Download - Kadar glukosa darah sewaktu
FAKTOR – FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KADAR GULA DARAH SEWAKTU
Lisa Ambalinggi
10-2012-032
Fakultas Kedokteran UKRIDA Jakarta
Jln. Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat, 11470
Abstrak
Glukosa merupakan sumber energi bagi sel manusia dengan kadar normal di dalam
darah < 145 mg/dL untuk gula darah sewaktu menurut alat Accu-Check Active. Adanya
peningkatan terhadap kadar glukosa dalam tubuh berhubungan dengan penyakit Diabetes
Melitus. Peningkatan kadar gula darah ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor
internal dan eksternal. Dengan faktor internal terdiri dari penyakit dan stress, obesitas,
makanan/asupan makan, jumlah latihan fisik/olahraga yang dilakukan dan faktor eksternal
berupa pendidikan dan pengetahuan. Diperkirakan lebih dari 346 juta orang di seluruh
dunia mengidap diabetes dimana hampir 80% kematian karena diabetes terjadi di negara
berpenghasilan rendah dan menengah. Diabetes tidak dapat disembuhkan tapi dapat
dikendalikan dengan diet yang baik, olahraga yang teratur, dan obat-obatan.
Kata kunci : kadar gula darah, faktor internal, faktor eksternal, diabetes melitus
Abstract
Glucose have been proved to be the main resource of energy for human cells.
According to the research, normal level of blood glucose supposed to be below 145 mg/dL,
often checked using Accu-Check Active. The increase of glucose level on blood flows are
often associated with Diabetes Melitus. The increase of glucose level are influenced by 2
different factors; internal and external factors. Internal factors inlcludes stress, diseases,
obesity, food, and exercises; while external factors includes education and awareness.
According to statistics there are 346 million people suffer from Diabetes, and 80% of the
diseases’ mortality rate came from third world countries. Diabetes cannot be cured.
However, the effect can be controlled with a well planned diet, regular exercise, and
prescribed medicines.
Keywords : blood glucose level, internal factors, external factors, diabetes melitus
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Glukosa merupakan sumber energi utama bagi sel manusia. Berasal dari dalam
darah yang memiliki zat glukosa yang digunakan untuk dibakar agar mendapatkan energi
atau kalori. Kadar glukosa darah dipengaruhi oleh faktor endogen dan eksogen. Menurut
PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia) tahun 2006, kadar glukosa darah puasa
yang berkisar 80-100 mg/dL dinyatakan normal. Seseorang dikatakan menderita Diabetes
Melitus (DM) jika memiliki kadar glukosa darah puasa ≥ 126mg/dL. Tingginya kadar glukosa
dalam tubuh menimbulkan terjadinya penyakit diabetes melitus yang ditandai dengan
naiknya kadar glukosa darah melebihi 200 mg/dL karena terdapatnya gangguan pada
kelenjar pankreas dan insulin yang dihasilkan baik secara kuantitas maupun kualitas.1
Berdasarkan survery WHO (World Health Organisation), jumlah penderita diabetes
menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan angka insidensi dan prevalensi DM
khususnya DM tipe 2 di berbagai penjuru dunia. Diperkirakan lebih dari 346 juta orang
seluruh dunia mengidap diabetes dan Associatiion of Southeast Asian Nations (ASEAN)
19,4 juta pada tahun 2010. Hampir 80 % kematian diabetes terjadi di negara berpenghasilan
rendah dan menengah.2
Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 oleh Departemen Kesehatan,
menunjukkan bahwa prevalensi DM di Indonesia untuk usia di atas 15 tahun sebesar 6,9%.
Prevalensi DM di Indonesia mengalami peningkatan dari 1,1% (2007) menjadi 2,1% (2013).
Prevalensi tertinggi DM yang telah didiagnosis oleh dokter terdapat di DI Yosyakarta (2,6%),
DKI Jakarta (2,5%), Sulawesi Utara (2,3%). Hal ini menunjukkan bahwa Sulawesi Utara
merupakan salah satu provinsi dengan angka prevalensi DM Tertinggi.3
DM tidak dapat disembuhkan tetapi kadar gula darah dapat dikendalikan melalui diet,
olahraga, dan obat-obatan. Untuk dapat mencegah terjadinya komplikasi kronis, diperlukan
pengendalian DM yang baik yang mempunyai sasaran dengan kriteria nilai baik. Namun
demikian pada kenyataannya hingga saat ini harapan tersebut belum dapat tercapai karena
terbukti angka kejadian diabetes melitus masih tetap tinggi. Beberapa faktor di anggap
berhubungan dengan kadar glukosa darah, di mana faktor tersebut terbagi atas fakto
rinternal dan faktor eksternal. Faktor internal berupa penyakit dan stress, obesitas,
makanan/asupan makan, jumlah latihan fisik/olahraga yang dilakukan dan faktor eksternal
berupa pendidikan dan pengetahuan.
2
Pada penderita diabetes yang mengalami stress dapat merubah pola makan, latihan,
penggunaan obat yang biasanya dipatuhi, dan hal tersebut bisa menyebabkan
hiperglikemia. Hiperglikemia yang terjadi pada keadaan stress ditandai dengan peningkatan
kadar gula darah yang secara umum sebanding dengan beratnya stress. Selain itu, stress
memicu terjadinya reaksi biokimia dalam tubuh melalui 2 jalur yaitu neural dan
neuroendokrin. Reaksi pertama dari respon stres adalah terjadinya sekresi sistem saraf
simpatis yang menyebabkan ujung saraf mengeluarkan neuroepinefrin untuk meningkatkan
frekuensi jantung. Bila stress menetap, respon stress akan melibatkan hipotalamus pitutari
dimana hipotalamus mensekresi corticotropin releasing factor yang menstimulasi pitutari
anterior untuk memproduksi adenocorticotropic hormone (ACTH).
Obesitas artinya berat badan berlebih minimal sebanyak 20% dari berat badan
idaman. Individu dengan diabetes melitus tipe 2 diketahui 80% di antaranya adalah obesitas.
Obesitas menyebabkan reseptor insulin pada target sel di seluruh tubuh kurang sensitif dan
jumlahnya berkurang sehingga insulin dalam darah tidak dapat dimanfaatkan. Penelitian
menurut Sunjaya (2009) menemukan bahwa individu yang mengalami obesitas mempunyai
risiko 2,7 kali lebih besar untuk terkena diabetes melitus. Obesitas merupakan salah satu
faktor risiki diabetes melitus karena disebabkan meningkatnya Asam Lemak atau Free Fatty
Acid (FFA) dalam sel sehingga menurunkan translokasi transporter glukosa ke membran
plasma dan menyebabkan terjadinya resistensi insulin.4
Hiperglikemia yang terjadi setelah makan akan meningkatkan konsentrasi malonil
koA di dalam sel β. Melonil koA menghambat karnitin palmitoil transferase-1 dan
mengganggu transport asil koA lemak ke dalam mitokondria di mana ia akan dioksidasi
melalui siklus Krebs. Di dalam makanan yang dikonsumsi terkandung karbohidrat, lemak,
dan protein. Mempertahankan kadar gula darah agar mendekati nilai normal dapat dilakukan
dengan asupan makanan seimbang sesuai dengan kebutuhan karena makan yang berbeda
dapat memberikan pengaruh yang berbeda pula terhadap kadar gula darah. 5
Sementara untuk faktor eksternal seperti pendidikan, mempunyai kaitan yang tinggi
terhadap perilaku pasien untuk menjaga dan meningkatkan kesehatannya. Pendidikan
berhubungan dengan perilaku pasien dalam melakukan pengendalian terhadap kadar
glukosa darah agar tetap stabil. Orang yang tingkat pendidikannya tinggi biasanya akan
memiliki banyak pengetahuan tentang kesehatan.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang sebelum orang mengadopsi perilaku baru dalam diri orang
tersebut. Dengan adanya pengetahuan yang cukup, orang akan memiliki kesadaran untuk
menjaga kesehatannya. Pada pasien Diabetes melitus misalnya, dengan pengetahuan yang
3
baik, pasien akan mampu melakukan pengendalian kadar glukosa darah dengan baik jika
didasari dengan pengetahuan mengenai penyakit Diabetes Melitus baik tanda dan gejala
maupun penanganannya.6
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas, di rumuskan masalah dari
penelitian yang dilakukan, yaitu :
a. Adakah hubungan antara usia dan jenis kelamin dengan kadar gula darah
sewaktu ?
b. Adakah hubungan antara tinggi badan dan berat badan dengan kadar gula
darah sewaktu ?
c. Adakah hubungan antara aktifitas fisik dengan kadar gula darah sewaktu ?
d. Bagaimana cara membuktikan bahwa ada hubungan antara usia, jenis
kelamin, tinggi badan, berat badan, dan aktifitas fisik dengan kadar gula darah
sewaktu ?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah usia, jenis kelamin, tinggi
badan, berat badan, dan aktifitas fisik mempunyai pengaruh terhadap kadar gula darah
sewaktu.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui adanya hubungan antara usia dengan kadar gula darah
sewaktu
b. Untuk mengetahui adanya hubungan antara jenis kelamin dengan kadar gula
darah sewaktu
c. Untuk mengetahui adanya hubungan antara tinggi badan dengan kadar gula
darah sewaktu
d. Untuk mengetahui adanya hubungan antara berat badan dengan kadar gula
darah sewaktu
e. Untuk mengetahui adanya hubungan antara aktifitas fisik dengan kadar gula
darah sewaktu.
4
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian yaitu melalui penelitian ini kita dapat menambah
pengetahuan dengan mengetahui adanya hubungan antara usia, jenis kelamin, tinggi
badan, berat badan, dan aktifitas fisik dengan kadara gula darah sewaktu. Dengan
mengetahui pengaruh dari faktor-faktor tersebut, bisa digunakan untuk menjaga kesehatan
dan menjaga kadar gula darah agar tetap normal.
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kerangka Teori
2.1.1 Kadar Gula Darah
Glukosa merupakan senyawa organik yang mempunyai banyak manfaat terutama
sebagai sumber energi. Pengaturan kadar glukosa darah diatur oleh keseimbangan hormon.
Peningkatan konsentrasi kadar glukosa darah dalam sirkulasi mengakibatkan peningkatan
sekresi insulin dan pengurangan glukagon, begitu pun sebaliknya.
Untuk mempertahankan kadar glukosa darah dalam batas normal dapat dilakukan
oleh tubuh dengan mempertahankan homeostatis dalam tubuh melalui 2 cara yaitu bila
glukosa darah terlalu rendah, maka glukosa akan disuplai dari hati dengan jalan memecah
glikogen hati. Dan sebaliknya, bila glukosa darah terlalu tinggi maka glukosa tersebut akan
di bawa hati dan dirubah menjadi glikogen atau masuk ke otot dirubah menjadi glukogen
otot. Adanya kadar glukosa yang tidak terkendali akan lebih mudah untuk menjadi tempat
tumbuh dan berkembangnya bakteri dibanding penderita dengan kadar glukosa darah yang
terkendali dan pada orang yang tidak menderita DM. tingginya kadar glukosa darah pada
luka kaki akan sangat menyulitkan penyembuhan.7
2.1.2 Jenis Kelamin/ Sex
Prevalensi kejadian DM Tipe 2 pada wanita lebih tinggi daripada laki-laki. Wanita
lebih berisiko mengidap diabetes karena secara fisik wanita memiliki peluang pengingkatan
indeks massa tubuh yang lebih besar. Sindroma sikslus bulanan (premenstrual syndrome).
Pasca-menopouse yang membuat distribusi lemak tubuh menjadi mudah teakumulasi akibat
proses hormonal tersebut sehingga wanita berisiko menderita diabetes melitus tipe 2.
2.1.3 Umur
Studi yang dilakukan Sunjaya (2009) menemukan, bahwa kelompok umur paling
banyak menderita diabetes melitus adalah kelompok umur 45-52 tahun. Prevalensi DM akan
meningkat seiring dengan makin meningkatnya umu, hingga kelompok usia lanjut. Hal
tersebut sesuai dengan penelitian Wild, dkk (2004) tentang prevalensi DM secara global
yang menunjukkan bahwa semakin meningkatnya umur, semakin tinggi pula prevalensi DM
yang ada. Peningkatan risiko diabetes seiring dengan umur, khususnya pada usia lebih dari
6
40 tahun disebabkan karena pada usia tersebut mulai terjadi peningkatan intoleransi
glukosa. Adanya proses penuaan menyebabkan berkurangnya kemampuan sel β pancreas
dalam memproduksi insulin. Selain itu pada individu yang berusia lebih tua terdapat
penurunan aktivitas mitokondria di sel-sel otot sebesar 35 %. Hal ini berhubungan dengan
peningkatan kadar lemak di otot sebesar 30 % dan memicu terjadinya resistensi insulin.
Selain itu usia juga mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya
sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Kemampuan pasien untuk
berpikir kritis pun semakin meningkat secara teratur selama usia dewasa.8
2.1.4 Tinggi Badan dan Berat Badan
Tinggi badan dan berat badan erat kaitannya dengan Indek Massa Tubuh (IMT).
Dimana untuk mnghitung IMT menggunakan rumus Berat Badan/ Tinggi Badan2 (m).
Menurut penilitian Rosalina tahun 2008 didapatkan bahwa IMT memiliki hubungan signifikan
yang bernilai positif dengan kadar glukosa darah sewaktu. Hal ini juga sesuai dengan
penelitian yang dilakukan di Goyang, Korea, didapatkan bahwa terjadinya peningkatan
kadar glukosa darah seiring dengn peningkatan indeks massa tubuh.
2.1.5 Aktifitas fisik
Aktivitas fisik merupakan intervensi yang baik untuk mengontrol kadar gula darah
melalui peningkatan aksi insulin. Latihan fisik yang teratur dapat meningkatkan mutu
pembuluh darah dan memperbaiki semua aspek metabolik, termasuk meningkatkan
kepekaan insulin serta memperbaiki toleransi glukosa. Glukosa akan diubah menjadi energi
pada saat beraktivitas fisik dimana saat melakukan latihan fisik terjadi peningkatan
pemakaian glukosa oleh otot yang aktif sehingga secara langsung dapat menyebabkan
penurunan glukosa darah. Selain itu dengan latihan fisik dapat menurunkan berat badan,
meningkatkan fungsi kardiovaskuler dan respirasi, menurunkan LDL dan meningkatkan HDL
sehingga mencegah penyakit jantung koroner apabila latihan fisik dilakukan secara teratur.
Sementara pada orang yang jarang berolahraga, zat makanan yang masuk ke dalam tubuh
tidak dibakar tetapi ditumbun dalam tubuh sebagai lemak dan gula. 9,10
2.2 Kerangka Konsep
7
2.3 Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
a. Adanya hubungan antara jenis kelamin/ sex dengan kadar gula darah sewaktu
b. Adanya hubungan antara usia dengan kadar gula darah sewaktu
c. Adanya hubungan antara tinggi badan dan berat badan dengan kadar gula
darah sewaktu
d. Adanya hubungan antara aktifitas fisik dengan kadar gula darah.
BAB 3
8
Kadar Gula Darah Sewaktu
Jenis Kelamin
Usia
Tinggi BadanBerat Badan
Aktifitas fisik
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 METODOLOGI PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional. Data yang telah
didapatkan, kemudian dikumpulakan lalu diolah dengan cara Chi Square dan Kolmogorov-
Smirnov Dua Sampel dengan menggunakan sistem komputerisasi. Dengan variabel
dependen adalah kadar glukosa darah dan variabel independennya adalah jenis
kelamin/sex, umur, tinggi badan, berat badan, dan akitifitas fisik.
3.2 HASIL PENELITIAN
3.2.1 Analisis Univariat
a. Usia
Tabel 1. Distribusi Jumlah Pasien Berdasarkan Usia
Frequency PercentValid
Percent
Cumulative
Percent
Valid
<45 59 53,6 53,6 53,6
>45 51 46,4 46,4 100,0
Total 110 100,0 100,0
Tabel 1 menunjukkan dari 110 pasien yang berpartisipasi dalam penelitian, yang
berusia < 45 tahun sebanyak 59 pasien (53,6%) dan yang berusia >45 sebanyak 51 pasien
(46,4%).
b. Jenis Kelamin
Tabel 2. Distribusi Jumlah Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid perempuan 65 59,1 59,1 59,1
laki-laki 45 40,9 40,9 100,0
Total 110 100,0 100,0
9
Tabel 2 menunjukkan dari 110 pasien yang berpartisipasi dalam penelitian, yang
berjenis kelamin perempun terdiri dari 65 pasien (59,1%) dan yang berjenis kelamin laki-laki
terdiri dari 45 pasien (40,9%).
c. Tinggi Badan
Tabel 3. Distribusi Jumlah Pasien Berdasarkan Tinggi Badan
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid
<158 64 58,2 58,2 58,2
>158 46 41,8 41,8 100,0
Total 110 100,0 100,0
Tabel 3 menunjukkan dari 110 pasien yang berpartisipasi dalam penelitian, yang
memiliki tinggi badan <158 cm sebanyak 64 pasien (58,2%) dan yang memiliki tinggi badan
>158 cm sebanyak 46 pasien (41,8%).
d. Berat Badan
Tabel 4. Distribusi Jumlah Pasien Berdasarkan Berat Badan
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid
<65 70 63,6 63,6 63,6
>65 40 36,4 36,4 100,0
Total 110 100,0 100,0
Tabel 4 menunjukkan dari 110 pasien yang berpartisipasi dalam penelitian, yang
memiliki berat badan <65 kg sebanyak 70 pasien (63,6%) dan yang memiliki berat badan
>65 kg sebanyak 40 pasien (36,4%).
e. Gula Darah Sewaktu
10
Tabel 5. Distribusi Jumlah Pasien Berdasarkan Kadar Gula
Darah
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid
<145 95 86,4 86,4 86,4
>145 15 13,6 13,6 100,0
Total 110 100,0 100,0
Tabel 5 menunjukkan dari 110 pasien yang ikut berpartisipasi dalam penelitian,
pasien yang memiliki kadar gula darah <145 mg/dL sebanyak 95 pasien (86,4%) dan yang
memiliki kadar gula darah >145 mg/dL sebanyak 15 pasien (15%).
f. Aktifitas Fisik
Tabel 6. Distribusi Jumlah Pasien Berdasarkan Aktifitas Fisik
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid
rendah 12 10,9 10,9 10,9
sedang 43 39,1 39,1 50,0
tinggi 55 50,0 50,0 100,0
Total 110 100,0 100,0
Tabel 6 menunjukkan dari 110 pasien yang ikut berpartisipasi dalam penilitian,
pasien yang memiliki aktivitas fisik rendah sebanyak 12 pasien (10,9%), aktifitas fisik sedang
43 pasien (39,1%), aktifitas fisik tinggi 55 pasien (50,0 %).
3.2.2 Analisis Bivariat
11
a. Hubungan Antara Usia dan Kadar Glukosa Darah
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 11,345a 1 ,001
Continuity Correctionb 9,546 1 ,002
Likelihood Ratio 12,258 1 ,000
Fisher's Exact Test ,001 ,001
Linear-by-Linear
Association11,242 1 ,001
N of Valid Cases 110
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,95.
b. Computed only for a 2x2 table
Keterangan : Karena nilai EC yang < 5 = 0% maka syarat uji Chi square terpenuhi.
Didapat p =0,001 interpretasinya karena p < 0,05 maka terdapat hubungan yang signifikan
antara umur dan kadar gula darah sewaktu.
b. Hubungan Antara Jenis Kelamin dan Kadara Gula Darah
Crosstabulation
12
Crosstabulation
Count
indeksgds Total
<145 >145
IndeksUmur <45 57 2 59
>45 38 13 51
Total 95 15 110
Count
indeksgds
Total<145 >145
sex perempuan 56 9 65
laki-laki 39 6 45
Total 95 15 110
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square ,006a 1 ,939
Continuity Correctionb ,000 1 1,000
Likelihood Ratio ,006 1 ,939
Fisher's Exact Test 1,000 ,586
Linear-by-Linear
Association,006 1 ,939
N of Valid Cases 110
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,14.
b. Computed only for a 2x2 table
Keterangan : Karena nilai EC < 5 = 0% maka syarat uji Chi square terpenuhi.
Didapat p = 0,939, interpretasinya, karena p > 0,05 maka tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara jenis kelamin dan kadar gula darah sewaktu.
c. Hubungan Antara Tinggi Badan dan Kadar Gula Darah Sewaktu
Crosstabulation
13
Count
indeksgds
Total<145 >145
IndeksTB <158 54 10 64
>158 41 5 46
Total 95 15 110
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square ,514a 1 ,473
Continuity Correctionb ,189 1 ,663
Likelihood Ratio ,525 1 ,469
Fisher's Exact Test ,579 ,336
Linear-by-Linear
Association,509 1 ,475
N of Valid Cases 110
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,27.
b. Computed only for a 2x2 table
Keterangan : karena nilai EC <5 = 0%, maka syarat uji Chi-Square terpenuhi.
Didapat p = 0,473, interpretasiny, karena p > 0,05 maka tidak ada hubungan yang signifikan
antara tinggi badan dan kadar gula darah sewaktu.
d. Hubungan Antara Berar Badan dan Kadar Gula Darah Sewaktu
14
Crosstabulation
Count
indeksgds
Total<145 >145
IndeksBB <65 61 9 70
>65 34 6 40
Total 95 15 110
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square ,099a 1 ,753
Continuity Correctionb ,001 1 ,979
Likelihood Ratio ,098 1 ,754
Fisher's Exact Test ,778 ,482
Linear-by-Linear
Association,098 1 ,754
N of Valid Cases 110
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,45.
b. Computed only for a 2x2 table
Keterangan : karena nilai EC < 5 = 0% maka syarat uji Chi-Square terpenuhi.
Didapat p = 0,753, interpretasinya, karena p > 0,05 maka tidak ada hubungan yang
siginfikan antara berat badan dan kadar gula darah sewaktu.
e. Hubungan Antara Aktifitas Fisik dan Kadar Gula Darah Sewaktu
15
Crosstabulation
Count
indeksgds
Total<145 >145
Aktivitas
fisik
rendah 2 10 12
sedang 39 4 43
tinggi 54 1 55
Total 95 15 110
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Pearson Chi-Square 56,706a 2 ,000
Likelihood Ratio 40,203 2 ,000
Linear-by-Linear
Association37,036 1 ,000
N of Valid Cases 110
a.1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,64.
Keterangan : karena nilai EC < 5 = 16,7% maka syarat uji Chi-Square terpenuhi. Pada
hasil perhitungan, p = 0,000, interpretasinya karena p < 0,05 maka terdapat hubungan yang
signifikan antara aktifitas fisik dan kadar gula darah sewaktu.
BAB 4
16
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian diatas, di peroleh kesimpulan :
a. Terdapat hubungan antara usia dengan kadar gula darah sewaktu. Yang berarti
hipotesis diterima
b. Tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan kadar gula darah sewaktu.
Yang berarti hipotesis ditolak.
c. Tidak terdapat hubungan antara tinggi badan dengan kadar gula darah sewaktu.
Yang berarti hipotesis ditolak.
d. Tidak terdapat hubungan antara berat badan dengan kadar gula darah sewaktu.
Yang berarti hipotesis ditolak.
e. Terdapat hubungan antara aktifitas fisik dengan kadar gula darah sewaktu. Yang
berarti hipotesis diterima.
4.2 Saran
Setelah dilakukan penelitian tentang beberapa faktor yang anggap berhubungan
dengan kadar gula darah sewaktu, maka disarankan kepada para pasien yang memiliki
kadar gula darah yang normal agar tetap berusaha mempertahankan kadar gula darahnya
sementara bagi pasien dengan kadar gula darah di atas normal sebaiknya memperhatikan
nutrisi dan rajin berolahraga. Tidak lupa untuk tetap meminum obat dengan teratur sesuai
dengan saran dokter.
DAFTAR PUSTAKA
17
1. Lestari DD, Purwanto DS, Kaligis SHM. Gambaran kadar glukosa darah puasa pada
mahasiswa angkatan 2011 fakultas kedokteran Universitas Sam Ratulangi dengan
indeks massa tubuh 18,5-22,9 kg/m2. Jurnal e-Biomedik (eBM), Vol. 1; 2013.p. 991
2. Mihardja L. Faktor yang berhubungan dengan pengendalian gula darah pada
penderita diabetes melitus di perkotaan Indonesia. Maj. Kedokteran Indonesia. Vol
59; 2009. p.419
3. Amir SMJ, Wunguouw H, Pangemanan D. Kadar glukosa darah sewaktu pada
pasien diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Bahu Kota Manado. Jurnal e-Biomedik.
Vol.3; 2015.p.33
4. Trisnawati SK, Soedijono Setyorogo. Faktor risiko kejadian diabetes melitus tipe II
Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat tahun 2012. Jurnal Ilmiah
Kesehatan. Ed.5; 2013.p.9
5. Dewi M. Resistensi insulin terkait obesitas: mekanisme endokrin dan intrinsik sel.
Jurnal Gizi dan Pangan. Ed.2; 2007.p.50
6. Maidina TS, Djallalluddin, Yasmina A. Hubungan kadar HbA1c dengan kejadian kaki
diabetika pada pasien diabetes melitus di RSUD Ulin Banjarmasin april-september
2012. Berkala Kedokteran.vol.9; 2013.p.213
7. Kekenusa JS. Ratag BT. Wuwungan G. Analisis hubungan antara umur dan riwayat
keluarga menderita dm dengan kejadian penyakit dm tipe 2 pada pasien rawat jalan
di poliklinik penyakit dalam RSUP Prof. Dr. R.d Kondou Manado. Jurnal Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. 2013.p.4
8. Habibi, Hendra, Hidayah MN. Pengaruh pemberian edukasi terhadap tingkat
pengetahuan perawat dalam aplikasi modern dressing pada luka diabetes melitus di
RSUD Pemangkat pada luka diabetes melitus di RSUD Pemangkat Kabupaten
Sambas Kelimantan Barat. Naskah Publikasi Program Studi Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Tanjungpura Pontianak; 2015
9. Indriyani P, Supriyatno H, Santoso A. Pengaruh latihan fisik; senam aerobik terhadap
penurunan kadar gula darah pada penderita diabetes melitus tipe 2 di Wilayah
Puskesmas Bukateja Purbalingga. Media Ners. Vol.1; 2007.p90
10. Awad N. Langi YA. Pandelaki K. Gambaran faktor resiko pasien diabetes melitus tipe
II di Poliklinik Endokrin Bagian/Smf Fk-Unsrat RSU Prof. Dr. R.d Kondou Manado
Periode mei 2011- oktober 2011. Jurnal e-biomedik (eBM) vol. 1; 2013.p.46
18