, protein dan karbohidrat, fisik biji juga lunak dan agak rapuh.

Cepat menyerap uap air dan bau. Oleh karena itu, biji mete setelah diproses segera harus disimpan. Ruang

atau tempat penyimpanan biji mete harus dijaga dalam keadaan kering, tidak lembab dan selalu bersih dari

kotoran atau benda/zat yang berbabau menyengat.

HAMA DAN PENYAKIT

Menurut beberapa panduan dan literatur, hama-hama dan penyakit penting yang sering menyerang

tanaman jambu mente antara lain ;

1. Trylooptila panrosema

Hama ini menyerang buah mentor jambu mete, yaitu dengan menggerek masuk ke dalam buah atau

mentor. Mengakibatkan mutu mentor menjadi rendah, serangan berat mengakibatkan buah gugur sebelum

waktunya. Warna ulat gelap kemerah-merahan.

2. Hephotettyx spp

Hama ini juga merupakan hama penggerek buah dan dapat mengeluarkan sisa-sisa kotoran dari dalam

buah. Kerugian yang ditimbulkan antara 20 – 60 %. Hama ini menyerang mentor pada semua tingkatan

umur, sehingga menyebabkan buah gugur sebelum waktunya.

3. Paradasynus rostratus

Hama ini mengisap cairan biji mente yang masih muda/lunak dan dapat menyebabkan biji mengkerut

sampai akhirnya mengering. Serangan berat dapat menyebabkan mutu biji mete menjadi sangat rendah.

Hama ini meletakkan telurnya di sekitar permukaan bagian bawah daun.

4. Helopelthis antonii

Hama ini bentuknya hampir menyerupai nyamuk biasa, tetapi ukurannya lebih besar dan gemuk. Imago

berwarna hitam dengan garis-garis putih di bagian perut. Hama ini menyebabkan kerugian ekonomi paling

tinggi dibandingkan hama-hama lain. Menyerang tunas muda, daun, cabang-cabang, mentor dan buah yang

sedang berkembang dengan cara menghisap cairan dari dalamnya.Hama ini juga mengeluarkan sekresi

berupa gums atau lendir yang dapat menjadi media tumbuh cendawan, sehingga daun atau mentor bekas

serangan menjadi kotor. Rata-rata kerugian yang ditimbulkan bisa mencapai 25%, terutama bila sampai

menyerang tunas muda.

5. Hypatina halygramma

berwarna coklat kehijauan dan ada yang berwarna coklat kekuningan. Menyerang ujung tunas muda dengan

cara menggerek masuk sampai kira-kira 20-25 mm. Menyebabkan tunas menjadi kerdil sampai akhirnya

mati. Kerugian yang ditimbulkan bisa mencapai 25%

PENYAKIT JAMBU METE

1. Gloesporium spp

Bagian tanaman yang diserang adalah akar, cabang dan daun. Dapat menyebabkan mati pucuk (die back).

Penyebaran melalui bekas luka pada tanaman, kurang pemeliharaan/perawatan dan kelembaban yang

tinggi.

2. Botrydiplodia spp

Gejala serangan terjadi pada akar dan batang. Serangan sering terjadi di daerah panas dan kering. Pada

jaringan tanaman yang diserang dapat timbul semacam bunga karang (spongy rot) kemudian ditumbuhi

mycelia.

3. Phytophtora palmivora

Penyakit ini dapat menyerang tanaman pada pembibitan, termasuk tanaman yang paling berbahaya karena

dapat menyerang akar, pangkal akar dan daun sehingga menyebabkan kematian tanaman. Cara

penularannya melalui tanah.

HAMA DAN PENYAKIT DI KEBUN METE BPT SITUBONDO

Selama ini hama penyakit yang sering ditemui di kebun mete BPT Situbondo atau di pembibitannya adalah

sebagai berikut ;

1. Kupu – kupu putih.

Merupakan hama dominan di kebun mete BPT Situbondo. Menyerang bagian daun, tunas daun, bunga dan

buah. Mengakibatkan gagalnya penyerbukan bunga.

2. Kumbang Penggerek pucuk buah

3. Kepik penghisap mentor.

Mengakibatkan biji mete menjadi mengerut dengan tanda hitam akibat bekas tusukan styletnya.

4. Lalat dan thrips

Menyerang tanaman pada saat pembibitan. Menyebabkan daun seperti keriting

5, Rayap

Menyerang pada saat pembibitan. Menyebabkan biji tidak bertunas atau tumbuh

6. Gloesporium spp

Menyerang pada saat pembibitan dan setelah pindah tanam di

kebun. Serangan terjadi pada saat curah hujan tinggi. Perawatan dan pemupukan yang baik bisa

mempercepat tumbuhnya tunas baru.

Intensitas serangan Hama dan Penyakit diatas terhitung rendah, kurang dari 10%. Selain karena letak kebun

yang terisolasi, tajuk tanaman juga dijaga supaya kelembaban dan intensitas cahaya cukup dan tidak

menyebabkan eksplosif hama/penyakit. Selain itu diantara tanaman mete juga ditanami kacang binong

sebagai tanaman sela dan tambahan unsur nitrogen untuk pertanaman. Tidak ada perlakuan pestisida di

kebun mete ini.

Selain hama/penyakit tersebut, faktor yang menyebabkan gangguan pada produktivitas kebun mete di BPT

Situbondo adalah burung, kelelawar, curah hujan yang tidak teratur dan kecepatan angin. Pada saat pasca

panen juga ditemui kumbang bubuk (Tribolium spp) dan semut. Di tempat kami, kumbang bubuk tidak

sampai menyerang ke dalam biji mete tetapi hanya memakan sisa-sisa buah semu yang menempel pada

kulit biji mete. Sedangkan semut terkadang ditemui sudah menggerek biji mete dalam gelondongan, cara

masuknya dengan cara melalui kulit biji yang terbuka kerena kerusakan fisik. Intensitas serangan kedua OPT

pasca panen tersebut sangat rendah, dibawah 5%.

Demikian semoga menjadi bahan informasi

Kebun Mente (Cashew Nut Plantation, II-finish)     

 

2 Votes

Kendala dan Permasalahan

Kendala Fisik

Kendala Fisik yang dimaksud adalah kondisi iklim dan cuaca yang tidak menentu dan sulit untuk diprediksi.  Jambu mente

(Anacardium accidentale) sebenarnya dapat tumbuh baik di daerah kering dan tandus, namun supaya hasilnya dapat

menguntungkan secara ekonomis diperlukan cara Budidaya tanaman yang baik. Kebun mente yang berada di Arjasa

tersebut sebenarnya berbunga banyak dan cukup baik, tetapi jika curah hujan yang tinggi pada akhirnya banyak

bunga/bakal bunga yang berguguran atau terjadi kegagalan penyerbukan. Grafik Curah hujan sejak tahun 2001 – 2005

menunjukkan keadaan curah hujan yang sering berubah tiap tahunnya. Waktu panen mente yang sering berubah atau tidak

menentu pada akhirnya mempengaruhi harga jual biji mente. Karena pada saat – saat tertentu (seperti Lebaran, Natal,

Imlek atau saat pergantian tahun) biji mente mempunyai harga jual cukup tinggi karena permintaan pasar yang besar.

Kendala Biologis

Kendala – kendala biologis yang termasuk disini adalah faktor tanaman dan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)

termasuk gulma. Kurangnya pemeliharaan dan perawatan mengakibatkan pertumbuhan tanaman menjadi terganggu,

produktivitas rendah dan rentan terhadap serangan hama penyakit.

Bunga Mente

Walaupun keberadaan hama dan penyakit dikebun ini bukan merupakan hama penyakit penting yang biasa menyerang

tanaman mente (Semangun,1989), namun dapat menyebabkan kerusakan pada biji mente karena dapat menyebabkan

rontoknya buah mente muda serta mengganggu proses pembentukan buah sehingga menurunkan kualitas biji mente. Biji

menjadi berkerut, ukurannya tidak optimal atau menyebabkan adanya bercak hitam pada biji sehingga harga jual biji mente

menjadi rendah.

Penggunaan pupuk yang tepat dan teratur dapat mengurangi kerugian yang timbul akibat serangan hama, karena

bunga yang berpotensi menjadi buah akan semakin banyak.

Buah mente muda

Kerusakan pada Biji Mente yang timbul karena serangan Hama dan atau karena Gugur Muda

Kendala Lainnya

Selain kendala – kendala tersebut, masih terdapat kendala yang terjadi karena adanya interaksi dengan warga

sekitar kebun mente. Sebagaimana diketahui, sebagian besar masyarakat di sekitar kebun mente memiliki hewan ternak,

oleh sebagian dari mereka kebun mente ini dijadikan tempat untuk mencari rumput, mengembalakan ternaknya (terutama

kambing) mencari kayu bakar serta mengambil kulit kayu mente.

Warga yang sekedar mencari rumput atau mencari kayu bakar sebenarnya tidak secara langsung mengganggu

tanaman mente, lain halnya dengan warga yang mengambil kulit kayu mente. Aktivitas ini jelas sangat merusak tanaman

mente, karena akan menurunkan produktivitas bahkan bisa mematikan tanaman mente itu sendiri. Karena bekas sayatan

kulit kayu pada batang pohon mente menjadi jalan masuk serangan rayap. Ada sekitar 8 (delapan) pohon mente yang

diambil kulit kayunya, 1 (satu) pohon diantaranya sudah mati diserang rayap.

Pohon Mente yang dikelupas kulit batangnya

Bekas Sayatan Kulit Kayu Mente mulai diserang rayap

Kondisi tanah yang berat dan labil juga mempengaruhi perkembangan tanaman mente. Pada musim kemarau lahan kebun

menjadi retak atau pecah sangat menyulitkan apabila nantinya akan diadakan penyiraman. Oleh karena itu waktu yang

paling tepat untuk mengadakan pemupukan di lahan seperti ini adalah pada saat akhir musim hujan

Walaupun Tanaman Mente dapat tumbuh baik di daerah kering dan gersang, penggunaan pompa air dapat membantu jika

dalam masa pembungaan terjadi keadaan iklim yang terlalu kering.

Demikian deskripsi mengenai keadaan kebun mente yang berada di Desa Lamongan Kecamatan Arjasa Kabupaten

Situbondo, semoga menjadi bahan informasi.

ALAT PENGUPAS BIJI JAMBU METE     

 

6 Votes

I PENDAHULUAN

Hasil utama tanaman jambu mente adalah gelondong mente yang didalamnya terdapat biji

mente. Hasil ikutannya adalah kulit biji gelondong mente yang mengandung cairan kulit biji

mente atau Cashew Nut Shell Liquid (CNSL). Disamping itu jambu mente juga menghasilkan

buah yang sampai saat ini belum dimanfaatkan secara maksimal.

Biji mente digunakan sebagai bahan makanan kecil, bahan pelengkap kue dll. Sedangkan CNSL

digunakan sebagai bahan polimer/pelumas, pelapis rem/kopling atau bahan pencampur dalam

berbagai industri karena memiliki sifat tahan gesekan. Biji mente atau yang biasa disebut Kacang

Mente sangat sulit dikeluarkan dari dalam kulit gelondongnya. Selain karena sifat kulit

gelondong yang keras, bentuk biji mente yang tidak beraturan serta adanya cairan CNSL yang

bersifat korosif yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit.

sehubungan dengan hal tersebut, diperlukan suatu alatpengupas yang sesuai dengan kondisi,

bentuk serta sifat kulit biji mente agar diperoleh biji mente yang utuh serta berkualitas baik

selain dapat meningkatkan kapasitas produksi.

II PENGERTIAN DAN MEKANISME KERJA

Mengupas kulit biji mente adalah usaha untuk memisahkan kulit biji mente dengan biji mentenya

dengan menggunakan alat sederhana yang disebut ‘Kacip Ceklok’. Alat ini adalah pengupas biji

mente yang merupakan suatu parang atau pisau panjang (besar) yang ujungnya dilekatkan pada

suatu balok kayu tebal dan pada ujung yang lain/gagangnya bebas. Panjang ‘kacip ceklok’ ini

kira-kira 30 cm. Pada bagian tengah pisau kacip ini terdapat suatu mata pisau yang cekung yang

bentuknya seperti huruf ‘M’ sesuai dengan bentuk alami gelondong biji mente sehingga mata

pisau ini hanya membelah kulitnya saja tanpa merusak keutuhan biji mente yang ada di

dalamnya.

Mekanisme kerjanya adalah sebagai berikut ; gelondong mente diletakkan di atas landasan

cekung. Bagian punggung biji mente berada di bagian bawah dan bagian perut di bagian atas.

Kemudian pisau kacip diturunkan dan ditekan sedemikian rupa sehingga memecah/mengiris

gelondong biji mente, selanjutnya pisau ditekan ke arah samping. Selanjutnya biji mente itu

dicukil dengan alat pencukil yang berupa pisau kecil atau sejenisnya.

III MANFAAT DAN KEUNTUNGAN ‘KACIP CEKLOK’

Beberapa manfaat dan keuntungan alat pengupas biji mente dengan ‘kacip ceklok’

1. Hemat tenaga dan waktu

2. Hasil kupasan (biji mente) tidak terpecah

3. Biaya pembuatan cukup murah dan dapat dibuat sendiri

4. Tidak banyak memerlukan perawatan

IV CARA PEMBUATAN

Peralatan yang digunakan ;

Peralatan yang digunakan antara lain adalah ;

1. Gergaji besi dan gergaji kayu

2. Tatah Kayu, Palu, Obeng, tanggem/ragum/catem,engkol dan mata bor (diameter 5 dan 9

mm)

3. Kikir, gerinda, ampelas, meteran, penggaris dan pensil

Bahan yang digunakan ;

Bahan yang diperlukan untuk sebuah kacip ceklok adalah sebagai berikut ;

1. Balok kayu ukuran 70 x 50 mm panjang 60 cm

2. Balok kayu ukuran 100 x 100 mm panjang 32 cm

3. Plat besi tebal 1,8 mm berukuran 25 x 90 mm

4. Kayu ukuran 20 x 25 mm panjang 90 mm

5. Sebuah parang atau pisau besar

6. Baut dan mur kupu – kupu

7. Stripplat 25 x 5 mm panjang 115 mm

8. Per/pegas

9. Sekrup 4 cm jumlah 6 buah

10. Pipa diameter 3/8 inch (tidak harus dipakai)

11. Paku 8 cm secukupnyaA. Tahapan Pembuatan

Pada dasarnya, membuat alat ini adalah memotong bagian – bagiannya sesuai dengan gambar

dan ukuran. Tahapan pengerjaannya adalah sebagai berikut ;

1. Pembuatan kaki/landasan

Siapkan balok kayu ukuran 50 x 70 mm. Kemudian digergaji menjadi 2 potong yang masing-

masingpanjangnya 30 cm

2. Pembuatan bodi

Balok kayu 100 x 100 mm dipotong sepanjang 32 cm, bagian atas dibuat alur dengan

menggunakan tatah kayu. Di bagian bawah balok dibuatkan lubang pasak untuk

menempatkan balok kakinya. Selanjutnya ketiga balok yang telah siap tadi dirakit kaki dan

bodinya.

3. Pembuatan plat penahan

Plat besi 1,8 mm dipotong dengan ukuran 90 x 15 mm. Pada bagian tengah sisinya dibuat

cekungan mirip bentuk punggung gelonding biji mente. Kemudian buatlah 3 lubang sebesar

garis tengah sekrup atau paku yang akan dipakai perakitan.

4. Pembuatan balok penahan

Bagian ini hanya berupa balok kayu ukuran 20 x 25 mm sepanjang 90 mm yang berfungsi

untuk mencegah agar mente tidak melesat turun atau miring ke samping saat pisau ditekan.

Setelah kedua penahan ini siap maka dirakitkan ke bodi pengupas. Untuk plat besinya

dipasang 1 mm lebih tinggi dari permukaan balok. Sedangkan papan penahannya dipasang

agak ke atas dengan jarak sekitar 1,5 cm dari sisi depan

5. As pisau

Bagian ini adalah pelengkap dari pisau pengupas, berfungsi sebagai as gerakan pisau. Terdiri

dari baut 3/8 inchi, potongan pipa berdiameter 3/8 inchi, per kecil (tidak harus dipakai) dan

mur kupu – kupu

6. Pisau pengupas

Pisau ini dapat dibuat dari parang atau bendo bekas, yang penting di bagian tengahnya

dibentuk semirip betul dengan bentuk mente, dan hanya bagian ini saja yang perlu

ditajamkan. Dengan bentuk seperti ini biji mente menjadi tidak ikut teriris.

7. Penyangga pisau

Berupa potongan plat besi setebal 5 mm, lebar 25 mm sepanjang 14 cm. Sekitar 1,5 cm dari

ujungnya di bor dengan diameter 9 mm untuk menempatkan as pisau. Selain itu dibuat

lubang sekrupnya.

Setelah as dan penyangga pisau selesai, digabungkan dengan mengelasnya. Masukkan

potongan pipa, menyusul pisau, per dan yang terakhir mur kupu – kupunya. Dengan

menyetel mur tersebut, dapat diperolehtekanan per pada pisau yang tepat, sehingga tidak

terlalu seret kalau pisau kita gerakkan atau terlalu kendor

B CARA KERJA

1. Biji mente yang akan dikupas diletakkan pada alur yang tersedia

2. Pisau kemudian diturunkan sehingga mengiris kulit biji mente. Lalu pisau digerakkan ke kiri.

Akibat ‘congkelan’ ini kulit akan terbuka dan mente tinggal disungkit. Karena getahnya

membahayakan kulit, tangan pekerja dapat dibubuhi dengan bubukan kapur atau

menggunakan sarung tangan plastik

PENGUPAS METE MODEL BPT SITUBONDO

Pada dasarnya pengupas model ini sama dengan pengupas yang telah diuraikan di atas,

perbedaannya hanya pada bentuk, pisau pengupas dan pemegang as pisau. Model ini lebih

sederhana, karena tampa pengerjaan las.

Landasan pengupas dibuat dari balok kayu ukuran 7 x 9 cm, yang ditopang dua balok kayu

ukuran 3 x 5 cm sepanjang 25 cm. Keduanya berfungsi sebagai kaki landasan. Bagian atas dibuat

alur untuk menempatkan mente yang akan dikupas.

Pisau pengupas dibuat dari parang bekas sepanjang 30 cm. Salah satu bagian ujungnya

dilubangi untuk memasukkan di poros as-nya, sedang yang satunya dipasang (kayu) pegangan.

Sebagai penahan mente, di bagian bawah dipasang plat penahan. Plat penahan ini dibuat dari plat

besi setebal 2 mm atau bekas potongan parang bekas dan berukuran sekitar 3,5 x 6 cm, Bagian

atas plat penahan ini sedikit dipertajam. Pisau pengupas Mente dan plat besi penahan model

BPT Situbondo tidak dibentuk menyerupai mente. Plat penahan ini dilubangi untuk lubang paku

sebanyak 3 buah.

Untuk memegang as pisau digunakan dua plat besi penyangga. Masing – masing plat ini

dilubangi untuk as dan tiga lubang paku

Setelah semua bagian siap kita tinggal merakitnya, kami rasa anda tidak akan kesulitan

dalam menyatukan bagian perbagian alat pengupas model ini. Yang penting posisi pisau jika

diturunkan harus tepat menangkup plat penahan. Demikian selamat mencoba !


Top Related