KAJIAN KARAKTERISTIK SIFAT FISIKA DAN KIMIA TANAH PADA
BEBERAPA VEGETASI DI KECAMATAN NAMANTERAN
KABUPATEN KARO
SKRIPSI
OLEH :
AGUNG STIO
160301174
AGROTEKNOLOGI - ILMU TANAH
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANAIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2021
Universitas Sumatera Utara
KAJIAN KARAKTERISTIK SIFAT FISIKA DAN KIMIA TANAH PADA
BEBERAPA VEGETASI DI KECAMATAN NAMANTERAN
KABUPATEN KARO
SKRIPSI
OLEH :
AGUNG STIO
160301174
AGROTEKNOLOGI - ILMU TANAH
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk dapat Memperoleh Gelar Sarjana
di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANAIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2021
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Agung Stio, 2021. Kajian Karakteristik Sifat Fisika Dan KimiaTanah Pada
Beberapa Vegetasi di Kecamatan Namanteran Kabupaten Karo Dibimbing oleh Dr.
Kemala Sari Lubis. SP., MP, dan Dr. Mariani Br Sembiring. SP., MP.
Hubungan timbal balik antara vegetasi alami dan tanah sangat dekat
sehingga keragaman tipe vegetasi juga menunjukkan secara langsung dan tidak
langsung pada keragaman sifat fisika dan kimia tanah. adanya pengaruh beberapa
vegetasi yang tumbuh di suatu lahan maka perlu kajian lebih mendalam tentang
seberapa besar pengaruh vegetasi yang tumbuh terhadap sifat fisika dan kimia
tanahnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji beberapa sifat fisik dan kimia
tanah pada beberapa vegetasi di kecamatan Namanteran kabupaten Karo, di
antaranya pada vegetasi hutan, kopi, dan kentang, pola tanam tumpang sari seperti
(jeruk dengan kopi) dan (jeruk dengan terung belanda). Pengambilan sampel tanah
menggunakan teknik purposive sampling, sampel tanah di ambil pada kedalaman
0-20 cm 20-40 cm dan jumlah sampel tanah sebanyak 30 sampel. Hasil penelitian
Sifat fisika tanah di lahan dengan vegetasi kopi dan jeruk memiliki nilai kerapatan
isi terendah dibandingkan dengan vegetasi yang lain, yakni sebesar 1,03 gr/cm3.
Untuk nilai permeabilitas tanah terbaik yakni pada vegetasi jeruk dan terung
belanda dengan nilai 6,33 cm/jam (sedang). Adapun nilai sifat kimia tanah pada
vegetasi kopi dengan jeruk secara berturut-turut adalah nilai kemasaman tanah
(6,00), karbon organik tanah pada kedalaman 0-20 cm (6,43%) dan kedalaman 20-
40 cm (7,47 %), nitrogen total tanah pada kedalaman 0-20 cm (0,82 %) dan
kedalaman 20-40 cm yakni (0,78 %), kalium dapat dipertukarkan pada kedalaman
0-20 cm yakni (2,44 me/100 gr) dan kedalaman 20-40 cm (3,93 me/ 100 gr).
Kata Kunci: Sifat Fisik Tanah, Sifat Kimia Tanah, Vegetasi
iuih Universitas Sumatera Utara
ABSTRACK
Agung Stio, 2021. Study of Soil Physical and Chemical Characteristics in
Several Vegetations in Namanteran District, Karo Regency. Supervised by Dr.
Kemala Sari Lubis. SP., MP, dan Dr. Mariani Br Sembiring. SP., MP.
The reciprocal relationship between natural vegetation and soil is very
close so that the diversity of vegetation types also shows directly and indirectly the
diversity of physical and chemical properties of the soil. Because of the influence
of some vegetation growing on a land, a more in-depth study is needed about how
much influence the growing vegetation has on the physical and chemical properties
of the soil. This study aims to examine several physical and chemical soil properties
of several vegetations in Namanteran sub-district, Karo district, including forest
vegetation, coffee, and potatoes, intercropping patterns such as (oranges with
coffee) and (oranges with Dutch eggplant). Soil samples were taken using
purposive sampling technique, soil samples were taken at a depth of 0-20 cm 20-40
cm and the number of soil samples was 30 samples. The results of the study The
physical properties of soil on land with coffee and citrus vegetation had the lowest
density value compared to other vegetation, which was 1.03 gr/cm3. For the best
soil permeability value, namely citrus and Dutch eggplant vegetation with a value
of 6.33 cm/hour (medium). The value of soil chemical properties on coffee and
citrus vegetation, respectively, is the value of soil acidity (6.00), soil organic carbon
at a depth of 0-20 cm (6.43%) and a depth of 20-40 cm (7.47%), total soil nitrogen
at a depth of 0-20 cm (0.82%) and a depth of 20-40 cm (0.78%), potassium can be
exchanged at a depth of 0-20 cm (2.44 me/100 gr) and a depth of 20-40 cm (3.93
me/ 100 gr).
Keywords: Soil Physical Properties, Soil Chemical Properties, Vegetation
iiuih Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Huta VII Nabolak Baru Desa Buntu Turunan, 12
Desember 1998 kecamatan Hatonduhan kabupaten Simalungun dari Ayah Yatiman
dan Ibu Warsini. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh adalah SD Inpres 094173 Bagot
Puloan di Desa Buntu Turunan Kecamatan Hatonduhan Kabupaten Simalungun.
Pada tahun 2010 Penulis melanjutkan pendidikan di MTs Swasta Al-Hidayah
Kecamatan Hatonduhan dan Menyelesaikan Pendidikan Menengah Akhir di MAN
Pematang Siantar pada tahun 2016. Pendidikan tinggi yang ditempuh dimulai
dengan terdaftarnya penulis di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian
Univeristas Sumatera Utara pada tahun 2016 melaui ujian Seleksi Bersama Masuk
Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).
Semasa Kuliah dihabiskan penulis dengan mengikuti kegiatan akademik,
kompetisi menulis ilmiah, mengikuti organisasi di internal kampus pekerja non
organik oleh suatu perusahaan di bidang jasa dan survey.
Beberapa penghargaan yang penulis raih antara lain juara II lomba Karya
Tulis Ilmiah Tingkat Nasional dalam acara Fesitval Mahasiswa Ekonomi yang
diselenggarakan oleh BEM FEB Universitas Riau tahun 2018. Juara II lomba Karya
Tulis Ilmiah Tingkat Mahasiswa Sumatera Utara Tahun 2019 yang di
selenggarakan oleh Departemen Pendidikan BEM Fakultas Pertanian Universitas
Methodist Indonesias. Finalis Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional (LKTIN) di
UMM Malang pada tahun 2018.
Kegiatan organisasi yang turut diikuti penulis selama perkuliahan
diantaranya Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian USU periode 2019-
iiiuih
Universitas Sumatera Utara
2020 menjabat sebagai ketua departemen lingkungan Hidup. Himpunan Mahasiswa
Agroteknologi Fakultas Pertanian USU periode 2019-2020 menjabat sebagai ketua
departemen kemahasiswaan. Penulis turut mengikuti Praktek Kerja Lapangan
(PKL) di PT. Perkebunan Nusantara IV Persero Unit Usaha Kebun Bandar Pasir
Mandoge dan Praktek Lapang “Safari Penyidikan Tanah di Lapang” Untuk
Mengamati Beberapa Jenis Tanah di Sumatera Utara serta Pengelolaannya yang
diselenggarakan Himpunan Ilmu Tanah Indonesia Komisariat Daerah Sumatera
Utara. Penulis juga melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) pada tahun 2020 di
Desa Buntu Turunan, Kecamatan Hatonduhan, Kabupaten Simalungun, Provinsi
Sumatera Utara.
iv Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas
segala berkat dan karunia-Nyalah Penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian
ini tepat pada waktunya.
Adapun judul skripsi ini adalah “Kajian Karakteristik Sifat Fisika Dan
Kimia Tanah Pada Beberapa Vegetasi di Kecamatan Namanteran Kabupaten
Karo” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Kemala Sari Lubis, SP., MP dan Dr. Mariani Br. Sembiring, SP., MP selaku
ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah memberikan saran dan arahan
dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Kepada kedua orang tua penulis, ayahanda Yatiman dan Ibunda Warsini yang
telah memberikan dukungan moril dan materi serta selalu mendoakan hingga
sampai pada saat ini.
3. Ibu Dr. Charloq MP. Selaku dosen penasehat akademik penulis yang telah
memberi nasehat dan arahan semasa perkuliahan.
4. Teman-teman penulis yaitu Rahmat diansyah, Aditya Angga Winata, Joko Al
Rido, Saiful Anwar, Umar Hadi Lubis, yang telah membantu penulis dalam
pelaksanaan kegiatan penelitian.
5. Rekan-rekan mahasiswa Agroteknologi yang tidak dapat disebutkan satu per
satu yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. juga kepada
teman-teman yang turut membantu dan mendukung Penulis selama ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, oleh sebab
vih
Universitas Sumatera Utara
itu Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata Penulis mengucapkan terima kasih dan
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Mei 2021
Penulis
viih Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................. i
ABSTRACT ............................................................................................................ ii
RIWAYAT HIDUP .............................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ............................................................................................ v
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xi
PENDAHULUAN
Latar Belakang ............................................................................................. 1
Tujuan Penelitian .......................................................................................... 2
Keguanaan Penelitian ................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA
Tegakan di Kecamatan Namanteran ............................................................. 4
Tanaman Kentang ............................................................................... 5
Tanaman Kopi .................................................................................... 5
Tanaman Jeruk .................................................................................... 5
Hutan ................................................................................................... 7
Pengelolaan Tanah ....................................................................................... 8
Sifat Fisika Tanah ......................................................................................... 9
Sifat Kimia Tanah ....................................................................................... 11
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................... 16
Bahan dan Alat ........................................................................................... 16
Metode Penelitian ....................................................................................... 16
Pelaksanaan Penelitian ............................................................................... 17
Tahap Persiapan ................................................................................ 17
Tahap Survei Lapangan .................................................................... 17
Tahap Pelaksanaan ............................................................................ 17
Tahap Analsis Laboratorium ............................................................ 18
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil ........................................................................................................... 21
Karakteristik Lokasi Penelitian ......................................................... 21
Sifat Fisik Tanah ............................................................................... 22
viiih
Universitas Sumatera Utara
Kerapatan isi................................................................................. 22
Permeabilitas ................................................................................ 23
Sifat Kimia Tanah ............................................................................. 24
pH Tanah ...................................................................................... 24
C-Organik ..................................................................................... 24
N-Total ......................................................................................... 25
K Dapat Tukar .............................................................................. 26
Pembahasan ................................................................................................ 27
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ................................................................................................. 35
Saran ........................................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viiih Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
No Keterangan Halaman
1 Nilai Kerapatan isi pada Beberapa Vegetasi di kecamatan
Namanteran 22
2 Nilai Permeabilitas pada Beberapa Vegetasi di kecamatan
Namanteran 23
3 Nilai pH Tanah pada Beberapa Vegetasi di kecamatan
Namanteran 24
4 Nilai C-Organik pada Beberapa Vegetasi di kecamatan
Namanteran 25
5 Nilai Bahan Organik pada Beberapa Vegetasi di kecamatan
Namanteran 25
6 Nilai N-total pada Beberapa Vegetasi di kecamatan
Namanteran 26
7 Nilai K-dapat dipertukarkan pada Beberapa Vegetasi di
kecamatan Namanteran 27
ixh Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
No Keterangan Halaman
1 Jenis Vegetasi 18
x
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
No Keterangan Halaman
1 Kriteria Penilaian Analisis Tanah 40
2 Nilai Sifat Fisika Tanah 41
3 Nilai SIfat Kimia Tanah 42
4 Peta Administrasi Kecamatan Namanteran Kabupaten Karo 43
5 Peta Pengambilan Titik Sampel 44
6 Proses Pengambilan Sampel Tanah 45
7 Kuisioner 46
xi Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanah merupakan salah satu komponen lahan yang mempunyai peranan
penting terhadap pertumbuhan tanaman dan produksi tanaman, karena tanah selain
berfungsi sebagai tempat/media tumbuh tanaman, menahan dan menyediakan air
bagi tanaman juga berperan dalam menyediakan unsur hara yang diperlukan
tanaman untuk mendukung pertumbuhan tanaman.
Vegetasi yang berbeda akan memberikan pengaruh karakterisitik tanah,
baik akibat dari serasah tanaman yang jatuh sebagai suplai bahan organik tanah atau
mulsa tanah, perlakuan pada tanah dan intensitas pengolahan tanah. Berdasarkan
penelitian Jambak et al (2017) menunjukan bahwa lahan dengan pengolahan tanah
yang berlebihan seperti pada penggunaan lahan sistem tanaman monokultur
menjadi penyebab utama terjadinya kerusakan struktur tanah dan kekahatan
lingkungan bahan organik tanah.
Kehadiran jumlah jenis vegetasi maupun keanekaragaman jenis pada suatu
kawasan selain dipengaruhi oleh kondisi fisik kawasan seperti topografi juga
dipengaruhi oleh sifat-sifat tanah. Menurut Pratiwi dan Mulyanto (2000), bahwa
penyebaran tumbuhan, jenis-jenis tanah, serta pengaruh iklim harus
dipertimbangkan sebagai bagian dari ekosistem yang terintegrasi. Dengan demikian
keragaman vegetasi sangat ditentukan oleh faktor-faktor tersebut
Konsep tentang sistem lahan didasarkan pada prinsip ekologi yang
menganggap bahwa ada hubungan yang erat antara tipe batuan, hidroklimat,
landform, tanah dan organisme atau vegetasi. Sistem lahan yang sama akan
mempuyai kombinasi faktor-faktor ekologi atau lingkungan yang sama di mana pun
Universitas Sumatera Utara
2
sistem lahan tersebut dijumpai. Beberapa informasi penting yang terdapat pada
sistem lahan terdapat pula beberapa kekurangan, antara lain tidak tersedia informasi
mengenai sifat fisik dan kimia tanah, sehingga perlu diperlukan pembuktian
lapangan (Suharta, 2007).
Pengelolaan tanah dan pemupukan akan mempengaruhi kondisi hara di
dalam tanah. Seharusnya pemupukan dilakukan hanya untuk memenuhi kebutuhan
unsur hara tanaman yang tidak dapat disediakan oleh sistem tanah, demikian juga
penentuan jenis dan jumlah unsur hara yang diberikan harus disesuaikan dengan
kebutuhan tanaman, akan tetapi kaidah pemenuhan hara ini sering diabaikan
sehingga akan menimbulkan berbagai masalah di antaranya tanaman menjadi
kurang sehat, peka terhadap serangan hama penyakit, kualitas produksi menurun
dan dapat mencemari lingkungan
Kecamatan Namanteran merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten
Karo yang berada di sekitar DAS Wampu. Kabupaten Karo secara geografis
terletak antara 2º 50’–3º 19’ Lintang Utara dan 97º 55’–98º 38’ Bujur Timur dengan
curah hujan rata-rata 2.100-3200 mm/tahun dan suhu rata-rata 18,4-19,3ºC. Luas
wilayah Kabupaten Karo yaitu 2.127,25 Km2 atau 212.725 Ha dimana jika ditinjau
dari sudut kemiringan tanahnya terdiri dari tanah datar 2 % seluas 23.900 Ha, tanah
landai 2 – 15 % seluas 74.919 Ha, tanah miring 15 – 40 % seluas 41.169 Ha, dan
tanah curam 40 % seluas 72.737 Ha (BPS Kabupaten Karo, 2010).
Mempertimbangkan adanya pengaruh beberapa vegetasi yang tumbuh di
suatu lahan maka perlu kajian lebih mendalam tentang kajian sifat fisika yang
meliputi Kerapatan isi tanah, permeabilitas tanah dan sifat kimia tanah yang
meliputi kemasaman tanah, bahan organik tanah, kandungan nitrogen total tanah,
Universitas Sumatera Utara
3
dan kandungan kalium tukar tanah pada beberapa jenis vegetasi sehingga diperoleh
hasil seberapa besar pengaruh vegetasi yang tumbuh terhadap sifat fisika dan kimia
tanahnya. Tumbuhnya vegetasi lain di lahan tertentu tentunya akan mempengaruhi
sifat fisika dan kimia tanahnya. Besarnya perubahan tersebut perlu adanya suatu
penelitian.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kriteria sifat fisika dan kimia tanah
pada beberapa vegetasi tanaman di Kecamatan Namanteran Kabupaten Karo.
Sehingga penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan data
pembanding sebagai rujukan tentang sifat fisika dan kimia tanah pada suatu jenis
vegetasi. `
Kegunaan Penulisan
Penulisan ini berguna sebagai salah satu syarat untuk dapat melakukan
penelitian di program studi Agroteknologi Fakultas pertanian Universitas Sumatera
Utara, Medan.
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
Tegakan Tanaman
Tanaman Kentang
Wilayah andalan produksi kentang adalah Kecamatan Naman Teran,
Simpang Empat, Merdeka dan Kecamatan Merek. Data hasil-hasil penelitian
menunjukkan bahwa produktivitas kentang di Kabupaten Karo masih rendah jika
dibandingkan dengan produktivitas di negara negara lain sebesar 400 kwintal/ha,
sementara angka rata-rata produktivitas di Indonesia sebesar 170-200 kwintal/ha.
(Kusmana, 2014).
Pada umumnya lahan budidaya kentang di Kabupaten Karo berada di 9
kecamatan yaitu; Kecamatan Kabanjahe, Berastagi, Merdeka, Simpang Empat,
Naman Teran, Barusjahe, Dolat Rayat, Tigapanah, dan Merek yang secara
semuanya didominasi oleh Andisol, yaitu tanah yang berkembang dari bahan abu
vulkanik yang mempunyai kesuburan tanah yang tinggi. Hal ini karena adanya
kandungan bahan-bahan amorf dan liat non kristalin.
Hasil pengamatan di Kabupaten Karo menunjukkan bahwa rendahnya
produktivitas kentang di lapangan kemungkinan disebabkan oleh rendahnya
kualitas bibit, lahan yang terdegradasi akibat tingginya penggunaan bahan kimia
berupa pestisida dan pupuk yang digunakan dalam praktek budidaya di lapangan.
Pemberian pupuk buatan masih secara konvensional tanpa memperhitungkan
kebutuhan dan ketersediaan hara dalam tanah.
Pengendalian organisme pengganggu tanaman dilakukan dengan sistem
kalender tanpa berdasarkan hasil pengamatan agroekosistem yang sedang terjadi di
lapangan. Penggunaan pestisida, baik dosis maupun jenis, belum sesuai dengan
Universitas Sumatera Utara
5
sasaran yang mengganggu di pertanaman. Selain itu, rendahnya produksi kentang
di wilayah ini disebabkan oleh terjadinya bencana alam yaitu erupsi gunung berapi
Sinabung.
Tanaman Kopi
Potensi hasil dan kualitas kopi Arabika ditentukan oleh kondisi suhu dan
curah hujan karena kedua faktor tersebut mengganggu pertumbuhan fenologis
tanaman yaitu fase-fase yang terjadi secara alami pada tumbuhan yang dipengaruhi
oleh keadaan lingkungan sekitar seperti lama penyinaran, suhu, dan kelembaban
udara. Faktor tersebut akan mempengaruhi siklus berbunga dan kekeringan yang
berkepanjangan, sehingga pada akhirnya akan mengurangi kuantitas dan kualitas
kopi (Haggar dan Schepp, 2011).
Paparan sinar matahari terus menerus pada suhu setinggi 30 ºC dapat
mengakibatkan tidak hanya pertumbuhan yang tertekan tetapi juga pada kelainan
seperti menguningnya daun dan pertumbuhan tumor di pangkal batang. Suhu yang
relatif tinggi selama proses pemekaran, terutama jika dikaitkan dengan musim
kemarau yang berkepanjangan, dapat menyebabkan kerontokan bunga (Da Matta
dan Ramalho, 2006).
Kopi lebih menyukai tanah dengan kisaran pH 5 hingga 6. pH rendah akan
membatasi kinerja tanaman dengan mengganggu ketersediaan nutrisi utama untuk
tanaman kopi. Kopi juga membutuhkan air yang cukup selama masa pertumbuhan,
tetapi juga membutuhkan periode stres kering diikuti oleh curah hujan yang cukup
atau irigasi untuk mendukung pembungaan yang seragam dan buah yang baik
(Mange et al, 2007).
Universitas Sumatera Utara
6
Tanaman Jeruk
Diantara berbagai jenis jeruk komersial yang ada, yang cukup banyak
dikembangkan oleh petani adalah jeruk siam, jeruk keprok, pamelo dan jeruk
manis. Produksi jeruk nasional pada tahun 2012 sebesar 1.972.000 (Dirjen
Hortikultura, 2012). Jumlah produksi ini meningkat 8.44% dibandingkan produksi
tahun 2011. Seiring dengan peningkatan produksi buah jeruk nasional,
pertumbuhan impor jeruk juga terjadi. Setiap tahun impor buah jeruk meningkat
sebesar 11% selama sepuluh tahun ini (Hanif dan Zamzami, 2012). Hal ini
menunjukkan semakin membanjirnya jeruk impor di pasar domestik. Oleh karena
itu, agar dapat membendung jeruk impor, perlu ditingkatkan produksi dan kualitas
jeruk lokal.
Keberagaman produktivitas jeruk manis disebabkan karena adanya
perbedaan dalam pengelolaan kebun jeruk yang ada, yaitu pengolahan tanah dan
perawaatan (pemeliharaan) tanaman (Menge et al., 1990). Selain itu pada proses
budidaya tanaman jeruk terdapat beberapa masalah yang dihadapi oleh petani
seperti adanya OPT tanaman jeruk dan masalah-masalah pemupukan (Hare et al.,
1992). Jumlah pupuk yang diberikan ke tanaman jeruk sangat beragam di antara
petani. Petani dalam upaya mempertahankan hasil produksi jeruk, secara terus-
menerus menambahkan sejumlah pupuk ke tanaman jeruk dengan jumlah yang
bervariasi.
Masing-masing kecamatan di Kabupaten Karo memiliki tingkat kesesuaian
S2 untuk komoditi jeruk siam madu. Tingkat kesesuaian S2 menunjukan bahwa
lahan di kecamatan tersebut cukup sesuai namun lahan mempunyai faktor
pembatas, yang akan berpengaruh terhadap produktivitasnya sehingga memerlukan
Universitas Sumatera Utara
7
tambahan masukan (input). Faktor pembatas kesesuaian lahan untuk tanaman jeruk
di Kecamatan Barusjahe, Kabupaten Karo yaitu retensi hara (nr) dimana %
kejenuhan basa masih rendah. Persentase kejenuhan basa dari ketiga desa di
Kecamatan Barusjahe diantaranya Desa Serdang, Desa Sukanalun, dan Desa
Sinaman cukup rendah sedangkan yang dibutuhkan tanaman jeruk ≥ 20%.
Hutan
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2013, hutan
adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam 6
hayati yang didominasi pepohonan dalam komunitas alam lingkungannya yang
tidak dapat dipisahkan antara yang satu dan yang lainnya. Tanah hutan pada
umumnya bersifat masam dan mempunyai persentase kejenuhan basa yang lebih
rendah. Hal ini disebabkan karena adanya translokasi liat dari horison A ke horison
B, air yang memasuki tanah lebih asam akibat ion hidrogen yang larut dari asam-
asam organik pada horison O (Foth, 1978).
Hutan di daerah pegunungan sangat diperlukan untuk mengurangi resiko
erosi dan tanah longsor. Penelitian lain menyebutkan bahwa pada hutan daun jarum
(misalnya pinus) keberadaan jenis campuran dengan daun lebar sangat diperlukan.
Daun jarum pada umumnya mempunyai tingkat dekomposisi yang sangat lambat
sehingga proses pengembalian nutrisi juga berjalan lambat. Untuk meningkatkan
dekomposisi seresah dengan tanaman berdaun lebar yang dapat meningkatkan
mikrobia tanah, respirasi tanah dan dekomposisi seresah (Hani, 2013)
Berdasarkan hasil penelitian Kusumo et al (2016), hutan di indonesia
banyak di temukan tanaman yang bernilai ekonomi baik tanaman berkhasiat obat,
nilai kayu, tanaman endemik bernilai estetika tinggi, pohon untuk bersarangnya
Universitas Sumatera Utara
8
lebah madu (pohon sialang), serta habitat bagi satwa langka terancam punah seperti
gajah dan harimau sumatera
Pengelolaan Tanah
Budidaya perkebunan di dataran tinggi dihadapkan pada faktor pembatas
biofisik seperti lereng yang relatif curam, kepekaan tanah terhadap erosi dan
longsor dan curah hujan yang tinggi. Kesalahan dalam pengelolaan dan
pemanfaatan sumberdaya lahan di dataran tinggi dapat menimbulkan kerusakan
biofisik berupa degradasi kesuburan tanah dan ketersediaan air yang dampaknya
tidak hanya dirasakan oleh masyarakat di lahan dataran tinggi, tetapi juga di bagian
hilirnya.
Sekitar 45% wilayah Indonesia berupa dataran tinggi perbukitan dan
pegunungan yang dicirikan oleh topo-fisiografi yang sangat beragam, sehingga
praktek budidaya pertanian di lahan dataran tinggi memiliki posisi strategis dalam
pembangunan pertanian nasional. Selain memberikan manfaat bagi jutaan petani,
lahan dataran tinggi juga berperan penting dalam menjaga fungsi lingkungan daerah
aliran sungai (DAS) dan penyangga daerah di bawahnya (Departemen Pertanian,
2006).
Pengolahan tanah dapat diartikan sebagai kegiatan manipulasi mekanik
terhadap tanah. Tujuannya adalah untuk mencampur dan menggemburkan tanah,
mengontrol tanaman pengganggu, mencampur sisa tanaman dengan tanah, dan
menciptakan kondisi kegemburan tanah yang baik untuk pertumbuhan akar.
Pengolahan tanah dikerjakan untuk menggemburkan tanah, memperdalam jeluk
efektif untuk perakaran, dan memudahkan daya antar air dan udara (Arsyad, 2000).
Setiap upaya pengolahan tanah akan menyebabkan terjadinya perubahan
Universitas Sumatera Utara
9
sifat-sifat tanah. Tingkat perubahan yang terjadi sangat ditentukan oleh jenis alat
pengolahan tanah yang digunakan. Penggunaan cangkul, misalnya, relatif tidak
akan banyak menyebabkan terjadinya pemadatan pada lapisan tanah bagian bawah.
Namun demikian karena seringnya tanah terbuka, terutama antara dua musim
tanam, maka lebih riskan terhadap dispersi agregat, erosi, dan proses iluviasi yang
selanjutnya dapat memadatkan tanah (Pankhurst and Lunch, 1993).
Pengertian preservasi atau proteksi atau konservasi adalah upaya atau
tindakan pencegahan atau pengendalian dan pemulihan atau penyelamatan
sumberdaya alam yang pengelolaannya berdasarkan prinsip kelestarian.
Konservasi tanah merupakan penempatan setiap bidang tanah pada cara
penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan
memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tanah
tersebut tidak cepat rusak.
Sifat Fisika Tanah
Kerapatan Isi
Kerapatan isi tanah didefinisikan sebagai perbandingan antara massa tanah
dengan volume totalnya. volume total terdiri dari volume padatan tanah (organik
dan anorganik) dan volume pori-pori (terisi air dan terisi udara). Berat isi tanah
dapat diklasifikasikan menjadi berat isi tanah basah dan berat isi tanah kering.
pembilang dalam penentuan kerapatan isi tanah basah terdiri dari total massa in situ
tanah, termasuk massa padatan tanah serta massa air di dalam tanah (Hillel, 1971)
Kerapatan isi tanah juga dapat dijadikan indikator kesuburan tanah. Karena
kesuburan tanah dapat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. Tanah
yang sedikit kandungan C-organiknya umumnya memiliki nilai kerapatan isi yang
Universitas Sumatera Utara
10
tinggi karena tanah menjadi padat (Tarigan et al., 2015).
Nilai kerapatan isi atau lindak tanah berbanding terbalik dengan ruang pori
total tanah. Nilai kerapatan isi tanah yang tinggi menunjukkan bahwa tanah tersebut
lebih padat dibandingkan dengan tanah yang memiliki nilai kerapatan isi tanah yang
lebih rendah, semakin padat suatu tanah, volume pori tanah tersebut semakin rendah
(Alibasyah, 2016).
Kerapatan isi atau kerapatan lindak atau bobot isi menunjukkan
perbandingan antara Kerapatan tanah kering dengan volume tanah termasuk
volume pori-pori tanah. Pori-pori tanah adalah bagian tanah yang tidak terisi bahan
padat tanah (terisi oleh udara dan air). Pori tanah dapat dibedakan menjadi pori
kasar (macro pore) dan pori halus (micro pore). Pori kasar berisi udara atau air
gravitasi (air yang mudah hilang karena gaya gravitasi), sedang pori halus berisi air
kapiler dan udara. Ruang pori tanah yaitu bagian dari tanah yang ditempati oleh air
dan udara, sedangkan ruang pori total terdiri atas ruangan diantara partikel pasir,
debu, dan liat serta ruang diantara agregat-agregat tanah (Shukla, 2014).
Permeabilitas Tanah
Permeabilitas adalah kecepatan laju air dalam medium massa tanah. Sifat
ini penting artinya dalam keperluan drainase dan tata air tanah. Bagi tanah-tanah
yang bertekstur halus biasanya mempunyai permeabilitas lebih lambat dibanding
tanah bertekstur kasar. Nilai permeabilitas suatu solum tanah ditentukan oleh suatu
lapisan tanah yang mempunyai nilai permeabilitas terkecil (Utami, 2009).
Menurut Hardjowigeno (2003), permeabilitas adalah kecepatan laju air
dalam medium massa tanah. Sifat ini penting artinya dalam keperluan drainase dan
tata air tanah. Bagi tanah-tanah yang bertekstur halus biasanya mempunyai
Universitas Sumatera Utara
11
permeabilitas lebih lambat dibanding tanah bertekstur kasar. Nilai permeabilitas
suatu solum tanah ditentukan oleh suatu lapisan tanah yang mempunyai nilai
permeabilitas terkecil. Selain itu menurut Foth (1984), permeabilitas merupakan
kemudahan cairan, gas dan akar menembus tanah.
Permeabilitas tanah adalah sifat yang menyatakan laju pergerakan suatu zat
cair didalam tanah melalui media berpori-pori makro maupun mikro baik daerah
vertikal maupun horizontal. Permeabilitas menyatakan kemampuan media porus
dalam hal ini adalah tanah untuk meloloskan zat cair (air hujan) baik secara lateral
maupun vertikal. Tingkat permeabilitas tanah (cm/jam) merupakan fungsi dari
berbagai sifat fisik tanah (Rohmat dan Soekarno, 2006).
Sifat Kimia Tanah
Kemasaman Tanah
Reaksi tanah yang penting adalah masam, netral atau alkalin. Hal tersebut
didasarkan pada jumlah ion H+ dan OH- dalam larutan tanah. Reaksi tanah yang
menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah dinilai berdasarkan
konsentrasi H+ dan dinyatakan dengan nilai pH. Bila dalam tanah ditemukan ion H+
lebih banyak dari OH-, maka disebut masam (pH 7). Pengukuran pH tanah dapat
memberikan keterangan tentang kebutuhan kapur, respon tanah terhadap
pemupukan, proses kimia yang mungkin berlangsung dalam proses pembentukan
tanah, dan lain-lain (Hardjowigeno, 2003).
Masukan seresah yang berbeda baik kuantitas maupun kualitas diduga
berpengaruh terhadap kandungan bahan organik tanah dan sifat kimia tanah seperti,
kapasitas pertukaran kation, kapasitas pertukaran anion, pH tanah, serta cadangan
unsur hara tanah. Bahan organik memberikan kontribusi yang nyata terhadap KTK
Universitas Sumatera Utara
12
tanah (Hermita Putri dkk, 2019).
Karbon Organik Tanah
Bahan organik tanah adalah segala bahan-bahan atau sisa-sisa yang berasal
dari tanaman, hewan dan manusia yang terdapat di permukaan atau di dalam tanah
dengan tingkat pelapukan yang berbeda. Bahan organik merupakan bahan
pemantap agregat tanah yang baik. Sekitar setengah dari kapasitas tukar kation
(KTK) berasal dari bahan organik. Kandungan bahan organik dalam tanah
merupakan salah satu faktor yang berperan dalam menentukan keberhasilan suatu
budidaya tanaman. Hal ini dikarenakan bahan organik dapat meningkatkan
kesuburan kimia, fisika maupun biologi tanah. Penetapan kandungan bahan organik
dilakukan berdasarkan jumlah C-Organik (Hasibuan, 2006).
Musthofa (2007) dalam penelitiannya menyatakan bahwa kandungan bahan
organik dalam bentuk C-organik di tanah harus dipertahankan tidak kurang dari 2
persen. Kandungan bahan organik antara lain sangat erat berkaitan dengan KTK
(Kapasitas Tukar Kation) dan dapat meningkatkan KTK tanah. Tanpa pemberian
bahan organik dapat mengakibatkan degradasi kimia, fisik, dan biologi tanah yang
dapat merusak agregat tanah dan menyebabkan terjadinya pemadatan tanah.
Perbedaan penggunaan lahan berpotensi untuk mempengaruhi masukan bahan
organik yang berasal dari seresah (daun, cabang, ranting yang gugur) dan dari akar-
akar yang telah mati. Seresah yang jatuh ke permukaan tanah dapat melindungi
permukaan tanah dari pukulan air hujan dan mengurangi terjadinya penguapan
(Hairiah et al., 2003).
Nitrogen Total Tanah
Nitrogen (N) merupakan unsur makro utama yang sangat penting untuk
Universitas Sumatera Utara
13
pertumbuhan tanaman. Nitrogen diserap oleh tanaman dalam bentuk NO3- atau
NH4+ dari tanah. Kadar nitrogen rata-rata dalam tanah sangat bervariasi tergantung
pada pengelolaan dan pennggunaan tanah tersebut. Tanah hutan berbeda dengan
tanah perkebunan dan peternakan. Tanaman di lahan kering umunya menyerap ion
nitrat (NO3-) relatif lebih besar jika dibandingkan dengan ion NH4
+ (Hanfiah, 2004).
Nitrogen sebagian besar berasal dari aktifitas kehidupan di dalam tanah.
Sumber nitrogen primer berasal dari udara dapat ditambat secara alami, kimi dan
biologi. Bahan nitrogen tanah berasal senyawa nitrogen melalui lompatan listrik di
atmosfir yang akhirnya turun ke bumi melalui air. Proses demikian berlangsung
antara 5-10 kg N/Ha/Tahun (Gunawan dkk, 2014).
Rasio C/N dapat menjadi petunjuk untuk mengetahui derajat dekomposisi
bahan organik. Seperti humus dengan nilai rasio C/N = 12-13, dan straw (bahan
organik kasar) dengan nilai rasio C/N = 40. Bahan organik yang telah
terdekomposisi akan terlihat dari nilai rasio C/N yaitu nilai rasio C/N rendah
menunjukkan tersedia bahan organik halus dan kandungan unsur N tinggi,
sebaliknya nilai rasio C/N tinggi tersedia bahan organik kasar dan N rendah
(Sudomo dan Handayani, 2013).
Kalium dapat dipertukarkan
Kalium (K) merupakn hara utama ketiga setelah N dan P. kalium
mempunyai valensi satu dan diserap dalam bentuk ion K+. kerak bumi mengandung
kalium dengan rerata 2,6 %, sedangkan baha induk tanah-tanah muda umumnya
mengandung 2 - 2,5 % atau 40 - 50 ton K/Ha, 95-99 % K terdapat pada kisi-kisi
tiga jenis mineral utama, yaitu feldspar yang paling lambat lapuk, lalu mika relative
sedang dan liat relative mudah lapuk (Hanafiah, 2004).
Universitas Sumatera Utara
14
Unsur hara kalium diambil tanaman dalam bentuk ion K+. senyawa K hasil
pelapukan mineral, di dalam tanah dijumpai jumlah yang bervariasi tergantung jenis
bahan induk pembentuk tanah, tetapi karena unsur ini mempunyai ukuran bentuk
terhidrasi yang relatif besar dan bervalensi 1, maka unsur ini tidak kuat dijerap
muatan permukaan koloid, sehingga mudah mengalami pelindihan dari tanah.
Keadaan ini menyebabkan ketersediaan unsur ini dalam tanah umumnya rendah
dibandingkan dengan basa-basa lain, yang kadangkala meskipun bahan induk
tanahnya adalah mineral dengan berkelium relatif tinggi. Padahal kebutuhan
tanaman akan unsur ini hampir sama dengan kebutuhan N (Hanafiah et al, 2003).
Kalium dapat dipertukarkan dan kalium larut langsung dan mudah diserap
tanaman, disebut kalium segera tersedia. Kalium segera tersedia meliputi satu
sampai dua persen dari jumlah unsur kalium dalam tanah mineral. Unsur tersebut
dalam tanah dijumpai sebagai kalium dapat dipertukarkan dan selalu berada dalam
keseimbangan dengan kalium dalam larutan. Dalam bentuk ini, kalium dapat
diserap oleh tanaman dan peka terhadap pencucian. Serapan kalium dari larutan
hara menyebabkan keseimbangan terganggu untuk sementara (Budi S et al, 2014).
Serapan kalium dari larutan tanah dapat menyebabkan keseimbangan
terganggu. Kalium sebagian dapat dipertukarkan dan segera bergerak ke dalam
larutan tanah, sehingga keseimbangan kembali seperti semula. Sebaliknya dapat
terjadi bila pupuk kalium ditambahkan kedalam tanah. Kalium akan bergerak ke
permukaan liat, sebagian menjadi bentuk yang terikat.
Berbagai faktor secara langsung dan tidak langsung terbukti mempengaruhi
ketersediaan K dan pengambilannya oleh tanah meliputi: tanah, iklim, praktek
budidaya, pengelolaan dan tanaman budidaya. Beberapa faktor tanah yang
Universitas Sumatera Utara
15
mempengaruhi ketersediaan hara K adalah mineralogi tanah, perbandingan dan
takaran liat, kandungan bahan organik, KTK, jeluk perakaran, pH tanah. Sedangkan
faktor tanaman yang mempengaruhi ketersediaan K yaitu varietas tanaman, yang
mempunyai potensi hasil lebiih tinggi. Sejumlah tanaman dapat mempunyai
kerapatan akar atau jeluk perakaran yang berbeda (Poerwowidodo, 1992).
Universitas Sumatera Utara
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Namanteran, Kabupaten Karo.
dengan ketinggian tempat 1300-1400 meter diatas permukaan laut. Analisis sifat
fisika dan analisis sifat kimia tanah dilakukan di Laboratorium Riset dan Teknologi
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Penelitian berlangsung pada bulan
September 2020 sampai dengan November 2020.
Bahan dan Alat
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah peta lokasi
penelitian dan peta administrasi kecamatan skala 1:80.000, peta kemiringan lereng,
dan sampel tanah yang diambil dari lokasi penelitian, serta bahan - bahan kimia
lainnya yang digunakan untuk analisis di Laboratorium.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah GPS (Global Positioning
System) sebagai alat untuk menentukan koordinat wilayah, ring sample untuk
pengambilan tanah tidak terganggu, bor tanah sebagai alat untuk mengambil sampel
tanah, cangkul sebagai alat untuk membantu pengambilan contoh tanah, kamera
sebagai alat untuk mendokumentasikan kegiatan di lapangan, kantong plastik
sebagai alat untuk wadah sampel tanah, karet gelang sebagai alat untuk mengikat
sampel tanah dalam kantong plastik, label dan alat tulis untuk keperluan tulis
menulis di lapangan, dan alat laboratorium lainnya untuk analisis tanah.
Metode Penelitian
Desain penelitian menggunakan metode survey dengan teknik pengambilan
sampel secara purpose sampling atau secara sengaja bedasarkan kriteria tanaman
yang memenuhi syarat pada lahan petani yaitu pada vegetasi kentang, kopi, jeruk
Universitas Sumatera Utara
16
dengan kopi, jeruk dengan terung belanda, dan vegetasi hutan.
Pelaksanaan Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ini dilakukan beberapa tahapan. Adapun
tahapan kegiatan yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tahap Persiapan
Sebelum pelaksanaan pekerjaan di lapangan, terlebih dahulu dilakukan
konsultasi dengan komisi pembimbing, pengadaan peralatan, studi literatur,
persiapan alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian penyusunan
rencana kerja, peta administrasi, peta tutupan lahan serta peta kemiringan lereng
yang berguna untuk mempermudah pekerjaan secara sistematis sehingga
didapatkan hasil sesuai dengan yang diharapkan.
Tahap Survei Lapangan
Pekerjaan dimulai dengan survei pendahuluan, yaitu dengan mengadakan
orientasi gambaran umum lokasi penelitian. Setelah survei pendahuluan dilanjutkan
dengan survei utama atau dengan pengambilan sampel tanah.
Tahap Pelaksanaan
Dilakukan pengambilan sampel tanah pada 5 vegetasi tanaman yang
berbeda di tetapkan sebagai acuan pengambilan sampel menggunakan bor tanah
hingga kedalaman 20 cm. pada vegetasi kentang, kopi, kopi dengan jeruk, jeruk
dengan terung belanda, dan hutan. Jumlah titik sampel yang diambil sebanyak 15
yaitu dengan masing-masing 3 ulangan pada 5 vegetasi tanaman. Selama
pengambilan sampel tanah juga dilakukan pengamatan keadaan lingkungan sekitar.
17
Universitas Sumatera Utara
17
Pengambilan Sampel Tanah
Tanah yang akan diambil diratakan dan dibersihkan kemudian ring sampel
diletakkan tegak lurus dengan permukaan tanah. Tanah sekeliling ring sampel digali
dengan pisau mendekati ring sampel. Ring sampel yang telah berisi tanah ditutup
dengan penutup ring sampel, atau kantong plastik kemudian diberi label dan
disimpan didalam kotak tempat menyimpan ring sampel.
Tanah terganggu diambil dengan menggunkan bor tanah atau cangkul pada
kedalaman 0-20 cm. Sampel tanah dimasukkan kedalam kantong plastik besar,
diberi label lokasi, waktu, dan keterangan kriteria teknik konservasi. Sampel tanah
diambil dengan menggunakan GPS yang mampu menentukan posisi letak
pengambilan sampel tanah secara tepat dan mampu merekam posisi geografis.
Tahap Analisis Laboratorium
Sifat Fisika Tanah
Adapun parameter sifat fisika tanah yaitu Kerapatan isi dan Permeabilitas
Tanah.
5 Jenis Vegetasi
Kopi
Kentang
Kopi dengan Jeruk
Jeruk dengan Terung
Belanda
Gambar 1. Jenis Vegetasi
Hutan
18
Universitas Sumatera Utara
18
Kerapatan Isi
Kerapatan Isi di ukur dengan menggunakan sampel tanah tidak terganggu.
Kemudian tanah dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 1050 C selama 24 jam.
Kemudian di ukur volume ring sampel dan timbang tanah kering oven.
Permeabilitas tanah (cm/jam)
Permeabilitas tanah dengan ring sampel, kemudian dihitung dengan rumus:
𝑄 =𝑘.𝐴
𝜇
𝑑𝑃
𝑑𝐿
Q = laju air fluida (cc/detik)
k = permeabilitas, darcy
μ = viskositas, cp
dP/dL = gradien tekanan dalam arah aliran, atm/cm
A = luas penampang (cm)
Sifat Kimia Tanah
Adapun parameter sifat kimia tanah yaitu kemasaman tanah, karbon organik
tanah, nitrogen total tanah dan kalium dapat dipertukarkan.
Kemasaman Tanah
penetapan pH tanah dilakukan dengan menimbang 10 gram tanah dan
ditambah dengan ekstraktan H2O 25 mL dalam tabung, lalu diguncang selama 30
menit dan diukur pH tanah dengan menggunakan metode elektrometri (pH meter)
(Mukhlis, 2014).
Karbon Organik Tanah
Penetapan C-organik tanah menggunakan metode Walkey and Black
dengan prinsip C-organik dihancurkan oleh oksidasi kalium bikromat (K2Cr2O7)
yang berlebih akibat penambahan asam sulfat (H2SO4). Kelebihan kromat yang
19
Universitas Sumatera Utara
19
tidak tereduksi oleh C-organik tanah kemudian ditetapkan dengan jalan titrasi
dengan larutan ferro (Fe(NH4)2(SO4)2) (Mukhlis, 2014).
Nitrogen Total Tanah
Metode yang digunakan untuk menetapkan N Total tanah adalah metode
Kjehdal. Prosedur penetapan N-total tanah menggunakan metode kjeldahl dengan
prinsip mengubah N-organik menjadi N-amonium oleh asam sulfat yang
dipanaskan sekitar 380 °C dan menggunakan katalisator. Proses ini disebut
digestasi dan menghasilkan asam digest yang mengandung ammonium lalu
dibasakan dengan NaOH sehingga ion ammonium dikonversi menjadi amoniak.
Kemudian didestilasi menjadi amonium hidroksida. Amonium hidroksida
ditentukan jumlahnya dengan mentitrasi dengan HCl (Balai Penelitian Tanah,
2009).
Kalium dapat dipertukarkan
Metode yang digunakan untuk menetapkan kalium (K) adalah metode
NH4OAc 1 N pH 7 (Balai Penelitian Tanah, 2009).
20
Universitas Sumatera Utara
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Karakteristik Lokasi Penelitian
Kecamatan Namanteran merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten
Karo yang berada di sekitar DAS Wampu. Kabupaten Karo secara geografis
terletak antara 2o 50’– 3o19’ Lintang Utara dan 97o55’–98o38’ Bujur Timur dengan
curah hujan rata-rata 2.100-3200 mm/tahun dan suhu rata-rata 18,4-19,3ºC. Luas
wilayah Kabupaten Karo yaitu 2.127,25 Km2 atau 212.725 Ha. Lokasi penelitian
termasuk ke dalam kawasan DAS Wampu dengan topografi bukit dan berlereng
dengan elevasi 1000-1400 mdpl, memiliki kelas lereng yang beragam dari datar
sampai curam namun didominasi dengan kelas lereng yang curam. dimana 2 %
seluas 23.900 Ha, tanah landai 2 – 15 % seluas 74.919 Ha, tanah miring 15 – 40 %
seluas 41.169 Ha, dan tanah curam 40 % seluas 72.737 Ha (BPS Kabupaten Karo,
2010).
Agroekosistem daerah penelitian tergolong beragam yang didominasi oleh
jenis tanaman hortikultura dan perkebunan kopi milik rakyat. Petani menerapkan
sistem budidaya tanaman tumpangsari sebagai upaya meningkatkan produktivitas
lahan pertanian. tanaman semusim yang dibudidayakan oleh petani ialah seperti
Kentang, Tomat, Sawi Putih (Brassica rapa L.), Cabai Merah (Capsicum annum L.)
dan tanaman lainnya yang dapat dilihat pada lampiran.
Karakteristik vegetasi seperti kopi, kentang, kopi dengan jeruk dan jeruk
dengan terung belanda merupakan lahan pertanian yang berstatus milik rakyat.
Kegiatan pemeliharaan tanaman tampak kurang optimal yang dapat dilihat dari
piringan vegetasi kopi, jeruk dan terung belanda yang dibiarkan ditumbuhi oleh
Universitas Sumatera Utara
23
gulma. ranting dan daun yang sudah lapuk memberikan jumlah masukan serasah
yang jatuh ke permukaan tanah. Sedangkan pada tanaman kentang, pemberian
pupuk dilakukan secara intensif oleh para petani pada budidaya tanaman tersebut.
vegetasi hutan merupakan suatu lahan kawasan hutan yang tidak dibudidayakan
petani. Sumbangan ranting dan daun yang gugur tampak di permukaan tanah.
Sifat Fisika Tanah
Kerapatan Isi Tanah
Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah tinggi
rendahnya kerapatan isi. Kerapatan isi tanah merupakan sifat tanah yang sering
ditetapkan, kerapatan isi sangat berhubungan erat dengan kepadatan tanah, makin
padat suatu tanah semakin tinggi kerapatan isi berarti semakin sulit meneruskan air
atau ditembus akar tanaman. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan
diperoleh nilai kerapatan isi tanah pada masing masing penggunaan lahan disajikan
pada Tabel 1.
Nilai kerapatan isi yang dihasilkan dari masing - masing vegetasi memiliki
nilai yang berbeda namun masih dalam kriteria yang sama yaitu padat. Hasil
analisis di atas menunjukkan pada tegakan kopi dengan jeruk memiliki nilai
kerapatan isi terendah (1,03 gr/cm3). Rendahnya nilai kerapatan isi menunjukkan
Tabel 1. Nilai Kerapatan isi Tanah Pada Beberapa Vegetasi di Kecamatan
Namanteran
Vegetasi Kerapatan isi (gr/cm3) Kriteria
Hutan 1,07 Padat
Jeruk dan Terung Belanda 1,24 Padat
Kopi dan Jeruk 1,03 Padat
Kentang 1,34 Padat
Kopi 1,18 Padat
Keterangan : * ) Menurut Balai Penelitian Tanah 2009
22
Universitas Sumatera Utara
24
bahwa semakin poros yang memungkinkan semakin mudah sirkulasi air dan udara
di dalam tanah. Hal tersebut disebabkan tingginya bahan organik yang telah
mengalami dekomposisi, sesuai dengan pernyataan Hardjowigeno (2010), bahwa
bahan organik dapat meyebabkan porositas tinggi karena sifatnya ringan sehingga
dapat memperkecil nilai kerapatan isi
Permeabilitas Tanah
Hasil analisis laju permeabilitas tanah pada beberapa vegetasi menunjukkan
kemampuan tanah dalam meloloskan air, kerapatan isi serta unsur-unsur organik
lainnya ikut ambil bagian dalam menaikkan laju permeabilitas tanah. Tanah dengan
permeabilitas yang tinggi menaikkan laju infiltrasi dengan demikian menurunkan
laju air larian. Laju air larian inilah yang akan merusak permukaan tanah (Utami,
2007). Hasil penelitian laju permeabilitas pada masing masing penggunaan lahan
disajikan pada Tabel 2.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan nilai permeabilitas dalam kategori
agak lambat hingga sedang dan didominasi oleh kriteria sedang. Permeabilitas
tanah pada vegetasi kentang dengan kriteria agak lambat dipengaruhi oleh tindakan
agronomis dari petani seperti pengelolaan tanah yang menyebabkan tanah menjadi
padat.
Tabel 2 Nilai Permeabilitas Tanah Pada Beberapa Vegetasi di Kecamatan
Namanteran
Vegetasi permeabilitas Kriteria
Hutan 5,59 Sedang
Jeruk dan Terung Belanda 6,33 Sedang
Kopi dan Jeruk 4,55 Sedang
Kentang 1,69 Agak Lambat
Kopi 4,89 Sedang
Keterangan : * ) Menurut Balai Penelitian Tanah 2009
23
Universitas Sumatera Utara
25
Sifat kimia Tanah
Kemasaman tanah
Kemasaman tanah merupakan indikator penting dalam status kesuburan
tanah. Karena dapat menggambarkan status hara di dalam tanah yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan juga efektifitas kelarutan hara lain yang
tersedia bagi tanaman. Nilai pH tanah disajikan pada tabel 3.
Berdasarkan hasil pengukuran langsung di lapangan dapat diketahui bahwa
pH pada masing masing vegetasi memiliki kriteria agak asam. Nilai pH tertinggi
diperoleh pada vegetasi hutan yaitu pH 6.47 (agak masam) dan nilai pH terendah
diperoleh pada vegetasi yaitu pH 5.43 (masam) perbedaan nilai pH tanah yang
dihasilkan pada tabel di atas dipengaruhi oleh pemupukan yang di berikan petani.
Karbon Organik Tanah
Kandungan karbon organik dalam tanah menunjukkan besarnya kandungan
bahan organik tanah. Bahan organik tanah memiliki peran penting dalam
memperbaiki kesuburan tanah baik secara fisika kimia maupun biologi. Bahan
organik tanah berperan sebagai sumber hara tanamanan dan sumber energi bagi
sebagian besar organisme dalam tanah. Hasil penelitian karbon organik disajikan
pada Tabel 4 berikut.
Tabel 3. Nilai Kemasaman Tanah Pada beberapa vegetasi di Kecamatan
Namanteran
Vegetasi pH Tanah Kriteria*
Hutan 6,47 Agak Masam
Jeruk dan Terung Belanda 6,17 Agak Masam
Kopi dan Jeruk 6,00 Agak Masam
Kentang 5,43 Masam
Kopi 6,50 Agak Masam
Keterangan : * ) Menurut Balai Penelitian Tanah 2009
24
Universitas Sumatera Utara
26
Berdasarakan hasil analisis dengan metode Walkey and Black diperoleh
kadar karbon organik pada masing masing vegetasi yang berbeda, menunjukkan
nilai karbon orgnik berada pada kriteria yang sama yaitu sangat tinggi. Nilai karbon
organik tertinggi pada vegetasi hutan yaitu 8,32 % sedangkan terendah pada
vegetasi kopi dengan nilai karbon organik 4,25 %. Kandungan karbon organik
untuk setiap vegetasi tergolong tinggi hingga sangat tinggi. Kandungan karbon
organik di lapisan tanah bagian atas (top soil) lebih tinggi dibandingkan dengan
bagian bawah.
Nitrogen Total Tanah
Nitrogen merupakan unsur hara makro essensial yang dibutuhkan tanaman
dalam jumlah yang banyak, namun jumlah nitrogen yang terdapat dalam tanah
sedikit sedangkan yang diangkut berupa panen dan biomassa yang cukup banyak.
Tabel 4. Nilai Karbon Organik Pada Beberapa Vegetasi di Kecamatan Namanteran
Vegetasi Corganik (%)
0 - 20 cm
C. Organik (%)
20 - 40 cm Kriteria*
Hutan 8,32 9,30 Sangat Tinggi
Jeruk dan Terung
Belanda 8,00 8,23 Sangat Tinggi
Kopi dan Jeruk 6,43 7,47 Tinggi
Kentang 4,62 5,28 Tinggi
Kopi 4,51 4,25 Sedang
Keterangan : * ) Menurut Balai Penelitian Tanah 2009
Tabel 5. Nilai Bahan Organik Pada Beberapa Vegetasi di Kecamatan Namanteran
Vegetasi Bahan Organik
(%) 0-20 cm
Bahan Organik
(%) 20-40 cm Kriteria*
Hutan 14,33 15,99 Sangat Tinggi
Jeruk dan Terung
Belanda
13,78 14.16 Sangat Tinggi
Kopi dan Jeruk 11,05 12.85 Tinggi
Kentang 7,94 9,08 Tinggi
Kopi 7,76 7,31 Sedang
Keterangan : * ) Menurut Balai Penelitian Tanah 2009
25
Universitas Sumatera Utara
27
Nitrogen diserap dala bentuk ion NO3- (nitrat) atau NH4+ (ammonium) (Rusmarkam
dan Yuwono, 2002). Hasil Penelitian kandungan N tanah disajikan pada Tabel 5.
Tabel 6. Nilai Nitrogen Total Tanah pada Beberapa Vegetasi di Kecamatan
Namanteran
Lahan Nitrogen Total (%)
0 - 20 cm Kriteria* 20 - 40 cm Kriteria*
Hutan 0,67 Tinggi 0,68 Tinggi
Jeruk dan Terung
Belanda 0,70 Tinggi 0,69 Tinggi
Kopi dan Jeruk 0,82 Sangat Tinggi 0,78 Sangat
Tinggi
Kentang 0,49 Sedang 0,58 Tinggi
Kopi 0,44 Sedang 0,51 Tinggi
Keterangan : * ) Menurut Balai Penelitian Tanah 2009
Nilai N-total tanah yang dihasilkan dari masing masing penggunaan lahan
bervariasi dari kriteria sedang hingga sangat tinggi. Nilai pada Tabel 6 di atas
diketahui bahwa kandungan N-total tanah pada vegetasi (kopi dengan jeruk) yaitu
0,82 %, tingginya nilai N total tanah disebabkan tingginya bahan organik tanah.
Bahan organik memberikan sumbangan ke dalam tanah mengindikasikan bahwa
telah terjadi pelepasan hara dari proses dekomposisi bahan organik sebagai
stimulan bertambahnya N dalam tanah.
Kalium dapat dipertukarkan
Kalium merupakan unsur hara ketiga setelah N dan P yang diperlukan
tanaman dalam jumlah banyak, kalium tanah terbentuk dari pelapukan batuan dan
mineral mineral yang mengandung kalium. Jumlah kalium yang diserap dalam
tanah oleh tanaman pada umumnya lebih tinggi dari fosfat. Hasil penelitian nilai
Kalium dapat dipertukarkan disajikan pada Tabel 7.
26
Universitas Sumatera Utara
28
Tabel 7. Menunjukkan bahwa diperoleh secara umum Kalium dapat
dipertukarkan berada pada kriteria rendah sampai sangat tinggi. Kalium dapat tukar
pada kedalaman 0-20 cm dengan kriteria rendah berada pada penggunaan lahan
kopi yaitu 0,21 me/100 gr dan pada kedalaman 20-40 cm dengan kriteria rendah
berada pada penggunaan lahan kopi yaitu 0,21 me/100gr sedangkan untuk K-tukar
pada kedalaman 0-20 cm dengan kriteria sangat tinggi berada pada vegetasi (Kopi
dengan Jeruk), sedang untuk kedalaman 20-40 cm dengan kriteria sangat tinggi juga
pada vegetasi (Kopi dengan Jeruk).
Pembahasan
Jenis tanaman berpengaruh terhadap sifat fisik, kimia maupun biologi tanah,
hal ini berhubungan dengan peran bahan organik tanah yang terdekomposisi.
Tanaman secara tidak langsung dapat melindungi dari degradasi, demikian halnya
pada lahan pertanian baik dengan pola tanam monokultur maupun campuran.
Keadaan sifat tanah yang baik dapat memperbaiki ekosistem tanaman sehingga
dapat memudahkan perakaran dalam penyerapan hara dan menguntungkan
pertumbuhan tanaman.
Berdasarkan hasil penelitian yang terukur pada 5 vegetasi tanaman adalah
Tabel 7. Nilai Kalium Dapat Dipertukarkan Tanah pada Beberapa Vegetasi di
Kecamatan Namanteran
Vegetasi K-dd (me/100 gr)
0 - 20 cm Kriteria* 20 - 40 cm Kriteria*
Hutan 0,40 Sedang 0,31 Rendah
Jeruk dan Terung
Belanda 0,76 Tinggi 0,79 Tinggi
Kopi dan Jeruk 2,44 Sangat Tinggi 3,93 Sangat Tinggi
Kentang 1,80 Rendah 1,99 Rendah
Kopi 0,21 Rendah 0,21 Rendah
Keterangan : * ) Menurut Balai Penelitian Tanah 2009
27
Universitas Sumatera Utara
29
memiliki kriteria masam hingga agak masam. pH tanah tertinggi didapatkan pada
vegetasi kopi dengan pH 6,50, hal ini dimungkinkan karena rendahnya instensitas
pemberian pupuk kimia (lampiran 2) dan kondisi serasah yang tertutup kanopi
tanaman kopi mengakibatkan lambatnya proses dekomposisi sehingga asam-asam
organik yang dihasilkan sedikit. pH terendah didapatkan pada vegetasi kentang
dengan pH 5,43 hal ini disebabkan adanya pemberian pupuk kimia yang dapat
mempengaruhi nilai pH, sesuai dengan pendapat Mukhlis et al, (2017) pemupukan
dapat memberikan tambahan ion H+ ke dalam tanah seperti hasil dari hidrolisis pada
pupuk urea. Sumber kemasaman pH sangat dipengaruhi oleh konsentrasi ion H+
dalam larutan tanah yang dapat berasal dari curah hujan, respirasi, pemupukan,
oksidasi pirit dan sulfur, dekomposisi bahan organik, penyerapan unsur hara dan
hidrolisis aluminium.
Kerapatan isi tertinggi berada pada tanaman kentang 1,34 gr/cm3. Berbeda
dengan penggunaan lainnya yang memiliki nilai kerapatan isi 1 - 1,2 gr/cm3. Hal
ini menunjukan bahwa kerapatan isi dipengaruhi oleh faktor pengelolaan tanah
seperti sistem olah tanah yang dilakukan secara intensif setiap musim tanam, selain
itu faktor pemupukan kimia juga mempengaruhi nilai kerapatan isi. Sesuai dengan
penelitian Jambak dkk (2017) menyatakan bahwa terjadi gangguan terhadap
kontinuitas pori akibat hancurnya struktur tanah dan penyumbatan pori akibat
pengolahan tanah yang berlebihan yang dapat merusak struktur tanah dan akhirnya
dapat memadatkan tanah. Pengolahan tanah intensif juga menyebabkan rendahnya
ketersediaan bahan organik dan makrofauna tanah.
Secara umum pada ke 5 vegetasi, nilai permeabilitas yang didapat termasuk
kedalam kriteria sedang, kecuali pada vegetasi kentang yaitu dengan kriteria agak
28
Universitas Sumatera Utara
30
lambat. Rendahnya nilai permeabilitas pada vegetasi kentang menunjukkan bahwa
tanah tersebut memiliki distribusi ukuran pori yang cukup kecil yang dapat
meloloskan air kedalam tanah melalui proses infiltrasi. Petani mengolah tanah
secara intensif seperti mencangkul dan mengegemburkan tanah akan
mengakibatkan ukuran pori pada tanah menjadi pori mikro. Tindakan agronomis
seperti pengelolaan tanah akan mengakibatkan tanah menjadi padat dan akan
menyebabkan nilai permeablitas menajadi rendah. Lambat atau cepatnya laju
permeabilitas tanah dipengaruhi oleh besarnya porositas tanah dan kerapatan isi.
Umumya nilai permeabilitas tanah meningkat dengan semakin poros nya tanah,
demikian pula semakin basah dan padat suatu tanah maka nilai permeabilitas tanah
juga akan semakin rendah dan lambat. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
Ardiansyah (2015) menyatakan bahwa tingkat permeabilitas tanah dapat
dipengaruhi oleh ukuran pori tanah, kekontinyuan pori dan kandungan bahan
organik. Bahan organik tanah membantu dalam pembentukan agregat tanah melalui
proses pembesaran volume dan peningkatan pori-pori tanah yang ada, sehingga
ruang pori total tanah meningkat dan meningkatkan permeabilitas tanah.
Pada vegetasi kentang memiliki nilai pH tanah 5,43 rendahnya nilai pH
tanah tersebut dapat disebabkan intensitas pemupukan yang dilakukan petani,
sebagaimana dapat diketahui berdasarkan data kuisioner vegetasi kentang petani
banyak menggunakan pupuk kimia seperti NPK, SS Amophos, dan juga KCl yang
dapat menurunkan pH tanah. Hal ini sesuai dengan Starast et al (2003) yang
menyatakan bahwa pemberian pupuk anorganik seperti NPK dapat mengakibatkan
penurunan pH tanah, karena pupuk ini mengandung sulfur dan ammonium yang
akan terhidrolisis menghasilkan ion H+ yang menyebabkan pH tanah menurun.
29
Universitas Sumatera Utara
31
Hasil analisis tanah pada beberapa vegetasi didapatkan kandungan karbon
organik memiliki kritera sedang hingga sangat tinggi. Karbon organik pada vegetasi
hutan , jeruk dengan terung belanda dengan kedalaman 0 - 20 cm dan 20 - 40 cm
dengan kriteria sangat tinggi, sedangkan untuk karbon organik dengan kriteria
sedang berada pada vegetasi kopi baik kedalaman 0-20 cm maupun 20-40 cm.
Tingginya Karbon organik pada lahan hutan, (jeruk dengan terung belanda), (kopi
dengan jeruk) dan kentang disebabkan adanya sumbangan serasa atau biomassa
seperti daun, tangkai batang dan pupuk kandang serta gulma yang telah mengalami
proses dekomposisi secara sempurna. Sedangkan untuk lahan kopi kandungan
karbon organik dengan kriteria sedang disebabkan terjadinya degradasi tanah akibat
aliran air permukaan yang membawa bahan organik di sebabkan topografi pada area
vegetasi yang relatif miring dan juga pola pertanaman yang searah lereng ataupun
petani tidak membuat konservasi di lahan tersebut yang dapat meningkatkan laju
aliran permukaan.
Berdasarkan hasil analisis, dengan metode Walkey and Black diperoleh
kadar bahan organik yang tertinggi terdapat pada tanah hutan > tanah jeruk dan
terung belanda > tanah kopi dan jeruk > tanah kentang > tanah kopi. Suatu vegetasi
dapat mempengaruhi sifat kimia tanah berupa karbon organik tanah pada areal
hutan. Hal ini disebabkan karena pola pengelolaan tanah pada tanaman kopi
berbeda dengan areal hutan seperti pembersihan piringan dan pengakutan ranting
tanaman kopi yang memungkinkan adanya perubahan bahan organik pada tegakan
kopi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Yasin (2007), yang menyatakan setiap tanah
memiliki kandungan bahan organik yang berbeda-beda sesuai dengan karakteristik
tanahnya dan penggunaan lahannya
30
Universitas Sumatera Utara
32
Berdasarkan hasil analisis N total tanah pada masing-masing penggunaan
lahan pada kedalaman 0 - 20 cm dan 20 - 40 cm memiliki kriteria dari tinggi hingga
sangat tinggi. Pada kedalaman 0 - 20 cm dan 20 - 40 cm nilai N-total tertinggi pada
penggunaan lahan kopi dengan jeruk. Hal ini dipengaruhi bahan organik tanah dan
pemupukan N yang relatif tinggi, sesuai dengan pengamatan dilapangan dan
wawancara, petani mengaplikasikan pupuk ZA (21 %) N, SS Amhopos (16% N),
Phonska (15% N) dan urea (46% N) yang mengandung unsur Nitrogen. Tingginya
nilai N-total pada 5 tipe vegetasi disebabkan tingginya bahan organik, adanya bahan
organik yang memberikan sumbangan kedalam tanah mengindikasikan bahwa telah
terjadi pelepasan hara dari proses dekomposisi bahan organik kedalam tanah
sebagai stimulan bertambahnya N dalam tanah, jadi dapat dikatakan bahwa semakin
tinggi bahan organik dalam tanah maka semakin tinggi pula kadar Nitrogen pada
tanah tersebut, hal ini sesuai dengan Sutedjo (1996), menyatakan bahwa
peningkatan N-Total tanah diperoleh langsung dari hasil dekomposisi bahan
organik yang akan menghasilkan asam - asam organik dalam tanah.
Pelepasan nitrogen dalam bahan organik dipengaruhi oleh pH tanah. Jika
pH tinggi akan meningkatkan pelepasan nitrogen dan akan meningkatkan N total
tanah dan sebaliknya menurunnya pH tanah akan menyebabkan menurunkan N
total tanah. Sumber N total tanah juga berasal dari pupuk yang diberikan, aktivitas
pemupukan nitrogen seperti pupuk Urea, Za dan NPK merupakan bentuk mineral
yang diberikan ke tanah untuk menambah unsur hara sesuai yang dibutuhkan oleh
tanaman. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Triharto (2014) yang menjelaskan
bahwa Penggunaan pupuk yang bersifat masam seperti ZA dan Urea yang masih
diberikan petani dapat menurunkan pH tanah sehingga mempengaruhi ketersediaan
31
Universitas Sumatera Utara
33
unsur hara lain yang menjadi tidak tersedia. Ionisasi dari Pupuk ZA akan
menghasilkan ion H+ yang dapat mengasamkan tanah.
Ketersediaan unsur K dalam tanah sangat penting bagi pertumbuhan
tanaman dan produksi. Kalium tersedia dalam tanah tidak selalu dalam keadaan
tersedia, tetapi masih berubah menjadi bentuk lambat untuk diserap oleh tanaman,
kalium dapat dipertukarkan merupakan bentuk kalium segera tersedia. Berdasarkan
hasil analisis K-dd pada masing masing penggunaan lahan berada pada kriteria
sedang hingga sangat tinggi. Pada vegetasi (kopi dengan Jeruk) memiliki nilai K-
dd yang sangat tinggi yaitu 2.44 me/100gr (0-20 cm) dan 3.93 (20-40 cm), tingginya
nilai K- dd pada vegetasi tersebut dapat di sebabkan oleh pola pertanaman tumpang
sari (multiple cropping). Sejumlah tanaman dapat mempunyai kerapatan akar atau
jeluk perakaran yang berbeda, yang berarti akan mengubah kemampuan
pengambilan K.
Pola tanam secara tumpang sari dapat meningkatkan sumbangan hara K dan
dengan cepat mengurangi kahat K tersedia dalam tanah. Hal ini sesuai pernyataan
Mas’ud, (1992) yang menjelaskan bahwa telah diketahui bahwa tanaman budidaya
yang berbeda menunjukkan keragaman pada kapasitasnya untuk mengangkut
kalium dari suatu tanah dengan suatu aras K-dd tertentu. Rerumputan yang tumbuh
bersamaan dengan tanaman jeruk dan kopi diduga dapat mengekstrak K sangat
besar. Kemampuan perakaran mengangkut K berhubungan dengan luas permukaan
total, kerapatan, dan panjang akar
Pada hasil penelitian diketahui penggunaan lahan kopi memiliki nilai K-dd
yang rendah 0,21 me/100gr (0-20 cm) dan 0,21 (20-40 cm). rendahnya K-dd pada
lahan kopi ini dipengaruhi pH pada lahan kopi relatif tinggi. Hal ini sesuai dengan
32
Universitas Sumatera Utara
34
pendapat Gunawan dkk (2014), yang menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang
berlawanan antara pH tanah dengan jumlah kalium dapat dipertukarkan. Fiksasi
kalium terjadi pada pH tinggi, sehingga pada pH tanah tersebut kalium dapat
dipertukarkan menjadi rendah. Tinggi rendahnya kalium dapat dipertukarkan tanah
akibat dari pencucian. Tanah dengan bahan organik tinggi mempunyai kapasitas
tukar kation tinggi, tetapi daya ikat kation seperti kalium rendah akibatnya kalium
dapat dipertukarkan cepat hilang tercuci dari tanah karena pengaruh hujan.
Ion K tergolong unsur yang mudah bergerak sehingga mudah sekali hilang
dari tanah melalui pencucian karena tidak ditahan kuat oleh permukaan koloid
tanah. Sifat kalium yang mudah hilang dari tanah menyebabkam peningkatan
fiksasi kalium sehingga menyebabkan efisiensinya rendah. Hasil pengukuran
kalium dapat tukar berdasarkan tingkat ketebalan tanahnya dari keseluruhan
vegetasi dapat diketahui bahwa pada kedalaman 20 - 40 cm memiliki nilai K-dd
lebih tinggi dibandingkan dengan pada kedalaman 0 - 20 cm. Hal ini tersebut
membuktikan bahwa kandungan K-dd lebih terkonsentrasi pada lapisan atas
sebagaimana dinyatakan dalam penelitian Herawati (2015), yang menjelaskan
bahwa rendahnya pengaruh hara kalium terhadap produksi disebabkan unsur
kalium cenderung terkonsentrasi pada lapisan atas permukaan tanah sehingga
mudah tercuci.
Pola tanam tumpang sari seperti (kopi dengan jeruk) memiliki karakeristik
kerapatan kanopi lebih rapat. Sehingga masukan serasah kepermukaan tanah lebih
banyak. Hal ini sesuai dengan penelitian Hermita (2019), menjelaskan bahwa rataan
sifat kimia tanah pada penggunaan lahan campuran mahoni dengan tanaman kopi
(MK) lebih besar dibandingkan penggunaan lahan mahoni dengan tanaman
33
Universitas Sumatera Utara
35
semusim (MS). Dengan masukan seresah tinggi yang jatuh ke tanah akan
mengalami pelapukan dan menghasilkan bahan organik yang baik untuk tanah.
Pada penelitian ini penggunaan lahan kopi dan jeruk memiliki status sifat
fisik dan kimia yang tergolong baik. Tanaman penutup tanah yang ada dilokasi
penelitian yaitu tumbuhan dengan family graminae atau rerumputan yang tidak
ditanam oleh petani. Namun tumbuhan tersebut bermanfaat untuk melindungi
permukaan tanah dari air hujan yang menyebabkan erosi serta dapat memperbaiki
sifat fisika dan kimia tanah. Pola tanam campuran dapat menahan laju butiran hujan
dan aliran permukaan. Salain itu serasah tanaman yang berasal dari kopi, jeruk dan
tanaman penutup tanah (graminae) merupakan sumber bahan organik yang dapat
menjadi asupan hara bagi tanaman.
34
Universitas Sumatera Utara
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Sifat fisika tanah di lahan dengan vegetasi kopi dan jeruk memiliki nilai
kerapatan isi terendah dibandingkan dengan vegetasi yang lain, yakni sebesar 1,03
gr/cm3. Untuk nilai permeabilitas tanah terbaik yakni pada vegetasi jeruk dan terung
belanda dengan nilai 6,33 cm/jam (sedang).
Sifat kimia tanah pada vegetasi kopi dengan jeruk diperoleh nilai yang lebih
tinggi dengan nilai kemasaman tanah yakni 6,00 (agak masam), karbon organik
tanah pada kedalaman 0-20 cm yakni 6,43% (Tinggi) dan kedalaman 20-40 cm 7,47
% (tinggi), nitrogen total tanah pada kedalaman 0-20 cm yakni 0,82 % (sangat
tinggi) dan kedalaman 20-40 cm yakni 0,78 % (sangat tinggi), kalium dapat
dipertukarkan pada kedalaman 0-20 cm yakni 2,44 me/100 gr (sangat tinggi) dan
kedalaman 20-40 cm 3,93 me/ 100 gr (sangat tinggi).
Saran
Di sarankan agar penerapan pola tanam (jeruk dengan belanda) serta (kopi
dengan jeruk) tetap dipertahankan di Kecamatan Namanteran Kabupaten Karo
karena mampu menstabilkan kerapatan isi dan permeabilitas tanah, serta
meningkatkan nilai karbon organic, nitrogen total dan kalium dapat dipertukarkan.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Alibasyah, M. R. 2016 Efek Sistem Olah dan Mulsa Jagung terhadap Stabilitas
Agregat dan C-organik Tanah Ultisol pada Musim Tanaman ke 3. J. Il.
Tan. Lingk., 20 (1) April 2016: 13-18. ISSN: 1410-7333.
Ardiansyah, R., I. S. Banuwa, dan M. Utomo. 2015. Pengaruh sistem olah tanah
dan residu pemupukan nitrogen jangka panjang terhadap struktur tanah,
bobot isi, ruang pori total, dan kekerasan tanah pada pertanaman kacang
hijau (Vignia radiata L.). Jurnal Agrotek Tropika. (3): 283-289.
Arsyad, S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. Edisi Baru. Penerbit IPB (IPB Press).
Bogor.
Balai Penelitian Tanah (BALITTAN). 2009. Petunjuk Teknis Edisi 2: Analisis
Kimia Tanah, Tanaman, Air dan Pupuk. Balai Besar Litbang Sumberdaya
Lahan Pertanian. Bogor.
Damatta, F.M., and J.D.C Ramalho. 2006. Impacts of drought and temperature
stress on coffee physiology and production: a review, J. Plant Physiol.
18(1):55-81. Mar 2006.
Dariah, A., A. Rachman, dan U. Kurnia. 2004. Erosi dan degradasi lahan kering di
Indonesia. Dalam U. Kurnia, A. Rachman, dan A. Dariah (Ed.). Teknologi
Konservasi Tanah pada Lahan Kering Berlereng. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Bogor.
Departemen Pertanian, 2006. Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 47/Permentan/
OT.140/10/2006 Tentang Pedoman Umum Budidaya Pertanian pada Lahan
Pegunungan. Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian.
Dirjen Hortikultura. 2012. LAKIP Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2012.
Kementerian Pertanian.
Ditjenbun (Direktorat Jenderal Perkebunan). 2016. Statistik perkebunan Indonesia
Komoditas Kopi 20152017. 83 hlm
Foth, Henry D. 1984. Dasar-dasar Ilmu Tanah Edisi Ke Tujuh. Terjemahan
Endang Dwi Purbayanti, dkk. 1991. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press
Gunawan, N. Wijayanto, S. W. Budi, 2019. Karakteristik Sifat Kimia Tanah Dan
Status Kesuburan Tanah Pada Agroforestri Tanaman Sayuran
Berbasis Eucalyptus Sp. Jurnal Silvikultur Tropika Vol. 10 No. 02, Hal
63-69, Agustus 2019, ISSN: 2086-8227.
Universitas Sumatera Utara
2
Haggar, J., Barrios, M., Bolaños, M., Merlo, M., Moraga, P., Munguia, R., Ponce,
A., Romero, S., Soto, G., Staver, C., & de Virginio, E. M. F. (2011). Coffee
agroecosystem performance under full sun, shade, conventional and
organic management regimes in Central America.Agroforestry Systems,
82(3), 285–301. https://doi.org/10.1007/s10457-011- 9392-5
Hani, A., 2014. Dinamika Agroforestry Tegalan Di Perbukitan Menoreh, Kulon
Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Penelitian Kehutanan
Wallacea, Vol. 3(2), Juni 2014: 119 – 128
Hairiah, K, Sardjono, MA, Sabarmirdin, S. 2003. Pengantar Agroforestri.
Indonesia World Agroforestry Centre (ICRAF), Southeast Asia
Regional Office. Bogor, Indonesia.
Hare, J.D., J.E. Pehrson, T. Clemens, I.A. Menge, C. W. Coggins, Ir., T. W.
Embleton, and I.L. Meyer. 1992. Effects of citrus red mite (Acari:
Tetranychidae) and cultural practices on total yield, fruit size, and crop
value of 'Navel' orange: Years 3 and 4. I. Econ. Entomol., Vol
85(2):486-495.
Hardjowigeno, S. 2007. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Pressindo.
Hardjowigeno, S. 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Jakarta: Akademika
Pressindo
Hasibuan B A. 2006. Ilmu Tanah. Universitas Sumatra Utara, Fakulta Pertanian.
Medan
Herawati MS. 2015. Kajian Status kesuburan Tanah di Lahan Kakao Kampung
Klain Distrik Mayamuk Kabupaten Sorong. Jurnal Agroforestri. Edisi
X: 201-208. ISSN: 1907-7556
Hermita, O. P., Rahayu, S. U., & Kurniawan, S. (2019). Sifat Kimia Tanah Pada
Berbagai Penggunaan Lahan Di Ub Forest. Jurnal Tanah dan
Sumberdaya Lahan Vol 6 No 1: 1075 - 1081, 2019 e-ISSN:2549-9793,
doi: 10.21776
Hillel. D. 1971. Soil and Water: Physical Principle dan Processes. Academic Press.
New York
Jambak, M. K., Baskoro, D. P., dan Wahjunie, E. D. 2017. Karakteristik Sifat
Fisika Tanah pada Sistem Pengolahan Tanah Konservasi (Studi Kasus:
Kebun Percobaan Cikabayan). Buletin Tanah dan Lahan. Vol 1 (1):
44-50 Januari 2017.
Kabupaten Karo Dalam Angka, 2017. Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo
Maman, K. 2014. Produktivitas tanaman rendah Petani kentang butuh benih
berkualitas. Balitsa Lembang Jawa Barat.
37
Universitas Sumatera Utara
3
Mas’ud, P. 1992. Telaah Kesuburan Tanah. Penerbit Angkasa. Bandung. 275 hal.
Menge, I., I. Morse, D. Hare, C. Coggins, I. Pehrson, I. Meyer, T. Embleton, S. Van
Gundy, A. Dodds, M.L. Arpaia, E. Takele, C. Adams, A. Strawn, E. Pond,
and D. Atkin. 1990. Integrated crop management increases citrus growth
and yields. Calif. Agr., Vol 44(4): 11-12.
Mukhlis. 2004. Analsis Tanah Tanaman Edisi Kedua. Medan: USU Press.
Mustofa A. 2007. Perubahan Sifat Fisik, Kimia dan Biologi Tanah Pada Hutan
Alam yang Diubah Menjadi Lahan Pertanian di Kawasan Taman
Nasional Gunung Leuser. [Skripsi]. Fakultas Kehutanan. Institut
Pertanian Bogor
Pane Y, Rauf A, dan Razali. 2016. Karakteristik kimia tanah di bawah beberapa
jenis tegakan di sub das petani kabupaten deli serdang. Jurnal
Agroekoteknologi Vol.4(4), Desember 2016 (647); 2428-2434, E-ISSN
No. 2337- 6597
Pankhurst, C.E. and J.M. Lynch. 1993. Soil Biota: Management in Sustainable
Farming Systems. CSIRO Press, Melbourne, Australia. The Role of Soil
Biota in Sustainable Agriculture. Pp 3-9. In C.E. (Eds.)
Pratiwi dan Mulyanto, B. 2000. The Relationship Between Soil Characteristics with
Vegetation Diversity in Tanjung Redep, East Kalimantan. Forestry and
Estate Crops Research Journal, Vol 1 (1): 27-33.
Rohmat D dan Soekarno I. 2006. Formulasi Efek Sifat Fisik Tanah Terhadap
Permeabilitas dan Suction Head Tanah (Kajian Empirik Untuk
Meningkatkan Laju Infiltrasi). Jurnal Bionatura. 8 (1): 1-9. Maret 2016.
Rosmarkam, A., dan Yuwono, N.W. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius,
Yogyakarta. 510 hal.
Starast, M., K. Karp, U. Moor, E. Vool, and T. Paal. 2003. Effect Of Fertilization
on Soil pH and Growth of LowBush Blueberry (Vaccinium angustifolium
Ait). Estonian Agricultural University. Journal of Plant
Nutrition 34(9-11) July 2011: 1489-1496.
Subagyono, K., T. Vadari, R. L. Watung, Sukristiyonubowo, and F. Agus. 2004.
Managing Soil Erosion Control in Babon Catchment, Central Java,
Indonesia: Toward community-based soil conservation measures.
Proceeding International Soil Conservation Organization (ISCO 2004).
Brisbane, Australia, 4-8 July 2004. Paper 960 (1-6).
Sudomo, A., dan W. Handayani. 2013. Karakteristik Tanah Pada Empat Jenis
Tegakan Penyusun Agroforestry Berbasis Kapulaga. Jurnal Penelitian
Agroforestry Vol. 1 (1), Hal. 1-11, ISSN: 2355-6366
38
Universitas Sumatera Utara
4
Suharta, N. 2007. Sistem Lahan Barong tongkok di Kalimantan: Potensi, Kendala
dan Pengembangannya untuk Pertanian Lahan Kering. Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Bogor.
Sukhla, M K. 2013. Soil Physics An Introduction. Florida: CRC Press
Susanto, R H., dan R. Hari Purnomo (Penerjemah). 1997. Pengantar Fisika Tanah.
Yogyakarta: Mitra Gama Widya
Tarigan E. S. Br, Guchi H, Marbun P. 2015. Evaluasi Status Bahan Organik dan
Sifat Fisik Tanah (Kerapatan isi, Tekstur, Suhu Tanah) pada Lahan Tanaman
Kopi (Coffea Sp.) di Beberapa Kecamatan Kabupaten Dairi. Jurnal Online
Agroekoteknologi Vol. 3(1): 246 – 256. Desember 2015. ISSN No. 2337-
6597
Utami, N. H. 2009. Kajian Sifat Fisik, Sifat Kimia dan Sifat Biologi Tanah Paska
Tambang Galian C pada Tiga Penutupan Lahan. [Skripsi]. IPB, Bogor.
Yasin, S. 2007. Degradasi Lahan pada Kebun Campuran dan Tegalan. J. Solum
Vol. 4 No. 1: 5-9. Januari 2007. ISSN: 1829-7994.
39
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kriteria Penilaian Analisis Tanah
40
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. Nilai Sifat Fisika Tanah
X Y Kemiringan cm/jam Kriteria
98° 25' 10.527" E 3° 12' 1.035" N 15-25 Derajat 1,02 5,37 Sedang
98° 25' 4.359" E 3° 12' 2.268" N 15-25 Derajat 1,1 5,1 Sedang
98° 25' 9.293" E 3° 12' 8.436" N 15-25 Derajat 1,31 4,21 Sedang
98° 25' 3.948" E 3° 12' 19.126" N 15-25 Derajat 1,31 1,45 Agak Lambat
98° 25' 9.293" E 3° 12' 23.238" N 15-25 Derajat 1,36 2,1 Agak Lambat
98° 25' 11.555" E 3° 12' 18.099" N 15-25 Derajat 1,34 1,53 Agak Lambat
98° 25' 6.621" E 3° 12' 33.106" N 15-25 Derajat 1,31 5,69 Sedang
98° 25' 5.387" E 3° 12' 39.479" N 15-25 Derajat 1,24 6,47 Sedang
98° 24' 57.164" E 3° 12' 20.566" N 15-25 Derajat 1,2 6,83 Sedang
98° 25' 9.088" E 3° 12' 50.581" N 15-25 Derajat 1,56 5,12 Sedang
98° 24' 58.808" E 3° 12' 51.815" N 15-25 Derajat 2,1 4,3 Sedang
98° 24' 55.519" E 3° 12' 45.853" N 15-25 Derajat 1,53 4,22 Sedang
98° 25' 15.872" E 3° 13' 7.439" N 15-25 Derajat 1,06 3,41 Agak Lambat
98° 25' 27.590" E 3° 13' 22.652" N 15-25 Derajat 1,02 10,29 Cepat
98° 25' 31.291" E 3° 13' 22.447" N 15-25 Derajat 1,01 3,06 Agak Lambat
Hutan 2
Hutan 3
Jeruk dengan Terung Belanda 2
Jeruk dengan Terung Belanda 3
Kopi dengan Jeruk 1
Kopi dengan Jeruk 2
Kopi dengan Jeruk 3
Hutan 1
kopi 2
kopi 3
Kentang 1
Kentang 2
Kentang 3
Jeruk dengan Terung Belanda 1
No LapanganTITIK KOORDINAT
Sifat Fisika Tanah
BD (%)Permeabilitas
kopi 1
41
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. Nilai Sifat Kimia Tanah
0 - 20 cm 20 - 40 cm 0 - 20 cm 20 - 40 cm 0 - 20 cm 20 - 40 cm
5,58 5,56 0,55 0,61 0,19 0,17
5,69 5,7 0,53 0,76 0,2 0,22
2,27 1,5 0,24 0,15 0,23 0,24
5,54 7,43 0,75 0,76 3,19 1,86
5,5 5,56 0,38 0,65 1,55 1,87
2,83 2,86 0,35 0,32 0,67 2,24
7,58 8,93 0,64 0,7 0,46 0,57
5,53 5,53 0,62 0,63 1,19 1,03
10,88 10,23 0,83 0,74 0,63 1,03
8,57 10,76 1,15 1,01 6,51 10,1
6,38 6,84 0,61 0,76 0,36 0,79
4,35 4,82 0,7 0,57 0,46 0,91
6,39 4,84 0,57 0,4 0,3 0,18
8,42 6,85 0,7 0,54 0,58 0,51
10,14 16,21 0,74 1,09 0,31 0,25
Hutan 1
Hutan 2
Hutan 3
Jeruk dengan Terung Belanda 1
Jeruk dengan Terung Belanda 2
Jeruk dengan Terung Belanda 3
Kopi dengan Jeruk 1
Kopi dengan Jeruk 2
Kopi dengan Jeruk 3
kopi 1
kopi 2
kopi 3
Kentang 1
Kentang 2
Kentang 3
No Lapangan
Sifat Kimia Tanah
C-Organik N total K-dd
42
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. Peta Admisinistrasi Kecamatan Namanteran Kabupaten Karo
43
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. Peta pengambilan Titik Sampel
44
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. Proses Pengambilan Sampel Tanah Pada Penggunaan lahan
Pengambilan sampel pada tanaman
hutan
Pengambilan sampel pada tanaman
kentang
Pengambilan sampel pada tanaman
kopi
Pengambilan sampel pada tanaman
kopi jeruk
Pengambilan sampel pada tanaman
terung belanda dan jeruk
Wawancara dan Pengisian Kuisioner
dengan Petani
45
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. Kuisioner
Nama
Sampel
Nama
Petani
Pelakasanaan Pemupukan Frekuensi
Pemupukan
Luas
Lahan Ya Tidak
Jenis
Pupuk Dosis
Metode
Pemupukan
Kentang
(2 Bulan)
Simon
Ginting
Kapur Pertanian
(CaCO3) 85 %
100 Kg/
0,12 Ha Di benamkan dalam
barisan tanaman
Sekali dalam
musim
tanam
0.12 Ha/ 3 rante
SS (Amophos)
16% N, 20% P2O5,
12% S
150 Kg/
0,12 Ha
Di benamkan dalam
barisan tanaman
2 kali dalam
musim
tanam
NPK (16:16:16) 100 Kg/
0,12 Ha Dibenamkan dalam
barisan tanaman
2 kali dalam
musim
tanam
Pupuk Kandang
Ayam
40 Karung
(isi 25Kg)/
0.12 Ha
Sebar Merata
1 kali dalam
musim
tanam
Kentang
(1,5 Bulan)
Nilon
Surbakti
Patent Kali Butir
(30% K2O, 10
%MgO, 17 % S)
150 Kg/
0,2 Ha Di benamkan dalam
barisan tanaman
2 kali dalam
musim
tanam
0.2 Ha/ 5 rante
NPK (16:16:16) 100 Kg/
0,2 Ha Di benamkan dalam
barisan tanaman
2 kali dalam
musim
tanam
SS (Amophos)
16% N, 20% P2O5,
12% S
150 Kg/
0,2 Ha
Di benamkan dalam
barisan tanaman
2 kali dalam
musim
tanam
Pupuk Kandang
Ayam
100 Karung
(isi 25Kg)/
0.2 Ha
Di benamkan dalam
barisan tanaman
1 kali dalam
musim
tanam
46
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. Kuisioner
Kentang
(2 Bulan)
Mega Br
Sembring
TCP - 36 150 kg/
0,22 ha
Sebar di sekitar
Tegakan Tanaman
2 kali dalam
musim
tanam
0,22 Ha / 5,5
rante
KCl (60% K2O) 150 kg/
0,22 Ha
Dibenamkan Dalam
Darisan tanaman
2 kali dalam
musim
tanam
SS (Amophos)
16% N, 20% P2O5,
12% S
150 Kg/
0,22 Ha
Dibenamkan Dalam
Darisan tanaman
2 kali dalam
musim
tanam
Dolomit
(CaCO3.MgCO3)
100 kg/0.22
Ha
Dibenamkan Dalam
Darisan tanaman
1 kali dalam
musim
tanam
Pupuk Kandang
Kambing
100 Karung
(isi 25Kg)/
0.22 Ha
Sebar Merata 1 kali dalam
setahun
Kopi ( 8
Tahun)
dengan
Jeruk/ (10
Tahun)
Cover crop
Rizaldi
tarigan
Urea (46 % N) 50 kg/0,4 Ha
0,22 Ha
Sebar di sekitar
Tegakan Tanaman
3 kali dalam
setahun
0.4 Ha/
10 Rante
KCl (60% K2O) 100 kg/
0,Ha Ha
Sebar di sekitar
Tegakan Tanaman
3 kali dalam
setahun
SS (Amophos)
16% N, 20% P2O5,
12% S
50 Kg/
0,4 Ha
Sebar di sekitar
Tegakan Tanaman
3 kali dalam
setahun
TCP - 36 50 kg/
0,4 ha
Sebar di sekitar
Tegakan Tanaman
2 kali dalam
musim
tanam
Kopi ( 5
Tahun)
dengan
Jeruk/ (7
Tahun)
Cover crop
Revan
Sitepu
KCl (60% K2O)
50 kg/
0,28 Ha
Sebar di sekitar
Tegakan Tanaman
3 kali dalam
setahun
0.28 Ha/
7 Rante
SS (Amophos)
16% N, 20% P2O5,
12% S
100 Kg/
0,28 Ha
Sebar di sekitar
Tegakan Tanaman
3 kali dalam
setahun
NPK (16:16:16) 50 Kg/
0,28 Ha Sebar di sekitar
Tegakan Tanaman
2 kali dalam
musim
tanam
47
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. Kuisioner
Kopi ( 9
Tahun)
dengan
Jeruk/ (8
Tahun)
Cover crop
Rasman
Ginting
KCl (60% K2O)
50 kg/
0,4 Ha
Sebar di sekitar
Tegakan Tanaman
3 kali dalam
setahun
0,4 Ha/
10 Rante Phonska (15 % N, 15
% P2O5, 15 % K2O)
100 kg/
0,4 Ha Sebar di sekitar
Tegakan Tanaman
3 kali dalam
setahun
Kopi
(12 Tahun)
Nilon
Surbakti
SP-36
(36 % P2O5)
50 Kg/
0,35 Ha
Sebar di sekitar
Tegakan Tanaman
2 kali dalam
setahun 0,35 Ha/ 8
Rante ZA
(21 % N, 24 % S)
50 Kg/
0,35 Ha
0,35 Ha
Sebar di sekitar
Tegakan Tanaman
2 kali dalam
setahun
Kopi
(8 Tahun)
Rizaldi
tarigan
SS (Amophos)
16% N, 20% P2O5,
12% S
50 Kg/
0,08 Ha
Sebar di sekitar
Tegakan Tanaman
3 kali dalam
setahun
0,08 Ha/
2 Rante
Kopi
(9 Tahun)
Helkia br
Surbakti
Urea (46 % N) 50 kg/0,3 Ha
0,22 Ha
Sebar di sekitar
Tegakan Tanaman
2 kali dalam
setahun 0.3 Ha/
7,5 Rante SP-36
(36 % P2O5)
50 Kg/
0,3 Ha
Sebar di sekitar
Tegakan Tanaman
2 kali dalam
setahun
Jeruk
(8 Tahun)
dan
Terung
Belanda
(2 Tahun)
Anwar
SP-36
(36 % P2O5)
50 Kg/
0,4 Ha
Sebar di sekitar
Tegakan Tanaman
2 kali dalam
setahun
0,4 Ha/
10 Rante
SS (Amophos)
16% N, 20% P2O5,
12% S
50 Kg/
0,4 Ha
Sebar di sekitar
Tegakan Tanaman
2 kali dalam
setahun
ZA
(21 % N, 24 % S)
50 Kg/
0,4 Ha
0,35 Ha
Sebar di sekitar
Tegakan Tanaman
2 kali dalam
setahun
Phonska (15 % N, 15
% P2O5, 15 % K2O)
100 kg/
0,4 Ha
Sebar di sekitar
Tegakan Tanaman
2 kali dalam
setahun
Patent Kali Butir
(30% K2O, 10
%MgO, 17 % S)
150 Kg/
0,4 Ha Sebar di sekitar
Tegakan Tanaman
2 kali dalam
musim
tanam
48
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. Kuisioner
Jeruk
(6 Tahun)
dan
Terung
Belanda
(1.5 Tahun)
Piara Barus
SS (Amophos)
16% N, 20% P2O5,
12% S
50 Kg/
0,3 Ha
Sebar di sekitar
Tegakan Tanaman
2 kali dalam
setahun
0.3 Ha/
7.2 Rante NPK (16:16:16)
50 Kg/
0,3 Ha Sebar di sekitar
Tegakan Tanaman
2 kali dalam
musim
tanam
KCl (60% K2O) 50 kg/
0,3 Ha
Sebar di sekitar
Tegakan Tanaman 3 kali dalam
setahun
49
Universitas Sumatera Utara