KAJIAN APLIKASI UREA HUMAT TERHADAP PEMBENTUKAN BINTIL AKAR, PERTUMBUHAN, SERAPAN N, P, K SERTA PRODUKSI
KACANG TANAH (Arachis hypogea L.) PADA INCEPTISOL
Oleh
WULAN KARTIKA WARDANI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
MALANG
2017
KAJIAN APLIKASI UREA HUMAT TERHADAP PEMBENTUKAN
BINTIL AKAR, PERTUMBUHAN, SERAPAN N, P, K SERTA PRODUKSI
KACANG TANAH (Arachis hypogea. L) PADA INCEPTISOL
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
MALANG
2017
Oleh:
WULAN KARTIKA WARDANI
135040200111089
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI MINAT MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN
SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar
Sarjana Pertanian Strata Satu (S-1)
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan
Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang
secara tertulis ditunjukkan rujukannya dalam naskah ini dan disebutkan dalam
daftar pustaka.
Malang, 15 Februari 2017
LEMBAR PERSETUJUAN
Judul Penelitian : Kajian aplikasi urea humat terhadap pembentukan
bintil akar, pertumbuhan, serapan N, P, K serta
produksi kacang tanah (Arachis hypogea. L) pada
Inceptisol
Nama Mahasiswa : Wulan Kartika Wardani
NIM : 135040200111089
Jurusan : Tanah
Program Studi : Agroekoteknologi
Laboratorium : Kimia
Menyetujui : Dosen Pembimbing
Disetujui
Pembimbing Utama,
ttd.
Dr.Ir. Retno Suntari, MS
NIP. 19580503 198303 2 002
Pembimbing Pendamping,
ttd.
Dwi Setyorini, SP. MP
NIP. 19680411 199803 2 001
Diketahui,
Ketua Jurusan Tanah
ttd.
Prof. Dr. Ir. Zaenal Kusuma, SU
NIP. 19540501 198103 1 006
Tanggal Persetujuan : 08 AUG 2017
LEMBAR PENGESAHAN
Mengesahkan
MAJELIS PENGUJI
Penguji I,
ttd.
Prof. Dr. Ir. Sugeng Prijono, SU
NIP. 19580214 198503 1 003
Penguji II,
ttd.
Dr. Ir. Retno Suntari, MS
NIP. 19580503 198303 2 002
Penguji III,
ttd.
Dwi Setyorini, SP. MP
NIP. 19680411 199803 2 001
Penguji IV,
ttd.
Dr. Ir. Yulia Nuraini, MS
NIP. 19611109 198503 2 001
Tanggal Lulus : 18 AUG 2017
Skripsi ini kupersembahkan untuk Ayah Welasono, ibu Siti
Khoirotin, Adik W. A. Bayu Wardana, Adik Widya Kusuma
Wardani dan segenap keluargaku tercinta
i
RINGKASAN
WULAN KARTIKA WARDANI. 135040200111089. Kajian Aplikasi Urea
Humat Terhadap Pembentukan Bintil Akar, Pertumbuhan, Serapan N, P, K,
Serta Produksi Kacang Tanah (Arachis Hypogea. L) Pada Inceptisol. Di
bawah bimbingan Retno Suntari dan Dwi Setyorini
Selama ini kendala yang sering dihadapi saat penggunaan pupuk urea ialah
rendahnya efisiensi pupuk, nitrogen yang terkandung dalam pupuk urea mudah
mengalami proses pencucian, menguap ke udara dalam bentuk N2, N2O, NO, NH3,
dan bentuk lain yang tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Bahan organik
sangat diperlukan untuk meningkatkan efisiensi pupuk, memodifikasi pupuk
menjadi slow release fertilizer (SRF) yaitu dengan mencampurkan urea dengan
asam humat. Aplikasi urea humat dapat memperbaiki kandungan hara pada
Inceptisol Karangploso yang minim unsur hara. Tujuan dari penelitian ini ialah :
(1) mengkaji pengaruh aplikasi urea humat terhadap pembentukan bintil akar
tanaman kacang tanah (Arachis hypogea L.) pada Inceptisol, (2) Mengkaji
pengaruh aplikasi urea humat terhadap pertumbuhan serta produksi tanaman
kacang tanah (Arachis hypogea L.) pada Inceptisol, (3) Mengkaji pengaruh
aplikasi humat terhadap serapan N, P, K pada tanaman kacang tanah (Arachis
hypogea L.) pada Inceptisol.
Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Jawa Timur, dan Laboratorium Kimia Tanah, Fakultas Pertanian,
Universitas Brawijaya pada bulan Desember 2016 hingga Mei 2017. Variabel
pengamatan meliputi jumlah bintil akar, pertumbuhan berupa tinggi tanaman dan
jumlah daun. Produksi berupa jumlah polong, bobot polong, bobot 100 biji dan
produktivitas efektif, serta serapan N, P, dan K tanaman kacang tanah. Penelitian
ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan dan 3
ulangan. Perlakuan terdiri dari kontrol (A1), 100% Urea (A2), 100% Urea Humat
(A3), 200% Urea Humat (A4), dan 300% Urea Humat (A5). Data diuji dengan
analisis ragam, dilanjutkan dengan uji Duncan dan korelasi.
Hasil penelitian menunjukkan aplikasi urea humat berpengaruh nyata pada
jumlah daun dengan dosis terbaik urea humat ialah perlakuan A4 (141,3 kg ha-1
urea humat). Aplikasi urea humat tidak berpengaruh nyata meningkatkan jumlah
bintil akar, tinggi tanaman, berat kering, jumlah polong, bobot polong tanaman-1
,
bobot 100 biji dan produktivitas efektif dibandingkan dengan kontrol tanaman
kacang tanah pada Inceptisol. Aplikasi urea humat tidak berpengaruh nyata
meningkatkan serapan N, serapan P dan serapan K tanaman kacang tanah pada
Inceptisol.
ii
SUMMARY
WULAN KARTIKA WARDANI. 135040200111089. Study of Urea Humic
Application on Nodulation, Growth, Uptake of N, P, K, and Production of
Groundnut (Arachis hypogea L.) in Inceptisol. Supervised by Retno Suntari
and Dwi Setyorini.
Low efficiency of urea is the most common problem faced when using
the urea fertilizer. Nitrogen is easily leached from the soil, evaporated into the
air or stayed in the soil in a form which cannot be absorbed by plants. Organic
materials are needed to improve fertilizer’s efficiency, converting fertilizer to
slow release fertilizer (SRF) by coating urea with humic acid. Urea humic can
improve the nutrient in minimum nutrient Inceptisols Karangploso Malang. The
research aim are to: (1) study of urea humic application on groundnut’s
(Arachis hypogea L.) nodulations in Inceptisol, (2) study of urea humic
application on groundnut’s (Arachis hypogea L.) growth and production in
Inceptisol, (3) study of urea humic application on N P K uptake by groundnut
(Arachis hypogea L.) in Inceptisol.
The research was conducted at Institute of Agricultural Technology
(BPTP), East Java and Soil Chemistry Laboratory, Faculty of Agriculture,
University of Brawijaya, from December 2016 to May 2017. The observation
variables including number of nodule, plant height, number of leaves, dry
weight, number of pods, weight of pods, weight of 100 seeds and effective
productivity. The research used a Randomly Block Design (RBD) with 5
treatments including control with 3 replications. The treatments consisted of
control (A1), 100% Urea (A2), 100% Urea humic (A3), 200% Urea humic
(A4), and 300% Urea humic (A5). Data were tested by analysis of variance,
followed by DMRT and correlation.
The results showed that urea humate application significantly affects
number of leaves on with best dosage of urea humate was A4 (141,3 kg ha-1
urea humic). The application of urea humate was not significant to increase the
nodules, plant height, dry weight, number of pods, weight of pod plant-1
, weight
of 100 seed and effective productivity compared with control of groundnut in
Inceptisol. The application of urea humate was not significant to increase N
uptake, P uptake, and K uptake of groundnut in Inceptisol.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat, rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Kajian Aplikasi
Urea Humat Terhadap Bintil Akar, Pertumbuhan, Serapan N, P, K serta
Produksi Kacang Tanah (Arachis hypogea. L) pada Inceptisol”. Shalawat
serta salam semoga selalu terlimpah kepada junjungan kita Nabi besar
Muhammad SAW yang telah memberikan bimbingan berupa ajaran agama
Islam yang kita yakini. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pertanian Strata Satu (S-1) di Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya.
Dengan segala rasa syukur dan hormat, pada kesempatan kali ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak :
1. Ibu Dr. Ir. Retno Suntari, MS selaku dosen pembimbing yang telah sabar
membimbing penulis hingga menyelesaikan skripsi ini,
2. Ibu Dwi Setyorini, SP. MP. selaku pembimbing kedua yang telah bersedia
membimbing dalam penyusunan skripsi,
3. Ayah, Ibu, Bayu dan Widi yang telah memberikan dukungan materi, mental
maupun moral dalam menyelesaikan kuliah,
4. Teman HIGB Almira, Puput, Miftachul. Teman seperjuangan Sri Endah,
Arinda, Acis, Fajar, Windajun, Syifa dan Mamet yang selalu bersedia
membantu dan memudahkan setiap saat.
5. Dosen-dosen Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya yang telah
memberikan ilmu yang bermanfaat,
6. Serta semua teman-teman Agroekoteknologi angkatan 2013 minat Manajemen
Sumberdaya Lahan, minat Budidaya Pertanian, serta minat Hama Penyakit
Tanaman srta semua pihak yang membantu.
Dalam segala kekurangan dan keterbatasan, penulis berharap skripsi ini
memberikan manfaat bagi pembaca.
Malang, 18 Juli 2017
Wulan Kartika Wardani
iv
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sidoarjo pada tanggal 17 September 1995 sebagai
putri pertama dari tiga bersaudara dari Bapak Welasono dan Ibu Siti Khoirotin.
Penulis menempuh pendidikan dasar di MI Raudlatul Muta’alimin I
Wonokasian 2001-2007, lalu melanjutkan ke SMPN 1 Wonoayu pada tahun 2007-
2010. Penulis menempuh Sekolah Menengah Atas di SMAN 1 Wonoayu pada
tahun 2010-2013. Pada tahun 2013 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Strata-1
Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya
Malang, Jawa Timur, melalui jalur SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan
Tinggi Negeri), hingga pada 2015 masuk dalam Minat Menejemen Sumberdaya
Lahan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.
Selama menjadi mahasiswa penulis pernah aktif dalam GATRAKSI
(Galang Mitra dan Kenal Profesi) 2016. Pada 2016, penulis melakukan kegiatan
magang kerja di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Timur.
v
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ........................................................................................................ i
SUMMARY ........................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ................................................................................................ iv
DAFTAR ISI .......................................................................................................... v
DAFTAR TABEL .................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... viii
I. PENDAHULUAN ......................................... Error! Bookmark not defined. 1.1. Latar Belakang .................................... Error! Bookmark not defined. 1.2. Rumusan Masalah............................... Error! Bookmark not defined.
1.3. Tujuan ................................................. Error! Bookmark not defined. 1.4. Hipotesis ............................................. Error! Bookmark not defined. 1.5. Manfaat ............................................... Error! Bookmark not defined.
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................... Error! Bookmark not defined.
2.1. Nitrogen pada Tanah dan Tanaman .... Error! Bookmark not defined. 2.2. Asam Humat ....................................... Error! Bookmark not defined.
2.3. Manfaat Asam Humat Terhadap Tanah dan Tanaman ............... Error!
Bookmark not defined. 2.4. Inceptisol ............................................ Error! Bookmark not defined.
2.5. Tanaman Kacang Tanah ..................... Error! Bookmark not defined.
2.6. Nitrogen pada Tanaman Kacang tanah ............. Error! Bookmark not
defined. 2.7. Serapan N, P, K pada Tanaman Kacang Tanah Error! Bookmark not
defined. III. METODE PENELITIAN ............................ Error! Bookmark not defined.
3.1. Waktu dan Tempat .............................. Error! Bookmark not defined.
3.2. Alat dan Bahan ................................... Error! Bookmark not defined.
3.3. Rancangan Penelitian ......................... Error! Bookmark not defined. 3.4. Pelaksanaan penelitian ........................ Error! Bookmark not defined. 3.5. Analisis Data....................................... Error! Bookmark not defined.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................... Error! Bookmark not defined.
4.1. Pengaruh Aplikasi Urea Humat Terhadap Pembentukan Bintil Akar
Kacang Tanah ..................................... Error! Bookmark not defined. 4.2. Pengaruh Aplikasi Urea Humat Terhadap Pertumbuhan Kacang
Tanah .................................................. Error! Bookmark not defined. 4.3. Pengaruh Aplikasi Urea Humat Terhadap Produksi Kacang Tanah
............................................................ Error! Bookmark not defined. 4.4. Pengaruh Aplikasi Urea Humat Terhadap Serapan N, P, dan K
Kacang Tanah ..................................... Error! Bookmark not defined.
4.5. Hubungan Urea Humat Dengan Pertumbuhan dan Produksi Kacang
Tanah .................................................. Error! Bookmark not defined. V. KESIMPULAN DAN SARAN .................... Error! Bookmark not defined.
5.1. Kesimpulan ......................................... Error! Bookmark not defined. 5.2. Saran ................................................... Error! Bookmark not defined.
v
DAFTAR PUSTAKA ............................................... Error! Bookmark not defined.
LAMPIRAN .............................................................. Error! Bookmark not defined.
vi
DAFTAR TABEL
Nomor
Teks
Halaman
1 Tingkat Kecukupan Unsur Hara Pada Daun Kacang Tanah
Pada Berbagai Fase Pertumbuhan…...……….…………….….
10
2 Total Penyerapan Unsur Hara Pada Tanaman Kacang Tanah
Berdasarkan Fase Pertumbuhan ……..…...…………………...
12
3 Perlakuan Penelitian…...……………….……………………... 14
4 Parameter Pengamatan …….………………………………….. 16
5 Pengaruh Aplikasi Urea Humat Terhadap Pembentukan Bintil
Akar……………………………………...…………………….
17
6 Pengaruh Aplikasi Urea Humat Terhadap Tinggi Tanaman …. 19
7 Pengaruh Aplikasi Urea Humat Terhadap Jumlah Daun …….. 20
8 Pengaruh Aplikasi Urea Humat Terhadap Berat Kering,
Jumlah Polong Tanaman-1
, Bobot Polong Tanaman-1
, ….……
21
9 Pengaruh Aplikasi Urea Humat Terhadap Bobot 100 Biji Dan
Produktivitas Kacang Tanah…………………………………..
22
10 Pengaruh Aplikasi Urea Humat Terhadap Serapan Nitrogen,
Fosfor, Dan Kalium Kacang Tanah…………………………...
24
vii
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Teks
Halaman
1 Alur Pikir Penelitian …………...……………….…………….. 3
2 Reaksi penyediaan N-urea dan Nitrifikasi…………………..... 5
3 Struktur Asam Humat………………………………………… 7
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Teks
Halaman
1 Hasil Analisis Dasar………..…...……………….……………. 35
2 Kriteria Kalium Humat………...……….……...……………... 36
3 Perhitungan Kebutuhan Pupuk…….…...…………………….. 37
4 Denah Penelitian.…………….……………………………….. 39
5 Deskripsi Kacang Tanah Varietas Turangga…….…………… 40
6 Analisis Ragam Pengaruh Perlakuan Terhadap Variabel
Pengamatan…………..…...……………….…………………..
41
7 Matriks Korelasi Antar Variabel Pengamatan..………………. 44
8 Dokumentasi………………………………………….………. 45
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh unsur hara, salah satu unsur
hara yang keberadaannya sangat dibutuhkan tanaman ialah nitrogen. Tanaman dapat
memenuhi kebutuhan nitrogen dari beberapa sumber diantaranya secara alami
melalui simbiosis antara tanaman dengan organisme tanah, serta dengan aplikasi
pupuk. Pupuk yang mengandung nitrogen dan banyak tersebar di pasaran serta mudah
ditemui ialah urea. Kendala yang sering dihadapi saat penggunaan pupuk urea ialah
rendahnya efisiensi pupuk. Nitrogen yang terkandung dalam pupuk urea mudah
mengalami proses pencucian, menguap ke udara dalam bentuk N2, dinitrogen oksida
(N2O), nitrogen oksida (NO), gas ammonia (NH3), dan bentuk lain yang tidak dapat
dimanfaatkan oleh tanaman (Pratomo, Suwardi, dan Darmawan, 2009). Menurut
Tampubolon dan Suntari (2017), nitrogen mudah tercuci dari dalam tanah bentuk
nitrat (N-NO3-), dan menguap ke udara dalam bentuk gas ammonia (NH3). Hal ini
yang menjadikan tanaman tidak mampu memanfaatkan pupuk urea secara optimal.
Berbagai formula dikembangkan untuk meningkatkan efisiensi pupuk urea,
mencampurkan urea dan asam humat merupakan salah satu cara mengubah pupuk
menjadi slow release fertilizer (SRF). Asam humat merupakan bahan organik yang
memiliki kapasitas tukar kation (KTK) tinggi. Menurut Hermanto et al. (2013) asam
humat mampu meningkatkan kemampuan tanah dalam mengikat, menjerap,
mempertukarkan kation, membentuk senyawa kompleks dengan logam berat dan
lempung, serta humat dapat menyediakan unsur hara seperti N, P, K dan S kedalam
tanah serta C sebagai sumber energi bagi mikrobia tanah.
Berdasarkan penelitian Alimin et al. (2005) asam humat berpeluang
membentuk kompleks dengan ion logam sehingga diharapkan dapat menyebabkan
pelepasan secara slow release, dan lebih stabil. Menurut Suntari et al. (2013) Gugus
karboksil (negatif) dalam kalium humat dapat mengikat NH4+, pupuk urea yang
dilapisi dengan KH26 menunjukkan pelepasan NH4+ yang lebih lambat. Asam humat
sebagai pelengkap pupuk dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman jagung pada
2
tanah dengan kadar garam tinggi (soil salinity condition) (Hermanto et al., 2013).
Aplikasi urea humat dapat memperbaiki pH tanah, KTK, tinggi tanaman, dan berat
kering total pada tanaman jagung (Tampubolon dan Suntari, 2017).
Nitrogen merupakan unsur hara tanah yang sangat dibutuhkan saat
penanaman, Inceptisol Karangploso merupakan salah satu jenis tanah yang memiliki
N dan K rendah, dengan pH agak masam, memiliki fraksi pasir yang tinggi dan
kejenuhan basa yang sangat rendah. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
mengatasi permasalahan tanah Inceptisol ialah dengan penambahan bahan organik
dan pemupukan berimbang. Sundartiningsih, Utami, dan Prasetya (2005) menyatakan
bahwa aplikasi pupuk “organik diperkaya” memberikan hasil produksi cabai yang
lebih tinggi dibanding aplikasi urea pada Inceptisol karang ploso.
Aplikasi asam humat (bahan organik) dengan pupuk urea diharapkan mampu
mengurangi pencucian dan penguapan yang terjadi sehingga dapat meningkatkan
kesuburan tanah dan berdampak pada pertumbuhan serta produksi tanaman yang
optimal. Selaras dengan Khaled dan Fawy (2011), menjelaskan bahwa asam humat
secara signifikan mengurangi penguapan air dan meningkatkan penggunaannya oleh
tanaman, meningkatkan kapasitas memegang air tanah, mempercepat pembelahan sel,
menunjukkan perkembangan akar lebih besar, zat humat dapat memperbaiki sifat-
sifat tanah yang negatif, meningkatkan pertumbuhan tanaman dan serapan hara.
Kacang tanah (Arachis hypogea L.) merupakan salah satu jenis kacang-
kacangan yang paling banyak dikonsumsi setelah kedelai, akan tetapi berdasarkan
data Badan Pusat Statistik (2016), produksi kacang tanah di Indonesia selama periode
2012-2016 terus menurun dengan laju penurunan produksi 4,8% tahun-1
. Kacang
tanah termasuk tanaman leguminosa yang memiliki bintil akar, bintil akar merupakan
hasil aktivitas bakteri Rhizobium pada akar leguminosa. Bakteri Rhizobium mampu
menghasilkan nitrogen bagi tanaman melalui proses fiksasi nitrogen bila ditanam
pada tanah yang memiliki keasaman (pH) yang dibutuhkan yakni 5,8-6,3 (Yulhasmir,
2009). Marzuki (2007) mengemukakan bahwa kacang tanah termasuk tanaman
leguminosa yang mampu mengikat nitrogen dari udara, kemampuannya mengikat
3
nitrogen baru dimiliki pada umur 15-20 hari setelah tanam. Sehingga pupuk nitrogen
tetap diperlukan dengan dosis 15-20 kg N ha-1
pada awal pertumbuhan.
Berdasarkan uraian diatas maka dilakukan penelitian untuk mengkaji aplikasi
urea humat terhadap pembentukan bintil akar, pertumbuhan, serapan N P K serta
produksi tanaman kacang tanah (Arachis hypogea L.) pada Inceptisol.
Gambar 1. Alur Pikir Penelitian
Mudah terjadi
kehilangan N
dalam tanah
melalui proses
pencucian,
penguapan.
Penyedia unsur hara
N, P, K dan S dalam
tanah. Penyangga pH
dan memiliki KTK
tinggi
Penyedia unsur
hara N fast release
Meningkatkan pembentukan bintil
akar, pertumbuhan, serapan N, P,
K, serta produksi tanaman kacang
tanah.
Urea humat (slow
release), Penyedia
unsur hara N, P, K
Unsur N dan K
rendah, pH agak
masam, memiliki
fraksi pasir yang
tinggi
Perbaikan unsur
hara dan sifat kimia
tanah
Pupuk Urea Asam Humat Inceptisols
4
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh aplikasi urea humat terhadap pembentukan bintil akar
tanaman kacang tanah ( Arachis hypogea L.) pada Inceptisol?
2. Bagaimana pengaruh aplikasi urea humat terhadap pertumbuhan serta produksi
tanaman kacang tanah ( Arachis hypogea L.) pada Inceptisol?
3. Bagaimana pengaruh aplikasi humat terhadap serapan N, P, K pada tanaman
kacang tanah ( Arachis hypogea L.) pada Inceptisol?
1.3. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengkaji pengaruh aplikasi urea humat terhadap pembentukan bintil akar
tanaman kacang tanah (Arachis hypogea L.) pada Inceptisol.
2. Mengkaji pengaruh aplikasi urea humat terhadap pertumbuhan serta produksi
tanaman kacang tanah (Arachis hypogea L.) pada Inceptisol.
3. Mengkaji pengaruh aplikasi humat terhadap serapan N, P, K pada tanaman
kacang tanah (Arachis hypogea L.) pada Inceptisol.
1.4. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini:
1. Aplikasi urea humat dapat meningkatkan pembentukan bintil akar tanaman
kacang tanah (Arachis hypogea L.) pada Inceptisol.
2. Aplikasi urea humat dapat meningkatkan pertumbuhan serta produksi tanaman
kacang tanah (Arachis hypogea L.) pada Inceptisol.
3. Aplikasi urea humat dapat meningkatkan serapan N, P, K pada tanaman kacang
tanah (Arachis hypogea L.) pada Inceptisol.
1.5. Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan mampu untuk memberikan rekomendasi
mengenai penggunaan pupuk urea humat terhadap peningkatan produksi tanaman
kacang tanah (Arachis hypogea L.) pada Inceptisol sehingga penggunaan pupuk urea
lebih efisien.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Nitrogen pada Tanah dan Tanaman
Nitrogen merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan oleh
tanaman, Hanafiah (2005) menyatakan bahwa sumber N tanah berasal dari N2
atmosfer yang terbawa oleh air hujan, pelapukan bahan organik, dan fiksasi oleh
bakteri penambat N. Nitrogen tersedia bagi tanaman dalam bentuk ammonium
(NH4+) dan nitrat (NO3
-) (Pratomo et al., 2009). Terdapat dua proses saling
berhubungan yang mempengaruhi ketersediaan N dalam tanah, yaitu proses
imobilisasi dan mineralisasi. Imobilisasi merupakan proses perubahan dari
nitrogen anorganik menjadi nitrogen organik, sedangkan mineralisasi mencakup
perubahan dari nitrogen organik menjadi nitrogen anorganik, termasuk pelapukan
bahan organik tanah (Khairani, 2008).
Nitrogen organik dalam tanah dapat tersedia berbagai bentuk, diantaranya
asam amino, protein, dan gula amino. Havlin et al. (1999) menyatakan bentuk
nitrogen dalam tanah yang lain yaitu nitrogen anorganik, seperti NH4+, NO2
-, NO3
-
, N2O, NO dan gas N2 yang hanya dimanfaatkan oleh bakteri Rhizobium. Pupuk N
dan bahan organik yang diberikan dapat hilang sebagai N2O dan N2 maupun NH4+
dan NO3- melalui proses denitrifikasi, mobilisasi, dan pencucian. Pupuk N yang
digunakan dalam penelitian ialah pupuk urea, berdasarkan Hanafiah (2005)
terdapat 3 reaksi penyediaan N dari pupuk urea (Gambar 2). Pada reaksi (1)
penyediaan N dari pupuk urea dipercepat oleh enzin urease, dan melalui reaksi
nitrifikasi oleh bakteri Nitrosomonas dan Nitrobacter (reaksi (2) dan (3)).
(1) CO(NH2)2 + 𝐇2𝐎 𝐮𝐫𝐞𝐚𝐬𝐞→ NH4
++ CO2
(𝟐) NH2+
+ 𝟏, 𝟓 𝐎2 𝐍𝐢𝐭𝐫𝐨𝐬𝐨𝐦𝐨𝐧𝐚𝐬→ NO2
-+ 𝟐𝐇+ + H2O + 66 kcal
(3) NaNO2 + 𝟎, 𝟓 𝐎2 𝐍𝐢𝐭𝐫𝐨𝐛𝐚𝐤𝐭𝐞𝐫→ NaNO3 + 18 kcal
Gambar 2. Reaksi penyediaan N-urea dan nitrifikasi (Hanafiah, 2005)
Tanaman mengabsorpsi N dengan bentuk yang berbeda-beda, NH4+ dan
NO3- mempengaruhi kualitas tanaman seperti tanaman padi yang lebih baik
pertumbuhannya bila diaplikasikan NH4+, sedangkan tanaman jagung lebih baik
bila diaplikasikan NO3- tetapi terdapat tanaman yang tidak terpengaruh oleh
bentuk-bentuk N tersebut. Nitrogen yang diserap dalam tanaman diubah menjadi
6
N-, NH
-, NH
-2. Menurut Nainggolan, Suwardi, dan Darmawan, (2009) bentuk
reduksi ini kemudian diubah menjadi senyawa yang lebih kompleks dan akhirnya
menjadi protein.
2.2. Asam Humat
Asam humat merupakan bahan organik yang termasuk dalam zat humat.
Yustiawati et al. (2015) menyatakan bahwa asam humat ialah komponen dominan
zat humat selain asam fulvat dan humin. Zat humat memiliki peran penting dalam
lingkungan, seperti meningkatkan kesuburan tanah dengan memperbaiki sifat
kimia dan fisik tanah, serta memiliki KTK sangat tinggi sehingga mampu
membentuk senyawa kompleks stabil dengan logam berat dan lempung
(Hermanto et al., 2013).
Menurut Yustiawati et al. (2015) Asam humat memiliki struktur kimia
yang tidak dapat didefinisikan karena memiliki campuran bahan organik yang
rumit dan terhubung secara acak sehingga membentuk struktur yang kompleks.
Komposisi kimia, ukuran molekul, struktur, kelompok fungsional asam humat
berbeda tergantung pada asal dan cara genesis.
Karakteristik dan struktural asam humat bervariasi tergantung pada
beberapa faktor seperti karakteristik tanah, kondisi lingkungan, dan jenis vegetasi.
Selaras dengan hasil penelitian Yustiawati et al. (2015) bahwa asam humat yang
diekstrak dari tanah gambut Kalimantan Tengah memiliki berat molekul yang
relatif rendah dan berisi struktur yang lebih alifatik seperti karboksilat dan asam
lemak. Asam humat yang digunakan dalam penelitian ialah kalium humat
(KH26). Suntari et al. (2013) mengemukakan bahwa Kalium humat (KH26)
merupakan formula yang berasal dari sedimen Leonardite di gippland Victoria,
Australia, kalium humat yang mengandung gugusan karboksil sebanyak 71,4
cmol kg-1
dan gugusan OH-phenolik sebanyak 101,7 cmol kg-1
dapat memberikan
interaksi dengan urea pada konsentrasi 26 ppm, 130 ppm, dan 260 ppm.
Menurut Suntari et al. (2013) Gugus karboksil (negatif) dalam kalium
humat dapat mengikat NH4+, pupuk urea yang dilapisi dengan KH26
menunjukkan pelepasan NH4+ yang lebih lambat, interaksi dalam ikatan urea
humat melibatkan kovalen dan ikatan hidrogen. Ikatan kovalen antara kelompok
aromatik dalam asam humat dan kelompok amida dalam urea membentuk
7
senyawa aromatik amida yang lebih stabil sehingga menjadikan urea humat lebih
sulit didegradasi, sedangkan adanya ikatan hidrogen dalam molekul air dipolar
dapat mengikat urea dan kalium humat.
Gambar 3. Struktur asam humat (Suntari et al., 2013)
Berdasarkan hasil penelitian Yusuff, Ahmed, dan Majid (2009) mengubah
urea dengan asam fulvat dan asam humat dapat meningkatkan retensi amonium di
tanah masam. Urea humat dapat meningkatkan efisiensi penggunaan urea serta
mengurangi pencemaran lingkungan di bidang pertanian. Selaras dengan hal
tersebut Ahmed, Aminuddin, dan Husni (2006) menyatakan bahwa campuran
pupuk P asam dan asam humat dengan urea juga secara signifikan meningkatkan
nilai tukar Ca K dan Mg dibandingkan dengan urea saja.
2.3. Manfaat Asam Humat Terhadap Tanah dan Tanaman
Asam humat ialah salah satu komponen humus yang dapat membantu
menggemburkan tanah, membantu transfer unsur hara dari tanah ke tanaman,
meningkatkan retensi kandungan air, dan memacu pertumbuhan bakteri didalam
tanah (Suwahyono, 2011). Selaras dengan hal tersebut, Nainggolan, Suwardi,
Darmawan (2009) menyatakan penggunaan urea-zeolit-asam humat (UZA)
berpengaruh pada tanaman baik di laboratorium maupun di lapangan, yaitu
terhadap tinggi tanaman, berat basah, dan berat kering tunas dan akar, jumlah akar
lateral, inisiasi akar, pertumbuhan bibit, penyerapan hara dan pembungaan. Secara
tidak langsung asam humat dapat memperbaiki kesuburan tanah dengan
Struktur permukaan
Struktur bagian dalam
Aromatik amida
Alifatik amida
8
mengubah kondisi fisik, kimia, dan biologi dalam tanah. Secara langsung, asam
humat berpengaruh terhadap proses metabolisme dan fisiologis tanaman sehingga
memacu pertumbuhan tanaman.
Pengaruh spesifik dari asam humat pada pertumbuhan tanaman mencakup:
(1) kelarutan dari unsur hara mikro (Fe, Zn, Mg) dan beberapa hara makro (K, Ca,
P), (2) menurunkan tingkat aktivitas racun dari bahan yang beracun, (3)
meningkatkan populasi bakteri dan (4) agregasi mineral tanah (Suwahyono,
2011). Tan dan Napamornbodi (1979) dalam Nainggolan et al. (2009)
menjelaskan bahwa asam humat bermanfaat bagi pertumbuhan akar dan bagian
atas tanaman. Selain itu, terdapat peningkatan nyata dalam kandungan N bagian
atas semai dan produksi bahan kering dari pemanfaatan asam humat (Nainggolan
et al., 2009). Elaida et al. (2006) menyatakan bahwa asam humat membantu
transfer unsur hara dari tanah kedalam tanaman, serta memacu pertumbuhan
bakteri di dalam tanah. Pertumbuhan bakteri yang meningkat menjadikan
simbiosis antara bakteri dengan tanaman kacang tanah meningkat sehingga
menghasilkan bintil akar meningkat pula.
Aplikasi asam humat pada tanah dapat berpengaruh pada pertumbuhan
tanaman dan produksi tanaman. Hal tersebut telah dijelaskan pada beberapa
komoditas, pada padi aplikasi rekomendasi pupuk urea dengan penambahan asam
humat dapat meningkatkan berat kering panen efektif sebanyak 22% dibanding
rekomendasi pupuk urea (Suntari et al., 2013), pada tanaman jagung aplikasi asam
humat dengan pupuk NPK 100% dapat meningkatkan P tersedia 0,1% (kedalaman
tanah 0-20 cm), 0,3% K tersedia (kedalaman tanah 0-20 cm) pada masa panen
(Hermanto et al., 2013), aplikasi asam humat 10 liter ha-1
dengan karier zeolit
meningkatkan produksi padi 15% dan jagung 10% (Suwardi, Dewi dan
Hermawan, 2009), aplikasi asam humat 15 liter ha-1
dengan zeolite 10 kg liter-1
meningkatkan produksi padi 15% dan jagung 7% (Suwardi dan Wijaya, 2013),
aplikasi asam humat 10 kg ha-1
dapat meningkatkan 8,8% tinggi tanaman (cm),
9,38% jumlah daun tanaman-1
, 6,73% jumlah polong tanaman-1
, 14,49% bobot
polong tanaman-1
dibanding dengan dosis asam humat 5 kg ha-1
pada kacang
buncis (Sayed et al., 2014).
9
2.4. Inceptisol
Inceptisol menurut Soil Survey Staff (2014) ialah tanah yang mempunyai
epipedon umbrik, dengan kejenuhan basanya kurang dari 60%, memiliki ciri-ciri
(1) memiliki horizon kambik di kedalaman 100 cm dari permukaan tanah mineral
dan berada 25 cm di bawah tanah mineral, (b) memiliki horizon kalsik,
petrokalsik, gipsik, petrogipsik pada kedalaman 100 cm dari permukaan tanah
mineral, (3) terdapat fragipan atau oksik, sombrik, atau spodik didalam 200 cm
dari permukaan tanah mineral dan (4) terdapat horizon sulfirik di kedalaman 150
cm dari permukaan tanah mineral.
Inceptisol merupakan jenis tanah yang didominasi oleh mineral liat
kaolinit (1:1) (Nursyamsi dan Suprihati, 2005). Inceptisol memiliki berat jenis 1,0
g cm-3
, kalsium karbonat kurang dari 40 %, kejenuhan basa kurang dari 50 %,
memiliki nilai porositas 68 %- 85 % (Resman, Syamsul, dan Bambang, 2006).
Inceptisols di daerah humid umumnya mempunyai kandungan liat cukup tinggi
(37-78%), pH masam hingga agak masam (pH 4,6 -5,5), kandungan bahan
organik rendah hingga sedang, P-total rendah hingga tinggi, dan K-total sangat
rendah hingga sedang. Jumlah basa-basa dapat ditukar tergolong sedang sampai
tinggi dengan kompleks adsorpsi didominasi oleh kation Ca dan Mg. Nilai KTK
pada Inceptisols lapisan atas sebagian besar dalam kriteria sedang sampai tinggi
dan kejenuhan basanya umumnya tinggi sampai sangat tinggi (Subagyo, Suharta
dan Siswanto, 2000). Karakteristik Inceptisols tersebut juga terdapat pada
Inceptisol Karangploso sebagai tanah penelitian yang memiliki KTK sangat tinggi
dan pH agak masam serta kejenuhan basa yang sangat rendah.
2.5. Tanaman Kacang Tanah
Kacang tanah (Arachis hypogea L.) merupakan salah satu jenis kacang-
kacangan yang umumnya ditanam pada lahan kering, dengan jenis tanah lempung
berpasir, liat berpasir atau lempung liat berpasir. Kemasaman (pH) tanah yang
sesuai untuk kacang tanah ialah 6,5-7,0 (Rahmianna, Pratiwi, Harnowo 2015).
Kacang tanah termasuk dalam genus Arachis, daunnya terdiri dari 3-4 helai
memiliki daun penumpu, bunga berbentuk kupu-kupu dengan tabung hipantium,
dan buah atau polongnya tumbuh di dalam tanah (Trustinah, 2015). Sistem
perakaran kacang tanah terpusat pada kedalaman 5-25 cm dengan radius 12-14 cm
10
berupa akar tunggang, dan akar lateral panjangnya sekitar 15-20 cm serta terletak
tegak lurus pada akar tunggangnya (Rao, 1988 dalam Trustinah, 2015). Kacang
tanah tumbuh optimum pada suhu tanah 27-30°C tergantung varietas, sedangkan
untuk suhu udara optimum berkisar antara 29-36,5 °C serta 41-47 °C untuk suhu
udara maksimum (Rahmianna et al., 2015).
Kacang tanah memiliki empat helai daun yang disebut tetrafoliate yang
muncul pada batang dengan susunan melingkar pilotaksis 2/5. Daun mempunyai
beragam bentuk antara lain bulat, elips, sampai agak lancip, dengan ukuran
bervariasi (2,4 x 0,8 cm sampai 8,6 x 4,1 cm) tergantung varietas dan letaknya.
Warna daun hijau dan hijau tua. Daun-daun pada bagian atas biasanya lebih besar
dibandingkan dengan yang bagian bawah. Daun yang terletak pada batang utama
umumnya lebih besar dibandingkan dengan yang muncul pada cabang. Daun
kacang tanah memiliki daun penumpu (stipula) yang panjangnya 2,5–3,5 cm, dan
tangkai daun (petiola) yang panjangnya 3–7 cm. Bakal buah atau yang biasa
disebut ginofor, terus tumbuh hingga masuk menembus tanah sedalam 2–7 cm,
Ginofor-ginofor yang letaknya lebih dari 15 cm dari permukaan tanah biasanya
tidak dapat menembus tanah dan ujungnya mati (Trustinah, 2015).
Tabel 1. Tingkat Kecukupan Unsur Hara Pada Daun Kacang Tanah Pada Berbagai
Fase Pertumbuhan
Bagian
tanaman
Fase
tanaman
Unsur Makro (% berat kering)
N P K Mg Ca S
Daun ke-7 Umur 40
HST 3,3-3,9
0,15-
0,25
1,0-
1,5 0,30 2,0 0,19-0,25
Daun
bagian atas
yang sudah
tua (upper
mature
leaves)
Berbunga 3,0-4,5 0,20-
0,50
1,7-
3,0
0,30-
0,80
1,25-
2,0 0,20-0,35
Unsur Mikro (mg kg-1
berat kering)
Mn Fe B Cu Zn Al Mo
Daun
bagian atas
yang sudah
tua
Berbunga 20-350 50-300 20-60 5-20 20-60 <200 0,1-
5,0
Sumber : Gillier dan Silvestre (1969); Plank (1989); dalam Taufiq dan Kristiono
(2015)
Lingkungan yang sama pada tanaman dapat memiliki kandungan unsur
hara yang beragam, antar bagian tanaman dan antar varietas. Kandungan unsur
11
hara dalam tanaman menggambarkan jumlah unsur yang dapat diakumulasi
tanaman dalam waktu tertentu. Semakin tua umur bagian tanaman atau umur
tanaman, maka unsur hara yang serap akan lebih banyak dibandingkan dengan
bagian tanaman atau umur tanaman yang lebih muda (Tabel 1).
2.6. Nitrogen pada Tanaman Kacang tanah
Kacang tanah termasuk tanaman leguminosa yang memiliki bintil akar,
bintil akar berfungsi menghasilkan nitrogen bagi tanaman melalui proses fiksasi
nitrogen, kandungan protein pada biji kacang tanah yang cukup tinggi (berkisar
30%) menyebabkan tingginya kebutuhan unsur N. Sebagian besar kebutuhan N
(60–80%) dipenuhi dari fiksasi N bintil akar (Nambiar, 1990 dalam Taufiq dan
Kristiono, 2015). Bintil akar berfungsi menghasilkan nitrogen bagi tanaman
melalui proses fiksasi nitrogen. Fiksasi nitrogen dari udara merupakan hasil kerja
sama antara tanaman kacang tanah dengan bakteri Rhizobium dalam bintil akar
yang saling menguntungkan. Selaras dengan hal tersebut, Armiadi (2009)
mengemukakan bahwa nitrogen yang dihasilkan oleh bakteri Rhizobium pada
tanaman leguminosa berkisar 2 sampai 380 kg N ha-1
tahun-1
.
Sedangkan Marzuki (2007) mengemukakan bahwa kacang tanah mampu
mengikat nitrogen dari udara, kemampuannya mengikat nitrogen baru dimiliki
pada umur 15-20 hari setelah tanam. Respons positif tanaman kacang tanah
terhadap pupuk N menunjukkan bahwa kebutuhan N tidak sepenuhnya dipenuhi
dari fiksasi N2 (Hadad et al., 1982 dalam Taufiq dan Kristiono, 2015).
Berdasarkan hal tersebut maka kebutuhan hara lengkap tetap diperlukan pada
awal pertumbuhan.
2.7. Serapan N, P, K pada Tanaman Kacang Tanah
Kacang tanah mampu menyerap hara melalui akar, dan polong (Taufiq dan
Kristiono, 2015). Pola serapan hara tanaman kacang tanah dalam satu musim
tanam mengikuti pola akumulasi bahan kering, dimana serapan pada musim hujan
lebih tinggi dibandingkan dengan musim kemarau berturut-turut ialah 104,2 mg
N, 6,93 mg P, 12,82 mg K dan 119,6 mg Ca per tanaman, sedangkan pada musim
hujan ialah 174,07 mg N, 14,36 mg P, 203,11 mg K, dan 190,01 mg Ca per
tanaman (Junjittakarna et al., 2013). Laju produksi bahan kering sangat lambat
pada fase pembungaan dan meningkat pada fase reproduktif dan pemasakan
polong. Unsur N, P, K, Ca, dan Mg diserap tanaman sebanyak 10-19% selama
12
fase vegetatif, sedangkan sisanya diserap selama fase reproduktif dan pemasakan
polong, seperti yang disajikan dalam Tabel 2.
Tabel 2. Total Penyerapan Unsur Hara Pada Tanaman Kacang Tanah Berdasarkan
Fase Pertumbuhan
Fase pertumbuhan Unsur Hara (%)
N P K Mg Ca
Vegetatif 10 10 19 11 10
Reproduktif 42 39 28 48 53
Polong masak 48 51 53 41 37
Sumber : Lagonathan dan Khirsnamoorthy (1977) dalam Taufiq dan Kristiono
(2015)
Pada tingkat hasil polong 3 ton ha-1
, kacang tanah membutuhkan unsur N, Ca, dan
K lebih tinggi dibandingkan unsur P, Mg, dan S, dengan total serapan N, Ca, dan
K pada kacang tanah mencapai 192 kg N ha-1
, 77 kg Ca ha-1
, dan 66 K ha-1
(Tabel
2).
III. METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 hingga Mei 2017 di
kebun percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur, Malang.
Analisis Kimia tanah dan tanaman dilaksanakan di Laboratorium Kimia Jurusan
Tanah Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang.
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1. Alat
Peralatan yang dibutuhkan untuk pembuatan Urea humat ialah tray,
spatula, dan gelas ukur. Alat untuk pengambilan sampel tanah ialah cangkul,
sekop, dan plastik. Alat untuk pengamatan pertumbuhan dan produksi tanaman
ialah gembor, timbangan, pisau, penggaris dan alat tulis. Analisis kimia tanah
menggunakan peralatan laboratorium.
3.2.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ialah:
1. Tanaman
Benih Kacang Tanah (Arachis hypogea L.) yang digunakan ialah varietas
Turangga (Lampiran 5)
2. Pupuk Kandang Kambing
Pupuk kandang kambing yang diperoleh dari UPT Kompos Universitas
Brawijaya, diaplikasikan 2 minggu sebelum tanam (MST).
3. Dolomit
Dolomit merupakan kapur yang digunakan untuk memenuhi unsur Ca dan
Mg, diaplikasikan 2 minggu sebelum tanam.
4. Pupuk Urea , Urea Humat, ZA, SP-36 dan KCl
Pupuk ZA, SP-36 dan KCl merupakan pupuk dasar sebelum tanam.
Sedangkan pupuk Urea dan Urea Humat termasuk ke dalam perlakuan dan
diaplikasikan saat tanam.
3.3. Rancangan Penelitian
Percobaan dilaksanakan dengan metode Rancangan Acak Kelompok
(RAK) sebanyak 5 perlakuan dan 3 ulangan sehingga terdapat 15 kombinasi
14
perlakuan. Pemupukan yang dilakukan ialah dosis pemupukan berimbang yang
digunakan untuk tanaman kacang tanah (Lampiran 3). Kombinasi perlakuan yang
digunakan disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Perlakuan penelitian
Perlakuan Kode U UH KCl SP36 ZA CaMg
(kg ha-1
)
Kontrol A1 0 0 100 222,22 83,33 100
100% U A2 70,65 0 100 222,22 83,33 100
100% UH A3 0 70,65 100 222,22 83,33 100
200% UH A4 0 141,3 100 222,22 83,33 100
300% UH A5 0 211,95 100 222,22 83,33 100
Keterangan : U = urea; UH: urea humat
3.4. Pelaksanaan penelitian
3.4.1. Pembuatan Urea Humat
Pembuatan urea humat dimulai dengan persiapan bahan yang berupa urea
dan kalium humat (Lampiran 2). Kalium humat (KH26) yang merupakan formula
yang didapat dari endapan Leonardite dari Victoria’s gippland Australia. Asam
humat yang digunakan telah dilakukan analisis dasar sebelumnya. Metode yang
digunakan untuk pelapisan urea humat ialah dengan mencampurkan 10 ml KH26
pada 1 kg pupuk urea hingga terlapisi dengan merata kemudian dibiarkan kering
secara alami selama 2 minggu, setelah itu akan menghasilkan urea humat dengan
kandungan asam humat 1%.
3.4.2. Analisis Tanah Awal
Analisis tanah awal yang dilakukan untuk mengetahui kandungan unsur
hara pada Inceptisols yang digunakan serta untuk mengetahui sifat kimia tanah
(Lampiran 1). Data tersebut digunakan sebagai acuan dalam penelitian yang
dilakukan. Contoh tanah diambil secara komposit dari 5 titik dalam satu lahan.
Jarak pengambilan sampel antar titik ialah 10 x 10 m membentuk persegi. Sampel
diambil disetiap sudut dari persegi dan titik terakhir diambil tepat di tengah dari
bentuk persegi tersebut (Lampiran 4b). Sampel tanah diambil sebanyak ± 500 g
pada kedalaman 20 cm. Contoh tanah tersebut kemudian dimasukkan ke dalam
plastik yang telah diberi label. Selanjutnya tanah dikeringanginkan selama 7 hari
kemudian diayak dengan menggunakan ayakan 2 mm.
15
3.4.3. Pemupukan
Aplikasi pupuk berupa pupuk urea, dan pupuk urea humat,sesuai dengan
dosis yang telah ditetapkan (Tabel 4). Aplikasi pupuk KCl, pupuk ZA dan pupuk
SP-36 dilakukan sehari sebelum tanam, sedangkan pupuk kandang kambing (5 ton
ha-1
) sebagai pupuk dasar yang diaplikasikan 2 minggu sebelum tanam.
3.4.4. Pemeliharaan
a. Penyiangan
Penyiangan dilakukan dengan mencabut gulma secara manual, setiap 2 kali
minggu-1
.
b. Penyulaman
Penyulaman dilakukan jika ada benih yang mati atau tidak tumbuh (pada 7
hari setelah tanam).
c. Pengamatan
Pengamatan terhadap tanah dilakukan pada saat sebelum dilakukan penelitian
sebagai bahan analisis dasar. Pengamatan pertumbuhan tanaman dilakukan pada
30 hari setelah tanam (HST), 60 HST dan 90 HST meliputi tinggi tanaman,
jumlah daun, dan waktu berbunga. Pengamatan pasca panen meliputi jumlah bintil
akar, jumlah polong pertanaman, berat polong, jumlah biji perpolong, berat 100
biji, berat kering berangkasan, dan serapan N, P, K pada tanaman kacang tanah.
Parameter pengamatan disajikan pada Tabel 4. Perhitungan jumlah bintil akar
dilakukan dengan mencuci akar dengan air, kemudian dihitungjumlah bintil
akarnya.
3.4.5. Pemanenan
Tanaman kacang tanah dipanen pada umur 105 HST. Cara pemanenan
dengan dicabut atau dicongkel menggunakan sekop dari dalam tanah. Setelah
panen polong dirontokkan, dikering anginkan hingga kadar air 12% (sekitar 1
minggu) yang ditandai dengan mudah terkelupasnya kulit ari (Rahmianna et al.,
2015). Bobot kering panen yang efektif ialah 87,5% dari berat kering ha-1
saat
panen (Suntari et al., 2015)
3.5. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis ragam atau Analysis
of Variance (ANOVA). Apabila didapatkan pengaruh nyata dilanjutkan dengan
16
uji jarak berganda atau Duncan Multiple Range Test (DMRT). Selanjutnya untuk
mengetahui keeratan hubungan antar perlakuan dilakukan korelasi antar parameter
pengamatan. Analisis data dilakukan dengan menggunakan aplikasi Genstat
Discovery edisi 4.
Tabel 4. Parameter Pengamatan Objek
pengamatan
Parameter Metode Waktu (HST)
0 30 60 90 105
Tanah
pH H2O Glasselectrode √
P-total HCl 25% √
K-total Flamefotometer √
C-organik Kjedahl √
BO Perhitungan √
N-total Walkey and Black √
C/N Perhitungan √
Kadar air Gravimetrik √
Ca Titrasi EDTA √
Mg Titrasi EDTA √
Na Flamefotometer √
KTK NH4OAC 1N pH7 √
KB Perhitungan √
Kompos
pH Glasselectrode √
N total Walkey and Black √
P-total HCl 25% √
K-total Flamefotometer √
C-organik Kjedahl √
C/N Perhitungan √
Kadar Air Gravimetrik √
Tanaman
Tinggi tanaman Pengukuran √ √ √
Jumlah daun Pengukuran √ √ √
Waktu berbunga Perhitungan √
Jumlah bintil
akar
Perhitungan √
Jumlah polong Perhitungan √
Berat polong Perhitungan √
Jumlah biji
perpolong
Perhitungan √
Berat 100 biji Perhitungan √
Berat kering
tanaman
Perhitungan √
Kadar air
tanaman
Perhitungan √
N-serapan Pengabuan basah √
P-serapan Pengabuan basah √
K-serapan Pengabuan basah √
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pengaruh Aplikasi Urea Humat Terhadap Pembentukan Bintil Akar
Kacang Tanah
Kacang tanah merupakan tanaman leguminosa yang mampu menambat N.
Pembentukan bintil akar merupakan ciri dari bakteri penambat N2 simbiotik
(Simanungkalit et al., 2006). Selaras dengan Suryantini (2015) menjelaskan
bahwa pembentukan bintil oleh bakteri Rhizobium akan dipengaruhi oleh
penambatan nitrogen oleh tanaman. Bintil akar merupakan hasil simbiosis
mutualisme antara tanaman leguminosa dengan bakteri Rhizobium, dalam
simbiosis ini tanaman legum menyediakan karbohidrat bagi bakteri sebagai energi
bagi aktivitas bakteri untuk mereduksi nitrogen menjadi ammonium (Hanafiah,
2005). Hasil analisis ragam pengaruh aplikasi urea humat terhadap pembentukan
bintil akar disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Pengaruh Aplikasi Urea Humat Terhadap Pembentukan Bintil Akar
Perlakuan Bintil akar (tanaman-1
) + (%)
A1 520 0
A2 500 -3,84
A3 371 -28,65
A4 405 -22,11
A5 377 -27,50 Keterangan : A1 = kontrol; A2 =100% U; A3 = 100% UH; A4 = 200% UH; A5 = 300% UH; +
= Peningkatan
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa aplikasi urea humat pada kacang
tanah tidak berpengaruh nyata terhadap pembentukan bintil akar. A1 (kontrol)
memiliki jumlah bintil akar lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan lain,
semakin tinggi dosis pupuk N maka jumlah bintil akar yang dihasilkan semakin
sedikit. Hal ini diduga karena senyawa nitrogen dalam tanah umumnya menunda
atau menghambat pembentukan bintil akar, hal ini sesuai dengan Sunarlim dan
Achlan (1994) dalam Simanungkalit et al., (2006) menjelaskan bahwa
penambahan pupuk N 10 kg ha-1
mengurangi bobot bintil akar 4,86 mg tanaman-1
sehingga bobot bintil akar menurun secara nyata dengan penambahan pupuk N.
Penurunan bobot bintil diindikasikan dengan pernurunan jumlah bintil akar.
Aplikasi pupuk N menguntungkan tanaman kacang tanah dalam jumlah
sedikit untuk memacu pertumbuhan awal tanaman dan meningkatkan kemampuan
fotosintesis (Suryantini, 2015). Perkembangan dan aktivitas fiksasi nitrogen dari
18
bintil akar akan terhenti ketika bintil akar terpapar nitrogen dalam konsentrasi
tinggi (Saito et al., 2014). Hal ini selaras dengan Fujikake et al. (2003)
menjelaskan bahwa bintil akar menjadi tertekan ketika terkena senyawa nitrogen,
dan aktif setelah nitrogen tanah tidak tersedia bagi tanaman.
Perlakuan A5 (300% UH) menunjukan hasil yang lebih rendah
dibandingkan dengan A4 (200% UH), hal ini diduga karena aplikasi pupuk N
yang berlebihan akan meningkatkan N tersedia dalam tanah sehingga fiksasi
nitrogen terhenti. Selaras dengan Wicaksono, Hanum, dan Elfiati (2015) yang
menjelaskan bahwa aplikasi dosis pupuk urea 150 kg ha-1
dengan penambahan
Rizhobium cenderung memberikan respon negatif terhadap efisiensi serapan
nitrogen, bintil akar dan bobot 100 biji. Fujikake et al. (2003), menjelaskan bahwa
nitrogen anorganik memiliki bentuk utama yaitu senyawa nitrat. Senyawa nitrat
sangat menghambat pembentukan bintil dan aktivitas fiksasi nitrogen, sehingga
dapat menyebabkan penurunan jumlah bintil, massa bintil dan aktivitas fiksasi
nitrogen, serta percepatan umur bintil atau disintegrasi pada tanaman legum.
Lucinski et al. (2002) menyatakan bahwa nitrat membatasi enzim nitrogenase
pada bintil akar sehingga proses pembentukan bintil akar terhambat.
Terganggunya aktivitas enzim utamanya enzim nitrogenase dalam bintil akar akan
mempengaruhi aktivitas fiksasi nitrogen dari udara melalui bintil akar (Rauf,
2008).
4.2. Pengaruh Aplikasi Urea Humat Terhadap Pertumbuhan Kacang
Tanah
4.2.1. Tinggi tanaman kacang tanah
Hasil penelitian menunjukkan aplikasi urea humat tidak berpengaruh nyata
terhadap tinggi tanaman kacang tanah (Lampiran 6), namun dapat meningkatkan
pertumbuhan tinggi tanaman seiring bertambahnya umur tanaman. Hasil
penelitian Tarigan dan Suntari (2016) menunjukkan bahwa aplikasi asam humat
tidak berpengaruh pada tinggi tanaman bawang merah. Hal ini selaras dengan
Suwardi, Dewi dan Hermawan (2009) yang menyatakan bahwa perlakuan asam
humat dan Zeolite tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman padi. Hasil
penelitian juga sesuai dengan Tampubolon dan Suntari (2017), aplikasi urea
humat tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman jagung.
19
Aplikasi urea humat pada kacang tanah tidak berpengaruh nyata terhadap
tinggi tanaman pada 30, 60 dan 90 HST namun terjadi peningkatan tinggi
tanaman dibandingkan dengan perlakuan kontrol (A1) dengan aplikasi urea
humat. Selaras dengan penelitian Suwardi dan Wijaya (2013) menyatakan bahwa
tinggi tanaman padi yang diberi perlakuan asam humat dengan karier zeolite lebih
tinggi dibandingkan dengan kontrol. Hal ini diduga karena pola pelepasan urea
humat lebih stabil yang mengakibatkan ketersediaan pupuk tersebut lebih lama
pada fase vegetatif, sehingga mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman
(Pratomo et al., 2009).
Tabel 6. Pengaruh Aplikasi Urea Humat Terhadap Tinggi Tanaman
Perlakuan Tinggi tanaman (cm)
30 HST + (%) 60 HST + (%) 90 HST + (%)
A1 10,67 0 37,07 0 55,53 0
A2 12,33 15,55 37,10 0,08 64,13 15,5
A3 11,20 4,97 44,43 19,85 60,20 8,4
A4 15,40 44,33 48,40 30,56 64,13 15,5
A5 15,03 40,86 43,57 17,53 61,77 11,2 Keterangan : A1 = kontrol; A2 =100% U; A3 = 100% UH; A4 = 200% UH; A5 = 300% UH.; + =
Peningkatan
Penambahan pupuk menyebabkan kenaikan tinggi tanaman (Tabel 6)
dibandingkan dengan A1 (kontrol). Peningkatan tinggi tanaman ini diduga karena
senyawa humat yang menyelaputi urea dapat meningkatkan permeabilitas sel dan
meningkatkan hormon pertumbuhan yang akhirnya dapat mendorong
pertumbuhan tanaman (Goenadi, 1999 dalam Suntari et al., 2013). Menurut
penelitian Canellas et al. (2002) menyatakan bahwa hormon pertumbuhan
tanaman dapat diserap ke struktur kompleks asam humat yang mempengaruhi
pertumbuhan tanaman, hormon yang diserap kedalam humat akan bertahan di
tanah, kemudian akan dilepaskan perlahan dari humat sehingga memiliki lebih
banyak pengaruh pada pertumbuhan tanaman.
Selaras dengan Jasim, Ali, dan Lilo, (2016) yang menjelaskan bahwa
peningkatan dari tinggi tanaman kacang berbanding lurus dengan tingkat nitrogen
yang meningkat. Hamid et al. (2011) mengemukakan bahwa tanpa pupuk nitrogen
menyebabkan penurunan nilai hasil benih, tinggi tanaman,100 biji dan jumlah
polong tanaman-1
.
20
Perlakuan A3 (100% UH) menghasilkan peningkatan tinggi tanaman lebih
kecil dibanding A2 (100% U), hal ini diduga aplikasi asam humat pada tanaman
kacang tanah memberikan pengaruh dalam waktu lebih lama, bertahan lebih lama
pada tanah dan akan dilepaskan secara perlahan. Pemberian urea dengan dosis
211,95 kg ha-1
(A5) dapat mengganggu pertumbuhan sehingga pertumbuhan
tanaman agak lambat hal ini ditunjukkan pada Tabel 6, perlakuan A5 (300% UH)
menghasilkan peningkatan lebih kecil dibanding A4 (200% UH). Hal ini selaras
dengan Sayed et al. (2014) aplikasi asam humat 10 kg ha-1
dapat meningkatkan
8,8% tinggi tanaman (cm), 9,38% jumlah daun tanaman-1
, 6,73% jumlah polong
tanaman-1
, 14,49% bobot polong tanaman-1
dibanding dengan dosis asam humat 5
kg ha-1
pada kacang buncis.
4.2.2. Jumlah daun
Jumlah daun merupakan salah satu indikator pertumbuhan tanaman selain
tinggi tanaman, pengamatan jumlah daun dilakukan untuk mengetahui
perbandingan jumlah daun antar tanaman setelah aplikasi urea humat pada
tanaman kacang tanah. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa aplikasi urea
humat berpengaruh nyata pada setiap pengamatan jumlah daun kecuali pada 30
HST disajikan pada Tabel 7 .
Tabel 7. Pengaruh Aplikasi Urea Humat Terhadap Jumlah Daun
Perlakuan Jumlah Daun (tanaman
-1)
30 HST + (%) 60 HST + (%) 90 HST + (%)
A1 15 0 45 a 0 65 abc 0
A2 17 13,33 45 a 0 53 a -18,46
A3 13 -13,33 44 a -2,22 58 ab -10,78
A4 28 86,67 74 b 64,44 81 c 24,61
A5 22 46,67 56 ab 24,44 70 bc 7,69 Keterangan : A1 = kontrol; A2 = 100% U; A3 = 100% UH; A4 = 200% UH; A5 = 300% UH.
Angka-angka yang di ikuti huruf kecil yang sama menunjukkan interaksi tidak
berbeda nyata pada uji Duncan 5%
Perlakuan A4 (200% UH) merupakan perlakuan dengan jumlah daun
tertinggi dengan hasil rerata 74 helai (60 HST) dan 82 helai (90 HST), dan
berbeda nyata dengan perlakuan A2 (100% U) dengan jumlah daun 53 helai (90
HST), tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan A3 (100% UH), A5 (300%
UH) dan A1 (kontrol) pada 90 HST (Tabel 7). Sedangkan perlakuan dengan
jumlah daun terendah pada 90 HST ialah A2 (100% U). Hal ini selaras dengan
21
hasil penelitian Achakzai et al. (2012) yang menjelaskan bahwa ada perbedaan
jumlah daun pertanaman namun tidak konsisten antara dosis pupuk yang berbeda.
Dari hasil analisis ragam dan uji lanjut, dilakukan uji korelasi (keeratan
hubungan antar parameter). Hasil analisis korelasi (Lampiran 7) menunjukkan
adanya korelasi positif dan hubungan yang kuat antara jumlah daun dengan
jumlah polong tanaman-1
(r= 0,62), bobot polong tanaman-1
(r=0,73), bobot 100
biji (r= 0,61) dan produktivitas efektif (r= 0,71). Hubungan tersebut menunjukkan
bahwa semakin meningkat jumlah daun, semakin meningkat pula jumlah polong
tanaman-1
, bobot polong tanaman-1
, bobot 100 biji dan produktivitas efektif
tanaman. Jumlah daun yang meningkat akan meningkatkan proses fotosintesis
sehingga hasil fotosintesis dapat digunakan untuk memproduksi polong lebih
banyak, hal ini selaras dengan Sarief (1989) dalam Lubis, Jumini dan Syafruddin
(2013), meningkatnya fotosintesis pada tanaman akan dikuti dengan
meningkatnya ketersediaan karbohidrat yang dapat digunakan untuk
memproduksi biji lebih banyak.
4.3. Pengaruh Aplikasi Urea Humat Terhadap Produksi Kacang Tanah
4.3.1. Berat kering tanaman
Hasil analisis ragam pada pengaruh aplikasi urea humat terhadap berat
kering tanaman disajikan pada Lampiran 6c. Hasil rerata berat kering tanaman
terdapat pada Tabel 8. Asam humat ialah bahan organik yang termasuk dalam zat
humat. Aplikasi urea humat pada kacang tanah tidak berpengaruh pada berat
kering tanaman (Tabel 8).
Tabel 8. Pengaruh Aplikasi Urea Humat Terhadap Berat Kering, Jumlah Polong
Tanaman-1
dan Bobot Polong Tanaman-1
Perlakuan Berat
kering (g)
+
(%)
Jumlah
polong
(tan-1
)
+
(%)
Bobot
polong
(g tan-1
)
+
(%)
A1 19,14 0 22 0 50.82 0
A2 18,95 -0,99 21 -4,54 46.45 -8,60
A3 19,93 4,13 21 -4,54 46.07 -9,35
A4 23,44 22,47 24 9,09 65.45 28,79
A5 23,99 25,34 26 18,18 63.84 25,62 Keterangan : A1 = kontrol; A2 = 100% U; A3 = 100% UH; A4 = 200% UH; A5 = 300% UH: +
= Peningkatan
Hasil penelitian Suntari et al. (2015) menunjukkan bahwa tidak ada
pengaruh dari aplikasi urea humat pada berat kering batang tanaman padi.
22
Tampubolon dan Suntari (2017) juga menunjukkan bahwa aplikasi urea humat
tidak berpengaruh pada berat kering tanaman jagung. Akan tetapi penambahan
asam humat pada urea dapat meningkatkan berat kering tanaman dibanding
perlakuan A1 (kontrol), hal ini sejalan dengan Nainggolan et al. (2009) yang
menyatakan bahwa terdapat peningkatan produksi bahan kering dari pemanfaatan
asam humat pada tanaman. Selaras dengan hal tersebut Turan et al. (2011)
menunjukkan bahwa asam humat memiliki dampak positif pada berat kering dan
serapan N, P, K, Fe, Mn dan Zn pada tanaman jagung.
4.3.2. Jumlah Polong, Bobot polong dan Bobot 100 biji
Jumlah polong tanaman-1
merupakan salah satu indikator produksi pada
kacang tanah, pembentukan polong pada kacang tanah sangat penting untuk
mendapatkan produksi yang tinggi. Varietas kacang tanah yang digunakan dalam
penelitian sangat berpengaruh pada hasil polong, menurut deskripsi tanaman
kacang tanah varietas Turangga mampu menghasilkan 14-20 polong tanaman-1
,
dan 40-50 g bobot 100 biji.
Tabel 9. Pengaruh Aplikasi Urea Humat Terhadap Bobot 100 Biji dan
Produktivitas Kacang Tanah
Perlakuan Bobot 100 biji
(g)
+
(%)
Produktivitas efektif
(ton ha-1
)
+
(%)
A1 49,75 0 1,99 0
A2 48,97 -1,56 1,92 -3,52
A3 47,30 -4,92 1,77 -11,05
A4 53,32 7,18 2,14 7,54
A5 50,42 1,35 1,95 -2,01 Keterangan : A1 = kontrol; A2 = 100% U; A3 = 100% UH; A4 = 200% UH; A5 = 300% UH; + =
Peningkatan
Hasil analisis ragam (Lampiran 6) menunjukkan bahwa aplikasi urea
humat pada kacang tanah tidak berpengaruh pada jumlah polong tanaman-1
, bobot
polong tanaman-1
, dan bobot 100 biji. Hal ini dimungkinkan lahan yang
digunakan saat penelitian sudah mampu memenuhi kebutuhan unsur hara yang
dibutuhkan kacang tanah khususnya kalsium (Ca), sesuai dengan hasil analisis
awal tanah unsur hara Ca dalam tanah termasuk dalam kriteria tinggi sehingga
kemampuan tanaman untuk menghasilkan polong pada setiap perlakuan relatif
sama. Taufik dan Kristiono (2015) menyebutkan bahwa unsur Ca sangat
dibutuhkan tanaman kacang tanah selama periode pengisian polong, jumlah
polong yang dihasilkan, kekurangan unsur Ca dan K maka bobot biji yang
23
dihasilkan rendah. Selain itu, diduga bahwa jumlah polong tanaman-1
, bobot
polong tanaman-1
, dan bobot 100 biji lebih dipengaruhi oleh genetik tanaman
tersebut.
4.3.3. Produktivitas efeltif
Aplikasi beberapa dosis urea humat pada kacang tanah (Lampiran 6h)
tidak berpengaruh dalam meningkatkan parameter produksi kacang tanah. Namun
aplikasi urea humat pada kacang tanah dengan jarak tanam 30 x 20 cm mampu
menghasilkan polong lebih dari 1,7 ton ha-1
. Perlakuan A3 (100% UH)
menghasilkan polong 1,77 ton ha-1
, untuk A4 (200% UH) menghasilkan polong
lebih banyak dibandingkan semua perlakuan yaitu 2,14 ton ha-1
. Perlakuan A5
(300% UH) menghasilkan produksi 1,95 ton ha-1
lebih rendah dibanding
perlakuan kontrol dan perlakuan A2 (100% U).
Menurut Rahmianna (2015) kacang tanah yang ditanam dengan jarak 30 x
20 cm akan menghasilkan 1,61 ton ha-1
polong, sedangkan aplikasi urea humat
pada kacang tanah dengan jarak tanam 30 x 20 cm mampu menghasilkan polong
lebih dari 1,7 ton ha-1
. Hal ini menunjukkan bahwa aplikasi asam humat pada
perlakuan A4 (200% urea humat) lebih efektif dibanding perlakuan lainnya. Hal
tersebut diduga karena pelapisan asam humat pada urea akan memperbaiki sifat
kimia maupun biologi tanah, Hal ini didukung hasil penelitian Rajpar et al. (2011)
bahwa asam humat secara efisien memperbaiki kesuburan tanah dan produktivitas
tanaman, terutama pada tanah yang tidak subur.
Aplikasi asam humat pada tanah dapat memperbaiki sifat kimia, sifat fisik
dan sifat biologi tanah, serta berpengaruh pada produksi tanaman. Hal tersebut
telah dijelaskan pada beberapa komoditas, pada padi aplikasi rekomendasi pupuk
urea dengan penambahan asam humat dapat meningkatkan berat kering panen
efektif sebanyak 22% dibanding rekomendasi pupuk urea (Suntari et al., 2013),
aplikasi asam humat 10 liter ha-1
dengan karier zeolit meningkatkan produksi padi
15% dan jagung 10% (Suwardi et al., 2009), aplikasi asam humat 15 liter ha-1
dengan zeolite 10 kg liter-1
meningkatkan produksi padi 15% dan jagung 7%
(Suwardi dan Wijaya, 2013).
24
4.4. Pengaruh Aplikasi Urea Humat Terhadap Serapan N, P, dan K Kacang
Tanah
Unsur hara N, P, dan K merupakan unsur hara yang termasuk dalam
kelompok unsur hara makro primer karena dibutuhkan tanaman dalam jumlah
banyak (>0,1%). Ramage dan Williams (2002) menyatakan bahwa unsur N, P,
dan K ialah unsur yang memiliki peran penting dalam morfogenesis tanaman.
Pada kacang tanah sebanyak 10-19% unsur hara N, P, K, Ca dan Mg diserap
selama fase vegetatif, sedangkan sisanya diserap selama fase reproduktif dan
pemasakan polong (Taufiq dan Kristiono, 2015).
Musim juga mempengaruhi pola serapan hara pada tanaman kacang tanah,
dimana serapan pada musim hujan lebih tinggi dibandingkan pada musim
kemarau. Junjuttakarn et al. (2013) mengemukakan bahwa kandungan unsur hara
N, P, K, Ca per tanaman dalam tajuk pada musim kemarau lebih rendah
dibandingkan pada musim hujan. Kandungan unsur hara dalam tanaman
menggambarkan jumlah unsur yang dapat diakumulasikan tanaman dalam periode
tertentu (Taufiq dan Kristiono, 2015). Semakin tua umur tanaman maka unsur
hara yang diakumulasikan akan semakin banyak.
Tabel 10. Pengaruh Aplikasi Urea Humat Terhadap Serapan Nitrogen, Fosfor, dan
Kalium Kacang Tanah
Perlakuan Serapan N
(mg tan-1
) + (%)
Serapan P
(mg tan-1
)
+
(%)
Serapan K
(mg tan-1
) + (%)
A1 0,55 0 0,05
0 0,38
0
A2 0,57 3,63 0,05
0 0,43
13,15
A3 0,57 3,63 0,05
0 0,50
31,58
A4 0,58 5,45 0,06
20 0,48 26,31
A5 0,68 23,63 0,07 40 0,41 7,89 Keterangan : A1 = kontrol; A2 = 100% U; A3 = 100% UH; A4 = 200% UH; A5 = 300% UH; +
= peningkatan (%)
4.4.1. Serapan Nitrogen
Hasil analisis ragam pada perlakuan urea humat yang diberikan pada
tanaman kacang tanah tidak berpengaruh nyata terhadap serapan N dalam
berangkasan tanaman kacang tanah (Lampiran 6i). Rendahnya tingkat serapan N
dimungkinkan karena produksi bintil akar yang aktif mempengaruhi serapan
nitrogen tanaman kacang tanah tidak berpengaruh dengan aplikasi urea humat
(Tabel 5) dan kehilangan N dari tanah dengan berbagai cara, sehingga aplikasi
urea humat dengan berbagai dosis tidak berpengaruh terhadap serapan N. Hal ini
25
selaras dengan Wicaksono et al. (2015) bahwa aplikasi dosis pupuk urea 150 kg
ha-1
dengan aplikasi Rizhobium memberikan respon negatif terhadap efisiensi
serapan nitrogen, bintil akar dan bobot 100 biji, serta diduga karena penambatan
nitrogen pada kacang tanah tidak terjadi hingga panen.
Serapan N sangat dipengaruhi oleh berat kering tanaman, hasil analisis
ragam menunjukkan bahwa aplikasi urea humat tidak berpengaruh pada berat
kering tanaman (Lampiran 6c), sehingga aplikasi urea humat juga tidak
menunjukkan pengaruh nyata pada serapan N tanaman kacang tanah, hal ini
secara tidak langsung mempengaruhi serapan unsur hara N, P, dan K. Suntari et
al. (2015) juga menyebutkan serapan N total dipengaruhi oleh jumlah konsentrasi
N dan berat kering tanaman. Hal ini juga diduga karena adanya pengaruh nilai N
pada kompos kambing yang diaplikasikan 2 minggu sebelum tanam dengan
kandungan N yang sangat tinggi dan tersedia dalam tanah sebelum aplikasi urea
humat.
Akan tetapi semakin meningkatnya dosis urea humat diikuti dengan
meningkatya serapan N. Menurut Tampubolon dan Suntari (2017) Serapan N oleh
tanaman berkaitan dengan urea humat dalam meningkatkan efisiensi pemupukan
nitrogen dan ketersediaan nitrogen melalui pelambatan pelepasan nitrogen
sehingga tanaman dapat menyerap nitrogen lebih banyak.
4.4.2. Serapan Fosfor
Hasil analisis ragam pengaruh urea humat terhadap serapan P tidak
berpengaruh nyata (Lampiran 6j). Besarnya serapan P tergantung pada
ketersediaan hara P dalam tanah dan perakaran tanaman (Basir, 2004 dalam
Supriyadi et al., 2014). Menurut Budi dan Sari (2015) menyatakan bahwa salah
satu faktor yang dapat mempengaruhi ketersediaan P ialah tipe liat, tanah yang
digunakan saat penelitian ialah jenis Inceptisol yang didominasi oleh mineral liat
kaolinit (1:1), liat tipe 1:1 mengikat P tanah sehingga tidak tersedia bagi tanaman.
Kadar hara P yang terkandung dalam brangkasan dikalikan dengan berat
kering brangkasan akan menghasilkan nilai serapan P pada tanaman kacang tanah.
Menurut Supriyadi et al. (2014) menyatakan bahwa serapan hara P pada masa
vegetatif lebih besar dari masa generatif, karena pada masa generatif tanaman
membutuhkan hara P yang tinggi untuk pembentukan biji dan pengisian biji,
26
tetapi tanaman tidak menunjukkan defisiensi P pada masa vegetatif maupun
generatif, hal ini diduga karena tanaman telah mendapat suplai dari pupuk dasar
maupun urea humat yang mampu menyediakan unsur hara P.
4.4.3. Serapan Kalium
Pengaruh penambahan urea humat pada tanaman kacang tanah tidak
berpengaruh nyata terhadap serapan K dalam brangkasan (Tabel 10). Aplikasi
urea humat juga tidak berpengaruh pada hasil berat kering tanaman, hal ini secara
tidak langsung mempengaruhi serapan unsur hara K pada tanaman serta aplikasi
urea humat yang merupakan slow release fertilizer diduga dapat menyediakan
unsur hara dalam waktu yang lama, Hasil penelitian Sayed et al. (2014)
menyatakan bahwa aplikasi asam humat (pada tanah maupun daun) kacang buncis
tidak berpengaruh terhadap konsentrasi K pada musim pertama, namun meningkat
untuk unsur N dan K pada musim kedua. Rosolem et al. (2010) menyatakan
bahwa ketersediaan kalium yang melimpah akan meningkatkan serapan hara
kalium tetapi tidak meningkatkan hasil dan kualitas biji kedelai.
Faktor lain yang diduga mempengaruhi ialah serapan unsur hara esensial
lainnya seperti Ca, Mg dan S, unsur hara mikro Fe, Zn, dan Mg yang terdapat
pada kalium humat (KH26) yang digunakan. Serta diduga terjadi pencucian unsur
N, P, dan K yang disebabkan oleh banyaknya fraksi pasir pada tanah penelitian
(64%). Hal ini menyebabkan aplikasi urea humat tidak berpengaruh pada serapan
unsur N, P dan K.
4.5. Hubungan Urea Humat Dengan Pertumbuhan dan Produksi Kacang
Tanah
Hasil analisis korelasi (Lampiran 7) menunjukkan bahwa terdapat korelasi
positif dengan hubungan yang kuat antara jumlah daun dengan jumlah polong (r =
0,62), bobot polong (r = 0,73), bobot 100 biji (r = 0,61), dan produktivitas efektif
(r = 0,71). Hubungan tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi jumlah daun
maka akan semakin tinggi pula jumlah polong, bobot polong, bobot 100 biji, dan
produktifitas efektifitas kacang tanah. Jumlah daun yang meningkat akan
meningkatkan proses fotosintesis sehingga hasil fotosintesis dapat digunakan
untuk memproduksi polong lebih banyak.
27
Berdasarkan hasil analisis korelasi (Lampiran 7) menunjukkan bahwa
terdapat korelasi positif dengan hubungan yang sangat kuat antara berat kering
tanaman dengan jumlah polong (r = 0,88), bobot polong (r = 0,91), serapan N (r =
0,95) dan serapan P (r = 0,89) dan hubungan yang kuat dengan produktivitas
efektif (r = 0,64) dan serapan K (r = 0,75). Hal tersebut menunjukkan bahwa berat
kering yang meningkat akan mempengaruhi produksi tanaman, sehingga
meningkatnya hasil parameter berat kering tanaman diikuti dengan meningkatnya
jumlah polong, bobot polong, produktivitas efektif dan serapan N, P, dan K
tanaman kacang tanah. Meningkatnya laju fotosintesis akan meningkatkan
kabohidrat yang biasanya disimpan pada daun dan batang sehingga berakibat
meningkatkan berat kering tanaman, ketersediaan karbohidrat yang tinggi akan
digunakan untuk pembentukan dan pengisian polong. Hasil fotosintesis dari fase
vegetatif ke fase generatif akan disimpan sebagai cadangan makanan berbentuk
karbohidrat yang berupa biji, semakin tinggi fotosintat maka hasil biji akan
semakin meningkat (Zainal, Nugroho dan Suminarti, 2014). Serta semakin
meningkatnya berat kering tanaman akan berbanding lurus dengan serapan
tanaman kacang tanah. Hal ini didukung Suntari et al. (2015), serapan N total
dipengaruhi oleh jumlah konsentrasi N dan berat kering tanaman.
Jumlah polong berkorelasi positif dengan bobot polong (r = 0,90),
produktivitas efektif (r = 0,72), serapan N (r = 0,82), serapan P (r = 0,77), dan
serapan K (r = 0,58) (Lampiran 7). Hubungan yang kuat antara jumlah polong
dengan produktivitas efektif dan serapan K kacang tanah menunjukkan bahwa
jumlah polong berpengaruh pada produktivitas efektif dan serapan K yang
dihasilkan, dan hubungan yang sangat kuat antara jumlah polong dengan bobot
polong, serapan N, dan serapan P. Hal ini menunjukkan bahwa polong yang
dihasilkan tanaman kacang tanah saat penelitian bernas, sehingga jumlah polong
tanaman-1
berbanding lurus dengan bobot polong yang dihasilkan dan akan
mempengaruhi nilai produktivitas efektif yang dihasilkan.
Berdasarkan hasil analisis korelasi (Lampiran 7) menunjukkan bahwa
terdapat korelasi positif dengan hubungan yang sangat kuat antara bobot polong
dengan produktivitas efektif (r = 0,83), serapan N (r = 0,77) dan serapan P (r =
0,80) dan hubungan yang kuat dengan bobot 100 biji (r = 0,62) dan serapan K (r =
28
0,61). Hal ini menunjukkan bobot polong yang meningkat berbanding lurus
dengan bobot 100 biji, produktivitas efektif, serapan N, serapan P, dan serapan K
pada tanaman kacang tanah. Ketersediaan K akan meningkatkan serapan K yang
dapat memacu proses fotosintesis sehingga distribusi fotosintat meningkat
(Pettigrew, 2008). Meningkatnya fotosintat maka akan meningkatkan hasil biji
kacang tanah.
Hasil analisis korelasi (Lampiran 7) menunjukkan bahwa produktivitas
efektif berkorelasi positif dan hubungan yang kuat dengan serapan P (r = 0,56),
hal tersebut menunjukkan semakin meningkatnya produktivitas efektif diikuti
dengan meningkatnya serapan P pada tanaman kacang tanah.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Aplikasi urea humat tidak nyata meningkatkan jumlah bintil akar
dibandingkan dengan kontrol tanaman kacang tanah pada Inceptisol.
2. Aplikasi urea humat nyata meningkatkan jumlah daun, perlakuan terbaik
diperoleh pada perlakuan A4 (141,3 kg urea humat ha-1
). Tetapi aplikasi urea
humat tidak dapat meningkatkan tinggi tanaman, berat kering, jumlah polong,
bobot polong tanaman-1
, bobot 100 biji dan produktivitas efektif dibandingkan
dengan kontrol tanaman kacang tanah pada Inceptisol.
3. Aplikasi urea humat tidak nyata meningkatkan serapan N, serapan P, dan
serapan K tanaman kacang tanah pada Inceptisol.
5.2. Saran
Secara statistik, hasil produksi tanaman kacang tanah perlakuan kontrol
(tanpa pupuk) tidak berbeda dengan perlakuan lain (dengan pupuk) sehingga
untuk efisiensi ekonomi penanaman kacang tanah pada Inceptisol Karangploso
dapat dilakukan tanpa penambahan pupuk urea. Perlu dilakukan penelitian
lanjutan untuk mengetahui residu N, P, K pada aplikasi urea humat pada masa
tanam berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Achakzai, A.K.K., Habibullah., B.H. Shah and M.A. Wahid. 2012. Effect of
nitrogen fertilizer on the growth of mugbean [vigna radiate (L.) wilczek]
growth in Quetta. Pak. J. Bot., 44 (3): 981-987
Ahmed, O.H., H. Aminuddin, and M.H.A. Husni. 2006. Effect of urea, humic acid
and phosphate interactions in fertilizer microsite on ammonia
volatilization and soil Ammonium and nitrate contents. International
Journal of Agriculture Research 1 (1): 25-31
Alimin, Narsito, S.J. Santosa, dan S. Noegrohati. 2005. Fraksi asam humat dan
pengaruhnya pada kelarutan ion logam seng (ii) dan kadmium (ii). Jurnal
Ilmu Dasar 6 (1) : 1-6
Aprilio, A. R. Suntari dan Syekhfani. 2015. Uji efektifitas aplikasi pupuk teh
kompos kulit pisang untuk meningkatkan ketersediaan dan serapan kalium
serta produksi umbi bawang merah pada alfisol. Jurnal Tanah dan
Sumberdaya Lahan 2 (2): 211-217
Armiadi. 2009. Penambatan nitrogen secara biologis pada tanaman leguminosa.
Wartozoa. 19 (1): 23-30
Badan Pusat Statistik. 2016. Produksi kacang tanah menurut provinsi (ton), 1993-
2015. Online. https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/874.
Diakses 15 Desember 2016
Balittanah. 2009. Analisis kimia tanah, tanaman, air, dan pupuk. Bogor. Balai
Penelitian Tanah. Hal 211
Budi, S dan S. Sari. 2015. Ilmu dan implementasi kesuburan tanah. UMM Press
285
Canellas, L.P., F.L. Olivares., A.L.O Facanha, and A.R. Facanha. 2002. Humic
acid isolated from earthworm compost enhance root elongation, lateral
root emergence, and plasma membrane H+ -ATPase activity in maize
roots. Plant physiology 130 : 1951-1957
Dierolf, T.S., T.H. Fairhurst, and E. W. Mutert. 2001. Soil Fertility Kit. PT Jasa
Katom; and Potash and Phospate Institute (PPI), Potash and Phospate
Institute Canada (PPIC). Canada
El-Bassiony, A.M., Z.F. Fawzy., M.M.H.A. El-Baky and A.R. Mahmoud. 2010.
Response of snap bean plants to mineral fertilizers and humic acid
application. Research Journal of Agriculture and Biological Sciences 6 (2):
169-175
31
Fujikake, H., A. Yamazaki., N. Ohtake., K. Sueyoshi., S. Matsuhashi., T. Ito., C.
Mizuniwa., T. Kume., S. Hashimoto., N.S. Ishioka., S. Watanabe., A.
Osa., T. Sekine., H. Uchida., A. Tsuji, and T. Ohyama. 2003. Quick and
reversible inhibition of soybean root nodule growth by nitrate involves a
decrease in sucrose supply to nodules. Journal of Experimental Botany 54
(386): 1379-1388
Hamid, R.B., A. Ebrahim, and M. Maral (2011). The effects of bio, mineral
nitrogen fertilization and foliar zinc spraying on yield and yield
components of faba bean. World Applied Sic. J. 13 (6): 1409- 1414.
Hanafiah, K.A. 2005. Dasar-dasar ilmu tanah. Jakarta : Raja Grafindo Persada:
335
Havlin, J.L., J.D. Beaton., S.L. Tisdale and W.R. Nelson. 1999. Soil fertility and
fertilizer, an introduction to nutrient management 6th Ed. Prentice Hall,
Inc. New Jersey
Hermanto D., N.K.T. Dharmayani., R. Kurnianingsih dan S.R. Kamali. 2013.
Pengaruh asam humat sebagai pelengkap pupuk terhadap ketersediaan dan
pengambilan nutrien pada tanaman jagung di lahan kering Kec. Bayan-
NTB. Ilmu Pertanian 16 (2): 28-41
Jasim, A.H., A.H. Ali, and S.A. Lilo. 2016. Effect of organicand chemical soil
fertilizer and their interaction with foliar fertilizer on some vegetative
growth of fenugreek. Annals of West University of Timisoara, ser.
Biology 19 (2): 199-206
Junjittakarn, J., S. Pimratch., S. Jogloy., W. Htoon., N. Singkham., N. Vorasoot.,
B. Toomsan., C.C. Holbrook and A. Patanothai. 2013. Nutrient uptake of
peanut genotype under different water regimes. International Journal of
Plant Production 7 (4): 677-692
Khairani, I. 2008. Pengaruh kascing dan pupuk anorganik terhadap ketersediaan
nitrogen pada alfisols Jumantoro dan serapannya oleh tanaman jagung
manis (Zea mays L. saccarata). Jurnal Tanah dan Agroklimatologi 7 (2):
73-81
Khaled, H. and H.A. Fawy. 2011. Effect of different levels of humic acids on the
nutrient content, plant growth and soil properties under conditions of
salinity. Soil Water Res. 6 (1): 21-29
Lembaga Penelitian Tanah. 1983. Sistem klasifikasi tanah definisi dan kriteria
istilah serta perubahan-perubahan terhadap TOR tipe a 1981. Bogor.
Lembaga Penelitian Tanah
Lubis, A.I.,Jumini dan Syafruddin. 2013. Pertumbuhan dan hasil tanaman kacang
tanah (Arachis hypogea L.) akibat pengaruh dosis pupuk N dan P pada
kondisi media tanam tercemar hidrokarbon. Jurnal Agrista 17 (3): 119-126
32
Lucinski, R., W. Poleyn and L. Ratajezak. 2002. Nitrate reduction and nitrogen
fixation in symbiotic association Rhizobium-legumes. Acta Biochimica
Polonica 49(2): 537 – 546.
Marzuki, R. 2007. Bertanam kacang tanah. Jakarta: Penebar Swadaya
Nainggolan G.D., Suwardi, dan Darmawan. 2009. Pola pelepasan nitrogen dari
pupuk tersedia lambat (slow release fertilizer) urea-zeolit-asam humat.
Jurnal Zeolit Indonesia 8 (2) : 89-96
Nursyamsi, D. dan Suprihati. 2005. Sifat-sifat kimia dan mineralogi tanah serta
kaitannya dengan kebutuhan pupuk untuk padi (Oryza sativa), jagung (Zea
mays), dan kedelai (Glycine max). Jurnal Bul. Agron. 33 (3): 40-47
Pettigrew W.T. 2008. Potassium influences on yield and quality production for
maize, wheat, soybean and cotton. Physiologia Plantarum 133: 670-681.
Pratomo K.R., Suwardi, dan Darmawan. 2009. Pengaruh pupuk slow release urea-
zeolit-asam humat (UZA) terhadap produktivitas tanaman pada var.
Ciherang. Jurnal Zeolit Indonesia 8 (2): 83-88
Rahmianna A.A., H. Pratiwi. dan D. Harnowo. 2015. Budidaya kacang tanah.
Monograf Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 13 : 133-
169
Rajpar, M.B.B., Zia-ul-hassan., A.N. Shah and S.D. Tunio. 2011. Humic acid
improves growth, yield and oil content of Brassica conpestris L. Pak. J.
Agri., Agril. Engg., Vet Sci., 27 (2) : 125-133
Ramage, C.M. and R.R. Williams. 2002. Mineral nutrition and plant
morphogenesis. In Vitro Cellular & Dvelopmental Biology 3 (2): 161-124
Rauf, A.W. 2008. Aktivitas nitrogenase bintil akar dan kadar klorofil daun kacang
hijau {Phaseolus radiatus L.) pada berbagai jenis dan kadar asam fenolat.
Berita Biologi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua 9 (3): 305-311
Resman, A.S. Syamsul, dan H.S. Bambang. 2006. Kajian beberapa sifat kimia dan
fisika Inceptisol pada toposekuen lereng selatan gunung Merapi kabupaten
Sleman. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan 6 (2): 101-108
Rosolem C.A., T. Sgariboldi., R.A. Garcia and J.C. Calonego. 2010. Potassium
leaching as affected by soil texture and residual fertilization in tropical
soils. Communications in Soil Science and Plant Analysis 41: 1934-1943
Soil Survey Staff. 2014. Kunci taksonomi tanah. Edisi Ketiga 2015. Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Hal 71
Saito, A., S. Tanabata., T. Tanabata., S. Tajima., M. Ueno., S. Ishikawa., N.
Ohtake., K. Sueyoshi, and T. Ohyama. 2014. Effect of nitrate on nodule
and root growth of soybean [Glycine max (L.) Merr.]. International Journal
of Molecular Science 15 : 4464-4480
33
Sayed, D.A.,M.S. Mahrous, and Y.M. Seham. 2014. Effect of method application
of humic acid combined with mineral n fertilizer on soil fertility and faba
bean productivity in sandy soil. J. Soil Sci. and Agric. Eng., Mansoura
Univ., 5 (12): 1731-1745
Simanungkalit, R.D.M., D. A. Suriadikarta, R. Saraswati, D, Setyorini, dan W.
Hartatik. 2006. Pupuk organik dan pupuk hayati. Balai Besar Litbang
Sumberdaya Lahan Pertanian 113-118
Subagyo, H., N. Suharta, dan A.B. Siswanto. 2000. Tanah-tanah pertanian di
Indonesia. Sumber Daya Lahan Indonesia dan Pengelolaannya. Pusat
Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor. 21-66
Sudartiningsih, D., S.R. Utami dan B. Prasetya. 2005. Effect Of urea and enriched
organic fertilizer on the N available and N uptake ang the yield of pepper
(Capsicum annum L.) in Inceptisol at Karangploso, Malang. Agrivita, 24
(1): 63-69
Suntari, R., R. Retnowati, Soemarno and M. Munir. 2013. Study on the release of
N-available (NH4+ and NO3
-1 ) of urea-humate. International Journal of
Agriculture and Forestry, 3 (6): 209-219
Suntari, R., R. Retnowati, Soemarno and M. Munir. 2015. Determination of urea-
humic dosage of vertisols on the growth and production of rice. Agrivita,
37 (2): 185-192
Supriyadi., S. Hartati dan A. Aminudin. 2014. Kajian pemberian pupuk p, pupuk
mikro, dan pupuk organik terhadap serapan p dan hasil kedelai (Glycine
max L.) varietas Kaba di inseptisols gunung gajah Klaten. Jurnal Ilmu-
Ilmu Pertanian 19 (2): 81-86
Suryantini. 2015. Pembintilan dan penambatan nitrogen pada tanaman kacang
tanah Monograf Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 13 :
234-250
Suwardi, E.M. Dewi dan B.A. Hermawan. 2009. Aplikasi zeolite sebagai karier
asam humat untuk peningkatan produksi tanaman pangan. Jurnal Zeolit
Indonesia, 8 (1): 44-51
Suwardi, dan H. Wijaya. 2013. Peningkatan produksi tanaman pangan dengan
bahan aktif asam humat dengan zeolite sebagai pembawa. Jurnal Ilmu
Pertanian Indonesia (JIPI), 18 (2): 79-84
Suwahyono, U. 2011. Prospek teknologi remidiasi lahan kritis dengan asam
humat (Humic Acid). J. Tek. Ling 12 (1): 55-65
Tampubolon, Y.Y. dan R. Suntari. 2017. Pengaruh dosis urea humat terhadap
ketersediaan N pada Entisol dan serapan N oleh tanaman jagung. Jurnal
tanah dan Sumberdaya Lahan 4 (2): 559-565
34
Tan, K.H. 2003. Humic matter in soil and the environment: principles and
controversies. New York: Marcel Dekker, Inc. 127-250
Tarigan, R.A. dan R. Suntari. 2016. Pengaruh residu teh kompos kulit pisang
dengan aplikasi asam humat terhadap ketersediaan dan serapan kalium
serta produksi bawang merah (allium cepa L.). Thesis. Universitas
Brawijaya
Taufiq, A. dan A. Kristiono. 2015. Keharaan tanaman kacang tanah. Monograf
Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 13 : 170-194
Trustinah. 2015. Morfologi dan Pertumbuhan Kacang Tanah. Monograf Balai
Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 13 : 40-58
Turan, M.A., B.B. Asik., A.V. Katkat. and H. Celik. 2011. The effect of soil-
applied humic subtances to the dry weight and mineral nutrient uptake of
maize plants under soil-salinity conditions. Not Bot Hort Agrobot Cluj 39
(1): 171-177
Wahyudi, I., 2009. Serapan N Tanaman Jagung (Zea mays L.) Akibat pemberian
pupuk guano dan pupuk hijau lamtoro pada ultisol wanga. Palu. Agroland
Fakultas Pertanian 5-12
Wicaksono, M., H. Hanum dan D. Elfiati. 2015. Efisiensi serapan nitrogen tiga
varietas kedelai dengan pemupukan nitrogen dan penambahan Rhizobium
pada tanah dengan status hara N rendah. Jurnal Pertanian Tropik 2 (2):
140-147
Yulhasmir. 2009. Respon pertumbuhan dan produksi kacang tanah (Arachis
hypogea. L) terhadap dosis dan waktu pemberian pupuk KCl. Agronobis 1
(2): 1-11
Yustiawati, K. Yusuke, S. Kazuto, K. Hideki, K. Masaaki, S. Takeshi, H.
Toshiyuki, S.M. Suhaemi, W. Linda, I. Hendri and T. Sunitz. 2015.
Effects of peat fires on the characteristics of humic acid extracted from
peat soil in Central Kalimantan, Indonesia. Environmental Science and
Pollution Research International 22 (4): 2384-2395
Yusuff, M.T.M., O.H. Ahmed and N.M.A. Majid. 2009. Effect of mixing urea
with humic acid and acid sulphate soil on ammonia loss, exchangeable
ammonium and available nitrate. American Journal of Enviromental
Sciences 5 (5): 588-591
Zainal, M., A. Nugroho dan N.E. Suminarti. 2014. Respon pertumbuhan dan hasil
tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merill) pada berbagai tingkat
pemupukan N dan pupuk kandang ayam. Jurnal Produksi Tanaman 2 (6):
484-490